BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN"

Transkripsi

1 BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN 4.1 Spesifikasi Sistem Sistem pengenalan objek 3 dimensi terbagi atas perangkat keras dan perangkat lunak. Spesifikasi sistem baik perangkat keras maupun lunak pada proses perancangan sistem serta uji coba sistem adalah sama Spesifikasi Perangkat Keras Perangkat keras yang digunakan dalam sistem ini adalah sebagai berikut: 1. Kamera Logitech Web Camera c170 series Resolusi gambar 640x480 pixel Hi-Speed USB 2.0 Luas pandang diagonal 580 Focal length 2.3mm Frame rate maksimum Kamera berada pada ketinggian tetap yaitu 16.4 cm dari permukaan platform, dan jarak tetap yaitu 18 cm dari pusat platform. 2. Komputer a. Low-End ThinkPad z61m Processor Intel Core Duo 2.0GHz RAM 3GB 32-bit Operating System, x86-based processor Windows XP Operating System 51

2 52 b. High-End VAIO SVS15126PGB Processor intel Core i7-3632qm 2.20GHz RAM 12.0 GB 64-bit Operating System, x64-based processor Windows 8 Pro Operating System 3. Rotating Platform Gambar 4.1 Rotating Platform Platform yang digunakan sebagai tempat untuk menaruh objek merupakan sebuah rotating platform atau platform berputar berbentuk lingkaran dengan kemampuan putar 360 derajat. Permukaan rotating platform berwarna putih dengan diameter 30 cm. Pada bagian keliling rotating platform dilengkapi dengan skala kelipatan 5 derajat untuk mempermudah pengukuran derajat rotasi platform. 4. Objek Terdapat 4 buah objek 3 dimensi polihedral yang digunakan sebagai objek observasi pada sistem ini yaitu:

3 53 Balok kayu biru gelap (3cm x 3cm x 4.1cm) Objek A Gambar 4.2 Objek A Balok kayu biru gelap (2cm x 3cm x 4.1cm ) Objek B Gambar 4.3 Objek B Prisma kayu biru gelap (3.1cm x 2.6cm x 3.8cm) Objek C Gambar 4.4 Objek C

4 54 Tabung kayu biru gelap (diameter 2.2cm, tinggi 4cm) Objek D Gambar 4.5 Objek D Spesifikasi Perangkat Lunak Sistem dibuat dengan basis perangkat lunak MATLAB Version (R2010a).Toolbox yang digunakan pada sistem ini adalah: 1. Image Acquisition Toolbox Toolbox ini digunakan untuk melakukan akuisisi gambar dari kamera.hasil dari akuisisi gambar akan langsung berupa variabel matriks dengan format gambar RGB. 2. Image Processing Toolbox Toolbox ini digunakan untuk mendukung operasi-operasi minor yang diperlukan untuk membantu operasi-operasi mayor.operasioperasi minor yang digunakan adalah seperti rgb2gray dan bwmorph. 3. Neural Network Toolbox Toolbox ini digunakan untuk membangun jaringan syaraf tiruan sebagai kecerdasan buatan pada sistem ini. 4.2 Bahasan Implementasi sistem dapat dibagi ke dalam dua tahapan besar yaitu tahapan pembelajaran dan tahapan uji coba. Tahapan pembelajaran memiliki fokus untuk melatih kecerdasan buatan agar menghasilkan model jaringan yang dapat mengenali objek observasi. Tahapan uji coba memiliki fokus

5 55 untuk menguji model jaringan yang telah dihasilkan pada tahapan pembelajaran dengan menggunakan objek yang orientasinya di luar dari orientasi yang dipelajari sistem Tahapan Pembelajaran Tahapan pembelajaran merupakan tahapan di mana sistem mempelajari set gambar objek-objek yang representatif agar dapat dikenali pada tahapan uji coba. Dalam tahapan pembelajaran ini, jaringan syaraf tiruan akan memperoleh nilai bobot dan bias yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan, yaitu dapat mengenali objek yang sesuai. Nilai bobot dan bias tersebut akan tersimpan dalam suatu variabel yang menjadi satu kesatuan dengan parameter-parameter lainnya dalam jaringan tersebut. Dalam tahapan ini terdapat beberapa parameter-parameter yang perlu diatur nilainya sedemikian rupa agar hasil keluaran yang diperoleh sesuai dengan kriteria sistem. Parameter-parameter yang berpengaruh pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh sistem pengenalan objek 3 dimensi adalah sebagai berikut: 1. Pencahayaan Seluruh objek observasi yang digunakan pada tahap pembelajaran berada pada kondisi pencahayaan ±756 lux. 2. Kamera Kamera mengambil gambar objek dengan resolusi 640x480 pixel tanpa menggunakan auto white balance. 3. Posisi Translasi Objek Objek diletakkan pada poros platform sehingga tampak gambar objek berada kurang lebih pada tengah resolusi gambar. 4. Orientasi Objek Gambar objek yang dijadikan bahan pembelajaran merupakan seluruh gambar objek yang diambil pada sudut berkelipatan 15 derajat, dimulai dari 0 derajat sampai dengan 165 derajat. Sudut 180 derajat tidak diambil gambar karena dianggap memiliki sudut pandang orientasi yang sama dengan 0 derajat. Sudut lebih besar

6 56 dari 180 derajat tidak diambil gambarnya karena dianggap set gambar yang diambil telah merepresentasikan kemungkinan orientasi yang ada. 5. Parameter Jaringan Syaraf Tiruan Terdapat dua jaringan syaraf tiruan yang digunakan dalam sistem ini. Kedua jaringan syaraf tiruan tersebut menggunakan parameter yang sama, yaitu sebagai berikut: Learning Rate Learning rate yang digunakan pada jaringan syaraf tiruan memiliki nilai awal Learning rate akan berubah seiring dengan adanya iterasi karena menggunakan metode adaptive learning rate. Epochs Iterasi maksimum yang diperbolehkan adalah kali biarpun sistem tidak mencapai hasil yang diinginkan. Goal Iterasi akan berhenti sebelum iterasi maksimum tercapai apabila mean square error yang dihasilkan oleh jaringan syaraf tiruan telah mencapai nilai Hidden Layer Arsitektur jaringan syaraf tiruan memiliki 1 buah hidden layer. Node Tahapan pembelajaran jaringan syaraf tiruan divariasikan dengan mengganti banyaknya node atau neuron pada hidden layer.banyak node yang diubah pada tahap pembelajaran yaitu dimulai dari 1 node hingga 10 node Tahapan Uji Coba Tahapan uji coba di sini bertujuan untuk melakukan pengetesan terhadap akurasi dan ketahanan jaringan syaraf tiruan yang diperoleh dari proses training sebelumnya. Hal ini dilakukan dengan menghitung kemampuan pengenalan jaringan syaraf tiruan yang diberikan input berupa gambar objek yang diambil dari sudut

7 57 pandang yang berbeda dengan gambar yang digunakansewaktu proses pelatihan. 4.3 Implementasi Setelah melalui beberapa tahap, antara lain mengadakan penelitian melalui studi pustaka, perancangan perangkat keras, perancangan perangkat lunak dan mengintegrasikan sistem, maka tahap selanjutnya adalah melakukan implementasi sistem secara menyeluruh. Implementasi sistem mencakup prosedur pengoperasian keseluruhan sistem ProsedurPengoperasian Perangkat Keras Gambar 4.6 Pengambilan Gambar Objek Perangkat keras digunakan sebagai sensor penangkap gambar objek observasi dalam orientasi yang bervariasi. Prosedur operasi perangkat keras system ini adalah sebagai berikut: 1. Objek yang ingin di observasi diletakkan pada poros platform. 2. Putar rotating platform untuk mengubah orientasi objek sesuai besar derajat yang diingingkan.

8 Prosedur Pengoperasian Perangkat Lunak Perangkat lunak digunakan sebagai fasilitator untuk menangkap gambar objek observasi dan kemudian melakukan proses pengolahan gambar dan kecerdasan buatan. Secara garis besar prosedur perangkat lunak terbagi atas dua yaitu pembelajaran dan uji coba. Tahapan Pembelajaran 1. Jalankan captureimage.m untuk mengambil gambar dari objek observasi untuk setiap kelipatan sudut 5 derajat 2. Pastikan semua foto ada pada direktori matlab, lalu jalankan trainingimages2gray.m"untuk mengubah semua gambar ke grayscale dan menyimpan hasilnya dalam bentuk.mat. 3. Muatkan matriks hasil grayscale pada workspace matlab, lalu jalankan "traininggray2deskriptor.m". untukmembuatdeskriptor dan menyimpan hasilnya dalam bentuk.mat. 4. Muatkan matriks hasil deskriptor ke dalam workspace matlab lalu jalankan "trainingnetwork.m" untuk melakukan pembelajaran pada jaringan syaraf dan menyimpan jaringan yang telah dibuat dalam.mat. Tahapan Uji Coba Muatkan matriks jaringan syaraf ke dalam workspace matlab. Jalankan program "captureimageandtest.m" untuk menjalankan keseluruhan proses pengenalan.

9 EvaluasiHasil Percobaan 3D Object Recognition Orientation Illumination ROTATION SHAPE INTENSITY LIGHT DIRECTION REFLECTANCE Object at 0 Object at 15 Light Intensity 756 Lux Object at 30 Object at 45 Object at 60 Object at 75 Object at 90 Object at 105 Object at 120 Object at 135 Train Image Set n 2 Nodes 3 Nodes 4 Nodes 5 Nodes 6 Nodes 7 Nodes 8 Nodes 9 Nodes 10 Nodes Weight & Bias Test 1 Weight & Bias Test 2 Weight & Bias Test 3 Weight & Bias Test 4 Weight & Bias Test 5 Weight & Bias Test 6 Weight & Bias Test 7 Weight & Bias Test 8 Weight & Bias Test 9 Weight & Bias Test n Train 1 Train 2 Train 3 Train 4 Train 5 Train 6 Train 7 Train 8 Train 9 Train 10 RECOGNITION RATE 1 RECOGNITION RATE 2 RECOGNITION RATE 3 RECOGNITION RATE 4 RECOGNITION RATE 5 RECOGNITION RATE 6 RECOGNITION RATE 7 RECOGNITION RATE 8 RECOGNITION RATE 9 RECOGNITION RATE 10 Max Recognition Rate n Object at 150 Object at 165 Gambar 4.7 Diagram Permasalahan dan Percobaan Pokok permasalahan yang utama dalam pengenalan objek 3dimensi adalah orientasi benda dan kondisi iluminasi tempat benda tersebut berada.permasalahan orientasi dapat dipecah ke dalam dua bagian yaitu bentuk dan rotasi.sementara permasalahan iluminasi dapat dipecah ke dalam dua bagian yaitu intensitas dan arah pencahayaan. Intensitas dan arah pencahayaan akan mempengaruhi banyak cahaya yang dipantulkan suatu objek. Konfigurasi percobaan dibuat sedemikian rupa agar dapat mengatasi setiap permasalahan tersebut. Pada mulanya gambar tiap-tiap objek akan diambil pada intensitas 756 Lux (kondisi ruangan).kemudian gambarakandiambilpada sudut 0 sampai 175 derajat dengan kelipatan 5

10 60 derajat. Gambar yang diambil pada sudut yang berkelipatan 15 derajatakan digunakan sebagai training image sementara sisanya akan digunakan sebagai test image. Tahapan ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan dalam hal rotasi. Tahap selanjutnya dilakukan untuk menguji arsitektur jaringan, yang mana jumlah node pada hidden layerakan diubah dan dilihat pengaruhnya terhadap persentase pengenalan jaringan tersebut. Arsitektur suatu jaringan akan mempengaruhi kompleksitas permasalah yang dapat dipecahkan oleh jaringan tersebut. Oleh karena itu hal ini berkaitan dengan kompleksitas bentuk objek yang hendak dikenali jaringan. Untuk setiap jumlah node akan dilakukan pelatihan jaringan sebanyak sepuluh kali. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan jaringan dengan nilai weight dan bias yang terbaik menggunakan arsitektur jaringan tertentu, mengingat nilai weight dan bias yang didapat pada setiap akhir pelatihan bisa berbeda. Dari sepuluh kali pelatihan akandiambil jaringan yang persentase pengenalannya paling tinggi. Berikut adalah grafik persentase pengenalan masing-masing objek menggunakan jaringan dengan jumlah node pada hidden layer yang berbedabeda. Setiap data merepresentasikan persentase gambar yang dikenali dengan baik dari ke 24 test image yang dipaparkan. Percobaan dilakukan menggunakan laptop VAIO SVS15126PGB dengan spesifikasi: processor intel Core i7-3632qm 2.20GHz, RAM 12.0 GB, 64-bit Operating System, x64-based processor, dan Windows 8 Pro Operating System.

11 61 Gambar 4.8 Pengenalan Objek menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dengan jumlah Node 2 Gambar 4.9 Pengenalan Objek menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dengan jumlah Node 3

12 62 Gambar 4.10 Pengenalan Objek menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dengan jumlah Node 4 Gambar 4.11 Pengenalan Objek menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dengan jumlah Node 5

13 63 Gambar 4.12 Pengenalan Objek menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dengan jumlah Node 6 Gambar 4.13 Pengenalan Objek menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dengan jumlah Node 7

14 64 Gambar 4.14 Pengenalan Objek menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dengan jumlah Node 8 Gambar 4.15 Pengenalan Objek menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dengan jumlah Node 9

15 65 Gambar 4.16 Pengenalan Objek menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dengan jumlah Node 10 Toleransi terhadap perubahan input pada sistem pengenalan objek 3 dimensi ini berupa perubahan orientasi objek terhadap kamera. Pada saat melakukan tahap pembelajaran pada jaringan syaraf tiruan untuk mendapat bobot dan bias yang sesuai, input yang diberikan sebagai bahan pembelajaran adalah shape deskriptor dari masing-masing objek observasi yang tersedia dengan orientasi pada sudut kelipatan 15 derajat dari 0 derajat hingga 165 derajat. Toleransi yang dimaksud dapat terlihat pada saat dilakukan uji coba sistem pengenalan objek 3 dimensi untuk objek dengan orientasi pada sudutsudut yang tidak dilatih ke jaringan syaraf tiruan sebelumnya, misalnya 5, 10, 20, dan 25 derajat. Dengan jumlah node yang sedikit, objek dengan orientasi pada sudut-sudut tersebut dapat dikategorikan dalam satu kategori yang sama. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa jumlah node dapat mempengaruhi persentase keberhasilan pengenalan objek. Untuk meningkatkan toleransi terhadap perubahan input bisa saja digunakan sesedikit mungkin node pada hidden layer. Namun pada sistem yang dirancang pada penelitian ini, jumlah node 1 tidak dapat diimplementasikan. Perancangan arsitektur jaringan mempertimbangkan 4 buah objek observasi yang menjadi kategori pada sistem ini yaitu objek A, B, C, dan D yang membutuhkan minimal 4 kombinasi biner untuk

16 66 merepresentasikan outputnya pada kedua jaringan. 4 kombinasi biner tersebut dapat direpresentasikan dengan 2 bit sehingga pada output layer dibutuhkan minimal 2 neuron untuk dapat merepresentasikan 4 kombinasi biner tersebut. Secara struktural, jumlah node 1 pada hidden layer menciptakan konektivitas yang tidak memungkinkan terhadap kedua neuron pada output layer. Bila kategori pada kriteria sistem sesuai dengan keadaan arsitektur jaringan, maka penggunaan jumlah node 1 pada hidden layer dapat dimungkinkan. Untuk setiap variasi arsitektur jaringan syaraf tiruan yang diuji dilakukan pelatihan sebanyak 10 kali.hal ini dilakukan karena nilai bobot dan bias awal masing-masing neuron ditentukan secara random. Oleh karena itu, nilai bobot dan bias yang didapatkan pada akhir setiap proses pelatihan bisa berbeda-beda. Dengan demikian, output dari semua jaringan syaraf tiruan yang dilatih belum tentu sama, walaupun input yang diberikan sama.selain itu, semakin banyak node pada hidden layer, maka jumlah bobot dan bias jaringan syaraf tiruan juga akan semakin banyak. Akibatnya, kombinasi bobot dan bias yang mungkin didapatkan pada akhir proses pelatihan akan semakin banyak. Hal inilah yang menyebabkan grafik keberhasilan pengenalan jaringan syaraf tiruan dengan jumlah node pada hidden layeryang lebih sedikit relatif lebih konsisten dibandingkan dengan jaringan syaraf tiruan dengan jumlah node pada hidden layer yang lebih banyak. Arsitektur jaringan syaraf tiruan dapat mempengaruhi persentase keberhasilan pengenalan objek. Tampak dari mean persentase keberhasilan pengenalan seluruh objek, jaringan syaraf tiruan dengan jumlah node yang sedikit menghasilkan mean persentase keberhasilan yang lebih baik dibandingkan dengan jaringan dengan jumlah node yang lebih banyak. Dari percobaan didapatkan bahwa jaringan dengan jumlah node 2 memiliki mean persentase keberhasilan terbaik. Jaringan syaraf tiruan sebagai kecerdasan buatan yang memiliki kemampuan untuk melakukan klasifikasi terhadap input yang diberikan dapat mendefinisikan input yang diberikan sehingga menjadi semakin general maupun semakin spesifik tergantung dari arsitekturnya. Jumlah node yang semakin sedikit akan membuat input terdefinisikan semakin general, sementara jumlah node yang semakin banyak akan membuat input terdefinisikan semakin spesifik.

17 67 Objek B memiliki persentase pengenalan yang paling rendah pada setiap percobaan dengan jumlah node yang berbeda sebanyak 10 kali. Objek B memiliki tingkat error false positive paling besar dibandingkan dengan objek observasi lainnya. Seringkali objek B dikenali sebagai objek C dan objek D, padahal objek B memiliki tingkat kemiripan bentuk paling tinggi dengan objek A secara persepsi visual manusia. Error ini disebabkan oleh karena nilai deskriptor objek B relatif sama dengan nilai deskriptor objek C dan objek D. Selain itu, arsitektur jaringan syaraf tiruan yang digunakan memiliki toleransi yang tinggi terhadap perubahan input, sehingga nilai deskriptor objek B yang mirip dengan nilai deskriptor objek C dan D dapat salah diklasifikasikan. Pencahayaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ketahanan sistem pengenalan objek.pada aplikasinya, ketahanan sistem terhadap kondisi pencahayaan merupakan salah satu hal yang penting karena kondisi pencahayaan di mana sistem melakukan observasi terhadap objek dapat bervariasi. Dengan sistem pengenalan objek yang telah didapatkan sebelumnya yang menggunakan training image yang diambil pada kondisi 756 lux, sistem kemudian diuji ketahanannya terhadap variasi pencahayaan dari 100 lux hingga 1000 lux dengan kelipatan 100 lux dan toleransi ±50 lux untuk setiap derajat putar objek seperti pada percobaan sebelumnya. Gambar 4.17 Pengenalan Objek A dengan Variasi Kondisi Pencahayaan

18 68 Gambar 4.18 Pengenalan Objek B dengan Variasi Kondisi Pencahayaan Gambar 4.19 Pengenalan Objek C dengan Variasi Kondisi Pencahayaan Gambar 4.20 Pengenalan Objek D dengan Variasi Kondisi Pencahayaan

19 69 Dapat dilihat pada gambar bahwa respon sistem terhadap variasi kondisi pencahayaan berbeda-beda untuk setiap objeknya.seperti pada respon sistem untuk objek B dan D, tampak inkonsistensi kemampuan pengenalan terhadap variasi kondisi pencahayaan.uji ketahanan terhadap variasi intensitas cahaya untuk setiap objeknya sebagian besar menghasilkan respon di bawah 50%.Ketidakpastian sistem yang cukup tinggi merupakan hal yang tidak baik karena artinya sistem tidak dapat membedakan objek dengan baik dan tujuan dari penelitian tidak tercapai. Mempertimbangkan hasil uji coba sistem dengan kondisi pencahayaan yang invarian dan hasil uji coba sistem dengan kondisi pencahayaan varian, pengembangan sistem dengan melakukan beberapa modifikasi pada metode diuji coba dengan tujuan untuk mendapatkan persentase pengenalan yang lebih baik dari segi gangguan pencahayaan dan orientasi secara keseluruhan.

20 70 Gambar 4.21Diagram Permasalahan danpercobaan Setelah Pengembangan Untuk menguji apakah algoritma dapat diaplikasikan pada komputer low-end, percobaan pada tahap pengembangan ini dilakukan menggunakan laptop ThinkPad z61m dengan spesifikasi: processor Intel Core Duo 2.0GHz,

21 71 RAM 3GB, 32-bit Operating System, x86-based processor, dan Windows XP Operating System. Adapun pengembangan yang dilakukan berdasarkan uji coba terhadap variabel-variabel yang mungkin berpengaruh pada keberhasilan pengenalan objek, yaitu kondisi pencahayaan, jumlah node, dan orientasi objek. Pada uji coba di tahap pengembangan ini, training image akan diambil pada kondisi pencahayaan yang berbeda-beda yaitu dari 100 lux hingga 1000 lux (Light Intensity n) dan dilatih ke dalam 10 jaringan berbeda. Masing-masing jaringan tersebut hanya dilatih menggunakan satu kondisi pencahayaan yang spesifik sesuai dengan nilai lux training image tersebut. Gambar 4.22 Pengkategorian Deskriptor Objek Berdasarkan bentuk-bentuk yang dapat terlihat pada objek sewaktu pengambilan gambar, maka semua bentuk tersebut dapat diklasifikasikan kedalam 3 kategori seperti yang ditunjukkan pada gambar di atas. Bentuk yang diklasifikasikan kedalam kategori A merupakan bentuk dari tepi luar masing-masing objek. Sementara bentuk yang masuk ke dalam kategori B merupakan bentuk permukaan atas dari masing-masing objek.kategori C mencakup bentuk sisi dari masing-masing objek. Masing-masing kategori akan digunakan untuk melatih satu network yang sama.

22 72 Hasil pengenalan objek didapatkan dari pertimbangan output ketiga network tersebut. Oleh karena itu, perlu dicari tahu kategori mana yang paling baik digunakan untuk membedakan objek-objek yang ada.pengembangan jaringan sebelumnya dilakukan dengan mencari tahu kombinasi network mana yang memiliki persentase keberhasilan yang paling tinggi dalam mengenali objek. Oleh karena itu, pengujian terhadap ketahanan illuminasi dan pengaruh jumlah node akan dilakukan sebanyak 4 kali, yang mana output sistem akan ditentukan menggunakan kombinasi jaringan yang berbeda untuk setiap kalinya. Gambar 4.23 Pengenalan Objek terhadap Faktor Pencahayaan, Kombinasi Deskriptor pada Jaringan Syaraf Tiruan dengan Jumlah Node 2 Dengan mekanisme uji coba yang baru, didapatkan masih seperti uji coba sebelumnya bahwa jaringan dengan jumlah node 2 merupakan jaringan dengan keberhasilan pengenalan yang paling baik dibandingkan node lainnya. Dari seluruh data percobaan, jumlah node 2 pada 10 jaringan yang menggunakan training image dengan kondisi pencahayaan berbeda, seluruhnya menghasilkan keberhasilan pengenalan tertinggi. Dengan didapatkannya arsitektur jaringan kembali dengan jumlah node 2, dilihat kembali pengaruh kondisi pencahayaan dan kombinasi deskriptor yang dilatih terhadap keberhasilan pengenalan objek.

23 73 Kombinasi 1 dianggap sebagai kombinasi terbaik karena menghasilkan persentase pengenalan rata-rata terbaik dari keempat kombinasi jaringan yang mungkin.jaringan dengan persentase pengenalan tertinggi didapatkan menggunakan kombinasi 1 pada kondisi pencahayaan 500 lux dengan persentase pengenalan mencapai 97.92%.Adapun hasil terbaik ini dipengaruhi oleh ketiga faktor yang telah disebutkan sebelumnya.secara keseluruhan dapat dilihat peningkatan yang cukup signifikan pada persentase pengenalan apabila dibandingkan dengan percobaan sebelumnya yang menggunakan kombinasi 3 dengan training image yang diambil pada kondisi pencahayaan 756 lux (sebelum pengembangan). Kombinasi 3 yang hanya memanfaatkan deskriptor bentuk B dan C seperti yang digunakan pada percobaan yang pertama kali dilakukan memiliki kemungkinan terjadinya false positive yang cukup besar akibat dari bentuk C yang terkadang tidak dapat terdeteksi dengan baik antara sisi yang seharusnya terpisah.maka dari itu bentuk C yang merupakan penggabungan antara satu/dua bentuk (tergantung dari kemunculannya) sering dapat salah dikenali sebagai objek lainnya yang mempunyai masalah serupa, karena bentuk B tidak cukup kuat sebagai penentu tunggal dalam melakukan klasifikasi objek. Demikian juga terjadi pada kombinasi deskriptor lain yang mengikutsertakan deskriptor bentuk C.Maka dari itu untuk percobaan dengan kombinasi deskriptor tanpa menggunakan deskriptor bentuk C akan memungkinkan untuk mendapatkan persentase keberhasilan pengenalan yang lebih baik. Namun, faktor kondisi pencahayaan yang dapat menghasilkan deskripsi training image yang baik juga mempengaruhi sistem ini.adapun 10 jaringan yang representatif untuk setiap kondisi pencahayaan diuji dengan setiap kondisi pencahayaan yang ada. Sebagai ilustrasi singkat, jaringan yang dilatih dengan training image pada 100 lux akan diuji untuk mengenali objek yang berada pada kondisi pencahayaan 100 lux hingga 1000 lux, begitu pula untuk jaringan berikutnya. Dengan persentase pengenalanyang relatif konsisten pada 100 lux hingga 1000 lux, jaringan yang dilatih menggunakan training image pada kondisi pencahayaan 800 lux cukup mampu merepresentasikan objek dengan baik dibandingkan dengan kondisi pencahayaan lainnya. Sehingga dapat

24 74 dikatakan bahwa sistem yang memiliki ketahanan paling baik terhadap perubahan orientasi dan kondisi pencahayaan yang bervariasi adalah jaringan dengan jumlah node 2, kombinasi deskriptor 1, training image 800 lux. Gambar 4.24 Rata-rata Keberhasilan Pengenalan Objek dengan Menggunakan Sistem Terbaru (jaringan dengan training image 800 lux) Dengan pengembangan yang dilakukan, rata-rata keberhasilan pengenalan yang diperoleh mengalami peningkatan cukup banyak untuk setiap variasi kondisi pencahayaan bila dibandingkan dengan percobaan pertama dengan tinjauan yang sama paling tinggi hanya mencapai 75% saja. Sistem yang dikembangkan ini dapat dikatakan sebagai sistem yang lebih baik karena memiliki ketahanan terhadap kondisi pencahayaan dan orientasi yang lebih baik dari pada sebelumnya di mana rata-rata persentasenya di atas 75%. Kondisi pencahayaan yang semakin gelap menunjukkan adanya penurunan keberhasilan pengenalan yang diakibatkan oleh adanya bayangan yang menyebabkan adanya kesalahan pada saat pendeteksian tepi objek. Hal tersebut merupakan gangguan pada saat melakukan representasi bentuk objek karena bayangan tersebut dianggap sebagai bagian dari objek yang sedang ditinjau. Dampak langsungnya berimbas kepada vektor deskriptor yang digunakan. Bentuk deskriptor dapat berubah akibat adanya bayangan yang menyebabkan centroid dari bentuk bergeser.

25 75 Panjang vektor deskriptor yang digunakan dapat memiliki panjang yang berbeda-beda tergantung dari keliling bentuk objek yang sedang ditinjau. Maka dari itu pada saat proses pelatihan jaringan, seluruh deskriptor dipotong agar panjang seluruh deskriptor set gambar yang digunakan pada penelitian adalah sama, yaitu 250. Pemotongan panjang deskriptor turut serta memotong informasi objek yang mengakibatkan bisa terjadi salah deteksi bila objek yang digunakan memiliki beberapa persamaan ataupun adanya gangguan seperti bayangan. Dengan melakukan penambahan panjang deskriptor, keberhasilan pengenalan pada setiap variasi intensitas cahaya dapat ditingkatkan, namun di sisi lain juga akan meningkatkan beban komputasi. Masing-masing set deskriptor akan dikonversikan ke dalam bentuk biner 8-bit, sehingga panjang descriptor akhir setelah dikonversi menjadi 2000.Hal ini dilakukan dengan pertimbanngan fungsi aktivasi jaringan yang digunakan yaitu logsig. Besar kenaikan output fungsi logsig akan semakin mengecil seiring bertambah besarnya nilai input.dengan kata lain, kenaikan nilai input akan menjadi tidak signifikan apa bila nilai input sudah mencapai nilai tertentu (nilai input > 4 akan menghasilkan output 1). Bila dilakukan peninjauan keberhasilan pengenalan objek terhadap intensitas cahaya per objeknya, dapat dilihat bahwa pola pada grafik yang dihasilkan pada setiap objeknya berbeda-beda dari objek A, B, C, hingga D. Gambar 4.25Pengenalan Objek A Menggunakan Sistem Terbaru

26 76 Gambar 4.26Pengenalan Objek B Menggunakan Sistem Terbaru Gambar 4.27Pengenalan Objek C Menggunakan Sistem Terbaru Gambar 4.28Pengenalan Objek D Menggunakan Sistem Terbaru

27 77 Seperti pada pengenalan untuk objek A dan B, pola grafik menunjukkan bahwa pada kondisi dengan intensitas cahaya yang rendah, kemampuan pengenalan sistem juga berkurang. Namun keberhasilan pengenalan pada objek C dan D cenderung mempunyai pola grafik yang rata untuk setiap perubahan intensitas cahayanya, menghasilkan persentase pengenalan yang mendekati 100%.Hal ini disebabkan oleh bayangan yang tidak tercakup dalam deskriptor akibat pemotongan panjang deskriptor yang dilakukan. Berdasarkan hasil yang didapatkan pada tahap pengembangan ini, dapat dikatakan bahwa algoritma yang digunakan dapat diaplikasikan pada komputer low-end. Waktu yang dibutuhkan untuk melatih jaringan memang cenderung menjadi lebih lama, namun hal ini tidaklah signifikan mengingat waktu pengenalanlah yang perlu diperhatikan. Waktu pengenalan yang dibutuhkan komputer low-end masih di bawah 1 detik, sehingga masih dianggap mungkin untuk diaplikasikan.

BAB 3 METODE PERANCANGAN

BAB 3 METODE PERANCANGAN BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Konsep dan Pendekatan Tujuan utama yang ingin dicapai dalam pengenalan objek 3 dimensi adalah kemampuan untuk mengenali suatu objek dalam kondisi beragam. Salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian untuk pengenalan nama objek dua dimensi pada citra

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian untuk pengenalan nama objek dua dimensi pada citra BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian untuk pengenalan nama objek dua dimensi pada citra adalah sebagai berikut. Gambar 3.1 Desain Penelitian 34 35 Penjelasan dari skema gambar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 14, terdiri dari tahap identifikasi masalah, pengumpulan dan praproses data, pemodelan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran untuk penelitian ini seperti pada Gambar 9. Penelitian dibagi dalam empat tahapan yaitu persiapan penelitian, proses pengolahan

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI Oleh Nama : Januar Wiguna Nim : 0700717655 PROGRAM GANDA TEKNIK INFORMATIKA DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Metode Perancangan Perancangan sistem didasarkan pada teknologi computer vision yang menjadi salah satu faktor penunjang dalam perkembangan dunia pengetahuan dan teknologi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Kebutuhan Perangkat Keras. Perangkat Keras Spesifikasi Processor Intel Core i3. Sistem Operasi Windows 7

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Kebutuhan Perangkat Keras. Perangkat Keras Spesifikasi Processor Intel Core i3. Sistem Operasi Windows 7 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kebutuhan Sistem Sebelum melakukan penelitian dibutuhkan perangkat lunak yang dapat menunjang penelitian. Perangkat keras dan lunak yang digunakan dapat dilihat pada Tabel

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem Piranti yang digunakan untuk pelatihan maupun pengujian sistem terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak. 4.1.1 Perangkat Keras Perangkat keras

Lebih terperinci

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK 2.1 KONSEP DASAR Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori yang dijadikan acuan untuk menyelesaikan penelitian. Berikut ini teori yang akan digunakan penulis

Lebih terperinci

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Program Studi Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang Abstrak. Saat ini, banyak sekali alternatif dalam

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK OLEH ARIF MIFTAHU5R ROHMAN (2200 100 032) Pembimbing: Dr. Ir Djoko Purwanto, M.Eng,

Lebih terperinci

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. Analisa dan Kebutuhan Sistem Analisa sistem merupakan penjabaran deskripsi dari sistem yang akan dibangun kali ini. Sistem berfungsi untuk membantu menganalisis

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 19 3. METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat digambarkan dalam suatu bagan alir seperti pada Gambar 8. Gambar 8 Diagram Alir Penelitian Pengumpulan Data

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER Dalam analisis dan perancangan sistem program aplikasi ini, disajikan mengenai analisis kebutuhan sistem yang digunakan, diagram

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan September 2011 s/d bulan Februari

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan September 2011 s/d bulan Februari 48 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan September 2011 s/d bulan Februari 2012. Pembuatan dan pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Neuro Fuzzy Neuro-fuzzy sebenarnya merupakan penggabungan dari dua studi utama yaitu fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menjawab segala permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. menjawab segala permasalahan yang ada dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan bahan yang digunakan dalam membantu menyelesaikan permasalahan, dan juga langkah-langkah yang dilakukan dalam menjawab segala permasalahan yang ada

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Diagram Percobaan

Gambar 4.1 Diagram Percobaan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kerangka Percobaan Pada bab ini dilakukan pembahasan dari implementasi terhadap sistem yang telah dirancang, berupa cara kerja sistem dan pembahasan data-data percobaan yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan dan algoritma yang akan digunakan pada sistem pengenalan wajah. Bagian yang menjadi titik berat dari tugas akhir

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 merupakan desain penelitian yang akan digunakan pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 merupakan desain penelitian yang akan digunakan pada BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Desain Penelitian Gambar 3.1 merupakan desain penelitian yang akan digunakan pada proses pengenalan huruf tulisan tangan Katakana menggunakan metode Fuzzy Feature Extraction

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 68 BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Bab ini membahas tentang program yang telah dianalisis dan dirancang atau realisasi program yang telah dibuat. Pada bab ini juga akan dilakukan pengujian program. 4.1

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 32 BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Pada bab ini akan dibahas tentang analisis sistem melalui pendekatan secara terstruktur dan perancangan yang akan dibangun dengan tujuan menghasilkan model atau representasi

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM Bab ini akan membahas mengenai proses pengujian dari sistem yang dirancang terhadap beberapa citra dijital replika kulit. Pengujian terhadap sistem ini dilakukan untuk

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Gambar 3.1 Desain Penelitian METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Studi Literatur: Permalan Time Series, Harga Minyak Bumi, Jaringan Syaraf Tiruan, Backpropagation Pengumpulan Data Harga Minyak Bumi di Indonesia Perancangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini mengacu pada tahapan proses yang ada pada sistem

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini mengacu pada tahapan proses yang ada pada sistem 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian ini mengacu pada tahapan proses yang ada pada sistem pengenalan wajah ini yaitu input, proses dan output. Dengan input bahan penelitian

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Sistem Tahapan analisis merupakan tahapan untuk mengetahui dan memahami permasalahan dari suatu sistem yang akan dibuat. Dalam implementasi persamaan Pulse

Lebih terperinci

dengan metode penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 9. Data Citra Tumbuhan

dengan metode penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 9. Data Citra Tumbuhan dengan metode penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 9. Data Citra Tumbuhan Gambar 8 Struktur PNN. 1. Lapisan pola (pattern layer) Lapisan pola menggunakan 1 node untuk setiap data pelatihan yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Sistem Neural Network di Matlab Gambar 3.1 Blok Diagram Perancangan Sistem Neural network 3.1.1 Training Neural Network Untuk pelatihan neural network penulis lebih

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menggunakan serial port (baudrate 4800bps, COM1). Menggunakan Sistem Operasi Windows XP.

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menggunakan serial port (baudrate 4800bps, COM1). Menggunakan Sistem Operasi Windows XP. BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian yang berupa spesifikasi sistem, prosedur operasional penggunaan program, dan analisa sistem yang telah dibuat. 4.1 Spesifikasi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Sistem Tahapan analisis merupakan tahapan untuk mengetahui tahapan awal didalam sebuah sistem pendeteksian filter sobel. Didalam aplikasi filter sobel ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan Februari 2014 sampai dengan Juli 2014 di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan Februari 2014 sampai dengan Juli 2014 di BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan Februari 2014 sampai dengan Juli 2014 di Laboratorium Pemodelan Fisika, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

3.2.1 Flowchart Secara Umum

3.2.1 Flowchart Secara Umum BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Sistem Tahapan analisis merupakan tahapan untuk mengetahui dan memahami permasalahan dari suatu sistem yang akan dibuat. Dalam aplikasi menghilangkan derau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1 : Ilustrasi jaringan syaraf manusia yang diadaptasi untuk ANN (Kriesel, 2011)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1 : Ilustrasi jaringan syaraf manusia yang diadaptasi untuk ANN (Kriesel, 2011) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rentannya kesalahan yang dapat terjadi oleh pekerjaan yang dilakukan oleh manusia dalam menganalisa, atau ketika mencoba membangun relasi antar fitur yang berjumlah

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Prosesor : Intel Core i5-6198du (4 CPUs), ~2.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Prosesor : Intel Core i5-6198du (4 CPUs), ~2. BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Hardware a. Prosesor : Intel Core i5-6198du CPU @2.30GHz (4 CPUs), ~2.40GHz b.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: PC dengan spesifikasi: a. Sistem Operasi : Microsoft Windows 10 Enterprise 64-bit

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Studi Literatur: Peramalan, Curah Hujan, Knowledge Discovery in Database, Jaringan Saraf Tiruan, Backpropagation, Optimalisasasi Backpropagation Pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. Processor Intel Core i3-350m.

BAB III METODE PENELITIAN. dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. Processor Intel Core i3-350m. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan, maka diperlukan alat dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. 3.1.1 Alat Penelitian Adapun

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Data Yang Digunakan Dalam melakukan penelitian ini, penulis membutuhkan data input dalam proses jaringan saraf tiruan backpropagation. Data tersebut akan digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tangan dengan menggunakan metode Support Vector Machine (SVM).

BAB III METODE PENELITIAN. tangan dengan menggunakan metode Support Vector Machine (SVM). BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Di dalam desain penelitian ini akan menggambarkan proses pengenalan tulisan tangan dengan menggunakan metode Support Vector Machine (SVM). Praproses Input

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM Dalam bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan pembuatan sistem aplikasi yang digunakan sebagai user interface untuk menangkap citra ikan, mengolahnya dan menampilkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Pada penelitian tugas akhir ini ada beberapa tahapan penelitian yang akan dilakukan seperti yang terlihat pada gambar 3.1 : Mulai Pengumpulan Data Analisa

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam pengerjaan perancangan dan pembuatan aplikasi pengenalan karakter alfanumerik JST algoritma Hopfield ini menggunakan software Borland Delphi 7.0. 3.1 Alur Proses Sistem

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 7 No. 3 Edisi September 2012 105 SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Anindita Septiarini Program Studi Ilmu Komputer FMIPA,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Suara. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu speech recognition dan speaker recognition. Speech recognition adalah proses yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Gambar 3.1 menggambarkan desain penelitian peramalan volume penumpang kereta api di pulau Jawa-Sumatera dengan metode Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian penerapan metode Jaringan Syaraf Tiruan Learning Vector

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian penerapan metode Jaringan Syaraf Tiruan Learning Vector BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dalam penelitian penerapan metode Jaringan Syaraf Tiruan Learning Vector Quantization (LVQ) untuk pengenalan wajahterdiri dari empat metodologi penelitian,

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Sistem vision yang akan diimplementasikan terdiri dari 2 bagian, yaitu sistem perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat lunak yang digunakan dalam sistem vision ini adalah

Lebih terperinci

ALGORITMA LEARNING VECTOR QUANTIZATION UNTUK PENGENALAN BARCODE BUKU DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS GALUH CIAMIS

ALGORITMA LEARNING VECTOR QUANTIZATION UNTUK PENGENALAN BARCODE BUKU DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS GALUH CIAMIS ALGORITMA LEARNING VECTOR QUANTIZATION UNTUK PENGENALAN BARCODE BUKU DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS GALUH CIAMIS Egi Badar Sambani 1), Neneng Sri Uryani 2), Rifki Agung Kusuma Putra 3) Jurusan Teknik Informatika,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permainan catur cina, yang dikenal sebagai xiang qi dalam bahasa mandarin, merupakan sebuah permainan catur traditional yang memiliki jumlah 32 biji catur. Setiap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini diperlukan sebuah desain dan metode penelitian agar dalam pelaksanaaannya dapat menjadi lebih teratur dan terurut. 3.1. Desain Penelitian Bentuk dari desain

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN METODE KECERAHAN CITRA KONTRAS DAN PENAJAMAN CITRA DALAM MENGHASILKAN KUALITAS GAMBAR

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN METODE KECERAHAN CITRA KONTRAS DAN PENAJAMAN CITRA DALAM MENGHASILKAN KUALITAS GAMBAR TEKNIK PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN METODE KECERAHAN CITRA KONTRAS DAN PENAJAMAN CITRA DALAM MENGHASILKAN KUALITAS GAMBAR Zulkifli Dosen Tetap Fakultas Ilmu Komputer Universitas Almuslim Email : Zulladasicupak@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI Bab ini berisi analisis pengembangan program aplikasi pengenalan karakter mandarin, meliputi analisis kebutuhan sistem, gambaran umum program aplikasi yang

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Program Aplikasi Pada bagian ini, Penulis akan menjelaskan kebutuhan spesifikasi perangkat keras dan perangkat lunak, serta menjelaskan bagaimana cara program

Lebih terperinci

PENGENALAN TANDA TANGAN DENGAN MENGGUNAKAN NEURAL NETWORK DAN PEMROSESAN AWAL THINNING ZHANG SUEN

PENGENALAN TANDA TANGAN DENGAN MENGGUNAKAN NEURAL NETWORK DAN PEMROSESAN AWAL THINNING ZHANG SUEN PENGENALAN TANDA TANGAN DENGAN MENGGUNAKAN NEURAL NETWORK DAN PEMROSESAN AWAL THINNING ZHANG SUEN Chairisni Lubis 1) Yuliana Soegianto 2) 1) Fakultas Teknologi Informasi Universitas Tarumanagara Jl. S.Parman

Lebih terperinci

TRACKING OBJECT MENGGUNAKAN METODE TEMPLATE MATCHING BERBASIS STEREO VISION

TRACKING OBJECT MENGGUNAKAN METODE TEMPLATE MATCHING BERBASIS STEREO VISION TRACKING OBJECT MENGGUNAKAN METODE TEMPLATE MATCHING BERBASIS STEREO VISION Indra Pramana, M Zen Hadi Samsono, Setiawardhana Jurusan Telekomunkasi - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Definisi Masalah Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut sudah terintegrasi dengan komputer, dengan terintegrasinya sistem tersebut

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 18 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Penelitian Sistem pengenalan roda kendaraan pada penelitian ini tampak pada Gambar 10, secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tahapan utama yaitu, tahapan pelatihan

Lebih terperinci

BAB II NEURAL NETWORK (NN)

BAB II NEURAL NETWORK (NN) BAB II NEURAL NETWORK (NN) 2.1 Neural Network (NN) Secara umum Neural Network (NN) adalah jaringan dari sekelompok unit pemroses kecil yang dimodelkan berdasarkan jaringan syaraf manusia. NN ini merupakan

Lebih terperinci

Bab V Metode Penelitian

Bab V Metode Penelitian Bab V Metode Penelitian V.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di dua tempat, yakni Laboratorium Tesis Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung dan Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2013 s/d Mei 2014.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2013 s/d Mei 2014. 22 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2013 s/d Mei 2014. Pembuatan dan pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium Eksperimen

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN TOOL UNTUK JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) MODEL PERCEPTRON

RANCANG BANGUN TOOL UNTUK JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) MODEL PERCEPTRON RANCANG BANGUN TOOL UNTUK JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) MODEL PERCEPTRON Liza Afriyanti Laboratorium Komputasi dan Sistem Cerdas Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri,Universitas Islam

Lebih terperinci

Klasifikasi Pola Huruf Vokal dengan Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan

Klasifikasi Pola Huruf Vokal dengan Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan JURNAL TEKNIK POMITS 1-7 1 Klasifikasi Pola Huruf Vokal dengan Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan Dhita Azzahra Pancorowati, M. Arief Bustomi Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai analisis pola interferensi pada interferometer Michelson

III. METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai analisis pola interferensi pada interferometer Michelson 22 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian mengenai analisis pola interferensi pada interferometer Michelson akibat perbedaan ketebalan benda transparan dengan metode image processing

Lebih terperinci

pbab 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM APLIKASI uji coba terhadap program aplikasi pengenalan plat nomor kendaraan roda empat ini,

pbab 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM APLIKASI uji coba terhadap program aplikasi pengenalan plat nomor kendaraan roda empat ini, pbab 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM APLIKASI Bab ini berisi penjelasan tentang implementasi sistem meliputi kebutuhan perangkat lunak dan perangkat keras yang digunakan untuk melakukan perancangan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Pada bab ini, akan membahas implementasi dan hasil pengujian dari program aplikasi yang telah dibuat. Pada perancangan aplikasi ini meliputi perbedaan citra hasil foto

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian adalah tahapan-tahapan dalam penelitian. Berikut di bawah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian adalah tahapan-tahapan dalam penelitian. Berikut di bawah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian adalah tahapan-tahapan dalam penelitian. Berikut di bawah merupakan gambar desain penelitian: Pengumpulan Data Grayscalling Pustaka

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Definisi Masalah Dalam beberapa tahun terakhir perkembangan Computer Vision terutama dalam bidang pengenalan wajah berkembang pesat, hal ini tidak terlepas dari pesatnya

Lebih terperinci

BAB 4 DISAIN MODEL. Pengguna. Citra. Ekstraksi Ciri x. Antar muka (Interface) Data Hasil Ekstraksi Ciri. Testing dan Identifikasi.

BAB 4 DISAIN MODEL. Pengguna. Citra. Ekstraksi Ciri x. Antar muka (Interface) Data Hasil Ekstraksi Ciri. Testing dan Identifikasi. 33 BAB 4 DISAIN MODEL Disain model sistem identifikasi citra karang dirancang sedemikian rupa dengan tuuan untuk memudahkan dalam pengolahan data dan pembuatan aplikasi serta memudahkan pengguna dalam

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka berpikir Perubahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing tidak dapat dihindari. Untuk mengatasi perubahan yang tidak pasti ini diperlukan suatu prediksi.

Lebih terperinci

PERANCANGAN VIDEO SPEKTROSKOPI-NEURAL NETWORK UNTUK IDENTIFIKASI JENIS CAIRAN SYAIFUDIN DOSEN PEMBIMBING DR. MOCHAMMAD RIVAI,ST.

PERANCANGAN VIDEO SPEKTROSKOPI-NEURAL NETWORK UNTUK IDENTIFIKASI JENIS CAIRAN SYAIFUDIN DOSEN PEMBIMBING DR. MOCHAMMAD RIVAI,ST. PERANCANGAN VIDEO SPEKTROSKOPI-NEURAL NETWORK UNTUK IDENTIFIKASI JENIS CAIRAN SYAIFUDIN 2205204001 DOSEN PEMBIMBING DR. MOCHAMMAD RIVAI,ST.MT Pendahuluan 1. Spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari materi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pengolahan citra (image processing) telah banyak dipakai di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pengolahan citra (image processing) telah banyak dipakai di berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Citra (image) adalah bidang dalam dwimatra (dua dimensi) (Munir, 2004). Sebagai salah satu komponen multimedia, citra memegang peranan sangat penting sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian mengenai peningkatan kecepatan prediksi produksi susu sapi ini menggunakan metode eksperimen dengan metode sebagai berikut: a. Pengumpulan data

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Perusahaan dalam era globalisasi pada saat ini, banyak tumbuh dan berkembang, baik dalam bidang perdagangan, jasa maupun industri manufaktur. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pemotong an Suara. Convert. .mp3 to.wav Audacity. Audacity. Gambar 3.1 Blok Diagram Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Pemotong an Suara. Convert. .mp3 to.wav Audacity. Audacity. Gambar 3.1 Blok Diagram Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Penelitian Penelitian yang dilakukan dapat dijelaskan melalui blok diagram seperti yang terlihat pada Gambar 3.1. Suara Burung Burung Kacer Burung Kenari Pengambil an

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan Syaraf Biologi Jaringan Syaraf Tiruan merupakan suatu representasi buatan dari otak manusia yang dibuat agar dapat mensimulasikan apa yang dipejalari melalui proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK)

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) Kompetensi : 1. Mahasiswa memahami konsep Jaringan Syaraf Tiruan Sub Kompetensi : 1. Dapat mengetahui sejarah JST 2. Dapat mengetahui macam-macam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Implementasi antar muka dalam tugas akhir ini terdiri dari form halaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Implementasi antar muka dalam tugas akhir ini terdiri dari form halaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Antar Muka Implementasi antar muka dalam tugas akhir ini terdiri dari form halaman judul perangkat lunak, form pelatihan jaringan saraf tiruan, form pengujian

Lebih terperinci

DETEKSI JENIS KAYU CITRA FURNITURE UKIRAN JEPARA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION

DETEKSI JENIS KAYU CITRA FURNITURE UKIRAN JEPARA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION No Makalah : 299 Konferensi Nasional Sistem Informasi 2012, STMIK - STIKOM Bali 23-25 Pebruari 2012 DETEKSI JENIS KAYU CITRA FURNITURE UKIRAN JEPARA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION Ratri Dwi Atmaja 1,

Lebih terperinci

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan deteksi penyakit pada daun rose dengan menggunakan metode ANN.

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan deteksi penyakit pada daun rose dengan menggunakan metode ANN. Laporan Akhir Projek PPCD Deteksi Penyakit Daun Menggunakan Artificial Neural Network (ANN) TRI SONY(G64130020), GISHELLA ERDYANING (G64130040), AMALIYA SUKMA RAGIL PRISTIYANTO (G64130044), MUHAMMAD RIZQI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Hardware a. Prosesor : Intel Core i5-3230m CPU @ 2.60GHz b. Memori : 4.00 GB c.

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI Implementasi

BAB 4 IMPLEMENTASI Implementasi BAB 4 IMPLEMENTASI Bab ini menuturkan penjelasan mengenai implementasi dari sistem pengujian yang dibangun berdasarkan hasil analisis dan perancangan sistem yang telah dibahas pada bab sebelumnya. Bab

Lebih terperinci

KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION. Dhita Azzahra Pancorowati

KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION. Dhita Azzahra Pancorowati KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Dhita Azzahra Pancorowati 1110100053 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam tugas akhir ini penguji melakukan pengujian dari judul tugas akhir sebelumnya, yang dilakukan oleh Isana Mahardika. dalam tugas akhir tersebut membahas pendeteksian tempat

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM PELACAKAN OBJEK SECARA REAL TIME BERDASARKAN WARNA

RANCANG BANGUN SISTEM PELACAKAN OBJEK SECARA REAL TIME BERDASARKAN WARNA ISSN : 2442-5826 e-proceeding of Applied Science : Vol.2, No.1 April 2016 Page 383 RANCANG BANGUN SISTEM PELACAKAN OBJEK SECARA REAL TIME BERDASARKAN WARNA Luki Wahyu Hendrawan 1 Mohammad Ramdhani, S.T.,M.T

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Citra Digital

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Citra Digital BAB II DASAR TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital didefinisikan sebagai fungsi f (x,y) dua dimensi,dimana x dan y adalah koordinat spasial dan f(x,y) adalah disebut dengan intensitas atau tingkat keabuan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1. Analisis Masalah 3.1.1. Deskripsi Masalah Seiring dengan perkembangan jaman, maka makin meningkat pula kebutuhan seseorang akan informasi. Penerapan teknologi informasi

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Bab ini menguraikan proses implementasiuntuk tahap pelatihanneural networks,

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Bab ini menguraikan proses implementasiuntuk tahap pelatihanneural networks, BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Bab ini menguraikan proses implementasiuntuk tahap pelatihanneural networks, pengenalan not, pembangkitan not, dan tahap evaluasi. Aplikasi yang digunakan untuk pengujian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat Penelitian a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Prosesor Intel (R) Atom (TM) CPU N550

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION [1] Novi Indah Pradasari, [2] F.Trias Pontia W, [3] Dedi Triyanto [1][3] Jurusan Sistem Komputer,

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA GARIS DASAR KALIMAT PADA TULISAN TANGAN UNTUK MENGETAHUI KARAKTER SESEORANG DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILIENT BACKPROPAGATION

PENGENALAN POLA GARIS DASAR KALIMAT PADA TULISAN TANGAN UNTUK MENGETAHUI KARAKTER SESEORANG DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILIENT BACKPROPAGATION PENGENALAN POLA GARIS DASAR KALIMAT PADA TULISAN TANGAN UNTUK MENGETAHUI KARAKTER SESEORANG DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILIENT BACKPROPAGATION ABSTRAK Juventus Suharta (0722026) Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 31 Pendahuluan Algoritma Resilient Backpropagation (RPROP) dibagi menjadi dua bagian proses yaitu forward pass dan backward pass Forward pass berfungsi untuk mendapatkan nilai

Lebih terperinci

PENGAMAN RUMAH DENGAN SISTEM FACE RECOGNITION SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

PENGAMAN RUMAH DENGAN SISTEM FACE RECOGNITION SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS PENGAMAN RUMAH DENGAN SISTEM FACE RECOGNITION SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS Sinar Monika 1, Abdul Rakhman 1, Lindawati 1 1 Program Studi Teknik Telekomunikasi, Jurusan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Dalam analisis ini berisi penjelasan tentang analisis dan perancangan sistem yang akan dibangun. Analisis akan terdiri dari analisis permasalahan, analisis kebutuhan

Lebih terperinci

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series Oleh: ABD. ROHIM (1206 100 058) Dosen Pembimbing: Prof. Dr. M. Isa Irawan, MT Jurusan Matematika

Lebih terperinci

PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGARATION

PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGARATION PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGARATION Amriana 1 Program Studi D1 Teknik Informatika Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik UNTAD ABSTRAK Jaringan saraf tiruan untuk aplikasi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN TRACKING OBJEK BERBASIS IMAGE PROCESSING SECARA REAL TIME

IDENTIFIKASI DAN TRACKING OBJEK BERBASIS IMAGE PROCESSING SECARA REAL TIME IDENTIFIKASI DAN TRACKING OBJEK BERBASIS IMAGE PROCESSING SECARA REAL TIME Hendy Mulyawan, M Zen Hadi Samsono, Setiawardhana Jurusan Telekomunkasi - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PENGENALAN POLA TULISAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PENGENALAN POLA TULISAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PENGENALAN POLA TULISAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION Alvama Pattiserlihun, Andreas Setiawan, Suryasatriya Trihandaru Program Studi Fisika, Fakultas Sains dan Matematika,

Lebih terperinci

Algoritma MAC Berbasis Jaringan Syaraf Tiruan

Algoritma MAC Berbasis Jaringan Syaraf Tiruan Algoritma MAC Berbasis Jaringan Syaraf Tiruan Paramita 1) 1) Program Studi Teknik Informatika STEI ITB, Bandung, email: if14040@studentsifitbacid Abstract MAC adalah fungsi hash satu arah yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Sistem sortir mur dan baut ini terdiri dari beberapa rangkaian sub sistem yang

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Sistem sortir mur dan baut ini terdiri dari beberapa rangkaian sub sistem yang BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Penjelasan Sistem Secara Umum Sistem sortir mur dan baut ini terdiri dari beberapa rangkaian sub sistem yang saling melengkapi. Di mana setiap sistem memberikan peran yang

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI RAMBU-RAMBU LALU LINTAS MENGGUNAKAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION

IDENTIFIKASI RAMBU-RAMBU LALU LINTAS MENGGUNAKAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION IDENTIFIKASI RAMBU-RAMBU LALU LINTAS MENGGUNAKAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION RULIAH Program Studi Sistem Informasi Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Banjarbaru Jl. A. Yani Km. 33,3 Loktabat

Lebih terperinci