BAB 3 METODE PERANCANGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 METODE PERANCANGAN"

Transkripsi

1 BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Konsep dan Pendekatan Tujuan utama yang ingin dicapai dalam pengenalan objek 3 dimensi adalah kemampuan untuk mengenali suatu objek dalam kondisi beragam. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pengenalan suatu objek 3 dimensi adalah kondisi pencahayaan. Kamera yang umum digunakan sebagai sensor dalam pengenalan objek 3 dimensi bekerja dengan cara menangkap pantulan cahaya dari objek observasi. Pencahayaan yang kurang baik akan menyebabkan kurangnya informasi yang didapatkan oleh kamera, yang tentunya akan mempengaruhi proses pengolahan gambar dan pengenalan. Selain itu, faktor pencahayaan juga dapat menyebabkan terjadinya bayangan danrefleksi pada objek observasi, yang dapat mengakibatkan kesalahan persepsi akan bentuk objek tersebut. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah orientasi objek. Hal ini dikarenakan, informasi gambar yang didapatkan dari objek bisa berubah seiring berubahnya orientasi objek. Selain kemampuan pengenalan yang baik, suatu sistem pengenalan juga harus dapat melakukan pemrosesan secara sederhana. Hal ini penting agar sistem tersebut nantinya dapat diimplementasikan secara luas, atau dengan kata lain dapat digunakan pada komputer yang memiliki spesifikasi setara processor Intel Core 2 Duo. Namun demikian, reliabilitas sistem juga harus tetap dijaga Mono Vision vs Stereo Vision Salah satu keunggulan stereo vision dibandingkan mono vision adalah informasi kedalaman yang bisa diperoleh dari perbandingan kedua gambar yang ditangkap. Pada stereo vision, perbedaan sudut pandang objek yang dapat menghasilkan informasi disparity mapakan bergantung pada pengkondisian objek 3 dimensi dan jarak fokus kamera. Fitur untuk mengubah dan menyesuaikan jarak fokus kamera tersebut hanya dimiliki oleh kamera dengan spesifikasi tinggi. 29

2 30 Sehingga penggunaan kamera spesifikasi rendah dalam aplikasi stereovision tidak disarankan. Selain itu, perhitungan disparity map pada stereo vision membutuhkan waktu komputasi yang cukup lama. Oleh karena itu, pada skripsi ini digunakan mono vision untuk menyederhanakan pemrosesan objek 3 dimensi ke dalam bentuk 2 dimensi. Diharapkan, dengan melakukan pengambilan gambar suatu objek 3 dimensi dari beberapa sudut pandang yang berbeda, informasi 2 dimensi yang didapatkan cukup untuk menutupi hilangnya informasi kedalaman akibat konversi 3 dimensi ke 2 dimensi Canny vs Susan Edge Detection Algoritma yang digunakan pada SUSAN tidak bergantung pada penghalusan gambar sebelum gambar tersebut diproses. SUSAN juga tidak memperhitungkan turunan dari ruang pixel pada gambar, melainkan menentukan tepi objek dengan membandingkan intensitas suatu pixel dengan pixel disekitarnya. Hal inilah yang menyebabkan metode SUSAN lebih tahan terhadap noise yang disebabkan oleh pencahayaan yang bervariasi. Selain itu, tepi yang dihasilkan metode SUSAN cenderung lebih kontinu dibandingkan metode Canny. Namun metode SUSAN kurang dapat mendeteksi tepian objek yang samar. Kelebihan yang dimiliki SUSAN ini dianggap lebih sesuai untuk diaplikasikan pada sistem yang akan dibuat pada skripsi ini Descriptor Comparison Descriptor yang dimaksud di sini adalah kumpulan nilai numerik yang menggambarkan fitur-fitur khusus dari suatu objek sehingga dapat dibedakan dengan objek lainnya. Dengan kata lain, descriptor di sini juga berfungsi untuk menyederhanakan pemrosesan, karena informasi dari gambar yang diolah hanya yang penting-penting saja. Pada skripsi ini, descriptor yang digunakan harus memiliki sifat scale-invariant dan orientation-invariant, karena diharapkan sistem

3 31 yang diciptakan dapat mengenali objek yang diberikan walaupun orientasi dan posisinya berubah. Dari semua descriptor yang ada, beberapa descriptor yang memenuhi kriteria ini antara lain pixel representation, centroid distance function, chain code, radial descriptor. Pixel representation memiliki tingkat kerumitan yang paling rendah diantara keempat algoritma. Kekurangan algoritma ini adalah pada bentuk descriptor yang tidak disederhanakan dengan baik, dan berpeluang memberatkan pemrosesan di tahap selanjutnya. Radial descriptor memiliki sifatinvariant terhadap rotasi yang hanya dapat berlaku pada perubahan orientasi satu sumbu, atau dengan kata lain 2 dimensi. Hal ini menjadi kekurangan utama dari metode ini, karena sistem membutuhkan descriptor yang bersifat invariant terhadap rotasi 3 dimensi. Centroid distance function dan chain code merupakan dua metode yang dapat saling mendukung dalam menangani masalah invariant terhadap rotasi 3 dimensi. Selain itu, tingkat kesulitan dari algoritma kedua metode tersebut cukup mudah. Dari kelebihankelebihan ini, kedua metode ini dianggap yang paling sesuai untuk digunakan pada sistem pengenalan objek 3 dimensi yang akan dibuat Fuzzy Logic vs Neural Network Dua algoritma yang umum digunakan untuk pengenalan objek adalah logika fuzzy dan jaringan syaraf tiruan. Perbedaan mendasar dari kedua metode tersebut dapat dilihat dari kemudahan pengaturan parameter beserta penentuan keputusan yang harus diambil terhadap masing-masing parameter tersebut. Logika fuzzy hanya dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang solusinya dapat dipaparkan dalam bentuk pernyataan ifthen. Dengan kata lain, dibutuhkan pemodelan terdahulu akan hasil output yang diharapkan. Oleh karena itu, logika fuzzy membutuhkan input yang relatif konsisten agar dapat mengambil keputusan yang sesuai terhadap input tersebut.

4 32 Berbeda dengan logika fuzzy, jaringan syaraf tiruan dapat mentoleransi nilai input untuk mendapatkan output yang sesuai dengan target. Kelebihan ini dianggap lebih sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yang melibatkan beberapa kondisi berbeda dari pengambilan input yaitu kondisi pencahayaan dan orientasi objek. Terlebih lagi, metode ini tidak membutuhkan model matematika yang spesifik untuk menyelesaikan masalah tertentu. 3.2 Perancangan dan Pengembangan Image Database Creation Proses pembentukan image database dilakukan dengan menggunakan fungsi-fungsi yang telah disediakan oleh MATLAB, seperti inisialisasi kamera, pengambilan snapshot, load dan save gambar. Sebelum mengambil gambar, pastikan sumbu horizontal kamera sejajar dengan sumbu horizontal objek dan sudut pandang kamera mengarah tepat pada titik pusat rotating platform. Hal ini dilakukan agar jarak antara titik pusat objek dengan kamera selalu samaseiring diputarnya rotating platform. Berikut ini adalah diagram alir dari proses pembentukan image database yang digunakan:

5 33 START Inisialisasi Kamera Posisikan Rotating Platform pada sudut 0 Simpan Gambar Pengambilan gambar oleh Kamera Sudut Rotating Platform = 165? Tambahkan 15 ke sudut Rotating Platform (Putar CW) Load gambar pertama Crop gambar Ubah gambar ke Grayscale Load gambar selanjutnya Gambar terakhir? Simpan gambar dalam bentuk matrix (.mat) STOP Gambar 3.1 Diagram Alir Image Database Creation Secara sederhana, proses pembentukan image database dilakukan dengan mengambil snapshot objek yang terletak pada tengah rotating platform dari sudut pandang yang berbeda-beda. Pengambilan gambar dilakukan setiap kenaikan 15 sudut rotating platform dimulai dari sudut 0 sampai dengan 165. Gambar-gambar yang didapatkan ini kemudian akan melalui proses cropping untuk mengekstrak bagian dari gambar yang mengandung informasi objek saja. Hal ini dilakukan untuk

6 34 mengurangi waktu pemrosesan gambar selanjutnya. Berikut adalah contoh hasil proses cropping. Gambar 3.2 Cropping: Uncropped (kiri); Cropped (kanan) Setelah proses cropping, proses selanjutnya yang dilakukan adalah grayscaling. Proses grayscaling adalah sebuah proses untuk mengkonversikan gambar dari RGB menjadi grayscale, dengan tujuan untuk menyederhanakan proses komputasi dari 24 bit menjadi 8 bit. Contoh hasil proses grayscaling dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 3.3 Grayscaling: RGB (kiri); Grayscale (kanan) Gambar-gambar yang sudah melalui proses cropping dan grayscaling kemudian akan disimpan dalam bentuk matriks (.mat) menggunakan Matlab. Setiap matriks yang dibuat akan berisikan gambar-gambar satu jenis objek yang diambil dari sudut pandang yang berbeda-beda.

7 Training Proses training di sini bertujuan untuk mendapatkan nilai bobot dan bias yang optimal pada neural network agar dapat mengenali objek-objek tertentu. Load Image Database Image Preprocessing Image Processing ANN (Training) Gambar 3.4 Blok Diagram Training Proses training dimulai dengan membuka image database yang telah disimpan sebelumnya. Selanjutnya diikuti dengan proses pengolahan gambar yang memiliki alur sama seperti proses pengolahan gambar yang umum digunakan, yaitu terdiri dari image pre-processing dan image processing. Pada proses training ini, tahapan image preprocessing yang digunakan adalah proses SUSAN Edge Detection dan Non-Maximum Suppression. Tahapan image processing yang digunakan antara lain proses Shape Extraction, Centroid dan Chain Code with Length Estimation. Berikut ini adalah diagram blok yang menggambarkan tahapan dari image preprocessing dan image processing yang digunakan: SUSAN Edge Detection Non-Maximum Suppression Gambar 3.5 Diagram Blok Image Preprocessing Shape Extraction Centroid Chain Code with Length Estimation Gambar 3.6 Diagram Blok Image Processing

8 36 Pada skripsi ini, metode edge detection yang digunakan adalah SUSAN Edge Detection dengan pertimbangan metode ini memiliki tingkat pendeteksian yang lebih baik terutama pada kondisi gambar yang memiliki noise dan menghasilkan tepi yang continue. Berikut ini adalah diagram alir dari proses SUSAN Edge Detection yang digunakan:

9 37 START Inisialisasi jari-jari mask r = 5 Inisialisasi starting pixel x = 1 + r y = 1 + r Pindah ke pixel selanjutnya (scanning column) Tentukan toleransi intensitas i t = i ± (5% x 255) Bandingkan intensitas pixel-pixel yang berada di dalam mask dengan intensitas pixel tengah (it) Apakah pixel terakhir? Masukkan nilai USAN pada matrix SUSAN sesuai dengan posisi pixel tengah Hitung nilai USAN berdasarkan jumlah pixel di dalam mask yang memiliki intensitas sama dengan pixel tengah Inisialisasi geometric threshold g = ¾ area mask USAN = g - USAN Scanning matrix SUSAN (scanning column) USAN < g? USAN = 0 Apakah pixel terakhir? STOP Gambar 3.7 Diagram Alir SUSAN Edge Detection Berbeda dengan metode edge detection lain yang umum digunakan, contohnya Canny Edge Detection, SUSAN Edge Detection tidak menggunakan penurunan dari gambar untuk menentukan pixel

10 38 tepi, melainkan membandingkan intensitas masing-masing pixel pada gambar dengan intensitas pixel-pixel disekelilingnya yang berada dalam radius tertentu dan mencari nilai USAN. Proses ini dilakukan dengan melakukan scanning pixel per pixel pada gambar. Seiring dilakukannya scanning, akan diletakkan mask dengan radius tertentu pada pixel yang bersangkutan. Intensitas pixel-pixel yang berada dalam area mask akan dibandingan dengan intensitas pixel tersebut. Nilai USAN didapatkan dengan menghitung jumlah pixel di dalam area mask yang memiliki intensitas yang relatif sama dengan intensitas pixel tersebut. Nilai USAN ini digunakan untuk menggantikan nilai intensitas pixel yang bersangkutan. Setelah mendapatkan nilai USAN masing-masing pixel pada gambar, selanjutnya akan dilakukan proses geometric thresholding yang bertujuan untuk menghilangkan noise sekaligus membalik warna gambar hasil SUSAN Edge Detector sebelumnya agar pixel tepi yang dihasilkan berwarna putih sementara pixelbackground berwarna hitam. Nilai radius mask (r) yang digunakan adalah 5, dengan pertimbangan bahwa dengan nilai radius yang besar, pixel tepi yang didapatkan akan menjadi lebih tebal, sementara nilai radius yang terlalu kecil dapat menyebabkan pixel tepi yang tidak continue. Nilai geometric threshold yang digunakan adalah 0.75 dari nilai maksimum USAN yang mungkin. Nilai ini ditentukan berdasarkan analisa respon SUSAN Edge Detection terhadap gambar yang mengandung noise. Contoh hasil proses SUSAN Edge Detection dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 3.8 Sebelum SUSAN (kiri); Sesudah SUSAN (kanan)

11 39 Umumnya proses SUSAN Edge Detection selalu diikuti dengan proses Non-Maximum Suppresion. Tujuan dari proses Non- Maximum Suppresion adalah untuk mempertajam pixel tepi yang dihasilkan oleh proses SUSAN Edge Detection. Berikut ini adalah diagram alir dari proses Non-Maximum Suppression yang digunakan: START Konversi sudutsudut yang negatif ke positif Hitung magnitude dan sudut dari gradien gambar Imag = (Ix 2 + Iy 2 ) Θ = tan -1 (Ix / Iy) Kondisi 1. (Θ> && Θ<=0+22.5) (Θ> && Θ<= ) Kondisi 2. (Θ> && Θ<= ) (Θ> && Θ<= ) Kondisi 3. (Θ> && Θ<= ) (Θ> && Θ<= ) Kondisi 4. (Θ> && Θ<= ) (Θ> && Θ<= ) Scanning Column Pixel terakhir? Operasi Closing Kondisi 1? Meniadakan pixel yang magnitudenya tidak maksimum di wilayah sudut pada kondisi 1 Operasi Bridging Kondisi 2? Meniadakan pixel yang magnitudenya tidak maksimum di wilayah sudut pada kondisi 1 Operasi Thining Kondisi 3? Meniadakan pixel yang magnitudenya tidak maksimum di wilayah sudut pada kondisi 1 Operasi Shrinking Kondisi 4? Meniadakan pixel yang magnitudenya tidak maksimum di wilayah sudut pada kondisi 1 STOP Gambar 3.9 Diagram Alir Non-Maximum Suppression Proses Non-Maximum Suppression dilakukan dengan mencari besar dan arah dari gradien gambar, yang mana gradien yang dimaksud di sini adalah perubahan intensitas pada gambar. Besar dari

12 40 masing-masing pixel akan digunakan sebagai perbandingan untuk menentukan pixel-pixel mana yang memiliki intensitas maksimum. Untuk menentukan gradient gambar, pada mulanya dilakukan scanning pixel per pixel guna mencari perubahan intensitas pixel yang bersangkutan sepanjang sumbu x dan sumbu y. Perubahan intensitas sepanjang sumbu x atau I x didapat dengan mengurangkan intensitas pixel yang berada di sebelah kanan dengan pixel yang berada di sebelah kiri pixel yang bersangkutan kemudian membagi dua hasilnya. Sementara perubahan intensitas sepanjang sumbu y atau I y didapatkan dengan mengurangkan intensitas pixel yang berada di bawah dengan intensitas pixel yang berada di atas pixel yang bersangkutan kemudian membagi dua hasilnya. Perubahan intensitas ini digunakan untuk menentukan magnitude I dan arah gradien gambar menggunakan persamaan: Persamaan 3.1 Menentukan Magnitude dan Arah Gradien Arah masing-masing pixel digunakan untuk menentukan pixel mana disekelilingnya yang akan dibandingkan magnitudenya. Gambar 3.10 Penentuan Arah Gradien Gambar Misalkan arah pixel berada di antara 0 atau 180, maka pixel di sekelilingnya yang akan dibandingkan adalah pixel pada arah 0 dan 4, seperti yang ditunjukkan pada gambar di atas. Apabila ada di antara

13 41 kedua pixel tersebut yang memiliki magnitude lebih kecil dari magnitude pixel tengah, maka nilai pixel tersebut akan dinolkan. Setelah magnitude masing-masing pixel dibandingkan, pixelpixel yang akan tersisa hanyalah pixel-pixel dengan intensitas maksimum saja. Walaupun demikian, gambar yang didapatkan tidak selalu sempurna, dalam artian masih terdapat pixel tepi yang tebal atau kurang kontinu. Oleh karena itu perlu dilakukan operasi closing dan bridging untuk menyambungkan pixel-pixel tepi yang tidak terhubung, serta operasi thinning dan shrinking untuk mendapatkan pixel tepi dengan ketebalan satu pixel. Contoh hasil proses Non- Maximum Suppression dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 3.11 NMS: Sebelum NMS (kiri); Sesudah NMS (kanan) Sebelum pembentukan descriptor, gambar hasil proses nonmaximum suppression akan dipecah terlebih dahulu melalui proses shape extraction. Proses ini dilakukan karena sisi objek yang terlihat belum tentu sama ketika orientasi objek berubah terhadap kamera. Selain itu, iluminasi yang terdapat pada masing-masing sisi objek belum tentu sama ketika orientasi objek diubah. Oleh karena itu, informasi sisi objek harus didapatkan dari semua orientasi untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kehilangan informasi baik karena pengaruh pencahayaan ataupun sudut pandang kamera.

14 42 START Beri label yang sama untuk pixel-pixel yang saling berhubungan dan label yang berbeda untuk pixel yang tidak berhubungan Hitung jumlah label berbeda yang ditemukan (L max) Inisialisasi matrix untuk masing-masing shape yang akan diekstrak shape = zeros (width, height, Lmax-1) Inisialisasi ukuran matrix untuk masing-masing shape yang akan diekstrak width = 160 height = 160 Inisialisasi label start L = 2 Cari koordinat x dan y pixel-pixel yang memiliki label L column = [x 1,x 2,,x n] row = [y 1,y 2,,y n] Hitung posisi start koordinat x dan y X1 = ((width xlength)/2) + 1 Y1 = ((height ylength)/2) + 1 Hitung jarak antara x min dengan x max dan y min dengan y max Y length = y max - y min + 1 X length = x max - x min + 1 n = n + 1 L = L + 1 shape(row(n)- y min +y 1, column(n)- x min +x 1, L-1) = 1 n = n max? L = L max? STOP Gambar 3.12 Diagram Alir Shape Extraction Proses shape extraction dimulai dengan pemberian label atau nomor pada semua pixel tepi yang ada pada gambar. Pixel-pixel tepi yang saling berhubungan akan diberikan label yang sama, sementara

15 43 pixel-pixel tepi yang tidak terhubung satu sama lain akan diberikan label yang berbeda. Dengan demikian, tepian dari masing-masing sisi objek akan memiliki label yang berbeda. Kemudian, koordinat masing-masing pixel tepi akan dicari dan dikelompokkan berdasarkan label yang diberikan. Hal ini dilakukan agar masing-masing sisi objek dapat ditampilkan pada gambar yang berbeda. Berikut ini adalah diagram alir dari proses Shape Extraction yang digunakan: Gambar 3.13 Sebelum Shape Extraction(kiri); Sesudah Shape Extraction(kanan) Untuk menyederhanakan lebih lanjut masing-masing shape yang sudah diekstrak, guna meminimalisir banyak input jaringan syaraf tiruan, masing-masing shape akan direpresentasikan ke dalam bentuk descriptor. Descriptor merupakan representasi sederhana suatu gambar, yang berisikan fitur-fitur khusus dari gambar tersebut, sehingga dapat dibedakan dengan gambar lainnya. Pada skripsi ini, digunakan tipe descriptor Centroid Distance Function yang termasuk dalam golongan shape descriptor yang fungsinya adalah memetakan titik pusat gravitasi dari shape tertentu terhadap tepiannya (Yang, 2008). Ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa descriptor ini merupakan representasi shape paling sederhana yang masih dapat mengembalikan bentuk asli dari shape yang direpresentasikan. Berikut ini adalah diagram alir dari proses pembentukan descriptor yang digunakan:

16 44 START Hitung centroid x c = 1/n x n y c = 1/n y n Tentukan starting pixel x 1 = x max y 1 = y min Tentukan starting direction (scanning pixel dari arah 0 kemudian dilanjutkan CW) Hitung jarak dari centroid d n = ((x c - x n ) 2 + (y c - y n ) 2 ) Pindah ke pixel selanjutnya, berdasarkan arah x n+1 = x n ± 1 y n+1 = y n ± 1 Tentukan direction (scanning pixel dimulai dari 1 pixel CCW dari arah sebelumnya kemudian dilanjutkan CW) x n = x 1 & y n = y 1? STOP Gambar 3.14 Diagram Alir Pembentukan Descriptor Tahap awal dalam pembentukan Centroid Distance Function adalah menentukan centroid dari masing-masing shape yang sudah diekstrak. Titik pusat gravitasi didapatkan dengan mencari rata-rata koordinat x dan koordinat y dari pixel tepi shape yang bersangkutan. Persamaan 3.2 Menentukan Titik Pusat Gravitasi Pada Gambar

17 45 Koordinat x titik pusat gravitasi dilambangkan dengan g x sementara koordinat y nya dilambangkan dengan g y. Contoh penempatan titik pusat gravitasi pada masing-masing shape yang diekstrak dapat dilihat pada gambar Gambar 3.15 Centroid pada masing-masing shape yang diekstrak Setelah mendapatkan titik pusat gravitasi maka Centroid Distance Function dapat ditentukan. Pengukuran jarak dari centroid ke masing-masing pixel tepi ini dilakukan dengan menggabungkan proses chain code dan distance estimation. Chain code digunakan untuk menyusuri pixel-pixel tepi secara berurutan. Seiring pembentukan chain code, jarak dari centroid ke masing-masing pixel tepi yang dilalui akan dihitung menggunakan persamaan trigonometri biasa, yaitu dengan membandingkan koordinat titik pusat massa dengan pixel tepi yang bersangkutan. Jarak-jarak tersebutlah yang akan merepresentasikan shape yang diekstrak ke dalam bentuk vektor. Contoh grafik vektor Centroid Distance Function dapat dilihat pada gambar 3.16.

18 46 Gambar 3.16 Grafik Centroid Distance Function untuk masingmasing shape yang diekstrak Descriptor yang didapatkan dari proses sebelumnya akan digunakan sebagai input selama proses pelatihan jaringan syaraf tiruan. Keunggulan dari jaringan syaraf tiruan adalah ketahanan terhadap perubahan input dan dapat memberikan solusi terhadap suatu permasalahan sistem tanpa perlu pemodelan sistem terdahulu. Proses pembentukan Jaringan syaraf tiruan dilakukan dengan menggunakan fungsi-fungsi yang telah disediakan oleh MATLAB, seperti inisialisasi neural network dan neural network training. Berikut ini adalah diagram alir dari proses pelatihan jaringan syaraf tiruan yang digunakan:

19 47 START Inisialisasi epoch d = mse d = 10-5 Inisialisasi weight & bias dengan nilai random Hitung output Update weight & bias Hitung jumlah iterasi epoch = epoch + 1 Hitung mse mse = 1/n (t a n ) 2 epoch = epoch d? mse mse d? STOP Gambar 3.17 Diagram alir pelatihan jaringan syaraf tiruan Dalam proses perancangan suatu jaringan syaraf tiruan, terdapat beberapa hal penting yang perlu diperhatikan. Pertama-tama, jumlah input neuron ditentukan berdasarkan jumlah karakteristik yang akan digunakan untuk mempertimbangkan output yang dihasilkan. Pada skripsi ini, jumlah input neuron yang digunakan adalah 2000, yaitu sejumlah elemen dari masing-masing descriptor. Jumlah output jaringan ditentukan berdasarkan banyaknya kombinasi output yang diharapkan. Pada skripsi ini, jumlah output neuron yang digunakan adalah 2, dengan pertimbangan bahwa ke empat objek yang akan dideteksi dapat direpresentasikan dalam kombinasi angka 2-bit. Selain jumlah input dan output neuron, banyaknya hidden layer dan jumlah node pada masing-masing hidden layer juga harus dipertimbangkan. Banyaknya hidden layer menentukan kemampuan jaringan syaraf tiruan dalam memecahkan masalah. Jaringan syaraf

20 48 tiruan yang memiliki banyak hidden layer dapat memecahkan permasalahan yang lebih kompleks. Walaupun demikian, dalam memecahkan masalah yang relatif sederhana, penggunaan hidden layer yang banyak akan mengakibatkan waktu komputasi yang lama dibandingkan dengan yang menggunakan hidden layer sedikit. Oleh karena itu banyaknya hidden layer harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing sistem. Pada skripsi ini, jumlah hidden layer yang digunakan adalah sebanyak 1 layer, dengan pertimbangan untuk menghemat waktu komputasi. Selain itu, jaringan syaraf tiruan dengan 1 hidden layer sudah dapat digunakan untuk memecahkan hampir semua jenis masalah. Jumlah node pada hidden layer menentukan seberapa besar ketahanan jaringan syaraf tiruan terhadap perubahan input. Semakin sedikit jumlah node pada hidden layer, maka jaringan syaraf tiruan yang dihasilkan akan memiliki ketahanan terhadap perubahan input yang semakin tinggi. Ketahanan yang tinggi tidak selalu berarti baik, karena dengan demikian dapat mengakibatkan kesalahan persepsi sewaktu proses pengenalan. Algoritma backpropagation menggunakan metode supervised learning, yang artinya target output yang diharapkan sudah ditentukan terlebih dahulu. Selama proses training, Jaringan syaraf tiruan akan berusaha untuk mengubah nilai bobot dan bias pada masing-masing neuron nya guna meminimalisir eror output, yaitu selisih antara target output denganoutputaktual yang didapat. Proses pelatihan Jaringan syaraf tiruan dimulai dengan menentukan parameter yang harus dicapai diakhir pelatihan. Pada skripsi ini, parameter yang dijadikan acuan adalah mean square error. Metode mean square error dipilih agar performa sistem dapat ditinjau secara menyeluruh, bukan hanya berdasarkan hasil akhirnya saja. Desired Mean Square Error atau mse d ditetapkan pada10-5, dengan pertimbangan bahwa dengan nilai mse d yang besar, keakuratan jaringan syaraf tiruan yang dibentuk menjadi berkurang, sementara nilai mse d yang terlalu kecil dapat menyebabkan waktu training menjadi sangat lama dan pengaruhnya terhadap peningkatan

21 49 keakuratan jaringan syaraf tiruan yang dihasilkan juga kurang signifikan. Jumlah maksimum iterasi yang diperbolehkan atau epoch d ditetapkan pada 10000, semata-mata untuk membatasi agar proses training tidak berlangsung terlalu lama. Apa bila selama proses training, iterasi yang dilakukan melebihi 10000, maka training tersebut dianggap gagal. Sehingga patokan suksesnya training lebih dilihat dari tercapainya Desired Mean Square Error Testing Proses testing di sini bertujuan untuk melakukan pengetesan terhadap keakuratan jaringan syaraf tiruan yang telah diperoleh dari proses training sebelumnya. Capture Image Image Preprocessing Image Processing ANN (Recognition) Gambar 3.18 Blok Diagram Testing Proses testing yang dilakukan hampir sama dengan proses training, hanya saja gambar yang akan diproses tidak diambil dariimage database, melainkan diambil secara langsung oleh kamera. Oleh karena itu, proses grayscaling juga harus ditambahkan ke dalam blok diagram image preprocessing, sehingga urutan image preprocessing yang digunakan meliputi grayscaling, SUSAN Edge Detection dan Non-Maximum Suppression. Tahapan image processing yang digunakan sama dengan yang dilakukan pada saat training, antara lain Shape Extraction, Centroid dan Chain Code with Length Estimation. Hasil descriptor yang didapat akan dimasukkan ke dalam jaringan syaraf tiruan yang telah diperoleh dari proses training sebelumnya. Output dari jaringan syaraf tiruan akan berupa tulisan berupa nama dari objek yang terdeteksi.

BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN 4.1 Spesifikasi Sistem Sistem pengenalan objek 3 dimensi terbagi atas perangkat keras dan perangkat lunak. Spesifikasi sistem baik perangkat keras maupun lunak pada proses perancangan

Lebih terperinci

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK 2.1 KONSEP DASAR Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori yang dijadikan acuan untuk menyelesaikan penelitian. Berikut ini teori yang akan digunakan penulis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Neuro Fuzzy Neuro-fuzzy sebenarnya merupakan penggabungan dari dua studi utama yaitu fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Computer vision adalah bidang yang mempelajari metode-metode untuk memperoleh, memproses, menganalisa, serta memahami gambar 2 dimensi dari suatu pemandangan 3 dimensi. Gambar merupakan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Sistem Neural Network di Matlab Gambar 3.1 Blok Diagram Perancangan Sistem Neural network 3.1.1 Training Neural Network Untuk pelatihan neural network penulis lebih

Lebih terperinci

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Program Studi Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang Abstrak. Saat ini, banyak sekali alternatif dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian untuk pengenalan nama objek dua dimensi pada citra

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian untuk pengenalan nama objek dua dimensi pada citra BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian untuk pengenalan nama objek dua dimensi pada citra adalah sebagai berikut. Gambar 3.1 Desain Penelitian 34 35 Penjelasan dari skema gambar

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK OLEH ARIF MIFTAHU5R ROHMAN (2200 100 032) Pembimbing: Dr. Ir Djoko Purwanto, M.Eng,

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI Oleh Nama : Januar Wiguna Nim : 0700717655 PROGRAM GANDA TEKNIK INFORMATIKA DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 14, terdiri dari tahap identifikasi masalah, pengumpulan dan praproses data, pemodelan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Metode Perancangan Perancangan sistem didasarkan pada teknologi computer vision yang menjadi salah satu faktor penunjang dalam perkembangan dunia pengetahuan dan teknologi,

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisa Program Aplikasi Dalam proses identifikasi karakter pada plat nomor dan tipe kendaraan banyak menemui kendala. Masalah-masalah yang ditemui adalah proses

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran untuk penelitian ini seperti pada Gambar 9. Penelitian dibagi dalam empat tahapan yaitu persiapan penelitian, proses pengolahan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN. 3.1 Evaluasi Metode dan Algoritma Stereo Vision. Evaluasi terhadap beberapa metode dan algoritma yang ada untuk memperoleh

BAB 3 METODE PERANCANGAN. 3.1 Evaluasi Metode dan Algoritma Stereo Vision. Evaluasi terhadap beberapa metode dan algoritma yang ada untuk memperoleh BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Evaluasi Metode dan Algoritma Stereo Vision Evaluasi terhadap beberapa metode dan algoritma yang ada untuk memperoleh informasi kedalaman berdasarkan stereo vision. 3.1.1 Metode

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI Bab ini berisi analisis pengembangan program aplikasi pengenalan karakter mandarin, meliputi analisis kebutuhan sistem, gambaran umum program aplikasi yang

Lebih terperinci

ALGORITMA LEARNING VECTOR QUANTIZATION UNTUK PENGENALAN BARCODE BUKU DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS GALUH CIAMIS

ALGORITMA LEARNING VECTOR QUANTIZATION UNTUK PENGENALAN BARCODE BUKU DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS GALUH CIAMIS ALGORITMA LEARNING VECTOR QUANTIZATION UNTUK PENGENALAN BARCODE BUKU DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS GALUH CIAMIS Egi Badar Sambani 1), Neneng Sri Uryani 2), Rifki Agung Kusuma Putra 3) Jurusan Teknik Informatika,

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER Dalam analisis dan perancangan sistem program aplikasi ini, disajikan mengenai analisis kebutuhan sistem yang digunakan, diagram

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain : akan digunakan untuk melakukan pengolahan citra.

BAB III METODE PENELITIAN. ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain : akan digunakan untuk melakukan pengolahan citra. BAB III METODE PENELITIAN Untuk pengumpulan data yang diperlukan dalam melaksanakan tugas akhir, ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain : 1. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan berupa pencarian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan dan algoritma yang akan digunakan pada sistem pengenalan wajah. Bagian yang menjadi titik berat dari tugas akhir

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus BAB II DASAR TEORI 2.1 Meter Air Gambar 2.1 Meter Air Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus menerus melalui sistem kerja peralatan yang dilengkapi dengan unit sensor,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra digital adalah citra yang bersifat diskrit yang dapat diolah oleh computer. Citra ini dapat dihasilkan melalui kamera digital dan scanner ataupun citra yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Definisi Masalah Dalam beberapa tahun terakhir perkembangan Computer Vision terutama dalam bidang pengenalan wajah berkembang pesat, hal ini tidak terlepas dari pesatnya

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam pengerjaan perancangan dan pembuatan aplikasi pengenalan karakter alfanumerik JST algoritma Hopfield ini menggunakan software Borland Delphi 7.0. 3.1 Alur Proses Sistem

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menjawab segala permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. menjawab segala permasalahan yang ada dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan bahan yang digunakan dalam membantu menyelesaikan permasalahan, dan juga langkah-langkah yang dilakukan dalam menjawab segala permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Waktu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dalam kurun waktu enam bulan terhitung mulai februari 2012 sampai juli 2012. Tempat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Implementasi antar muka dalam tugas akhir ini terdiri dari form halaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Implementasi antar muka dalam tugas akhir ini terdiri dari form halaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Antar Muka Implementasi antar muka dalam tugas akhir ini terdiri dari form halaman judul perangkat lunak, form pelatihan jaringan saraf tiruan, form pengujian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. Processor Intel Core i3-350m.

BAB III METODE PENELITIAN. dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. Processor Intel Core i3-350m. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan, maka diperlukan alat dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. 3.1.1 Alat Penelitian Adapun

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM Dalam bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan pembuatan sistem aplikasi yang digunakan sebagai user interface untuk menangkap citra ikan, mengolahnya dan menampilkan

Lebih terperinci

Implementasi Algoritma Canny dan Backpropagation dalam Pengenalan Pola Rumah Adat

Implementasi Algoritma Canny dan Backpropagation dalam Pengenalan Pola Rumah Adat Implementasi Algoritma Canny dan Backpropagation dalam Pengenalan Pola Rumah Adat Asep Nana Hermana [1], Meikel Sandy Juerman [1] Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN 44 BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Analisa Analisa yang dilakukan terdiri dari : a. Analisa terhadap permasalahan yang ada. b. Analisa pemecahan masalah. 3.1.1 Analisa Permasalahan Pengenalan uang kertas

Lebih terperinci

Neural Network (NN) Keuntungan penggunaan Neural Network : , terdapat tiga jenis neural network Proses Pembelajaran pada Neural Network

Neural Network (NN) Keuntungan penggunaan Neural Network : , terdapat tiga jenis neural network Proses Pembelajaran pada Neural Network Neural Network (NN) adalah suatu prosesor yang melakukan pendistribusian secara besar-besaran, yang memiliki kecenderungan alami untuk menyimpan suatu pengenalan yang pernah dialaminya, dengan kata lain

Lebih terperinci

SIMULASI PENGENALAN TULISAN MENGGUNAKAN LVQ (LEARNING VECTOR QUANTIZATION )

SIMULASI PENGENALAN TULISAN MENGGUNAKAN LVQ (LEARNING VECTOR QUANTIZATION ) SIMULASI PENGENALAN TULISAN MENGGUNAKAN LVQ (LEARNING VECTOR QUANTIZATION ) Fachrul Kurniawan, Hani Nurhayati Jurusan Teknik Informatika, Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik

Lebih terperinci

Klasifikasi Pola Huruf Vokal dengan Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan

Klasifikasi Pola Huruf Vokal dengan Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan JURNAL TEKNIK POMITS 1-7 1 Klasifikasi Pola Huruf Vokal dengan Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan Dhita Azzahra Pancorowati, M. Arief Bustomi Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Definisi Masalah Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut sudah terintegrasi dengan komputer, dengan terintegrasinya sistem tersebut

Lebih terperinci

Penggunaan Jaringan Syaraf Tiruanuntuk Membaca Karakter pada Formulir Nilai Mata Kuliah

Penggunaan Jaringan Syaraf Tiruanuntuk Membaca Karakter pada Formulir Nilai Mata Kuliah Vol. 14, No. 1, 61-68, Juli 2017 Penggunaan Jaringan Syaraf Tiruanuntuk Membaca Karakter pada Formulir Nilai Mata Kuliah La Surimi, Hendra, Diaraya Abstrak Jaringan syaraf tiruan (JST) telah banyak diaplikasikan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK MENGENALI MOTIF BATIK

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK MENGENALI MOTIF BATIK IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK MENGENALI MOTIF BATIK Fany Hermawan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipatiukur 112-114 Bandung E-mail : evan.hawan@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat Penelitian a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Prosesor Intel (R) Atom (TM) CPU N550

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 32 BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Pada bab ini akan dibahas tentang analisis sistem melalui pendekatan secara terstruktur dan perancangan yang akan dibangun dengan tujuan menghasilkan model atau representasi

Lebih terperinci

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Sari Indah Anatta Setiawan SofTech, Tangerang, Indonesia cu.softech@gmail.com Diterima 30 November 2011 Disetujui 14 Desember 2011

Lebih terperinci

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasia ASIA (JITIKA) Vol.9, No.2, Agustus 2015 ISSN: 0852-730X Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner Nur Nafi'iyah Prodi Teknik Informatika

Lebih terperinci

BAB II NEURAL NETWORK (NN)

BAB II NEURAL NETWORK (NN) BAB II NEURAL NETWORK (NN) 2.1 Neural Network (NN) Secara umum Neural Network (NN) adalah jaringan dari sekelompok unit pemroses kecil yang dimodelkan berdasarkan jaringan syaraf manusia. NN ini merupakan

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN BARCODE MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION

SISTEM PENGENALAN BARCODE MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION SISTEM PENGENALAN BARCODE MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION Nama Mahasiswa : Gigih Prasetyo Cahyono NRP : 1206 100 067 Jurusan : Matematika FMIPA-ITS Dosen Pembimbing : Prof.

Lebih terperinci

Implementasi Extreme Learning Machine untuk Pengenalan Objek Citra Digital

Implementasi Extreme Learning Machine untuk Pengenalan Objek Citra Digital JURNAL SAINS DAN SENI IS Vol. 6, No.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) A 18 Implementasi Extreme Learning Machine untuk Pengenalan Objek Citra Digital Zulfa Afiq Fikriya, Mohammad Isa Irawan, dan Soetrisno

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Marka Jalan Marka jalan merupakan suatu penanda bagi para pengguna jalan untuk membantu kelancaran jalan dan menghindari adanya kecelakaan. Pada umumnya marka jalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Suara. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu speech recognition dan speaker recognition. Speech recognition adalah proses yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 4. Sistem Yang Diusulkan

BAB 4. Sistem Yang Diusulkan 61 BAB 4 Sistem Yang Diusulkan 4.1 Kerangka Sistem Pada bagian ini dijelaskan lebih lanjut mengenai kerangka sistem yang diusulkan serta urut-urutan sistem berjalan. 4.1.1 Pengambilan Data Pada proses

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR DAN METODOLOGI

BAB III PROSEDUR DAN METODOLOGI BAB III PROSEDUR DAN METODOLOGI 3.1 Analisis Masalah Dewasa ini keberadaan robot sebagai mesin yang menggantikan manusia dalam melakukan berbagai pekerjaan semakin diperlukan. Oleh karena itu robot dituntut

Lebih terperinci

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. Analisa dan Kebutuhan Sistem Analisa sistem merupakan penjabaran deskripsi dari sistem yang akan dibangun kali ini. Sistem berfungsi untuk membantu menganalisis

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN. Percobaan dilakukan dengan menggunakan dua buah objek berbeda, seperti

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN. Percobaan dilakukan dengan menggunakan dua buah objek berbeda, seperti BAB 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1 Kerangka Percobaan Percobaan dilakukan dengan menggunakan dua buah objek berbeda, seperti yang telah dijelaskan pada bab 3. Berikut ini adalah kerangka dari percobaan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Kebutuhan Perangkat Keras. Perangkat Keras Spesifikasi Processor Intel Core i3. Sistem Operasi Windows 7

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Kebutuhan Perangkat Keras. Perangkat Keras Spesifikasi Processor Intel Core i3. Sistem Operasi Windows 7 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kebutuhan Sistem Sebelum melakukan penelitian dibutuhkan perangkat lunak yang dapat menunjang penelitian. Perangkat keras dan lunak yang digunakan dapat dilihat pada Tabel

Lebih terperinci

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan deteksi penyakit pada daun rose dengan menggunakan metode ANN.

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan deteksi penyakit pada daun rose dengan menggunakan metode ANN. Laporan Akhir Projek PPCD Deteksi Penyakit Daun Menggunakan Artificial Neural Network (ANN) TRI SONY(G64130020), GISHELLA ERDYANING (G64130040), AMALIYA SUKMA RAGIL PRISTIYANTO (G64130044), MUHAMMAD RIZQI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan Penguji... iii. Halaman Persembahan... iv. Abstrak... viii. Daftar Isi... ix. Daftar Tabel... xvi

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan Penguji... iii. Halaman Persembahan... iv. Abstrak... viii. Daftar Isi... ix. Daftar Tabel... xvi DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan Pembimbing... ii Lembar Pengesahan Penguji... iii Halaman Persembahan... iv Halaman Motto... v Kata Pengantar... vi Abstrak... viii Daftar Isi... ix Daftar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Tulisan Tangan angka Jawa Digitalisasi Pre-Processing ROI Scalling / Resize Shadow Feature Extraction Output Multi Layer Perceptron (MLP) Normalisasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sel Darah Merah Sel darah merah atau eritrositmemiliki fungsi yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Data Yang Digunakan Dalam melakukan penelitian ini, penulis membutuhkan data input dalam proses jaringan saraf tiruan backpropagation. Data tersebut akan digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Gambaran Permasalahan Secara Umum Poligon bukanlah suatu bentuk yang spesifik seperti segitiga sama kaki, persegi, belah ketupat, ataupun jajargenjang, melainkan suatu

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Prosesor : Intel Core i5-6198du (4 CPUs), ~2.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Prosesor : Intel Core i5-6198du (4 CPUs), ~2. BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Hardware a. Prosesor : Intel Core i5-6198du CPU @2.30GHz (4 CPUs), ~2.40GHz b.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dielaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini, sehingga dapat diadikan sebagai landasan berpikir dan akan mempermudah dalam hal pembahasan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan Syaraf Biologi Jaringan Syaraf Tiruan merupakan suatu representasi buatan dari otak manusia yang dibuat agar dapat mensimulasikan apa yang dipejalari melalui proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 61 BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis 3.1.1 Analisis Permasalahan Proses Segmentasi citra dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan metode konvensional secara statistik maupun

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Pada penelitian ini dilakukan kombinasi edges detectionpada citra manuscripts kuno dengan mengimplementasikan metode gradientedges detection operator Sobel dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan pemrosesan data untuk sistem pendeteksi senyum pada skripsi ini, meliputi metode Viola Jones, konversi citra RGB ke grayscale,

Lebih terperinci

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM Bab ini akan membahas mengenai proses implementasi dari metode pendeteksian paranodus yang digunakan dalam penelitian ini. Bab ini terbagai menjadi empat bagian, bagian 3.1 menjelaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini diperlukan sebuah desain dan metode penelitian agar dalam pelaksanaaannya dapat menjadi lebih teratur dan terurut. 3.1. Desain Penelitian Bentuk dari desain

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM Bab ini akan membahas mengenai proses pengujian dari sistem yang dirancang terhadap beberapa citra dijital replika kulit. Pengujian terhadap sistem ini dilakukan untuk

Lebih terperinci

pbab 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM APLIKASI uji coba terhadap program aplikasi pengenalan plat nomor kendaraan roda empat ini,

pbab 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM APLIKASI uji coba terhadap program aplikasi pengenalan plat nomor kendaraan roda empat ini, pbab 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM APLIKASI Bab ini berisi penjelasan tentang implementasi sistem meliputi kebutuhan perangkat lunak dan perangkat keras yang digunakan untuk melakukan perancangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengenalan Pola Pengenalan pola adalah suatu ilmu untuk mengklasifikasikan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan pengukuran kuantitatif fitur (ciri) atau sifat utama dari suatu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat. Alat dan bahan yang digunakan sebelum pengujian:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat. Alat dan bahan yang digunakan sebelum pengujian: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Perangkat Lunak Dalam mengetahui perangkat lunak yang dibuat bisa sesuai dengan metode yang dipakai maka dilakukan pengujian terhadap masing-masing komponen perangkat.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. seseorang. Hal inilah yang mendorong adanya perkembangan teknologi

BAB 3 METODOLOGI. seseorang. Hal inilah yang mendorong adanya perkembangan teknologi BAB 3 METODOLOGI 3.1. Kerangka Berpikir Pengenalan ekspresi wajah adalah salah satu bentuk representasi kecerdasan manusia yang dapat digunakan untuk mendeteksi kondisi emosi seseorang. Hal inilah yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saham harus memperhatikan dengan baik keadaan ekonomi yang sedang berlangsung.

BAB 1 PENDAHULUAN. saham harus memperhatikan dengan baik keadaan ekonomi yang sedang berlangsung. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cepatnya perubahan fluktuasi harga index saham membuat para pemegang saham harus memperhatikan dengan baik keadaan ekonomi yang sedang berlangsung. Saham yang mempunyai

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Perusahaan dalam era globalisasi pada saat ini, banyak tumbuh dan berkembang, baik dalam bidang perdagangan, jasa maupun industri manufaktur. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permainan catur cina, yang dikenal sebagai xiang qi dalam bahasa mandarin, merupakan sebuah permainan catur traditional yang memiliki jumlah 32 biji catur. Setiap

Lebih terperinci

Bab III ANALISIS&PERANCANGAN

Bab III ANALISIS&PERANCANGAN 3.1 Analisis Masalah Bab III ANALISIS&PERANCANGAN Pada penelitian sebelumnya yaitu ANALISIS CBIR TERHADAP TEKSTUR CITRA BATIK BERDASARKAN KEMIRIPAN CIRI BENTUK DAN TEKSTUR (A.Harris Rangkuti, Harjoko Agus;

Lebih terperinci

Pengenalan Tulisan Tangan Dengan Menggunakan Metode Diagonal Feature Extraction dan K-Nearest Neighbour. Yustar Pramudana

Pengenalan Tulisan Tangan Dengan Menggunakan Metode Diagonal Feature Extraction dan K-Nearest Neighbour. Yustar Pramudana Pengenalan Tulisan Tangan Dengan Menggunakan Metode Diagonal Feature Extraction dan K-Nearest Neighbour Yustar Pramudana Program Studi Teknik Informatika, Departemen Informatika Telkom University Jl. Telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem Piranti yang digunakan untuk pelatihan maupun pengujian sistem terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak. 4.1.1 Perangkat Keras Perangkat keras

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI DEEP LEARNING BERBASIS TENSORFLOW UNTUK PENGENALAN SIDIK JARI

IMPLEMENTASI DEEP LEARNING BERBASIS TENSORFLOW UNTUK PENGENALAN SIDIK JARI Royani Darma Nurfita, Gunawan Ariyanto, Implementasi Deep Learning Berbasis Tensorflow Untuk Pengenalan Sidik Jari IMPLEMENTASI DEEP LEARNING BERBASIS TENSORFLOW UNTUK PENGENALAN SIDIK JARI Royani Darma

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Saluran pernapasan pada manusia terdiri dari rongga hidung, faring, laring, trakea, percabangan bronkus dan paru-paru (bronkiolus, alveolus). Paru-paru merupakan

Lebih terperinci

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Untuk Pengenalan Citra Digital Menggunakan Deteksi Tepi

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Untuk Pengenalan Citra Digital Menggunakan Deteksi Tepi UJM 3 (1) (2014) UNNES Journal of Mathematics http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujm Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Untuk Pengenalan Citra Digital Menggunakan Deteksi Tepi Henry

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Automatic Number Plate Recognition (ANPR) Berdasarkan penjelasan dari penelitian sebelumnya mengenai deteksi plat nomor, maka dapat disimpulkan bahwa pendeteksian ini sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

Program Aplikasi Komputer Pengenalan Angka Dengan Pose Jari Tangan Sebagai Media Pembelajaran Interaktif Anak Usia Dini

Program Aplikasi Komputer Pengenalan Angka Dengan Pose Jari Tangan Sebagai Media Pembelajaran Interaktif Anak Usia Dini Program Aplikasi Komputer Pengenalan Angka Dengan Pose Jari Tangan Sebagai Media Pembelajaran Interaktif Anak Usia Dini Wawan Kurniawan Jurusan PMIPA, FKIP Universitas Jambi wwnkurnia79@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Sistem vision yang akan diimplementasikan terdiri dari 2 bagian, yaitu sistem perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat lunak yang digunakan dalam sistem vision ini adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 merupakan desain penelitian yang akan digunakan pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 merupakan desain penelitian yang akan digunakan pada BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Desain Penelitian Gambar 3.1 merupakan desain penelitian yang akan digunakan pada proses pengenalan huruf tulisan tangan Katakana menggunakan metode Fuzzy Feature Extraction

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanda Tangan Tanda tangan atau dalam bahasa Inggris disebut signature berasal dari latin signare yang berarti tanda atau tulisan tangan, dan biasanya diberikan gaya tulisan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI PENGENAL DAN PENGHITUNG POLIGON MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORKS METODE BACKPROPAGATION

ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI PENGENAL DAN PENGHITUNG POLIGON MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORKS METODE BACKPROPAGATION Abstrak UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2003/2004 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI PENGENAL DAN PENGHITUNG POLIGON MENGGUNAKAN ARTIFICIAL

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PENGENALAN POLA TULISAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PENGENALAN POLA TULISAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PENGENALAN POLA TULISAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION Alvama Pattiserlihun, Andreas Setiawan, Suryasatriya Trihandaru Program Studi Fisika, Fakultas Sains dan Matematika,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TANDA TANGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUBLE BACKPROPAGATION ABSTRAK

IDENTIFIKASI TANDA TANGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUBLE BACKPROPAGATION ABSTRAK IDENTIFIKASI TANDA TANGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUBLE BACKPROPAGATION Disusun oleh: Togu Pangaribuan 0722087 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Jl. Prof.Drg. Suria Sumantri, MPH No. 65, Bandung

Lebih terperinci

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI 3.1 Permasalahan CBIR ( Content Based Image Retrieval) akhir-akhir ini merupakan salah satu bidang riset yang sedang berkembang pesat (Carneiro, 2005, p1). CBIR ini menawarkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB 4 HASIL DAN ANALISA BAB 4 HASIL DAN ANALISA 4. Analisa Hasil Pengukuran Profil Permukaan Penelitian dilakukan terhadap (sepuluh) sampel uji berdiameter mm, panjang mm dan daerah yang dibubut sepanjang 5 mm. Parameter pemesinan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION. Dhita Azzahra Pancorowati

KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION. Dhita Azzahra Pancorowati KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Dhita Azzahra Pancorowati 1110100053 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Pada penelitian tugas akhir ini ada beberapa tahapan penelitian yang akan dilakukan seperti yang terlihat pada gambar 3.1 : Mulai Pengumpulan Data Analisa

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 7 No. 3 Edisi September 2012 105 SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Anindita Septiarini Program Studi Ilmu Komputer FMIPA,

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Plat nomor kendaraan bermotor merupakan ciri atau tanda pengenal suatu kendaraan yang diberikan oleh kepolisian. Setiap plat nomor kendaraan memiliki kombinasi

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Sistem sortir mur dan baut ini terdiri dari beberapa rangkaian sub sistem yang

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Sistem sortir mur dan baut ini terdiri dari beberapa rangkaian sub sistem yang BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Penjelasan Sistem Secara Umum Sistem sortir mur dan baut ini terdiri dari beberapa rangkaian sub sistem yang saling melengkapi. Di mana setiap sistem memberikan peran yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.6. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan syaraf tiruan atau neural network merupakan suatu sistem informasi yang mempunyai cara kerja dan karakteristik menyerupai jaringan syaraf pada

Lebih terperinci

Presentasi Tugas Akhir

Presentasi Tugas Akhir Presentasi Tugas Akhir Bagian terpenting dari CRM adalah memahami kebutuhan dari pelanggan terhadap suatu produk yang ditawarkan para pelaku bisnis. CRM membutuhkan sistem yang dapat memberikan suatu

Lebih terperinci

Identifikasi Abnormalitas Paru-Paru Pada Citra Foto Thorax (Chest X-Ray) menggunakan Metode Wavelet Daubechies dan Jaringan Syaraf Tiruan

Identifikasi Abnormalitas Paru-Paru Pada Citra Foto Thorax (Chest X-Ray) menggunakan Metode Wavelet Daubechies dan Jaringan Syaraf Tiruan Identifikasi Abnormalitas Paru-Paru Pada Citra Foto Thorax (Chest X-Ray) menggunakan Metode Wavelet Daubechies dan Jaringan Syaraf Tiruan Rezkiana Hasanuddin rezkianaaa@gmail.com Deasy Mutiara Putri deasymutiaraputri@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Penentuan Masalah Penelitian Masalah masalah yang dihadapi oleh penggunaan identifikasi sidik jari berbasis komputer, yaitu sebagai berikut : 1. Salah satu masalah dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C- 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Pendahuluan Sebelumnya telah ada penelitian tentang sistem pengenalan wajah 2D menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C- Means dan jaringan

Lebih terperinci

PERANGKAT LUNAK PENGKONVERSI TEKS TULISAN TANGAN MENJADI TEKS DIGITAL

PERANGKAT LUNAK PENGKONVERSI TEKS TULISAN TANGAN MENJADI TEKS DIGITAL PERANGKAT LUNAK PENGKONVERSI TEKS TULISAN TANGAN MENJADI TEKS DIGITAL Nama Mahasiswa : Achmad Fauzi Arief NRP : 03 09 007 Jurusan : Matematika FMIPA-ITS Dosen Pembimbing : Drs. Nurul Hidayat, M.Kom Abstrak

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Aditya Wikan Mahastama mahas@ukdw.ac.id Sistem Optik dan Proses Akuisisi Citra Digital 2 UNIV KRISTEN DUTA WACANA GENAP 1213 v2 Bisa dilihat pada slide berikut. SISTEM OPTIK MANUSIA

Lebih terperinci