BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM"

Transkripsi

1 BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM Bab ini akan membahas mengenai proses pengujian dari sistem yang dirancang terhadap beberapa citra dijital replika kulit. Pengujian terhadap sistem ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh kinerja dari algoritma analisis citra dapat menentukan karakteristik citra tekstur kulit dalam bentuk suatu bilangan numerik, berdasarkan parameter referensi yang didapatkan dari PT. Martina Berto. Setelah membahas mengenai proses pengujian sistem, maka akan dilanjutkan dengan tahap analisis sistem terhadap hasil pengujian dan prosesproses yang berkaitan. 4.. Pengujian sistem Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya, proses analisis citra tekstur kulit akan menggunakan beberapa model JST yang divariasikan menurut jumlah neuron di dalam hidden layer. Fokus utama di dalam tahap pengujian sistem adalah pemeriksaan setiap model dari JST tersebut. Hasil dari sistem JST adalah suatu nilai parameter (dari masing-masing parameter referensi) yang diharapkan dapat merepresentasikan perubahan kondisi tekstur kulit, yaitu perbedaan nilai saat sebelum maupun setelah diberikan moisturizer. Pertama-tama, 20 citra dijital grayscale dari tekstur kulit dengan resolusi 28 x 28 piksel akan memasuki tahap ekstraksi fitur, yang akan menghasilkan nilai-nilai dari fitur tekstur Haralick. Setelah proses ekstraksi fitur, maka selanjutnya akan dilakukan proses seleksi fitur. Sistem analisis citra tekstur kulit menggunakan JST yang telah dirancang membutuhkan tiga buah fitur tekstur hasil proses seleksi dan akan menghasilkan dua buah keluaran dari model JST pertama dan sebuah keluaran dari model JST kedua yang merepresentasikan kondisi tekstur kulit. Sebelum memasuki proses pengujian JST, maka akan ditentukan fitur-fitur tekstur yang memiliki korelasi terbesar dengan parameter referensi R 2 64

2 dan R 4 melalui proses perbandingan. Tabel 4. di bawah ini akan menunjukkan koefisien korelasi dari setiap fitur-fitur tersebut. Tabel 4.. Koefisien korelasi antara fitur tekstur Haralick dengan parameter referensi R2 R4 ASM CON COR VAR IDM Sum Average Sum Variance Sum Entropy ENT Difference Variance Difference Entropy Information Measures of Correlation I Information Measures of Correlation II ,7066 0, ,74 0,43 0,800 0,7677-0,3 0,7302 0,744 0,864 0,776-0,4082 0,474-0,42 4-0,4633-0,3236 0,6240-0,3472-0,472-0,766 0,3883-0,736-0,7066-0,828-0,6728 0,2032-0,24-0,42 3 0,74 0,773-0,782 0,6023 0,4333 0,7378-0,4 0,646 0,678 0,7868 0,826-0,76-0,24 0, ,7-0,73 0,824-0,8843-0,3828-0,64 0,732-0,26-0,742-0,7267-0,848-0,76 0,2032-0,4082 0,6672 0,7883-0,308 0,8677 0,7784 0,006-0,732 0,820 0,807 0,7768-0,848 0,826-0,6728 0, ,646 0,6666-0,063 0,782 0,870 0,3048-0,6632 0,828 0, ,7768-0,7267 0,7868-0,828 0,864 0,473 0,403-0,6623 0,7387 0,60 0, ,4777 0,768 0, ,807-0,742 0,678-0,7066 0, ,474 0,4286-0,6888 0,7382 0, ,8666-0,033 0,768 0,828 0,820-0,26 0,646-0,736 0, ,36-0,762 0, ,7776-0,38-0,443-0,033-0,4777-0,6632-0,732 0,732-0,4 0,3883-0,3 6 0,734 0,733-0,72 0,8064 0,7663-0,443 0,8666 0, ,3048 0,006-0,64 0,7378-0,766 0,7677 0,640 0,4767-0,7832 0,4300 0,7663-0,38 0, ,60 0,870 0,7784-0,3828 0,4333-0,472 0, ,484 0,633-0,7042 0,4300 0,8064-0,7776 0,7382 0,7387 0,782 0,8677-0,8843 0,6023-0,3472 0,43 3-0,6638-0,73-0,7042-0,7832-0,72 0, ,6888-0,6623-0,063-0,308 0,824-0,782 0,6240-0,74 2 0, ,73 0,633 0,4767 0,733-0,762 0,4286 0,403 0,6666 0,7883-0,73 0,773-0,3236 0, , ,6638 0,484 0,640 0,734-0,36 0,474 0,473 0,646 0,6672-0,7 0,74-0,4633 0,7066 R2 R4 ASM CON COR VAR IDM Sum Average Sum Variance Sum Entropy ENT Difference Variance Difference Entropy Information Measures of Correlation I Information Measures of Correlation II

3 Dari hasil penghitungan koefisien korelasi tersebut, maka terlihat bahwa fitur-fitur yang memiliki nilai korelasi terbesar untuk parameter R 2 adalah Angular Second Moment (ASM), Sum Entropy, dan Entropi, sedangkan fitur-fitur yang memiliki nilai korelasi terbesar untuk parameter R 4 adalah Angular Second Moment (ASM), Entropi, dan Difference Variance. Fitur Angular Second Moment (ASM) dan Entropi merupakan bagian dari fitur seleksi untuk parameter R 2 dan R 4. Akan tetapi, ada dua fitur yang bukan merupakan bagian dari kedua parameter tersebut, yaitu Sum Entropy (untuk R 2 ) dan Difference Variance (untuk R 4 ). Untuk mengatasinya, maka kedua fitur tekstur tersebut akan digunakan dalam fitur-fitur hasil seleksi, sehingga jumlah fitur hasil seleksi yang semula berjumlah tiga fitur akan berubah menjadi empat fitur. Hasil akhir yang didapat pada proses seleksi fitur ini adalah empat buah fitur tekstur Haralick, yaitu Angular Second Moment (ASM), Sum Entropy, Entropi, dan Difference Variance. Keempat fitur tersebut akan menjadi komponen masukan dalam sistem JST, sehingga konfigurasi sistem JST yang digunakan akan ditunjukkan pada gambar 4. dan 4.2. Dalam proses pelatihan JST sebelumnya, citra latih yang digunakan berjumlah 00 citra. Sedangkan untuk proses pengujiannya akan membutuhkan semua citra tekstur kulit, yaitu sebanyak 20 citra, termasuk di dalamnya 00 citra latih. Gambar 4.. Proses analisis citra menggunakan JST model pertama dengan empat masukan 66

4 Gambar Proses analisis citra menggunakan JST model kedua dengan empat masukan Proses pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui model JST terbaik yang dapat menghasilkan suatu nilai yang menyerupai karakteristik dari parameter referensi (baik yang menggunakan data latih R 2 maupun R 4, secara bersamaan ataupun secara individual), dengan melakukan penghitungan nilai MSE dari setiap nilai keluaran sistem JST dengan parameter referensi R 2 dan R 4. Jika MSE bernilai kecil, maka keluaran model JST tersebut dianggap memiliki perbedaan yang kecil dengan parameter referensi, sehingga model JST yang demikian merupakan model yang cukup representatif. Tabel Tabel hasil perhitungan MSE untuk setiap model JST Perhitungan MSE untuk model pertama dengan 2 keluaran Tipe MSE R JST 2 MSE R 4 Perhitungan MSE untuk model kedua dengan keluaran Tipe JST MSE R 2 MSE R 4 0,0080 0, ,0080 0, , , , , , , ,0063 0, ,0078 0, ,004 0,0007 Dari tabel 4.2 dapat terlihat bahwa nilai MSE terkecil dalam model JST pertama didapatkan dari JST dengan empat neuron di bagian hidden layer untuk parameter R 2 dan R 4. Sedangkan untuk model JST kedua, nilai MSE terkecil 67

5 didapatkan dari sistem JST dengan tiga neuron hidden layer untuk parameter R 4 dan JST dengan empat neuron untuk parameter R 2. Pemilihan model JST yang dapat menghasilkan nilai yang paling sesuai dengan parameter R 2 dan R 4 dilakukan dengan penghitungan persentase tingkat kecocokan dari setiap model di atas. Persamaan yang digunakan untuk menghitung tingkat kecocokan adalah sebagai berikut: ( x x ) N i, hasil i, referensi 00% 00% = xi referensi N i, (4.) Tingkat kecocokan nilai dari masing-masing model tersebut terhadap nilai parameter referensi diberikan dalam Tabel 4.3 di bawah ini: JST model pertama dengan 2 keluaran JST model kedua dengan keluaran Tabel Tingkat kecocokan model JST optimal terhadap R 2 dan R 4 JST dengan 4 neuron JST dengan 3 neuron JST dengan 4 neuron MSE terhadap R 2 MSE terhadap R 4 Tingkat kecocokan sistem (%) terhadap R 2 Tingkat kecocokan sistem (%) terhadap R 4 0,0078 0,000202,830 3,4872 0,0063 0,0008-4,666 0,004 0,0007 2,22 - Tabel 4.3 di atas menunjukkan kecocokan nilai dari setiap model JST yang dikaitkan dengan masing-masing parameter yang berkaitan. Dari tabel tersebut maka didapatkan hasil sebagai berikut: Model JST pertama (dua keluaran) memiliki tingkat kecocokan sebesar,830% untuk perhitungan terhadap R 2 dan kecocokan sebesar 3,4872% untuk perhitungan terhadap R 4, dimana kedua-duanya menggunakan konfigurasi empat neuron hidden layer. Model JST kedua (satu keluaran) memiliki kecocokan sebesar 2,22% untuk perhitungan terhadap R 2 menggunakan empat neuron hidden layer 68

6 dan kecocokan sebesar 4,666% untuk perhitungan terhadap R 4 menggunakan tiga neuron Analisis sistem Pada bagian ini akan diberikan suatu analisis mengenai langkah-langkah yang dilakukan di dalam penelitian ini, di antaranya adalah proses akuisisi citra, tahap pre-processing, proses ekstraksi fitur, dan tahap analisis citra menggunakan jaringan saraf tiruan (JST). Pada proses akuisisi citra, kendala yang dihadapi secara langsung adalah adanya gelembung udara dan ketebalan replika yang tidak sama. Gelembung udara tidak memiliki warna (bening) jika dibandingkan dengan daerah sekitarnya yang berwarna biru. Sedangkan ketebalan replika yang berbeda-beda akan berdampak pada intensitas warna yang tidak merata, dimana bagian replika yang lebih tebal memiliki warna yang lebih gelap daripada daerah sekitarnya. Sebagai solusinya, maka dari satu citra replika kulit akan diambil tiga buah citra yang dianggap mewakili semua karakteristik replika tersebut, dimana sifat-sifat citra tersebut hampir sama satu dengan yang lain (tidak ada perbedaan yang terlalu besar, baik dalam masalah intensitasnya ataupun sifat-sifat lainnya). Cara seperti ini juga dilakukan oleh pihak PT. Martina Berto dalam melakukan analisis tekstur kulit. Pada proses selanjutnya, telah dihitung bahwa nilai error terkecil akan didapatkan jika citra masukannya memiliki distribusi intensitas yang merata, artinya pada citra tersebut tidak memiliki daerah yang lebih gelap dari yang lain atau daerah yang lebih terang dari yang lain (dalam kasus ini, selain kedalaman daerah kerutan kulit). Untuk mengatasi masalah ini, diharapkan adanya devais akuisisi citra disertai perangkat lunak yang lebih baik. Di dalam proses pre-processing, metode yang digunakan adalah algoritma RETINEX. Algoritma tersebut bertujuan untuk mengatasi masalah kontras pada citra akibat pengaruh pencahayaan pada obyek yang berbeda-beda. Algoritma RETINEX membutuhkan masukan berupa citra logaritmik dan jumlah iterasi yang dibutuhkan. Jumlah iterasi tidak perlu terlalu besar, karena akan meningkatkan jarak spasial antar piksel yang bertetangga. Jika jumlah iterasinya terlalu besar, 6

7 maka citranya hampir sama dengan citra asal sebelum menggunakan algoritma RETINEX, sehingga perbedaannya sulit untuk diamati. Setelah citra dinormalisasi menggunakan algoritma RETINEX, maka selanjutnya adalah mengubah citra RGB tersebut menjadi citra grayscale. Hal ini bertujuan untuk melakukan penyederhanaan dalam proses perhitungan (dimensi ruang dari citra grayscale lebih kecil daripada citra RGB) dan citra grayscale dibutuhkan untuk proses ekstraksi fitur menggunakan matriks kookurensi (GLCM, Gray-Level Coocurrence Matrix). Untuk proses ekstraksi fitur, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan statistik dengan ekstraksi fitur orde kedua. Fitur-fitur statistik yang digunakan adalah fitur tekstur Haralick []. Fitur-fitur tersebut membutuhkan komponen matriks kookurensi yang berasal dari masing-masing citra dijital replika kulit. Langkah selanjutnya adalah menentukan hubungan antara fitur tekstur Haralick tersebut dengan parameter referensi menggunakan korelasi. Setelah itu, fitur-fitur tersebut akan diseleksi kembali berdasarkan nilai korelasi terbesarnya. Hal ini dilakukan karena tidak semua fitur dapat merepresentasikan kondisi tekstur kulit dengan baik. Fitur tekstur menggunakan matriks kookurensi ini merupakan metode yang bersifat rotation invariant, sehingga walaupun citra dirotasi dalam orientasi apapun, maka karakteristiknya akan tetap sama. Proses utama yang dilakukan adalah menganalisis citra dijital tekstur kulit menggunakan jaringan saraf tiruan (JST). Model JST yang dirancang menggunakan model feed-forward back propagation. Model tersebut dipilih karena memiliki cara kerja yang sederhana dan telah banyak digunakan oleh para ahli. Sistem JST ini dibuat sedemikian rupa sehingga akan menghasilkan suatu nilai parameter tertentu dari citra tekstur kulit, dengan menggunakan fitur tekstur Haralick sebagai masukannya. Dari replika kulit yang diambil berdasarkan periode waktu tertentu (T = 0 minggu s / d T = 4 minggu) dan dengan penggunaan moisturizer, maka akan dihasilkan suatu nilai yang merepresentasikan kondisi tekstur kulit tersebut. Dengan melihat perbedaannya dan mengacu pada nilai parameter dari alat komersial, maka kemanjuran moisturizer yang digunakan pada kulit subyek dapat diketahui, apakah dapat memperbaiki tekstur kulit atau tidak. 70

8 Tabel Contoh nilai-nilai yang dihasilkan oleh sistem JST dibandingkan dengan parameter referensi No. Citra Parameter referensi dari PT. Martina Berto Hasil JST model pertama Hasil JST model kedua 4 neuron 4 neuron 3 neuron R 2 R 4 B 2 R 2 B 22 R 4 B 2 R 2 B 22 R 4 0, , ,7780 0, 0,767 0, 2 0, , ,7376 0,33 0,703 0,47 3 0, , , ,8 0,73 0,46 4 0,667 0,333 0,638 0,4763 0,0 0,028 0,667 0,333 0,6073 0,333 0,07 0,3 6 0,667 0,333 0,3 0,467 0,04 0, ,4 0,3 0,262 0,4044 0,08 0,2 4 0,4 0,3 0,42 0,42 0,0 0,3 0,4 0,3 0,23 0,406 0,0 0, ,6667 0,7 0,7440 0,866 0,6834 0, ,6667 0,7 0,7227 0,66 0,688 0,68 8 0,6667 0,7 0,762 0,823 0,6303 0, ,77 0,667 0,8060 0,200 0,7424 0, , ,2 0,7047 0,6428 0,732 0, ,7333 0,333 0, ,83 0,787 0, ,78 0,333 0,680 0,76 0,7233 0,80 8 0,7 0,6 0,882 0,464 0,7344 0,6337 0,68 0,8667 0, ,8233 0, ,87 Dari keterangan yang diberikan PT. Martina Berto, maka suatu kulit dinyatakan mengalami perbaikan tekstur jika nilai parameter R 2 dan R 4 setelah diberikan moisturizer lebih kecil daripada nilai sebelum diberikan moisturizer. Sistem JST yang dibuat berusaha untuk mengikuti karakteristik tersebut. Tabel 4.4 di atas memberikan sebuah gambaran atas hasil yang diperoleh menggunakan sistem JST dibandingkan terhadap parameter referensi. Citra no. -3 diambil dari satu replika yang sama (pada waktu T = 0) dan citra no. 4-6 diambil juga dari satu replika yang sama (pada waktu T = 4), dimana citra no. -6 diambil dari satu subyek yang sama. Berdasarkan parameter referensi, terlihat bahwa kulit mengalami perbaikan tekstur kulit, ditandai dari nilai R 2 dan R 4 setelah diberikan moisturizer lebih kecil daripada sebelum diberikan moisturizer. Sebagai perbandingan, nilai-nilai yang dihasilkan oleh sistem JST juga memiliki karakteristik yang sama. Terkadang, ada suatu kasus dimana nilai parameter R 2 7

9 dan R 4 setelah diberikan moisturizer lebih besar daripada sebelum diberikan moisturizer dan terlihat pada contoh citra no. 3-8 (diambil dari subyek yang sama juga). Data-data yang terdapat pada bagian tabel ketiga menunjukkan hasil dari proses analisis citra yang bukan termasuk dalam citra latih. Dengan melihat hasil-hasil yang ada, sistem JST yang dirancang masih tetap dapat mengikuti karakteristik dari parameter referensi. Tabel 4.3 menunjukkan perbandingan kecocokan dari model JST utama, model pertama dengan dua keluaran dan model kedua dengan satu keluaran, dengan menggunakan konfigurasi jumlah neuron dari masing-masing model yang menghasilkan keluaran yang paling mendekati parameter referensi. Konfigurasi JST model pertama untuk menghasilkan nilai parameter yang menyerupai R 2 dan R 4 hanya memiliki tingkat kecocokan sebesar,830% dan 3,4872%, menggunakan empat neuron pada hidden layer. Sedangkan konfigurasi JST model kedua memiliki tingkat kecocokan sebesar 2,22% (dengan jumlah empat neuron) dan 4,666% (dengan jumlah tiga neuron). Tingkat kecocokan hasil penggunaan JST model kedua lebih tinggi daripada model pertama, untuk setiap parameter. Konfigurasi pembobotan dan bias pada JST model kedua merupakan hasil pelatihan terhadap parameter referensi secara individual (nilai R 2 saja atau R 4 saja), bukan merupakan suatu kelompok data latih yang telah digabungkan (nilai R 2 dan R 4 secara bersamaan). Dalam hal ini, ada kemungkinan bahwa kecocokan nilai hasil JST dapat membaik jika proses pelatihan dilakukan secara spesifik, hanya bergantung pada data-data latih tertentu saja. Tabel 4.. Tabel korelasi antara nilai hasil perhitungan JST dengan nilai parameter referensi Nilai Koefisien Korelasi R 2 R 4 JST dengan dua B 2 0, keluaran B 22-0, JST dengan satu B 2 0, keluaran B 22-0,834 Berdasarkan nilai korelasi yang didapatkan antara nilai-nilai hasil perhitungan menggunakan sistem JST dengan nilai-nilai parameter referensi dari alat milik PT. Martina Berto yang ditunjukkan pada Tabel 4., maka dapat dilihat bahwa nilai- 72

10 nilai tersebut memiliki korelasi yang cukup baik, sehingga nilai-nilai tersebut dapat mengikuti karakteristik dari nilai parameter referensi menggunakan replika kulit masukan yang sama. Jika dilihat dari jumlah neuronnya, maka hasil terbaik dari sistem JST model pertama didapat menggunakan empat buah neuron pada bagian hidden layer. Sedangkan untuk sistem JST model kedua, hasil terbaik akan didapatkan menggunakan jumlah neuron sebanyak tiga dan empat buah. Hal tersebut berarti semakin banyak jumlah neuron pada bagian hidden layer, maka hasilnya juga akan semakin baik. Akan tetapi, semakin banyak neuron juga akan berdampak pada waktu komputasi yang semakin lama, karena proses perhitungan akan menjadi semakin kompleks. Hal lain yang dapat menentukan hasil ini adalah pembobotan antar neuron. Nilai-nilai bobot dan bias dari JST ditentukan pada saat pelatihan, dimana proses tersebut dilakukan sebanyak epoch. Semakin banyak epoch diharapkan bahwa nilai error antara nilai aktual yang didapat dengan nilai yang inginkan (nilai referensi/data latih) semakin kecil. Akan tetapi, pada prakteknya, seringkali jumlah epoch yang terlalu besar belum tentu dapat memaksimalkan kinerja rancangan sistem JST. Gambar 4.3 s / d 4.6 memberikan suatu ilustrasi bagaimana kecenderungan hasil yang didapatkan menggunakan JST, dibandingkan dengan parameter referensi R 2 dan R 4. Perbandingan Parameter Referensi R2 vs Hasil JST 2 keluaran 4 neuron,2 Nilai Parameter 0,8 0,6 0,4 0, Parameter Referensi R2 Indeks Citra Hasil JST Gambar Perbandingan Referensi R 2 vs Hasil JST 2 keluaran 73

11 Perbandingan Parameter Referensi R4 vs Hasil JST 2 keluaran 4 neuron 0,2 0,2 Nilai Parameter 0, 0, 0, Parameter Referensi R4 Indeks Citra Hasil JST Gambar Perbandingan Referensi R 4 vs Hasil JST 2 keluaran Perbandingan Parameter Referensi R2 vs Hasil JST keluaran 4 neuron,2 Nilai Parameter 0,8 0,6 0,4 0, Parameter Referensi R2 Indeks Citra Hasil JST Gambar 4.. Perbandingan Referensi R 2 vs Hasil JST keluaran 74

12 Perbandingan Parameter Referensi R4 vs Hasil JST keluaran 3 neuron 0,2 0,2 Nilai Parameter 0, 0, 0, Parameter Referensi R4 Indeks Citra Hasil JST Gambar Perbandingan Referensi R 4 vs Hasil JST keluaran Dari gambar-gambar di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar nilai-nilai parameter hasil keluaran sistem JST dapat mengikuti kecenderungan dari nilainilai parameter referensi R 2 dan R 4, dengan perbedaan yang tidak terlalu besar. Dengan hasil ini, maka diharapkan sistem analisis citra replika kulit yang dirancang akan dapat membantu proses pengujian terhadap effikasi moisturizer dan mungkin effikasi kosmetik lainnya, yang didasarkan pada adanya perubahan nilai-nilai suatu parameter tertentu. Berdasarkan hasil-hasil yang didapatkan dari proses di atas, terutama hasil yang ditunjukkan pada Tabel , maka sistem ini memiliki karakteristik yang menyerupai karakteristik alat analisis tekstur kulit milik PT. Martina Berto, dimana hasil sistem ini memiliki tingkat kecocokan dan korelasi yang cukup tinggi dengan nilai-nilai hasil proses analisis alat tersebut. Sistem ini dimungkinkan dapat menjadi suatu metode alternatif, yang dapat mengganti komponen komputasi dari alat analisis tekstur kulit, yaitu bagian perangkat lunak, sehingga pada akhirnya konsumen hanya membutuhkan masukan berupa replika kulit saja, yang tentunya memiliki harga yang lebih murah dibandingkan membeli alat tersebut beserta dengan perangkat lunaknya. 7

BAB 3 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM BAB 3 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Bab ini berisi tentang penjelasan proses perancangan sistem pengolahan citra yang berupa algoritma-algoritma yang akan digunakan dalam proses pengolahan citra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas latar belakang permasalahan yang dialami, khususnya permasalahan yang harus diatasi dalam pengambilan citra sampai proses analisis selanjutnya. Tujuan dan ruang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN 41 Analisa Analisa merupakan tahap paling utama dalam melakuakan penelitian Tahapan analisa digunakan untuk menganalisa permasalahan yang berhubungan dengan penelitian yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengenalan Wajah Pengenalan wajah adalah salah satu teknologi biometrik yang telah banyak diaplikasikan dalam sistem keamanan selain pengenalan retina mata, pengenalan sidik jari

Lebih terperinci

EKSTRAKSI CIRI TEKSTUR CITRA WAJAH PENGGUNA NARKOTIKA MENGGUNAKAN METODE GRAY LEVEL CO-OCCURANCE MATRIX. Abstrak

EKSTRAKSI CIRI TEKSTUR CITRA WAJAH PENGGUNA NARKOTIKA MENGGUNAKAN METODE GRAY LEVEL CO-OCCURANCE MATRIX. Abstrak EKSTRAKSI CIRI TEKSTUR CITRA WAJAH PENGGUNA NARKOTIKA MENGGUNAKAN METODE GRAY LEVEL CO-OCCURANCE MATRIX Karina Auliasari, Bastian, Bella Fardani, Zulkifli, Ivandi Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PENGELOMPOKKAN CITRA WARNA MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN SOFTWARE MATLAB ABSTRAK

PENGELOMPOKKAN CITRA WARNA MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN SOFTWARE MATLAB ABSTRAK PENGELOMPOKKAN CITRA WARNA MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN SOFTWARE MATLAB Nurhayati 1, John Adler 2, Sri Supatmi 3 1,2,3 Teknik Komputer, Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) 1 nuril24@yahoo.com,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas langkah-langkah dari implementasi dan pembahasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang klasifikasi aktivitas menggunakan algoritma k-nearest neighbor

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 BAB HASIL DAN PEMBAHASAN Ada tiga tahap utama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu ektraksi ciri, pelatihan dan pengujian JST. Percobaan dilakukan dengan mengkombinasikan data hasil ekstraksi ciri

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Analisis dan perancangan sistem ini ditujukan untuk memberikan gambaran secara umum mengenai aplikasi yang akan dibuat. Hal ini berguna untuk menunjang pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 14, terdiri dari tahap identifikasi masalah, pengumpulan dan praproses data, pemodelan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Kebutuhan Perangkat Keras. Perangkat Keras Spesifikasi Processor Intel Core i3. Sistem Operasi Windows 7

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Kebutuhan Perangkat Keras. Perangkat Keras Spesifikasi Processor Intel Core i3. Sistem Operasi Windows 7 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kebutuhan Sistem Sebelum melakukan penelitian dibutuhkan perangkat lunak yang dapat menunjang penelitian. Perangkat keras dan lunak yang digunakan dapat dilihat pada Tabel

Lebih terperinci

Klasifikasi Mutu Telur Berdasarkan Kebersihan Kerabang Telur Menggunakan K-Nearest Neighbor

Klasifikasi Mutu Telur Berdasarkan Kebersihan Kerabang Telur Menggunakan K-Nearest Neighbor Klasifikasi Mutu Telur Berdasarkan Kebersihan Kerabang Telur Menggunakan K-Nearest Neighbor Puspa Rizky Trisnaningtyas 1, Maimunah 2 Program Studi Teknik Komputer Universitas Islam 45 Bekasi, Indonesia

Lebih terperinci

BAB 4 DISAIN MODEL. Pengguna. Citra. Ekstraksi Ciri x. Antar muka (Interface) Data Hasil Ekstraksi Ciri. Testing dan Identifikasi.

BAB 4 DISAIN MODEL. Pengguna. Citra. Ekstraksi Ciri x. Antar muka (Interface) Data Hasil Ekstraksi Ciri. Testing dan Identifikasi. 33 BAB 4 DISAIN MODEL Disain model sistem identifikasi citra karang dirancang sedemikian rupa dengan tuuan untuk memudahkan dalam pengolahan data dan pembuatan aplikasi serta memudahkan pengguna dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan dan Praproses Data Kegiatan pertama dalam penelitian tahap ini adalah melakukan pengumpulan data untuk bahan penelitian. Penelitian ini menggunakan data sekunder

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. titiktitik penyusun citra itu sendiri. Titik-titik tersebut disebut dengan pixel. Banyaknya

BAB II LANDASAN TEORI. titiktitik penyusun citra itu sendiri. Titik-titik tersebut disebut dengan pixel. Banyaknya BAB II LANDASAN TEORI 2. Citra/Image Citra atau yang lebih sering dikenal dengan gambar merupakan kumpulan dari titiktitik penyusun citra itu sendiri. Titik-titik tersebut disebut dengan pixel. Banyaknya

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MACAN TUTUL DENGAN METODE GREY LEVEL COOCURENT MATRIX ( GLCM) Zuly Budiarso Fakultas teknologi Informasi, Univesitas Stikubank Semarang

IDENTIFIKASI MACAN TUTUL DENGAN METODE GREY LEVEL COOCURENT MATRIX ( GLCM) Zuly Budiarso Fakultas teknologi Informasi, Univesitas Stikubank Semarang IDENTIFIKASI MACAN TUTUL DENGAN METODE GREY LEVEL COOCURENT MATRIX ( GLCM) Zuly Budiarso Fakultas teknologi Informasi, Univesitas Stikubank Semarang Abstrak Tekstur (Textures) adalah sifat-sifat atau karakteristik

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Bab IV berisi pembahasan yang meliputi proses penelitian yakni hasil

BAB IV PEMBAHASAN. Bab IV berisi pembahasan yang meliputi proses penelitian yakni hasil BAB IV PEMBAHASAN Bab IV berisi pembahasan yang meliputi proses penelitian yakni hasil model Radial Basis Function Neural Network untuk diagnosa kanker otak, hasil klasifikasi, dan ketepatan hasil klasifikasinya.

Lebih terperinci

Identifikasi Tanaman Buah Tropika Berdasarkan Tekstur Permukaan Daun Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan

Identifikasi Tanaman Buah Tropika Berdasarkan Tekstur Permukaan Daun Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Tersedia secara online di: http://journal.ipb.ac.id/index.php/jika Volume 2 Nomor 2 halaman 73-82 ISSN: 2089-6026 Identifikasi Tanaman Buah Tropika Berdasarkan Tekstur Permukaan Daun Menggunakan Jaringan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM Dalam bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan pembuatan sistem aplikasi yang digunakan sebagai user interface untuk menangkap citra ikan, mengolahnya dan menampilkan

Lebih terperinci

Atthariq 1, Mai Amini 2

Atthariq 1, Mai Amini 2 IDENTIFIKASI IKAN KERAPU BERDSARKAN POLA KULIT DENGAN METODE GLCM DAN EUCLIDEAN DISTANCE Atthariq 1, Mai Amini 2 1,2,3 Teknologi Informasi dan Komputer, Politeknik Negeri Lhokseumawe, Jalan banda Aceh-Medan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Pada bagian ini penulis akan menganalisa kebutuhan kebutuhan dalam membuat program ini. Setelah semua kebutuhan selesai dianalisa, maka penulis akan melanjutkan ke tahap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat. Alat dan bahan yang digunakan sebelum pengujian:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat. Alat dan bahan yang digunakan sebelum pengujian: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Perangkat Lunak Dalam mengetahui perangkat lunak yang dibuat bisa sesuai dengan metode yang dipakai maka dilakukan pengujian terhadap masing-masing komponen perangkat.

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan penelitian merupakan bagian yang berisi rancangan yang akan dilakukan dalam penelitian. Dimana tahap-tahapan pembangunan sistem ini dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Prinsip Kerja Sistem Prinsip kerja sistem diawali dengan pembacaan citra rusak dan citra tidak rusak yang telah terpilih dan dikumpulkan pada folder tertentu.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. untuk mengurangi adanya false positive dan false negative. False positive dalam hal ini

BAB 3 METODOLOGI. untuk mengurangi adanya false positive dan false negative. False positive dalam hal ini 34 BAB 3 METODOLOGI 3.1 Analisis Kebutuhan dan Masalah Dalam proses diagnosis kanker payudara dibutuhkan akurasi yang tinggi untuk mengurangi adanya false positive dan false negative. False positive dalam

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Analisis dan perancangan sistem ini ditujukan untuk memberikan gambaran secara umum mengenai aplikasi yang akan dibuat. Hal ini berguna untuk menunjang pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Model sistem presensi biometri sidik jari yang dikembangkan secara garis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Model sistem presensi biometri sidik jari yang dikembangkan secara garis BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Model sistem presensi biometri sidik jari yang dikembangkan secara garis besar terdiri atas bagian input, bagian proses, dan bagian output seperti gambar

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEASLIAN MATA UANG RUPIAH MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA K-NEAREST NEIGHBOR (K-NN)

IDENTIFIKASI KEASLIAN MATA UANG RUPIAH MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA K-NEAREST NEIGHBOR (K-NN) IDENTIFIKASI KEASLIAN MATA UANG RUPIAH MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA K-NEAREST NEIGHBOR (K-NN) SKRIPSI Disusun Oleh : THOMI LUTHFIANTO 1203030010 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

DETEKSI JENIS KAYU CITRA FURNITURE UKIRAN JEPARA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION

DETEKSI JENIS KAYU CITRA FURNITURE UKIRAN JEPARA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION No Makalah : 299 Konferensi Nasional Sistem Informasi 2012, STMIK - STIKOM Bali 23-25 Pebruari 2012 DETEKSI JENIS KAYU CITRA FURNITURE UKIRAN JEPARA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION Ratri Dwi Atmaja 1,

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA RADIOGRAF PERIAPIKAL PADA DETEKSI PENYAKIT PULPITIS MENGGUNAKAN METODE ADAPTIVE REGION GROWING APPROACH

PENGOLAHAN CITRA RADIOGRAF PERIAPIKAL PADA DETEKSI PENYAKIT PULPITIS MENGGUNAKAN METODE ADAPTIVE REGION GROWING APPROACH PENGOLAHAN CITRA RADIOGRAF PERIAPIKAL PADA DETEKSI PENYAKIT PULPITIS MENGGUNAKAN METODE ADAPTIVE REGION GROWING APPROACH Rikko Ismail Hardianzah 1), Bambang Hidayat 2), Suhardjo 3) 1),2) Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Simulasi dan Analisis Pengenalan Citra Daging Sapi dan Daging Babi dengan Metode GLCM

Simulasi dan Analisis Pengenalan Citra Daging Sapi dan Daging Babi dengan Metode GLCM SEMINAR NASIONA INOVASI DAN APIKASI TEKNOOGI DI INDUSTRI (SENIATI) 06 Simulasi dan Analisis Pengenalan Citra Daging Sapi dan Daging Babi dengan Metode GCM Satrio Arief Wibowo, *, Bambang Hidayat,Unang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dielaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini, sehingga dapat diadikan sebagai landasan berpikir dan akan mempermudah dalam hal pembahasan

Lebih terperinci

APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA

APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA Yusti Fitriyani Nampira 50408896 Dr. Karmilasari Kanker Latar Belakang Kanker

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Metode GLCM ( Gray Level Co-Occurrence Matrix)

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Metode GLCM ( Gray Level Co-Occurrence Matrix) BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Metode GLCM ( Gray Level Co-Occurrence Matrix) Metode GLCM menurut Xie dkk (2010) merupakan suatu metode yang melakukan analisis terhadap suatu piksel pada citra dan mengetahui

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan dan algoritma yang akan digunakan pada sistem pengenalan wajah. Bagian yang menjadi titik berat dari tugas akhir

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK OLEH ARIF MIFTAHU5R ROHMAN (2200 100 032) Pembimbing: Dr. Ir Djoko Purwanto, M.Eng,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Saluran pernapasan pada manusia terdiri dari rongga hidung, faring, laring, trakea, percabangan bronkus dan paru-paru (bronkiolus, alveolus). Paru-paru merupakan

Lebih terperinci

BAB II IDENTIFIKASI DAERAH TERKENA BENCANA MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH

BAB II IDENTIFIKASI DAERAH TERKENA BENCANA MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH BAB II IDENTIFIKASI DAERAH TERKENA BENCANA MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH Teknologi penginderaan jauh merupakan teknologi yang memegang peranan yang sangat penting dalam manajemen bencana salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi perangkat lunak dewasa ini tidak terlepas dari berkembangnya studi mengenai kecerdasan buatan. Ada dua hal yang termasuk dari kecerdasan buatan

Lebih terperinci

Klasifikasi Penyakit Daun Padi Berdasarkan Hasil Ekstraksi Fitur GLCM Interval 4 Sudut

Klasifikasi Penyakit Daun Padi Berdasarkan Hasil Ekstraksi Fitur GLCM Interval 4 Sudut Klasifikasi Penyakit Daun Padi Berdasarkan Hasil Ekstraksi Fitur GLCM Interval 4 Sudut Jani Kusanti 1*), Noor Abdul Haris 2 1,2 Jurusan Teknik Elektro dan Informatika, Universitas Surakarta 1,2 Jln. Raya

Lebih terperinci

GRAY LEVEL COOCURENCE MATRIX SEBAGAI PENGEKSTRAKSI CIRI PADA PENGENALAN NASKAH BRAILLE

GRAY LEVEL COOCURENCE MATRIX SEBAGAI PENGEKSTRAKSI CIRI PADA PENGENALAN NASKAH BRAILLE GRAY LEVEL COOCURENCE MATRIX SEBAGAI PENGEKSTRAKSI CIRI PADA PENGENALAN NASKAH BRAILLE Yegar Sahaduta 1), Chairisni Lubis 2) 1) Fakultas Teknologi Informasi-Universitas Tarumanagara Jl. S. Parman No.1,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel pengujian menggunakan sebanyak 1 buah sampel beras A, 7 buah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel pengujian menggunakan sebanyak 1 buah sampel beras A, 7 buah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Sampel Sampel pengujian menggunakan sebanyak 1 buah sampel beras A, 7 buah sampel beras B, 1 buah sampel beras C, dan 2 buah sampel beras D. 1. Data Pengujian Mutu Beras

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN 4.1 Spesifikasi Sistem Sistem pengenalan objek 3 dimensi terbagi atas perangkat keras dan perangkat lunak. Spesifikasi sistem baik perangkat keras maupun lunak pada proses perancangan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Identifikasi Jenis Kayu Dalam bidang perhutanan, kayu dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu kayu daun lebar (hardwood) dan kayu daun jarum (softwood). Di dalam taksonomi

Lebih terperinci

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Program Studi Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang Abstrak. Saat ini, banyak sekali alternatif dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain : akan digunakan untuk melakukan pengolahan citra.

BAB III METODE PENELITIAN. ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain : akan digunakan untuk melakukan pengolahan citra. BAB III METODE PENELITIAN Untuk pengumpulan data yang diperlukan dalam melaksanakan tugas akhir, ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain : 1. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan berupa pencarian

Lebih terperinci

KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION. Dhita Azzahra Pancorowati

KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION. Dhita Azzahra Pancorowati KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Dhita Azzahra Pancorowati 1110100053 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan membahas landasan teori-teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan skripsi ini. Teknik-teknik yang dibahas mengenai pengenalan pola, prapengolahan citra,

Lebih terperinci

KLASIFIKASI CITRA PARU MENGGUNAKAN MODEL SELF-ORGANIZING MAPS RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORKS (SOM-RBFNN) SKRIPSI

KLASIFIKASI CITRA PARU MENGGUNAKAN MODEL SELF-ORGANIZING MAPS RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORKS (SOM-RBFNN) SKRIPSI KLASIFIKASI CITRA PARU MENGGUNAKAN MODEL SELF-ORGANIZING MAPS RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORKS (SOM-RBFNN) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. arsitektur, prosedur, dan hasil model Radial Basis Function Neural Network untuk

BAB III PEMBAHASAN. arsitektur, prosedur, dan hasil model Radial Basis Function Neural Network untuk BAB III PEMBAHASAN Bab III merupakan pembahasan yang meliputi proses penelitian yaitu arsitektur, prosedur, dan hasil model Radial Basis Function Neural Network untuk klasifikasi stadium kanker payudara,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 18 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan berdasarkan sebuah kerangka pemikiran. Seperti tercantum pada Gambar 9. Mulai Potongan kayu Alat pinda i (scanner) Identifikasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN

BAB 3 METODE PERANCANGAN BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Konsep dan Pendekatan Tujuan utama yang ingin dicapai dalam pengenalan objek 3 dimensi adalah kemampuan untuk mengenali suatu objek dalam kondisi beragam. Salah satu faktor

Lebih terperinci

Chairunnisa Adhisti Prasetiorini *), R. Rizal Isnanto, dan Achmad Hidayatno. Abstrak. Abstract

Chairunnisa Adhisti Prasetiorini *), R. Rizal Isnanto, dan Achmad Hidayatno. Abstrak. Abstract PENGENALAN IRIS MATA MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PERAMBATAN BALIK DENGAN PENCIRIAN MATRIKS KO-OKURENSI ARAS KEABUAN (GRAY LEVEL CO-OCCURRENCE MATRIX - GLCM) Chairunnisa Adhisti Prasetiorini

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI Bab ini berisi analisis pengembangan program aplikasi pengenalan karakter mandarin, meliputi analisis kebutuhan sistem, gambaran umum program aplikasi yang

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA SIDIK JARI BERBASIS TRANSFORMASI WAVELET DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

PENGENALAN POLA SIDIK JARI BERBASIS TRANSFORMASI WAVELET DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION PENGENALAN POLA SIDIK JARI BERBASIS TRANSFORMASI WAVELET DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION 1 Andrian Rakhmatsyah 2 Sayful Hakam 3 Adiwijaya 12 Departemen Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) sebagai salah satu komponen multimedia memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Citra mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh

Lebih terperinci

Ekstraksi Ciri Citra Batik Berdasarkan Tekstur Menggunakan Metode Gray Level Co Occurrence Matrix

Ekstraksi Ciri Citra Batik Berdasarkan Tekstur Menggunakan Metode Gray Level Co Occurrence Matrix Ekstraksi Ciri Citra Batik Berdasarkan Tekstur Menggunakan Metode Gray Level Co Occurrence Matrix Rizky Andhika Surya, Abdul Fadlil, Anton Yudhana Magister Teknik Informatika Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Perangkat Lunak Dalam mengetahui perangkat lunak yang dibuat bisa sesuai dengan metode yang dipakai maka dilakukan pengujian terhadap masin-masing komponen perangkat.

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR...

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR... DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN JUDUL... ii PERNYATAAN... iii LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR... iv BERITA ACARA TUGAS AKHIR... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Waktu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dalam kurun waktu enam bulan terhitung mulai februari 2012 sampai juli 2012. Tempat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Neuro Fuzzy Neuro-fuzzy sebenarnya merupakan penggabungan dari dua studi utama yaitu fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

Lebih terperinci

Journal of Control and Network Systems

Journal of Control and Network Systems JCONES Vol. 5, No. 1 (2016) 158-163 Journal of Control and Network Systems Situs Jurnal : http://jurnal.stikom.edu/index.php/jcone IDENTIFIKASI JENIS PENYAKIT DAUN TEMBAKAU MENGGUNAKAN METODE GRAY LEVEL

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang teori penunjang dan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penerapan metode Modified k-nearest Neighbor untuk mengidentifikasi diabetic retinopathy.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Tahapan proses penelitian ditunjukkan pada Gambar 15 berikut. Mulai 96 citra stomata Ekstraksi fitur - RGB & Skala Keabuan Ekstraksi fitur - Wavelet

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rancangan antarmuka (interface) program terdiri dari form cover, form

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rancangan antarmuka (interface) program terdiri dari form cover, form BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Rancangan Antarmuka (interface) Program Rancangan antarmuka (interface) program terdiri dari form cover, form testing dan form training (untuk programer). 4.1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir-akhir ini kita banyak mendengar banyak berita bahwa Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengalami kerugian yang sangat besar setiap tahunnya yang disebabkan faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. melakukan pengamatan dan analisis dari gambar yang didapat. Untuk bisa mendapatkan

BAB 3 METODOLOGI. melakukan pengamatan dan analisis dari gambar yang didapat. Untuk bisa mendapatkan BAB 3 METODOLOGI 3.1 Analisis Kebutuhan dan Masalah 3.1.1 Analisis Kebutuhan Dalam melakukan analisa gambar mammogram, biasanya dokter secara langsung melakukan pengamatan dan analisis dari gambar yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengukuran Parameter Mutu Jeruk Pontianak Secara Langsung Dari Hasil Pemutuan Manual Pemutuan jeruk pontianak secara manual dilakukan oleh pedagang besar dengan melihat diameter

Lebih terperinci

Identifikasi Jenis Buah Jeruk Menggunakan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Berdasarkan Tekstur Kulit

Identifikasi Jenis Buah Jeruk Menggunakan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Berdasarkan Tekstur Kulit IJCCS, Vol.x, No.x, Julyxxxx, pp. 1~5 ISSN: 1978-1520 1 Jenis Buah Menggunakan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Berdasarkan Tekstur Kulit Reni Resita *1, Juratminingsih *2, Gasim 3 1,2 STMIK GI MDP; Jl. Rajawali

Lebih terperinci

Presentasi Tugas Akhir

Presentasi Tugas Akhir Presentasi Tugas Akhir Bagian terpenting dari CRM adalah memahami kebutuhan dari pelanggan terhadap suatu produk yang ditawarkan para pelaku bisnis. CRM membutuhkan sistem yang dapat memberikan suatu

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN tersembunyi berkisar dari sampai dengan 4 neuron. 5. Pemilihan laju pembelajaran dan momentum Pemilihan laju pembelajaran dan momentum mempunyai peranan yang penting untuk struktur jaringan yang akan dibangun.

Lebih terperinci

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK 2.1 KONSEP DASAR Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori yang dijadikan acuan untuk menyelesaikan penelitian. Berikut ini teori yang akan digunakan penulis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA Latar Belakang PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki + 30.000 spesies tumbuh-tumbuhan ([Depkes] 2007). Tumbuh-tumbuhan tersebut banyak yang dibudidayakan sebagai tanaman hias. Seiring

Lebih terperinci

SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON

SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON 30 BAB IV SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON 4.1 Gambaran Umum Sistem Diagram sederhana dari program yang dibangun dapat diilustrasikan dalam diagram konteks berikut. Gambar

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI Oleh Nama : Januar Wiguna Nim : 0700717655 PROGRAM GANDA TEKNIK INFORMATIKA DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Perusahaan dalam era globalisasi pada saat ini, banyak tumbuh dan berkembang, baik dalam bidang perdagangan, jasa maupun industri manufaktur. Perusahaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI. BAB II... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI SKRIPSI... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI... Error! Bookmark not defined. PENGESAHAN DEWAN PENGUJI... Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR...

Lebih terperinci

BAB 3. METODE PENELITIAN

BAB 3. METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 31 Pemilihan Parameter Masukan JST Data pengujian kualitas surfaktan-mesa yang dimiliki SBRC IPB (009) terdiri atas tegangan permukaan, IFT, densitas, viskositas, ph, dan kandungan

Lebih terperinci

DETEKSI NOMINAL DAN KEASLIAN UANG KERTAS MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

DETEKSI NOMINAL DAN KEASLIAN UANG KERTAS MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Tugas Akhir - 2010 DETEKSI NOMINAL DAN KEASLIAN UANG KERTAS MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Syariefudin Bashori¹, Achmad Rizal², Iwan Iwut Tirtoasmoro³

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Data Yang Digunakan Dalam melakukan penelitian ini, penulis membutuhkan data input dalam proses jaringan saraf tiruan backpropagation. Data tersebut akan digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Sistem Tahapan analisis merupakan tahapan yang paling awal dalam pembuatan sistem aplikasi ini. Analisis sistem dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan

Lebih terperinci

PENERAPAN MULTILAYER PERCEPTRON UNTUK KLASIFIKASI JENIS KULIT SAPI TERSAMAK

PENERAPAN MULTILAYER PERCEPTRON UNTUK KLASIFIKASI JENIS KULIT SAPI TERSAMAK PENERAPAN MULTILAYER PERCEPTRON UNTUK KLASIFIKASI JENIS KULIT SAPI TERSAMAK Nunik Purwaningsih Dosen Program Studi Teknologi Pengolahan Produk Kulit Politeknik Negeri ATK Yogyakarta E-mail: nunikpurwa@atk.ac.id

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN KEBUTUHAN ALGORITMA

BAB 3 ANALISIS DAN KEBUTUHAN ALGORITMA BAB 3 ANALISIS DAN KEBUTUHAN ALGORITMA 3.1 Analisis Masalah Jaringan saraf tiruan hopfield merupakan salah satu Algoritma Machine Learning yang dapat mengklasifikasikan suatu objek citra berdasarkan pelatihan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PARKET KAYU JATI BERDASARKAN ANALISA TEKSTUR GLDM MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION Muhammad Arief Rahman Hakim Jurusan Teknik Informatik

KLASIFIKASI PARKET KAYU JATI BERDASARKAN ANALISA TEKSTUR GLDM MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION Muhammad Arief Rahman Hakim Jurusan Teknik Informatik Wood Parket Classification based on GDLM texture Analysis With Backpropagation Method Muhammad Arief Rahman Hakim Undergraduate Program, Faculty of Industrial Engineering, 2010 Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 15 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli Desember 2007 di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENEITIAN 3. Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data citra tenun yang berasal dari beberapa daerah yang ada di indonesia, yakni tenun dari daerah Bali, Sumatra,

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN SIMULASI IMAGE RETREIVAL MENGGUNAKAN METODE COLOR HISTOGRAM, GREY LEVEL CO-OCCURRENCE MATRIX DAN KNN (Design and Simulation of Image Retreival Using Color Histogram, Grey Level Co-Occurrence

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengenalan Pola Pengenalan pola adalah suatu ilmu untuk mengklasifikasikan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan pengukuran kuantitatif fitur (ciri) atau sifat utama dari suatu

Lebih terperinci

ANALYSIS PERFORMANCE FITUR BENTUK, WARNA DAN TEKSTUR CITRA PADA PENELUSURAN INFORMASI ASET BERBASIS CBIR

ANALYSIS PERFORMANCE FITUR BENTUK, WARNA DAN TEKSTUR CITRA PADA PENELUSURAN INFORMASI ASET BERBASIS CBIR ANALYSIS PERFORMANCE FITUR BENTUK, WARNA DAN TEKSTUR CITRA PADA PENELUSURAN INFORMASI ASET BERBASIS CBIR Jumi¹ ), Achmad Zaenuddin 1) 1 Jurusan Administrasi Bisnis, Politeknik Negeri Semarang jumimail06@gmail.com

Lebih terperinci

KLASIFIKASI KEMATANGAN MANGGA MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN LEVENBERG MARQUARDT

KLASIFIKASI KEMATANGAN MANGGA MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN LEVENBERG MARQUARDT KLASIFIKASI KEMATANGAN MANGGA MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN LEVENBERG MARQUARDT Imam Machroz 1) Wina Apriliani 2) Lawan 3) Reza Saputra 4) Rosita 5) Nur Afny Catur Andryani 6) Teknik Informatika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan meliputi studi kepustakaan dan penelitian laboratorium. Studi kepustakaan dilakukan untuk mencari teori atau informasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Implementasi antar muka dalam tugas akhir ini terdiri dari form halaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Implementasi antar muka dalam tugas akhir ini terdiri dari form halaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Antar Muka Implementasi antar muka dalam tugas akhir ini terdiri dari form halaman judul perangkat lunak, form pelatihan jaringan saraf tiruan, form pengujian

Lebih terperinci

APLIKASI IDENTIFIKASI MOTIF BATIK MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI FITUR GRAY LEVEL CO-OCCURRENCE MATRIX (GLCM) BERBASIS ANDROID

APLIKASI IDENTIFIKASI MOTIF BATIK MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI FITUR GRAY LEVEL CO-OCCURRENCE MATRIX (GLCM) BERBASIS ANDROID APLIKASI IDENTIFIKASI MOTIF BATIK MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI FITUR GRAY LEVEL CO-OCCURRENCE MATRIX (GLCM) BERBASIS ANDROID BATIK S PATTERN IDENTIFICATION THROUGH FEATURE EXTRACTION METHOD, GRAY LEVEL

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA...4

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA...4 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME...ii HALAMAN PENGESAHAN...iii HALAMAN TUGAS...iv HALAMAN MOTTO...vi KATA PENGANTAR...vii DAFTAR ISI...ix DAFTAR TABEL...xiii DAFTAR GAMBAR...xv

Lebih terperinci

Identifikasi Ciri Kain Menggunakan Fitur Tekstur dan Gray Level Difference Method

Identifikasi Ciri Kain Menggunakan Fitur Tekstur dan Gray Level Difference Method Identifikasi Ciri Kain Menggunakan Fitur Tekstur dan Gray Level Difference Method Inwijayati Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarmai Universitas Gunadarma Depok, Indonesia Prihandoko, Bertalya

Lebih terperinci

KLASIFIKASI NAMA OBAT TULISAN TANGAN DOKTER DENGAN METODE GLCM DAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

KLASIFIKASI NAMA OBAT TULISAN TANGAN DOKTER DENGAN METODE GLCM DAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK KLASIFIKASI NAMA OBAT TULISAN TANGAN DOKTER DENGAN METODE GLCM DAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Arrahman¹, Purwanto², Pulung Nurtantio³ 123 Pasca Sarjana Teknik Informatika Universitas Dian Nuswantoro

Lebih terperinci

Ekstraksi Pola Iris Mata Berwarna Biru dan Cokelat dengan Metode GrayLevel Cooccurrence Matrix Yunia Mentari a, Nurhasanah a)*, Iklas Sanubary a)

Ekstraksi Pola Iris Mata Berwarna Biru dan Cokelat dengan Metode GrayLevel Cooccurrence Matrix Yunia Mentari a, Nurhasanah a)*, Iklas Sanubary a) Ekstraksi Pola Iris Mata Berwarna Biru dan Cokelat dengan Metode GrayLevel Cooccurrence Matrix Yunia Mentari a, Nurhasanah a)*, Iklas Sanubary a) a) Program Studi Fisika, Jurusan Fisika, FMIPA Universitas

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DAUN TANAMAN THEOBROMA CACAO MENGGUNAKAN METODE NEURAL NETWORK

KLASIFIKASI DAUN TANAMAN THEOBROMA CACAO MENGGUNAKAN METODE NEURAL NETWORK KLASIFIKASI DAUN TANAMAN THEOBROMA CACAO MENGGUNAKAN METODE NEURAL NETWORK Endi Permata 1), Andri Suherman 2), Alief Maulana 3) 1) 2 )3) Program Studi S1 Teknik Elektro, Fakultas Teknik,Universitas Sultan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : CBIR, GLCM, Histogram, Kuantisasi, Euclidean distance, Normalisasi. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci : CBIR, GLCM, Histogram, Kuantisasi, Euclidean distance, Normalisasi. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Content-Based Image Retrieval (CBIR) adalah proses untuk mendapatkan suatu citra berdasarkan konten-konten tertentu, konten yang dimaksud dapat berupa tekstur, warna, bentuk. CBIR pada dasarnya

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 18 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Penelitian Sistem pengenalan roda kendaraan pada penelitian ini tampak pada Gambar 10, secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tahapan utama yaitu, tahapan pelatihan

Lebih terperinci