ANALISIS KINERJA DI UNIT KEBERSIHAN DAN ADMINISTRASI AKADEMIK JURUSAN STATISTIKA ITS MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KINERJA DI UNIT KEBERSIHAN DAN ADMINISTRASI AKADEMIK JURUSAN STATISTIKA ITS MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA"

Transkripsi

1 1 ANALISIS KINERJA DI UNIT KEBERSIHAN DAN ADMINISTRASI AKADEMIK JURUSAN STATISTIKA ITS MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA Ampuh Suriyansyah, Lucia Aridinanti (1), Diaz Fitra Aksioma (2) Statistika, FMIA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya (1) (2) S ebagai salah satu perguruan tinggi negeri (TN), Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) bertujuan menjaga kualitas lulusannya agar mampu bersaing di dunia kerja. Salah satu hal yang dapat menunjang tujuan tersebut adalah kegiatan perkuliahan atau belajar mengajar yang nyaman dan pelayanan administrasi yang memuaskan. Untuk mencapai kegiatan perkuliahan yang nyaman diperlukan sarana dan prasarana kegiatan belajar mengajar yang bersih. Jurusan Statistika ITS Fakultas Matematika dan Ilmu engetahuan Alam (FMIA) merupakan salah satu jurusan yang ikut menjaga kualitas lulusannya dengan cara menyediakan sarana dan prasarana perkuliahan yang bersih dan pelayanan administrasi yang memuaskan. Hal tersebut dilakukan dengan meningkatkan kualitas kinerja karyawan kebersihan dan administrasi serta terus melakukan evaluasi dan improvisasi agar tercapai suatu keadaan dimana kegiatan perkuliahan nyaman dan pelayanan administrasi memuaskan. Dengan menggunakan metode six sigma diharapkan tercapainya suatu kinerja dan partisipasi kerja yang sangat baik. Berdasarkan analisis six sigma tersebut diperoleh jenis kecacatan yang paling mempengaruhi kualitas kebersihan adalah debu. Tingkat kapabilitas kinerja petugas kebersihan di jurusan statistika ITS memiliki presisi cukup buruk dan kinerja masing-masing petugas berkisar antara level kurang dan sangat kurang atau lebih banyak waktu kerja terbuang. Dari semua pengamatan baik lantai dua, tiga dan empat memiliki nilai sigma yang berkisar antara 1 dan 2. Kata kunci: kebersihan, six sigma, kinerja I. ENDAHULUAN a. Latar Belakang Kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya [1]. Kinerja di lingkungan akademik misalnya kampus, yang dalam penelitian ini adalah jurusan Statistika ITS, sangat berpengaruh pada output yang dihasilkan dan dirasakan manfaatnya bagi seluruh warga di lingkungan akademik tersebut dimana yang menjadi objek pengamatan karyawan jurusan statistika bertugas di unit kebersihan dan administrasi akademik. Idealnya orang bekerja secara efektif adalah minimal 82,5 artinya dari 8 jam kerja 60 menit digunakan untuk istirahat makan siang dan keperluan pribadi 30 menit. Menurut hasil penelitian [2], rata-rata beban kerja di jurusan ststistika adalah 76,2 dengan range partisipasi kerja antara 45,7 dan 94. Sedangkan rata-rata beban kerja di unit administrasi akademik adalah 71. Sementara itu skor rata-rata kompetensi karyawan di jurusan statistika adalah 2,76 termasuk kategori baik dan rata-rata kompetensi minimal adalah 2,42 (kategori kurang). Skor ratarata kompetensi karyawan di unit kebersihan adalah 3,2 (kategori baik) di unit Administrasi. Skor kompetensi antara 1 sampai dengan 4, dimana 4 menunjukkan sangat baik, dan 1 menunjukan kategori sangat kurang. Kompetensi diukur berdasarkan hasil kerja yang diukur menurut persepsi pimpinan dang pengguna jasa pelayanan karyawan yaitu dosen dan mahasiswa. Six sigma adalah ukuran target kinerja proses industri tentang bagaimana baiknya suatu proses transaksi produk antara pemasok (industri) dan pelanggan [3]. Memiliki tujuan untuk, menghilangkan cacat produksi, memangkas waktu pembuatan produk, dan mehilangkan biaya, salah satu metode yang digunakan adalah DMAIC yaitu define, measure analyze, improve, dan control. Suatu produk yang diproses pada tingkat kinerja six sigma maka diharapkan akan terdapat 3 sampai 4 kegagalan per sejuta kesempatan (DMO). Semakin tinggi target sigma yang dicapai maka semakin baik kinerja proses industri. Dengan demikian capaian 6 sigma lebih baik daripada 5 sigma. b.ermasalahan 1. Bagaimana partisipasi kerja karyawan kebersihan dan administrasi jurusan Statistika ITS periode tahun 2013? 2. Bagaimana kapabilitas proses kinerja karyawan kebersihan dan administrasi akademik di jurusan statistika ITS periode tahun 2013? 3. Bagaimana penilaian kinerja karyawan kebersihan statistika ITS periode tahun 2013 menurut pengguna? 4. Bagaimana level sigma kualitas kebersihan di jurusan statistika ITS periode tahun 2013? b.tujuan 1. Menentukan partisipasi kerja karyawan kebersihan dan administrasi jurusan statistika ITS periode tahun Menentukan kapabilitas proses kinerja karyawan kebersihan dan administrasi akademik di jurusan statistika ITS periode tahun Melihat penilaian kinerja karyawan kebersihan statistika ITS periode tahun 2013 menurut pengguna. 4. Menentukan level sigma kualitas kebersihan di jurusan statistika ITS periode tahun II. TINJAUAN USTAKA a. Six Sigma Six sigma adalah ukuran target kinerja proses industri tentang bagaimana baiknya suatu proses transaksi produk antara pemasok (industri) dan pelanggan [3]. Six sigma (6σ)

2 2 merupakan suatu besaran yang bisa kita artikan sebagai sebuah proses yang memiliki kemungkinan cacat (defects opportunity) sebanyak 3 sampai 4 buah dalam satu juta produk/jasa. Inti dari metode Six sigma adalah sebagai referensi untuk mencapai suatu keadaan yang nyaris bebas cacat. Salah satu metode yang digunakan adalah DMAIC yaitu define, measure analyze, improve, dan control. Suatu produk yang diproses pada tingkat kinerja six sigma maka diharapkan akan terdapat 3 sampai 4 kegagalan per sejuta kesempatan (DMO). Di bawah ini ditunjukan tabel tingkatan six sigma sebagai berikut. Tabel 1. Tingkat Sigma Sigma DMO Keterangan sangat tidak kompetitif rata-rata industri indonesia dari penjualan rata-rata industri USA rata-rata industri Jepang 6 3,4 industri kelas dunia b.diagram areto Diagram pareto merupakan salah satu dari tujuh alat SC yang digunakan untuk melakukan perbaikan kualitas Diagram Diagram pareto berbentuk histogram frekuensi ketidaksesuaian (cacat) berdasarkan penyebab ketidaksesuaian dan diurutkan mulai dari frekuensi paling besar sampai paling kecil [4]. rinsip diagram pareto adalah 80-20, artinya 80 kecacatan pada suatu produk disebabkan oleh 20 jenis cacat sehingga variabel yang diutamakan dalam proses perbaikan adalah variabel yang paling banyak menyebabkan proses tidak terkendali. b. Diagram Ishikawa Diagram Ishikawa merupakan suatu grafik yang menggambarkan hubungan antara akibat dengan faktor-faktor yang menjadi penyebabnya. Sehingga manfaat diagram ini adalah dapat digunakan untuk menemukan akar penyebab terjadinya masalah dalam proses produksi, menemukan hambatan dalam proses produksi dan mengidentifikasi di mana dan mengapa proses produksi tidak bekerja. c. Kapabilitas roses Kapabilitas proses menggambarkan suatu performence atau penampilan proses [5]. Dalam arti ini, analisis kemampuan proses dapat dilakukan tanpa mengingat spesifikasi pada karakteristik kualitas. Suatu proses akan dikatakan kapabel apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. roses terkendali secara statistik. b. Memenuhi batas spesifikasi. c. resisi dan akurasi proses tinggi. Kapabilitas proses kinerja karyawan kebersihan dihitung menggunakan nilai indeks dan pk sebagai berikut, p Z( p) pk = dan Z( p / 2) p = 3 3 Indeks presisi berkaitan dengan variasi data sedangkan untuk indeks akurasi berkaitan dengan nilai rata-rata[5]. d. eta roporsi eta kendali p biasanya disebut juga peta kendali bagian tak sesuai. Bagian tak sesuai tersebut didefinisikan sebagai perbandingan antara banyak produk yang tak sesuai dalam suatu populasi dengan banyak produk keseluruhan dalam populasi itu. Statistik menaksir bagian tak sesuai p yang tidak diketahui, maka batas pengendali peta kendali p adalah. p( 1 p) UCL = p + 3 n centerline = p p( 1 p) LCL = p 3 n (2) e. Kinerja Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya [6]. Kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kerja kelompok personel. enampilan hasil karya tidak terbatas kepada personel yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personel di dalam organisasi [7]. f. Faktor yang Berpengaruh pada Kinerja Secara teoritis ada tiga kelompok variabel yang memengaruhi perilaku kerja dan kinerja, yaitu: variabel individu, variabel organisasi dan variabel psikologis [7]. Ketiga kelompok variabel tersebut memengaruhi kelompok kerja yang pada akhirnya memengaruhi kinerja personel. erilaku yang berhubungan dengan kinerja adalah yang berkaitan dengan tugas-tugas pekerjaan yang harus diselesaikan untuk mencapai sasaran suatu jabatan atau tugas. a. Variabel enelitian III METODOLOGI ENELITIAN Untuk menentukan rata-rata partisipasi kerja dan kompetensi karyawan jurusan Statistika di unit Kebersihan dan Administrasi menggunakan variabel penelitian sebagai berikut, 1. artisipasi Kerja Karyawan kebersihan dan administrasi 2. Kinerja Karyawan kebersihan Di unit Kebersihan, variabel diukur dengan 2 cara, yaitu secara objektif dan subjektif. engukuran secara objektif dilakukan dengan cara mengukur hasil kerja karyawan di unit kebersihan dengan kategori bersih/tidak bersih. Sedangkan pengukuran secara subjektif dilakukan dengan cara memberikan kuisioner kepada pengguna yaitu mahasiswa dan dosen. ada unit administrasi penelitian yang dilakukan hanya sebatas pada partisipasi kerja saja karena akan sangat sulit menentukan waktu standarnya dan hasil kinerjanya.

3 3 Metode Kerja Kinerja karyawan Unit Administrasi artisipasi kerja b. Waktu engamatan Waktu pengamatan pada penelitian ini dijelaskan pada tabel 2 sebagai berikut. Tabel 2 Waktu pengamatan Waktu eriode I Tahap I Tgl 1-7 mei Tgl mei Tahap II Tgl 4-10 des Tgl`11-17 des ada pengamatan tahap II terjadi perubahan jumlah karyawan yang diamati yaitu dari 3 orang menjadi 4 orang. Hal tersebut terjadi karena pada pengamatan tahap II peneliti memperoleh informasi bahwa selain Ka-M, ada Ka-L yang bertugas sebagai karyawan administrasi. c. Tahap Ananlisis. artisipasi Kerja Karyawan Objektif roporsi komponen ruangan yang tidak bersih (kotor) Unit Kebersihan roporsi Kerja per Hari Subjektif Tingkat kebersihan Areal Menurut ersepsi elanggan Gambar 1. Skema engukuran Variabel (CTQ) 1. Untuk mencapai tujuan pertama yaitu menentukan rata-rata partisipasi kerja dilakukan pengukuran proporsi kerja karyawan dengan metode sampling pekerjaan baik di unit kebersihan dan unit administrasi. Langkah langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut. a. Melakukan pengamatan secara lansung partisipasi karyawan. b. Memproporsikan hasil pengamatan. c. Memplotkan hasil proporsi pengamatan d. Melakukan uji proporsi untuk melihat apakah terjadi perubahan yang signifikan antara pengamatan tahap I dan tahap II. e. Menganalisis hasil pengamatan. 2. Untuk menjawab tujuan ke dua ke tiga maka dilakukan analisis kapabilitas proses di unit kebersihan dengan langkah sebagai berikut. a. Menghitung rata-rata proporsi cacat di unit kebersihan. b. Menghitung batas kontrol atas dan bawah. c. Memplotkan rata-rata proporsi, batas kontrol atas, batas kontrol bawah untuk melihat apakah proses terkendali. d. Menghitung nilai indeks dan pk p. untuk melihat presisi dan akurasi proses. e. Menghitung krakteristik kualitas kebersihan berdasarkan persepsi mahasiswa menggunakan skala likert. f. Melakukan uji rancangan acak blok lengkap. g. Membuat diagram Ishikawa. h. Membuat diagram areto. 3. Menentukan level sigma di unit kebersihan dan administrasi setelah perubahan metode kerja. Dengan langkah sebagai berikut. a. Menghitung proporsi kecacatan. b. Menghitung DMO. c. Menentukan level sigma dengan cara melakukan perhitungan batas atas dan bawah DMO dan level sigma. IV ANALISIS EMBAHASAN a. artisipasi Kerja Karakteristik partisipasi kerja dari karyawan administrasi yaitu Ka-M, sedangkan untuk karyawan kebersihan yaitu Kk- M dan Kk-Y pada pengamatan tahap I dijelaskan pada Gambar 2. sebagai berikut, Tabel 3 artisipasi Kerja Tahap I Karyawan Mei-01 Mei-02 Mei-03 Mei-06 Mei-07 rata-rata Ka-M 0,77 0,69 0,65 0,67 0,69 0,69 Kk-M 0,58 0,58 0,50 0,54 0,54 0,55 Kk-Y 0,42 0,38 0,50 0,38 0,38 0,41 I Karyawan Mei-16 Mei-17 Mei-20 Mei-21 Mei-22 rata-rata Ka-M 0,65 0,58 0,42 0,63 0,27 0,51 Kk-M 0,58 0,38 0,46 0,54 0,54 0,50 Kk-Y 0,42 0,46 0,58 0,50 0,58 0,51 Tabel 3 menunjukkan proporsi kesibukan masing-masing karyawan yaitu Ka-M, Kk-M dan Kk-Y pada minggu I. partisipasi kerja karyawan unit administrasi Ka-M cenderung stabil pada minggu I berkisar antara 69 hingga 77. Sedikit dibawah partisipasi kerja Ka-M adalah kinerja dari Kk-M dengan presentase kerja berkisar antara 50 hingga 58. artisipasi kerja yang paling kecil adalah Kk-Y.dibanding Ka- M dan Kk-M berkisar antara 38 hingga 50. Dari ketiga karyawan tersebut partisipasi kerjanya berkisar antara kategori kurang dan sangat kurang. Dari pengamatan minggu I ke minggu II dilakukan improve berupa pemanggilan karyawan untuk dilakukan briefing agar partisipasi dan kinerja meningkat. artisipasi kerja Ka-M pada minggu II yang tertinggi adalah pada tanggal 16 Mei 2013 dengan presentase waktu bekerja sebesar 65, sedangkan waktu tertendah Ka-M pada tanggal 22 Mei 2013 memiliki presentase bekerja kecil yaitu sebesar 27. artisipasi kerja Kk-M memiliki prosentase kerja berkisar antara 38 hingga 58. Selanjutnya Kk-Y cenderung stabil dengan presentase waktu bekerja sebesar 42 hingga 58. ada pengamatan minggu II tersebut partisipasi kerjanya berkisar antara kurang dan sangat kurang. ada pengamatan tahap II dilakukan improve berupa rotasi karyawan unit kebersihan yaitu Kk-M yang bekerja dilantai 2 digantikan oleh Kk-I yang sebelumnya bekerja dilantai 1. Selain hal tersebut, pada saat penelitian sedang berlangsung peneliti memperoleh informasi bahwa Ka-L juga merupakan karyawan unit administrasi sehingga Ka-L ditambahkan dalam objek pengamatan, sehingga diperoleh objek pengamatan

4 4 tahap II meliputi Ka-M, Ka-L, Kk-I dan Kk-Y yang masingmasing partisipasi kerjanya pada minggu I dan minggu II ditunjukkan pada tabel 4 sebagai berikut. Tabel 4 artisipasi Kerja Tahap I Karyawan Des-11 Des-12 Des-13 Des-16 Des-17 Rata-rata Ka-M 0,73 0,75 0,65 0,79 0,69 0,72 Kk-Y 0,5 0,67 0,42 0,71 0,42 0,54 Kk-I 0,58 0,63 0,71 0,71 0,71 0,67 Ka-L 0,79 0,73 0,83 0,83 0,69 0,77 Tabel 4 menunjukkan roporsi kesibukan karyawan pada minggu I. Rata-rata partisipasi kerja paling rendah adalah Kk- Y yang berkisar antara 42 hingga 63. Rata-rata partisipasi kerja tertinggi adalah Ka-L dengan partisipasi kerja pada rentang 65 hingga 83. Selanjutnya partisipasi kerja Kk-I berkisar antara 50 hingga 77. Setingkat diatas Kk-I adalah partisipasi kerja Ka-M yang berkisar pada rentang 60 hingga 73. ada minggu II artisipasi kerja Kk-Y masih menjadi yang paling rendah dan Ka-L masih yang paing tinggi. Kk-Y memiliki kinerja dengan rentang presentase sebesar 42 hingga 71. Sedangkan karyawan yang memiliki kinerja paling baik masih oleh Ka-L dengan rentang 69 hingga 83. Setingkat dibawah Ka-L adalah Ka-M dilanjutkan Kk-I dengan rentang masing-masing sebesar 65 hingga 79 dan 58 hingga 71. Selanjutnya adalah melakukan uji beda proporsi dengan menggunakan jumlah total bekerja yang diambil dari jumlah bekerja terbaik pada minggu I dan jumlah total terbaik pada tahap 2. Untuk karyawan administrasi Ka-M jumlah bekerja terbaik tiap tahapnya ditunjukan pada tabel 5 sebagai berikut, H 0 : p 1 = p2 hitung H1: p 1 p2 Wilayah penolakan : Tolak H0 jika. Tabel 5 Jumlah total bekerja Ka-M tahap I Tahap Jumlah Bekerja Jumlah engamatan artisipasi I II Dari perhitungan tahap I dan tahap II diperoleh output Minitab diperoleh nilai sebesar 0,70 lebih kecil daripada sebesar 1,65 sehingga gagal tolak H 0 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan partisipasi karyawan administrasi Ka-M antara tahap I dan tahap II. Tabel 6 Jumlah total bekerja Ka-M tahap I Tahap Jumlah Bekerja Jumlah engamatan artisipasi I II ada tabel 6 dengan menggunakan software Minitab maka Karyawan Des-04 Des-05 Des-06 Des-09 Des-10 Rata-rata diperoleh output seperti pada dengan nilai sebesar Ka-M 0,69 0,6 0,63 0,73 0,67 0,66 1,86 sehingga lebih besar dari pada sebesar 1,65 yang Kk-Y 0,5 0,5 0,42 0,63 0,46 0,50 artinya tolak H 0 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat Kk-I 0,63 0,67 0,75 0,5 0,54 0,62 perbedaan patisipasi kerja antara Kk-M pada tahap I dan Kk-I pada tahap II, apabila dilihat dari tabel 4 partisipasi Kk-I pada Ka-L 0,81 0,69 0,77 0,83 0,65 0,75 tahap II lebih baik daripada partisipasi Kk-M pada tahap I. I Tabel 7 Jumlah total bekerja Ka-M tahap I Tahap Jumlah Bekerja Jumlah engamatan artisipasi I II Dari perhitungan tabel 7 tahap I dan tahap II diperoleh output Minitab diperoleh nilai sebesar 0,52 lebih kecil daripada sebesar 1,65 sehingga gagal tolak H 0 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan partisipasi kerja karyawan administrasi Kk-Y antara tahap I dan tahap II. b. eta Kendali Kecacatan Kualitas Kebersihan Berdasarkan hasil dari output software minitab diperoleh hasil BKA,, BKB sebagai berikut. Tabel 8 eta Kendali Kualitas Kebersihan tahap I I Ruang BKA BKB BKA BKB Dapur R. Makan R. Sidang Lab. Barat Lab. QC Lab. S Lab. Timur Selazar R. Kalab R. Sidang Tangga Selazar R. Sidang Tangga Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan rata-rata kecacatan komponen pada tahap I baik minggu I maupun minggu II telah terkendali. Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa pada tahap II minggu I semua rata-rata keecacatan komponen telah terkendali, begitu juga untuuk minggu II rata-rata kecacatan komponen tidak ada yang melebihi batas atau telah terkendali

5 5 Ruang Tabel 9 eta Kendali Kualitas Kebersihan tahap II i BKA BKB BKA BKB Dapur R. Makan R. Sidang Lab. Barat Lab. QC Lab. S Lab. Timur Selazar R. Kalab R. Sidang Tangga Selazar R. Sidang Tangga c.kapabilitas roses Kinerja Karyawan Indeks kinerja karyawan kebersihan atau kapabilitas proses kinerja karyawan kebersihan dihitung menggunakan nilai indeks dan pk p. Unit pengamatan meliputi lantai dua, tiga dan empat gedung U jurusan Statistika ITS selama dua tahap pengamatan. Secara rinci hasil perhitungan dari indeks kinerja karyawan ditunjukkan pada Tabel 4. sebagai berikut, Minggu I II Lt. Tabel 10 Indeks Kinerja Karyawan Tahap I pk p Tahap II pk p 2 0,332-0,145-0,323 0,342-0,135-0, ,263-0,211-0,373 0,348-0,130-0, ,154-0,340-0,475 0,167-0,323-0, ,270-0,204-0,368 0,294-0,181-0, ,279-0,195-0,361 0,291-0,184-0, ,117-0,397-0,523 0,141-0,358-0,490 Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 10 baik terhadap pengamatan pertama dan kedua diperoleh bahwa secara pk keseluruhan indeks bernilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa proses kinerja karyawan kebersihan di lantai dua gedung U jurusan Statistika ITS tidak mencapai spesifikasi p yang telah ditetapkan. Selain itu indeks juga bernilai negatif menunjukkan bahwa presisi kinerja karyawan kebersihan di lantai tiga gedung U jurusan Statistika pada minggu I sangat kurang. Sehingga kinerja yang kurang ini masih perlu perhatian yang serius dari pihak jurusan. c.kinerja Karyawan di Unit Kebersihan Menurut engguna Berikut adalah skor kualitas kebersihan pada lantai 2, 3 dan 4 ditinjau dari persepsi mahasiswa ditunjukkan pada Tabel 7, Tabel 11 Rata-rata skor kualitas kebersihan masing-masing komponen Komponen Tahap I Tahap II Komponen Tahap Tahap II Dinding 2,73 2,75 Lemari 2,68 2,58 Kaca 2,43 2,39 Meja 2,86 2,85 Komputer 2,83 2,86 agar 2,15 2,23 Kursi 2,86 2,81 apan tulis 2,73 2,78 Kusen jendela 2,43 2,41 intu 2,84 2,80 Kusen pintu 2,75 2,70 lafon 2,77 2,83 Lantai 2,64 2,63 Tanaman 2,37 2,18 LCD 3,02 3,13 White board 2,87 2,92 Berdasarkan Tabel 11 Menunjukkan skor masingmasing komponen di lantai 2, 3 dan 4 dimana pada tahap I dan II komponen LCD memiliki skor tertinggi masing-masing sebesar 3,02 dan 3,13. Sedangkan komponen dengan skor terendah pada tahap I adalah pagar yaitu sebesar 2,15 sedangkan pada tahap II adalah tanaman yaitu sebesar 2,18. Selanjutnya adalah pengujian kinerja karyawan di unit kebersihan menggunakan Rancangan Blok Acak Lengkap (RBAL). RBAL digunakan untuk mengontrol variabilitas yang timbul akibat komponen yang tidak seragam (homogen), sehingga perlu dilakukan blok, Berikut adalah hipotesis pengujian menggunakan RBAL pada lantai 2, 3 dan 4, H 0 : H 1 : minimal ada satu Berdasarkan output yang diperoleh dari software minitab menggunakan taraf signifikansi 0,05 hasil dari pengujian RBAL pada lantai 2, 3 dan 4 adalah sebagai berikut, Tabel 12 Hasil engujian RBAL Sumber Fhit F Fhit F Fhit F Tahap 11,02 4,24 0,21 4,16 0,72 4,75 Komponen 9,37 2,28 37,71 2,00 36,9 2,69 Berdasarkan tabel 12 Menunjukkan bahwa pada lantai 2 nilai uji F pada Tahap pengamatan dan komponen masingmasing sebesar 11,34 dan 9,23 lebih besar dari F tabel sebesar 4,24 dan 2,28 sehingga tolak H 0 dan disimpulkan bahwa terdapat penurunan rata-rata skor baik pada tahap pengamatan maupun blok (komponen). Selanjutnya pada pengujian lantai 3 dan 4 nilai uji F pada Tahap pengamatan masing-masing sebesar 0,21 dan 0,71 kurang dari F tabel sebesar 4,16 dan 4,75 sehingga gagal tolak H 0 dan disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata pada Tahap pengamatan baik pada lantai 3 maupun lantai 4. Hal ini berbanding terbalik dengan nilai uji F pada Komponen lantai 3 dan lantai 4 masing-masing sebesar 37,71 dan 36,9 lebih besar dari F tabel masing-masing sebesar 2,00 dan 2,69 sehingga tolak H 0 dan disimpulkan bahwa terdapat kenaikan rata-rata baik pada komponen pada lantai 3 dan lantai 4. d.enentuan Level Sigma Metode Six Sigma digunakan untuk menentukan level sigma di unit kebersihan jurusan Statistika ITS yang meliputi lantai dua, tiga dan empat gedung U berdasarkan metode yang berlaku saat ini dan metode yang dikembangkan. Berikut ini level sigma pada masing- masing ruang.

6 6 Tabel 13 Level Six Sigma Lantai dua Mg. Ruang engamatan I engamatan II DMO Level Sigma DMO Level Sigma Dapur , ,64 I R. Makan , ,81 R. Sidang , ,15 Dapur , ,75 II R. Makan , ,87 R. Sidang , ,13 rata-rata , ,89 Berdasarkan Tabel 13 pada pengamatan pertama menunjukkan bahwa nilai rata-rata DMO yang diperoleh sebesar 60195,57 dengan rata-rata level sigma sebesar 1,91 Sementara pada pengamatan kedua memiliki rata-rata DMO lebih tinggi sebesar 63568,96 dengan rata-rata level sigma sebesar 1,89 sehingga dapat disimpulkan terjadi sedikit penurunan kualitas kebersihan pada lantai 2. Berikut adalah level sigma pada lantai 3 gedung U jurusan statistika ITS meliputi ruang sidang, ruang kalab, tangga, selazar, lab.barat, lab. timur, lab. QC dan lab. S2. Tabel 14 Level Six Sigma Lantai Tiga Mg. Ruang engamatan I engamatan II DMO Level Sigma DMO Level Sigma lab barat , ,96 lab QC , ,84 lab S , ,79 I lab timur , ,72 r. Kalab , ,88 r. Sidang , ,79 salazar , ,74 tangga , ,87 lab barat , ,00 lab QC , ,88 lab S , ,72 II lab timur , ,80 r. Kalab , ,96 r. Sidang , ,86 salazar , ,95 tangga , ,08 rata-rata , ,87 Dari tabel 14 dapat diketahui bahwa pada lantai 3 terjadi penurunan kualitas kebersihan ditunjukkan dengan penurunan rata-rata level sigma dari pengamatan pertama sebesar 1,91 menjadi 1,87 atau dengan keaikan DMO dari semula hanya sebesar 59376,43 naik menjadi 63902,10. Sedangkan untuk penentuan level sigma pada lantai 4 yang meliputi Salazar, ruang sidang dan tangga ditunjukkan pada Tabel 15 sebagai berikut, Tabel 15 Level Six Sigma Lantai Empat Mg Ruang engamatan I engamatan II DMO Level Sigma DMO Level Sigma r. Sidang , ,02 I salazar , ,24 tangga , ,16 r. Sidang , ,09 II salazar , ,34 tangga , ,19 rata-rata , ,17 Sebanding dengan hasil pengamatan pada lantai 2 dan 3 kualitas kebersihan pada lantai 4 juga mengalami penurunan kualitas dimana pada pengamatan pertama memiliki rata-rata DMO sebesar 27095,96 dan naik menjadi 30776,75 pada pengamatan kedua. Sedangkan rata-rata level sigma mengalami penurunan dari 2,23 menjadi 2,17. Meskipun demikian apabila dibandingkan dengan lantai 2 dan lantai tiga, rata-rata level sigma pada lantai 4 tersebut paling tinggi. Dari semua pengamatan baik lantai 2, 3 dan 4 memiliki nilai sigma yang berkisar antara satu hingga dua sehingga dapat disimpulkan kualitas kebersihan di jurusan statistika ITS berada antara kualitas sangat tidak kompetitif hingga rata-rata kebanyakan industri Indonesia sehingga memang memerlukan perhatian serius dari pihak terkait yang dalam hal ini adalah seluruh warga jurusan statistika ITS. KESIMULAN DAN SARAN a.kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan mengenai pengembangan metode kerja di unit kebersihan dan administrasi akademik gedung U jurusan Statistika ITS menggunakan metode six sigma dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, 1. ada pengamatan partisipasi kerja tahap I dari minggu I ke minggu II hanya Kk-Y yang mengalami kenaikan partisipasi kerja sebesar 10, sedangkan untuk tahap II semua karyawan mengalami kenaikan partisipasi kerja. 2. Dari analisis kapabilitas proses diperoleh kinerja karyawan telah terkendali secara grafis, sedangkan dari perhitungan indeks kinerja karyawan yang diperoleh dari perhitungan indeks dan indeks pk p diperoleh hasil tidak kapabel. 3. Dari hasil pengukuran secara subjektif (persepsi mahasiswa) dengan menggunakan sekala Likert diperoleh skor yang berkisar antara 2,15 sampai 3,13 atau berkisar antara kategori kotor sampai bersih. 4. Dari semua pengamatan baik lantai dua, tiga dan empat memiliki nilai sigma yang berkisar antara 1,64 sampai 2,39 b.saran Tingkat kinerja petugas seharusnya lebih ditingkatkan lagi dan perlu adanya manajemen waktu agar kinerja petugas kebersihan semakin baik sehingga kualitas kebersihan di jurusan statistika ITS semakin meningkat dan terkendali. Secara khusus perlu adanya perhatian serius terhadap faktor debu sebagai penyumbang tingkat kecacatan di jurusan statistika ITS sebagaimana ditunjukkan pada diagram areto. DAFTAR USTAKA [1] Srimindarti, C, Balanced Scorecard Sebagai Alternatif untuk Mengukur Kinerja, STIE Stikubank, Semarang. [2] Lucia dkk Analisis Beban Kerja Karyawan-ITS tahun Surabaya. ITS [3] Gaspersz, Vincent Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industries. Jakarta: enerbit T Gramedia ustaka Utama. [4] Montgomery, D. C. (2005). Introduction to Statistical Quality Control 5th Edition. New York: John Wiley & Sons, inc. [5] Grant, U. L., & Leavenworth, R. S. (1988). engendalian Mutu Statitika. In M. Ir. Hudaya Kandahjaya. Jakarta: T Gramedia ustaka. [6] Mangkunegara, A., Manajemen Sumber Daya Manusia erusahaan, Remaja Rosdakarya, Bandung. [7] Ilyas, Y, Kinerja (Teori, enilaian dan enelitian), Cetakan pertama, FKM UI, Jakarta.

Seminar Hasil ANALISIS PENINGKATAN KUALITAS KINERJA UNIT KEBERSIHAN DAN ADMINISTRASI AKADEMIK DI JURUSAN STATISTIKA ITS DENGAN METODE SIX SIGMA

Seminar Hasil ANALISIS PENINGKATAN KUALITAS KINERJA UNIT KEBERSIHAN DAN ADMINISTRASI AKADEMIK DI JURUSAN STATISTIKA ITS DENGAN METODE SIX SIGMA Seminar Hasil ANALISIS PENINGKATAN KUALITAS KINERJA UNIT KEBERSIHAN DAN ADMINISTRASI AKADEMIK DI JURUSAN STATISTIKA ITS DENGAN METODE SIX SIGMA Dosen Pembimbing: Dra. Lucia Aridinanti, MT. Co. Pembimbing

Lebih terperinci

PENGONTROLAN KUALITAS PADA PROSES PENGEMASAN SEMEN (PACKAGING) PT. SEMEN GRESIK (PERSERO) TBK, DI TUBAN BERBASIS METODE SIX SIGMA

PENGONTROLAN KUALITAS PADA PROSES PENGEMASAN SEMEN (PACKAGING) PT. SEMEN GRESIK (PERSERO) TBK, DI TUBAN BERBASIS METODE SIX SIGMA PENGONTROLAN KUALITAS PADA PROSES PENGEMASAN SEMEN (PACKAGING) PT. SEMEN GRESIK (PERSERO) TBK, DI TUBAN BERBASIS METODE SIX SIGMA Disusun oleh: Eko Oktiningrum Suhartono NRP 1309 030 034 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Penerapan Metode DMAIC di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Jawa Timur. Oleh Zubdatu Zahrati Dosen Pembimbing : Dra.

Penerapan Metode DMAIC di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Jawa Timur. Oleh Zubdatu Zahrati Dosen Pembimbing : Dra. Penerapan Metode DMAIC di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Jawa Timur Oleh Zubdatu Zahrati 32 05 004 Dosen Pembimbing : Dra. Lucia Aridinanti Pendahuluan Latar Belakang Permasalahan Tujuan Manfaat Batasan

Lebih terperinci

Analisis Pengendalian Kualitas Produk Minute Maid Pulpy 350ml di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Jawa Timur. Oleh: Zubdatu Zahrati

Analisis Pengendalian Kualitas Produk Minute Maid Pulpy 350ml di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Jawa Timur. Oleh: Zubdatu Zahrati Tugas Akhir Analisis Pengendalian Kualitas Produk Minute Maid Pulpy 350ml di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Jawa Timur Oleh: Zubdatu Zahrati 309 030 002 Pembimbing: Dra. Lucia Aridinanti, MT JURUSAN

Lebih terperinci

Penerapan Metode DMAIC di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Jawa Timur

Penerapan Metode DMAIC di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Jawa Timur Penerapan Metode DMAIC di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Jawa Timur Zubdatu Zahrati dan Lucia Aridinanti Jurusan Statistika, FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya

Lebih terperinci

ANALISIS KAPABILITAS PROSES UNTUK PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK PEMBATAS BUKU INDUSTRI RUMAHAN

ANALISIS KAPABILITAS PROSES UNTUK PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK PEMBATAS BUKU INDUSTRI RUMAHAN J u r n a l E K B I S / V o l. X IV/ N o. / e d i s i S e p t e m b e r 15 7 ANALISIS KAPABILITAS PROSES UNTUK PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK PEMBATAS BUKU INDUSTRI RUMAHAN *( Diah Ayu Novitasari Fakultas

Lebih terperinci

APLIKASI SIX SIGMA DI SEKTOR PELAYANAN PUBLIK (STUDY KASUS MENGENDALIKAN KETIDAKSESUAIAN PELAYANAN DI SAMSAT SURABAYA I MANYAR)

APLIKASI SIX SIGMA DI SEKTOR PELAYANAN PUBLIK (STUDY KASUS MENGENDALIKAN KETIDAKSESUAIAN PELAYANAN DI SAMSAT SURABAYA I MANYAR) TUGAS AKHIR - ST 1325 APLIKASI SIX SIGMA DI SEKTOR PELAYANAN PUBLIK (STUDY KASUS MENGENDALIKAN KETIDAKSESUAIAN PELAYANAN DI SAMSAT SURABAYA I MANYAR) TRIANA NOVITASARI NRP 1303100026 Dosen Pembimbing Dra.

Lebih terperinci

ANALISIS USULAN PERBAIKAN KUALITAS PADA PROSES PERAKITAN PINTU MOBIL PADA PT. MERCEDES-BENZ INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN DMAIC

ANALISIS USULAN PERBAIKAN KUALITAS PADA PROSES PERAKITAN PINTU MOBIL PADA PT. MERCEDES-BENZ INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN DMAIC ANALISIS USULAN PERBAIKAN KUALITAS PADA PROSES PERAKITAN PINTU MOBIL PADA PT. MERCEDES-BENZ INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN DMAIC Nama Disusun Oleh: NPM : 36411388 Fakultas/Jurusan Pembimbing : Rizky Meiliatama

Lebih terperinci

Analisis Kualitas Pada Produksi Botol RC Cola 800 ml di PT. IGLAS (Persero) dengan menggunakan Peta Kendali Demerit

Analisis Kualitas Pada Produksi Botol RC Cola 800 ml di PT. IGLAS (Persero) dengan menggunakan Peta Kendali Demerit Analisis Kualitas Pada Produksi Botol RC Cola 800 ml di PT. IGLAS (Persero) dengan menggunakan Peta Kendali Demerit Nur Lailiyah Wakhidah 1308 030 030 Dosen Pembimbing: Drs. Haryono Ms. Msc. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PENENTUAN DIAGRAM KENDALI DALAM ANALISIS KUALITAS PRODUKSI BISKUIT SQUARE PUFF PT. UBM BISCUIT SIDOARJO

PENENTUAN DIAGRAM KENDALI DALAM ANALISIS KUALITAS PRODUKSI BISKUIT SQUARE PUFF PT. UBM BISCUIT SIDOARJO Program Studi MMT-ITS, Surabaya Februari 3 PENENTUAN DIAGRAM KENDALI DALAM ANALISIS KUALITAS PRODUKSI BISKUIT SQUARE PUFF PT. UBM BISCUIT SIDOARJO Rizal Rinumpoko *), Septia Fendiasari, Lucia Aridinanti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di wilayah lokal saja, akan tetapi sudah meluas sampai kawasan nasional bahkan internasional.

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI DIPLOMA III JURUSAN STATISTIKA Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2014

PROGRAM STUDI DIPLOMA III JURUSAN STATISTIKA Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2014 6/18/2014 Sidang Tugas Akhir 1 PENGENDALIAN KUALITAS PADA PRODUK KACA LEMBARAN (GLASS) DI PT. ASAHIMAS FLAT GLASS TBK. SIDOARJO. Oleh : SIGIT BUDIANTONO (1311030075) Dosen Pembimbing : Dra. Sri Mumpuni

Lebih terperinci

Analisis Peta Kendali U Pada Proses Pembuatan Plat Baja di PT. Gunawan Dianjaya Steel Tbk

Analisis Peta Kendali U Pada Proses Pembuatan Plat Baja di PT. Gunawan Dianjaya Steel Tbk Analisis Peta Kendali U Pada Proses Pembuatan Plat Baja di PT. Gunawan Dianjaya Steel Tbk Dias Ardha P 1311 030 032 Dosen Pembimbing Dr. Sony Sunaryo, M.Si PROGRAM STUDI DIPLOMA III Jurusan Statistika

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas Statistik Produk Botol Sting 240 ml di PT IGLAS (Persero) Oleh: Wahyu Eka Kusumaningrum

Pengendalian Kualitas Statistik Produk Botol Sting 240 ml di PT IGLAS (Persero) Oleh: Wahyu Eka Kusumaningrum Pengendalian Kualitas Statistik Produk Botol Sting 40 ml di PT IGLAS (Persero) Oleh: Wahyu Eka Kusumaningrum 1308030047 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG PT IGLAS (Persero) merupakan perusahaan manufacturing

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PINTU DEPAN KANAN KIJANG INNOVA PADA LINI PERAKITAN PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PINTU DEPAN KANAN KIJANG INNOVA PADA LINI PERAKITAN PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC USULAN PERBAIKAN KUALITAS PINTU DEPAN KANAN KIJANG INNOVA PADA LINI PERAKITAN PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC Nama : Aan Andri Yana NPM : 30411004 Pembimbing :

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Dalam mengelolah suatu perusahaan atau organisasi dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi dapat tercapai. Manajemen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode dapat diartikan sebagai cara yang tepat. Kemudian, penelitian merupakan kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang suatu masalah. Langkah langkah

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur 1 IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur ABSTRAK Adanya persaingan antar produk yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan pasar bebas yang semakin ketat, setiap perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat terus bertahan. Untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Untuk mengelola suatu perusahaan atau organisasi selalu dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi tersebut dapat tercapai.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Fase atau tahapan yang banyak menghasilkan produk yang cacat adalah di bagian proses stripping, terlihat dari diagram Pareto nya dari ketiga tahapan di area produksi Produk X. 2.1

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah suatu proses berpikir yang dilakukan dalam penulisan suatu laporan, mulai dari menentukan judul dan permasalahan, melakukan pengumpulan data yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA Moh. Umar Sidik Daryanto (Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri, Universitas Gunadarma) ABSTRAK PT. Teknik Makmur

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Ganjil 2005/2006 USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN METODE DMAIC UNTUK MENGURANGI CACAT HANGER TIPE TAC 6212 PADA PROSES INJECTION

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama dalam perusahaan agar tetap survive. Buruknya kualitas ataupun penurunan kualitas akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep SPC dan Pengendalian Kualitas Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dalam dunia industri manufaktur adalah kualitas dari produk maupun

Lebih terperinci

Pendahuluan. Tinjauan Pustaka. Metodologi. Analisis dan Pembahasan. Kesimpulan dan Saran. Klik_. Klik_. Klik_. Klik_. Klik_

Pendahuluan. Tinjauan Pustaka. Metodologi. Analisis dan Pembahasan. Kesimpulan dan Saran. Klik_. Klik_. Klik_. Klik_. Klik_ Klik_ Klik_ Klik_ Klik_ Klik_ Pendahuluan Tingkat konsumtif di bidang fashion terus meningkat Fashion 202 di donminasi oleh busana muslim Balita Group memproduksi kerudung merk Pasmira Penelitian ini akan

Lebih terperinci

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BENANG COTTON DENGAN METODE SIX SIGMA

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BENANG COTTON DENGAN METODE SIX SIGMA Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT)2 2014 ISSN: 2339-028X PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BENANG COTTON DENGAN METODE SIX SIGMA Much. Djunaidi 1*, Risti Mutiarahadi 2 1,2 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...iii. HALAMAN MOTTO.. v. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL xiv. DAFTAR GAMBAR...xv. 1.1 Latar Belakang Masalah.

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...iii. HALAMAN MOTTO.. v. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL xiv. DAFTAR GAMBAR...xv. 1.1 Latar Belakang Masalah. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING...ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...iii HALAMAN PERSEMBAHAN...iv HALAMAN MOTTO.. v KATA PENGANTAR vi DAFTAR ISI..... viii DAFTAR TABEL xiv DAFTAR

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data 21 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Ikan Tuna (Thunnus sp.) merupakan salah satu komoditas perikanan Indonesia yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan mampu menembus pasar internasional. Salah satu

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang memproduksi kemeja pria dewasa dengan harga Rp. 41.000 Rp. 42.500 perkemeja.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode penelitian untuk pengumpulan dan pengolahan data yang diperlukan, hingga analisa

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Start Penelitian Pendahuluan Identifikasi Masalah Studi Pustaka Tujuan Penelitian Pengumpulan Data : -Data Data Pengolahan Data

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, diperlukan adanya desain atau skema langkah penelitian sebagai acuan

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data 30 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Tunamerupakan komoditas komersial tinggi dalam perdagangan internasional. Salah satu bentuk olahan tuna adalah tuna loin, tuna steak, dan tuna saku. Tuna loin merupakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN METODE STATISTIK PADA PRODUK KACA LEMBARAN DI PT. MULIA GALSS FLOAT DIVISION

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN METODE STATISTIK PADA PRODUK KACA LEMBARAN DI PT. MULIA GALSS FLOAT DIVISION PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN METODE STATISTIK PADA PRODUK KACA LEMBARAN DI PT. MULIA GALSS FLOAT DIVISION MEDIA ASMAJAYA DAN HARI MOEKTIWIBOWO Program Studi S1 Teknik Industri, Universitas

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Dari perhitungan yang telah dilakukan didapatkan nilai sigma untuk data atribut produk wajan super ukuran 20 sebesar 3,53. 5.1.1 Menganalisis CTQ (Critical to Quality)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT SEI Bogor pada Bulan September 2016 sampai dengan Bulan Desember 2016. PT SEI Bogor merupakan perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

Prosedur untuk Memonitor Proses dengan Proporsi Kecacatan yang Rendah

Prosedur untuk Memonitor Proses dengan Proporsi Kecacatan yang Rendah Prosiding Statistika ISSN: 2460-6456 Prosedur untuk Memonitor Proses dengan Proporsi Kecacatan yang Rendah 1 Shobrina Nuradhanti Nugroho, 2 Teti Sofia Yanti, 3 Suwanda Idris 1,2,3 Prodi Statistika, Fakultas

Lebih terperinci

Analisis Kualitas Tenun Sarung Menggunakan Metode Statistical Quality Control Di PT. PTI Pekalongan

Analisis Kualitas Tenun Sarung Menggunakan Metode Statistical Quality Control Di PT. PTI Pekalongan Analisis Kualitas Tenun Sarung Menggunakan Metode Statistical Quality Control Di PT. PTI Pekalongan Arief Hadi Prasetyo *1) dan Kariyam 2) 1) Statistika, FMIPA, Universitas Islam Indonesia, Jalan Kaliurang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 61 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi penelitian menggambarkan proses atau tahap tahap penelitian yang harus ditetapkan dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas sehingga

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 6.1. AnalisisTahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Untuk mendukung perhitungan statistikal pengendalian proses maka diperlukan data. Data adalah informasi tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

BAB III SIX SIGMA. Gambar 3.1 Jarak nilai rata-rata terhadap salah satu batas toleransi

BAB III SIX SIGMA. Gambar 3.1 Jarak nilai rata-rata terhadap salah satu batas toleransi BAB III SIX SIGMA 3.1 Kajian Teori Six Sigma 3.1.1 Pengertian Six Sigma (Dasar Statistika) Ditinjau dari perspektif statistik, six sigma ( 6 σ ) memiliki tinjauan grafis sebagai berikut. Gambar 3.1 Jarak

Lebih terperinci

PENGUKURAN KEMAMPUAN PROSES MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA PADA PROSES PENCETAKAN PRODUK PAPERBAG (STUDI KASUS PT. X) Abstrak.

PENGUKURAN KEMAMPUAN PROSES MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA PADA PROSES PENCETAKAN PRODUK PAPERBAG (STUDI KASUS PT. X) Abstrak. PENGUKURAN KEMAMPUAN PROSES MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA PADA PROSES PENCETAKAN PRODUK PAPERBAG (STUDI KASUS PT. X) Theresia Sihombing *), Ratna Purwaningsih Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Produksi Botol Kemasan Sabun Lifebuoy Bahan baku utama untuk pembuatan botol kemasan sabun lifebuoy adalah biji plastik berwarna putih yang sudah memenuhi standar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut : III-1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut : 3.1 Studi Pendahuluan Sebelum melakukan penelitian lebih

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarajana Strata Satu (S1)

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarajana Strata Satu (S1) USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK PENYANGGA AKI MOTOR HONDA VARIO TECHNO PART STAY D ECCU MENGGUNAKAN METODE DMAIC PADA PT. ADHI WIJAYACITRA Nama : Muhammad Robiesa Npm : 30409301 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK MODUL 1

LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK MODUL 1 LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK MODUL 1 PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK NILAI TOEFL MAHASISWA JURUSAN S1 TEKNIK KIMIA ANGKATAN 2013 DAN 2014 Disusun Oleh : Dedi Setiawan (1314100071)

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 69 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode Penelitian dilakukan dengan mengadakan pengamatan/observasi secara langsung dengan mengunjungi PT.Delident Chemical Indonesia untuk melihat secara

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK MELALUI KONSEP DMAIC PADA SIX SIGMA

MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK MELALUI KONSEP DMAIC PADA SIX SIGMA MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK MELALUI KONSEP DMAIC PADA SIX SIGMA Julianus Hutabarat 1, Ellysa Nursanti 2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Malang Kampus

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPABILITAS PROSES DALAM PENENTUAN LEVEL SIGMA DAN DPMO

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPABILITAS PROSES DALAM PENENTUAN LEVEL SIGMA DAN DPMO ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPABILITAS PROSES DALAM PENENTUAN LEVEL SIGMA DAN DPMO Huwae Elias P Progam Studi Teknik Manajemen Industri, STMI Jakatra ABSTRAK Kualitas merupakan salah satu

Lebih terperinci

Pengontrolan Kualitas Proses Produksi Front Grille Menggunakan Diagram Kontrol Multivariat Individual

Pengontrolan Kualitas Proses Produksi Front Grille Menggunakan Diagram Kontrol Multivariat Individual JURUSAN STATISTIKA Pengontrolan Kualitas Proses Produksi Front Grille Menggunakan Diagram Kontrol Multivariat Individual Silvia Setia Armadi 1308 030 006 Dr. Muhammad Mashuri, MT PENDAHULUAN JURUSAN STATISTIKA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Setiap tahapan dalam

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Penelitian

Bab 3 Metodologi Penelitian Bab 3 Metodologi Penelitian 3.1. Metodologi Peneitian Flowchart penelitian menggambarkan metodologi atau langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah pada perusahaan. Berikut Flowchart penelitian pada gambar

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri - Fakultas Teknik SKRIPSI Semester Ganjil 2005/2006

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri - Fakultas Teknik SKRIPSI Semester Ganjil 2005/2006 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri - Fakultas Teknik SKRIPSI Semester Ganjil 2005/2006 PENGENDALIAN TINGKAT CACAT PADA WORK STATION PENJAHITAN KAIN SPRING BED DI PT. DINAMIKA INDONUSA PRIMA

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DALAM UPAYA MENURUNKAN TINGKAT KEGAGALAN PRODUK JADI

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DALAM UPAYA MENURUNKAN TINGKAT KEGAGALAN PRODUK JADI PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DALAM UPAYA MENURUNKAN TINGKAT KEGAGALAN PRODUK JADI Ni Luh Putu Hariastuti putu_hrs@yahoo.com Jurusan Teknik industri, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Adhitama

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas Produksi Kaca Automotif LNFL 2 mm Laminated PT. Asahimas Flat Glass Tbk. Sidoarjo Menggunakan Metode Six Sigma

Pengendalian Kualitas Produksi Kaca Automotif LNFL 2 mm Laminated PT. Asahimas Flat Glass Tbk. Sidoarjo Menggunakan Metode Six Sigma JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. (016) 337-350 (301-98X Print) D-41 Pengendalian Kualitas Produksi Kaca Automotif LNFL mm Laminated PT. Asahimas Flat Glass Tbk. Sidoarjo Menggunakan Metode Six Angga

Lebih terperinci

xiii BAB VI PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

xiii BAB VI PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN... ii LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... iii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... iv SURAT KETERANGAN PENELITIAN... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN MOTTO... vii KATA

Lebih terperinci

Proses pembuatan roti lebih didominasi oleh pekerjaan manual seperti membuat adonan

Proses pembuatan roti lebih didominasi oleh pekerjaan manual seperti membuat adonan PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK CONSUMER GOODS Studi Kasus di Royal Bakery Oleh: I Wayan Sukania, Anita Stacia,Hanny Natalia Defianna Mariam,Tri Multi iwayansukania@tarumanagara.ac.id iwayansukania@yahoo.com

Lebih terperinci

Analisis Mutu Ketebalan Roti Sisir Pada Perusahaan XYZ

Analisis Mutu Ketebalan Roti Sisir Pada Perusahaan XYZ Jurnal Matematika Vol. 2 No. 1, Desember 2011. ISSN : 1693-1394 Analisis Mutu Ketebalan Roti Sisir Pada Perusahaan XYZ Ni Luh Putu Suciptawati Wella Dhanuantari Jurusan Matematika FMIPA, Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 40 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Sejarah Perusahaan National Garment merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri pembuatan barang fashion seperti kaos,kemeja,celana,jaket

Lebih terperinci

BAB III SIX SIGMA. Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun

BAB III SIX SIGMA. Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun 34 BAB III SIX SIGMA 3.1 Sejarah Six Sigma Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun 1980-an oleh seorang engineer bernama Bill Smith. Hal ini dilatarbelakangi oleh hilangnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ABSTRAK Six Sigma adalah sebuah disiplin kualitas yang memfokuskan diri pada produk dan pelayanan yang lebih baik untuk menciptakan sebuah kebudayaan yang menyempurnakan permintaan sebagai target setiap

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS BLOK SILINDER (TIPE-G) DENGAN METODE DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE DAN CONTROL (DMAIC)

PENGENDALIAN KUALITAS BLOK SILINDER (TIPE-G) DENGAN METODE DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE DAN CONTROL (DMAIC) PENGENDALIAN KUALITAS BLOK SILINDER (TIPE-G) DENGAN METODE DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE DAN CONTROL (DMAIC) Nama : Gangsar Novianto NPM : 32410950 Jurusan : Teknik Industri Fakultas : Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 62 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Pemecahan masalah Metodologi pemecahan masalah merupakan tahapan-tahapan yang harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian di bawah ini: Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada diagram alir penelitian Mulai Studi Pendahuluan Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah siklus DMAIC telah diterapkan dan diperoleh hasilnya, tujuan dari

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah siklus DMAIC telah diterapkan dan diperoleh hasilnya, tujuan dari BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah siklus DMAIC telah diterapkan dan diperoleh hasilnya, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa hal tertentu yang dibagi menjadi tiga

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. research) yaitu penelitian yang melakukan pemecahan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. research) yaitu penelitian yang melakukan pemecahan BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Berdasarkan sifatnya, maka penelitian ini digolongkan sebagai penelitian deskriptif (descriptif research) yaitu penelitian yang melakukan pemecahan terhadap

Lebih terperinci

memuaskan pelanggan dan memenangkan persaingan PT. ITS selalu berasaha mengurangi adanya aktivitas tambahan atau pemborosan yang disebabkan karena

memuaskan pelanggan dan memenangkan persaingan PT. ITS selalu berasaha mengurangi adanya aktivitas tambahan atau pemborosan yang disebabkan karena BABV PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define (Pendefinisian) PT. Indonesia Toray Synthetics (PT. ITS) merupakan perusahaan manufaktur dengan sistem produksi make to order, dimana proses produksi dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Konsep Kunci 2.1.1.1 Definisi Kualitas Kualitas adalah sebuah ukuran relatif dari kebaikan suatu produk atau jasa yang terdiri atas kualitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB II KAJIAN LITERATUR BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 PENGENDALIAN KUALITAS 2.1.1 Pengertian Kualitas Keistimewaan atau keunggulan suatu produk dapat diukur melalui tingkat kepuasan pelanggan. Salah satunya dapat dilihat dari sisi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 94 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi pemecahan masalah (flow diagram) merupakan diagram yang menggambarkan pola berpikir serta menjelaskan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

KULIAH 4-6 PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIKA UNTUK DATA VARIABEL

KULIAH 4-6 PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIKA UNTUK DATA VARIABEL KULIAH 4-6 PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIKA UNTUK DATA VARIABEL KOMPETENSI Mahasiswa dapat menyusun peta pengendali kualitas proses statistika untuk data variabel dengan menggunakan software statistika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karakteristik lingkungan dunia usaha saat ini ditandai oleh perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Karakteristik lingkungan dunia usaha saat ini ditandai oleh perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karakteristik lingkungan dunia usaha saat ini ditandai oleh perkembangan yang cepat di segala bidang yang menuntut kepiawaian manajemen dalam mengantisipasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT. CITRA ABADI SEJATI yang beralamat di jalan raya Cileungsi-Jonggol Km: 2.5 kp.sawah, kecamatan Cileungsi Kabupaten

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Arman, H Manajemen Industri. Andi Offset. Yogyakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Arman, H Manajemen Industri. Andi Offset. Yogyakarta. DAFTAR USTAKA Arman, H. 2006. Manajemen Industri. Andi Offset. Yogyakarta. Asrianti, A. 2013. Cacat Tersembunyi http://andi-asrianti.blogspot.com/2013/01/ cacat-tersembunyi. html Diakses pada hari Sabtu

Lebih terperinci

PENGONTROLAN KUALITAS PROSES PRODUKSI HEXAGON BOLT M16 X 75MM DI PT.TIMUR MEGAH STEEL GRESIK. MENGGUNAKAN METODE DIAGRAM KONTROL MULTIVARIAT np (Mnp)

PENGONTROLAN KUALITAS PROSES PRODUKSI HEXAGON BOLT M16 X 75MM DI PT.TIMUR MEGAH STEEL GRESIK. MENGGUNAKAN METODE DIAGRAM KONTROL MULTIVARIAT np (Mnp) Seminar Hasil Tugas Akhir PENGONTROLAN KUALITAS PROSES PRODUKSI HEXAGON BOLT M16 X 75MM DI PT.TIMUR MEGAH STEEL GRESIK MENGGUNAKAN METODE DIAGRAM KONTROL MULTIVARIAT np (Mnp) Febrianto 1308 100 075 Dosen

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun oleh : Muhammad Nugroho Karim Amrullah JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

SKRIPSI. Disusun oleh : Muhammad Nugroho Karim Amrullah JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG Penerapan Six Sigma dalam Rancangan Percobaan Faktorial untuk Menentukan Setting Mesin Produksi Air Mineral SKRIPSI Disusun oleh : Muhammad Nugroho Karim Amrullah 24010211130044 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici Topik Khusus ~ Pengantar Six Sigma ~ ekop2003@yahoo.com Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Participative

Lebih terperinci

Penerapan Diagram Kontrol EWMA dan NEWMA pada Proses Pembuatan Benang 30 Rayon di PT. Lotus Indah Textile Industries Surabaya

Penerapan Diagram Kontrol EWMA dan NEWMA pada Proses Pembuatan Benang 30 Rayon di PT. Lotus Indah Textile Industries Surabaya Seminar Tugas Akhir Penerapan Diagram Kontrol EWMA dan NEWMA pada Proses Pembuatan Benang 3 Rayon di PT. Lotus Indah Textile Industries Surabaya Rista Wijayanti (37 6) Dosen Pembimbing : Dr. Sony Sunaryo,

Lebih terperinci

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2016

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2016 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BOTOL SIRUP ABC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ENAM SIGMA DI PT. MULIA GLASS CONTAINER Nama Disusun Oleh : : Frans Surya Hadinata

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK TEH HIJAU MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK TEH HIJAU MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK TEH HIJAU MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA Heru Prastiyo, Firman Ardiansyah Ekoanindiyo Program Studi Teknik Industri Universitas Stikubank Semarang, Jawa Tengah, Indonesia

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan kriteria optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi kualitas produksi pipa pada perusahaan ini yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze,

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Mutu 2.2. Pengertian Pengendalian Mutu 2.3. Konsep dan Tujuan Pengendalian Mutu

Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Mutu 2.2. Pengertian Pengendalian Mutu 2.3. Konsep dan Tujuan Pengendalian Mutu Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Mutu Definisi mutu atau kualitas menurut para ahli dikemukakan secara berbeda akan tetapi memiliki maksud yang sama yang berarti mutu atau kualitas adalah tingkat baik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Pengendalian Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewart dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan diagram atau grafik statistik untuk mengendalikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Kualitas Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi dan melebihi harapan. Pengendalian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya dan faktor penyebab banyaknya re-work dari proses produksi kursi pada PT. SUBUR MANDIRI, yang merupakan

Lebih terperinci

METODE SERVQUAL-SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK (Studi Kasus di Kantor Kecamatan Kedungbanteng, Purwokerto)

METODE SERVQUAL-SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK (Studi Kasus di Kantor Kecamatan Kedungbanteng, Purwokerto) METODE SERVQUAL-SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK (Studi Kasus di Kantor Kecamatan Kedungbanteng, Purwokerto) SKRIPSI Disusun oleh : Dian Andhika Prameswara 24010210120014 JURUSAN STATISTIKA

Lebih terperinci

Prosiding Manajemen ISSN:

Prosiding Manajemen ISSN: Prosiding Manajemen ISSN: 2460-6545 Analisis Pengendalian Kualitas dengan Menggunakan Metode Statistical Quality Control (SQC) Produk Kue Astor untuk Meminimumkan Produk Rusak Pada PT. Prima Jaya A.M.

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAGAN KENDALI MULTIVARIAT T 2 -HOTELLING UNTUK PROSES PERKULIAHAN Studi Kasus : IPK dan Lama Studi Lulusan Matematika Universitas Andalas

PEMBUATAN BAGAN KENDALI MULTIVARIAT T 2 -HOTELLING UNTUK PROSES PERKULIAHAN Studi Kasus : IPK dan Lama Studi Lulusan Matematika Universitas Andalas Jurnal Matematika UNAND Vol. 1 No. 2 Hal. 85 92 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PEMBUATAN BAGAN KENDALI MULTIVARIAT T 2 -HOTELLING UNTUK PROSES PERKULIAHAN Studi Kasus : IPK dan Lama

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI... ABSTRAK PT Wahana Pancha Nugraha, Bandung adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan Parts Manufacturing. Salah satu produk yang dihasilkan dari perusahaan ini adalah Dies mesin tablet untuk pharmaceutical

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI MEBEL DI PT. MAJAWANA DENGAN DIAGRAM KONTROL D 2 (MAHALANOBIS DISTANCE)

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI MEBEL DI PT. MAJAWANA DENGAN DIAGRAM KONTROL D 2 (MAHALANOBIS DISTANCE) PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI MEBEL DI PT. MAJAWANA DENGAN DIAGRAM KONTROL D 2 (MAHALANOBIS DISTANCE) Taufiq Primananda 1, Slamet Mulyono 2, Dedy Dwi Prastyo 2 1 Mahasiswa Jurusan Statistika FMIPA-ITS

Lebih terperinci

ANALISIS KAPABILITAS PROSES PRODUKSI FILTER ROKOK SUPER SLIM JENIS MONO DI PT. X

ANALISIS KAPABILITAS PROSES PRODUKSI FILTER ROKOK SUPER SLIM JENIS MONO DI PT. X ANALISIS KAPABILITAS PROSES PRODUKSI FILTER ROKOK SUPER SLIM JENIS MONO DI PT. X Utami Rizky Damayanti 1308 030 06 Dosen Pembimbing: Dra. Sri Mumpuni R., MT Sidang Tugas Akhir Diploma III Statistika Institut

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Kualitas Kualitas memiliki pengertian yang luas, setiap sudut pandang yang mendefinisikannya pasti memiliki perbedaan. Sebagaian besar orang mempunyai konsep pemahaman

Lebih terperinci