BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 25 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian di SDN 1 Kabila Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango, peneliti melakukan observasi awal guna mengetahui lebih jelas tentang keadaan umum lokasi penelitian.kegiatan observasi awal lebih difokuskan untuk berbagai hal yang berkaitan langsung dengan kegiatan penelitian. Berdasarkan pengamatan peneliti sejak pelaksanaan PPL II selama 3 bulan hingga penelitian ini, diperoleh hasil sebagai berikut : Sejarah Berdirinya SDN 1 Kabila SDN 1 Kabila merupakan salah satu sekolah yang ada di wilayah Kecamatan Kabila, yang dipimpin oleh ibu Ulfa Miolo. SDN 1 Kabila terletak di Jalan Sawah Besar, Kelurahan Oluhuta, Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Sekolah ini didirikan pada tahun 1976 dengan nama SDN Oluhuta. Seiring dengan berkembangnya zaman, bertambahnya jumlah penduduk dan pemekaran hampir disetiap daerah yang ada kabupaten Bone Bolango, sekolah ini mengalami perubahan nama pada tahun 2011 dan nama sekolah pun berubah menjadi SDN 1 Kabila. SDN 1 Kabila merupakan sekolah inklusi yakni terdapat beberapa siswa yang termasuk kategori anak berkebutuhan khusus sehingga perlu adanya perhatian lebih untuk siswa berkebutuhan khusus dalam proses belajar mengajar.

2 Visi, Misi dan Tujuan Sekolah SDN 1 Kabila 1. Visi Sekolah Menghasilkan siswa yang berkualitas, terampil, berwawasan lingkungan serta berakhlak mulia. 2. Misi Sekolah 1. Meningkatkan propesional tenaga pendidikan sekolah 2. Melengkapi sarana dan prasarana 3. Menjalin kerja sama erat dengan masyarakat sekolah 4. Mengaktifkan kegiatan ekstrakurikuler. 3. Tujuan Sekolah 1. Menyiapkan siswa lulusan yang berkualitas sehingga mampu melanjitkan ke pendidikan yang lebih tinggi 2. Membimbing siswa hingga mampu mandiri serta siap menciptakan lapangan pekerjaan di tengah masyarakat. 3. Membimbing serta membina siswa untuk menjadi manusia yang berakhlak mulia serta berkepribadian yang luhur. 4. Membina siswa agar dapat meningkatkan prestasi belajar hinggga dapat berkompetisi di tingkat kabupaten, profinsi, maupun di tingkat Nasional 5. Membina siswa agar menjadi manusia yang memiliki iaman dan taqwa serta diterima di lingkungan Masyarakat.

3 Struktur Organisasi SDN 1 Kabila Dalam melaksanakan dan menertibkan kegiatan pembelajaran di SDN 1 Kabila, maka di bentuklah personil pelaksana kegiatan yang dikenal dengan struktur organisasi. Adapun struktur organisasi tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 1 Struktur Organisasi SDN 1 Kabila Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango Tahun Pelajaran 2012/2013 Kepala Sekolah Ulfa Miolo Wakil. Kep.Sek Rahmah Saleh S.Pd Bendahara Elly Mustapa S.Pd Sekretaris Farida Walangadi S.Pd.I Farida Walangadi, S.Pd.I G.Kelas I Laswi, A.Ma G.Kelas II Novita Tangahu, S.Pd G.Kelas III Mahmud Littie, S.Pd G.Kelas IV Elly Mustapa, S.Pd G.Kelas V Rahmah Saleh, S.Pd G.Kelas VI Sony Sidiki, S.Pd G.MP. Agama Farida Walangadi, S.Pd.I Keadaan Guru dan Siswa G.MP. PKn/PS Ferawaty Arsyad, A.Ma G.MP. Penjas Esta Ahmad Dama, S.Pd

4 28 Guru dan siswa merupakan unsur penting dalam pendidikan. Kedua unsur tersebut sangat menentukan keberhasilan dari keseluruhan proses pembelajaran. Adapun keadaan guru dan siswa di SDN 1 Kabila diuraikan dalam tabel berikut: Tabel 2 Keadaan Guru SDN 1 Kabila Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango Tahun Pelajaran 2012/2013 No Nama/NIP KS/GK Kelas Pendidikan Keterangan /GMP Terakhir 1 Ulfa Miolo KS - SPG 1977 PNS Elly Mustapa,S.Pd.Ind GK IV S PNS Rahmah Saleh,S.Pd GK VI A S PNS Mahmud Littie,S.Pd GK III S PNS Novita Tangahu,S.Pd GK II S PNS Sony Sidiki,S.Pd. GK VI B S1 PNS Esta Ahmad Dama GMP I - VI S PNS Farida Walangadi,S.Pd.I GMP I - VI S PNS Ferawati Arsyad.A.Ma GK V D Honor 10 Laswi,A.Ma GK I D Honor Tabel 3 Keadaan Siswa SDN 1 Kabila Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango Tahun Pelajaran 2012/2013

5 29 Kelas Jumlah Jumlah Inklusi Laki-laki Perempuan Total I II III IV V VI Jumlah Total Keterangan Keadaan Sarana dan Prasarana Keberadaan sarana prasarana pendidikan menjadi salah satu faktor pendukung dalam mencapai tujuan pelaksanaan pendidikan karena dapat menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Tanpa adanya sarana prasarana pendidikan, proses belajar mengajar akan mengalami hambatan dan bahkan tidak akan terlaksana. Dengan kata lain, sarana prasarana adalah unsur penting dalam komponen pendidikan untuk mencapai keberhasilan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. 1. Keadaan Bangunan SDN 1 Kabila SDN 1 Kabila berbentuk huruf U dan menghadap ke arah utara. Sekolah ini memiliki 13 ruangan, yang terdiri dari 7 ruangan belajar (ruang kelas 1-6), 1 ruangan PSB, 1 ruangan perpustakaan, 1 ruangan kepala sekolah, 1 ruangan dewan guru/tata usaha, 1 ruangan UKS/musholah, 1 ruangan inklusi dan 2 kamar mandi/wc, dan kantin sekolah. SDN 1 Kabila memiliki halaman yang digunakan untuk melaksanakan upacara bendera, apel pagi dan olahraga.halaman sekolah juga biasanya

6 30 digunakan untuk senam sebelum apel pagi setiap hari sabtu. Sekolah ini mempunyai pagar permanen dari depan sekolah sampai belakang. Pagar pintu masuk bagian depan dibuat dari beton. 2. Fasilitas Belajar Di SDN 1 Kabila terdapat fasilitas belajar yang menunjang proses belajarmengajar. Selain buku-buku pelajaran yaitu buku pegangan guru, buku pegangan siswa dan buku penunjang, ada juga perlengkapan lain yang terdapat di SDN 1 Kabila diantaranya : KIT IPA, peralatan SEQIP, Torso, peta, pias kata, alat musik dan media-media pembelajaran yang ada di setiap kelas Deskripsi Hasil Temuan Penelitian Untuk mengetahui kemampuan siswa mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal di SDN 1 Kabila kabupaten Bone Bolango, dalam penelitian ini peneliti melakukan pengumpulan data sesuai dengan metode yang digunakan yakni wawancara, tes dan dokumentasi. Untuk mengetahui kemampuan siswa mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal peneliti menggunakan tes hasil belajar siswa yang diperoleh dari guru kelas. Temuan umum diuraikan berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi sedangkan temuan khusus berdasarkan tes hasil belajar siswa Temuan Umum Adapun secara umum peneliti menemukan melalui dokumentasi dan hasil wawancara guru dan siswa bahwa kemampuan siswa mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal berbeda-beda karena ada perbedaan persepsi guru

7 31 menjelaskan materi dan pengalaman belajar siswa. Berikut uraian hasil wawancara guru dan siswa SDN 1 Kabila kabupaten Bone Bolango. 1. Hasil wawancara guru kelas IV, V dan VI SDN 1 Kabila Wawancara yang dilakukan pada guru kelas IV, V dan VI dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 15 Mei 2013, Kamis 16 Mei 2013 dan Rabu 22 Mei 2013 bertempat di masing-masing kelas. Pertanyaan pertama yang diajukan peneliti kepada guru adalah bagaimana guru menjelaskan materi mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal? Menurut ibu EM yang merupakan guru kelas IV, bahwa dalam mengajarkan materi mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal yaitu guru terlebih dahulu menjelaskan tentang pecahan biasa. Kemudian dari pemahaman siswa tentang pecahan biasa, guru menjelaskan kembali bahwa hasil bagi dari pecahan biasa yaitu pembilang dibagi penyebut pada pecahan biasa merupakan desimal atau pecahan desimal. Jawaban yang hampir sama peneliti peroleh dari ibu yang merupakan guru kelas V, bahwa dalam mengajarkan materi mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal sama halnya dengan ibu EM yaitu guru memberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai pecahan biasa. Namun menurut ibu FA penjelasan dilanjutkan dengan menyamakan penyebut kedua pecahan dengan bentuk yang dianggap mudah, yaitu disamakan menjadi bentuk pecahan persepuluhan, perseratusan dan perseribuan. Menurut beliau dengan cara seperti itu siswa akan lebih mudah memahami cara mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal. Jawaban selanjutnya yang peneliti peroleh berbeda dengan ibu EM namun hampir sama dengan jawaban ibu FA. Jawaban ini diberikan oleh ibu SS yang merupakan guru kelas VI. Dalam mengajarkan materi mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal, guru langsung saja menjelaskan bahwa untuk mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal, pecahan biasa diubah penyebutnya menjadi penyebut kelipatan sepuluh, seratus, dan seribu dan seterusnya. Dengan begitu siswa akan lebih mudah memahami materi tersebut.

8 32 Dari ketiga jawaban yang telah diperoleh, nampak jelas bahwa dalam mengajarkan materi mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal guru terlebih dahulu menjelaskan mengenai pecahan biasa. Kemudian dilanjutkan dengan pemahaman bahwa hasil bagi pembilang dan penyebut pada pecahan biasa merupakan pecahan desimal. Sehingga untuk mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal yaitu dengan cara membagi pembilang dengan penyebut atau mengubah penyebut pada pecahan biasa menjadi pecahan berpenyebut kelipatan sepuluh atau persepuluhan, perseratusan, dan perseribuan. Pertanyaan kedua yang diajukan peneliti, bagaimana sikap guru dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa terhadap materi mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal? Menurut ibu EM dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi siswa pada materi ini, guru menjelaskan materi secara berulang-ulang. Selain itu, guru juga memberikan contoh-contoh yang mudah dipahami oleh siswa sebagai latihan dan dilanjutkan dengan pemberian latihan-latihan soal mandiri dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan siswa dalam mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal. Menurut ibu FA dalam mengatasi kesulitan beliau menjelaskan kembali materi secara berulang-ulang kali meskipun telah dijelaskan sebelumnya, dilanjutkan dengan memberikan contoh-contoh yang mudah dipahami oleh siswa sebagai latihan dan dilanjutkan dengan pemberian latihan-latihan soal mandiri dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan siswa dalam mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal. Berbeda dengan jawaban guru kelas IV dan kelas V, ibu SS mengatakan bahwa dalam mengatasi masalah yang dihadapi siswa pada materi mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal, beliau mengelompokkan siswa yang belum paham dengan siswa yang sudah memahami materi tersebut dengan bimbingan guru. Dengan begitu selain berinteraksi dengan guru, siswa yang belum mampu dapat juga bertanya kepada teman yang sudah paham karena tidak semua siswa memiliki

9 33 keberanian untuk bertanya sekalipun menghadapi kesulitan dalam materi pelajaran. Pertanyaan ketiga, berapa lama waktu yang diperlukan guru dalam memberikan pemahaman pada siswa tentang materi mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal? Menurut ibu EM guru kelas IV, diperlukan waktu 2 kali pertemuan atau 4 x 35 menit sama dengan empat jam pelajaran untuk memberikan pemahaman pada materi mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal karena tingkat pemahaman siswa terhadap materi ini masih sangat kurang. Dan apabila dalam waktu yang telah ditentukan masih sebagian besar siswa yang belum mengerti, guru akan mengambil tindak lanjut dengan memberikan pengajaran remedial diluar jam pelajaran sekolah. Menurut ibu FA guru kelas V, diperlukan waktu 1 kali pertemuan atau 2 x 35 menit sama dengan dua jam pelajaran. Namun pada pertemuan selanjutnya guru masih mengingatkan kembali materi yang telah diajarkan sebelumnya dan apabila masih ada yang belum mengerti atau lupa guru mengambil sedikit waktu makimal satu jam pelajaran untuk mengulang kembali materi. Dan akan diberikan remedial diluar jam pelajaran sekolah apabila sebagian besar siswa masih tetap belum mengerti. Sedangkan menurut ibu SS diperlukan waktu 2 kali pertemuan atau 4 x 35 menit sama dengan 2 jam pelajaran untuk memberikan pemahaman pada siswa. Hal ini disebabkan materi ini sudah berulang bagi siswa kelas VI karena materi mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal sudah pernah dipelajari saat mereka masih duduk di kelas IV. Pertanyaan keempat yang ajukan kepada guru yang juga merupakan pertanyaan terakhir, bagaimana pendapat ibu mengenai kemampuan mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal pada siswa di kelas? Pertanyaan ini guna mengetahui kemampuan siswa mengubah pecahan biasa menurut guru kelas masing-masing. Menurut ibu EM guru kelas IV, kemampuan mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal pada siswa di kelas IV berbeda-beda. Dari 32

10 34 siswa kelas IV, kurang lebih setengah dari yang sudah mampu mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal, selebihnya masih kurang mampu tetapi bisa menyelesaikan kendalanya hanya lambat dalam mengerjakan soal. Menurut ibu FA guru kelas V, sudah sebagian besar siswa yang mampu mengerjakan soal latihan diberikan. Siswa yang belum hanya sebagian kecil yang tergolong anak berkebutuhan khusus karena kemampuan mereka yang lambat dalam menerima materi pelajaran Menurut ibu SS guru kelas VI, masih ada satu atau dua orang yang belum paham dengan materi mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal yaitu siswa yang lambat belajar. Di kelas VI terdapat beberapa siswa yang masih tergolong anak berkebutuhan khusus. sehingga menjadi kendala beliau dalam menentukan bahwa seluruh siswa kelas VI sudah mampu dalam mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal. Dari jawaban informan yang telah diuraikan oleh guru kelas tinggi yaitu kelas IV, V dan VI mengenai kemampuan mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan siswa kelas IV, V dan VI mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal berbeda-beda. 2. Hasil Wawancara Siswa Kelas IV, V dan VI SDN 1 Kabila Selain guru sebagai informan dalam penelitian, peneliti juga melakukan wawancara pada siswa selaku subjek penelitian. Wawancara dilakukan pada hari rabu, 15 Mei 2013, kamis 16 Mei 2013, rabu 22 Mei dan kamis 23 Mei Pertanyaan pertama, kesulitan apa yang kalian hadapi saat menerima materi mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal? Jawaban siswa kelas IV, mereka menghadapi kesulitan dalam materi ini. Kesulitan yang dihadapi adalah membagi, karena pembilang pada pecahan biasa dibagi dengan penyebutnya untuk mengubah pecahan biasa tersebut menjadi pecahan desimal.

11 35 Lain halnya dengan jawaban siswa kelas V, menurut sebagian besar siswa kelas V, mereka tidak menghadapi kesulitan pada materi ini namun masih ada beberapa juga yang menghadapi kesulitan yaitu pada proses perkalian. Karena di kelas V, mereka diajarkan mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal melalui perkalian bilangan menjadi kelipatan sepuluh. Sedangkan jawaban siswa-siswa kelas VI, mereka tidak mengalami kesulitan pada materi mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal karena menurut mereka bahwa materi mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal sangat mudah. Hal ini karena mereka telah menemui materi mengubah pecahan dari kelas IV dan V sehingga saat di kelas VI mereka sudah tahu meskipun masih kurang paham. Beragamnya jawaban yang diberikan oleh siswa-siswa kelas IV, V dan VI disebabkan oleh perbedaan persepsi guru dalam menjelaskan materi dan pengalaman belajar siswa. Siswa kelas IV mengalami kesulitan membagi karena guru mengajarkan bahwa untuk mendapatkan pecahan desimal hanya dengan cara membagi dan materi ini masih baru bagi siswa kelas IV. Sedangkan pada siswa kelas V mengalami kesulitan pada perkalian karena guru menjelaskan bahwa untuk mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal, pecahan biasa harus diubah penyebutnya menjadi kelipatan sepuluh dengan cara mengalikan penyebut dan pembilang pecahan dengan bilangan yang sama yang dapat menghasilkan bilangan kelipatan sepuluh. Setelah pecahan biasa menjadi pecahan yang berpenyebut sepuluh, seratus atau seribu, maka pecahan tersebut dapat dengan mudah diubah menjadi pecahan desimal. Sehingga operasi perkalian yang sangat menonjol pada siswa kelas V. Dan bagi siswa kelas VI materi ini mudah karena sudah pernah dipelajari saat mereka masih kelas IV dan V. Selain sikap guru dalam mengatasi kesulitan siswa menjadi salah satu pertanyaan wawancara pada guru, peneliti juga menanyakan sikap siswa melalui

12 36 pertanyaan kedua pada siswa, apabila kalian belum mengerti materi mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal, apa yang kalian lakukan? Menurut siswa kelas IV, V dan VI jika mereka belum mengerti materi mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal, mereka bertanya kepada guru dan teman yang sudah lebih dulu mengerti melalui diskusi kecil antar siswa sebangku hingga sekelas tentang cara pengerjaan dari materi yang sedang diajarkan. Pertanyaan ketiga pada siswa, apakah setelah pembelajaran selesai kalian dapat mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal? Menurut siswa kelas IV, V dan VI, mereka sudah bisa mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal. Namun masih ada juga beberapa siswa yang mengatakan bahwa mereka masih belum bisa mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal karena materinya sulit. Seperti yang dikatakan salah seorang siswa kelas IV yang bernama Rini Yuliana Bachsal, saya tidak bisa karena soalnya susah. Berdasarkan jawaban yang diberikan salah seorang siswa mengenai materi mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal bahwa materi ini bukanlah materi yang mudah untuk dipahami karena menggunakan beberapa keterampilan berhitung yaitu keterampilan menghitung perkalian dan pembagian. Jadi apabila siswa tidak menghafal perkalian dan tidak mengerti pembagian maka itu menjadi salah satu kesulitan dalam menyelesaikan materi mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal. Selain bertanya kepada guru mengenai kemampuan siswa mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal, peneliti juga bertanya kepada siswa kelas IV, V dan VI sebagai pertanyaan terakhir yaitu bagaimana pendapatmu mengenai kemampuanmu mengerjakan soal tentang mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal setelah mendengarkan penjelasan guru?

13 37 Menurut beberapa siswa kelas IV, mereka sudah mampu mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal. Namun ada beberapa lagi yang mengatakan bahwa mereka belum mampu karena kesulitan dalam membagi dan menurutnya materinya sulit. Menurut salah seorang siswa kelas V yang bernama NIl, saya tidak mengerti karena soalnya susah dimengerti. Lain halnya dengan jawaban YR, saya bisa karena telah mndengarkan penjelasan guru. Menurut seluruh siswa kelas VI, mereka dapat mengerjakan soal yang diberikan karena menurut mereka materinya tidak sulit apalagi sudah memperhatikan penjelasan guru sebelumnya. Selain wawancara peneliti juga menggunakan dokumen berupa RPP dan silabus yang digunakan guru pada materi pecahan. Berdasarkan RPP yang ada, indikator RPP kelas IV yaitu mengenal arti pecahan dan menghitung pecahan sebagai operasi pembagian. Indikator RPP di kelas V yaitu mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal dan sebaliknya. Dan indikator kelas VI yaitu mengubah suatu pecahan menjadi pecahan lain yang sesuai. Berdasarkan dokumen yang ada, diperoleh informasi bahwa kelas IV belum menerima materi mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal. Sesuai dengan indikator dalam silabus dan RPP, materi pecahan yang diajarkan di kelas IV yaitu mengenal arti pecahan dan menghitung pecahan sebagai operasi pembagian. Dalam wawancara bersama guru kelas IV, ibu EM menjawab sudah ada materi mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal karena dalam menjelaskan arti pecahan khususnya pecahan desimal guru menjelaskan terlebih dahulu mengenai pecahan biasa kemudian melalui operasi pembagian pada pecahan biasa yakni pembilang dibagi penyebut diperoleh pecahan desimal.

14 38 Sehingga menurut guru kelas IV hal tersebut termasuk mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal Temuan Khusus Berdasarkan temuan umum dari hasil wawancara, peneliti memperoleh secara khusus kemampuan siswa mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal melalui tes hasil belajar siswa. Kemampuan siswa dikategorikan menjadi tiga, yaitu mampu, kurang mampu dan tidak mampu. Kategori siswa dilihat dari perolehan skor pada hasil belajar. Apabila mendapat skor sempurna termasuk dalam kategori mampu, mendapat skor tetapi tidak sempurna disebut kurang mampu sedangkan tidak mendapat skor atau nol disebut tidak mampu. Dari hasil analisis tersebut, selanjutnya peneliti akan mendesripsikan kemampuan siswa mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal di SDN 1 Kabila kabupaten Bone Bolango, sebagai berikut: 1. Kemampuan siswa kelas IV SDN 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango Berdasarkan tes hasil belajar yang diperoleh, terdapat 20 lembar hasil belajar siswa kelas IV dari 32 jumlah siswa yang peneliti peroleh dari guru kelas tentang materi pecahan dengan indikator arti pecahan dan menghitung pecahan sebagai operasi pembagian sehingga hasil yang dapat peneliti uraikan yaitu hasil belajar dari 20 siswa yang ada. Pada soal no 1, terdapat 20 siswa atau 62% yang memperoleh skor dari 32 jumlah siswa, yang terdiri dari 20 siswa mampu menjawab dengan benar. Sehingga dapat dikatakan bahwa 19 siswa mampu dan 1 siswa kurang mampu mengerjakan soal no 1.

15 39 Pada soal no 2, terdapat 11 siswa atau 34% yang memperoleh skor dari 32 jumlah siswa, terdiri dari 11 siswa mampu menjawab dengan benar. Sehingga dapat dikatakan bahwa 11 siswa mampu dan 9 siswa tidak mampu mengerjakan soal no 2. Pada soal no 3, terdapat 17 siswa atau 53% yang memperoleh skor dari 32 jumlah siswa, yang terdiri dari 17 siswa mampu menjawab dengan benar. Sehingga dapat dikatakan bahwa 17 siswa mampu dan 3 siswa tidak mampu mengerjakan soal no 3. Pada soal no 4, terdapat 17 siswa atau 53% yang memperoleh skor dari 32 jumlah siswa, yang terdiri dari 17 siswa mampu menjawab dengan benar. Sehingga dapat dikatakan bahwa 17 siswa mampu dan 3 siswa tidak mampu mengerjakan soal no 4. Berdasarkan tes hasil belajar tersebut, diketahui bahwa 20 siswa dari 32 jumlah siswa kelas IV terdapat 17 siswa yang memperoleh nilai tuntas dengan kategori mampu dan 3 siswa memperoleh nilai tidak tuntas dengan kategori kurang mampu dan tidak mampu mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal atau membagi pecahan biasa menjadi pecahan desimal. 2. Kemampuan siswa kelas V SDN 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango Berdasarkan tes hasil belajar yang diperoleh, terdapat 19 siswa kelas V yang hadir saat guru memberikan tes tentang materi mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal sehingga hanya 19 siswa dari 22 jumlah siswa yang dapat peneliti uraikan.

16 40 Pada soal no 1, terdapat 10 siswa atau 45,45% yang memperoleh skor dari 22 jumlah siswa, yang terdiri dari 9 siswa mampu, 1 siswa kurang mampu dan 9 siswa tidak mampu. Sehingga dapat dikatakan bahwa 9 siswa mampu, 1 siswa kurang mampu dan 9 siswa tidak mampu mengerjakan soal no 1. Pada soal no 2, terdapat 11 siswa atau 50% yang memperoleh skor dari 22 jumlah siswa, terdiri dari 9 siswa mampu, 2 siswa kurang mampu dan 8 siswa tidak mampu. Sehingga dapat dikatakan bahwa 9 siswa mampu, 2 siswa kurang mampu dan 8 siswa tidak mampu mengerjakan soal no 2. Pada soal no 3, terdapat 14 siswa atau 63,63% yang memperoleh skor dari 22 jumlah siswa, yang terdiri dari 14 siswa kurang mampu karena belum dapat menentukan hasil dengan benar dan 5 siswa tidak mampu. Sehingga dapat dikatakan bahwa 14 siswa kurang mampu dan 5 siswa tidak mampu mengerjakan soal no 3. Pada soal no 4, terdapat 13 siswa atau 59,09% yang memperoleh skor dari 22 jumlah siswa, yang terdiri dari 11 siswa mampu, 2 siswa kurang mampu dan 6 siswa tidak mampu. Sehingga dapat dikatakan bahwa 11 siswa mampu, 2 siswa kurang mamapu dan 6 siswa tidak mampu mengerjakan soal no 4. Pada soal no 5, terdapat 11 siswa atau 50% yang memperoleh skor dari 22 jumlah siswa, yang terdiri dari 10 siswa mampu, 1 siswa kurang mampu dan 8 siswa tidak mampu. Sehingga dapat dikatakan bahwa 10 siswa mampu, 1 kurang mampu dan 8 siswa tidak mampu mengerjakan soal no 5. Berdasarkan tes hasil belajar tersebut, dapat diketahui bahwa 19 siswa dari 22 jumlah siswa kelas V terdapat 10 siswa yang memperoleh nilai tuntas dengan

17 41 kategori mampu dan 9 siswa memperoleh nilai tidak tuntas dengan kategori kurang mampu dan tidak mampu dalam mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal. 3. Kemampuan siswa kelas VI SDN 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango Terdapat 23 lembar hasil belajar siswa kelas VI tentang materi mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal dari 25 jumlah siswa yang ada. Sehingga hasil yang dapat peneliti uraikan yaitu hasil belajar dari 23 siswa yang ada. Pada soal no 1, terdapat 23 siswa atau 92% yang memperoleh skor, yang terdiri dari 23 siswa mampu menjawab dengan benar. Sehingga dapat dikatakan bahwa 23 siswa mampu mengerjakan soal no 1. Pada soal no 2, terdapat 23 siswa atau 92% yang memperoleh skor, yang terdiri dari 23 siswa mampu menjawab dengan benar. Sehingga dapat dikatakan bahwa 23 siswa mampu mengerjakan soal no 2. Pada soal no 3, terdapat 23 siswa atau 92% yang memperoleh skor, yang terdiri dari 12 siswa mampu dan 11 kurang mampu. Sehingga dapat dikatakan bahwa 12 siswa mampu dan 11 siswa kurang mampu mengerjakan soal no 3. Pada soal no 4, terdapat 23 siswa atau 54,54% yang memperoleh skor, yang terdiri dari 22 siswa mampu dan 1 siswa kurang mampu. Sehingga dapat dikatakan bahwa 22 siswa mampu da 1 siswa tidak mampu mengerjakan soal no 4. Pada soal no 5, terdapat 23 siswa atau 50% yang memperoleh skor, yang terdiri dari 11 siswa mampu dan 12 siswa kurang mampu. Sehingga dapat

18 42 dikatakan bahwa 11 siswa mampu dan 12 siswa kurang mampu mengerjakan soal no 5. Berdasarkan tes hasil belajar tersebut, dapat diketahui bahwa 23 siswa dari 25 jumlah siswa kelas VI terdapat 23 siswa atau seluruh siswa hadir saat tes evaluasi diberikan memperoleh nilai tuntas dengan kategori mampu dalam mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal. 4.2 Pembahasan Hasil Penelitian Dari beberapa pengertian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, kemampuan adalah kecakapan atau potensi seseorang untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang. Sedangkan siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Sehingga tidak dapat disangkal bahwa siswa memiliki kemampuan yang berbeda yang dapat dikelompokkan pada siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Jadi dalam penelitian ini, kemampuan siswa didefinisikan sebagai kesanggupan siswa dalam menyelesaikan soal matematika tentang materi mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal. Hal ini berarti bila seseorang terampil dengan benar menyelesaikan suatu soal matematika maka orang tersebut

19 43 memiliki kemampuan dalam menyelesaikan soal. Sesuai dengan hasil penelitian dalam kajian penelitian yang relevan khususnya materi pecahan diketahui bahwa materi ini cukup sulit bagi siswa dibuktikan dengan hasil kajian penelitian yang menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I belum mencapai standar ketuntasan sehingga perlu dilanjutkan pada siklus selanjutnya. Sehingga hal ini menjadi rujukan peneliti dalam melakukan penelitian. Hasil temuan penelitian yang telah diperoleh mengenai deskripsi kemampuan siswa mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal di SDN 1 Kabila kabupaten Bone Bolango adalah sebagai berikut: Berdasarkan hasil wawancara guru kelas IV, V dan VI bahwa kemampuan siswa mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal secara klasikal berbedabeda. Untuk setiap tingkatan kelas memiliki kesulitan masing-masing sesuai dengan cara pengerjaan yang digunakan yakni berdasarkan persepsi guru dan pengalaman belajar siswa. Sedangkan dalam setiap kelas, kesulitan terdapat dalam diri siswa masing-masing karena kesulitan dalam operasi perkalian maupun pembagian. Hasil wawancara siswa juga menunjukkan bahwa setelah pembelajaran tentang materi mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal, belum semua siswa mampu mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal hal ini dibuktikan melalui tes hasil belajar yang peneliti peroleh dari guru kelas.

20 44 Untuk siswa kelas IV SDN 1 Kabila kabupaten Bone Bolango terdapat 20 lembar hasil belajar siswa kelas IV dari 32 jumlah siswa yang peneliti peroleh dari guru kelas tentang materi pecahan dengan indikator arti pecahan dan menghitung pecahan sebagai operasi pembagian sehingga hasil yang dapat peneliti uraikan yaitu hasil belajar dari 20 siswa yang ada. Sehingga diketahui bahwa 20 siswa dari 32 jumlah siswa kelas IV terdapat 17 siswa yang memperoleh nilai tuntas dengan kategori mampu dan 3 siswa memperoleh nilai tidak tuntas dengan kategori kurang mampu dan tidak mampu mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal atau membagi pecahan biasa menjadi pecahan desimal. Untuk siswa kelas V SDN 1 Kabila kabupaten Bone Bolango terdapat 19 siswa kelas V yang hadir saat guru memberikan tes tentang materi mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal dengan indikator mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal dan sebaliknya. Sehingga diketahui bahwa 19 siswa dari 22 jumlah siswa kelas V terdapat 10 siswa yang memperoleh nilai tuntas dengan kategori mampu dan dan 9 siswa memperoleh nilai tidak tuntas dengan kategori kurang mampu dan tidak mampu dalam mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal. Untuk siswa kelas VI SDN 1 Kabila kabupaten Bone Bolango terdapat 23 lembar hasil belajar siswa kelas VI tentang materi mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal dengan indikator mengubah suatu pecahan ke bentuk pecahan lain. Sehingga diketahui bahwa 23 siswa dari 25 jumlah siswa kelas VI terdapat 23 siswa atau seluruh siswa hadir saat tes evaluasi diberikan memperoleh

21 45 nilai tuntas dengan kategori mampu dalam mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal. Berdasarkan tes hasil belajar, siswa kelas V dan VI mengalami kesulitan dalam menyamakan penyebut menjadi pecahan berpenyebut sepuluh, seratus dan seterusnya. Siswa kelas IV sulit dalam melakukan pembagian langsung khususnya menentukan hasil baginya. Selain wawancara dan tes hasil belajar peneliti juga melihat dokumen yang berhubungan dengan kemampuan siswa mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan silabus, peneliti memperoleh infomasi bahwa materi pecahan dengan indikator mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal belum ada di kelas IV tetapi masih pada indikator mengenal arti pecahan dan menghitung pecahan sebagai operasi pembagian. Namun dalam mengenal arti pecahan guru kelas menjelaskan bahwa pecahan desimal merupakan pembagian dari pecahan biasa sehingga dalam menentukan pecahan desimal digunakan operasi pembagian sama halnya dengan mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal. Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa kemampuan siswa mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal di SDN 1 Kabila kabupaten Bone Bolango berbeda-beda setiap kelas karena kemampuan siswa yang berbedabeda yang dikelompokkan pada siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah sehingga dikategorikan menjadi mampu, kurang mampu dan tidak mampu.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian SDNI Kabila

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian SDNI Kabila BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian SDNI Kabila SDN 1 Kabila merupakan salah satu sekolah yang ada di wilayah Kecamatan Kabila, yang dipimpin

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya SDN Pekapuran Raya 2 SDN Pekapuran Raya 2 berlokasi di Jl. Tunjung Maya AMD Gg. H. Hasan RT 30 No. 53 Kelurahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini diuraikan tentang hasil penelitian mengenai data-data yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini diuraikan tentang hasil penelitian mengenai data-data yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Pada bagian ini diuraikan tentang hasil penelitian mengenai data-data yang diperoleh dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK).

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 3 Tapa Kabupaten Bone

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 3 Tapa Kabupaten Bone BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar Dan Karakteristik Penelitian 3.1.1 Latar Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 3 Tapa Kabupaten Bone Bolango khususnya pada di kelas IV, penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IV SDN 3 Bulango

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IV SDN 3 Bulango BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar dan Karakteristik Penelitian 3.1.1 Latar Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IV SDN 3 Bulango Timur Kabupaten Bone Bolango. Penlitian ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini berlokasi di Madrasah Ibtidaiyah Hidayatul Islamiyah yang beralamat jalan A. Yani Km. 13. 500 kelurahan Gambut Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di SDN 2 Tapa Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango. Siswa yang dikenai

BAB III METODE PENELITIAN. di SDN 2 Tapa Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango. Siswa yang dikenai BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar dan Karakteristik Penelitian 3.1.1 Latar penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan di SDN 2 Tapa Kecamatan Tapa Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berdiri pada tahun 1974 dan berdiri di atas tanah yang berukuran 2915M 2 dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berdiri pada tahun 1974 dan berdiri di atas tanah yang berukuran 2915M 2 dengan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian akan dilakukan tempat penelitian ini berlokasi di SDN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Pelaksanaan Tindakan Siklus I A. Tahap Perencanaan Setelah diperoleh informasi pada waktu observasi, maka peneliti melakukan diskusi

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MEMBAGI BILANGAN CACAH DI SDN I KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MEMBAGI BILANGAN CACAH DI SDN I KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MEMBAGI BILANGAN CACAH DI SDN I KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO Sri Yain R. Naue Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Abd. Aziz Latjompoh, S.Pd, MM. Di sekolah ini bangunannya terdiri dari 12 buah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Abd. Aziz Latjompoh, S.Pd, MM. Di sekolah ini bangunannya terdiri dari 12 buah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pada dasarnya SDN 5 Telaga merupakan sekolah dalam lingkungan Cabang Dinas pendidikan Nasional yang terletak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Kondisi Sekolah SDN Banyubiru 05 berada di Desa Banyubiru Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. SD ini terletak cukup dekat dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Sekolah Penelitian ini dilaksanakan di kelas III SDN 2 Ngaren, yang terletak di desa Ngaren, Kecamatan Pedan, Kabupaten Klaten, pada semester II tahun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Hakekat Kemampuan Siswa Mengubah Pecahan Biasa Menjadi Pecahan Desimal Pengertian Pecahan Biasa dan Pecahan Desimal

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Hakekat Kemampuan Siswa Mengubah Pecahan Biasa Menjadi Pecahan Desimal Pengertian Pecahan Biasa dan Pecahan Desimal 5 BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakekat Kemampuan Siswa Mengubah Pecahan Biasa Menjadi Pecahan Desimal 2.1.1 Pengertian Pecahan Biasa dan Pecahan Desimal Kata pecahan berasal dari bahasa latin fractus (pecah).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan yang cukup besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu dan teknologi.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awal Subjek Penelitian Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilakukan di kelas V yang berjumlah 29 siswa di SDN Lemahireng 2 Kecamatan Bawen tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan di kelas VIIIc SMP Negeri 7

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan di kelas VIIIc SMP Negeri 7 26 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan di kelas VIIIc SMP Negeri 7 Kota Gorontalo, untuk mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 10 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki. Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Kaliawi Bandar Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN. 10 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki. Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Kaliawi Bandar Lampung. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas III SDN 1 Kaliawi Bandar Lampung dengan jumlah siswa 29 orang yang terdiri

Lebih terperinci

Penerapan Teori Belajar Polya dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan BentukPengurangan di Kelas V SDN 6 Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango

Penerapan Teori Belajar Polya dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan BentukPengurangan di Kelas V SDN 6 Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango Penerapan Teori Belajar Polya dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan BentukPengurangan di Kelas V SDN 6 Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango OLEH : Ni Kadek Santiani, Martianty Nalole, Samsiar RivaI JURUSAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subyek Penelitian SD Negeri Kalisalak terletak di Desa Kalisalak, Kecamatan Batang, Kabupaten Batang. Dengan batas sebelah timur Kelurahan Kauman,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. April sampai bulan Juni tahun pelajaran 2011/2012. SDN 5 Suwawa Tengah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. April sampai bulan Juni tahun pelajaran 2011/2012. SDN 5 Suwawa Tengah 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar dan Karakteristik Subjek Penelitian. 3.1.1 Latar Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN 5 Suwawa Tengah Kecamatan Suwawa Tengah Kabupaten Bone Bolango.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bolango. Alasan peneliti memilih sekolah tersebut karena sekolah tersebut adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Bolango. Alasan peneliti memilih sekolah tersebut karena sekolah tersebut adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar dan Karakteristik Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN No. 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango. Alasan peneliti memilih sekolah tersebut karena sekolah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Latar Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian Latar Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN Latar Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian Latar Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Latar Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1. Latar Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN 10 Kabila Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango tempat peneliti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya MTsN 2 Gambut Madrasah Tsnawiyah Negeri (MTsN) 2 Gambut berlokasi di Jalan Ahmad Yani Km. 15.20 Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Madrasah Ibtidaiyah Al-Musyawarah Banjarmasin beralamat di Jalan

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Madrasah Ibtidaiyah Al-Musyawarah Banjarmasin beralamat di Jalan BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Madrasah Ibtidaiyah Al-Musyawarah Banjarmasin beralamat di Jalan Pekapuran A RT. 18 No. 84 Kelurahan Karang Mekar Kecamatan Banjarmasin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tindakan penelitian dapat tuntas dengan melalui 2 siklus. Hasilnya dapat diuraikan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tindakan penelitian dapat tuntas dengan melalui 2 siklus. Hasilnya dapat diuraikan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian Berdasarkan data hasil peneliti yang diperoleh menunjukkan bahwa pada siklus 1 belum mencapai indikator yang telah ditetapkan yakni 65. Indikator

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SDN 2 Suwawa secara resmi didirikan tahun 1950 dengan nama SDN 2

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SDN 2 Suwawa secara resmi didirikan tahun 1950 dengan nama SDN 2 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Riwayat Singkat SDN 2 Suwawa SDN 2 Suwawa secara resmi didirikan tahun 1950 dengan nama SDN 2 Boludawa dengan status negeri.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Budaya

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Budaya 17 III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Budaya yang beralamatkan di jalan Pendidikan No 32 Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung semester

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan suatu bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang memiliki karakteristik antara lain : 1. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan oleh

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Negeri 1 Rantau Badauh SMP Negeri 1 Rantau Badauh adalah suatu lembaga pendidikan sekolah lanjutan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. kolaboratif. Menurut Wardhani (2009: 1.4) penelitian tindakan kelas adalah. aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat.

METODE PENELITIAN. kolaboratif. Menurut Wardhani (2009: 1.4) penelitian tindakan kelas adalah. aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat. 48 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas merupakan jenis penelitian yang pada umumnya digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. fasilitas serta sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan pembelajaran.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. fasilitas serta sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan pembelajaran. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Latar dan Karakteristik Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri I Tapa Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo. Keadaan sekolah SMA Negeri 1 Tapa cukup baik

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya MTsN Anjir Muara km. 20 Madrasah Tsanawiyah Negeri Anjir Muara Km. 20 terletak di jalan Trans Kalimantan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab IV ini akan dibahas tentang hasil penelitian meliputi deskripsi kondisi awal, deskripsi hasil siklus I, deskripsi hasil perbaikan pada siklus II, pembahasan

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 19 Banjarmasin Sekolah Menengah Pertama Negeri 19 Banjarmasin adalah merupakan salah satu lembaga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Dalam pelaksanaan tindakan ini, deskripsi yang akan diuraikan adalah: (1) kondisi awal, (2) siklus I, dan (3) siklus II. 4.1.1 Deskripsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Kemampuan Menyelesaikan Pengurangan Pecahan biasa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Kemampuan Menyelesaikan Pengurangan Pecahan biasa 4.1 Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Gambaran Kemampuan Menyelesaikan Pengurangan Pecahan biasa 4.1.1.1 Gambaran Kemampuan Menyelesaikan Pengurangan Pecahan biasa Siklus I

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan membahas hasil penelitian yang telah peneliti lakukan. Pembahasan hasil penelitian meliputi rencana tindakan, pelaksanaan tindakan dan observasi

Lebih terperinci

Lia Agustin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Lia Agustin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Inpres Pandaluk Pada Materi Penjumlahan Bilangan Bulat Lia Agustin Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dimulai pada tanggal 7 Januari 2013 dan diawali dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dimulai pada tanggal 7 Januari 2013 dan diawali dengan 39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini dimulai pada tanggal 7 Januari 2013 dan diawali dengan observasi, perkenalan, dan wawancara kepada guru kelas III MI. Wawancara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. I tahun pelajaran yang berjumlah 22 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. I tahun pelajaran yang berjumlah 22 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MI Baladan Amina Landasan Ulin Selatan Liang Anggang Banjarbaru. Subjek penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1. Gambaran Sekolah Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kopeng 03 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. SD Negeri Kopeng 03 terletak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sungai Selatan. Sekolah Dasar Negeri Sungai Kupang 2 beralamat di Jalan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sungai Selatan. Sekolah Dasar Negeri Sungai Kupang 2 beralamat di Jalan 38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di sekolah tempat penulis mengajar, yaitu Sekolah Dasar Negeri Sungai Kupang 2 Kecamatan Kandangan

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN 26 BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat SDN Jirak SDN Jirak Kecamatan Pugaan Kabupaten Tabalong terletak di desa Jirak Kecamatan Pugaan Kabupaten Tabalong,

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. nama SDN BOING kemudian berubah nama menjadi SDN Guntung Payung 4

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. nama SDN BOING kemudian berubah nama menjadi SDN Guntung Payung 4 BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Sejarah singkat SDN Guntung Payung 4 Banjarbaru didirikan sejak tahun 982 dengan nama SDN BOING kemudian berubah nama menjadi SDN Guntung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Seting waktu Dan Subjek Penelitian 3.1.1 Seting Waktu Penelitian ini dilakukan di SDN Sugihrejo 02 Kecamatan Gabus Kabupaten pati. Waktu pelaksanaan diawali dengan tahap persiapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Peneliti menggunakan jenis PTK kolaboratif yaitu kerja sama antara peneliti dengan guru kelas.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas 5 semester II tahun pelajaran 2013/2014 di SD Negeri Candirejo 02 yang terletak di Jl.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Seting Dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Seting Waktu Penelitian ini dilakukan di SDN Jambean 01 Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati. Waktu pelaksanaan diawali dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Berdasarkan pengamatan hasil belajar kelas I SD Negeri 4 Boloh pada awal semester 2 Tahun pelajaran 2011 / 2012, banyak siswa yang kurang aktif,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM SD N 21 SUNGAI KENTEN BANYUASIN. A. Sejarah Singkat Berdirinya SD N 21 Sungai Kenten Banyuasin

BAB III GAMBARAN UMUM SD N 21 SUNGAI KENTEN BANYUASIN. A. Sejarah Singkat Berdirinya SD N 21 Sungai Kenten Banyuasin 66 BAB III GAMBARAN UMUM SD N 21 SUNGAI KENTEN BANYUASIN A. Sejarah Singkat Berdirinya SD N 21 Sungai Kenten Banyuasin SD Negeri 21 Sungai Kenten merupakan lembaga pendidikan formal di bawah naungan Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Latar dan Karakteristik Subjek Penelitian. kecamatan Dungingi, dan merupakan sekolah terbesar yang ada di kelurahan

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Latar dan Karakteristik Subjek Penelitian. kecamatan Dungingi, dan merupakan sekolah terbesar yang ada di kelurahan 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar dan Karakteristik Subjek Penelitian a. Latar penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas II SDN NO. 26 Dungingi yang berlokasi di jalan Palma Kelurahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subjek Penelitian SMK PGRI 2 Salatiga terletak di Jalan Nakula Sadewa I Kembang Arum kecamatan Sidomukti kota Salatiga, suasana SMK PGRI 2 Salatiga

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV MIN Jambangan tahun. pelajaran 2013/2014. pemilihan penelitian ini didasarkan pada

PELAKSANAAN PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV MIN Jambangan tahun. pelajaran 2013/2014. pemilihan penelitian ini didasarkan pada BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran umum Subyek penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV MIN Jambangan tahun pelajaran 2013/2014. pemilihan penelitian ini didasarkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Perencanaan Pembelajaran. dipersiapkan diantaranya:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Perencanaan Pembelajaran. dipersiapkan diantaranya: 38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Penelitian Siklus I a. Perencanaan Pembelajaran Pada tahap perencanaan peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang akan digunakan atau

Lebih terperinci

Lampiran 1 Jadwal Pertemuan

Lampiran 1 Jadwal Pertemuan 55 Lampiran 1 Jadwal Pertemuan No Hari/Tanggal Kegiatan Tempat 1 Sabtu, 27 Februari 2016 Siklus I,pertemuan I SDN Kutowinangun 01 2 Senin, 29 Februari 2016 Siklus I,pertemuan II SDN Kutowinangun 01 3 Sabtu,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. indikator indikator penelitian yang telah ditetapkan sebagaimana dikemukakan pada bahasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. indikator indikator penelitian yang telah ditetapkan sebagaimana dikemukakan pada bahasan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Pelaksanaan Tindakan Berdasarkan data yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan kelas ini menunjukkan bahwa indikator indikator penelitian

Lebih terperinci

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VA2 SDN 12 Palu pada Mata Pelajaran Matematika

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VA2 SDN 12 Palu pada Mata Pelajaran Matematika Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VA2 SDN 12 Palu pada Mata Pelajaran Matematika Fatma SDN 12 Palu Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat MI Darun Najah Banjarmasin

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat MI Darun Najah Banjarmasin BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat MI Darun Najah Banjarmasin MI Darun Najah Banjarmasin yang berlokasi di Jalan Kelayan A Gang Setuju RT 12 Kelurahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus. Siklus 1 dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus. Siklus 1 dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Kondisi Awal Penelitian ini dilakukan pada Kelas VII B SMP Negeri 2 Mrebet Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga pada Semester

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SDN 4 Tamanwinangun Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen. SDN $ Tamanwinangun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN Langgenharjo 02 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati pada semester I (gasal) tahun pelajaran 2013/2014.

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN PENGURANGAN PECAHAN DI SDN 6 BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BOLANGO

ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN PENGURANGAN PECAHAN DI SDN 6 BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BOLANGO ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN PENGURANGAN PECAHAN DI SDN 6 BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BOLANGO SAMSIAR RIVAI Jurusan Pendidikanj Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Gorontalo Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata pelajaran Kelas/ semester Waktu : SMP... : Matematika : VII/ 1(satu) : 2 x 0 Menit A. Standar Kompetensi: 1. Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 18 Pulubala Kabupaten Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 18 Pulubala Kabupaten Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Latar Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN 18 Pulubala Kabupaten Gorontalo. SDN 18 Pulubala merupakan salah satu sekolah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ratu Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan.. Subjek pada penelitian tindakan kelas ini adalah guru dan siswa kelas IV

BAB III METODE PENELITIAN. Ratu Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan.. Subjek pada penelitian tindakan kelas ini adalah guru dan siswa kelas IV BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 1 Pakuan Ratu Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan.. 2. Subjek

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tokoh masyarakat, pembelian tanahnya hasil dari warung amal dan sumbangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tokoh masyarakat, pembelian tanahnya hasil dari warung amal dan sumbangan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah berdirinya MIN Walatung MIN Walatung dibangun pada tahun 1965 atas dasar inisiatif warga dan tokoh masyarakat, pembelian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut : 36 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Hasil Tindakan Siklus I 4.1.1.1. Tahap Persiapan Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut : Menyampaikan

Lebih terperinci

DESKRIPSI KEMAMPUAN SISWA MENENTUKAN HASIL PERKALIAN PECAHAN DI SDN 5 TELAGA KABUPATEN GORONTALO. Yeni Posumah NIM:

DESKRIPSI KEMAMPUAN SISWA MENENTUKAN HASIL PERKALIAN PECAHAN DI SDN 5 TELAGA KABUPATEN GORONTALO. Yeni Posumah NIM: 1 DESKRIPSI KEMAMPUAN SISWA MENENTUKAN HASIL PERKALIAN PECAHAN DI SDN 5 TELAGA KABUPATEN GORONTALO Yeni Posumah NIM: 151 409 046 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum lokasi penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Madrasah Ibtidaiyah swasta (MIS) Izharil Ulum Desa Melayu Martapura Timur, yang merupakan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR. Oleh SUHARNI L G2G

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR. Oleh SUHARNI L G2G PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR JURNAL PENELITIAN Oleh SUHARNI L G2G1 15 115 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2017 1 PENERAPAN MODEL

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sekolah Dasar Negeri 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango. Sekolah ini terletak di

BAB III METODE PENELITIAN. Sekolah Dasar Negeri 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango. Sekolah ini terletak di BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Setting dan Karakteristik Penelitian 3.1.1. Setting Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindak kelas (PTK) yang dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 1 Kabila Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Sekolah Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Gabahan Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman Semester II Tahun Ajaran 2011/2012 dengan Subjek Penelitian Siswa

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) A. Standar Kompetensi : 5. Menggunakan Pecahan dalam pemecahan masalah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) A. Standar Kompetensi : 5. Menggunakan Pecahan dalam pemecahan masalah RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah : SD Negeri I Widoro Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : V/ Pertemuan Ke : - Alokasi Waktu : x 35 Menit A. Standar Kompetensi : 5. Menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak geografis MIN Pelaihari Ditinjau dari segi geografisnya MIN Pelaihari berbatasan dengan : a. Sebelah timur dengan jalan Samudera

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di kelas 5 SDN Karanggondang 01, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang pada semester 2 Tahun Pelajaran

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMPN 3 Kurau Sejarah berdirinya sekolah SMPN 3 KURAU yaitu pada tahun 2006 awal mulanya sekolah tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebanyak 21 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.

BAB III METODE PENELITIAN. sebanyak 21 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan pada tanggal 23 April 05

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. belajar dan kegiatan belajar agar siswa aktif mengembangkan potensi dirinya.

BAB 1 PENDAHULUAN. belajar dan kegiatan belajar agar siswa aktif mengembangkan potensi dirinya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan kegiatan belajar agar siswa aktif mengembangkan potensi dirinya. Dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATERI POKOK MENGUBAH PECAHAN MENJADI PERSEN DAN DESIMAL MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATERI POKOK MENGUBAH PECAHAN MENJADI PERSEN DAN DESIMAL MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL Dinamika Vol. 3, No. 2, Oktober 2012 ISSN 0854-2172 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATERI POKOK MENGUBAH PECAHAN MENJADI PERSEN DAN DESIMAL MELALUI SD Negeri Kabunan 01 Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Pelaksanaan Tindakan Tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yaitu : a. Membuka pelajaran Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, mengabsen, mengatur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan untuk meningkatkan dan menyempurnakan proses pembelajaran.

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan untuk meningkatkan dan menyempurnakan proses pembelajaran. BAB III METODE PENELITIAN A. Model Penelitian Penelitian tindakan kelas dilakukan secara kolaboratif, untuk kemantapan rasional dalam pelaksanaan tugas, serta memperbaiki kondisi tempat praktik pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Lokasi Penelitian. 1. Letak Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwiro

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Lokasi Penelitian. 1. Letak Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwiro BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Letak Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwiro Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 01 Kaliwiro, yang beralamatkan di Jalan Selomanik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan kelas yang menyajikan materi pemahaman konsep

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan kelas yang menyajikan materi pemahaman konsep BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Pelaksanaan tindakan kelas yang menyajikan materi pemahaman konsep nilai tempat pada siswa II SDN 1 Moluo Kecamatan Kwandang Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I I PENELITIAN 3.1. Setting Penelitian 3.2. Karakteristik Subjek Penelitian

BAB I I PENELITIAN 3.1. Setting Penelitian 3.2. Karakteristik Subjek Penelitian 10 BAB III PENELITIAN 3.1. Setting Penelitian 3.1.1. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus 2011 pada semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012. 3.1.2. Tempat Penelitian Tempat penelitian

Lebih terperinci

REFLEKSI I. Mata Pelajaran : Matematika

REFLEKSI I. Mata Pelajaran : Matematika 42 Lampiran 1 REFLEKSI I Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Semester : V / I A. Identifikasi Masalah Setelah melasksanakan proses pembelajaran matematika mengurutkan dan menyederhanakan pecahan sebagaian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini penulis laksanakan pada SMP Negeri 1 Mootilango Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini penulis laksanakan pada SMP Negeri 1 Mootilango Kabupaten 30 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini penulis laksanakan pada SMP Negeri 1 Mootilango Kabupaten Gorontalo tepatnya pada kelas VII 1 yang jumlahnya 32 siswa yang

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah Singkat MI Miftahul Khairiyah Cempaka

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah Singkat MI Miftahul Khairiyah Cempaka BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat MI Miftahul Khairiyah Cempaka MI Miftahul Khairiyah Cempaka terletak dalam wilayah Kecamatan Cempaka, yang berlokasi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) 94 Lampiran VI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas / Semester Jumlah Pertemuan : SDN 08 Lunang : Matematika : V(lima) / II(dua) : 4 x Pertemuan A. Standar Kompetensi

Lebih terperinci

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan :

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan : 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan di SD Negeri Wringingintung 01 yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. evaluasi dan refleksi (Aqip, 2006) seperti gambar berikut.

BAB III METODE PENELITIAN. evaluasi dan refleksi (Aqip, 2006) seperti gambar berikut. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus, dimana setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa. Penelitian ini dilaksanakan

BAB III METODE PENELITIAN. dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa. Penelitian ini dilaksanakan 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar dan Karakteristik Penelitian 3.1.1 Latar Penelitian Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu cara untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru dalam

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Madrasah Ibtidaiyah Al-Aman Banjarmasin lokasinya berada di lingkungan

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Madrasah Ibtidaiyah Al-Aman Banjarmasin lokasinya berada di lingkungan BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di MI Al-Aman Kuin Utara Banjarmasin. Madrasah Ibtidaiyah Al-Aman Banjarmasin

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas dengan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas dengan pendekatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian yang Digunakan Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas dengan pendekatan deskriptif yaitu metode melukiskan atau menggambarkan sistematika,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini ditujukan terutama terhadap efektifitas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini ditujukan terutama terhadap efektifitas BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Hasil Penelitian Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini ditujukan terutama terhadap efektifitas penggunaan media kartu kata dalam pembelajaran bahasa

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya peningkatan mutu pembelajaran di sekolah perlu dikedepankan. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena seiring perkembangan zaman di era globalisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Seting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di kelas IV SDN Rejoagung 01, Kecamatan Trangkil, Kabupaten Pati. Jumlah siswa kelas IV adalah 22 siswa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 34 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN Salatiga 01 yang terletak di Jln. Diponegoro 13 dan masuk di wilayah Kelurahan Salatiga Kecamatan Sidorejo

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Madrasah Ibtidaiyah Swasta Al Badariyah terletak di Desa Tatah Layap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Madrasah Ibtidaiyah Swasta Al Badariyah terletak di Desa Tatah Layap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Identitas dan Lokasi Madrasah Madrasah Ibtidaiyah Swasta Al Badariyah terletak di Desa Tatah Layap Kecamatan Tatah Makmur Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Gambaran Sekolah Sebelum peneliti melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terlebih dahulu peneliti melakukan observasi di kelas

Lebih terperinci