BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berdiri pada tahun 1974 dan berdiri di atas tanah yang berukuran 2915M 2 dengan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berdiri pada tahun 1974 dan berdiri di atas tanah yang berukuran 2915M 2 dengan"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Gambaran Umum Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian akan dilakukan tempat penelitian ini berlokasi di SDN 8 Limboto Barat Kabupaten Gorontalo. SDN ini berdiri pada tahun 1974 dan berdiri di atas tanah yang berukuran 2915M 2 dengan luas seluruh bangunan 420M 2. Sekolah ini berlokasi di jalan Samratulangi No 70. Yang menjabat sebagai pemimpin pertama disekolah ini adalah Hasan Buko, pemimpin kedua adalah Rostin Bouta, pemimpin ketiga ibu Rosmiaty Pilomonu, dan seiring dengan perkembangan dan penyelenggaraan sekolah, tahun 2013 nama sekolah diubah menjadi SDN 8 Limboto Barat dan sementara ini dipimpin oleh Ibu Rodiyah Mertosono, S.Pd yang dibantu oleh beberapa orang guru. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah 1. VISI Visi SDN 8 Limboto Barat adalah menjadikan sekolah bermutu berdasarkan Imtak 2. MISI Misi SDN 8 Limboto Barat sebagai berikut : 1. Terwujudnya pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang bermutu. 2. Terwujudnya pembelajaran yang bermutu yang dilandasi dengan Imtak 3. Terwujudnya disiplin dalam suasana belajar dan mengajar yang menyenangkan melaui inovasi pembelajaran

2 4. Terwujudnya tim kerja yang tangguh dan kompak melalui hubungan kerja sekolah harmonis dengan komite sekolah 5. Meningkatkan kompetensi / profesi guru melalui kagiatan KKG dan studi lanjut dengan dilandasi hasrat maju bersama 6. Menghasilakan lulusan yang bermutu dalam melanjutkan pendidkan dengan meningkat pencapaian ketuntasan kompetensi 7. Meningkatkan prestasi akademik dan non akademik 8. Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa 3. Tujuan Sekolah 1. Sekolah melaksanakan pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang sesuai dengan potensi peserta didik dan kondisi dan lingkungan sekolah 2. Sekolah melaksanakan pengembangan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran ( RPP ) untuk kelas I dan kelas VI pada 8 mata pelajaran dan muatan lokal. 3. Sekolah melaksanakan pembelajaran yang dilandasi dengan iman dan taqwa 4. Sekolah melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan 5. Sekolah memiliki guru yang inovatif dalam pembelajaran 6. Sekolah meningkatkan hubungan kerja yang kompak dan harmonis antar warga sekolah dengan komite sekolah 7. Sekolah melaksanakan peningkatan kopetensi guru melalui kegiatan KKG dan Studi lanjut minimal S1 8. Sekolah mempersiapkan peserta didik dalam melanjutkan pendidikan lebih lanjut 72 % dan kesekolah unggulan 27 % serta 1 % yang tidak melanjutka dimotifasi masuk ke paket B dan SMP terbuka

3 9. Sekolah meningkatkan prestasi akademik maupun non akademik dengan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai minat dan bakat peserta didik. 10. Sekolah mengembangkan kepribadian yang utuh dan ahlak mulia bagi peserta didik melalui kegiatan keagamaan dan pembiasaan. a. Keadaan Guru Guru merupakan jabatan profesional. Oleh karenanya guru mempunyai peranan sentral yang utama dalam menciptakan dan melaksanakan proses belajar mengajar di kelas. Sebagai kelompok profesional, guru mempunyai ciri-ciri profesional yang menjadi pegangan dan pedoman dalam bertingkah laku, bertugas dan bersikap. Ciri-ciri itu menyangkut cara hidup, bertanggung jawab, visi dan misi sekolah, pengetahuan dan keterampilan, standar pendidikan dan intelektual yang sangat berbeda dengan profesi lain di luar profesi guru. Bagi guru yang profesional harus menunjukkan sejumlah peranan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran secara maksimal. Peranan tersebut harus dapat dilaksanakan dengan baik sebagai salah usaha untuk meningkatkan kualitas peserta didik. Peranan guru yang tinggi sebagai pendidik hendaknya sangat menuntut sejumlah kemampuan dan kompetensi tertentu yang perlu dikuasai guru. Keadaan guru juga sebagai komponen utama akan mempengaruhi proses belajar mengajar disekolah atau disuatu lembaga pendidikan kearah pembangunan yang lebih lanjut dan berkualitas. Keadaan guru di SDN 8 Limboto Barat berjumlah sebanyak 18 orang yang terdiri dari 1 orang kepala sekolah yaitu R.M, 9 orang guru PNS dengan inisial yaitu K.I, H.K, H.R, R.Z, Y.T, S.A, R,M, M.M, Y.B. 5 orang guru abdi (GTT) yaitu H.R, H.K, S.H F.T, S.Z, 1 orang tenaga tata usaha/administrasi sekolah yaitu

4 L,N, 1 orang sebagai penjaga sekolah yaitu I.P dan 2 orang pengurus perpustakaan. A.L, H.D b. Keadaan Siswa Siswa merupakan objek pembelajaran dalam arti siswalah yang menjadi titik fokus peningkatan kwalitas pembelajaran. Siswa merupakan aset penting bagi kemajuan bangsa sebab dipundak siswa terletak harapan masa depan bangsa dan peradaban yang lebih maju dan bermartabat. Keadaan siswa pula pada saat ini sangat menentukan maju mundurnya suatu lembaga pendidikan baik pada lembaga pendidikan SD, SMP, dan SMA, bahkan sampai ke tingkat perguruan tinggi. Banyaknya siswa dalam suatu lembaga akan melahirkan terobosan baru untuk pemenuhan kebutuhan lembaga pendidikan nanti. Dengan kata lain banyaknya siswa akan mendorong perhatian dari berbagai kalangan untuk memenuhi kebutuhan baik dari tenaga pengajar maupun sarana dan prasarana bagi lembaga itu sendiri. Siswa SDN 8 Limboto Barat mempunyai status dan latar belakang kehidupan yang berbeda-beda yang sebagian besar berasal dari keluarga bermata pencaharian sebagai petani. Disamping itu, siswanya berasal dari campuran dua 2 suku daerah yaitu Gorontalo dan Jawa tondano dan 100% beragama Islam. Orang tua siswa sebagian besar adalah petani, disamping itu pegawai negeri, guru, polisi, pedagang dan wirasasta. Petani 40 %, Pegawai Negeri 5 %, Wiraswasta 20 %, Pedagang15 % dan Lain-lain 20 %. Jumlah siswa keseluruhan dari kelas 1 sampai kelas 6 berjumlah 231 siswa. Kelas 1 berjumlah 40 siswa, kelas 2 berjumlah 42 siswa, kelas 3 berjumlah 33 siswa, kelas IV berjumlah 45 siswa, kelas V berjumlah 21 siswa dan Kelas 6 berjumlah 50 siswa.

5 c. Keadaan Sarana dan Prasarana Sarana prasarana merupakan komponen yang turut berpengaruh terhadap kemajuan penyelenggaraan pendidikan.sarana dan prasarana merupakan faktor penting dalam keberhasilan proses pendidikan. Dengan adanya fasilitas yang memadai akan berdampak pula pada percepatan pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Sarana merupakan fasilitas yang berpengaruh secara langsung dalam proses pembelajaran sedangan prasarana adalah fasilitas yang tidak secara langsung berpengaruh terhadap proses pembelajaran dalam kelas. keadaan sarana dan prasarana di SDN 8 Limboto Barat yakni memiliki 1 ruang perpustakaan yang dalam kondisi baik dengan ukuran 56 M 2, 8 ruang kelas yang dalam keadaan baik dengan ukuran 343 M 2, 1 rumah guru yang dalam keadaan rusak dengan ukuran 56 M 2, 1 rumah kepalah sekolah yang dalam keadaan baik dengan ukuran 56 M 2, 1 rumah penjaga sekolah yang dalam keadaan rusak dengan ukuran 56 M 2, 6 jamban yang dalam keadaan baik dengan ukuran 16 M 2 dan 1 ruang usaha kesehatan sekolah yang dalam keadaan baik dengan ukuran 7,5 M Deskripsi Hasil Penelitian Hasil Wawancara dengan Guru Pada hari senin tanggal 20 mei 2013 tepatnya pukul wita peneliti melakukan proses wawancara kepada guru kelas V. Berikut kutipan hasil wawancara dengan guru kelas V SDN 8 Limboto Barat. Nama guru : Y,B, jabatan guru kelas V. Peneliti: Persiapan apa yang ibu lakukan sebelum pembelajaran dimulai? Guru: persiapan yang saya lakukan mempersiapkan 2 buah buku pelajaran matematika, dan mempersiapkan Lembar

6 kerja siswa. Peneliti: Apakah ibu menggunakan media dalam mengajarkan materi mengubah pecahan biasa ke desimal? Kemukakan alasannya? Guru : Saya menggunakan media kertas karton. media ini digunakan pada awal pembelajaran. Jika karton yang utuh dilipat, maka bentuknya menjadi seperdua, nah dari 1/ 2 ini, saya melanjutkan dengan menjelaskan pecahan desimal, di dalam pecahan desimal itu terdapat tanda koma, media ini digunakan sebagai penunjang keberhasilan pembelajaran dan juga untuk mengatasi kesulitan siswa agar siswa mampu untuk mengubah pecahan biasa ke desimal. Peneliti: Apakah materi mengubah pecahan biasa ke desimal dipahami oleh siswa? Kemukakan alasanya? Guru : Materinya masih sulit dipahami oleh siswa. Siswa sulit mengubah pecahan biasa ke desimal berbasis seratus, Peneliti: Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kesulitan siswa mengubah pecahan biasa ke desimal? Guru : Faktor yang mempengaruhi kesulitan siswa mengubah pecahan biasa ke desimal adalah kemauan serta daya kosentarasi siswa sangat rendah, siswa kurang bertanya tentang materi yang tidak di ketahuinya.untuk mengatasi faktor kesulitan siswa ini, saya berusaha membuat siswa lebih kosentrasi terhadap materi dan sebisa mungkin siswa banyak bertanya tentang materi yang tidak diketahuinya. Peneliti: Upaya apa yang ibu lakukan dalam meningkatkan kemampuan siswa mengubah pecahan biasa ke desimal? Guru: Upaya yang dilakukan menggunakan media karton, menjelaskan materi mengubah pecahan biasa ke desimal dengan cara pertama mengubah penyebut manjadi 100, dan menjelaskan dengan cara kedua yaitu dengan pembagian bersusun, Memvariasikan metode tanya jawab dan latihan, serta menggunakan metode pemberian tugas. Peneliti: Bagaimana hasil belajar siswa pada materi mengubah pecahan biasa ke desimal setelah dilakukan

7 upaya ini? Guru: Hasilnya Siswa masih belum mencapai hasil yang dicapai dalam indikator pembelajaran Hasil Wawancara dengan Siswa Nama siswa: M, B, Jenis kelamin perempuan. Peneliti: Bagaimana perasaanmu ketika kamu belajar Matematika? Siswa: perasaan saya Senang Peneliti : Bagaimana menurut kamu tentang materi mengubah pecahan biasa ke desimal? Siswa : Materinya sangat sulit, saya sulit dalam mengubah pecahan biasa ke desimal berbasis sepuluh dengan bilangan yang kecil. Peneliti: Apakah guru kamu menggunakan media dalam upaya meningkatkan kemampuan kalian mengubah pecahan biasa ke desimal? Siswa: Ya, Guru menggunakan media kertas karton. Jika kertas karton itu dilipat maka bentuknya menjadi 1/2. Peneliti : Upaya apa yang di lakukan guru dalam meningkatkan kemampuan kalian mengubah pecahan biasa ke desimal dengan penyebut berbasis sepuluh? Siswa: guru hanya menjelaskan cara mengubah pecahan biasa ke desimal dengan cara bersusun, melakukan tanya jawab, memberikan latihan dipapan tulis dan mengerjakan tugas individu serta memberikan tugas rumah. Peneliti:Bagaimana dengan hasil yang kamu dapatkan setelah dilakukan upaya ini? Siswa: Hasil yang saya dapatkan kurang memuaskan.karena saya masih sulit mengubah pecahan biasa ke desimal meskipun guru telah menggunakan media karton pada awal pembelajaran. Nama : A, N, Jenis kelamin laki-laki. Peneliti : Bagaimana perasaanmu ketika kamu belajar Matematika? Siswa: Senang. Peneliti: Bagaimana menurut kamu tentang materi mengubah pecahan biasa ke desimal? : Materinya sangat sulit, saya sulit dalam mengubah pecahan biasa ke desimal berbasis sepuluh dengan bilangan yang kecil. Peneliti: Apakah guru kamu menggunakan media dalam upaya meningkatkan kemampuan kalian mengubah pecahan biasa ke

8 desimal? Jawaban : ya guru memperlihatkan media kertas karton yang panjang. Jika kertas itu dilipat maka bentuknya menjadi ½. Peneliti :Upaya-upaya apa yang guru lakukan dalam upaya meningkatkan kemampuan kalian mengubah pecahan biasa ke desimal berbasis sepuluh? Siswa: guru menggunakan kertas karton, menjelaskan cara pembagian bersusun melakukan tanya jawab kepada kami, memberikan kami latihan dipapan tulis, dan memberikan kami tugas secara individu dan memberikan tugas rumah. Peneliti : Bagaimana dengan hasil yang kamu dapatkan setelah dilakukan upaya ini? Siswa: Hasil yang saya dapatkan tidak memuaskan karena saya masih belum mengerti tentang materi ini. Nama : F,K, Jenis kelamin perempuan. Peneliti: Bagaimana perasaanmu ketika kamu belajar Matematika? Siswa: Senang. Peneliti: Bagaimana menurut kamu tentang materi mengubah pecahan biasa ke desimal? Siswa : sulit, saya sulit mengubah pecahan biasa ke desimal berbasis sepuluh dengan bilangan yang kecil. Peneliti: Apakah guru kamu menggunakan media dalam upaya meningkatkan kemampuan kalian mengubah pecahan biasa ke desimal? Siswa : Ya, Guru menggunakan media karton yang bentuknya panjang. Peneliti: Upaya-upaya apa yang guru lakukan dalam upaya meningkatkan kemampuan kalian mengubah pecahan biasa ke desimal berbasis sepuluh? Siswa: menggunakan selembar kertas, melakukan tanya jawab antara guru dan kami, begitu juga antara siswa dan guru, memberikan kami latihan dipapan tulis, dan memberikan kami tugas secara individu. Dan memberikan tugas rumah. Peneliti : Bagaimana dengan hasil yang kamu dapatkan setelah dilakukan upaya ini: Sangat kurang. Dan tidak puas karena nilai yang saya dapat masih kurang sekali. Nama : A, D, Jenis kelamin kelamin perempuan. Peneliti : Bagaimana perasaanmu ketika kamu belajar Matematika? Siswa: perasannya Senang. Peneliti:

9 Bagaimana menurut kamu tentang materi mengubah pecahan biasa ke desimal? Siswa: Materinya mudah. Peneliti: Apakah guru kamu menggunakan media dalam upaya meningkatkan kemampuan kalian mengubah pecahan biasa ke desimal? Siswa : ya guru menggunakan media kertas karton. Peneliti: Upaya-upaya apa yang guru lakukan dalam upaya meningkatkan kemampuan kalian mengubah pecahan biasa ke desimal berbasis sepuluh? Siswa : menggunakan karton, menjelaskan materi dengan cara bersusun, melakukan tanya jawab antara guru dan kami, begitu juga antara siswa dan guru, memberikan kami latihan dipapan tulis, dan memberikan kami tugas secara individu dan tugas rumah. Peneliti: Bagaimana dengan hasil yang kamu dapatkan setelah dilakukan upaya ini? Siswa: Hasil yang saya dapat memuaskan. Nama : I, B Jenis kelamin laki-laki Peneliti : Bagaimana perasaanmu ketika kamu belajar Matematika? Siswa: Ya Senang. Peneliti: Bagaimana menurut kamu tentang materi mengubah pecahan biasa ke desimal? Siswa: Materinya sangat mudah sekali dan sangat mudah diterima. Peneliti: Apakah guru kamu menggunakan media dalam upaya meningkatkan kemampuan kalian mengubah pecahan biasa ke desimal? Siswa : Ya guru menggunakan media karton yang panjang. Peneliti: Upaya-upaya apa yang guru lakukan dalam upaya meningkatkan kemampuan kalian mengubah pecahan biasa ke desimal berbasis sepuluh? Siswa: menggunakan media karton, menjelaskan materi dengan cara bersusun melakukan tanya jawab antara guru dan kami, begitu juga antara siswa dan guru, memberikan kami latihan dipapan tulis, dan memberikan kami tugas secara individu serta memberikan tugas rumah. Peneliti: Bagaimana dengan hasil yang kamu dapatkan setelah dilakukan upaya ini? Siswa: Hasil yang saya dapatkan cukup memuaskan.

10 Nama : f, M, jenis kelamin perempuan. Peneliti : Bagaimana perasaanmu ketika kamu belajar Matematika? Siswa: Ya Senang. Peneliti: Bagaimana menurut kamu tentang materi mengubah pecahan biasa ke desimal? Siswa: Materinya mudah sekali. Peneliti: Apakah guru kamu menggunakan media dalam upaya meningkatkan kemampuan kalian mengubah pecahan biasa ke desimal? Siswa : Ya guru menggunakan media kertas karton yang panjang.. Peneliti: Upaya-upaya apa yang guru lakukan dalam upaya meningkatkan kemampuan kalian mengubah pecahan biasa ke desimal berbasis sepuluh? Siswa: menggunakan selembar karton, menjelaskan materi dengan cara bersusun melakukan tanya jawab antara guru dan kami, begitu juga antara siswa dan guru, memberikan kami latihan dipapan tulis, dan memberikan kami tugas secara individu Peneliti: Bagaimana dengan hasil yang kamu dapatkan. Siswa: Hasilnya memuaskan bagi saya Dokumentasi Pengumpulan dokumentasi dilakukan pada hari yang sama disaat peneliti melakukan wawancara dengan siswa. Dokumentasi yang dikumpulkan seperti meminta rencana pelaksanaan pembelajaran dan meminta catatan nilai kelas V. dan hasil belajar siswa Hasil Temuan Penelitian Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang digunakan dalam penelitian di SDN 8 Limboto Barat, diperoleh hasil temuan sebagai berikut: 1. Temuan Umum Berdasarkan hasil wawancara bersama guru kelas V dengan ibu Y,B bahwa upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan siswa mengubah pecahan biasa ke desimal yaitu menggunakan media karton,

11 menjelaskan materi mengubah pecahan biasa ke desimal dengan cara pertama mengubah penyebut manjadi 100, dan menjelaskan dengan cara kedua yaitu dengan pembagian bersusun, Memfariasikan metode tanya jawab dan latihan, serta menggunakan metode pemberian tugas sudah dilakukan dengan sangat baik dan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Ditemukan bahwa penjelasan guru dan penjelasan siswa sedikit bertolak belakang guru mengatakan bahwa upaya guru dalam meningkatkan kemampuan siswa mengubah pecahan biasa ke desimal menggunakan media lembar kertas karton, menjelaskan materi mengubah pecahan biasa ke desimal dengan cara pertama mengubah penyebut manjadi 100, dan menjelaskan dengan cara kedua yaitu dengan pembagian bersusun, Memfariasikan metode tanya jawab dan latihan, serta menggunakan metode pemberian tugas. Namun siswa menjelaskan bahwa upaya guru meningkatkan kemampuan siswa mengubah pecahan biasa ke desimal, guru hanya menggunakan media karton, menjelaskan materi dengan cara bersusun dan melakukan tanya jawab melakukan soal latihan dan menggunakan metode pemberian tugas. Sehingga kesulitan siswa masih saja terjadi dalam mengubah pecahan biasa ke desimal berbasis seratus dan nilai yang didapatkan masih kurang memuaskan. 2. Temuan Khusus Temuan khusus yang ditemukan peneliti adalah bagaimana upaya meningkatkan kemampuan siswa mengubah pecahan biasa ke desimal dikelas V SDN 8 L imboto Barat Kabupaten Gorontalo. Menurut guru kelas V bahawa upaya yang dilakukan guru yakni menggunakan media karton, menjelaskan materi mengubah pecahan biasa ke desimal dengan cara pertama mengubah penyebut manjadi 100, dan menjelaskan

12 dengan cara kedua yaitu dengan pembagian bersusun, Memvariasikan metode tanya jawab dan latihan, serta menggunakan metode pemberian tugas. Dari penjelasan tersebut, ditemukan bahwa upaya meningkatkan kemampuan mengubah pecahan biasa ke desimal yaitu penyebut berbasis seratus tidak dilakukan oleh guru. Hal ini dikarenakan guru belum siap mengajarkan materi tentang mengubah pecahan biasa ke desimal berbasis seratus sehingga masih terdapat kesulitan siswa dalam mengubah pecahan biasa ke desimal dan nilai yang didapatkan masih kurang memuaskan 4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil wawancara bersama guru kelas V, bahwa upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan siswa mengubah pecahan biasa ke desimal yaitu menggunakan media karton, menjelaskan materi mengubah pecahan biasa ke desimal dengan cara pertama mengubah penyebut manjadi 100, dan menjelaskan dengan cara kedua yaitu dengan pembagian bersusun, Memvariasikan metode tanya jawab dan latihan, serta menggunakan metode pemberian tugas. Berdasarkan hasil wawancara antara guru dan siswa ditemukan bahwa penjelasan guru sedikit bertolak belakang dengan penjelasan siswa. Siswa menjelaskan bahwa upaya guru meningkatkan kemampuan siswa mengubah pecahan biasa ke desimal, guru hanya menggunakan media karton, menjelaskan materi dengan cara bersusun dan melakukan tanya jawab melakukan soal latihan dan memberikan tugas. Berdasarkan hasil wawancara guru dan siswa ditemukan bahwa upaya meningkatkan kemampuan mengubah pecahan biasa ke desimal yaitu penyebut berbasis seratus tidak dilakukan oleh guru. Hal ini dikarenakan karena guru belum

13 siap mengajarkan materi tentang mengubah pecahan biasa ke desimal berbasis seratus sehingga masih terdapat kesulitan siswa dalam mengubah pecahan biasa ke desimal dan nilai yang didapatkan masih kurang memuaskan. Faktor penyebabnya dari faktor guru dan siswa. Dari faktor guru, guru belum siap untuk menjelaskan materi dengan cara penyebut berbasis seratus sehingga siswa masih kesulitan mengubah pecahan biasa ke desimal. Faktor dari siswa yaitu daya kosentrasi siswa sangat rendah serta siswa kurang bertanya terhadap materi yang dipelajari.

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGUBAH PECAHAN BIASA KE DESIMAL DI KELAS V SDN 8 LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGUBAH PECAHAN BIASA KE DESIMAL DI KELAS V SDN 8 LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGUBAH PECAHAN BIASA KE DESIMAL DI KELAS V SDN 8 LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO Nurhayati H. Mayang Dra. Samsiar RivaI, S.Pd, M.Pd Pembimbing 1 Dra. Martianty Nalole,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan yang cukup besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu dan teknologi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghitung tidak pernah lepas dari kegiatan sehari-hari manusia. Antara lain

BAB I PENDAHULUAN. menghitung tidak pernah lepas dari kegiatan sehari-hari manusia. Antara lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai ilmu pasti, matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung tidak pernah lepas dari kegiatan sehari-hari manusia. Antara lain dalam pendidikan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan suatu bangsa erat hubungannya dengan masalah pendidikan. Pendidikan adalah suatu proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat, dan negara. Dunia pendidikan dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang lebih tinggi. Salah satu peran sekolah untuk membantu mencapai

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang lebih tinggi. Salah satu peran sekolah untuk membantu mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk lembaga pendidikan adalah sekolah. Sekolah sebagai suatu lembaga formal yang berperan dalam membantu siswa untuk mencapai tugas-tugas perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran, dan sebagainya. Masing-masing faktor yang terlibat dalam. lain, akan tetapi saling berhubungan dan saling mendukung.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran, dan sebagainya. Masing-masing faktor yang terlibat dalam. lain, akan tetapi saling berhubungan dan saling mendukung. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara formal dilakukan oleh suatu lembaga yang disebut dengan sekolah. Dalam proses pendidikan di sekolah melibatkan banyak komponen di antaranya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Abd. Aziz Latjompoh, S.Pd, MM. Di sekolah ini bangunannya terdiri dari 12 buah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Abd. Aziz Latjompoh, S.Pd, MM. Di sekolah ini bangunannya terdiri dari 12 buah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pada dasarnya SDN 5 Telaga merupakan sekolah dalam lingkungan Cabang Dinas pendidikan Nasional yang terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan manusia untuk merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan penting dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah lembaga formal tempat dimana seorang siswa menimba ilmu dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah lembaga formal tempat dimana seorang siswa menimba ilmu dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah adalah lembaga formal tempat dimana seorang siswa menimba ilmu dalam mengembangkan bakat, minat dan kemampuannya untuk mencapai keberhasilan dimasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 adalah untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. memperdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional dilakukan untuk memperbaharui, visi, misi dan strategi pembangunan. Pendidikan nasional mempunyai visi yaitu: Terwujudnya sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Regulasi utama dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia adalah Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang RI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional kabupaten hingga diimplementasikan langsung disekolah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional kabupaten hingga diimplementasikan langsung disekolah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Soft Skills dalam pendidikan adalah suatu hal yang harus dicermati bersama oleh semua pihak mulai dari struktur teratas yakni kementerian pendidikan dan kebudayaan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Obyek Penelitian Sekolah Dasar Negeri Pagerharjo 02 terletak di Desa Pagerharjo Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati yang dipimpin oleh seorang Kepala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT 9 BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT 2.1 Standar Pengelolaan Pendidikan Berdasarkan Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian di SDN 1 Kabila Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango, peneliti

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMPN 30 Banjarmasin Sekolah yang menjadi lokasi dalam penelitian ini adalah SMPN 30 Banjarmasin yang berlokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa. Suatu bangsa dapat dikatakan maju apabila pendidikan di negara tersebut dapat mengelola sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : Rina Yuni Hidayati A

SKRIPSI. Oleh : Rina Yuni Hidayati A MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PECAHAN DESIMAL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI SORTIR KARTU BILANGAN PECAHAN PADA SISWA KELAS IV SDN 04 KARANGREJO TAHUN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memang harus terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. yang memang harus terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang harus terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya untuk menjembatani antara kondisi objektif yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi. Menurut UU No. 20 Tahun 2003, BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masalah pendidikan mendapat perhatian yang serius dari pemerintah, berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya, pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini menimbulkan kompetensi di berbagai bidang baik ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Dengan ilmu,

BAB I PENDAHULUAN. berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Dengan ilmu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia. Ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan teknologi dan seni (IPTEKS) mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat pada saat ini. Sejalan dengan itu persaingan di segala bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada abad XXI yang dikenal sebagai abad informasi, teknologi, komunikasi, dan globalisasi di mana persaingan antar bangsa semakin ketat, dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam pertumbuhan jasmani maupun rohaninya untuk mencapai tingkat

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam pertumbuhan jasmani maupun rohaninya untuk mencapai tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan berlangsung secara sistematis yang dilakukan oleh orangorang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh: PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI LEARNING START WITH A QUESTION (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VIIIC SMP Negeri 1 Ngemplak Boyolali Tahun Ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu perbuatan atau proses yang didalamnya berupa pengalaman belajar langsung dalam sepanjang hidup baik didalam lingkungan atau yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. 1. Sejarah Berdirinya MAN 3 Balangan. Mesjid Syuhada Sungai Awang Kecamatan Lampihong Kabupaten Balangan.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. 1. Sejarah Berdirinya MAN 3 Balangan. Mesjid Syuhada Sungai Awang Kecamatan Lampihong Kabupaten Balangan. BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya MAN 3 Balangan MAN 3 Balangan adalah lembaga pendidikan yang terletak di Jl. Mesjid Syuhada Sungai Awang Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas akan dihasilkan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha kultural dengan maksud mempertinggi kualitas hidup dan kehidupan manusia baik secara individual maupun kelompok masyarakat serta bagi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses dengan menggunakan berbagai macam metode pembelajaran, sehingga siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal penting untuk menentukan maju mundurnya suatu bangsa karena kemajuan suatu bangsa juga didukung oleh sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menjadi memiliki keterampilan. Arismantoro yang dikutip oleh

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menjadi memiliki keterampilan. Arismantoro yang dikutip oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap usaha pendidikan harus sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan Nasional yang tertuang dalam undang-undang sistem pendidikan Nasional nomor 20 tahun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian SDNI Kabila

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian SDNI Kabila BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian SDNI Kabila SDN 1 Kabila merupakan salah satu sekolah yang ada di wilayah Kecamatan Kabila, yang dipimpin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Obyek Penelitian. Sekolah Dasar Negeri Sukoharjo 01 terletak didaerah Sukaharjo kecamatan Wedarijaksa kabupaten Pati dipimpin oleh seorang kepala sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHUHUAN. solusinya untuk menghindari ketertinggalan dari negara-negara maju maupun

BAB I PENDAHUHUAN. solusinya untuk menghindari ketertinggalan dari negara-negara maju maupun BAB I PENDAHUHUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan jaman, apalagi memasuki dunia globalisasi abad 21, berbagai permasalahan di bidang pendidikan haruslah segera dicarikan solusinya

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi PENGARUH VARIASI MENGAJAR GURU DAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS VII DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2014/

Lebih terperinci

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang berbunyi :

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang berbunyi : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam usahanya meningkatkan kualitas dan martabat hidupnya, ia akan selalu berusaha meningkatkan kemampuan dirinya. Usaha terpenting yang dilakukan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah sebuah sistem yang kompleks dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah sebuah sistem yang kompleks dimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah sebuah sistem yang kompleks dimana kesuksesannya bisa terlihat dalam 2 aspek, yaitu aspek proses dan aspek produk. Sebagai sebuah sistem,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah faktor yang sangat mempengaruhi tingkah laku dan kehidupan manusia, karena pendidikan adalah investasi sumber daya manusia dalam jangka panjang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka membangun manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Hal ini berarti bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kinerja mengajar guru merupakan komponen paling utama dalam meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga pendidik, terutama guru,

Lebih terperinci

MENGOPTIMALKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI SEKOLAH DENGAN JUMLAH SISWA SEDIKIT

MENGOPTIMALKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI SEKOLAH DENGAN JUMLAH SISWA SEDIKIT ARTIKEL ILMIAH MENGOPTIMALKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI SEKOLAH DENGAN JUMLAH SISWA SEDIKIT Sunarto, M. Pd SDN GEDONGOMBO II PLOSO JOMBANG JAWA TIMUR 0 PENDAHULUAN Sekolah sebagai institusi pendidikan

Lebih terperinci

Oleh: Siti Halimah SD Negeri 01 Sembon, Karangrejo, Tulungagung

Oleh: Siti Halimah SD Negeri 01 Sembon, Karangrejo, Tulungagung 8 Siti Halimah, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui... PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBERIAN TUGAS PADA SISWA KELAS IV SDN 1 SEMBON KECAMATAN KARANGREJO TULUNGAGUNG SEMESTER

Lebih terperinci

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA Imam Gunawan Tiap tiap negara memiliki peraturan perundang undangan sendiri. Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai peraturan perundang udangan yang bertingkat,

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. nama SDN BOING kemudian berubah nama menjadi SDN Guntung Payung 4

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. nama SDN BOING kemudian berubah nama menjadi SDN Guntung Payung 4 BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Sejarah singkat SDN Guntung Payung 4 Banjarbaru didirikan sejak tahun 982 dengan nama SDN BOING kemudian berubah nama menjadi SDN Guntung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia, sebab pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrumen yang digunakan bukan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan bagi bangsa yang sedang membangun seperti bangsa Indonesia merupakan kebutuhan wajib yang harus dikembangkan, sejalan dengan tuntutan perkembangan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah dunia menunjukkan bahwa Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah dunia menunjukkan bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah dunia menunjukkan bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) memegang peranan penting dalam menentukan kemajuan suatu bangsa disegala bidang, ekonomi, politik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memperoleh pendidikan merupakan hak setiap manusia karena pendidikan memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. bahwa dalam proses pendidikan, peserta didik/siswa menjadi sentral

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. bahwa dalam proses pendidikan, peserta didik/siswa menjadi sentral BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan sehari-hari. Setiap penduduk Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan diharapkan untuk selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukuan oleh manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak. negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak. negara yang demokratis dan bertanggung jawab. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, dalam Undang - undang No. 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa, Pendidikan nasional berfungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena tanpa pendidikan manusia akan mengalami banyak kesulitan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena tanpa pendidikan manusia akan mengalami banyak kesulitan dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan, karena tanpa pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No: 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN), Bab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat (PP No.19 tahun 2005). Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Perubahan perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. usaha di negara lain. Untuk menghadapi era globalisasi ini diperlukan

I. PENDAHULUAN. usaha di negara lain. Untuk menghadapi era globalisasi ini diperlukan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini zaman semakin berkembang pesat, hal ini ditandai dengan adanya globalisasi. Globalisasi berarti tiap negara bebas untuk mengembangkan usaha di negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh

I. PENDAHULUAN. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia. Salah satu faktor yang mendukung kemajuan suatu bangsa adalah melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku organisasi yang merupakan pencerminan dari perilaku dan sikap orang-orang yang terdapat dalam organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan proses komunikasi antara guru dengan siswa. Proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila siswa mencapai

Lebih terperinci

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa banyak perubahan di seluruh aspek kehidupan manusia. Pada masa sekarang ini sangat dibutuhkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan dengan beberapa faktor seperti anak tidak memiliki tempat yang aman

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan dengan beberapa faktor seperti anak tidak memiliki tempat yang aman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses pengembangkan kemampuan seseorang untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem

Lebih terperinci

PROFESIONALISME GURU DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PROFESIONALISME GURU DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PROFESIONALISME GURU DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbenah di segala bidang. Salah satunya adalah melalui dunia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. berbenah di segala bidang. Salah satunya adalah melalui dunia pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia telah memasuki Era Globalisasi yang menuntut untuk berbenah di segala bidang. Salah satunya adalah melalui dunia pendidikan. Salah satu bukti usaha

Lebih terperinci

BUKU KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN

BUKU KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN Kode Dokumen Nama Dokumen Edisi Disahkan Tanggal Disimpan di- KETK-AAYKPN Buku Kode Etik Tenaga Kependidikan 01-Tanpa Revisi 31 Agustus 2010 UPM-AAYKPN BUKU KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN AKADEMI AKUNTANSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sistem yang tidak bisa dipisah antara unsur yang satu dengan yang lainnya dan juga tidak bisa dipisahkan dengan sistem-sistem kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan merupakan proses yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan merupakan tongkat estafet majunya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

I. PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana sehingga peserta didik melakukan akivitas untuk mengembangkan segala potensi dirinya. Hal ini sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Oleh karenanya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), baik itu di dalam maupun di luar ruang kelas. Dalam KBM seorang pendidik akan selalu berusaha

Lebih terperinci

BAB I. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

BAB I. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan didirikan lembaga pendidikan adalah untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran yang menjadikan seseorang mengerti atas suatu hal yang mana sebelumnya seseorang tersebut belum mengerti. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jalan HOS Notosuwiryo nomor 1 Desa Teluk kecamatan Purwokerto Selatan.

BAB I PENDAHULUAN. jalan HOS Notosuwiryo nomor 1 Desa Teluk kecamatan Purwokerto Selatan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang SMP Negeri 7 Purwokerto merupakan salah satu sekolah menengah pertama yang berstatus negeri di Kabupaten Banyumas, tepatnya berada di jalan HOS Notosuwiryo nomor 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun 2003 yang menjelaskan tentang dasar, fungsi dan tujuan sisdiknas yaitu sebagai berikut: Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik kurang inovatif dan kreatif. (Kunandar, 2007: 1)

BAB I PENDAHULUAN. didik kurang inovatif dan kreatif. (Kunandar, 2007: 1) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan Indonesia dianggap oleh banyak kalangan masih rendah. Hal ini bisa dilihat dari beberapa indikator salah satunya, lulusan dari sekolah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan membentuk watak serta peradapan bangsa, yang bermartabat dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. dan membentuk watak serta peradapan bangsa, yang bermartabat dalam rangka 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. belajar dan kegiatan belajar agar siswa aktif mengembangkan potensi dirinya.

BAB 1 PENDAHULUAN. belajar dan kegiatan belajar agar siswa aktif mengembangkan potensi dirinya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan kegiatan belajar agar siswa aktif mengembangkan potensi dirinya. Dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pesat sekarang ini, akan membawa dampak kemajuan dibidang kehidupan baik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu tempat untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk dapat mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Deskripsi Siklus I Deskripsi siklus 1 menjelaskan tentang tahap rencana tindakan, pelaksanaan tindakan dan observasi, dan refleksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Era globalisasi ini, melihat realitas masyarakat baik kaum muda maupun tua banyak melakukan perilaku menyimpang dan keluar dari koridor yang ada, baik negara, adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya suatu negara diukur melalui sistem pendidikannya, pendidikan juga tumpuan harapan bagi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci