BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Dalam pelaksanaan tindakan ini, deskripsi yang akan diuraikan adalah: (1) kondisi awal, (2) siklus I, dan (3) siklus II Deskripsi Kondisi Awal Penelitian dilaksanakan di SDN Jepon 02 Kecamatan Jepon Kabupaten Blora semester II tahun pada kelas 5 yang berjumlah 34 siswa pada pembelajaran matematika. Sebelum melaksanakan penelitian, penulis melakukan observasi terhadap hasil belajar siswa serta aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran matematika di kelas 5. Observasi pembelajaran matematika dilaksanakan pada SK 4. menghitung volume kubus dan balok dan menggunakannya dalam pemecahan masalah dengan KD 4.1 menghitung volume kubus dan balok. Hasil observasi menunjukkan bahwa nilai hasil belajar siswa rendah di mana rata-rata hasil belajar siswa masih di bawah KKM atau 65. Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan ketika proses pembelajaran berlangsung, siswa tampak pasif menerima konsep pembelajaran tanpa adanya komunikasi dua arah guru dan siswa seperti siswa bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui atau guru bertanya tentang contoh konkrit konsep pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses pembelajaran kurang adanya kerja sama yang terjalin antarsiswa, guru kurang membimbing siswa bekerjasama dalam kelompok dan kurang menekankan pentingnya kerja sama antarsiswa dalam proses pembelajaran sehingga diskusi kelompok hanya didominasi oleh siswa yang pintar dan anggota kelompok yang lain bersikap acuh. Guru menciptakan kondisi pembelajaran yang kurang kondusif di mana guru lebih mendominasi dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah (teacher centered) dan tanpa adanya media pembelajaran yang dapat membantu mempermudah siswa menerima konsep pembelajaran. Dalam proses pembelajaran guru cenderung menggunakan cara 69

2 70 yang mekanistik dengan memberikan konsep secara langsung untuk dihafal, diingat, dan diterapkan siswa dalam pembelajaran. Kurang adanya kerja sama yang terjalin antarsiswa dan pengkonkritan konsep pembelajaran matematika dalam kehidupan sehari-hari dalam pembelajaran, mengakibatkan siswa merasa kesulitan dalam menerima konsep pembelajaran dan merasa bahwa matematika adalah mata pelajaran yang sukar sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang menunjukkan bahwa dari jumlah keseluruhan siswa kelas 5, 25 siswa atau 73,5% dari 34 siswa memperoleh hasil belajar di bawah KKM terbukti nilai ulangan siswa < 65 dan 9 siswa atau 26,5% dari 34 siswa memperoleh hasil belajar di atas KKM terbukti nilai ulangan siswa 65. Nilai hasil belajar tertinggi yang dicapai adalah 75, nilai terendah adalah 50, dan rata-rata hasil belajar klasikal adalah 58,9. Beberapa kemungkinan penyebab rendahnya kerja sama dan hasil belajar matematika adalah: (1) rendahnya aktivitas siswa dalam pembelajaran, (2) guru kurang menekankan pentingnya kerja sama antarsiswa dan kerja sama didominasi oleh siswa yang pintar, (3) penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat, yaitu ceramah, (4) penyampaian konsep pembelajaran dengan cara mekanistik tanpa media pembelajaran, serta (5) kurangnya pemberian contoh nyata konsep pembelajaran matematika dalam di kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, maka penulis mengadakan perbaikan pembelajaran matematika untuk meningkatkan kerja sama dan hasil belajar matematika dengan menerapkan metode bermain peran melalui tindakan pembelajaran pada siklus I dan siklus II Deskripsi Siklus I Pada deskripsi siklus I akan diuraikan tentang kegiatan dalam siklus I yang meliputi empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Pembelajaran pada siklus I terdiri dari 4 kali pertemuan.

3 Perencanaan Perencanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada minggu pertama dan kedua bulan Maret Perencanaan tindakan siklus I dilaksanakan setelah penulis memperoleh informasi pada observasi yang telah dilakukan pada kondisi awal, kemudian penulis melakukan diskusi dengan guru kelas 5 mengenai materi pembelajaran yang akan disajikan serta alat penunjang lain yang diperlukan dalam proses pembelajaran. Kegiatan perencanaan tindakan siklus I meliputi: (1) menganalisis kompetensi matematika meliputi SK 5, KD 5.3, indikator 5.3.1, 5.3.2, dan 5.3.3, (2) merumuskan tujuan pembelajaran sesuai SK, KD, dan indikator, (3) menyusun materi pembelajaran sesuai rumusan tujuan pembelajaran, (4) menentukan metode pembelajaran, yaitu bermain peran, serta (5) menyusun skenario pembelajaran. Skenario pembelajaran yang telah penulis konsultasikan guru kelas 5 dan telah penulis revisi, kemudian penulis lengkapi menjadi sebuah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang untuh dengan sumber pembelajaran (terlampir pada Lampiran 6), media pembelajaran, LKS, instrumen penelitian yang berupa lembar observasi kerja sama (terlampir pada Lampiran 8, lembar observasi aktivitas siswa dan guru (terlampir pada Lampiran 7), serta tes evaluasi siklus I untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti pelaksanaan tindakan siklus I Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada minggu ketiga bulan Maret Pelaksanaan tindakan siklus I terdiri dari 4 kali pertemuan, yaitu 3 kali pertemuan proses pembelajaran dan 1 kali pertemuan tes evaluasi siklus I. Setiap pertemuan dalam pelaksanaan tindakan siklus I terdiri dari 2 jam pelajaran atau 2 x 35 menit. 1) Pertemuan pertama. Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan pertama pada tahap persiapan, guru telah menyusun guru menyusun skenario bermain peran yang berjudul Pasar Suka Maju, siswa telah membentuk 7 kelompok dengan 6 kelompok masingmasing beranggota 5 orang dan 1 kelompok beranggota 4 orang, siswa telah

4 72 mempelajari skenario, siswa telah merancang ruangan dan peralatan yang diperlukan dalam pemeranan, serta siswa telah melaksanakan latihan pemanasan dengan bimbingan guru. Tahap pelaksanaan siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 17 Maret 2014 pada pukul WIB. Pada kegiatan awal, siswa bersama guru mengucapkan salam dan berdoa, kemudian dilanjutkan dengan siswa mengecek kesiapan belajar. Siswa menerima motivasi dari guru dengan bernyanyi lagu yang berjudul Naik Delman, kemudian dilanjutkan dengan menerima apersepsi dari gutu. Pemberian motivasi dan apersepsi oleh guru digunakan untuk meningkatkan semangat dan motivasi siswa untuk belajar serta untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa. Pada kegiatan awal, siswa juga menyimak penjelasan guru tentang tujuan dan teknik pembelajaran, serta kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa. Kegiatan inti siklus I pertemuan pertama diawali dengan siswa menyimak penjelasan guru tentang konsep perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa melalui kertas berpetak dan potongan buah apel, kemudian siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang konsep materi pembelajaran yang belum dimengerti. Kegiatan inti dilanjutkan dengan siswa menampilkan skenario bermain peran berjudul Pasar Suka Maju, siswa bersama guru mereview penampilan skenario, siswa melakukan diskusi kelompok (LKS), siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok, siswa bertanya tentang presentasi kelompok lain, siswa memberikan masukan antarkelompok, serta siswa bersama guru bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman dan memberikan penguatan positif berupa pujian dan acungan jempol, terhadap informasi yang telah didapat. Dalam proses pembelajaran, siswa menyimak penjelasan guru tentang konsep perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa, guru membantu siswa memahami konsep pembilang, penyebut, dan aturan yang berlaku dalam operasi perkalian pecahan. Setelah siswa menyimak penjelasan

5 73 guru tentang operasi perkalian pecahan, siswa menyimak penjelasan guru tentang hubungan keterkaitan dan pembuktian bahwa pembagian operasi pembagian pecahan merupakan operasi perkalian di mana pembilang pecahan kedua diubah menjadi penyebut pecahan kedua dan penyebut pecahan kedua diubah menjadi pembilang pecahan kedua. Dalam pembelajaran siklus I pertemuan pertama guru tidak hanya menggunakan cara yang mekanistik, tetapi guru telah menggunakan media kertas berpetak dan potongan buah apel. Media kertas berpetak merupakan kertas berpetak yang diisi dengan tempelan kertas warna-warni sebagai visualisasi perkalian pecahan, di mana bagian horisontal kertas berpetak merupakan pecahan pertama dan bagian vertikal kertas berpetak merupakan pecahan kedua. Jumlah semua kertas warna-warni adalah pembilang pecahan hasil perkalian dan jumlah petak yang digunakan adalah penyebut pecahan hasil perkalian. Potongan buah apel digunakan guru untuk menjelaskan konsep operasi pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa. Guru juga melibatkan siswa dalam penggunaan media pembelajaran. Skenario bermain peran berjudul Pasar Suka Maju ditampilkan oleh Kelompok 3 yang beranggota BD, EPS, FF, FAH, dan IDW. Kelompok 3 cukup baik dalam menampilkan skenario bermain peran, namun rasa canggung, kurangnya latihan, dan penggunaan metode bermain peran yang belum pernah digunakan membuat penampilan kurang maksimal. Guru membimbing jalannya pemeranan dan kelompok lain juga cukup aktif dalam berpastipasi sebagai audience. Pelaksanaan diskusi sudah cukup baik, siswa yang awalnya pasif mulai mencoba aktif walaupun masih terdapat beberapa siswa yang pasif dalam bekerjasama di dalam diskusi dan beberapa siswa masih tampak malu untuk ikut mengambil bagian dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Berdasarkan diskusi yang dilakukan siswa, nilai dari 7 kelompok yang terbentuk menunjukkan bahwa 2 kelompok mendapatkan nilai 62,5 dan 5 kelompok lain mendapatkan nilai dengan rata-rata nilai hasil diskusi sebesar 85,3 terlampir pada Lampiran 10).

6 74 Pada kegiatan akhir siklus I pertemuan pertama, siswa bersama guru melakukan refleksi dan menghubungkan situasi yang diperankan dengan kehidupan di dunia nyata dan masalah-masalah lain. Siswa bersama guru juga membuat kesimpulan tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran selanjutnya tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan campuran dan sebaliknya, kemudian siswa bersama guru mengucapkan salam. 2) Pertemuan kedua. Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan kedua pada tahap persiapan, guru telah menyusun skenario bermain peran yang berjudul Toko Alat Tulis Laris Terus, siswa telah membentuk 7 kelompok dengan 6 kelompok beranggota masing-masing 5 orang dan 1 kelompok beranggota 4 orang, siswa telah mempelajari skenario, siswa telah merancang ruangan dan peralatan yang diperlukan dalam pemeranan, serta siswa telah melaksanakan latihan pemanasan dengan bimbingan guru. Tahap pelaksanaan siklus I pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa, 18 Maret 2014 pada pukul WIB. Pada kegiatan awal, siswa bersama guru mengucapkan salam dan berdoa, kemudian dilanjutkan dengan siswa mengecek kesiapan belajar. Siswa menerima motivasi dari guru dengan bernyanyi lagu yang berjudul Paman Datang, kemudian dilanjutkan dengan menerima apersepsi dari guru. Pemberian motivasi dan apersepsi oleh guru digunakan untuk meningkatkan semangat, memotivasi siswa untuk belajar, untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan campuran dan sebaliknya, serta menghubungkan konsep pembelajaran yang akan dipelajari dengan konsep pembelajaran yang telah dipelajari tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa. Pada kegiatan awal, siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan dan teknik pembelajaran, serta kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan campuran dan sebaliknya.

7 75 Kegiatan inti siklus I pertemuan kedua diawali dengan siswa menyimak penjelasan guru tentang konsep perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan campuran dan sebaliknya melalui permen dan gelas, kemudian siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang konsep materi pembelajaran yang belum dimengerti. Kegiatan inti dilanjutkan dengan siswa menampilkan skenario bermain peran berjudul Toko Alat Tulis Laris Terus, siswa bersama guru mereview penampilan skenario, siswa melakukan diskusi kelompok (LKS), siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok, siswa bertanya tentang presentasi kelompok lain, siswa memberi masukan antarkelompok, serta siswa bersama guru bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman dan memberikan penguatan positif berupa pujian dan acungan jempol terhadap informasi yang telah didapat. Dalam proses pembelajaran, siswa menyimak penjelasan guru tentang konsep perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan campuran dan sebaliknya, guru menggunakan media pembelajaran permen dan gelas. Jumlah permen dalam gelas digunakan sebagai visualisasi nilai pecahan. Guru melibatkan siswa dalam penggunaan media pembelajaran permen dan gelas, di mana permen dan gelas adalah benda yang dapat ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari. Siswa juga menyimak penjelasan guru tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan campuran dan sebaliknya dikerjakan dengan mengubah pecahan campuran menjadi pecahan biasa, sehingga pengerjaannya menjadi perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa. Skenario bermain peran yang berjudul Toko Alat Tulis Laris Terus ditampilkan oleh Kelompok 1 yang beranggota SAR, EN, MFA, VAP, dan YA. Kelompok 1 cukup baik dalam menampilkan skenario bermain peran, masih nampak rasa canggung dalam menampilkan skenario, namun penampilannya lebih baik dari pada Kelompok 3 pada siklus I pertemuan pertama. Sudah nampak peningkatan kerja sama dalam latihan maupun penampilan skenario bermain drama. Guru lebih aktif membimbing jalannya pemeranan dan kelompok lain juga lebih aktif dalam berpastipasi sebagai audience. Pelaksanaan diskusi sudah lebih baik daripada siklus I pertemuan pertama, siswa yang awalnya pasif mulai mencoba aktif walaupun masih terdapat beberapa siswa yang pasif dalam

8 76 bekerjasama di dalam diskusi, namun beberapa siswa yang awalnya pasif sudah berani bertanya dalam diskusi serta ikut mengambil bagian dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Berdasarkan diskusi yang dilakukan siswa, nilai dari 7 kelompok yang terbentuk menunjukkan bahwa 1 kelompok mendapatkan nilai 62,5 dan 6 kelompok lain mendapatkan nilai dengan rata-rata nilai hasil diskusi sebesar 91,2 (terlampir pada Lampiran 10) Pada kegiatan akhir siklus I pertemuan kedua, guru bersama siswa melakukan refleksi serta menghubungkan situasi yang diperankan dengan kehidupan di dunia nyata dan masalah-masalah lain. Siswa bersama guru membuat kesimpulan tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan campuran dan sebaliknya, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran selanjutnya tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan desimal dan sebaliknya, kemudian siswa bersama guru mengucapkan salam. 3) Pertemuan ketiga. Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan ketiga pada tahap persiapan, guru telah menyusun skenario bermain peran yang berjudul Bersiap Mengikuti Kerja Bakti, siswa telah membentuk 7 kelompok dengan 6 kelompok masing-masing beranggota 5 orang dan 1 kelompok beranggota 4 orang, siswa telah mempelajari skenario, siswa telah merancang ruangan dan peralatan yang diperlukan dalam pemeranan, serta siswa telah melaksanakan latihan pemanasan dengan bimbingan guru. Tahap pelaksanaan siklus I pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Jumat, 21 Maret 2014 pada pukul WIB. Pada kegiatan awal, siswa bersama guru mengucapkan salam dan berdoa, kemudian dilanjutkan dengan siswa mengecek kesiapan belajar. Siswa menerima motivasi dari guru dengan bernyanyi lagu yang berjudul Layang-Layang, kemudian dilanjutkan dengan menerima apersepsi dari guru. Pemberian motivasi dan apersepsi oleh guru digunakan untuk meningkatkan semangat, memotivasi siswa untuk belajar, untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan desimal dan sebaliknya, serta menghubungkan konsep

9 77 pembelajaran yang akan dipelajari dengan konsep pembelajaran yang telah dipelajari tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa. Pada kegiatan awal, siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan dan teknik pembelajaran, serta kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan desimal dan sebaliknya. Kegiatan inti siklus I pertemuan ketiga diawali dengan siswa menyimak penjelasan guru tentang konsep perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan desimal dan sebaliknya melalui pita dan bendera, kemudian siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang konsep materi pembelajaran yang belum dimengerti. Kegiatan inti dilanjutkan dengan penampilan skenario bermain peran berjudul Bersiap Mengikuti Kerja Bakti, siswa bersama guru mereview penampilan skenario, siswa melakukan diskusi kelompok (LKS), siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok, siswa bertanya tentang presentasi kelompok lain, siswa memberi masukan antarkelompok, serta siswa bersama guru bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman dan memberikan penguatan positif berupa pujian dan acungan jempol terhadap informasi yang telah didapat. Dalam proses pembelajaran, siswa menyimak penjelasan guru tentang konsep perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan desimal dan sebaliknya, guru menggunakan media pembelajaran pita dan bendera. Jumlah pita dan bendera digunakan sebagai visualisasi nilai pecahan. Guru melibatkan siswa dalam penggunaan media pembelajaran pita dan bendera, di mana pita dan bendera adalah benda yang dapat ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari. Siswa juga menyimak penjelasan guru tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan desimal dan sebaliknya dikerjakan dengan mengubah pecahan campuran menjadi pecahan biasa, sehingga pengerjaannya menjadi perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa. Skenario bermain peran yang berjudul Bersiap Mengikuti Kerja Bakti ditampilkan oleh Kelompok 6 yang beranggota WRNA, YFSR, MFHA, AH, dan FRJ. Kelompok 6 menampilkan skenario bermain peran dengan baik. Kekompakan dan kerja sama kelompok yang tinggi membuat mereka dapat menampilkan skenario dengan cukup utuh dan rasa canggung sudah banyak

10 78 berkurang. Guru membimbing jalannya pemeranan dan kelompok lain juga lebih aktif dalam berpastipasi sebagai audience. Pelaksanaan diskusi sudah lebih baik daripada siklus I pertemuan kedua, siswa yang masih pasif terdorong untuk aktif dalam bekerjasama di dalam diskusi, mencoba bertanya dalam diskusi, dan ikut mengambil bagian dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Berdasarkan diskusi yang dilakukan siswa, nilai dari 7 kelompok yang terbentuk menunjukkan bahwa semua kelompok mendapatkan nilai dengan rata-rata nilai hasil diskusi sebesar 93 (terlampir pada Lampiran 10) Pada kegiatan akhir siklus I pertemuan ketiga, siswa bersama guru melakukan refleksi dan menghubungkan situasi yang diperankan dengan kehidupan di dunia nyata dan masalah-masalah lain. Siswa bersama guru membuat kesimpulan tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan desimal dan sebaliknya, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempersiapkan tes evaluasi siklus I tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa, perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan campuran dan sebaliknya, serta perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan desimal dan sebaliknya, kemudian siswa bersama guru mengucapkan salam. 4) Pertemuan keempat. Tindakan siklus I pertemuan keempat dilaksanakan pada hari Sabtu, 22 Maret 2014 pada pukul WIB. Siklus I pertemuan keempat merupakan kegiatan tes evaluasi siklus I. Pada kegiatan awal, siswa bersama guru mengucapkan salam dan berdoa bersama, kemudian siswa mengecek kesiapan belajar. Siswa menerima motivasi dari guru dengan bernyanyi lagu yang berjudul Burung Kutilang dan apersepsi, serta siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan tes evaluasi siklus I. Pada kegiatan inti, siswa telah menerima lembar tes evaluasi siklus I dari guru, siswa mengerjakan tes evaluasi dengan tenang dan lancar. Setelah siswa selesai mengerjakan tes evaluasi, siswa mengumpulkan hasil pekerjaannnya kepada guru. Pada kegiatan akhir siklus I pertemuan keempat, siswa bersama guru melakukan refleksi pembelajaran. Kegiatan akhir dilanjutkan dengan siswa

11 79 menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran selanjutnya tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan persen dan sebaliknya, kemudian siswa bersama guru mengucapkan salam. Hasil belajar siswa pada siklus I berdasarkan nilai tes evaluasi siklus I menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar pada siklus I sebesar 70,8, di mana jumlah siswa yang tidak tuntas belajar pada siklus I sebanyak 8 siswa atau 23,5% dari 34 siswa dan jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus I sebanyak 26 siswa atau 76,5% dari 34 siswa (terlampir pada Lampiran 9) Pengamatan Pengamatan tindakan siklus I dilaksanakan ketika proses pembelajaran sedang berlangsung. Pengamatan tindakan siklus I dilaksanakan selama tiga kali pertemuan proses pembelajaran, tidak pada saat pertemuan tes evaluasi siklus I. Hasil pengamatan yang diperoleh dari lembar observasi dibagi menjadi tiga, yaitu aktivitas guru, aktivitas siswa, dan kerja sama selama mengikuti proses pembelajaran matematika melalui metode bermain peran. Hasil pengamatan aktivitas guru terdiri dari 4 aspek yang dijabarkan ke dalam 25 indikator pengamatan. Hasil pengamatan aktivitas siswa terdiri dari 4 aspek yang dijabarkan ke dalam 25 indikator pengamatan. Hasil pengamatan kerja sama terdiri dari 5 aspek yang dijabarkan ke dalam 34 indikator pengamatan. Masing-masing indikator dalam lembar observasi diberi skor 1-4, di mana skor 1 jika pernyataan dilakukan dengan kurang, skor 2 jika pernyataan dilakukan dengan sedang, skor 3 jika pernyataan dilakukan dengan baik, dan skor 4 jika pernyataan dilakukan dengan sangat baik. Setelah itu skor akan dijumlahkan dan diinterpretasikan berdasarkan kriteria penilaian. Kriteria skor observasi aktivitas guru dan siswa yaitu untuk jumlah skor berarti sangat rendah, berarti rendah, berarti sedang, berarti cukup tinggi, berarti tinggi, dan berarti sangat tinggi. Kriteria skor kerja sama yaitu untuk jumlah skor berarti sangat rendah, berarti rendah, berarti sedang, berarti cukup tinggi, berarti tinggi, dan berarti sangat tinggi.

12 80 1) Pertemuan pertama. Hasil pengamatan aktivitas guru pada siklus I pertemuan pertama yang diperoleh dari lembar observasi menunjukkan bahwa jumlah skor aktivitas guru pada siklus I pertemuan pertama sebesar 72 dengan kriteria cukup tinggi. Guru masih belum secara maksimal menerapkan metode bermain peran dalam pembelajaran matematika. Aktivitas guru yang cukup tinggi ditunjukkan ketika menyusun skenario bermain peran, memberikan salam dan doa bersama, menjelaskan konsep materi pembelajaran, serta memberi tugas kepada kelompok. Aktivitas guru yang masih perlu ditingkatkan adalah mendampingi siswa latihan pemanasan, memberi motivasi dan apersepsi, menyampaikan kompetensi pencapaian, memberi kesempatan siswa bertanya, membimbing aktor menampilkan skenario, membimbing audience mengamati jalannya pemeranan, serta memberi kesempatan siswa memberi masukan kepada kelompok lain. Kurangnnya motivasi dan penyampaian kompetensi pencapaian, siswa pasif dalam proses pembelajaran dan mengalami kebingungan dalam mengikuti pembelajaran tentang apa yang akan dan harus dipelajari sehingga siswa kurang berinisiatif dalam mengajukan pertanyaan ataupun menjawab pertanyaan dari guru. Kurangnya kesempatan yang diberikan guru untuk siswa bertanya mengakibatkan pembelajaran terkesan lebih didominasi guru sebab komunikasi yang terbentuk hanya satu arah. Hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus I pertemuan pertama yang diperoleh dari lembar observasi menunjukkan bahwa jumlah skor aktivitas siswa pada siklus I pertemuan pertama sebesar 68 dengan kriteria cukup tinggi. Siswa masih belum sepenuhnya aktif dalam mengikuti pembelajaran matematika melalui metode bermain peran di mana masih pembelajaran hanya didomiasi aktivitas siswa tertentu saja. Aktivitas siswa yang cukup tinggi ditunjukkan ketika menerima tugas kelompok yang diberikan oleh guru, serta memberi salam dan doa bersama. Aktivitas siswa yang masih perlu ditingkatkan adalah mempelajari skenario sebelum pelaksanaan pembelajaran, merancang ruangan dan peralatan dalam pemeranan, melakukan latihan pemanasan, mempresentasikan hasil diskusi kelompok, bertanya kepada guru, memberi masukan kelompok lain, serta

13 81 membuat kesimpulan pembelajaran bersama guru. Kurangnya aktivitas siswa dalam mempelajari skenario, membuat pemahaman siswa akan skenario bermain peran juga menurun sehingga pelaksanaan pembelajaran matematika melalui metode bermain peran juga kurang maksimal. Kerja sama pada pembelajaran siklus I pertemuan pertama menunjukkan bahwa rata-rata skor kerja sama sebesar 91,5 yang berarti secara keseluruhan kerja sama cukup tinggi. Dari 34 siswa kelas 5, kerja sama 6 siswa atau 17,6% dari 34 siswa berkriteria sedang dan kerja sama 28 siswa atau 82,4% dari 34 siswa berkriteria cukup tinggi, di mana skor tertinggi sebesar 102 dan skor terendah sebesar 79. Masih rendahnya kerja sama disebabkan karena siswa kurang bekerjasama dalam kelompok, rasa individualis atau acuh terhadap tugas kelompok masih tinggi sehingga komunikasi yang terjalin dalam kelompok sangat kurang. Siswa kurang menyadari arti penting kerja sama, salah satunya siswa kurang berinisiatif mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat orang lain. Siswa masih perlu meningkatkan kerjasamanya ketika melakukan latihan pemeranan bersama teman kelompoknya, memberikan review/penilaian yang objektif, mengajukan pertanyaan tentang hal-hal penting yang belum diketahui, membantu teman yang mengalami kesulitan, menggantikan atau bertukat tugas dengan teman, menyamakan pendapat, menyelesaikaan tugas tepat waktu, mengambil giliran dalam menyampaikan presentasi, menjawab pertanyaan tentang hasil diskusi, serta memberikan masukan yang membangun kepada kelompok lain. 2) Pertemuan kedua. Hasil pengamatan aktivitas guru pada siklus I pertemuan kedua yang diperoleh dari lembar observasi menunjukkan bahwa jumlah skor aktivitas guru pada siklus I pertemuan kedua sebesar 77 dengan kriteria tinggi, namun terdapat beberapa aktivitas yang masih perlu guru tingkatkan. Aktivitas guru yang tinggi ditunjukkan ketika menyusun skenario pembelajaran, memberikan salam dan doa bersama, menjelaskan konsep materi pembelajaran, memberi tugas kepada kelompok, serta membimbing siswa berdiskusi. Aktivitas guru yang masih perlu ditingkatkan adalah menyampaikan kompetensi pencapaian, memberi kesempatan

14 82 siswa bertanya, serta memberi kesempatan siswa memberi masukan kepada kelompok lain. Guru kurang memberikan penguatan positif terhadap siswa yang aktif sehingga masih terdapat beberapa siswa yang pasif, namun di sisi lain dengan meningkatnya aktivitas guru dalam membimbing siswa dalam berdiskusi mengakibatkan beberapa siswa yang awalnya pasif mencoba untuk menjadi aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, siswa mulai mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat orang lain. Hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus I pertemuan kedua yang diperoleh dari lembar observasi menunjukkan bahwa jumlah skor aktivitas siswa pada siklus I pertemuan kedua sebesar 74 dengan kriteria cukup tinggi. Aktivitas yang menunjukkan aktivitas siswa tinggi tetap, namun beberapa aktivitas yang masih perlu siswa tingkatkan berkurang. Aktivitas siswa tinggi ditunjukkan ketika siswa menerima tugas kelompok yang diberikan oleh guru, serta memberi salam dan doa bersama. Aktivitas siswa yang masih perlu ditingkatkan adalah merancang ruangan dan peralatan dalam pemeranan, serta memberi masukan kelompok lain. Siswa masih perlu meningkatkan aktivitas dalam memberi masukan dan tanggapan kepada kelompok lain sebab siswa merasa canggung dan pada pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan siswa belum pernah memberi masukan kelompok lain, oleh karena itu siswa terbiasa dengan anggapan bahwa kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas itu sudah sangat baik dan tidak perlu adanya masukan. Kerja sama pada pembelajaran siklus I pertemuan kedua menunjukkan bahwa rata-rata skor kerja sama sebesar 98,4 yang berarti secara keseluruhan kerja sama cukup tinggi. Dari 34 siswa kelas 5, kerja sama 3 siswa atau 8,8% dari 34 siswa berkriteria sedang, kerja sama 24 siswa atau 70,6% dari 34 siswa berkriteria cukup tinggi, dan kerja sama 7 siswa atau 20,6% dari 34 siswa berkriteria tinggi, di mana skor tertinggi sebesar 113 dan skor terendah sebesar 84. Kerja sama yang cukup tinggi ditunjukkan ketika membagi peran dalam kelompok, memahami karakter peran yang didapat, serta melakukan latihan pemanasan. Siswa masih perlu meningkatkan kerjasamanya ketika memberikan review/penilaian yang objektif, mengajukan pertanyaan tentang hal-hal penting yang belum diketahui,

15 83 menyamakan pendapat, serta memberikan masukan yang membangun kepada kelompok lain. Kurang optimalnya kerja sama disebabkan karena siswa yang kurang pandai cenderung menarik diri atau menyerahkan tugas pada siswa yang pandai, hal ini menyebabkan siswa pandai masih mendominasi kerja sama dalam kelompok dan pembagian tugas kelompok menjadi kurang merata. 3) Pertemuan ketiga. Hasil pengamatan aktivitas guru pada siklus I pertemuan ketiga yang diperoleh dari lembar observasi menunjukkan bahwa jumlah skor aktivitas guru pada siklus I pertemuan ketiga sebesar 83 dengan kriteria tinggi. Aktivitas guru yang tinggi ditunjukkan ketika menyusun skenario pembelajaran, memberikan salam dan doa bersama, menjelaskan konsep materi pembelajaran, membimbing siswa berada dalam kelompok, memberi tugas kepada kelompok, membimbing siswa berdiskusi, melakukan refleksi dan penguatan positif, serta penghubungan situasi yang diperankan dengan kehidupan nyata dan masalah lain yang mungkin muncul. Meningkatnya aktivitas guru dalam membimbing siswa berada dalam kelompok, melakukan refleksi dan penguatan positif, serta penghubungan situasi yang diperankan dengan kehidupan nyata meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, siswa lebih bersemangat sehingga komunikasi pembelajaran terjadi dua arah. Walaupun aktivitas guru dalam membimbing siswa berada dalam kelompok mengalami peningkatan, guru tetap harus mengoptimalkan aktivitasnya dalam membimbing siswa ketika berdiskusi agar siswa menyadari arti penting dengan melakukan diskusi dalam sebuah kelompok. Hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus I pertemuan ketiga yang diperoleh dari lembar observasi menunjukkan bahwa jumlah skor aktivitas siswa pada siklus I pertemuan ketiga sebesar 80 dengan kriteria tinggi. Aktivitas siswa yang tinggi ditunjukkan ketika mendengarkan konsep materi pembelajaran, bersama guru mereview pemeranan, menerima tugas kelompok yang diberikan guru, mendiskusikan tugas yang didapat, bersama guru melakukan refleksi dan penguatan positif, bersama guru membuat kesimpulan, serta memberi salam dan doa bersama. Peningkatan aktivitas siswa yang menonjol terletak pada aktivitas mendengarkan konsep materi pembelajaran, bersama guru mereview pemeranan,

16 84 dan mendiskusikan tugas yang didapat sehingga kekompakan dan kerja sama dalam kelompok lebih terlihat, tidak lagi didominasi beberapa siswa saja serta pemahaman siswa terhadap konsep materi pembelajaran meningkat. Walaupun aktivitas siswa sudah tinggi, namun siswa tetap harus meningkatkan aktivitasnya dalam bertanya kepada guru dan temannya agar komunikasi yang terjalin dalam pembelajaran terjaga dan pembelajaran dapat dilaksanakan dengan maksimal. Kerja sama pada pembelajaran siklus I pertemuan ketiga menunjukkan bahwa rata-rata skor kerja sama sebesar 107,9 yang berarti secara keseluruhan kerja sama tinggi. Dari 34 siswa kelas 5, kerja sama 4 siswa atau 11,8% dari 34 siswa berkriteria cukup tinggi, kerja sama 29 siswa atau 85,3% dari 34 siswa berkriteria tinggi, dan kerja sama 1 siswa atau 2,9% dari 34 siswa berkriteria sangat tinggi, di mana skor tertinggi sebesar 120 dan skor terendah sebesar 100. Kerja sama yang tinggi ditunjukkan ketika membagi peran dalam kelompok, memahami karakter peran yang didapat, melakukan latihan pemanasan, berada dalam kelompok selama pemeranan berlangsung, serta membagi tugas dalam penyampaian presentasi. Walaupun kerja sama sudah tinggi, namun masih perlu adanya peningkatan, sebab dalam kerja sama yang terbentuk dalam kelompok masih terlihat bahwa siswa yang pandai merasa bahwa ia yang paling bisa mengatasi semua tugas kelompok Refleksi Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika melalui metode bermain peran pada siklus I dari pertemuan pertama, kedua dan ketiga maka selanjutnya diadakan refleksi atas semua kegiatan dalam proses pembelajaran. Hasil refleksi diambil dari pelaksanaan tindakan dan hasil pengamatan pada siklus I. Refleksi berfungsi sebagai acuan melakukan perbaikan dengan membandingkan hasil tindakan siklus I dalam proses pembelajaran dengan indikator keberhasilan. Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas guru, jumlah skor yang diperoleh pada siklus I pertemuan pertama sebesar 72 yang berarti cukup tinggi, meningkat menjadi 77 yang berarti tinggi pada pertemuan kedua, dan meningkat lagi menjadi 83 yang berarti tinggi pada pertemuan ketiga dengan skor rata-rata aktivitas guru

17 85 pada siklus I sebesar 77,3 yang berarti tinggi. Aktivitas guru yang tinggi ditunjukkan ketika menyusun skenario pembelajaran, memberikan salam dan doa bersama, menjelaskan konsep materi pembelajaran, membimbing siswa berada dalam kelompok, memberi tugas kepada kelompok, membimbing siswa berdiskusi, melakukan refleksi dan penguatan positif, serta penghubungan situasi yang diperankan dengan kehidupan nyata dan masalah lain yang mungkin muncul. Walaupun aktivitas guru dalam membimbing siswa berada dalam kelompok mengalami peningkatan, guru tetap harus mengoptimalkan aktivitasnya dalam membimbing siswa ketika berdiskusi agar siswa menyadari arti penting dengan melakukan diskusi dalam sebuah kelompok. Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas siswa, jumlah skor yang diperoleh pada siklus I pertemuan pertama sebesar 68 yang berarti cukup tinggi, meningkat menjadi 74 yang berarti cukup tinggi pada pertemuan kedua, dan meningkat lagi menjadi 80 yang berarti tinggi pada pertemuan ketiga dengan skor rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 74 yang berarti cukup tinggi. Aktivitas siswa yang cukup tinggi ditunjukkan ketika siswa mendengarkan konsep materi pembelajaran, bersama guru mereview pemeranan, menerima tugas kelompok yang diberikan guru, mendiskusikan tugas yang didapat, bersama guru melakukan refleksi dan penguatan positif, bersama guru membuat kesimpulan, serta memberi salam dan doa bersama. Untuk optimalkan aktivitasnya dalam mengikuti proses pembelajaran, siswa harus meningkatkan aktivitasnya dalam bertanya kepada guru dan temannya agar komunikasi yang terjalin dalam pembelajaran terjaga dan pembelajaran dapat dilaksanakan dengan maksimal. Berdasarkan hasil pengamatan kerja sama, siklus I pertemuan pertama rata-rata skor kerja sama sebesar 91,5 yang berarti cukup tinggi meningkat pada pertemuan kedua menjadi sebesar 98,4 yang berarti cukup tinggi, dan meningkat lagi pada pertemuan ketiga menjadi sebesar 107,9 yang berarti tinggi. Kerja sama yang tinggi ditunjukkan ketika membagi peran dalam kelompok, memahami karakter peran yang didapat, melakukan latihan pemanasan, berada dalam kelompok selama pemeranan berlangsung, serta membagi tugas dalam penyampaian presentasi. Walaupun kerja sama sudah tinggi, namun masih perlu

18 86 adanya peningkatan, sebab dalam kerja sama yang terbentuk dalam kelompok masih terlihat bahwa siswa yang pandai merasa bahwa ia yang paling bisa mengatasi semua tugas kelompok. Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru, aktivitas siswa, dan kerja sama, pelaksanaan proses pembelajaran matematika melalui metode bermain peran yang kurang maksimal dalam siklus I yang terdiri dari 3 kali pertemuan menyebabkan kurang maksimalnya kerja sama dan hasil belajar siswa. Kurang maksimalnya kerja sama ditunjukkan bahwa rata-rata skor kerja sama pada siklus I sebesar 99,2 yang dalam siklus I secara keseluruhan kerja sama cukup tinggi, dengan 9 siswa atau 26,5% dari 34 siswa memenuhi kriteria kerja sama tinggi, dan 25 siswa atau 73,5% dari 34 siswa tidak memenuhi kriteria kerja sama tinggi. Kurang maksimalnya hasil belajar siswa pada siklus I ditunjukkan bahwa berdasarkan nilai tes evaluasi siklus I menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar pada siklus I sebesar 70,8, di mana jumlah siswa yang tidak tuntas belajar pada siklus I sebanyak 8 siswa atau 23,5% dari 34 siswa dan jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus I sebanyak 26 siswa atau 76,5% dari 34 siswa. Berdasarkan masih kurang maksimalnya pelaksanaan proses pembelajaran, kerja sama, dan hasil belajar siswa diperlukan perbaikan dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus II. Beberapa kekurangan atau kegiatan pembelajaran yang belum berjalan dengan maksimal pada proses pembelajaran siklus I, yaitu: 1) Ketika guru menerapkan metode bermain peran dalam pembelajaran matematika, masih terdapat beberapa aspek yang belum sesuai dengan RPP yang telah penulis susun, hal ini disebabkan guru belum begitu memahami langkah-langkah pembelajaran melalui metode bermain peran. 2) Guru kurang jelas menyampaikan kompetensi pencapaian dan kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang konsep materi pembelajaran yang telah disampaikan, sehingga siswa cenderung masih pasif. 3) Kerja kelompok masih didominasi beberapa siswa, siswa yang lain masih tampak pasif dan acuh.

19 87 4) Masih sedikit siswa yang mempunyai inisiatif untuk mengeluarkan pendapat dan bertanya, sebab masih banyak siswa yang malu bertanya, menjawab pertanyaan, serta memberikan tanggapan hasil presentasi teman yang maju. 5) Guru kurang memberikan motivasi dan apresiasi terhadap siswa yang aktif dalam pembelajaran. Dari berbagai kekurangan pada proses pembelajaran siklus I, penulis mengadakan analisis dan konsultasi bersama guru kelas 5 serta guru observer tentang aktivitas guru dan siswa pada proses pembelajaran yang telah berlangsung. Penyelesaian dari kekurangan pada proses pembelajaran siklus I berdasarkan hasil analisis dan konsultasi, yaitu: 1) Penulis memberikan penjelasan lebih lanjut kepada guru kelas 5 tentang langkah-langkah pembelajaran matematika melalui metode bermain peran. 2) Guru memberikan penjelasan tentang kompetensi pencapaian dan lebih memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang konsep materi pembelajaran yang telah disampaikan. 3) Pemilihan anggota kelompok lebih teliti dan agar lebih merata didasarkan pada kemampuan kerja sama dan hasil belajar siswa, bukan berdasarkan nomor urut siswa. Jumlah anggota kelompok dalam diskusi dikurangi, sehingga setiap kelompok beranggota 4 siswa saja dengan tujuan siswa aktivitas siswa meningkat (tidak hanya bergantung ada teman yang lain). 4) Guru memberikan pin smile untuk memacu aktivitas siswa, sehingga siswa dapat lebih aktif mengemukakan pendapat dan bertanya. Pin smile OKE diberikan kepada siswa yang aktivitasnya cukup tinggi dalam mengikuti pembelajaran. Pin smile HEBAT diberikan kepada siswa yang aktivitasnya tinggi dalam mengikuti pembelajaran. Pin smile SUPER diberikan kepada siswa yang aktivitasnya sangat tinggi dalam mengikuti pembelajaran. 5) Guru memberikan pengarahan agar dalam kegiatan kerja kelompok semua siswa ikut berpartisipasi.

20 Deskripsi Siklus II Pada deskripsi siklus II akan diuraikan tentang kegiatan dalam siklus II yang meliputi empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi seperti pada siklus I. Siklus II merupakan upaya perbaikan dari siklus I. Pembelajaran pada siklus II terdiri dari 4 kali pertemuan Perencanaan Perencanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada minggu ketiga dan keempat bulan Maret Perencanaan tindakan siklus II dilaksanakan setelah penulis memperoleh penyelesaian dari kekurangan pada proses pembelajaran siklus I berdasarkan hasil analisis dan konsultasi bersama guru kelas 5 serta guru observer, kemudian penulis melakukan diskusi dengan guru kelas 5 mengenai materi pembelajaran yang akan disajikan serta alat penunjang lain yang diperlukan dalam proses pembelajaran. Kegiatan perencanaan tindakan siklus II meliputi: (1) menganalisis kompetensi matematika yang meliputi SK 5, KD 5.3, indikator 5.3.4, 5.3.5, dan 5.3.6, (2) merumuskan tujuan pembelajaran sesuai SK, KD, dan indikator, (3) menyusun materi pembelajaran sesuai rumusan tujuan pembelajaran, (4) menentukan metode pembelajaran, yaitu bermain peran, serta (5) menyusun skenario pembelajaran. Skenario pembelajaran yang telah penulis konsultasikan guru kelas 5 dan telah penulis revisi, kemudian penulis lengkapi menjadi sebuah RPP yang untuh dengan sumber pembelajaran (terlampir pada Lampiran 6), media pembelajaran, LKS, instrumen penelitian yang berupa lembar observasi kerja sama (terlampir pada Lampiran 8), lembar observasi aktivitas siswa dan guru (terlampir pada Lampiran 7), serta tes evaluasi siklus II untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti pelaksanaan tindakan siklus II Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini hampir sama dengan pelaksanaan tindakan siklus I yaitu merupakan deskripsi dari tahap persiapan hingga tahap pelaksanaan, di mana tahap pelaksanaan terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir, yang membedakan dengan siklus I adalah pada materi, media pembelajaran,

21 89 jumlah anggota kelompok siswa, dan penggunaan pin smile sebagai bentuk penghargaan terhadap aktivitas siswa. Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada minggu keempat bulan Maret Pelaksanaan tindakan siklus II terdiri dari 4 kali pertemuan, yaitu 3 kali pertemuan proses pembelajaran dan 1 kali pertemuan tes evaluasi siklus II. Setiap pertemuan dalam pelaksanaan tindakan siklus II terdiri dari 2 jam pelajaran atau 2 x 35 menit. 1) Pertemuan pertama. Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan pertama pada tahap pelaksanaan, guru telah menyusun skenario bermain peran yang berjudul Belajar Kelompok, siswa telah membentuk 9 kelompok dengan 7 kelompok masing-masing beranggota 4 orang dan 2 kelompok masing-masing beranggota 3 orang, siswa telah mempelajari skenario, merancang ruangan dan peralatan yang diperlukan dalam pemeranan, serta melaksanakan latihan pemanasan dengan bimbingan guru. Tahap pelaksanaan siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 26 Maret 2014 pada pukul WIB. Pada kegiatan awal, siswa bersama guru mengucapkan dan berdoa, kemudian dilanjutkan siswa mengecek kesiapan belajar. Siswa menerima motivasi dari guru dengan bernyanyi lagu yang berjudul Balonku dan apersepsi. Pemberian motivasi dan apersepsi oleh guru digunakan untuk meningkatkan semangat, memotivasi siswa untuk belajar, untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan persen dan sebaliknya, serta menghubungkan konsep pembelajaran yang akan dipelajari dengan konsep pembelajaran yang telah dipelajari tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa. Pada kegiatan awal, siswa juga telah menyimak penjelasan guru tentang tujuan dan teknik pembelajaran, serta kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan persen dan sebaliknya. Kegiatan inti siklus II pertemuan pertama diawali dengan siswa menyimak penjelasan guru tentang konsep perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan persen dan sebaliknya melalui roti berbentuk lingkaran dan persegi yang dipotong, kemudian siswa bersama guru melakukan tanya jawab tentang konsep materi pembelajaran yang belum dimengerti. Kegiatan inti dilanjutkan dengan

22 90 siswa menampilan skenario bermain peran berjudul Belajar Kelompok, siswa bersama guru mereview penampilan skenario, siswa melakukan diskusi kelompok (LKS), siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok, siswa bertanya tentang presentasi kelompok lain, siswa memberi masukan kepada kelompok lain, serta siswa bersama guru bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman dan memberikan penguatan positif berupa pujian dan acungan jempol terhadap informasi yang telah didapat. Guru juga memberikan reward dan penguatan positif dengan cara memberikan pin smile untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran, 29 siswa mendapatkan pin smile OKE dan hanya 5 siswa yang mendapatkan pin smile HEBAT. Dalam proses pembelajaran, guru menjelaskan tentang konsep perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan persen dan sebaliknya, guru menggunakan media pembelajaran roti berbentuk lingkaran dan persegi. Potongan roti berbentuk lingkaran dan persegi digunakan sebagai visualisasi nilai pecahan. Guru melibatkan siswa dalam penggunaan media pembelajaran roti berbentuk lingkaran dan persegi, di mana potongan roti berbentuk lingkaran dan persegi adalah benda yang dapat ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari. Guru juga menjelaskan bahwa perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan persen dan sebaliknya dikerjakan dengan mengubah pecahan persen menjadi pecahan biasa, sehingga pengerjaannya menjadi perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa. Skenario bermain peran yang berjudul Bersiap Belajar Kelompok ditampilkan oleh Kelompok 5 yang beranggota AK, MZR, MIM, dan RN. Kelompok 5 menampilkan skenario bermain peran dengan baik. Kekompakan dan kerja sama kelompok yang tinggi membuat mereka dapat menampilkan skenario dengan cukup utuh dan rasa canggung sudah banyak berkurang dibandingkan dengan penampilan skenario pada siklus I. Guru membimbing jalannya pemeranan dan kelompok lain juga lebih aktif dalam berpastipasi sebagai audience. Pelaksanaan diskusi sudah lebih baik daripada siklus I, siswa yang masih pasif terdorong untuk aktif dalam bekerjasama di dalam diskusi, mencoba bertanya dalam diskusi, dan ikut mengambil bagian dalam mempresentasikan

23 91 hasil diskusi kelompoknya. Dalam pembelajaran, guru lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat dan bertanya, namun pemberian kesempatan itu belum digunakan secara maksimal oleh siswa. Berdasarkan diskusi yang dilakukan siswa, nilai dari 7 kelompok yang terbentuk menunjukkan bahwa semua kelompok mendapatkan nilai dengan rata-rata nilai hasil diskusi sebesar 90,8 (terlampir pada lampiran 10). Pada kegiatan akhir siklus II pertemuan pertama, siswa bersama guru melakukan refleksi dan menghubungkan situasi yang diperankan dengan kehidupan di dunia nyata dan masalah-masalah lain, siswa bersama guru membuat kesimpulan tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan persen dan sebaliknya, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran selanjutnya tentang perkalian dan pembagian pecahan campuran dengan pecahan persen dan sebaliknya, kemudian siswa bersama guru mengucapkan salam. 2) Pertemuan kedua. Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan kedua pada tahap persiapan, guru telah menyusun skenario bermain peran yang berjudul Memanen Hasil Kebun, siswa telah membentuk 9 kelompok dengan 7 kelompok masing-masing beranggota 4 orang dan 2 kelompok masing-masing beranggota 3 orang, siswa telah mempelajari skenario, siswa telah merancang ruangan dan peralatan yang diperlukan dalam pemeranan, serta siswa telah melaksanakan latihan pemanasan dengan bimbingan guru. Tahap pelaksanaan siklus II pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis, 27 Maret 2014 pada pukul WIB. Pada kegiatan awal, siswa bersama guru mengucapkan salam dan berdoa bersama, kemudian dilanjutkan dengan siswa mengecek kesiapan belajar. Siswa menerima motivasi dengan bernyanyi lagu yang berjudul Pergi Belajar, kemudian menerima apersepsi dari guru. Pemberian motivasi dan apersepsi oleh guru digunakan untuk meningkatkan semangat, memotivasi siswa untuk belajar, untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang perkalian dan pembagian pecahan campuran dengan pecahan persen dan sebaliknya, serta menghubungkan konsep pembelajaran yang akan dipelajari

24 92 dengan konsep pembelajaran yang telah dipelajari tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa. Pada kegiatan awal, siswa juga menyimak penjelasan guru tentang tujuan dan teknik pembelajaran, serta kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran perkalian dan pembagian pecahan campuran dengan pecahan persen dan sebaliknya. Kegiatan inti siklus II pertemuan kedua diawali dengan siswa menyimak penjelasan guru tentang konsep perkalian dan pembagian pecahan campuran dengan pecahan persen dan sebaliknya melalui sedotan, siswa bersama guru melakukan tanya jawab tentang konsep materi pembelajaran yang belum dimengerti. Kegiatan inti dilanjutkan dengan siswa menampilkan skenario bermain peran berjudul Memanen Hasil Kebun, siswa bersama guru mereview penampilan skenario, siswa melakukan diskusi kelompok (LKS), siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok, siswa bertanya tentang presentasi kelompok lain, siswa memberikan masukan antarkelompok, serta siswa bersama guru bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman dan memberikan penguatan positif berupa pujian dan acungan jempol terhadap informasi yang telah didapat. Guru juga memberikan reward dan penguatan positif dengan cara memberikan pin smile untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran, 23 siswa mendapatkan pin smile HEBAT dan 4 siswa yang mendapatkan pin smile SUPER, namun 7 siswa masih mendapatkan pin smile OKE. Dalam proses pembelajaran, siswa menyimak penjelasan guru tentang konsep perkalian dan pembagian pecahan campuran dengan pecahan persen dan sebaliknya, guru menggunakan media pembelajaran sedotan. Jumlah beberapa sedotan digunakan sebagai visualisasi nilai pecahan. Guru melibatkan siswa dalam penggunaan media pembelajaran sedotan, di mana potongan sedotan adalah benda yang dapat ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari. Siswa juga menyimak penjelasan guru tentang perkalian dan pembagian pecahan campuran dengan pecahan persen dan sebaliknya dikerjakan dengan mengubah pecahan campuran dan pecahan persen menjadi pecahan biasa, sehingga pengerjaannya menjadi perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa.

25 93 Skenario bermain peran yang berjudul Memanen Hasil Kebun ditampilkan oleh Kelompok 4 yang beranggota SUL, LAS, BD, dan MAW. Kelompok 4 menampilkan skenario bermain peran dengan sangat baik. Kekompakan dan kerja sama kelompok yang tinggi membuat mereka dapat menampilkan skenario dengan utuh dan tanpa rasa canggung, jauh lebih baik dibandingkan dengan penampilan skenario pada siklus II pertemuan pertama. Guru membimbing jalannya pemeranan dan kelompok lain juga lebih aktif dalam berpastipasi sebagai audience. Pelaksanaan diskusi sudah lebih baik daripada siklus II pertemuan pertama, siswa yang masih pasif dan siswa yang sudah aktif terus terdorong untuk lebih aktif dalam bekerjasama di dalam diskusi, mencoba bertanya dalam diskusi, dan ikut mengambil bagian dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Dalam pembelajaran, siswa mulai menggunakan kesempatan yang diberikan oleh guru untuk mengemukakan pendapat dan bertanya secara maksimal, sehingga komunikasi pembelajaran berlangsung dua arah. Berdasarkan diskusi yang dilakukan siswa, nilai dari 7 kelompok yang terbentuk menunjukkan bahwa semua kelompok mendapatkan nilai dengan rata-rata nilai hasil diskusi sebesar 91,2 (terlampir pada Lampiran 10). Pada kegiatan akhir siklus II pertemuan kedua, siswa bersama guru melakukan refleksi dan menghubungkan situasi yang diperankan dengan kehidupan di dunia nyata dan masalah-masalah lain, siswa bersama guru membuat kesimpulan tentang perkalian dan pembagian pecahan campuran dengan pecahan persen dan sebaliknya, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran selanjutnya tentang operasi hitung campuran berbagai bentuk pecahan, kemudian siswa bersama guru mengucapkan salam. 3) Pertemuan ketiga. Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan ketiga pada tahap persiapan, guru telah menyusun skenario bermain peran yang berjudul Menyiapkan Pesta Ulang Tahun, siswa telah membentuk 9 kelompok siswa dengan 7 kelompok masing-masing beranggota 4 orang dan 2 kelompok masing-masing beranggota 3 orang, siswa telah mempelajari skenario, siswa telah merancang ruangan dan

26 94 peralatan yang diperlukan dalam pemeranan, serta siswa telah melaksanakan latihan pemanasan dengan bimbingan guru. Tahap pelaksanaan siklus II pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Jumat, 28 Maret 2014 pada pukul WIB. Pada kegiatan awal, siswa bersama guru mengucapkan salam dan berdoa, kemudian dilanjutkan dengan siswa mengecek kesiapan belajar. Siswa menerima motivasi kepada siswa dengan bernyanyi lagu yang berjudul Kebunku, kemudian menerima apersepsi dari guru. Pemberian motivasi dan apersepsi digunakan untuk memotivasi siswa belajar, untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang operasi hitung campuran berbagai bentuk pecahan, serta menghubungkan konsep pembelajaran yang akan dipelajari dengan konsep pembelajaran yang telah dipelajari tentang perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa, serta berbagai bentuk pecahan. Pada kegiatan awal, siswa juga menyimak penjelasan tentang tujuan dan teknik pembelajaran, serta kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran operasi hitung campuran berbagai bentuk pecahan. Kegiatan inti siklus II pertemuan ketiga diawali dengan siswa menyimak penjelasan guru tentang konsep operasi hitung campuran berbagai bentuk pecahan melalui kertas koran dan kertas warna-warni, kemudian siswa bersama guru melakukan tanya jawab tentang konsep materi pembelajaran yang belum dimengerti. Kegiatan inti dilanjutkan dengan siswa menampilkan skenario bermain peran berjudul Menyiapkan Pesta Ulang Tahun, siswa bersama guru mereview penampilan skenario, siswa melakukan diskusi kelompok (LKS), siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok, siswa bertanya tentang presentasi kelompok lain, siswa memberikan masukan kelompok lain, serta siswa bersama guru bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman dan memberikan penguatan positif berupa pujian dan acungan jempol terhadap informasi yang telah didapat. Guru juga memberikan reward dan penguatan positif dengan cara memberikan pin smile untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran, 24 siswa mendapatkan pin smile HEBAT dan 8 siswa yang mendapatkan pin smile SUPER, namun 2 siswa masih mendapatkan pin smile OKE.

27 95 Dalam proses pembelajaran, guru menjelaskan tentang konsep operasi hitung campuran berbagai bentuk pecahan, guru menggunakan media kertas koran dan kertas warna-warni. Ukuran kertas koran dan kertas warna-warni digunakan sebagai visualisasi nilai pecahan. Guru melibatkan siswa dalam penggunaan media pembelajaran kertas koran dan kertas warna-warni, yaitu dengan cara menutupi seluruh permukaan kertas koran dengan kertas-warna-warni yang ukurannya lebih kecil. Kertas koran dan kertas warna-warni adalah benda yang dapat ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari. Guru juga menjelaskan bahwa operasi hitung campuran berbagai bentuk pecahan dikerjakan dengan mengubah berbagai bentuk pecahan menjadi pecahan biasa dan pengerjaannya dimulai dengan menghitung operasi hitung yang berada paling kiri sebab perkalian dan pembagian mempunyai kedudukan yang sama. Skenario bermain peran yang berjudul Menyiapkan Pesta Ulang Tahun ditampilkan oleh Kelompok 6 yang beranggota SRW, YA, AYU, dan YFSR. Kelompok 6 menampilkan skenario bermain peran dengan sangat baik. Kekompakan dan kerja sama kelompok yang tinggi, serta latihan yang memadai membuat mereka dapat menampilkan skenario dengan utuh dan tanpa rasa canggung, lebih baik dibandingkan dengan penampilan skenario pada siklus II pertemuan kedua. Guru membimbing jalannya pemeranan dan kelompok lain juga lebih aktif dalam berpastipasi sebagai audience. Pelaksanaan diskusi sudah lebih baik daripada siklus II pertemuan kedua, kini semua siswa sudah aktif dan tetap terus terdorong untuk lebih aktif dalam bekerjasama di dalam diskusi, mencoba bertanya dalam diskusi, dan ikut mengambil bagian dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Dalam pembelajaran, siswa secara maksimal mengemukakan pendapat dan bertanya kepada guru dan teman kelompoknya, sehingga suasana pembelajaran lebih kondusif dan komunikasi pembelajaran berlangsung dua arah. Berdasarkan diskusi yang dilakukan siswa, nilai dari 7 kelompok yang terbentuk menunjukkan bahwa semua kelompok mendapatkan nilai 87,5-100 dengan rata-rata nilai hasil diskusi sebesar 97,1. Pada kegiatan akhir siklus II pertemuan ketiga, siswa bersama guru melakukan refleksi dan menghubungkan situasi yang diperankan dengan

28 96 kehidupan di dunia nyata dan masalah-masalah lain, siswa bersama guru membuat kesimpulan tentang operasi hitung campuran berbagai bentuk pecahan, siswa menyimak penjelasan guru untuk mempersiapkan tes evaluasi siklus II, kemudian siswa bersama guru mengucapkan salam. 4) Pertemuan keempat. Tindakan siklus II pertemuan keempat dilaksanakan pada hari Sabtu, 29 Maret 2014 pada pukul WIB. Siklus II pertemuan keempat merupakan kegiatan tes evaluasi siklus II. Pada kegiatan awal, siswa bersama guru mengucapkan salam dan berdoa bersama, kemudian siswa mengecek kesiapan belajar. Siswa menerima motivasi dengan bernyanyi lagu yang berjudul Naik Kereta Api dan apersepsi, serta siswa menyimak penjelasan tentang tujuan tes evaluasi siklus II. Pada kegiatan inti, siswa telah menerima lembar tes evaluasi siklus II dari guru, siswa mengerjakan tes evaluasi dengan tenang dan lancar. Setelah siswa selesai mengerjakan tes evaluasi, siswa mengumpulkan hasil pekerjaannnya kepada guru. Pada kegiatan akhir siklus II pertemuan keempat, siswa bersama guru melakukan refleksi pembelajaran. Kegiatan akhir dilanjutkan dengan siswa menyimak penjelasan guru untuk mempelajari materi pembelajaran selanjutnya tentang perbandingan dan skala, kemudian siswa bersama guru mengucapkan salam. Hasil belajar siswa pada siklus II berdasarkan nilai tes evaluasi siklus II menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar pada siklus II sebesar 85,5, di mana jumlah siswa yang tidak tuntas belajar pada siklus II sebanyak 2 siswa atau 5,9% dari 34 siswa dan jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus II sebanyak 32 siswa atau 94,1% dari 34 siswa (terlampir pada Lampiran 9) Pengamatan Pengamatan tindakan siklus II dilaksanakan ketika proses pembelajaran sedang berlangsung. Pengamatan tindakan siklus II dilaksanakan selama tiga kali pertemuan proses pembelajaran, tidak pada saat pertemuan tes evaluasi siklus II. Hasil pengamatan dibagi menjadi tiga, yaitu aktivitas guru, aktivitas siswa, dan

29 97 kerja sama selama mengikuti proses pembelajaran matematika melalui merode bermain peran. 1) Pertemuan pertama. Hasil pengamatan aktivitas guru pada siklus II pertemuan pertama yang diperoleh dari lembar observasi menunjukkan bahwa jumlah skor aktivitas guru pada siklus II pertemuan pertama sebesar 87 dengan kriteria tinggi. Aktivitas guru yang tinggi ditunjukkan ketika menyusun skenario pembelajaran, membentuk kelompok siswa yang masing-masing beranggota 4 orang, memberikan salam dan doa bersama, menjelaskan konsep materi pembelajaran, memberi kesempatan siswa untuk bertanya, membimbing siswa serada dalam kelompok, memberikan tugas kepada kelompok, membimbing siswa berdiskusi, serta bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman dan memberikan penguatan positif terhadap informasi yang telah didapat siswa. Untuk memaksimalkan aktivitas guru dalam pembelajaran, salah satu aktivitas yang perlu ditingkatkan lagi adalah ketika membimbing siswa memberi masukan kelompok lain. Kurang maksimalnya aktivitas guru dalam membimbing /siswa memberi masukan kelompok lain membuat masukan yang diberikan siswa kepada kelompok lain cenderung lebih banyak berupa pujian, bukan berupa saran yang membangun potensi kelompok, baik kelompok yang mendapat saran maupun kelompok lainnya. Hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus II pertemuan pertama yang diperoleh dari lembar observasi menunjukkan bahwa jumlah skor aktivitas siswa pada siklus II pertemuan pertama sebesar 85 dengan kriteria tinggi. Aktivitas siswa yang tinggi ditunjukkan ketika membentuk kelompok yang beranggota 4 orang, memberikan salam dan doa bersama, mendengarkan penjelasan guru tentang konsep materi pembelajaran, berada dalam kelompok, menerima tugas yang diberikan guru, mendiskusikan tugas yang didapat, bersama guru bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman dan memberikan penguatan positif terhadap informasi yang telah didapat, serta bersama guru membuat kesimpulan pembelajaran.

30 98 Untuk memaksimalkan aktivitas siswa dalam pembelajaran, salah satu aktivitas yang perlu ditingkatkan lagi adalah ketika menyimak penjelasan guru, baik penjelasan guru tentang tujuan dan teknik pembelajaran, maupun kompetensi yang akan dicapai. Dengan lebih memaksimalkan aktivitasnya ketika menyimak penjelasan guru, siswa lebih terdorong untuk mengikuti proses pembelajaran dengan baik dengan cara lebih memaksimalkan aktivitasnya pada setiap langkah pembelajaran dan memahami kompetensi apa yang harus dicapainya dalam pembelajaran. Kerja sama pada pembelajaran siklus II pertemuan pertama menunjukkan bahwa rata-rata skor kerja sama sebesar 114,5 yang berarti secara keseluruhan kerja sama tinggi. Dari 34 siswa kelas 5, kerja sama 31 siswa atau 91,2% dari 34 siswa berkriteria tinggi dan kerja sama 3 siswa atau 8,8% dari 34 siswa berkriteria sangat tinggi, di mana skor tertinggi sebesar 123 dan skor terendah sebesar 107. Kerja sama yang tinggi ditunjukkan ketika membagi peran dalam kelompok, memahami karakter peran yang didapat, melakukan latihan pemeranan, berada dalam kelompok selama pemeranan berlangsung, menyimak pemeranan dengan baik, mengajukan pertanyaan dalam pemeranan, melaksanakan tugas yang menjadi tanggungjawabnya, membantu teman kelompok yang mengalami kesulitan, membagi tugas presentasi, serta mendengarkan presentasi kelompok lain. Secara keseluruhan semua siswa mulai tertarik untuk mengerjakan tugas secara bersama, dan tugas guru adalah memotivasi dan memberi penguatan positif kepada siswa, agar siswa dapat terus memaksimalkan kemampuan kerjasamanya dalam pembelajaran. 2) Pertemuan kedua. Hasil pengamatan aktivitas guru pada siklus II pertemuan kedua yang diperoleh dari lembar observasi menunjukkan bahwa jumlah skor aktivitas guru pada siklus II pertemuan kedua sebesar 92 dengan kriteria sangat tinggi. Aktivitas guru yang sangat tinggi ditunjukkan ketika menyusun skenario pembelajaran, membentuk kelompok siswa yang masing-masing beranggota 4 orang, memberikan salam dan doa bersama, memberikan motivasi dan apersepsi kepada siswa, menjelaskan konsep materi pembelajaran, memberi kesempatan siswa

31 99 untuk bertanya, membimbing siswa serada dalam kelompok, memberikan tugas kepada kelompok, membimbing siswa berdiskusi, membimbing siswa berdiskusi dan mempresentasikan hasil diskusi, serta bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman dan memberikan penguatan positif terhadap informasi yang telah didapat siswa. Untuk memaksimalkan aktivitas guru dalam pembelajaran, salah satu aktivitas yang perlu ditingkatkan lagi adalah ketika memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil diskusi temannya. Kurang maksimalnya aktivitas guru dalam memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil diskusi temannya, baik berupa siswa memberikan pertanyaan atau memberikan masukan, mengakibatkan hanya kelompok tertentu saja yang selalu memberikan pertanyaan atau memberikan masukan dan belum merata kepada kelompok yang lain, sehingga pengetahuan yang didapat siswa kurang tergali secara dalam dan ide-ide yang disampaikan masih terbatas. Hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus II pertemuan kedua yang diperoleh dari lembar observasi menunjukkan bahwa jumlah skor aktivitas siswa pada siklus II pertemuan kedua sebesar 90 dengan kriteria sangat tinggi. Aktivitas siswa yang sangat tinggi ditunjukkan ketika membentuk kelompok yang beranggota 4 orang, mempelajari skenario bermain peran, melakukan latihan pemanasan, memberikan salam dan doa bersama, menerima motivasi dan apersepsi dari guru, mendengarkan penjelasan guru tentang kompetensi yang akn dicapai dan konsep materi pembelajaran, berada dalam kelompok, menampilkan skenario, menerima tugas yang diberikan guru, mendiskusikan tugas yang didapat, bersama guru bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman dan memberikan penguatan positif terhadap informasi yang telah didapat, serta bersama guru membuat kesimpulan pembelajaran. Untuk memaksimalkan aktivitas siswa dalam pembelajaran, salah satu aktivitas yang perlu ditingkatkan lagi adalah memperhatikan ketika ada kelompok lain mempresentasikan hasil diskusinya. Dengan memperhatikan secara maksimal ketika kelompok lain mempresentasikan hasil diskusinya, siswa dapat lebih memahami tentang isi presentasi, dapat lebih

32 100 menggali pertanyaan tentang presentasi, dan mendapat ide-ide masukan yang lebih membangun kepada kelompok lain. Kerja sama pada pembelajaran siklus II pertemuan kedua menunjukkan bahwa rata-rata skor kerja sama sebesar 120,8 yang berarti secara keseluruhan kerja sama sangat tinggi. Dari 34 siswa kelas 5, kerja sama 14 siswa atau 41,2% dari 34 siswa berkriteria tinggi dan kerja sama 20 siswa atau 58,8% dari 34 siswa berkriteria sangat tinggi, di mana skor tertinggi sebesar 130 dan skor terendah sebesar 113. Kerja sama yang sangat tinggi ditunjukkan ketika membagi peran dan memahami karakter peran yang didapat, mengatur sesi-sesi pemeranan, berada dalam kelompok selama persiapan pemeranan, melakukan latihan pemeranan, memerankan skenario secara utuh, berada dalam kelompok selama pemeranan, menyimak pemeranan dan mengajukan pertanyaan dalam pemeranan, melaksanakan tugas yang menjadi tanggungjawabnya, membantu teman kelompok yang mengalami kesulitan, menyampaikan pendapat dan menghargai pendapat teman dalam diskusi, menyelesaikan tugas tepat waktu, membagi tugas presentasi, serta mendengarkan dan mengajukan pertanyaan tentang presentasi kelompok lain. Pada pembelajaran siklus II pertemuan kedua, secara keseluruhan kerja sama merata dengan siswa yang pandai mulai dilibatkan secara aktif dalam kelompoknya, namun kerja sama lebih perlu dimaksimalkan sebab pada beberapa kelompok masih terlihat siswa pandai masih lebih mendominasi. 3) Pertemuan ketiga. Hasil pengamatan aktivitas guru pada siklus II pertemuan ketiga yang diperoleh dari lembar observasi menunjukkan bahwa jumlah skor aktivitas guru pada siklus II pertemuan ketiga sebesar 96 dengan kriteria sangat tinggi. Aktivitas guru yang sangat tinggi ditunjukkan ketika hampir setiap langkah-langkah pembelajaran dalam indikator pengamatan dilaksanakan secara optimal, namun tidak dapat dipungkiri tetap ada aktivitas guru yang perlu ditingkatkan untuk lebih memaksimalkan pembelajaran. Salah satu aktivitas guru yang perlu ditingkatkan lagi adalah ketika mengamati jalannya pemeranan skenario. Guru terkadang terlihat kurang berkonsentrasi mengamati jalannya pemeranan skenario, sehingga guru juga kurang optimal ketika membimbing aktor dalam menampilkan skenario

33 101 dan membimbing audience dalam mengamati jalannya penampilan skenario. Jika guru kurang optimal dalam membimbing siswa, maka aktivitas siswa ketika menampilkan skenario dan mengamati jalannya penampilan skenario juga kurang optimal. Hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus II pertemuan ketiga yang diperoleh dari lembar observasi menunjukkan bahwa jumlah skor aktivitas siswa pada siklus II pertemuan ketiga sebesar 95 dengan kriteria sangat tinggi. Aktivitas siswa yang sangat tinggi ditunjukkan ketika hampir setiap langkah-langkah pembelajaran dalam indikator pengamatan dilaksanakan secara optimal, namun tidak dapat dipungkiri tetap ada aktivitas siswa yang perlu ditingkatkan untuk lebih memaksimalkan pembelajaran. Salah satu aktivitas siswa yang masih perlu ditingkatkan lagi adalah ketika menyimak penjelasan guru tentang kompetensi yang akan dicapai, sebab masih terdapat beberapa siswa yang kurang fokus dalam mencapai kompetensi ketika mengikuti proses pembelajaran dan aktivitasnya dalam pembelajaran terkesan hanya mengikuti arus pembelajaran. Kerja sama pada pembelajaran siklus II pertemuan ketiga menunjukkan bahwa rata-rata skor kerja sama sebesar 128,3 yang berarti secara keseluruhan kerja sama sangat tinggi. Dari 34 siswa kelas 5, kerja sama seluruh siswa atau 100% dari 34 siswa berkriteria sangat tinggi, di mana skor tertinggi sebesar 134 dan skor terendah sebesar 122. Kerja sama yang sangat tinggi ditunjukkan ketika hampir setiap indikator kerja sama dalam pembelajaran dapat dilakukan secara optimal dan pembagian tugas dapat dilaksanakan secara merata antara siswa yang pandai dan kurang pandai, namun tidak dapat dipungkiri tetap ada kerja sama yang perlu ditingkatkan untuk lebih memaksimalkan pembelajaran. Salah satu kerja sama yang perlu ditingkatkan lagi adalah ketika menggantikan atau bertukar tugas dengan teman. Pada beberapa kelompok masih nampak beberapa siswa merasa sangat beruntung mendapatkan tugas yang diterimanya, sehingga siswa hanya membantu teman yang mengalami kesulitan namun enggan menggantikan atau bertukar tugas ketika tugas yang didapat temannya dianggap lebih sukar, padahal terdapat siswa lain yang dapat menyelesaikan tugas dengan lebih baik.

34 Refleksi Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas guru, jumlah skor yang diperoleh pada siklus II pertemuan pertama sebesar 87 yang berarti tinggi, meningkat menjadi 92 yang berarti sangat tinggi pada pertemuan kedua, dan meningkat lagi menjadi 96 yang berarti sangat tinggi pada pertemuan ketiga dengan skor rata-rata aktivitas guru pada siklus II sebesar 92 yang berarti sangat tinggi. Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas siswa, jumlah skor yang diperoleh pada siklus II pertemuan pertama sebesar 85 yang berarti tinggi, meningkat menjadi 90 yang berarti sangat tinggi pada pertemuan kedua, dan meningkat lagi menjadi 95 yang berarti sangat tinggi pada pertemuan ketiga dengan skor rata-rata aktivitas siswa pada siklus II sebesar 90 yang berarti sangat tinggi. Aktivitas guru dan siswa yang cukup tinggi ditunjukkan ketika hampir setiap langkah-langkah pembelajaran dalam indikator pengamatan dilaksanakan secara optimal. Berdasarkan hasil pengamatan kerja sama, siklus II pertemuan pertama rata-rata skor kerja sama sebesar 114,5 yang berarti tinggi meningkat pada pertemuan kedua menjadi sebesar 120,8 yang berarti sangat tinggi, dan meningkat lagi pada pertemuan ketiga menjadi sebesar 128,3 yang berarti sangat tinggi. Kerja sama yang tinggi ditunjukkan ketika hampir setiap indikator kerja sama dalam pembelajaran dapat dilakukan secara optimal dan pembagian tugas dapat dilaksanakan secara merata. Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru, aktivitas siswa, dan kerja sama, pelaksanaan proses pembelajaran matematika melalui metode bermain peran dalam siklus II yang terdiri 3 kali pertemuan terbukti lebih maksimalkan kerja sama dan hasil belajar siswa. Kerja sama yang maksimal ditunjukkan bahwa ratarata skor kerja sama pada siklus II sebesar 121,2 yang dalam siklus I secara keseluruhan kerja sama sangat tinggi, dengan seluruh siswa atau 100% dari 34 siswa memenuhi kriteria kerja sama tinggi. Hasil belajar yang maksimal ditunjukkan bahwa nilai rata-rata tes evaluasi siklus II sebesar 85,5, di mana jumlah siswa yang tidak tuntas belajar pada siklus I sebanyak 2 siswa atau 5,9% dari 34 siswa dan jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus I sebanyak 32 siswa atau 94,1% dari 34 siswa.

35 103 Dari hasil pengamatan yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus I diperoleh bahwa secara keseluruhan masih terdapat beberapa kekurangan atau kegiatan pembelajaran yang belum berjalan dengan maksimal, yaitu guru belum memahami langkah-langkah pembelajaran, guru kurang menjelaskan kompetensi pencapaian, guru kurang memberi kesempatan siswa untuk bertanya, guru kurang memberikan motivasi dan apresiasi terhadap siswa, kerja sama dan aktivitas siswa kurang merata, serta masih terdapat beberapa siswa yang belum mempunyai inisiatif untuk mengeluarkan pendapat, belum berani bertanya, dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Kekurangan yang masih terjadi pada pembelajaran diselesaikan melalui pembelajaran pasa siklus II dengan memberikan penjelasan lebih lanjut kepada guru tentang langkah-langkah pembelajaran, guru memberikan penjelasan kompetensi pencapaian, guru lebih memberi kesempatan siswa untuk bertanya, pemilihan anggota kelompok didasarkan pada kemampuan kerja sama dan hasil belajar siswa dan jumlah anggota setiap kelompok 4 orang, serta guru membimbing siswa mengungkapkan pendapatnya dan bertanya melalui pemberian penghargaan seperti pujian, tepuk tangan, atau pin smile kepada siswa yang aktif. 4.2 Hasil Analisis Data Data yang dianalisis pada penelitian ini berupa data aktivitas guru dan siswa, kerja sama, dan hasil belajar. Hasil analisis data diperoleh dari data kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Hasil analisis data aktivitas guru dan siswa diperoleh dari data siklus I serta siklus II yang meliputi data skor aktivitas guru dan siswa pada setiap pembelajaran. Hasil analisis data kerja sama diperoleh dari data siklus I dan siklus II yang meliputi data skor kerja sama pada setiap pembelajaran. Hasil analisis data hasil belajar diperoleh dari data kondisi awal, siklus I, dan siklus II yang meliputi data nilai tes evaluasi siswa pada akhir siklus. Data hasil obervasi aktivitas guru dan siswa dari hasil pengamatan melalui lembar observasi meliputi empat aspek yang dijabarkan ke dalam 25 indikator pengamatan, yaitu aspek persiapan yang terdiri dari 4 indikator pengamatan, aspek kegiatan awal yang terdiri dari 5 indikator pengamatan, aspek kegiatan inti

36 104 yang terdiri dari 12 indikator pengamatan, dan aspek kegiatan akhir yang terdiri dari 4 indikator pengamatan. Data hasil obervasi aktivitas guru dari hasil pengamatan melalui lembar observasi meliputi lima aspek yang dijabarkan ke dalam 34 indikator pengamatan, yaitu aspek mengambil giliran dan berbagi tugas yang terdiri dari 12 indikator pengamatan, aspek berada dalam kelompok yang terdiri dari 5 indikator pengamatan, aspek menyelesaikan tugas tepat waktu yang terdiri dari 1 indikator pengamatan, aspek menghargai kontribusi yang terdiri dari 8 indikator pengamatan, serta aspek menyamakan pendapat yang terdiri dari 8 indikator pengamatan Hasil Analisis Data Kondisi Awal Observasi pembelajaran matematika pada kondisi awal dilaksanakan pada SK 4. menghitung volume kubus dan balok dan menggunakannya dalam pemecahan masalah dengan KD 4.1 menghitung volume kubus dan balok. Hasil observasi menunjukkan bahwa aktivitas guru dan siswa serta kerja sama siswa dalam proses pembelajaran masih rendah. Rendahnya aktivitas guru dan siswa terbukti ketika siswa tampak pasif menerima konsep pembelajaran tanpa adanya komunikasi dua arah guru dan siswa seperti siswa bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui atau guru bertanya tentang contoh konkrit konsep pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses pembelajaran kurang adanya kerja sama yang terjalin antarsiswa, guru kurang membimbing siswa bekerjasama dalam kelompok dan kurang menekankan pentingnya kerja sama antarsiswa dalam proses pembelajaran sehingga diskusi kelompok hanya didominasi oleh siswa yang pintar dan anggota kelompok yang lain bersikap acuh. Guru menciptakan kondisi pembelajaran yang kurang kondusif di mana guru lebih mendominasi dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah (teacher centered) dan tanpa adanya media pembelajaran yang dapat membantu mempermudah siswa menerima konsep pembelajaran. Dalam proses pembelajaran guru cenderung menggunakan cara yang mekanistik dengan memberikan konsep secara langsung untuk dihafal, diingat, dan diterapkan siswa dalam pembelajaran yang mengakibatkan siswa kesulitan dalam menerima konsep pembelajaran dan

37 105 merasa bahwa matematika adalah mata pelajaran yang sukar sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah. Data hasil belajar pada kondisi awal diperoleh dari data nilai ulangan matematika semester I tahun 2013/2014 dengan SK 4 menghitung volume kubus dan balok dan menggunakannya dalam pemecahan masalah. Data nilai ulangan matematika dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Nilai Ulangan Matematika Kondisi Awal No. Nilai f % , , , ,9 Jumlah ,0 Rata-rata 58,9 Nilai Maksimal 75 Nilai Minimal 50 Berdasarkan tabel 4.1 distribusi frekuensi nilai ulangan matematika pada kondisi awal dapat dikatakan hasil belajar masih rendah. Rendahnya hasil belajar dapat dilihat dari banyaknya siswa yang tidak tuntas dalam pembelajaran atau nilai ulangannya masih di bawah KKM sebesar 65. Dari tabel 4.1 diketahui bahwa nilai antara frekuensinya ada 12 dengan persentase 35,3% dari jumlah keseluruhan siswa, nilai antara frekuensinya ada 13 dengan persentase 38,2% dari jumlah keseluruhan siswa, nilai antara frekuensinya ada 8 dengan persentase 23,5% dari jumlah keseluruhan siswa, dan skor nilai frekuensinya 1 dengan persentase 2,9%. Berdasarkan tabel 4.1, distribusi frekuensi nilai ulangan matematika pada kondisi awal dapat disajikan dalam diagram berikut.

38 106 Diagram 4.1 Nilai Ulangan Matematika Kondisi Awal Berdasarkan KKM sebesar 65, data ketuntasan belajar siswa dari nilai ulangan matematika pada kondisi awal dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut. Tabel 4.2 Ketuntasan Belajar Kondisi Awal No. Ketuntasan Belajar Nilai Ketuntasan Jumlah Siswa Jumlah (%) 1. Tidak tuntas. < ,5 2. Tuntas ,5 Jumlah ,0 Ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 25 siswa dengan persentase 73,5% dari jumlah keseluruhan siswa, sedangkan jumlah siswa tuntas sebanyak 9 siswa dengan persentase 26,5% dari jumlah keseluruhan siswa. Ketuntasan belajar pada kondisi awal dapat disajikan pada diagram berikut.

39 107 Diagram 4.2 Ketuntasan Belajar Kondisi Awal Hasil Analisis Data Siklus I 1) Aktivitas Guru dan Siswa. Data hasil obervasi aktivitas guru pada siklus I terdiri dari data pertemuan pertama (P1), pertemuan kedua (P2), pertemuan ketiga (P3), serta rata-rata dari ketiga pertemuan ( ) dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.3 Persetase Aspek Aktivitas Guru Siklus I Aspek yang Diamati Total Skor P1 % P2 % P3 % % Persiapan , , ,3 12,7 79,2 Kegiatan awal , , ,0 15,0 75,0 Kegiatan inti , , ,5 36,7 76,4 Kegiatan akhir , , ,3 13,0 81,3 Jumlah ,3 Kriteria Cukup tinggi. Tinggi. Tinggi. Tinggi. Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa jumlah skor aktivitas guru pada siklus I pertemuan pertama sebesar 72 dengan kriteria cukup tinggi meningkat menjadi sebesar 77 dengan kriteria tinggi pada pertemuan kedua, dan meningkat lagi menjadi sebesar 83 dengan kriteria tinggi pada pertemuan ketiga. Peningkatan aktivitas guru yang dapat dilihat dari peningkatan setiap aspek pengamatan. Pada aspek persiapan, peningkatan aktivitas guru dapat dilihat ketika guru mendampingi siswa melakukan latihan pemanasan, terbukti total skor aspek

40 108 persiapan pada pertemuan pertama sebesar 12 atau 75,0% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 13 atau 81,3% dari skor maksimal pada pertemuan kedua. Pada aspek kegiatan awal, peningkatan aktivitas guru dapat dilihat ketika memberikan motivasi dan apersepsi kepada siswa, serta menyampaikan kompetensi pencapaian, terbukti total skor aspek kegiatan awal pada pertemuan pertama sebesar 14 atau 70,0% dari skor maksimal meningkat menjadi 16 atau 80,0% dari skor maksimal pada pertemuan ketiga. Pada aspek kegiatan inti, peningkatan aktivitas guru dapat dilihat ketika memberi siswa kesempatan untuk bertanya, membimbing siswa berada dalam kelompok, membimbing aktor menampilkan skenario, membimbing audience mengamati penampilan skenario, membimbing siswa berdiskusi, memberi kesempatan siswa memberi masukan kepada kelompok lain, serta bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman dan memberikan penguatan positif terhadap informasi yang telah didapat siswa, terbukti total skor aspek kegiatan inti pada pertemuan pertama sebesar 33 atau 68,8% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 41 atau 85,5% dari skor maksimal pada pertemuan ketiga. Pada aspek kegiatan akhir, tidak terjadi peningkatan pada aktivitas guru, terbukti total skor aspek kegiatan akhir pada setiap pertemuan sebesar 13 atau 81,3% dari skor maksimal. Berdasarkan tabel 4.3, maka persentase tiap aspek aktivitas guru pada siklus I dapat disajikan dalam diagram berikut.

41 109 Diagram 4.3 Persentase Aspek Aktivitas Guru Siklus I Berdasarkan skor tiap aspek aktivitas guru dan peningkatan yang terjadi pada setiap pertemuan dalam siklus I, maka dapat diketahui bahwa rata-rata skor aspek persiapan sebesar 12,7 atau 79,2% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek kegiatan awal sebesar 15,0 atau 75,0% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek kegiatan inti sebesar 36,7 atau 76,4% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek kegiatan akhir sebesar 13,0 atau 81,3% dari skor maksimal, sehingga rata-rata jumlah skor skor aktivitas guru pada siklus I sebesar 77,3 dengan kriteria tinggi. Data hasil obervasi aktivitas siswa pada siklus I terdiri dari data pertemuan pertama, pertemuan kedua, pertemuan ketiga, serta rata-rata dari ketiga pertemuan dapat dilihat pada tabel berikut.

42 110 Tabel 4.4 Persetase Aspek Aktivitas Siswa Siklus I Aspek yang Diamati Total Skor P1 % P2 % P3 % % Persiapan. 9 56, , ,0 10,3 64,6 Kegiatan awal , , ,0 15,0 75,0 Kegiatan inti , , ,0 35,0 72,9 Kegiatan akhir , , ,3 12,7 79,2 Jumlah ,0 Kriteria Cukup tinggi. Cukup tinggi. Tinggi. Cukup tinggi. Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa jumlah skor aktivitas siswa pada siklus I pertemuan pertama sebesar 68 dengan kriteria cukup tinggi meningkat menjadi sebesar 74 dengan kriteria cukup tinggi pada pertemuan kedua, dan meningkat lagi menjadi sebesar 80 dengan kriteria tinggi pada pertemuan ketiga. Peningkatan aktivitas siswa yang dapat dilihat dari peningkatan setiap aspek pengamatan. Pada aspek persiapan, peningkatan aktivitas siswa dapat dilihat ketika mempelajari skenario bermain peran, merancang ruangan dan peralatan dalam pemeranan, serta melakukan latihan pemanasan, terbukti total skor aspek persiapan pada pertemuan pertama sebesar 9 atau 56,3% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 12 atau 75,0% dari skor maksimal pada pertemuan ketiga. Pada aspek kegiatan awal, peningkatan aktivitas siswa dapat dilihat ketika mengucapkan salam dan berdoa bersama, serta menerima motivasi dan apersepsi dari guru, terbukti total skor aspek kegiatan awal pada pertemuan pertama sebesar 14 atau 70,0% dari skor maksimal meningkat menjadi 16 atau 80,0% dari skor maksimal pada pertemuan ketiga. Pada aspek kegiatan inti, peningkatan aktivitas siswa dapat dilihat ketika mendengarkan penjelasan guru dan bertanya kepada guru tentang konsep materi pembelajaran, mendiskusikan tugas yang didapat, mempresentasikan hasil diskusi, serta bertanya tentang presentasi dan memberi masukan kelompok lain, terbukti total skor aspek kegiatan inti pada pertemuan pertama sebesar 33 atau 68,7% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 36 atau 75,0% dari skor maksimal pada pertemuan kedua. Pada aspek kegiatan akhir, peningkatan aktivitas siswa dapat dilihat ketika bersama

43 111 guru membuat kesimpulan pembelajaran, terbukti total skor aspek kegiatan akhir pada pertemuan pertama sebesar 12 atau 75,0% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 13 atau 81,3% dari skor maksimal pada pertemuan kedua. Berdasarkan tabel 4.4, maka persentase tiap aspek aktivitas siswa pada siklus I dapat disajikan dalam diagram berikut. Diagram 4.4 Persentase Aspek Aktivitas Siswa Siklus I Berdasarkan skor tiap aspek aktivitas siswa dan peningkatan yang terjadi pada setiap pertemuan dalam siklus I, maka dapat diketahui bahwa rata-rata skor aspek persiapan sebesar 10,3 atau 64,6% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek kegiatan awal sebesar 15,0 atau 75,0% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek kegiatan inti sebesar 35,0 atau 72,9% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek kegiatan akhir sebesar 12,7 atau 79,2% dari skor maksimal, sehingga rata-rata jumlah skor skor aktivitas siswa siklus I sebesar 74,0 dengan kriteria cukup tinggi.

44 112 2) Kerja Sama. Data kerja sama pada siklus I dari pertemuan pertama, pertemuan kedua, pertemuan ketiga, serta rata-rata ketiga pertemuan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kerja Sama Siklus I Skor P1 P2 P3 f % f % f % f % ,6 3 8, , ,6 4 11, , , ,3 9 26, ,9 0 0 Jumlah Rata-rata 91,5 98,4 107,9 99,2 Kriteria Cukup tinggi Cukup tinggi Tinggi Cukup tinggi Maksimal Minimal Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah skor kerja sama pada siklus I pertemuan pertama sebesar 91,5 dengan kriteria cukup tinggi meningkat menjadi sebesar 98,4 dengan kriteria cukup tinggi pada pertemuan kedua, dan meningkat lagi menjadi sebesar 107,9 dengan kriteria tinggi pada pertemuan ketiga. Peningkatan kerja sama yang dapat dilihat dari peningkatan setiap aspek pengamatan. Data aspek pengamatan kerja sama pada siklus I terdiri dari data pertemuan pertama, pertemuan kedua, pertemuan ketiga, serta rata-rata dari ketiga pertemuan dapat dilihat pada tabel berikut.

45 113 Tabel 4.6 Persetase Aspek Kerja Sama Siklus I Aspek yang Diamati Total Skor P1 % P2 % P3 % % Mengambil giliran dan 32 66, , ,3 35,7 74,3 berbagi tugas. Berada dalam kelompok , , ,0 15,7 78,3 Menyelesaikan tugas 2 50,0 3 75,0 3 75,0 2,7 66,7 tepat waktu. Menghargai kontribusi , , ,3 22,0 68,8 Menyamakan pendapat , , ,1 24,0 75,0 Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa pada aspek mengambil giliran dan berbagi tugas, peningkatan kerja sama dapat dilihat ketika memahami karakter peran yang didapat, mencatat hal-hal penting dalam pemeranan dan presentasi, membantu teman kelompok yang mengalami kesulitan, menggantikan atau bertukar tugas dengan teman, serta membagi tugas dan mengambil giliran dalam penyampaian presentasi, terbukti total skor aspek mengambil giliran dan berbagi tugas pada pertemuan pertama sebesar 32 atau 66,7% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 39 atau 81,3% dari skor maksimal pada pertemuan ketiga. Pada aspek berada dalam kelompok, peningkatan kerja sama dapat dilihat ketika melakukan latihan pemeranan bersama dan berada dalam kelompok selama pemeranan, terbukti total skor aspek berada dalam kelompok pada pertemuan pertama sebesar 14 atau 70,0% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 17 atau 85,0% dari skor maksimal pada pertemuan ketiga. Pada aspek menyelesaikan tugas tepat waktu, peningkatan kerja sama terbukti total skor aspek berada dalam kelompok pada pertemuan pertama sebesar 2 atau 50,0% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 3 atau 75,0% dari skor maksimal pada pertemuan kedua. Pada aspek menghargai kontribusi, peningkatan kerja sama dapat dilihat ketika menyimak pemeranan, memberikan review/penilaian objektif dan mengajukan pertanyaan tentang pemeranan, mendengarkan presentasi, mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dalam presentasi, serta memberikan masukan yang membangun kepada kelompok lain, terbukti total skor

46 114 aspek menghargai kontribusi pada pertemuan pertama sebesar 19 atau 59,4% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 26 atau 81,3% dari skor maksimal pada pertemuan ketiga. Pada aspek menyamakan pendapat, peningkatan kerja sama dapat dilihat ketika menyamakan pendapat sebagai hasil diskusi dan membuat kesimpulan pembelajaran bersama dengan bimbingan guru, terbukti total skor aspek menyamakan pendapat pada pertemuan pertama sebesar 23 atau 71,9% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 25 atau 78,1% dari skor maksimal pada pertemuan ketiga. Berdasarkan tabel 4.6, maka persentase tiap aspek kerja sama pada siklus I dapat disajikan dalam diagram berikut. Diagram 4.5 Persentase Aspek Kerja Sama Siklus I Berdasarkan skor tiap aspek kerja sama dan peningkatan yang terjadi pada setiap pertemuan dalam siklus I, maka dapat diketahui bahwa rata-rata skor aspek mengambil giliran dan berbagi tugas sebesar 35,7 atau 74,3% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek berada dalam kelompok sebesar 15,7 atau 78,3% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek menyelesaikan tugas tepat waktu sebesar 2,7 atau

47 115 66,7% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek menghargai kontribusi sebesar 22,0 atau 68,8% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek menyamakan pendapat sebesar 24,0 atau 75,0% dari skor maksimal. Rata-rata skor kerja sama pada siklus I dari ketiga pertemuan sebesar 99,2 dengan kriteria cukup tinggi, di mana kerja sama 25 siswa atau 73,5% dari 34 siswa berkriteria cukup tinggi, dan kerja sama 9 siswa atau 26,5% dari 34 siswa berkriteria tinggi. Hasil analisis kriteria kerja sama pada siklus I dapat disajikan dalam diagram berikut. Diagram 4.6 Kriteria Kerja Sama Siklus I 3) Hasil Belajar. Hasil belajar matematika siswa kelas 5 SDN Jepon 02 diperoleh dengan mengadakan tes evaluasi di akhir siklus I yaitu pada pertemuan keempat. Tes evaluasi siklus I dilakukan dengan indikator menghitung perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa, menghitung perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan campuran dan sebaliknya, serta menghitung perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan desimal dan sebaliknya. Data nilai tes evaluasi siklus I dapat dilihat pada tabel berikut.

48 116 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Evaluasi Siklus I No. Nilai f % , , , , , ,9 Jumlah ,0 Rata-rata 70,8 Nilai Maksimal 100 Nilai Minimal 53 Berdasarkan tabel 4.7 distribusi frekuensi nilai tes evaluasi siklus I dapat dikatakan terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari kondisi awal dan siklus I yang ditandai dengan nilai rata-rata hasil belajar kondisi awal sebesar 58,9 meningkat menjadi 70,8 pada siklus I, nilai maksimal kondisi awal sebesar 75 meningkat menjadi 100 pada siklus I, serta nilai terendah kondisi awal sebesar 50 meningkat menjadi 53 pada siklus I. Dari tabel 4.7 diketahui bahwa nilai antara frekuensinya ada 2 dengan persentase 5,9% dari jumlah keseluruhan siswa, nilai antara frekuensinya ada 6 dengan persentase 17,6% dari jumlah keseluruhan siswa, nilai antara frekuensinya ada 12 dengan persentase 35,3% dari jumlah keseluruhan siswa, skor nilai frekuensinya 9 dengan persentase 26,5%, nilai frekuensinya 3 dengan persentase 8,8% dari jumlah siswa, dan nilai frekuensinya 2 dengan persentase 5,9% dari jumlah siswa. Berdasarkan tabel 4.7, distribusi frekuensi nilai tes evaluasi siklus I dapat disajikan dalam diagram berikut.

49 117 Diagram 4.7 Nilai Tes Evaluasi Siklus I Berdasarkan KKM sebesar 65, data ketuntasan belajar siswa dari nilai tes evaluasi siklus I dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut. Tabel 4.8 Ketuntasan Belajar Siklus I No. Ketuntasan Belajar Nilai Ketuntasan Jumlah Siswa Jumlah % 1. Tidak tuntas. < ,5 2. Tuntas ,5 Jumlah ,0 Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa, terbukti dari jumlah siswa yang tidak tuntas pada kondisi awal sebanyak 25 siswa dengan persentase 73,5% dari jumlah keseluruhan siswa menurun menjadi 8 siswa dengan persentase 23,5% dari jumlah keseluruhan siswa pada siklus I, sedangkan jumlah siswa yang tuntas pada kondisi awal sebanyak 9 siswa dengan persentase 26,5% dari jumlah keseluruhan siswa meningkat menjadi 26 siswa dengan persentase 76,5% dari jumlah keseluruhan siswa pada siklus I. Pada siklus I jumlah siswa yang tuntas belajar lebih banyak daripada jumlah siswa yang tidak tuntas, namun indikator keberhasilan hasil belajar matematika yang

50 118 penulis tentukan belum tercapai yaitu 80%. Ketuntasan belajar pada siklus I dapat disajikan pada diagram berikut. Diagram 4.8 Ketuntasan Belajar Siklus I Hasil Analisis Data Siklus II 1) Aktivitas Guru dan Siswa. Data hasil obervasi aktivitas guru pada siklus II terdiri dari data pertemuan pertama, pertemuan kedua, pertemuan ketiga, serta rata-rata dari ketiga pertemuan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.9 Persetase Aspek Aktivitas Guru Siklus II Aspek yang Diamati Total Skor P1 % P2 % P3 % % Persiapan , , ,0 14,7 91,7 Kegiatan awal , , ,0 18,0 90,0 Kegiatan inti , , ,8 43,7 91,0 Kegiatan akhir , , ,0 15,3 95,8 Jumlah ,7 Kriteria Tinggi. Sangat Tinggi.Sangat Tinggi.Sangat Tinggi. Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa jumlah skor aktivitas guru pada siklus II pertemuan pertama sebesar 87 dengan kriteria tinggi meningkat menjadi sebesar 92 dengan kriteria sangat tinggi pada pertemuan kedua, dan meningkat lagi menjadi sebesar 96 dengan kriteria sangat tinggi pada pertemuan

51 119 ketiga. Peningkatan aktivitas guru yang dapat dilihat dari peningkatan setiap aspek pengamatan. Pada aspek persiapan, peningkatan aktivitas guru dapat dilihat ketika guru menunjuk siswa mempelajari skenario dan guru mendampingi siswa melakukan latihan pemanasan, terbukti total skor aspek persiapan pada pertemuan kedua sebesar 14 atau 87,5% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 16 atau 100,0% dari skor maksimal pada pertemuan ketiga. Pada aspek kegiatan awal, peningkatan aktivitas guru dapat dilihat ketika mengecek kesiapan belajar siswa serta memberikan motivasi dan apersepsi kepada siswa, terbukti total skor aspek kegiatan awal pada pertemuan pertama sebesar 17 atau 85,0% dari skor maksimal meningkat menjadi 19 atau 95,0% dari skor maksimal pada pertemuan ketiga. Pada aspek kegiatan inti, peningkatan aktivitas guru dapat dilihat ketika bersama siswa mereview penampilan skenario, membimbing siswa mempresentasikan hasil diskusi, dan memberikan kesempatan siswa bertanya tentang hasil presentasi kelompok lain, terbukti total skor aspek kegiatan inti pada pertemuan pertama sebesar 42 atau 87,5% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 45 atau 93,8% dari skor maksimal pada pertemuan ketiga. Pada aspek kegiatan akhir, peningkatan aktivitas guru dapat dilihat ketika bersama siswa melakukan refleksi dan menghubungkan situasi pemeranan dengan contoh lain di kehidupan nyata, serta membimbing siswa membuat kesimpulan, terbukti total skor aspek kegiatan akhir pada pertemuan pertama sebesar 14 atau 90,0% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 16 atau 100,0% dari skor maksimal pada pertemuan kedua. Berdasarkan tabel 4.9, maka persentase tiap aspek aktivitas guru pada siklus II dapat disajikan dalam diagram berikut.

52 120 Diagram 4.9 Persentase Aspek Aktivitas Guru Siklus II Berdasarkan skor tiap aspek aktivitas guru dan peningkatan yang terjadi pada setiap pertemuan dalam siklus II, maka dapat diketahui bahwa rata-rata skor aspek persiapan sebesar 14,7 atau 91,7% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek kegiatan awal sebesar 18,0 atau 90,0% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek kegiatan inti sebesar 43,7 atau 91,0% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek kegiatan akhir sebesar 15,3 atau 95,8% dari skor maksimal, sehingga rata-rata jumlah skor skor aktivitas guru pada siklus II sebesar 91,7 dengan kriteria sangat tinggi. Data hasil obervasi aktivitas siswa pada siklus II terdiri dari data pertemuan pertama, pertemuan kedua, pertemuan ketiga, serta rata-rata dari ketiga pertemuan dapat dilihat pada tabel berikut.

53 121 Tabel 4.10 Persetase Aspek Aktivitas Siswa Siklus II Aspek yang Diamati Total Skor P1 % P2 % P3 % % Persiapan , , ,8 14,3 89,6 Kegiatan awal , , ,0 17,3 86,7 Kegiatan inti , , ,8 43,0 89,6 Kegiatan akhir , , ,0 15,3 95,8 Jumlah ,0 Kriteria Tinggi. Sangat tinggi. Sangat tinggi. Sangat tinggi. Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa jumlah skor aktivitas siswa pada siklus II pertemuan pertama sebesar 85 dengan kriteria tinggi meningkat menjadi sebesar 90 dengan kriteria sangat tinggi pada pertemuan kedua, dan meningkat lagi menjadi sebesar 95 dengan kriteria sangat tinggi pada pertemuan ketiga. Peningkatan aktivitas siswa yang dapat dilihat dari peningkatan setiap aspek pengamatan. Pada aspek persiapan, peningkatan aktivitas siswa dapat dilihat ketika mempelajari skenari bermain peran dan melakukan latihan pemanasan, terbukti total skor aspek persiapan pada pertemuan pertama sebesar 13 atau 81,3% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 15 atau 93,8% dari skor maksimal pada pertemuan kedua. Pada aspek kegiatan awal, peningkatan aktivitas siswa dapat dilihat ketika menerima motivasi dan apersepsi, serta menyimak penjelasan tentang tujuan dan teknik pembelajaran dari guru, terbukti total skor aspek kegiatan awal pada pertemuan pertama sebesar 16 atau 80,0% dari skor maksimal meningkat menjadi 18 atau 90,0% dari skor maksimal pada pertemuan kedua. Pada aspek kegiatan inti, peningkatan aktivitas siswa dapat dilihat ketika bertanya kepada guru tentang konsep materi pembelajaran, menampilkan skenario pembelajaran, bersama guru mereview penampilan skenario, mempresentasikan hasil diskusi, serta bertanya tentang presentasi kelompok lain, terbukti total skor aspek kegiatan inti pada pertemuan pertama sebesar 41 atau 85,4% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 46 atau 95,8% dari skor maksimal pada pertemuan ketiga. Pada aspek kegiatan akhir, peningkatan aktivitas siswa dapat dilihat ketika bersama guru melakka refleksi

54 122 dan menghubungkan situasi pemeranan dengan contoh lain di kehidupan nyata, terbukti total skor aspek kegiatan akhir pada pertemuan kedua sebesar 15 atau 93,8% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 16 atau 100,0% dari skor maksimal pada pertemuan ketiga. Berdasarkan tabel 4.10, maka persentase tiap aspek aktivitas siswa pada siklus II dapat disajikan dalam diagram berikut. Diagram 4.10 Persentase Aspek Aktivitas Siswa Siklus II Berdasarkan skor tiap aspek aktivitas siswa dan peningkatan yang terjadi pada setiap pertemuan dalam siklus II, maka dapat diketahui bahwa rata-rata skor aspek persiapan sebesar 14,3 atau 89,6% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek kegiatan awal sebesar 17,3 atau 86,7% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek kegiatan inti sebesar 43,0 atau 89,6% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek kegiatan akhir sebesar 15,3 atau 95,8% dari skor maksimal, sehingga rata-rata jumlah skor skor aktivitas siswa pada siklus II sebesar 90,0 dengan kriteria sangat tinggi.

55 123 2) Kerja Sama. Data kerja sama pada siklus II dari pertemuan pertama, pertemuan kedua, pertemuan ketiga, serta rata-rata ketiga pertemuan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Kerja Sama Siklus II Skor P1 P2 P3 f % F % f % f % , , , , , ,5 Jumlah Rata-rata 114,5 120,8 128,3 121,2 Kriteria Tinggi Sangat tinggi Sangat tinggi Sangat tinggi Maksimal Minimal Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah skor kerja sama pada siklus II pertemuan pertama sebesar 114,5 dengan kriteria tinggi meningkat menjadi sebesar 120,8 dengan kriteria sangat tinggi pada pertemuan kedua, dan meningkat lagi menjadi sebesar 128,3 dengan kriteria sangat tinggi pada pertemuan ketiga. Peningkatan kerja sama yang dapat dilihat dari peningkatan setiap aspek pengamatan. Data aspek pengamatan kerja sama pada siklus II terdiri dari data pertemuan pertama, pertemuan kedua, pertemuan ketiga, serta rata-rata dari ketiga pertemuan dapat dilihat pada tabel berikut.

56 124 Tabel 4.12 Persetase Aspek Kerja Sama Siklus II Aspek yang Diamati Total Skor P1 % P2 % P3 % % Mengambil giliran dan berbagi tugas , , ,9 43,3 90,3 Berada dalam kelompok , , ,0 19,3 96,7 Menyelesaikan tugas tepat waktu. 3 75, , ,0 3,7 91,7 Menghargai kontribusi , , ,6 28,0 87,5 Menyamakan pendapat , , ,8 28,0 87,5 Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui bahwa pada aspek mengambil giliran dan berbagi tugas, peningkatan kerja sama dapat dilihat ketika membantu teman memahani karakter peran, mencatat hal-hal penting dalam pemeranan dan presentasi, membagi tugas dalam diskusi secara merata, membuat laporan hasil diskusi, serta mengambil giliran dalam penyampaian presentasi, terbukti total skor aspek mengambil giliran dan berbagi tugas pada pertemuan pertama sebesar 41 atau 85,4% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 47 atau 97,9% dari skor maksimal pada pertemuan ketiga. Pada aspek berada dalam kelompok, peningkatan kerja sama dapat dilihat ketika berada dalam kelompok selama persiapan pemeranan dan memeranan skenario dalam kelompok secara untuh, terbukti total skor aspek berada dalam kelompok pada pertemuan pertama sebesar 18 atau 90,0% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 20 atau 100,0% dari skor maksimal pada pertemuan kedua. Pada aspek menyelesaikan tugas tepat waktu, peningkatan kerja sama terbukti total skor aspek berada dalam kelompok pada pertemuan pertama sebesar 3 atau 75,0% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 4 atau 100,0% dari skor maksimal pada pertemuan kedua. Pada aspek menghargai kontribusi, peningkatan kerja sama dapat dilihat ketika mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dalam presentasi, terbukti total skor aspek menghargai kontribusi pada pertemuan pertama sebesar 27 atau 84,4% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 29 atau 90,6% dari skor maksimal pada pertemuan ketiga. Pada aspek menyamakan pendapat, peningkatan kerja

57 125 sama dapat dilihat ketika mengatur sesi-sesi pemeranan, menyampaikan pendapat dalam diskusi, mendengarkan dan menghargai pendapat teman, menyamakan pendapat sebagai hasil diskusi, serta menghubungkan situasi yang diperankan dengan kehidupan di dunia nyata, terbukti total skor aspek menyamakan pendapat pada pertemuan pertama sebesar 25 atau 78,1% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 30 atau 93,8% dari skor maksimal pada pertemuan ketiga. Berdasarkan tabel 4.12, maka persentase tiap aspek kerja sama pada siklus II dapat disajikan dalam diagram berikut. Diagram 4.11 Persentase Aspek Kerja Sama Siklus II Berdasarkan skor tiap aspek kerja sama dan peningkatan yang terjadi pada setiap pertemuan dalam siklus II, maka dapat diketahui bahwa rata-rata skor aspek mengambil giliran dan berbagi tugas sebesar 43,3 atau 90,3% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek berada dalam kelompok sebesar 19,3 atau 96,7% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek menyelesaikan tugas tepat waktu sebesar 3,7 atau 91,7% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek menghargai kontribusi sebesar

58 126 28,0 atau 87,5% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek menyamakan pendapat sebesar 28,0 atau 87,5% dari skor maksimal. Rata-rata skor kerja sama pada siklus II dari ketiga pertemuan sebesar 121,2 dengan kriteria sangat tinggi, di mana kerja sama 9 siswa atau 26,5% dari 34 siswa tinggi, dan kerja sama 25 siswa atau 73,5% dari 34 siswa berkriteria sangat tinggi. Hasil analisis kriteria kerja sama pada siklus II dapat disajikan dalam diagram berikut. Diagram 4.12 Kriteria Kerja Sama Siklus II 3) Hasil Belajar. Hasil belajar matematika siswa kelas 5 SDN Jepon 02 diperoleh dengan mengadakan tes evaluasi di akhir siklus II yaitu pada pertemuan keempat. Tes evaluasi siklus II dilakukan dengan indikator menghitung perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan persen dan sebaliknya, menghitung perkalian dan pembagian pecahan campuran dengan pecahan persen dan sebaliknya, serta menghitung operasi hitung campuran berbagai bentuk pecahan. Data nilai tes evaluasi siklus II dapat dilihat pada tabel berikut.

59 127 Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Evaluasi Siklus II No. Nilai f % , , , , ,3 Jumlah ,0 Rata-rata 85,5 Nilai Maksimal 100 Nilai Minimal 59 Berdasarkan tabel 4.13 distribusi frekuensi nilai tes evaluasi siklus II dapat dikatakan terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I dan siklus II yang ditandai dengan nilai rata-rata hasil belajar siklus I sebesar 70,8 meningkat menjadi 85,5 pada siklus II, nilai maksimal siklus I sebesar 100 tetap 100 pada siklus II, serta nilai terendah siklus I sebesar 53 meningkat menjadi 59 pada siklus II. Dari tabel 4.13 diketahui bahwa nilai antara frekuensinya ada 2 dengan persentase 5,9% dari jumlah keseluruhan siswa, nilai antara frekuensinya ada 2 dengan persentase 5,9% dari jumlah keseluruhan siswa, skor nilai frekuensinya 9 dengan persentase 26,5%, nilai frekuensinya 9 dengan persentase 26,5% dari jumlah siswa, dan nilai frekuensinya 12 dengan persentase 35,3% dari jumlah siswa. Berdasarkan tabel 4.13, distribusi frekuensi nilai tes evaluasi siklus II dapat disajikan dalam diagram berikut.

60 128 Diagram 4.13 Nilai Tes Evaluasi Siklus II Berdasarkan KKM sebesar 65, data ketuntasan belajar siswa dari nilai tes evaluasi siklus II dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut. Tabel 4.14 Ketuntasan Belajar Siklus II No. Ketuntasan Belajar Nilai Ketuntasan Jumlah Siswa Jumlah % 1. Tidak tuntas. < ,9 2. Tuntas ,1 Jumlah ,0 Berdasarkan tabel 4.14 diketahui bahwa terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa, terbukti dari jumlah siswa yang tidak tuntas pada siklus I sebanyak 8 siswa dengan persentase 23,5% dari jumlah keseluruhan siswa menurun menjadi 2 siswa dengan persentase 5,9% dari jumlah keseluruhan siswa pada siklus II, sedangkan jumlah siswa yang tuntas pada kondisi awal sebanyak 26 siswa dengan persentase 76,5% dari jumlah keseluruhan siswa meningkat menjadi 32 siswa dengan persentase 94,1% dari jumlah keseluruhan siswa pada siklus II. Pada siklus II jumlah siswa yang tuntas belajar lebih banyak daripada jumlah siswa yang tidak tuntas, serta indikator keberhasilan hasil belajar matematika yang

61 129 penulis tentukan telah tercapai yaitu 80%. Ketuntasan belajar pada siklus II dapat disajikan pada diagram berikut. Diagram 4.14 Ketuntasan Belajar Siklus II Analisis Komparatif Pada analisis komparatif akan diuraikan tentang perbandingan aktivitas guru dan siswa, kerja sama, serta hasil belajar siswa kelas 5 SD Jepon 02 Kecamatan Jepon Kabupaten Blora semester II tahun 2013/2014 antara kondisi awal, siklus I, dan siklus II. 1) Aktivitas Guru dan Siswa. Perbandingan antara rata-rata total skor tiap aspek aktivitas guru dan aktivitas siswa antara siklus I (S I) dan siklus II (S II) disajikan pada tabel berikut. Tabel 4.15 Perbandingan Aktivitas Guru dan Siswa Siklus I dan Siklus II Total Skor Aspek yang Diamati Aktivitas Guru Aktivitas Siswa S I % S II % S I % S II % Persiapan. 12,7 79,2 14,7 91,7 10,3 64,6 14,3 89,6 Kegiatan awal. 15,0 75,0 18,0 90,0 15,0 75,0 17,3 86,7 Kegiatan inti. 36,7 76,4 43,7 91,0 35,0 72,9 43,0 89,6 Kegiatan akhir 13,0 81,3 15,3 95,8 12,7 79,2 15,3 95,8 Jumlah 77,3 91,7 74,0 90,0 Kriteria Tinggi. Sangat Tinggi. Cukup tinggi. Sangat tinggi.

62 130 Berdasarkan tabel 4.15, dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan ratarata skor aktivitas guru dan siswa antara siklus I dan siklus II. Peningkatan aktivitas guru dan siswa dapat diketahui dari peningkatan aspek pengamatan. Peningkatan aktivitas guru terbukti dari total skor pada aspek persiapan sebesar 12,7 atau 79,2% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 14,7 atau 91,7 % dari skor maksimal pada siklus II, total skor pada aspek kegiatan awal sebesar 15,0 atau 75,0% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 18,0 atau 90,0% dari skor maksimal pada siklus II, total skor pada aspek kegiatan inti sebesar 36,7 atau 76,4% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 43,7 atau 91,0% dari skor maksimal pada siklus II, serta total skor pada aspek kegiatan akhir sebesar 13,0 atau 81,3% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 15,3 atau 95,8% dari skor maksimal pada siklus II. Peningkatan aktivitas siswa terbukti dari total skor pada aspek persiapan sebesar 10,3 atau 64,6% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 14,3 atau 89,6% dari skor maksimal pada siklus II, total skor pada aspek kegiatan awal sebesar 15,0 atau 75,0% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 17,3 atau 86,5% dari skor maksimal pada siklus II, total skor pada aspek kegiatan inti sebesar 35,0 atau 72,9% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 43,0 atau 89,6% dari skor maksimal pada siklus II, serta total skor pada aspek kegiatan akhir sebesar 12,7 atau 79,2% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 15,3 atau 95,8% dari skor maksimal pada siklus II. Peningkatan persentase tiap aspek aktivitas guru dan siswa antara siklus I dan siklus II dapat disajikan dalam diagram berikut.

63 131 Diagram 4.15 Peningkatan Persentase Aspek Aktivitas Guru dan Siswa Siklus I dan Siklus II Peningkatan tiap aspek pengamatan aktivitas guru dan siswa pada siklus I dan siklus II menyebabkan terjadinya peningkatan rata-rata skor aktivitas guru dan siswa pada siklus I dan siklus II. Rata-rata skor aktivitas guru pada siklus I sebesar 77,3 dengan kriteria tinggi meningkat menjadi sebesar 91,7 dengan kriteria sangat tinggi pada siklus II. Rata-rata skor aktivitas siswa pada siklus I sebesar 74,0 dengan kriteria cukup tinggi meningkat menjadi sebesar 90,0 dengan kriteria sangat tinggi pada siklus II. Peningkatan yang terjadi pada rata-rata skor aktivitas guru dan siswa dapat disajikan pada diagram berikut.

64 132 Diagram 4.16 Peningkatan Rata-Rata Skor Aktivitas Guru dan Siswa Siklus I dan Siklus II 2) Kerja Sama. Perbandingan rata-rata skor kerja sama antara siklus I dan siklus II disajikan pada tabel berikut. Tabel 4.16 Perbandingan Rata-Rata Skor Kerja Sama Siklus I dan Siklus II Skor Siklus I Siklus II f % f % ,5 0 0, ,5 9 26, , ,5 Jumlah Rata-rata 99,2 121,2 Kriteria Cukup tinggi. Sangat tinggi. Skor Maksimal Skor Minimal Berdasarkan tabel 4.16 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan rata-rata skor kerja sama antara siklus I dan siklus II. Rata-rata skor kerja sama pada siklus I sebesar 99,2 dengan kriteria cukup tinggi meningkat menjadi sebesar 121,2

65 133 dengan kriteria sangat tinggi pada siklus II. Peningkatan rata-rata skor kerja sama antara siklus I dan siklus II dapat disajikan pada diagram berikut. Diagram 4.17 Peningkatan Rata-Rata Skor Kerja Sama Siklus I dan Siklus II Meningkatnya rata-rata skor kerja sama antara siklus I dan siklus II disebabkan oleh meningkatnya total skor aspek-aspek pengamatan kerja sama pada siklus I dan siklus II. Perbandingan persetase total skor tiap aspek pengamatan kerja sama pada siklus I dan siklus II disajikan pada tabel berikut. Tabel 4.17 Perbandingan Persetase Aspek Kerja Sama Siklus I dan Siklus II Aspek yang Diamati Total Skor S I % S II % Mengambil giliran dan berbagi tugas. 35,7 74,3 43,3 90,3 Berada dalam kelompok. 15,7 78,3 19,3 96,7 Menyelesaikan tugas tepat waktu. 2,7 66,7 3,7 91,7 Menghargai kontribusi. 22,0 68,8 28,0 87,5 Menyamakan pendapat. 24,0 75,0 28,0 87,5 Berdasarkan tabel 4.17, dapat diketahui bahwa rata-rata skor aspek mengambil giliran dan berbagi tugas pada siklus I sebesar 35,7 atau 74,3% dari

66 134 skor maksimal meningkat menjadi sebesar 43,3 atau 90,3% dari skor maksimal pada siklus II, rata-rata skor aspek berada dalam kelompok pada siklus I sebesar 15,7 atau 78,3% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 19,3 atau 96,7% dari skor maksimal pada siklus II, rata-rata skor aspek menyelesaikan tugas tepat waktu pada siklus I sebesar 2,7 atau 66,7% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 3,7 atau 91,7% dari skor maksimal pada siklus II, rata-rata skor aspek menghargai kontribusi pada siklus I sebesar 22,0 atau 68,8% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 28,0 atau 87,5% dari skor maksimal pada siklus II, rata-rata skor aspek menyamakan pendapat pada siklus I sebesar 24,0 atau 75,0% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 28,0 atau 87,5% dari skor maksimal pada siklus II. Peningkatan total skor aspek-aspek pengamatan kerja sama pada siklus I dan siklus II disajikan pada diagram berikut. Diagram 4.18 Peningkatan Persentase Aspek Kerja Sama Siklus I dan Siklus II Perbandingan hasil analisis kriteria kerja sama pada siklus I dan siklus II dapat disajikan dalam diagram berikut.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas melalui model pembelajaran langsung dengan permainan balok pecahan pada mata pelajaran matematika materi pecahan ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 53 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awal Subyek Penelitian Penelitian dilakukan di kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Candiroto semester II tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 25 siswa.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Pelaksanaan Tindakan Siklus I A. Tahap Perencanaan Setelah diperoleh informasi pada waktu observasi, maka peneliti melakukan diskusi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan oleh peneliti yang menggunakan rancangan penelitian model

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 64 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang hasil penelitian dari pelaksanaan pembelajaran siklus I dan siklus II. Berikut ini akan diuraikan tentang perencanaan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 01 Blotongan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga dengan subyek penelitian siswa kelas 4 sebanyak 25 siswa.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Deskripsi Siklus I Deskripsi siklus 1 menjelaskan tentang tahap rencana tindakan, pelaksanaan tindakan dan observasi, dan refleksi.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awal Subjek Penelitian Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilakukan di kelas V yang berjumlah 29 siswa di SDN Lemahireng 2 Kecamatan Bawen tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Pra Siklus Kondisi awal sebelum diadakannya tindakan di SD N Ringin Harjo 01 kelas 4 Pada mata pelajaran IPS menunjukkan bahwa ppembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan Dalam pelaksanaan tindakan penelitian ini akan menguraikan antara lain: (1) kondisi awal, (2) siklus I, (3) siklus II, dan (4) pembahasan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan membahas hasil penelitian yang telah peneliti lakukan. Pembahasan hasil penelitian meliputi rencana tindakan, pelaksanaan tindakan dan observasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum SDN 1 Krobokan Kecamatan Juwangi Kabupaten Boyolali Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan di SDN 1 Krobokan Kecamatan Juwangi Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Perencanaan Pembelajaran. dipersiapkan diantaranya:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Perencanaan Pembelajaran. dipersiapkan diantaranya: 38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Penelitian Siklus I a. Perencanaan Pembelajaran Pada tahap perencanaan peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang akan digunakan atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awal Sebelum melaksanakan tindakan, peneliti melakukan pengamatan terhadap nilai belajar matematika siswa. Nilai belajar siswa didapatkan dari salah satu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum SDN Mangunsari 06 Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDN Mangunsari 06 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Alamat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitan Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Jepon yang terletak di Kelurahan Jepon, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Penelitian 1. Pra siklus Pada tahap pra siklus ini yang dilakukan oleh peneliti berupa pendokumentasian daftar nama, daftar nilai peserta didik, dan

Lebih terperinci

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaaan Tindakan Pada pelaksanaan tindakan ini akan diuraikan tentang deskripsi sebelum tindakan, deskripsi siklus I yang terdiri dari tahap perencanaan tahap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Deskripsi Kondisi Awal Berdasarkan tes uji kompetensi matematika pada pokok bahasan pecahan ternyata hasilnya kurang memuaskan. Begitu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran dan Subyek Penelitian Sekolah Dasar Negeri Suruh 02 berlokasi di Desa Suruh, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Subyek dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Berdasarkan pengamatan hasil belajar kelas I SD Negeri 4 Boloh pada awal semester 2 Tahun pelajaran 2011 / 2012, banyak siswa yang kurang aktif,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Budhi Karya Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Budhi Karya Kecamatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Tahap Identifikasi Masalah Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Budhi Karya Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Sebelum melakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi awal Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas 5 SD Negeri 3 Karangwuni pada semester II tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1. Gambaran Sekolah Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kopeng 03 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. SD Negeri Kopeng 03 terletak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Pelaksanaan Tindakan Pada bagian pelaksanaan tindakan, akan diuraikan empat subbab yaitu kondisi awal, siklus 1, siklus 2 dan pembahasan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Sekolah Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Wonoyoso, yaitu sebuah Sekolah Dasar di desa Wonoyoso Kecamatan Pringapus Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Awal Proses pembelajaran sebelum pelaksanaan PTK, guru mengajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional atau hanya ceramah. Guru cenderung mentransfer

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Sebelum dilaksanakan penelitian, guru lebih banyak melakukan pembelajaran dengan menggunakan model konvesional yaitu ceramah.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Gendongan 01 yang terletak di Jl. Margorejo No.580 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Siswa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan diuraikan secara rinci mengenai hasil penelitian yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan diuraikan secara rinci mengenai hasil penelitian yang 45 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan secara rinci mengenai hasil penelitian yang meliputi temuan-temuan dari seluruh kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu siklus satu dan siklus dua masing masing siklus tiga kali pertemuan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Kondisi Sekolah SDN Banyubiru 05 berada di Desa Banyubiru Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. SD ini terletak cukup dekat dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Bagian ini, akan menguraikan tiga sub judul yaitu deskripsi prasiklus, deskripsi siklus I, deskripsi siklus II. Deskripsi pra siklus membahas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Kondisi awal hasil observasi penelitian diketahui bahwa hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Batiombo 02 masih rendah. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan Pada bab ini akan menguraikan tiga sub judul yaitu deskripsi prasiklus, deskripsi siklus I, dan deskripsi siklus II. Deskripsi Prasiklus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 29 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian dilakukan dalam praktek pembelajaran di kelas V SDN Kebowan 02 Kecamatan Suruh dengan jumlah 21 siswa yang terdiri dari 10 siswa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 86 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diuraikan dalam tahapan yang berupa siklus-siklus pembelajaran yang dilakukan dalam proses belajar mengajar di kelas.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini menyajikan tentang hasil penelitian dan pembahasannya. Adapun hasil penelitian ini dijabarkan dalam pelaksanaan tindakan. 4.1 Pelaksanaan Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 42 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Sekolah Dasar Negeri Mangunsari 02 Salatiga dengan jumlah siswa 17 siswa. Sebelum dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian ini terdiri atas pelaksanaan siklus 1 dan pelaksanaan siklus 2. Pelaksanaan siklus 1 dan siklus 2 meliputi perencanaan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilakukan di kelas 5 SD Negeri Sukorejo Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Jumlah siswa di kelas 5 sebanyak 19 terdiri dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab IV ini akan dibahas mengenai hasil pelaksanaan penelitian, perbandingan hasil penelitian antar siklus, dan pembahasan hasil penelitian yang akan disajikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini merupakan kerja kolaborasi antara observer dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini merupakan kerja kolaborasi antara observer dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian ini merupakan kerja kolaborasi antara observer dan peneliti yang juga sebagai guru mata pelajaran yang terlibat dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Lembaga pendidikan yang akan dijadikan tempat pelaksanaan penelitian yaitu SD Kumpulrejo 03 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga. 4.2

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Bagian pelaksanaan tindakan ini akan menguraikan tiga sub judul yaitu deskripsi prasiklus/ kondisi awal, deskripsi siklus I, dan deskripsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 23 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 4.1.1. Pra siklus Pembelajaran matematika yang dilaksanakan di kelas V SD 4 Bulungkulon Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus tahun ajaran 2013/2014

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Prasiklus (Kondisi Awal) Pembelajaran pada prasiklus ini, penulis menggunakan metode pembelajaran konvensional yaitu dengan metode ceramah. Guru mengawali

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Ngajaran 03, yaitu sekolah dasar di desa Ngajaran Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 52 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan Pada bagian ini, akan menguraikan tiga sub judul yaitu deskripsi Kondisi awal, deskripsi siklus I, dan deskripsi siklus II. Deskripsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Awal Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan berdasarkan permasalahan yang terjadi di kelas V SD N Ngajaran 02.Langkah pertama yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Pra Siklus (Kondisi Awal) Dalam pelaksanaan proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) IPS di SD Negeri Beji 2 Ungaran Timur Kabupaten semarang sebelum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Pelaksanaan Tindakan Sesuai dengan perencanaan penelitian yang telah dirancang, maka pelaksanaan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Pelaksanaan Tindakan Sesuai dengan perencanaan penelitian yang telah dirancang, maka pelaksanaan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Pelaksanaan Tindakan Sesuai dengan perencanaan penelitian yang telah dirancang, maka pelaksanaan penelitian akan dilaksanakan melalui tahap dan proses yang terstruktur.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada pelaksanaan kegiatan ini akan di cantumkan pemabahasan siklus I, siklus II serta pembahasan hubungan anatar siklus tersebut. 4.1.1 Deskripsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembelajaran berlangsung 2 x 35 menit, selama 2 x pertemuan yang diikuti

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembelajaran berlangsung 2 x 35 menit, selama 2 x pertemuan yang diikuti 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Siklus I Siklus I dilaksanakan pada hari Senin tanggal 25 Maret 2013, pertemuan kedua hari Sabtu tanggal 30 Maret 2013 dengan materi Arti Pecahan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Pra Siklus SD Negeri Salatiga 12 teletak di jalan Domas Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Jumlah total Siswa di SD Negeri Salatiga 12 sebanyak 200 siswa,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Awal Berdasarkan observasi yang telah dilakukan peneliti terhadap hasil belajar siswa kelas 5 SDN Karangduren 04 sebelum dilaksanakan penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Kondisi awal hasil observasi penelitian diketahui bahwa hasil belajar matematika siswa kelas enam SD Negeri Simpar masih rendah. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN Deskripsi mengenai hasil penelitian merupakan jawaban atas rumusan masalah yang diungkapkan pada Bab I akan disajikan dalam Bab IV ini. Sebelum hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di kelas V SD Negeri Kadirejo 03 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. Jumlah siswa di kelas V berjumlah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Ngajaran 03 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Subyek yang menjadi penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu siklus satu dan siklus dua, masing-masing siklus tiga kali

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 49 4.1. Deskripsi Kondisi Awal BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan di kelas 4 Sekolah Dasar Negeri 02 Katong semester II Tahun Pelajaran 2012/2013

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Proses perbaikan pembelajaran yang peneliti lakukan dapat diuraikan secara singkat tentang hasil-hasil yang diperoleh setiap siklus dari

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SLBN 1 Palu pada Materi Mengenal Pecahan dengan Menggunakan Kertas Lipat

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SLBN 1 Palu pada Materi Mengenal Pecahan dengan Menggunakan Kertas Lipat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SLBN 1 Palu pada Materi Mengenal Pecahan dengan Menggunakan Kertas Lipat Rohani SLBN 1 Palu, Palu, Sulawesi Tengah ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Dukuh 03 Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Dukuh 03 Kecamatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Dukuh 03 Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga. Jumlah siswa kelas 4 pada SDN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab IV ini menjelaskan tentang hasil penelitian, hasil penelitian terdapat kondisi awal, siklus I dan siklus II, selanjutnya ada hasil analisis data dan pembahasan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Hasil observasi dan Kondisi Real Pembelajaran Matematika di SD Negeri 2 Metro Pusat.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Hasil observasi dan Kondisi Real Pembelajaran Matematika di SD Negeri 2 Metro Pusat. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian a. Hasil observasi dan Kondisi Real Pembelajaran Matematika di SD Negeri 2 Metro Pusat. 1. Deskripsi Awal Untuk memperoleh data awal sebelum melaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berjumlah 29 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 17 siswa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berjumlah 29 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 17 siswa 47 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MI Darus Salam Kalipang yang berada di Jalan masjid dusun Krikilan desa Kalipang,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kalibeji terletak di RT 01 RW 02 Desa Kalibeji Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Pelaksanaan Siklus 1 Dalam Siklus 1 terdapat 3 kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut: a. Perencanaan (Planning) Pada siklus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan yang memaparkan uraian masing-masing siklus, mulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Prasiklus Jumlah siswa Presentase (%) , ,33 JUMLAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Prasiklus Jumlah siswa Presentase (%) , ,33 JUMLAH 24 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Prasiklus (Kondisi Awal) Kondisi awal merupakan keadaan siswa sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan. Berdasarkan hasil observasi yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Kondisi Pra Siklus Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas III Sekolah Dasar Negeri 1 Tleter Semester 2 Tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas II SD Kutowinangun 08. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Pra Siklus (Kondisi Awal) Kondisi awal sebelum diadakannya tindakan di SD N Gajahkumpul kelas 5 semester 1 tahun 2013/2014 pada mata

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Awal Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan berdasarkan permasalahan yang terjadi di kelas I SDN Tingkir Lor 1 Salatiga. Sebelum dilaksanakannya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan di SD Kanisius Gendongan dengan subjek penelitian siswa kelas 4 yang terdiri dari 32 siswa 17 siswa laki-laki dan

Lebih terperinci

nilai tertinggi nilai terendah (log n) (log 32)

nilai tertinggi nilai terendah (log n) (log 32) 45 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Tlogo 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Subyek yang menjadi penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran dengan melalui pengajaran remedial sebanyak 2 siklus, setiap siklus 3 kali pertemuan (@ 2 x 35 menit) dan diakhiri tes. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di kelas IV SDN Kumpulrejo 03 kecamatan Argomulyo kota Salatiga. Waktu penelitian dilakukan pada awal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. mengidentifikasi masalah pembelajaran matematika yang terdapat di kelas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. mengidentifikasi masalah pembelajaran matematika yang terdapat di kelas BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini di awali dari orientasi lapangan untuk mengidentifikasi masalah pembelajaran matematika yang terdapat di kelas 2.B

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Baleharjo Kecamatan Eromoko Kabupaten Wonogiri. SDN 1 Baleharjo terletak di lingkungan pedesaan yang jauh

Lebih terperinci

BAB IV. Nilai Rata-rata < Belum Tuntas 52, Tuntas Jumlah

BAB IV. Nilai Rata-rata < Belum Tuntas 52, Tuntas Jumlah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Penelitian ini berawal dari rendahnya hasil belajar matematika siswa SDN Wonomerto 03 Kecamatan Bandar Kabupaten Batang, berdasarkan observasi awal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awal Penelitian Pada pembelajaran yang guru lakukan sebagian besar materi disampaikan dengan metode ceramah. Pembelajaran hanya memberikan rumus dan media

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ` BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Awal Pra Siklus Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di SMP Negeri 8 Salatiga pada kelas VIII B Semester II Tahun Ajaran 2011/2012. Kelas yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Padaan 02 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Semester II Tahun 2013/2014. Subjek penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus. Masing-masing siklus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus. Masing-masing siklus 47 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus. Masing-masing siklus dilaksanakan dua kali pertemuan dengan alokasi waktu untuk satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika dapat diimplementasikan dengan menggunakan berbagai jenis metode pembelajaran, sehingga melalui penggunaan metode pembelajaran yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Kondisi Awal Berdasarkan data nilai yang diperoleh pada siswa kelas 4 SD Negeri Gendongan 03 pada mata pelajaran matematika materi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 93 A. Hasil Penelitian 1. Refleksi Awal BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas VA SDN 25 Kota Bengkulu. Subyek penelitian ini yaitu guru dan seluruh siswa

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Data 1. Deskripsi Data Pra Siklus Tahap pra siklus adalah tahap dimana belum diterapkannya model pembelajaran yang baru. Tahap pra siklus ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra siklus Pembelajaran pada kelas IV SD Negeri Rogomulyo 01 Kayen Pati pada kondisi awal sebelum diberi tindakan menggunakan metode pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Guru menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), gambar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Guru menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), gambar 31 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Perencanaan, Pelaksanaan, dan Refleksi 4.1.1 Siklus 1 4.1.1.1 Perencanaan Guru menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), gambar segi empat (persegi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan observasi dengan tujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DATA DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DATA DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DATA DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Hasil penelitian ini menggambarkan tentang pengamatan dan tindakan pembelajaran pra siklus, tindakan pada siklus I yang dilaksanakan pada hari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri Tejosari yang terletak di Kelurahan Tejosari,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Gambaran Sekolah Sebelum peneliti melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terlebih dahulu peneliti melakukan observasi di kelas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Kondisi Awal Pembelajaran pada prasiklus ini, penulis menggunakan metode pembelajaran konvensional yaitu dengan metode ceramah. Guru mengawali pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Awal dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Sidorejo Lor 01 Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan Subjek Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Awal Penelitian dilakukan di kelas 4 SD Negeri Ujung-Ujung 03 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang pada semester II tahun pelajaran 2012/2013

Lebih terperinci