BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teor Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah suatu rencana kerja pemerntah yang dnyatakan secara kuanttatf, basanya dalam satuan moneter yang mencermnkan sumber-sumber penermaan daerah dan pengeluaran untuk membaya kegatan dan proyek daerah dalam kurun waktu satu tahun anggaran. Pada hakekatnya anggaran daerah (APBD) merupakan salah satu alat untuk menngkatkan pelayanan publk dan kesejahteraan masyarakat sesua dengan tujuan otonom daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab. Dengan demkan APBD harus benar-benar dapat mencermnkan kebutuhan masyarakat dengan memperhatkan potens-potens keanekaragaman daerah (Lasmnngsh, 2004 : 223). Dalam APBD pendapatan dbag menjad 3 kategor yatu Pendapatan Asl Daerah (PAD), Dana Permbangan, dan Lan-lan Pendapatan Daerah yang Sah. Selanjutnya Belanja dgolongkan menjad 4 yakn Belanja Aparatur Daerah, Belanja Pelayanan Publk, Belanja Bag Hasl dan Bantuan Keuangan, dan Belanja Tak Tersangaka. Belanja Aparatur Daerah dklasfkaskan menjad 3 kategor yatu Belanja Admnstras Umum, Belanja Operas dan Pemelharaan, dan Belanja Modal / Pembangunan. Belanja Pelayanan Publk dkelompokkan menjad 3 yakn Belanja Admnstras Umum, Belanja Operas dan Pemelharaan, dan Belanja Modal. Pembayaan sepert sudah dkatakan d atas, adalah sumber - Unverstas Sumatera Utara

2 sumber penermaan dan pengeluaran daerah yang dmaksudkan untuk menutup defst anggaran atau sebaga alokas surplus anggaran. Pembayaan dkelompokkan menurut sumber-sumber pembayaan, yatu sumber penermaan daerah dan sumber pengeluaran daerah. Sumber pembayaan berupa penermaan daerah adalah ssa lebh anggaran tahun lalu, penermaan pnjaman dan oblgas, hasl penjualan aset daerah yang dpsahkan, dan transfer dar dana cadangan, sedangkan sumber pembayaan berupa pengeluaran daerah terdr atas pembayaran utang pokok yang telah jatuh tempo, penyertaan modal, transfer ke dana cadangan, dan ssa lebh anggaran tahun sekarang. APBD dsusun dengan pendekatan knerja yatu suatu sstem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaan hasl kerja atau output dar perencanaan alokas baya atau nput yang dtetapkan. Jumlah pendapatan yang danggarkan dalam APBD merupakan perkraan yang terukur secara rasonal yang dapat tercapa untuk setap sumber pendapatan. Pendapatan dapat drealsaskan melebh jumlah anggaran yang telah dtetapkan. Berkatan dengan belanja, jumlah belanja yang danggarkan merupakan batas tertngg untuk setap jens belanja. Jad, realsas belanja tdak boleh melebh jumlah anggaran belanja yang telah dtetapkan. Penganggaran pengeluaran harus ddukung dengan adanya kepastan tersedanya penermaan dalam jumlah yang cukup. Setap pejabat dlarang melakukan tndakan yang berakbat pengeluaran atas beban APBD apabla tdak terseda atau tdak cukup terseda anggaran untuk membaya pengeluaran tersebut. Unverstas Sumatera Utara

3 2.1.1 Belanja Modal Belanja modal merupakan pengeluaran anggaran yang dgunakan dalam rangka memperoleh atau menambah aset tetap dan aset lannya yang member manfaat lebh dar satu perode akuntans serta melebh batasan mnmal kaptalsas aset tetap atau asset lannya yang dtetapkan oleh pemerntah dmana aset tersebut dpergunakan untuk operasonal kegatan sehar-har suatu satuan kerja dan bukan untuk djual (PMK No. 91/PMK.06/2007), sedangkan menurut Perdrjen Perbendaharaan Nomor PER-33/PB/2008 yang dmaksud dengan belanja modal adalah pengeluaran yang dlakukan dalam rangka pembentukan modal yang sfatnya menambah aset tetap atau aset lannya yang memberkan manfaat lebh dar satu perode akuntans, termasuk d dalamnya adalah pengeluaran untuk baya pemelharaan yang sfatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, menngkatkan kapastas dan kualtas aset. Lampran I.01 Peraturan Pemerntah Republk Indonesa Nomor 71 Tahun 2010 menyebutkan bahwa Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lannya yang member manfaat lebh dar satu perode akuntans. Belanja modal melput antara lan belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan, aset tak berwujud. Menurut Perdrjen Perbendaharaan tersebut, suatu belanjadkategorkan sebaga belanja modal apabla : (a) pengeluaran tersebut mengakbatkan adanya perolehan aset tetap atau aset lannya yang menambah masa umur, manfaat dan kapastas Unverstas Sumatera Utara

4 (b) pengeluaran tersebut melebh batasan mnmum kaptalsas aset tetap atau aset lannya yang telah dtetapkan pemerntah, (c) perolehan aset tetap tersebut dnatkan bukan untuk djual. Belanja modal dpergunakan antara lan untuk: 1. Belanja Modal Tanah Seluruh pengeluaran untuk pengadaan, pembelan, pembebasan, penyelesaan, balk nama, pengosongan, penmbunan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertfkat tanah serta pengeluaranpengeluaran lan yang bersfat admnstratf sehubungan dengan perolehan hak dan kewajban atas tanah pada saat pembebasan atau pembayaran gant rug sampa tanah tersebut sap dgunakan atau dpaka. 2. Belanja Modal Peralatan dan Mesn Pengeluaran untuk pengadaan peralatan dan mesn yang dgunakan dalam pelaksanaan kegatan antara lan baya pembelan, baya pengangkutan, baya nstalas, serta baya langsung lannya untuk memperoleh dan mempersapkan sampa peralatan dan mesn tersebut sap dgunakan. 3. Belanja Modal Gedung dan Bangunan Pengeluaran untuk memperoleh gedung dan bangunan secara kontraktual sampa dengan gedung dan bangunan sap dgunakan melput baya pembelan atau baya konstruks, termasuk baya pengurusan IMB, notars, dan pajak (kontraktual). Dalam belanja n Unverstas Sumatera Utara

5 termasuk baya untuk perencanaan dan pengawasan yang terkat dengan perolehan gedung dan bangunan. 4. Belanja Modal Jalan, Irgas, dan Jarngan Pengeluaran untuk memperoleh jalan dan jembatan, rgas dan jarngan sampa sap paka melput baya perolehan atau baya kontruks dan baya-baya lan yang dkeluarkan sampa jalan dan jembatan, rgas dan jarngan tersebut sap paka. Dalam belanja n termasuk baya untuk penambahan dan penggantan yang menngkatkan masa manfaat, menambah nla aset, dan d atas batas mnmal nla kaptalsas jalan dan jembatan, rgas dan jarngan. 5. Belanja Modal Lannya Pengeluaran yang dperlukan dalam kegatan pembentukan modal untuk pengadaan/pembangunan belanja modal lannya yang tdak dapat dklasfkaskan dalam perkraan krtera belanja modal Tanah, Peralatan dan Mesn, Gedung dan Bangunan, Jarngan (Jalan, Irgas dan lan-lan). Termasuk dalam belanja modal n: kontrak sewa bel (leasehold), pengadaan atau pembelan barang-barang kesenan (art peces), barangbarang purbakala dan barang-barang untuk museum, serta hewan ternak, buku-buku dan jurnal lmah sepanjang tdak dmaksudkan untuk djual dan dserahkan kepada masyarakat. Termasuk dalam belanja modal n adalah belanja modal non fsk yang besaran jumlah kuanttasnya dapat terdentfkas dan terukur Pendapatan Asl Daerah (PAD) Unverstas Sumatera Utara

6 Pendapatan asl daerah (PAD) adalah pendapatan yang dperoleh daerah yang dpungut berdasarkan peraturan daerah sesua dengan peraturan perundangundangan. Pendapatan asl daerah terdr dar: 1. Pajak daerah 2. Retrbus daerah 3. Hasl pengelolaan kekayaan daerah yang dpsahkan dan 4. Pendapatan lan asl daerah yang sah Dalam upaya menngkatkan PAD daerah dlarang menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang menyebabkan ekonom baya tngg dan dlarang menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang menghambat mobltas penduduk, lalu lntas barang dan jasa antardaerah, dan kegatan ekspor/mpor. Yang dmaksud dengan peraturan daerah tentang pendapatan yang menyebabkan ekonom baya tngg adalah peraturan daerah yang mengatur pengenaan pajak dan retrbus oleh daerah terhadap objek-objek yang telah dkenakan pajak oleh pusat dan provns sehngga menyebabkan menurunnya daya sang daerah (Yan, 2008). 1. Pajak daerah Pajak daerah adalah uran wajb yang dlakukan oleh orang prbad atau badan kepada daerah tanpa mbalan langsung yang sembang, yang dapat dpaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang dgunakan untuk membaya penyelenggaraan pemerntah daerah dan pembangunan daerah. Yang tergolong pajak daerah adalah pajak hotel, pajak restoran, pajak hburan, pajak Unverstas Sumatera Utara

7 reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengamblan bahan galan golongan c, dan pajak parkr. 2. Retrbus daerah Retrbus daerah adalah pungutan daerah sebaga pembayaran atas jasa atau pemberan zn tertentu yang khusus dsedakan dan/atau dberkan oleh pemerntah daerah untuk kepentngan orang prbad atau badan. Menurut Saragh (2003 : 65), semakn banyak jens pelayanan publk dan menngkatnya mutu pelayanan publk yang dberkan oleh pemerntah daerah terhadap masyarakatnya, maka kecenderungan perolehan dana retrbus semakn besar. Namun tentunya hal n harus ddukung kesadaran maupun kepedulan masyarakat atas pelayanan publk yang telah dsedakan pemerntah daerah untuk membayar retrbus. 3. Hasl pengelolaan kekayaan yang dpsahkan Hasl pengelolaan kekayaan daerah yang dpsahkan merupakan hasl yang dperoleh dar pengelolaan kekayaan yang terpsah dar pengelolaan APBD. Hasl pengelolaan kekayaan daerah yang dpsahkan n mencakup : a. Bagan laba atas penyertaan modal pada perusahaan mlk daerah/badan Usaha Mlk Daerah, b. Bagan laba atas penyertaan modal pada perusahaan mlk pemerntah/badan Usaha Mlk Negara (BUMN), Unverstas Sumatera Utara

8 c. Bagan laba atas penyertaan modal pada perusahaan mlk swasta atau kelompok usaha masyarakat. 4. Lan-lan Pendapatan Asl Daerah yang Sah Lan-lan PAD yang sah merupakan penermaan daerah yang tdak termasuk dalam jens pajak daerah, retrbus daerah, dan hasl pengelolaan kekayaan daerah yang dpsahkan. Jens-jens lan-lan pendapatan daerah yang sah menurut UU No 33 Tahun 2004 terdr dar: a. Hasl penjualan kekayaan daerah yang dpsahkan, b. Jasa gro, c. Pendapatan bunga, d. Penermaan atas tuntutan gant kerugan daerah, e. Penermaan koms, potongan ataupun bentuk lan sebaga akbat dar penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah, f. Penermaan keuntungan dar selsh nla tukar rupah terhadap mata uang asng, g. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, h. Pendapatan denda pajak,. Pendapatan denda retrbus, j. Pendapatan hasl eksekus atas jamnan, k. Pendapatan dar pengembalan, l. Fasltas sosal dan fasltas umum, Unverstas Sumatera Utara

9 m. Pendapatan dar penyelenggaraan penddkan dan pelathan dan n. Pendapatan dar angsuran/cclan penjualan. Menurut Mah (2000:58-59), pendapatan asl daerah belum bsa dandalkan sebaga sumber pembayaan utama otonom daerah/kabupaten kota dsebabkan oleh beberapa hal sebaga berkut: 1. Relatf rendahnya bass pajak/retrbus daerah Pajak/retrbus yang dtetapkan untuk daerah kabupaten/kota memlk bass pungutan yang relatf kecl dan sfatnya bervaras antar daerah. Daerah parwsata dan daerah yang memlk aktvtas yang luas akan menkmat penermaan PAD yang besar dan daerah pertanan akan menkmat penermaan PAD yang relatf kecl. 2. Perannya yang tergolong kecl dalam total penermaan daerah Sebagan besar penermaan daerah mash berasal dar bantuan pusat dalam bentuk bantuan dan subsd. Dar seg upaya pemungutan pajak, banyaknya bantuan dan subsd n mengurang usaha daerah dalam pemungutan PADnya dan lebh mengandalkan kemampuan negosasnya terhadap pusat untuk memperoleh tambahan bantuan. 3. Kemampuan admnstras pemungutan d daerah mash rendah Pemungutan pajak d daerah cenderung dbeban dengan baya pungut yang besar dan pengelolaan PAD yang dtetapkan berdasarkan target. Akbatnya beberapa daerah lebh condong memenuh target, walaupun dar seg pertumbuhan ekonom sebenarnya pemasukan pajak dapat melampau target yang telah dtetapkan. Unverstas Sumatera Utara

10 4. Kemampuan perencanaan dan pengawasan keuangan yang lemah. Pemungutan pajak selalu mengalam kebocoran-kebocoran yang cukup besar, sebaga dampak darpada lemahnya kemampuan aparat perencana dan pengawas keuangan. Pemerntah daerah hendaknya selalu mengevaluas knerja mereka setap tahunnya terlebh pada knerja mereka dalam menngkatkan penermaan daerah dar potens daerah yang dmlk Dana Alokas Umum Menurut Halm (2004 : 141), Dana Alokas Umum adalah dana yang berasal dar APBN yang dalokaskan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membaya kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralsas. merupakan : Menurut Astut dan Haryanto (2005 : 41), Dana Alokas Umum (DAU) salah satu komponen d dalam dana permbangan d APBN yang pengalokasannya ddasarkan atas formula dengan konsep kesenjangan fskal (fscal gap) yang merupakan selsh antara kebutuhan fskal (fscalneed) dengan kapastas fskal (fscal capacty). Selan dhtung berdasarkan formula dengan menggunakan fscal gap, DAU juga dhtung dengan mempertmbangkan adanya faktor penyembang untuk menghndar kemungknan penurunan kemampuan daerah d dalam pembayaan daerah dar hasl perhtungan formula fscal gap. Menurut Saragh (2003 : 97), Dana Alokas Umum (DAU) merupakan komponen terbesar dar dana permbangan dalam APBN. Kebjakan DAU merupakan nstrumen penyembang fskal antar daerah. Sebab tdak semua daerah mempunya struktur dan kemampuan fskal yang sama (horzontal fscal mbalance). DAU sebaga bagan dar kebjakan transfer fskal dar pusat ke daerah (ntergovermental transfer) berfungs sebaga faktor pemerataan fskal antara daerah-daerah serta memperkecl Unverstas Sumatera Utara

11 untuk : kesenjangan kemampuan fskal atau keuangan antar daerah. (Saragh, 2003 : 98). Menurut Mula (2005 : 13), tujuan umum dar Dana Alokas Umum adalah 1. menadakan atau memnmumkan ketmpangan fskal vertkal, 2. menadakan atau memnmumkan ketmpangan fskal horzontal, 3. mengnternalsaskan/ memperhtungkan sebahagan atau seluruh lmpahan manfaat/ baya kepada daerah yang menerma lmpahan manfaat tersebut, 4. sebaga bahan edukas bag pemerntah daerah agar secara ntensf menggal sumber-sumber penermaannya, sehngga hasl yang dperoleh menyama bahkan melebh kapastasnya. Menurut Astut dan Haryanto (2006 :41), DAU bertujuan sebaga nstrumen untuk mengatas masalah horzontal mbalances yang dalokaskan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah dmana penggunaannya dtetapkan sepenuhnya oleh daerah (block grants). Menurut Saragh (2003 : 132), tujuan DAU d sampng untuk mendukung sumber penermaan daerah juga sebaga pemerataan (equalzaton) kemampuan keuangan pemerntah daerah Dana Alokas Khusus Dana Alokas Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber darpendapatan APBN yang dalokaskan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendana kegatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesua dengan prortas nasonal. DAK dmaksudkan untuk membantu membaya kegatan-kegatan khusus d daerah tertentu yang merupakan urusan daerah dan sesua dengan prortas nasonal, khususnya untuk membaya kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan Unverstas Sumatera Utara

12 dasar masyarakat yang belum mencapa standar tertentu atau untuk mendorong percepatan pembangunan daerah. DAK memlk karakter yang palng spesfk d antara dana transfer lannya d mana DAK hanya dapat dgunakan sesua dengan menu kegatan yang dtetapkan oleh Departemen Tekns yang terkat dengan bdang alokas DAK. Berdasarkan klasfkas Hyman, DAK dapat dkategorkan sebaga matchng grant karena adanya kewajban penyedaan dana pendampng dan sekalgus restrcted grant karena karakternya sebaga categorcal grant-n-ad Dana Bag Hasl Menurut UU Nomor 33 Tahun 2004 dana bag hasl adalah dana yang bersumber dar pendapatan APBN yang dalokaskan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendana kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralsas. Dana bag hasl n dtnjau dar potens daerah penghasl. Daerah yang memlk sumber daya alam yang melmpah tentunya akan mendapat persentase yang lebh besar dar pada daerah yang memlk sedkt sumber daya alamnya. Penermaan dana bag hasl pajak dprortaskan untuk mendana perbakan lngkungan pemukman perkotaan dan dpedesaan, pembangunan rgas, jarngan jalan dan jembatan sedangkan penermaan dana bag hasl sumber daya alam dutamakan pengalokasannya untuk mendana pelestaran lngkungan areal pertambangan, perbakan dan penyedaan fasltas umum dan fasltas sosal, fasltas pelayanan kesehatan dan penddkan untuk tercapanya standar pelayanan mnmal yang dtetapkan peraturan perundang-undangan (Sumarsono, 2010 :119). Unverstas Sumatera Utara

13 1. Penermaan Pajak a. Pajak bum dan bangunan (PBB) Penermaan negara dar pajak bum dan bangunan dbag dengan mbangan 10% untuk pemerntah pusat dan 90% untuk daerah. Dana bag hasl PBB untuk daerah sebesar 90% sebagamana dmaksud datas dbag dengan rncan sebaga berkut 1) 16,2% untuk daerah provns yang bersangkutan 2) 64,8% untuk kabupaten/kota yang bersangkutan 3) 9% untuk baya pemungutan Selanjutnya 10% penermaan pajak bum dan bangunan bagan pemerntah pusat sebagamana pembagan datas dalokaskan kepada seluruh kabupaten dan kota dengan rncan sebaga berkut: 1) 6,5% dbagkan secara merata kepada seluruh kabupaten dan kota, 2) 3,5% dbagkan secara ntensf kepada kabupaten dan/atau kota yang realsas penermaan pajak bum dan bangunan sektor pedesaan dan perkotaan sebelumnya mencapa/melampau rencana penermaan yang dtetapkan. b. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Unverstas Sumatera Utara

14 Penermaan negara dar bea perolehan hak atas tanah dan bangunan dbag dengan mbangan 20% untuk pemerntah pusat dan 80% untuk daerah. DBH BPHTB untuk daerah sebesar 80% dbag untuk daerah dengan rncan : 1) 16% untuk provns yang bersangkutan, 2) 64% untuk kabupaten/kota yang bersangkutan. Selanjutnya bagan pemerntah sebesar 20% dalokaskan dengan pors yang sama besar untuk seluruh kabupaten dan kota. c. Pajak Penghaslan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajb Pajak Orang prbad dalam neger dan PPh Pasal 21 Dana bag hasl dar penermaan PPh Pasal 25 dan Pasal 29 Wajb Pajak Orang Prbad Dalam Neger dan PPh Pasal 21 yang merupakan bagan dar daerah adalah sebesar 20% dengan rncan: 1) 60% untuk kabupaten/kota, 2) 40% untuk provns. 2. Penermaan Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) A. Sektor kehutanan Penermaan kehutanan yang berasal dar penermaan Iuran Hak Pengusahaan Hutan (IHPH) dan Provs Sumber Daya Hutan (PSDH) yang dhaslkan dar wlayah daerah yang bersangkutan dbag dengan mbangan 20% (dua puluh persen) Unverstas Sumatera Utara

15 untuk Pemerntah dan 80% (delapan puluh persen) untuk daerah. Penermaan kehutanan yang berasal dar dana rebosas dbag dengan mbangan sebesar 60% (enam puluh persen) untuk pemerntah dan 40% (empat puluh persen) untuk daerah. B. Sektor Pertambangan Umum Penermaan pertambangan umum yang dhaslkan dar wlayah daerah yang bersangkutan, dbag dengan mbangan 20% (dua puluh persen) untuk pemerntah dan 80% (delapan puluh persen) untuk daerah. C. Sektor Pertambangan Mnyak Bum Penermaan pertambangan mnyak bum yang dhaslkan dar wlayah daerah yang bersangkutan setelah dkurang komponen pajak dan pungutan lannya sesua dengan peraturan perundang-undangan, dbag dengan mbangan 84,5% (delapan puluh empat setengah persen) untuk pemerntah dan 15,5% ( lma belas setengah persen) untuk daerah. D. Sektor Pertambangan Gas Bum Penermaan pertambangan gas bum yang dhaslkan dar wlayah daerah yang bersangkutan setelah dkurang komponen pajak dan pungutan lannya sesua dengan peraturan perundang-undangan, dbag dengan mbangan 69,5% (enam puluh semblan setengah persen) untuk pemerntah dan 30, 5% (tga puluh setengah persen) untuk daerah. Unverstas Sumatera Utara

16 E. Sektor Perkanan Penermaan perkanan yang dterma secara nasonal dbag dengan permbangan 20% (dua puluh persen) untuk pemerntah dan 80% (delapan puluh persen) untuk daerah. F. Sektor Pertambangan Panas Bum Pertambangan panas bum yang dhaslkan dar wlayah daerah yang bersangkutan yang merupakan penermaan negara bukan pajak, dbag dengan mbangan 20% (dua puluh persen) untuk pemerntah dan 80% (delapan puluh persen) untuk daerah. 2.2 Revew Peneltan Terdahulu Harahap (2009) menelt Pengaruh Dana Bag Hasl Pajak dan Dana Bag Hasl Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal pada Kabupaten dan Kota d Sumatera Utara. Peneltan n menunjukkan bahwa kedua varabel ndependent berpengaruh postf terhadap belanja modal secara bersama- sama dan secara parsal Dana Bag Hasl Pajak berpengaruh sgnfkan postf terhadap Belanja Modal sedangakan Dana Bag Hasl Sumber Daya Alam tdak berpengaruh sgnfkan terhadap Belanja Modal. Lukha (2013) menelt Pengaruh Dana Bag Hasl Pajak dan Dana Bag Hasl Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal pada Kabupaten/Kota d Sumatera Utara. Peneltan n menunjukkan bahwa varabel dana bag hasl pajak lebh berpengaruh terhadap belanja modaldarpada dana bag hasl sumber daya alam apabla dlhat dar nla korelas dansgnfkansnya. Dar hasl adjust R square menunjukkan bahwa pengaruh yangdberkan oleh varabel dana bag hasl pajak Unverstas Sumatera Utara

17 dan dana bag hasl sumber dayaalam terhadap belanja modal sebesar 19% sedangkan ssanya (81%) djelaskanoleh sebab-sebab lan dluar varabel peneltan. Maryad (2014) menelt pengaruh Pendapatan Asl Daerah, Dana Alokas Umum, Dana Bag Hasl, Ssa Lebh Pembayaan Anggaran dan Luas Wlayah terhadap alokas Belanja Modal pada Pemerntah Kabupaten dan Kota d Indonesa. Peneltan n menunjukkan bahwa secara parsal Pendapatan Asl Daerah berpengaruh sgnfkan namun dengan arah negatf, Dana Alokas Umum, Dana Bag Hasl, Ssa Lebh Pembayaan Anggaran dan Luas Wlayah berpengaruh sgnfkan terhadap Belanja Modal pada Kabupaten dan Kota d Indonesa Tahun Secara smultan varabel Pendapatan Asl Daerah, Dana Alokas Umum, Dana Bag Hasl, Ssa Lebh Pembayaan Anggaran dan Luas Wlayah berpengaruh sgnfkan terhadap Belanja Modal pada Kabupaten dan Kota d Indonesa Tahun Sregar (2013) menelt pengaruh Pendapatan Asl Daerah dan Dana Transfer yang terdr dar Dana Alokas Umum, Dana Bag Hasl Pajak dan Dana Bag Hasl Sumber Daya Alam, berpengaruh sgnfkan postf bak secara parsal maupun smultan terhadap Belanja Modal pada pemerntahan kabupaten dan kota d Propns Aceh. Peneltan n menunjukkan bahwa secara parsal Dana Bag Hasl Sumber Daya Alam yang mempunya pengaruh sgnfkan postf terhadap belanja modal. Sedangkan Pendapatan Asl Daerah (PAD), Dana Alokas Umum (DAU), dan Dana Bag Hasl Pajak tdak berpengaruh sgnfkan terhadap Belanja Modal. Secara Smultan Pendapatan Asl Daerah (PAD), Dana Alokas Umum Unverstas Sumatera Utara

18 (DAU), Dana Bag Hasl Pajak dan Dana Bag Hasl Sumber Daya Alam mempunya pengaruh sgnfkan postf terhadap Belanja Modal. Tabel 2.1 Peneltan Terdahulu No Nama Penelt Varabel yang Dgunakan 1. Harahap (2009) Independen: Dana Bag Hasl Pajak, Dana Bag Hasl Sumber Daya Alam. Dependen : Belanja Modal. 2. Lukha (2013) Independen: Dana Bag Hasl Pajak, Dana Bag Hasl Sumber Daya Alam. Dependen : Belanja Modal. Hasl Peneltan Peneltan n menunjukkan bahwa kedua varabel ndependent berpengaruh postf terhadap belanja modal secara bersama- sama dan secara parsal Dana Bag Hasl Pajak berpengaruh sgnfkan postf terhadap Belanja Modal sedangakan Dana Bag Hasl Sumber Daya Alam tdak berpengaruh sgnfkan terhadap Belanja Modal. Peneltan n menunjukkan bahwa varabel dana bag hasl pajak lebh berpengaruh terhadap belanja modal darpada dana bag hasl sumber daya alam apabla dlhat dar nla korelas dan sgnfkansnya. Dar hasl adjust R square menunjukkan bahwa pengaruh yang dberkan oleh varabel dana bag hasl pajak dan dana bag hasl sumber daya alam terhadap belanja modal sebesar 19% sedangkan ssanya (81%) djelaskan oleh sebab-sebab lan dluar varabel peneltan. Unverstas Sumatera Utara

19 3. Maryad (2014) Independen: Pendapatan Asl Daerah (PAD), Dana Alokas Umum (DAU), Dana Bag Hasl (BH), Ssa Lebh Pembayaan Anggaran, Luas Wlayah. Dependen : Belanja Modal. 4. Sregar (2013) Independen: Pendapatan Asl Daerah (PAD), Dana Alokas Umum (DAU), Dana Bag Hasl Pajak, Dana Bag Hasl Sumber Daya Alam. Dependen : Belanja Modal. Peneltan n menunjukkan bahwa secara parsal Pendapatan Asl Daerah berpengaruh sgnfkan namun dengan arah negatf, Dana Alokas Umum, Dana Bag Hasl, Ssa Lebh Pembayaan Anggaran dan Luas Wlayah berpengaruh sgnfkan terhadap Belanja Modal pada Kabupaten dan Kota d Indonesa Tahun Secara smultan varabel Pendapatan Asl Daerah, Dana Alokas Umum, Dana Bag Hasl, Ssa Lebh Pembayaan Anggaran dan Luas Wlayah berpengaruh sgnfkan terhadap Belanja Modal pada Kabupaten dan Kota d Indonesa Tahun Peneltan n menunjukkan bahwa secara parsal Dana Bag Hasl Sumber Daya Alam yang mempunya pengaruh sgnfkan postf terhadap belanja modal. Pendapatan Asl Daerah (PAD), Dana Alokas Umum (DAU), dan Dana Bag Hasl Pajak tdak berpengaruh sgnfkan terhadap Belanja Modal. Secara Smultan Pendapatan Asl Daerah (PAD), Dana Alokas Umum (DAU), Unverstas Sumatera Utara

20 Dana Bag Hasl Pajak dan Dana Bag Hasl Sumber Daya Alam mempunya pengaruh sgnfkan postf terhadap Belanja Modal. 2.3 Kerangka Konseptual Berdasarkan latar belakang dan landasarn teor dapat dbuat kerangka konseptual yang akan dtelt sepert yang terlhat dalam Gambar 2.1 Pendapatan Asl Daerah (X 1 ) Dana Alokas Umum (X 2 ) Dana Alokas Khusus (X 3 ) Belanja Modal (Y) Dana Bag Hasl (X 4 ) Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Stud tentang pengaruh pendapatan daerah (local own source revenue)terhadap pengeluaran daerah sudah banyak dlakukan. Azz et.al (2000); Do (1998);Von Furstenberg (1998), menyatakan dalam hpotess peneltannya bahwapenermaan daerah (terutama pajak) akan mempengaruh anggaran belanjapemerntah Daerahdkenal dengan namatax spend hypothess.dalam hal n pengeluaran Pemerntah Daerah akan dsesuakan dengan penermaan Pemerntah Daerah atau perubahan pendapatan terjad sebelum perubahan Unverstas Sumatera Utara

21 pengeluaran. Salah satu tujuan utama desentralsas fskal adalah tercptanya kemandran daerah. Pemerntah Daerah dharapkan mampu menggal sumbersumber keuanganlokal, khususnya melalu PAD (Sdk, 2002). PAD merupakan salah sumber pembelanjaan daerah. Jka PAD menngkat, maka dana yang dmlk oleh Pemerntah Daerah akan lebh tngg dan tngkat kemandran daerah juga akan menngkat, sehngga Pemerntah Daerahakan bernsatf untuk lebh menggal potens-potens daerah dan menngkatkan pertumbuhan ekonom (Tambunan,2006). Hal n menunjukkan suatu ndkas yang kuat, bahwa jka PAD suatu daerahmenngkat, maka kemampuan daerahuntuk melakukan pengeluaran belanja modal juga akan mengalam suatu penngkatan. Holtz eaken et.al (1985), menyatakan bahwa terdapat keterkatan erat antaratransfer darpemerntah Pusatdengan belanja pemerntah daerah. Stud yangdlakukan Legrenz dan Mlas (2001) dalam Abdullah dan Halm (2003) menemukanbukt emprs bahwa dalam jangka panjang transfer berpengaruh postf terhadap belanjamodal dan pengurangan jumlah transferdapat menyebabkan penurunan dalampengeluaran belanja modal. Prakoso (2004) memperoleh temuan emprs yang sama bahwa jumlah belanja modal dpengaruholeh dana alokas umum yang dterma dar Pemerntah Pusat.Hal nmengndkaskan bahwa perlaku belanja daerah terutama belanja modal dpengaruholeh DAU dan DAK. Dana bag hasl terdr dar dana bag hasl pajak dan dana bag hasl sumber daya alam. Jka pemerntah daerah mengngnkan transfer bag hasl yang tngg maka pemerntah daerah harus dapat mengoptmalkan potens pajak dan Unverstas Sumatera Utara

22 sumber daya alam yang dmlk oleh masng-masng daerah sehngga kontrbus yang dberkan dana bag hasl terhadap pendapatan daerah dapat menngkat sehngga besarnya pengalokasan anggaran belanja modal semakn menngkat pula. 2.4 Hpotess Peneltan Berdasarkan kerangka konseptual yang telah dkemukakan d atas, makahpotess peneltan dapat drumuskan sebaga berkut Pendapatan Asl Daerah dan Dana Tranfer berpengaruh sgnfkan secara smultan dan parsal terhadap Belanja Modal pada Pemerntahan Kabupaten/Kota d Sumatera Utara. Unverstas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN. Pasal II. Ditetapkan di Pacitan ; Pada tanggal :i3 - JR, BUPATI PACITAN. i Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal diietapkan.

MEMUTUSKAN. Pasal II. Ditetapkan di Pacitan ; Pada tanggal :i3 - JR, BUPATI PACITAN. i Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal diietapkan. BUPAT PACTAN. PERATUEAN BUPAT PACTAN : NOMOR 3 5 TAHUN 2008! TENTANG PERUBAHAN KEDUA PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KEBJAKAN AKUNTANS TAUN 2008 DAN SSTEM DAN PROSEDUR AKUNTANS! DENGAN

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN! PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 1^ TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PENGURANGAN, KERINGANAN, DAN PEMBEBASAN

BUPATI PACITAN! PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 1^ TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PENGURANGAN, KERINGANAN, DAN PEMBEBASAN BUPAT PACTAN! PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 1^ TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERAN PENGURANGAN, KERNGANAN, DAN PEMBEBASAN RETRBUS PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN Menlmbang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA KABUPATEN PACITAN ( DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN

TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA KABUPATEN PACITAN ( DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN 1 BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR S TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKAS DANA DESA KABUPATEN PACTAN ( DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN Menmbang Bahwa dalam rangka tertb

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

! PERATURAN BUPATI PACITAN 1 NOMOR ^2) TAHUN 2011 i

! PERATURAN BUPATI PACITAN 1 NOMOR ^2) TAHUN 2011 i BUPATI PACITAN! PERATURAN BUPATI PACITAN 1 NOMOR ^2) TAHUN 2011 ' TENTANG PERUBAHANKETIGAATAS PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PROVINSI JAWA TIMUR. j PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PACITAN PROVINSI JAWA TIMUR. j PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI PACITAN PROVINSI JAWA TIMUR j PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG TATACARA PERHITUNGAN DAN PENYALURAN DANA BAGI HASIL PAJAK DAERAH KABUPATEN PACITAN KEPADA PEMERINTAH DESA t T

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dlakukan basanya akan dsepakat terlebh dahulu bagamana cara pembayaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara BAB V KESMPULAN, MPLKAS DAN REKOMENDAS A. Kesmpulan Berdasarkan hasl peneltan yang telah durakan sebelumnya kesmpulan yang dsajkan d bawah n dtark dar pembahasan hasl peneltan yang memjuk pada tujuan peneltan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

TENTANG PETUNJuk PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAH RAGA

TENTANG PETUNJuk PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAH RAGA BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PETUNJuk PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG RETRBUS TEMPAT REKREAS DAN OLAH RAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

Perhitungan Bunga Kredit dengan Angsuran

Perhitungan Bunga Kredit dengan Angsuran Perhtungan Kredt dengan / Mengapa Perhtungan Kredt Perlu Dketahu? Perhtungan bunga kredt yang dgunakan bank akan menentukan besar keclnya angsuran pokok dan bunga yang harus dbayar Debtur atas kredt yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman yang semakin berkembang ini, dunia usaha dan industri

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman yang semakin berkembang ini, dunia usaha dan industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman yang semakn berkembang n, duna usaha dan ndustr mengalam kemajuan yang pesat, khususnya d bdang ndustr. Kemajuan perekonoman d Indonesa tdak terlepas dar

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR /3 TAIIUN 2007 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR /3 TAIIUN 2007 TENTANG 1 [ BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR /3 TAIIUN 2007 TENTANG BESARAN TUNJANGAN KOMUNIKASI INTENSIF (TKI) BAGI PIMPINAN DAN ANGGOTADEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAN BELANJA PENUNJANG OPERASIONAL

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

NOMOFT io renurt 2P1l

NOMOFT io renurt 2P1l BUPAT KATNGAN PERATURAN BUPAT KATNGAN ') NOMOFT o renurt 2P1l TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN DANA PERCEPATAN PEMBANGUNAN NFRASTRUKTUR DAERAH (DPPD) TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN R*HTUNT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT

Lebih terperinci

j PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR TAHUN 2012

j PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR TAHUN 2012 j! BUPATI PACITAN j PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR TAHUN 2012 ' TENTANG KUALITAS PIUTANG SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DAN PENYISIHAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH DI KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN. i PERATURAN BUPATI PACITAN j NOMOR 30 TAHUN 2008 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DI KABUPATEN PACITAN

BUPATI PACITAN. i PERATURAN BUPATI PACITAN j NOMOR 30 TAHUN 2008 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DI KABUPATEN PACITAN \. J 1 1! BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN j NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PELAYANAN MNMAL BDANG PENDDKAN D KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA j BUPAT PACTAN 'j Menmbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

Sistem Informasi Pendapatan Asli Daerah Pada Dinas Pendapatan Kabupaten Sangihe

Sistem Informasi Pendapatan Asli Daerah Pada Dinas Pendapatan Kabupaten Sangihe Jurnal Sstem Informas Bsns 0(011) On-lne : http://ejournal.undp.ac.d/ndex.php/jsnbs 59 Sstem Informas Pendapatan Asl Daerah Pada Dnas Pendapatan Kabupaten Sanghe Alfranus Papuas a,*, Mustafd b, Eko Ad

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tnjauan Teorts 2.1.1 Saham Menurut Anoraga (2006:58) saham adalah surat berharga bukt penyertaan atau pemlkan ndvdu maupun nsttus dalam suatu perusahaan. Saham berwujud selembar

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan salah satu instrumen kebijakan yang dipakai sebagai alat untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan salah satu instrumen kebijakan yang dipakai sebagai alat untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2.1.1 Pengertian dan unsur-unsur APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada hakekatnya merupakan salah satu instrumen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG JAMINAN KESUNGGUHAN DAN JAMINAN REKLAMASI I PERTAMBANGAN UMUM

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG JAMINAN KESUNGGUHAN DAN JAMINAN REKLAMASI I PERTAMBANGAN UMUM BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG JAMNAN KESUNGGUHAN DAN JAMNAN REKLAMAS PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN Menmbang Mengngat a. bahwa guna mendukung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

I NOMOR..I.L.. TAHUN 2012

I NOMOR..I.L.. TAHUN 2012 f BUPATI PACITAN! PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR..I.L.. TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN KLINIK PENGELOLA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN, Menmbang

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DALAM MEMBIAYAI PENGELUARAN DI PEMERINTAH KOTA DENPASAR

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DALAM MEMBIAYAI PENGELUARAN DI PEMERINTAH KOTA DENPASAR 188 ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DALAM MEMBIAYAI PENGELUARAN DI PEMERINTAH KOTA DENPASAR N Made Ayu Agustn ABSTRACT In order to be able to carry out regonal autonomy, a regonal government should be fnancally

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PROVINSl JAWA TIIHUR PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PACITAN PROVINSl JAWA TIIHUR PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI PACITAN PROVINSl JAWA TIIHUR PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 43 TAHUN 204 TENTANG TATA CARA PENYESUAIAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN 205 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat BABl PENDAHULUAN 1.1. LAT AR BELAKANG PERMASALAHAN ndonesa merupakan negara yang sedang berkembang dengan tngkat populas yang cukup besar. Dengan jumlah penduduk dewasa n mencapa lebh dar 180 juta jwa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN I PERATURAN BUPATI PACITAN \ NOMOR 15 TAHUN 20U TENTANG

BUPATI PACITAN I PERATURAN BUPATI PACITAN \ NOMOR 15 TAHUN 20U TENTANG s BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN \ NOMOR 15 TAHUN 20U TENTANG PERUBAHANKEDUAATAS PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN. PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR g TAHUN 2006

BUPATI PACITAN. PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR g TAHUN 2006 BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR g TAHUN 2006 ' TENTANG PENETAPAN BESARNYA PREMI ASURANSI KESEHATAN BAGI PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH! KABUPATEN PACITAN > BUPATI PACITAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan kombnas atau mxed methods. Cresswell (2012: 533) A mxed methods research desgn s a procedure for collectng, analyzng and mxng

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Tempat dan waktu Peneltan Peneltan dlakukan pada Perusahaan Daerah Ar Mnum Kabupaten Gorontalo yang beralamat d jalan Gunung Bolyohuto No. 390 Kelurahan Bolhuangga Kecamatan

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN (THE ANALYSIS OF ADDED VALUE AND INCOME OF HOME INDUSTRY KEMPLANG BY USING FISH AND TAPIOCA AS

Lebih terperinci

BUPATI RIALUKU TENGGARA BARAT

BUPATI RIALUKU TENGGARA BARAT BUPATI RIALUKU TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT NOMOR: 13 TAHUN2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR TAHUN 2011 TENTANG BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN UMUM TATA CARA PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PENYELENGGARAAN PEMERNTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menmbang Mengngat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertan Pajak Menurut Prof. DR. Rochmat Soemtro SH. (2012:1), Pajak adalah uran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dpaksakan) dengan tdak mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Lokas peneltan adalah d kampus Jurusan Penddkan Teknk Spl FPTK UPI yang beralamat d Jl. Dr. Setabud No. 07 Bandung, 40154. 3. Metode Peneltan Metode peneltan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PROVINSI JAWA TIHUR. PERATURAN BUPATI PACITAN i NOMOR;i-i Jl TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PACITAN PROVINSI JAWA TIHUR. PERATURAN BUPATI PACITAN i NOMOR;i-i Jl TAHUN 2014 TENTANG J BUPAT PACTAN PROVNS JAWA THUR PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR;- Jl TAHUN 204 TENTANG TATA CARA PEMBATALAN KETETAPAN PAJAK BUM DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHBfAT TUHAN YANG MAHA ESA! BUPAT

Lebih terperinci

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah RINGKASAN OPTIMALISASI PELAKSANAAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF DENGAN GROUP RESUME DAN CONCEPT MAP DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN EKONOMI Oleh: Endang Mulyan Daru Wahyun Peneltan n bertujuan

Lebih terperinci

BABY. S!MPULAN DA:"i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan

BABY. S!MPULAN DA:i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan BABY S!MPULAN DA:" SARAN A. Smpulan Rumah sakt adalah bentuk organsas pengelolaan jasa pelayanan kesehatan ndvdual secara menyeluruh oleh karena tu dperlukan penerapan vs. ms. dan strateg seara tepat oleh

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PENDELEGASIAN SEBAGIAN KEWENANGAN BUPATI KEPADA CAMAT DI KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PACITAN PENDELEGASIAN SEBAGIAN KEWENANGAN BUPATI KEPADA CAMAT DI KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 3^ TAHUN 2012 TENTANG PENDELEGASIAN SEBAGIAN KEWENANGAN BUPATI KEPADA CAMAT DI KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN, ' Menmbang

Lebih terperinci

BUEAn PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOHOR 47 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN SEWA BARANG MILIK DAERAH

BUEAn PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOHOR 47 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN SEWA BARANG MILIK DAERAH BUEAn PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOHOR 47 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN SEWA BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHHAT TUHAN YANG MAHA ESA,. BUPATI PACITAN, Menlmbang : a. bahwa barang mlk Daerah

Lebih terperinci

LAPORAN PENGUKURAN INDEK PENERAPAN NILAI BUDAYA KERJA (IPNBK) TAHUN 2017

LAPORAN PENGUKURAN INDEK PENERAPAN NILAI BUDAYA KERJA (IPNBK) TAHUN 2017 LAPORAN PENGUKURAN NDEK PENERAPAN NLA BUDAYA KERJA (PNBK) TAHUN 2017 KEMENTERAN PERTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANAN BALA BESAR PELATHAN PERTANAN KETNDAN MALANG - JAWA 2017 TMUR KATA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemodelan persamaan struktural atau Structural Equation Modeling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemodelan persamaan struktural atau Structural Equation Modeling BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pemodelan Persamaan Struktural Pemodelan persamaan struktural atau Structural Equaton Modelng (SEM) merupakan analss multvarat yang dapat menganalss hubungan varabel secara

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN. : PERATURAN BUPATI PACITAN ] NOMOR 15 TAHUN 2014 i TENTANG

BUPATI PACITAN. : PERATURAN BUPATI PACITAN ] NOMOR 15 TAHUN 2014 i TENTANG BUPAT PACTAN : PERATURAN BUPAT PACTAN ] NOMOR 5 TAHUN 204 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPAT NOMOR 20 TAHUN 203 TENTANG KEBJAKAN AKUNTANS PEMERNTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN,

Lebih terperinci