RINGKASAN EKSEKUTIF. Page 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RINGKASAN EKSEKUTIF. Page 1"

Transkripsi

1 Page 1 KONSULTAN MANAJEMEN NASIONAL Kantor Propinsi Nusa Tenggara Timur Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Agribisnis Perdesaan Alamat : Jl.Anggur No. 10A, Kebun Raja I, Naikoten I Kupang NTT Telp/Fax : (0380) E mail : ppk_provntt@yahoo.com LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN PILOT PROGRAM PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN PROPINSI NTT Sampai Dengan Bulan Lampiran: 1 Lembar RINGKASAN EKSEKUTIF Dalam bidang budidaya pertanianlah, tulang punggung perekonomian berkelanjutan menjadi sebuah ukuran kemenangan atau kekalahan, - Gunner Myrdal, Nobel Laureate in Economics Sampai dengan bulan, tahapan kegiatan PNPM Agribisnis Perdesaan sudah 100% menyelesaikan tahapan kegiatan perencanaan. Pada minggu pertama sampai dengan minggu kedua dalam bulan Oktober, sudah dilaksanakan pelatihan TPK di 5 Kecamatan, Kecuali Kecamatan Amanuban Selatan yang akan melakukan pelatihan TPK direncanakan tanggal 27. Keterlambatan ini disebabkan belum adanya FK AP yang mengelola pelaksanaan program di Kecamatan Amanuban Selatan. Pada bulan yang sama, Spesialis PNPM AP bekerjasama dengan IFC dan ACIAR melakukan proses shortlist terhadap 83 BDSP (Business Development Service Provider) yang kemudian dikirimkan kepada Fas. Kab. FK AP TPK untuk ditindaklanjuti. TPK didampingi oleh FK Agribisnis Perdesaan (seterusnya: FK AP) dan Pendamping Lokal Agribisnis Perdesaan (seterusnya:pla) kemudian akan melakukan penilaian terhadap short list BDSP dan kemudian mengirimkan TOR dan outline proposal ke BDSP hasil penilaian awal. Diharapkan pada akhir, sudah dapat dilakukan proses pelelangan. Pada proses pelelangan, setiap BDSP yang mengajukan proposal, diundang untuk mempresentasekan hasil kegiatannya yang berkaitan dengan jenis pelatihan yang akan dipilihnya. BDSP yang lolos dalam proses pelelangan akan melakukan penandatanganan kontrak dengan TPK. Kegiatan Pelatihan akan dilaksanakan pada bulan November 2008 sampai dengan bulan Maret 2009 dan disesuaikan dengan kalender musim, misalnya: pelatihan bulan Maret, dilakukan pelatihan tentang Hijauan Makanan Ternak (HMT), karena pada saat ini, belum tersedia cukup hijauan makanan ternak. Untuk mendukung sinergi pola perencanaan pembangunan partisipatif, pada Bulan September dan Oktober telah dilakukan pengembangan jaringan dengan ragam pemangku kepentingan yang memiliki kepedulian yang sama dalam hal pengembangan pertanian di Propinsi NTT. Beberapa pemangku kepentingan tersebut yaitu Yayasan TLM, PUSKUD, Zeth Malelak, BPTP Naibonat, AusAID, Yayasan Lensa Mandiri, FAO, UNICEF, Oxfam, Care Interntional, Badan Bimas Ketahanan Pangan, dan PIDRA. Salah satu isu yang menjadi topik pembahasan adalah mengenai isu ketahanan pangan dan gizi buruk di Propinsi NTT.

2 Page 2 Kesenjangan informasi dan komunikasi dalam pelaksanaan kegiatan seringkali menghambat perkembangan kegiatan di lapangan. Beberapa upaya yang selama ini dilakukan untuk meminimalkan kendala tersebut, KMN Propinsi NTT melakukan pengembangan blogsite di yang berisi mengenai informasi dan bahan wacana mengenai pengembangan konsep agribisnis. Selain itu juga memberikan penguatan pada saat kunjungan lapangan dan forum Rakor Propinsi. Masalah masalah yang dihadapi sampai dengan bulan September 2008 : 1). FK AP Kecamatan Amanuban Selatan, sejak 14 Mei sampai dengan saat ini masih belum ada. Hal ini berdampak pada percepatan dan mutu pelaksanaan kegiatan di lapangan; 2). Gaji konsultan dan FK yang tidak tepat waktu serta biaya SPPD tenaga Konsultan yang belum terbayarkan selama 3 (tiga) bulan. Hal ini seringkali mendimotivasional pelaksana program; 3). Belum adanya biaya opersional kantor untuk PNPM AP baik di Provinsi maupun Kabupaten yang berdampak terhadap mutu dukungan instrumentasi pelaku di lapangan, misalnya: ketersediaan modul modul pelatihan pelaku (Kader, Pendamping lokal, TPK); 5). Ketidaksepahaman antara BDSP dan TPK berkaitan dengan peran dan implikasinya terhadap pagu dana yang telah ditetapkan dalam SPC; 7). Phase Out PNPM MP di beberapa Lokasi PNPM AP pada tahun anggaran 2009 yang berimplikasi terhadap ketiadaan FT dan kegiatan sarana dan prasarana untuk mendukung pengembangan kegiatan agribisnis. 8) Beban Fas.Kab. PNPM MP yang berdampak pada lemahnya pemahaman, inovasi dan fokus pengembangan konsep agribisnis sesuai dengan potensi dan permasalahan di lokasi pilot program. Sebagai tindak lanjut dari perkembangan kegiatan yang ada di lapangan, pada bulan Oktober 2008 ini Spesialis PNPM AP KMN Propinsi NTT akan melakukan beberapa kegiatan dengan fokus: 1). Melakukan OJT dan IST pada saat kunjungan lapangan dan Rakor Kabupaten, khususnya untuk Kecamatan Amanuban Selatan dan Riung Barat sebagai Kecamatan yang dinilai lemah dalam hal pencapaian progress; 2). Melakukan pengembangan jaringan dengan pemangku kepentingan yang dapat memberikan dukungan kegiatan di lapangan; 3). Melakukan konsolidasi dengan pihak ACIAR dan IFC khususnya berkaitan dengan pengetahuan baik on farm maupun off farm sesuai dengan komoditas yang menjadi potensi; 4). Memfasilitasi pengelolaan kegiatan Rakor Provinsi terutama berkaitan dengan BDSP dan hubungannya dengan pelatihan kelompok tani.

3 Page 3 1. PENDAHULUAN 1.1. GAMBARAN UMUM T ahun 2008 merupakan tahun transisi dari Kebijakan PPK menuju pada Kebijakan PNPM Mandiri Perdesaan, termasuk didalamnya adalah perubahan kebijakan politik, kebijakan administrasi dan keuangan. Banyak sekali dampak yang terjadi akibat perubahan kebijakan tersebut termasuk didalamnya adalah pelaksanaan PNPM Agribisnis Perdesaan mulai dari kebijakan dekosentrasi, perbantuan dan kebijakan lainnya yang berdampak kepada keterlambatan gaji bagi Kons/fasilitator, Keterlambatan Pencairan dana DOK, Revisi DIPA dll. Dengan segenap daya, pelaksanaan PNPM AP di Propinsi NTT telah mencapai 100 % tahap pelaksanaan kegiatan perencanaan. Isu utama yang mewarnai aktivitas pada bulan adalah pelelangan BDSP, persiapan pelaksanaan kegiatan di lapangan hasil MAD Pendanaan, pemantauan dan evaluasi mutu kegiatan di lapangan, pengembangan jaringan dan dukungan penguatan terhadap pelaku di lapangan. Tabel 1 merupakan gambaran usulan kegiatan terdanai di lokasi pilot program PNPM AP di Propinsi NTT. Tabel 1: Gambaran Usulan Terdanai Kegiatan PNPM AP di Propinsi NTT No Kabupaten Kecamatan Usulan Terdanai Komoditas 1 TTS (Timor Mollo Utara 26 Kacang tanah, Sapi Bali, Kacang Tengah Kedelai, Jeruk Keprok, Hortikultura Selatan) (sayur), Ubi Kapuk, Bawang, Ikan Air Tawar. Amanuban 17 Ayam buras, babi, Sapi bali, Selatan Kambing, Hortikultura, Jagung, Padi. Kuan Fatu 19 Hortikultura (sayur), Sapi Bali, Kelapa (kopra), Ayam buras. Keterangan Dominasi komoditas hortikultura Dominasi komoditas peternakan Dominasi komoditas peternakan Sub Total 62 Usulan Kegiatan 2 Ngada Golewa 30 Kakao, Mente, Kopi, Ikan. Dominasi komoditas perkebunan Aimere 20 Kakao, Mente, Kelapa (kopra). Dominasi komodidtas perkebunan Riung Barat 19 Kacang Kedelai, Padi, Sapi, Kacang hijau, Kemiri. Sub Total 69 Usulan Kegiatan Total Usulan Terdanai 131 Usulan Kegiatan Sumber: Laporan hasil MAD Pendanaan 6 Kecamatan Pilot PNPM AP Prop. NTT Okt. 2008, data diolah. Dominasi komoditas peternakan dan tanaman pangan. Usulan kegiatan dalam tabel 1 bukan hanya menyangkut pengembangan kapasitas kelompok tani, namun juga ada usulan kegiatan dalam bentuk pembangunan sarana dan prasarana pendukung pengembangan agribisnis di lokasi pilot program. Dari keseluruhan usulan tedanai yang menjadi titik kritis adalah kedalaman proses pendampingan dari FK AP terhadap kelompok tani di desa terdanai. Salah satu kelemahan dari kelompok tani di lokasi pilot program adalah lemahnya modal sosial dan manajemen kelompok tani. Menimbang banyaknya kelompok tani yang diampu oleh FK AP dan kesulitan kondisi geografis di lokasi pilot maka direkomendasikan agar FK AP mengoptimalkan BDSP terpilih untuk mendampingi kelompok tani yang ada, selain itu juga mengoptimalkan kapasitas pelaku PNPM AP di tingkat desa yaitu KAD dan TPK.

4 Page Kegiatan KMN Propinsi NTT Bulan September s/d 15 Kegiatan KMN Popinsi NTT pada bulan September s/d 15 terutama adalah memberikan dukungan bagi pelaku di lapangan mengenai persiapan proses pelelangan BDSP, pemantauan dan evaluasi mutu kegiatan, pengembangan jaringan pemangku kepentingan pendukung, penyusunan instrumentasi pendukung pelaksanaan lelang BDSP, dan pengembangan sistem informasi perkembangan kegiatan dan wacana pendukung pelaksanaan program. Tabel berikut menggambarkan kegiatan KMN Propinsi NTT: Tabel 2: Kegiatan KMN Propinsi NTT Bulan September s/d 15 No Kegiatan Pelaku Yang Terlibat 1. IST/OJT tentang Fas.Kab, FK AP, pemahaman dan PLA konsepsi BDSP. 2. Pemantauan & Evaluasi: FGD dengan topik evaluasi kegiatan Pagas, Depth Interview, observasi kegiatan MAD Pendanaan. 3. Pemantauan kegiatan pelatihan UPK di Kab. Ngada 4. Pengembangan jaringan: Field visit, diskusi, depth interview 5. Pengembangan jaringan: Workshop ketahanan pangan dan Gizi Buruk di Propinsi NTT. PLA dan FK AP, Ketua Kelompok Tani, Fas.Kab./T Kab. UPK dan KPMD/KAD di Kabupaten Ngada World Bank (Roger Montgomery, William Ruscoe, Rilus Kinseng, Rohandi), AusAID (Richard Manning), IFC Lensa Mandiri, TLM, Puskud, PIDRA, BPTP. Departemen Pertanian, FAO, Unicef, Oxfam, Care International, WVI, Yayasan Alfa Hasil, Rekomendasi & Tindak Lanjut Catatan: Fas.Kab., FK AP dan PLA perlu mendalami konsepsi BDSP dan pelibatannya dalam pelaksanaan Pilot Program PNPM AP. Rekomendasi & Tindak Lanjut: Penguatan terhadap Fas.Kab dalam hal konsepsi BDSP. Sebagai tindak lanjut akan dilakukan penguatan materi mengenai BDSP pada Forum Rakor Propinsi NTT Bulan November 2008 dan memberikan bahan pendukung mengenai BDSP yang dapat diakses secara online di Hasil: PLA dan FK AP mengungkapkan secara bebas dan melakukan analisa permasalahan pada proses penggalian gagasan. Rekomendasi & Tindak Lanjut: Penguatan terhadap FK Ap dan Penlok berfokus pada hasil analisa permasalahan proses penggalian gagasan. Sebagai tindak lanjut telah disampaikan hasil analisa dalam Forum Rakor Propinsi bulan Oktober 2008 dan OJT pada saat Field Visit. Hasil: Penyelenggaraan pelatihan dilakukan dengan baik. Hasil: 1) sinergi pemangku kepentingan dalam isu pengembangan agribisnis, transfer knowledge, dukungan pelaksanaan kegiatan dan diseminasi PNPM AP, dan penguatan wacana mengenai isu ketahanan pangan, gizi buruk dan asuransi komoditas pertanian di wilayah NTT. 2) Kelompok tani mengetahui musim paceklik dan cara mengantisipasinya. Rekomendasi & Tindak Lanjut: Ragam data menunjukkan bahwa kasus rawan pangan di Provinsi NTT perlu diwaspadai. Sebagai tindak lanjut, KMN akan menginformasikan isu rawan pangan di forum rakor sebagai wacana dan mendiseminasikannya secara online. Hasil: 1) sinergi pemangku kepentingan dalam isu pengembangan agribisnis, 2) transfer knowledge, 3) dukungan pelaksanaan kegiatan dan diseminasi PNPM AP, 4) penguatan wacana mengenai isu ketahanan pangan dan gizi buruk di wilayah NTT, 5) Laporan Konsultasi Bank Dunia

5 Page 5 6. Pengembangan sistem informasi pendukung kegiatan PNPM AP secara online 7. Rakor Propinsi NTT bulan September Omega, AusAID, Departemen Kesehatan, CWS, IFAD, Save the Children. Konsultan MIS World Bank. Fas. Kab/T Kab., Pendamping UPK daan PjoKab. Rekomendasi & Tindak Lanjut: Ragam data menunjukkan bahwa kasus rawan pangan di Provinsi NTT perlu diwaspadai. Cukup menyedihkan ketika alokasi dana PNPM per Kecamatan yang berkisar antara 2 s/d 3 M masih belum mampu mengantisipasi permasalahan pangan. Sebagai tindak lanjut, KMN akan menginformasikan isu rawan pangan di forum rakor sebagai wacana dan mendiseminasikannya secara online. Hasil: update informasi, rate kunjungan per 15 : 1500 Kunjungan sejak launching Bulan Agustus Rekomendasi & Tindak Lanjut: Tetap konsisten melakukan up date informasi. Hasil: Koordinasi dan konsolidasi hasil temuan di lapangan, pembahasan materi prosedur pelelangan BDSP. Rekomendasi & Tindak Lanjut: Tetap konsisten melakukan up date informasi.

6 Page 6 2. KEMAJUAN PROGRAM Partisipasi sebagai ciri dari pemberdayaan terus dipantau dalam setiap tahapan kegiatan PNPM Agribisnis Perdesaan. Tingkat partisipasi masyarakat secara kualitatif belum dapat diukur secara spesifik. Saat ini, tingkat partisipasi baru dapat diukur secara kuantitatif, yaitu banyaknya peserta musyawarah yang hadir baik laki laki maupun perempuan. Banyaknya peserta musyawarah dari kalangan rumah tangga miskin juga dipantau dalam rangka mendorong peran aktif masyarakat dari kalangan tersebut. Berikut merupakan jumlah tingkat partisipasi masyarakat dalam tahapan kegiatan PNPM Agribisnis Perdesaan sampai Bulan : 2.1. Tingkat Partisipasi Tabel 3: Tingkat Partisipasi Pelaksanaan PNPM AP Tk. Kecamatan di Kab. Ngada per 15 No Tahapan Kabupaten Ngada Golewa Riung Barat Aimere lk pr RTM %lk %pr %RTM lk pr RTM %lk %pr %RTM lk pr RTM %lk %pr %RTM 1 MAD I ,72 45,28 83, ,33 26, ,56 36,44 83,05 2 MD I ,35 47,65 96, ,54 33, ,02 35,98 96,84 3 Latih Kader Pagas ,43 43, ,22 49, ,95 43, MDKP ,94 80,06 92, ,6 88, MD II ,43 44,57 89, ,99 72,01 74, ,79 40, TPU ,33 66, ,93 52, ,67 33, TV ,57 21, ,67 33, ,67 33, MAD II ,9 41, ,17 44, ,54 46,46 51,97 10 Pertemuan ,98 17, ,98 17, ,98 17,02 Kabupaten 11 MAD III ,51 46, ,79 28, ,19 33, MD III ,18 52, ,51 57, ,48 43,52 100

7 Page 7 Tabel 4 : Tingkat Partisipasi Pelaksanaan PNPM AP Tk. Kecamatan di Kab. TTS per 15 No Tahapan Kabupaten TTS Mollo Utara Amanuban Selatan Kuanfatu lk pr RTM %lk %pr %RTM lk pr RTM %lk %pr %RTM lk pr RTM %lk %pr %RTM 1 MAD I ,17 47, ,92 22, MD I ,43 31,57 82, ,27 26, ,34 30,64 88,48 3 Latih Kader ,85 46, ,5 46,67 53, ,14 42, Pagas ,90 42,10 86, ,06 39,94 97, ,57 41,43 95,69 5 MDKP ,17 83,83 80, , ,34 96,66 96,66 6 MD II ,88 42,12 80, ,31 50,69 98, ,18 51,82 95,94 7 TPU ,12 55,88 82, ,67 33, TV ,33 16, ,67 33, MAD II ,13 41,87 83, ,36 49, ,14 42,86 89,28 10 Pertemuan ,64 11, ,64 11, ,64 11,36 Kabupaten 11 MAD III ,44 41,56 81, ,68 26,32 87, ,52 40, MD III ,83 35, ,52 50, Tabel 5: Tingkat Partisipasi Pelaksanaan PNPM AP Tk. Kabupaten per 15 No Tahapan Ngada TTS lk pr RTM %lk %pr %RTM lk pr RTM %lk %pr %RTM 1 MAD I ,78 39, ,04 37, MD I ,17 44,83 97, ,07 29,93 88,85 3 Latih Kader ,82 43,18 68, ,43 48, Pagas ,86 46, ,60 42,40 91,25 5 MDKP ,86 91,14 96, ,43 92,57 90,53 6 MD II ,20 47,80 90, ,30 47,70 90,43 7 TPU ,82 53, ,52 43,48 94,78 8 TV ,12 30, ,36 19, MAD II ,32 43,68 76, ,6 36,4 92,8 10 Pertemuan Kabupaten ,98 17, ,64 11,36 11 MAD III ,83 39, ,84 37,16 90,37 12 MD III ,11 50, ,24 43,76 100

8 Tabel 6: Tingkat Partisipasi Pelaksanaan PNPM AP Tk. Propinsi per 15 Page 8 Provinsi Nusa Tenggara Timur No Tahapan lk pr RTM % lk % pr % RTM 1 MAD I ,30 38,70 93,85 2 MD I ,14 39,86 94,40 3 Latih Kader ,95 44,05 79,21 4 Pagas ,17 43,83 94,60 5 MDKP ,4 91,6 94,42 6 MD II ,23 41,77 90,29 7 TPU ,15 49,85 98,21 8 TV ,19 25, MAD II ,91 45,09 85,06 10 Pertemuan ,71 14,29 Kabupaten 11 MAD III ,84 38,16 95,17 12 MD III ,17 49, Berikut merupakan hasil analisa tingkat partisipasi di dua Kabupaten lokasi PNPM AP Propinsi NTT : 1. Kabupaten Ngada. Musyawarah Antar Desa Pendanaan dan Musyawarah Desa Informasi, terbaca bahwa persentase tingkat kehadiran laki laki lebih tinggi dari perempuan. Hal ini mungkin disebabkan karena proses kegiatan bersamaan dengan musim persiapan lahan untuk kegiatan pertanian, dan umumnya kaum perempuan lebih banyak melakukan pekerjaan persiapan lahan. 2. Kabupaten TTS. MAD Pendanaan dan Musyawarah Desa Informasi sudah dilaksanakan di 3 Kecamatan, namun pelaksanaan di Kecamatan Amanuban Selatan mengalami keterlambatan, hal ini akibat dari ketiadaan FK AP. Sehingga, data partisipasi MD informasi untuk Kecamatan Amanuban Selatan belum dapat ditampilkan karena sedang dalam proses perhitungan. Secara umum, jumlah partisipasi laki laki lebih tinggi dari perempuan, hal ini mungkin saja disebabkan karena faktor budaya, dimana kaum perempuan lebih banyak meluangkan waktu di kebun dan rumah. Secara umum, data yang termuat menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat cukup baik, dimana pada proses MAD, persyaratannya adalah 6 orang perdesa, 3 laki laki dan 3 perempuan. Pada tabel terlihat bahwa, partisipasi laki laki melebihi ketentuan, yang seharusnya untuk 79 desa, kehadiran sebanyak 237 orang (pada tabel 269 orang), sedangkan perempuan yang seharusnya 237 orang juga, yang hadir hanya 166 orang atau sebesar 70%. Meskipun demikian, angka ini dinilai cukup baik untuk mewakili keterwakilan perempuan dalam pertemuan MAD Tingkat Penyerapan BLM PNPM AP Propinsi NTT Pencairan Dana BLM sedang dalam proses pengajuan ke KPPN, dan diharapkan sudah cair pada minggu ke empat bulan, sebesar 40%. Tabel 7 : Capaian Penyerapan BLM PNPM Agribisnis Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2008 No Provinsi Capaian Penyerapan BLM TA 2008 Pagu (Rp) Penyerapan (Rp) Persentase (%)

9 Page 9 1 NTT Kecamatan Mollo Utara Kecamatan Kuanfatu Kecamatan Amanuban Selatan Kecamatan Golewa Kecamatan Aimere Kecamatan Riung Barat Total Progress Penyerapan DOK Tahun 2008 Tabel 8: Capaian Penyerapan DOK PNPM Agribisnis Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2008 Provinsi Capaian Penyerapan DOK TA 2008 Jumlah Kecamatan Pagu (Rp) Penyerapan (Rp) Persentase (%) NTT Perencanaan Kegiatan ,59 Pelatihan ,30 Total ,94 Penggunaan dana DOK, untuk Kabupaten Ngada dapat dirinci sebagai berikut : 1. Kecamatan Golewa : Total : Rp ; teridir dari Perencanaan : Rp , pelatihan : Rp ; 2. Aimere: total : , terdiri dari : Perencanaan : Rp ; Pelatihan Rp Kecamatan Riung Barat : total : Rp , yang terdiri dari : Perencanaan, Rp ; dan pelatihan Rp ; Penggunaan dana DOK, untuk Kabupaten TTS dapat dirinci sebagai berikut : 1. Kecamatan Mollo Utara : Total Rp , terdiri dari ; Perencanaan, Rp ; dan Pelatihan, Rp Kecamatan Kuanfatu : total Rp , teridir dari Perencanaan ; Rp ; Pelatihan : Rp Kecamatan Amanuban Selatan : total : Rp , teridir dari; Perencanaan : Rp ; Pelatihan Rp , 2.4 Tahapan dan Alur Tabel 9: Tahapan/alur Kegiatan PNPM Agribisnis Perdesaan Provinsi NTT Sampai dengan 20 No Tahapan Kecamatan/Desa Yang Telah Melaksanakan Jumlah Kec Persentase (%) Jumlah Desa Persentase (%) 1 MAD I MD I Latih KPMD PAGAS MDKP

10 Page 10 6 MD II PU VU MAD II MAD III MD III Cair BLM 13 Salur BLM 14 MDST Proses perencanaan akhir yaitu MAD Pendanaan untuk 6 Kecamatan. MD Informasi sudah dilaksanakan di 74 Desa. Pengajuan SPPB pada saat ini sedang dalam proses. Sedangkan untuk kegiatan sarana prasarana sudah dalam proses pengerjaan, dan akan selesai pada Desember 2008.

11 Page 11 3.PENGENDALIAN Kegiatan pengendalian pelaksanaan kegiatan PNPM Agribisnis Perdesaan dilakukan dengan cara melakukan kegiatan pemantauan, pelaporan, dan pemeriksaan melalui mekanisme kunjungan lapangan yang dilakukan oleh pelaku PNPM AP di KMN Propinsi NTT Permasalahan di Lapangan Beberapa permasalahan internal antara lain sebagai berikut: No Masalah Rekomendasi Keterangan 1 Ketiadaan FK AP Satker PMD Pusat, perlu Sedang Pelatihan Pra Tugas FK menganggarkan dana untuk pelatihan pra tugas FK AP yang berstatus cadangan. 2 Modul modul pelatihan Perlu pengadaan modulmodul pelatihan Modul PNPM MP sebagian tidak cocok untuk pelatihan masyarakat (PNPM AP) masyarakat belum ada masyarakat 3 Keterlambatan gaji Pembayaran gaji mengacu ke SOP Sampai saat ini SOP sebagai pedoman pembayaran gaji tidak berlaku. 4 Operasional Kantor PNPM AP tidak ada 5 FK belum memahami teknik fasilitasi Supaya dialokasikan operasional PNPM AP, terutama di tingkat Provinsi dan Kabupaten OJT dan IST setiap kunjungan lapangan oleh Sp.SADI dan Monev SADI 6 RKTL sering molor FK perlu membuat strategi untuk kegiatankegiatan lapangan, agar dapat diselesaikan. 7 Proses Perekrutan BDSP tidak sesuai dengan RKTL Pihak PMO SADI supaya mengacu pada RKTL 3.2. Kondisi Pelaku PNPM Agribisnis Perdesaan Anggaran operasional di tingkat provinsi untuk mendukung kegiatan operasional pelaku PNPM Agribisnis Perdesaan dalam memfasilitasi kebutuhan FK AP meliputi kegiatan administrasi, pengembangan sistem informasi, dan pengembangan jaringan pendukung bagi pelaku kegiatan di tingkat Kabupaten dan Kecamatan. Anggaran operasional di tingkat kabupaten untuk mendukung kegiatan administrasi Fas Kab/T Kab dan memfasilitasi kebutuhan koordinasi dan konsolidasi dengan FK; Fasilitasi masyarakat, berbeda dengan fasilitasi dalam kelas. Sering terbentur dengan kegiatan kegiatan budaya dan tradisi masyarakat. Keterlambatan perekrutan BDSP 1 bulan. Isu penting terkait dengan kondisi pelaku PNPM Agribisnis Perdesaan di masing masing kecamatan adalah 1) kekosongan FK Agribisnis Perdesaan di Kec. Amanuban Selatan; 2) Keterlambatan gaji dan tunjangan Konsutan PNPM Agribisnis Perdesaan di tingkat Provinsi dan Kecamatan; 3) keterlambatan biaya transportasi bagi PLA dan KAD. Kondisi Pelaku PNPM Agribisnis Perdesaan selanjutnya dapat dibaca pada tabel berikut: Tabel 7: Rekapitulasi kondisi pelaku PNPM Agribisnis Perdesaan Provinsi NTT per No Nama Jabatan Tgl. Status Gaji

12 Page 12 1 Maria Regina Tan Sp SADI Mobilisasi 27 Nov Christianto Sp MONEV 27 Nov FK SADI, Kec. Amanuban Selatan 4 Dominggus FK SADI, Kec. Oematan 5 Djohardjo M Rato Padeda 6 Jacobus Wara 7 Simon Todeng 8 Ediltrudis T. Unge Mollo Utara FK SADI, Kec. Kuan Fatu FK SADI, Kec. Aimere FK SADI, Kec. Golewa FK SADI, Kec. Riung Barat 1 Feb Feb Feb Feb Feb Feb )Keterlambatan Gaji; 2)Biaya OSA/ILT SPPD Bulan Juni, Juli, Agustus dan biaya transportasi belum terbayar oleh PT. Amytas 1)Keterlambatan Gaji; 2)Biaya OSA/ILT SPPD Bulan Juni, Juli, Agustus dan biaya transportasi belum terbayar oleh PT. Amytas Belum ada FK AP pengganti. Keterlambatan Gaji Keterlambatan Gaji Keterlambatan Gaji Keterlambatan Gaji 1)Keterlambatan Gaji; 2) SP1 terkait dengan indikasi tindakan indisipliner. Saran: Pengambil kebijakan program PNPM Mandiri hendaknya segera merekrut dan menetapkan personil FK Agribisnis Perdesaan di Kecamatan Amanuban Selatan; Pengambil kebijakan program PNPM Mandiri hendaknya memberikan dukungan kebijakan dalam manajeme gaji konsultan dan perjalanan dinas para pelaksana Pilot Program SADI Faktor Penghambat Pencapaian Indikator Keberhasilan Usulan kegiatan dari masing masing Desa di 6 Kecamatan lokasi pilot program telah diperoleh melalui serangkaian tahapan kegiatan penggalian gagasan. Untuk melangkah ke tahap selanjutnya, alangkah baik jika mempertimbangkan beberapa hal dalam upaya untuk menyusun strategi pelaksanaan pilot program. Beberapa hal berikut sebaiknya menjadi pertimbangan dalam merumuskan strategi pelaksanaan kegiatan pengembangan agribisnis di wilayah NTT berdasarkan atas hasil observasi, penggalian gagasan dan proses live in di lokasi pilot program: a. Hambatan Modal sosial kelompok masyarakat tani. Kelompok tani hanya berkegiatan jika ada proyek dari pihak pemerintah dan atau LSM dan setelah proyek selesai maka kelompok tani juga mandeg. Kelompok juga belum memiliki sistem manajemen kelembagaan yang solid melalui kesepakatan/komitmen bersama, aturan kelompok, pengorganisasian peran yang diekspresikan dalam bentuk jadwal pertemuan, kepercayaan (trust) dan tanggungjawab bersama serta sistem pendukung sosial lainnya. Situasi ini terlebih ditemui di desa desa terpencil yang memiliki intensitas yang rendah dalam berhubungan dengan kelompok sosial lainnya. b. Keterbatasan infrastruktur pendukung agribisnis terutama jalan produksi, saluran irigasi, mayoritas lokasi pilot program memiliki hambatan dalam hal jalan produksi/pasar. Jika ditinjau dari segi potensi SDA, 6 (enam) lokasi pilot program di Provinsi NTT memang sangat menjanjikan, namun keterisolasian menjadi salah satu hambatan tersendiri dalam proses pengembangan agribisnis di Provinsi NTT. Sinergi dengan PNPM Mandiri Perdesaan berkaitan dalam bidang pmebangunan sarana dan prasarana ekonomi dan pendidikan mutlak diharapkan; c. Keterbatasan pemahaman konsep agribisnis. Keterbatasan pemahaman pelaku program di tingkat Desa dan Kecamatan menyebabkan kurangnya daya imajinasi dalam mengembangkan potensi agribisnis berdasarkan atas komoditas yang menjadi pilihan dalam proses pelaksanaan penggalian gagasan; d. Hambatan budaya, yang dimaksud dengan hambatan budaya adalah budaya kerja masyarakat petani yang cenderung hidup dalam lingkungan feodal. Pola tani yang dilakukan masih cenderung subsisten, tradisional, belum cukup mampu mengelola waktu untuk usaha peningkatan potensi

13 Page 13 pertanian, para petani juga masih belum cukup mampu dalam merencanakan lahan, dan mendayagunakan potensi pendukung usaha agribisnis. e. Ego sektoral pelaku SKPD dalam pengembangan agribisnis di wilayah perdesaan. Tidak dibutuhkan data lagi bahwa isu mengenai sinergi pelaku pembangunan masih relevan untuk terus diupayakan. Melalui forum musrenbang sejak dari Desa sampai Kabupaten diharapkan dapat terjadi dialog dialog bagi pelaku pembangunan untuk mengambil peran dan bersinergi.

14 Page PENUTUP Kesimpulan. Dari hasil kegiatan program yang sudah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Rekruitmen FK AP untuk Kecamatan Amanuban Selatan mutlak dilakukan, mengingat padatnya pengelolaan kegiatan di lapangan; 2. MAD Pendanaan sudah dilaksanakan di semua lokasi Pilot SADI. 3. MD Informasi sudah dilaksanakn di semua desa, sampai dengan tanggal 20 Oktober Pelatihan TPK sudah dilaksanakn di 5 Kecamatan, sedangkan 1 kecamatan lainnya yaitu Kecamatan Kuanfatu akan dilaksanakan pada tanggal Pengiriman TOR dan outline proposal ke BDSP sedang dalam proses, dan direncanakan pelelangan BDSP dilaksanakan pada akhir. 6. Pelatihan pelatihan akan dilaksanakan pada bulan November Maret Saran 1. Biaya Operasional kantor Provinsi dan Kabupaten untuk PNPM Agribisnis Perdesaan, supaya diadakan; 2. Sesegera mungkin melakukan proses penempatan FK AP pasca pelatihan pra tugas; 3. Perlu adanya dukungan modul modul khusus tentang PNPM Agribisnis Perdesaan yang mendukung pelaksanaan kegiatan di lapangan; 4. BDSP yang akan dilelang, diminta untuk presentase tentang kegiatan pelatihan yang akan dilaksanakan; 5. Perlu ada PTO khusus tentang Agribisnis Pertanian; 6. Perlu mempertimbangkan Fas.Kab. khusus yang menangani PNPM Agribisnis Perdesaan. Demikian disampaikan perkembangan PNPM Agribisnis Perdesaan Provinsi NTT sampai dengan Bulan. Tak dapat ditolak ketika dalam laporan ini banyak kekurangan karena masih banyak hal yang belum dapat disajikan secara rinci dan dianalisa secara kritis dan mendalam. Kritik dan saran senantiasa diharapkan dari semua pihak, sehingga dokumen Laporan ini dapat dikembangkan menjadi lebih baik lagi.

15 Lampiran 1: Galeri Produk Instrumentasi dan Kegiatan PNPM AP Propinsi NTT Page 15 Penyusunan dokumen alternative rujukan panduan laporan bulanan Penyusunan dokumen alternative rujukan panduan evaluasi kinerja FK Agribisnis Perdesaan Penyusunan leaflet monitoring dan evaluasi partisipatif Penyusunan leaflet monitoring dan evaluasi partisipatif (Diadopsi di Tk. Nasional) Pengembangan sistem informasi pendukung pelaksanaan kegiatan PNPM AP dalam bentuk Blogsite di

16 Page 16 Diskusi kelompok dan wawancara di Desa Naip bersama dengan Kepala Desa, Kader Agribisnis Desa, Pendamping Lokal Agribisnis, Ketua TPK dan perwakilan dari Kelompok Tani Taloitan, Paloilmonit, dan Tsium Tetus. Usulan Kegiatan: Pelatihan dan Pembuatan Percontohan Budidaya Kambing Wawancara di kandang yang nantinya akan dijadikan percontohan kegiatan budidaya sapi di Desa Noemuke Wawancara dan observasi di kandang yang nantinya akan dijadikan percontohan kegiatan budidaya kambing di Desa Noemuke Foto bersama di depan lokasi kandang percontohan budidaya kambing di Desa Noemuke Kegiatan konsolidasi usulan kegiatan di Desa Oebelo Keterlibatan Mahasiswa Unkris Artha Wacana dalam kegiatan review usulan kegiatan Lokasi kandang percontohan budidaya sapi di Desa Oebelo Diskusi informal dengan PLA (Pendamping Lokal Agribisnis, Kades, KAD (Kader Agribisnis Desa), Ketua TPK, dan Kelompok Tani Oehonis di Desa Kiubaat.

17 Page 17 Peserta Workshop Pengembangan Agribisnis Perdesaan di Kab. Ngada, 08 April 2008 Bpk. Henra Agustiana IFC, banyak mengulas tentang best practice praktek system pemasaran dalam upaya pengembangan agribisnis skala perdesaan. Padang savanna yang luas dimanfaatkan oleh warga untuk mengembangkan budidaya Peternakan Sapi di Desa Keligejo Kec. Aimere. Selain Sapi, komoditas Kemeiri dan Jambu Mente banyak diupayakan di wilayah ini. Yakobus Wara FK Agribisnis Perdesaan melakukan wawancaradengan salah satu Petani (Bapak Tinus) Kemiri di Desa Keligejo Kec. Aimere. DESA WAEBELA- KEC. AIMERE Lokasi perjalanan di Desa tersulit Desa Waebela Kec. Aimere melalui padang savanna dan mengharuskan Pelaku berjalan kaki kurang lebih 8 jam menuju lokasi Desa. Akses jalan produksi bagi komoditas pertanian menjadi isu utama di Desa ini, integrasi pengelolaan antara PNPM dan Dinas terkait menadi penting Pemantauan kegiatan Penggalian gagasan di Desa Ngara, Riung Barat. Alat transportasi yang umum digunakan di Desa ini adalah jalan kaki dan Kuda, jalan produksi juga menjadi isu utama untuk mengembangkan potensi agribisnis di wilayah yang dikelilingi dengan padang savanna ini. Kerjasama dengan pemangku kepentingan untuk mengupayakan keterisolasian Desa mutlak dibutuhkan.

18 Page 18 Pendampingan terhadap tim verifikasi usulan pada pengisian form-form verifikasi lapangan. Kegiatan verifikasi usulan kegiatan dimulai pada Pkl WITA s/d WITA. Pembacaan hasil verifikasi usulan kegiatan oleh tim verifikasi pada proses MAD II. Salah satu partisipan diberi kesempatan untuk bertanya mengenai hasil tim verifikasi. Partisipan dari kelompok perempuan memberikan penilaian terhadap usulan antar desa. Tim Sekertariat dari pendamping lokal, UPK, dan kader melakukan penghitungan terhadap hasil prioritisasi yang dilakukan oleh perwakilan utusan desa. Lelah namun kamipun akhirnya tersenyum ketika kebersamaan tiba pada saat foto bersama setelah kegiatan MAD II selesai selama kurang lebih 21 Jam.

19 Page 19 LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN PILOT PROGRAM PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN PROPINSI NTT Sampai Dengan Bulan

RINGKASAN EKSEKUTIF. Laporan Semester I Pilot Program PNPM Agribisnis Perdesaan Periode Bulan Januari s/d Juni 2008 Lampiran:

RINGKASAN EKSEKUTIF. Laporan Semester I Pilot Program PNPM Agribisnis Perdesaan Periode Bulan Januari s/d Juni 2008 Lampiran: KONSULTAN MANAJEMEN NASIONAL Kantor Propinsi Nusa Tenggara Timur Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Agribisnis Perdesaan Alamat : Jl.Anggur No. 10A, Kebun Raja I, Naikoten I Kupang NTT Telp/Fax :

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Halaman - 1. Laporan SADI Provinsi NTT Bulan Maret 2009

RINGKASAN EKSEKUTIF. Halaman - 1. Laporan SADI Provinsi NTT Bulan Maret 2009 RINGKASAN EKSEKUTIF Seluruh lokasi pilot program PNPM Agribisnis Perdesaan di 6 Kecamatan Provinsi NTT telah menyelesaikan alur/tahapan perencanaan pada bulan November 2008. Seluruh kecamatan telah melaksanakan

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN SADI (Smallholder Agribusiness Development Initiative) BULAN : JANUARI 2009 RINGKASAN EKSEKUTIF

LAPORAN BULANAN PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN SADI (Smallholder Agribusiness Development Initiative) BULAN : JANUARI 2009 RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN BULANAN PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN SADI (Smallholder Agribusiness Development Initiative) BULAN : JANUARI 2009 RINGKASAN EKSEKUTIF Seluruh wilayah pilot program di empat provinsi sudah menyelesaikan

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN-MASALAH-REKOMENDASI PILOT PROGRAM PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN PROPINSI NTT Bulan Januari 2009

LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN-MASALAH-REKOMENDASI PILOT PROGRAM PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN PROPINSI NTT Bulan Januari 2009 Page 1 KONSULTAN MANAJEMEN NASIONAL Kantor Propinsi Nusa Tenggara Timur Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Agribisnis Perdesaan Alamat : Jl.Anggur No. 10A, Kebun Raja I, Naikoten I Kupang NTT Telp/Fax

Lebih terperinci

PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN

PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN LAPORAN BULANAN PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN SADI (Smallholder Agribusiness Development Initiative) BULAN : DESEMBER 2008 RINGKASAN EKSEKUTIF Sampai dengan akhir bulan Desember 2008, kegiatan PNPM AP telah

Lebih terperinci

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI Penjelasan VI terdiri dari dua bagian, yaitu Penulisan Usulan Desa dan Verifikasi. Bagian penulisan usulan berisi penjelasan tentang cara menuliskan usulan

Lebih terperinci

Daftar Isi : I. Latar Belakang II. Pengertian III. Maksud Dan Tujuan IV. Ruang Lingkup V. Strategi dan Implementasi Optimalisasi VI.

Daftar Isi : I. Latar Belakang II. Pengertian III. Maksud Dan Tujuan IV. Ruang Lingkup V. Strategi dan Implementasi Optimalisasi VI. Daftar Isi : Halaman I. Latar Belakang 2 II. Pengertian 4 III. Maksud Dan Tujuan 4 IV. Ruang Lingkup 4 V. Strategi dan Implementasi Optimalisasi 5 VI. Pengendalian 11 VII. Penutup 12 Lampiran Lampiran

Lebih terperinci

PNPM MANDIRI PERDESAAN

PNPM MANDIRI PERDESAAN PNPM MANDIRI PERDESAAN Oleh : DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA KEMENTERIAN DALAM NEGERI PNPM MANDIRI PERDESAAN Merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menurunkan kemiskinan dan pengangguran

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. 1 H alaman

RINGKASAN EKSEKUTIF. 1 H alaman RINGKASAN EKSEKUTIF Seluruh lokasi pilot program PNPM Agribisnis Perdesaan di 6 Kecamatan Provinsi NTT telah menyelesaikan alur/tahapan perencanaan pada bulan November 2008. Seluruh kecamatan telah melaksanakan

Lebih terperinci

TATA CARA PENGGUNAAN DANA PROGRAM/KEGIATAN TUGAS PEMBANTUAN (TP) DAN URUSAN BERSAMA (UB) PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A. 2010

TATA CARA PENGGUNAAN DANA PROGRAM/KEGIATAN TUGAS PEMBANTUAN (TP) DAN URUSAN BERSAMA (UB) PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A. 2010 Lampiran II Surat Menteri Dalam Negeri Nomor : 414.2/753/PMD Tanggal : 19 Pebruari 2010 TATA CARA PENGGUNAAN DANA PROGRAM/KEGIATAN TUGAS PEMBANTUAN (TP) DAN URUSAN BERSAMA (UB) PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A.

Lebih terperinci

P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Gambaran Umum Provinsi NTB Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terletak antara 115 45-119 10

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural,

Lebih terperinci

PENJELASAN VII PEMANTAUAN, PENGAWASAN, EVALUASI, AUDIT, DAN PELAPORAN

PENJELASAN VII PEMANTAUAN, PENGAWASAN, EVALUASI, AUDIT, DAN PELAPORAN PENJELASAN VII PEMANTAUAN, PENGAWASAN, EVALUASI, AUDIT, DAN PELAPORAN Kegiatan pengendalian dalam PNPM Mandiri Perdesaan terdiri dari pemantauan, pengawasan, audit, evaluasi, dan pelaporan. Dalam buku

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN YG MEMAHAMI & RESPONSIF THD KEBUTUHAN MASYARAKAT MASYARAKAT YANG MANDIRI & SEJAHTERA

PEMERINTAHAN YG MEMAHAMI & RESPONSIF THD KEBUTUHAN MASYARAKAT MASYARAKAT YANG MANDIRI & SEJAHTERA MENEMUKAN DAN MEMBIAYAI KEBUTUHAN MASYARAKAT DESA AKAN LISTRIK Pengalaman PNPM Mandiri Perdesaan (Program Pengembangan Kecamatan) Oleh: Prabawa Eka Soesanta DIREKTORAT JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN

PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN PEDOMAN PRAKTIS IDENTIFIKASI, SELEKSI DAN PENGELOLAAN BDSP UNTUK PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN 1 H alaman OKTOBER, 2008 DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN... Error! Bookmark not defined. 2.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi pioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat.

Lebih terperinci

TOR KONSULTAN MANAJEMEN KABUPATEN (KM-KAB.) PNPM - PPK

TOR KONSULTAN MANAJEMEN KABUPATEN (KM-KAB.) PNPM - PPK 1. Definisi TOR KONSULTAN MANAJEMEN KABUPATEN (KM-KAB.) PNPM - PPK KM-Kab adalah tenaga konsultan manajerial profesional yang berkedudukan di tingkat Kabupaten. Fungsi KM-Kab dalam PPK adalah sebagai supervisor

Lebih terperinci

LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI KINERJA PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI THIRD KECAMATAN DEVELOPMENT PROJECT

LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI KINERJA PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI THIRD KECAMATAN DEVELOPMENT PROJECT LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI KINERJA PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI THIRD KECAMATAN DEVELOPMENT PROJECT DISUSUN OLEH : DIREKTORAT EVALUASI, AKUNTANSI DAN SETELMEN SUBDIREKTORAT MONITORING DAN EVALUASI

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN POLA KHUSUS REHABILITASI PASCABENCANA

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN POLA KHUSUS REHABILITASI PASCABENCANA PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN POLA KHUSUS REHABILITASI PASCABENCANA A. PENDAHULUAN PNPM Mandiri Perdesaan adalah program nasional Pemerintah Indonesia

Lebih terperinci

(Smallholder Agribusiness Development Initiative) Juli-Agustus 2008

(Smallholder Agribusiness Development Initiative) Juli-Agustus 2008 Smallholder Agribusiness Development Initiative An Australian Government Initiative KABAR SADI (Smallholder Agribusiness Development Initiative) Juli-Agustus 2008 Edisi: 20 Tanggal: 15 September 2008 SADI/08/09/071

Lebih terperinci

MATRIKS AKTIVITAS PELAKSANAAN PPK DAN POTENSI MASALAH YANG DAPAT TERJADI

MATRIKS AKTIVITAS PELAKSANAAN PPK DAN POTENSI MASALAH YANG DAPAT TERJADI MATRIKS AKTIVITAS PELAKSANAAN PPK DAN POTENSI MASALAH YANG DAPAT TERJADI No BENTUK KEGIATAN ASPEK YANG DIPERHATIKAN POTENSI MASALAH PENGELOLAAN DANA PPK 1. Rekening tujuan kurang jelas dan tidak spesifik.

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PELATIHAN BUDIDAYA SAYUR-SAYURAN KELOPOK TANI LILI BONA, DESA NEFOKO, KECAMATAN MOLLO UTARA, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

LAPORAN KEGIATAN PELATIHAN BUDIDAYA SAYUR-SAYURAN KELOPOK TANI LILI BONA, DESA NEFOKO, KECAMATAN MOLLO UTARA, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN LAPORAN KEGIATAN PELATIHAN BUDIDAYA SAYUR-SAYURAN KELOPOK TANI LILI BONA, DESA NEFOKO, KECAMATAN MOLLO UTARA, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelatihan Budi daya Sayur-sayuran

Lebih terperinci

MATERI DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA. RAPAT DENGAR PENDAPAT DPR - RI Rabu, 16 Nopember 2011

MATERI DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA. RAPAT DENGAR PENDAPAT DPR - RI Rabu, 16 Nopember 2011 KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MATERI DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA RAPAT DENGAR PENDAPAT DPR - RI Rabu, 16 Nopember 2011 I. PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A. 2011

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG :

Lebih terperinci

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA TERM OF REFERENCE (TOR) PENDAMPING DESA

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA TERM OF REFERENCE (TOR) PENDAMPING DESA Lampiran-1 Surat Nomor : B.046/DPPMD/06/2015 Tanggal : 19 Juni 2015 KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN 5.1. TUGAS PEMBANTUAN YANG DITERIMA 5.1.1. Dasar Hukum Berdasarkan ketentuan umum pasal 1 Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Tugas Pembantuan

Lebih terperinci

Jalan Aspal Pusong Menuju Desa Wisata

Jalan Aspal Pusong Menuju Desa Wisata Jalan Aspal Pusong Menuju Desa Wisata Kecamatan Kembang Tanjong merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Pidie yang mendapatkan dana dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat - Mandiri Perdesaan

Lebih terperinci

PTO PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN

PTO PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN PTO PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA I. KEBIJAKAN POKOK 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kemiskinan di pedesaan merupakan salah satu masalah pokok pedesaan yang harus segera diselesaikan dan menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

LAPORAN PELATIHAN BUDI DAYA DAN PENDAMPINGAN DEMOPLOT USAHA SAPI POTONG DI DESA NOEMUKE, KECAMATAN AMANUBAN SELATAN, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

LAPORAN PELATIHAN BUDI DAYA DAN PENDAMPINGAN DEMOPLOT USAHA SAPI POTONG DI DESA NOEMUKE, KECAMATAN AMANUBAN SELATAN, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN LAPORAN PELATIHAN BUDI DAYA DAN PENDAMPINGAN DEMOPLOT USAHA SAPI POTONG DI DESA NOEMUKE, KECAMATAN AMANUBAN SELATAN, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Pelatihan Budi Daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan sturktural

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN KECAMATAN PREMBUN DESA BAGUNG

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN KECAMATAN PREMBUN DESA BAGUNG PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN KECAMATAN PREMBUN DESA BAGUNG KEPUTUSAN NO : 141 / 05 / SK / 2011 PENUNJUKAN KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA (KPMD) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Akses pangan merupakan salah satu sub sistem ketahanan pangan yang menghubungkan antara ketersediaan pangan dengan konsumsi/pemanfaatan pangan. Akses pangan baik apabila

Lebih terperinci

DRAFT RUMUSAN SEMENTARA WORKSHOP PENYUSUNAN PROGRAM PENGEMBANGAN PERTANIAN LAHAN MARJINAL P4MI Denpasar, 8-10 APRIL 2007

DRAFT RUMUSAN SEMENTARA WORKSHOP PENYUSUNAN PROGRAM PENGEMBANGAN PERTANIAN LAHAN MARJINAL P4MI Denpasar, 8-10 APRIL 2007 DRAFT RUMUSAN SEMENTARA WORKSHOP PENYUSUNAN PROGRAM PENGEMBANGAN PERTANIAN LAHAN MARJINAL P4MI Denpasar, 8-10 APRIL 2007 Pengarahan Ka Badan Tujuan workshop penyusunan program adalah: 1) Melaksanakan koordinasi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan

Lebih terperinci

Program Padat Karya Pangan (PKP) MENGATASI SITUASI SULIT DENGAN UPAH BERAS

Program Padat Karya Pangan (PKP) MENGATASI SITUASI SULIT DENGAN UPAH BERAS KABUPATEN PURBALINGGA Program Padat Karya Pangan (PKP) MENGATASI SITUASI SULIT DENGAN UPAH BERAS Sumber: Inovasi Kabupaten di Indonesia. Seri Pendokumentasian Best Practices, BKKSI, 2008 satu SITUASI SEBELUM

Lebih terperinci

KEBERLANJUTAN DAN PENATAAN KELEMBAGAAN PNPM MPd

KEBERLANJUTAN DAN PENATAAN KELEMBAGAAN PNPM MPd KEBERLANJUTAN DAN PENATAAN KELEMBAGAAN PNPM MPd DAMPAK PNPM MPd 2007 2014 FOKUS PRIORITAS INDIKATOR IMPACT GOAL Pembangunan Infrastruktur Perdesaan ( Pro Job & Pro poor) Terpenuhinya kebutuhan dan hak

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2013

Lebih terperinci

82 PETUNJUK TEKNIS VERIFIKASI DAN VALIDASI DATA APLIKASI MIS

82 PETUNJUK TEKNIS VERIFIKASI DAN VALIDASI DATA APLIKASI MIS 82 PETUNJUK TEKNIS VERIFIKASI DAN VALIDASI DATA APLIKASI MIS NATIONAL MANAGEMENT CONSULTANT PROGRAM P2DTK 2011 Pengantar Data merupakan komponen yang sangat penting dalam pelaksanaan program. Berdasarkan

Lebih terperinci

KAJIAN KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR KELURAHAN

KAJIAN KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR KELURAHAN KAJIAN KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR KELURAHAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN Menjawab Pertanyaan Kajian (Analisa Kajian Data Sekunder) PT. PRISMAITA CIPTA KREASI Metode

Lebih terperinci

DisampaikanKepadaYth : SekretarisDitjen PMD KementerianDalamNegeri di Jakarta

DisampaikanKepadaYth : SekretarisDitjen PMD KementerianDalamNegeri di Jakarta PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU SELATAN BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA ( B P M D ) Jl. ZainabBachmadaRustam Manna Telpon/Faks (0739) 21049 Email :bpmdbs.andusti@gmail.com LAPORAN HASIL PELAKSANAAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS BP3K

PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS BP3K PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS BP3K PUSAT PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 ii KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012

BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 KODE JUDUL: X.144 Penelitian Identifikasi Dan Evaluasi Potensi Lahan Untuk Pertanian Pangan dan Peternakan di Wilayah Beriklim Kering NTT 1. Ir. Sofyan Ritung, MSc. 2. Dr. Kusumo Nugroho, MS. 3. Drs. Wahyunto,

Lebih terperinci

Lampiran Surat Nomor : 134/DPPMD/VII/2015 Tanggal : 13 Juli 2015

Lampiran Surat Nomor : 134/DPPMD/VII/2015 Tanggal : 13 Juli 2015 Lampiran Surat Nomor : 134/DPPMD/VII/2015 Tanggal : 13 Juli 2015 PANDUAN PENGAKHIRAN SERTA PENATAAN DAN PENGALIHAN KEPEMILIKAN ASET HASIL KEGIATAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN

Lebih terperinci

RAPAT KOORDINASI MONITORING PELAKSANAAN ANGGARAN TAHUN Ruang Rapat Menko Jumat, 29 Juli 2016

RAPAT KOORDINASI MONITORING PELAKSANAAN ANGGARAN TAHUN Ruang Rapat Menko Jumat, 29 Juli 2016 RAPAT MONITORING PELAKSANAAN ANGGARAN TAHUN 2016 Ruang Rapat Menko Jumat, 29 Juli 2016 Agenda Pagu dan Realisasi s.d. 29 Juli 2016 Upaya pengoptimalan Capaian Realisasi Anggaran dan Kinerja Tahun 2016

Lebih terperinci

(PNPM : : PJOK,

(PNPM : : PJOK, LAMPIRAN PANDUAN WAWANCARA Judul Skripsi : Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM Mpd) Tahun 2010-2011 (Studi di

Lebih terperinci

DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN. Powerpoint Templates

DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN. Powerpoint Templates DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN Powerpoint Templates RANCANGAN KOMODITAS DUKUNGAN PSP 1. Sub Sektor Tanaman Pangan: Padi Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar Lainnya Diutamakan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN Disampaikan Pada Rakornas Gubernur Dan Bupati/Walikota DEPARTEMEN PERTANIAN Jakarta, 31 Januari 2008 1 LATAR BELAKANG Pengembangan Usaha

Lebih terperinci

BAGIAN PEREKONOMIAN DINAS PERTANIAN ,95 JUMLAH

BAGIAN PEREKONOMIAN DINAS PERTANIAN ,95 JUMLAH II. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN 01. A. KEBIJAKAN PROGRAM Pada Urusan pilihan Pertanian diarahkan pada Peningkatan produksi pertanian dan pemberdayaan petani lokal serta peningkatan akses modal dan

Lebih terperinci

PROSEDUR OPERASI BAKU PENGELOLAAN PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

PROSEDUR OPERASI BAKU PENGELOLAAN PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN PROSEDUR OPERASI BAKU PENGELOLAAN PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN 1 I. MENGAPA POB DIPERLUKAN? a. Untuk Meningkatkan kemampuan personil konsultan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Perubahan paradigma dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pemerintahan dari sentralistik ke desentralistik telah memberikan nuansa baru yang sama sekali berbeda

Lebih terperinci

Komponen ini dilaksanakan melalui tiga subkomponen, umum di tingkat desa. Komponen ini dilaksanakan oleh LSM nasional dan LSM lokal yang meliputi

Komponen ini dilaksanakan melalui tiga subkomponen, umum di tingkat desa. Komponen ini dilaksanakan oleh LSM nasional dan LSM lokal yang meliputi Komponen ini dilaksanakan melalui tiga subkomponen, yaitu: mobilisasi kelompok tani dan perencanaan desa, pengembangan kelembagaan, dan investasi fasilitas umum di tingkat desa. Komponen ini dilaksanakan

Lebih terperinci

Analisis Kebijakan Pembiayaan Sektor Pertanian

Analisis Kebijakan Pembiayaan Sektor Pertanian LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2007 Analisis Kebijakan Pembiayaan Sektor Pertanian Oleh : Sahat M. Pasaribu Bambang Sayaza Jefferson Situmorang Wahyuning K. Sejati Adi Setyanto Juni Hestina PUSAT ANALISIS

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014 KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2014

Lebih terperinci

PENDAMPING DESA. oleh: Ahmad Erani Yustika

PENDAMPING DESA. oleh: Ahmad Erani Yustika PENDAMPING DESA oleh: Ahmad Erani Yustika Direktur Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi 1 STATUS EX-PNPM MANDIRI PERDESAAN

Lebih terperinci

BAB 2 IMPLEMENTASI DAN PENGELOLAAN PROGRAM

BAB 2 IMPLEMENTASI DAN PENGELOLAAN PROGRAM BAB 2 IMPLEMENTASI DAN PENGELOLAAN PROGRAM 4.1 Organisasi Pelaksana Kegiatan Program Hibah Kompetisi Peningkatan Kualitas Pendidikan Dokter (PHK-PKPD) di FK UNEJ dikelola oleh satu tim yang dipimpin oleh

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Dalam kerangka pikir ini digambarkan secara sistematis pola pikir dalam

BAB III METODOLOGI. Dalam kerangka pikir ini digambarkan secara sistematis pola pikir dalam BAB III METODOLOGI 3.1 Kerangka Pikir Dalam kerangka pikir ini digambarkan secara sistematis pola pikir dalam penyelesaian tesis, dimana dalam kerangka pikir ini dimulai dari mengidentifkasikan isu pokok

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

Lebih terperinci

DISKUSI PANEL INOVASI TUNJANGAN GURU BERBASIS KINERJA. Rapat Kerja Nasional TNP2K & Kemendikbud Jakarta, 25 Agustus 2015

DISKUSI PANEL INOVASI TUNJANGAN GURU BERBASIS KINERJA. Rapat Kerja Nasional TNP2K & Kemendikbud Jakarta, 25 Agustus 2015 DISKUSI PANEL INOVASI TUNJANGAN GURU BERBASIS KINERJA Rapat Kerja Nasional TNP2K & Kemendikbud Jakarta, 25 Agustus 2015 ALOKASI TUNJANGAN GURU Uji coba dilakukan di 2 kecamatan, 10 sekolah, 68 guru, dengan

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT IMPLEMENTASI KEGIATAN PROYEK CCD-IFAD KAB. GORONTALO UTARA NOVEMBER 2013

LAPORAN SINGKAT IMPLEMENTASI KEGIATAN PROYEK CCD-IFAD KAB. GORONTALO UTARA NOVEMBER 2013 LAPORAN SINGKAT IMPLEMENTASI KEGIATAN PROYEK CCD-IFAD KAB. GORONTALO UTARA NOVEMBER 2013 DESKRIPSI UMUM Rangkaian kegiatan CCDP-IFAD pada bulan November 2013 berjalan lancar dengan aktivitas yang padat.

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN DIREKTORAT JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA DAFTAR LARANGAN BAGI

Lebih terperinci

<!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->pemeliharaan kakao. <!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->integrasi padi sawah dan ternak

<!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->pemeliharaan kakao. <!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->integrasi padi sawah dan ternak Hasil-hasil penelitian/pengkajian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian khususnya BPTP Sulawesi Tengah merupakan paket teknologi spesifik lokasi yang selanjutnya perlu disebarkan kepada pada ekosistem

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 207 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Dedi Sugandi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Strategis Kementerian Pertanian tahun adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Strategis Kementerian Pertanian tahun adalah meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan pertanian yang tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian Pertanian tahun 2010-2014 adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN KECAMATAN PREMBUN DESA BAGUNG

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN KECAMATAN PREMBUN DESA BAGUNG PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN KECAMATAN PREMBUN KEPUTUSAN NO. PENUNJUKAN KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA (KPMD) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAAN (PNPM-MD) PADA TAHUN 2009 Membaca

Lebih terperinci

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN LABORATORIUM LAPANGAN DI KAB. MERAUKE PROVINSI PAPUA TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Da ar Informasi Publik Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 2014

Da ar Informasi Publik Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 2014 Da ar Informasi Publik Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 2014 DAFTAR INFORMASI PUBLIK TAHUN 2014 INFORMASI PUBLIK WAJIB TERSEDIA SETIAP SAAT A Tipe Dokumen : Nama Dokumen : Dokumen Direktorat

Lebih terperinci

RUMUSAN Workshop Pengembangan Inovasi Melalui Inisiatif Lokal Dan Pengembangan Kapasitas Institusi Lokal. (Yogyakarta, Mei 2007)

RUMUSAN Workshop Pengembangan Inovasi Melalui Inisiatif Lokal Dan Pengembangan Kapasitas Institusi Lokal. (Yogyakarta, Mei 2007) RUMUSAN Workshop Pengembangan Inovasi Melalui Inisiatif Lokal Dan Pengembangan Kapasitas Institusi Lokal (Yogyakarta, 22-24 Mei 2007) Workshop pengembangan inovasi melalui inisiatif lokal dan pengembangan

Lebih terperinci

SOLUSI DANA AMANAH MASYARAKAT

SOLUSI DANA AMANAH MASYARAKAT BADAN USAHA MILIK Desa (BUMDes) BERSAMA SOLUSI DANA AMANAH MASYARAKAT (PNPM-Mpd) Dasar Hukum UU no 6 tahun 2014 Tentang Desa PP no 43 tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang No 6 Tahun 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program pengentasan kemiskinan pada masa sekarang lebih berorientasi kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak program pengentasan

Lebih terperinci

Australia Awards Indonesia. Paket Aplikasi Studi Singkat. Pertanian: Produktivitas, Jejaring (Network) dan Globalisasi untuk Pertanian Lahan Kering

Australia Awards Indonesia. Paket Aplikasi Studi Singkat. Pertanian: Produktivitas, Jejaring (Network) dan Globalisasi untuk Pertanian Lahan Kering Australia Awards Paket Aplikasi Studi Singkat Pertanian: Produktivitas, Jejaring (Network) dan Globalisasi untuk Pertanian Lahan Kering Page 1 Maksud dan Tujuan Australia Awards Australia Awards adalah

Lebih terperinci

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI Proses monitoring dan evaluasi merupakan pengendalian yakni bagian tidak terpisahkan dari upaya mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. Monitoring atau pemantauan dapat mempermudah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TAPIN Anggaran : 207 Formulir RKA SKPD 2.2 Urusan Pemerintahan : 3. 03 Urusan Pilihan Pertanian Organisasi : 3. 03. 0 Dinas

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 STUDI KONSOLIDASI USAHATANI SEBAGAI BASIS PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 STUDI KONSOLIDASI USAHATANI SEBAGAI BASIS PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 STUDI KONSOLIDASI USAHATANI SEBAGAI BASIS PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN Oleh : Mewa Ariani Kedi Suradisastra Sri Wahyuni Tonny S. Wahyudi PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGINTERGRASIAN GENERASI SEHAT DAN CERDAS DALAM PEMBANGUNAN DESA LOKASI BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT KEGIATAN

PETUNJUK TEKNIS PENGINTERGRASIAN GENERASI SEHAT DAN CERDAS DALAM PEMBANGUNAN DESA LOKASI BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT KEGIATAN KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN 3 SURAT NOMOR : 046.I/DPPMD/VII/2017 TANGGAL : 07 JULI 2017 PETUNJUK TEKNIS PENGINTERGRASIAN GENERASI SEHAT

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PELATIHAN TEKNIK BUDI DAYA TERNAK BABI DI DESA ENONETEN, KECAMATAN AMANUBAN SELATAN TIMOR TENGAH SELATAN I. PENDAHULUAN

PELATIHAN TEKNIK BUDI DAYA TERNAK BABI DI DESA ENONETEN, KECAMATAN AMANUBAN SELATAN TIMOR TENGAH SELATAN I. PENDAHULUAN PELATIHAN TEKNIK BUDI DAYA TERNAK BABI DI DESA ENONETEN, KECAMATAN AMANUBAN SELATAN TIMOR TENGAH SELATAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Pelatihan Budi Daya Ternak Babi di desa Enoneten, Kecamatan Amanuban

Lebih terperinci

KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016

KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016 KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN 2017 Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016 PERKEMBANGAN SERAPAN ANGGARAN DITJEN. PERKEBUNAN TAHUN

Lebih terperinci

Mendorong masyarakat miskin di perdesaan untuk mengatasi kemiskinan di Indonesia

Mendorong masyarakat miskin di perdesaan untuk mengatasi kemiskinan di Indonesia IFAD/R. Grossman Mendorong masyarakat miskin di perdesaan untuk mengatasi kemiskinan di Indonesia Kemiskinan perdesaan di Indonesia Indonesia telah melakukan pemulihan krisis keuangan pada tahun 1997 yang

Lebih terperinci

Selanjutnya tugas pembantuan tersebut meliputi : 1. Dasar Hukum 2. Instansi Pemberi Tugas Pembantuan

Selanjutnya tugas pembantuan tersebut meliputi : 1. Dasar Hukum 2. Instansi Pemberi Tugas Pembantuan BAB IV PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN Penyelenggaraan tugas pembantuan menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan / atau

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor

Lebih terperinci

PROGRESS PELAKSANAAN PILOT BDC PER 31 DESEMBER 2016

PROGRESS PELAKSANAAN PILOT BDC PER 31 DESEMBER 2016 PROGRESS PELAKSANAAN PILOT BDC PER 31 DESEMBER 2016 A. Gambaran Umum Program ICDD Phase 3 telah memfasilitasi penguatan peran Pemerintah Daerah dalam rangka menjalin kemitraan, yang akan mensinergikan

Lebih terperinci

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT AGRIBISNIS PERDESAAN (PNPM AP)

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT AGRIBISNIS PERDESAAN (PNPM AP) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT AGRIBISNIS PERDESAAN (PNPM AP) PETUNJUK OPERASIONAL MONITORING & EVALUASI KEGIATAN PELATIHAN BDSP LEMBAGA/INDIVIDU Pelaksanaan kegiatan PNPM Agribisnis Perdesaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci

Renja BP4K Kabupaten Blitar Tahun

Renja BP4K Kabupaten Blitar Tahun 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN R encana kerja (RENJA) SKPD Tahun 2015 berfungsi sebagai dokumen perencanaan tahunan, yang penyusunan dengan memperhatikan seluruh aspirasi pemangku kepentingan pembangunan

Lebih terperinci

RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PELAKSANA PENYULUHAN KABUPATEN BANTUL

RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PELAKSANA PENYULUHAN KABUPATEN BANTUL RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PELAKSANA PENYULUHAN KABUPATEN BANTUL RINCIAN TUGAS Kepala Badan Kepala Badan mempunyai tugas : a. memimpin penyelenggaraan tugas dan fungsi Badan sesuai

Lebih terperinci

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN Upaya Peningkatan Partisipasi Perempuan UPP 1 dan awal UPP 2 ( 1999 2003), belum ada upaya yang jelas dalam konsepnya

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 PENDAHULUAN Hingga saat ini, upaya mewujudkan ketahanan

Lebih terperinci

MEKANISME PENGENDALIAN PROGRAM MARGINAL FISHING COMMUNITY DEVELOPMENT PILOT (MFCDP)

MEKANISME PENGENDALIAN PROGRAM MARGINAL FISHING COMMUNITY DEVELOPMENT PILOT (MFCDP) MEKANISME PENGENDALIAN PROGRAM MARGINAL FISHING COMMUNITY DEVELOPMENT PILOT (MFCDP) Oleh : Dr. Ir. Enan M. Adiwilaga, MSc National Management Consultant Mekanisme pengendalian program MFCDP mencakup aspek

Lebih terperinci

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG . BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI MURUNG

Lebih terperinci

PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TERNAK SAPI POTONG DI KELURAHAN MERDEKA KECAMATAN KUPANG TIMUR KABUPATEN KUPANG

PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TERNAK SAPI POTONG DI KELURAHAN MERDEKA KECAMATAN KUPANG TIMUR KABUPATEN KUPANG PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TERNAK SAPI POTONG DI KELURAHAN MERDEKA KECAMATAN KUPANG TIMUR KABUPATEN KUPANG Ferdinan S. Suek, Melkianus D. S. Randu Program Studi Produksi

Lebih terperinci

(PNPM-MP) adalah bagian dari upaya Pemerintah

(PNPM-MP) adalah bagian dari upaya Pemerintah BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG W/ W Menimbang Mengingat BADAN KERJASAMA ANTAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, a. bahwa Kebijakan Pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 39/06/51/Th. X, 1 Juni 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MEI 2016, NTP BALI NAIK 1,08 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali bulan Mei 2016 tercatat mengalami peningkatan sebesar 1,08 persen,

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PEMBAGIAN RINCIAN DANA DESA SETIAP DESA SERTA PENGGUNAAN DANA DESA DI KABUPATEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi I. PENDAHULUAN.. Latar Belakang Dalam era otonomi seperti saat ini, dengan diberlakukannya Undang- Undang No tahun tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi sesuai dengan keadaan dan keunggulan daerah

Lebih terperinci

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN FORUM KONSULTASI PUBLIK DI LINGKUNGAN UNIT PENYELENGGARA PELAYANAN

Lebih terperinci