LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN-MASALAH-REKOMENDASI PILOT PROGRAM PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN PROPINSI NTT Bulan Januari 2009

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN-MASALAH-REKOMENDASI PILOT PROGRAM PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN PROPINSI NTT Bulan Januari 2009"

Transkripsi

1 Page 1 KONSULTAN MANAJEMEN NASIONAL Kantor Propinsi Nusa Tenggara Timur Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Agribisnis Perdesaan Alamat : Jl.Anggur No. 10A, Kebun Raja I, Naikoten I Kupang NTT Telp/Fax : (0380) ppk_provntt@yahoo.com LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN-MASALAH-REKOMENDASI PILOT PROGRAM PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN PROPINSI NTT Bulan Januari 2009 RINGKASAN EKSEKUTIF Sampai dengan tanggal laporan ini disusun, 22 Januari 2009, perkembangan pelaksanaan kegiatan SADI di 6 (enam) Kecamatan Provinsi NTT masih terfokus pada penandatanganan kontrak kerja dengan BDSP (Business Development Service Provider). Proses penandatanganan kontrak kerja dengan BDSP mencakup konsolidasi mengenai aturan main, perumusan kisi kisi materi pengembangan kapasitas kelompok kelompok tani, metode, penjadwalan dan mekanisme monitoring dan evaluasi bagi BDSP. Lokasi Kecamatan yang sudah melaksanakan Pelatihan adalah Kecamatan Riung Barat Kab. Ngada, pada tanggal Desember 2008 untuk jenis komoditi Budidaya Hijauan Makanan Ternak, akan dilanjutkan dengan demplot pada bulan Maret Di Provinsi NTT usulan masyarakat berupa kegiatan fisik sudah mulai dilaksanakan antara lain rehab jalan usahatani dan pembangunan irigasi, sementara pelaksanaan lelang BDSP sudah dilakukan di tiga kecamatan yang ada di kabupaten Ngada dan satu kecamatan di Kabupaten TTS. NTT telah menyalurkan BLM tahap I (4 Kec) dan telah melaksanakan MD Pertanggungjawaban I (3 Kec). Koordinasi antar sub program (SP1 dan SP2) berkaitan dengan persiapan kelompok tani dan demplot untuk kegiatan pelatihan, pelaksanaan pelelangan dan materi materi pelatihan. Pada Bulan Januari 2009, SP2 juga dilibatkan dalam mengikuti proses pelelangan terakhir di Kabupaten TTS dan melakukan diskusi dengan BDSP terkait penguatan kelompok, materi pelatihan dan demplot serta pembentukan kelompok Usaha Bersama. Pemantauan Pencairan dan Penggunaan DOK TA 2008 Pencairan DOK di Provinsi NTT, telah dilaporkan cair seluruhnya (I00 persen) sebesar Rp di 6 kecamatan lokasi PNPM AP. Rencana penggunaan DOK yang tersisa adalah dioptimalkan untuk kegiatan Pelatihan PL (Agribisnis Perdesaan), KAD, Pelatihan Tim Pelestarian & Pemeliharaan serta rencana untuk honor PL dan KAD selama 3 bulan kedepan. Secara garis besar penggunaan DOK TA 2008 dapat dibaca pada Tabel 1. Pemantauan Penyerapan BLM TA 2008 BLM di tingkat nasional telah dilaporkan cair sebesar Rp atau sebesar 100 %. Data tertanggal 19 Januari 2009, Penyaluran dana BLM terserap di empat kecamatan (67%) dengan MD Pertanggungjawaban I telah dilakukan (50%). Saat ini juga sedang dilakukan proses LPD tahap I dan Pengajuan RPD BLM tahap II. Secara garis besar penggunaaan BLM TA 2008 dapat dibaca pada Tabel 1. Tabel 1: Realisasi Penggunaan Dana DOK dan BLM tahun 2008 di Propinsi NTT Nama Lokasi Total DOK yang diterima (Rp) Total DOK yang terpakai (Rp) Persentase DOK yang terserap (%) Total BLM Yang diterima(rp) Total BLM yang terpakai (Rp) Persentase BLM yang terserap (%)

2 Page 2 Aimere 100,000,000 60,860, ,100,000, ,861, Golewa 100,000,000 56,737, ,100,000, ,668, Riung Barat 100,000,000 54,636, ,100,000, ,302, Rata rata 300,000, ,234, ,300,000, Amanuban 100,000,000 57,312, ,100,000,000 0 Selatan Mollo Utara 100,000,000 47,327, ,100,000,000 0 Kuan Fatu 100,000,000 40,268, ,100,000,000 36,750,000 3,34 300,000, ,908, % 3,300,000,000 36,750,000 1,11 Beberapa permasalahan yang dihadapi sampai dengan bulan Desember 2008: 1. Ketiadaan FK SADI di Kecamatan Amanuban Selatan menghambat perkembangan kegiatan di lapangan. FK SADI di Kec. Amanuban Selatan sejak tanggal 23 Desember 2008 s/d 22 Januari 2009 meninggalkan lapangan tanpa pemberitahuan; 2. Keterbatasan asupan modul pengembangan kapasitas bagi pelaku PNPM Agribisnis Perdesaan, sehingga menyulitkan pelaku untuk memberikan proses fasilitasi dengan isu yang berkaitan dengan Agribisnis kepada kader dan TPK; 3. Pada satu usulan kegiatan di Kec. Aimere Kab. Ngada, masih belum didapatkan BDSP, sehingga disepakati untuk dilakukan penunjukkan langsung; 4. Keterbatasan FasKab dan FasTKab dalam mengelola perluasan isu program PNPM Agribisnis Perdesaan, hal ini diakibatkan beban pengelolaan PNPM Reguler sudah semakin kompleks; 5. Keterbatasan pemahaman FK SADI dalam hal manajemen laporan keuangan UPK, 6. Minimnya proses pendampingan FK SADI kepada pelaku di Desa untuk mengembangkan pemahaman mengenai konsep dan teknis pengembangan agribisnis; 7. Keterbatasan dukungan Provinsi dan Kabupaten dalam mendukung pekerjaan dilapangan akibat keterbatasan biaya operasional; 8. Lemahnya proses pengambilan keputusan dari pelaku di Provinsi akibat desain instrumentasi pengembangan program yang belum didukung secara legal dari pusat (Misal: PTO dan Penjelasan). 9. Perubahan kebijakan program pada saat kegiatan sudah berjalan di lapangan khususnya mengenai DOK, BLM dan proses pelibatan BDSP; 10. Keberadaan FK Amanuban Selatan per 23 Desember 2008 hingga 22 Januari 2009 yang menghambat progress pelaksanaan program di lapangan.

3 Page 3 1. PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM PNPM Agribisnis Perdesaan merupakan program pemerintah dengan dana yang berasal dari grant/hibah dari Pemerintah Australia, Nomor TF Dalam pelaksanaannya, SADI (Smallholder Agribusiness Development Initiative) terdiri dari tiga subprogram yang didesain untuk saling bekerjasama untuk memperkuat kapasitas produksi petani/kelompok tani dan memastikan pasar bekerja dengan baik sehingga input input dan output output pertanian dapat dibeli dan dijual secara efisien dan memastikan produsen produsen mendapatkan bantuan teknis yang mereka butuhkan. Adapun tiga subprogram tersebut : (i) Sub Program 1 : PNPM Agribisnis Perdesaan bekerjasama yang melaksanakan program dengan menggunakan mekanisme PNPM Mandiri Perdesaan, (ii) Sub Program 2 : IFC (International Finance Corporation) yang memperkuat jaringan pemasaran sepanjang rantai nilai dari petani ke konsumen, dan (iii) Sub Program 3 : ACIAR (Australian Center for International Agricultural Research) yang mendukung dengan hasil hasil penelitian adaptif guna mengatasi permasalahan usahatani agribisnis di perdesaan. Dari proses penggalian gagasan yang dilakukan pada tahun anggaran 2008, jumlah dan jenis usulan yang didanai oleh PNPM AP, dapat dibaca pada tabel 2 berikut: Tabel 2: Usulan Terdanai Kegiatan PNPM AP di Propinsi NTT No Kabupaten Kecamatan Usulan Terdanai Komoditas 1 TTS (Timor Mollo Utara 26 Kacang tanah, Sapi Bali, Kacang Tengah Kedelai, Jeruk Keprok, Hortikultura Selatan) (sayur), Ubi Kapuk, Bawang, Ikan Air Amanuban Selatan Tawar, kerupuk wortel. 17 Ayam buras, babi, Sapi bali, Kambing, Hortikultura, Jagung, Padi, P3A. Keterangan Dominasi komoditas hortikultura Dominasi komoditas peternakan Kuan Fatu 19 Hortikultura (sayur), Sapi Bali, Kelapa (minyak kelapa), Ayam buras. Dominasi komoditas peternakan Sub Total 62 Usulan Kegiatan 2 Ngada Golewa 30 Kakao, Mente, Kopi, Pupuk organik. Dominasi komoditas perkebunan Aimere 22 Kakao, Mente, Kelapa (minyak Dominasi kelapa), pupuk morganik. komodidtas Riung Barat 16 Kacang Kedelai, dan Hijauan Makanan Ternak. perkebunan Dominasi komoditas peternakan dan tanaman pangan. Sub Total 68 Usulan Kegiatan Total Usulan Terdanai 130 Usulan Kegiatan Sumber: Laporan hasil MAD Pendanaan 6 Kecamatan Pilot PNPM AP Prop. NTT Okt. 2008, data diolah. Tabel 3: Persentase Jenis Kegiatan per Kategori Kabupaten Type of activity Number Value Percentage Remarks of Activity (Rp) (%) Ngada Agriculture 55 1,272,183, % Comodity: Jambu Mete, kakao, Kopi, Kelapa, Kedelai, Hijauan Makan Ternak. Animal Husbandry Infrastructure 14 2,027,816, % 69 3,300,000,000 TTS Agriculture 37 1,516,328, % Comodity: Jagung, Jeruk, Hortikultura, padi, Kelapa. Animal Husbandry 26 1,783,671, % Comodity: Sapi dan Ikan Air Tawar, Babi, Ayam Buras, Kambing

4 Page 4 Kabupaten Type of activity Number of Activity Value (Rp) Percentage (%) Infrastructure ,300,000,000 Remarks 1.2 PELIBATAN BDSP (Business Development Service Provider) PNPM AP merupakan program yang relative baru, tahap awal pemanfaatan BLM oleh kelompok masyarakat akan difokuskan untuk menggunakan jasa layanan BDSP (Business Development Service Provider) melalui proses pelelangan yang transparan dan akuntabel. Penjelasan tahapan dalam dokumen ini masih merupakan langkah awal dari sebuah perjalanan panjang dalam mengembangkan pelaksanaan konsep agribisnis di wilayah perdesaan. Salah satu kegiatan penting didalam pelaksanaan program PNPM AP adalah kegiatan identifikasi, evaluasi, dan pengelolaan Penyedia Jasa Pengembangan Bisnis (selanjutnya disebut sebagai BDSP = Business Development Service Provider ) yang akan dilakukan oleh TPK. Pada prinsipnya, kegiatan penyediaan BDSP tidak bertentangan ataupun tidak melanggar prinsip prinsip dalam PNPM MP, tetapi justru mendukung dengan perluasan materi yang disesuaikan dengan kebutuhan PNPM Agribisnis Perdesaan. Dalam PNPM MP lebih banyak berupa pengadaan barang (bahan dan alat), sementara dalam PNPM AP selain pengadaan barang juga dilakukan pengadaan jasa/bdsp. Sebagai bentuk pendekatan baru dalam menyediakan layanan pengembangan usaha bagi usaha kecil termasuk didalamnya adalah kelompok tani dan Gapoktan, BDS (Business Development Services) relatif belum banyak dikenal oleh lembaga pendampingan dan konsultan usaha kecil, bahkan oleh usaha kecil itu sendiri. Walaupun sebenarnya konsep BDS sudah masuk ke Indonesia sejak sekitar tahun 1994 melalui program yang dikembangkan oleh SwissContact, namun gaung dari program tersebut belum terasa. Menkokesra melalui strategi penanggulangan kemiskinan PNPM Mandiri Perdesaan sebenarnya juga telah memasukkan konsep BDS sebagai salah satu unsur pelaku untuk mengembangkan usaha kecil yang mendapatkan akses kredit tanpa agunan di tiap UPK. Gambar berikut menjelaskan bahwa BDS merupakan salah satu pelaku penting dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan: Gambar 1: BDS sebagai salah satu pelaku dalam PNPM Mandiri Perdesaan

5 Page 5 2. KEMAJUAN PROGRAM 2.1 JENIS USULAN KEGIATAN Secara rinci Jenis usulan yang didanai dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4: Jenis Usulan Kegiatan Pilot Program SADI di Tiap Desa, Provinsi NTT Lokasi SADI Nama Desa Usulan Kegiatan KABUPATEN NGADA Kec. Golewa 1. Boba Pelatihan Budidaya Dan Pasca Panen Kmoditas Kakao 2. Takatunga 3. Wogowela 4. Kezewea 5. Ratogesa 6. Sadha 7. Sarasedu 8. Todabelu 9. Malanuza 10. Were II 1. Boba Pelatihan Budidaya Dan Pasca Panen Komoditas Jambu Mete 2. Wogowela 3. Sangadeto 1. Takatunga Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik 2. Sangadeto 3. Rakateda 1 1. Were 1 2. Sobo 3. Ratogesa 4. Mataloko 5. Sarasedu 6. Rakalaba 7. Rakateda 2 8. Todabelu 9. Mangulewa 10. Dadawea 11. Radabata Pelatihan Budidaya Dan Pasca Panen Komoditas Kopi Kecamatan Aimere 1. Heawea 2. Keligejo 3. Kelurahan Aimere Timur 4. Sebowuli 5. Warupele II 6. Kelitey 1. Heawea 2. Kel.Aimere 3. Kel. Aimere Timur 4. Warupele I 5. Waebela 1. Keligejo 2. Kel.Aimere 3. Kel.Aimere Timur 4. Paupaga 5. Ineria 6. Kelitey Ineria Pelatihan Budidaya dan Pasca Panen Komoditas Kakao Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik Pelat.Budidaya Dan Pengkacipan Komoditas Jambu Mete Pelat. Pembuatan Minyak Kelapa Kec. Riung 1. Lanamai Pelatihan Budidaya HMT Dan Pengawetan Pakan Ternak

6 Page 6 Barat 2. Ria I 3. Wolomeze 4. Ngara 1. Lanamai 2. Ria 3. Ria I 4. Wolomeze 5. Ngara KAB. TIMOR TENGAH SELATAN Mollo Utara 1. Lelobatan 2. Leloboko Kelompok A, B dan C ( 3 usulan) 3. Nefokoko A,B.(2 usulan) 1. Tutem 2. O besi A,B Pel.Budidaya Dan Pengolahan Komoditas Kac.Kedelai Pelatihan Budidaya Dan Demplot Komoditas Kacang Tanah Pelatihan Budidaya Dan Demplot Komoditas Ternak Sapi Kec. Amanuban Selatan Biajepunu 1. Lelobatan 2. Tobu 3. Netpala 1. Nefokoko 2. Eonbesi 3. Sebot 4. Tobu 5. Tutem 6. Tunua 7. Netpala Sebot Tunua Tunua 1. Bosen A dan B 2. Eonbesi Oebelo Enoneten 1. Noemuke 2. Enoneten 3. Teas 4. Kiubaat 5. Pollo 6. Oebelo 7. Oepliki 8. Mio 1. Noemuke 2. Naip 1. Oepliki 2. Oekiu Mio Noemuke Pelatihan Budidaya, Pasca Panen dan Pengembangan Demplot Komoditas Kacang Kedelai Pelatihan Budidaya Dan Demplot Jeruk Pelatihan Budidaya, Pasca Panen dan Pengembangan Demplot Komoditas Sayuran (Hortikultura) Pelatihan Budidaya, Pasca Panen, dan Pengembangan Demplot Ubi Kapuk Pelatihan, Pasca Panen, dan Pengembangan Demplot Budidaya Wortel Pelatihan Budidaya dan Pengembangan Demplot Komoditas Bawang Pelatihan Budidaya dan Pengembangan Demplot komoditas Ikan Air Tawar Pelatihan Budidaya Komoditas Ternak Ayam Buras Pelatihan Budidaya dan Pengembangan Demplot Komoditas Ternak Babi Pelatihan Budidaya Dan Demplot Ternak Sapi Serta Paronisasi Pelatihan Budidaya Dan Demplot Ternak Kambing Dan Pengembangannya Pelatihan Budidaya Dan Demplot Tanaman Hortikultura Pelatihan Budidaya Dan Demplot Tanaman Jagung Pelatihan Pengolahan Jagung

7 Page 7 Kec. Kuanfatu Pollo Oepliki 1. Kuanfatu 2. Kelle 3. Kakan 4. Basmuti 5. Lasi 6. Olais Pelatihan P3A Pelatihan Budidaya Tanaman Jeruk Keprok Pelatihan Teknologi Kesuburuan Tanah Pada Lahan Kering Dan Usaha Hortikultura 1. Kuanfatu Pelatihan Sistem Usaha Tani Berbasis Peternakan 2. Kelle 3. Kusi 4. Kakan 5. Basmuti 6. Lasi 7. Olais 1. Kuanfatu Pelatihan Pengolahan Kelapa 2. Kusi 3. Kakan 4. Basmuti 5. Olais Lasi Pelatihan Pengembangan Ayam Buras Sumber: Laporan hasil MAD Pendanaan 6 Kecamatan Pilot PNPM AP Prop. NTT Okt. 2008, data diolah. Jenis usulan kegiatan dalam tabel 4 hanya menyangkut pengembangan kapasitas kelompok tani, sedangkan usulan kegiatan dalam bentuk pembangunan sarana dan prasarana pendukung pengembangan agribisnis di lokasi pilot program, ada di Kabupaten Ngada, dimana untuk Kecamatan Golewa 4 usulan, Aimere 3 usulan dan Riung Barat 7 usulan. Untuk kegiatan pelatihan tidak dapat dilakukan per cluster, meskipun komoditinya sama, karena jarak antara desa sangat jauh dengan medan yang sangat berat dan transportasi yang sulit. Secara umum, kelembagaan kelompok tani yang sudah terbentuk, baik yang baru maupun yang sudah lama terbentuk, belum mempunyai aturan tertulis (kesepakatan kelompok tentang TUPOKSI, AD/ART), sehingga mereka belum memahami mengapa perlu berkelompok, apa manfaat berkelompok, dll. Oleh karena itu, pendampingan dari FK, kader desa dan TPK sangat dibutuhkan untuk memperkuat kelompok tani yang sudah terbentuk. 2.2 KEMAJUAN KEGIATAN PELIBATAN BDSP Dari 6 Kecamatan lokasi pilot program di Provinsi NTT, semua lokasi telah melakukan proses pelelangan BDSP. Berikut adalah jadwal dan hasil pelaksanaan lelang di 6 Lokasi SADI Provinsi NTT: Tabel 5: Jadwal dan Hasil Pelaksanaan Pelelangan BDSP di Provinsi NTT No Kecamatan Tanggal Nama BDSP Status Pelelangan 1. Kec. Amanuban Selatan 22 Desember 2008 YPMD, Yayasan Kasimo, BPTP Prov. NTT (3 orang), LPM UNDANA, BPP. Kec. Amanuban Selatan Panite, Reomarni M Mnune, SPT (Individu Care International) Penandatanganan Kontrak: 0 % 2. Kec. Mollo Utara 09 Januari 2009 BPTP NTT, YPMD, Politani Kupang, Yayasan SUTRA, LPM Undana, YPPL, Yayasan Haumeni, Agripina A. Bele, STP, Yayasan Pelondou,. Penandatanganan Kontrak: 0 % 3. Kec. Kuan 13 Januari 2009 LPM Undana, BPTP NTT, Penandatanganan Kontrak: 0 %

8 Page 8 No Kecamatan Tanggal Pelelangan Fatu 4. Kec. Golewa 05 Desember Kec. Aimere 03 Desember Kec. Riung Barat 04 Desember 2008 Nama BDSP Politani, Yanaa, Dinas Peternakan Kab. TTS, BPP. Kuan Fatu. Ignasius Zulkarnaen, SP, MBA (Individu+Tim), Anselmus Rani, A.Md. (Individu + Tim), Posluhtan (Pos Penyuluh Pertanian) Desa Sarasedu, Lapmas (Lembaga Advokasi Pengembangan Masyarakat Sipil) Ngada, Pius Leo Nio (Individu), Yayasan Progres Mitra Nusantara Bajawa, LAPMAS Marsel Mulu & Tim, Mikael Raga & Tim. Status Dari 28 usulan kegiatan pengembangan kapasitas di Kec. Golewa, baru 9 usulan kegiatan yang telah dilakukan penandatanganan kontrak (32,14 %) Dari 18 usulan kegiatan pengembangan kapasitas di Kec. Aimere, belum dilakukan penandatanganan kontrak, bahkan 1 usulan kegiatan belum mendapatkan BDSP. Dari 9 usulan kegiatan pengembangan kapasitas di Kec. Riung Barat, seluruh usulan kegiatan telah dilakukan penandatanganan kontrak (100 %). Sumber: Laporan hasil kunjungan lapangan Spesialis Provinsi NTT, Desember 2008 s/d Januari 2009, data diolah. Beberapa catatan mengenai hasil pelelangan BDSP di 6 Kecamata Provinsi NTT yaitu: 1. Dari keseluruhan BDSP yang memenangkan proses lelang di Kabupaten TTS, masih belum dilakukan penandatanganan kontrak pelelangan. Khusus di Kabupaten Amanuban Selatan terdapat masalah yaitu ketidakhadiran FK AP terhitung sejak tanggal 23 Desember 2008 s/d 20 Januari Saat ini telah dilakukan upaya penyelesaian, resiko terburuk adalah pemecatan terhadap FK AP di Kec. Amanuban Selatan. Secara umum, data pendukung setiap usulan kegiatan di Kec. Kuan Fatu dapat dibaca dalam tabel di lampiran; 2. Sementara BDSP yang telah menandatangani kontrak di Kabupaten Ngada adalah sebagai berikut: a. Dari 28 usulan kegiatan pengembangan kapasitas di Kec. Golewa, baru 9 usulan kegiatan yang telah dilakukan penandatanganan kontrak (32,14 %); b. Dari 18 usulan kegiatan pengembangan kapasitas di Kec. Aimere, belum dilakukan penandatanganan kontrak, bahkan 1 usulan kegiatan belum mendapatkan BDSP; c. Dari 9 usulan kegiatan pengembangan kapasitas di Kec. Riung Barat, seluruh usulan kegiatan telah dilakukan penandatanganan kontrak (100 %). 3. Dari 2 (dua) lokasi Kabupaten, jumlah BDSP yang terlibat di Kab. Ngada lebih sedikit dibandingkan di Kabupaten TTS. Fas.Kab./T Kab dan FK AP telah didorong untuk mencari alternatif BDSP diluar Kabupaten, namun tetap mengalami kesulitan menurut pelaku di Kabupaten/Kecamatan yang bersangkutan. 4. Lambannya perkembangan kegiatan yang dilakukan oleh FK AP di lapangan telah ditindaklanjuti dengan pengiriman Memorandum Koordinator Provinsi NTT: No. 78/Memo/Korprov NTT/PNPM MP/I/2009 ke masing masing Kabupaten lokasi pilot SADI. 2.3 TINGKAT PARTISIPASI PELAKSANAAN KEGIATAN Tingkat partisipasi masyarakat baru dapat diukur secara kuantitatif, yaitu banyaknya peserta musyawarah yang hadir baik laki laki maupun perempuan. Banyaknya peserta musyawarah dari kalangan rumah tangga miskin juga dipantau dalam rangka mendorong peran aktif masyarakat dari kalangan tersebut. Tingkat partisipasi masyarakat dalam tahapan kegiatan PNPM Agribisnis Perdesaan Bulan Desember 2008 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

9 Page 9 Tabel 6: Tingkat Partisipasi Pelaksanaan PNPM AP Tk. Propinsi per 19 Januari 2009 No Tahapan lk pr RTM % lk % pr % RTM 1 MAD I ,30 38,70 93,85 2 MD I 4,233 2,805 6,644 60,14 39,86 94,40 3 Pelatihan Kader Penggalian Gagasan 8,333 6,503 14,035 56,17 43,83 94,60 5 MDKP 59 4,741 4,532 1,23 98,77 94,42 6 MD II 3,448 3,153 5,960 52,23 41,77 90,29 7 Pelatihan TPU ,00 50, Pelatihan TV ,19 25, MAD II ,91 45,09 85,06 10 Pertemuan Khusus Kabupaten ,71 14,29 11 MAD III ,84 38,16 95,17 12 MD III 2,702 2,624 5,326 50,73 49, MPJ I ,61 34, Sub total 20,273 20,841 Percentage 49% 51% Berikut merupakan hasil analisa tingkat partisipasi di dua Kabupaten lokasi PNPM AP Propinsi NTT : 1. Kabupaten Ngada. Musyawarah Antar Desa Pendanaan dan Musyawarah Desa Informasi, terbaca bahwa persentase tingkat kehadiran laki laki lebih tinggi dari perempuan. Hal ini mungkin disebabkan karena proses kegiatan bersamaan dengan musim persiapan lahan untuk kegiatan pertanian, dan umumnya kaum perempuan lebih banyak melakukan pekerjaan persiapan lahan. 2. Kabupaten TTS. Tingkat partisipasi semua tahapan kecuali MKP, didominasi oleh laki laki, hal ini disebabkan karena disamping bertepatan dengan musim panen, juga karena faktor budaya setempat, dimana kaum ibu dan perempuan tidak dilibatkan dalam pertemuan atau mengambil keputusan. Secara umum, data yang termuat menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat cukup baik, dimana pada proses MAD, persyaratannya adalah 6 orang perdesa, 3 laki laki dan 3 perempuan. Pada tabel terlihat bahwa, partisipasi laki laki melebihi ketentuan, yang seharusnya untuk 79 desa, kehadiran sebanyak 237 orang (pada tabel 269 orang), sedangkan perempuan yang seharusnya 237 orang juga, yang hadir hanya 166 orang atau sebesar 70%. Meskipun demikian, angka ini dinilai cukup baik untuk mewakili keterwakilan perempuan dalam pertemuan MAD Tingkat Penyerapan BLM PNPM AP Propinsi NTT Sampai dengan 31 Desember 2008,pencairan BLM 100 % untuk semua Kecamatan pilot PNPM AP. Semua dana yang ada dimasukkan dalam rekening Pokja Kecamatan, Kecuali Kecamatan Kuanfatu Kabupaten TTS, menggunakan rekening Pokja Desa ( 7 desa). Tabel 7 : Penyerapan BLM PNPM Agribisnis Provinsi Nusa Tenggara Timur No Provinsi Capaian Penyerapan BLM TA 2008 Pagu (Rp) Penyerapan (Rp) Persentase (%) 1 NTT Kecamatan Mollo Utara Kecamatan Kuanfatu Kecamatan Amanuban Selatan Kecamatan Golewa Kecamatan Aimere Kecamatan Riung Barat Total Secara umum penggunaan BLM di masing masing Kabupaten masih digunakan untuk membiayai usulan kegiatan pembangunan sarana prasarana Agribisnis. Rincian penggunaan BLM di masingmasing Kabupaten dapat dibaca pada Tabel 8.

10 Page 10 Tabel 8: Rincian Penggunaan BLM Nama Lokasi Total BLM Yang diterima(rp) Total BLM yang terpakai (Rp) Persentase BLM yang terserap (%) Aimere 1,100,000, ,861, Golewa 1,100,000, ,668, Riung Barat 1,100,000, ,302, Rata rata 3,300,000, Amanuban Selatan 1,100,000,000 0 Mollo Utara 1,100,000,000 0 Kuan Fatu 1,100,000,000 36,750,000 3,34 3,300,000,000 36,750,000 1, Progress Penyerapan DOK Tahun 2008 Tabel 9: Penyerapan DOK PNPM Agribisnis per 22 Januari 2009 Nama Lokasi Total DOK yang diterima (Rp) Total DOK yang terpakai (Rp) Persentase DOK yang terserap (%) Aimere 100,000,000 60,860, Golewa 100,000,000 56,737, Riung Barat 100,000,000 54,636, Rata rata 300,000, ,234, Amanuban Selatan 100,000,000 57,312, Mollo Utara 100,000,000 47,327, Kuan Fatu 100,000,000 40,268, ,000, ,908, % Sisa DOK di masing masing Kecamatan lokasi pilot program akan dioptimalkan untuk kegiatan pelatihan pengembangan kapasitas bagi pelaku di tingkat desa dalam hal pengembangan konsep agribisnis. Untuk itu, masing masing pelaku telah didorong untuk menyusun kurikulum pelatihan berdasarkan atas TNA terhadap masing masing pelaku di tingkat Desa. 2.4 Tahapan dan Alur Tabel 10: Tahapan/alur Kegiatan PNPM Agribisnis Perdesaan Provinsi NTT No Tahapan lk pr RTM % lk % pr % RTM 1 MAD I ,30 38,70 93,85 2 MD I 4,233 2,805 6,644 60,14 39,86 94,40 3 Pelatihan Kader Penggalian Gagasan 8,333 6,503 14,035 56,17 43,83 94,60 5 MDKP 59 4,741 4,532 1,23 98,77 94,42 6 MD II 3,448 3,153 5,960 52,23 41,77 90,29 7 Pelatihan TPU ,00 50, Pelatihan TV ,19 25, MAD II ,91 45,09 85,06 10 Pertemuan Khusus Kabupaten ,71 14,29 11 MAD III ,84 38,16 95,17 12 MD III 2,702 2,624 5,326 50,73 49, MPJ I ,61 34, Sub total 20,273 20,841 Percentage 49% 51% Jumlah desa yang didanai berdasarkan hasil MAD Pendanaan sebanyak 69 desa, yang terdiri dari : 1. Kabupaten Ngada : Golewa 21 desa, Aimere 12 desa dan Riung Barat 6 desa.

11 2. Kabupaten TTS : Kuanfatu 7 desa, Mollo Utara 13 desa dan Amanuban Selatan 10 desa. 3.PENGENDALIAN K Page 11 egiatan pengendalian pelaksanaan kegiatan PNPM Agribisnis Perdesaan dilakukan dengan cara melakukan kegiatan pemantauan, pelaporan, dan pemeriksaan melalui mekanisme kunjungan lapangan yang dilakukan oleh pelaku PNPM AP di KMN Propinsi NTT. Selain itu juga dilakukan bersama dengan NMC, dan tim supervisi Bank Dunia. 3.1 Permasalahan di Lapangan Beberapa permasalahan internal antara lain sebagai berikut: No Masalah Rekomendasi 1 Keterbatasan pemahaman FK SADI dalam hal manajemen laporan keuangan UPK 1)Memasukkan kurikulum pengelolaan laporan keuangan sederhana pada pelatihan penyegaran FK SADI Thn. Anggaran 2009; 2) memberikan pendampingan dan dukungan baik berupa IST/OJT oleh KMN Provinsi dan asupan modul pengelolaan keuangan. 2 Keterbatasan asupan modul pengembangan kapasitas bagi pelaku PNPM Agribisnis Perdesaan, sehingga menyulitkan pelaku untuk memberikan proses fasilitasi dengan isu yang berkaitan dengan Agribisnis kepada kader dan TPK; 3 Tingginya beban administrasi di tingkat Provinsi, sehingga berdampak pada lemahnya pengembangan strategi pengembangan program SADI. 4 Keterbatasan dukungan provinsi dalam melakukan pengembangan jaringan dan mengembangkan media pembelajaran bagi pelaku di Kecamatan. 5 Keberadaan FK Amanuban Selatan per 23 Desember 2008 hingga 22 Januari 2009 yang menghambat progress pelaksanaan program di lapangan. 6 Perubahan kebijakan program pada saat kegiatan sudah berjalan di lapangan khususnya mengenai DOK, BLM dan proses pelibatan BDSP. 7 Lemahnya proses pengambilan keputusan dari pelaku di Provinsi akibat desain instrumentasi pengembangan program yang belum didukung secara legal dari pusat (Misal: PTO dan Penjelasan). 8 Minimnya proses pendampingan FK SADI kepada pelaku di Desa untuk mengembangkan pemahaman mengenai konsep dan teknis pengembangan agribisnis. 9 Pendampingan, supervisi dan monitoring yang tidak optimal bagi FK SADI. Keterbatasan FasKab dan FasTKab dalam mengelola perluasan isu program PNPM Agribisnis Perdesaan, hal ini diakibatkan beban pengelolaan PNPM Reguler sudah semakin kompleks. 1)Spesialis SADI dan Training di tk. Pusat melakukan konsolidasi untuk menyusun modul modul yang kontekstual dengan isu agribisnis; 2) penambahan 1 orang spesialis khusus training di NMC yang fokus menyusun pengembangan modul dan instrumentasi agribisnis. Penambahan 1 orang operator yang bertugas untuk mendukung pekerjaan administratif di tingkat provinsi (input, koleksi, dan dukungan administratif lainnya) Penambahan alokasi biaya operasional di KMN Provinsi dan Kabupaten. Anggaran operasional di tingkat provinsi untuk mendukung kegiatan operasional pelaku PNPM Agribisnis Perdesaan dalam memfasilitasi kebutuhan FK AP meliputi kegiatan administrasi, pengembangan sistem informasi, dan pengembangan jaringan pendukung bagi pelaku kegiatan di tingkat Kabupaten dan Kecamatan. Anggaran operasional di tingkat kabupaten untuk mendukung kegiatan administrasi Fas Kab/T Kab dan memfasilitasi kebutuhan koordinasi dan konsolidasi dengan FK; Pemberian Surat Peringatan I, bahkan pemecatan. Rekruitmen ulang FK SADI di Kecamatan Amanuban Selatan. Penguatan manajemen perencanaan pengelolaan program di stakeholders internal program. Penyusunan, pencetakan dan pendistribusian PTO kepada pelaku SADI sampai ke tingkat Kecamatan. IST/OJT FK oleh Sp. SADI Provinsi untuk menyusun RKTL pendampingan bagi pelaku di lapangan. 1)pertimbangan rekruitmen Fas.Kab. khusus yang menangani program SADI; 2) Pelibatan Fas.Kab. dalam sosialisasi dan penguatan Fas.Kab. dalam isu pengembangan agribisnis perdesaan. 10 RKTL sering molor FK perlu membuat strategi untuk kegiatan kegiatan lapangan, agar dapat diselesaikan. 11 BDSP kurang berminat mengikuti pelelangan Kegiatan dilakukan bertepatan dengan penutupan tahun anggaran, sehingga menyulitkan BDSP

12 Page Faktor Penghambat Pencapaian Indikator Keberhasilan Beberapa faktor penghambat Keberhasilan PNPM AP, dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain : a. Hambatan Modal sosial kelompok masyarakat tani. Selama ini, sebagian besar kelompok tani hanya berkegiatan jika ada proyek dari pihak pemerintah dan atau LSM dan setelah proyek selesai maka kelompok tani juga bubar atau selsai. Kelompok juga belum memiliki sistem manajemen kelembagaan yang solid melalui kesepakatan/komitmen bersama, aturan kelompok, pengorganisasian peran yang diekspresikan dalam bentuk jadwal pertemuan, kepercayaan (trust) dan tanggungjawab bersama serta sistem pendukung sosial lainnya. Situasi ini terlebih ditemui di desa desa terpencil yang memiliki intensitas yang rendah dalam berhubungan dengan kelompok sosial lainnya. b. Keterbatasan infrastruktur pendukung agribisnis terutama jalan produksi, saluran irigasi, mayoritas lokasi pilot program memiliki hambatan dalam hal jalan produksi/pasar. Jika ditinjau dari segi potensi SDA, 6 (enam) lokasi pilot program di Provinsi NTT memang sangat menjanjikan, namun keterisolasian menjadi salah satu hambatan tersendiri dalam proses pengembangan agribisnis di Provinsi NTT. Sinergi dengan PNPM Mandiri Perdesaan berkaitan dalam bidang pmebangunan sarana dan prasarana ekonomi dan pendidikan mutlak diharapkan; c. Sistem Pertanian tradisional, dalam hal ini Pola usahatani yang dilakukan masih cenderung subsisten, tradisional, pasrah pada alam, belum cukup mampu mengelola waktu untuk usaha peningkatan potensi pertanian, para petani ada perencanaan terhadap usahatani yang dilakukan. d. Ego sektoral pelaku SKPD dalam pengembangan agribisnis di wilayah perdesaan. Selama ini, setiap SKPD melaksanakan Program masing masing tanpa melakukan koordinasi, sehingga terjadi tumpang tindih program, misalnya Dinas Pertanian mempunyai program bantuan bibit Jeruk dan Mangga (PUAP), sementara Dinas Perkebunan mempunyai program bantuan yang sama.

13 Page 13 LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN MASALAH REKOMENDASI PILOT PROGRAM PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN PROPINSI NTT Sampai Dengan Bulan 22 Januari 2009

RINGKASAN EKSEKUTIF. Halaman - 1. Laporan SADI Provinsi NTT Bulan Maret 2009

RINGKASAN EKSEKUTIF. Halaman - 1. Laporan SADI Provinsi NTT Bulan Maret 2009 RINGKASAN EKSEKUTIF Seluruh lokasi pilot program PNPM Agribisnis Perdesaan di 6 Kecamatan Provinsi NTT telah menyelesaikan alur/tahapan perencanaan pada bulan November 2008. Seluruh kecamatan telah melaksanakan

Lebih terperinci

PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN

PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN LAPORAN BULANAN PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN SADI (Smallholder Agribusiness Development Initiative) BULAN : DESEMBER 2008 RINGKASAN EKSEKUTIF Sampai dengan akhir bulan Desember 2008, kegiatan PNPM AP telah

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN SADI (Smallholder Agribusiness Development Initiative) BULAN : JANUARI 2009 RINGKASAN EKSEKUTIF

LAPORAN BULANAN PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN SADI (Smallholder Agribusiness Development Initiative) BULAN : JANUARI 2009 RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN BULANAN PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN SADI (Smallholder Agribusiness Development Initiative) BULAN : JANUARI 2009 RINGKASAN EKSEKUTIF Seluruh wilayah pilot program di empat provinsi sudah menyelesaikan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Laporan Semester I Pilot Program PNPM Agribisnis Perdesaan Periode Bulan Januari s/d Juni 2008 Lampiran:

RINGKASAN EKSEKUTIF. Laporan Semester I Pilot Program PNPM Agribisnis Perdesaan Periode Bulan Januari s/d Juni 2008 Lampiran: KONSULTAN MANAJEMEN NASIONAL Kantor Propinsi Nusa Tenggara Timur Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Agribisnis Perdesaan Alamat : Jl.Anggur No. 10A, Kebun Raja I, Naikoten I Kupang NTT Telp/Fax :

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Page 1

RINGKASAN EKSEKUTIF. Page 1 Page 1 KONSULTAN MANAJEMEN NASIONAL Kantor Propinsi Nusa Tenggara Timur Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Agribisnis Perdesaan Alamat : Jl.Anggur No. 10A, Kebun Raja I, Naikoten I Kupang NTT Telp/Fax

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. 1 H alaman

RINGKASAN EKSEKUTIF. 1 H alaman RINGKASAN EKSEKUTIF Seluruh lokasi pilot program PNPM Agribisnis Perdesaan di 6 Kecamatan Provinsi NTT telah menyelesaikan alur/tahapan perencanaan pada bulan November 2008. Seluruh kecamatan telah melaksanakan

Lebih terperinci

P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Gambaran Umum Provinsi NTB Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terletak antara 115 45-119 10

Lebih terperinci

TATA CARA PENGGUNAAN DANA PROGRAM/KEGIATAN TUGAS PEMBANTUAN (TP) DAN URUSAN BERSAMA (UB) PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A. 2010

TATA CARA PENGGUNAAN DANA PROGRAM/KEGIATAN TUGAS PEMBANTUAN (TP) DAN URUSAN BERSAMA (UB) PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A. 2010 Lampiran II Surat Menteri Dalam Negeri Nomor : 414.2/753/PMD Tanggal : 19 Pebruari 2010 TATA CARA PENGGUNAAN DANA PROGRAM/KEGIATAN TUGAS PEMBANTUAN (TP) DAN URUSAN BERSAMA (UB) PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A.

Lebih terperinci

P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Gambaran Umum Provinsi NTB Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terletak antara 115 45-119 10

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PELATIHAN BUDIDAYA SAYUR-SAYURAN KELOPOK TANI LILI BONA, DESA NEFOKO, KECAMATAN MOLLO UTARA, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

LAPORAN KEGIATAN PELATIHAN BUDIDAYA SAYUR-SAYURAN KELOPOK TANI LILI BONA, DESA NEFOKO, KECAMATAN MOLLO UTARA, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN LAPORAN KEGIATAN PELATIHAN BUDIDAYA SAYUR-SAYURAN KELOPOK TANI LILI BONA, DESA NEFOKO, KECAMATAN MOLLO UTARA, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelatihan Budi daya Sayur-sayuran

Lebih terperinci

PNPM MANDIRI PERDESAAN

PNPM MANDIRI PERDESAAN PNPM MANDIRI PERDESAAN Oleh : DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA KEMENTERIAN DALAM NEGERI PNPM MANDIRI PERDESAAN Merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menurunkan kemiskinan dan pengangguran

Lebih terperinci

<!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->pemeliharaan kakao. <!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->integrasi padi sawah dan ternak

<!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->pemeliharaan kakao. <!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->integrasi padi sawah dan ternak Hasil-hasil penelitian/pengkajian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian khususnya BPTP Sulawesi Tengah merupakan paket teknologi spesifik lokasi yang selanjutnya perlu disebarkan kepada pada ekosistem

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi pioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat.

Lebih terperinci

(Smallholder Agribusiness Development Initiative) Juli-Agustus 2008

(Smallholder Agribusiness Development Initiative) Juli-Agustus 2008 Smallholder Agribusiness Development Initiative An Australian Government Initiative KABAR SADI (Smallholder Agribusiness Development Initiative) Juli-Agustus 2008 Edisi: 20 Tanggal: 15 September 2008 SADI/08/09/071

Lebih terperinci

PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN

PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN PEDOMAN PRAKTIS IDENTIFIKASI, SELEKSI DAN PENGELOLAAN BDSP UNTUK PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN 1 H alaman OKTOBER, 2008 DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN... Error! Bookmark not defined. 2.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) Berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertanian

Lebih terperinci

LAPORAN PELATIHAN BUDI DAYA DAN PENDAMPINGAN DEMOPLOT USAHA SAPI POTONG DI DESA NOEMUKE, KECAMATAN AMANUBAN SELATAN, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

LAPORAN PELATIHAN BUDI DAYA DAN PENDAMPINGAN DEMOPLOT USAHA SAPI POTONG DI DESA NOEMUKE, KECAMATAN AMANUBAN SELATAN, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN LAPORAN PELATIHAN BUDI DAYA DAN PENDAMPINGAN DEMOPLOT USAHA SAPI POTONG DI DESA NOEMUKE, KECAMATAN AMANUBAN SELATAN, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Pelatihan Budi Daya

Lebih terperinci

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI Penjelasan VI terdiri dari dua bagian, yaitu Penulisan Usulan Desa dan Verifikasi. Bagian penulisan usulan berisi penjelasan tentang cara menuliskan usulan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang

Lebih terperinci

TOR KONSULTAN MANAJEMEN KABUPATEN (KM-KAB.) PNPM - PPK

TOR KONSULTAN MANAJEMEN KABUPATEN (KM-KAB.) PNPM - PPK 1. Definisi TOR KONSULTAN MANAJEMEN KABUPATEN (KM-KAB.) PNPM - PPK KM-Kab adalah tenaga konsultan manajerial profesional yang berkedudukan di tingkat Kabupaten. Fungsi KM-Kab dalam PPK adalah sebagai supervisor

Lebih terperinci

PELATIHAN TEKNIK BUDI DAYA TERNAK BABI DI DESA ENONETEN, KECAMATAN AMANUBAN SELATAN TIMOR TENGAH SELATAN I. PENDAHULUAN

PELATIHAN TEKNIK BUDI DAYA TERNAK BABI DI DESA ENONETEN, KECAMATAN AMANUBAN SELATAN TIMOR TENGAH SELATAN I. PENDAHULUAN PELATIHAN TEKNIK BUDI DAYA TERNAK BABI DI DESA ENONETEN, KECAMATAN AMANUBAN SELATAN TIMOR TENGAH SELATAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Pelatihan Budi Daya Ternak Babi di desa Enoneten, Kecamatan Amanuban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kemiskinan di pedesaan merupakan salah satu masalah pokok pedesaan yang harus segera diselesaikan dan menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

BAGIAN PEREKONOMIAN DINAS PERTANIAN ,95 JUMLAH

BAGIAN PEREKONOMIAN DINAS PERTANIAN ,95 JUMLAH II. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN 01. A. KEBIJAKAN PROGRAM Pada Urusan pilihan Pertanian diarahkan pada Peningkatan produksi pertanian dan pemberdayaan petani lokal serta peningkatan akses modal dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Strategis Kementerian Pertanian tahun adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Strategis Kementerian Pertanian tahun adalah meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan pertanian yang tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian Pertanian tahun 2010-2014 adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 82/Permentan/OT.140/8/2013 TANGGAL : 19 Agustus 2013 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I

Lebih terperinci

MATERI DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA. RAPAT DENGAR PENDAPAT DPR - RI Rabu, 16 Nopember 2011

MATERI DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA. RAPAT DENGAR PENDAPAT DPR - RI Rabu, 16 Nopember 2011 KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MATERI DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA RAPAT DENGAR PENDAPAT DPR - RI Rabu, 16 Nopember 2011 I. PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A. 2011

Lebih terperinci

FUNGSI : a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, peternakan dan perikanan darat b.

FUNGSI : a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, peternakan dan perikanan darat b. 30 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS PERTANIAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, peternakan dan perikanan darat berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

Renja BP4K Kabupaten Blitar Tahun

Renja BP4K Kabupaten Blitar Tahun 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN R encana kerja (RENJA) SKPD Tahun 2015 berfungsi sebagai dokumen perencanaan tahunan, yang penyusunan dengan memperhatikan seluruh aspirasi pemangku kepentingan pembangunan

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03//Permentan/OT.140/1/2011 TANGGAL : 31 Januari 2011 PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG :

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK)

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK) MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 273/Kpts/OT.160/4/2007 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI LAMPIRAN 2 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TAPIN Anggaran : 207 Formulir RKA SKPD 2.2 Urusan Pemerintahan : 3. 03 Urusan Pilihan Pertanian Organisasi : 3. 03. 0 Dinas

Lebih terperinci

KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016

KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016 KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN 2017 Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016 PERKEMBANGAN SERAPAN ANGGARAN DITJEN. PERKEBUNAN TAHUN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JANUARI 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 97,55 PERSEN No. 04/02/Th. XIV, 1 Februari 2011 Pada bulan Januari 2011, NTP Provinsi Sulawesi Tengah masing-masing subsektor tercatat

Lebih terperinci

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA TERM OF REFERENCE (TOR) PENDAMPING DESA

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA TERM OF REFERENCE (TOR) PENDAMPING DESA Lampiran-1 Surat Nomor : B.046/DPPMD/06/2015 Tanggal : 19 Juni 2015 KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam perekonomian Indonesia dan dalam pembangunan nasional. Pembangunan dan perubahan struktur ekonomi tidak bisa dipisahkan dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditi aneka kacang (kacang tanah dan kacang hijau) memiliki peran yang cukup besar terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pakan. Peluang pengembangan aneka kacang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN Disampaikan Pada Rakornas Gubernur Dan Bupati/Walikota DEPARTEMEN PERTANIAN Jakarta, 31 Januari 2008 1 LATAR BELAKANG Pengembangan Usaha

Lebih terperinci

Analisis Kebijakan Pembiayaan Sektor Pertanian

Analisis Kebijakan Pembiayaan Sektor Pertanian LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2007 Analisis Kebijakan Pembiayaan Sektor Pertanian Oleh : Sahat M. Pasaribu Bambang Sayaza Jefferson Situmorang Wahyuning K. Sejati Adi Setyanto Juni Hestina PUSAT ANALISIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2008), Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai 2009. Adapun pada tahun 2009 jumlah penduduk Jawa

Lebih terperinci

DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN. Powerpoint Templates

DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN. Powerpoint Templates DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN Powerpoint Templates RANCANGAN KOMODITAS DUKUNGAN PSP 1. Sub Sektor Tanaman Pangan: Padi Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar Lainnya Diutamakan

Lebih terperinci

PROGRAM DAN KEGIATAN. implementasi strategi organisasi. Program kerja operasional merupakan proses

PROGRAM DAN KEGIATAN. implementasi strategi organisasi. Program kerja operasional merupakan proses PROGRAM DAN KEGIATAN. A. Program Kegiatan Lokalitas Kewenangan SKPD. Program kerja operasional pada dasarnya merupakan upaya untuk implementasi strategi organisasi. Program kerja operasional merupakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Selaku Ketua Tim PUAP Pusat, Sumarjo Gatot Irianto

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Selaku Ketua Tim PUAP Pusat, Sumarjo Gatot Irianto KATA PENGANTAR Pendamping PUAP merupakan salah satu komponen pendukung pelaksanaan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yang bertugas untuk membangun kapasitas Gapoktan sebagai kelembagaan

Lebih terperinci

Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA)

Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA) 28 Bab V. Analisis Kebijakan Kapital, Sumberdaya Lahan dan Air Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA) Pendahuluan Latar Belakang Peraturan Presiden (PERPRES) Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN DISEMINASI PENGEMBANGAN MEDIA CETAK

LAPORAN KEGIATAN DISEMINASI PENGEMBANGAN MEDIA CETAK LAPORAN KEGIATAN DISEMINASI PENGEMBANGAN MEDIA CETAK Oleh Caya Khairani, dkk BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI TENGAH 2005 LAPORAN PELAKSANAAN DISEMINASI PENGEMBANGAN MEDIA CETAK Abstrak Teknologi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 608 TAHUN 2003 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA,

KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 608 TAHUN 2003 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA, KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 608 TAHUN 2003 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Daerah

Lebih terperinci

PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TERNAK SAPI POTONG DI KELURAHAN MERDEKA KECAMATAN KUPANG TIMUR KABUPATEN KUPANG

PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TERNAK SAPI POTONG DI KELURAHAN MERDEKA KECAMATAN KUPANG TIMUR KABUPATEN KUPANG PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TERNAK SAPI POTONG DI KELURAHAN MERDEKA KECAMATAN KUPANG TIMUR KABUPATEN KUPANG Ferdinan S. Suek, Melkianus D. S. Randu Program Studi Produksi

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN KINERJA PENYALURAN DAN PEMANFAATAN KREDIT PROGRAM PERTANIAN KKPE DI PROVINSI BALI

LAPORAN KEGIATAN KINERJA PENYALURAN DAN PEMANFAATAN KREDIT PROGRAM PERTANIAN KKPE DI PROVINSI BALI LAPORAN KEGIATAN KINERJA PENYALURAN DAN PEMANFAATAN KREDIT PROGRAM PERTANIAN KKPE DI PROVINSI BALI I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan mendasar bagi pengembangan usaha pertanian adalah lemahnya

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I PENDAHULUAN. 1.1.

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I PENDAHULUAN. 1.1. LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2007 jumlah

Lebih terperinci

(1), Kepala Dinas mempunyai fungsi sebagai berikut: a. penyusunan rencana strategis dinas, berdasarkan rencana strategis pemerintah daerah; b. perumus

(1), Kepala Dinas mempunyai fungsi sebagai berikut: a. penyusunan rencana strategis dinas, berdasarkan rencana strategis pemerintah daerah; b. perumus BAB XII DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 224 Susunan Organisasi Dinas Pertanian dan Peternakan, terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian

Lebih terperinci

Daftar Isi : I. Latar Belakang II. Pengertian III. Maksud Dan Tujuan IV. Ruang Lingkup V. Strategi dan Implementasi Optimalisasi VI.

Daftar Isi : I. Latar Belakang II. Pengertian III. Maksud Dan Tujuan IV. Ruang Lingkup V. Strategi dan Implementasi Optimalisasi VI. Daftar Isi : Halaman I. Latar Belakang 2 II. Pengertian 4 III. Maksud Dan Tujuan 4 IV. Ruang Lingkup 4 V. Strategi dan Implementasi Optimalisasi 5 VI. Pengendalian 11 VII. Penutup 12 Lampiran Lampiran

Lebih terperinci

MATRIK USULAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2014

MATRIK USULAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2014 MATRIK USULAN KEGIATAN TAHUN 2014 SKPD : DINAS TANAMAN PANGAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN SIJUNJUNG NO PROGRAM/KEGIATAN SASARAN TARGET 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 1. Kegiatan Penunjang Operasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Akses pangan merupakan salah satu sub sistem ketahanan pangan yang menghubungkan antara ketersediaan pangan dengan konsumsi/pemanfaatan pangan. Akses pangan baik apabila

Lebih terperinci

Siste t m Pe P nga ng w a as w an Pang ang

Siste t m Pe P nga ng w a as w an Pang ang BIDANG KEAMANAN PANGAN I.LATAR BELAKANG Sistem Pengawasan Pangan Yg efektif dan efisien yang mampu mendeteksi, mencegah dan mengawasi produk pangan untuk melindungi keamanan, keselamatan dan kesehatan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DESEMBER 2010 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 97,63 PERSEN No. 04/01/Th. XIV, 3 Januari 2011 Pada bulan Desember 2010, NTP Provinsi Sulawesi Tengah masing-masing subsektor tercatat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014 KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2014

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya A. Visi Perumusan visi dan misi jangka menengah Dinas Pertanian,

Lebih terperinci

PELUANG PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK MENDUKUNG KEMANDIRIAN PETANI DI KOTA PONTIANAK DAN KABUPATEN KUBURAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PELUANG PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK MENDUKUNG KEMANDIRIAN PETANI DI KOTA PONTIANAK DAN KABUPATEN KUBURAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PELUANG PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK MENDUKUNG KEMANDIRIAN PETANI DI KOTA PONTIANAK DAN KABUPATEN KUBURAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Tommy Purba dan Abdullah Umar Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN BAGIAN DARI HASIL PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH KEPADA DESA Menimbang : a. DENGAN

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130 RENSTRA 2016-2021 BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA 2016-2021 VI - 130 BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN

Lebih terperinci

TABEL T-VI.C.10 RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SKPD TAHUN 2016 DAN PRAKIRAAN MAJU TAHUN... PEMERINTAH KABUPATEN PRABUMULIH

TABEL T-VI.C.10 RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SKPD TAHUN 2016 DAN PRAKIRAAN MAJU TAHUN... PEMERINTAH KABUPATEN PRABUMULIH TABEL T-VI.C.10 RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SKPD TAHUN 2016 DAN PRAKIRAAN MAJU TAHUN... PEMERINTAH KABUPATEN PRABUMULIH NAMA SKPD : DINAS PERKEBUNAN, PERTANIAN, PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS KABUPATEN MURUNG RAYA TAHUN ANGGARAN 2014 INDIKATOR KEGIATAN

PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS KABUPATEN MURUNG RAYA TAHUN ANGGARAN 2014 INDIKATOR KEGIATAN PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS KABUPATEN MURUNG RAYA TAHUN ANGGARAN 2014 SKPD : DINAS PERTANIAN, PETERNAKAN DAN PERIKANAN NO NAMA PROGRAM DAN KEGIATAN INDIKATOR KEGIATAN PLAFON ANGGARAN LOKASI SUMBER KELUARAN

Lebih terperinci

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS PELATIHAN PEMANDU LAPANG TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Pedoman Teknis Kegiatan Pelatihan Pemandu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Perubahan paradigma dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pemerintahan dari sentralistik ke desentralistik telah memberikan nuansa baru yang sama sekali berbeda

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG INTENSIFIKASI PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN PERKEBUNAN TAHUN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PTO PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN

PTO PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN PTO PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA I. KEBIJAKAN POKOK 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia

Lebih terperinci

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan 5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) 5.1.1 Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan Produk Unggulan Daerah (PUD) Lamandau ditentukan melalui

Lebih terperinci

BAB II TUGAS PEMBANTUAN

BAB II TUGAS PEMBANTUAN BAB II TUGAS PEMBANTUAN Upaya pemerintah untuk melaksanakan pembangunan yang bermuara kepada kesejahteraan rakyat semakin meningkat. Penyerahan wewenang urusan pemerintahan kepada daerah otonom untuk mengatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan kemiskinan, sesungguhnya adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi masyarakat menuju ke arah yang

Lebih terperinci

PENJELASAN VII PEMANTAUAN, PENGAWASAN, EVALUASI, AUDIT, DAN PELAPORAN

PENJELASAN VII PEMANTAUAN, PENGAWASAN, EVALUASI, AUDIT, DAN PELAPORAN PENJELASAN VII PEMANTAUAN, PENGAWASAN, EVALUASI, AUDIT, DAN PELAPORAN Kegiatan pengendalian dalam PNPM Mandiri Perdesaan terdiri dari pemantauan, pengawasan, audit, evaluasi, dan pelaporan. Dalam buku

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 STUDI KONSOLIDASI USAHATANI SEBAGAI BASIS PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 STUDI KONSOLIDASI USAHATANI SEBAGAI BASIS PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 STUDI KONSOLIDASI USAHATANI SEBAGAI BASIS PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN Oleh : Mewa Ariani Kedi Suradisastra Sri Wahyuni Tonny S. Wahyudi PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

Bidang Tanaman Pangan

Bidang Tanaman Pangan Bidang Tanaman Pangan SASARAN Dinas Tan. Pangan, Horti. & Peternakan Kalimantan Tengah 1 Meningkatkan Jumlah Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura; 2 Meningkatkan Jumlah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor dengan penyerapan tenaga kerja paling banyak di Indonesia dibandingkan dengan sektor lainnya. Badan Pusat Statistik (2009) melaporkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH No. 09/02/51/Th. VIII, 3 Februari 2014 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. JANUARI 2014, NTP BALI NAIK SEBESAR 0,23 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali pada bulan Januari

Lebih terperinci

MATRIKS AKTIVITAS PELAKSANAAN PPK DAN POTENSI MASALAH YANG DAPAT TERJADI

MATRIKS AKTIVITAS PELAKSANAAN PPK DAN POTENSI MASALAH YANG DAPAT TERJADI MATRIKS AKTIVITAS PELAKSANAAN PPK DAN POTENSI MASALAH YANG DAPAT TERJADI No BENTUK KEGIATAN ASPEK YANG DIPERHATIKAN POTENSI MASALAH PENGELOLAAN DANA PPK 1. Rekening tujuan kurang jelas dan tidak spesifik.

Lebih terperinci

, ,56 99, , ,05 96,70

, ,56 99, , ,05 96,70 LAPORAN KONSOLIDASI PER PROGRAM/KEGIATAN/SUB.KEGIATAN/GROUP TAHUN ANGGARAN 2016 DANA DEKON DAN TUGAS PEMBANTUAN LINGKUP DITJEN PERKEBUNAN, P2HP DAN PSP Posisi : DESEMBER 2016 Sasaran Fisik Sasaran Keuangan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Sumarjo Gatot Irianto. Jakarta, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Selaku Ketua Tim PUAP Pusat,

KATA PENGANTAR. Sumarjo Gatot Irianto. Jakarta, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Selaku Ketua Tim PUAP Pusat, KATA PENGANTAR Pendamping PUAP merupakan salah satu komponen pendukung pelaksanaan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yang bertugas untuk membangun kapasitas Gapoktan sebagai kelembagaan

Lebih terperinci

SEPTEMBER 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

SEPTEMBER 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 SEPTEMBER 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 KATA PENGANTAR Laporan Bulanan kinerja perlindungan varietas tanaman dan perizinan pertanian bulan

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGAH JULI 2009 SEBESAR PERSEN

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGAH JULI 2009 SEBESAR PERSEN No.02/09/72/Th. XII, 1 September 2009 NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGAH JULI 2009 SEBESAR 98.92 PERSEN A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI *) Pada Bulan Juli 2009, NTP Provinsi Sulawesi Tengah

Lebih terperinci

PENJELASAN IX PENDANAAN DAN ADMINISTRASI KEGIATAN PNPM MANDIRI PERDESAAN

PENJELASAN IX PENDANAAN DAN ADMINISTRASI KEGIATAN PNPM MANDIRI PERDESAAN PENJELASAN IX PENDANAAN DAN ADMINISTRASI KEGIATAN PNPM MANDIRI PERDESAAN Pendanaan PNPM Mandiri Perdesaan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Lebih terperinci

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK)

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) CAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) TRIWULAN III TAHUN 2016 DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iii

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN KABUPATEN PACITAN

RENCANA KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN KABUPATEN PACITAN SASARAN 1 2 3 4 5 6 7 8 Prosentase layanan 100% Program Pelayanan Peningkatan dan Pengelolaan Input : Dana Rp 1.004.854.000,00 adminstrasi Administrasi Perkantoran Administrasi Perkantoran : Terpenuhinya

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PRIORITAS KEEMPAT

PENGUKURAN KINERJA PRIORITAS KEEMPAT PENGUKURAN KINERJA PRIORITAS KEEMPAT PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET REALISASI PRIORITAS IV : MENGEMBANGKAN DAN MEMPERKUAT EKONOMI DAERAH YANG DIKELOLA BERDASARKAN KOMODITAS UNGGULAN WILAYAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

POTENSI KING GRASS SEBAGAI PAKAN TERNAK DAN TANAMAN PENGUAT TERAS DI DESA TOBU, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

POTENSI KING GRASS SEBAGAI PAKAN TERNAK DAN TANAMAN PENGUAT TERAS DI DESA TOBU, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN POTENSI KING GRASS SEBAGAI PAKAN TERNAK DAN TANAMAN PENGUAT TERAS DI DESA TOBU, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN Sophia Ratnawaty, Didiek A. Budianto, dan Jacob Nulik Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategi, merupakan satu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi karena

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LKJ)

LAPORAN KINERJA (LKJ) PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN KINERJA (LKJ) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO 10.1. Kebijakan Umum Penduduk Kabupaten Situbondo pada umumnya banyak

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK TENGAH RANCANGAN PERATURAN BUPATI LOMBOK TENGAH NOMOR... TENTANG

BUPATI LOMBOK TENGAH RANCANGAN PERATURAN BUPATI LOMBOK TENGAH NOMOR... TENTANG BUPATI LOMBOK TENGAH RANCANGAN PERATURAN BUPATI LOMBOK TENGAH NOMOR... TENTANG INTEGRASI PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT DALAM STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN Menimbang : a. Bahwa pembangunan

Lebih terperinci

RESPON PETANI ATAS PROGRES PENGGEMUKAN TERNAK SAPI DI DESA TOBU, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

RESPON PETANI ATAS PROGRES PENGGEMUKAN TERNAK SAPI DI DESA TOBU, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN RESPON PETANI ATAS PROGRES PENGGEMUKAN TERNAK SAPI DI DESA TOBU, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN Didiek AB dan Sophia Ratnawaty Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTT ABSTRAK Sistem pengemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Perumusan kebijakan tehnis dan perencanaan program kerja bidang pertanian tanaman pangan dan hortikultura

BAB I PENDAHULUAN. 1. Perumusan kebijakan tehnis dan perencanaan program kerja bidang pertanian tanaman pangan dan hortikultura BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Organisasi Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Wonogiri dibentuk berdasar Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 11 Tahun 2008. Tugas pokok Dinas

Lebih terperinci

Prima Tani Kota Palu (APBN) Tuesday, 27 May :32 - Last Updated Tuesday, 27 October :40

Prima Tani Kota Palu (APBN) Tuesday, 27 May :32 - Last Updated Tuesday, 27 October :40 Kegiatan Prima Tani Kota Palu yang dilaksanakan di Kelurahan Kayumalue Ngapa Kecamatan Palu Utara merupakan salah satu kegiatan Prima Tani yang dilaksanakan pada Agroekosistem Lahan Kering Dataran Dataran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian cukup strategis dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Selama sepuluh tahun terakhir, peranan sektor ini terhadap PDB menujukkan pertumbuhan

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU SALINAN BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 28 TAHUN 2015jgylyrylyutur / SK / 2010 TENTANG MEKANISME PENYALURAN BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

V. DESKRIPSI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 61 V. DESKRIPSI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 5.1. Keadaaan Geografis dan Administrasi Daerah Provinsi NTT terletak antara 8 0-12 0 Lintang Selatan dan 118 0-125 0 Bujur Timur. Luas wilayah daratan 48 718.10

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/03/Th. XVI, 1 Maret 2013 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN FEBRUARI 2013 SEBESAR 97,22 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Februari 2013 sebesar 97,22

Lebih terperinci