PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN"

Transkripsi

1 PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN PEDOMAN PRAKTIS IDENTIFIKASI, SELEKSI DAN PENGELOLAAN BDSP UNTUK PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN 1 H alaman

2 OKTOBER, 2008 DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN... Error! Bookmark not defined. 2. IDENTIFIKASI DAN MENILAI PENYEDIA JASA PENGEMBANGAN BISNIS Siapa Penyedia Jasa Pengembangan Bisnis (BDSP)? Proses Identifikasi BDSP Proses Penilaian BDSP Tanggung Jawab Identifikasi dan Penilaian BDSP... Error! Bookmark not defined. 3. MELAKUKAN KONTRAK PENYEDIA JASA PENGEMBANGAN BISNIS TOR Untuk Penyedia Jasa Proposal Penyedia Jasa Evaluasi Proposal Pembiayaan Manajemen Kontrak Beberapa Isu Penting Kontrak dan Pembiayaan BLM Multi-year Kontrak dan Pengelompokkan Aktivitas Lelang Kompetitive Monitoring dan Evaluasi Kinerja Penyedia Jasa Evaluasi Kinerja Rutin Evaluasi Kinerja Formal Lampiran 1: Iklan Standar Untuk menjaring Minat Penyedia jasa Lampiran 2: Form Standar untuk Profil Penyedia Jasa (Lembaga dan Individu) Lampiran 3: Informasi Standar SADI Lampiran 4: Form Standar untuk Evaluasi BDSP (Lembaga dan Individu) Lampiran 5: Form TOR Kegiatan Standar Lampiran 6: Proposal Standar Penyedia Jasa Untuk Merespon TOR Lampiran 7: Standar Harga dan Pembiayaan Lampiran 8: Form Kontrak Standar Lampiran 9: Form Evaluasi Kinerja Penyedia Jasa 2 H alaman

3 3 H alaman

4 DAFTAR SINGKATAN BDSP BLM BPP BPTP DOK FK-AP F-Kab MAD2 MAD3 Menkeu Monev PMO PNPM-AP PNPM-MP Pokja PTO REDC SADI SP SP1 SP2 SP3 Sp SADI SPM TPK UPK Business Development Service Provider (Penyedia Jasa Pengembangan Bisnis) Bantuan Langsung Masyarakat Balai Penyuluh Pertania Badan Pengkajian Teknologi Pertanian Dana Operasional Kegiatan Fasilitator Kecamatan Agribisnis Pertanian. Fasilitator Kabupaten Musyawarah Antar Desa-2 (Prioritas Usulan) Musyawarah Antar Desa -3 (Pendanaan) Menteri Keuangan Monitoring dan Evaluasi Program Management Office Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Agribisnis Perdesaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Kelomp[ok Kerja Pedoman Teknis Operasional Rural Enterprise Development Coordinators Smallholder Agribusiness Development Initiative Subprogram Subprogram-1 (PNPM AP) Subprogram-2 (IFC) Subprogram-3 (ACIAR) Spesialis Agribisnis dan Pemasaran Provinsi Subprogram Manager Tim Pengelola Kegiatan Unit Pengelola Kegiatan 4 H alaman

5 1. PENDAHULUAN Sebagai bentuk pendekatan baru dalam menyediakan layanan pengembangan usaha bagi usaha kecil termasuk didalamnya adalah kelompok tani dan Gapoktan, BDS (Business Development Services) relatif belum banyak dikenal oleh lembaga pendampingan dan konsultan usaha kecil, bahkan oleh usaha kecil itu sendiri. Walaupun sebenarnya konsep BDS sudah masuk ke Indonesia sejak sekitar tahun 1994 melalui program yang dikembangkan oleh SwissContact, namun gaung dari program tersebut belum terasa. Menkokesra melalui strategi penanggulangan kemiskinan PNPM Mandiri Perdesaan sebenarnya juga telah memasukkan konsep BDS sebagai salah satu unsur pelaku untuk mengembangkan usaha kecil yang mendapatkan akses kredit tanpa agunan di tiap UPK. Gambar berikut menjelaskan bahwa BDS merupakan salah satu pelaku penting dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan: Gambar 1: BDS sebagai salah satu pelaku dalam PNPM Mandiri Perdesaan PNPM AP merupakan program yang relative baru, tahap awal pemanfaatan BLM oleh kelompok masyarakat akan difokuskan untuk membeli jasa layanan BDSP (Business Development Service Provider) melalui proses pelelangan yang transparan dan akuntabel. Penjelasan tahapan dalam dokumen ini masih merupakan langkah awal dari sebuah perjalanan panjang dalam mengembangkan pelaksanaan konsep agribisnis di wilayah perdesaan, pedoman dalam dokumen ini belumlah akhir!!! Prosedur pelaksanaan pelelangan dalam dokumen ini akan dievaluasi dan diperbaiki secara terus menerus oleh SP1 (PNPM AP), kemudian prosedur pelelangan ini dimasukkan sebagai suplemen pendukung dalam PNPM AP (PTO). Salah satu kegiatan penting didalam pelaksanaan program PNPM AP adalah kegiatan identifikasi, evaluasi, dan pengelolaan Penyedia Jasa Pengembangan Bisnis (selanjutnya disebut sebagai BDSP = Business Development Service Provider ) yang akan dilakukan oleh TPK. Pada prinsipnya, kegiatan penyediaan BDSP tidak bertentangan ataupun tidak melanggar prinsip prinsip dalam PNPM MP, tetapi justru mendukung dengan perluasan materi yang disesuaikan dengan kebutuhan PNPM Agribisnis Perdesaan. Dalam PNPM MP lebih banyak berupa pengadaan barang (bahan dan alat), sementara dalam PNPM AP selain pengadaan barang juga dilakukan pengadaan jasa/bdsp. Sebagaimana halnya PNPM MP, ada 3 prinsip dalam pengadaan barang/jasa dalam PNPM AP yaitu: 1. Transparansi; 2. Akuntabilitas; 3. Pembelajaran bagi Masyarakat. Dokumen ini mencakup aspek kunci dalam pelaksanaan kegiatan identifikasi, evaluasi dan pengelolaan BDSP yang dikontrak oleh TPK untuk mendampingi dan mendukung kegiatan pengembangan agribisnis skala kecil di wilayah perdesaan melalui pemanfaatan dana BLM menggunakan mekanisme PNPM Mandiri Perdesaan. Dalam dokumen ini juga ada beberapa penekanan tentang dimana keterlibatan SP2 (IFC) dan SP3 (ACIAR) dalam mendukung pelaksanaan PNPM Agribinsis Perdesaan. 5 H alaman

6 Pedoman dalam dokumen ini dibuat dan disusun bersama sama oleh Tim yang terdiri dari wakil wakil dari ketiga sub program SADI (SP 1 SADI, SP 2 SADI, SP3 SADI) dan konsultan dari PMO SADI, di Mataram pada tanggal Juli Selama melakukan workshop, juga dilakukan kunjungan lapangan di 18 Penyedia Jasa yang ada di kota Mataram. 2. RINGKASAN PELAKSANAAN KEGIATAN 2.1 Ringkasan Titik Kritis Pelaksanaan Kegiatan seleksi BDSP No Jenis Kegiatan Output Kelengkapan Penanggungjawab Keterangan 1 Menjaring Minat BDSP (Expression of Interest) melalui iklan di koran lokal ataupun website 1) Surat pernyataan minat BDSP 2) Long list BDSP Materi iklan PASs (Sp PNPM AP Prov.) berkoordinasi dengan SP2 dan SP3. Ada dalam Dokumen : Format Iklan, Format BDSP, Leaflet PNPM AP, TOR, Kontrak BDSP, dllnya 2 Pengiriman Form BDSP (Standard Profile BDSP Form) dan Standard SADI Information Pack Form BDSP yang sudah berisi data BDSP (Dikirim oleh BDSP yang berminat) 3 Seleksi Awal BDSP Short list BDSP (diproleh dari seleksi Form BDSP yang di kirim balik oleh BDSP ) 4 Pengiriman hasil long list dan short list dari Provinsi ke NMC (Selanjutnya akan dikoordinasikan dengan SP2, SP3 dan Bank Dunia) 5 Pengiriman Short List BDSP yang layak ke masing masing TPK untuk disesuaikan dengan usulan Masyarakat. 6 Finalisasi ToR per jenis kegiatan yang lolos dalam MAD 3. 7 Proses tender 1. Pengiriman Penawaran dan TOR Kegiatan oleh TPK kepada BDSP yang layak (short list BDSP) 2. Pelaksanaan Aanwijzing (bagi BDSP lokal) 3. Pengiriman Propossal Penawaran oleh BDSP ke TPK 4. Evaluasi Penawaran oleh TPK 4. Penentuan dan penetapan BDSP Pemenang 5. Pengumuman BDSP Pemenang Short list BDSP (yang disetujui oleh SP2 dan SP3 dan pihak terkait) ToR Kegiatan Form BDSP, Leaflet SADI, Leaflet PNPM AP, Ringkasan Project di provinsi masing masing Long list dan short list BDSP Short list BDSP yang layak (1) Surat Penawaran; (2) TOR Kegiatan ToR Kegiatan Proposal penawaran BDSP Calon Pemenang Tender BDSP pemenang tender Sp. PNPM AP Tk Provinsi TPK (sebagai wakil masyarakat) di bawah supervisi FK AP, Faskab, Sp SADI, Sp Monev SADI. 6 H alaman

7 2.2 Ringkasan Kebutuhan Kelengkapan Instrumen Kelengkapan Keterangan Standar Iklan untuk mencari minat BDSP Lampiran 1 Standar profil BDSP (dipilah berdasarkan atas BDSP yang berbentuk lembaga Lampiran 2 atau individu/perorangan) Standar paket informasi (dikirimkan satu paket dengan form profil BDSP) Lampiran 3 kepada BDSP Standar Form evaluasi BDSP (dipilah berdasarkan atas BDSP yang berbentuk Lampiran 4 lembaga dan individu) Standar Format ToR untuk BDSP Lampiran 5 Standar format proposal dari BDSP sebagai bentuk respon dari ToR yang telah Lampiran 6 dikirimkan Standar skedul pelaksanaan kegiatan dan biaya dan harga Lampiran 7 Form standar kontrak kerja Lampiran 8 Form standar evaluasi kinerja BDSP Lampiran 9 3. IDENTIFIKASI DAN MENILAI BDSP POTENSIAL Pelaku pengelola PNPM AP dan khususnya TPK (Tim Pengelola Kegiatan) di masing masing desa memiliki keterbatasan keterbatasan dalam hal melakukan identifikasi dan evaluasi BDSP untuk mendukung usulan kegiatan masyarakat (kelompok tani) yang terdanai. Sehingga, dalam hal pelaksanaan PNPM Agribisnis Perdesaan dirasa perlu sebuah pedoman untuk melakukan identifikasi dan evaluasi terhadap BDSP yang layak dalam memberikan layanan pengembangan agribisnis bagi kelompok tani. 3.1 Siapa dan Dimana Memperoleh BDSP Potensial? BDSP adalah penyedia jasa pengembangan usaha non finansial untuk meningkatkan kinerja usaha individual atau usaha bersama (koperasi, BUMDes, kelompok tani dll), akses ke pasar, dan kemampuannya untuk bersaing, tersedia untuk jangka waktu singkat atau sementara waktu, Sumber: Praktek Terbaik dalam Menyediakan Jasa Pengembangan Usaha Bagi Usaha Kecil dan Menengah, Policy Paper ADB, Juni Pengertian BDSP dalam konteks PNPM AP adalah orang (individu), lembaga/instansi (pemerintah dan sawasta) yang memiliki keahlian dalam memfasilitasi kelompok tani atau gabungan kelompok tani dalam mengembangkan sebuah bisnis khusunya dibidang agribisnis. BDSP Potensial dapat diperoleh dari : a. LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat); b. Universitas; c. Asosiasi asosiasi; d. Lembaga/perusahan swasta (termasuk, lead firm yang dapat dirujuk dari SP2/IFC); e. Perorangan, termasuk PNS setelah mendapat persetujuan pimpinan instansi tempat kerja; f. Instansi pemerintah, seperti: BPTP dan BPP yang memberikan layanan gratis/ Cuma cuma kepada masyarakat. Beberapa LSM yang memiliki kemampuan, reputasi dan pengalaman terkait isu agribisnis dan menyatakan minat sebagai penyediaan jasa bagi PNPM AP, tetapi memiliki keterbatasan tenaga ahli, dapat melakukan kerjasama dengan penyedia jasa lain (bergabung/merger), hal ini untuk memenuhi 7 H alaman

8 kebutuhan tenaga ahli yang belum mereka miliki, hal seperti ini diperbolehkan dan sah menurut ketentuan seleksi. Dalam hal terjadi keterbatasan penyedia jasa yang profesional dan layak di beberapa provinsi, seperti NTT dan Sulawesi Tenggara, diperbolehkan menggunakan BDSP provinsi lain yang berdekatan. 3.2 Proses Identifikasi Lakukan persiapan awal long list BDSP yang telah dikenal oleh masyarakat dan terlibat aktif dalam pengembangan masyarakat perdesaan (rural development) di masing masing provinsi. Persiapan longlist sebaiknya dilakukan sesegera mungkin, dan daftar identifikasi BDSP potensial terus menerus di up date. Daftar Penyedia Jasa ini dapat diperoleh dari: a. Pengetahuan dan informasi Sp SADI Provinsi/REDC IFC; b. Rekomendasi Forum NGO/LSM di Provinsi; c. Rekomendasi Universitas/ Perguruan Tinggi di Provinsi; d. Rekomendasi dari Bank Indonesia; e. Rekomendasi dari lembaga Pemerintah; f. Informasi dari Pelaku di Kecamatan dan Kabupaten (FK, F Kab, BPP, dllnya). Untuk menjaring minat BDSP, dapat pula dilakukan melalui pemasangan iklan di koran lokal (Format Iklan, lihat Lampiran 1.) atau melalui website. Ragam Informasi tentang hasil MAD 2 dan atau MAD 3 juga dapat diumumkan melalui Website SADI ( atau di blosgsite PNPM AP Provinsi NTT ( Khusus untuk pelaksanaan PNPM AP Tahun 2008, biaya pemasangan iklan ditanggung oleh PMO SADI. Untuk fase selanjutnya biaya pemasangan iklan akan dibebankan pada DOK PNPM AP. Selanjutnya lakukan beberapa hal sebagai berikut: a. Penyedia jasa yang berminat dan merespon tayangan iklan, didokumentasikan dan dimasukkan dalam long list BDSP; b. Lakukan proses investigasi terhadap BDSP yang berminat, kegiatan ini dilakukan oleh Sp PNPM AP Tk. Provinsi (bekerja sama SP2 dan SP3), sesegera mungkin menetapkan long list BDSP di masing masing provinsi; Untuk beberapa BDSP, Sp. PNPM AP Tk. Provinsi akan bertanggungjawab dalam hal proses investigasi; Untuk beberapa BDSP, IFC REDC Tk. Provinsi akan bertanggungjawab dalam hal proses investigasi; Untuk beberapa BDSP, ACIAR Tk. Provinsi akan bertanggungjawab dalam hal proses investigasi; c. Penyedia Jasa dalam long list, oleh Sp. PNPM AP selanjutnya akan mengirimkan : (1) Form Standar Profil BDSP (lihat Lampiran 2, bedakan untuk BDSP perorangan dan Lembaga); (2) Informasi Standar PNPM AP/SADI (lihat Lampiran 3), memuat latar belakang, ruang lingkup kegitan PNPM AP. (3) Kesediaan BDSP membantu/ mendukung TPK (masyarakat desa) memfasilitasi usulan kegiatan yang didanai BLM PNPM AP. Ragam informasi yang diberikan kepada BDSP sebaiknya memberikan gambaran yang jelas mengenai maksud tujuan dari program. d. BDSP yang sudah mengisi/melengkapi Form Standar Profil Penyedia Jasa, dan mengembalikan kepada Sp. PNPM AP (atau ke konsultan IFC SP2 dan ACIAR SP3) akan dilakukan penilaian tahap awal. 8 H alaman

9 3.3 Proses Penilaian BDSP a. Segera setelah Profil BDSP dikembalikan, lakukan penilaian terhadap BDSP dari informasi yang diberikan melalui Profil BDSP dan maupun investigasi terhadap kemampuan personal BDSP. Jika memungkinkan (waktu dan dana), bisa dilakukan kunjungan ke lokasi BDSP. b. Spesialis SADI Provinsi, SP 2, dan SP 3 bertugas melakukan evaluasi terhadap BDSP yang berminat, menggunakan Form Evaluasi Standar BDSP yang sudah dipersiapkan (lihat Lampiran 4, dibedakan antara individudan lembaga). c. Bila evaluasi BDSP telah diselesaikan (oleh Spesialis SADI Provinsi dengan SP2, dan SP3), hasil evaluasi (bersama Profil BDSP) dikirim atau dikumpulkan oleh Spesialis SADI Provinsi dalam short list BDSP yang dinilai layak untuk mengikuti tahap pelelangan BDSP oleh TPK. d. Short list BDSP yang dianggap layak kemudian disesuaikan dengan usulan kegiatan masyarakat dalam MAD 3. Bagi kelompok tani (desa) yang usulan terdiri dari beberapa kegiatan, dapat diusulkan beberapa BDSP yang layak kepada TPK. e. Spesialis SADI Provinsi memberikan saran saran kepada pihak TPK (melalui FK AP) mengenai BDSP yang layak untuk mendukung usulan kegiatan masyarakat. Pada saat yang sama, dapat pula diinformasikan kepada BDSP yang telah dinilai layak tentang TPK mana saja yang memungkinkan dapat bekerja sama sesuai dengan kapasitas BDSP yang bersangkutan; f. Keputusan untuk memilih BDSP yang tepat untuk mendukung kegiatan penguatan kapasitas dalam pengembangan agribisnis di desa sepenuhnya ada di TPK. Berkaitan dengan itu, melalui proses pendampingan dan pelatihan, FK AP memberikan penguatan kapasitas kepada TPK dalam hal pengetahuan agribisnis, disesuaikan dengan usualan yang disepakati dalam MAD III. Dalam hal pelaksanaan kegiatan di lapangan TPK nantinya akan dipantau dan dievaluasi sesuai dengan mekanisme yang selama ini berlaku di PNPM Mandiri Perdesaan. Lakukan evaluasi terhadap BDSP sesegera mungkin setelah Profil BDSP dikirim oleh calon BDSP yang berminat. Proses evaluasi terhadap BDSP tidak harus menunggu sampai semua BDSP mengirimkan profilnya berakhir, sehingga proses evaluasi terhadap BDSP tidak menumpuk di akhir periode. 3.4 Tanggung jawab dalam melakukan identifikasi dan seleksi BDSP Keputusan untuk memilih BDSP yang tepat untuk mendukung kegiatan di desa sepenuhnya ada di TPK. Tanggung jawab dalam melakukan aktivitas identifikasi dan seleksi BDSP ini sepenuhnya ada di SP1 (PNPM AP). SP2 dan SP3 akan membantu melakukan identifikasi dan evaluasi BDSP melalui jejaring tenaga ahli yang dimiliki oleh masing masing sub program. Pada tahap awal, Spesialis PNPM AP Tk. Provinsi bertanggungjawab dalam mengelola dan mengkoordinasikan seluruh proses kegiatan identifikasi dan seleksi BDSP. Dalam melakukan kegiatan ini, Spesialis PNPM AP akan berkoordinasi dengan SP2 dan SP3 ehingga agar tidak terjadi duplikasi kegiatan, misalnya dalam hal menetukan BDSP mana saja yang akan di undang oleh masing masing sub program. Spesialis PNPM AP Tk. Provinsi akan bertanggung jawab mengelola dan mengorganisir data Profil BDSP dan hasil laporan evaluasi terhadap BDSP yang terlibat dalam pelaksanaan PNPM AP. Data ini akan terus diperbaharui untuk memberikan informasi terkini tentang daftar BDSP yang potensial. 9 H alaman

10 4. KONTRAK BDSP 4.1 Menyiapkan TOR Kegiatan Sebelum dilakukan kontrak dengan BDSP, perlu disiapkan TOR untuk masing masing usulan kegiatan terdanai sesuai dengan hasil keputusan MAD 3. Pembuatan TOR mengikuti format standar yang berisi: 1. Latar belakang dan tujuan; 2. Lokasi Kegiatan; 3. Ruang lingkup kegiatan BDSP; 4. Lama kegiatan (awal dan akhir kegiatan); 5. Kebutuhan Jasa: a. Uraian jasa spesifik yang diharapkan dari BDSP b. Penjelasan tentang jasa yang diminta, seperti : jumlah peserta pelatihan, kebutuhan bahan dan alat, dllnya. c. Penjelasan tentang bagaimana pelatihan dilaksanakan, seperti : jumlah peserta pelatihan tidak melebihi 15, dikaitkan dengan demplot; penyediaan bahan dan alat; aplikasi teknologi tepat guna, pagu biaya pelatihan, dllnya 6. Hasil yang diharapkan; 7. Komposisi Anggaran ; a. Biaya maksimum b. Komposisi biaya i. honor; ii. bahan dan alat; iii. Konsumsi dan akomodasi; iv. Transportasi; v. ATK; vi. Biaya overhead/ biaya institusional; vii. Biaya lain yang spesifik. 8. Manajemen Pelaksanaan, meliputi: a. Pihak pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kontrak; b. Mekanisme Pembayaran ( siapa yang membayar BDSP, kapan, dan bagaiman pembayaran dilakukan) c. Pelaporan; d. Audit; e. Evaluasi Kinerja; f. Perselisihan dan Kinerja Buruk (Non performance and dispute resolution); g. Monev; h. Peran dan tanggung jawab TPK. 9. Menyiapkan dan Menilai Proposal BDSP: a. Batas akhir pengiriman proposal dan alamat pengiriman. b. Format Proposal. c. Prosedur Penilaian. d. Kontak Informasi di Sp SADI Provinsi dan FKAP. 10. TOR sebaiknya tidak lebih dari 5 halaman ( lihat Lampiran 5) 11. TOR kegiatan harus spesifik dan disesuaikan hasil usulan MAD III dan proposal agribisnis masingmasing desa, TOR disusun oleh Sp. PNPM AP dan Monev SADI di Provinsi, namun nantinya akan dikontekstualisasikan oleh FK AP berdasarkan atas data data yang tercantum dalam proposal masing masing desa (kelompok tani). 10 H alaman

11 12. TOR yang tersusun, dikirimkan ke TPK bersama sama dengan rekomendasi daftar BDSP yang dianggap layak sesuai hasil penilaian tahap awal yang dilakukan oleh Spesialis Tk. Provinsi. 4.2 Proposal BDSP TPK dapat memilih BDSP yang dianggap layak untuk diajak bekerjasama. TPK dapat melakukan diskusi dengan BDSP sebelum menentukan pilihan BDSP yang dianggap layak. TPK akan mengirimkan Surat Permohonan Penawaaran kepada BDSP yang layak dilengkapi dengan TOR kegiatan yang spesifik. BDSP yang diundang, membuat proposal penawaran sesuai dengan standar sebagai berikut: 1. Ringkasan aktivitas; 2. Materi yang diberikan; 3. Strategi pelaksanaan; 4. Tenaga ahli yang digunakan; 5. Schedule pelaksanaan kegiatan; 6. RAB/ pendanaan; 7. Pernyataan Kesediaan BDSP untuk mendukung kegiatan; Proposal tidak lebih dari 5 7 halaman ( Lihat Lampiran 6) Pengiriman proposal dari BDSP ditujukan kepada TPK, apabila ditemukan kendala dalam hal jangkauan geografis, proposal dapat dikirimkan kepada Sp. PNPM AP tingkat provinsi, Faskab, atau FK, dan selanjutnya dikirimkan secara berjenjang ke TPK. 4.3 Evaluasi Proposal Proposal BDSP yang terkirim akan dievaluasi oleh TPK dan atau oleh orang/badan yang ditugaskan oleh TPK. Dalam hal terjadi proposal penawaran lebih dari satu (dan akan diputuskan hanya ada satu pemenang), dan kemudian TPK tidak memilih proposal dengan harga penawaran terendah, wajib menyampaikan alasan pemilihan proposal tersebut melalui berita acara, alasan dimaksud misalnya karena kualitas BDSP yang dipilih memberikan jaminan layanan yang lebih baik atau alasan lain yang berhubungan dengan kualitas kinerja layanan. Pelaku PNPM AP secara berjenjang akan melakukan proses pemantauan pelaksanaan kegiatan evaluasi proposal yang dilakukan oleh TPK. 4.4 Daftar Standar Harga dan Biaya Standar harga dan biaya disiapkan oleh Sp. PNPM AP Provinsi, dapat merujuk pada standar harga dan biaya dari pemerintah daerah, kemudian disesuaikan berdasarkan survei harga lokal oleh Faskab dan FKAP ( lihat Lampiran 7). Pembiayaan meliputi : honorarium, transport, konsumsi, akomodasi, biaya overhead/institusi. Setelah daftar harga terkumpul, kemudian disampaikan kepada TPK sebagai bahan pendukung dalam pelaksanan proses evaluasi proposal. 4.5 Manajemen Kontrak Kontrak akan ditandatangani oleh BDSP dan TPK di masing masing desa, menggunakan standar form kontrak (Lihat Lampiran 8). Spesialis PNPM AP Provinsi, Faskab, dan FK AP memantau dan memfasilitasi persiapan pelaksanaan kontrak antara TPK dan BDSP. TPK bertanggungjawab untuk megelola pelaksanaan kontrak, termasuk dalam hal pembayaran kontrak dengan BDSP. 11 H alaman

12 4.6 Hal Hal Lain Terkait Kontrak Kontrak dan Pendanaan BLM Multi year Isu lain terkait dengan alokasi BLM dapat digunakan dan penyesuaian kontrak secara lintas tahun (multi year), hal ini sangat relevan dan beralasan karena : Penanaman komoditi pertanian mengikuti kalender musim tanam atau panen yang terkadang dilakukan dalam batas tahun yang berbeda (tahun 2008 s/d 2009); TPK membutuhkan dukungan untuk pengembangan agrobisnis pertanian lintas tahun. Contoh: Kelompok Tani Desa Enoneten, Kecamatan Amanuban Selatan, Kabupaten TTS Provinsi NTT mengusulkan kegiatan Penguatan Kapasitas Pengembangan Agribisnis Ternak Sapi. Berikut adalah jadwal pelaksanaan kegiatan yang diusulkan: Kegiatan Agt Sept Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Pelatihan Pengorganisasian & Penguatan kelembagaan xx kelompok tani Pelatihan teknik budidaya Sapi xxx Pendampingan dan Asistensi Teknis dalam hal kelembagaan dan teknik budidaya x x Pengembangan demplot budidaya HMT xxxx Rata-rata musim penghujan Pelatihan manajemen pemasaran komoditas sapi xx Pendampingan dan asistensi teknis dalam hal pengelolaan pakan dan sistem pemasaran x x x Evaluasi dan refleksi x Dana BLM TA 2008, dapat digunakan mendanai usulan masyarakat TA 2008 yang pelaksanaannya dilakukan sampai dengan tahun 2009 (lintas tahun). Hal ini disebabkan karena kegiatan pertanian sangat tergantung dengan musim, dan sangat dimungkinkan jika waktu pelaksanaan kegiatan membutuhkan waktu sampai dengan 4 bulan. PTO sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan, memungkinkan penggunaan BLM untuk pendanaan multi year, sebagaimana dimuat dalam Bab 4 Penjelasan PTO PNPM AP. Mekanisme pencairan BLM dilakukan melalui Pemerintah Kabupaten ke Pokja Agribisnis Perdesaan di tingkat Kecamatan yang dapat mengampu pola pendanaan lintas tahun Pengelompokan Usulan Kegiatan dan Pelaksanaan Kontrak Dalam hal terjadi kesamaan usulan kegiatan di beberapa desa, pelaksanaan kontrak dapat dikelompokkan menjadi satu dan masing masing desa dapat bersepakat untuk melakukan negosiasi bersama dengan satu BDSP, hal ini dilakukan untuk melakukan efisiensi dan mendapatkan keuntungan ekonomis lainnya sehingga bisa digunakan untuk mengoptimalkan pengembangan agrobisnis di masing masing desa. Jika negosiasi bersama antar desa ini dapat dilakukan, BDSP tetap melakukan kontrak dengan tiap TPK di masing masing desa. Kontrak seperti ini akan dikelola oleh kelompok/gabungan TPK yang diwakili oleh wakil TPK yang ikut melakukan negoisasi dengan BDSP. Penentuan kesepakatan antar TPK untuk melakukan penggabungan dilakukan berdasarkan atas mekanisme yang berlaku dalam PNPM Mandiri Perdesaan dengan tidak mengabaikan prinsip transparansi dan akuntabilitas. Spesialis PNPM AP Tk. Provinsi, Faskab, dan FKAP bertanggungjawab melakukan identifikasi peluang kontrak secara kelompok, dan memberikan perhatian terhadap pilihan TPK dan daftar BDSP yang sesuai. 12 H alaman

13 4.6.3 Pelelangan BDSP Bila nilai kontrak dengan BDSP melebihi Rp. 15 Juta maka akan dilakukan proses pelelangan kegiatan secara kompetitif. Aturan yang berlaku dalam melakukan lelang adalah sekurangnya diikuti oleh 3 BDSP (atau minimal terdapat tiga proposal penawaran yang diajukan oleh BDSP yang ada dalam short liste). Bila terjadi kasus, short list BDSP yang mengajukan proposal penawaran ke TPK jumlahnya kurang dari 3(tiga), maka kegiatan lelang tetap dianggap layak dan bisa dilanjutkan. Hal ini memang memungkinkan karena pada tahap ini kita tidak bisa mengetahui berapa jumlah kontrak yang akan diterima untuk kemudian dilakukan pelelangan. 4.7 Monitoring dan Evaluasi Kinerja BDSP. Hal penting yang harus dilakukan adalah melakukan penilaian kinerja BDSP secara sistematis selama dan setelah pelaksanaan kegiatan, meliputi : 1. Jika dibutuhkan, dapat dilakukan re orientasi dan konsolidasi materi terhadap BDSP selama pelaksanaan kegiatan berlangsung; 2. Lakukan pembayaran secara bertahap berdasarkan atas termin kegiatan yang telah ditentukan ( ); 3. Berkaitan dengan pelaksanaan kontrak yang bertahap (stop/go points), sebaiknya lakukan pula kontrak secara bertahap, sehingga mudah untuk menilai apakah kontrak bisa dilanjutkan atau diputus ( misalnya: tahapan pelatihan teknis sampai dengan pelaksanaan di lapangan/demplot); 4. Lakukan seleksi/evaluasi terhadap BDSP untuk dipertimbangkan penggunaannya di tahun tahun mendatang Monitoring Kinerja Rutin (Harian) Monitoring kinerja harian terhadap BDSP dilakukan oleh TPK, sangat dimungkinkan, FKAP, Faskab, dan Spesialis PNPM AP Tk. Provinsi membantu dan menyiapkan TPK untuk memahami isu isu pelaksanaan kegiatan yang tertuang dalam kontrak sehingga TPK dapat melakukan fungsi pemantauan dengan baik Evaluasi kinerja Formal Evaluasi secara formal terhadap BDSP dilakukan oleh TPK, FK AP dan Spesialis Monev Provinsi akan memfasilitasi proses evalasi ini. Model Evaluasi dalam PNPM MP juga dapat digunakan dalam melakukan evaluasi silang antar desa. Sebagai catatan, mungkin saja tim yang ada di satu desa akan lebih baik/lebih kuat dibandingkan dengan tim evaluasi dari desa lainnya. Bila dibutuhkan, TPK dapat meminta dukungan dari wakil dari SP2 dan SP3 untuk terlibat dalam melakukan evaluasi terhadap BDSP yang awalnya direkomendasikan oleh SP2 dan SP3. Evaluasi kinerja BDSP secara formal, dapat dilakukan pada: Akhir pelaksanaan kontrak, untuk kegiatan yang kurang dari 6 bulan; Setiap 6 bulan untuk masa kontrak lebih dari 6 bulan, dan kemudian dilanjutkan pada akhir pelaksanaan kontrak. Kinerja BDSP akan dievaluasi menggunakan/mengacu pada kriteria standar dalam PNPM MP, meliputi : proses partisipasi, penggunaan bahan/alat bantu, hasil yang dicapai, dan disajikan dalam Form Evaluasi Standar Kinerja BDSP (lihat, Lampiran 9). Setelah dilakukan evaluasi kinerja BDSP secara menyeluruh, TPK (difasilitasi oleh FK AP) wajib memberikan umpan balik kepada BDSP secara tertulis. Form Evaluasi Kinerja dan umpan balik terhadp BDSP ditembuskan kepada Spesialis Monev SADI Provinsi yang bertanggungjawab penuh dalam menyimpan dokumen, berikut lampiran data profil BDSP, hal ini berkaitan dengan kebutuhan seleksi BDSP pada tahun berikutnya. 13 H alaman

14 LAMPIRAN 1 Standar Iklan Untuk Mencari BDSP yang BERMINAT 14 H alaman

15 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Agribisnis Perdesaan (PNPM AP) Undangan Penawaran Penyedia Jasa Dalam rangka melaksanakan program pemberdayaan masyarakat di Provinsi., Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Agribisnis Perdesaan (PNPM AP) menawarkan kepada LSM, Universitas, perusahaanperusahaan, kaum profesional, dan lain lain untuk berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan agribisnis melalui aktivitas aktivitas sebagai berikut: 1. Pelatihan penguatan kelembagaan petani; 2. Pelatihan peningkatan kapasitas petani dalam budidaya tanaman; 3. Pelatihan dalam pengendalian hama dan penyakit terpadu untuk komoditi...,...,...; 4. Pelatihan untuk peningkatan kapasitas petani dalam penanganan pasca panen dan pemasaran; 5....; Wilayah kerja adalah mencakup Kabupaten (Kecamatan,,.. ) dan Kabupaten (Kecamatan,,.. ). Penawaran minat dikirim via pos ditujukan ke alamat: 1) Kantor PNPM MP Jl. ; Telp: ; atau 2) Kantor BPMD Kabupaten..,...; atau 3) Kantor BPMD Kabupaten.,... dengan melampirkan profil lembaga/individu. Penawaran paling lambat dikirimkan (stempel pos) satu minggu setelah tanggal iklan ini dimuat. Keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada website kami: atau di 15 H alaman

16 LAMPIRAN 2 Standar Form Profil BDSP (Terpisah Antara Form Lembaga dan Individual) 16 H alaman

17 Provinsi :... Formulir Identifikasi Penyedia Jasa Pengembangan Agribisnis PNPM Agribisnis Perdesaan Smallholder Agribusiness Development Initiative (SADI) Kode: L Nama Lembaga/Individu :.... A l a m a t :. Telephone:. Fax: Tujuan Pendirian Lembaga (singkat/ringkas) Kompetensi Utama (Bisa lebih dari satu) : : 1. Peningkatan Kapasitas 2. Alih Tehnologi 3. Pengadaan Peralatan 4. Kewirausahaan 5.Pemasaran 6. Penelitian Komoditas Pertanian Pernah Ditangani/Dikerjakan: Pengalaman Proyek : (Bisa dilampirkan di halaman tambahan) Nama Proyek Periode Uraian Singkat Proyek Sumber Dana Nilai Kontrak 2. BADAN HUKUM Tahun Berdiri :.. Akte Notaris :... Status Badan Hukum : 1. Yayasan 2. Perkumpulan 3. Lembaga Penelitian 4. Perusahaan/Swasta 3. TENAGA AHLI 17 H alaman

18 Jumlah Tenaga Ahli Status Tenaga Ahli :......Orang : 1. Tenaga Tetap :...Orang 2. Tenaga Kontrak :...Orang Kualifikasi Tenaga Ahli (daftar ini bisa dibuat dalam tambaan lampiran) No Nama Tenaga Ahli Pendidikan Bidang Keahlian (Sebutkan Spesifikasi Jenis Keahlian atau Komoditasnya) Pengalaman (Tahun) Status Tenaga Keterangan Status Tenaga : (1). Tenaga Tetap; (2) Tidak Tetap/Kontrak 4. JEJARING KERJA No Nama Lembaga Mitra Periode Kerjasama Bidang Kegiatan 5. ASSET PENDUKUNG Asset Pendukung : 1. Status Kantor : 2. Fasilitas Kantor :.. 18 H alaman

19 Formulir Identifikasi Penyedia Jasa Pengembangan Agribisnis PNPM Agribisnis Perdesaan Smallholder Agribusiness Development Initiative (SADI) Kode: I Provinsi Nama Individu :... :.... A l a m a t :. Telephone:. Fax: Kompetensi Utama (Bisa lebih dari satu) : 1. Peningkatan Kapasitas 2. Alih Tehnologi 3. Pengadaan Peralatan 4. Kewirausahaan 5.Pemasaran 6. Penelitian Komoditas Pertanian Pernah Ditangani/Dikerjakan: Pengalaman Proyek : (Bisa dilampirkan di halaman tambahan) Nama Proyek Periode Uraian Singkat Proyek Sumber Dana Nilai Kontrak 2. Kualifikasi Keahlian No Nama Pendidikan Bidang Keahlian (Sebutkan Spesifikasi Jenis Keahlian atau Komoditasnya) Pengalaman (Tahun) 19 H alaman

20 3. JEJARING KERJA No Nama Lembaga Mitra Periode Kerjasama Bidang Kegiatan 4. ASSET PENDUKUNG Asset Pendukung : 1. Status Kantor : 2. Fasilitas Kantor :.. 20 H alaman

21 LAMPIRAN 3 Standar Paket Informasi Dikirim Kepada BDSP Yang Lolos Seleksi 21 H alaman

22 CATATAN PAKET INFORMASI BDSP Ada beberapa pandangan/ide tentang apa yang bisa/harus dimasukkan dalam standar Paket Informasi yang nantinya akan dikirimkan bersama dengan format Profil kepada para BDSP. Beberapa diantaranya adalah: 1. Brosur umum SADI yang menggambarkan tentang seluruh sub program (SP1 SP2 SP3); 2. Brosur umum SADI yang menggambarkan tentang spesifik PNPM AP, dan; 3. Informasi tambahan (2 3 halaman) yang menggambarkan istilah istilah umum berbagai hal yang dibutuhkan BDSP untuk pembuatan proposal dan merancang desain penguatan kapasitas, penjelasan mengenai siapa saja yang akan di kontrak oleh PNPM AP, dsb. Selain paket informasi diatas, beberapa informasi berikut juga dapat dimasukkan untuk melengkapi pemahaman BDSP mengenai kegiatan PNPM AP kepada BDSP: F.A.Q. Tentang PNPM Agribisnis Perdesaan 1. Pendahuluan PNPM AP merupakan salah satu Sub Program SADI (Small Holder Agribusiness Development Initiative), sebuah program kerjasama Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Australia yang menyediakan dana hibah bagi pengembangan agribisnis di wilayah perdesaan. Masing masing desa berpartisipasi dan transparan untuk mengusulkan proposal program pengembangan agribisnis dengan menggunakan sistem kompetisi secara sehat. Usulan desa yang lolos berhak mendapatkan pendanaan untuk mengembangkan kegiatan pengembangan agribisnis. Proses pendanaan PNPM AP melekat dengan mekanisme yang selama ini dilakukan dalam program PNPM Mandiri Perdesaan. Dana yang ada dialokasikan guna mendukung kegiatan peningkatan lapangan pekerjaan dan pengembangan usaha ekonomi produktif di bidang agribisnis. Desa, melalui TPK, akan sepenuhnya mengelola ragam BDSP (Business Development Service Provider) untuk melaksanakan kegiatan pengembangan kegiatan agribisnis yang terdanai. Dana Hibah dikelola oleh Pokja di Kecamatan dan dicairkan kepada TPK secara lintas tahun disesuaikan dengan kalender musim komoditas yang dikembangkan oleh masing masing desa. Penjelasan ini bersifat umum, dimaksudkan untuk membantu paramitra BDSP yang berminat untuk terlibat dalam pengembangan kawasan perdesaan (rural) khususnya di bidang agribisnis. Informasi lebih lanjut dapat diperoleh di website SADI atau dapat menghubungi pelaku PNPM AP di masing masing Provinsi lokasi pilot program. 2. Di Lokasi Mana Program SADI Bekerja? Selama Fase 1 ( ), program SADI bekerja pada 4 lokasi yaitu di provinsi Sulsel, Sultra, NTB dan NTT. Di setiap provinsi, SADI bekerja masing masing di 2 kabupaten dan 3 kecamatan, yaitu: PROVINSI KABUPATEN 1. Sulawesi Selatan Bantaeng dan Toraja 2. Sulawesi Tenggara Konawe Selatan dan Muna 3. NTB Ngada dan TTS 4. NTT Dompu dan Lombok Barat 22 H alaman

23 Untuk Fase 2 (2010.), ada kemungkinan besar bahwa program ini akan diperpanjang dengan penambahan jumlah kabupaten dan kecamatan. 3. Siapa yang akan Bertindak sebagai BDSP? Dalam pengembangan kawasan agribisnis di wilayah perdesaan, SADI melibatkan ragam stakeholders yang kemudian disebut sebagai BDSP (Business Development Service Provider). BDSP yang akan dilibatkan adalah BDSP yang selama ini memiliki nama baik dan terlibat aktif dalam pengembangan dan pembangunan wilayah perdesaan, khususnya di bidang agribisnis. BDSP potensial yang dapat melibatkan diri dalam pelaksanaan kegiatan PNPM AP antara lain: a. LSM; b. Universitas; c. Perusahaan Swasta; d. Lembaga Pemerintah seperti BPTP dan BPP, asalkan mereka memiliki petunjuk operasional mengisinkan mereka untuk bekerja dibawah pengaturan fee untuk jasa pelayanan; e. Asosiasi asosiasi bisnis; f. Individu, termasuk pensiunan PNS, PNS aktif, asalkan mendapat isin dari kantor dimana mereka bekerja, sesuai dengan prosedur PNPM. Beberapa lembaga pemberdayaan masyarakat yang belum memiliki kapasitas dan keahlian teknis dalam bidang agribisnis, sangat dimungkinkan terlibat dalam mengikuti tender untuk pelaksanaan kontrak. Dengan catatan lembaga tersebut melakukan kerjasama dengan lembaga/pihak lain untuk meminta tenaga ahli yang dapat memenuhi kriteria yang diharapkan oleh PNPM AP/SADI. 4. Berapa Dana Hibah yang Maksimum Bisa Diterima Masyarakat? Jumlah maksimun dana hibah yang diterima oleh setiap Kecamatan di lokasi pilot program adalah Rp. 1,000,000,000,. Dana terebut dikompetisikan antar desa, dan bagi beberapa desa di setiap Kecamatan yang lolos dalam proses kompetisi dapat menggunakan dana yang disalurkan untuk pengembangan agribisnis secara multiyears (lintas tahun). 5. Jenis Kegiatan Apa yang Bisa Dilakukan? Dana hibah dapat digunakan oleh masyarakat untuk mendukung penyediaan sarana/fasilitas umum, dan berbagai kegiatan ekonomi produktif di bidang agribisnis. Dana yang dialurkan dapat digunakan untuk pengembangan media informasi agribisnis, pelatihan, kegiatan konsultatif dan asistensi teknis, advokasi kebijakan pendukung agribisnis, pengembangan jaringan pemasaran melalui pameran produk unggulan, pelelangan produk agribisnis, pengembangan demplot, pembelian alat dan bahan, perbaikan akses kepada informasi pasar, dll. Berbagai kegiatan yang bisa berhubungan dengan sektor produksi, pemasaran dan akses ke pemodalan (misalnya: produksi tanaman pangan, ternak, perikanan, perkebunan, hortikultura dll.) 6. Siapa yang Memutuskan Peruntukan Penggunaan Dana Hibah? Pada prinsipnya seluruh kegiatan pembangunan dan pengembangan sektor ekonomi di bidang agribisnis dilakukan dan diputuskan oleh masyarakat desa yang tergabung dalam kelompokkelompok tani. Masing masing desa akan melakukan proses perencanaan pengembangan dan pembangunan ekonomi di bidang agribisnis melalui penggalian gagasan secara partisipatif (bottom up planning) menggunakan alat kaji PRA (Participatory Rural Appraisal) sesuai dengan kebijakan Permendagri No. 66 Th Masing masing Desa akan berkompetisi secara sehat dan 23 H alaman

24 konstruktif untuk mengelola dana BLM di tingkat Kecamatan. Hanya proposal yang memenuhi kriteria kelayakan program yang akan didanai. Proses kegiatan seleksi proposal usulan kegiatan masing masing desa dikelola sepenuhnya oleh Sp. PNPM AP Tk. Provinsi, Fas.Kab, dan para FK AP. Prososal usulan kegiatan yang diterima dari masing masing desa adalah proposal yang mendapat prioritas berdasarkan atas hasil prioritisasi (perangkingan) pada kegiatan Musyawarah Antar Desa Prioritas Usulan (MAD 2). Proposal yang akan didanai adalah yang lolos seleksi pada MAD 3 Pendanaan sesuai dengan RAB masing masing usulan kegiatan. Seluruh informasi atas hasil kegiatan MAD 2 dan MAD 3 akan diumumkan pada website SADI Tk. Nasional atau Tk. Provinsi. Proses untuk memutuskan aktifitas apa yang akan didanai atau tidak, selanjutnya akan diuraikan dalam brosur PNPM AP. 7. Bagaimana BDSP Terseleksi? Berikut adalah tahapan proses yang smentara ini digunakan untuk mengidentifikasi dan menseleksi BDSP: a. Pelaku PNPM AP di tiap Provinsi akan mengidentifikasi Long list BDSP yang selama ini memiliki reputasi baik dan terlibat aktif dalam pembangunan wilayah perdesaan. Lembaga yang tertarik untuk terlibat bisa menghubungi Spesialis PNPM AP/SADI di Tk. Provinsi; b. BDSP yang masuk dalam long list dan mereka yang tertarik selanjutnya mengisi format Profil BDSP sesuai standar format yang telah ditentukan oleh program. Profil ini hendaknya diisi secara lengkap dan dikembalikan sesuai batas waktu yang telah ditentukan, semakin cepat semakin baik!!! c. SADI akan menggunakan informasi ini, dan jika dibutuhkan, didukung dengan suatu kunjungan ke BDSP yang bersangkutan, untuk melakukan penilaian awal sebagai langkah untuk menyiapkan short list BDSP yang layak/sesuai dengan kebutuhan program; d. Short list BDSP akan disesuaikan dengan usulan kegiatan hasil MAD 3 di masing masing desa. Untuk beberapa kegiatan, beberapa BDSP yang layak mungkin akan teridentifikasi. Untuk kegiatan lain, mungkin hanya 1 atau 2 calon BDSP yang sesuai; e. TPK akan disarankan untuk memilih BDSP yang sesuai dengan usulan kegiatan untuk mendukung kegiatan yang telah direncanakan. Pada saat yang sama, para BDSP akan disarankan kepada TPK yang mana mereka direkomendasikan. Ini akan dilakukan pada minggu I Sepetember; f. Selanjutnya TPK akan memutuskan BDSP mana yang proposalnya akan diperhatikan. 8. Bagaimana BDSP Membuat Suatu Proposal, dan Bagaimana hal ini Akan Dievaluasi? a. BDSP akan diundang untuk membuat proposal oleh TPK sebagai penanggungjawab kegiatan di tingkat desa melalui surat pemberitahuan; b. TPK akan mengirimkan TOR usulan kegiatan kepada BDSP, hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai usulan kegiatan dan jasa layanan yang diharapkan dari BDSP. Berdasarkan atas TOR dan surat dari TPK, BDSP mengirimkan proposal penawaran sesuai dengan batas waktu yang ditentukan oleh TPK. Sebelum membuat proposal, sangat dimungkinkan BDSP bertanya kepada TPK atau pelaku SADI untuk memperjelas hal hal yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan atau hal lain sesuai usulan di masing masing desa; c. Proposal tidak lebih dari 5 7 halaman. Waktu pengiriman proposal hendaknya menjadi perhatian oleh masing masing BDSP; 24 H alaman

25 d. Proposal akan dievaluasi oleh TPK, atau oleh lembaga yang di beri kewenangan oleh TPK. FK, Fas Kab atau Spesialis SADI Tk. Provinsi akan membantu dalam proses ini jika diminta oleh BDSP; e. Proposal akan dinilai berdasarkan kelayakan dan kekuatan teknis juga pertimbangan harga yang ditawarkan; f. TPK akan menyusun suatu skedul/jadwal kerja, biaya dan harga sebagai pedoman dalam mengevaluasi proposal. 9. Kapan Penjelasan Teknis Aturan Tender Dilaksanakan? a. Jika nilai kegiatan yang akan dikontrakkan lebih besar atau sama dengan Rp 15 juta, maka akan dilakukan pelelangan dengan mengikuti aturan pelelangan yang telah ditentukan; b. Minimal terdapat 3 peserta tender (BDSP) yang mengajukan penawaran proposal kepada TPK. Sebagai catatan adalah bahwa dalam banyak kasus ada kemungkinan peserta tender kurang dari 3 BDSP yang memenuhi standar kualifikasi untuk melaksanakan pekerjaan. Dalam situasi ini, jika jumlah peserta kurang 3 dapat diterima dan dilakukan penunjukan. c. Meski nilai kontrak kurang dari Rp15 juta, TPK mungkin memutuskan untuk mendapatkan beberapa calon peserta tender, jika lebih dari 1 kandidat yang diidentifikasi dan layak. 10. Dapatkah Suatu BDSP Terlibat Pada Lebih dari Satu Kontrak Pada Waktu Yang Bersamaan? Jawabanyan adalah Ya, namun BDSP yang bersangkutan harus memberikan keyakinan dan menyatakan komitmen bahwa dia mampu melayani lebih dari satu kontrak pada waktu yang bersamaan. Pernyataan komitmen dibuat secara tertulis dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kontrak kerja. 11. Dapatkah Kegiatan dan Kontrak Di Pilah/Dibagi? a. Dimana kegiatan yang sama telah diimplementasikan oleh desa tetangga, maka TPK mungkin menyetujui untuk melakukan negosiasi kolektif dengan 1 BDSP. Jika negosiasi ini berhasil, maka BDSP masih akan melanjutkan untuk mengadakan kontrak individual dengan masing masing TPK; b. Dalam beberapa kasus, skala kegiatan dalam tiap desa mungkin tidak memenuhi kontrak individual dengan tiap TPK. Dalam kasus ini, suatu kontrak individual mungkin akan diadakan, asalkan semua TPK yang terlibat setuju. Kontrak akan dikelola oleh kelopok TPK yang mewakili setiap TPK yang terlibat; alternatif lain adalah TPK yang memiliki usulan kegiatan yang sama memberi kewenangan kepada 1 TPK untuk mewakili kepentingan semua TPK yang terlibat; c. Sp. PNPM AP Provinsi, FasKab dan FK akan bertanggung jawab untuk mengidentifikasi peluang kontrak yang akan dipilah/klaster dan untuk memenuhi kepentingan dari TPK dan BDSP yang bersangkutan. 12. Siapa yang akan ada di antara Kontrak, dan Bagaimana Hal itu akan Dikelola? a. Kontrak akan ditanda tangani antara BDSP dan UPK di tingkat kecamatan, menggunakan format Kontrak; b. Persyaratan kondisi khusus akan dinegosiasikan secara langsung antara TPK dan BDSP; c. Spesialist Agribisnis Provinsi, FasKab dan FK akan mengawasi proses penyediaan kontrak; d. TPK akan secara langsung bertanggung jawab untuk mengelola pelaksanaan kontrak, termasuk otorisasi pembayaran kepada BDSP. Pembayaran akan dilakukan pada waktu dan jumlah serta 25 H alaman

26 disesuaikan dengan syarat/kondisi sesuai hasil negosiasi antara TPK dan BDSP dan tercatat dalam kontrak. 13. Bagaimana Kinerja Bisa Di Ukur? a. Rutin (hari ke hari) monitoring kinerja akan dijalankan oleh TPK. FK, Fas Kab dan Spesialis Agribisnis Provinsi akan membantu TPK dan BDSP untuk memecahkan masalah yang timbul dari issu kinerja kontrak yang timbul selama implementasi, jika hal ini terbukti; b. Kinerja BDSP akan dievaluasi secara secara formal oleh TPK mengikuti standar proses berdasarkan atas manfaat yang diterima. FK dan Spesialist Monev Provinsi akan menfasilitasi proses evaluasi. Evaluasi kinerja secara formal akan dilakukan saat: c. Kontrak berakhir untuk berbagai aktifitas yang waktunya kurang dari 6 bulan; d. Setiap 6 bulan dari setiap aktivitas lebih dari 6 months lamanya; plus evaluasi saat berakhir kontrak. e. Hasil hasil dari semua evaluasi kinerja akan dibuatkan catatan ke BDSP yang bersangkutan, dan juga akan diarsipkan oleh Spesialist Agribisnis Provinsi untuk membantu dalam seleksi BDSP dimasa akan datang. 26 H alaman

27 LAMPIRAN 4 Standar Form Evaluasi BDSP (Terpisah Dari Format Untuk Lembaga Dan Perorangan) 27 H alaman

28 FORMAT EVALUASI BDSP (BAGI LEMBAGA/ORGANISASI) Petunjuk: 1. Format evaluasi ini dikelola oleh Sp. PNPM AP Tk. Provinsi, atau staf SP 2 & SP 3 setelah memeriksa Profil BDSP dan jika dibutuhkan akan dilakukan kunjungan ke BDSP; 2. Penilaian umum (Lulus/Gagal) harus dibuat berdasarkan Kompetensi, Kapasitas, dan Komitmen, diambil berdasrkan pertimbangan kriteria umum yang disediakan setiap kategori; 3. Keseluruhan penilaian terhadap BDSP (Layak/Tidak Layak) harus dibuat atas pertimbangan kekuatan dan kelemahan dari BDSP, menerapkan pertimbangan dari penilai; 4. Hasil evaluasi harus dilampirkan dalam profil BDSP; 5. Evaluasi digunakan untuk shortlist BDSP yang layak. Itu bukanlah seleksi akhir terhadap BDSP, yang mana akan dilakukan oleh TPK. No. Kriteria Penilaian Penilaian (Lulus/Gagal) 1. Kompetensi: a. Aspek Legalitas b. Memiliki keahlian yang tepat c. Memilki pengalaman lapangan yang relevan LULUS/GAGAL d. Memiliki jaringan kerja yang baik e. Memiliki reputasi baik 2. Kapasitas: a. Ada akses untuk modul/materi pelatihan yang layak. b. Memiliki akses terhadap fasilitator lapangan yang layak c. Memiliki sistem administrasi dan manajemen yang dibangun secara baik. LULUS/GAGAL d. Memilki fasilitas operasional yang cukup (pendukung kantor, alat transpor, dll) 3. Komitmen: a. Siap menanda tangani kontrak dengan TPK b. Siap menjamin hasil pekerjaan LULUS/GAGAL c. Ada komitmen untuk keberlanjutan KESELURUHAN PENILAIAN (Layak/Tidak Layak) LAYAK/ TIDAK LAYAK Penilaian disiapkan oleh: Tanggal Penilaian : 28 H alaman

29 FORMAT EVALUASI BDSP (BAGI INDIVIDU) Petunjuk: 1. Format evaluasi ini akan dikelola oleh Spesialist Agribisnis Provinsi, atau staf SP 2 & SP 3 setelah memeriksa Profil BDSP dan jika perlu melakukan kunjungan ke BDSP; 2. Penilaian umum (Lulus/Gagal) harus dibuat berdasarkan Kompetensi, Kapasitas, dan Komitmen, diambil berdasrkan pertimbangan kriteria umum yang disediakan setiap kategori. 3. Keseluruhan penilaian terhadap BDSP (Layak/Tidak Layak) harus dibuat atas pertimbangan kekuatan dan kelemahan dari BDSP, menerapkan pertimbangan dari penilai. 4. Hasil evaluasi harus dilampirkan ke profil BDSP. 5. Evaluasi digunakan untuk shortlist BDSP yang layak. Itu bukanlah seleksi akhir terhadap BDSP, yang mana akan dilakukan oleh TPK. No. Kriteria Penilaian Penilaian (Lulus/Gagal) 1. Kompetensi: a. Memiliki keahlian yang tepat b. Memilki pengalaman lapangan yang relevan c. Memiliki jaringan kerja yang baik LULUS/GAGAL d. Memiliki reputasi baik 2. Kapasitas: a. Ada akses untuk modul/materi pelatihan yang layak. b. Memiliki akses terhadap fasilitator lapangan yang layak LULUS/GAGAL 3. Komitmen: a. Siap menanda tangani kontrak dengan TPK b. Siap menjamin hasil pekerjaan LULUS/GAGAL c. Ada komitmen untuk keberlanjutan KESELURUHAN PENILAIAN (Layak/Tidak Layak) LAYAK/ TIDAK LAYAK Penilaian disiapkan oleh: Tanggal Penilaian : 29 H alaman

30 LAMPIRAN 5 Standar Format ToR Kegiatan Untuk BDSP 30 H alaman

31 Surat dari TPK kepada BDSP Yth. Bapak/Ibu... Di... Bersama ini, kami mengundang saudara untuk mengajukan proposal untuk mendukung pengembangan kegiatan agribisnis [tuliskan jenis kagiatan yang akan dilakukan seperti produksi ternak dan pemasaran] di [tuliskan nama desa, kecamatan dan kabupaten]. Kegiatan ini, didanai oleh PNPM AP, yang dijadwalkan untuk dilaksanakan antara... dan..... [tuliskan perkiraan tanggal]. Silahkan membaca TOR sebagaimana terlampir untuk kegiatan ini, bersama dengan standar format Proposal yang kemudian dapat saudara gunakan jika berminat untuk terlibat dalam proses tender/lelang. Proposal tidak lebih dari 5 7 halaman. Proposal saudara ditujukan kepada [tuliskan nama dan alamat untuk pengembalian proposal lengkap] pada [tuliskan tanggal]: Hormat Kami, (TPK) 31 H alaman

32 FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (TOR) Catatan: 1. TOR disusun untuk masing masing jenis usulan kegiatan; 2. Penyusunan TOR diupayakan memberikan gambaran yang spesifik kepada BDSP mengenai kegiatan yang diusulkan oleh masing masing desa yang terdanai; 3. Penyusunan TOR dilakukan oleh Sp. PNPM AP Tk. Provinsi berkoordinasi dengan FK AP untuk meminimalkan bias yang terjadi di tingkat lapangan. Berikut adalah format TOR yang kemudian dikirimkan kepada masing masing BDSP melalui TPK: 1. Tujuan dan Gambaran Umum Kegiatan Tujuan Kegiatan:Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk Gambaran Umum Kegiatan: Gambaran umum tentang kegiatan apa yang akan dilakukan.. 2. Lokasi Gambaran kabupaten, kecamatan dan desa dimana kegiatan akan dilaksanakan. 3. Waktu dan Lama Kegiatan Lama kegiatan : Tanggal pelaksanaan Kegiatan : Tanggal Penyelesaian : 4. Pelayanan yang Dibutuhkan Deskripsikan/gambarkan jasa spesifik yang dibutuhkan dari BDSP. Jelaskan skala kegiatan misalnya jumlah orang yang akan dilatih, jumlah dan jenis peralatan yang akan diadakan, jumlah dan jenis bahan yang diperlukan untuk mendukung kegiatan yang didanai dana hibah, dll. Jelaskan bagaimana pelayanan jasa ini dapat disediakan (jika relevan) misalnya petani akan dilatih dalam bentuk group tidak lebih dari 15 orang, bersama dengan praktek lapangan/demplot, peralatan yang akan disuplai, pengadaan demplot; dsb. 5. Hasil yang Diharapkan Buat daftar hasil/outcome yang diharapkan dari kegiatan yang dilaksanakan. 6. Kategori Biaya dan Biaya Umum Biaya maksimum untuk kegiatan ini adalah Rp... (dalam huruf) Selain dari batas atas ini, para calon BSDP diminta untuk membuat perkiraan biaya yang spesifik, dipaparkan sesuai dengan biaya standar berikut ini: Honorarium; Perlengkapan dan alat alat; Akomodasi; Transportasi & Perjalanan; Makanan; ATK; Biaya operasional lembaga; Biaya lain jika ada (dibuat spesifik). 32 H alaman

33 7. Manajemen Pelaksanaan Pihak Yang di Kontrak. Kontrak untuk pelaksanaan kegiatan akan ditanda tangani oleh BDSP dan TPK menggunakan standar format kontrak yang telah disediakan. Persyaratan khusus akan dinegosiasikan secara langsung antara TPK dan BDSP yang dikontrak. Pembayaran. TPK akan bertanggung jawab dalam mengelola pelaksanaan kontrak, termasuk otorisasi pembayaran kepada BDSP. Pembayaran akan dilakukan pada waktu dan jumlah yang disesuaikan dengan syarat/kondisi sesuai hasil negosiasi antara TPK dan BDSP yang tertulis dalam kontrak kerja. Pelaporan. BDSP akan menyusun laporan kepada TPK dan ditembuskan ke tingkat Provinsi. BDSP akan diminta untuk menyediakan catatan penting dalam Laporan Progres Sementara kepada TPK setiap 3 (tiga) bulan selama pelaksanaan kegiatan; dan suatu Laporan Lengkap yang Singkat pada penyelesaian akhir kegiatan. Audit. BDSP diminta untuk melakukan dan memelihara pencatatan dari semua belanja yang berkaitan dengan kontrak, yang mungkin ditujukan kepada audit oleh..... Evaluasi Kinerja. Monitoring kinerja secara rutin (hari ke hari) akan dijalankan oleh TPK. Kinerja BDSP akan secara formal dievaluasi oleh TPK. Evaluasi kinerja secara formal akan dilakukan saat: Kontrak berakhir untuk berbagai aktifitas yang waktunya kurang dari 6 bulan; Setiap 6 bulan dari setiap aktivitas yang lebih dari 6 months lamanya; plus evaluasi saat berakhir kontrak. Cacat Kinerja dan Penyelesaian Perselisihan. Kontrak akan mengatur ketentuan cacat kinerja dan penyelesaian perselisihan. Ini akan termasuk hak TPK atau BDSP untuk menyediakan notifikasi tertulis kepada pihak lain yang melakukan cacat kinerja; suatu periode waktu yang mana kinerja harus diralat; dan prosedur untuk arbitrasi pihak luar terhadap perselisihan. Jika penyelesaian perselisihan tidak memuaskan pihak yang bersangkutan melalui arbitrasi, maka kedua pihak punya hak untuk membatalkan kontrak. Monitoring dan Evaluasi. PNPM AP akan bertanggung jawab untuk mengorganisasikan kegiatan Monev untuk menilai hasil dan efek dari kegiatan. BDSP akan diminta untuk bekerjasama secara penuh dalam mengimplementasikan semua kegiatan Monev. Ringkasan Peran dan Tanggung jawab TPK. Peran dan tanggung jawab TPK terkait pelaksanaan kegiatan, termasuk: Mengorganisasikan RT yang berpartisipasi; Membantu BDSP untuk mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan dengan RT yang berpartisipasi; Menggerakkan berbagai hal dalam bentuk barang (material dan tenaga kerja) atau kontribusi/swadaya dari RT yang berpartisipasi seperti kontribusi akan termasuk Supervisi implementasi oleh BDSP dan persetujuan pembayaran oleh UPK. Melakukan evaluasi 6 bulanan terhadap kinerja BDSP yang lama kegiatnnya lebih dari enam bulan H alaman

RINGKASAN EKSEKUTIF. Halaman - 1. Laporan SADI Provinsi NTT Bulan Maret 2009

RINGKASAN EKSEKUTIF. Halaman - 1. Laporan SADI Provinsi NTT Bulan Maret 2009 RINGKASAN EKSEKUTIF Seluruh lokasi pilot program PNPM Agribisnis Perdesaan di 6 Kecamatan Provinsi NTT telah menyelesaikan alur/tahapan perencanaan pada bulan November 2008. Seluruh kecamatan telah melaksanakan

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN SADI (Smallholder Agribusiness Development Initiative) BULAN : JANUARI 2009 RINGKASAN EKSEKUTIF

LAPORAN BULANAN PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN SADI (Smallholder Agribusiness Development Initiative) BULAN : JANUARI 2009 RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN BULANAN PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN SADI (Smallholder Agribusiness Development Initiative) BULAN : JANUARI 2009 RINGKASAN EKSEKUTIF Seluruh wilayah pilot program di empat provinsi sudah menyelesaikan

Lebih terperinci

PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN

PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN LAPORAN BULANAN PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN SADI (Smallholder Agribusiness Development Initiative) BULAN : DESEMBER 2008 RINGKASAN EKSEKUTIF Sampai dengan akhir bulan Desember 2008, kegiatan PNPM AP telah

Lebih terperinci

Daftar Isi : I. Latar Belakang II. Pengertian III. Maksud Dan Tujuan IV. Ruang Lingkup V. Strategi dan Implementasi Optimalisasi VI.

Daftar Isi : I. Latar Belakang II. Pengertian III. Maksud Dan Tujuan IV. Ruang Lingkup V. Strategi dan Implementasi Optimalisasi VI. Daftar Isi : Halaman I. Latar Belakang 2 II. Pengertian 4 III. Maksud Dan Tujuan 4 IV. Ruang Lingkup 4 V. Strategi dan Implementasi Optimalisasi 5 VI. Pengendalian 11 VII. Penutup 12 Lampiran Lampiran

Lebih terperinci

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI Penjelasan VI terdiri dari dua bagian, yaitu Penulisan Usulan Desa dan Verifikasi. Bagian penulisan usulan berisi penjelasan tentang cara menuliskan usulan

Lebih terperinci

TATA CARA PENGGUNAAN DANA PROGRAM/KEGIATAN TUGAS PEMBANTUAN (TP) DAN URUSAN BERSAMA (UB) PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A. 2010

TATA CARA PENGGUNAAN DANA PROGRAM/KEGIATAN TUGAS PEMBANTUAN (TP) DAN URUSAN BERSAMA (UB) PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A. 2010 Lampiran II Surat Menteri Dalam Negeri Nomor : 414.2/753/PMD Tanggal : 19 Pebruari 2010 TATA CARA PENGGUNAAN DANA PROGRAM/KEGIATAN TUGAS PEMBANTUAN (TP) DAN URUSAN BERSAMA (UB) PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) Berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertanian

Lebih terperinci

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT AGRIBISNIS PERDESAAN (PNPM AP)

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT AGRIBISNIS PERDESAAN (PNPM AP) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT AGRIBISNIS PERDESAAN (PNPM AP) PETUNJUK OPERASIONAL MONITORING & EVALUASI KEGIATAN PELATIHAN BDSP LEMBAGA/INDIVIDU Pelaksanaan kegiatan PNPM Agribisnis Perdesaan

Lebih terperinci

INSTRUKSI KEPADA PEMINAT EVALUASI PERTENGAHAN PROGRAM SIKLUS HIBAH 1 TFCA- SUMATERA

INSTRUKSI KEPADA PEMINAT EVALUASI PERTENGAHAN PROGRAM SIKLUS HIBAH 1 TFCA- SUMATERA INSTRUKSI KEPADA PEMINAT EVALUASI PERTENGAHAN PROGRAM SIKLUS HIBAH 1 TFCA- SUMATERA REFERENSI BAGI PEMINAT Dalam pengajuan proposal, peminat harus menaati segala instruksi, formulir, kontrak, dan spesifikasi

Lebih terperinci

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA TERM OF REFERENCE (TOR) PENDAMPING DESA

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA TERM OF REFERENCE (TOR) PENDAMPING DESA Lampiran-1 Surat Nomor : B.046/DPPMD/06/2015 Tanggal : 19 Juni 2015 KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN BANTUAN KEUANGAN YANG BERSIFAT KHUSUS KEPADA PEMERINTAH DESA YANG BERSUMBER

Lebih terperinci

KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN Disampaikan Pada Rakornas Gubernur Dan Bupati/Walikota DEPARTEMEN PERTANIAN Jakarta, 31 Januari 2008 1 LATAR BELAKANG Pengembangan Usaha

Lebih terperinci

MEKANISME PENGENDALIAN PROGRAM MARGINAL FISHING COMMUNITY DEVELOPMENT PILOT (MFCDP)

MEKANISME PENGENDALIAN PROGRAM MARGINAL FISHING COMMUNITY DEVELOPMENT PILOT (MFCDP) MEKANISME PENGENDALIAN PROGRAM MARGINAL FISHING COMMUNITY DEVELOPMENT PILOT (MFCDP) Oleh : Dr. Ir. Enan M. Adiwilaga, MSc National Management Consultant Mekanisme pengendalian program MFCDP mencakup aspek

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 81 TAHUN 2012

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 81 TAHUN 2012 SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 81 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PEMBAGIAN RINCIAN DANA DESA SETIAP DESA SERTA PENGGUNAAN DANA DESA DI KABUPATEN

Lebih terperinci

PENDANAAN PERUSAHAAN PEMULA BERBASIS TEKNOLOGI

PENDANAAN PERUSAHAAN PEMULA BERBASIS TEKNOLOGI PENDANAAN PERUSAHAAN PEMULA BERBASIS TEKNOLOGI TAHUN 2018 DIREKTORAT JENDERAL PENGUATAN INOVASI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI SLIDE 1 LATAR BELAKANG Inovasi teknologi menjadi faktor

Lebih terperinci

(Smallholder Agribusiness Development Initiative) Juli-Agustus 2008

(Smallholder Agribusiness Development Initiative) Juli-Agustus 2008 Smallholder Agribusiness Development Initiative An Australian Government Initiative KABAR SADI (Smallholder Agribusiness Development Initiative) Juli-Agustus 2008 Edisi: 20 Tanggal: 15 September 2008 SADI/08/09/071

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERUMAHAN

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi pioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat.

Lebih terperinci

SOLUSI DANA AMANAH MASYARAKAT

SOLUSI DANA AMANAH MASYARAKAT BADAN USAHA MILIK Desa (BUMDes) BERSAMA SOLUSI DANA AMANAH MASYARAKAT (PNPM-Mpd) Dasar Hukum UU no 6 tahun 2014 Tentang Desa PP no 43 tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang No 6 Tahun 2014

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. No.369, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2008 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2008 PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN MUARA ENIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2013

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2013 SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci

PNPM MANDIRI PERDESAAN

PNPM MANDIRI PERDESAAN PNPM MANDIRI PERDESAAN Oleh : DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA KEMENTERIAN DALAM NEGERI PNPM MANDIRI PERDESAAN Merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menurunkan kemiskinan dan pengangguran

Lebih terperinci

Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Sertifikasi Kompetensi

Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Sertifikasi Kompetensi Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Sertifikasi Kompetensi 1 Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Sertifikasi Kompetensi i ii Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Setifikasi Kompetensi SAMBUTAN Direktur

Lebih terperinci

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI SANITASI. 6.1 Gambaran Umum Struktur Pemantauan dan Evaluasi Sanitasi

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI SANITASI. 6.1 Gambaran Umum Struktur Pemantauan dan Evaluasi Sanitasi BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI SANITASI 6.1 Gambaran Umum Struktur Pemantauan dan Evaluasi Sanitasi Strategi Sanitasi Kota (SSK) merupakan alat manajemen untuk meningkatkan transparansi perencanaan dan

Lebih terperinci

PENJELASAN XII PENGADAAN BARANG DAN JASA OLEH MASYARAKAT

PENJELASAN XII PENGADAAN BARANG DAN JASA OLEH MASYARAKAT PENJELASAN XII PENGADAAN BARANG DAN JASA OLEH MASYARAKAT 12.1. Penjelasan Umum 12.1.1. Ruang Lingkup Ruang lingkup berlakunya Penjelasan XII adalah berkaitan dengan pengadaan yang dilakukan masyarakat

Lebih terperinci

P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Gambaran Umum Provinsi NTB Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terletak antara 115 45-119 10

Lebih terperinci

INSTRUKSI PENGADAAN JASA KONSULTAN EVALUASI PELAKSANAAN DAN TATAKELOLA PROGRAM TFCA-SUMATERA

INSTRUKSI PENGADAAN JASA KONSULTAN EVALUASI PELAKSANAAN DAN TATAKELOLA PROGRAM TFCA-SUMATERA INSTRUKSI PENGADAAN JASA KONSULTAN EVALUASI PELAKSANAAN DAN TATAKELOLA PROGRAM TFCA-SUMATERA Dalam rangka peningkatan pelayanan hibah, kinerja, dan capaian, TFCA-Sumatera akan melakukan evaluasi terhadap

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BANJAR. BAB I KETENTUAN UMUM.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BANJAR. BAB I KETENTUAN UMUM. Menimbang : BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA

URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA - 1 - LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 22 Tahun 2009 TANGGAL : 22 Mei 2009 A. Kerja Sama Antar Daerah URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA 1. Persiapan a. Pembentukan Tim Koordinasi Kerja

Lebih terperinci

BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA

BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

PROSEDUR OPERASI BAKU PENGELOLAAN PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

PROSEDUR OPERASI BAKU PENGELOLAAN PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN PROSEDUR OPERASI BAKU PENGELOLAAN PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN 1 I. MENGAPA POB DIPERLUKAN? a. Untuk Meningkatkan kemampuan personil konsultan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I PENDAHULUAN. 1.1.

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I PENDAHULUAN. 1.1. LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2007 jumlah

Lebih terperinci

- 1 - URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA

- 1 - URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA - 1 - LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 22 Tahun 2009 TANGGAL : 22 Mei 2009 URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA A. Kerja Sama Antar Daerah 1. Persiapan a. Pembentukan Tim Koordinasi Kerja

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN FASILITASI PEMBINAAN WANAWIYATA WIDYAKARYA TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN

PANDUAN PELAKSANAAN FASILITASI PEMBINAAN WANAWIYATA WIDYAKARYA TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN PANDUAN PELAKSANAAN FASILITASI PEMBINAAN WANAWIYATA WIDYAKARYA TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu target RPJM tahun 2015 2019 Pusat Penyuluhan - BP2SDM adalah pembentukan 250 Lembaga

Lebih terperinci

Proposal Pengajuan Dana Hibah (Subgrant)

Proposal Pengajuan Dana Hibah (Subgrant) Proposal Pengajuan Dana Hibah (Subgrant) Pesantren for Peace (PfP): Program untuk Mendukung Peran Pesantren dalam Mempromosikan HAM dan Penyelesaian Konflik secara Damai Dokumen Nomor (kolom ini diisi

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (S O P) FORUM LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (S O P) FORUM LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (S O P) FORUM LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT FORUM LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN 2015 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Telp. 5725058, 57906195

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS BP3K

PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS BP3K PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS BP3K PUSAT PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 ii KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kemiskinan di pedesaan merupakan salah satu masalah pokok pedesaan yang harus segera diselesaikan dan menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

FORM D A. URAIAN KEGIATAN

FORM D A. URAIAN KEGIATAN FORM D A. URAIAN KEGIATAN Latar Belakang Masalah Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu tanaman sayuran penting di Indonesia. Namun, dalam pengembangan mengalami kendala biaya usahatani yang

Lebih terperinci

PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI KUTAI KARTANEGARA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG DAN JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI KARTANEGARA, Menimbang

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS KERJASAMA PENYELENGGARAAN APRESIASI LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN BERPRESTASI TINGKAT NASIONAL DI PROVINSI TAHUN 2015

PETUNJUK TEKNIS KERJASAMA PENYELENGGARAAN APRESIASI LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN BERPRESTASI TINGKAT NASIONAL DI PROVINSI TAHUN 2015 PETUNJUK TEKNIS KERJASAMA PENYELENGGARAAN APRESIASI LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN BERPRESTASI TINGKAT NASIONAL DI PROVINSI TAHUN 2015 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2008), Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai 2009. Adapun pada tahun 2009 jumlah penduduk Jawa

Lebih terperinci

Komponen ini dilaksanakan melalui tiga subkomponen, umum di tingkat desa. Komponen ini dilaksanakan oleh LSM nasional dan LSM lokal yang meliputi

Komponen ini dilaksanakan melalui tiga subkomponen, umum di tingkat desa. Komponen ini dilaksanakan oleh LSM nasional dan LSM lokal yang meliputi Komponen ini dilaksanakan melalui tiga subkomponen, yaitu: mobilisasi kelompok tani dan perencanaan desa, pengembangan kelembagaan, dan investasi fasilitas umum di tingkat desa. Komponen ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 17 Tahun : 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 17 Tahun : 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 17 Tahun : 2015 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN BANTUAN

Lebih terperinci

Pedoman Penyelenggaraan Lomba Kompetensi Peserta Didik

Pedoman Penyelenggaraan Lomba Kompetensi Peserta Didik Pedoman Penyelenggaraan Lomba Kompetensi Peserta Didik 1 PEDOMAN BLOCKGRANT PENYELENGGARAAN LOMBA KOMPETENSI PESERTA DIDIK KURSUS i ii PEDOMAN BLOCKGRANT PENYELENGGARAAN LOMBA KOMPETENSI PESERTA DIDIK

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS NOMOR KEP.57/LATTAS/IV/2014 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS NOMOR KEP.57/LATTAS/IV/2014 TENTANG KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS Jalan Jenderal Gatot Subroto Kavling 51 Lt. VI A. Telp. : 021-52901142 Fax. 021-52900925 Jakarta

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK TEKNIS TATA CARA KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK TEKNIS TATA CARA KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK TEKNIS TATA CARA KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

- 1 - URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA

- 1 - URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA - 1 - LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 22 Tahun 2009 TANGGAL : 22 Mei 2009 A. Kerja Sama Antar Daerah URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA 1. Persiapan a. Pembentukan Tim Koordinasi Kerja

Lebih terperinci

TIM PENGELOLA KEGIATAN KECAMATAN

TIM PENGELOLA KEGIATAN KECAMATAN LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 12 TAHUN 2015 TANGGAL 12 JANUARI 2015 TIM PENGELOLA KEGIATAN DESA KECAMATAN Alamat : Jalan Kode Pos. RENCANA ANGGARAN BIAYA Kegiatan: Pekerjaan Tahun Anggaran

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA - 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN

Lebih terperinci

TIM PENGELOLA KEGIATAN DESA KECAMATAN... Alamat : UNDANGAN PENGADAAN BARANG/JASA

TIM PENGELOLA KEGIATAN DESA KECAMATAN... Alamat : UNDANGAN PENGADAAN BARANG/JASA LAMPIRAN PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA A. Contoh Format Surat Undangan Pengadaan Barang/Jasa dan Contoh Format Rencana Anggaran Biaya

Lebih terperinci

P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Gambaran Umum Provinsi NTB Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terletak antara 115 45-119 10

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN HIBAH DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM

Lebih terperinci

MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK. USAID Adapt Asia-Pacific

MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK. USAID Adapt Asia-Pacific MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK University of Hawaii at Manoa Institut Teknologi Bandung Siklus Proyek Policy & Strategy Pre-project discussion & activities Project Identification Pre-feasibility

Lebih terperinci

TOR KONSULTAN MANAJEMEN KABUPATEN (KM-KAB.) PNPM - PPK

TOR KONSULTAN MANAJEMEN KABUPATEN (KM-KAB.) PNPM - PPK 1. Definisi TOR KONSULTAN MANAJEMEN KABUPATEN (KM-KAB.) PNPM - PPK KM-Kab adalah tenaga konsultan manajerial profesional yang berkedudukan di tingkat Kabupaten. Fungsi KM-Kab dalam PPK adalah sebagai supervisor

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 82/Permentan/OT.140/8/2013 TANGGAL : 19 Agustus 2013 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELESTRAIAN ASET HASIL KEGIATAN PROGRAM NASONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT-MANDIRI PEDESAAN DI KABUPATEN

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK)

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK) MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 273/Kpts/OT.160/4/2007 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI LAMPIRAN 2 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI

Lebih terperinci

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI Bank Dunia memulai proses selama dua tahun untuk meninjau dan memperbaharui (update) kebijakan-kebijakan pengamanan (safeguard)

Lebih terperinci

MOOC UNAIR 2018 Pusat Inovasi Pembelajaran dan Sertifikasi (PIPS)

MOOC UNAIR 2018 Pusat Inovasi Pembelajaran dan Sertifikasi (PIPS) PANDUAN HIBAH MOOC UNAIR 2018 MOOC UNAIR 2018 Pusat Inovasi Pembelajaran dan Sertifikasi (PIPS) Universitas Airlangga Pusat Inovasi Pembelajaran dan Sertifikasi (PIPS) Universitas Airlangga Gedung Kahuripan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 233/PMK.01/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 233/PMK.01/2012 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 233/PMK.01/2012 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, 1 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PERMEN-KP/2016 TENTANG PEDOMAN MONITORING DAN EVALUASI TERPADU PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN KERJA SAMA DAERAH

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN KERJA SAMA DAERAH LAMPIRAN PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN KERJA SAMA DAERAH A. Kerja Sama Daerah dengan Pemerintah Daerah Lain 1. Persiapan a. Pembentukan TKKSD. b. TKKSD membentuk Tim Teknis

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR 81 /PER-DJPB/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN

Lebih terperinci

PERUBAHAN JUKNIS MUSRENBANG KOTA SURAKARTA TAHUN 2012

PERUBAHAN JUKNIS MUSRENBANG KOTA SURAKARTA TAHUN 2012 PERUBAHAN JUKNIS MUSRENBANG KOTA SURAKARTA TAHUN 2012 PERUBAHAN UMUM PERUBAHAN 1. Penyebutan Tahun 2012 Perwali dan Lampiran 2. Istilah stakeholder menjadi pemangku kepentingan pembangunan 3. Istilah Persiapan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN KELAPA SAWIT TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2013 I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU Jl. Soekarno Hatta No. 17 Telp (0426) Kode Pos Mamuju

PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU Jl. Soekarno Hatta No. 17 Telp (0426) Kode Pos Mamuju PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU Jl. Soekarno Hatta No. 17 Telp (0426) 21295 Kode Pos 51911 Mamuju PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Bansos Peningkatan Kapasitas Tempat Uji Kompetensi

Bansos Peningkatan Kapasitas Tempat Uji Kompetensi 1 i ii SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Kebijakan pembangunan pendidikan nasional diarahkan untuk mewujudkan pendidikan yang berkeadilan, bermutu dan relevan dengan kebutuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA Deskripsi Kegiatan. Menurut Pemerintah Kabupaten Bogor pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk menuju ke arah yang lebih

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN

Lebih terperinci

KUESIONER SURVEY UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM PENGADAAN JASA PELAKSANA KONSTRUKSI BIDANG KE-PU-AN

KUESIONER SURVEY UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM PENGADAAN JASA PELAKSANA KONSTRUKSI BIDANG KE-PU-AN DOWNLOAD/UNDUH FORM KUESIONER ( dalam format DOC ) PENGIRIMAN HASIL PENGISIAN KUESIONER MELALUI alamat e-mail : bpksdm.survey@gmail.com KUESIONER SURVEY UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM PENGADAAN JASA PELAKSANA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 14.A 2013 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR : 14. A TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM PEMBANGUNAN PARTISIPATIF BERBASIS KOMUNITAS (P3BK) TAHUN 2013

Lebih terperinci

Terms of Reference (TOR) Program Pilot Pengembangan Ekonomi (Pendampingan Kewirausahaan)

Terms of Reference (TOR) Program Pilot Pengembangan Ekonomi (Pendampingan Kewirausahaan) Terms of Reference (TOR) Program Pilot Pengembangan Ekonomi (Pendampingan Kewirausahaan) Program Pemberdayaan Buruh Migran Perempuan dan Keluarganya di Daerah Asal Kerjasama: Badan Nasional Penempatan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG KOMISI PENANGGULANGAN ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME (AIDS) PROVINSI JAWA TENGAH DAN SEKRETARIAT KOMISI PENANGGULANGAN ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY

Lebih terperinci

Lihat https://acrobat.adobe.com/sea/en/how-to/pdf-to-word-doc-converter.html untuk informasi lebih lanjut. LAMPIRAN 3

Lihat https://acrobat.adobe.com/sea/en/how-to/pdf-to-word-doc-converter.html untuk informasi lebih lanjut. LAMPIRAN 3 Untuk mengedit teks ini: Buka file ini pada Adobe Acrobat Klik 'Export PDF tool' pada bagian kanan Pilih Microsoft Word' untuk formatnya kemudian pilih Word Document Klik Export. Simpan file dengan memberikan

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN STIMULAN UNTUK PERUMAHAN SWADAYA BAGI MASYARAKAT

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM GERAKAN BERSAMA RAKYAT ATASI KAWASAN PADAT, KUMUH, DAN MISKIN (GEBRAK PAKUMIS) KABUPATEN

Lebih terperinci

KUWU LIMPAS KECAMATAN PATROL KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DESA LIMPAS NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

KUWU LIMPAS KECAMATAN PATROL KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DESA LIMPAS NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG KUWU LIMPAS KECAMATAN PATROL KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DESA LIMPAS NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUWU LIMPAS,

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03//Permentan/OT.140/1/2011 TANGGAL : 31 Januari 2011 PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROPINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 102 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROPINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 102 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANGERANG PROPINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 102 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN GERAKAN SERIBU SARANA SANITASI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Percepatan pembangunan pertanian memerlukan peran penyuluh pertanian sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh mempunyai peran penting

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PERMEN-KP/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PERMEN-KP/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PERMEN-KP/2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN MONITORING DAN EVALUASI TERPADU PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KELAUTAN

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

TATA CARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) RKPD KOTA BANDUNG DI KELURAHAN BERDASARKAN PERMENDAGRI NO.54 TAHUN 2010

TATA CARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) RKPD KOTA BANDUNG DI KELURAHAN BERDASARKAN PERMENDAGRI NO.54 TAHUN 2010 TATA CARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) RKPD KOTA BANDUNG DI KELURAHAN BERDASARKAN PERMENDAGRI NO.54 TAHUN 2010 1. PENGERTIAN Musrenbang Kelurahan adalah forum musyawarah perencanaan

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA

PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANF PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA

Lebih terperinci

PEDOMAN PROGRAM PERCEPATAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI MELALUI DANA KEMITRAAN PENINGKATAN TEKNOLOGI INDUSTRI (DAPATI) TAHUN 2016

PEDOMAN PROGRAM PERCEPATAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI MELALUI DANA KEMITRAAN PENINGKATAN TEKNOLOGI INDUSTRI (DAPATI) TAHUN 2016 PEDOMAN PROGRAM PERCEPATAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI MELALUI DANA KEMITRAAN PENINGKATAN TEKNOLOGI INDUSTRI (DAPATI) TAHUN 2016 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI 1 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditi perkebunan yang sebagian terbesar merupakan perkebunan rakyat, perjalanan sejarah pengembangannya antara usaha perkebunan rakyat dan perkebunan besar, berjalan

Lebih terperinci

- 1 - TATA CARA PELAKSANAAN PENGADAAN BADAN USAHA KERJASAMA BAB I PENDAHULUAN

- 1 - TATA CARA PELAKSANAAN PENGADAAN BADAN USAHA KERJASAMA BAB I PENDAHULUAN - 1 - LAMPIRAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGADAAN BADAN USAHA KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR: 01/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA PENDAPAT MENGIKAT

PERATURAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR: 01/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA PENDAPAT MENGIKAT PERATURAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR: 01/BAPMI/12.2014 TENTANG PERATURAN DAN ACARA PENDAPAT MENGIKAT PENGURUS BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA Menimbang : a. bahwa perbedaan pendapat

Lebih terperinci

Lampiran II :Peraturan Bupati Sumenep Nomor : Tahun 2015 Tanggal :

Lampiran II :Peraturan Bupati Sumenep Nomor : Tahun 2015 Tanggal : Lampiran II :Peraturan Bupati Sumenep Nomor : Tahun 2015 Tanggal : I. KELENGKAPAN PENGAJUAN PENCAIRAN ALOKASI DANA DESA YANG DIKIRIM KE KECAMATAN : 1. PERMOHONAN PENCAIRAN DARI KEPALA DESA KEPADA BUPATI

Lebih terperinci

PANDUAN TEKNIS REKRUTMEN TENAGA PENDAMPING PROFESIONAL DALAM RANGKA PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

PANDUAN TEKNIS REKRUTMEN TENAGA PENDAMPING PROFESIONAL DALAM RANGKA PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA Lampiran-2 Nomor : 184/DPPMD.1/Dit.V/VII/2015 Tanggal : 15 Juli 2015 PANDUAN TEKNIS REKRUTMEN TENAGA PENDAMPING PROFESIONAL DALAM RANGKA PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA A. LATAR BELAKANG Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM GERAKAN BERSAMA RAKYAT ATASI KAWASAN PADAT, KUMUH, DAN MISKIN DI KABUPATEN TANGERANG

Lebih terperinci

MATRIKS AKTIVITAS PELAKSANAAN PPK DAN POTENSI MASALAH YANG DAPAT TERJADI

MATRIKS AKTIVITAS PELAKSANAAN PPK DAN POTENSI MASALAH YANG DAPAT TERJADI MATRIKS AKTIVITAS PELAKSANAAN PPK DAN POTENSI MASALAH YANG DAPAT TERJADI No BENTUK KEGIATAN ASPEK YANG DIPERHATIKAN POTENSI MASALAH PENGELOLAAN DANA PPK 1. Rekening tujuan kurang jelas dan tidak spesifik.

Lebih terperinci