DENSITY FUNCTIONAL THEORY UNTUK PENENTUAN GEOMETRI DAN KARAKTERISTIK IKATAN DARI KOMPLEKS Ni(II)-DIBUTILDITIOKARBAMAT DAN Co(II)-DIBUTILDITIOKARBAMAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DENSITY FUNCTIONAL THEORY UNTUK PENENTUAN GEOMETRI DAN KARAKTERISTIK IKATAN DARI KOMPLEKS Ni(II)-DIBUTILDITIOKARBAMAT DAN Co(II)-DIBUTILDITIOKARBAMAT"

Transkripsi

1 DENSITY FUNCTIONAL THEORY UNTUK PENENTUAN GEOMETRI DAN KARAKTERISTIK IKATAN DARI KOMPLEKS Ni(II)-DIBUTILDITIOKARBAMAT DAN Co(II)-DIBUTILDITIOKARBAMAT Pongajow, N.T., 1 Juliandri 2 dan Hastiawan, I. 3 1 Pascasarjana Unpad, Jl. Dipati Ukur No 35, Bandung, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Bandung Sumedang Km.21 Jatinagor nicolinpongajow@yahoo.com ABSTRAK DENSITY FUNCTIONAL THEORY UNTUK PENETUAN GEOMETRI DAN KARAKTERISTIK IKATAN DARI KOMPLEKS Ni(II)-DIBUTILDITIOKARBAMAT DAN Co(II)- DIBUTILDITIOKARBAMAT.DFT merupakan salah satu metode komputasi yang digunakan untuk perhitungan kimia.metode ini memudahkan kimiawan untuk meramalkan struktur dan karakteristik dari suatu senyawa. Dalam penelitian ini akan ditentukan geometri dan karaktersitik ikatan dari senyawa kompleks Ni(II)-dibutilditiokarbamat dan Co(II)-dibutilditiokarbamat menggunakan metode DFT dengan fungsi B3LYP dan B3PW91. Basis set yang akan digunakan adalah LANL2DZ dan perangkat lunak Gaussian 03W.Hasil optimasi geometrimenunjukkan bentuk struktur yang sama dengan data pembanding Ni(II)-dietilditiokarbamat, yaitu persegi planar. Keterisian elektron pada ikatan Ni S adalah 1,8873 elektron, yang merupakan 20,24 % elektron dari Ni dan 79,76 % dari S. Untuk ikatan Co S, keterisian elektronnya adalah 1,8971 elektron dengan kontribusi elektron dari Co adalah 19,43% dan S adalah 80,57%. Bentuk geometri persergi planar dibuktikan dengan hasil analisis NBO yang menunjukkan hibridisasi Ni(II)-dibutilditiokarbamat adalah d 1,05 sp 2.05 dan Co(II)-dibutilditiokarbamat adalah d 1,04 sp 2,04. Kata kunci: DFT,dibutilditiokarbamat, geometri, karakteristik ikatan, senyawa kompleks ABSTRACT DENSITY FUNCTIONAL THEORY FOR GEOMETRY CALCULATION AND BOND CHARACTERIZATION OF Ni(II)-DIBUTYLDITHIOCARBAMATE AND Co(II)- DIBUTYLDITHIOCARBAMATE.Density Functional Theory (DFT)is one of computational method that used for chemical calculation. This method helps chemist to predict structure and bonding characters of complex compounds. In this study the geometriesandbond charactersofni(ii)- dibutyldithiocarbamate and Co(II)-dibutyldithiocarbamate complex compoundswill be determined. The functions used in this study areb3lypandb3pw9. All calculations were performed at LANL2DZlevel of basis set as implemented in Gaussian03W.The geometries ofco(ii)-, and Ni(II)- dibutyldithiocarbamateshow a similarity to theexperimentalsquare-planar Ni(II)-dietyldithiocarbamate. The electronic occupation of Ni S molecular orbital is electrons, with 20.24% and 79.76% contribution from Ni and S respectively. For the Co Smolecular orbital, the electronic occupation is , with 19.43% and 80.57% contibution from Co and Srespectively. Square-planar geometrieswere proved by NBO analysis that produce the hybridization of Ni(II)-dibutyldithiocarbamateand Co(II)- dibutyldithiocarbamateared 1.05 sp 2.05 and d 1.04 sp 2.04 respectively. Keywords: DFT, dibutyldithiocarbamate, geometry, bond characters, complexes compounds 197

2 1. PENDAHULUAN Senyawa ditiokarbamat memiliki berbagai kegunaan baik dalam industri maupun di laboratorium. Salah satu kegunaan dari senyawa ini adalah bisa bereaksi sebagai ligan sehingga bisa digunakan dalam pemisahan suatu logam. Untuk mendapatkan hasil yang baik dalam pemisahan maka karakteristik dari ligan yang akan digunakan juga harus diketahui. Perkembangan teori mekanika kuatum, telah memberi kemudahan bagi kimiawan untuk memprediksi sifat-sifat dari suatu senyawa dengan hasil yang akurat. Untuk melakukan prediksi terhadap suatu senyawa, saat ini telah berkembang suatu cabang baru dalam ilmu kimia yang dikenal dengan istilah kimia komputasi. Penggunaan kimia komputasi memberikan kemudahan kepada kimiawan karena bisa menghitung suatu senyawa yang bersifat kompleks dan meramalkan sifat dari senyawa tersebut. Salah satu metode yang digunakan dalam perhitungan komputasi adalah metode Density Functional Theory (DFT). DFT adalah cara cerdas untuk menyelesaikan persamaan Schrodinger untuk sistem banyak-partikel [1]. Dasar pemikiran dari metode ini adalah energi dari suatu molekul dapat ditentukan dari kerapatan elektron dari molekul tersebut [2].Dalam metode ini tidak menghitung elektron secara keseluruhan karena cara perhitungannya berdasarkan kerapatan elektronnya. Penggunaan metode ini memberikan kemudahan karena bisa menghitung dengan hasil yang mendekati eksperimen dan tidak membutuhkan waktu yang cukup lama. Beberapa penelitian terdahulu yang telah berhasil dengan penggunaan metode DFT diantaranya adalah : penentuan geometri pada senyawa Zn-dibutilditiokarbamat [3], penentuan distribusi muatan dan karakteristik ikatan pada senyawa kompleks Co-dietilditiokarbamat dan Ni-dietilditiokarbamat [4], serta memprediksi energi dan geometri senyawa [5]. Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan suatu kajian tentang senyawa kompleks Co-dibutilditiokarbamat dan Ni dibutilditiokarbamat dalam penentuan geometri dan karakterisasi yang dimiliki dari kedua kompleks ini. Keadaan geometri bisa mempengaruhi sifat-sifat fisis dan kimia dari suatu senyawa. Diharapkan dengan adanya informasi tentang geometri dari senyawa Codibutilditiokarbamat dan Nidibutilditiokarbamat dapat membantu kimiawan dalam penggunaan senyawa ini baik di laboratorium maupun dunia industri. 2. TEORI Metode DFT umum digunakan untuk optimasi geometri dan stuktur elektron kompleks logam transisi. Metode ini cukup akurat, mudah digunakan, dan cukup cepat untuk mempelajari molekul yang relatif besar dari kompleks logam transisi. Keakuratan perhitungan DFT dapat diuji dengan cara mencocokkan data perhitungannya dengan data eksperimen, seperti data XRD, UV-Vis, FTIR, dan NMR [6]. Metode ini telah menjadi metode pilihan untuk senyawa logam transisi [7]. Dalam perhitungan komputasi dengan metode DFT diperlukan suatu fungsi/fungsional yang merupakan pendekatan dari beberapa teori dalam perhitungan komputasi. Beberapa fungsi yang sering digunakan dalam penelitian adalah B3LYP, B3PW91, BLYP, HFS, VWN, G96, P86, B96 dan B3P86 [2]. B3LYP dan B3PW91 disebut juga sebagai fungsi Hybrid karena merupakan hasil kombinasi perkiraan Hartree-Fock dengan pertukaran energi dan perkiraan DFT dengan pertukaran energi, semuanya dikombinasikan dalam fungsional yang meliputi korelasi elektron. Berikut ini adalah persamaan dari metode Hybrid B3LYP [8]: (1) dengan a, b, dan c adalah konstanta semiempiris dengan nilai a = ~ 0,2; b = ~ 0,7 dan c = ~ 0,8. Fungsional B3PW91 menunjukkan penggunaan dari tiga-parameter, dan juga pertukaran GGA dan fungsi korelasi B dan PW91, dengan persamaan sebagai berikut [9] : (2) dimana a, b, dan c masing-masing adalah 0,20; 0,72, dan 0,81. Untuk perhitungan elektron, diperlukan adanya fungsi basis yang telah memiliki nilai koefisien di dalamnya. Dalam penelitian ini, LANL2DZ bisa digunakan sebagai fungsi basis untuk senyawa kompleks yang akan dikaji. LANL2DZ cocok digunakan untuk kompleks Ni-dibutilditiokarbamat dan Codibutilditiokarbamat karena termasuk kompleks 198

3 dengan sistem banyak-elektron. Fungsi basis LANL2DZ hanya akan menghitung elektron valensi dari masing-masing atom saja sehingga tidak memerlukan waktu komputasi yang lama tapi bisa memberikan hasil yang mendekati data percobaan. sekitar 0,1 0,2. Misalnya panjang ikatan Ni S1 hasil perhitungan komputasi adalah Å (B3LYP); Å (B3PW91); dan Å (BLYP) sedangkan data eksperimen adalah Å. 3. TATA KERJA (BAHAN DAN METODE) Perangkat lunak yang akan digunakan yaitu Gaussian 03W [10] untuk melakukan optimasi geometri dan perhitungan frekuensi. Metode komputasi yang digunakan adalah DFT dengan fungsi B3LYP (Becke, 1993) dan B3PW91 pada basis set LANL2DZ [11]. B3LYP adalah Fungsional hybrid yang dikemukakan Becke. B3PW91 adalah fungsi hybrid tiga paramete Becke dan fungsi korelasi gradien terkoreksi PW91 [12]. Basis set LANL2DZ diaplikasikan untuk atom H, Li-La, Hf-Bi. Tahapan percobaan meliputi : pemodelan struktur dengan perangkat lunak Gauss View, dibuat input pada Gaussian 03W dengan basis set LANL2DZ untuk masing-masing metode yaitu B3LYP dan B3PW91, proses perhitungan, diperoleh data hasil perhitungan, dibandingkan dengan data pembanding untuk analisis data. Data pembanding yang digunakan yaitu Ni(II)- dietilditiokarbamat [4]. Tujuannya untuk validasi metode yang digunakan. Untuk mendapatkan karakterisasi ikatan digunakan analisis Natural Bond Orbital [13]. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Molekul Ni(II)-dietilditiokarbamat Untuk mendapatkan keakuratan hasil perhitungan dan validasi metode yang digunakan maka dibuat pemodelan untuk senyawa Ni(II)-dietilditiokarbamat guna dibandingkan dengan data ekperimen. Gambar 1. berikut ini adalah hasil optimasi geometri yang diperoleh dengan metode komputasi. Hasil optimasi geometri menunjukkan bentuk struktur senyawa Ni(II)-dietilditiokarbamat adalah persegi planar. Bentuk struktur ini sesuai dengan geometri pada data eksperimen yaitu persegi planar. Berikut ini adalah tabel perbandingan data hasil perhitungan secara ekperimen dengan komputasi. (Tabel 1.) Perbandingan panjang ikatan Ni(II)- dietilditiokarbamat singlet secara komputasi dan ekperimen menunjukkan hasil yang baik dengan selisih panjang ikatan 0,1 Å dan sudut ikatan Gambar 1. Ni(II)-dietilditiokarbamatsinglet Tabel 1. Panjang ikatan dan sudut ikatan dari Ni(II)-dietilditiokarbamat singlet Panjang Komputasi Ikatan (Å) dan Eksperimen Sudut Ikatan B3LYP B3PW91 ( ) Ni S1 2,201 2,319 2,301 S2 C1 1,723 1,787 1,779 C1 N 1,318 1,346 1,343 N C2 1,475 1,491 1,484 C2 C4 1,512 1,542 1,536 S1 Ni S2 79,55 79,48 79,81 Ni S1 C1 85,33 84,21 84,03 S1 C1 N 124,9 123,9 123,9 C1 N C2 121,2 120,9 120,7 C2 N C3 117,4 118,1 118,6 C1 N C3 121,3 120,9 120,7 Sudut ikatan S1 Ni S2 dari data eksperimen adalah 79,55 sedangkan data perhitungan komputasi adalah 79,48 (B3LYP), 79,81 (B3PW91) dan 79,27 (BLYP). Adanya selisih panjang dan sudut ikatan ini diperkirakan karena perbedaan wujud zat dari senyawa kompleks yang disimulasi secara komputasi dengan eksperimen di laboratorium. Dalam simulasi komputasi, kompleks dianggap dalam wujud gas sedangkan dalam eksperimen laboratorium kompleks tersebut dalam bentuk padatan. Selisih panjang dan sudut ikatan yang diperoleh tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan sehingga bisa dikatakan metode DFT dengan fungsi B3LYP, B3PW91 dan BLYP bisa digunakan untuk optimasi geometri pada senyawa kompleks yang akan dikaji. 199

4 4.2 Geometri senyawa Ni(II)- dibutilditiokarbamat Bentuk geometri yang diperoleh untuk senyawa kompleks Ni(II)-dibutilditiokarbamat dalam keadaan singlet adalah persegi planar. Bentuk persegi planar menunjukkan bahwa orbital hibrida yang digunakan dalam pembentukan kompleks adalah dsp 2. Gambar 2. Ni(II)-dibutilditiokarbamatsinglet tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan meskipun rantai alkilnya berbeda tapi bentuk geometrinya sama yaitu persegi planar. 4.3 Geometri senyawa Co(II)- dibutilditiokarbamat Hasil optimasi geometri menunjukkan bentuk struktur persegi planar untuk senyawa kompleks Co(II)- dibutilditiokarbamatdoublet.orbital hibrida yang digunakan dalam pembentukan kompleks adalah dsp 2. Dari hasil ini dapat diamati adanya kesamaan bentuk geometri antara senyawa Co(II)-dibutilditiokarbamat dengan Ni(II)- dibutilditiokarbamat. Bentuk geometri yang sama ini diduga karena atom pusat Co dan Ni memiliki sifat yang sama. Hal ini dilatarbelakangi oleh bilangan oksidasi yang dimiliki atom Co dan Ni adalah sama-sama +2 dan +3 sehingga memungkinkan diperolehnya bentuk geometri yang sama. Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan panjang dan sudut ikatan dari kompleks ini. Tabel 2. Panjang ikatan dan sudut ikatan dari Ni(II)-dibutilditiokarbamat singlet PanjangIkatan(Å) dan MetodeKomputasi Sudut Ikatan ( o ) B3LYP B3PW91 Ni S1 2,319 2,300 S2 C1 1,788 1,779 C1 N 1,345 1,342 N C2 1,489 1,482 C2 C4 1,545 1,539 S1 Ni S2 79,49 79,83 Ni S1 C1 84,21 84,03 S1 C1 N 123,96 123,95 C1 N C2 120,90 120,67 C2 N C3 118,18 118,65 C1 N C3 120,91 120,68 Hasil perhitungan komputasi untuk senyawa kompleks Ni(II)-dibutilditiokarbamat dengan Ni(II)-dietilditiokarbamat menunjukkan hasil yang hampir sama. Misalnya panjang ikatan Ni S1 untuk kompleks Ni-dibutilditiokarbamat singlet dengan metode B3LYP diperoleh hasil 2,319 Å dan untuk Ni(II)-dietilditiokarbamat singlet adalah 2,319 Å. Sudut ikatan S1 Ni S2 untuk Ni(II)-dibutilditiokarbamat singlet adalah 79,49 sedangkan untuk Ni(II)- dietilditiokarbamat singlet adalah 79,48. Perbandingan dengan data eksperimen juga Gambar 3. Co(II)-dibutilditiokarbamatdoublet Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan panjang dan sudut ikatan untuk kompleks ini. Tabel 3. Panjang ikatan dan sudut ikatan dari Co(II)-dibutilditiokarbamat doublet PanjangIkatan(Å), Sudut Komputasi Ikatan ( o ) B3LYP B3PW91 Co S1 2,334 2,315 S2 C1 1,789 1,781 C1 N 1,346 1,343 N C2 1,490 1,482 C2 C4 1,545 1,539 S1 Co S2 79,03 79,36 Co S1 C1 84,37 84,21 S1 C1 N 123,88 123,89 C1 N C2 120,93 120,70 C2 N C3 118,13 118,59 C1 N C3 120,93 120,70 Perbandingan panjang dan sudut ikatan 200

5 antara Co(II)-dibutilditiokarbamat dan Ni(II)- dibutilditiokarbamat menunjukkan hasil yang hampir sama baik metode B3LYP dan B3PW91. Hasil ini juga membuktikan akan kemiripan sifat yang dimiliki antara atom pusat Co dan Ni. 4.4 Karakteristik Ikatan Keterisian elektron pada ikatan Ni-S senyawa kompleks Ni(II)-dibutilditiokarbamat (singlet) dianalisis dengan NBO (Natural Bond Orbital). Hasil analisis menunjukkan bahwa keterisian elektron dalam pada ikatan Ni S adalah 1,8873 elektron dimana atom Ni menyumbangkan elektron sebesar 20,24 % dan atom S sebesar 79,76 % elektron. Untuk senyawa Co(II)-dibutilditiokarbamat, keterisian elektron pada ikatan Co S adalah 1,8971 elektron dengan kontribusi elektron dari Co adalah 19,43% dan S adalah 80,57%. Hasil analisis ini membuktikan bahwa atom pusat juga memiliki kontribusi dalam pembentukan kompleks. Elektron yang berikatan tidak hanya berasal dari ligan saja tetapi juga dari atom pusat. Adanya kontribusi dari atom pusat dalam pembentukan kompleks juga dibuktikan dengan perubahan muatan pada atom pusat dari Ni 2+ menjadi Ni 0,02+ dan untuk Co 2+ berubah menjadi Co 0,01+. Hasil analisis NBO juga membuktikan hibridisasi yang terjadi pada kompleks Ni(II)- dibutilditiokarbamat singlet adalah d 1,05 sp 2,05 dan untuk kompleks Co(II)-dibutilditiokarbamat singlet adalah d 1,04 sp 2, KESIMPULAN Perhitungan komputasi dengan metode DFT telah berhasil digunakan dalam penentuan geometri dan karakteristik ikatan pada kompleks logam Ni(II)-dibutilditiokarbamat singlet dan Co(II)-dibutilditiokarbamat doublet. Hasil optimasi geometri menunjukkan bahwa kedua kompleks ini memiliki bentuk geometri persegi planar. Hibridisasi yang terbentuk adalah d 1,05 sp 2.05 untuk Ni(II)-dibutilditiokarbamat dan d 1,04 sp 2.04 untuk Co(II)-dibutilditiokarbamat yang juga dibuktikan dengan analisis NBO. Dalam pembentukkan kompleks, ternyata atom pusat juga memberikan kontribusi elektron ketika berikatan. Hal ini dibuktikan secara komputasi dengan perubahan muatan yang terjadi pada atom pusat. 6. DAFTAR PUSTAKA 1. FIOLHAIS, C.,NOGUEIRA, F. and MARQUES, M., A Primer in Density Functional Theory, Springer, Germany (2002). 2. YOUNG, D.C., Computational Chemistry : A Practical Guide for ApplyingTechniquesto Real- WorldProblems, Wiley & Sons, Inc. New York (2001). 3. KHOTIB, M., Tesis, Jurusan Kimia, Tesis, Institus Pertanian Bogor, Bogor (2010) 4. LEE, C.R., TAN, L.Y. dan WANG, Y. Charge density distribution and bond characterization of metal dialkyldithiocarbamate complexes (M = Co,Ni). J.Phy.Chem.Solids (2001). 5. LI, QIAN-SHU., XU, XIU-DONG., ZHANG, S. Predicting energies and geometries for reactions involved in atmosphere chemistry: a comparison study between hybrid DFT methods. J. Chem.Phy Letters 384, (2003). 6. SUNARTO, Y.N., Tesis, Jurusan Kimia, ITB, Bandung (2012) 7. TROMBA and HAMBLEY., Molecular Modeling of Inorganic Compounds, Wiley-VHC, Germany (2001). 8. JENSEN, F., Introduction to Computational Chemistry, Wiley& Sons, Chicester (2007). 9. Cramer, C. J., Essentials of Computational Chemistry, John Wiley and Sons, Chicester (2004). 10. FRISCH, M. J., G. W. TRUCKS, H. B. SCHLEGEL, G. E. SCUSERIA, M. A. ROBB, J. R. CHEESEMAN, V. G. ZAKREWSKI, J. A. MONTGOMERY, Jr., R. E. STARTMANN, J. C. BURATN, S. DAPPRICH, J. M. MILLAM, A. D. DANIELS, K. N. KUDIN, M. C. STRAIN, O. FARKAS, J. TOMASI, V. BARONE, M.COSSI, R. CAMMI, B. MENUCCI, C. POMELLI, C. ADAMO, S. CLIFFORD, J. OCHTERSKI, G. A. PETERSSON, P. Y. AYALA, Q. CUI, K. MOROKUMA, D. K. MALICK, A. D. RABUCK, K. RAGHAVACHARI, J. B. FORESMAN, J. CIOSLOWSKI, J. V. ORTIS, A. G. BABOUL, B. B. STEFANOV, G. LIU, A. LIASHENKO, P. PISKORZ, I. KOMAROMI, R. GOMPERTS, R. L. MARTIN, D. J. FOX, T. KEITH, M. Al-LAHAM, C. Y. PENG, A. NAYAKKARA, C. GONZALES, M. CHALLACOMBE, P. 201

6 M. W. GILL, B. JOHNSON, W. CHEN, M. W. WONG, J. L. ANDREAS, C. GONZALES, M. HEAD-GORDON, E. S. REPLOGE and J. A. POPLE.Gausian 03Rev, E.01., Gausian, Inc., Pittsburgh (2003). 11. HAY, P. J andwadt, W. R. J. Chem. Phys.82, 270 (1985). 12. PERDEW, J. P., BURKE, K., andwang, Y.,Phys. Rev. B54, (1996). 13. REED, A.E., CARPENTER, J.E., WEINHOLD, F., NBO version 3.1. DISKUSI Aan Harvian: Apa tidak lebih baik penggunaan XAR? Nicolin Tirza Pongajow: Tujuan penelitian melihat kestabilan kompleks, jadi memang belum pernah mencoba dengan XAR. 202

STRUKTUR HIDRASI KOBALT(II) BERDASARKAN SIMULASI DINAMIKA MOLEKUL QUANTUM MECHANICAL CHARGE FIELD

STRUKTUR HIDRASI KOBALT(II) BERDASARKAN SIMULASI DINAMIKA MOLEKUL QUANTUM MECHANICAL CHARGE FIELD SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VI Pemantapan Riset Kimia dan Asesmen Dalam Pembelajaran Berbasis Pendekatan Saintifik Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 21 Juni

Lebih terperinci

THE INTERACTION OF Co 2+ -AMMONIA MODELLING: THE COMPARATIVE STUDY BETWEEN AB INITIO AND ELECTRON CORRELATION METHODS

THE INTERACTION OF Co 2+ -AMMONIA MODELLING: THE COMPARATIVE STUDY BETWEEN AB INITIO AND ELECTRON CORRELATION METHODS 67 THE INTERACTION OF 2+ -AMMONIA MODELLING: THE COMPARATIVE STUDY BETWEEN AB INITIO AND ELECTRON CORRELATION METHODS Pemodelan Interaksi 2+ -Amoniak: Perbandingan antara Metode Ab Initio dan Korelasi

Lebih terperinci

Reaksi Hidrogenasi Metoksida Menjadi Metanol pada Klaster Pd6Ni

Reaksi Hidrogenasi Metoksida Menjadi Metanol pada Klaster Pd6Ni Reaksi Hidrogenasi Metoksida Menjadi Metanol pada Klaster Pd6Ni Adhitya Gandaryus Saputro 1,2*) dan Fiki Taufik Akbar 3) 1 Kelompok Keahlian Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, ITB, Jl. Ganesha

Lebih terperinci

Kimia Koordinasi Teori Ikatan Valensi

Kimia Koordinasi Teori Ikatan Valensi Kimia Koordinasi Teori Ikatan Valensi Beberapa teori telah dirumuskan untuk menjelaskan ikatan dalam senyawaan koordinasi dan untuk merasionalisasi serta meramalkan sifat-sifatnya: teori ikatan valensi,

Lebih terperinci

REAKSI Cr, Cr 2, Mn, Mn 2, Fe, DAN Fe 2 DENGAN F 2, H 2, N 2, DAN O 2 : KAJIAN TEORI FUNGSIONAL KERAPATAN

REAKSI Cr, Cr 2, Mn, Mn 2, Fe, DAN Fe 2 DENGAN F 2, H 2, N 2, DAN O 2 : KAJIAN TEORI FUNGSIONAL KERAPATAN REAKSI Cr, Cr 2, Mn, Mn 2, Fe, DAN Fe 2 DENGAN F 2, H 2, N 2, DAN O 2 : KAJIAN TEORI FUNGSIONAL KERAPATAN SKRIPSI BERLIN WIJAYA 10500017 PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pemilihan Metode dan Himpunan Basis Teori Fungsional Kerapatan merupakan suatu metode dalam penyelesaian persamaan Schrödinger dengan menggunakan teorema Kohn-Sham, dengan pendekatan

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II ISBN : 978-602-97522-0-5 PROSEDING SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II Konstribusi Sains Untuk Pengembangan Pendidikan, Biodiversitas dan Metigasi Bencana Pada Daerah Kepulauan SCIENTIFIC COMMITTEE: Prof.

Lebih terperinci

Senyawa Koordinasi (senyawa kompleks)

Senyawa Koordinasi (senyawa kompleks) Senyawa Koordinasi (senyawa kompleks) Salah satu keistimewaan logam transisi adalah dapat membentuk senyawa klompeks, yaitu senyawa yang paling sedikit terdiri dari satu ion kompleks (terdiri dari kation

Lebih terperinci

STUDI TEORITIS MOLEKUL FNO 2 DAN FONO

STUDI TEORITIS MOLEKUL FNO 2 DAN FONO 242 STUDI TEORITIS MOLEKUL FNO 2 DAN FONO Juliandri, Adji Anggono Raras Jurusan Kimia FMA UNPAD Jl. Raya Bandung-Sumedang Kilometer 21, e-mail: juliandri@unpad.a.id Abstrak Density Funtional Theory (DFT)

Lebih terperinci

PEMODELAN INTERAKSI ETER MAHKOTA BZ15C5 TERHADAP KATION Zn 2+ BERDASARKAN METODE DENSITY FUNCTIONAL THEORY

PEMODELAN INTERAKSI ETER MAHKOTA BZ15C5 TERHADAP KATION Zn 2+ BERDASARKAN METODE DENSITY FUNCTIONAL THEORY SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Strategi Pengembangan Pembelajaran dan Penelitian Sains untuk Mengasah Keterampilan Abad 21 (Creativity and Universitas Sebelas Maret Surakarta, 26 Oktober 2017 PEMODELAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemodelan molekul untuk mempelajari sifat-sifat fisik dan sifat-sifat kimia sistem molekul dengan perlakuan komputasi merupakan penelitian yang banyak diminati. Pemodelan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER. Mata Kuliah : KIMIA KOMPUTASI Semester: VI (ENAM) sks: 3 Kode: D

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER. Mata Kuliah : KIMIA KOMPUTASI Semester: VI (ENAM) sks: 3 Kode: D FM-0-AKD-05 Rektor: (024)850808 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 850800 RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER dari 2 29 Februari 206 Mata Kuliah : KIMIA KOMPUTASI Semester: VI (ENAM) sks: 3 Kode: D34047 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Matahari adalah sumber energi yang sangat besar dan tidak akan pernah habis. Energi sinar matahari yang dipancarkan ke bumi dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan

Lebih terperinci

KIMIA KOMPUTASI Pengantar Konsep Kimia i Komputasi

KIMIA KOMPUTASI Pengantar Konsep Kimia i Komputasi Austrian Indonesian Centre (AIC) for Computational Chemistry Jurusan Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) KIMIA KOMPUTASI Pengantar Konsep Kimia i Komputasi Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Austrian-Indonesian

Lebih terperinci

STUDI SIFAT KOOPERATIF IKATAN HIDROGEN PADA CH 3 CHO.2H 2 O DAN CH 2 ClCHO.2H 2 O MENGGUNAKAN METODE DFT

STUDI SIFAT KOOPERATIF IKATAN HIDROGEN PADA CH 3 CHO.2H 2 O DAN CH 2 ClCHO.2H 2 O MENGGUNAKAN METODE DFT STUDI SIFAT KOOPERATIF IKATAN HIDROGEN PADA CH 3 CHO.2H 2 O DAN CH 2 ClCHO.2H 2 O MENGGUNAKAN METODE DFT Rahmah Muyassaroh Noor, Yahmin, dan Parlan Universitas Negeri Malang Correspondence Author: rahmah.muyas@gmail.com

Lebih terperinci

MANY BODY EFFECTS ON Zn 2+ -H 2 O COMPLEX. Himmatul Barroroh 1 ABSTRACT

MANY BODY EFFECTS ON Zn 2+ -H 2 O COMPLEX. Himmatul Barroroh 1 ABSTRACT MANY BODY EFFECTS ON Zn 2+ -H 2 O COMPLEX Himmatul Barroroh 1 ABSTRACT Many body effects of Zn 2+ -H 2 O system has been investigated in order to know the features and effects of non-additivity contribution

Lebih terperinci

MAKALAH KARAKTERISTIK POTENSIAL BADAN-3: SISTEM Zn(II)-AIR-AMONIAK

MAKALAH KARAKTERISTIK POTENSIAL BADAN-3: SISTEM Zn(II)-AIR-AMONIAK MAKALAH KARAKTERISTIK POTENSIAL BADAN-3: SISTEM Zn(II)-AIR-AMONIAK Dipresentasikan dalam SEMINAR NASIONAL KIMIA 2002 JURUSAN KIMIA FMIPA UNIVERSITAS GAJAHMADA 6 MARET 2002 OLEH: HIMMATUL BARROROH, S.Si.

Lebih terperinci

Senyawa Koordinasi. Ion kompleks memiliki ciri khas yaitu bilangan koordinasi, geometri, dan donor atom:

Senyawa Koordinasi. Ion kompleks memiliki ciri khas yaitu bilangan koordinasi, geometri, dan donor atom: Senyawa Koordinasi Terdiri dari atom pusat (kation logam transisi), ligan(molekul yang terikat pada ion kompleks) dan di netralkan dengan bilangan koordinasi. Dari gambar [Co(NH 3 )6]CI 3, 6 molekul NH3

Lebih terperinci

Studi Teoretis Struktur Elektronik dan Sifat Transisi Spin Kompleks [Fe(dpa) 2 (NCS) 2 ]

Studi Teoretis Struktur Elektronik dan Sifat Transisi Spin Kompleks [Fe(dpa) 2 (NCS) 2 ] Studi Teoretis Struktur Elektronik dan Sifat Transisi Spin Kompleks [Fe(dpa) 2 (NCS) 2 ] Yusthinus Thobias Male, Djulia Onggo, Muhamad Abdulkadir Martoprawiro, dan Ismunandar Kelompok Keilmuan Kimia Anorganik

Lebih terperinci

PAH akan mengalami degradasi saat terkena suhu tinggi pada analisis dengan GC dan instrumen GC sulit digunakan untuk memisahkan PAH yang berbentuk

PAH akan mengalami degradasi saat terkena suhu tinggi pada analisis dengan GC dan instrumen GC sulit digunakan untuk memisahkan PAH yang berbentuk BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Poliaromatik hidrokarbon (PAH) adalah golongan senyawa organik yang terdiri atas dua atau lebih molekul cincin aromatik yang disusun dari atom karbon dan hidrogen.

Lebih terperinci

S. Hadisaputra, et al., ALCHEMY jurnal penelitian kimia, vol. 11 (2015), no. 2, hal

S. Hadisaputra, et al., ALCHEMY jurnal penelitian kimia, vol. 11 (2015), no. 2, hal KAJIAN TEORITIS SIFAT INHIBITOR KOROSI 2-ISOPROPIL-5- METILFENOL (THEORETICAL STUDY ON THE CORROSION INHIBITION PROPERTIES OF 2- ISOPROPYL-5-METHYLPHENOL) Saprizal Hadisaputra a*, Saprini Hamdiani b, Eka

Lebih terperinci

PENGARUH ORIENTASI PADA INTERAKSI TiO 2 - POLISTIRENA TERSULFONASI (PST) TERHADAP POTENSI TRANSFER PROTON

PENGARUH ORIENTASI PADA INTERAKSI TiO 2 - POLISTIRENA TERSULFONASI (PST) TERHADAP POTENSI TRANSFER PROTON PENGARUH ORIENTASI PADA INTERAKSI TiO 2 - POLISTIRENA TERSULFONASI (PST) TERHADAP POTENSI TRANSFER PROTON Disusun Oleh : RUDI HARYONO M0310047 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan

Lebih terperinci

PENGARUH ENKAPSULASI Be TERHADAP KARAKTERISASI SILICON NANOTUBE ARMCHAIR

PENGARUH ENKAPSULASI Be TERHADAP KARAKTERISASI SILICON NANOTUBE ARMCHAIR PENGARUH ENKAPSULASI Be TERHADAP KARAKTERISASI SILICON NANOTUBE ARMCHAIR ENCAPSULATION EFFECT OF Be ON THE SILICON NANOTUBES ARMCHAIR CHARACTERIZATION Cindy Putri Arinta* dan I Gusti Made Sanjaya Department

Lebih terperinci

Studi Adsorpsi Molekul Nh 3 Pada Permukaan Cr(111) Menggunakan Program Calzaferri

Studi Adsorpsi Molekul Nh 3 Pada Permukaan Cr(111) Menggunakan Program Calzaferri Jurnal Gradien Vol.3 No.1 Januari 2007 : 210-214 Studi Adsorpsi Molekul Nh 3 Pada Permukaan Cr(111) Menggunakan Program Calzaferri Charles Banon Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

STRUKTUR SOLVASI ION SKANDIUM(I) DALAM AMMONIA BERDASARKAN METODE MEKANIKA KUANTUM DAN MEKANIKA KLASIK

STRUKTUR SOLVASI ION SKANDIUM(I) DALAM AMMONIA BERDASARKAN METODE MEKANIKA KUANTUM DAN MEKANIKA KLASIK STRUKTUR SOLVASI ION SKANDIUM(I) DALAM AMMONIA BERDASARKAN METODE MEKANIKA KUANTUM DAN MEKANIKA KLASIK Crys Fajar Partana [1] email : crsfajar@gmail.com [1] Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri

Lebih terperinci

Austrian-Indonesian i Centre (AIC) for Computational ti lchemistry, Jurusan Kimia i. KIMIA KOMPUTASI Konsep Perhitungan Mekanika Kuantum 2 (Basis Set)

Austrian-Indonesian i Centre (AIC) for Computational ti lchemistry, Jurusan Kimia i. KIMIA KOMPUTASI Konsep Perhitungan Mekanika Kuantum 2 (Basis Set) Austrian Indonesian Centre (AIC) for Computational Chemistry Jurusan Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) KIMIA KOMPUTASI Konsep Perhitungan Mekanika Kuantum 2 (Basis Set) Drs. Iqmal Tahir, M.Si.

Lebih terperinci

ENERGI TOTAL KEADAAN EKSITASI ATOM LITIUM DENGAN METODE VARIASI

ENERGI TOTAL KEADAAN EKSITASI ATOM LITIUM DENGAN METODE VARIASI Jurnal Ilmu dan Inovasi Fisika Vol 01, No 01 (2017) 6 10 Departemen Fisika FMIPA Universitas Padjadjaran ENERGI TOTAL KEADAAN EKSITASI ATOM LITIUM DENGAN METODE VARIASI LIU KIN MEN* DAN SETIANTO Departemen

Lebih terperinci

SENYAWA KOMPLEKS. Definisi. Ion Kompleks. Bilangan koordinasi, geometri, dan ligan RINGKASAN MATERI

SENYAWA KOMPLEKS. Definisi. Ion Kompleks. Bilangan koordinasi, geometri, dan ligan RINGKASAN MATERI KIMIA ANORGANIK 14 OKTOBER 2012 RINGKASAN MATERI SENYAWA KOMPLEKS Definisi Senyawa kompleks itu: Ada ion logam sebagai atom pusat Ada ligan yang berupa anion atau molekul netral Memiliki counter ion supaya

Lebih terperinci

PENENTUAN STOPPING POWER DAN INELASTIC MEAN FREE PATH ELEKTRON DARI POLIETILEN PADA ENERGI 200 ev 50 kev

PENENTUAN STOPPING POWER DAN INELASTIC MEAN FREE PATH ELEKTRON DARI POLIETILEN PADA ENERGI 200 ev 50 kev PENENTUAN STOPPING POWER DAN INELASTIC MEAN FREE PATH ELEKTRON DARI POLIETILEN PADA ENERGI 00 ev 50 kev Nur Harmila Sari 1, Dahlang Tahir 1, Suarga 1 1 Jurusan Fisika FMIPA Universitas Hasanuddin, Makassar

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PAKTIKUM KIMIA KOMPUTASI. Analisis Butana. Oleh : AMRULLAH 13/347361/PA/ Jum at, 4 Maret 2016 Asisten Pembimbing : Wiji Utami

LAPORAN RESMI PAKTIKUM KIMIA KOMPUTASI. Analisis Butana. Oleh : AMRULLAH 13/347361/PA/ Jum at, 4 Maret 2016 Asisten Pembimbing : Wiji Utami LAPORAN RESMI PAKTIKUM KIMIA KOMPUTASI Analisis Butana Oleh : AMRULLAH 13/347361/PA/15202 Jum at, 4 Maret 2016 Asisten Pembimbing : Wiji Utami Laboratorium Kimia Komputasi Departemen Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

STUDI AB INITIO: STRUKTUR MEMBRAN NATA DE COCO TERSULFONASI

STUDI AB INITIO: STRUKTUR MEMBRAN NATA DE COCO TERSULFONASI Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 STUDI AB INITIO: STRUKTUR MEMBRAN NATA DE COCO TERSULFONASI Sitti Rahmawati 1, Cynthia Linaya Radiman 2, Muhamad A. Martoprawiro 3 Universitas

Lebih terperinci

UNESA Journal of Chemistry Vol. 1, No. 1, May 2012

UNESA Journal of Chemistry Vol. 1, No. 1, May 2012 RASIONALISASI JALUR SINTESIS LAEVIFONOL DARI trans-resveratrol DENGAN MENGGUNAKAN TEORI FUNGSIONAL KERAPATAN (DFT) THE RATIONALIZATION OF SYNTHESIS PATHWAY LAEVIFONOL From Trans- REVERATROL WITH DENSITY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Intan adalah salah satu jenis perhiasan yang harganya relatif mahal. Intan merupakan kristal yang tersusun atas unsur karbon (C). Intan berdasarkan proses pembentukannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Struktur Porfirin (Jaung, 2005)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Struktur Porfirin (Jaung, 2005) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Semikonduktor merupakan bahan dengan konduktivitas listrik yang berada di antara isolator dan konduktor dengan rentang energi band gap 1,5-4 ev (Mitchell, 2004). Semikonduktor

Lebih terperinci

KARAKTERISASI TEORITIS SEMIKONDUTOR SILICON NANOTUBE ARMCHAIR MENGGUNAKAN METODE DFT

KARAKTERISASI TEORITIS SEMIKONDUTOR SILICON NANOTUBE ARMCHAIR MENGGUNAKAN METODE DFT KARAKTERISASI TEORITIS SEMIKONDUTOR SILICON NANOTUBE ARMCHAIR MENGGUNAKAN METODE DFT (THEORETICAL CHARACTERIZATION OF ARMCHAIR SILICON NANOTUBE BASED DFT METHOD) Rieska Amilia* dan I Gusti Made Sanjaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Logam-logam yang bernilai ekonomi sangat tinggi, diantaranya emas, perak, platina, dan paladium, dikenal sebagai logam-logam yang berharga. Platina sangat berguna

Lebih terperinci

PENGANTAR KIMIA KOMPUTASI

PENGANTAR KIMIA KOMPUTASI PENGANTAR KIMIA KOMPUTASI Dr. Harno Dwi Pranowo, M.Si Austrian-Indonesian Centre for Computational Chemistry (AIC) Jurusan Kimia Fakultas MIPA UGM Yogyakarta PENDAHULUAN Dewasa ini, eksperimen komputer

Lebih terperinci

ENERGI TOTAL KEADAAN DASAR ATOM BERILIUM DENGAN TEORI GANGGUAN

ENERGI TOTAL KEADAAN DASAR ATOM BERILIUM DENGAN TEORI GANGGUAN Jurnal Ilmu dan Inovasi Fisika Vol. 0, No. 02 (207) 28 33 Departemen Fisika FMIPA Universitas Padjadjaran ENERGI TOTAL KEADAAN DASAR ATOM BERILIUM DENGAN TEORI GANGGUAN LIU KIN MEN *, SETIANTO, BAMBANG

Lebih terperinci

Indo. J. Chem. Sci. 2 (1) (2013) Indonesian Journal of Chemical Science

Indo. J. Chem. Sci. 2 (1) (2013) Indonesian Journal of Chemical Science Indo. J. Chem. Sci. 2 (1) (2013) Indonesian Journal of Chemical Science http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs PENGARUH ENKAPSULASI Fe DAN Cu PADA BNNT TERHADAP PARAMETER NMR MENGGUNAKAN DFT Erwin

Lebih terperinci

Ikatan Kimia. 2 Klasifikasi Ikatan Kimia :

Ikatan Kimia. 2 Klasifikasi Ikatan Kimia : Ikatan Kimia Ikatan Kimia : Gaya tarik yang menyebabkan atom-atom yang terikat satu sama lain dalam suatu kombinasi untuk membentuk senyawa yang lebih kompleks. 2 Klasifikasi Ikatan Kimia : 1. Ikatan ion

Lebih terperinci

Pembelajaran Reaksi Isomerisasi HOCN-HNCO Melalui Studi Komputasi AB INITIO

Pembelajaran Reaksi Isomerisasi HOCN-HNCO Melalui Studi Komputasi AB INITIO Pembelajaran Reaksi Isomerisasi HOCN-HNCO Melalui Studi Komputasi AB INITIO Hasby 1,a), Mia Ledyastuti 2,b), dan Gawang Pamungkas 3,c) 1 Laboratorium Kimia Komputasi, Magister Pengajaran Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

ESTIMASI pk a dan pk b BERDASARKAN PENDEKATAN KIMIA KOMPUTASI DENGAN METODA SEMIEMPIRIK PM3

ESTIMASI pk a dan pk b BERDASARKAN PENDEKATAN KIMIA KOMPUTASI DENGAN METODA SEMIEMPIRIK PM3 ESTIMASI pk a dan pk b BERDASARKAN PENDEKATAN KIMIA KOMPUTASI DENGAN METODA SEMIEMPIRIK PM3 Suwardi Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA UNY Yogyakarta e-mail : sainswar@yahoo.com Abstrak Telah dilakukan pemodelan

Lebih terperinci

1.1 Senyawa Koordinasi (Coordination Coumpond)

1.1 Senyawa Koordinasi (Coordination Coumpond) 1.1 Senyawa Koordinasi (Coordination Coumpond) Sifat yang paling khas pada logam transisi adalah tentang persenyawaan dan ikatannya. Yang biasa disebut dengan ion kompleks. Ion kompleks sendiri terdiri

Lebih terperinci

Grafit sebagai Peyimpan Hidrogen dalam Sistem Fuel Cells: Studi Kimia Komputasi Material untuk Energi Terbarukan

Grafit sebagai Peyimpan Hidrogen dalam Sistem Fuel Cells: Studi Kimia Komputasi Material untuk Energi Terbarukan Jurnal ILMU DASAR, Vol.17 No.2, Juli 2016:103-110 103 Grafit sebagai Peyimpan Hidrogen dalam Sistem Fuel Cells: Studi Kimia Komputasi Material untuk Energi Terbarukan Graphite as A Hydrogen Storage in

Lebih terperinci

DOCKING ANALOG KURKUMIN TURUNAN PIPERAZINDION DENGAN TUBULIN (1TUB) RANTAI MENGGUNAKAN VINA DAN AUTODOCK 1

DOCKING ANALOG KURKUMIN TURUNAN PIPERAZINDION DENGAN TUBULIN (1TUB) RANTAI MENGGUNAKAN VINA DAN AUTODOCK 1 DOCKING ANALOG KURKUMIN TURUNAN PIPERAZINDION DENGAN TUBULIN (1TUB) RANTAI MENGGUNAKAN VINA DAN AUTODOCK 1 Broto Santoso Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta broto.santoso@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

Indo. J. Chem. Sci. 2 (1) (2013) Indonesian Journal of Chemical Science

Indo. J. Chem. Sci. 2 (1) (2013) Indonesian Journal of Chemical Science Indo. J. Chem. Sci. 2 (1) (2013) Indonesian Journal of Chemical Science http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs PENGARUH ENKAPSULASI Cu DAN Fe TERHADAP BAND GAP SILIKON NANOTUBE (10,0) MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

KAJIAN MEKANISME REAKSI HIDROLISIS N-FENIL-3- HIDROKSI PIKOLINAMIDA DALAM KONDISI BASA MENGGUNAKAN METODE DFT DAN POST-SCF

KAJIAN MEKANISME REAKSI HIDROLISIS N-FENIL-3- HIDROKSI PIKOLINAMIDA DALAM KONDISI BASA MENGGUNAKAN METODE DFT DAN POST-SCF KAJIAN MEKANISME REAKSI HIDROLISIS N-FENIL-3- HIDROKSI PIKOLINAMIDA DALAM KONDISI BASA MENGGUNAKAN METODE DFT DAN POST-SCF Hendra Ermawan, Yahmin, Siti Marfu ah Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri

Lebih terperinci

SIMULASI EFEKTIVITAS SENYAWA OBAT ERITROMISIN F DAN 6,7 ANHIDROERITROMISIN F DALAM LAMBUNG MENGGUNAKAN METODE SEMIEMPIRIS AUSTIN MODEL 1 (AM1)

SIMULASI EFEKTIVITAS SENYAWA OBAT ERITROMISIN F DAN 6,7 ANHIDROERITROMISIN F DALAM LAMBUNG MENGGUNAKAN METODE SEMIEMPIRIS AUSTIN MODEL 1 (AM1) SIMULASI EFEKTIVITAS SENYAWA OBAT ERITROMISIN F DAN 6,7 ANHIDROERITROMISIN F DALAM LAMBUNG MENGGUNAKAN METODE SEMIEMPIRIS AUSTIN MODEL 1 (AM1) Agung Tri Prasetya, M. Alauhdin, Nuni Widiarti Kimia FMIPA

Lebih terperinci

STRUKTUR LEWIS DAN TEORI IKATAN VALENSI

STRUKTUR LEWIS DAN TEORI IKATAN VALENSI Ikatan Kimia STRUKTUR LEWIS DAN TEORI IKATAN VALENSI Disusun oleh : Kelompok 11 Penty Cahyani 4301411038 Diyah Ayu Lestari 4301411040 Ifan Shovi 4301411041 Rombel 2 UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013 A.

Lebih terperinci

Struktur Molekul:Teori Orbital Molekul

Struktur Molekul:Teori Orbital Molekul Kimia Fisik III, Struktur Molekul:, Dr. Parsaoran Siahaan, November/Desember 2014, 1 Pokok Bahasan 3 Struktur Molekul:Teori Orbital Molekul Oleh: Dr. Parsaoran Siahaan Pendahuluan: motivasi/review pokok

Lebih terperinci

Ni 2+ ION IN WATER; FORMATION OF INTERMOLECULAR POTENTIAL FUNCTION

Ni 2+ ION IN WATER; FORMATION OF INTERMOLECULAR POTENTIAL FUNCTION 74 Ni 2+ ION IN WATER; FORMATION OF INTERMOLECULAR POTENTIAL FUNCTION Ion Ni 2+ di Dalam Air; Pembentukan Fungsi Potensial Intermolekul Bambang Setiaji dan Tutik Arindah Austrian-Indonesian Centre for

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA) PENULIS : 1. Nur Chamimmah Lailis I,S.Si 2. Dr. rer. nat. Irmina Kris Murwani ALAMAT : JURUSAN KIMIA ITS SURABAYA JUDUL : SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS KOBALT(II) DENGAN BENZOKAIN

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS KOBALT(II) DENGAN BENZOKAIN SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS KOBALT(II) DENGAN BENZOKAIN Disusun Oleh : MUHAMMAD RIZQON ARIFIANTO M0308045 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana

Lebih terperinci

kimia REVIEW I TUJUAN PEMBELAJARAN

kimia REVIEW I TUJUAN PEMBELAJARAN KTSP kimia K e l a s XI REVIEW I TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami teori atom mekanika kuantum dan hubungannya dengan bilangan

Lebih terperinci

IJCR-Indonesian Journal of Chemical Research p. ISSN: Vol.3 No.1-2, Hal

IJCR-Indonesian Journal of Chemical Research p. ISSN: Vol.3 No.1-2, Hal Molecular Modeling of An Analog Of Curcumin Compounds Pentagamavunon-0 (PGV-0) And Pentagamavunon-1 (PGV-1) Through Computational Chemistry Methods Ab-Initio HF/4-31G Nurcahyo Iman Prakoso a*, Lukman Hakim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Berdasarkan penelitian terdahulu, diketahui bahwa logam memegang peranan penting dalam proses metabolisme dalam tubuh makhluk hidup (Siu dkk., 2002),

Lebih terperinci

COORDINATION COMPOUND. Disusun oleh : Bintang Ayu Kalimantini NIM : KELAS D 10.30

COORDINATION COMPOUND. Disusun oleh : Bintang Ayu Kalimantini NIM : KELAS D 10.30 COORDINATION COMPOUND Disusun oleh : Bintang Ayu Kalimantini NIM : 21030112120019 KELAS D 10.30 S enyawa kompleks ditemukan sekitar tahun 1890an oleh Alfred Werner. Senyawa kompleks terdiri dari setidaknya

Lebih terperinci

ORBITAL DAN IKATAN KIMIA ORGANIK

ORBITAL DAN IKATAN KIMIA ORGANIK ORBITAL DAN IKATAN KIMIA ORGANIK Objektif: Pada Bab ini, mahasiswa diharapkan untuk dapat memahami, Teori dasar orbital atom dan ikatan kimia organik, Orbital molekul orbital atom dan Hibridisasi orbital

Lebih terperinci

TUGAS KIMIA ANORGANIK TEORI IKATAN VALENSI DAN HIBRIDISASI ORBITAL

TUGAS KIMIA ANORGANIK TEORI IKATAN VALENSI DAN HIBRIDISASI ORBITAL TUGAS KIMIA ANORGANIK TEORI IKATAN VALENSI DAN HIBRIDISASI ORBITAL ESTER ALNINTA BASA SIAGIAN (21030116140082) JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK SEMARANG 2016 A. DASAR TEORI IKATAN VALENSI Ikatan valensi

Lebih terperinci

MOLECULAR MODELLING OF M n+.[dbz16c5] COMPLEXES, M = Li +, Na + AND Zn 2+ BASED ON MNDO/d SEMIEMPIRICAL METHOD

MOLECULAR MODELLING OF M n+.[dbz16c5] COMPLEXES, M = Li +, Na + AND Zn 2+ BASED ON MNDO/d SEMIEMPIRICAL METHOD 144 Indo. J. Chem., 2006, 6 (2), 144-149 MOLECULAR MODELLING OF M n+.[dbz16c5] COMPLEXES, M = Li +, Na + AND Zn 2+ BASED ON MNDO/d SEMIEMPIRICAL METHOD Pemodelan Molekul Kompleks M n+.[dbz16c5], M = Li

Lebih terperinci

Pemodelan Interaksi Serium(III) dan Air dengan Teori Perhitungan Ab Initio serta Penentuan Himpunan Fungsi Basisnya

Pemodelan Interaksi Serium(III) dan Air dengan Teori Perhitungan Ab Initio serta Penentuan Himpunan Fungsi Basisnya Pemodelan Interaksi Serium(III) dan Air dengan Teori Perhitungan Ab Initio serta Penentuan Himpunan Fungsi Basisnya Eva Vaulina Yulistia Delsy, Tien Setyaningtyas, Ponco Iswanto, Nunik Fitri Utami Program

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 4 Kimia Unsur. Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada materi Kimia Unsur.

Kegiatan Belajar 4 Kimia Unsur. Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada materi Kimia Unsur. 1 Kegiatan Belajar 4 Kimia Unsur Capaian Pembelajaran Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada materi Kimia Unsur. Subcapaian pembelajaran: 1. Menjelaskan sifat unsur golongan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS DISUSUN OLEH : NAMA : FEBRINA SULISTYORINI NIM : 09/281447/PA/12402 KELOMPOK : 3 (TIGA) JURUSAN : KIMIA FAKULTAS/PRODI

Lebih terperinci

Senyawa Koordinasi. Kompleks ion dengan pusat d B memiliki empat ligan dengan dengan bentuk persegi planar (B)

Senyawa Koordinasi. Kompleks ion dengan pusat d B memiliki empat ligan dengan dengan bentuk persegi planar (B) Senyawa Koordinasi Aspek umum dari logam transisi adalah pembentukan dari senyawa koordinasi (kompleks). Senyawa koordinasi ini setidaknya memiliki satu ion kompleks yang terdiri dari logam kation yang

Lebih terperinci

TEORI IKATAN VALENSI

TEORI IKATAN VALENSI TEORI IKATAN VALENSI Pembentukan ikatan kovalen dapat dijelaskan menggunakan dua teori yaitu teori ikatan valensi dan teori orbital molekul. Berdasarkan teori ikatan valensi, ikatan kovalen dapat terbentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Energi listrik merupakan salah satu energi yang sangat penting bagi kehidupan manusia khususnya penduduk Indonesia. Namun penyediaan energi listrik ini bukan

Lebih terperinci

Indo. J. Chem. Sci. 3 (1) (2014) Indonesian Journal of Chemical Science

Indo. J. Chem. Sci. 3 (1) (2014) Indonesian Journal of Chemical Science Indo. J. Chem. Sci. 3 (1) (2014) Indonesian Journal of Chemical Science http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs KAJIAN TEORITIS SINTESIS ISOPULEGIL ASETAT DARI R-(+)-SITRONELAL DIKATALISIS Zr 4+

Lebih terperinci

RINGKASAN Kimia Anorganik

RINGKASAN Kimia Anorganik RINGKASAN Kimia Anorganik Materi: BAB 10 - BENTUK-BENTUK MOLEKUL Pengampu: Dr. Istadi, ST., MT. Disusun oleh: Nama : Bramantya Brian Suwignjo NIM : 21030112140169 Jurusan : S-1 Teknik Kimia (Kelas B) Hari

Lebih terperinci

ANALISIS SOAL UJIAN HARIAN KELAS XI BAB: TEORI ATOM MEKANIKA KUANTUM, BENTUK MOLEKUL, DAN GAYA ANTARMOLEKUL

ANALISIS SOAL UJIAN HARIAN KELAS XI BAB: TEORI ATOM MEKANIKA KUANTUM, BENTUK MOLEKUL, DAN GAYA ANTARMOLEKUL ANALISIS SOAL UJIAN HARIAN KELAS XI BAB: TEORI ATOM MEKANIKA KUANTUM, BENTUK MOLEKUL, DAN Petunjuk Umum : GAYA ANTARMOLEKUL Telitilah soal terlebih dahulu, perangkat soal terdiri dari 20 soal pilihan ganda

Lebih terperinci

Dr. rer. Nat. Agustino Zulys M.Sc.

Dr. rer. Nat. Agustino Zulys M.Sc. Pendahuluan Teori Ikatan Mata Kuliah Ikatan Kimia Dr. rer. Nat. Agustino Zulys M.Sc. 1 6/12/2009 Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia Ikatan Kimia Dosen

Lebih terperinci

SISTEM PERIODIK UNSUR

SISTEM PERIODIK UNSUR SISTEM PERIODIK UNSUR Abad 18, baru 51 unsur diketahui (gas mulia belum ditemukan) John Newland (1864) : Penyusunan unsur-unsur berdasarkan kenaikan massa atom. Di alam ada 109 unsur, bagaimana penyusunan

Lebih terperinci

J. Pijar MIPA, Vol. XI No.1, Maret 2016: ISSN (Cetak) ISSN (Online)

J. Pijar MIPA, Vol. XI No.1, Maret 2016: ISSN (Cetak) ISSN (Online) OPTIMASI SIFAT INHIBITOR KOROSI SENYAWA THIAAMIDA-PIRAZOLINDOL BERDASARKAN TEORI FUNGSIONAL KERAPATAN Saprini Hamdiani 1, Jannatin Arduha 2, Agus Abhi Purwoko 3*, Saprizal Hadisaputra 3* 1 Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena optik dapat mendeskripsikan sifat medium dalam interaksinya dengan gelombang elekromagnetik. Hal tersebut ditentukan oleh beberapa parameter optik, yaitu indeks

Lebih terperinci

KAJIAN TEORITIS UNTUK MENENTUKAN CELAH ENERGI KOMPLEKS 8-HIDROKSIQUINOLIN TERKONJUGASI LOGAM BESI DENGAN MENGGUNAKAN TEORI KERAPATAN FUNGSIONAL

KAJIAN TEORITIS UNTUK MENENTUKAN CELAH ENERGI KOMPLEKS 8-HIDROKSIQUINOLIN TERKONJUGASI LOGAM BESI DENGAN MENGGUNAKAN TEORI KERAPATAN FUNGSIONAL KAJIAN TEORITIS UNTUK MENENTUKAN CELAH ENERGI KOMPLEKS 8-HIDROKSIQUINOLIN TERKONJUGASI LOGAM BESI DENGAN MENGGUNAKAN TEORI KERAPATAN FUNGSIONAL A THEORETICAL STUDIESTO DETERMINE BAND GAP OF 8-HYDROXYQUINOLINE

Lebih terperinci

Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2 ISSN STUDI KOMPUTASI SENYAWA DOPAMIN DAN DOPAMIN-TI(OH) 2 UNTUK APLIKASI SEL SURYA TERSENSITASI ZAT WARNA

Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2 ISSN STUDI KOMPUTASI SENYAWA DOPAMIN DAN DOPAMIN-TI(OH) 2 UNTUK APLIKASI SEL SURYA TERSENSITASI ZAT WARNA STUDI KOMPUTASI SENYAWA DOPAMIN DAN DOPAMIN-TI(OH) 2 UNTUK APLIKASI SEL SURYA TERSENSITASI ZAT WARNA Soni Setiadji*, Atthar Luqman Ivansyah, Bio Insan Akbar Abstrak Penelitian ini memprediksi sifat elektronik

Lebih terperinci

Alur/flowchart perhitungan kimia komputasi

Alur/flowchart perhitungan kimia komputasi Austrian Indonesian Centre (AIC) for Computational Chemistry Jurusan Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) KIMIA KOMPUTASI Proses Optimisasi i i Geometri Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Austrian-Indonesian

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Preparasi Ligan Anilinditiokarbamat sebagai Pengompleks Logam Transisi melalui Ekstraksi Cair-cair Vera Mufsiroh, 2013

KATA PENGANTAR Preparasi Ligan Anilinditiokarbamat sebagai Pengompleks Logam Transisi melalui Ekstraksi Cair-cair Vera Mufsiroh, 2013 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan kekuatan-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Preparasi Ligan Anilinditiokarbamat

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH KIMIA DASAR (KD) KODE / SKS : KD / 3 SKS

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH KIMIA DASAR (KD) KODE / SKS : KD / 3 SKS 1 1 Pada akhir pokok bahasan ini mahasiswa diharapkan dapat : 1 Memahami pengertian materi, penggolongannya dan hal-hal yang menyangkut materi dan perubahannya sebagai dasar dalam mempelajari kimia Setelah

Lebih terperinci

Intisari Konsep Kimia Dasar Jilid-1

Intisari Konsep Kimia Dasar Jilid-1 Intisari Konsep Kimia Dasar Jilid-1 i ii Intisari Konsep Kimia Dasar Intisari Konsep Kimia Dasar Jilid-1 iii iv Intisari Konsep Kimia Dasar INTISARI KONSEP KIMIA DASAR Oleh : Djulia Onggo Edisi Pertama

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3 SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3 1 Universitas Diponegoro/Kimia, Semarang (diannurvika_kimia08@yahoo.co.id) 2 Universitas

Lebih terperinci

Bentuk Molekul. Membuat struktur lewis menggunakan aturan octet, yaitu setiap atom mengisi kulit terluarnya dengan 8 elektron dan 2 untuk hydrogen.

Bentuk Molekul. Membuat struktur lewis menggunakan aturan octet, yaitu setiap atom mengisi kulit terluarnya dengan 8 elektron dan 2 untuk hydrogen. Bentuk Molekul Pada molekul, setiap atom, bonding pair, dan lone pair memiliki posisi masing masing yang ditentukan oleh gaya tarik menarik dan tolak menolak. Langkah pertama dalam memvisualisasikan bentuk

Lebih terperinci

! " "! # $ % & ' % &

!  ! # $ % & ' % & Valensi ! " "! # $ % & ' %& # % ( ) # *+## )$,) & -#.. Semua unsur memiliki bilangan oksidasi +1 Semua unsur memiliki bilangan oksidasi +2 Semua unsur memiliki bilangan oksidasi +3. Tl juga memiliki bilangan

Lebih terperinci

KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN KIMIA

KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN KIMIA KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN KIMIA Kompetensi Menguasai karakteristik peserta Mengidentifikasi kesulitan belajar didik dari aspek fisik, moral, peserta didik dalam mata pelajaran spiritual,

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II ISBN : 978-602-97522-0-5 PROSEDING SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II Konstribusi Sains Untuk Pengembangan Pendidikan, Biodiversitas dan Metigasi Bencana Pada Daerah Kepulauan SCIENTIFIC COMMITTEE: Prof.

Lebih terperinci

BAB 3 GEOMETRI DAN KEPOLARAN MOLEKUL

BAB 3 GEOMETRI DAN KEPOLARAN MOLEKUL GEOMETRI DAN KEPOLARAN MOLEKUL 3.1 PENGANTAR MENGENAI BENTUK MOLEKUL Bentuk molekul mengontrol sifat-sifat fisik maupun kimia molekul. Geometri elektron dan bentuk molekul ditentukan oleh orientasi semua

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA TERPADU GRUP IMC (INTERMOLECULAR CHEMISTRY) OLEH : Dr. Parsaoran Siahaan, MS

PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA TERPADU GRUP IMC (INTERMOLECULAR CHEMISTRY) OLEH : Dr. Parsaoran Siahaan, MS P a n d u a n P K T G r u p I M C 0 PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA TERPADU GRUP IMC (INTERMOLECULAR CHEMISTRY) OLEH : Dr. Parsaoran Siahaan, MS JURUSAN KIMIA FAKULTAS SAINS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Dalam pengembangan strategi pembelajaran intertekstualitas pada materi

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Dalam pengembangan strategi pembelajaran intertekstualitas pada materi BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN Dalam pengembangan strategi pembelajaran intertekstualitas pada materi ikatan kimia ini dilakukan beberapa tahap kerja. Tahapan kerja tersebut meliputi analisis standar kompetensi

Lebih terperinci

MODUL KIMIA SMA IPA Kelas 10

MODUL KIMIA SMA IPA Kelas 10 SMA IPA Kelas Atom Bagian terkecil dari materi yang sudah tidak dapat dibagi lagi disebut atom (berasal dari bahasa Yunani atomos yang berarti tidak dapat dibagi lagi). Namun, berakhir pendapat tersebut

Lebih terperinci

Teori medan kristal adalah model yang hampir secara menyeluruh menggantikan teori ikatan valensi, pertama kali dimunculkan oleh Hans Bethe pada 1929.

Teori medan kristal adalah model yang hampir secara menyeluruh menggantikan teori ikatan valensi, pertama kali dimunculkan oleh Hans Bethe pada 1929. Teori Medan Kristal Teori medan kristal adalah model yang hampir secara menyeluruh menggantikan teori ikatan valensi, pertama kali dimunculkan oleh Hans Bethe pada 1929. Pada mulanya merupakan model yang

Lebih terperinci

IKATAN KIMIA MAKALAH KIMIA DASAR

IKATAN KIMIA MAKALAH KIMIA DASAR IKATAN KIMIA MAKALAH KIMIA DASAR dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh nilai mata kuliah kimia dasar Oleh : AZKA WAFI EL HAKIM ( NPM : 301014000 ) HELGA RACHEL F ( NPM : 3010140014 ) MUHAMMAD

Lebih terperinci

Perhitungan Nilai Eigen Sistem Quantum Dots Dengan Teori Kerapatan Fungsional Menggunakan Pendekatan Densitas Lokal. Fathi Fadhlur Rabbani

Perhitungan Nilai Eigen Sistem Quantum Dots Dengan Teori Kerapatan Fungsional Menggunakan Pendekatan Densitas Lokal. Fathi Fadhlur Rabbani Perhitungan Nilai Eigen Sistem Quantum Dots Dengan Teori Kerapatan Fungsional Menggunakan Pendekatan Densitas Lokal Fathi Fadhlur Rabbani 1104100021 Motivasi Quantum dots banyak digunakan pada teknologi

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 12 Sesi NGAN KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA Keteraturan sifat keperiodikan unsur dalam satu periode dapat diamati pada unsur-unsur periode

Lebih terperinci

STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA

STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA PENULIS : 1. Sus Indrayanah, S.Si 2. Dr. rer. nat. Irmina Kris Murwani ALAMAT : JURUSAN KIMIA ITS SURABAYA JUDUL : STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA Abstrak :

Lebih terperinci

No. Dokumen : FTK-FR-AKD-001 FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN Tgl. Terbit : 02 September2013. SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG Hal : 1/2 SILABUS

No. Dokumen : FTK-FR-AKD-001 FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN Tgl. Terbit : 02 September2013. SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG Hal : 1/2 SILABUS KEMENTERIAN AGAMA No. Dokumen : FTK-FR-AKD-001 FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN Tgl. Terbit : 02 September2013 UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FORM (FR) No. Revisi: : 00 SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG Hal : 1/2 SILABUS

Lebih terperinci

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT Desi Eka Martuti, Suci Amalsari, Siti Nurul Handini., Nurul Aini Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal

Lebih terperinci

Bab II Bentuk Molekul dan Gaya Antarmolekul

Bab II Bentuk Molekul dan Gaya Antarmolekul Bab II Bentuk Molekul dan Gaya Antarmolekul Sumber: oltzclaw, General Chemistry with Qualitative Analysis Model struktur DNA pada komputer ada yang berbentuk trigonal piramida, dan trigonal planar. TUJUAN

Lebih terperinci

Komponen Materi. Kimia Dasar 1 Sukisman Purtadi

Komponen Materi. Kimia Dasar 1 Sukisman Purtadi Komponen Materi Kimia Dasar 1 Sukisman Purtadi Pengamatan ke Arah Pandangan Atomik Materi Konservasi Massa Komposisi Tetap Perbandingan Berganda Teori Atom Dalton Bagaimana Teori Dalton Menjelaskan Hukum

Lebih terperinci

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN KIMIA

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN KIMIA KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN KIMIA Inti Menguasai karakteristik pe didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

Research and Development on Nanotechnology in Indonesia, Vol.1, No.1, 2014, pp ISSN :

Research and Development on Nanotechnology in Indonesia, Vol.1, No.1, 2014, pp ISSN : Research and Development on Nanotechnology in Indonesia, Vol.1, No.1, 2014, pp. 9-14 ISSN : 2356-3303 Simulasi Ab Initio Untuk Aplikasi Bidang Energi dan Teknologi Pangan : Adsorpsi Etilen (C 2 H 4 ) di

Lebih terperinci

TERHADAP PERUBAHAN UKURAN WINDOW

TERHADAP PERUBAHAN UKURAN WINDOW Maria Amelia Pengaruh Variasi PENGARUH VARIASI RASIO Si/Al STRUKTUR ZEOLIT A DAN VARIASI KATION (Li +, Na +, K + ) TERHADAP PERUAHAN UKURAN WINDOW ZEOLIT A MENGGUNAKAN METODE MEKANIKA MOLEKULER THE STUDY

Lebih terperinci