KAJIAN MEKANISME REAKSI HIDROLISIS N-FENIL-3- HIDROKSI PIKOLINAMIDA DALAM KONDISI BASA MENGGUNAKAN METODE DFT DAN POST-SCF

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN MEKANISME REAKSI HIDROLISIS N-FENIL-3- HIDROKSI PIKOLINAMIDA DALAM KONDISI BASA MENGGUNAKAN METODE DFT DAN POST-SCF"

Transkripsi

1 KAJIAN MEKANISME REAKSI HIDROLISIS N-FENIL-3- HIDROKSI PIKOLINAMIDA DALAM KONDISI BASA MENGGUNAKAN METODE DFT DAN POST-SCF Hendra Ermawan, Yahmin, Siti Marfu ah Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang, hendrakimum@yahoo.com Abstrak: Mekanisme reaksi hidrolisis senyawa N-fenil-3-hidroksi pikolinamida diteliti menggunakan metode Density Fuctional Theory (DFT). Penelitian dilakukan karena reaksi hidrolisis senyawa yang diteliti memiliki manfaat yang besar dalam bidang medis serta penggunaan yang luas pada industri kimia. Penelitian menggunakan pendekatan teoritis karena terdapat kesulitan dalam mengkaji mekanisme reaksi secara eksperimen. Secara umum keseluruhan reaksi yang diteliti melewati dua tahap yang berkelanjutan: 1. Pembentukan zat antara tetrahedral 1 (ZA1), 2. Transformasi dari ZA1 menuju produk akhir. Tiga jalur reaksi tambahan diusulkan pada tahap 2 ini. Jalur 1 adalah proses migrasi proton intramolekuler. Jalur 2 dan Jalur 3 adalah proses migrasi proton intermolekuler yang melibatkan molekul air dalam reaksinya. Energi aktivasi tiap-tiap jalur reaksi adalah: Jalur 1: 51,534 kkal/mol; Jalur 2: 0,282 kkal/mol; Jalur 3: 0,265 kkal/mol. Pembentukan produk dari ZA1 lebih cepat berlangsung melalui Jalur 2 dan Jalur 3. Penelitian ini menunjukkan pula bahwa transfer proton pada reaksi yang menggunakan air sebagai pelarut mudah berlangsung. Kata kunci: N-fenil- 3-hidroksi pikolinamida, mekanisme reaksi, hidrolisis basa, DFT Turunan dari senyawa amida dan reaksi hidrolisisnya telah dijadikan bahan penelitian dalam kurun waktu yang cukup lama karena sangat bermanfaat khususnya dalam kepentingan medis dan penggunaan secara luas dalam industri kimia. Banyak penelitian terkait sintesis senyawa baru dari turunan senyawa amida seperti 3-hidroksi- N-oktilpikolinamida; N-fenil-2-hidroksi benzamida; N-fenil-3-hidroksipikolinamida; 2- hidroksi-n-oktilbenzamida telah ditemukan (Husniati, 2008:30). Namun penelitian ini berhenti pada hasil sintesis empat senyawa tersebut sedangkan untuk mekanisme reaksireaksinya masih belum diteliti lebih lanjut, dikarenakan adanya berbagai kendala dalam eksperimen khususnya pada reaksi hidrolisisnya. Sim dkk., (2009) juga telah melakukan penelitian terkait reaksi hidrolisis senyawa N-(2-metoksifenil) benzamida, tetapi mekanisme reaksi hidrolisisnya tidak dapat seluruhnya ditentukan karena terdapat berbagai kendala. Banyak studi telah dilakukan untuk mengatasi kendala, dan hasilnya menunjukkan bahwa mekanisme reaksinya tidak berjalan dengan lancar, khususnya pada amida sekunder yang strukturnya kompleks. Analisis tentang mekanisme reaksi bisa dipelajari dari dua jalan yaitu berdasarkan pada data percobaan dan dengan teknik komputasi. Pada metode eksperimen, mekanisme perlu dibuktikan dengan mengetahui keberadaan semua senyawa yang terbentuk berdasarkan pengamatan laboratorium. Kendala yang dialami pada penelitian mekanisme reaksi secara eksperimen adalah perlu peralatan yang rumit, karena memerlukan 1

2 2 bahan-bahan yang bersifat radioaktif seperti contoh senyawa pikolinat radioaktif yang berbahaya dan sangat mahal, untuk meneliti mekanisme reaksi hidrolisis senyawa N- fenil-3-hidroksi pikolinamida tidak memerlukan peralatan yang rumit dan berbahaya serta waktu yang lebih cepat. Kimia komputasi merupakan penghubung hasil-hasil eksperimen di laboratorium. Suatu molekul dapat dimodelkan sesuai hasil penelitian para ilmuwan sebelumnya sedangkan perhitungan dilakukan berdasarkan metode tertentu sesuai dengan ketersediaan waktu dan keakuratan hasil yang diinginkan. Sifatsifat molekul yang diteliti akan lebih mudah untuk dipelajari. Penelitian di bidang komputasi dilakukan untuk mendukung penelitian di bidang eksperimen. Dengan mempertimbangkan hal ini, penelitian ini meneliti salah satu senyawa dari empat senyawa hasil sintesis Husniati sebagai bentuk pengembangan dari penelitian yang telah dilakukan. Penelitian yang dilakukan terbatas hanya pada satu senyawa disebabkan keterbatasan waktu dan instrumen yang tersedia. Senyawa yang akan diteliti tersebut adalah N-fenil-3-hidroksi pikolinamida dan fokus penelitiannya adalah pada mekanisme reaksi hidrolisisnya. Dengan mempelajari mekanisme reaksi hidrolisisnya, para kimiawan dapat mengetahui tahapan-tahapan reaksi dan halangan-halangan yang mungkin terjadi. Hal ini dapat menjadi tolak ukur bagi para kimiawan dalam merancang teknik optimalisasi proses. Oleh karena itu, diharapkan sintesis senyawa tersebut dan reaksi hidrolisisnya dapat lebih mudah dilakukan dengan prediksi keberhasilan yang besar. Jin dkk., (2011) telah melakukan penelitian teoritik mengenai dua kemungkinan tahapan proses reaksi hidrolisis kondisi basa senyawa N-(2-metoksifenil) benzamida. Tahapan yang pertama adalah pembentukan zat antara tetrahedral akibat serangan nukleofilik dari atom karbon pada gugus karbonil oleh ion hidroksida, dan tahap ke dua adalah transformasi dari zat antara 1 menjadi produk akhir. Pada tahap yang kedua ini juga terdapat tiga jalur mekanisme yang mungkin terjadi. Jalur yang pertama adalah proses migrasi proton intramolekuler, sedangkan jalur kedua dan ketiga adalah proses migrasi proton intermolekuler. Yamabe dkk., (2013) telah melakukan penelitian secara teoritis pula mengenai mekanisme reaksi hidrolisis senyawa etil benzoat dan N-etil benzamida. Penelitian tersebut menggunakan metode perhitungan Density Functional Thory (DFT). Fungsi koreksi yang digunakan adalah tiga parameter Becke (B3LYP) pada himpunan basis 6-31+G(d). Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, diduga reaksi hidrolisis N-fenil-3-hidroksi pikolinamida melalui beberapa mekanisme yang hampir sama khususnya seperti penelitian yang dilakukan Jin dkk., (2011). Dugaan ini berdasarkan kemiripan senyawa yang telah diteliti dengan senyawa pada penelitian ini. Dari beberapa tahapan mekanisme yang diusulkan dan juga berdasarkan penelitian sebelumnya, diteliti tahap yang paling sesuai, pengaruh dan aktivitas pelarut air, dan energi-energi yang menyertai reaksi tersebut. Metode yang digunakan adalah DFT (Density Functional Theory). Metode ini dipilih karena dapat mengurangi masalah interaksi elektron yang rumit menjadi cukup mudah untuk diselesaikan. Metode DFT juga memerlukan waktu perhitungan lebih singkat dan kapsitas penyimpanan lebih sedikit dibandingkan metode lain seperti Ab initio (Foreshmen & Frish, 1996). METODE Penelitian bersifat teoretikal laboratoris yang dilakukan di Laboratorium komputer Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang. Penelitian dilakukan dengan menggunakan simulasi dan komputasi yang dilakukan menggunakan perangkat lunak

3 3 Gaussian 09. Metode DFT menggunakan perhitungan B3LYP dengan himpunan basis 6-31G (d) dipilih sebagai metode yang digunakan. Pemilihan metode dilakukan berdasarkan pertimbangan ketersediaan hard ware, soft ware dan alokasi waktu yang tersedia. Sedangkan untuk mengetahui pengaruh air sebagai pelarut dalam reaksi hidrolisis digunakan simulasi Polarizes Continuum Model (PCM). Dalam pendekatan teoritis dipelajari struktur reaktan, produk, zat antara, dan keadaan transisi dari reaksi hidrolisis senyawa N-fenil-3-hidroksi pikolinamida. Hal pertama yang dilakukan adalah menggambar semua struktur senyawa yang akan dianalisis yang terdiri dari reaktan yaitu N-fenil-3-hidroksi pikolinamida dan nukleofil OH - dan semua struktur zat antara yang terbentuk. Semua struktur tersebut kemudian dioptimasi dengan pelarut air dan selanjutnya dilakukan perhitungan frekuensi imajinernya pada keadaan dasar. Hasil yang harus didapatkan adalah nol untuk imajiner frekuensi reaktan dan zat antara serta satu nantinya untuk keadaan transisi. Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah mencari struktur keadaan transisi dengan metode QST3 dan intrinsic reaction coordinate (IRC) dan menghitung energi dengan menggunakan metode MP2. Data yang dihasilkan dari perhitungan kimia komputasi adalah parameter struktur senyawa yang meliputi panjang ikatan, energi potensial, dan energi aktivasi. Kesesuaian data eksperimen dengan data perhitungan merupakan parameter yang digunakan dalam menentukan kualitas metode perhitungan yang dilakukan. HASIL Pertimbangan awal yang digunakan adalah menentukan struktur reaktan, produk dan zat antara dalam kondisi paling stabil sehingga dapat ditentukan struktur keadaan transisi masing-masing jalur reaksi. Dari struktur keadaan transisi yang ditemukan tersebut, dapat dianalisis mekanisme reaksi yang sesuai. Gambar 1 Prediksi Jalur Reaksi Hidrolisis Senyawa N-fenil-3-hidroksi pikolinamida dalam kondisi basa.

4 4 A. Mekanisme Pembentukan Zat Antara 1 Struktur 3D (a) (b) (c) Gambar 2 Struktur Hasil Optimasi Frekuensi dari Reaktan (a), Zat Antara 1 (b) dan Keadaan Transisi 1 (c). B. Bagian Reaksi dari Zat Antara 1 Menuju ke Produk 1 dan Produk 2 1. Proses Migrasi Proton Intra Molekuler Jalur 1 Struktur 3D

5 5 Gambar 3 (a) Struktur Hasil Optmasi Frekuensi dari Zat Antara Tetrahedral 1 (a) dan Keadaan Transisi 2 (b). (b) 2. Proses Migrasi Proton Inter Molekuler Jalur 2 Struktur 3D (a) Gambar 4 Struktur Hasil Optimasi dan Frekuensi Prekursor (a) dan Keadaan Transisi 3 (b). (b)

6 6 3. Proses Migrasi Proton Inter Molekuler Jalur 3 (a) Gambar 5 Struktur Hasil Optmasi Frekuensi dari Prekursor (a) dan Keadaan Transisi 4 (b). (b) Zat antara 2 (ZA2) Zat antara 3 (ZA3) Gambar 6 Struktur Hasil Optmasi Frekuensi dari Zat Antara 2 dan Zat Antara 3.

7 7 PEMBAHASAN Secara umum, terdapat dua proses dari hidrolisis senyawa N-fenil-3-hidroksi pikolinamida dalam suasana basa. Proses yang pertama adalah pembentukan zat antara tetrahedral (ZA1) akibat serangan nukleofilik dari atom karbon pada gugus karbonil dari ion hidroksida, seperti ditunjukkan pada Gambar 1a. Proses yang kedua adalah transformasi dari ZA1 menuju ke produk akhir (P1 dan P2), pada proses ini terdapat tiga prediksi jalur yang mungkin terjadi, ditunjukkan pada Gambar 1b. Pembentukan Zat Antara Tetrahedral 1 Pada proses pembentukan KT 1, nukleofil OH - mendekat ke senyawa N-fenil-3- hidroksi pikolinamida dengan menyerang atom C gugus karbonil pada proses perubahan KT 1 menjadi ZA 1. Panjang ikatan antara C1 O3 mengalami penurunan sebesar Å, panjang ikatan C1 N2 mengalami kenaikan dari R ke ZA1 sebesar Å. Data tersebut menunjukkan bahwa ikatan amida mulai putus (Gambar 2). Penjelasan ini diperkuat dengan data bahwa panjang ikatan C1 N2 pada KT 1 (yaitu 1.461) ekuivalen dengan panjang ikatan C=N yaitu 1.35 Å (Jin dkk., 2011) ditunjukkan pada Gambar 2. Selain itu, penjelasan tersebut diperkuat dengan data bahwa panjang ikatan C1 N2 pada ZA1 (yaitu 1.599) ekuivalen dengan ikatan C N pada umumnya yaitu 1.48 Å (Jin dkk., 2011). Hal ini menunjukkan bahwa pembentukan ZA 1 juga merupakan proses dekomposisi ikatan amida dari ikatan rangkap 2 menjadi ikatan tunggal. Energi aktivasi pada tahap ini adalah sebesar 22,88 kkal/mol. Pada beberapa referensi sebelumnya, keadaan transisi pada tahap yang pertama ini cenderung diabaikan akibat kompleks pra reaksi yang mempengaruhi keadaan transisi (Cheshmedzhieva dkk., 2008). Penelitian kimia komputasi umumnya dilakukan pada fasa gas, atau sedikit molekul air yang ditambahkan dan hasilnya menunjukkan bahwa energi dari keadaan transisi lebih rendah dari pada reaktan. Tetapi setelah efek pelarut ditambahkan dengan model PCM, energi relatif dari keadaan transisi menjadi lebih tinggi dan kompleks pra reaktif tidak lagi mempengaruhi keadaan transisi. Hasil yang didapatkan tersebut menunjukkan bahwa pelarut memiliki efek yang besar. Bagian Reaksi dari ZA1 Menuju ke P1 dan P2 Dalam lingkungan basa, asam 3-hidroksi-pikolinat (P1) berada pada bentuk anionnya dengan satu proton lepas dari atom oksigen, jumlah atom hidrogen pada N2 bertambah dari satu menjadi dua pada P2. Transformasi tersebut dapat terjadi melalui salah satu dari dua proses yaitu proses transformasi intramolekuler atau proses transformasi intermolekuler. Sebagai akibat dari proses tersebut, zat antara tetrahedral dapat bertransformasi menuju produk akhir melewati tiga jalur yang diusulkan seperti terlihat pada Gambar 1 (b). Jalur 1 adalah transfer proton intramolekuler dan jalur 2 dan 3 adalah proses migrasi proton intermolekuler dimana molekul air berpartisipasi pada reaksi tersebut. Faktanya, transformasi dari ZA1 menuju P1 dan P2 seperti proses pemutusan ikatan tunggal C1 N2. Masing-masing jalur tersebut dibahas sebagai berikut : Proses Migrasi Proton Intra Molekuler Jalur 1 Satu proses sederhana jalur 1 adalah proses migrasi proton H5 secara langsung menuju ke atom N2 dan ikatan amida membelah sekaligus seperti ditunjukkan pada Gambar 1 (b). Selama proses yang terjadi, panjang ikatan antara atom C1 N2 mengalami kenaikan dari ZA1 menuju keadaan transisi 2 sebesar Å, hal ini

8 8 menunjukkan bahwa ikatan amida hamipr putus. Selain itu, panjang ikatan antara N2 H5 pada keadaan transisi 2 adalah Å (Gambar 3). Ikatan O3 H5 putus dan terbentuk ikatan hidrogen baru antara N2 H5. Hal ini terjadi karena atom N lebih kompetitif dalam menarik proton karena bersifat nukleofilik. Penjelasan ini diperkuat dengan nilai muatan negatif berdasarkan persamaan mulliken adalah untuk atom N dan untuk atom O. Sebagai konsekuensinya proton H5 tertarik ke atom N2 dan menghasilkan produk akhir. Energi keadaan transisi pada tahap (KT2) ini adalah sekitar 3,43 kkal/mol dan energi zat antara 1 adalah sekitar -48,104 kkal/mol sehingga energi aktivasi yang dihasilkan adalah sekitar 51,534 kkal/mol (Gambar 7), lebih rendah dari pada langkah yang pertama. Rata-rata energi dari produk (P1 dan P2) menunjukkan nilai yang lebih rendah dari pada reaktan, hal ini mengindikasikan bahwa reaksi bersifat eksotermis. Pada jalur pertama telah dibahas tentang migrasi proton intramolekuler, akan tetapi proton dapat pula bermigrasi ke atom N melalui proses migrasi proton intermolekuler. Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa air tidak hanya bertindak sebagai pelarut, tetapi juga terlibat di dalam reaksi, dan selanjutnya dua tambahan jalur reaksi dapat terbentuk. KT1 KT2 R ZA1 P1 P2 Gambar 7 Kurva Energi Jalur 1. Proses Migrasi Proton Intermolekuler Jalur 2 dan Jalur 3 Jalur 2 Untuk jalur 2, suatu prekursor terbentuk dengan pergerakan dari molekul air menuju ZA1. Kemudian atom hidrogen H7 pada H2O secara perlahan berpindah ke N2. H5 berpindah dari O3 menuju O6, ikatan amida dari C1 N2 mulai putus pada keadaan transisi 3. Setelah itu, molekul air terbentuk kembali, dan produk akhir P1 dan P2 juga terbentuk. Panjang ikatan antara O6 H5 menjadi pendek (dari Å menjadi Å), begitu pula dengan N2 H7 (dari Å menjadi Å). Panjang ikatan antara C1 N2 pada keadaan transisi 3 (1.890 Å), lebih panjang dari pada prekursor (1.599 Å) (Gambar 4). Hal ini mengindikasikan bahwa interaksi antara kedua atom menjadi lemah. Energi keadaan transisi 3 dari jalur 2 ini adalah sekitar -47,822 kkal/mol dan energi zat antara 1 adalah sekitar -48,104 kkal/mol sehingga energi aktivasi yang

9 Energi (Kcal/mol) 9 diperoleh sekitar 0,282 kkal/mol (Gambar 8). Energi aktivasi ini lebih rendah dari langkah yang pertama. Oleh karena itu, pembentukan P1 dan P2 dari ZA1 melalui jalur 2 lebih mudah berlangsung ,88 KT R [],822 KT ZA1 [],104 P1-70 Koordinat Reaksi -62,923 P2 Gambar 8 Kurva Energi Jalur 2. Jalur 3 Jalur 3 hampir sama dengan jalur 2. Pada jalur 3 ZA1 berinteraksi dengan molekul air sebelum berpindahnya proton dari H2O. Pada keadaan transisi 4 (KT4), panjang ikatan dari O6 H7 mengalami kenaikan sebesar Å (Gambar 5). Sementara itu, panjang ikatan antara C1 N2 adalah sebesar Å. Hal ini mengindikasikan bahwa ikatan amida hampir putus. Setelah itu, proton H7 secara perlahan-lahan berpindah ke N2, panjang ikatan C1 N2 bertambah kemudian ikatan amida putus. Zat antara 2 dan 3 (ZA2 & ZA3) terbentuk setelah proses ini. Selanjutnya, ion hidroksida pada ZA5 akan segera menetralkan asam 3-hidroksi pikolinat (ZA2), kemudian produk akhir (P1 dan P2) segera dihasilkan seperti pada jalur 1 dan jalur 2. Energi keadaan transisi dari langkah ini (KT4) adalah sekitar -47,839 kkal/mol dan energi zat antara 1 (ZA1) adalah sekitar -48,104 kkal/mol sehingga energi aktivasinya adalah 0,265 kkal/mol (Gambar 9). Energi aktivasi tersebut juga lebih rendah dari pada energi aktivasi jalur 1. Karena itu, laju pembentukan P1 dan P2 melalui jalur 3 hampir sama seperti pada jalur 2. Dari ketiga jalur reaksi yang telah dibahas, dapat kita simpulkan bahwa energi aktivasi yang diperlukan untuk jalur dua adalah 0,282 kkal/mol sedangkan jalur tiga adalah 0,265 kkal/mol. Energi aktivasi tersebut lebih rendah dari pada jalur satu yaitu 51,534 kkal/mol. Pembentukan produk dari ZA1 lebih cepat berlangsung melalui jalur 2 dan 3. Energi keadaan transisi pada jalur 2 (KT3) dan jalur 3 (KT4) lebih rendah sehingga cenderung lebih mudah terjadi. Penelitian ini menunjukkan pula bahwa transfer proton pada reaksi yang menggunakan air sebagai pelarut mudah berlangsung. Hal ini dikarenakan air mampu menyetabilkan struktur, terbukti dengan energi yang lebih rendah pada struktur keadaan transisi dan zat antara pada jalur dua dan jalur tiga.

10 10 KT1 R ZA2/3 ZA1 KT4 P1 P2 Gambar 9 Kurva Energi Jalur 3. KESIMPULAN Penelitian ini mengkaji tentang mekanisme reaksi hidrolisis N-fenil-3-hidroksi pikolinamida pada kondisi basa secara teoritis menggunakan kimia komputasi dengan metode Density Functional Theory (DFT) B3LYP pada himpunan basis 6-31G (d). Keseluruhan reaksi yang dikaji melewati dua tingkatan proses yang berkelanjutan, proses yang pertama adalah pembentukan zat antara tetrahedral ZA1, dan proses yang kedua adalah transformasi dari ZA 1 menuju produk akhir. Pada proses yang pertama, terjadi dekomposisi dari ikatan rangkap dua pada reaktan menjadi ikatan tunggal pada zat antara 1. Ikatan tunggal tersebut akhirnya putus pada proses yang kedua. Tiga jalur reaksi tambahan dari proses yang kedua diusulkan setelah mempelajari dan mempertimbangkan efek pelarut air yang ditimbulkan. Jalur yang pertama adalah proses migrasi proton intramolekuler sedangkan jalur dua dan tiga adalah proses migrasi proton intermolekuler yang melibatkan molekul air dalam reaksinya. Pada jalur 2 terdapat proses migrasi dua proton yaitu H5 dan H7 secara perlahan yang menyertai putusnya ikatan amida. Pada jalur 3, proton H7 berikatan pada N2 dan ikatan amida putus pada waktu yang bersamaan. Keseluruhan struktur senyawa yang terlibat telah dioptimasi menggunakan metode DFT pada himpunan basis B3LYP/ 6-31G(d) dalam pelarut air menggunakan model PCM, energi potensial tiap proses juga telah di sertakan. Jalur 2 dan 3 terbukti memiliki energi aktivasi yang rendah sehingga lebih mudah untuk terjadi, dan jalur 2 lebih mungkin karena energi keadaan transisi pada jalur 2 lebih rendah dari pada jalur 3. Penelitian ini menunjukkan pula bahwa transfer proton pada reaksi dengan pelarut air memiliki proses yang mudah. Hal ini terbukti dengan energi dari keseluruhan proses reaksi pada ketiga jalur yang diusulkan tidak memiliki nilai yang tinggi. Khususnya apabila dibandingkan dengan hidrolisis pada kondisi netral pada penelitian sebelumnya (Jin dkk, 2011). Oleh karena itu, reaksi ini dapat dengan mudah terjadi pada suhu kamar dan reaksi bersifat eksotermis.

11 11 SARAN Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka saran untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: (1) Dalam mengkaji mekanisme reaksi khususnya reaksi hidrolisis amida bisa digunakan himpunan basis yang lebih tinggi agar akurasi perhitungan lebih besar, (2) Bisa dikembangkan lebih lanjut tentang mekanisme reaksi senyawa turunan amida lain, (3) Bisa dilakukan penelitian eksperimen yang mengacu pada hasil penelitian teoritis ini agar hasilnya bisa saling mendukung dan mampu menutupi kelemahan masing-masing metode. DAFTAR RUJUKAN Cheshmedzhieva, D., Ilieva, S., Hadjieva, B. & Galabov, B The mechanism of alkaline hydrolysis of amides: a comparative computational and experimental study of hydrolysis of N-methylacetamide, N-methylbenzamide, and acetanilide. Journal of Physical Organic Chemistry, 22 (2008): Foreshmen, J. B. & Frisch, A Exploring Chemistry with Electronic Structures Methods. Pittsburgh: Gaussian, Inc. Husniati Sintesis Senyawa Analog UK-3A dan Uji Bioaktivitas Secara In Vitro Terhadap Sel Kanker Murine Leukemia P-388. Disertasi tidak diterbitkan. Jakarta: FMIPA UI. Jin, Y., Zhu, Y. & Tang, M Theoretical analysis on alkaline hydrolysis mechanisms of N-(2-methoxyphenyl) benzamide. Journal of Computational and Theoretical Chemistry, 963 (2011): Sim, Y. L., Ariffin, A. & Khan, M. N Kinetics and mechanism of large rate enhancement in the alkaline hydrolysis of N-Morpholino-N-(2-methoxyphenyl) phtalamide. Journal of Organic Chemistry, 73 (2008): Yamabe, S., Guan, W. & Sakaki, S Presence or absence of a novel charge-transfer complex in the base catalysed hydrolysis of N-ethylbenzamide or ethyl benzoate. Beilstein Journal of Organic Chemistry, 9 (2013):

SIMULASI EFEKTIVITAS SENYAWA OBAT ERITROMISIN F DAN 6,7 ANHIDROERITROMISIN F DALAM LAMBUNG MENGGUNAKAN METODE SEMIEMPIRIS AUSTIN MODEL 1 (AM1)

SIMULASI EFEKTIVITAS SENYAWA OBAT ERITROMISIN F DAN 6,7 ANHIDROERITROMISIN F DALAM LAMBUNG MENGGUNAKAN METODE SEMIEMPIRIS AUSTIN MODEL 1 (AM1) SIMULASI EFEKTIVITAS SENYAWA OBAT ERITROMISIN F DAN 6,7 ANHIDROERITROMISIN F DALAM LAMBUNG MENGGUNAKAN METODE SEMIEMPIRIS AUSTIN MODEL 1 (AM1) Agung Tri Prasetya, M. Alauhdin, Nuni Widiarti Kimia FMIPA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemodelan molekul untuk mempelajari sifat-sifat fisik dan sifat-sifat kimia sistem molekul dengan perlakuan komputasi merupakan penelitian yang banyak diminati. Pemodelan

Lebih terperinci

(2) kekuatan ikatan yang dibentuk untuk karbon;

(2) kekuatan ikatan yang dibentuk untuk karbon; Reaksi Subsitusi Nukleofilik Alifatik Reaksi yang berlangsung karena penggantian satu atau lebih atom atau gugus dari suatu senyawa oleh atom atau gugus lain disebut reaksi substitusi. Bila reaksi substitusi

Lebih terperinci

KIMIAWI SENYAWA KARBONIL

KIMIAWI SENYAWA KARBONIL BAB 1 KIMIAWI SENYAWA KARBONIL Senyawa karbonil adalah kelompok senyawaan organik yang mengandung gugus karbonil, C=O, gugus fungsional yang paling penting dalam kimia organik. Senyawa karbonil ada di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan berlangsung selama sintesis, serta alat-alat yang diperlukan untuk sintesis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan berlangsung selama sintesis, serta alat-alat yang diperlukan untuk sintesis. II TINJUN PUSTK 2.1 Rancangan nalisis Dalam sintesis suatu senyawa kimia atau senyawa obat yang baik, diperlukan beberapa persiapan. Persiapan tersebut antara lain berupa bahan dasar sintesis, pereaksi,

Lebih terperinci

PEMODELAN INTERAKSI ETER MAHKOTA BZ15C5 TERHADAP KATION Zn 2+ BERDASARKAN METODE DENSITY FUNCTIONAL THEORY

PEMODELAN INTERAKSI ETER MAHKOTA BZ15C5 TERHADAP KATION Zn 2+ BERDASARKAN METODE DENSITY FUNCTIONAL THEORY SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Strategi Pengembangan Pembelajaran dan Penelitian Sains untuk Mengasah Keterampilan Abad 21 (Creativity and Universitas Sebelas Maret Surakarta, 26 Oktober 2017 PEMODELAN

Lebih terperinci

Kelompok G : Nicolas oerip ( ) Filia irawati ( ) Ayndri Nico P ( )

Kelompok G : Nicolas oerip ( ) Filia irawati ( ) Ayndri Nico P ( ) Kelompok G : Nicolas oerip (5203011028) Filia irawati (5203011029) Ayndri Nico P (5203011040) Mempelajari reaksi esterifikasi Apa sih reaksi esterifikasi itu? Bagaimana reaksi esterifikasi itu? Reaksi

Lebih terperinci

KIMIA KOMPUTASI Pengantar Konsep Kimia i Komputasi

KIMIA KOMPUTASI Pengantar Konsep Kimia i Komputasi Austrian Indonesian Centre (AIC) for Computational Chemistry Jurusan Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) KIMIA KOMPUTASI Pengantar Konsep Kimia i Komputasi Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Austrian-Indonesian

Lebih terperinci

Indo. J. Chem. Sci. 3 (1) (2014) Indonesian Journal of Chemical Science

Indo. J. Chem. Sci. 3 (1) (2014) Indonesian Journal of Chemical Science Indo. J. Chem. Sci. 3 (1) (2014) Indonesian Journal of Chemical Science http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs KAJIAN TEORITIS SINTESIS ISOPULEGIL ASETAT DARI R-(+)-SITRONELAL DIKATALISIS Zr 4+

Lebih terperinci

REAKSI SUBSTITUSI ALFA KARBONIL

REAKSI SUBSTITUSI ALFA KARBONIL BAB 5 REAKSI SUBSTITUSI ALFA KARBONIL Dalam bab ini akan dibahas mengenai reaksi substitusi alfa. Ciri utama dari reaksi ini adalah terjadi melalui pembentukan intermediet enol atau ion enolat. 5.1. Keto-enol

Lebih terperinci

REAKSI DEKOMPOSISI SENYAWA ERITROMISIN F DAN 6,7 ANHIDROERITROMISIN F SUATU KAJIAN MENGGUNAKAN METODE SEMIEMPIRIS AUSTIN MODEL 1 (AM1) ABSTRAK

REAKSI DEKOMPOSISI SENYAWA ERITROMISIN F DAN 6,7 ANHIDROERITROMISIN F SUATU KAJIAN MENGGUNAKAN METODE SEMIEMPIRIS AUSTIN MODEL 1 (AM1) ABSTRAK 1 REAKSI DEKMPSISI SENYAWA ERITRMISIN F DAN 6,7 ANHIDRERITRMISIN F SUATU KAJIAN MENGGUNAKAN METDE SEMIEMPIRIS AUSTIN MDEL 1 (AM1) Enokta Hedi Permana 1, Agung Tri Prasetya 2, Kasmui 3 1) Mahasiawa Jurusan

Lebih terperinci

TURUNAN ASAM KARBOKSILAT DAN REAKSI SUBSTITUSI ASIL NUKLEOFILIK

TURUNAN ASAM KARBOKSILAT DAN REAKSI SUBSTITUSI ASIL NUKLEOFILIK BAB 4 TURUNAN ASAM KARBOKSILAT DAN REAKSI SUBSTITUSI ASIL NUKLEOFILIK Asam karboksilat hanya merupakan salah satu anggota kelas turunan asil, RCOX, di mana substituen X mungkin oksigen, halogen, nitrogen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Matahari adalah sumber energi yang sangat besar dan tidak akan pernah habis. Energi sinar matahari yang dipancarkan ke bumi dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan

Lebih terperinci

STUDI AB INITIO: STRUKTUR MEMBRAN NATA DE COCO TERSULFONASI

STUDI AB INITIO: STRUKTUR MEMBRAN NATA DE COCO TERSULFONASI Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 STUDI AB INITIO: STRUKTUR MEMBRAN NATA DE COCO TERSULFONASI Sitti Rahmawati 1, Cynthia Linaya Radiman 2, Muhamad A. Martoprawiro 3 Universitas

Lebih terperinci

Senyawa Halogen Organik (organohalogen) Tim Dosen Kimia FTP - UB

Senyawa Halogen Organik (organohalogen) Tim Dosen Kimia FTP - UB Senyawa alogen Organik (organohalogen) Tim Dosen Kimia FTP - UB Pendahuluan Organohalogen sebagai pelarut, insektisida, dan bahan sintesis organik. Beberapa organohalogen bersifat racun, sehingga harus

Lebih terperinci

ESTIMASI pk a dan pk b BERDASARKAN PENDEKATAN KIMIA KOMPUTASI DENGAN METODA SEMIEMPIRIK PM3

ESTIMASI pk a dan pk b BERDASARKAN PENDEKATAN KIMIA KOMPUTASI DENGAN METODA SEMIEMPIRIK PM3 ESTIMASI pk a dan pk b BERDASARKAN PENDEKATAN KIMIA KOMPUTASI DENGAN METODA SEMIEMPIRIK PM3 Suwardi Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA UNY Yogyakarta e-mail : sainswar@yahoo.com Abstrak Telah dilakukan pemodelan

Lebih terperinci

STUDI SIFAT KOOPERATIF IKATAN HIDROGEN PADA CH 3 CHO.2H 2 O DAN CH 2 ClCHO.2H 2 O MENGGUNAKAN METODE DFT

STUDI SIFAT KOOPERATIF IKATAN HIDROGEN PADA CH 3 CHO.2H 2 O DAN CH 2 ClCHO.2H 2 O MENGGUNAKAN METODE DFT STUDI SIFAT KOOPERATIF IKATAN HIDROGEN PADA CH 3 CHO.2H 2 O DAN CH 2 ClCHO.2H 2 O MENGGUNAKAN METODE DFT Rahmah Muyassaroh Noor, Yahmin, dan Parlan Universitas Negeri Malang Correspondence Author: rahmah.muyas@gmail.com

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK DASAR I SENTESIS BENZIL ALKOHOL DAN ASAM BENZOAT

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK DASAR I SENTESIS BENZIL ALKOHOL DAN ASAM BENZOAT LAPRAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA RGANIK DASAR I SENTESIS BENZIL ALKL DAN ASAM BENZAT LABRATRIUM KIMIA RGANIK FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAUAN ALAM UNIVERSITAS GADJA MADA YGYAKARTA 2005 SINTESIS BENZIL

Lebih terperinci

UNESA Journal of Chemistry Vol. 1, No. 1, May 2012

UNESA Journal of Chemistry Vol. 1, No. 1, May 2012 RASIONALISASI JALUR SINTESIS LAEVIFONOL DARI trans-resveratrol DENGAN MENGGUNAKAN TEORI FUNGSIONAL KERAPATAN (DFT) THE RATIONALIZATION OF SYNTHESIS PATHWAY LAEVIFONOL From Trans- REVERATROL WITH DENSITY

Lebih terperinci

Sulistyani, M.Si.

Sulistyani, M.Si. Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id Laju reaksi adalah laju pengurangan reaktan tiap satuan waktu atau laju pembentukan produk tiap satuan waktu. Laju reaksi dipengaruhi oleh: sifat dan keadan

Lebih terperinci

Kimia Koordinasi Teori Ikatan Valensi

Kimia Koordinasi Teori Ikatan Valensi Kimia Koordinasi Teori Ikatan Valensi Beberapa teori telah dirumuskan untuk menjelaskan ikatan dalam senyawaan koordinasi dan untuk merasionalisasi serta meramalkan sifat-sifatnya: teori ikatan valensi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan obat mengalami kemajuan yang cukup pesat seiring dengan perkembangan jaman. Banyak penelitian yang dibutuhkan untuk mengatasi penyakit tersebut

Lebih terperinci

Kondensasi Benzoin Benzaldehid: Rute Menujuu Sintesis Obat Antiepileptik Dilantin

Kondensasi Benzoin Benzaldehid: Rute Menujuu Sintesis Obat Antiepileptik Dilantin Laporan Praktikum Senyawa Organik Polifungsi KI2251 1 Kondensasi Benzoin Benzaldehid: Rute Menujuu Sintesis Obat Antiepileptik Dilantin Antika Anggraeni Kelas 01; Subkelas I; Kelompok C; Nurrahmi Handayani

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL MEKANISME REAKSI ELEKTROLISIS NaCI MENJADI NaCI0 4 UNTUK MENENTUKAN TAHAPAN REAKSI YANG EFEKTIF DARI PROSES ELEKTROLISIS NaCI

KAJIAN AWAL MEKANISME REAKSI ELEKTROLISIS NaCI MENJADI NaCI0 4 UNTUK MENENTUKAN TAHAPAN REAKSI YANG EFEKTIF DARI PROSES ELEKTROLISIS NaCI KAJIAN AWAL MEKANISME REAKSI ELEKTROLISIS NaCI MENJADI NaCI0 4 UNTUK MENENTUKAN TAHAPAN REAKSI YANG EFEKTIF DARI PROSES ELEKTROLISIS NaCI Bayu Prianto Peneliti Bidang Material Dirgantara, LAPAN ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reaksi oksidasi merupakan reaksi yang memiliki peranan penting dalam metabolisme tubuh manusia. Reaksi oksidasi ini disebabkan oleh senyawa reactive oxygen species

Lebih terperinci

Kesetimbangan Kimia. Kimia Dasar 2 Sukisman Purtadi

Kesetimbangan Kimia. Kimia Dasar 2 Sukisman Purtadi Kesetimbangan Kimia Kimia Dasar 2 Sukisman Purtadi Keadaan Setimbang dan tetapan Kesetimbangan Kesetimbangan dinamis dan statis Syarat kesetimbangan Tetapan kesetimbangan dan peranannya Q dan K Nilai Q

Lebih terperinci

STUDY OF DOUBLE PROTONS MIGRATION MECHANISM IN SUPRAMOLECULAR STRUCTURES OF ACETIC ACID-WATER AND ACETIC ACID-AMMONIA BY AB INITIO METHOD

STUDY OF DOUBLE PROTONS MIGRATION MECHANISM IN SUPRAMOLECULAR STRUCTURES OF ACETIC ACID-WATER AND ACETIC ACID-AMMONIA BY AB INITIO METHOD 102 STUDY F DUBLE PRTNS MIGRATIN MEANISM IN SUPRAMLEULAR STRUTURES F AETI AID-WATER AND AETI AID-AMMNIA BY AB INITI METD Studi Mekanisme Migrasi Proton Ganda Pada Struktur Supramolekul Asam Asetat-Air

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK (KI2051)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK (KI2051) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK (KI2051) PERCOBAAN 5 Alkohol dan Fenol: Sifat Fisik dan Reaksi Kimia DIAH RATNA SARI 11609010 KELOMPOK I Tanggal Percobaan : 27 Oktober 2010 Shift Rabu Siang (13.00 17.00

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan Percobaan 1.3. Manfaat Percobaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan Percobaan 1.3. Manfaat Percobaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring sedang berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada bidang perindustrian di Indonesia, beragam industri terus melakukan inovasi dan perkembangan

Lebih terperinci

TINJAUAN MATA KULIAH MODUL 1. TITRASI VOLUMETRI

TINJAUAN MATA KULIAH MODUL 1. TITRASI VOLUMETRI iii Daftar Isi TINJAUAN MATA KULIAH MODUL 1. TITRASI VOLUMETRI Kegiatan Praktikum 1: Titrasi Penetralan (Asam-Basa)... Judul Percobaan : Standarisasi Larutan Standar Sekunder NaOH... Kegiatan Praktikum

Lebih terperinci

Bentuk-Bentuk Molekul

Bentuk-Bentuk Molekul Bentuk-Bentuk Molekul Di bab ini, kita akan mempelajari bagaimana cara mengubah rumus molekul dari suatu senyawa menjadi sebuah rumus struktur senyawa dalam bentuk dua dimensi yang memperlihatkan hubungan

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL CALON PESERTA INTERNATIONAL CHEMISTRY OLYMPIAD (IChO) Yogyakarta Mei Lembar Jawab.

OLIMPIADE SAINS NASIONAL CALON PESERTA INTERNATIONAL CHEMISTRY OLYMPIAD (IChO) Yogyakarta Mei Lembar Jawab. Hak Cipta Dilindungi Undang-undang OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2015 CALON PESERTA INTERNATIONAL CHEMISTRY OLYMPIAD (IChO) 2016 Yogyakarta 18-24 Mei 2015 Lembar Jawab Kimia TEORI Waktu: 240 menit KEMENTERIAN

Lebih terperinci

4 Pembahasan. 4.1 Sintesis Resasetofenon

4 Pembahasan. 4.1 Sintesis Resasetofenon 4 Pembahasan 4.1 Sintesis Resasetofenon O HO H 3 C HO ZnCl 2 CH 3 O Gambar 4. 1 Sintesis resasetofenon Pada sintesis resasetofenon dilakukan pengeringan katalis ZnCl 2 terlebih dahulu. Katalis ZnCl 2 merupakan

Lebih terperinci

Struktur atom, dan Tabel periodik unsur,

Struktur atom, dan Tabel periodik unsur, KISI-KISI PENULISAN USBN Jenis Sekolah : SMA/MA Mata Pelajaran : KIMIA Kurikulum : 2006 Alokasi Waktu : 120 menit Jumlah : Pilihan Ganda : 35 Essay : 5 1 2 3 1.1. Memahami struktur atom berdasarkan teori

Lebih terperinci

SAP-GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

SAP-GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN SAP-GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN Mata kuliah : Kimia Kode : Kim 101/3(2-3) Deskripsi : Mata kuliah ini membahas konsep-konsep dasar kimia yang disampaikan secara sederhana, meliputi pengertian

Lebih terperinci

KISI-KISI UN KIMIA SMA/MA

KISI-KISI UN KIMIA SMA/MA KISI-KISI UN KIMIA SMA/MA 2015-2016 Siswa mampu memahami, menguasai pengetahuan/ mengaplikasikan pengetahuan/ menggunakan nalar dalam hal: Struktur Atom Sistem Periodik Unsur Ikatan Kimia (Jenis Ikatan)

Lebih terperinci

Ikatan yang terjadi antara atom O dengan O membentuk molekul O 2

Ikatan yang terjadi antara atom O dengan O membentuk molekul O 2 Ikatan Kovalen adalah ikatan yang terjadi karena pemakaian pasangan elektron secara bersama oleh 2 atom yang berikatan. Ikatan kovalen terjadi akibat ketidakmampuan salah 1 atom yang akan berikatan untuk

Lebih terperinci

Air adalah wahana kehidupan

Air adalah wahana kehidupan Air Air adalah wahana kehidupan Air merupakan senyawa yang paling berlimpah di dalam sistem hidup dan mencakup 70% atau lebih dari bobot semua bentuk kehidupan Reaksi biokimia menggunakan media air karena

Lebih terperinci

2. Substitusi dengan kelompok halogen OH. Halogen gugus-oh diganti dengan menggunakan pereaksi atau PCl5 PCL3:

2. Substitusi dengan kelompok halogen OH. Halogen gugus-oh diganti dengan menggunakan pereaksi atau PCl5 PCL3: Analisa gugus fungsi Reaksi Kimia adalah suatu perubahan dari suatu senyawa atau molekul menjadi senyawa atau molekul lain. Reaksi yang terjadi pada senyawa anorganik biasanya reaksi antar ion, sedangkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Falerin (4,5-dihidroksi-5 -metoksibenzofenon-3-o-glukosida) adalah isolat dari buah mahkota dewa berkerangka benzofenon yang mempunyai aktivitas antiinflamasi. Penelitian

Lebih terperinci

UJIAN MASUK BERSAMA (UMB) Mata Pelajaran : Kimia Tanggal : 07 Juni 009 Kode Soal : 9. Penamaan yang tepat untuk : CH CH CH CH CH CH OH CH CH adalah A. -etil-5-metil-6-heksanol B.,5-dimetil-1-heptanol C.

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Struktur khalkon

Gambar 1.1 Struktur khalkon BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Senyawa khalkon (C 15 H 12 O) atau benziliena asetofenon atau E-1,3- difenilprop-2-en-1-on, merupakan senyawa golongan flavonoid yang ditemukan dalam tanaman

Lebih terperinci

PEMBAHASAN SBMPTN KIMIA 2016

PEMBAHASAN SBMPTN KIMIA 2016 PEMBAHASAN SBMPTN KIMIA 2016 DISUSUN OLEH Amaldo Firjarahadi Tane 1 31. 32. MATERI: SISTEM PERIODIK UNSUR Energi pengionan disebut juga energi ionisasi. Setiap unsur bisa mengalami energi ionisasi berkali-kali,

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. asil dan Pembahasan 4.1 Analisis asil Sintesis Pada penelitian ini aldehida didintesis dengan metode reduksi asam karboksilat menggunakan reduktor ab 4 / 2 dalam TF. 4.1.1 Sintesis istidinal dan Fenilalaninal

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER. Mata Kuliah : KIMIA KOMPUTASI Semester: VI (ENAM) sks: 3 Kode: D

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER. Mata Kuliah : KIMIA KOMPUTASI Semester: VI (ENAM) sks: 3 Kode: D FM-0-AKD-05 Rektor: (024)850808 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 850800 RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER dari 2 29 Februari 206 Mata Kuliah : KIMIA KOMPUTASI Semester: VI (ENAM) sks: 3 Kode: D34047 Program

Lebih terperinci

Bab V Ikatan Kimia. B. Struktur Lewis Antar unsur saling berinteraksi dengan menerima dan melepaskan elektron di kulit terluarnya. Gambaran terjadinya

Bab V Ikatan Kimia. B. Struktur Lewis Antar unsur saling berinteraksi dengan menerima dan melepaskan elektron di kulit terluarnya. Gambaran terjadinya Bab V Ikatan Kimia Sebagian besar unsur yang ada di alam mempunyai kecenderungan untuk berinteraksi (berikatan) dengan unsur lain. Hal itu dilakukan karena unsur tersebut ingin mencapai kestabilan. Cara

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 ASIL PECBAAN DAN PEMBAASAN Transesterifikasi, suatu reaksi kesetimbangan, sehingga hasil reaksi dapat ditingkatkan dengan menghilangkan salah satu produk yang terbentuk. Penggunaan metil laurat dalam

Lebih terperinci

REAKSI PENATAAN ULANG. perpindahan (migrasi) tersebut adalah dari suatu atom ke atom yang lain yang

REAKSI PENATAAN ULANG. perpindahan (migrasi) tersebut adalah dari suatu atom ke atom yang lain yang EAKSI PENATAAN ULANG eaksi penataan ulang adalah reaksi penataan kembali struktur molekul untuk membentuk struktur molekul yang baru yang berbeda dengan struktur molekul yang semula. eaksi ini dapat terjadi

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pemilihan Metode dan Himpunan Basis Teori Fungsional Kerapatan merupakan suatu metode dalam penyelesaian persamaan Schrödinger dengan menggunakan teorema Kohn-Sham, dengan pendekatan

Lebih terperinci

Secara umum terdapat 4 tipe reaksi kimia organik: 1. Reaksi substitusi (Penggantian)

Secara umum terdapat 4 tipe reaksi kimia organik: 1. Reaksi substitusi (Penggantian) Secara umum terdapat 4 tipe reaksi kimia organik: 1. Reaksi substitusi (Penggantian) Suatu atom/gugus di dalam suatu senyawa diganti oleh suatu atom/gugus lain dari senyawa yang lain. Konsep dasarnya adalah

Lebih terperinci

Pembelajaran Reaksi Isomerisasi HOCN-HNCO Melalui Studi Komputasi AB INITIO

Pembelajaran Reaksi Isomerisasi HOCN-HNCO Melalui Studi Komputasi AB INITIO Pembelajaran Reaksi Isomerisasi HOCN-HNCO Melalui Studi Komputasi AB INITIO Hasby 1,a), Mia Ledyastuti 2,b), dan Gawang Pamungkas 3,c) 1 Laboratorium Kimia Komputasi, Magister Pengajaran Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

TEORI PEMBENTUKAN ATP, KAITANNYA DENGAN PERALIHAN ASAM-BASA. Laurencius Sihotang BAB I PENDAHULUAN

TEORI PEMBENTUKAN ATP, KAITANNYA DENGAN PERALIHAN ASAM-BASA. Laurencius Sihotang BAB I PENDAHULUAN TEORI PEMBENTUKAN ATP, KAITANNYA DENGAN PERALIHAN ASAM-BASA Laurencius Sihotang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Semua kehidupan di bumi ini bergantung kepada fotosintesis baik langsung maupun tidak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara Untuk mengetahui laju korosi baja karbon dalam lingkungan elektrolit jenuh udara, maka dilakukan uji korosi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karbon mesopori merupakan material berpori yang menarik perhatian peneliti karena keteraturan geometrinya dan memiliki potensi yang besar untuk berbagai aplikasi,

Lebih terperinci

BAB VI KINETIKA REAKSI KIMIA

BAB VI KINETIKA REAKSI KIMIA BANK SOAL SELEKSI MASUK PERGURUAN TINGGI BIDANG KIMIA 1 BAB VI 1. Padatan NH 4 NO 3 diaduk hingga larut selama 77 detik dalam akuades 100 ml sesuai persamaan reaksi berikut: NH 4 NO 2 (s) + H 2 O (l) NH

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA TERPADU GRUP IMC (INTERMOLECULAR CHEMISTRY) OLEH : Dr. Parsaoran Siahaan, MS

PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA TERPADU GRUP IMC (INTERMOLECULAR CHEMISTRY) OLEH : Dr. Parsaoran Siahaan, MS P a n d u a n P K T G r u p I M C 0 PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA TERPADU GRUP IMC (INTERMOLECULAR CHEMISTRY) OLEH : Dr. Parsaoran Siahaan, MS JURUSAN KIMIA FAKULTAS SAINS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Metoda Sintesis Membran Kitosan Sulfat Secara Konvensional dan dengan Gelombang Mikro (Microwave) Penelitian sebelumnya mengenai sintesis organik [13] menunjukkan bahwa jalur

Lebih terperinci

C w : konsentrasi uap air dalam kesetimbangan, v f dan f w menyatakan laju penguapan dengan dan tanpa film di permukaan

C w : konsentrasi uap air dalam kesetimbangan, v f dan f w menyatakan laju penguapan dengan dan tanpa film di permukaan Adanya film monomolekuler menyebabkan laju penguapan substrat berkurang, sedangkan kesetimbangan tekanan uap tidak dipengaruhi Laju penguapan dinyatakan sebagai v = m/t A (g.det -1.cm -2 ) Tahanan jenis

Lebih terperinci

KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN KIMIA

KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN KIMIA KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN KIMIA Kompetensi Menguasai karakteristik peserta Mengidentifikasi kesulitan belajar didik dari aspek fisik, moral, peserta didik dalam mata pelajaran spiritual,

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan Hasil dan Pembahasan. Penentuan Model Pendekatan komputasi pada mekanisme raksi yang berlangsung pada suatu sistem reaksi yang melibatkan katalis sering kali melibatkan berbagai asumsi dan penyederhanaan

Lebih terperinci

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 1. Pada suhu dan tekanan sama, 40 ml P 2 tepat habis bereaksi dengan 100 ml, Q 2 menghasilkan 40 ml gas PxOy. Harga x dan y adalah... A. 1 dan 2 B. 1 dan 3 C. 1 dan 5 Kunci : E D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 Persamaan

Lebih terperinci

Spektrometer massa A. Garis besar tentang apa yang terjadi dalam alat spektrometer massa Ionisasi Percepatan Pembelokan Pendeteksian

Spektrometer massa A. Garis besar tentang apa yang terjadi dalam alat spektrometer massa Ionisasi Percepatan Pembelokan Pendeteksian Spektrometer massa A. Garis besar tentang apa yang terjadi dalam alat spektrometer massa Atom dapat dibelokkan dalam sebuah medan magnet (dengan anggapan atom tersebut diubah menjadi ion terlebih dahulu).

Lebih terperinci

Skala ph dan Penggunaan Indikator

Skala ph dan Penggunaan Indikator Skala ph dan Penggunaan Indikator NAMA : ENDRI BAMBANG SUPRAJA MANURUNG NIM : 4113111011 KELAS PRODI : DIK A : PENDIDIKAN JURUSAN : MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

54. Mata Pelajaran Kimia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara

54. Mata Pelajaran Kimia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara 54. Mata Pelajaran Kimia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL USBN

KISI-KISI PENULISAN SOAL USBN KISI-KISI PENULISAN USBN Jenis Sekolah : SMA/MA Mata Pelajaran : KIMIA Kurikulum : 2013 Alokasi Waktu : 120 menit Jumlah : Pilihan Ganda : 35 Essay : 5 1 2 3 4 3.4 Menganalisis hubungan konfigurasi elektron

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK OLEH NAMA : ISMAYANI NIM : F1F1 10 074 KELOMPOK : III ASISTEN : SYAWAL ABDURRAHMAN, S.Si. LABORATORIUM FARMASI FAKULTAS

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Diskusi

Bab IV Hasil dan Diskusi Bab IV Hasil dan Diskusi IV.1 Hasil Eksperimen Eksperimen dikerjakan di laboratorium penelitian Kimia Analitik. Suhu ruang saat bekerja berkisar 24-25 C. Data yang diperoleh mencakup data hasil kalibrasi

Lebih terperinci

Chapter 20 ASAM KARBOKSILAT

Chapter 20 ASAM KARBOKSILAT Chapter 20 ASAM KARBOKSILAT Pengantar Gugus fungsi dari asam karboksilat terdiri atas ikatan C=O dengan OH pada karbon yang sama. Gugus karboksil biasanya ditulis -COOH. Asam alifatik memiliki gugus alkil

Lebih terperinci

MAKALAH KARAKTERISTIK POTENSIAL BADAN-3: SISTEM Zn(II)-AIR-AMONIAK

MAKALAH KARAKTERISTIK POTENSIAL BADAN-3: SISTEM Zn(II)-AIR-AMONIAK MAKALAH KARAKTERISTIK POTENSIAL BADAN-3: SISTEM Zn(II)-AIR-AMONIAK Dipresentasikan dalam SEMINAR NASIONAL KIMIA 2002 JURUSAN KIMIA FMIPA UNIVERSITAS GAJAHMADA 6 MARET 2002 OLEH: HIMMATUL BARROROH, S.Si.

Lebih terperinci

Sintesis Asam Salisilat Dari Minyak Gandapura Dan Kenaikan Titik Leleh

Sintesis Asam Salisilat Dari Minyak Gandapura Dan Kenaikan Titik Leleh Sintesis Asam Salisilat Dari Minyak Gandapura Dan Kenaikan Titik Leleh Jumat, 4 April 2014 Raisa Soraya*, Naryanto, Melinda Indana Nasution, Septiwi Tri Pusparini Jurusan Pendidikan Imu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

Substitusi Nukleofilik dan Eliminasi. Based on McMurry s Organic Chemistry, 7 th edition

Substitusi Nukleofilik dan Eliminasi. Based on McMurry s Organic Chemistry, 7 th edition Substitusi Nukleofilik dan Eliminasi Based on McMurry s Organic Chemistry, 7 th edition Alkil halida bereaksi dengan nukleofil dan basa Alkil halida terpolariasi pada ikatan karbon halida menjadikan karbon

Lebih terperinci

Laporan Kimia Fisik KI-3141

Laporan Kimia Fisik KI-3141 Laporan Kimia Fisik KI-3141 PERCOBAAN M-2 PENENTUAN LAJU REAKSI DAN TETAPAN LAJU REAKSI Nama : Kartika Trianita NIM : 10510007 Kelompok : 2 Tanggal Percobaan : 2 November 2012 Tanggal Laporan : 9 November

Lebih terperinci

Pusat Pengujian c.q Bagian Pengolahan Hasil Ujian Universitas Terbuka Jalan Cabe Raya Ciputat Tangerang Po Box 6666 Jakarta

Pusat Pengujian c.q Bagian Pengolahan Hasil Ujian Universitas Terbuka Jalan Cabe Raya Ciputat Tangerang Po Box 6666 Jakarta ix M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah Praktikum Kimia 1 dengan kode PEKI 4311 berbobot 3 SKS dan terdiri dari 9 modul. Mata kuliah ini gabungan dari beberapa mata kuliah seperti mata kuliah Kimia Analitik

Lebih terperinci

1. Werthein E, A Laboratory Guide for Organic Chemistry, University of Arkansas, 3 rd edition, London 1953, page 51 52

1. Werthein E, A Laboratory Guide for Organic Chemistry, University of Arkansas, 3 rd edition, London 1953, page 51 52 I. Pustaka 1. Werthein E, A Laboratory Guide for Organic Chemistry, University of Arkansas, 3 rd edition, London 1953, page 51 52 2. Ralph J. Fessenden, Joan S Fessenden. Kimia Organic, Edisi 3.p.42 II.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN SBMPTN KIMIA 2016

PEMBAHASAN SBMPTN KIMIA 2016 PEMBAHASAN SBMPTN KIMIA 2016 DISUSUN OLEH Amaldo Firjarahadi Tane 1 31. 32. MATERI: SISTEM PERIODIK UNSUR Energi pengionan disebut juga energi ionisasi. Setiap unsur bisa mengalami energi ionisasi berkali-kali,

Lebih terperinci

Kelompok 8. Agustinus Hardika Abdurahman yahya Adimas Syahputra Fernando Basadumanta Mahadin Zatirahman Muhammad Farhan Kamal

Kelompok 8. Agustinus Hardika Abdurahman yahya Adimas Syahputra Fernando Basadumanta Mahadin Zatirahman Muhammad Farhan Kamal ENERGI IKATAN Kelompok 8 Agustinus Hardika Abdurahman yahya Adimas Syahputra Fernando Basadumanta Mahadin Zatirahman Muhammad Farhan Kamal Pengertian Energi ikatan didefinisikan sebagai sejumlah energi

Lebih terperinci

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN KIMIA

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN KIMIA KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN KIMIA Inti Menguasai karakteristik pe didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O telah diperoleh dari reaksi larutan kalsium asetat dengan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

PAH akan mengalami degradasi saat terkena suhu tinggi pada analisis dengan GC dan instrumen GC sulit digunakan untuk memisahkan PAH yang berbentuk

PAH akan mengalami degradasi saat terkena suhu tinggi pada analisis dengan GC dan instrumen GC sulit digunakan untuk memisahkan PAH yang berbentuk BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Poliaromatik hidrokarbon (PAH) adalah golongan senyawa organik yang terdiri atas dua atau lebih molekul cincin aromatik yang disusun dari atom karbon dan hidrogen.

Lebih terperinci

TEORI FUNGSI KERAPATAN MEKANISME REAKSI ASAM 7-AMINOSEFALOSPORIN DENGAN VANILLIN (4-HIDROKSI-3- METOKSIBENZALDEHID)

TEORI FUNGSI KERAPATAN MEKANISME REAKSI ASAM 7-AMINOSEFALOSPORIN DENGAN VANILLIN (4-HIDROKSI-3- METOKSIBENZALDEHID) TEORI FUNGSI KERAPATAN MEKANISME REAKSI ASAM 7-AMINOSEFALOSPORIN DENGAN VANILLIN (4-HIDROKSI-3- METOKSIBENZALDEHID) Broto Santoso 1*, M. Kuswandi 2, Sri Widyaningrum 1 1 Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Aplikasi Kombinatorial dalam Sintesis Kimia

Aplikasi Kombinatorial dalam Sintesis Kimia Aplikasi Kombinatorial dalam Sintesis Kimia Christian Hadiwinoto 1) 1) Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung, Bandung 40132, email: if17081@students.if.itb.ac.id Abstract Makalah

Lebih terperinci

MAKALAH PRAKTIKUM KIMIA DASAR REAKSI-REAKSI ALKOHOL DAN FENOL

MAKALAH PRAKTIKUM KIMIA DASAR REAKSI-REAKSI ALKOHOL DAN FENOL MAKALAH PRAKTIKUM KIMIA DASAR REAKSI-REAKSI ALKOHOL DAN FENOL Oleh : ZIADUL FAIEZ (133610516) PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU PEKANBARU 2015 BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gugus fungsi adalah suatu gugus yang memberikan karakteristik kepada senyawa organik, oleh karena itu jika suatu molekul memiliki dua gugus fungsi berlainan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari uraian latar belakang diatas dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Dari uraian latar belakang diatas dirumuskan permasalahan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menjumpai senyawa, baik senyawa organik maupun anorganik. Senyawa organik sangat banyak jenisnya, sehingga perlu adanya penggolongan

Lebih terperinci

PENGARUH KATALISIS TERHADAP TETAPAN LAJU

PENGARUH KATALISIS TERHADAP TETAPAN LAJU PENGARUH KATALISIS TERHADAP TETAPAN LAJU Laju reaksi sering dipengaruhi oleh adanya katalis Contoh : Hidrolisis sukrosa dalam air Suhu kamar lama (bisa beberapa bulan) Namun jika hidrolisis dilakukan dalam

Lebih terperinci

MAKALAH PENGABDIAN PADA MASYARAKAT TEORI ASAM - BASA. Oleh : M. PRANJOTO UTOMO

MAKALAH PENGABDIAN PADA MASYARAKAT TEORI ASAM - BASA. Oleh : M. PRANJOTO UTOMO MAKALA PENGABDIAN PADA MASYARAKAT TEORI ASAM - BASA Oleh : M. PRANJOTO UTOMO Makalah ini disampaikan pada kegiatan: Pelatihan Olimpiade SMAN 7 Purworejo Di SMAN 7 Purworejo Pada tanggal 26 28 Februari

Lebih terperinci

D. 4,50 x 10-8 E. 1,35 x 10-8

D. 4,50 x 10-8 E. 1,35 x 10-8 1. Pada suatu suhu tertentu, kelarutan PbI 2 dalam air adalah 1,5 x 10-3 mol/liter. Berdasarkan itu maka Kp PbI 2 adalah... A. 4,50 x 10-9 B. 3,37 x 10-9 C. 6,75 x 10-8 S : PbI 2 = 1,5. 10-3 mol/liter

Lebih terperinci

Komponen Materi. Kimia Dasar 1 Sukisman Purtadi

Komponen Materi. Kimia Dasar 1 Sukisman Purtadi Komponen Materi Kimia Dasar 1 Sukisman Purtadi Pengamatan ke Arah Pandangan Atomik Materi Konservasi Massa Komposisi Tetap Perbandingan Berganda Teori Atom Dalton Bagaimana Teori Dalton Menjelaskan Hukum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 23 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Dari hasil penelitian diperoleh persentase siswa SMA Negeri 1 Limboto yang menjawab benar dan salah untuk setiap aspek pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus infeksi bakteri semakin meningkat setiap tahunnya. Infeksi bakteri dapat diobati dengan antibiotika yang sesuai. Namun terdapat penyalahgunaan antibiotika

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Tahap Sintesis Biodiesel Pada tahap sintesis biodiesel, telah dibuat biodiesel dari minyak sawit, melalui reaksi transesterifikasi. Jenis alkohol yang digunakan adalah metanol,

Lebih terperinci

1. Pendahuluan 2. Intermediate reaktif 3. Nukleofil and elektrofil 4. Tipe reaksi 5. Ions versus radicals

1. Pendahuluan 2. Intermediate reaktif 3. Nukleofil and elektrofil 4. Tipe reaksi 5. Ions versus radicals 1. Pendahuluan 2. Intermediate reaktif 3. Nukleofil and elektrofil 4. Tipe reaksi 5. Ions versus radicals TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah mengikuti kuliah pokok bahasan Reaktivitas dan Mekanisme, mahasiswa

Lebih terperinci

ESTER PROPILENA DIOLEAT SEBAGAI PRODUK DOMESTIK MINYAK LUMAS DASAR SINTETIK UNTUK OLI OTOMOTIF. Roza Adriany

ESTER PROPILENA DIOLEAT SEBAGAI PRODUK DOMESTIK MINYAK LUMAS DASAR SINTETIK UNTUK OLI OTOMOTIF. Roza Adriany ESTER PROPILENA DIOLEAT SEBAGAI PRODUK DOMESTIK MINYAK LUMAS DASAR SINTETIK UNTUK OLI OTOMOTIF Roza Adriany Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS rozaa@lemigas.esdm.go.id

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polimer Benzilkitosan Somorin (1978), pernah melakukan sintesis polimer benzilkitin tanpa pemanasan. Agen pembenzilasi yang digunakan adalah benzilklorida. Adapun

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Kimia Untuk Paket C Program IPA

11. Mata Pelajaran Kimia Untuk Paket C Program IPA 11. Mata Pelajaran Kimia Untuk Paket C Program IPA A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga pendidikan IPA bukan

Lebih terperinci

Handout. Bahan Ajar Korosi

Handout. Bahan Ajar Korosi Handout Bahan Ajar Korosi PENDAHULUAN Aplikasi lain dari prinsip elektrokimia adalah pemahaman terhadap gejala korosi pada logam dan pengendaliannya. Berdasarkan data potensial reduksi standar, diketahui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. M yang berupa cairan berwarna hijau jernih (Gambar 4.1.(a)) ke permukaan Al 2 O 3

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. M yang berupa cairan berwarna hijau jernih (Gambar 4.1.(a)) ke permukaan Al 2 O 3 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sintesis Katalis Katalis Ni/Al 2 3 diperoleh setelah mengimpregnasikan Ni(N 3 ) 2.6H 2 0,2 M yang berupa cairan berwarna hijau jernih (Gambar 4.1.(a)) ke permukaan Al 2

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN LAJU REAKSI DAN TETAPAN LAJU

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN LAJU REAKSI DAN TETAPAN LAJU LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN LAJU REAKSI DAN TETAPAN LAJU Nama NIM Prodi Anggota kelompok Disusun oleh: : Edi Siswanto : H13112071 : Kimia : 1. Alpius Suriadi 2. Gloria Sindora 3. Indri

Lebih terperinci

KLASIFIKASI ZAT. 1. Identifikasi Sifat Asam, Basa, dan Garam

KLASIFIKASI ZAT. 1. Identifikasi Sifat Asam, Basa, dan Garam KLASIFIKASI ZAT Pola konsep 1. Identifikasi Sifat Asam, Basa, dan Garam Di antara berbagai zat yang ada di alam semesta ini, asam,basa, dan garam merupakan zat yang paling penting yang diamati oleh para

Lebih terperinci