STUDI SIFAT KOOPERATIF IKATAN HIDROGEN PADA CH 3 CHO.2H 2 O DAN CH 2 ClCHO.2H 2 O MENGGUNAKAN METODE DFT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI SIFAT KOOPERATIF IKATAN HIDROGEN PADA CH 3 CHO.2H 2 O DAN CH 2 ClCHO.2H 2 O MENGGUNAKAN METODE DFT"

Transkripsi

1 STUDI SIFAT KOOPERATIF IKATAN HIDROGEN PADA CH 3 CHO.2H 2 O DAN CH 2 ClCHO.2H 2 O MENGGUNAKAN METODE DFT Rahmah Muyassaroh Noor, Yahmin, dan Parlan Universitas Negeri Malang Correspondence Author: rahmah.muyas@gmail.com ABSTRAK: Interaksi antara atom O dan H yang menyerupai ikatan hidrogen pada trimer CH 3 CHO dan CH 2 ClCHO dengan dua molekul air telah diteliti secara teoritis. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan metode DFT pada tingkat teori B3LYP/ G(d,p). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikatan hidrogen pada trimer asetaldehida dengan dua molekul air dan kloroasetaldehida dengan dua molekul air terjadi pada dua situs, yaitu jenis I dan jenis II. Pada trimer jenis I, sifat kooperatif menyebabkan ikatan C-H metil mengalami pemanjangan ikatan, penuruan frekuensi vibrasi dan penuruan energi hiperkonjugasi. Sifat kooperatif pada trimer jenis II menyebabkan ikatan C-H pada C karbonil mengalami penurunan panjang ikatan, peningkatan frekuensi vibrasi, dan peningkatan energi hiperkonjugasi. Atom Cl pada kloroasetaldehida memperkuat sifat kooperatif ikatan hidrogen pada trimer. Hal ini ditunjukkan dari besarnya selisih parameter panjang ikatan, frekuensi vibrasi, dan energi hiperkonjugasi trimer dibandingkan dengan monomernya. Kata kunci: ikatan hidrogen, sifat kooperatif, CH 3 CHO.2H 2 O, CH 2 ClCHO.2H 2 O, DFT ABSTRACT: Interaction between O and H atoms forming hydrogen bond in CH 3 CHO and CH 2 ClCHO trimer with two water molecules were studied theoretically. The calculations were done using DFT method at B3LYP/ G(d,p) level of theory. The results of this study show that hydrogen bonds in CH 3 CHO.2H 2 O and CH 2 ClCHO.2H 2 O happen in two sites, sites I and sites II. In site I, cooperativity causes the CH methyl bond to stretches, its vibration frequency decreases, and the hyperconjugation energy decreases. Cooperativity in sites II causes CH carbonyl bond to be shortened, its vibration frequency increase, and the hyperconjugation energy increases. Chlor atom in CH 2 ClCHO.2H 2 O strengthens hydrogen bonds cooperativity in trimer system. This result was concluded from the amount of parameter s differences, such as bond length, vibration frequencies, and hyperconjugation energy from trimer system compared to its monomer. Keywords: hydrogen bond, cooperativity, CH 3 CHO.2H 2 O, CH 2 ClCHO.2H 2 O, DFT Ikatan hidrogen telah menjadi perhatian para peneliti sejak awal abad ke-20 karena perannya yang penting dalam menentukan struktur, sifat, dan fungsi dari suatu molekul. Ikatan hidrogen merupakan gaya dipol-dipol yang paling kuat (Effendy, 2006). Ikatan hidrogen yang paling sederhana terjadi pada dimer dua molekul air. Pada trimer molekul air, ikatan hidrogen antara ketiga molekul air tersebut mengalami interaksi spesifik yang bersifat kooperatif. Sifat kooperatif pada ikatan hidrogen dapat memberikan dampak postif pada sistem trimer. Molekul air yang mendonasikan atom H untuk membentuk ikatan hidrogen menyebabkan kerapatan elektron pada O meningkat sehingga mendukung proses penerimaan atom H dari molekul air yang lain, sedangkan molekul air sebagai aseptor atom H akan mendukung terjadinya donasi atom H oleh molekul air tersebut (Huyskens, 1993: 2576). Chandra dan Zeegers-Huyskens (2012: ) telah berhasil melakukan penelitian teoritis mengenai ikatan hidrogen yang terjadi pada dimer antara asetaldehida dan fluoroasetaldehida, dengan satu molekul air. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa air berperan sebagai donor proton pada pembentukan ikatan hidrogen 1

2 C=O--HOH dan juga bisa berperan sebagai aseptor proton membentuk interaksi lemah antara CH----OH 2. Chandra dan Zeegers-Huyskens (2012: ) juga telah melakukan penelitian teoritis mengenai sifat kooperatif pada sistem trimer asetaldehida dan fluoroasetaldehida, dengan dua molekul air. Hasil penelitian tersebut dibandingkan dengan kekuatan ikatan hidrogen pada sistem dimer asetaldehida dan fluoroasetaldehida, dengan satu molekul air. Dari penelitian tersebut diperoleh kesimpulan yaitu ikatan hidrogen pada sistem trimer lebih kuat daripada pada sistem dimer yang ditandai dengan lebih pendeknya panjang ikatan hidrogen pada sistem trimer. Penelitian mengenai sifat kooperatif pada sistem trimer dapat dipelajari lebih lanjut dengan membandingkan ikatan hidrogen yang terjadi pada trimer CH 3 CHO.2H 2 O dan trimer CH 2 ClCHO.2H 2 O menggunakan metode DFT. Pada penelitian ini, trimer asetaldehida dengan dua molekul air digunakan sebagai pembanding untuk mengetahui sifat kooperatif pada trimer kloroasetaldehida dengan dua molekul air. Untuk itu diperlukan data panjang ikatan, jumlah elekton dalam orbital antibonding dan energi hiperkonjugasi dari kedua sistem trimer. Data tersebut sulit diperoleh secara eksperimen, sehingga penelitian tentang sifat kooperatif ikatan hidrogen pada trimer kloroasetaldehida dengan dua molekul air dilakukan secara teoritis. Hal-hal yang tercakup dalam penelitian ini adalah struktur dengan geometri optimal dari trimer-trimer tersebut, data panjang ikatan, frekuensi vibrasi, NBO (Natural Bond Orbital) yang berupa jumlah elektron dalam orbital antibonding, dan besarnya energi hiperkonjugasi tiap molekul (Young, 2001). METODE Molekul air (H 2 O), asetaldehida (CH 3 CHO), dan kloroasetaldehida (CH 2 ClCHO) dihitung optimasi geometri dan frekuensinya. Metode yang digunakan adalah DFT B3LYP. Himpunan basis yang digunakan adalah 6,311++G (d,p). Perhitungan optimasi geometri dan frekuensi tersebut menghasilkan molekul air, asetaldehida, dan kloroasetaldehida teroptimasi. Molekul-molekul tersebut teroptimasi ditandai dengan nilai frekuensi imajiner sama dengan nol. Dimer dan trimer dibuat dari molekul air, asetaldehida, dan kloroasetaldehida yang telah dioptimasi dan dihitung frekuensinya. Molekul-molekul tersebut dimasukkan pada Gaussview 5.0 dalam satu layer sesuai dengan dimer atau trimer yang akan dihitung. Susunan tiap molekul pada dimer dan trimer yang dibuat diupayakan semirip mungkin dengan keadaan sebenarnya. Gambar dimer dan trimer tersebut kemudian masing-masing disimpan dalam bentuk gjf. Pada penelitian, dimer dan trimer CH 3 CHO.H 2 O, CH 3 CHO.2H 2 O, CH 2 ClCHO.H 2 O, CH 2 ClCHO.2H 2 O dihitung optimasi geometri dan frekuensinya. Metode yang digunakan adalah DFT B3LYP. Himpunan basis yang digunakan adalah 6,311++G (d,p). Perhitungan optimasi geometri dan frekuensi tersebut menghasilkan sistem dimer dan trimer CH 3 CHO.H 2 O, CH 3 CHO.2H 2 O, CH 2 ClCHO.H 2 O, CH 2 ClCHO.2H 2 O teroptimasi. Sistem dimer dan trimer tersebut teroptimasi ditandai dengan nilai frekuensi imajiner sama dengan nol. HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Trimer CH 3 CHO.H 2 O, CH 2 ClCHO.H 2 O, CH 3 CHO.2H 2 O dan CH 2 ClCHO.2H 2 O Perhitungan optimasi geometri dan frekuensi vibrasi model molekul dimer dan trimer bertujuan untuk mendapatkan molekul dimer CH 3 CHO.H 2 O dan 2

3 CH 2 ClCHO.H 2 O dan molekul trimer CH 3 CHO.2H 2 O dan CH 2 ClCHO.2H 2 O dengan energi paling minimum. Hasil optimasi geometri dan frekuensi vibrasi molekul-molekul tersebut disajikan dalam Gambar 1 dan Gambar 2. (a) (b) (c) (d) Gambar 1 Dimer dan Trimer Asetaldehida Teroptimasi Jenis I (a) CH 3 CHO.H 2 O (b) CH 3 CHO.2H 2 O, Jenis II (c) CH 3 CHO.H 2 O (d)ch 3 CHO.2H 2 O Seperti yang terlihat pada Gambar 1 dan Gambar 2, sistem dimer terstabilkan oleh dua macam struktur, yaitu jenis I dan jenis II. Kedua jenis sistem dimer dibentuk oleh adanya ikatan hidrogen antara C=O---H. Sistem dimer jenis I berbentuk siklik dan distabilkan oleh interaksi lemah antara C (4) H (5) ---O. Siklik jenis I sedikit lebih stabil dibandingkan jenis II karena regangan sterik siklik jenis I lebih kecil dibandingkan jenis II. Sistem dimer dan trimer pada penelitian ini disusun dengan mempertimbangkan interaksi intermolekul antara H 5 ---O dan parameter NBO seperti transfer muatan intermolekul dari atom O pada air ke orbital σ* (C (4) H (5) ). Pada jenis I, ikatan C (1) H (3) tidak terlibat dalam pembentukan struktur siklik. Data panjang ikatan dan frekuensi vibrasi monome, dimer dan trmer disajikan pada Tabel 1 dan 2. (a) (b) (c) (d) Gambar 2 Dimer dan Trimer Kloroasetaldehida TeroptimasiJenis I (a) CH 2 ClCHO.H 2 O (b) CH 2 ClCHO.2H 2 O, Jenis II (c) CH 2 ClCHO.H 2 O (d) CH 2 ClCHO.2H 2 O 3

4 Tabel 1 Panjang Ikatan Hidrogen pada Dimer dan Trimer Asetaldehida dengan Molekul Air CH 3 CHO.H 2 O dan CH 3 CHO.2H 2 O dalam Panjang Ikatan Hidrogen C=O- -H dan Interaksi Antara CH- -O () Parameter Dimer Jenis I Trimer Jenis I Dimer Jenis II Trimer Jenis II r(c=o--ho) 1,951 1,868 1,942 1,857 r(ch--o) 2,541 2,327 2,962 2,319 Tabel 2 Panjang Ikatan Hidrogen pada Dimer dan Trimer Kloroasetaldehida dengan molekul air CH 2 ClCHO.H 2 O dan CH 2 ClCHO.2H 2 O dalam Panjang Ikatan Hidrogen C=O- -H dan Interaksi Antara CH- -O () Parameter Dimer Jenis I Trimer Jenis I Dimer Jenis II Trimer Jenis II r(c=o--ho) 2,045 1,925 2,006 1,912 r(ch--o) 2,280 2,145 2,809 2,260 Panjang ikatan hidrogen antara C=O----HO pada sistem trimer berkurang jika dibandingkan pada sistem dimer, selisihnya antara 0,083 hingga 0,120, seperti terlihat pada Tabel 1 dan 2. Selain itu, panjang ikatan hidrogen antara O---H dari kedua molekul air, berkisar antara 1,844-1,866, lebih pendek jika dibandingkan dengan panjang ikatan intermolekul pada dimer air yaitu sebesar 1,933, (Chandra dan Zeegers-Huyskens, 2012: ). Indikasi paling positif telah terjadinya interaksi kooperatif pada trimer asetaldehida dengan dua air dan trimer kloroasetaldehida dengan dua air yaitu berkurangnya panjang interaksi antara C (4) H (5) ----O pada sistem trimer jenis I jika dibandingkan dengan sistem dimer. Jika dibandingkan antara trimer dan dimer asetaldehida dengan air, panjang interaksi C (4) H (5) ----O pada trimer jenis I lebih kecil 0,214 dari dimer jenis I. Perbandingan antara trimer dan dimer kloroasetaldehida dengan air menunjukkan bahwa panjang interaksi C (4) H (5) ----O pada trimer jenis I lebih kecil 0,135 dari dimernya. NBO Dimer dan Trimer antara Asetaldehida dengan Air Perhitungan optimasi geometri menghasilkan data NBO dimer dan trimer antara asetaldehida dengan air yang ditampilkan pada tabel 3. Analisis struktur geometri dan NBO dilakukan pada dimer dan trimer asetaldehida dengan air. Data geometri berupa jarak C (1) H (3), C (4) H (5) dan C=O pada monomer, pada dimer dengan satu molekul air, dan pada trimer dengan dua molekul air. Selain itu juga dibutuhkan data frekuensi vibrasi untuk mengetahui bagaimana sifat kooperatif mempengaruhi frekuensi vibrasi sistem trimer. Parameter NBO juga dibutuhkan, seperti penempatan elektron dalam orbital, dan energi hiperkonjugasi. Semua parameter tersebut ditampilkan pada Tabel 3 untuk dimer dan trimer asetaldehida dengan molekul air. Pada Tabel 3 terlihat bahwa ikatan C=O mengalami pemanjangan sebesar 0,006 pada kedua jenis dimer dan 0,008 pada trimer jenis I sedangkan pada trimer jenis II sebesar 0,012. Nilai frekuensi vibrasi ikatan C=O turun sebesar 22 cm -1 pada kedua jenis dimer dan 27 cm -1 pada trimer jenis I sedangkan pada trimer jenis II sebesar 45 cm -1 jika dibandingkan dengan monomernya.sifat kooperatif pada ikatan hidrogen trimer asetaldehida dengan air menyebabkan nilai pemanjangan ikatan dan penurunan frekuensi vibrasi C=O lebih besar jika dibandingkan dimernya. Hal ini menunjukkan 4

5 bahwa ikatan hidrogen pada trimer lebih kuat dibandingkan pada dimer asetaldehida dengan air. Tabel 3 Parameter Monomer, Dimer, dan Trimer Asetaldehida dengan Air Parameter Satuan CH 3 CHO Dimer Jenis I Trimer Jenis I Dimer Jenis II Trimer Jenis II r C (1) H (3) 1,112 1,109 1,109 1,108 1,105 v C (1) H (3) cm s C (1) H (3) % 29,98 30,2 30,34 31,47 31,66 σ* C (1) H (3) e 0,071 0,064 0,063 0,062 0,057 r C (4) H (5) 1,089 1, ,089 1,089 v C (4) H (5) cm s C (4) H (5) % 25,39 26,2 27,8 24,84 25,48 σ* C (4) H (5) e 0,0065 0,0071 0,012 0,0065 0,0065 r C=O 1,205 1,211 1,213 1,211 1,217 v C=O cm O 2 σ*c (1) H (3) kcal/mol 23,65 22,42 22,23 20,69 17,24 O 9(12) σ*c (4) H (5) kcal/mol - 0,47 2, O 12 σ*c (1) H (3) kcal/mol ,54 a. Karakteristik Ikatan C (4) H (5) pada Dimer dan Trimer Jenis I antara Asetaldehida dengan Air Pada penelitian ini pembahasan dititikberatkan pada ikatan CH metil. Panjang ikatan C (4) H (5) pada dimer jenis I dan II tidak berubah dibandingkan monomernya, sedangkan ikatan C (4) H (5) pada trimer jenis I memanjang secara signifikan, yaitu sebesar 0,002 pada trimer asetaldehida dengan dua air. Pemanjangan ikatan C (4) H (5) tersebut menyebabkan terjadinya pergeseran merah v (C (4) H (5) ) sebesar 15 cm -1 pada trimer asetaldehida dengan dua air. Pada dimer dan trimer jenis II, terbentuknya ikatan hidrogen C=O---H tidak mempengaruhi karakteristik ikatan C (4) H (5) karena ikatan tersebut tidak berinteraksi dengan air. Pemanjangan ikatan C (4) H (5) disebabkan oleh sifat kooperatif ikatan hidrogen pada trimer jenis I. Keberadaan sifat kooperatif mendukung transfer muatan intermolekul dari atom O 12 air ke orbital σ* (C (4) H (5) ) sehingga ikatan C (4) H (5) memanjang. Dapat dilihat pada Tabel 4.3 besarnya transfer muatan intermolekul tersebut, yang ditunjukkan dengan nilai energi hiperkonjugasi yaitu sebesar 0,47 kcal/mol pada dimer asetaldehida dengan satu air dan sebesar 2,85 kcal/mol pada trimer asetaldehida dengan dua air. Selaras dengan meningkatnya nilai energi hiperkonjugasi, penempatan elektron pada orbital σ* (C (4) H (5) ) meningkat sebesar 0,0055 pada trimer asetaldehida dengan dua air dibanding monomernya. b. Karakteristik Ikatan C (1) H (3) pada Dimer dan Trimer Jenis II antara Asetaldehida dengan Air Pemendekan panjang ikatan C (1) H (3) dan kenaikan nilai frekuensi vibrasinya pada dimer jenis I dan jenis II diakibatkan oleh keberadaan elektron bebas atom O pada C karbonil, (Chandra dan Huyskens, 2012). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pendeknya interaksi intermolekul dari H O menunjukkan bahwa ikatan C (1) H (3) terlibat dalam pembentukan formasi siklik pada trimer jenis II. Hal ini selaras dengan besarnya transfer muatan dari atom O 12 air ke orbital σ* (C (1) H (3) ) yang ditunjukkan oleh besarnya energi hiperkonjugasi yaitu sebesar 2,54 kcal/mol pada trimer jenis II asetaldehida dengan dua air. Walaupun transfer muatan intermolekul tersebut cukup besar, namun penempatan elektron dalam orbital σ* (C (1) H (3) ) berkurang. Hal ini disebabkan energi hiperkonjugasi O 2 σ*c (1) H (3) pada trimer jenis II berkurang sebesar 5

6 6,41 kcal/mol dibandingkan monomernya. Fakta tersebut menunjukkan bahwa efek dari pasangan elektron bebas atom O 2 yang menentukan panjangnya ikatan C (1) H (3). Pemendekan panjang ikatan C (1) H (3) menyebabkan terjadinya pergeseran biru yang ditunjukkan dengan bertambah besarnya nilai frekuensi vibrasi ikatan C (1) H (3) sebesar 93 cm -1 pada trimer asetaldehida dengan dua air, ketika dibandingkan dengan monomer asetaldehida. Fakta tersebut menunjukkan bahwa sifat kooperatif menyebabkan pergeseran biru pada trimer asetaldehida dengan dua air. NBO Dimer dan Trimer antara Kloroasetaldehida dengan Air Analisis struktur geometri dan NBO dilakukan pada dimer dan trimer kloroasetaldehida dengan air. Data geometri berupa jarak C (1) H (3), C (4) H (5) dan C=O pada monomer, pada dimer dengan satu molekul air, dan pada trimer dengan dua molekul air. Selain itu juga dibutuhkan data frekuensi vibrasi untuk mengetahui bagaimana sifat kooperatif mempengaruhi frekuensi vibrasi sistem trimer. Parameter NBO juga dibutuhkan, seperti penempatan elektron dalam orbital, dan energi hiperkonjugasi. Semua parameter tersebut ditampilkan pada Tabel 4 untuk dimer dan trimer kloroasetaldehida dengan molekul air. Tabel 4 Parameter Monomer, Dimer, dan Trimer Kloroasetaldehida dengan Air Parameter Satuan CH 2 ClCHO Dimer Jenis I Trimer Jenis I Dimer Jenis II Trimer Jenis II r C (1) H (3) 1,107 1,106 1,106 1,104 1,103 v C (1) H (3) cm s C (1) H (3) % 31,87 31,71 31,68 32,33 33,43 σ* C (1) H (3) e 0,067 0,060 0,061 0,059 0,056 r C (4) H (5) 1,090 1,092 1,093 1,087 1,087 v C (4) H (5) cm S C (4) H (5) % 26,14 27,67 28,3 26,53 26,62 σ* C (4) H (5) e 0,018 0,024 0,025 0,018 0,018 r C=O 1,201 1,206 1,209 1,207 1,213 v C=O cm O 2 σ*c (1) H (3) kcal/mol 21,77 21,32 21,06 19,79 16,90 O 9(12) σ*c (4) H (5) kcal/mol - 2,65 5, O 12 σ*c (1) H (3) kcal/mol ,27 Parameter yang dianalisis pada dimer dan trimer kloroasetaldehida dengan air ditampilkan pada Tabel 4 untuk dimer dan trimer kloroasetaldehida dengan molekul air. Pada Tabel 4 terlihat bahwa akibat terjadinya ikatan hidrogen pada dimer dan trimer kloroasetaldehida dengan air, ikatan C=O mengalami pemanjangan sebesar 0,005 pada dimer dan 0,008 pada trimer dan nilai frekuensi vibrasinya turun sebesar 10 cm -1 pada dimer dan 25 cm -1 pada trimer jika dibandingkan dengan monomernya. Sifat kooperatif pada ikatan hidrogen trimer kloroasetaldehida dengan air menyebabkan pemanjangan ikatan dan penurunan frekuensi vibrasi C=O lebih besar jika dibandingkan dimernya. Hal ini menunjukkan bahwa ikatan hidrogen pada trimer lebih kuat dibandingkan pada dimer kloroasetaldehida dengan air. a. Karakteristik Ikatan C (4) H (5) pada Dimer dan Trimer Jenis I antara Kloroasetaldehida dengan Air Pada penelitian ini pembahasan dititikberatkan pada ikatan CH metil. Panjang ikatan C (4) H (5) pada dimer jenis I dan II memanjang sebesar 0,002 dibandingkan monomernya, sedangkan ikatan C (4) H (5) pada trimer jenis I memanjang secara signifikan, yaitu sebesar 0,003 pada trimer kloroasetaldehida dengan dua air. 6

7 Pemanjangan ikatan C (4) H (5) tersebut menyebabkan terjadinya pergeseran merah v (C (4) H (5) ) sebesar 16 cm -1 pada dimer kloroasetaldehida dengan air dan sebesar 35 cm -1 pada trimer kloroasetaldehida dengan dua air. Pada dimer dan trimer jenis II, terbentuknya ikatan hidrogen C=O---H tidak mempengaruhi karakteristik ikatan C (4) H (5) karena ikatan tersebut tidak berinteraksi dengan air. Pemanjangan ikatan C (4) H (5) disebabkan oleh sifat kooperatif ikatan hidrogen pada trimer-trimer jenis I. Keberadaan sifat kooperatif mendukung transfer muatan intermolekul dari atom O 12 air ke orbital σ* (C (4) H (5) ) sehingga ikatan C (4) H (5) memanjang. Dapat dilihat pada Tabel 4.5 besarnya transfer muatan intermolekul tersebut, yang ditunjukkan dengan nilai energi hiperkonjugasi yaitu sebesar 2,65 kcal/mol pada dimer kloroasetaldehida dengan satu air dan sebesar 5,47 kcal/mol pada trimer kloroasetaldehida dengan dua air. Selaras dengan meningkatnya nilai energi hiperkonjugasi, penempatan elektron pada orbital σ* (C (4) H (5) ) meningkat sebesar 0,006 pada trimer kloroasetaldehida dengan dua air dibandingkan dengan monomernya. Hal ini menunjukkan keberadaan sifat kooperatif pada trimer asetaldehida dengan dua air. b. Karakteristik Ikatan C (1) H (3) pada Dimer dan Trimer Jenis II antara Kloroasetaldehida dengan Air Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pendeknya interaksi intermolekul dari H O menunjukkan bahwa ikatan C (1) H (3) terlibat dalam pembentukan formasi siklik pada trimer jenis II. Hal ini selaras dengan besarnya transfer muatan dari atom O 12 air ke orbital σ* (C (1) H (3) ) yang ditunjukkan oleh besarnya energi hiperkonjugasi yaitu sebesar 3,27 kcal/mol pada trimer jenis II kloroasetaldehida dengan dua air. Walaupun transfer muatan intermolekul tersebut cukup besar, namun penempatan elektron dalam orbital σ* (C (1) H (3) ) berkurang. Hal ini disebabkan energi hiperkonjugasi O 2 σ*c (1) H (3) pada trimer jenis II berkurang sebesar 4,87 kcal/mol dibandingkan dengan monomernya. Fakta tersebut menunjukkan bahwa efek dari pasangan elektron bebas atom O 2 yang menentukan panjangnya ikatan C (1) H (3). Pemendekan panjang ikatan C (1) H (3) menyebabkan terjadinya pergeseran biru yang ditunjukkan dengan bertambah besarnya nilai frekuensi vibrasi ikatan C (1) H (3) sebesar 61 cm -1 pada trimer kloroasetaldehida dengan dua air, ketika dibandingkan dengan monomer kloroasetaldehida. Fakta tersebut menunjukkan bahwa sifat kooperatif menyebabkan pergeseran biru pada trimer kloroasetaldehida dengan dua air. Pengaruh Atom Cl terhadap Sifat Kooperatif Ikatan Hidrogen Untuk dapat mengetahui bagaimana pengaruh atom Cl terhadap sifat kooperatif ikatan hidrogen pada kloroasetaldehida, maka perlu dibandingkan data parameter dari dimer dan trimer asetaldehida dengan air dengan dimer dan trimer kloroasetaldehida dengan air, seperti ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5 Selisih Karakteristik C (4) H (5) antara Dimer dan Trimer Asetaldehida dengan air dan Dimer dan Trimer Kloroasetaldehida dengan air Jenis I. Selisih karakteristik C (4) H (5) dengan monomernya Parameter Asetaldehida Jenis I Kloroasetaldehida Jenis I Dimer Trimer Dimer Trimer r () 0,000 0,002 0,002 0,003 v (cm -1 ) 0, σ (e) 0,0006 0,0055 0,006 0,007 O 9(12) σ*c (4) H (5) (kcal/mol) 0,475 2,85 2,65 5,47 7

8 Pengaruh atom Cl terhadap sifat kooperatif dapat dilihat pada selisih karakteristik ikatan yang dipengaruhinya, ditunjukkan pada Tabel 5. Pada dimer dan trimer jenis I antara kloroasetaldehida dengan air, ikatan C (4) H (5) mengalami pemanjangan yang lebih besar yaitu sebesar 0,002 dan 0,003 sedangkan dimer asetaldehida dengan air tidak mengalami pemanjangan dan trimer asetaldehida dengan air mengalami pemanjangan sebesar 0,002. Nilai frekuensi vibrasinya juga turun lebih banyak dibandingkan dengan dimer dan trimer asetaldehida dengan air. Penempatan elektron dalam orbital σ* C (4) H (5) juga mengalami peningkatan yang lebih besar dari monomernya jika dibandingkan dengan dimer dan trimer asetaldehida dengan air. Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa keberadaan atom Cl memperkuat sifat kooperatif ikatan hidrogen pada kloroasetaldehida jika dibandingkan dengan asetaldehida. Pada dimer dan trimer jenis II antara kloroasetaldehida dengan air, atom Cl juga memperkuat sifat kooperatif ikatan hidrogen. Hal ini ditunjukkan dengan besar selisih panjang ikatan, frekuensi vibrasi, elektron dalam orbital σ* C (1) H (3) antara trimer, dimer, dan monomer kloroasetaldehida dengan air dan asealdehida dengan air. Selisih dimer dan trimer kloroasetaldehida dengan air lebih besar dibandingkan selisih dimer dan trimer asetaldehida dengan air. Adanya atom Cl pada kloroasetaldehida menyebabkan kerapatan elektron di sekitar atom C (4) menjadi berkurang. Ikatan C (4) H (5) menjadi lebih lemah sehingga atom H (5) lebih mudah berinteraksi dengan atom O air. Hal inilah yang menyebabkan kloroasetaldehida memiliki sifat kooperatif yang lebih kuat dibanding asetaldehida. KESIMPULAN Sifat kooperatif ikatan hidrogen pada trimer asetaldehida dengan air menyebabkan pemanjangan ikatan C=O sebesar 0,008 dan ikatan C (4) H (5) sebesar 0,002 sedangkan ikatan C (1) H (3) memendek sebesar 0,007 dibandingkan monomernya. Akibat sifat kooperatif, energi hiperkonjugasi O 9 σ*c (4) H (5) naik sebesar 2,38 kcal/mol dan menurunkan energi hiperkonjugasi O 2 σ*c (1) H (3) sebesar 6,41 kcal/mol. Sifat kooperatif ikatan hidrogen pada trimer kloroasetaldehida dengan air menyebabkan pemanjangan ikatan C=O sebesar 0,009 dan ikatan C (4) H (5) sebesar 0,003 sedangkan ikatan C (1) H (3) memendek sebesar 0,004 dibandingkan monomernya. Akibat sifat kooperatif, energi hiperkonjugasi O 9 σ*c (4) H (5) naik sebesar 2,82 kcal/mol dan menurunkan energi hiperkonjugasi O 2 σ*c (1) H (3) sebesar 4,87 kcal/mol. Atom Cl pada kloroasetaldehida memperkuat sifat kooperatif ikatan hidrogen pada trimer kloroasetaldehida dengan dua molekul air dibandingkan dengan trimer asetaldehida dengan dua molekul air DAFTAR RUJUKAN Chandra, A. K., Zeegers-Huyskens, T A Theoretical Investigation of the Interaction between Substituted Carbonyl Derivatives and Water: Open or Cyclic Complexes. Journal of Computational Chemistry. 33: Chandra, A. K., Zeegers-Huyskens, T Theoretical Investigation of the Cooperativity in CH 3 CHO.2H 2 O, CH 2 FCHO.2H 2 O, and CH 3 CFO.2H 2 O Systems. Journal of Atomic, Molecular, and Optical Physics. 10:

9 Effendy Teori VSEPR Kepolaran, dan Gaya Antarmolekul. Malang : Bayumedia Publishing. Huyskens, P. L Factors Governing the Influence of a First Hydrogen Bond on the Formation of a Second One by the Same Molecule or Ion. Journal of the American Chemical Society. 99: Young, D. C., Computational Chemistry: A Practical guide for Applying Techniques to Real-World Problems. New York: John Wiley & Sons. 9

PENGARUH ORIENTASI PADA INTERAKSI TiO 2 - POLISTIRENA TERSULFONASI (PST) TERHADAP POTENSI TRANSFER PROTON

PENGARUH ORIENTASI PADA INTERAKSI TiO 2 - POLISTIRENA TERSULFONASI (PST) TERHADAP POTENSI TRANSFER PROTON PENGARUH ORIENTASI PADA INTERAKSI TiO 2 - POLISTIRENA TERSULFONASI (PST) TERHADAP POTENSI TRANSFER PROTON Disusun Oleh : RUDI HARYONO M0310047 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan

Lebih terperinci

PEMODELAN INTERAKSI ETER MAHKOTA BZ15C5 TERHADAP KATION Zn 2+ BERDASARKAN METODE DENSITY FUNCTIONAL THEORY

PEMODELAN INTERAKSI ETER MAHKOTA BZ15C5 TERHADAP KATION Zn 2+ BERDASARKAN METODE DENSITY FUNCTIONAL THEORY SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Strategi Pengembangan Pembelajaran dan Penelitian Sains untuk Mengasah Keterampilan Abad 21 (Creativity and Universitas Sebelas Maret Surakarta, 26 Oktober 2017 PEMODELAN

Lebih terperinci

STUDI AB INITIO: STRUKTUR MEMBRAN NATA DE COCO TERSULFONASI

STUDI AB INITIO: STRUKTUR MEMBRAN NATA DE COCO TERSULFONASI Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 STUDI AB INITIO: STRUKTUR MEMBRAN NATA DE COCO TERSULFONASI Sitti Rahmawati 1, Cynthia Linaya Radiman 2, Muhamad A. Martoprawiro 3 Universitas

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pemilihan Metode dan Himpunan Basis Teori Fungsional Kerapatan merupakan suatu metode dalam penyelesaian persamaan Schrödinger dengan menggunakan teorema Kohn-Sham, dengan pendekatan

Lebih terperinci

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS ISI BAB I 1. Pendahuluan 2. Struktur Atom 3. Elektronegativitas 4. Ikatan Ionik 5. Ikatan Kovalen 6. Struktur Lewis 7. Polaritas Ikatan 8. Sifat-Sifat Senyawa Kovalen TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PAKTIKUM KIMIA KOMPUTASI. Analisis Butana. Oleh : AMRULLAH 13/347361/PA/ Jum at, 4 Maret 2016 Asisten Pembimbing : Wiji Utami

LAPORAN RESMI PAKTIKUM KIMIA KOMPUTASI. Analisis Butana. Oleh : AMRULLAH 13/347361/PA/ Jum at, 4 Maret 2016 Asisten Pembimbing : Wiji Utami LAPORAN RESMI PAKTIKUM KIMIA KOMPUTASI Analisis Butana Oleh : AMRULLAH 13/347361/PA/15202 Jum at, 4 Maret 2016 Asisten Pembimbing : Wiji Utami Laboratorium Kimia Komputasi Departemen Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

KAJIAN MEKANISME REAKSI HIDROLISIS N-FENIL-3- HIDROKSI PIKOLINAMIDA DALAM KONDISI BASA MENGGUNAKAN METODE DFT DAN POST-SCF

KAJIAN MEKANISME REAKSI HIDROLISIS N-FENIL-3- HIDROKSI PIKOLINAMIDA DALAM KONDISI BASA MENGGUNAKAN METODE DFT DAN POST-SCF KAJIAN MEKANISME REAKSI HIDROLISIS N-FENIL-3- HIDROKSI PIKOLINAMIDA DALAM KONDISI BASA MENGGUNAKAN METODE DFT DAN POST-SCF Hendra Ermawan, Yahmin, Siti Marfu ah Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA) PENULIS : 1. Nur Chamimmah Lailis I,S.Si 2. Dr. rer. nat. Irmina Kris Murwani ALAMAT : JURUSAN KIMIA ITS SURABAYA JUDUL : SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT

Lebih terperinci

Ikatan yang terjadi antara atom O dengan O membentuk molekul O 2

Ikatan yang terjadi antara atom O dengan O membentuk molekul O 2 Ikatan Kovalen adalah ikatan yang terjadi karena pemakaian pasangan elektron secara bersama oleh 2 atom yang berikatan. Ikatan kovalen terjadi akibat ketidakmampuan salah 1 atom yang akan berikatan untuk

Lebih terperinci

IKATAN KIMIA ORGANIK dalam bidang ilmu FARMASI

IKATAN KIMIA ORGANIK dalam bidang ilmu FARMASI IKATAN KIMIA ORGANIK dalam bidang ilmu FARMASI Teori tentang ikatan kimia ini dipelopori oleh Kossel dan Lewis (1916) yang membagi ikatan kimia atas 2 (dua) bagian besar yakni: ikatan ionik atau ikatan

Lebih terperinci

Ikatan Kimia II: VSEPR dan prediksi geometri Molekular, teori ikatan valensi dan Hibridisasi Orbital Atom; teori orbital atom

Ikatan Kimia II: VSEPR dan prediksi geometri Molekular, teori ikatan valensi dan Hibridisasi Orbital Atom; teori orbital atom Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi 2010 dimodifikasi oleh Dr. Indriana Kartini Chapter 3c Ikatan Kimia II: VSEPR dan prediksi geometri Molekular, teori ikatan

Lebih terperinci

Yang akan dibahas: 1. Kristal dan Ikatan pada zat Padat 2. Teori Pita Zat Padat

Yang akan dibahas: 1. Kristal dan Ikatan pada zat Padat 2. Teori Pita Zat Padat ZAT PADAT Yang akan dibahas: 1. Kristal dan Ikatan pada zat Padat 2. Teori Pita Zat Padat ZAT PADAT Sifat sifat zat padat bergantung pada: Jenis atom penyusunnya Struktur materialnya Berdasarkan struktur

Lebih terperinci

1. Pendahuluan 2. Orbital atom 3. Orbital molekul 4. Ikatan sigma 5. Ikatan pi 6. Orbital hibrida 7. Panjang dan kekuatan ikatan

1. Pendahuluan 2. Orbital atom 3. Orbital molekul 4. Ikatan sigma 5. Ikatan pi 6. Orbital hibrida 7. Panjang dan kekuatan ikatan 1. Pendahuluan 2. Orbital atom 3. Orbital molekul 4. Ikatan sigma 5. Ikatan pi 6. Orbital hibrida 7. Panjang dan kekuatan ikatan TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah mengikuti kuliah pokok bahasan Orbital,

Lebih terperinci

Geometri Molekular. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Pembelajaran Web

Geometri Molekular. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Pembelajaran Web ar Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Pembelajaran Web disusun oleh : Lidia andayani (050395) Dosen Pembimbing : Nurul ana, M. Pd Model Tolakan - kulit-valensi () : Meramalkan bentuk geometris

Lebih terperinci

ENERGI TOTAL KEADAAN EKSITASI ATOM LITIUM DENGAN METODE VARIASI

ENERGI TOTAL KEADAAN EKSITASI ATOM LITIUM DENGAN METODE VARIASI Jurnal Ilmu dan Inovasi Fisika Vol 01, No 01 (2017) 6 10 Departemen Fisika FMIPA Universitas Padjadjaran ENERGI TOTAL KEADAAN EKSITASI ATOM LITIUM DENGAN METODE VARIASI LIU KIN MEN* DAN SETIANTO Departemen

Lebih terperinci

SPEKTROSKOPI INFRA MERAH (IR)

SPEKTROSKOPI INFRA MERAH (IR) SPEKTROSKOPI INFRA MERAH (IR) Spektrum Elektromagnetik tinggi tinggi Frekuensi (ν) Energi rendah rendah X-RAY ULTRAVIOLET INFRARED MICRO- WAVE RADIO FREQUENCY Ultraviolet Visible Vibrasi Infrared Resonansi

Lebih terperinci

Penentuan struktur senyawa organik

Penentuan struktur senyawa organik Penentuan struktur senyawa organik Tujuan Umum: memahami metoda penentuan struktur senyawa organik moderen, yaitu dengan metoda spektroskopi Tujuan Umum: mampu membaca dan menginterpretasikan data spektrum

Lebih terperinci

1.3 Pemodelan Molekul dalam Kurikulum A. Mengapa pemodelan molekul penting untuk pembelajaran kimia?

1.3 Pemodelan Molekul dalam Kurikulum A. Mengapa pemodelan molekul penting untuk pembelajaran kimia? 11 1.3 Pemodelan Molekul dalam Kurikulum Berikut disampaikan pentingnya pemodelan molekul dalam pembelajaran pada jenjang strata 1 bagi mahasiswa kimia. Beberapa contoh diberikan untuk dapat lebih memahami

Lebih terperinci

PENGARUH MODIFIKASI PERMUKAAN SELULOSA NATA DE COCO DENGAN ANHIDRIDA ASETAT DALAM MENGIKAT ION LOGAM BERAT Cd 2+ DALAM CAMPURAN Cd 2+ DAN Pb 2+

PENGARUH MODIFIKASI PERMUKAAN SELULOSA NATA DE COCO DENGAN ANHIDRIDA ASETAT DALAM MENGIKAT ION LOGAM BERAT Cd 2+ DALAM CAMPURAN Cd 2+ DAN Pb 2+ PENGARUH MODIFIKASI PERMUKAAN SELULOSA NATA DE COCO DENGAN ANHIDRIDA ASETAT DALAM MENGIKAT ION LOGAM BERAT Cd 2+ DALAM CAMPURAN Cd 2+ DAN Pb 2+ Lailiyah, N 1, Wonorahardjo, S 1, Joharmawan, R 1 1 Jurusan

Lebih terperinci

IKATAN KIMIA. Tim Dosen Kimia Dasar FTP

IKATAN KIMIA. Tim Dosen Kimia Dasar FTP IKATAN KIMIA Tim Dosen Kimia Dasar FTP Sub pokok bahasan: Konsep Ikatan Kimia Macam-macam ikatan kimia KONSEP IKATAN KIMIA Untuk mencapai kestabilan, atom-atom saling berikatan. Ikatan kimia merupakan

Lebih terperinci

Kimia Koordinasi Teori Ikatan Valensi

Kimia Koordinasi Teori Ikatan Valensi Kimia Koordinasi Teori Ikatan Valensi Beberapa teori telah dirumuskan untuk menjelaskan ikatan dalam senyawaan koordinasi dan untuk merasionalisasi serta meramalkan sifat-sifatnya: teori ikatan valensi,

Lebih terperinci

ANALISIS SOAL ULANGAN HARIAN I. Total. Dimensi Proses Pengetahuan Kognitif Menerapkan Menganalisa (C4) 15 3,6,9,11,21 4,12,18,26 5,19,20,25

ANALISIS SOAL ULANGAN HARIAN I. Total. Dimensi Proses Pengetahuan Kognitif Menerapkan Menganalisa (C4) 15 3,6,9,11,21 4,12,18,26 5,19,20,25 ANALISIS SOAL ULANGAN HARIAN I Mata pelajaran Kimia Kelas/Semester XI IPA 1/1 Kisi Butir Soal ClassXI Mudah Sedang Susah C1 C2 and C3 C 4,5,6 Total Presentase 12% 56% 32% 100% Jumlah soal 3 14 8 25 Dimensi

Lebih terperinci

TUGAS KIMIA UMUM. yang identik dan berbeda untuk unsur yang berbeda

TUGAS KIMIA UMUM. yang identik dan berbeda untuk unsur yang berbeda TUGAS KIMIA UMUM Nama : Grandy Anantha Sakti NIM : 21030110141055 http://grandyanantha.wordpress.com/ 1. Which of Dalton s postulates about atoms are inconsistent with later observations? Do these inconsistencies

Lebih terperinci

Answer: (Buku Ajar Kimia Umum,hal 9)

Answer: (Buku Ajar Kimia Umum,hal 9) 1. Which of Dalton s postulates about atoms are inconsistent with later observations? Do these inconsistencies mean that Dalton was wrong? Is Dalton s model still useful? Explain clearly. Teori Atom Dalton

Lebih terperinci

REAKSI Cr, Cr 2, Mn, Mn 2, Fe, DAN Fe 2 DENGAN F 2, H 2, N 2, DAN O 2 : KAJIAN TEORI FUNGSIONAL KERAPATAN

REAKSI Cr, Cr 2, Mn, Mn 2, Fe, DAN Fe 2 DENGAN F 2, H 2, N 2, DAN O 2 : KAJIAN TEORI FUNGSIONAL KERAPATAN REAKSI Cr, Cr 2, Mn, Mn 2, Fe, DAN Fe 2 DENGAN F 2, H 2, N 2, DAN O 2 : KAJIAN TEORI FUNGSIONAL KERAPATAN SKRIPSI BERLIN WIJAYA 10500017 PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

IKATAN KIMIA ORGANIK dalam bidang ilmu FARMASI

IKATAN KIMIA ORGANIK dalam bidang ilmu FARMASI IKATAN KIMIA ORGANIK dalam bidang ilmu FARMASI Teori tentang ikatan kimia ini dipelopori oleh Kossel dan Lewis (1916) yang membagi ikatan kimia atas 2 (dua) bagian besar yakni: ikatan ionik atau ikatan

Lebih terperinci

PERCOBAAN I ANALISIS BUTANA

PERCOBAAN I ANALISIS BUTANA PERCOBAAN I ANALISIS BUTANA Tujuan : Minimisasi energi konformasi butana dengan menggunakan medan gaya (Force Field) MM+. Latar Belakang : Minimisasi energi mengubah geometri dari molekul ke energi yang

Lebih terperinci

TUGAS INDIVIDU MATA KULIAH KIMIA UNSUR UNSUR NITROGEN. Disusun Oleh : Indah Ar ( )

TUGAS INDIVIDU MATA KULIAH KIMIA UNSUR UNSUR NITROGEN. Disusun Oleh : Indah Ar ( ) TUGAS INDIVIDU MATA KULIAH KIMIA UNSUR UNSUR NITROGEN Disusun Oleh : Indah Ar (0610920028) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2009 SUMMARY Nitrogen

Lebih terperinci

Indo. J. Chem. Sci. 3 (1) (2014) Indonesian Journal of Chemical Science

Indo. J. Chem. Sci. 3 (1) (2014) Indonesian Journal of Chemical Science Indo. J. Chem. Sci. 3 (1) (2014) Indonesian Journal of Chemical Science http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs KAJIAN TEORITIS SINTESIS ISOPULEGIL ASETAT DARI R-(+)-SITRONELAL DIKATALISIS Zr 4+

Lebih terperinci

! " "! # $ % & ' % &

!  ! # $ % & ' % & Valensi ! " "! # $ % & ' %& # % ( ) # *+## )$,) & -#.. Semua unsur memiliki bilangan oksidasi +1 Semua unsur memiliki bilangan oksidasi +2 Semua unsur memiliki bilangan oksidasi +3. Tl juga memiliki bilangan

Lebih terperinci

KARAKTERISASI TEORITIS SEMIKONDUTOR SILICON NANOTUBE ARMCHAIR MENGGUNAKAN METODE DFT

KARAKTERISASI TEORITIS SEMIKONDUTOR SILICON NANOTUBE ARMCHAIR MENGGUNAKAN METODE DFT KARAKTERISASI TEORITIS SEMIKONDUTOR SILICON NANOTUBE ARMCHAIR MENGGUNAKAN METODE DFT (THEORETICAL CHARACTERIZATION OF ARMCHAIR SILICON NANOTUBE BASED DFT METHOD) Rieska Amilia* dan I Gusti Made Sanjaya

Lebih terperinci

ENERGI TOTAL KEADAAN DASAR ATOM BERILIUM DENGAN TEORI GANGGUAN

ENERGI TOTAL KEADAAN DASAR ATOM BERILIUM DENGAN TEORI GANGGUAN Jurnal Ilmu dan Inovasi Fisika Vol. 0, No. 02 (207) 28 33 Departemen Fisika FMIPA Universitas Padjadjaran ENERGI TOTAL KEADAAN DASAR ATOM BERILIUM DENGAN TEORI GANGGUAN LIU KIN MEN *, SETIANTO, BAMBANG

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II ISBN : 978-602-97522-0-5 PROSEDING SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II Konstribusi Sains Untuk Pengembangan Pendidikan, Biodiversitas dan Metigasi Bencana Pada Daerah Kepulauan SCIENTIFIC COMMITTEE: Prof.

Lebih terperinci

J. Ind. Soc. Integ. Chem., 2013, Volume 5, Nomor 2 PERHITUNGAN MOMEN DWIKUTUB MOLEKUL AIR DENGAN TEORI GRUP

J. Ind. Soc. Integ. Chem., 2013, Volume 5, Nomor 2 PERHITUNGAN MOMEN DWIKUTUB MOLEKUL AIR DENGAN TEORI GRUP PERHITUNGAN MOMEN DWIKUTUB MOLEKUL AIR DENGAN TEORI GRUP Asrial Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Jambi,Kampus Pinang Masak, Jambi, Indonesia e-mail : organozinn@yahoo.de; Telp.: 0741-7007454/081319074907

Lebih terperinci

Ikatan dan Isomeri. Prof. Dr. Jumina Robby Noor Cahyono, S.Si., M.Sc.

Ikatan dan Isomeri. Prof. Dr. Jumina Robby Noor Cahyono, S.Si., M.Sc. Ikatan dan Isomeri Prof. Dr. Jumina Robby Noor Cahyono, S.Si., M.Sc. Susunan Elektron dalam Atom Mulai dikenalkan oleh Rutherford: Atom terdiri atas inti yg kecil & padat dan dikelilingi oleh elektron-elektron

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA TERPADU GRUP IMC (INTERMOLECULAR CHEMISTRY) OLEH : Dr. Parsaoran Siahaan, MS

PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA TERPADU GRUP IMC (INTERMOLECULAR CHEMISTRY) OLEH : Dr. Parsaoran Siahaan, MS P a n d u a n P K T G r u p I M C 0 PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA TERPADU GRUP IMC (INTERMOLECULAR CHEMISTRY) OLEH : Dr. Parsaoran Siahaan, MS JURUSAN KIMIA FAKULTAS SAINS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

IKATAN KIMIA. RATNAWATI, S.Pd

IKATAN KIMIA. RATNAWATI, S.Pd IKATAN KIMIA RATNAWATI, S.Pd Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, diharapkan siswa dapat: Menjelaskan kecenderungan suatu unsur untuk mencapai kestabilannya Menggambarkan susunan elektron

Lebih terperinci

Struktur Molekul:Teori Orbital Molekul

Struktur Molekul:Teori Orbital Molekul Kimia Fisik III, Struktur Molekul:, Dr. Parsaoran Siahaan, November/Desember 2014, 1 Pokok Bahasan 3 Struktur Molekul:Teori Orbital Molekul Oleh: Dr. Parsaoran Siahaan Pendahuluan: motivasi/review pokok

Lebih terperinci

IKATAN KIMIA Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Susunan Elektron Gas Mulia Ikatan Ion Ikatan Kovalen

IKATAN KIMIA Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Susunan Elektron Gas Mulia Ikatan Ion Ikatan Kovalen IKATAN KIMIA Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Susunan Elektron Gas Mulia Ikatan Ion Ikatan Kovalen 7/19/2017 1 IKATAN KIMIA 1. Ikatan kimia adalah. 2.a.Tujuan atom berikatan. b. Aturan duplet

Lebih terperinci

Bab V Ikatan Kimia. B. Struktur Lewis Antar unsur saling berinteraksi dengan menerima dan melepaskan elektron di kulit terluarnya. Gambaran terjadinya

Bab V Ikatan Kimia. B. Struktur Lewis Antar unsur saling berinteraksi dengan menerima dan melepaskan elektron di kulit terluarnya. Gambaran terjadinya Bab V Ikatan Kimia Sebagian besar unsur yang ada di alam mempunyai kecenderungan untuk berinteraksi (berikatan) dengan unsur lain. Hal itu dilakukan karena unsur tersebut ingin mencapai kestabilan. Cara

Lebih terperinci

(2) kekuatan ikatan yang dibentuk untuk karbon;

(2) kekuatan ikatan yang dibentuk untuk karbon; Reaksi Subsitusi Nukleofilik Alifatik Reaksi yang berlangsung karena penggantian satu atau lebih atom atau gugus dari suatu senyawa oleh atom atau gugus lain disebut reaksi substitusi. Bila reaksi substitusi

Lebih terperinci

TEORI ORBITAL MOLEKUL

TEORI ORBITAL MOLEKUL Tugas Kelompok Mata Kuliah Kimia Anorganik TEORI ORBITAL MOLEKUL KELOMPOK V B EZZAR FITRIYANI ANWAR SAID ST. HUMAERAH SYARIF 12B160 12B160 12B16037 PROGRAM PASCASARJANA JURUSAN KIMIA UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

Kimia Koordinasi SOAL LATIHAN. Jawab soal sudah tersedia. Selesaikan soalnya, dan pelajari mengapa dipilih jawaban tersebut

Kimia Koordinasi SOAL LATIHAN. Jawab soal sudah tersedia. Selesaikan soalnya, dan pelajari mengapa dipilih jawaban tersebut Kimia Koordinasi SOAL LATIHAN Jawab soal sudah tersedia. Selesaikan soalnya, dan pelajari mengapa dipilih jawaban tersebut 1. Suatu logam nickel dapat ditulis sebagai [Ar] 4s 2 3d 8, manakah representasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemodelan molekul untuk mempelajari sifat-sifat fisik dan sifat-sifat kimia sistem molekul dengan perlakuan komputasi merupakan penelitian yang banyak diminati. Pemodelan

Lebih terperinci

SOAL-SOAL LATIHAN BAB II

SOAL-SOAL LATIHAN BAB II SOAL-SOAL LATIHAN BAB II TIPE I 1. Di antara atom-atom berikut yang susunan elektronnya stabil adalah atom dengan nomor... (1) delapan (2) sepuluh (3) tujuh belas (4) delapan belas Jawab : C 2. Berikut

Lebih terperinci

Ikatan Kimia. 2 Klasifikasi Ikatan Kimia :

Ikatan Kimia. 2 Klasifikasi Ikatan Kimia : Ikatan Kimia Ikatan Kimia : Gaya tarik yang menyebabkan atom-atom yang terikat satu sama lain dalam suatu kombinasi untuk membentuk senyawa yang lebih kompleks. 2 Klasifikasi Ikatan Kimia : 1. Ikatan ion

Lebih terperinci

BAB 3 GEOMETRI DAN KEPOLARAN MOLEKUL

BAB 3 GEOMETRI DAN KEPOLARAN MOLEKUL GEOMETRI DAN KEPOLARAN MOLEKUL 3.1 PENGANTAR MENGENAI BENTUK MOLEKUL Bentuk molekul mengontrol sifat-sifat fisik maupun kimia molekul. Geometri elektron dan bentuk molekul ditentukan oleh orientasi semua

Lebih terperinci

Dr. Sci. Muhammad Zakir Laboratorium Kimia Fisika, Jurusan Kimia, FMIPA, Unhas Makassar

Dr. Sci. Muhammad Zakir Laboratorium Kimia Fisika, Jurusan Kimia, FMIPA, Unhas Makassar Perhitungan Orbital Molekul Dr. Sci. Muhammad Zakir Laboratorium Kimia Fisika, Jurusan Kimia, FMIPA, Unhas Makassar Maksud percobaan 1. Mempelajari aplikasi software Hyperchem. Mempelajari cara menghitung

Lebih terperinci

IKATAN KOVALEN. berikutnya adalah membentuk elektron persekutuan. Dalam kerja sama ini, atom-atom

IKATAN KOVALEN. berikutnya adalah membentuk elektron persekutuan. Dalam kerja sama ini, atom-atom IKATAN KOVALEN Jika kerja sama dalam bentuk serah terima elektron tidak dapat dilakukan, maka pilihan berikutnya adalah membentuk elektron persekutuan. Dalam kerja sama ini, atom-atom yang akan berikatan

Lebih terperinci

PENENTUAN POTENSIAL SEL TEORITIS PROSES ELEKTROLISIS NATRIUM KLORIDA MENJADI NATRIUM PERKLORAT

PENENTUAN POTENSIAL SEL TEORITIS PROSES ELEKTROLISIS NATRIUM KLORIDA MENJADI NATRIUM PERKLORAT Jurnal Teknologi Dirgantara Vol. 6 No. 1 Juni 008:18-4 PENENTUAN POTENSIAL SEL TEORITIS PROSES ELEKTROLISIS NATRIUM KLORIDA MENJADI NATRIUM PERKLORAT Bayu Prianto Peneliti Pusat Teknologi Dirgantara Terapan,

Lebih terperinci

Tugas Kimia Umum kelas C (kelompok jadwal kuliah Kamis Pagi jam 8)

Tugas Kimia Umum kelas C (kelompok jadwal kuliah Kamis Pagi jam 8) Tugas Kimia Umum kelas C (kelompok jadwal kuliah Kamis Pagi jam 8) 1. The radii of the sodium and potassium ions are 102 pm and 138 pm, respectively. Which compound has stronger ionic attractions, sodium

Lebih terperinci

RINGKASAN BENTUK MOLEKUL Ringkasan Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kimia Anorganik. Disusun oleh : Nama : Bagus Muliajaya Lutfi NIM :

RINGKASAN BENTUK MOLEKUL Ringkasan Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kimia Anorganik. Disusun oleh : Nama : Bagus Muliajaya Lutfi NIM : RINGKASAN BENTUK MOLEKUL Ringkasan Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kimia Anorganik Disusun oleh : Nama : Bagus Muliajaya Lutfi NIM : 21030112120001 UNIVERSITAS DIPONEGORO FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

BAB 2 POLIMER, CIRI-CIRI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI. (mer). Akhiran mer mewakili unit struktural kimiawi berulang yang paling sederhana dari

BAB 2 POLIMER, CIRI-CIRI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI. (mer). Akhiran mer mewakili unit struktural kimiawi berulang yang paling sederhana dari A 2 POLIMER, CIRI-CIRI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI Istilah polymer menggambarkan satu molekul yang terdiri dari banyak (poli) bagian (mer). Akhiran mer mewakili unit struktural kimiawi berulang yang paling

Lebih terperinci

PERHITUNGAN MEKANIKA MOLEKUL

PERHITUNGAN MEKANIKA MOLEKUL Austrian Indonesian Centre (AIC) for Computational Chemistry Jurusan Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) KIMIA KOMPUTASI Anatomi Perhitungan Mekanika Molekul l Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Austrian-Indonesian

Lebih terperinci

Senyawa Koordinasi. Ion kompleks memiliki ciri khas yaitu bilangan koordinasi, geometri, dan donor atom:

Senyawa Koordinasi. Ion kompleks memiliki ciri khas yaitu bilangan koordinasi, geometri, dan donor atom: Senyawa Koordinasi Terdiri dari atom pusat (kation logam transisi), ligan(molekul yang terikat pada ion kompleks) dan di netralkan dengan bilangan koordinasi. Dari gambar [Co(NH 3 )6]CI 3, 6 molekul NH3

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis dan Karakterisasi Karboksimetil Kitosan Spektrum FT-IR kitosan yang digunakan untuk mensintesis karboksimetil kitosan (KMK) dapat dilihat pada Gambar 8 dan terlihat

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Falerin (4,5-dihidroksi-5 -metoksibenzofenon-3-o-glukosida) adalah isolat dari buah mahkota dewa berkerangka benzofenon yang mempunyai aktivitas antiinflamasi. Penelitian

Lebih terperinci

No. Dokumen : FTK-FR-AKD-001 FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN Tgl. Terbit : 02 September2013. SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG Hal : 1/2 SILABUS

No. Dokumen : FTK-FR-AKD-001 FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN Tgl. Terbit : 02 September2013. SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG Hal : 1/2 SILABUS KEMENTERIAN AGAMA No. Dokumen : FTK-FR-AKD-001 FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN Tgl. Terbit : 02 September2013 UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FORM (FR) No. Revisi: : 00 SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG Hal : 1/2 SILABUS

Lebih terperinci

SOAL-SOAL LATIHAN BAB II

SOAL-SOAL LATIHAN BAB II SOAL-SOAL LATIHAN BAB II TIPE I 1. Di antara atom-atom berikut yang susunan elektronnya stabil adalah atom dengan nomor... (1) delapan (2) sepuluh (3) tujuh belas (4) delapan belas 2. Berikut ini yang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG BENTUK MOLEKUL Oleh: MAYKE PUTRI HASTA RANI 21030112130128 SELASA PAGI UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2012 BENTUK MOLEKUL STRUKTUR LEWIS Struktur Lewis atau Aturan Lewis merupakan suatu aturan atau cara

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK (KI2051)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK (KI2051) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK (KI2051) PERCOBAAN 5 Alkohol dan Fenol: Sifat Fisik dan Reaksi Kimia DIAH RATNA SARI 11609010 KELOMPOK I Tanggal Percobaan : 27 Oktober 2010 Shift Rabu Siang (13.00 17.00

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER. Mata Kuliah : KIMIA KOMPUTASI Semester: VI (ENAM) sks: 3 Kode: D

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER. Mata Kuliah : KIMIA KOMPUTASI Semester: VI (ENAM) sks: 3 Kode: D FM-0-AKD-05 Rektor: (024)850808 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 850800 RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER dari 2 29 Februari 206 Mata Kuliah : KIMIA KOMPUTASI Semester: VI (ENAM) sks: 3 Kode: D34047 Program

Lebih terperinci

Pembelajaran Reaksi Isomerisasi HOCN-HNCO Melalui Studi Komputasi AB INITIO

Pembelajaran Reaksi Isomerisasi HOCN-HNCO Melalui Studi Komputasi AB INITIO Pembelajaran Reaksi Isomerisasi HOCN-HNCO Melalui Studi Komputasi AB INITIO Hasby 1,a), Mia Ledyastuti 2,b), dan Gawang Pamungkas 3,c) 1 Laboratorium Kimia Komputasi, Magister Pengajaran Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

Chemical Chemic al Bonding Bonding

Chemical Chemic al Bonding Bonding Chemical Bonding Di alam banyak ditemukan zat baik berupa unsur atau senyawa. Keberadaan zat tersebut sangat ditentukan oleh kestabilan zat itu sendiri. Jika suatu zat stabil maka kita akan menemukannya

Lebih terperinci

STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA

STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA PENULIS : 1. Sus Indrayanah, S.Si 2. Dr. rer. nat. Irmina Kris Murwani ALAMAT : JURUSAN KIMIA ITS SURABAYA JUDUL : STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA Abstrak :

Lebih terperinci

Indo. J. Chem. Sci. 2 (1) (2013) Indonesian Journal of Chemical Science

Indo. J. Chem. Sci. 2 (1) (2013) Indonesian Journal of Chemical Science Indo. J. Chem. Sci. 2 (1) (2013) Indonesian Journal of Chemical Science http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs PENGARUH ENKAPSULASI Fe DAN Cu PADA BNNT TERHADAP PARAMETER NMR MENGGUNAKAN DFT Erwin

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL IKATAN KIMIA

LATIHAN SOAL IKATAN KIMIA LATIHAN SOAL IKATAN KIMIA 1. Cara untuk mendapatkan ke stabilan atom unsur yang bernomor atom 10 adalah dengan a. Melepaskan dua elektron valensinya membentuk ion dengan muatan +2 b. Mengikat enam elektron

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Intan adalah salah satu jenis perhiasan yang harganya relatif mahal. Intan merupakan kristal yang tersusun atas unsur karbon (C). Intan berdasarkan proses pembentukannya

Lebih terperinci

RINGKASAN BAB BENTUK MOLEKUL

RINGKASAN BAB BENTUK MOLEKUL RINGKASAN BAB BENTUK MOLEKUL OLEH IGNATIUS IVAN HARTONO 21030112140047 Kata Pengantar Pada sebuah ion atau molekul dalam bentuk fisiknya pastinya memiliki bentuk dan struktur molekul. Bab ini kita dituntut

Lebih terperinci

I. KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI

I. KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI I. KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI Pendahuluan Spektroskopi adalah studi mengenai antaraksi cahaya dengan atom dan molekul. Radiasi cahaya atau elektromagnet dapat dianggap menyerupai gelombang. Beberapa sifat

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR BAB VI IKATAN KIMIA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR BAB VI IKATAN KIMIA No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 7 BAB VI IKATAN KIMIA Sebagian besar partikel materi adalah berupa molekul atau ion. Hanya beberapa partikel materi saja yang berupa atom. 1)

Lebih terperinci

Bab II Bentuk Molekul dan Gaya Antarmolekul

Bab II Bentuk Molekul dan Gaya Antarmolekul Bab II Bentuk Molekul dan Gaya Antarmolekul Sumber: oltzclaw, General Chemistry with Qualitative Analysis Model struktur DNA pada komputer ada yang berbentuk trigonal piramida, dan trigonal planar. TUJUAN

Lebih terperinci

SENYAWA ALDEHID. oleh. Dra. Machdawaty Masri,MSI, Apt.

SENYAWA ALDEHID. oleh. Dra. Machdawaty Masri,MSI, Apt. SENYAWA ALDEHID oleh Dra. Machdawaty Masri,MSI, Apt. Definisi Aldehida suatu senyawa yang mengandung gugus karbonil (C=O) yang terikat pada sebuah atau dua buah unsur hidrogen. Aldehid berasal dari alkohol

Lebih terperinci

4 Pembahasan. 4.1 Sintesis Resasetofenon

4 Pembahasan. 4.1 Sintesis Resasetofenon 4 Pembahasan 4.1 Sintesis Resasetofenon O HO H 3 C HO ZnCl 2 CH 3 O Gambar 4. 1 Sintesis resasetofenon Pada sintesis resasetofenon dilakukan pengeringan katalis ZnCl 2 terlebih dahulu. Katalis ZnCl 2 merupakan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK (KI2051)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK (KI2051) 1 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK (KI2051) PERCOBAAN 6 Aldehid dan Keton: Sifat Fisik dan Reaksi Kimia DIAH RATNA SARI 11609010 KELOMPOK I Tanggal Percobaan : 27 Oktober 2010 Shift Rabu Siang (13.00 17.00

Lebih terperinci

STRUKTUR LEWIS DAN TEORI IKATAN VALENSI

STRUKTUR LEWIS DAN TEORI IKATAN VALENSI Ikatan Kimia STRUKTUR LEWIS DAN TEORI IKATAN VALENSI Disusun oleh : Kelompok 11 Penty Cahyani 4301411038 Diyah Ayu Lestari 4301411040 Ifan Shovi 4301411041 Rombel 2 UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013 A.

Lebih terperinci

kimia Kelas X REVIEW I K-13 A. Hakikat Ilmu Kimia

kimia Kelas X REVIEW I K-13 A. Hakikat Ilmu Kimia K-13 Kelas X kimia REVIEW I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami hakikat ilmu kimia dan metode ilmiah. 2. Memahami teori atom dan

Lebih terperinci

RINGKASAN Kimia Anorganik

RINGKASAN Kimia Anorganik RINGKASAN Kimia Anorganik Materi: BAB 10 - BENTUK-BENTUK MOLEKUL Pengampu: Dr. Istadi, ST., MT. Disusun oleh: Nama : Bramantya Brian Suwignjo NIM : 21030112140169 Jurusan : S-1 Teknik Kimia (Kelas B) Hari

Lebih terperinci

kimia REVIEW I TUJUAN PEMBELAJARAN

kimia REVIEW I TUJUAN PEMBELAJARAN KTSP kimia K e l a s XI REVIEW I TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami teori atom mekanika kuantum dan hubungannya dengan bilangan

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. asil dan Pembahasan 4.1 Analisis asil Sintesis Pada penelitian ini aldehida didintesis dengan metode reduksi asam karboksilat menggunakan reduktor ab 4 / 2 dalam TF. 4.1.1 Sintesis istidinal dan Fenilalaninal

Lebih terperinci

Aris Arianto. Guru Kimia di SMAN Madani Palu. STUDENT S BOOk

Aris Arianto. Guru Kimia di SMAN Madani Palu. STUDENT S BOOk STUDENT S BOOk Aris Arianto Guru Kimia di SMAN Madani Palu Website/blog penulis : Website : http://blendedlearningkimia.com Weblog : 1. http://www.arisarianto.web.id 2. http://arisarianto.wordpress.com

Lebih terperinci

Ikatan Kimia & Larutan

Ikatan Kimia & Larutan Ikatan Kimia & Larutan Review ATOMIC STRUCTURE 2 Atomic number the number of protons in an atom 4 Atomic mass the number of protons and neutrons in an atom number of electrons = number of protons ATOMIC

Lebih terperinci

TUGAS KIMIA UMUM C (kelompok jadual kuliah Kamis Pagi jam 08.00) 1. The radii of the sodium and potassium ions are 102 pm and 138 pm, respectively.

TUGAS KIMIA UMUM C (kelompok jadual kuliah Kamis Pagi jam 08.00) 1. The radii of the sodium and potassium ions are 102 pm and 138 pm, respectively. TUGAS KIMIA UMUM C (kelompok jadual kuliah Kamis Pagi jam 08.00) 1. The radii of the sodium and potassium ions are 102 pm and 138 pm, respectively. Which compound has stronger ionic attractions, sodium

Lebih terperinci

MAKALAH KIMIA ORGANIK IKATAN KIMIA DAN STRUKTUR MOLEKUL

MAKALAH KIMIA ORGANIK IKATAN KIMIA DAN STRUKTUR MOLEKUL MAKALAH KIMIA ORGANIK IKATAN KIMIA DAN STRUKTUR MOLEKUL Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kimia Organik Dosen Pembimbing : Ir. Dyah Tri Retno, MM Disusun oleh : Kelompok 1 1. Angga Oktyashari

Lebih terperinci

Ikatan Kimia. Ikatan kimia adalah gaya tarik antar atom yang pemutusan atau pembentukannya menyebabkan terjadinya perubahan kimia.

Ikatan Kimia. Ikatan kimia adalah gaya tarik antar atom yang pemutusan atau pembentukannya menyebabkan terjadinya perubahan kimia. Ikatan Kimia 1. Ikatan Kimia 1.1 Pengertian Ikatan kimia adalah gaya tarik antar atom yang pemutusan atau pembentukannya menyebabkan terjadinya perubahan kimia. 1.2 Macam-Macam Ikatan Kimia Ikatan Ion:

Lebih terperinci

TUGAS KIMIA UMUM C (kelompok jadual kuliah Kamis Pagi jam 08.00)

TUGAS KIMIA UMUM C (kelompok jadual kuliah Kamis Pagi jam 08.00) TUGAS KIMIA UMUM C (kelompok jadual kuliah Kamis Pagi jam 08.00) 1. The radii of the sodium and potassium ions are 102 pm and 138 pm, respectively. Which compound has stronger ionic attractions, sodium

Lebih terperinci

Analisis Perturbasi Geometri Pada Proses Disosiasi Molekul O 2 Oleh Katalis Atom Fe Dengan Metode Density Functional Theory

Analisis Perturbasi Geometri Pada Proses Disosiasi Molekul O 2 Oleh Katalis Atom Fe Dengan Metode Density Functional Theory Analisis Perturbasi Geometri Pada Proses Disosiasi Molekul O 2 Oleh Katalis Atom Fe Dengan Metode Density Functional Theory Bandiyah Sri Aprillia 1, Drs. Adri Supardi, M.S 1, Herlik Wibowo, S.Si, M.Si

Lebih terperinci

SIMULASI EFEKTIVITAS SENYAWA OBAT ERITROMISIN F DAN 6,7 ANHIDROERITROMISIN F DALAM LAMBUNG MENGGUNAKAN METODE SEMIEMPIRIS AUSTIN MODEL 1 (AM1)

SIMULASI EFEKTIVITAS SENYAWA OBAT ERITROMISIN F DAN 6,7 ANHIDROERITROMISIN F DALAM LAMBUNG MENGGUNAKAN METODE SEMIEMPIRIS AUSTIN MODEL 1 (AM1) SIMULASI EFEKTIVITAS SENYAWA OBAT ERITROMISIN F DAN 6,7 ANHIDROERITROMISIN F DALAM LAMBUNG MENGGUNAKAN METODE SEMIEMPIRIS AUSTIN MODEL 1 (AM1) Agung Tri Prasetya, M. Alauhdin, Nuni Widiarti Kimia FMIPA

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Jumlah Titik Ikat Terhadap Peningkatan Ketelitian Posisi Titik pada Survei GPS

Pengaruh Penambahan Jumlah Titik Ikat Terhadap Peningkatan Ketelitian Posisi Titik pada Survei GPS Reka Geomatika Jurusan Teknik Geodesi Itenas No.2 Vol. 01 ISSN 2338-350x Oktober 2013 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Pengaruh Penambahan Jumlah Titik Ikat Terhadap Peningkatan Ketelitian Posisi

Lebih terperinci

Efisiensi reduksi bunyi pada penghalang bersusunan pagar

Efisiensi reduksi bunyi pada penghalang bersusunan pagar MediaTeknika Jurnal Teknologi Vol.9, No.2, Juni 2014, 101 Efisiensi reduksi bunyi pada penghalang bersusunan pagar Dwiseno Wihadi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma 0274-883968

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O telah diperoleh dari reaksi larutan kalsium asetat dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PEMAHAMAN KONSEP LARUTAN ASAM DAN BASA PADA TINGKAT MAKROSKOPIK DAN TINGKAT MIKROSKOPIK SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 BATU

TINJAUAN PEMAHAMAN KONSEP LARUTAN ASAM DAN BASA PADA TINGKAT MAKROSKOPIK DAN TINGKAT MIKROSKOPIK SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 BATU p-issn: 2088-6991 Jurnal Tarbiyah (Jurnal Ilmiah Kependidikan) e-issn: 2548-8376 (1-6) November 2016 TINJAUAN PEMAHAMAN KONSEP LARUTAN ASAM DAN BASA PADA TINGKAT MAKROSKOPIK DAN TINGKAT MIKROSKOPIK SISWA

Lebih terperinci

Menggambarkan Jenis-Jenis Ikatan dengan Model-Model Densitas Elektron. Kata Kunci : Densitas Elektron, kovalen, ionik, kovalen polar

Menggambarkan Jenis-Jenis Ikatan dengan Model-Model Densitas Elektron. Kata Kunci : Densitas Elektron, kovalen, ionik, kovalen polar Menggambarkan Jenis-Jenis Ikatan dengan Model-Model Densitas Elektron Oleh Dominggus Tahya *) & Muh. Tawil ) Abstrak Kerapatan elektron dapat diterapkan untuk menvisualisasikan ikatan biner, yakni ikatan

Lebih terperinci

KIMIA (2-1)

KIMIA (2-1) 03035307 KIMIA (2-1) Dr.oec.troph.Ir.Krishna Purnawan Candra, M.S. Kuliah ke-9 Teori Asam Basa Bahan kuliah ini disarikan dari Chemistry 4th ed. McMurray and Fay Faperta UNMUL 2011 Pengertian Asam dan

Lebih terperinci

KO I Pertemuan 2. Indah Solihah

KO I Pertemuan 2. Indah Solihah KO I Pertemuan 2 Indah Solihah Representations of Structural Formulas Menggambar struktur molekul menggunakan Dot formula (struktur lewis) lebih tidak praktis daripada dash formula (struktur garis) maupun

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Metoda Sintesis Membran Kitosan Sulfat Secara Konvensional dan dengan Gelombang Mikro (Microwave) Penelitian sebelumnya mengenai sintesis organik [13] menunjukkan bahwa jalur

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK OLEH NAMA : ISMAYANI NIM : F1F1 10 074 KELOMPOK : III ASISTEN : SYAWAL ABDURRAHMAN, S.Si. LABORATORIUM FARMASI FAKULTAS

Lebih terperinci

TEORI IKATAN VALENSI

TEORI IKATAN VALENSI TEORI IKATAN VALENSI Pembentukan ikatan kovalen dapat dijelaskan menggunakan dua teori yaitu teori ikatan valensi dan teori orbital molekul. Berdasarkan teori ikatan valensi, ikatan kovalen dapat terbentuk

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 4 Kimia Unsur. Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada materi Kimia Unsur.

Kegiatan Belajar 4 Kimia Unsur. Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada materi Kimia Unsur. 1 Kegiatan Belajar 4 Kimia Unsur Capaian Pembelajaran Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada materi Kimia Unsur. Subcapaian pembelajaran: 1. Menjelaskan sifat unsur golongan

Lebih terperinci

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS)

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS) KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS) 1.PENDAHULUAN 2.KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI 3.SPEKTROSKOPI UV-VIS 4.SPEKTROSKOPI IR 5.SPEKTROSKOPI 1 H-NMR 6.SPEKTROSKOPI 13 C-NMR 7.SPEKTROSKOPI MS 8.ELUSIDASI STRUKTUR Teknik

Lebih terperinci