3 STRUKTUR KRISTAL. Bab 3 Struktur Kristal 31. Gambar 3.1 Strukrur Kristral dalam sistem sumbu X, Y, Z.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "3 STRUKTUR KRISTAL. Bab 3 Struktur Kristal 31. Gambar 3.1 Strukrur Kristral dalam sistem sumbu X, Y, Z."

Transkripsi

1 STRUKTUR KRISTAL. STRUKTUR LOGAM Dalam usaha mengklasifikasikan material perlu ditentukan apakah material berbentuk kristalin ( logam paduan konvensional), non kristalin (gelas) atau campuran dari kedua jenis struktur tersebut. Perbedaan yang perlu diperhatikan antara struktur kristalin dan non kristalin dapat dilakukan dengan menerapkan konsep tatanan. Susunan bahan padat tergantung pada susunan atom-atom, ion-ion atau molekul-molekul yang saling berikatan. Kristal adalah bahan padat yang atom-atomnya tersusun dalam satu pola yang berulang dalam tiga dimensi yang juga disebut sebagai padatan kristalin (Crystaline solid). Susunan atom-atom yang beraturan tersebut disebut struktur kristal. Keteraturan atau kekristalan suatu struktur tidak dapat dijumpai pada gas atau cairan. Diantara padatan, logam, keramik dan polimer dapat berupa kristalin ataupun kristalin tergantung pada proses pembuatannya atau parameter komposisinya. Sebagai contoh, logam jika didinginkan dari keadaan cairnya dengan kecepatan pendinginan yang sangat cepat akan terbentuk amorph (bukan kristal). Keteraturan susunan atom ini dapat digambarkan dengan menggunakan tiga sistem sumbu (x,y,z) seperti gambar.. Gambar. Strukrur Kristral dalam sistem sumbu X, Y, Z. Bab Struktur Kristal

2 Ada tiga cara pendekatan untuk mempelajari sifat-sifat logam, yaitu :. Menghitung sifat-sifat seperti konstanta elastik dan konsuktifitas listrik untuk logam yang berbeda langsung dengan menggunakan hukum-hukum yang mengatur perilaku elektron-elektron pada pada atom-atom logam dengan menggunakan teori kuantum.. Menggunakan prinsip parameter termodinamika seperti koefisien aktifitas dan energi bebas yang sangat efektif untuk mengetahui sifat-sifat kimia logam dan hubungan antar fasa pada paduan logam.. Menggunakan prinsip struktur kristal dan menghubungkan sifat-sifat logam terhadap karakteristik susunan ataom-atom penyusunnya. Ikatan logam dapat divisualisasikan secara sederhana sebagai sebaran ion positif yang terikat satu sama lain oleh elektron yang seolah-olah berfungsi sebagai perekat. Ionion positif yang saling tolak-menolak ini tertarik oleh perekat tersebut yang dikenal dengan istilah awan elektron. Struktur kristal yang umumnya terdapat pada logam murni adalah BCC (body centered cubic), FCC (face centered cubic) dan HCP ( hexagonal closed packed).namun untuk logam paduan dan senyawa non logam struktur kristalnya sangat komplek... Kubik Berpusat Badan (body centered cubic/bcc) Gambar.. di bawah menunjukkan sel satua dari BCC dan contoh logam yang mempunyai struktur kristal BCC antara lain Fe, Cr, Li, Mo, W, V. Dari gambar atomic site unit cell terlihat bahwa atom pusat dikelilingi oleh 8 atom terdekat dan dikatakan mempunyai bilangan koordinasi 8. Dari gambar isolated unit cell terlihat bahwa ada satu atom utuh terletak di tengah sel satuan dan /8 atom terdapat pada tiap-tiap sudut sel satuan, sehingga dalam satu sel satuan BCC terdapat atom. Berdasarkan gambar di bawah dapat ditentukan jari-jari atomnya dengan menggunakan formula : 4R a = 4R atau a = dari gambar hard sphere unit cell dimana sel satuan BCC digambarkan sebagai bola, faktor penumpukan atom (atomic facking factor) dapat dihitung dengan formula : Voleme atom - atom dalam sel satuan APF = Volume sel satuan dari hasil perhitungan diperoleh harga APF untuk sel satuan BCC adalah 68%, artinya 68% dari volume sel satuan BCC tersebut ditempati oleh atom-atom dan sisanya sebesar Bab Struktur Kristal

3 % merupakan tempat kosong. Jadi struktur kristal BCC bukan merupakan struktur yang padat. Gambar. Struktur Kristal Kubik berpusat Badan (BCC).. Kubik Berpuast Muka (face centered cubic /FCC) Gambar di bawah menunjukkan sel satuan dari FCC dan contoh logam yang mempunyai struktur kristal FCC antara lain Fe, Al, Cu, Ni, Pb. Dari gambar di bawah terlihat bahwa sel satuan FCC terdiri dari satu titik lattice pada setiap sudut dan satu titik lattice pada setiap sisi kubus. Setiap atom pada struktur kristal FCC dikelilingi oleh atom, jadi bilangan koordinasinya adalah. Dari gambar di bawah hard sphere unit cell terlihat bahwa atom-atom dalam struktur kristal FCC Bab Struktur Kristal

4 tersusun dalam kondisi yang cukup padat. Ini terbukti dengan tingginya harga APF dari sel satuan FCC yaitu 74% dibandingkan denag APF sel satuan BCC. Sel satuan FCC mempunyai 8 x /8 (pada sudut kubus) + 6 x ½ ( pada pusat sisi kubut) = 4 atom per sel satuan. Hubungan antara panjang sisi kubus a, dengan jari-jari R dapat ditentukan dengan menggunkan formula : a = 4R atau a = 4R Gambar. Struktur Kristal Kubik berpusat Muka (FCC).. Hexagonal closed packed (HCP) Gambar di bawah menunjukkan sel satuan dari HCP dan contoh logam yang mempunyai struktur kristal HCP antara lain Cd, Co, Mg, Ti, Zn, Zr. Setiap atom pada struktur kristal HCP dikelilingi oleh atom, sama dengan FCC mempunyai bilangan Bab Struktur Kristal 4

5 koordinasinya adalah. Dari gambar di bawah hard sphere unit cell terlihat bahwa atom-atom dalam struktur kristal HCP tersusun dalam kondisi yang cukup padat. Ini terbukti dengan tingginya harga APF dari sel satuan HCP yaitu 74%. Sel satuan HCP mempunyai 6 atom per sel satuan, yaitu x 6 x /6 ( pada sudut lapisan bawah dan atas + x ½ ( pada pusat lapisan bawah dan atas) + (lapisan tengah). Gambar.4 Struktur Sel Satuan Hexagonal Close-Packed Contoh soal. Tentukan volume packing fraction (VPF) dan estimasi kerapatan dar (a) molybdinum, (b) Emas, (c) Cobalt dan (d0 Silikon (a). Molybdinum struktrur kristalnya berbentuk BCC mempunyai dua atom dengan jarak antar atom a =,40 A o dan berat atom = 95,94 gr/mol sehingga Volume atom per unit sel VPF = Volume dalam unit sel VPF = 4 x π. r 4r ( ) π VPF = = Estimasi kerapatan dari molybdinum Massa atom per unit sell Kerapa tan = Volume dalam unit sel Bab Struktur Kristal 5

6 Kerapa tan = x 6.0 x 0-8 (.048 x l0 ) Kerapa tan = 0.85gr / cm (b). Emas struktrur kristalnya berbentuk FCC mempunyai empat atom dengan jarak antar atom a = 4,079 A o dan berat atom = 96,97 gr/mol sehingga Volume atom per unit sel VPF = Volume dalam unit sel VPF = 4 4 x π. r 4r ( ) π VPF = = Estimasi kerapatan dari molybdinum Massa atom per unit sell Kerapa tan = Volume dalam unit sel Kerapa tan = x 6.0 x 0-8 (4,079 x l0 ) Kerapa tan = 9,65gr / cm (C). Cobalt struktrur kristalnya berbentuk HCP mempunyai dua atom dengan jarak antar atom a =,50 A o, C = a = A o dan berat atom = 58,9 gr/mol sehingga Volume atom per unit sel VPF = Volume dalam unit sel 4 x π. r VPF = = a Cos 0 4.r VPF = x π. r x,6 x r x Estimasi kerapatan dari molybdinum Massa atom per unit sell Kerapa tan = Volume dalam unit sel Bab Struktur Kristal 6

7 Kerapa tan = (.50) Kerapa tan = 8,856gr / cm 58,9 x 6.0 x 0 x 4.085x0-8 x (D). Silikon adalan kubin diamon mempunyai 8 atom dalam satu unit sel dengan jarak antar atom a = 5,404 A o dan berat atom = 8,085 gr/mol sehingga Volume atom per unit sel VPF = Volume dalam unit sel VPF 4 8 x π. r = = r ( ) Estimasi kerapatan dari molybdinum Massa atom per unit sell Kerapa tan = Volume dalam unit sel 8,085 8 x Kerapa tan = 6.0 x 0 =,64 gr/cm -8 (5,404 x0 ). KRISTAL SEJATI DAN KETIDAKSEMPURNAAN Dalam mengembangkan pemahaman kita tentang logam, kita telah berangapan bahwa kisi kristal logam terbentuk dari tatanan atom-atom yang sempurna dan beraturan. Teori zona, yang dibahas berpijak pada pandangan tentang kristal ideal, meskipun kita menyadari bahwa kristal sejati (kristal dalam kenyataan sehari-hari) tidak pernah demikian sempurna. Struktur dasar krstal logam sejati memang beraturan, namun distorsi kisi serta ketidaksempurnaan tertentu lain memang ada. Salah satu penyebab ketidakteraturan itu adalah karena atom-atom tidak pernah diam melainkan bergetar disekitar kedudukan purata dalam kisi, dengan frekuensi yang ditentukan oleh gaya antaratom dan dengan amplitudo yang bergantung pada temperatur kristal. Panas jenis (specifi heat) logam terjadi karena adanya efek ini. Komplikasi yang kedua adalah adanya kristal mungkin mengandung atom-atom asing, baik disengaja seperti pada unsur paduan (alloy) atau tidak Bab Struktur Kristal 7

8 disengaja disebut takmurnian (impurities), yang karena berbeda ukuran atomknya menyebabkan distorsi-distorsi local pada kisi pelarut (solvent) bersangkutan. Atomatom terlarut (solvent) itu mungkin tersebar secara acak dalam kristal seperti pada Gambar.5(a) dan (b), yakni bila dijumlah pada larutan padat (solid solution), atau mungkin mengumpal dengan sesama membentuk partikel-partikel fase kedua (Gambar.5(c)). Gambar.5 Diagram skematik (a) larutan padat substitusional, (b) larutan padat interstisial, (c) campuran fase, (d) dislokasi, (e) pasangan kosong-interstisial Disamping akibat adanya atom-atom asing, ketidakmurnian lain adalah yang umumnya digolongkan sebagai ketidasempurnaan atau cacat kisi. Ketidaksempurnaan ini mungkin berupa (i) cacat volume, misalnya karena adanya retakan atau rongga; (ii) cacat garis, misalnya karena adanya dislokasi; atau (iii) cacat titik, misalnya karena adanya kedudukan kisi yang kosong dan adanya atom intertisi. Salah susun (stacking fault) timbul karena pada pendekatan pertama secara elektrostatik sedikit sekali pilihan yang dapat diambil dari urutan menurut bidang susunan rapat dalam logam f.c.c. ABCABC dan menurut bidang susunan rapat Bab Struktur Kristal 8

9 dalam logam c.p.h ABABAB Jadi pada logam seperti tembaga atau emas, atomatom disebagian dari salah satu lapisan susunan rapat mungkin masuk ke posisi yang salah dalam hubungan dengan atom-atom di lapisan sebelah atas serta di sebelah bawahnya, sehingga terjadilah salah susun yang dimaksudkan (misalnya, ABCBCABC ). Susunan demikian sesungguhnya stabil, namun karena harus ada usaha khusus untuk membuatnya dengan sengaja, kondisi salah susun lebih sring dijumpai pada logam yang diubah bentuknya ketimbang pada logam yang dianil. Dislokasi juga ditemukan pada kristal sejati. Ketidaksempurnaan ini berpengaruh sekali terhadap sifat-sifat kristal yang erat kaitannya dengan struktur, misalnya kekuatan ulur (yield strength), kekerasan, dan sebagainnya, dan diketahuio bahwa menurut perhitungan kekuatan ulur serta kekuatan patah (breaking strength) kristal ideal sekitar 00 hingga kali lebih besar ketimbang pada kristal sejati. Ini karena dislokasi baris menyebabkan banyak diameter atomic pada kisi menjadi lebih panjang, seperti tampak pada Gambar.8(d); akibatnya bagian ini menjadi bagian yang lemah. Cacat titik juga berpangaruh terhadap sifat mekanik, akan tetapi lebih besar lagi pengaruhnya terhadap gejala sepeti difusi, misalnya, yang melibatkan gerak tiap atom secara sendiri-sendiri didalam kristal. Diagram skematik untuk kisi, yang tampak pada Gambar.8(e), mengambarkan baik danya kedudukan kosong pada kisi, yang pada kristal sempurna seharusnya menmpati rongga diantara atomatom normal. Dengan mudah kita bergerak disbanding atom-atom lain. Guna melengkapi gambaran kita tentang logam, perlu ditekankan bahwa sepotong logam yang dijumpai sehari-hari bukan terbentuk dari sebuah kristal tunggal berukuran besar, melainkan terdiri atas kristal-kristal kecilsaling taut yang banyak sekali (disebut polycrystalline). Dalam keseluruhan massa logam, tiap kristal atau butir dibatasi dari sesamanya oleh suatu permukaan tiga dimensi yang disebut batas butir (grain boundary) yang bentuknya tidak ada hubungan dengan tatanan atom dalam kristal. Orientasi poros krstal dalam suatu butir biasanya brbeda dari orientasi butir lain, yang seringkali antara 0 o dan 40 o, sehingga batas butir boleh dibayangkan sebagai suatu daerah sempit (sekitar dua kali tebal atom). Lewat dari batas itu orientasi kisi butir yang satu berbeda dari yang lain. Bab Struktur Kristal 9

10 Karena cacat kisi (yaitu, adanya atom terlarut, adanya kedudukan kosong, dan adanya dislokasi) dapat didistribusikan ke seluruh logam dengan berbagai cara yang beragam, fisika logam bias menjadi bidang pengkajian yang sangat menarik.. DASAR-DASAR KRISTALOGRAFI Sering sekali perlu mengacu ke bidang dan arah tertentu dalam suatu kisi kristal, misalnya untuk menyatakan bahwa pengedepan (presipitasi) terjadi pada bidang-bidang sejajar dengan sisi kubus, atau bahwa suatu logam memiliki bagian paling lunak pada arah sejajar dengan diagonal kubus. Agar sedehana, pernyataanprenyataan seperti di atas diungkapkan dalm notasi yang disebut system indeks Miller. Dalam sistem itu dipilih tiga sumbu: X, Y, dan Z, yang masing-masing sejajar dengan ketiga rusuk sel kristal. Untuk menetapkan suatu bidang kristal kita perlu menentukan perpotongannya dengan ketiga sumbu X, Y, dan Z, kemudian mengambil kebalikannya (reciprocal/invers) dan menyamakan penyebutya. Bentuk kebalikan perpotongan itu aka menjadi h/n, k/n, l/n, sehigga bila bilangan bulat hkl ditulis dalam kurung aka menyatakan indeks Miller untuk bidang bersangkutan (h, k, l). Gamabar.6 menampilkan beberapa bidang penting dalam syitem kubus untuk menjelaskan metode di atas. Bidang yang tampak dalam Gambar.6(a) membuat perpotongan dengan sumbu-sumbu X, Y, dan Z, masing-masing seharga panjang satu sel, yaitu,,,. Kelebihan harga-harga itu tetap,, atau,,, dan karena penyebut ketiga harga itu sudah sama maka bidang tadi dinyatakan dengan (). Gambar.6b) memperlihatkan sebuah bidang yang memotong sumbusumbu X, Y, dan Z di titik-titik,, dan (tak terhingga). Kebalikan perpotongan bidang itu adalah,, dan 0, karena itu disebut bidang (0). Contoh terakhir, Gambar.6c), memperlihatkan sebuah bidang yang harga-harga perpotongannya adalah, dan. Kebalikan harga-harga tersebut adalah, -, dan sehingga, notasi untuk bidang itu adalah ( ). Bab Struktur Kristal 40

11 Gambar.6 Indikasi Miller mengenai bidang dalam kristal kubik, (a) (), (b) (0), (c) () Indeks (), misalnya, atau lebih umum (hkl), bukan hanya mengambarkan bidag dengan harga-harga h, k, dan l yang telah ditentukan, melainkan semua himpunan bidang yang sejajar dengan bidang tersebut. Sering kita harus mendefinisikan semua bidang yang tipe kristalografiknya tertentu, misalnya semua sisi kubus, bukan hanya yang sejajar dengan (00) dan ini dinyatakan dengan indeks yang sama tetapi mengunakan kurung berbeda. Jadi himpunan semua sisi kubus dinyatakan dengan {00}, yang isinya meliputi bidang-bidang (00), (00), (00), (00), (00), dan (00). Untuk mendefinisikan arah kita harus menarik sebuah garis melalui titik pusat sejajar dengan arah yang belum diketahui, kemudian menentukan koordinat salah satu titik pada garis tadi dengan rusuk sel sebagai satuan panjang. Koordinat yang didapat dengan cara ini selanjutnya dibulatkan, dan untuk membedakannya dari indeks yang dimaksudkan untuk bidang, indeks arah ditulis di dalam kurung persegi. Sebagai contoh, bila koordinat tersebut adalah X = a, Y = -b, Z = c/, maka notasi untuk arah garis adalah [6]. Untuk sistem kubus, penentuan indeks arah masih mudah, karena ternyata arah yang didefinisikan seperti di atas memiliki indeks sama dengan bidang tegak lurusnya. Jadi, sumbu X yang tegak lurus bidang (00) mempunyai arah [00], sementara arah yang sejajar dengan diagonal kubus adalah arah []. Untuk menunjukan himpunan semua arah bertipe kristalografik sama, lagi-lagi kita mengunakan bentuk kurung yang berbeda. Dalam hal ini 00 Bab Struktur Kristal 4

12 menyatakan himpunan semua rusuk kubus, yang meliputi garis-garis dengan arah [00], [00], [00], [00], [00], dan [00]. Dalam system kristal lain misalnya tetragonal atau orthorombus, notasi indeks Miller juga digunakan, namun dalam kristal heksagonal notasi itu perlu dimodifikasi. Dalam notasi Miller-Bravais kita mengunakan empat sumbu, tiga di antaranya(x, Y, dan U) saling membentuk sudut 0 o sepanjang arah-arah susunan rapat pada bidang basal, sementara sumbu keempat (Z) adalah sumbuh tegak lurus. Perpotongan sebuah bidang dengan sumbu-sumbu itu ditentukan seperti cara terdahulu, dan notasi untuk indeks Miller-Bravais adalah (hkil). Gambar.6 memperlihatkan beberapa bidang utama kristal heksagonal. Sekarang coba jabarkan bidang yang ditampilkan pada Gambar.6(c). Titik-titik potong dengan sumbusumbu X, Y, U, dan Z di situ berturut-turut adalah,, - dan, sehingga kebalikan masing-masing adalah,, -, dan, jadi indeks Miller-Bravais untuk menyatakan bidang ini adalah ( ). Dari contoh ini kita dapat melihat bahwa (h + k + i) sama dengan nol. Dan ini merupakan cirri umum sistem kristal heksagonal. Untuk arah-arah kristalografik dalam sistem heksagonal boleh digunakan tiga atau empat sumbu. Arah d yang dijabarkan dengan sistem tiga sumbu atau sistem Miller mempunyai indeks U, V, W sedemikian sehingga d = Ua + Va + Wc Jadi arah susunan rapat pada bidang basal adalah [00], [0] dan [00]. Arah d 4 yang dijabarkan dengan system empat sumbu memiliki indeks u, v, t, w sedemikian sehingga d 4 = ua + va + ta + wc Gambar.7 Indikasi Miller-Bravais mengenai bidang dalam kristal heksagonal, (a) bidang dasar {00}, (b) bidang prisma {00}, dan (c) bidang pyramid {} Bab Struktur Kristal 4

13 Jika kondisi ditentukan sedemikian sehingga u + v + t = 0, maka secara kristalografik arah-arah yang sama akan mempunyai indeks sama pula, sebagai contoh arah-arah susunan rapat akan menjadi [0], [ 0] dan [ 0 ]. Indeksindeks Miller untuk arah tidak dapat dikonversikan ke indeks-indeks Millere-Bravias dengan hanya menyisipkan indeks t sehingga t = -(u + v), namun harus mengunakan persamaan-persamaan U = u t, V = v t, W = w atau u = (U V), v = (V- U), t = -(u + v) Sistem Miller-Bravais untuk notasi bidang-bidang dan arah-arah kristalografik memiliki kelebihan disbanding sistem tiga indeks, karena bidangbidang dan arah-arah yang sma memiliki indeks-indeks yang sama pula..4 PROYEKSI STEREOGRAFIK Hubungan antara bidang, arah dan sudut kristal dapat digambarkan dengan lebih mudah pada digram dua dimensi menggunakan gemetri proyeksi. Proyeksi stereografik sering digunakan, terutama dalam analisis tanda-tanda yang muncul pada butir-butir polesan sesudah deformasi, yaitu garis-garis pergeseran (slip), kembaran (twin), retakan (crack), dan sebagainya, dan dalam penentuan orientasi kristrl tunggal atau kecenderungan orientasi butir-butir dalam agregat polikristalin. Kristal diandaikan terletak di pusat sebuah bola, seperti tampak pada Gambar.8(a) untuk sebuah kristal kubus, sedemikian sehingga bidang seperti () yang ditandai, boleh diwakili oleh sebuah titik P di permukaan bola yang disebut kutub dan merupakan perpotongan antara normal bidang () dengan permukaan bola. Sudut antara dua kutub (00) dan () pada Gambar.7(b) dapat diukur dalam satuan derajat melalui busur lingkaran besar antara kutub-kutub P dan P. Menyatakan semua bidang dalam sebuah kristal dengan cara ini tentu menjemukan. Karena itu dalam proyeksi setereografik, susunan kutub pada bola acuan, yang menyatakan bebagai bidang dalam kristal, diproyeksikan ke bidang ekuator. Pola kutub-kutub yang diproyeksikan ke bidang ekuator atau bidang primitif ini degan demikian merupakan proyeksi stereografik kristal. Bab Struktur Kristal 4

14 Sebagaimana tampak pada Gambar.7(c), kutub-kutub di belahan utara bola acuan diproyeksikan ke bidang ekuator dengan menghubungkan kutub P ke kutub selatan S, sementara yang di belahan selatan bola acuan, misalnya Q, diproyeksikan dengan cara sama ke arah kutub utara N. Gambar.7(c) memperlihatkan proyeksi stereografik beberapa bidang kubus sederhana seperti {00}, {0} dan {}, yang menunjukan bahwa bidang-bidang kristalografik dengan kutub-kutub di belahan selatan bola acuan dalam stereogram diberi notasi berupa lingkaran, sementara yang mempunyai kutub di belahan utara diberi notasi titik. Gambar.8 Prinsip proyeksi stereografik, mengilustrasikan (a) kutub P ke bidang (), (b) sudut antara dua kutub P, P, dan (c) proyeksi stereografik kutub P, dan P ke bidang () dan (00) respectivety Dalam Gambar.8(b), sudut antara dua kutub pada bola acuan sama dengan banyaknya derajat busur yang memisahkan keduanya pada lingkaran besar. Oleh sebab itu, sudut antara P dan P dapat diketahui dengan mudah dengan bantuan sebuah oenutup transparan berpola lingkaran-lingkaran bujur dan lintang seperti yang Bab Struktur Kristal 44

15 digunakan untuk keperluan geografi. Sarana sejenis lain untuk itu adalah jala stereografik, yang biasa disebut jala Wulff. Jala Wulff seperti yang tampak dalam Gambar.8(a) terbagi dalam selang-selang o. Bujur-bujur dalam proyeksi itu digambarkan dari atas ke bawah, sedagka lintang-llintang dari kiri ke kanan. Jadi untuk mengukur jarak menyudut (angular distance) antara dua kutub dalam stereogram, jala diroptasikan terhadap pusat bola sampai kedua kutub terletak pada bujur yang sama, yang berhimpit dengan salah satu lingkaran besar pada bola acuan. Sudut antara kedua kutub tersebut adalah selisih lintang sepanjang bujur. Pembaca mungkin saja ingin mengukur sudut antara beberapa bidang degan cara ini hasilnya dapat diperbadingkan dengan sudut hasil perhitungan mengunakan rumus berikut cos θ = (h h + k k + l l )/ [( h + + )( h + k + )] k l l dengan (h, k, l ) dan (h, k, l ) indeks-indeks Miller untuk dua bidang yang diamati. Beberapa aturan kristalografik yang penting dapat diringkaskan sebagai berikut: (i) Hukum zona: jika hu + kv + lw = 0, maka bidang (hkl) berisi garis [uvw]. Semua bidang berbeda yang berisi [uvw] disebut membentuk sebuah zona dengan [uvw] sebagai sumbu zona (analog dengan lembar-lembar buku terhadap lipatannya. Kutub bidang berisi [uvw] harus terletak 90 o terhadap bidang bersangkutan. Tempat kedudukan semua kutub seperti itu disebut lingkaran zona. Hubungan antara lingkaran zona terhadap sama dengan hubungan antara bidang terhadap kutub. Dalam sistem kubus, lingkaranlingkaran zona dan tempat-tempat kedudukan bidang dengan indeks sama saling bertumpuk. Tidak demikian halnya pada sistem kristal lain. (ii) Bila sebuah zona berisi (h k l ) dan (h k l ) maka zona tersebut juga berisi setiap kombinasi linier bidang-bidang itu, misalnya m(h k l ) + n(h k l ). Sebagai contoh, zona [] + berisi [ 0] dan [0], dan karena itu juga (iii) (iv) harus berisi [0 ] + [0] = [0], [0] + [0] = [ ], dsb. Hal yang sama berlaku untuk semua arah-arah berbeda dalam bidang yang sama. Menurut hokum penambahan vector, [u v w ] + [u v w ] terletak antara [u v w ] dan [u v w ]. Sudut antara dua arah dapat dihitung dengan rumus berikut: Bab Struktur Kristal 45

16 cosθ = [ u v w ][. u v w ] u v w u v w = [( u u u + v + v v + w )( u + w w + v + w )] yang pada dasarnya sama dengan rumus untuk sudut antara dua bidang. Namun ini hanya berlaku untuk sistem kubus. Dalam pembuatan stereogram baku untuk kristal mana pun alangkah baiknya memperlihatkan dahulu unsur-unsur simetri dalam strukturnya. Sebagai contoh, coba perhatikan kristal kubus, kaena ini yang paling simetrik disbanding kristal-kristal lain. Kalau diamati lebih teliti terlihat bahwa kubus mempunyai tiga belas sumbu, sembilan bidang dan sebuah pusat simetri, serta bahwa ketiga belas sumbu simetri terbentuk dari sumbu lipatan-empat atau tetrad axes, 4 sumbu lipatan-tiga atau triad axes, dan 6 sumbu lipatan-ganda atau diad axes. Sumbu simetri lipatan-n berfungsi sedemikian rupa sehingga sesudah rotasi dengan sudut π /n, kristal akan menempati posisi identik atau sama dengan posisi semula dalam ruang. Jadi, sumbu tetrad melalui pusat setiap muka kubus sejajar dengan slah satu rusuk, dan rotasi 90 o ke arah mana pun terhadap salah satu sumbu ini akan membuat kubus menempati Gambar.9 (a) Jaringan Wullf (dari jaringan yang disiapakan pada tahun 888 oleh Admiral C.D sigsbee, seizing Hydrographic Dept., US navy Posisi baru yang secara kristalografi tidak dapat dibedakan dari posisi lama. Demikian pula, diagonal kubus membentuk 4 sumbu lipatan-tiga, dan setiap garis melaluibagian tengah rusuk-rusuk berlawanan membentuk 6 sumbu simetri lipatanganda. Unsur-unsu simetri ini mudah terlihat dalam proyeksi sferik kristal kubus dalam Gambar.9(b). Di situ sumbu-sumbu tetared 00 dituliskan dengan simbol kotak, sumbu triad dengan simbol segitiga, dan sumbu diad dengan simbol () (segidua). Dalam proyeksi stereogram ke dalam 4 segitiga bola yang Bab Struktur Kristal 46

17 sama, biasa disebut segita unit. Segita-segita ini berhubungan dengan ke-48 segitiga yang tampak dalam proyeksi sferik (4 diatas dan 4 di bawah). Gambar.0 Proyeksi bidang dalam kristal kubik, (b) proyeksi sferek, dan (c) proyeksi stereografik Simetri lipatan-dua, simetri lipatan-tiga dan simetri lipatan-empat terhadap kutub-kutub {0}, {} dan {0}, juga mudah dillihat. Akhirnya, pembuatan stereogram menunjukan berlakunya aturan vektor yang menyatakan bahwa indeks suatu bidang dapat ditentukan cukup dengan menambahkan hasilkali-hasilkali bidang lain yang terletak dalam zona sama. Sebagai contoh, dari Gamabar.0(b) dapat dilihat bidang (0) terletak antara bidang (00) dan (00) dan di sini jelas bahwa 00 = Dengan bantuan unsur-unsur simetri itu, jelas pula bahwa bidang {0} harus ada sebab simetri terhadap sumbu-sumbu {} dan {00} berturut-turut merupakan sumbu-sumbu lipatan-tiga dan lipatan-empat. Dalam contoh lain, jelaslah bahwa bidang () terletak antara bidang () dan (00) karena = + 0 dan bahwa nimpunan bidang {} harus terdiri atas 4 bidang, juga disebut icositerahedron. Bidang () adalah contoh bidang kristal paling umum dalam system kubus karena indeks-indeksnya, yaitu h, k, dan l, semua berbeda. Bidang ini terletak antara () dan (0), dan ke- 48 bidang angota himpunan {} bersama-sama membentuk heksakisoktahedron, yaitu octahedron bermuka enam. Suatu hal penting untuk menggunakan referensi terhadap suatu bidang dan arah tertentu pada suatu kristal. Notasi yang digunakan adalah sistem indek Miller. Mengacu pada sumbu utama OA, OB, OC dari suatu sel satuan ( lihat gambar ), Bidang PQR Bab Struktur Kristal 47

18 dapat dituangkan dalam indek Miller h, k, dan l dimana indek tersebut merupakan kebalikan dari perpotongan bidang dengan sumbu utama, dalam hal panjang sumbu, Jadi : OA h = ; OP OB OC k = ; l = OQ OR Indeks tersebut di atas berada dalam kurung, jadi (h, k, l) atau (h k l). Setiap pecahan selalu dibulatkan untuk menghasilkan bilangan bulat yang terkecil. Untuk menggambarkan arah di dalam suatu kristal, gambar sebuah titik asal suatu sel satuan ( titik O pada gambar ) sejajar dengan arah yang ingin ditentukan, dan catat koordinat dari titik yang muncul dari sel satuan. Disini juga sama seperti bidang kristal, yaitu setiap nilai pecahan dibulatkan kebilangan bulat yang terkecil. Sebagai contoh arah UV dengan menarik garis OW dari titik O sejajar dengan UV. Koordinat dari titik yang muncul W adalah 0,, ½ atau 0,, yang ditulis dalam bentuk (0,,). Dalam penulisan notasi Miller telah disepakati bahwa ; Tada kurung ( ) dan [ ] menyatakan arah bidang spesifik Tada kurung < > dan { } menyatakan arah dan bidang dengan tipe yang sama Soal-soal. Apa yang dimaksud dengan sel satuan dan kristal?. Uraikan jenis kristal yang saudara ketahui!. Hitung jarak antar atom dari struktur kristal BCC, FCC dan HCP! 4. Hitung Volume Packing Factor (VPF) dan estimasikan kerapatan dari (a). Molybdinum, (b). Emas, (c). Cobalt dan (d) Silikon! 5. Hitung Volume Packing Factor (VPF) dan estimasikan kerapatan dari BeO dan MgO. Gunakan konstanta kisi BeO =,909 o A dan MgO = 4,0 o A! 6. Tentukan Indek miller dalam arah (a). Dari titik (,0,) ke titik (4,5,6). (b). Dari titik ( -,,5) ke titik (,,). (c). Dari titik (,5,7) ke titik (,-,5). (d). Dari titik (,4,5) ke titik (-,,-) (e). Dari titik (,,6) ke titik (5,0,)! 7. Gambarkan struktur bidang {00}, {}, {0}! Bab Struktur Kristal 48

19 Daftar Pustaka. Mangonon. P.L, 999. The Principles of materials Selection for Engineering Design, Printice-Hall International,Inc. Hal Smallman R.E. dan R.J. Bishop,999. Metalurgi Fisik Moderen dan Rekayasa Material Erlangga. Jakarta. Bab Struktur Kristal 49

MODUL IV JUDUL : KRISTALOGRAFI I BAB I PENDAHULUAN

MODUL IV JUDUL : KRISTALOGRAFI I BAB I PENDAHULUAN MODUL IV JUDUL : KRISTALOGRAFI I BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Modul IV ini adalah modul yang akan memberikan gambaran umum tentang kristalografi, pengetahuan tentang kristalografi sangat penting

Lebih terperinci

02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM

02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM 02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM 2.1. Cacat Kristal Diperlukan berjuta-juta atom untuk membentuk satu kristal. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila terdapat cacat atau ketidakteraturan dalam tubuh kristal.

Lebih terperinci

01 : STRUKTUR MIKRO. perilaku gugus-gugus atom tersebut (mungkin mempunyai struktur kristalin yang teratur);

01 : STRUKTUR MIKRO. perilaku gugus-gugus atom tersebut (mungkin mempunyai struktur kristalin yang teratur); 01 : STRUKTUR MIKRO Data mengenai berbagai sifat logam yang mesti dipertimbangkan selama proses akan ditampilkan dalam berbagai sifat mekanik, fisik, dan kimiawi bahan pada kondisi tertentu. Untuk memanfaatkan

Lebih terperinci

PERUBAHAN SIFAT MELALUI STRUKTUR ATOM

PERUBAHAN SIFAT MELALUI STRUKTUR ATOM PERUBAHAN SIFAT MELALUI STRUKTUR ATOM 1.1 STRUKTUR ATOM Setiap atom terdiri dari inti yang sangat kecil yang terdiri dari proton dan neutron, dan di kelilingi oleh elektron yang bergerak. Elektron dan

Lebih terperinci

MAKALAH FISIKA BAHAN STRUKTUR & GEOMETRI KRISTAL (BCC, FCC, HCP) : KERAPATAN KRISTAL

MAKALAH FISIKA BAHAN STRUKTUR & GEOMETRI KRISTAL (BCC, FCC, HCP) : KERAPATAN KRISTAL MAKALAH FISIKA BAHAN STRUKTUR & GEOMETRI KRISTAL (BCC, FCC, HCP) : KERAPATAN KRISTAL Disusun Oleh: Kelompok 3 1. Zuhrotul Ainy (2411 100 019) 2. Evita Wahyundari (2411 100 031) 3. Dhira Gunawan (2411 100

Lebih terperinci

SUSUNAN ATOM DALAM. 1. Irfa Hambali 2. Rezki Al Khairi. 4. Junedi Ramdoner 5. Priselort D. 7. Venti Nuryati

SUSUNAN ATOM DALAM. 1. Irfa Hambali 2. Rezki Al Khairi. 4. Junedi Ramdoner 5. Priselort D. 7. Venti Nuryati SUSUNAN ATOM DALAM BENDA PADAT 1. Irfa Hambali 2. Rezki Al Khairi 3. M. Cakra Megasakti 4. Junedi Ramdoner 5. Priselort D 6. Joko Prianto 7. Venti Nuryati Anggota Kelompok 1 Joko Prianto Irfa Hambali Rezki

Lebih terperinci

Struktur Kristal Logam dan Keramik

Struktur Kristal Logam dan Keramik Struktur Kristal Logam dan Keramik 1. Selayang Pandang Muhammad Fauzi Mustamin [*] Jurusan Fisika, Universitas Hasanuddin Maret 2015 Material padat dapat diklasifikasi berdasarkan karakteristik atom atau

Lebih terperinci

WUJUD ZAT. SP-Pertemuan 1

WUJUD ZAT. SP-Pertemuan 1 WUJUD ZAT SP-Pertemuan 1 WUJUD ZAT (PADATAN) SP-Pertemuan 1 Padatan: Suatu susunan satuan (atom atau molekul) yang tersusun sangat teratur dan diikat oleh gaya tertentu Tergantung sifat gaya: Ikatan kovalen:

Lebih terperinci

B. HUKUM-HUKUM YANG BERLAKU UNTUK GAS IDEAL

B. HUKUM-HUKUM YANG BERLAKU UNTUK GAS IDEAL BAB V WUJUD ZAT A. Standar Kompetensi: Memahami tentang ilmu kimia dan dasar-dasarnya serta mampu menerapkannya dalam kehidupan se-hari-hari terutama yang berhubungan langsung dengan kehidupan. B. Kompetensi

Lebih terperinci

Kerapatan atom struktur kristal bisa dicari dengan persamaan:

Kerapatan atom struktur kristal bisa dicari dengan persamaan: Faktor penumpukan atom untuk sel satuan HCP adalah sama dengan sel satuan FCC. Logam yang mempunyai struktur kristal ini antara lain: cadmium, magnesium, titanium dan seng. KERAPATAN ATOM Kerapatan atom

Lebih terperinci

BAB III KETIDAKSEMPURNAAN BAHAN PADAT

BAB III KETIDAKSEMPURNAAN BAHAN PADAT BAB III KETIDAKSEMPURNAAN BAHAN PADAT Susunan yang sempurna ada di keseluruhan material kristal pada skala atom tidaklah ada. Semua bahan padat mengandung sejumlah besar cacat atau ketaksempurnaan. 3.1

Lebih terperinci

BAB III KETIDAKSEMPURNAAN BAHAN PADAT

BAB III KETIDAKSEMPURNAAN BAHAN PADAT BAB III KETIDAKSEMPURNAAN BAHAN PADAT Susunan yang sempurna ada di keseluruhan material kristal pada skala atom tidaklah ada. Semua bahan padat mengandung sejumlah besar cacat atau ketaksempurnaan. CACAT

Lebih terperinci

BAB I STRUKTUR KRISTAL

BAB I STRUKTUR KRISTAL BAB I STRUKTUR KRISTAL Sebagian besar materi fisika zat padat adalah kristal dan elektron di dalamnya, fisika zat padat mulai dikembangkan awal abad ke, mengikuti penemuan difraksi sinar-x oleh kristal.

Lebih terperinci

Struktur Kristal. Modul 1 PENDAHULUAN

Struktur Kristal. Modul 1 PENDAHULUAN F PENDAHULUAN Modul 1 Struktur Kristal Dr. I Made Astra, M.Si. isika zat padat secara umum berfokus pada atom dan elektron di dalam kristal. Kajian fisika zat padat dimulai pada permulaan abad 20 mengikuti

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Program Studi : Pendidikan Teknik Mesin Semester : 5 Matakuliah : Metalurgi Fisik Mekanik SKS : 2 Kode Matakuliah

Lebih terperinci

4. Buku teks: Introduction to solid state physics, Charles Kittel, John Willey & Sons, Inc.

4. Buku teks: Introduction to solid state physics, Charles Kittel, John Willey & Sons, Inc. Pengantar. Target: mahasiswa undergraduate menjelang tingkat akhir atau mahasiswa graduate tanpa latar belakang fisika zat padat. 2. Penjelasan Mata kuliah: tujuan perkuliahan ini adalah untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH Komponen : adalah logam murni atau senyawa yang menyusun suatu logam paduan. Contoh : Cu - Zn (perunggu), komponennya adalah Cu dan Zn Solid solution (larutan padat)

Lebih terperinci

MAKALAH ANALISA CACAT STRUKTUR PADA MATERIAL

MAKALAH ANALISA CACAT STRUKTUR PADA MATERIAL MAKALAH ANALISA CACAT STRUKTUR PADA MATERIAL Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahan Teknik Pendidikan Teknik Mesin S1, Teknik Mesin FT UNNES Dosen Pengampu Dr. Heri Yudiono, S.Pd., M.T. Disusun

Lebih terperinci

SUSUNAN ATOM BENDA PADAT

SUSUNAN ATOM BENDA PADAT SUSUNAN ATOM BENDA PADAT RADEN IRWAN FEBRIYANTO (NPM :0906602982) ANWAR SHIDDIQ ABDUL RACHMAN (NPM : 0906602420) ACHMAD GUNAWAN (NPM : 0906602364) ARIEF BUDIMAN (NPM : 0906602433) FERRY RAYA (NPM : 0906602641)

Lebih terperinci

BAB I Geometri dan Prinsip Dasar Kristal

BAB I Geometri dan Prinsip Dasar Kristal BAB I Geometri dan Prinsip Dasar Kristal 1.1. Geometri analitik 1.1.1. Sistem koordinat... 1.1.2. Persamaan bidang... 1.1.3. Sistem koordinat resiprok... 1.1.4. Perbandingan aksial 1.1.5. Zona dan sumbu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Stainless Steel Stainless steel adalah baja paduan yang memiliki sifat ketahanan korosi (karat), sehingga secara luas digunakan dalam industri kimia, makanan dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. XRD Uji XRD menggunakan difraktometer type Phylips PW3710 BASED dilengkapi dengan perangkat software APD (Automatic Powder Difraction) yang ada di Laboratorium UI Salemba

Lebih terperinci

Konsep Dislokasi. Pengertian dislokasi

Konsep Dislokasi. Pengertian dislokasi Dislokasi Konsep Dislokasi Pengertian dislokasi Dislokasi adalah suatu pergeseran atau pegerakan atom-atom di dalam sistem kristal logam akibat tegangan mekanik yang dapat menciptakan deformasi plastis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. 10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

Material Teknik BAB III: Gerakan Atom pada Benda Padat

Material Teknik BAB III: Gerakan Atom pada Benda Padat Material Teknik BAB III: Gerakan Atom pada Benda Padat GERAKAN ATOM PADA BENDA PADAT Gerakan atom pada benda padat dikenal sebagai DIFUSI Difusi adalah suatu peristiwa untuk menghilangkan perbedaan konsentrasi

Lebih terperinci

II. KEGIATAN BELAJAR 2 STRUKTUR KRISTAL BAHAN PADAT. Struktur kristal bahan padat dapat dijelaskan dengan benar

II. KEGIATAN BELAJAR 2 STRUKTUR KRISTAL BAHAN PADAT. Struktur kristal bahan padat dapat dijelaskan dengan benar II. KEGIATAN BELAJAR 2 STRUKTUR KRISTAL BAHAN PADAT A. Sub Kompetensi Struktur kristal bahan padat dapat dijelaskan dengan benar B. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu

Lebih terperinci

dislokasi pada satu butir terjadi pada bidang yang lebih disukai (τ r max).

dislokasi pada satu butir terjadi pada bidang yang lebih disukai (τ r max). DEFORMASI PLASTIS BAHAN POLIKRISTAL Deformasi dan slip pada bahan polikristal lebih kompleks. Polikristal terdiri dari banyak butiran ( grain ) yang arah slip berbeda satu sama lain. Gerakan dislokasi

Lebih terperinci

pendinginan). Material Teknik Universitas Darma Persada - Jakarta

pendinginan). Material Teknik Universitas Darma Persada - Jakarta BAB V DIAGRAM FASE Komponen : adalah logam murni atau senyawa yang menyusun suatu logam paduan. Contoh : Cu - Zn (perunggu) komponennya adalah Cu dan Zn Solid solution (larutan padat) : terdiri dari beberapa

Lebih terperinci

KIMIA FISIKA KESETIMBANGAN CAIR-UAP & PADAT-UAP. Prof. Heru Setyawan Jurusan Teknik Kimia FTI ITS

KIMIA FISIKA KESETIMBANGAN CAIR-UAP & PADAT-UAP. Prof. Heru Setyawan Jurusan Teknik Kimia FTI ITS KIMIA FISIKA KESETIMBANGAN CAIR-UAP & PADAT-UAP Prof. Heru Setyawan Jurusan Teknik Kimia FTI ITS 2 Kesetimbangan Fasa Satu Komponen Perubahan fasa yang terjadi ketika cairan yang dipanaskan dalam wadah

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudaryatno Sudirham ing Utari Mengenal Sifat-Sifat Material (1) 14-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) BAB 14 Gejala Permukaan Setelah kita mengenal fasa-fasa, kita akan melihat

Lebih terperinci

Tembaga 12/3/2013. Tiga fasa materi : padat, cair dan gas. Fase padat. Fase cair. Fase gas. KIMIA ZAT PADAT Prinsip dasar

Tembaga 12/3/2013. Tiga fasa materi : padat, cair dan gas. Fase padat. Fase cair. Fase gas. KIMIA ZAT PADAT Prinsip dasar Jurusan Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) KIMIA ZAT PADAT Prinsip dasar Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Laboratorium Kimia Fisika,, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

Struktur Atom (Atomic Structure)

Struktur Atom (Atomic Structure) Konsep Dasar Struktur Atom (Atomic Structure) Tiap atom terdiri dari inti atom yang sangat kecil yang tersusun dari proton dan neutron yang dikelilingi oleh elektron. Lukhi Mulia S Konsep Dasar Bilangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 4.1. KARAKTERISTIK SERBUK 4.1.1. Serbuk Fe-50at.%Al Gambar 4.1. Hasil Uji XRD serbuk Fe-50at.%Al Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan

Lebih terperinci

Kategori unsur paduan baja. Tabel periodik unsur PENGARUH UNSUR PADUAN PADA BAJA PADUAN DAN SUPER ALLOY

Kategori unsur paduan baja. Tabel periodik unsur PENGARUH UNSUR PADUAN PADA BAJA PADUAN DAN SUPER ALLOY PENGARUH UNSUR PADUAN PADA BAJA PADUAN DAN SUPER ALLOY Dr.-Ing. Bambang Suharno Dr. Ir. Sri Harjanto PENGARUH UNSUR PADUAN PADA BAJA PADUAN DAN SUPER ALLOY 1. DASAR BAJA 2. UNSUR PADUAN 3. STRENGTHENING

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudaryatno Sudirham ing Utari Mengenal Sifat-Sifat Material (1) 15-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) BAB 15 Difusi Difusi adalah peristiwa di mana terjadi tranfer materi melalui

Lebih terperinci

BAB 2. KEDUDUKAN KRISTAL DALAM TIGA DIMENSI Kedudukan Utama Bidang terhadap Ketiga Sumbu Kristalografi

BAB 2. KEDUDUKAN KRISTAL DALAM TIGA DIMENSI Kedudukan Utama Bidang terhadap Ketiga Sumbu Kristalografi BAB 2. KEDUDUKAN KRISTAL DALAM TIGA DIMENSI 2.1. Kedudukan Utama Bidang terhadap Ketiga Sumbu Kristalografi Kedudukan atau posisi suatu bidang kristal terhadap sumbu kristalografinya dapat dibedakan menjadi

Lebih terperinci

04 05 : DEFORMASI DAN REKRISTALISASI

04 05 : DEFORMASI DAN REKRISTALISASI 04 05 : DEFORMASI DAN REKRISTALISASI 4.1. Deformasi 4.1.1 Pengertian Deformasi Elastis dan Deformasi Plastis Deformasi atau perubahan bentuk dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu deformasi elastis dan deformasi

Lebih terperinci

PENGARUH SISTEM GESER SUSUNAN ATOM DALAM SEL SATUAN TERHADAP KEKUATAN MATERIAL LOGAM

PENGARUH SISTEM GESER SUSUNAN ATOM DALAM SEL SATUAN TERHADAP KEKUATAN MATERIAL LOGAM PENGARUH SISTEM GESER SUSUNAN ATOM DALAM SEL SATUAN TERHADAP KEKUATAN MATERIAL LOGAM Toegas S. Soegiarto STEM Akamigas, Jl. Gajah Mada No. 38. Cepu E-mail: tssoegiarto@ akamigas-stem.esdm.go.id ABSTRAK

Lebih terperinci

PENGERASAN PERMUKAAN BAJA ST 40 DENGAN METODE CARBURIZING PLASMA LUCUTAN PIJAR

PENGERASAN PERMUKAAN BAJA ST 40 DENGAN METODE CARBURIZING PLASMA LUCUTAN PIJAR PENGERASAN PERMUKAAN BAJA ST 40 DENGAN METODE CARBURIZING PLASMA LUCUTAN PIJAR BANGUN PRIBADI *, SUPRAPTO **, DWI PRIYANTORO* *Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 1008, DIY 55010

Lebih terperinci

Pada saat terjadinya deformasi plastis maka melibatkan pergerakan sejumlah besar dislokasi,

Pada saat terjadinya deformasi plastis maka melibatkan pergerakan sejumlah besar dislokasi, Pada saat terjadinya deformasi plastis maka melibatkan pergerakan sejumlah besar dislokasi, Contoh pergerakan dislokasi garis bisa dilihat pada gambar 7.1. Proses dimana deformasi plastis terjadi karena

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal ME KANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu : a. KINE MATI KA = Ilmu

Lebih terperinci

12/03/2015. Nurun Nayiroh, M.Si

12/03/2015. Nurun Nayiroh, M.Si Fasa (P) Fasa (phase) dalam terminology/istilah dalam mikrostrukturnya adalah suatu daerah (region) yang berbeda struktur atau komposisinya dari daerah lain. Nurun Nayiroh, M.Si Fasa juga dapat didefinisikan

Lebih terperinci

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) BIDANG KIMIA SUB KIMIA FISIK 16 Mei 2017 Waktu : 120menit Petunjuk Pengerjaan H 1. Tes ini terdiri atas

Lebih terperinci

TIN107 Material Teknik. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d

TIN107 Material Teknik. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d 1 TIN107 Material Teknik Dislokasi 2 Logam terdiri dari kristal yang merupakan susunan atom yang beraturan Dalam kristal terdapat cacat kisi yang dinamakan dislokasi Pergerakan dislokasi ke permukaan akan

Lebih terperinci

TUGAS 4 FISIKA ZAT PADAT. Penurunan Rumus Amplitudo Hamburan. Oleh : Aldo Nofrianto ( /2014 ) Pendidikan Fisika A. Dosen Pengampu Mata kuliah

TUGAS 4 FISIKA ZAT PADAT. Penurunan Rumus Amplitudo Hamburan. Oleh : Aldo Nofrianto ( /2014 ) Pendidikan Fisika A. Dosen Pengampu Mata kuliah TUGAS 4 FISIKA ZAT PADAT Penurunan Rumus Amplitudo Hamburan Oleh : Aldo Nofrianto ( 14033047/2014 ) Pendidikan Fisika A Dosen Pengampu Mata kuliah Drs. Hufri, M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

Sistem Kristal dan Kisi Bravais

Sistem Kristal dan Kisi Bravais Sistem Kristal dan Kisi Bravais Sistem kristal dapat dibagi ke dalam 7 sistem kristal. Adapun ke tujuh sistem kristal tersebut adalah Kubus, tetragonal, ortorombik, heksagonal, trigonal, monoklin, dan

Lebih terperinci

Beberapa sifat mekanis lembaran baja yang mcliputi : pengerasan. regang, anisotropi dan keuletan merupakan parameter-parameter penting

Beberapa sifat mekanis lembaran baja yang mcliputi : pengerasan. regang, anisotropi dan keuletan merupakan parameter-parameter penting BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11.1. Parameter - Parameter Sifat Mampu Bentuk Beberapa sifat mekanis lembaran baja yang mcliputi : pengerasan regang, anisotropi dan keuletan merupakan parameter-parameter penting

Lebih terperinci

BENDA WUJUD, SIFAT DAN KEGUNAANNYA

BENDA WUJUD, SIFAT DAN KEGUNAANNYA BENDA WUJUD, SIFAT DAN KEGUNAANNYA Benda = Materi = bahan Wujud benda : 1) Padat 2) Cair 3) Gas Benda Padat 1. Mekanis kuat (tegar), sukar berubah bentuk, keras 2. Titik leleh tinggi 3. Sebagian konduktor

Lebih terperinci

DIKTAT KULIAH MATERIAL TEKNIK

DIKTAT KULIAH MATERIAL TEKNIK DIKTAT KULIAH MATERIAL TEKNIK FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA DIKTAT KULIAH MATERIAL TEKNIK Disusun : ASYARI DARYUS Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas Darma Persada Jakarta. KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Kimia

Pengantar Ilmu Kimia Bab1 Pengantar Ilmu Kimia Kimia : Ilmu Pengetahuan bagi Abad 21 Kesehatan dan Pengobatan Sistem sanitasi Operasi dengan anestesi Vaksin dan antibiotik Energi dan Lingkungan Energi Fosil Energi Surya Energi

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 1. Terhadap koordinat x horizontal dan y vertikal, sebuah benda yang bergerak mengikuti gerak peluru mempunyai komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB 2 Teori Dasar 2.1 Konsep Dasar

BAB 2 Teori Dasar 2.1 Konsep Dasar BAB 2 Teori Dasar 2.1 Konsep Dasar 2.1.1 Momen Magnet Arus yang mengalir pada suatu kawat yang lurus akan menghasilkan medan magnet yang melingkar di sekitar kawat, dan apabila kawat tersebut dilingkarkan

Lebih terperinci

BAB FISIKA ATOM. Model ini gagal karena tidak sesuai dengan hasil percobaan hamburan patikel oleh Rutherford.

BAB FISIKA ATOM. Model ini gagal karena tidak sesuai dengan hasil percobaan hamburan patikel oleh Rutherford. 1 BAB FISIKA ATOM Perkembangan teori atom Model Atom Dalton 1. Atom adalah bagian terkecil dari suatu unsur yang tidak dapat dibagi-bagi 2. Atom-atom suatu unsur semuanya serupa dan tidak dapat berubah

Lebih terperinci

Kelompok : SMK Tingkat : XII ( Duabelas ) Bidang Keahlian : Ti, Kes, Sos Hari/Tanggal : Prog. Keahlian : Ti, Kes, Sos W a k t u : 0

Kelompok : SMK Tingkat : XII ( Duabelas ) Bidang Keahlian : Ti, Kes, Sos Hari/Tanggal : Prog. Keahlian : Ti, Kes, Sos W a k t u : 0 Kelompok : SMK Tingkat : XII ( Duabelas ) Bidang Keahlian : Ti, Kes, Sos Hari/Tanggal : Prog. Keahlian : Ti, Kes, Sos W a k t u : 0 PETUNJUK UMUM :. Isikan identitas Anda ke dalam Lembar Jawaban Komputer

Lebih terperinci

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja Heat Treatment Pada Logam Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma Proses Perlakuan Panas Pada Baja Proses perlakuan panas adalah suatu proses mengubah sifat logam dengan cara mengubah struktur mikro

Lebih terperinci

C. y = 2x - 10 D. y = 2x + 10

C. y = 2x - 10 D. y = 2x + 10 1. Diantara himpunan berikut yang merupakan himpunan kosong adalah... A. { bilangan cacah antara 19 dan 20 } B. { bilangan genap yang habis dibagi bilangan ganjil } C. { bilangan kelipatan 3 yang bukan

Lebih terperinci

Ringkasan Materi Kuliah Bab II FUNGSI

Ringkasan Materi Kuliah Bab II FUNGSI Ringkasan Materi Kuliah Bab II FUNGSI. FUNGSI REAL, FUNGSI ALJABAR, DAN FUNGSI TRIGONOMETRI. TOPIK-TOPIK YANG BERKAITAN DENGAN FUNGSI.3 FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS. FUNGSI REAL, FUNGSI ALJABAR,

Lebih terperinci

14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys)

14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys) 14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys) Magnesium adalah logam ringan dan banyak digunakan untuk aplikasi yang membutuhkan massa jenis yang ringan. Karakteristik : - Memiliki struktur HCP (Hexagonal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Kristal Dalam usaha mengklasifikasikan material perlu ditentukan apakah material berbentuk kristalin (logam paduan konversional), nonkristal (gelas) atau campuran dari

Lebih terperinci

FONON I : GETARAN KRISTAL

FONON I : GETARAN KRISTAL MAKALAH FONON I : GETARAN KRISTAL Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendahuluan Fisika Zat Padat Disusun Oleh: Nisa Isma Khaerani ( 3215096525 ) Dio Sudiarto ( 3215096529 ) Arif Setiyanto ( 3215096537

Lebih terperinci

I. Pendahuluan Listrik Magnet Listrik berkaitan dengan teknologi modern: komputer, motor dsb. Bukan hanya itu

I. Pendahuluan Listrik Magnet Listrik berkaitan dengan teknologi modern: komputer, motor dsb. Bukan hanya itu I. Pendahuluan Listrik Magnet Listrik berkaitan dengan teknologi modern: komputer, motor dsb. Bukan hanya itu 1 Muatan Listrik Contoh klassik: Penggaris digosok-gosok pada kain kering tarik-menarik dengan

Lebih terperinci

TUGAS UAS MATA KULIAH CBET CURRICULUM DEVELOPMENT ( KJ 902 )

TUGAS UAS MATA KULIAH CBET CURRICULUM DEVELOPMENT ( KJ 902 ) TUGAS UAS MATA KULIAH CBET CURRICULUM DEVELOPMENT ( KJ 902 ) Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Mata Kuliah CBET Curriculum Development Dosen: Bapak Dr. Tedjo Narsojo Reksoatmojo, ST.,

Lebih terperinci

BAB II VEKTOR DAN GERAK DALAM RUANG

BAB II VEKTOR DAN GERAK DALAM RUANG BAB II VEKTOR DAN GERAK DALAM RUANG 1. KOORDINAT CARTESIUS DALAM RUANG DIMENSI TIGA SISTEM TANGAN KANAN SISTEM TANGAN KIRI RUMUS JARAK,,,, 16 Contoh : Carilah jarak antara titik,, dan,,. Solusi :, Persamaan

Lebih terperinci

LOGAM DAN PADUAN LOGAM

LOGAM DAN PADUAN LOGAM LOGAM DAN PADUAN LOGAM SATU KOMPONEN digunakan luas, kawat, kabel, alat RT LEBIH SATU KOMPONEN, utk memperbaiki sifat PADUAN FASA TUNGGAL, MRPKAN LARUTAN PADAT, KUNINGAN (Tembaga + Seng) perunggu (paduan

Lebih terperinci

Ringkasan Materi Soal-soal dan Pembahasan MATEMATIKA. SD Kelas 4, 5, 6

Ringkasan Materi Soal-soal dan Pembahasan MATEMATIKA. SD Kelas 4, 5, 6 Ringkasan Materi Soal-soal dan Pembahasan MATEMATIKA SD Kelas 4, 5, 6 1 Matematika A. Operasi Hitung Bilangan... 3 B. Bilangan Ribuan... 5 C. Perkalian dan Pembagian Bilangan... 6 D. Kelipatan dan Faktor

Lebih terperinci

dengan vektor tersebut, namun nilai skalarnya satu. Artinya

dengan vektor tersebut, namun nilai skalarnya satu. Artinya 1. Pendahuluan Penggunaan besaran vektor dalam kehidupan sehari-hari sangat penting mengingat aplikasi besaran vektor yang luas. Mulai dari prinsip gaya, hingga bidang teknik dalam memahami konsep medan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

Yang akan dibahas: 1. Kristal dan Ikatan pada zat Padat 2. Teori Pita Zat Padat

Yang akan dibahas: 1. Kristal dan Ikatan pada zat Padat 2. Teori Pita Zat Padat ZAT PADAT Yang akan dibahas: 1. Kristal dan Ikatan pada zat Padat 2. Teori Pita Zat Padat ZAT PADAT Sifat sifat zat padat bergantung pada: Jenis atom penyusunnya Struktur materialnya Berdasarkan struktur

Lebih terperinci

MATERIAL TEKNIK DIAGRAM FASE

MATERIAL TEKNIK DIAGRAM FASE MATERIAL TEKNIK DIAGRAM FASE Pengertian Diagram fasa Pengertian Diagram fasa Adalah diagram yang menampilkan hubungan antara temperatur dimana terjadi perubahan fasa selama proses pendinginan dan pemanasan

Lebih terperinci

Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X.

Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X. EKO NURSULISTIYO Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X. Struktur gambar tersebut disebut alur Laue (Laue

Lebih terperinci

Komposisi kimia keramik bervariasi dari senyawa sederhana hingga campuran dari berbagai fasa komplek yang terikat bersamaan.

Komposisi kimia keramik bervariasi dari senyawa sederhana hingga campuran dari berbagai fasa komplek yang terikat bersamaan. Keramik (Ceramic) Material Keramik adalah material non logam dan inorganik yang terdiri atas unsur-unsur logam dan non logam yang terikat bersamaan secara primer dengan ikatan ion dan/atau ikatan logam.

Lebih terperinci

BAB III BAHAN KERAMIK. Bahan keramik merupakan senyawa inorganik dan merupakan logam (non metallic material). Keramik tersusun dari unsur logam

BAB III BAHAN KERAMIK. Bahan keramik merupakan senyawa inorganik dan merupakan logam (non metallic material). Keramik tersusun dari unsur logam BAB III BAHAN KERAMIK Bahan keramik merupakan senyawa inorganik dan merupakan bahan bukan logam (non metallic material). Keramik tersusun dari unsur logam (metallic) dan non logam (non metallic) dengan

Lebih terperinci

BAB I TEGANGAN DAN REGANGAN

BAB I TEGANGAN DAN REGANGAN BAB I TEGANGAN DAN REGANGAN.. Tegangan Mekanika bahan merupakan salah satu ilmu yang mempelajari/membahas tentang tahanan dalam dari sebuah benda, yang berupa gaya-gaya yang ada di dalam suatu benda yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi,menyebabkan pengembangan sifat dan karakteristik aluminium terus

BAB I PENDAHULUAN. tinggi,menyebabkan pengembangan sifat dan karakteristik aluminium terus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemakaian aluminium dalam dunia industri yang semakin tinggi,menyebabkan pengembangan sifat dan karakteristik aluminium terus ditingkatkan. Aluminium dalam bentuk

Lebih terperinci

Gaya Antarmolekul dan Cairan dan Padatan

Gaya Antarmolekul dan Cairan dan Padatan Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi dimodifikasi oleh Dr. Indriana Kartini Bab V Gaya Antarmolekul dan Cairan dan Padatan Fasa merupakan bagian homogen suatu sistem

Lebih terperinci

MATEMATIKA EBTANAS TAHUN 1993

MATEMATIKA EBTANAS TAHUN 1993 MATEMATIKA EBTANAS TAHUN 99 EBT-SMP-9-0 Ditentukan A = {v, o, k, a, l} ; B = {a, i, u, e, o} Diagram yang menyatakan hal tersebut di atas A. B. v o u v o i a k u k l I l a e v o u v o u a k a k l e l i

Lebih terperinci

steady/tunak ( 0 ) tidak dipengaruhi waktu unsteady/tidak tunak ( 0) dipengaruhi waktu

steady/tunak ( 0 ) tidak dipengaruhi waktu unsteady/tidak tunak ( 0) dipengaruhi waktu Konduksi Tunak-Tak Tunak, Persamaan Fourier, Konduktivitas Termal, Sistem Konduksi-Konveksi dan Koefisien Perpindahan Kalor Menyeluruh Marina, 006773263, Kelompok Kalor dapat berpindah dari satu tempat

Lebih terperinci

Prof. Drs.H.Darsono, M.Sc

Prof. Drs.H.Darsono, M.Sc Prof. Drs.H.Darsono, M.Sc FMIPA UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN) aquariusdus@yahoo.com Klas A: Kehadiran=10 Kuis=10 PR=20 UTS=30 UAS=30 Klas B: Kehadiran=10 Kuis=5 PR=20 UTS=30 UAS=35 PUSTAKA 1. M.A.Omar, Elementary

Lebih terperinci

Background 12/03/2015. Ayat al-qur an tentang alloy (Al-kahfi:95&96) Pertemuan Ke-2 DIAGRAM FASA. By: Nurun Nayiroh, M.Si

Background 12/03/2015. Ayat al-qur an tentang alloy (Al-kahfi:95&96) Pertemuan Ke-2 DIAGRAM FASA. By: Nurun Nayiroh, M.Si Background Pertemuan Ke-2 DIAGRAM FASA Umumnya logam tidak berdiri sendiri (tidak dalam keadaan murni) Kemurnian Sifat Pemaduan logam akan memperbaiki sifat logam, a.l.: kekuatan, keuletan, kekerasan,

Lebih terperinci

Ikatan kimia. 1. Peranan Elektron dalam Pembentukan Ikatan Kimia. Ikatan kimia

Ikatan kimia. 1. Peranan Elektron dalam Pembentukan Ikatan Kimia. Ikatan kimia Ikatan kimia 1. Peranan Elektron dalam Pembentukan Ikatan Kimia Ikatan kimia Gaya tarik menarik antara atom sehingga atom tersebut tetap berada bersama-sama dan terkombinasi dalam senyawaan. gol 8 A sangat

Lebih terperinci

LAMPIRAN C CCT pada Materi Ikatan Ion

LAMPIRAN C CCT pada Materi Ikatan Ion LAMPIRAN C CCT pada Materi Ikatan Ion 1 IKATAN ION A. KECENDERUNGAN ATOM UNTUK STABIL Gas mulia merupakan sebutan untuk unsur golongan VIIIA. Unsur unsur ini bersifat inert (stabil). Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

Identitas, bilangan identitas : adalah bilangan 0 pada penjumlahan dan 1 pada perkalian.

Identitas, bilangan identitas : adalah bilangan 0 pada penjumlahan dan 1 pada perkalian. Glosarium A Akar pangkat dua : akar pangkat dua suatu bilangan adalah mencari bilangan dari bilangan itu, dan jika bilangan pokok itu dipangkatkan dua akan sama dengan bilangan semula; akar kuadrat. Asosiatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah logam. Seiring dengan jaman yang semakin maju, kebutuhan akan logam menjadi semakin tinggi.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN FISIKA ZAT PADAT. Dra. Wiendartun, M.Si

PENDAHULUAN FISIKA ZAT PADAT. Dra. Wiendartun, M.Si PENDAHULUAN FISIKA ZAT PADAT ( FI 362 / 3 sks ) Dra. Wiendartun, M.Si I. MATERI : Struktur Kristal 1.1 kisi kristal dan basis 1.2 definisi struktur kristal. 1.3 sel konvensional dan sel primitif kristal.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Foto Mikro dan Morfologi Hasil Pengelasan Difusi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Foto Mikro dan Morfologi Hasil Pengelasan Difusi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian sambungan logam tak sejenis antara Baja SS400 dan Aluminium AA5083 menggunakan proses pengelasan difusi ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh ketebalan lapisan

Lebih terperinci

Simetri. Operasi Simetri 13/03/2015. Pertemuan ke-5 Kristalografi (Simetri: Simbol & Operasinya) Nurun Nayiroh, M.Si

Simetri. Operasi Simetri 13/03/2015. Pertemuan ke-5 Kristalografi (Simetri: Simbol & Operasinya) Nurun Nayiroh, M.Si DIFRAKSI SINAR-X Pertemuan ke-5 Kristalografi (Simetri: Simbol & Operasinya) Nurun Nayiroh, M.Si Simetri Operasi simetri: Translasi Inversi (Pusat Simetri) Rotasi Pencerminan Screw Glide Muka kristal (review

Lebih terperinci

BAB 7 KERAMIK Part 2

BAB 7 KERAMIK Part 2 BAB 7 KERAMIK Part 2 PENGERTIAN KERAMIK Keramik adalah bahan yang terbentuk dari hasil senyawa (compound) antara satu atau lebih unsur-unsur logam (termasuk Si dan Ge) dengan satu atau lebih unsur-unsur

Lebih terperinci

VEKTOR. 45 O x PENDAHULUAN PETA KONSEP. Vektor di R 2. Vektor di R 3. Perkalian Skalar Dua Vektor. Proyeksi Ortogonal suatu Vektor pada Vektor Lain

VEKTOR. 45 O x PENDAHULUAN PETA KONSEP. Vektor di R 2. Vektor di R 3. Perkalian Skalar Dua Vektor. Proyeksi Ortogonal suatu Vektor pada Vektor Lain VEKTOR y PENDAHULUAN PETA KONSEP a Vektor di R 2 Vektor di R 3 Perkalian Skalar Dua Vektor o 45 O x Proyeksi Ortogonal suatu Vektor pada Vektor Lain Soal-Soal PENDAHULUAN Dalam ilmu pengetahuan kita sering

Lebih terperinci

Matematika II : Vektor. Dadang Amir Hamzah

Matematika II : Vektor. Dadang Amir Hamzah Matematika II : Vektor Dadang Amir Hamzah sumber : http://www.whsd.org/uploaded/faculty/tmm/calc front image.jpg 2016 Dadang Amir Hamzah Matematika II Semester II 2016 1 / 24 Outline 1 Pendahuluan Dadang

Lebih terperinci

11/25/2013. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Tekanan. Tekanan. KINETIKA KIMIA Teori Kinetika Gas

11/25/2013. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Tekanan. Tekanan. KINETIKA KIMIA Teori Kinetika Gas Jurusan Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) KINETIKA KIMIA Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Laboratorium Kimia Fisika,, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seperti nanowire, nanotube, nanosheet, dsb. tidak terlepas dari peranan penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seperti nanowire, nanotube, nanosheet, dsb. tidak terlepas dari peranan penting BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sebagaimana yang telah dipaparkan pada latar belakang, material nano seperti nanowire, nanotube, nanosheet, dsb. tidak terlepas dari peranan penting katalis yang berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAHAN KONSTRUKSI & KOROSI. Bambang Sugiarto, MT. Jurusan Teknik Kimia UPN Veteran Jogyakarta 2008

BAHAN KONSTRUKSI & KOROSI. Bambang Sugiarto, MT. Jurusan Teknik Kimia UPN Veteran Jogyakarta 2008 BAHAN KONSTRUKSI & KOROSI Bambang Sugiarto, MT Jurusan Teknik Kimia UPN Veteran Jogyakarta 2008 BAHAN / MATERI AJAR 1. Pendahuluan 2. Struktur Bahan Padat 3. Sifat Mekanik Bahan 4. Logam Dan Paduan 5.

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. 6-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. 6-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudaryatno Sudirham ing Utari Mengenal Sifat-Sifat Material (1) 6-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) BAB 6 Ikatan Atom dan Susunan Atom Tentang ikatan atom dibahas dalam buku

Lebih terperinci

KRISTAL DAN KRISTALOGRAFI I

KRISTAL DAN KRISTALOGRAFI I KRISTAL DAN KRISTALOGRAFI I A. Definisi Kristal Kristal merupakan zat padat yang memiliki atom atau senyawa yang mempunyai susunan secara teratur dan berulang hingga membentuk bidang bidang kristal. Kristal

Lebih terperinci

Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional Tahun 1985 Matematika

Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional Tahun 1985 Matematika Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional Tahun 98 Matematika EBTANAS-SMP-8- Jika A = {,, 8,, 4}, B = {,,,,, } dengan himpunan semesta C = (c c bilangan cacah }, maka himpunan {., 4, 6, 9,,, } =... A' B' (A

Lebih terperinci

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2 Pelarutan Pengendapan Evaporasi 350 0 C 1 jam 900 0 C 10 jam 940 0 C 20 jam Ba(NO 3 ) Pelarutan Pengendapan Evaporasi Pencampuran Pirolisis Kalsinasi Peletisasi Sintering Pelet YBCO Cu(NO 3

Lebih terperinci

Bab 1 ZAT PADAT IKATAN ATOMIK DALAM KRISTAL

Bab 1 ZAT PADAT IKATAN ATOMIK DALAM KRISTAL Bab 1 ZAT PADAT IKATAN ATOMIK DALAM KRISTAL Kekristalan Zat Padat Zat padat dapat dibedakan menjadi: Kristal yaitu bila atom atau molekul penyusun tersusun dalam bentuk pengulangan kontinu untuk rentang

Lebih terperinci

Keramik. Ikatan atom pada keramik. Sifat-sifat bahan keramik 04/10/2016. Lukhi mulia s

Keramik. Ikatan atom pada keramik. Sifat-sifat bahan keramik 04/10/2016. Lukhi mulia s Ikatan atom pada keramik Keramik Lukhi mulia s O Ikatan ion O Ikatan kovalen O Ikatan logam O Ikatan dipol O Ikatan antar atom dan sifat-sifat kristal 1 3 1438 1438 3 3 Pendahuluan O Keramik merupakan

Lebih terperinci

(A) 3 (B) 5 (B) 1 (C) 8

(A) 3 (B) 5 (B) 1 (C) 8 . Turunan dari f ( ) = + + (E) 7 + +. Turunan dari y = ( ) ( + ) ( ) ( + ) ( ) ( + ) ( + ) ( + ) ( ) ( + ) (E) ( ) ( + ) 7 5 (E) 9 5 9 7 0. Jika f ( ) = maka f () = 8 (E) 8. Jika f () = 5 maka f (0) +

Lebih terperinci