BAB 2 Teori Dasar 2.1 Konsep Dasar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 Teori Dasar 2.1 Konsep Dasar"

Transkripsi

1 BAB 2 Teori Dasar 2.1 Konsep Dasar Momen Magnet Arus yang mengalir pada suatu kawat yang lurus akan menghasilkan medan magnet yang melingkar di sekitar kawat, dan apabila kawat tersebut dilingkarkan maka medan magnet terakumulasi di bagian tengah kawat yang melingkar tersebut dan arahnya tegak lurus bidang lingkaran. Bila gulungan kawat tersebut didekatkan pada sebuah medan magnetik luar lainnya yang homogen, maka gulungan kawat akan bergerak sampai arah dari medan magnet luar tersebut tegak lurus dengan bidang lingkaran, atau searah dengan medan magnet yang dihasilkan gulungan kawat tadi. Dengan demikian arus yang mengalir pada kawat tadi memiliki momen magnet. Cullity mendefinisikan momen magnet adalah momen kopel yang terjadi ketika sebuah magnet diletakkan tegak lurus pada medan magnet H homogen 1Oe (1Oe sama dengan 1 garis gaya/cm 2 ). [1] Satuan dari momen magnet ini adalah emu. Gambar 2.1 Momen Magnet [9] Pergerakkan elektron pada lintasannya, dan juga gerakan rotasi dari elektron tersebut sama dengan pergerakan arus pada kawat, sehingga elektron tersebut juga memiliki momen magnet. Momen magnet pada elektron berasal dari gerakkan orbital elektron mengelilingi inti atom disebut momen magnetik orbital, dan juga gerakan putar elektron pada sumbunya / rotasi, atau yang disebut momen magnetik spin. Jadi tiap elektron dalam atom dapat dianggap sebagai sebuah magnet yang memiliki momen magnetik orbital dan juga momen magnetik spin. Besarnya momen magnet 5

2 yang diakibatkan oleh spin elektron dan pergerakan elektron pada orbitnya adalah sama yaitu sebesar 1 bohr magneton. Momen magnet spin dan momen magnet orbital elektron elektron yang terdapat pada atom bisa dijumlahkan secara vektor untuk menghasilkan momen magnet atom. Gambar 2.2 Momen magnetik hasil gerakan orbital dan spin elektron [10] Dalam setiap atom, momen magnetik orbital dari beberapa pasangan elektron dapat saling menghilangkan, demikian juga dengan momen magnetik spin (momen dengan arah ke atas dapat menghilankan momen dengan arah ke bawah). Momen magnetik netto dari atom, merupakan jumlah dari momen magnetik masing-masing elektronnya, baik orbital maupun spin. Bagi atom dengan kulit dan subkulit elektron yang lengkap, maka seluruh momen magnetiknya, baik orbital maupun spin akan saling menghilangkan, sehingga bahan yang terdiri dari atom-atom yang demikian tidak dapat dimagnetisasi secara permanen Magnetisasi Magnetisasi dapat diartikan sebagai pengaruh medan magnet luar yang dikenakan pada suatu material, atau sejauh apa material tersebut termagnetisasi sebagai akibat dari adanya medan magnet luar tersebut. Lambang magnetisasi adalah M, dan satuan dari Magnetisasi adalah emu/cm 3. Besarnya magnetisasi adalah momen magnet per satuan volume. M = m/v 6

3 Magnetisasi maksimum atau magnetisasi jenuh (Ms) adalah besarnya magnetisasi yang terjadi setelah arah medan magnet dalam material tersebut telah sejajar dengan medan magnetik luar yang dikenakan pada material tersebut Induksi Magnetik Induksi magnetik dilambangkan dengan B, dan memiliki satuan Gauss. Induksi magnetik menggambarkan kuat medan magnetik internal yang muncul akibat dari adanya medan magnetik luar. Medan magnet besarnya dinyatakan dengan garis gaya/cm 2. Dengan adanya medan magnetik luar, maka muncul medan magnet sebesar H garis gaya/cm 2, dan sebagai akibat dari adanya medan magnet luar tadi material akan termagnetisasi. Saat material sudah termagnetisasi akibat adanya medan magnetik luar tadi, pada material ada 4πM garis gaya/cm 2 yang timbul. Oleh karena itu jumlah garis gaya induksi/cm 2 yang terjadi, disebut dengan induksi magnetik (B). B = H + 4πM Demikian halnya dengan magnetisasi maksimum, maka induksi magnetik maksimum dicapai ketika arah induksi magnetik sejajar dengan kuat medan magnetik luar. Gambar 2.3 Medan magnetik yang dihasilkan magnet batang [10] 7

4 2.1.4 Permeabilitas dan Suseptibilitas Permeabilitas dilambangkan dengan µ, adalah sifat dari media yang dilalui oleh medan magnetik luar dimana induksi magnetik diukur. Permeabilitas merupakan besar perbandingan antara B terhadap H. µ = B/H Karena B = H + 4πM, maka B/H = 1 + 4π(M/H) Perbandingan antara M terhadap H disebut juga suseptibilitas (κ), sehingga besarnya permeabilitas menjadi : µ = 1 + 4πκ Harga-harga permeabilitas dan juga suseptibilitas ini dapat juga dipakai untuk mengkarakterisasi sifat magnet dari suatu material. Berdasarkan nilai µ dan κ, sifat magnet dari beberapa material dapat dikarakterisasi menjadi : Domain Magnet, Saturasi, dan Hysteresis Semua bahan feromagnetik dan ferimagnetik pada temperatur di bawah temperatur Curie, yaitu batas temperatur dimana material feromagnetik dan ferimagnetik akan berubah menjadi paramagnetik, terdiri dari daerah-daerah volume kecil dimana terdapat persamaan arah dari semua momen dwikutub magnetiknya. Daerah ini disebut domain yang masing-masing telah termagnetisasi hingga magnetisasi jenuhnya. 8

5 Gambar 2.4 Domain dan dinding domain [10] Umumnya untuk bahan polikristalin, setiap butirnya terdapat beberapa buah domain magnet, domain yang bersebelahan dipisahkan oleh dinding domain dimana arah dari momennya berubah secara bertahap. Setiap material memiliki banyak sekali domain, yang semuanya mungkin memiliki orientasi magnetisasi yang berbeda. Besarnya magnetisasi (M) untuk keseluruhan bagian dari material tersebut adalah jumlah vektor magnetisasi dari semua domain, dimana besarnya kontribusi tiap domain ditentukan oleh fraksi volumenya. Untuk bahan yang tidak dimagnetisasi, jumlah vektor magnetisasi dari semua domain adalah nol. Besarnya induksi magnetik (B) dan kuat Medan luar (H) tidak proporsional pada magnet fero dan magnet feri. Hal ini berbeda dengan bahan diamagnetik, paramagnetik, dan antiferomagnetik, yang nilai dari B dan H apabila diplot pada sebuah diagram akan membentuk garis linear, dan sifat magnetnya akan hilang apabila H dihilangkan. Jika suatu material feromagnetik ataupun ferimagnetik dalam keadaan tidak dimagnetisasi (B = 0) diberikan medan luar H, maka nilai B akan meningkat secara bervariasi, sebagai fungsi dari H. Nilai B akan menjadi konstan atau tidak menunjukkan peningkatan lagi walaupun nilai H ditingkatkan. Fenomena ini disebut dengan saturasi / jenuh, nilai induksi magnet saturasinya disebut Bs, dan nilai magnetisasi saturasinya disebut Ms. Permeabilitas yang tadi dibahas merupakan kemiringan atau gradien dari kurva B H. Jika H yang kecil sudah bisa menghasilkan saturasi, maka material tersebut disebut soft magnet. Material lain, membutuhkan H yang sangat besar untuk mencapai saturasi. Material ini disebut hard magnet. Dari titik saturasi ini ketika medan magnetik H dikurangi dengan membalikkan arah medan, kurva tidak kembali melalui jalannya semula, akan tetapi 9

6 terjadi efek hysteresis, dimana laju penurunan B menjadi lebih lambat dari laju kenaikan B saat H dinaikkan, sehingga ketika nilai H = 0, masih terdapat medan B yang tersisa. Medan B yang tersisa ini disebut remanensi (B s ). Pada kondisi ini material tetap termagnetisasi walaupun tanpa adanya medan magnetik luar H. Untuk membuat nilai medan B menjadi nol, maka pemberian medan magnetik luar H dengan arah yang berbeda dilanjutkan. Pada saat nilai B = 0, nilai H yang didapat disebut dengan koersifitas (H c ). Bila pemberian medan H dilanjutkan, maka titik jenuh akan kembali dicapai. Pembalikan arah medan yang kedua kalinya dari titik jenuh di kuadran 3 ke titik jenuh semula di kuadran 1 akan membentuk hysteresis loop yang simetri, sehingga akan didapatkan lagi nilai remanensi dan koersifitas. Gambar 2.5 Kurva hysteresis magnet [10] Gambar 2.6 Kurva hysteresis hard magnet dan soft magnet [11] 10

7 Fungsi dari magnet permanen adalah menyediakan medan magnet luar. Magnet permanen yang ideal memiliki remanen magnet dan koersifitas yang besar. Energi per satuan volume yang tersimpan pada medan magnet luar yang dihasilkan magnet permanen haruslah besar, karena energi inilah yang digunakan untuk melakukan kerja. Kerapatan energi yang terdapat medan magnet luar tergantung dan sebanding dengan nilai maksimum dari perkalian BH di kuadran kedua kurva B vs H dan disebut dengan BH max. Nilai BH max adalah luas terbesar segi empat di kuadran dua kurva B-H. Gambar2.7 Area (BH) max [12] 2.2 Barium Ferit Barium ferit termasuk ke dalam kelompok ferit, yaitu oksida Fe dan logam lainnya. Ferit merupakan senyawa ionik yang memiliki sifat ferimagnetik. Sifat ferimagnetik yang hampir sama dengan feromagnetik, hanya saja tingkat magnetisasi jenuhnya lebih rendah dari feromagnetik. Material yang memiliki sifat feromagnetik bukan merupakan senyawa, tetapi merupakan elemen murni. Sifat feromagnetik biasa dimiliki oleh logam transisi Fe, Co, Ni, dan beberapa logam tanah jarang seperti Gd. Ferimagnetik hanya ditemukan pada senyawa, pada material ferimagnetik momen magnetiknya berasal dari momen magnetik atom-atom atau ion-ion yang tidak saling menghilangkan secara sempurna. Momen magnetik yang saling menghilangkan ini terjadi akibat dari terbentuknya persejajaran anti paralel. Material ferrimagnetik 11

8 mengalami magnetisasi spontan pada temperatur kamar. Magnetisasi spontan ini akan hilang pada temperatur di atas temperatur Curie, dan menjadi paramagnetik. Ferit, merupakan senyawa ionik, dan sifat magnetnya adalah ferimagnetik. Seperti tadi dijelaskan sifat magnet pada ferimagnetik muncul dari momen magnetik atom-atomnya yang tidak menghilangkan secara sempurna. Sebagai contoh dari ferit diambil barium ferit. Dalam barium ferit, ion O 2- dan Ba 2+ jumlah momen magnetnya nol. Sedangkan ion Fe 3+ memiliki momen magnet sebesar 5 µ B. Namun, momen magnet dari ion ion Fe 3+ yang terdapat dalam molekul barium ferit tidak dapat dijumlahkan begitu saja karena arah dari momen magnet atom yang terletak pada site / kisi yang berbeda pada material ferrimagnetik adalah anti paralel. Akibat adanya susunan anti paralel ini, maka momen yang memiliki arah yang berlawanan akan saling menghilangkan. Akan tetapi tidak semua momen memiliki anti paralel yang dapat saling menghilangkan, sehingga muncul momen magnetik netto yang merupakan momen yang tidak saling menghilangkan. Momen magnetik netto inilah yang membuat material ferit memiliki magnetisasi permanen tanpa pengaruh medan luar H Karakteristik Barium Ferit Barium ferit banyak digunakan untuk pembuatan hard magnet / magnet permanen. Bahan ini memiliki beberapa keunggulan yang membuatnya banyak digunakan sebagai bahan dasar pembuat magnet. Barium ferit memiliki remanensi dan koersifitas yang cukup tinggi, walaupun tidak sebesar yang dimiliki oleh materialmaterial feromagnetik. Seperti yang sebelumnya telah dijelaskan, material permanen yang baik adalah magnet yang dapat menyediakan medan magnet yang besar untuk dapat diaplikasikan oleh penggunanya, atau dengan kata lain magnet permanen dapat menyediakan energi yang besar agar dapat digunakan untuk melakukan kerja. Tingkat energi per satuan volume dari magnet diusahakan besar, supaya magnet yang didapatkan dimensinya tidak terlalu besar akan tetapi dapat memberikan energi yang besar. Kerapatan energi yang didapatkan dari medan magnet luar tergantung dan sebanding dengan nilai maksimum dari perkalian BH di kuadran kedua kurva B vs H dan disebut dengan BH max. Nilai BH max adalah luas terbesar segi empat di kuadran dua kurva B-H. Barium ferit memiliki koersifitas yang cukup tinggi, hal ini dikarenakan struktur dari barium ferit. Struktur dari barium ferit diketahui panjang di arah c, yang 12

9 menyebabkan barium ferit mudah dimagnetisasi di arah c, sifat ini dikenal dengan sifat anisotropi kristalin. Nilai koersifitas ini juga dapat ditingkatkan. Salah satu cara meningkatkan koersifitas adalah dengan cara membuat ukuran dari serbuk barium ferit berukuran nano sehingga akan dicapai keadaan dimana satu serbuk barium ferit hanya diisi oleh satu domain dengan satu arah. Keadaan ini disebut single domain particle. Gambar 2.8 Mikrostuktur serbuk barium ferit menggunakan TEM [6] Partikel barium ferrite berbentuk pelat heksagonal yang pipih dengan arah c tegak lurus terhadap permukaan pelat. Partikel yang berbentuk pelat dapat menghasilkan shape anisotropy dan dapat menurunkan koersifitas dari barium ferrite karena anisotropi kristalinnya tegak lurus terhadap shape anisotropy. Ketika dikompaksi, partikel partikel ini memiliki kecenderungan terorientasi, sehingga permukaan yang datar sejajar satu sama lain dan tegak lurus terhadap arah penekanan Struktur Kristal Barium Ferit Barium Ferit tergolong ke dalam heksagonal ferit, ferit terbagi menjadi dua golongan, kubik (mempunyai rumus umum MO.Fe 2 O 3, dengan M adalah ion logam bermuatan +2) dan heksagonal. Sel satuan barium ferit terdiri dari dua molekul barium ferit, dimana masing-masing molekul memiliki 32 atom, sehingga dalam satu sel satuan terdapat total 64 atom. Struktur sel satuan ini panjang di arah c, dengan c = 23,2 Å dan a = 5,88 Å. Ion Ba 2+ dan O 2- sama-sama besar, ukuran yang dimiliki oleh kedua ion ini hampir sama, dan keduanya bersifat non magnetik yang tersusun secara rapat. Sedangkan ion Fe 3+ dengan ukuran yang lebih kecil mengisi dengan cara interstisi. Sel yang besar terdiri dari struktur HCP (hexagonal closed packed) dan FCC (face center cubic). Kedua struktur ini terdiri dari lapisan lapisan atom yang 13

10 identik yang tersusun dengan urutan tertentu. Dalam setiap lapisan, atom terletak di sudut sudut segitiga sama sisi. Jika urutan dari lapisan lapisan tersebut adalah ABABAB.dan seterusnya, struktur yang dihasilkan adalah HCP, lalu jika urutan lapisan adalah ABCABC., struktur yang terbentuk adalah FCC. Gambar2.9 Skema struktur kristal Barium Ferit [1] Dalam sel satuan barium ferit, terdapat sepuluh lapisan dari ion berukuran besar (Ba 2+ atau O 2- ), dengan empat ion di setiap lapisan. Delapan dari lapisan tersebut terdiri dari oksigen, sedangkan dua lapisan lain masing masing mengandung satu ion barium. Sepuluh lapisan tersebut terbagi menjadi empat blok, dua kubik dan dua heksagonal. Pada setiap blok heksagonal, ion barium menggantikan satu ion oksigen di tengah di bagian tengah tiga lapisan. Secara keseluruhan, sel satuan mempunyai bentuk heksagonal. Satu-satunya ion magnetik dalam barium ferit adalah ion Fe 3+, masing - masing mempunyai momen sebesar 5 µ B. Ion ion Fe 3+ menempati tiga posisi tetrahedral, oktahedral, dan heksahedral. Momen yang dimiliki ion Fe 3+ mempunyai arah tegak lurus terhadap lapisan oksigen. Dari 24 ion Fe 3+ yang terdapat dalam satu sel satuan, 4 terletak di rongga tetrahedral, 18 di rongga oktahedral, dan 2 di rongga 14

11 heksahedral. 16 dari ion tersebut mempunyai spin ke satu arah, dan 8 yang lain memiliki arah yang berlawanan terhadap 16 ion tersebut. Momen magnet per sel satuan yang diprediksi adalah (16-8)5 = 40 µ B atau 20 µ B per molekul BaFe 12 O Solgel Auto Combustion Method Metode ini merupakan salah satu metode pembuatan serbuk berukuran nano yang digunakan untuk membuat serbuk barium ferit. Teknik sol gel auto combustion adalah teknik baru yang efisien dan hanya membutuhkan waktu singkat untuk membuat serbuk yang sangat halus. Teknik ini melibatkan pembentukan gel dan pembakaran untuk menghasilkan serbuk. Salah satu metode solgel yang banyak dipelajari adalah yang menggunakan metal alkoksida sebagai precursor atau bahan dasar pembuatannya. Akan tetapi pada penelitian ini bahan baku yang akan digunakan sebagai precursor adalah garam logam yang juga mengandung oksidan yang berguna untuk membantu proses pembakaran gel, contohnya adalah nitrat logam. Selain itu pada metode solgel auto combustion ini juga digunakan bahan bakar, sebagai bahan utama untuk melakukan proses auto combustion atau pembakaran. Pada penelitian ini bahan bakar yang akan digunakan adalah asam sitrat. Asam sitrat banyak digunakan sebagai bahan bakar juga berfungsi sebagai pengikat ion-ion logam yang tercampur. Ligan pada asam sitrat bisa membentuk kompleks dengan kation logam. Pembentukan kompleks antara ligan dari asam sitrat dan ion logam yang terlarut dapat mencegah terjadinya pengkristalan kembali garam logam. Selain itu terbentuknya ikatan in juga dapat membuat pencampuran bahan dapat berlangsung sempurna, atau tidaj terjadi segregasi bahan baku yang ada, karena hal ini dapat memberikan akibat yang kurang baik pada hasil akhir serbuk yang ingin didapatkan. Proses yang umum pada sol gel auto combustion method diawali dengan melarutkan garam logam pada deionized water untuk menyiapkan larutan dengan rasio ion logam sesuai dengan produk target. Asam sitrat dilarutkan dengan pelarut yang sama lalu ditambahkan pada larutan garam logam. Ammonia ditambahkan untuk menyesuaikan ph menjadi 7. Larutan yang terbentuk kemudian dipanaskan untuk menguapkan pelarut, larutan berubah menjadi gel kental. Gel dipanaskan lebih lanjut diikuti dengan mengembangnya gel menjadi gelembung dengan volume yang jauh lebih besar dan pembakaran sendiri yang menghasilkan pelepasan gas dalam jumlah banyak. Proses pembakaran ini berlangsung dengan sendirinya, hanya diberikan pemanasan, atau biasa disebut dengan auto combustion. Jenis pembakaran yang 15

12 terjadi (dengan nyala api dan tanpa nyala api) sangat berpengaruh terhadap ukuran serbuk yang terbentuk. Pembakaran ini menghasilkan abu halus yang mengandung produk oksida. Gas yang dikeluarkan saat pembakaran mencegah terjadinya segregasi serbuk yang terbentuk. Karakteristik serbuk yang terbentuk tergantung dari reaksi eksoterm oksidan dan bahan bakar. Reaksi eksoterm ini dipengaruhi oleh sifat dari bahan bakar yang digunakan dan rasio antara bahan bakar dengan oksidan. Serbuk yang terbentuk kemudian dikalsinasi untuk membentuk fasa BaFe 12 O 19. Banyak usaha telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh beberapa parameter sintesis terhadap karakteristik serbuk yang terbentuk. Bahadur dkk, [5] dalam penelitian yang dilakukannya membuat serbuk barium ferrite dengan tiga rasio rasio kation logam asam sitrat yaitu rasio 1:1, rasio 1:2, dan rasio 1:3. Rasio yang menghasilkan serbuk dengan sifat magnet paling baik adalah rasio 1:2. Sifat magnet yang tinggi pada sampel rasio 1:2 disebabkan oleh asam sitrat yang berfungsi sebagai agen pengikat yang membentuk ikatan kompleks dengan Fe 3+ dan Ba 2+ sehingga ion Fe 3+ dan Ba 2+ terdistribusi lebih merata dalam larutan. Saat dipanaskan, Fe 3+ dan Ba 2+ yang terdistribusi merata, akan lebih mudah membentuk BaFe 12 O 19. Pada sampel dengan rasio 1:3 sifat magnet yang dimilikinya turun karena rasio bahan bakar melebihi batas optimum dan hal ini ternyata mempengaruhi reaksi eksoterm dari bahan-bahan yang telah dicampurkan, sehingga mendorong terjadinya reaksi pembentukan fasa α-fe 2 O 3. Jianxun Qiu [7], dari penelitian yang telah dilakukannya menyimpulkan bahwa reaksi yang terjadi ketika proses kalsinasi serbuk hasil pengeringan gel adalah: Fe 2 O 3 +BaCO 3 BaFe 2 O 4 +CO 2 Hasil reaksi pengeringan gel BaFe 2 O 4 +5Fe 2 O 3 BaFe 12 O 19 Hasil yang ingin didapat 16

13 Solgel Auto Combustion sintesa BaCO 3 & Fe 2 O 3 kalsinasi Ba-nitrat + fuel + oksidan Fe-nitrat BaFe 12 O 19 Auto-combustion - fasa tunggal - butiran kecil Gambar 2.10 Gambar skema proses solgel auto combustion method dengan garam logam sebagai precursornya 17

4.2 Hasil Karakterisasi SEM

4.2 Hasil Karakterisasi SEM 4. Hasil Karakterisasi SEM Serbuk yang melewati proses kalsinasi tadi selain dianalisis dengan XRD juga dianalisis dengan menggunakan SEM untuk melihat struktur mikro, sehingga bisa dilihat bentuk dan

Lebih terperinci

Bab 4 Data dan Analisis

Bab 4 Data dan Analisis Bab 4 Data dan Analisis 4.1 Hasil XRD Pada penelitian ini dilakukan analisa dengan menggunakan XRD, serbuk yang dihasilkan lewat proses auto-combustion dan telah dikalsinasi dianalisa dengan XRD untuk

Lebih terperinci

Gambar 2.1. momen magnet yang berhubungan dengan (a) orbit elektron (b) perputaran elektron terhadap sumbunya [1]

Gambar 2.1. momen magnet yang berhubungan dengan (a) orbit elektron (b) perputaran elektron terhadap sumbunya [1] BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Momen Magnet Sifat magnetik makroskopik dari material adalah akibat dari momen momen magnet yang berkaitan dengan elektron-elektron individual. Setiap elektron dalam atom mempunyai

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Sifat magnet dari material ditentukan oleh beberapa hal diantaranya adalah sebagai berikut

BAB II DASAR TEORI. Sifat magnet dari material ditentukan oleh beberapa hal diantaranya adalah sebagai berikut 2.1 Material Magnetik BAB II DASAR TEORI Sifat magnet dari material ditentukan oleh beberapa hal diantaranya adalah sebagai berikut 2.1.1 Momen magnet Sifat magnetik dari bahan secara makroskopik timbul

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Penelitian

Bab 3 Metodologi Penelitian Bab 3 Metodologi Penelitian Percobaan ini melewati beberapa tahap dalam pelaksanaannya. Langkah pertama yang diambil adalah mempelajari perkembangan teknologi mengenai barium ferit dari berbagai sumber

Lebih terperinci

MEDAN MAGNET SUGIYO,S.SI.M.KOM

MEDAN MAGNET SUGIYO,S.SI.M.KOM MEDAN MAGNET SUGIYO,S.SI.M.KOM PENDAHULUAN Magnet dalam teknologi terapan KEMAGNETAN Macam macam bentuk magnet Magnet batang, U bulat jarum 6.2 HUKUM COLUMB 6.3 PENGERTIAN MEDAN MAGNET Ruangan disekitar

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK DAN SERAPAN GELOMBANG MIKRO BARIUM M-HEKSAFERIT BaFe 12 O 19

KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK DAN SERAPAN GELOMBANG MIKRO BARIUM M-HEKSAFERIT BaFe 12 O 19 KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK DAN SERAPAN GELOMBANG MIKRO BARIUM M-HEKSAFERIT BaFe 12 O 19 NOER AF IDAH 1109201712 DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Darminto, MSc Pendahuluan: Smart magnetic materials Barium M-Heksaferit

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Mineral Magnetik Alamiah Mineral magnetik di alam dapat digolongkan dalam keluarga oksida besi-titanium, sulfida besi dan oksihidroksida besi. Keluarga oksida besi-titanium

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Analisis Hasil Pengujian TGA - DTA Gambar 4.1 memperlihatkan kuva DTA sampel yang telah di milling menggunakan high energy milling selama 6 jam. Hasil yang didapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanomaterial memiliki sifat unik yang sangat cocok untuk diaplikasikan dalam bidang industri. Sebuah material dapat dikatakan sebagai nanomaterial jika salah satu

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

MOTTO DAN PERSEMBAHAN...

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv PRAKATA... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xii INTISARI... xiii ABSTRACT...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Material berukuran nano atau yang dikenal dengan istilah nanomaterial merupakan topik yang sedang ramai diteliti dan dikembangkan di dunia sains dan teknologi. Material

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Magnet Magnet atau magnit adalah suatu obyek yang mempunyai suatu medan magnet. Asal kata magnet diduga dari kata magnesia yaitu nama suatu daerah di Asia kecil. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanoteknologi merupakan ilmu dan rekayasa dalam penciptaan material, struktur fungsional, maupun piranti dalam skala nanometer (Abdullah & Khairurrijal, 2009). Material

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKU SECARA STOIKIOMETRI DAN NON STOIKIOMETRI TERHADAP SIFAT FISIS DAN MAGNET PADA PEMBUATAN MAGNET PERMANEN BaO.

PENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKU SECARA STOIKIOMETRI DAN NON STOIKIOMETRI TERHADAP SIFAT FISIS DAN MAGNET PADA PEMBUATAN MAGNET PERMANEN BaO. PENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKU SECARA STOIKIOMETRI DAN NON STOIKIOMETRI TERHADAP SIFAT FISIS DAN MAGNET PADA PEMBUATAN MAGNET PERMANEN BaO.6Fe 2 O 3 Kharismayanti 1, Syahrul Humaidi 1, Prijo Sardjono 2

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA. Universitas Sumatera Utara

BAB II STUDI PUSTAKA. Universitas Sumatera Utara BAB II STUDI PUSTAKA 2.1.Meteran Air Ada banyak tipe meter air yang dibuat, salah satunya adalah multi jet. Meter air tipe ini digerakkan oleh putaran turbin di dalam rumah meter. Meteran ini bekerja berdasarkan

Lebih terperinci

d) Dipol magnet merupakan sebuah magnet dipol, akselerator partikel, magnet yang dibangun untuk menciptakan medan magnet homogen dari jarak tertentu.

d) Dipol magnet merupakan sebuah magnet dipol, akselerator partikel, magnet yang dibangun untuk menciptakan medan magnet homogen dari jarak tertentu. Tugas Perbaikan Mid Sifat Magnetik Batuan Soal : 1. Jelaskan tentang : a) Magnetisasi b) Permeabilitas Magnetic c) Suseptibilitas Magnetik d) Dipol Magnetik e) Suhu Curie f) Histeresis 2. Ceritakanlah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN PERNYATAAN PRAKATA DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN PERNYATAAN PRAKATA DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN iii PERNYATAAN iv PRAKATA v DAFTAR ISI vii DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR TABEL xiii INTISARI xiv ABSTRACT xv BAB I. PENDAHULUAN 1 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dunia penelitian sains hari ini dapat dikatakan telah dan akan terus memberikan banyak perhatian pada bidang nanoteknologi. Karakternya yang unik membuat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sintesis Fe 2 O 3 Dari Pasir Besi Dalam rangka meningkatkan nilai ekonomis pasir besi dapat dilakukan dengan pengolahan mineral magnetik (Fe 3 O 4 ) yang diambil dari pasir besi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam menciptakan material, struktur fungsional, maupun piranti dalam skala nanometer. Perkembangan nanoteknologi

Lebih terperinci

SINTESIS SERBUK BARIUM HEKSAFERIT DENGAN METODE KOPRESIPITASI

SINTESIS SERBUK BARIUM HEKSAFERIT DENGAN METODE KOPRESIPITASI SINTESIS SERBUK BARIUM HEKSAFERIT DENGAN METODE KOPRESIPITASI EL INDAHNIA KAMARIYAH 1109201715 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil-hasil penelitian bidang nanoteknologi telah diaplikasikan diberbagai bidang kehidupan, seperti industri, teknologi informasi, lingkungan, pertanian dan kesehatan.

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK BARIUM M-HEKSAFERRIT DENGAN DOPING ION Zn PADA VARIASI TEMPERATUR RENDAH

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK BARIUM M-HEKSAFERRIT DENGAN DOPING ION Zn PADA VARIASI TEMPERATUR RENDAH SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK BARIUM M-HEKSAFERRIT DENGAN DOPING ION Zn PADA VARIASI TEMPERATUR RENDAH ARIZA NOLY KOSASIH 1108 100 025 PEMBIMBING : Dr. M. ZAINURI M,Si LATAR BELAKANG Barium

Lebih terperinci

Bahan Magnetik. oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber)

Bahan Magnetik. oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber) Bahan Magnetik oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber) Historis Magnet Gejala kemagnetan merupakan cikal bakal berkembangnya pengetahuan tentang kelistrikan. Ditemukan sejak 2000 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nanoteknologi terus mengalami perkembangan dengan semakin besar manfaat yang dapat dihasilkan seperti untuk kepentingan medis (pengembangan peralatan baru untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan magnetik adalah suatu bahan yang memiliki sifat kemagnetan dalam komponen pembentuknya. Menurut sifatnya terhadap pengaruh kemagnetan, bahan dapat diklasifikasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Magnet Magnet merupakan benda yang terbuat dari bahan tertentu dengan sifat mampu menarik bahan ferromagnetik dan ferrimagnetik. Nama magnet diambil dari nama daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini peran nanoteknologi begitu penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kesejahteraan kehidupan manusia. Nanoteknologi merupakan bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia tidak dapat lepas dari teknologi, seiring dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka seiring dengan hal itu juga kebutuhan

Lebih terperinci

Bahan Listrik. Bahan Magnet

Bahan Listrik. Bahan Magnet Bahan Listrik Bahan Magnet Sejarah Magnet Kata magnet berasal dari bahasa yunani magnitis lithos yang berarti batu magnesia. Magnesia adalah nama sebuah wilayah di Yunani pada masa lalu yang kini bernama

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Larutan Garam Klorida Besi dari Pasir Besi Hasil reaksi bahan alam pasir besi dengan asam klorida diperoleh larutan yang berwarna coklat kekuningan, seperti ditunjukkan

Lebih terperinci

Magnet adalah suatu benda yang memiliki gejala dan sifat dapat mempengaruhi bahan-bahan tertentu yang berada di sekitarnya.

Magnet adalah suatu benda yang memiliki gejala dan sifat dapat mempengaruhi bahan-bahan tertentu yang berada di sekitarnya. Medan Magnetik Muqoyyanah 1 KEMAGNETAN (MAGNETOSTATIKA) Magnet adalah suatu benda yang memiliki gejala dan sifat dapat mempengaruhi bahan-bahan tertentu yang berada di sekitarnya. Cara membuat magnet;

Lebih terperinci

01 : STRUKTUR MIKRO. perilaku gugus-gugus atom tersebut (mungkin mempunyai struktur kristalin yang teratur);

01 : STRUKTUR MIKRO. perilaku gugus-gugus atom tersebut (mungkin mempunyai struktur kristalin yang teratur); 01 : STRUKTUR MIKRO Data mengenai berbagai sifat logam yang mesti dipertimbangkan selama proses akan ditampilkan dalam berbagai sifat mekanik, fisik, dan kimiawi bahan pada kondisi tertentu. Untuk memanfaatkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan dalam tugas akhir ini secara umum adalah sebagai berikut Gambar 3.1 Tahapan Penelitian 3.2 Bahan dan Peralatan Bahan

Lebih terperinci

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2 Pelarutan Pengendapan Evaporasi 350 0 C 1 jam 900 0 C 10 jam 940 0 C 20 jam Ba(NO 3 ) Pelarutan Pengendapan Evaporasi Pencampuran Pirolisis Kalsinasi Peletisasi Sintering Pelet YBCO Cu(NO 3

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Magnet secara umum Magnet adalah suatu benda yang mempunyai medan magnet dan mempunyai gaya tolak menolak dan tarik menarik terhadap benda-benda tertentu. Efek tarik

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

SIDANG TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014 JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014 SENIN, 14 MARET 2014 MT 204 SIDANG TUGAS AKHIR TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI FTI-ITS

Lebih terperinci

TOPIK 8. Medan Magnetik. Fisika Dasar II TIP, TP, UGM 2009 Ikhsan Setiawan, M.Si.

TOPIK 8. Medan Magnetik. Fisika Dasar II TIP, TP, UGM 2009 Ikhsan Setiawan, M.Si. TOPIK 8 Medan Magnetik Fisika Dasar II TIP, TP, UGM 2009 Ikhsan Setiawan, M.Si. ikhsan_s@ugm.ac.id Pencetak sidik jari magnetik. Medan Magnetik Medan dan Gaya Megnetik Gaya Magnetik pada Konduktor Berarus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nano material memiliki sifat mekanik, optik, listrik, termal, dan magnetik yang unik. Sifat sifat unik tersebut tidak ditemukan pada material yang berukuran bulk

Lebih terperinci

Massa m Muatan q (±) Menghasilkan: Merasakan: Tinjau juga Dipol p. Menghasilkan: Merasakan:

Massa m Muatan q (±) Menghasilkan: Merasakan: Tinjau juga Dipol p. Menghasilkan: Merasakan: KEMAGNETAN Menu hari ini (2 minggu): Medan dan Gaya Magnet Medan Gravitasi Listrik Massa m Muatan q (±) Menghasilkan: Merasakan: Tinjau juga Dipol p Menghasilkan: Merasakan: Magnet Batang Kutub sejenis

Lebih terperinci

BAB 2 STUDI PUSTAKA Magnet

BAB 2 STUDI PUSTAKA Magnet BAB 2 STUDI PUSTAKA 2.1. Magnet Magnet atau magnit adalah suatu obyek yang mempunyai suatu medan magnet. Magnet dapat dibuat dari bahan besi, baja, dan campuran logam serta telah banyak dimanfaatkan untuk

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O telah diperoleh dari reaksi larutan kalsium asetat dengan

Lebih terperinci

Fisika Dasar II Listrik, Magnet, Gelombang dan Fisika Modern

Fisika Dasar II Listrik, Magnet, Gelombang dan Fisika Modern Fisika Dasar II Listrik, Magnet, Gelombang dan Fisika Modern Pokok ahasan Medan Magnetik Abdul Waris Rizal Kurniadi Noitrian Sparisoma Viridi Topik Pengantar Gaya Magnetik Gaya Lorentz ubble Chamber Velocity

Lebih terperinci

Struktur Kristal Logam dan Keramik

Struktur Kristal Logam dan Keramik Struktur Kristal Logam dan Keramik 1. Selayang Pandang Muhammad Fauzi Mustamin [*] Jurusan Fisika, Universitas Hasanuddin Maret 2015 Material padat dapat diklasifikasi berdasarkan karakteristik atom atau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap pembuatan magnet barium ferit, tahap karakterisasi magnet

Lebih terperinci

BAHAN AJAR 4. Medan Magnet MATERI FISIKA SMA KELAS XII

BAHAN AJAR 4. Medan Magnet MATERI FISIKA SMA KELAS XII BAHAN AJAR 4 Medan Magnet MATERI FISIKA SMA KELAS XII GAYA LORENTZ Pada percobaan oersted telah dibuktikan pengaruh arus listrik terhadap kutub magnet, bagaimana pengaruh kutub magnet terhadap arus listrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam penciptaan material dan struktur fungsional dalam skala nanometer. Perkembangan nanoteknologi selalu dikaitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir-akhir ini banyak dikembangkan penelitian tentang nanopartikel spinel ferrit. Hal ini dikarenakan bidang aplikasinya yang sangat luas yaitu dalam sistem penyimpanan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. 10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pada senyawa berukuran atau berstruktur nano khususnya dalam

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pada senyawa berukuran atau berstruktur nano khususnya dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan pada senyawa berukuran atau berstruktur nano khususnya dalam bidang sintesis material, memacu para peneliti untuk mengembangkan atau memodifikasi metode preparasi

Lebih terperinci

PENGARUH OKSIDAN H 2 O 2 TERHADAP KARAKTERISTIK MAGNET BARIUM FERRITE

PENGARUH OKSIDAN H 2 O 2 TERHADAP KARAKTERISTIK MAGNET BARIUM FERRITE PENGARUH OKSIDAN H 2 O 2 TERHADAP KARAKTERISTIK MAGNET BARIUM FERRITE TUGAS SARJANA Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh: WARTA ELIA RATAULAM 13703021 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB FISIKA ATOM. Model ini gagal karena tidak sesuai dengan hasil percobaan hamburan patikel oleh Rutherford.

BAB FISIKA ATOM. Model ini gagal karena tidak sesuai dengan hasil percobaan hamburan patikel oleh Rutherford. 1 BAB FISIKA ATOM Perkembangan teori atom Model Atom Dalton 1. Atom adalah bagian terkecil dari suatu unsur yang tidak dapat dibagi-bagi 2. Atom-atom suatu unsur semuanya serupa dan tidak dapat berubah

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang dan Masalah Penelitian

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang dan Masalah Penelitian Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang dan Masalah Penelitian Senyawa kompleks oktahedral yang mengandung ion logam pusat transisi seri pertama dengan konfigurasi d 4 d 7 dapat berada dalam dua keadaan elektronik

Lebih terperinci

Kimia Koordinasi Teori Ikatan Valensi

Kimia Koordinasi Teori Ikatan Valensi Kimia Koordinasi Teori Ikatan Valensi Beberapa teori telah dirumuskan untuk menjelaskan ikatan dalam senyawaan koordinasi dan untuk merasionalisasi serta meramalkan sifat-sifatnya: teori ikatan valensi,

Lebih terperinci

BAHAN AJAR KIMIA KONFIGURASI ELEKTRON DAN BILANGAN KUANTUM

BAHAN AJAR KIMIA KONFIGURASI ELEKTRON DAN BILANGAN KUANTUM BAHAN AJAR KIMIA KONFIGURASI ELEKTRON DAN BILANGAN KUANTUM CHEMISTRY IS FUN Oleh : Hana Nazelia AfrianI 1 Konfigurasi Elektron dan Bilangan KONFIGURASI ELEKTRON Konfigurasi elektron adalah susunan elektron

Lebih terperinci

PENGARUH HOLDING TIME KALSINASI TERHADAP SIFAT KEMAGNETAN BARIUM M-HEXAFERRITE (BaFe 12-x Zn x O 19 ) DENGAN ION DOPING Zn

PENGARUH HOLDING TIME KALSINASI TERHADAP SIFAT KEMAGNETAN BARIUM M-HEXAFERRITE (BaFe 12-x Zn x O 19 ) DENGAN ION DOPING Zn PENGARUH HOLDING TIME KALSINASI TERHADAP SIFAT KEMAGNETAN BARIUM M-HEXAFERRITE (BaFe 12-x Zn x O 19 ) DENGAN ION DOPING Zn FINDAH RAHMAWATUS SHOLIHAH 1108 100 040 Dosen Pembimbing Dr. M. Zainuri, M.Si

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Medan Magnet Suatu Material Magnet[5]

Gambar 2.1. Medan Magnet Suatu Material Magnet[5] BAB II DASAR TEORI II.1. Kemagnetan II.1.1. Magnet Magnet adalah suatu benda yang dibuat dari material tertentu yang menghasilkan suatu medan magnet. Medan magnet suatu magnet adalah daerah sekeliling

Lebih terperinci

02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM

02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM 02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM 2.1. Cacat Kristal Diperlukan berjuta-juta atom untuk membentuk satu kristal. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila terdapat cacat atau ketidakteraturan dalam tubuh kristal.

Lebih terperinci

Ikatan Kimia. Ikatan kimia adalah gaya tarik antar atom yang pemutusan atau pembentukannya menyebabkan terjadinya perubahan kimia.

Ikatan Kimia. Ikatan kimia adalah gaya tarik antar atom yang pemutusan atau pembentukannya menyebabkan terjadinya perubahan kimia. Ikatan Kimia 1. Ikatan Kimia 1.1 Pengertian Ikatan kimia adalah gaya tarik antar atom yang pemutusan atau pembentukannya menyebabkan terjadinya perubahan kimia. 1.2 Macam-Macam Ikatan Kimia Ikatan Ion:

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 18 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Magnet Secara Umum Magnet adalah suatu benda yang mempunyai medan magnet dan mempunyai gaya tolak menolak dan tarik menarik terhadap benda-benda tertentu. Efek

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fe 2 O 3 dari Pasir Besi Partikel nano magnetik Fe 3 O 4 merupakan salah satu material nano yang telah banyak dikembangkan. Untuk berbagai aplikasi seperti ferrogel, penyerap

Lebih terperinci

BAB 20. KEMAGNETAN Magnet dan Medan Magnet Hubungan Arus Listrik dan Medan Magnet

BAB 20. KEMAGNETAN Magnet dan Medan Magnet Hubungan Arus Listrik dan Medan Magnet DAFTAR ISI DAFTAR ISI...1 BAB 20. KEMAGNETAN...2 20.1 Magnet dan Medan Magnet...2 20.2 Hubungan Arus Listrik dan Medan Magnet...2 20.3 Gaya Magnet...4 20.4 Hukum Ampere...9 20.5 Efek Hall...13 20.6 Quis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis material konduktor ionik MZP, dilakukan pada kondisi optimum agar dihasilkan material konduktor ionik yang memiliki kinerja maksimal, dalam hal ini memiliki nilai

Lebih terperinci

~ gaya tarik antar atom yang pemutusan atau pembentukannya dapat menyebabkan terjadinya perubahan kimia.

~ gaya tarik antar atom yang pemutusan atau pembentukannya dapat menyebabkan terjadinya perubahan kimia. 1. Ikatan Kimia Struktur Molekul 1.1 Pengertian ~ gaya tarik antar atom yang pemutusan atau pembentukannya dapat menyebabkan terjadinya perubahan kimia. 1.2 Macam-Macam 1. Ikatan Ion: ikatan kimia yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: X B-41

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: X B-41 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X B-41 Pengaruh Variasi ph Pelarut HCl Pada Sintesis Barium M-Heksaferrit Dengan Doping Zn (BaFe 11,4 Zn 0,6 ) Menggunakan Metode Kopresipitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi rekayasa zat dalam skala nano selalu menjadi daya tarik di kalangan peneliti. Hal ini dikarenakan nanoteknologi akan sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Vetran Republik Indonesia

Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Vetran Republik Indonesia Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Vetran Republik Indonesia Sub Pokok Bahasan : Magnet Bumi Medan Magnet Luar Akuisisi dan Reduksi Data Pengolahan Data MetodaInterpretasi Metode Geomagnetik didasarkan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR 1 MEDAN MAGNET MATERI FISIKA SMA KELAS XII

BAHAN AJAR 1 MEDAN MAGNET MATERI FISIKA SMA KELAS XII BAHAN AJAR 1 MEDAN MAGNET MATERI FISIKA SMA KELAS XII MEDAN MAGNET 1. Kemagnetan ( Magnetostatika ) Benda yang dapat menarik besi disebut MAGNET. Macam-macam bentuk magnet, antara lain : magnet batang

Lebih terperinci

kimia REVIEW I TUJUAN PEMBELAJARAN

kimia REVIEW I TUJUAN PEMBELAJARAN KTSP kimia K e l a s XI REVIEW I TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami teori atom mekanika kuantum dan hubungannya dengan bilangan

Lebih terperinci

1. Ikatan Kimia. Struktur Molekul. 1.1 Pengertian. 1.2 Macam-Macam. ~ gaya tarik antar atom

1. Ikatan Kimia. Struktur Molekul. 1.1 Pengertian. 1.2 Macam-Macam. ~ gaya tarik antar atom 1. Ikatan Kimia 1.1 Pengertian ~ gaya tarik antar atom Struktur Molekul 1.2 Macam-Macam 1. Ikatan Ion: ikatan kimia yang terbentuk akibat tarik-menarik elektrostatik antara ion positif (kation) dan ion

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan magnetik digunakan pada peralatan tradisional dan modern. Magnet permanen telah digunakan manusia selama lebih dari 5000 tahun seperti medium perekam pada komputer

Lebih terperinci

pendinginan). Material Teknik Universitas Darma Persada - Jakarta

pendinginan). Material Teknik Universitas Darma Persada - Jakarta BAB V DIAGRAM FASE Komponen : adalah logam murni atau senyawa yang menyusun suatu logam paduan. Contoh : Cu - Zn (perunggu) komponennya adalah Cu dan Zn Solid solution (larutan padat) : terdiri dari beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Guimaraes, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. (Guimaraes, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanoteknologi adalah teknologi pembuatan dan penggunaan material yang memiliki ukuran nanometer dengan skala (1-100 nm). Perubahan ukuran bulk ke nanomaterial mengakibatkan

Lebih terperinci

Bilangan Kuantum Utama (n)

Bilangan Kuantum Utama (n) Bilangan Kuantum Utama (n) Menyatakan nomer kulit tempat elektron berada atau bilangan ini juga menyatakan ukuran orbital/ jarak/ jari-jari atom. Dinyatakan dengan bilangan bulat positif. Mempunyai dua

Lebih terperinci

BAB III SISTEM DAN PERSAMAAN KEADAAN

BAB III SISTEM DAN PERSAMAAN KEADAAN BAB III SISTEM DAN PERSAMAAN KEADAAN 3.1 Keadaan keseimbangan dan persamaannya 3.2 Perubahan infinit pada keadaan keseimbangan 3.3 Mencari persamaan keadaan 3.1 KEADAAN KESEIMBANGAN DAN PERSAMAANNYA Keadaan

Lebih terperinci

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH Komponen : adalah logam murni atau senyawa yang menyusun suatu logam paduan. Contoh : Cu - Zn (perunggu), komponennya adalah Cu dan Zn Solid solution (larutan padat)

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Tatap Muka Ke-1)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Tatap Muka Ke-1) (Tatap Muka Ke1) 4. Semester dan : 5 (Kimia) dan 6 (Pendidikan Kimia), 150 menit jenis orbital dan interaksi yang terjadi serta pendekatan LCAO dalam Teori Orbital Molekul. Mahasiswa mampu menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Magnet keras ferit merupakan salah satu material magnet permanen yang

BAB I PENDAHULUAN. Magnet keras ferit merupakan salah satu material magnet permanen yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Magnet keras ferit merupakan salah satu material magnet permanen yang berperan penting dalam teknologi listrik, elektronik, otomotif, industri mesin, dan lain-lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanoteknologi merupakan penelitian dan pengembangan teknologi pada level atom, molekul dan makromolekul, dengan rentang skala 1-100 nm. Nanoteknologi dikembangkan

Lebih terperinci

MEDAN MAGNET KEMAGNETAN ( MAGNETOSTATIKA )

MEDAN MAGNET KEMAGNETAN ( MAGNETOSTATIKA ) MEDAN MAGNET KEMAGNETAN ( MAGNETOSTATIKA ) Benda yang dapat menarik besi disebut MAGNET. Macam-macam bentuk magnet, antara lain : magnet batang magnet ladam magnet jarum Magnet dapat diperoleh dengan cara

Lebih terperinci

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-9

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-9 MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-122 : Dr. Budi Mulyanti, MSi Pertemuan ke-9 CAKUPAN MATERI 1. HUKUM AMPERE 2. GAYA OLEH 2 KAWAT PARALEL 3. SOLENOIDA 4. TOROIDA 5. SIFAT-SIFAT MAGNETIK

Lebih terperinci

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS 1. Ada empat buah muatan titik yaitu Q 1, Q 2, Q 3 dan Q 4. Jika Q 1 menarik Q 2, Q 1 menolak Q 3 dan Q 3 menarik Q 4 sedangkan Q 4 bermuatan negatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Perkembangan nanoteknologi telah mendapat perhatian besar dari para ilmuwan dan peneliti. Nanoteknologi secara umum dapat didefinisikan sebagai teknologi

Lebih terperinci

Perkuliahan Fisika Dasar II FI-331. Oleh Endi Suhendi 1

Perkuliahan Fisika Dasar II FI-331. Oleh Endi Suhendi 1 Perkuliahan Fisika Dasar II FI-331 Oleh Endi Suhendi 1 Menu hari ini (2 minggu): Medan dan Gaya Magnet Oleh Endi Suhendi 2 Medan Gravitasi Listrik Massa m Muatan q (±) Menghasilkan: Merasakan: Tinjau juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Magnet permanen adalah salah satu jenis material maju dengan aplikasi yang sangat luas dan strategis yang perlu dikembangkan di Indonesia. Efisiensi energi yang tinggi

Lebih terperinci

Mata Pelajaran : FISIKA

Mata Pelajaran : FISIKA Mata Pelajaran : FISIKA Kelas/ Program : XII IPA Waktu : 90 menit Petunjuk Pilihlah jawaban yang dianggap paling benar pada lembar jawaban yang tersedia (LJK)! 1. Hasil pengukuran tebal meja menggunakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Magnet Magnet adalah suatu benda yang dibuat dari material tertentu yang menghasilkan suatu medan magnet. Medan magnet suatu magnet adalah daerah sekeliling magnet

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. A. Kemagnetan Bahan. Secara garis besar, semua bahan dapat dikelompokkan ke dalam bahan magnet. seperti terlihat pada Gambar 2.

BAB II DASAR TEORI. A. Kemagnetan Bahan. Secara garis besar, semua bahan dapat dikelompokkan ke dalam bahan magnet. seperti terlihat pada Gambar 2. BAB II DASAR TEORI A. Kemagnetan Bahan Secara garis besar, semua bahan dapat dikelompokkan ke dalam bahan magnet seperti terlihat pada Gambar 2. Gambar 2: Diagram pengelompokan bahan magnet (Stancil &

Lebih terperinci

MATERIAL TEKNIK DIAGRAM FASE

MATERIAL TEKNIK DIAGRAM FASE MATERIAL TEKNIK DIAGRAM FASE Pengertian Diagram fasa Pengertian Diagram fasa Adalah diagram yang menampilkan hubungan antara temperatur dimana terjadi perubahan fasa selama proses pendinginan dan pemanasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fotokalisis adalah proses degradasi senyawa organik atau nonorganik menggunakan katalis dengan bantuan energi foton (Pang dkk., 2016). Fotokatalis sampai saat ini

Lebih terperinci

Komponen Materi. Kimia Dasar 1 Sukisman Purtadi

Komponen Materi. Kimia Dasar 1 Sukisman Purtadi Komponen Materi Kimia Dasar 1 Sukisman Purtadi Pengamatan ke Arah Pandangan Atomik Materi Konservasi Massa Komposisi Tetap Perbandingan Berganda Teori Atom Dalton Bagaimana Teori Dalton Menjelaskan Hukum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah "anisotropi magnetik" mengacu pada ketergantungan sifat magnetik pada arah dimana mereka diukur. Anisotropi magnetik mempengaruhi sifat magnetisasi dan kurva

Lebih terperinci

Erfan Handoko 1, Iwan Sugihartono 1, Zulkarnain Jalil 2, Bambang Soegijono 3

Erfan Handoko 1, Iwan Sugihartono 1, Zulkarnain Jalil 2, Bambang Soegijono 3 SINTESIS DAN KARAKTERISASI MATERIAL MAGNET HIBRIDA BaFe 12 O 19 - Sm 2 Co 17 Erfan Handoko 1, Iwan Sugihartono 1, Zulkarnain Jalil 2, Bambang Soegijono 3 1 Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. XRD Uji XRD menggunakan difraktometer type Phylips PW3710 BASED dilengkapi dengan perangkat software APD (Automatic Powder Difraction) yang ada di Laboratorium UI Salemba

Lebih terperinci

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS 1. Dua buah bola bermuatan sama (2 C) diletakkan terpisah sejauh 2 cm. Gaya yang dialami oleh muatan 1 C yang diletakkan di tengah-tengah kedua muatan adalah...

Lebih terperinci