BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Stainless Steel Stainless steel adalah baja paduan yang memiliki sifat ketahanan korosi (karat), sehingga secara luas digunakan dalam industri kimia, makanan dan minuman, industri yang berhubungan dengan air laut dan semua industri yang memerlukan ketahanan korosi. (Raharjo, 2015) Stainless steel didapat dengan menambahkan unsur Chromium (Cr) pada baja, minimum sejumlah 12%. Unsur Cr ini akan bereaksi dengan oksigen yang ada di udara (atmosfer) dan membentuk lapisan Cr-oksida yang sangat tipis. Lapisan ini kedap dan kuat sehingga berfungsi sebagai pelindung permukaan logam dibawahnya, lapisan tersebut akan mencegah proses korosi (karat) berkelanjutan. Lapisan ini dapat dikatakan permanen, karena jika lapisan tersebut rusak misalkan akibat goresan, maka akan segera terbentuk lapisan Cr-oksida yang baru. ( INC0,1963) Stainless steel 316-L sudah secara luas digunakan pada dunia rekayasa material (Material Engineering) dan dunia industri. Stainless steel tipe SS 316-L mempunyai kandungan karbon yang rendah sehingga memiliki nilai ketahanan korosi, akan tetapi memiliki ketahanan lelah yang rendah. SS 316-L mengandung unsur chromium (Cr) sehingga mampu bertahan dari oksidasi yang menyebabkan terjadinya karat. SS 316-L sangat sering digunakan pada dunia ilmu biomedik karena memiliki katahanan korosi yang tinggi dan sangat cocok untuk bahan implan (bahan yang ditanamkan kedalam tubuh). (Azar,V., Hashemi,2010) Penggunaan stainless steel didunia semakin meningkat dikarenakan karakteristiknya yang menguntungkan. Terdapat penambahan dari karakteristik material untuk industri konstruksi dimana stainless steel agar material berpenampilan menarik (attractive). Tahan korosi (corrosion resistance), rendah perawatan (low maintenance) dan berkekuatan tinggi (high strength). Banyak lagi industri yang mengadopsi logam stainless steel untuk alasan yang sama sebagaimana faktanya bahwa stainless steel tidak memerlukan perlakuan tambahan, seperti surface treatment, pengecatan, pelapisan dan lain sebagainya untuk sifat karakteristik fungsionalnya. Stainless steel ini cukup mahal dibandingkan dengan baja karbon biasa (plain carbon steel). (Defrasnc, 2013)

2 6 Stainless steel merupakan salah satu logam ferro dari klasifikasi logam baja (Fe 3 C) dan dari klasifikasi logam baja paduan tinggi (high alloy) yang unsur paduan diatas 8-10%. Sedangkan stainless steel memiliki unsur paduan utamanya adalah sebagian Chromium (Cr) dan Nickel (Ni). Meskipun semua stainless steel tergantung pada presentase unsur Chrome dan Nikel, elemen paduan lainnya juga sering ditambahkan untuk meningkatkan sifat-sifat stainless steel tersebut menjadi lebih baik lagi. (Seitovirta, 2013) 2.2 Austenitic Stainless Steel Austenitic stainless steel pada dasarnya memiliki struktur FCC(Face Centered Cubic) dan bersifat non magnetik. Stainless steel yang digunakan untuk implan medis adalah tipe austenitic 316-L terutama karena ketahanan terhadap korosi, sifat fisik, sifat mekanik, dan permukaan yang mudah dibersihkan. Baja tahan karat 316-L memiliki beberapa kelebihan antara lain tahan terhadap lingkungan yang bersifat korosif, biocompatible, dan mudah dibentuk (Ige, dkk, 2009). Komposisi kimia dari stainless steel tipe 316L telah dikembangkan untuk memperoleh struktur austenit yang stabil yang memiliki banyak keuntungan, yaitu: 1. Rasio kekuatan luluh dan kekuatan tarik yang sangat rendah serta cold working dan successive aging treatment dapat diterapkan untuk meningkatkan kekuatan. 2. Stainless steel austenit lebih unggul dari stainless steel feritik dalam ketahanan terhadap korosi karena kepadatan atom kristalografi yang lebih tinggi. Austenitic mengandung sedikitnya 16% Krom dan 6% Nikel yang membuat stainless steel tidak menjadi rapuh pada temperatur rendah. Gambar 1. Aplikasi SS 316-L (Bombac, 2007)

3 7 Salah satu aplikasi logam ini pada dunia kedokteran dapat dilihat pada Gambar 1. Logam SS 316-L merupakan baja tipe austenitik yang memiliki ketahanan korosi yang tinggi sehingga banyak digunakan pada dunia kedokteran untuk menyambung tulang yang patah pada tubuh manusia atau yang lebih dikenal dengan bone plate I atau pen. (Javidi et al. 2008) Penggunaan SS 316L sebagai penyambung atau pengganti tulang masih belum sempurna. Material ini masih belum memiliki biokampatibilitas yang tinggi dengan tubuh khususnya daging manusia sehingga penggunanya masih dalam waktu pendek atau sementara. (Javidi et al. 2008) Tabel 1. Komposisi Kimia Stainless Steel 316-L Unsur Komposisi (%) Carbon(C) 0,03 Manganese(Mn) 2,00 Phosphorus(P) 0,045 Sulfur(S) 0,03 Silicon(Si) 0,75 Chromium(Cr) 16,00 Nickel(Ni) 10,00 Molybdenum(Mo) 2,00 N 2 0,10 Iron(Fe) 69,045 Sumber : AK Steel Data Sheet SS 316/SS 316-L, 2007 Pada tahun 1949 Anton Schaeffler menerbitkan diagram konstitusional atau diagram fasa yang menggambarkan efek pada komposisi dari struktur mikro. Dalam diagram Schaeffler, terdapat faktor dari berbagai elemen yaitu faktor yang menggambarkan kekuatan efek pada pembentukan ferit atau austenit. Unsur-unsur tersebut kemudian digabungkan menjadi dua kelompok untuk memberikan kromium dan nikel yang seimbang. Diagram ini membentuk sumbu x dan y untuk mengetahui komposisi baja tahan karat austenit dan proporsi fase yang akan ditentukan. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.

4 8 Gambar 2. Diagram Fasa Paduan Besi/Karbon Fasa Austenit ini disebut gamma (γ) dan merupakan larutan padat interstisi karbon dengan sel satuan berupa kubik pemusatan sisi. Ruang antar atomnya lebih besar dibandingkan ferit dan fasa ini stabil pada temperatur tinggi, yaitu antara 912 C, pada besi murni. Kadar karbon maksimum gamma sebesar 2,14% pada temperatur 1147 C. Pada temperatur stabil austenit bersifat lunak dan liat sehingga mudah dibentuk. Austenit merupakan fasa penting sebagai dasar pembentuk fasa-fasa lainnya dalam proses perlakuan panas termasuk perlakuan panas pada permukaan baja. (Seitovirta, 2013) 2.3 Struktur SS 316-L Stainless Steel 316-L memiliki struktur kristal FCC (face centered cubic). Contoh logam yang mempunyai struktur kristal FCC antara lain Fe, Al, Cu, Ni, Pb. Sel satuan FCC terdiri dari satu titik kisi pada setiap sudut dan satu titik kisi pada setiap sisi kubus. Setiap atom pada struktur kristal FCC dikelilingi oleh 12 atom, jadi bilangan koordinasinya adalah 12. Dari gambar di bawah sel satuan terlihat bahwa atom-atom dalam struktur kristal FCC tersusun dalam kondisi yang cukup padat.

5 9 Ini terbukti dengan tingginya harga APF (Callister,1994). Harga APF dari sel satuan FCC yaitu 74% dibandingkan dengan APF sel satuan BCC. Sel satuan FCC mempunyai 8 x 1/8 (pada sudut kubus) + 6 x ½ ( pada pusat sisi kubus) = 4 atom per sel satuan. Gambar 3. Struktur Kristal FCC a) Penggambaran Satu Unit Sel Bola Pejal, b) Gambar Unit Sel dengan Ukuran Bola Pejal yang Sudah Diperkecil, c) Kumpulan dari Banyak Atom (Callister,2003) Pada kristal FCC ini terdapat 8 atom yang menempati posisi titik sudut, dan 6 atom yang menempati posisi permukaan namun di antara atom yang terletak di sudut tidak ada yang bersinggungan. Hubungan antara panjang sisi kubus a, dengan jarijari R dapat ditentukan dengan menggunkan formula : 2 a = 4R atau a = 4R 2 (2.1) Gambar 4. a) Struktur Kristal FCC, b) Keterkaitan antara Jari-jari R dengan Kisi Kristal a (Callister,2003) Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa atom-atom ini saling berhubungan secara diagonal sisi permukaan kubus sehingga besarnya sama dengan 4R.

6 Sistem Kristal Sebuah material kristalin merupakan material zat padat yang dapat di klasifikasikan berdasarkan keteraturan dimana atom terletak dalam susunan yang berulang dalam jarak atomik yang besar dan tersusun secara teratur antara atom yang satu dengan yang lainnya. Seperti pada saat terjadi proses pemadatan (solidifikasi) atom-atom akan menempatkan diri ke dalam pengulangan pola tiga dimensi di mana masing-masing atom terikat dengan atom tetangga terdekat. (Kittel,1996) Pada kristal yang sangat sederhana satuan penyusunnya adalah atom tunggal seperti pada tembaga, perak, emas, besi dan logam-logam alkali. Semua struktur kristal dapat dijelaskan dalam istilah kisi (lattice) dan basis. Kisi dapat didefinisikan sebagai sebuah susunan titik-titik yang teratur dan periodik di dalam ruang. Sedangkan basis dapat didefinisikan sebagai sekumpulan atom dengan jumlah atom dalam sebuah basis dapat bernilai satu atom atau lebih. Struktur kristal yang terbentuk saat basis atom ditambahkan pada setiap titik kisi. Struktur kristal yang paling sederhana adalah kisi kubus sederhana, seperti yang terlihat pada gambar 5. Gambar 5. (a) Kisi kristal (b) Sel Satuan (Cullity,1976) Pada gambar 5 (a) ketiga sumbu yang tegak lurus satu sama lain ditempatkan sembarang melalui salah satu sel sudut. Bidang dan arah kristalografi akan ɤditetapkan terhadap sumbu ini menurut indeks Miller. Sebuah kristalografi ditetapkan oleh panjang perpotongannya pada ketiga sumbu yang diukur dari titik awal sumbu koordinat. Karena semua sel dari kristal adalah identik, maka kisi kristal dibagi dalam sel satuan. Sel satuan mempunyai volume terbatas, masingmasing memiliki ciri yang sama dengan kristal secara keseluruhan. Ukuran sel satuan dapat dijelaskan oleh tiga vektor a,b, dan c yang ditarik dari suatu sudut sel sebagai awalnya. (Cullity,1976).

7 11 Vektor-vektor ini menyatakan sel dan disebut sebagai sumbu kristalografi dari sel. Selain itu, sel satuan dapat dinyatakan dalam panjang (a,b,c) dan sudut antaranya (α,β,γ). Panjang dan sudut ini sebagai konstanta kisi sel. Pada gambar 5 (b) Pola kristal identik dalam ketiga arah tegak lurus, sel satuan ini berbentuk kubus dan a adalah konstanta kisi dalam ketiga arah koordinat. Dalam kristal berbentuk kubus, konstanta kisinya sama dalam ketiga arah koordinat (a=b=c) dan sudut antara ketiga sisinya sama besar yaitu 90 (α = β = γ =90 ). Dalam kristal bukan kubus, konstanta kisi berbeda dalam ketiga arah koordinat. Jarak yang berulang ini yang disebut konstanta kisi dalam pola jangkau panjang kristal yang menentukan ukuran sel satuan. Jarak bidang kristal merupakan panjang garis yang diambil secara tegak lurus antara 2 bidang kristal yang sama dalam sebuah kristal. Penentuan jarak antara bidang kristal bergantung pada sistem kristal, karena setiap sistem kristal memiliki rumus jarak yang berbeda (Vlack,1989). Pada tahun 1880, seorang ilmuwan bernama Auguste Bravais memperkenalkan suatu konsep mengenai kisi ruang. Ketika sistem kristal dikombinasikan maka akan terbentuk kisi bravais. Kisi Bravais menggambarkan susunan geometri dari titik titik kisi dan simetri kristal dengan letak pusat kisi. Pusat pusat kisi tersebut adalah : 1. Pusat primitif (P): titik kisi hanya terdapat pada sudut sel. 2. Pusat badan (I): ada satu tambahan titik kisi pada pusat sel. 3. Pusat muka (F): ada satu tambahan titik kisi pada pusat tiap tiap muka sel. 4. Terpusat pada muka tunggal (pusat A, B, atau C): ada satu tambahan titik kisi pada pusat salah satu muka sel. 5. R hanya untuk sistem rhombohedral. Kristal dilukiskan oleh sel satuannya dan bentuk sel satuan ditentukan besar sumbu kristal a,b,c serta sudut kristal α, β, γ. Kristal kubik ini memiliki pola yang sama sepanjang ketiga sumbu tegak lurus: a 1 =a 2 =a 3. Kristal bukan kubik terjadi bila pola ulangnya tidak sama dalam ketiga arah koordinatnya atau sudut antara ketiga sumbu kristal tidak sama dengan 90. Ada tujuh sistem kristal yang memiliki bentuk sel satuan yang berbeda dan dibentuk dari parameter-parameter yang dikenal sebagai sel satuan konvensional dan bila dikombinasikan dengan posisi atom khusus akan menghasilkan 14 kisi bravais dengan karakteristik geometrinya seperti di tabel 2.

8 12 Tabel 2. Geometri sel satuan pada tujuh sistem kristal (Callister,2003) Sistem Kristal Kubik Panjang sumbu Sudut sumbu Kisi Bravais a = b = c α = β = γ = 90 - Simple - Face centered - Body centered Heksagonal a = b c α = β = 90 ; γ = Simple Tetragonal a = b c α = β = γ = 90 - Simple - Body centered Rombohedral (Trigonal) a = b = c α = β = γ 90 - Simple Ortorombik a b c α = β = γ = 90 - Simple - Face centered - Body centered - Base centered Monoklinik a b c α = γ = 90 β - Simple - Base centered Triklinik a b c α β γ = 90 - Simple 2.5 Arah dan Bidang Kristal Arah Kristal Arah kristal sangat penting dalam mempelajari sifat dan struktur kristal karena banyak sifat berubah dengan arah. Arah kristal biasanya diberi indeks sesuai berkas yang berasal dari titik asal melalui titik dengan indeks utuh terkecil. Tanda kurung persegi uvw untuk menyatakan arah kristal, dan uvw untuk kelompok arah. Digunakan huruf u,v, dan w yang berasal dari tiga arah sumbu utama. Arah-arah yang sejajar selalui mempunyai indeks yang sama,sedangkan arah negatif ditandai dengan garis datar diatas angka. Misalnya uvw maka w menyatakan arah negatif dalam arah sumbu z. Karena arah-arah yang sejajar selalu mempunyai uvw yang sama dalam kubus arah-arah 111, 111, 111, 111, 111, 111, 111 adalah identik, kecuali jika di pilih arah x,y,z pada sumbu yang

9 13 berlainan, dinyatakan dengan kelompok arah 111. Konstanta kisi berlaku untuk analisa struktur guna menentukan orientasi bidang. Untuk perpotongan pada titik tak hingga, nilai indeks yang dimiliki adalah 0. Gambar 6. Indeks untuk beberapa bidang pada kristal kubus Indeks untuk beberapa bidang pada kristal kubus dapat dilihat pada Gambar 6. Indeks (hkl) dapat menggambarkan sebuah bidang atau bidang-bidang sejajar. Jika suatu bidang memotong sumbu pada sisi negatif dari titik acuan, maka indeksnya bernilai negatif, diindikasikan dengan tanda negatif di atas indeks: (hkl). Sisi kubus dari kristal kubus adalah (100), (010), (001), (100), (010), dan (001). Bidang-bidang yang ekuivalen karena kesimetrian didenotasikan dengan kurung kurawal di sekitar indeks dari sisi kubus adalah {100}. (Callister,2003) Indeks [uvw] dari arah sebuah kristal adalah seperangkat angka bulat terkecil yang memiliki rasio komponen-komponen vektor pada arah yang diinginkan, berdasar kepada sumbu. Sumbu a 1 adalah arah [100]; sumbu a 2 adalah arah [010]. Pada kristal kubus, arah bidang kristal [hkl] tegak lurus dengan bidang (hkl) mempunyai indeks yang sama, akan tetapi tidak benar untuk sistem kristal lainnya Bidang Kristal Suatu kristal mempunyai bidang-bidang atom, dan hal ini mempengaruhi sifat dan perilaku bahan. Orientasi bidang dalam kristalografi ditentukan oleh indeks Miller. Indeks Miller adalah kebalikan dari perpotongan suatu bidang dengan ketiga sumbu biasanya dinyatakan den bilangan utuh bukan pecahan atau kelipatan bersama. Dalam sistem ini di pilih tiga sumbu x,y,z yang masing-masing sejajar rusuk sel satuan. Dalam sistem kubus arah (hkl) selalu tegak lurus terhadap bidang (hkl) pada indeks yang sama. (Vlack,1989)

10 14 Untuk menentukan suatu sistem bidang kristal, harus dicari dulu perpotongan terhadap sumbu x,y,z kemudian diambil kebalikannya lalu disamakan penyebutnya. Untuk bidang yang memotong sumbu negatif, indeksnya adalah negatif dengan mencantumkan garis datar di atas angka bidang yang memotong sumbu negatif. Gambar 7 menerangkan tentang indeks Miller. Gambar 7. (a) Indeks Miller (111) (b) Indeks Miller (200) (c) Indeks Miller (220) Pada gambar 7(a) memperlihatkan suatu bidang yang memotong sumbu x,y,z pada 1,1,1 sehingga kebalikannya adalah 1/1, 1/1, dan 1/1. Jadi penulisan indeks Millernya adalah (111). Pada gambar 7 (b) memperlihatkan suatu bidang yang memotong sumbu x,y,z pada 2,0,0 sehingga kebalikannya adalah 1/2,0,0. Jadi penulisan indeks Miller-nya adalah(200). Dan gambar 7(c) memperlihatkan suatu bidang memotong sumbu x,y,z pada 1/2, 1/2,0 sehingga kebalikannya adalah 2,2,0. Sedangkan penulisan indeks Miller-nya adalah (220). (Vlack, 1989) 2.6 Tekstur Tekstur adalah keadaan yang dicapai oleh bahan polikristal yang sebagian besar memiliki butir(grain) dengan orientasi kristal yang tidak acak tetapi mengarah ke suatu orientasi tertentu. Tekstur juga disebut sebagai preferred orientation atau orientasi pilihan. (Cullity,1976) Tekstur kristalografi dapat ditentukan secara kuantitatif dengan koefisien tekstur. Koefisien tekstur didefinisikan sebagai perbandingan antara harga dari bidang-bidang yang bertekstur dengan bidang-bidang refleksi yang dianggap tidak bertekstur atau sampel random dari bahan yang sama. (Winegar,1977).

11 15 Secara umum tekstur mengacu pada repetisi elemen-elemen tekstur dasar yang sering disebut primitif atau texel (texture element). Syarat-syarat terbentuknya tekstur setidaknya ada dua, yaitu: 1. Adanya pola-pola primitif yang terdiri dari satu atau lebih tekstur. Bentukbentuk pola primitif ini dapat berupa titik, garis lurus, garis lengkung, luasan dan lain-lain yang merupakan elemen dasar dari sebuah bentuk. 2. Pola-pola primitif tadi muncul berulang-ulang dengan interval jarak dan arah tertentu sehingga dapat diprediksi atau ditemukan karakteristik pengulangannya. (Santoso,2011) Gambar 8. Contoh Tekstur (a) Halus (b) Kasar (c) Teratur (d) Tak Teratur Pengukuran tekstur dibagi menjadi dua kelompok yaitu pengukuran makrotekstur dan pengukuran mikrotekstur. Pengukuran makrotekstur menggunakan metode difraksi neutron dan metode difraksi sinar-x mempunyai perbedaan ditinjau dari sifat interaksi materi dengan berkas neutron dan berkas sinar-x. (Engler, 2010) 2.7 Metode Gambar Kutub (Pole Figure) Pole figure adalah proyeksi stereografi dua dimensi dengan orientasi kristal yang relatif terhadap spesimen geometri, yang menunjukkan variasi pole density dengan orientasi pole bidang kristal {hkl}, lebih tepatnya berada diposisi bidang normal. Tekstur kristalografi secara kuantitatif telah diuji untuk melakukan pengukuran menggunakan tiga pole figure {111}, {200}, dan {220}dengan metode difraksi neutron. (S.Suwas, 2008) Untuk transparansi yang lebih baik, orientasi sering ditampilkan dalam indeks Miller (hkl)<uvw>, dimana (hkl) menjelaskan bidang kristalografi yang sejajar dengan permukaan lembaran kristal dan<uvw> adalah arah kristal yang sejajar dengan RD (rolling direction). Berikut ini adalah tiga pole figure {111}, {200}, dan {220} menggunakan perangkat lunak MAUD dari material batang tembaga.

12 16 Gambar 9. Pole Figure tembaga dalam bentuk batang. (Tri Hardi, 2007) Dari gambar 9, pole figure terlihat ke arah kristalografi dan diorientasikan sejajar dengan sumbu rod (wire axis) berada pada arah <110>, sedangkan arah fiber texture berada disekitar sumbu ini yaitu pada arah <111> dan <100>. Fungsi distribusi orientasi f(g)merepresentasikan kerapatan volume dari kristalit yang terorientasi (dg) yang diukur dalam satuan m.r.d (multiple of a random distribution). Normalisasi nilai f(g) =1m.r.d adalah untuk cuplikan tanpa preferred orientation. Nilai ini disebut kerapatan distribusi orientasi, dan nilai f(g) mempunyai nilai dari 0 (tanpa orientasi kristalit dalam dg disekitar g) ke tak berhingga Proyeksi Stereografi Hubungan antara bidang, arah dan sudut kristal dapat digambarkan dengan lebih mudah pada diagram dua dimensi menggunakan geometri proyeksi. Proyeksi stereografik sering digunakan terutama dalam analisis tanda-tanda yang muncul pada butir-butir polesan sesuadah deformasi, yaitu garis-garis pergeseran (slip), kembaran (twin), retakan (crack) dan sebagainya dan dalam penentuan orientasi kristal tunggal atau kecenderungan orientasi butir-butir dalam agregat polikristalin. Kristal diandaikan terletak di pusat sebuah bola, seperti tampak pada Gambar 10 (a) untuk sebuah kristal kubus, sedemikian sehingga bidang seperti (111) yang ditandai, boleh diwakili oleh sebuah titik P di permukaan bola yang disebut kutub dan merupakan perpotongan antara normal bidang (111) dengan permukaan bola. Sudut antara dua kutub (001) dan (111) pada Gambar 10 (b) dapat diukur dalam satuan derajat melalui busur lingkaran besar antara kutub-kutub P dan P. Dalam proyeksi setereografik, susunan kutub pada bola acuan, yang menyatakan bebagai bidang dalam kristal, diproyeksikan ke bidang ekuator. Pola kutub-kutub yang diproyeksikan ke bidang ekuator atau bidang primitif ini degan demikian merupakan proyeksi stereografik kristal. (Matthies, 1988)

13 17 Sebagaimana tampak pada Gambar 10 (c), kutub-kutub di belahan utara bola acuan diproyeksikan ke bidang ekuator dengan menghubungkan kutub P ke kutub selatan S, sementara yang di belahan selatan bola acuan, misalnya Q, diproyeksikan dengan cara sama ke arah kutub utara N. Gambar 10 (c) memperlihatkan proyeksi stereografik beberapa bidang kubus sederhana seperti {100}, {110} dan {111}, yang menunjukan bahwa bidang-bidang kristalografik dengan kutub-kutub di belahan selatan bola acuan dalam stereogram diberi notasi berupa lingkaran, sementara yang mempunyai kutub di belahan utara diberi notasi titik. Gambar 10. Prinsip proyeksi stereografik, mengilustrasikan (a) kutub P ke bidang (111), (b) sudut antara dua kutub P, P, dan (c) proyeksi stereografik kutub P, dan P ke bidang (111) dan bidang (001) Dalam Gambar 10 (b), sudut antara dua kutub pada bola acuan sama dengan banyaknya derajat busur yang memisahkan keduanya pada lingkaran besar. Oleh sebab itu, sudut antara P dan P dapat diketahui dengan mudah dengan bantuan sebuah penutup transparan berpola lingkaran-lingkaran bujur dan lintang seperti yang digunakan untuk keperluan geografi. (Mangonon, 1999) Sarana sejenis lain untuk itu adalah jala stereografik, yang biasa disebut jala Wulff. Jala Wulff seperti yang tampak dalam Gambar 11.

14 18 Bujur-bujur dalam proyeksi itu digambarkan dari atas ke bawah, sedangkan lintang-lintang dari kiri ke kanan. Jadi untuk mengukur jarak menyudut (angular distance) antara dua kutub dalam stereogram, jala di rotasikan terhadap pusat bola sampai kedua kutub terletak pada bujur yang sama, yang berhimpit dengan salah satu lingkaran besar pada bola acuan. Sudut antara kedua kutub tersebut adalah selisih lintang sepanjang bujur. (Bisbop,1999) Gambar 11. Jaringan Wullf (dari jaringan yang disiapakan pada tahun 1888 oleh Admiral C.D sigsbee, seizing Hydrographic Dept., US navy Dalam pembuatan stereogram baku untuk kristal sebaiknya diperhatikan dahulu unsur-unsur simetri dalam strukturnya. Sebagai contoh, pada kristal kubus yang mempunyai tiga belas sumbu, sembilan bidang dan sebuah pusat simetri, serta bahwa ketiga belas sumbu simetri terbentuk dari 3 sumbu lipatan-empat(tetrad axes), 4 sumbu lipatan-tiga (triad axes), dan 6 sumbu lipatan-ganda (diad axes). Sumbu simetri lipatan-n berfungsi sedemikian rupa sehingga sesudah rotasi dengan sudut 2π kristal akan menempati posisi identik atau sama dengan posisi semula dalam ruang. Jadi, sumbu tetrad melalui pusat setiap muka kubus sejajar dengan salah satu rusuk dan rotasi 90 ke arah manapun terhadap salah satu sumbu ini akan membuat kubus menempati posisi baru yang secara kristalografik tidak dapat di bedakan dari posisi lama. Dalam proyeksi stereogram kedalam 24 segitiga bola yang sama, biasa disebut segitiga unit. Unsur-unsur simetri ini mudah terlihat dalam proyeksi sferik kristal kubus dalam Gambar 12.

15 19 Gambar 12. Proyeksi bidang dalam kristal kubik, proyeksi sferek dan proyeksi stereografik Simetri lipatan-dua, simetri lipatan-tiga dan simetri lipatan-empat terhadap kutub-kutub {110}, {111} dan {110}, juga mudah dilihat. Akhirnya, pembuatan stereogram menunjukan berlakunya aturan vektor yang menyatakan bahwa indeks suatu bidang dapat ditentukan cukup dengan menambahkan hasil kali-hasil kali bidang lain yang terletak dalam zona sama. Sebagai contoh, dari Gambar 12 dapat dilihat bidang (011) terletak antara bidang (001) dan (010) dan di sini jelas bahwa 001 = (Bisbop,1999) Dengan bantuan unsur-unsur simetri itu, jelas pula bahwa bidang {011} harus ada 12 sebab simetri terhadap sumbu-sumbu {111} dan {100} berturut-turut merupakan sumbu-sumbu lipatan-tiga dan lipatan-empat. Dalam contoh lain, bahwa bidang (112) terletak antara bidang (111) dan (001) karena 112 = dan bahwa nimpunan bidang {112} harus terdiri atas 24 bidang, juga disebut icositerahedron. Bidang (123) adalah contoh bidang kristal paling umum dalam system kubus karena indeks-indeksnya, yaitu h, k, dan l, semua berbeda. Bidang ini terletak antara (112) dan (011), dan ke- 48 bidang angota himpunan {123} Proyeksi Standar Kristal Proyeksi standar kristal adalah sebuah bidang yang dijadikan referensi dalam menentukan letak pole bidang-bidang lainnya. Biasanya bidang yang dipilih adalah bidang dengan indeks rendah. Pemilihan bidang ini sangat dipengaruhi oleh bidang mana yang akan diamati dengan jelas.

16 20 Ketika sebuah proyeksi di siapkan dengan bidang hkl seperti bidang proyeksi ini disebut proyeksi standar (hkl). Banyak proyeksi yang bisa di gambarkan dengan perhitungan sudut antara dua bidang atau arah yang digunakan pada persamaan dan melukan plot terhadap pole dengan menggunakan jala Wulff (Wulff net). Karena indeks pada bidang dan normal adalah sama dalam sistem kubik, proyeksi bidang dan arah pole adalah identik. (Cullity,1976) Proyeksi standar kubik memiliki bidang (001), (011), (111), dan (112) tetapi ini adalah konstanta yang dibutuhkan untuk proyeksi yang lain. Proyeksi standar untuk nilai hkl yang lain bisa dipermudah dengan menyiapkan dua metode yang dijelaskan dibawah ini atau dengan menggunakan program komputer. (1) Menggunakan metode sudut yang ada pada tabel 3 atau dengan menggunakan perhitungan dari persamaan: cosϕ = (h 1 h 2 +k 1 k 2 +l 1 l 2 ) h 1 2 +k1 2 +l1 2 (h2 2 +k2 2 +l2 2 ) (2) dimana ϕ adalah sudut antara dua bidang h 1 k 1 l 1 dan h 2 k 2 l 2 dalam sistem kubik. Dengan menggunakan stereografik bisa digambarkan pole yang bermacam-macam untuk mengetahui gambar yan diinginkan. (2) Hukum zona: jika hu + kv + lw = 0, maka bidang (hkl) berisi garis [uvw]. Semua bidang berbeda yang berisi [uvw] disebut membentuk sebuah zona dengan [uvw] sebagai sumbu zona (analog dengan lembar-lembar buku terhadap lipatannya. Kutub bidang berisi [uvw] harus terletak 90 terhadap bidang bersangkutan. Tempat kedudukan semua kutub seperti itu disebut lingkaran zona. Hubungan antara lingkaran zona terhadap bidang sama dengan hubungan antara bidang terhadap kutub. Dalam sistem kubus, lingkaran-lingkaran zona dan tempat-tempat kedudukan bidang dengan indeks sama saling bertumpuk. Tidak demikian halnya pada sistem kristal lain. Bila sebuah zona berisi (h 1 k 1 l 1 ) dan (h 2 k 2 l 2 ) maka zona tersebut juga berisi setiap kombinasi linier bidang-bidang itu, misalnya m(h 1 k 1 l 1 ) + n(h 2 k 2 l 2 ). Sebagai contoh, zona [111] + berisi [110] dan [011], dan karena itu juga harus berisi [110] + [011] = [011], [110] + 2[011] = [112 ], dsb. Hal yang sama berlaku untuk semua arah-arah berbeda dalam bidang yang sama. Menurut hukum penambahan vector, [u 1 v 1 w 1 ] + [u 2 v 2 w 2 ] terletak antara [u 1 v 1 w 1 ] dan [u 2 v 2 w 2 ]. (Mangonon, 1999)

17 21 Tabel 3. Sudut antara bidang kristalografi dalam sistem kubik(dalam derajat) (Cullity, 1976) h 1 k 1 l 1 h 2 k 2 l 2 θ 1 ( ) θ 2 ( ) θ 3 ( ) ,00 90, ,00 90, , ,56 63,43 90, ,26 65, ,19 70, ,43 71,56 90, ,24 72,45 h 1 k 1 l 1 h 2 k 2 l 2 θ 1 ( ) θ 2 ( ) θ 3 ( ) ,00 60,00 90, ,26 90, ,43 50,77 71, ,00 54,74 73, ,47 45,00 76, ,56 47,87 63, ,48 64,76 90,00 h 1 k 1 l 1 h 2 k 2 l 2 θ 1 ( ) θ 2 ( ) θ 3 ( ) ,00 70, ,23 75, ,47 61,87 90, ,79 54,74 78, ,09 68, ,50 58,52 79,98

18 Metode Rietveld Prinsip metode Rietveld adalah membandingkan intensitas difraksi yang dihitung secara teoritis berdasarkan sebuah model yang terdiri atas himpunan parameter kristal dan parameter difraktometer dengan data intensitas difraksi hasil pengamatan. Berdasarkan perbandingan ini, nilai parameter parameter tersebut dihaluskan menggunakan metode kuadrat terkecil. Analisis metode Rietveld akan menghasilkan sekumpulan parameter baru yang nilainya menurut sudut pandang statistik lebih baik dibandingkan dengan parameter kristal pada model awal. Parameter parameter yang nilainya telah dihaluskan itu digunakan untuk menghitung intensitas difraksi secara teoritis dan dibandingkan lagi dengan data eksperimen. Proses penghalusan dilakukan terus menerus sampai diperoleh kesesuaian antara intensitas difraksi teoritis dengan intensitas difraksi data eksperimen (Young, 1993). Parameter awal yang dimasukkan dalam metode Rietveld adalah data normal difraksi, parameter kisi (a, b, c) dan posisi atom (x, y, z) dalam sel satuan, (75 80) % data awal harus benar serta grup ruang yang harus mutlak benar. Proses paling penting dan pokok pada analisis Rietveld adalah penghalusan parameter-parameter yang meliputi pergeseran titik nol, faktor skala, latar belakang (background), fungsi profil, konstanta kisi, posisi atom dan parameter tambahan lainnya. Pada semua prosedur asas kuadrat terkecil, permodelan dianggap sudah optimum ketika jumlah kuadrat dari selisih antara data eksperimen dan perhitungan teoritis bernilai minimum. Kesesuaian antara model yang digunakan dengan data pengamatan dinyatakan dengan nilai residu R yang terdiri atas profil Rp, profil berbobot (weighted profile) Rwp, R Bragg R B dan profil yang diharapkan (expected profile) Rexp dan parameter yang dinamakan goodness of fit GOF (χ 2 ) yang merupakan indikator keberhasilan penghalusan. (Kisi, 1994 dan von Dreele dan Larson, 2004). Menurut Kisi (1994) proses penghalusan sebaiknya dihentikan jika: Semua puncak puncak difraksi teridentifikasi, tidak ada satupun puncak difraksi data pengamatan yang terlewatkan. Dengan kata lain, terdapat kesesuaian antara pola difraksi hasil eksperimen dengan teoritis. Nilai faktor R dapat diterima, yaitu jika R B bernilai sekitar 3 4 % dan GOF bernilai 4 atau kurang.

19 Pengukuran Tekstur Metode Difraksi Neutron Neutron ditemukan oleh James Chadwick pada tahun 1932 (Beiser,1983). Setelah ditemukan, neutron telah menunjukkan sebagai partikel yang serba guna. Karena tidak bermuatan, neutron mudah menembus kedalam bahan sampai kepada inti atomnya. Neutron merupakan partikel elementer memiliki muatan kurang dari e (muatan elektron) dengan massa sebesar kg (2000 kali massa elektron). Neutron yang berjari-jari 1,5 fermi (10 15 m) itu sangatlah kecil dibandingkan dengan jari-jari awan elektron dari sebuah atom ~10 10 m. Tahun 1936, Mitchell dan Powers berhasil mengamati peristiwa difraksi neutron dan meyakinkan bahwa neutron memiliki sifat gelombang sesuai dengan prinsip de Broglie. Kemudian, 12 tahun berikutnya (1948) Shull dan Wollan berhasil mewujudkan teknik difraksi neutron setelah reaktor nuklir menjadi kenyataan. Teknik difraksi ini selanjutnya dikembangkan untuk penelitian struktur kristal sebagai komplemen dari teknik difraksi sinar-x. (M.Shibayama,1992) Metode difraksi dipakai secara luas untuk menganalisis bahan-bahan seperti biji besi, tanah lempung, logam, logam paduan, refractories, corrosion product, wear product, debu industri dan seterusnya. Dibandingkan dengan analisis kimia, metode difraksi memiliki beberapa keuntungan, yakni, lebih cepat,membutuhkan cuplikan yang sangat kecil (sedikit), dan tidak merusak. Selain digunakan untuk analisis kualitatif, teknik difraksi juga dimanfaatkan untuk analisis kuantitatif fasa bahan di dalam bahan kristalin disamping itu pula teknik difraksi dapat digunakan untuk menentukan ukuran kristalit, regangan dan tegangan sisa pada bahan industri, bahan struktur reaktor nuklir dan bahan bakar nuklir. (Engkir, 1991) Karena di dalam kristal yang sempurna, titik-titik penghambur inti tersusun secara periodik, maka sinar-sinar yang di hamburkan memiliki hubungan fasa tertentu satu dengan yang lain sehingga dalam arah tertentu terjadi interferensi yang selalu menguatkan dan dalam arah yang lain terjadi interferensi yang saling melemahkan. Berkas radiasi yang di susun oleh sinar-sinar hambur yang saling menguatkan menghasilkan puncak difraksi (Engkir,1991). Berdasarkan hukum Bragg dapat di turunkan sebagai berikut.

20 24 Gambar 13. Pusat hamburan inti atom(darmawan,dkk.,1987) Pada gambar 13,kristal di anggap terdiri atas pusat-pusat hamburan yang duduk pada titik-titik kisi. Dalam menurunkan hukum ini adalah menguntungkan apabila kristal tidak di lihat sebagai kumpulan titik, melainkan sebagai bidang-bidang kristal. Jika suatu berkas sinar dengan panjang gelombang λ di jatuhkan pada sekumpulan bidang kristal yang berjarak d pada sudut θ, maka berkas sinar tersebut di pantulkan secara simetri dengan sudut θ, sinar yang di pantulkan tampak jika berkas-berkas dari tiap bidang yang berdekatan saling menguatkan. Gambar 14. Difraksi neutron pada bidang kristal (Darmawan,dkk.,1987) Pada gambar 14, bidang-bidang atom yang sejajar mendifraksikan gelombang. Gelombang dapat dibiaskan oleh atom pada titik A atau titik A. Berkas neutron tersebut tidak saja dipantulkan oleh bidang permukaan, tetapi juga oleh bidang-bidang di bawahnya. Pantulan ini akan sefasa apabila jarak CBD sama atau merupakan kelipatan bulat dari panjang gelombang berkas. Harga n pada persamaan (2.3) sama dengan jumlah (bilangan bulat) gelomang yang ada pada sepanjang CBD, sehingga n λ= CB+BD = 2 BA sin θ = 2 d hkl sin θ (3)

21 25 dimana n= bilangan bulat; n= 1,2,3,... λ= panjang gelombang neutron d hkl = jarak antar bidang θ = sudut difraksi Sedangkan rumus umum untuk jarak d dalam kristal kubik(cullity,1976) adalah d hkl = a h 2 +k 2 +l 2 (4) dimana a adalah konstanta kisi dan h,k,l merupakan indeks bidang. Analisis tekstur dengan menggunakan difraksi neutron merupakan salah satu dari metode standar dalam analisis tekstur modern. Pengukuran tekstur dengan neutron mempunyai banyak kemiripan dengan sinar-x, akan tetapi dalam banyak hal neutron lebih unggul dibandingkan dengan sinar-x karena mempunyai kedalaman penetrasi (penetration depth) yang jauh lebih besar, juga amplitudo hamburan neutron tidak bergantung pada sudut hamburan dan nomor atom (Brokmeier,1999) Penentuan tekstur secara kualitatif sudah lama dilakukan dengan cara difraksi sinar-x. Percobaan pertama penentuan tekstur dengan difraksi neutron telah dilakukan oleh Brockhouse(Inawati,1986) dan selanjutnya penentuan tekstur dengan difraksi neutron banyak dipakai pada berbagai pusat reaktor nuklir di Eropa dan Amerika. Neutron di hasilkan dalam reaktor nuklir dengan energi kinetik yang berhubungan dengan panjang gelombang sekitar 0,1 nm(krane,1992), ini juga sesuai bagi difraksi kristal FCD/TD (Four Circle Diffractometer/Texture Diffractometer). Difraktometer Neutron Empat Lingkaran/ Difraktometer Tekstur (FCD/TD) adalah peralatan difraktrometer yang dilengkapi dengan goniometer empat lingkaran peralatan yang menggunakan teknik difraksi neutron yang bertumpu pada prinsip hukum Bragg. Difraktrometer ini digunakan untuk analisis struktur (menentukan fasa-fasa dalam paduan logam atau mineral), penentuan tekstur bahan, mengukur regangan dalam bahan sehingga dapat ditentukan tegangan internal ataupun yang tersisa dalam bahan dan tekstur bahan dengan teliti. Skema alat uji Diraktometer Empat Lingkaran/Difaktometer Tekstur dapat di lihat pada gambar 15.

22 26 Gambar 15. Skema alat uji Diraktometer Empat Lingkaran/Difaktometer Tekstur (Adolf,1998) Difraktometer tekstur DN2 ditetapkan sebagai alat yang bekerja dengan memanfaatkan neutron termal yang keluar dari reaktor serbaguna G.A. Siwabessy melalui lubang berkas neutron. Prinsip kerja difraktometer tekstur adalah sebagai berikut: 1. Berkas neutron polikromatis yang keluar dari tabung berkas neutron dijatuhkan ke monokromator sehingga dapat diperoleh berkas neutron dengan panjang gelombang tertentu (neutron monokromatis). 2. Berkas neutron yang masuk melalui monokromator akan diarahkan dari tabung berkas neutron ke meja sampel. 3. Berkas neutron di difraksikan oleh sampel dan difokuskan melewati celah (beam slit), kemudian masuk ke goniometer tekstur yang digunakan untuk mengatur orientasi sampel yang berputar sebesar θ, 2θ, ϕ, dan χ. 4. Untuk membatasi divergensi berkas neutron terhadap sampel digunakan dua buah kolimator yaitu kolimator 1 dan kolimator Berkas neutron akan ditangkap oleh detektor monitor yang membatasi jumlah neutron yang datang pada sampel dan detektor utama yang mencacah jumlah neutron yang dihamburkan, sehingga pada layar monitor akan tampak cacahan dan sudut hamburan Bragg.

ANALISIS TEKSTUR STAINLESS STEEL (SS) 316-L MENGGUNAKAN METODE DIFRAKSI NEUTRON SKRIPSI NUR RAHMAH HARAHAP

ANALISIS TEKSTUR STAINLESS STEEL (SS) 316-L MENGGUNAKAN METODE DIFRAKSI NEUTRON SKRIPSI NUR RAHMAH HARAHAP ANALISIS TEKSTUR STAINLESS STEEL (SS) 316-L MENGGUNAKAN METODE DIFRAKSI NEUTRON SKRIPSI NUR RAHMAH HARAHAP 130801008 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

MODUL IV JUDUL : KRISTALOGRAFI I BAB I PENDAHULUAN

MODUL IV JUDUL : KRISTALOGRAFI I BAB I PENDAHULUAN MODUL IV JUDUL : KRISTALOGRAFI I BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Modul IV ini adalah modul yang akan memberikan gambaran umum tentang kristalografi, pengetahuan tentang kristalografi sangat penting

Lebih terperinci

4. Buku teks: Introduction to solid state physics, Charles Kittel, John Willey & Sons, Inc.

4. Buku teks: Introduction to solid state physics, Charles Kittel, John Willey & Sons, Inc. Pengantar. Target: mahasiswa undergraduate menjelang tingkat akhir atau mahasiswa graduate tanpa latar belakang fisika zat padat. 2. Penjelasan Mata kuliah: tujuan perkuliahan ini adalah untuk memberikan

Lebih terperinci

02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM

02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM 02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM 2.1. Cacat Kristal Diperlukan berjuta-juta atom untuk membentuk satu kristal. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila terdapat cacat atau ketidakteraturan dalam tubuh kristal.

Lebih terperinci

01 : STRUKTUR MIKRO. perilaku gugus-gugus atom tersebut (mungkin mempunyai struktur kristalin yang teratur);

01 : STRUKTUR MIKRO. perilaku gugus-gugus atom tersebut (mungkin mempunyai struktur kristalin yang teratur); 01 : STRUKTUR MIKRO Data mengenai berbagai sifat logam yang mesti dipertimbangkan selama proses akan ditampilkan dalam berbagai sifat mekanik, fisik, dan kimiawi bahan pada kondisi tertentu. Untuk memanfaatkan

Lebih terperinci

Gambar 2.1. momen magnet yang berhubungan dengan (a) orbit elektron (b) perputaran elektron terhadap sumbunya [1]

Gambar 2.1. momen magnet yang berhubungan dengan (a) orbit elektron (b) perputaran elektron terhadap sumbunya [1] BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Momen Magnet Sifat magnetik makroskopik dari material adalah akibat dari momen momen magnet yang berkaitan dengan elektron-elektron individual. Setiap elektron dalam atom mempunyai

Lebih terperinci

PERUBAHAN SIFAT MELALUI STRUKTUR ATOM

PERUBAHAN SIFAT MELALUI STRUKTUR ATOM PERUBAHAN SIFAT MELALUI STRUKTUR ATOM 1.1 STRUKTUR ATOM Setiap atom terdiri dari inti yang sangat kecil yang terdiri dari proton dan neutron, dan di kelilingi oleh elektron yang bergerak. Elektron dan

Lebih terperinci

Sistem Kristal dan Kisi Bravais

Sistem Kristal dan Kisi Bravais Sistem Kristal dan Kisi Bravais Sistem kristal dapat dibagi ke dalam 7 sistem kristal. Adapun ke tujuh sistem kristal tersebut adalah Kubus, tetragonal, ortorombik, heksagonal, trigonal, monoklin, dan

Lebih terperinci

SUSUNAN ATOM BENDA PADAT

SUSUNAN ATOM BENDA PADAT SUSUNAN ATOM BENDA PADAT RADEN IRWAN FEBRIYANTO (NPM :0906602982) ANWAR SHIDDIQ ABDUL RACHMAN (NPM : 0906602420) ACHMAD GUNAWAN (NPM : 0906602364) ARIEF BUDIMAN (NPM : 0906602433) FERRY RAYA (NPM : 0906602641)

Lebih terperinci

MAKALAH FISIKA BAHAN STRUKTUR & GEOMETRI KRISTAL (BCC, FCC, HCP) : KERAPATAN KRISTAL

MAKALAH FISIKA BAHAN STRUKTUR & GEOMETRI KRISTAL (BCC, FCC, HCP) : KERAPATAN KRISTAL MAKALAH FISIKA BAHAN STRUKTUR & GEOMETRI KRISTAL (BCC, FCC, HCP) : KERAPATAN KRISTAL Disusun Oleh: Kelompok 3 1. Zuhrotul Ainy (2411 100 019) 2. Evita Wahyundari (2411 100 031) 3. Dhira Gunawan (2411 100

Lebih terperinci

B. HUKUM-HUKUM YANG BERLAKU UNTUK GAS IDEAL

B. HUKUM-HUKUM YANG BERLAKU UNTUK GAS IDEAL BAB V WUJUD ZAT A. Standar Kompetensi: Memahami tentang ilmu kimia dan dasar-dasarnya serta mampu menerapkannya dalam kehidupan se-hari-hari terutama yang berhubungan langsung dengan kehidupan. B. Kompetensi

Lebih terperinci

SUSUNAN ATOM DALAM. 1. Irfa Hambali 2. Rezki Al Khairi. 4. Junedi Ramdoner 5. Priselort D. 7. Venti Nuryati

SUSUNAN ATOM DALAM. 1. Irfa Hambali 2. Rezki Al Khairi. 4. Junedi Ramdoner 5. Priselort D. 7. Venti Nuryati SUSUNAN ATOM DALAM BENDA PADAT 1. Irfa Hambali 2. Rezki Al Khairi 3. M. Cakra Megasakti 4. Junedi Ramdoner 5. Priselort D 6. Joko Prianto 7. Venti Nuryati Anggota Kelompok 1 Joko Prianto Irfa Hambali Rezki

Lebih terperinci

MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER)

MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER) MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER) Oleh: Kusnanto Mukti / M0209031 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta 2012 I. Pendahuluan

Lebih terperinci

Struktur Kristal. Modul 1 PENDAHULUAN

Struktur Kristal. Modul 1 PENDAHULUAN F PENDAHULUAN Modul 1 Struktur Kristal Dr. I Made Astra, M.Si. isika zat padat secara umum berfokus pada atom dan elektron di dalam kristal. Kajian fisika zat padat dimulai pada permulaan abad 20 mengikuti

Lebih terperinci

Kerapatan atom struktur kristal bisa dicari dengan persamaan:

Kerapatan atom struktur kristal bisa dicari dengan persamaan: Faktor penumpukan atom untuk sel satuan HCP adalah sama dengan sel satuan FCC. Logam yang mempunyai struktur kristal ini antara lain: cadmium, magnesium, titanium dan seng. KERAPATAN ATOM Kerapatan atom

Lebih terperinci

+ + MODUL PRAKTIKUM FISIKA MODERN DIFRAKSI SINAR X

+ + MODUL PRAKTIKUM FISIKA MODERN DIFRAKSI SINAR X A. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mempelajari karakteristik radiasi sinar-x 2. Mempelajari pengaruh tegangan terhadap intensitas sinar x terdifraksi 3. Mempelajari sifat difraksi sinar-x pada kristal 4. Menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sinar-X ditemukan pertama kali oleh Wilhelm Conrad Rontgen pada tahun 1895. Karena asalnya tidak diketahui waktu itu maka disebut sinar-x. Sinar-X digunakan untuk tujuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. XRD Uji XRD menggunakan difraktometer type Phylips PW3710 BASED dilengkapi dengan perangkat software APD (Automatic Powder Difraction) yang ada di Laboratorium UI Salemba

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. 10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi

Lebih terperinci

PENENTUAN STRUKTUR KRISTAL AlMg 2 ALLOY DENGAN DIFRAKSI NEUTRON

PENENTUAN STRUKTUR KRISTAL AlMg 2 ALLOY DENGAN DIFRAKSI NEUTRON Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 14, No. 2, April 2011, hal 41-48 PENENTUAN STRUKTUR KRISTAL AlMg 2 ALLOY DENGAN DIFRAKSI NEUTRON Arif Ismul Hadi 1), Sumariah 2), M. Dahlan 2), dan Mohtar 3) 1) Jurusan

Lebih terperinci

WUJUD ZAT. SP-Pertemuan 1

WUJUD ZAT. SP-Pertemuan 1 WUJUD ZAT SP-Pertemuan 1 WUJUD ZAT (PADATAN) SP-Pertemuan 1 Padatan: Suatu susunan satuan (atom atau molekul) yang tersusun sangat teratur dan diikat oleh gaya tertentu Tergantung sifat gaya: Ikatan kovalen:

Lebih terperinci

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH Komponen : adalah logam murni atau senyawa yang menyusun suatu logam paduan. Contoh : Cu - Zn (perunggu), komponennya adalah Cu dan Zn Solid solution (larutan padat)

Lebih terperinci

KERANGKA KONSEP PENELITIAN PENGARUH NITROCARBURIZING TERHADAP LAJU KOROSI, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA MATERIAL DUPLEX STAINLESS STEEL

KERANGKA KONSEP PENELITIAN PENGARUH NITROCARBURIZING TERHADAP LAJU KOROSI, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA MATERIAL DUPLEX STAINLESS STEEL KERANGKA KONSEP PENELITIAN PENGARUH NITROCARBURIZING TERHADAP LAJU KOROSI, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA MATERIAL DUPLEX STAINLESS STEEL A. Kerangka Konsep Baja stainless merupakan baja paduan yang

Lebih terperinci

TUGAS 4 FISIKA ZAT PADAT. Penurunan Rumus Amplitudo Hamburan. Oleh : Aldo Nofrianto ( /2014 ) Pendidikan Fisika A. Dosen Pengampu Mata kuliah

TUGAS 4 FISIKA ZAT PADAT. Penurunan Rumus Amplitudo Hamburan. Oleh : Aldo Nofrianto ( /2014 ) Pendidikan Fisika A. Dosen Pengampu Mata kuliah TUGAS 4 FISIKA ZAT PADAT Penurunan Rumus Amplitudo Hamburan Oleh : Aldo Nofrianto ( 14033047/2014 ) Pendidikan Fisika A Dosen Pengampu Mata kuliah Drs. Hufri, M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd)

Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd) Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd) Spektroskopi difraksi sinar-x (X-ray difraction/xrd) merupakan salah satu metoda karakterisasi material yang paling tua dan paling sering digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 4.1. KARAKTERISTIK SERBUK 4.1.1. Serbuk Fe-50at.%Al Gambar 4.1. Hasil Uji XRD serbuk Fe-50at.%Al Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I STRUKTUR KRISTAL

BAB I STRUKTUR KRISTAL BAB I STRUKTUR KRISTAL Sebagian besar materi fisika zat padat adalah kristal dan elektron di dalamnya, fisika zat padat mulai dikembangkan awal abad ke, mengikuti penemuan difraksi sinar-x oleh kristal.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap pergeseran cermin untuk menentukan faktor konversi, dan grafik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap pergeseran cermin untuk menentukan faktor konversi, dan grafik BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab yang keempat ini mengulas tentang hasil penelitian yang telah dilakukan beserta analisa pembahasannya. Hasil penelitian ini nantinya akan dipaparkan olahan data berupa grafik

Lebih terperinci

3 STRUKTUR KRISTAL. Bab 3 Struktur Kristal 31. Gambar 3.1 Strukrur Kristral dalam sistem sumbu X, Y, Z.

3 STRUKTUR KRISTAL. Bab 3 Struktur Kristal 31. Gambar 3.1 Strukrur Kristral dalam sistem sumbu X, Y, Z. STRUKTUR KRISTAL. STRUKTUR LOGAM Dalam usaha mengklasifikasikan material perlu ditentukan apakah material berbentuk kristalin ( logam paduan konvensional), non kristalin (gelas) atau campuran dari kedua

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Kristal Bahan Kristal merupakan suatu bahan yang terdiri dari atom-atom yang tersusun secara berulang dalam pola tiga dimensi dengan rangkaian yang panjang (Callister

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN PROGRAM RIETICA UNTUK ANALISIS DATA DIFRAKSI DENGAN METODE RIETVELD

PETUNJUK PENGGUNAAN PROGRAM RIETICA UNTUK ANALISIS DATA DIFRAKSI DENGAN METODE RIETVELD PETUNJUK PENGGUNAAN PROGRAM RIETICA UNTUK ANALISIS DATA DIFRAKSI DENGAN METODE RIETVELD I. PENDAHULUAN Analisis Rietveld adalah sebuah metode pencocokan tak-linier kurva pola difraksi terhitung (model)

Lebih terperinci

Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X.

Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X. EKO NURSULISTIYO Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X. Struktur gambar tersebut disebut alur Laue (Laue

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEMURNIAN BATU KAPUR TUBAN DENGAN ANALISIS RIETVELD DATA DIFRAKSI SINAR-X

IDENTIFIKASI KEMURNIAN BATU KAPUR TUBAN DENGAN ANALISIS RIETVELD DATA DIFRAKSI SINAR-X IDENTIFIKASI KEMURNIAN BATU KAPUR TUBAN DENGAN ANALISIS RIETVELD DATA DIFRAKSI SINAR-X SAHRIAR NUR AULIA H 1105 100 026 PEMBIMBING : Drs. SUMINAR PRATAPA, M.Sc., P.hD. Page 2 PENDAHULUAN TUJUAN Mengetahui

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Program Studi : Pendidikan Teknik Mesin Semester : 5 Matakuliah : Metalurgi Fisik Mekanik SKS : 2 Kode Matakuliah

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

Struktur Kristal Logam dan Keramik

Struktur Kristal Logam dan Keramik Struktur Kristal Logam dan Keramik 1. Selayang Pandang Muhammad Fauzi Mustamin [*] Jurusan Fisika, Universitas Hasanuddin Maret 2015 Material padat dapat diklasifikasi berdasarkan karakteristik atom atau

Lebih terperinci

ANALISIS TEKSTUR TEMBAGA DENGAN TEKNIK DIFRAKSI NEUTRON

ANALISIS TEKSTUR TEMBAGA DENGAN TEKNIK DIFRAKSI NEUTRON Akreditasi LIPI Nomor : 536/D/2007 Tanggal 26 Juni 2007 ABSTRAK ANALISIS TEKSTUR TEMBAGA DENGAN TEKNIK DIFRAKSI NEUTRON Tri Hardi Priyanto Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN)-BATAN Kawasan Puspiptek

Lebih terperinci

Pertanyaan Final (rebutan)

Pertanyaan Final (rebutan) Pertanyaan Final (rebutan) 1. Seseorang menjatuhkan diri dari atas atap sebuah gedung bertingkat yang cukup tinggi sambil menggenggam sebuah pensil. Setelah jatuh selama 2 sekon orang itu terkejut karena

Lebih terperinci

Kaidah difraksi sinar x dalam analisis struktur kristal KBr

Kaidah difraksi sinar x dalam analisis struktur kristal KBr Kaidah difraksi sinar x dalam analisis struktur kristal KBr Esmar Budi a,* a Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Jakarta Jl. Pemuda No. 10 Rawamangun Jakarta

Lebih terperinci

KIMIA FISIKA KESETIMBANGAN CAIR-UAP & PADAT-UAP. Prof. Heru Setyawan Jurusan Teknik Kimia FTI ITS

KIMIA FISIKA KESETIMBANGAN CAIR-UAP & PADAT-UAP. Prof. Heru Setyawan Jurusan Teknik Kimia FTI ITS KIMIA FISIKA KESETIMBANGAN CAIR-UAP & PADAT-UAP Prof. Heru Setyawan Jurusan Teknik Kimia FTI ITS 2 Kesetimbangan Fasa Satu Komponen Perubahan fasa yang terjadi ketika cairan yang dipanaskan dalam wadah

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal Xpedia Fisika Optika Fisis - Soal Doc. Name: XPFIS0802 Version: 2016-05 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) muatan listrik yang diam (2) muatan listrik yang bergerak lurus

Lebih terperinci

Prof. Drs.H.Darsono, M.Sc

Prof. Drs.H.Darsono, M.Sc Prof. Drs.H.Darsono, M.Sc FMIPA UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN) aquariusdus@yahoo.com Klas A: Kehadiran=10 Kuis=10 PR=20 UTS=30 UAS=30 Klas B: Kehadiran=10 Kuis=5 PR=20 UTS=30 UAS=35 PUSTAKA 1. M.A.Omar, Elementary

Lebih terperinci

II. KEGIATAN BELAJAR 2 STRUKTUR KRISTAL BAHAN PADAT. Struktur kristal bahan padat dapat dijelaskan dengan benar

II. KEGIATAN BELAJAR 2 STRUKTUR KRISTAL BAHAN PADAT. Struktur kristal bahan padat dapat dijelaskan dengan benar II. KEGIATAN BELAJAR 2 STRUKTUR KRISTAL BAHAN PADAT A. Sub Kompetensi Struktur kristal bahan padat dapat dijelaskan dengan benar B. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007) BAB II DASAR TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Proses pengelasan semakin berkembang seiring pertumbuhan industri, khususnya di bidang konstruksi. Banyak metode pengelasan yang dikembangkan untuk mengatasi permasalahan

Lebih terperinci

MATERIAL TEKNIK DIAGRAM FASE

MATERIAL TEKNIK DIAGRAM FASE MATERIAL TEKNIK DIAGRAM FASE Pengertian Diagram fasa Pengertian Diagram fasa Adalah diagram yang menampilkan hubungan antara temperatur dimana terjadi perubahan fasa selama proses pendinginan dan pemanasan

Lebih terperinci

BAB I Geometri dan Prinsip Dasar Kristal

BAB I Geometri dan Prinsip Dasar Kristal BAB I Geometri dan Prinsip Dasar Kristal 1.1. Geometri analitik 1.1.1. Sistem koordinat... 1.1.2. Persamaan bidang... 1.1.3. Sistem koordinat resiprok... 1.1.4. Perbandingan aksial 1.1.5. Zona dan sumbu

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. Gambar 2.1 Lenturan Gelombang yang Melalui Celah Sempit

BAB II PEMBAHASAN. Gambar 2.1 Lenturan Gelombang yang Melalui Celah Sempit BAB II PEMBAHASAN A. Difraksi Sesuai dengan teori Huygens, difraksi dapat dipandang sebagai interferensi gelombang cahaya yang berasal dari bagian-bagian suatu medan gelombang. Medan gelombang boleh jadi

Lebih terperinci

KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI JURUSAN FISIKA

KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI JURUSAN FISIKA KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI 140310110018 JURUSAN FISIKA OUTLINES : Sinar X Difraksi sinar X pada suatu material Karakteristik Sinar-X Prinsip

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DIFRAKSI NEUTRON UNTUK PENGUKURAN REGANGAN DI HAZ SUS 304 BIMETAL UNTUK PENDEKATAN KONSEP PEMILIHAN MATERIAL TEMPERATUR TINGGI

PENGGUNAAN DIFRAKSI NEUTRON UNTUK PENGUKURAN REGANGAN DI HAZ SUS 304 BIMETAL UNTUK PENDEKATAN KONSEP PEMILIHAN MATERIAL TEMPERATUR TINGGI PENGGUNAAN DIFRAKSI NEUTRON UNTUK PENGUKURAN REGANGAN DI HAZ SUS 304 BIMETAL UNTUK PENDEKATAN KONSEP PEMILIHAN MATERIAL TEMPERATUR TINGGI Oleh Abdul Hafid Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 1. Terhadap koordinat x horizontal dan y vertikal, sebuah benda yang bergerak mengikuti gerak peluru mempunyai komponen-komponen

Lebih terperinci

LOGAM DAN PADUAN LOGAM

LOGAM DAN PADUAN LOGAM LOGAM DAN PADUAN LOGAM SATU KOMPONEN digunakan luas, kawat, kabel, alat RT LEBIH SATU KOMPONEN, utk memperbaiki sifat PADUAN FASA TUNGGAL, MRPKAN LARUTAN PADAT, KUNINGAN (Tembaga + Seng) perunggu (paduan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ragam, oleh sebab itu manusia dituntut untuk semakin kreatif dan produktif dalam

BAB I PENDAHULUAN. ragam, oleh sebab itu manusia dituntut untuk semakin kreatif dan produktif dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerapan teknologi rekayasa material saat ini semakin bervariasi hal ini disebabkan oleh tuntutan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang beraneka ragam, oleh sebab

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kupang, September Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Kupang, September Tim Penyusun KATA PENGANTAR Puji syukur tim panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-nya tim bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Optika Fisis ini. Makalah ini diajukan guna memenuhi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pada permukaannya digoreskan garis-garis sejajar dengan jumlah sangat besar.

BAB II LANDASAN TEORI. pada permukaannya digoreskan garis-garis sejajar dengan jumlah sangat besar. 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kisi Difraksi Kisi difraksi adalah suatu alat yang terbuat dari pelat logam atau kaca yang pada permukaannya digoreskan garis-garis sejajar dengan jumlah sangat besar. Suatu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini dilakukan analisis struktur kristal semen gigi seng oksida eugenol untuk mengetahui keterkaitan sifat mekanik dengan struktur kristalnya. Ada lima sampel

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Cahaya

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Cahaya 1. EBTANAS-06-22 Berikut ini merupakan sifat-sifat gelombang cahaya, kecuali... A. Dapat mengalami pembiasan B. Dapat dipadukan C. Dapat dilenturkan D. Dapat dipolarisasikan E. Dapat menembus cermin cembung

Lebih terperinci

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J 1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,

Lebih terperinci

ANALISIS PENINGKATKAN KUALITAS SPROKET SEPEDA MOTOR BUATAN LOKAL DENGAN METODE KARBURASI

ANALISIS PENINGKATKAN KUALITAS SPROKET SEPEDA MOTOR BUATAN LOKAL DENGAN METODE KARBURASI ANALISIS PENINGKATKAN KUALITAS SPROKET SEPEDA MOTOR BUATAN LOKAL DENGAN METODE KARBURASI Abdul Karim Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Bandung E-mail : karimabdul57@gmail.com Abstrak Proses karburasi

Lebih terperinci

HEAT TREATMENT. Pembentukan struktur martensit terjadi melalui proses pendinginan cepat (quench) dari fasa austenit (struktur FCC Face Centered Cubic)

HEAT TREATMENT. Pembentukan struktur martensit terjadi melalui proses pendinginan cepat (quench) dari fasa austenit (struktur FCC Face Centered Cubic) HEAT TREATMENT Perlakuan panas (heat treatment) ialah suatu perlakuan pada material yang melibatkan pemanasan dan pendinginan dalam suatu siklus tertentu. Tujuan umum perlakuan panas ini ialah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

HANDOUT FISIKA KELAS XII (UNTUK KALANGAN SENDIRI) GELOMBANG CAHAYA

HANDOUT FISIKA KELAS XII (UNTUK KALANGAN SENDIRI) GELOMBANG CAHAYA YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax. 022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id HANDOUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah logam. Seiring dengan jaman yang semakin maju, kebutuhan akan logam menjadi semakin tinggi.

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Optika Fisis - Latihan Soal Doc Name: AR12FIS0399 Version : 2012-02 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) Mauatan listrik yang diam (2) Muatan listrik

Lebih terperinci

FISIKA XI SMA 3

FISIKA XI SMA 3 FISIKA XI SMA 3 Magelang @iammovic Standar Kompetensi: Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah Kompetensi Dasar: Merumuskan hubungan antara konsep torsi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keliatan dan kekuatan yang tinggi. Keliatan atau ductility adalah kemampuan. tarik sebelum terjadi kegagalan (Bowles,1985).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keliatan dan kekuatan yang tinggi. Keliatan atau ductility adalah kemampuan. tarik sebelum terjadi kegagalan (Bowles,1985). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Bahan konstruksi yang mulai diminati pada masa ini adalah baja. Baja merupakan salah satu bahan konstruksi yang sangat baik. Baja memiliki sifat keliatan dan kekuatan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan pengamatan, pengukuran serta pengujian terhadap masingmasing benda uji, didapatkan data-data hasil penyambungan las gesek bahan Stainless Steel 304. Data hasil

Lebih terperinci

BAB FISIKA ATOM. Model ini gagal karena tidak sesuai dengan hasil percobaan hamburan patikel oleh Rutherford.

BAB FISIKA ATOM. Model ini gagal karena tidak sesuai dengan hasil percobaan hamburan patikel oleh Rutherford. 1 BAB FISIKA ATOM Perkembangan teori atom Model Atom Dalton 1. Atom adalah bagian terkecil dari suatu unsur yang tidak dapat dibagi-bagi 2. Atom-atom suatu unsur semuanya serupa dan tidak dapat berubah

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

Kategori unsur paduan baja. Tabel periodik unsur PENGARUH UNSUR PADUAN PADA BAJA PADUAN DAN SUPER ALLOY

Kategori unsur paduan baja. Tabel periodik unsur PENGARUH UNSUR PADUAN PADA BAJA PADUAN DAN SUPER ALLOY PENGARUH UNSUR PADUAN PADA BAJA PADUAN DAN SUPER ALLOY Dr.-Ing. Bambang Suharno Dr. Ir. Sri Harjanto PENGARUH UNSUR PADUAN PADA BAJA PADUAN DAN SUPER ALLOY 1. DASAR BAJA 2. UNSUR PADUAN 3. STRENGTHENING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus oleh spesimen selama uji tarik dan dipisahkan oleh daerah penampang lintang yang asli. Kekuatan

Lebih terperinci

2.1 Soal Matematika Dasar UM UGM c. 1 d d. 3a + b. e. 3a + b. e. b + a b a

2.1 Soal Matematika Dasar UM UGM c. 1 d d. 3a + b. e. 3a + b. e. b + a b a Soal - Soal UM UGM. Soal Matematika Dasar UM UGM 00. Jika x = 3 maka + 3 log 4 x =... a. b. c. d. e.. Jika x+y log = a dan x y log 8 = b dengan 0 < y < x maka 4 log (x y ) =... a. a + 3b ab b. a + b ab

Lebih terperinci

RPKPS (RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER)

RPKPS (RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER) RPKPS (RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER) 1. Nama Mata Kuliah : Bahan Teknik I 2. Kode/SKS : DTM 1105, 2 SKS, 32 jam 3. Prasyarat : - 4. Status Matakuliah : Pilihan / Wajib (coret yang

Lebih terperinci

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) 1. Gambar di samping ini menunjukkan hasil pengukuran tebal kertas karton dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil pengukurannya adalah (A) 4,30 mm. (D) 4,18

Lebih terperinci

Gambar 1.1. Rear Axle Shaft pada mobil diesel disambung dengan pengelasan. (www.competitiondiesel.com).

Gambar 1.1. Rear Axle Shaft pada mobil diesel disambung dengan pengelasan. (www.competitiondiesel.com). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Poros merupakan salah satu elemen mesin yang fungsinya sangat signifikan dalam konstruksi mesin. Sunardi, dkk. (2013) menyatakan bahwa poros digunakan dalam mesin

Lebih terperinci

SPEKTROMETRI SINAR X. Divisi Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA IPB

SPEKTROMETRI SINAR X. Divisi Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA IPB SPEKTROMETRI SINAR X Divisi Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA IPB 1 1. Absorpsi sinar X 2. Difraksi Sinar X 3. Fluoresense Sinar X APLIKASI ANALITIK 2 Absorpsi Sinar X Jika panjang gelombang sinar

Lebih terperinci

MATERIAL TEKNIK LOGAM

MATERIAL TEKNIK LOGAM MATERIAL TEKNIK LOGAM LOGAM Logam adalah Jenis material teknik yang dipakai secara luas,dan menjadi teknologi modern yaitu material logam yang dapat dipakai secara fleksibel dan mempunyai beberapa karakteristik.

Lebih terperinci

Baja adalah sebuah paduan dari besi karbon dan unsur lainnya dimana kadar karbonnya jarang melebihi 2%(menurut euronom)

Baja adalah sebuah paduan dari besi karbon dan unsur lainnya dimana kadar karbonnya jarang melebihi 2%(menurut euronom) BAJA Baja adalah sebuah paduan dari besi karbon dan unsur lainnya dimana kadar karbonnya jarang melebihi 2%(menurut euronom) Baja merupakan paduan yang terdiri dari besi,karbon dan unsur lainnya. Baja

Lebih terperinci

Karakterisasi XRD. Pengukuran

Karakterisasi XRD. Pengukuran 11 Karakterisasi XRD Pengukuran XRD menggunakan alat XRD7000, kemudian dihubungkan dengan program dikomputer. Puncakpuncak yang didapatkan dari data pengukuran ini kemudian dicocokkan dengan standar difraksi

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudaryatno Sudirham ing Utari Mengenal Sifat-Sifat Material (1) 14-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) BAB 14 Gejala Permukaan Setelah kita mengenal fasa-fasa, kita akan melihat

Lebih terperinci

07: DIAGRAM BESI BESI KARBIDA

07: DIAGRAM BESI BESI KARBIDA 07: DIAGRAM BESI BESI KARBIDA 7.1. Diagram Besi Karbon Kegunaan baja sangat bergantung dari pada sifat sifat baja yang sangat bervariasi yang diperoleh dari pemaduan dan penerapan proses perlakuan panas.

Lebih terperinci

METODE X-RAY. Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

METODE X-RAY. Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut : METODE X-RAY Kristalografi X-ray adalah metode untuk menentukan susunan atom-atom dalam kristal, di mana seberkas sinar-x menyerang kristal dan diffracts ke arah tertentu. Dari sudut dan intensitas difraksi

Lebih terperinci

Kategori Sifat Material

Kategori Sifat Material 1 TIN107 Material Teknik Kategori Sifat Material 2 Fisik Mekanik Teknologi Kimia 6623 - Taufiqur Rachman 1 Sifat Fisik 3 Kemampuan suatu bahan/material ditinjau dari sifat-sifat fisikanya. Sifat yang dapat

Lebih terperinci

Sistem Besi-Karbon. Sistem Besi-Karbon 19/03/2015. Sistem Besi-Karbon. Nurun Nayiroh, M.Si. DIAGRAM FASA BESI BESI CARBIDA (Fe Fe 3 C)

Sistem Besi-Karbon. Sistem Besi-Karbon 19/03/2015. Sistem Besi-Karbon. Nurun Nayiroh, M.Si. DIAGRAM FASA BESI BESI CARBIDA (Fe Fe 3 C) MK: TRANSFORMASI FASA Pertemuan Ke-6 Sistem Besi-Karbon Nurun Nayiroh, M.Si Sistem Besi-Karbon Besi dengan campuran karbon adalah bahan yang paling banyak digunakan diantaranya adalah baja. Kegunaan baja

Lebih terperinci

Gelombang sferis (bola) dan Radiasi suara

Gelombang sferis (bola) dan Radiasi suara Chapter 5 Gelombang sferis (bola) dan Radiasi suara Gelombang dasar lain datang jika jarak dari beberapa titik dari titik tertentu dianggap sebagai koordinat relevan yang bergantung pada variabel akustik.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Permodelan 4.1.1 Hasil Fungsi Distribusi Pasangan Total Simulasi Gambar 4.1 merupakan salah satu contoh hasil fungsi distribusi pasangan total simulasi 1 jenis atom

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Logam Logam cor diklasifikasikan menurut kandungan karbon yang terkandung di dalamnya yaitu kelompok baja dan besi cor. Logam cor yang memiliki persentase karbon

Lebih terperinci

Studi Adsorpsi Molekul Nh 3 Pada Permukaan Cr(111) Menggunakan Program Calzaferri

Studi Adsorpsi Molekul Nh 3 Pada Permukaan Cr(111) Menggunakan Program Calzaferri Jurnal Gradien Vol.3 No.1 Januari 2007 : 210-214 Studi Adsorpsi Molekul Nh 3 Pada Permukaan Cr(111) Menggunakan Program Calzaferri Charles Banon Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

pendinginan). Material Teknik Universitas Darma Persada - Jakarta

pendinginan). Material Teknik Universitas Darma Persada - Jakarta BAB V DIAGRAM FASE Komponen : adalah logam murni atau senyawa yang menyusun suatu logam paduan. Contoh : Cu - Zn (perunggu) komponennya adalah Cu dan Zn Solid solution (larutan padat) : terdiri dari beberapa

Lebih terperinci

PUNTIRAN. A. pengertian

PUNTIRAN. A. pengertian PUNTIRAN A. pengertian Puntiran adalah suatu pembebanan yang penting. Sebagai contoh, kekuatan puntir menjadi permasalahan pada poros-poros, karena elemen deformasi plastik secara teori adalah slip (geseran)

Lebih terperinci

Simetri. Operasi Simetri 13/03/2015. Pertemuan ke-5 Kristalografi (Simetri: Simbol & Operasinya) Nurun Nayiroh, M.Si

Simetri. Operasi Simetri 13/03/2015. Pertemuan ke-5 Kristalografi (Simetri: Simbol & Operasinya) Nurun Nayiroh, M.Si DIFRAKSI SINAR-X Pertemuan ke-5 Kristalografi (Simetri: Simbol & Operasinya) Nurun Nayiroh, M.Si Simetri Operasi simetri: Translasi Inversi (Pusat Simetri) Rotasi Pencerminan Screw Glide Muka kristal (review

Lebih terperinci

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2 Pelarutan Pengendapan Evaporasi 350 0 C 1 jam 900 0 C 10 jam 940 0 C 20 jam Ba(NO 3 ) Pelarutan Pengendapan Evaporasi Pencampuran Pirolisis Kalsinasi Peletisasi Sintering Pelet YBCO Cu(NO 3

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama yaitu isolator. Struktur amorf pada gelas juga disebut dengan istilah keteraturan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama yaitu isolator. Struktur amorf pada gelas juga disebut dengan istilah keteraturan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Material Amorf Salah satu jenis material ini adalah gelas atau kaca. Berbeda dengan jenis atau ragam material seperti keramik, yang juga dikelompokan dalam satu definisi

Lebih terperinci

PREDIKSI 8 1. Tebal keping logam yang diukur dengan mikrometer sekrup diperlihatkan seperti gambar di bawah ini.

PREDIKSI 8 1. Tebal keping logam yang diukur dengan mikrometer sekrup diperlihatkan seperti gambar di bawah ini. PREDIKSI 8 1. Tebal keping logam yang diukur dengan mikrometer sekrup diperlihatkan seperti gambar di bawah ini. Dari gambar dapat disimpulkan bahwa tebal keping adalah... A. 4,30 mm B. 4,50 mm C. 4,70

Lebih terperinci

ISTIYANTO.COM. memenuhi persamaan itu adalah B. 4 4 C. 4 1 PERBANDINGAN KISI-KISI UN 2009 DAN 2010 SMA IPA

ISTIYANTO.COM. memenuhi persamaan itu adalah B. 4 4 C. 4 1 PERBANDINGAN KISI-KISI UN 2009 DAN 2010 SMA IPA PERBANDINGAN KISI-KISI UN 009 DAN 00 SMA IPA Materi Logika Matematika Kemampuan yang diuji UN 009 UN 00 Menentukan negasi pernyataan yang diperoleh dari penarikan kesimpulan Menentukan negasi pernyataan

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB IV DATA DAN ANALISA BAB IV DATA DAN ANALISA Pengelasan plug welding pada material tak sejenis antara logam tak sejenis antara baja tahan karat 304L dan baja karbon SS400 dilakukan untuk mengetahui pengaruh arus pengelasan

Lebih terperinci

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM Sifat mekanik bahan adalah : hubungan antara respons atau deformasi bahan terhadap beban yang bekerja. Sifat mekanik : berkaitan dengan kekuatan, kekerasan, keuletan, dan kekakuan.

Lebih terperinci

CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 10 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM

CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 10 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 0 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM Cahaya Cermin 0. EBTANAS-0-2 Bayangan yang terbentuk oleh cermin cekung dari sebuah benda setinggi h yang ditempatkan pada jarak lebih kecil

Lebih terperinci

I. BUNYI. tebing menurut persamaan... (2 γrt

I. BUNYI. tebing menurut persamaan... (2 γrt I. BUNYI 1. Bunyi merambat pada besi dengan kelajuan 5000 m/s. Jika massa jenis besi tersebut adalah 8 g/cm 3, maka besar modulus elastik besi adalah... (2x10 11 N/m 2 ) 2. Besar kecepatan bunyi pada suatu

Lebih terperinci

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT Pembebanan Batang Secara Aksial Suatu batang dengan luas penampang konstan, dibebani melalui kedua ujungnya dengan sepasang gaya linier i dengan arah saling berlawanan yang berimpit i pada sumbu longitudinal

Lebih terperinci

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S Mahasiswa Edwin Setiawan Susanto Dosen Pembimbing Ir. Rochman Rochiem, M. Sc. Hariyati Purwaningsih, S.Si, M.Si. 1 Latar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Baja Baja adalah salah satu bahan konstruksi yang paling banyak digunakan. Sifat-sifatnya yang penting dalam penggunaan konstruksi adalah kekuatannya yang tinggi dibandingkan

Lebih terperinci