KIMIA FISIKA KESETIMBANGAN CAIR-UAP & PADAT-UAP. Prof. Heru Setyawan Jurusan Teknik Kimia FTI ITS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KIMIA FISIKA KESETIMBANGAN CAIR-UAP & PADAT-UAP. Prof. Heru Setyawan Jurusan Teknik Kimia FTI ITS"

Transkripsi

1 KIMIA FISIKA KESETIMBANGAN CAIR-UAP & PADAT-UAP Prof. Heru Setyawan Jurusan Teknik Kimia FTI ITS

2 2 Kesetimbangan Fasa Satu Komponen Perubahan fasa yang terjadi ketika cairan yang dipanaskan dalam wadah tertutup T << T c T T c T T c Garis singgung dp/dt P (torr) Padat A Tekanan uap es Garis titik lebur Cair Garis titik didih Tekanan uap air cair Gas T ( o C) C 80 72, P (atm) ,11 0 Titik kritis Padat Cair Gas Titik triple ,35 T ( o C) 31,05 Diagram fasa air Diagram fasa CO 2

3 3 Kesetimbangan Cair-Uap & Padat-Uap Garis singgung dp/dt berbanding lurus dengan enthalpy perubahan fasa dan berbanding terbalik dengan suhu dan perubahan volume yang mengikuti perubahan dp dt H T V = (Pers. Clapeyron atau Clausius-Clapeyron) Penurunan tidak melibatkan pendekatan apapun, hanya berdasarkan pada kriteria thermodinamika untuk kesetimbangan bahwa energi molar Gibbs semua fasa satu komponen yang berada dalam kesetimbangan adalah sama, dan persamaan ini adalah hasil yang pasti untuk sistem satu komponen. Cair uap, H & V positif dp/dt positif Padat uap, H & V positif dp/dt positif

4 4 Kesetimbangan Cair-Uap & Padat-Uap dp H = dt T V Untuk kesetimbangan gas-cair atau gas-padat, V g >> V l atau V s : Jadi: V g V l atau V g V s V g Jika uap dianggap berperilaku mendekati gas ideal: V g RT P RT dp P H d ln P H V 2 atau = 2 P dt RT dt RT 1 d T dt = 2 T dlnp d H ( 1 T ) R Besaran H ( H vap = H g H l atau H sub = H g H s ) tergantung pada suhu perubahan fasa. Begitu suhu perubahan fasa ditetapkan, tekanan perubahan fasa adalah tetap sehingga P bukan variabel bebas sepanjang garis kesetimbangan.

5 5 Kesetimbangan Cair-Uap & Padat-Uap 6.0 dlnp d H ( 1 T ) R H 1 ln P = + C R T ln P (torr) Plot ln P lawan 1/T memiliki garis singgung H/R pada suhu T. Pengukuran garis singgung ini pada berbagai suhu mengijinkan H penguapan atau sublimasi diperoleh pada setiap suhu /T (K -1 ) log P tidak dapat diambil dengan satuan? Plot ln P (tekanan uap) lawan 1/T untuk air untuk suhu dari 45 C sampai 25 C. d ln P = d ln P P * P * adalah tekanan sembarang, mis: 1 torr. Buat plot antara ln P/P* vs 1/T.

6 6 Kesetimbangan Cair-Uap & Padat-Uap Ambil H konstan sepanjang garis kesetimbangan: dlnp d H ( 1 T ) R P P T 1 d ln P = H * T RT * 2 dt ln P P * 1 1 H T T = * P B = P * 1 1 e B = H * T T P (torr) Padat A Tekanan uap es Garis titik lebur Cair Garis titik didih Tekanan uap air cair Gas T ( o C) C Tekanan uap padat dan cair naik dengan cepat dengan kenaikan suhu. Mis: ketika T naik dari 111 C sampai 17 C, tekanan uap es naik dengan faktor 10 6, dari 10-6 menjadi 1 torr. Tekanan uap air cair bergerak dari 4,6 torr pada suhu titik triple 0,01 C menjadi 760 torr pada titik didih normal 99,97 C dan menjadi torr pada suhu kritis 374 C.

7 Contoh Titik didih normal ethanol adalah 78,3 C, dan pada suhu ini H vap = 38,9 kj/mol. Sampai berapa P harus diturunkan jika kita menginginkan untuk mendidihkan ethanol pada 25,0 C dalam distilasi vakum? Penyelesaian: Titik didih adalah suhu dimana tekanan uap cairan sama dengan tekanan P yang diberikan pada cairan tersebut. Jadi, nilai P yang diinginkan adalah tekanan uap ethanol pada 25,0 C. Tekanan uap pada titik didih normal adalah 760 torr. Perubahan tekanan uap dengan suhu diberikan oleh bentuk pendekatan dari persamaan Clapeyron. Jika perubahan H vap terhadap suhu diabaikan, kita dapat menggunakan persamaan ln P P H * R vap 1 T T Untuk titik yang tetap kita ambil titik didih normal pada P* = 760 torr dan T* = (78, ,2) K = 351,5 K. Kita mempunyai T = (25, ,2) K = 298,2 K dan ln P 38,9 10 J/mol torr 8,314 J mol K 1 3 P/760 torr 0,093 P = 70,4 torr Tekanan uap ethanol dari percobaan pada 25 C adalah 59 torr. Kesalahan yang cukup besar dari hasil kita adalah karena ketidak-idealan uap (yang terutama diakibatkan oleh gaya ikatan hidrogen antar molekul uap) dan karena perubahan H vap terhadap suhu. Pada 25 C, H vap ethanol adalah 42,5 kj/mol, lebih tinggi daripada nilainya pada 78,3 C. 1 * 1 298,2K 1 351,5K = 2,38

8 Kesetimbangan Padat-Cair Untuk perubahan padat-cair, kita tidak bisa menggunakan persamaan dlnp = dt H 2 RT Untuk perubahan ini, H hampir selalu positif dan V biasanya positif tetapi ada yang negatif dalam sedikit kasus, misalnya: H 2 O, Ga dan Bi. Karena pengurangan volume untuk peleburan es, garis kesetimbangan padat-cair miring kekiri pada diagram P-T air. Untuk hampir semua zat lainnya, garis padat-cair memiliki garis singgung. Fakta bahwa titik lebur es turun dengan kenaikan tekanan bersesuaian dengan prinsip Le Châtelier yang memperkirakan bahwa kenaikan tekanan akan menggeser kesetimbangan kearah volume yang lebih kecil. Air cair memiliki volume yang lebih kecil daripada es dengan massa yang sama.

9 9 Kesetimbangan Padat-Cair Untuk peleburan, V jauh lebih kecil daripada untuk sublimasi atau penguapan. Jadi, persamaan Clapeyron menunjukkan bahwa garis kesetimbangan padat-cair pada diagram fasa P lawan T akan memiliki garis singgung yang jauh lebih tajam daripada garis padat-uap atau cair-uap. Untuk peleburan, persamaan Clapeyron menjadi dp dt H = T V fus fus H fus = perubahan enthalpy peleburan V fus = perubahan volume peleburan Enthalpy peleburan adalah positif dan perubahan volume biasanya positif tetapi selalu kecil sehingga garis singgung dp/dt adalah tajam dan biasanya positif. Sifat padatan dan cairan hampir tidak berubah dengan tekanan sehingga dapat dianggap H fus dan V fus konstan. Jika suhu lebur adalah T* ketika tekanannya P* dan T ketika tekanannya P, integral dari persamaan diatas menjadi P H dp = P V dt H T fus fus P P* = ln * T* fus T Vfus T* Jika Tdan T*hampir sama T T T* T T* ln = ln 1 + T* T* T* ln (1 + x) xjika x kecil T P P* = Hfus T* V ( T T* ) fus

10 Contoh Berapakah suhu lebur es pada tekanan 1,5 kbar jika enthalpy peleburan es H fus = +6,008 kj/mol dan perubahan volume peleburan V fus = 1,7 cm 3 /mol? Penyelesaian: Untuk menyelesaikan ini kita susun ulang persamaan P P H T ln V fus T* * fus * = V T = T*exp H fus ( P P ) fus * Untuk titik tetapnya kita ambil titik lebur normal pada P* = 1,0 atm ( 1,0 bar) dan T* = 273,15 K. Dari sini, 6 3 1,7 10 m /mol T = K exp 3 6, ( ) J/mol 10 Maka, dengan P = 1,5 kbar, T = 261,8 K atau 10,2 C. 5 Pa = 261,8K

11 Zat Padat Kristal memiliki muka yang berkembang dengan baik dan bentuk yang khas. Difraksi sinar X menunjukkan zat padat kristalin memiliki struktur teratur dan rapi yang tersusun atas satuansatuan yang berulang yang memiliki orientasi yang sama diseluruh kristal. Satuan berulang tersebut adalah kelompok dari satu atau lebih atom, molekul atau ion. Amorf tidak memiliki bentuk kristal yang khas. Jika dipanaskan, zat padat ini melunak dan melebur pada rentang suhu tertentu. Difraksi sinar X menunjukkan struktur yang tidak teratur.

12 Zat Padat Susunan atom dalam bahan padat ditentukan oleh karakter, kekuatan dan arah gaya ikat kimia, gaya kohesif atau ikatan kimia gaya interaksi atom. Atom, molekul atau ion dalam keadaan padat tertata lebih dekat daripada dalam keadaan gas atau cair dan tertahan bersama-sama oleh gaya tarik dan gaya tolak yang saling bekerja sama yang kuat satuan struktur (atom, molekul atau ion) dalam zat padat ditahan lebih kaku ditempatnya. Dalam zat cair, satuan struktur dapat bergerak berkeliling dengan mendesak melewati tetangganya. Derajat keteraturan dalam zat cair jauh lebih kecil daripada zat padat kristalin. Zat padat amorf memiliki kekakuan zat padat tetapi menyerupai zat cair dalam hal mereka memiliki ikatan rentang pendek antar molekul.

13 Ikatan Kimia dalam Zat Padat Zat padat Tipe ikatan Pembentukan Energi ikatan (ev/atom) Contoh tipikal Kovalen Ikatan kovalen, atom Berbagi elektron 2 6 Karbon (intan), Ge, Si, atau homopolar antara dua atom SiC, BN Ion Ikatan ion atau elektrostatis Perpindahan elektron dan interaksi Coulomb antara kation and anion 0 2 Alkali halida Logam Logam Elektron bergerak bebas dalam deretan ion positif Molekuler (van der Waals) Ikatan hidrogen Molekul Tarikan atom hidrogen antar dua atom yang lain Gaya tarik lemah karena interaksi dipole-dipole antar pasangan Ikatan elektrostatis atom H dengan atom elektronegatif 1 5 Semua logam dan paduan 0,002 0,1 Gas mulia 0,5 Es, senyawa organik, bahan biologi

14 Tipe Dasar Ikatan Kimia: (a) logam, (b) ion, (c) kovalen, (d) van der Waals 14 Ion logam positif Gaya tarik kuat antara ion positif dan negatif Awan logam negatif (a) (b) Gaya tarik lemah antara atom-atom terpolarisasi Ion positif Elektron valensi berbagi (c) Pusat antara muatan positif dan negatif Yang terpisah dalam setiap atom (d)

15 Struktur Kristal: BASIS Suatu kristal mengandung satuan struktural, disebut basis (atau motif struktural), yang berulang dalam tiga dimensi menghasilkan struktur kristal. Sekeliling setiap satuan yang berulang adalah sama diseluruh kristal (dengan mengabaikan efek permukaan). Basis bisa berupa atom atau molekul tunggal, atau bisa berupa sekelompok kecil atom, molekul atau ion. Setiap kelompok basis berulang memiliki struktur yang sama dan orientasi ruang yang sama seperti kelompok basis yang lain dalam kristal. Tentu saja, basis harus memiliki komposisi stoichiometri yang sama seperti kristal. Contoh basis: NaCl, satu ion Na + dan satu ion Cl. Cu, atom Cu tunggal. Zn, dua atom Zn. Intan, dua atom C; dua atom dikelilingi secara tetrahedral oleh empat karbon tetapi empat ikatan pada satu atom basis berbeda orientasinya dengan ikatan pada atom yang lain. CO 2, empat molekul CO 2. Benzene, empat molekul C 6 H 6.

16 Struktur Kristal: RUANG LATTICE Jika menaruh titik tunggal pada tempat yang sama dalam setiap kelompok basis yang berulang, himpunan titik yang diperoleh membentuk lattice (ruang) kristal. Setiap titik dari ruang lattice memiliki tetangga yang sama. Ruang lattice tidak sama seperti struktur kristal. Sebaliknya, struktur kristal dihasilkan dengan menempatkan kelompok struktur yang identik (basis) pada setiap titik lattice. Ruang lattice adalah abstraksi geometri. Lattice Basis Struktur kristal Struktur kristal yang dihasilkan dengan menggabungkan kelompok basis dengan setiap titik lattice

17 Struktur Kristal: SATUAN SEL Ruang lattice kristal dapat dibagi menjadi paralelpipedum yang identik dengan menggabungkan titik-titik lattice dengan garis lurus. (Paralelpipedum adalah prisma yang bidang alasnya berbentuk jajaran genjang.) Setiap paralelpidum disebut satuan sel. Cara dimana lattice dipecah menjadi satuan sel tidak khas. Dalam kristalografi, satuan sel dipilih sehingga ia memiliki simetri paling banyak dan memiliki volume paling kecil yang konsisten dengan simetri paling banyak. Syarat simetri paling banyak ini menunjukkan secara tidak langsung jumlah sisi satuan sel tegak lurus paling banyak. Dua cara memecah lattice dua dimensi menjadi satuan sel

18 Struktur Kristal: SATUAN SEL Dalam kerangka ini, sistem koordinat x, y, z ditetapkan dengan titik pusatnya pada salah satu sudut satuan sel; setiap sumbu x, y dan z bertepatan dengan salah satu sisi paralelpidum yang memanjang dari sudut ini. Dalam dua dimensi, satuan sel adalah jajaran genjang dengan panjang sisi a dan b dan sudut antara sisi-sisi ini γ. Dalam tiga dimensi, satuan sel adalah paralelpidum dengan panjang sisi a, b, c dan sudut α, β, γ, dimana α adalah sudut antara sisi b dan c, dst. Jadi, geometri satuan sel secara lengkap didefinisikan dalam istilah enam parameter, yaitu: tiga panjang sisi a, b, c dan sudut antar sumbu α, β, γ dan diistilahkan parameter lattice dari struktur kristal. Satuan sel dengan sumbu koordinat x, y, z, menunjukkan panjang sisi (a, b dan c) dan sudut antar sisi (α, β dan γ).

19 Struktur Kristal: SATUAN SEL Pada basis ini ada tujuh kemungkinan kombinasi yang berbeda dari a, b dan c, dan α, β dan γ, dan setiap kombinasi mewakili sistem kristal yang berbeda. Tujuh sistem kristal ini adalah kubus, tetragonal, hexagonal, orthorombic, rhombohedral, monoclinic dan triclinic. Sistem kubus, dimana a = b = c dan α = β = γ = 90, mempunyai derajat simetri paling besar. Simetri paling kecil ditunjukkan oleh sistem triclinic karena a b cdan α β γ. Satuan sel yang memiliki titik lattice hanya pada sudutnya disebut satuan sel primitif (atau sederhana). Tujuh lattice Bravais memiliki satuan sel primitif (P). Lattice terpusat-badan (body-centered) (disimbolkan dengan huruf I) memiliki titik lattice dalam satuan sel maupun pada setiap sudut satuan sel. Lattice terpusat-muka (facecentered) (F) memiliki titik lattice pada setiap keenam muka satuan sel maupun sudutnya. Huruf C menyimbolkan lattice terpusat-sisi (end-centered) dengan sebuah titik lattice pada setiap dua muka yang disatukan oleh sisi-sisi yang panjangnya a dan b. Huruf A dan B mempunyai arti yang mirip.

20 Struktur Kristal: SATUAN SEL Sistem kristal Primitif (P) Terpusat-badan (I) Terpusat-muka (F) Terpusat-sisi (C) Kubus a = b = c α = β = γ = 90 Heksagonal a = b c α = β = 90, γ = 120 Tetragonal a = b c α = β = γ = 90 Rhombohedral (Trigonal) a = b = c α = β = γ 90 Orthorombic a b c α = β = γ = 90 Monoclinic a b c α = γ = 90 β Triclinic a b c α β γ 90

21 Struktur Kristal: SATUAN SEL Setiap titik pada sudut satuan sel dibagi antar delapan satuan sel yang berbatasan dalam lattice empat pada ketinggian yang sama dan empat tepat diatas atau dibawahnya. Jadi satuan sel primitif mempunyai 8/8 = 1 titik lattice dan 1 kelompok basis per satuan sel. Setiap titik pada muka satuan sel dibagi antara dua satuan sel, sehingga satuan sel F memiliki 8/8 + 6/2 = 4 titik lattice dan 4 kelompok basis per satuan sel.

22 22 Struktur Kristal: SATUAN SEL Titik lattice yang ditunjukkan dibagi oleh empat satuan sel pada ketinggian yang sama dan empat satuan sel lagi (tidak ditunjukkan) tepat diatasnya. (a) Lattice terpusat dua dimensi. (b) Lattice yang sama dibagi menjadi satuan sel primitif.

23 Struktur Kristal: NOTASI TITIK & BIDANG Posisi sebuah titik dalam sel ditetapkan dengan memberikan koordinatnya sebagai fraksi panjang satuan sel a, b dan c. Titik pada pusat koordinat adalah 000; titik lattice bagian dalam pada lattice I adalah pada ½ ½ ½; titik pada pusat muka yang dibatasi oleh sumbu a dan c adalah 0 ½ ½. Orientasi bidang kristal digambarkan oleh indeks Miller-nya (hkl), yang diperoleh dengan langkah-langkah berikut: 1) cari titik potong bidang pada sumbu a, b, c dalam suku-suku perkalian panjang satuan sel a, b, c; 2) ambil kebalikan angka ini; 3) jika pecahan diperoleh dalam langkah 2, kalikan ketiga angka tersebut dengan bilangan bulat terkecil yang akan memberikan seluruh angka. Jika titik potong bidang adalah negatif, ini ditunjukkan dengan tanda garis diatas indeks Miller terkait.

24 24 Struktur Kristal: NOTASI TITIK & BIDANG r s t u c b a (a) Bidang (220). (b) Bidang (110). (c) Bidang (111). Dua satuan sel ditunjukkan pada (a) dan pada (b); satu ditunjukkan pada (c). Bidang yang diarsir yang diberi label r memotong sumbu a pada a/2 dan sumbu b pada b/2 dan terletak sejajar dengan sumbu c (memotong pada ). Langkah 1 memberikan ½, ½,. Langkah 2 memberikan 2, 2, 0. Jadi, indeks Miller adalah (220). Bidang yang diberi label s mempunyai indeks Miller (110). Bidang yang diberi label t memiliki titik potong 3/2 a, 3/2 b, ; langkah 2 memberikan 2/3, 2/3, 0, dan indeks Miller adalah (220). Bidang u mempunyai titik potong 2a, 2b,, sehingga langkah 2 memberikan ½, ½, 0, dan langkah 3 memberikan (110). Juga ditunjukkan adalah bidang (111) dan bidang (100). Semakin tinggi nilai indeks Miller h dari sebuah bidang, semakin dekat titik potong a dari bidang ke titik pusatnya.

25 CONTOH Indeks Miller Cari indeks Miller (hkl) permukaan s 2 dan himpunan bidang p 1 pada Gambar Semua bidang dan permukaan pada gambar ini sejajar terhadap sumbu c. Lattice pada Gambar adalah primitif. Penyelesaian: Karena bidang dan permukaan adalah sejajar terhadap sumbu c, titik potong c adalah semua pada dan sehingga indeks Miller l semuanya 0. Kita menyusun sistem koordinat a-b dengan titik pusat pada e, yang dipilih sedekat mungkin dengan bidang p 1 paling kiri tanpa berada dalam bidang ini. Untuk titik pusat ini, bidang p 1 paling kiri memotong sumbu a pada 1 adan sumbu b pada 1 b, sehingga indeks Miller adalah h = 1/1 = 1 dan k = 1/1 = 1. Bidang p 1 adalah bidang (110). Serupa, dengan titik pusat pada r, kita lihat bahwa s 2 s 1 adalah permukaan (110). p 2 s 2 b e a p 2 s 3

B. HUKUM-HUKUM YANG BERLAKU UNTUK GAS IDEAL

B. HUKUM-HUKUM YANG BERLAKU UNTUK GAS IDEAL BAB V WUJUD ZAT A. Standar Kompetensi: Memahami tentang ilmu kimia dan dasar-dasarnya serta mampu menerapkannya dalam kehidupan se-hari-hari terutama yang berhubungan langsung dengan kehidupan. B. Kompetensi

Lebih terperinci

Gaya Antarmolekul dan Cairan dan Padatan

Gaya Antarmolekul dan Cairan dan Padatan Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi dimodifikasi oleh Dr. Indriana Kartini Bab V Gaya Antarmolekul dan Cairan dan Padatan Fasa merupakan bagian homogen suatu sistem

Lebih terperinci

Bab 1 ZAT PADAT IKATAN ATOMIK DALAM KRISTAL

Bab 1 ZAT PADAT IKATAN ATOMIK DALAM KRISTAL Bab 1 ZAT PADAT IKATAN ATOMIK DALAM KRISTAL Kekristalan Zat Padat Zat padat dapat dibedakan menjadi: Kristal yaitu bila atom atau molekul penyusun tersusun dalam bentuk pengulangan kontinu untuk rentang

Lebih terperinci

01 : STRUKTUR MIKRO. perilaku gugus-gugus atom tersebut (mungkin mempunyai struktur kristalin yang teratur);

01 : STRUKTUR MIKRO. perilaku gugus-gugus atom tersebut (mungkin mempunyai struktur kristalin yang teratur); 01 : STRUKTUR MIKRO Data mengenai berbagai sifat logam yang mesti dipertimbangkan selama proses akan ditampilkan dalam berbagai sifat mekanik, fisik, dan kimiawi bahan pada kondisi tertentu. Untuk memanfaatkan

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN FASE DALAM SISTEM SEDERHANA (ATURAN FASE)

KESETIMBANGAN FASE DALAM SISTEM SEDERHANA (ATURAN FASE) KESETIMBANGAN FASE DALAM SISTEM SEDERHANA (ATURAN FASE) Kondisi Kesetimbangan Untuk suatu sistem dalam kesetimbangan, potensial kimia setiap komponen pada setiap titik dlam system harus sama. Jika ada

Lebih terperinci

WUJUD ZAT. SP-Pertemuan 1

WUJUD ZAT. SP-Pertemuan 1 WUJUD ZAT SP-Pertemuan 1 WUJUD ZAT (PADATAN) SP-Pertemuan 1 Padatan: Suatu susunan satuan (atom atau molekul) yang tersusun sangat teratur dan diikat oleh gaya tertentu Tergantung sifat gaya: Ikatan kovalen:

Lebih terperinci

4. Buku teks: Introduction to solid state physics, Charles Kittel, John Willey & Sons, Inc.

4. Buku teks: Introduction to solid state physics, Charles Kittel, John Willey & Sons, Inc. Pengantar. Target: mahasiswa undergraduate menjelang tingkat akhir atau mahasiswa graduate tanpa latar belakang fisika zat padat. 2. Penjelasan Mata kuliah: tujuan perkuliahan ini adalah untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB 3 IKATAN KRISTAL. 3.1 Macam-Macam Ikatan Kristal

BAB 3 IKATAN KRISTAL. 3.1 Macam-Macam Ikatan Kristal BAB 3 IKATAN KRISTAL Zat padat berdasarkan susunan atomnya dapat diklasifikasikan atas kristal dan amorf. Sebuah kristal mempunyai susunan atom yang teratur sehingga dapat berbentuk kubus, tetragonal atau

Lebih terperinci

Peranan elektron dalam pembentukan ikatan kimia

Peranan elektron dalam pembentukan ikatan kimia IKATAN KIMIA IKATAN KIMIA Gaya yang memegangi atom atau ion membentuk molekul atau kristal disebut Ikatan Kimia. Elektron memegang peran penting dalam pembentukan ikatan kimia. Peranan elektron dalam pembentukan

Lebih terperinci

BENDA WUJUD, SIFAT DAN KEGUNAANNYA

BENDA WUJUD, SIFAT DAN KEGUNAANNYA BENDA WUJUD, SIFAT DAN KEGUNAANNYA Benda = Materi = bahan Wujud benda : 1) Padat 2) Cair 3) Gas Benda Padat 1. Mekanis kuat (tegar), sukar berubah bentuk, keras 2. Titik leleh tinggi 3. Sebagian konduktor

Lebih terperinci

IKATAN KIMIA DALAM BAHAN

IKATAN KIMIA DALAM BAHAN IKATAN KIMIA DALAM BAHAN Sifat Atom dan Ikatan Kimia Suatu partikel baik berupa ion bermuatan, inti atom dan elektron, dimana diantara mereka, akan membentuk ikatan kimia yang akan menurunkan energi potensial

Lebih terperinci

Kesetimbangan fase. Pak imam

Kesetimbangan fase. Pak imam Kesetimbangan fase Pak imam Diagram fase suatu zat memperlihatkan daerahdaerah tekanan dan temperatur di mana berbagai fase bersifat stabil secara termodinamis. Batas daerah adalah batas fase dimana dua

Lebih terperinci

MAKALAH IKATAN KRISTAL

MAKALAH IKATAN KRISTAL Pendahuluan Fisika Zat Padat MAKALAH IKATAN KRISTAL KELOMPOK I Nama Mahasiswa 1. NURHIDAYAH 2. ELYNA WAHYUNITA 3. AMIN RAIS 4. ANDI SRI WAHYUNI 5. ARMITA CAHYANI Kelas : FISIKA A JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

Lebih terperinci

II. KEGIATAN BELAJAR 2 STRUKTUR KRISTAL BAHAN PADAT. Struktur kristal bahan padat dapat dijelaskan dengan benar

II. KEGIATAN BELAJAR 2 STRUKTUR KRISTAL BAHAN PADAT. Struktur kristal bahan padat dapat dijelaskan dengan benar II. KEGIATAN BELAJAR 2 STRUKTUR KRISTAL BAHAN PADAT A. Sub Kompetensi Struktur kristal bahan padat dapat dijelaskan dengan benar B. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu

Lebih terperinci

Yang akan dibahas: 1. Kristal dan Ikatan pada zat Padat 2. Teori Pita Zat Padat

Yang akan dibahas: 1. Kristal dan Ikatan pada zat Padat 2. Teori Pita Zat Padat ZAT PADAT Yang akan dibahas: 1. Kristal dan Ikatan pada zat Padat 2. Teori Pita Zat Padat ZAT PADAT Sifat sifat zat padat bergantung pada: Jenis atom penyusunnya Struktur materialnya Berdasarkan struktur

Lebih terperinci

PERUBAHAN SIFAT MELALUI STRUKTUR ATOM

PERUBAHAN SIFAT MELALUI STRUKTUR ATOM PERUBAHAN SIFAT MELALUI STRUKTUR ATOM 1.1 STRUKTUR ATOM Setiap atom terdiri dari inti yang sangat kecil yang terdiri dari proton dan neutron, dan di kelilingi oleh elektron yang bergerak. Elektron dan

Lebih terperinci

Struktur Kristal. Modul 1 PENDAHULUAN

Struktur Kristal. Modul 1 PENDAHULUAN F PENDAHULUAN Modul 1 Struktur Kristal Dr. I Made Astra, M.Si. isika zat padat secara umum berfokus pada atom dan elektron di dalam kristal. Kajian fisika zat padat dimulai pada permulaan abad 20 mengikuti

Lebih terperinci

BAB II A. KONSEP ATOM

BAB II A. KONSEP ATOM BAB II STRUKTURR DAN IKATAN ATOM BAB II STRUKTURR DAN IKATAN ATOM A. KONSEP ATOM Semua material tersusun oleh atom atom. Setiap atom terdiri dari inti atom(nukleus) dan elektron seperti ditunjukkann pada

Lebih terperinci

BAB 4. WUJUD ZAT 1. WUJUD GAS 2. HUKUM GAS 3. HUKUM GAS IDEAL 4. GAS NYATA 5. CAIRAN DAN PADATAN 6. GAYA ANTARMOLEKUL 7. TRANSISI FASA 8.

BAB 4. WUJUD ZAT 1. WUJUD GAS 2. HUKUM GAS 3. HUKUM GAS IDEAL 4. GAS NYATA 5. CAIRAN DAN PADATAN 6. GAYA ANTARMOLEKUL 7. TRANSISI FASA 8. BAB 4. WUJUD ZAT 1. WUJUD GAS 2. HUKUM GAS 3. HUKUM GAS IDEAL 4. GAS NYATA 5. CAIRAN DAN PADATAN 6. GAYA ANTARMOLEKUL 7. TRANSISI FASA 8. DIAGRAM FASA WUJUD ZAT: GAS CAIRAN PADATAN PERMEN (sukrosa) C 12

Lebih terperinci

TUGAS KIMIA FISIKA KESETIMBANGAN FASE DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 : ANDI AZIS RUSDI MOH. SOFYAN HARMILA EKA YULIASTRI

TUGAS KIMIA FISIKA KESETIMBANGAN FASE DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 : ANDI AZIS RUSDI MOH. SOFYAN HARMILA EKA YULIASTRI TUGAS KIMIA FISIKA KESETIMBANGAN FASE DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 : ANDI AZIS RUSDI MOH. SOFYAN HARMILA EKA YULIASTRI PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TADULAKO 2015 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) BIDANG KIMIA SUB KIMIA FISIK 16 Mei 2017 Waktu : 120menit Petunjuk Pengerjaan H 1. Tes ini terdiri atas

Lebih terperinci

U = Energi potensial. R = Jarak antara atom

U = Energi potensial. R = Jarak antara atom IKATAN KRISTAL Zat padat merupakan zat yang memiliki struktur yang stabil Kestabilan sruktur zat padat disebabkan oleh adanya interaksi antara atom membentuk suatu ikatan kristal Sebagai contoh: Kristal

Lebih terperinci

IKATAN KIMIA DAN GEOMETRI MOLEKUL

IKATAN KIMIA DAN GEOMETRI MOLEKUL IKATAN KIMIA DAN GEOMETRI MOLEKUL Sebagian besar unsur di alam tidak pernah dijumpai dalam atom bebas (kecuali gas mulia), namun dalam bentuk berikatan dengan atom yang sejenis maupun atom-atom yang lain.

Lebih terperinci

IKATAN KIMIA BAB 3. Pada pelajaran bab tiga ini akan dipelajari tentang ikatan ion, ikatan kovalen, dan ikatan logam.

IKATAN KIMIA BAB 3. Pada pelajaran bab tiga ini akan dipelajari tentang ikatan ion, ikatan kovalen, dan ikatan logam. BAB 3 IKATAN KIMIA Gambar 3.1 Kisi Kristal Senyawa NaCl. Sumber: amparan Dunia Ilmu Time life Pada pelajaran bab tiga ini akan dipelajari tentang ikatan ion, ikatan kovalen, dan ikatan logam. Ikatan Kimia

Lebih terperinci

kimia Kelas X REVIEW I K-13 A. Hakikat Ilmu Kimia

kimia Kelas X REVIEW I K-13 A. Hakikat Ilmu Kimia K-13 Kelas X kimia REVIEW I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami hakikat ilmu kimia dan metode ilmiah. 2. Memahami teori atom dan

Lebih terperinci

Ikatan Kimia dan Struktur Molekul. Sulistyani, M.Si.

Ikatan Kimia dan Struktur Molekul. Sulistyani, M.Si. Ikatan Kimia dan Struktur Molekul Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id Pendahuluan Adalah ikatan yang terjadi antar atom atau antar molekul dengan cara sebagai berikut : - atom yang 1 melepaskan

Lebih terperinci

Bab V Ikatan Kimia. B. Struktur Lewis Antar unsur saling berinteraksi dengan menerima dan melepaskan elektron di kulit terluarnya. Gambaran terjadinya

Bab V Ikatan Kimia. B. Struktur Lewis Antar unsur saling berinteraksi dengan menerima dan melepaskan elektron di kulit terluarnya. Gambaran terjadinya Bab V Ikatan Kimia Sebagian besar unsur yang ada di alam mempunyai kecenderungan untuk berinteraksi (berikatan) dengan unsur lain. Hal itu dilakukan karena unsur tersebut ingin mencapai kestabilan. Cara

Lebih terperinci

Struktur Kristal Logam dan Keramik

Struktur Kristal Logam dan Keramik Struktur Kristal Logam dan Keramik 1. Selayang Pandang Muhammad Fauzi Mustamin [*] Jurusan Fisika, Universitas Hasanuddin Maret 2015 Material padat dapat diklasifikasi berdasarkan karakteristik atom atau

Lebih terperinci

Tembaga 12/3/2013. Tiga fasa materi : padat, cair dan gas. Fase padat. Fase cair. Fase gas. KIMIA ZAT PADAT Prinsip dasar

Tembaga 12/3/2013. Tiga fasa materi : padat, cair dan gas. Fase padat. Fase cair. Fase gas. KIMIA ZAT PADAT Prinsip dasar Jurusan Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) KIMIA ZAT PADAT Prinsip dasar Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Laboratorium Kimia Fisika,, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

MODUL IV JUDUL : KRISTALOGRAFI I BAB I PENDAHULUAN

MODUL IV JUDUL : KRISTALOGRAFI I BAB I PENDAHULUAN MODUL IV JUDUL : KRISTALOGRAFI I BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Modul IV ini adalah modul yang akan memberikan gambaran umum tentang kristalografi, pengetahuan tentang kristalografi sangat penting

Lebih terperinci

MOLEKUL, ZAT PADAT DAN PITA ENERGI MOLEKUL ZAT PADAT PITA ENERGI

MOLEKUL, ZAT PADAT DAN PITA ENERGI MOLEKUL ZAT PADAT PITA ENERGI MOLEKUL, ZAT PADAT DAN PITA ENERGI MOLEKUL ZAT PADAT PITA ENERGI edy wiyono 2004 PENDAHULUAN Pada umumnya atom tunggal tidak memiliki konfigurasi elektron yang stabil seperti gas mulia, maka atom atom

Lebih terperinci

SUSUNAN ATOM DALAM. 1. Irfa Hambali 2. Rezki Al Khairi. 4. Junedi Ramdoner 5. Priselort D. 7. Venti Nuryati

SUSUNAN ATOM DALAM. 1. Irfa Hambali 2. Rezki Al Khairi. 4. Junedi Ramdoner 5. Priselort D. 7. Venti Nuryati SUSUNAN ATOM DALAM BENDA PADAT 1. Irfa Hambali 2. Rezki Al Khairi 3. M. Cakra Megasakti 4. Junedi Ramdoner 5. Priselort D 6. Joko Prianto 7. Venti Nuryati Anggota Kelompok 1 Joko Prianto Irfa Hambali Rezki

Lebih terperinci

Ikatan kimia. 1. Peranan Elektron dalam Pembentukan Ikatan Kimia. Ikatan kimia

Ikatan kimia. 1. Peranan Elektron dalam Pembentukan Ikatan Kimia. Ikatan kimia Ikatan kimia 1. Peranan Elektron dalam Pembentukan Ikatan Kimia Ikatan kimia Gaya tarik menarik antara atom sehingga atom tersebut tetap berada bersama-sama dan terkombinasi dalam senyawaan. gol 8 A sangat

Lebih terperinci

Hubungan entalpi dengan energi yang dipindahkan sebagai kalor pada tekanan tetap kepada sistem yang tidak dapat melakukan kerja lain

Hubungan entalpi dengan energi yang dipindahkan sebagai kalor pada tekanan tetap kepada sistem yang tidak dapat melakukan kerja lain Hubungan entalpi dengan energi yang dipindahkan sebagai kalor pada tekanan tetap kepada sistem yang tidak dapat melakukan kerja lain Jika sistem mengalami perubahan, maka : ΔH = H 2 H 1 ΔH = ( U 2 + p

Lebih terperinci

Soal ini terdiri dari 10 soal Essay (153 poin)

Soal ini terdiri dari 10 soal Essay (153 poin) Bidang Studi Kode Berkas : Kimia : KI-L01 (soal) Soal ini terdiri dari 10 soal Essay (153 poin) Tetapan Avogadro N A = 6,022 10 23 partikel.mol 1 Tetapan Gas Universal R = 8,3145 J.mol -1.K -1 = 0,08206

Lebih terperinci

TITIK LELEH DAN TITIK DIDIH. I. TUJUAN PERCOBAAN : Menentukan titik leleh beberapa zat Menentukan titik didih beberapa zat II.

TITIK LELEH DAN TITIK DIDIH. I. TUJUAN PERCOBAAN : Menentukan titik leleh beberapa zat Menentukan titik didih beberapa zat II. TITIK LELEH DAN TITIK DIDIH I. TUJUAN PERCOBAAN : Menentukan titik leleh beberapa zat Menentukan titik didih beberapa zat II. DASAR TEORI : A. TITIK LELEH Titik leleh didefinisikan sebagai temperatur dimana

Lebih terperinci

STRUKTUR KIMIA DAN SIFAT FISIKA

STRUKTUR KIMIA DAN SIFAT FISIKA STRUKTUR KIMIA DAN SIFAT FISIKA Objektif: Bab ini akan menguraikan tentang sifatsifat fisika SENYAWA ORGANIK seperti : Titik Leleh dan Titik Didih Gaya antar molekul Kelarutan Spektroskopi dan karakteristik

Lebih terperinci

WUJUD ZAT. 1. Fasa, Komponen dan Derajat Bebas

WUJUD ZAT. 1. Fasa, Komponen dan Derajat Bebas WUJUD ZAT 1. Fasa, Komponen dan Derajat Bebas 1.1 Jumlah Fasa (P) Fasa adalah bagian dari sistem yang bersifat homogen, dan dipisahkan dari bagian sistem yang lain dengan batas yang jelas. Jumlah Fasa

Lebih terperinci

Terjemahan ZAT PADAT. Kristal padat

Terjemahan ZAT PADAT. Kristal padat Terjemahan ZAT PADAT Zat padat adalah sebuah objek yang cenderung mempertahankan bentuknya ketika gaya luar mempengaruhinya. Karena kepadatannya itu, bahan padat digunakan dalam bangunan yang semua strukturnya

Lebih terperinci

DIKTAT KULIAH MATERIAL TEKNIK

DIKTAT KULIAH MATERIAL TEKNIK DIKTAT KULIAH MATERIAL TEKNIK FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA DIKTAT KULIAH MATERIAL TEKNIK Disusun : ASYARI DARYUS Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas Darma Persada Jakarta. KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Kimia Fisika Bab 6. Kesetimbangan Fasa OLEH: RIDHAWATI, ST, MT

Kimia Fisika Bab 6. Kesetimbangan Fasa OLEH: RIDHAWATI, ST, MT Kimia Fisika Bab 6. Kesetimbangan Fasa OLEH: RIDHAWATI, ST, MT Pendahuluan Fasa adalah bagian sistem dengan komposisi kimia dan sifat sifat fisik seragam, yang terpisah dari bagian sistem lain oleh suatu

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN FASA. Komponen sistem

KESETIMBANGAN FASA. Komponen sistem KESETIMBANGAN FASA Kata fase berasal dari bahasa Yunani yang berarti pemunculan. Fasa adalah bagian sistem dengan komposisi kimia dan sifat sifat fisik seragam, yang terpisah dari bagian sistem lain oleh

Lebih terperinci

LAMPIRAN C CCT pada Materi Ikatan Ion

LAMPIRAN C CCT pada Materi Ikatan Ion LAMPIRAN C CCT pada Materi Ikatan Ion 1 IKATAN ION A. KECENDERUNGAN ATOM UNTUK STABIL Gas mulia merupakan sebutan untuk unsur golongan VIIIA. Unsur unsur ini bersifat inert (stabil). Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN FASA. Sistem Satu Komponen. Aturan Fasa Gibbs

KESETIMBANGAN FASA. Sistem Satu Komponen. Aturan Fasa Gibbs KESETIMBANGAN FASA Fasa adalah bagian sistem dengan komposisi kimia dan sifat sifat fisik seragam, yang terpisah dari bagian sistem lain oleh suatu bidang batas. Pemahaman perilaku fasa mulai berkembang

Lebih terperinci

TEMPERATUR. dihubungkan oleh

TEMPERATUR. dihubungkan oleh 49 50 o F. Temperatur pada skala Fahrenheit dan Celcius TEMPERATUR 1. Teori atom zat mendalilkan bahwa semua zat terdiri dari kesatuan kecil yang disebut atom, yang biasanya berdiameter 10-10 m.. Massa

Lebih terperinci

BAB I STRUKTUR KRISTAL

BAB I STRUKTUR KRISTAL BAB I STRUKTUR KRISTAL Sebagian besar materi fisika zat padat adalah kristal dan elektron di dalamnya, fisika zat padat mulai dikembangkan awal abad ke, mengikuti penemuan difraksi sinar-x oleh kristal.

Lebih terperinci

! " "! # $ % & ' % &

!  ! # $ % & ' % & Valensi ! " "! # $ % & ' %& # % ( ) # *+## )$,) & -#.. Semua unsur memiliki bilangan oksidasi +1 Semua unsur memiliki bilangan oksidasi +2 Semua unsur memiliki bilangan oksidasi +3. Tl juga memiliki bilangan

Lebih terperinci

Chapter 6. Gas. Copyright The McGraw-Hill Companies, Inc. Permission required for reproduction or display.

Chapter 6. Gas. Copyright The McGraw-Hill Companies, Inc. Permission required for reproduction or display. Chapter 6 Gas Copyright The McGraw-Hill Companies, Inc. Permission required for reproduction or display. Beberapa zat yang berwujud gas pada suhu 25 0 C dan tekanan 1 Atm 5.1 1 5.1 Sifat-sifat fisis yang

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL IKATAN KIMIA

LATIHAN SOAL IKATAN KIMIA LATIHAN SOAL IKATAN KIMIA 1. Cara untuk mendapatkan ke stabilan atom unsur yang bernomor atom 10 adalah dengan a. Melepaskan dua elektron valensinya membentuk ion dengan muatan +2 b. Mengikat enam elektron

Lebih terperinci

IKATAN KIMIA ORGANIK dalam bidang ilmu FARMASI

IKATAN KIMIA ORGANIK dalam bidang ilmu FARMASI IKATAN KIMIA ORGANIK dalam bidang ilmu FARMASI Teori tentang ikatan kimia ini dipelopori oleh Kossel dan Lewis (1916) yang membagi ikatan kimia atas 2 (dua) bagian besar yakni: ikatan ionik atau ikatan

Lebih terperinci

Jilid 1. Penulis : Citra Deliana D.S, M.Si. Copyright 2013 pelatihan-osn.com. Cetakan I : Oktober Diterbitkan oleh : Pelatihan-osn.

Jilid 1. Penulis : Citra Deliana D.S, M.Si. Copyright 2013 pelatihan-osn.com. Cetakan I : Oktober Diterbitkan oleh : Pelatihan-osn. Jilid 1 Penulis : Citra Deliana D.S, M.Si. Copyright 2013 pelatihan-osn.com Cetakan I : Oktober 2012 Diterbitkan oleh : Pelatihan-osn.com Kompleks Sawangan Permai Blok A5 No.12 A Sawangan, Depok, Jawa

Lebih terperinci

IKATAN KIMIA. RATNAWATI, S.Pd

IKATAN KIMIA. RATNAWATI, S.Pd IKATAN KIMIA RATNAWATI, S.Pd Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, diharapkan siswa dapat: Menjelaskan kecenderungan suatu unsur untuk mencapai kestabilannya Menggambarkan susunan elektron

Lebih terperinci

Gas. Copyright The McGraw-Hill Companies, Inc. Permission required for reproduction or display.

Gas. Copyright The McGraw-Hill Companies, Inc. Permission required for reproduction or display. Bab 5 Gas Copyright The McGraw-Hill Companies, Inc. Permission required for reproduction or display. Beberapa zat yang berwujud gas pada suhu 25 0 C dan tekanan 1At Atm 5.1 5.1 Sifat-sifat fisis yang khas

Lebih terperinci

IKATAN KIMIA Isana SYL

IKATAN KIMIA Isana SYL IKATAN KIMIA Isana SYL IKATAN KIMIA Kebahagiaan atom Konfigurasi i elektronik stabil Konfigurasi elektronik gas mulia / gas lamban (Energi ionisasi relatif besar dan afinitas elektron relatif kecil) Ada

Lebih terperinci

KIMIA FISIKA I TC Dr. Ifa Puspasari

KIMIA FISIKA I TC Dr. Ifa Puspasari KIMIA FISIKA I TC20062 Dr. Ifa Puspasari TEORI KINETIK GAS (1) Dr. Ifa Puspasari Apa itu Teori Kinetik? Teori kinetik menjelaskan tentang perilaku gas yang didasarkan pada pendapat bahwa gas terdiri dari

Lebih terperinci

SOAL KIMIA 2 KELAS : XI IPA

SOAL KIMIA 2 KELAS : XI IPA SOAL KIMIA KELAS : XI IPA PETUNJUK UMUM. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan. Periksa dan bacalah soal dengan teliti sebelum Anda bekerja. Kerjakanlah soal anda pada lembar jawaban

Lebih terperinci

Menguasai pengetahuan dan menerapkan teknik, ketrampilan dan tools dalam bidang industri. Memiliki kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan yang

Menguasai pengetahuan dan menerapkan teknik, ketrampilan dan tools dalam bidang industri. Memiliki kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan yang IKATAN KIMIA Menguasai pengetahuan dan menerapkan teknik, ketrampilan dan tools dalam bidang industri. Memiliki kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan yang dimilikinya dan terbiasan penggunakan prinsip

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudaryatno Sudirham ing Utari Mengenal Sifat-Sifat Material (1) 13-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) A 13 Sistem Multifasa Pengertian tentang fasa telah kita singgung dalam

Lebih terperinci

Bentuk-Bentuk Molekul

Bentuk-Bentuk Molekul Bentuk-Bentuk Molekul Di bab ini, kita akan mempelajari bagaimana cara mengubah rumus molekul dari suatu senyawa menjadi sebuah rumus struktur senyawa dalam bentuk dua dimensi yang memperlihatkan hubungan

Lebih terperinci

Aplikasi Graf dalam Struktur Molekul Kimia

Aplikasi Graf dalam Struktur Molekul Kimia Aplikasi Graf dalam Struktur Molekul Kimia Megariza 1) NIM: 13507076 1) Jurusan Teknik Informatika ITB, Bandung, email: megariza@students.itb.ac.id Abstract Makalah ini membahas tentang penggunaan graf

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. 1. Dra. Sukmriah M & Dra. Kamianti A, Kimia Kedokteran, edisi 2, Penerbit Binarupa Aksara, 1990

DAFTAR PUSTAKA. 1. Dra. Sukmriah M & Dra. Kamianti A, Kimia Kedokteran, edisi 2, Penerbit Binarupa Aksara, 1990 DAFTAR PUSTAKA 1. Dra. Sukmriah M & Dra. Kamianti A, Kimia Kedokteran, edisi 2, Penerbit Binarupa Aksara, 1990 2. Drs. Hiskia Achmad, Kimia Unsur dan Radiokimia, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, 2001 3.

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR BAB VI IKATAN KIMIA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR BAB VI IKATAN KIMIA No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 7 BAB VI IKATAN KIMIA Sebagian besar partikel materi adalah berupa molekul atau ion. Hanya beberapa partikel materi saja yang berupa atom. 1)

Lebih terperinci

ANALISIS SOAL ULANGAN HARIAN I. Total. Dimensi Proses Pengetahuan Kognitif Menerapkan Menganalisa (C4) 15 3,6,9,11,21 4,12,18,26 5,19,20,25

ANALISIS SOAL ULANGAN HARIAN I. Total. Dimensi Proses Pengetahuan Kognitif Menerapkan Menganalisa (C4) 15 3,6,9,11,21 4,12,18,26 5,19,20,25 ANALISIS SOAL ULANGAN HARIAN I Mata pelajaran Kimia Kelas/Semester XI IPA 1/1 Kisi Butir Soal ClassXI Mudah Sedang Susah C1 C2 and C3 C 4,5,6 Total Presentase 12% 56% 32% 100% Jumlah soal 3 14 8 25 Dimensi

Lebih terperinci

Prof. Drs.H.Darsono, M.Sc

Prof. Drs.H.Darsono, M.Sc Prof. Drs.H.Darsono, M.Sc FMIPA UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN) aquariusdus@yahoo.com Klas A: Kehadiran=10 Kuis=10 PR=20 UTS=30 UAS=30 Klas B: Kehadiran=10 Kuis=5 PR=20 UTS=30 UAS=35 PUSTAKA 1. M.A.Omar, Elementary

Lebih terperinci

Sifat fisika air. Air O. Rumus molekul kg/m 3, liquid 917 kg/m 3, solid. Kerapatan pada fasa. 100 C ( K) (212ºF) 0 0 C pada 1 atm

Sifat fisika air. Air O. Rumus molekul kg/m 3, liquid 917 kg/m 3, solid. Kerapatan pada fasa. 100 C ( K) (212ºF) 0 0 C pada 1 atm Sifat fisika air Rumus molekul Massa molar Volume molar Kerapatan pada fasa Titik Leleh Titik didih Titik Beku Titik triple Kalor jenis Air H 2 O 18.02 g/mol 55,5 mol/ L 1000 kg/m 3, liquid 917 kg/m 3,

Lebih terperinci

1. Bilangan Oksidasi (b.o)

1. Bilangan Oksidasi (b.o) Reaksi Redoks dan Elektrokimia 1. Bilangan Oksidasi (b.o) 1.1 Pengertian Secara sederhana, bilangan oksidasi sering disebut sebagai tingkat muatan suatu atom dalam molekul atau ion. Bilangan oksidasi bukanlah

Lebih terperinci

Komposisi kimia keramik bervariasi dari senyawa sederhana hingga campuran dari berbagai fasa komplek yang terikat bersamaan.

Komposisi kimia keramik bervariasi dari senyawa sederhana hingga campuran dari berbagai fasa komplek yang terikat bersamaan. Keramik (Ceramic) Material Keramik adalah material non logam dan inorganik yang terdiri atas unsur-unsur logam dan non logam yang terikat bersamaan secara primer dengan ikatan ion dan/atau ikatan logam.

Lebih terperinci

Kesetimbangan dinamis adalah keadaan dimana dua proses yang berlawanan terjadi dengan laju yang sama, akibatnya tidak terjadi perubahan bersih dalam

Kesetimbangan dinamis adalah keadaan dimana dua proses yang berlawanan terjadi dengan laju yang sama, akibatnya tidak terjadi perubahan bersih dalam Kesetimbangan dinamis adalah keadaan dimana dua proses yang berlawanan terjadi dengan laju yang sama, akibatnya tidak terjadi perubahan bersih dalam sistem pada kesetimbangan Uap mengembun dengan laju

Lebih terperinci

SKL 1. Ringkasan Materi

SKL 1. Ringkasan Materi SKL 1 Menganalisis struktur atom, sistem periodik unsur dan ikatan kimia untuk menentukan sifat-sifat unsur dan senyawa. o o o Mendeskripsikan notasi unsur dan kaitannya dengan konfigurasi elektron serta

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

DIKTAT KULIAH MATERIAL TEKNIK TEKNIK MESIN

DIKTAT KULIAH MATERIAL TEKNIK TEKNIK MESIN DIKTAT KULIAH MATERIAL TEKNIK TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 2009 i DIKTAT KULIAH MATERIAL TEKNIK Disusun : ASYARI DARYUS Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas Darma Persada

Lebih terperinci

Ikatan dan Isomeri. Prof. Dr. Jumina Robby Noor Cahyono, S.Si., M.Sc.

Ikatan dan Isomeri. Prof. Dr. Jumina Robby Noor Cahyono, S.Si., M.Sc. Ikatan dan Isomeri Prof. Dr. Jumina Robby Noor Cahyono, S.Si., M.Sc. Susunan Elektron dalam Atom Mulai dikenalkan oleh Rutherford: Atom terdiri atas inti yg kecil & padat dan dikelilingi oleh elektron-elektron

Lebih terperinci

IKATAN KIMIA. Tim Dosen Kimia Dasar FTP

IKATAN KIMIA. Tim Dosen Kimia Dasar FTP IKATAN KIMIA Tim Dosen Kimia Dasar FTP Sub pokok bahasan: Konsep Ikatan Kimia Macam-macam ikatan kimia KONSEP IKATAN KIMIA Untuk mencapai kestabilan, atom-atom saling berikatan. Ikatan kimia merupakan

Lebih terperinci

DIKTAT KULIAH MATERIAL TEKNIK TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA

DIKTAT KULIAH MATERIAL TEKNIK TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA DIKTAT KULIAH MATERIAL TEKNIK TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 2012 DIKTAT KULIAH MATERIAL TEKNIK Disusun : ASYARI DARYUS Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas Darma Persada Jakarta.

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 12 Sesi NGAN KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA Keteraturan sifat keperiodikan unsur dalam satu periode dapat diamati pada unsur-unsur periode

Lebih terperinci

02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM

02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM 02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM 2.1. Cacat Kristal Diperlukan berjuta-juta atom untuk membentuk satu kristal. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila terdapat cacat atau ketidakteraturan dalam tubuh kristal.

Lebih terperinci

BAB V SIFAT-SIFAT ZAT MURNI

BAB V SIFAT-SIFAT ZAT MURNI BAB V SIFA-SIFA ZA MURNI ubungan antara volume spesifik atau volume molar terhadap temperature dan tekanan untuk zat murni dalam keadaan kesetimbangan ditunjukkan dengan permukaan tiga dimensi seperti

Lebih terperinci

Titik Leleh dan Titik Didih

Titik Leleh dan Titik Didih Titik Leleh dan Titik Didih I. Tujuan Percobaan Menentukan titik leleh beberapa zat ( senyawa) Menentukan titik didih beberapa zat (senyawa) II. Dasar Teori 1. Titik Leleh Titik leleh adalah temperatur

Lebih terperinci

SIFAT SIFAT ATOM DAN TABEL BERKALA

SIFAT SIFAT ATOM DAN TABEL BERKALA SIFAT SIFAT ATOM DAN TABEL BERKALA 1. Hukum Berkala dan Tabel Berkala SIFAT SIFAT HUKUM BERKALA Sifat - sifat hukum berkala melibatkan sifat yang di kenal sebagai volume atom yang dimana bobot atom suatu

Lebih terperinci

MODEL-MODEL IKATAN KIMIA

MODEL-MODEL IKATAN KIMIA MODEL-MODEL IKATAN KIMIA Sifat Atom dan Ikatan Kimia Suatu partikel baik berupa ion bermuatan, inti atom dan elektron diantara mereka, akan membentuk ikatan kimia karena akan menurunkan energi potensial

Lebih terperinci

OAL TES SEMESTER I. I. Pilihlah jawaban yang paling tepat! a. 2d d. 3p b. 2p e. 3s c. 3d 6. Unsur X dengan nomor atom

OAL TES SEMESTER I. I. Pilihlah jawaban yang paling tepat! a. 2d d. 3p b. 2p e. 3s c. 3d 6. Unsur X dengan nomor atom KIMIA XI SMA 3 S OAL TES SEMESTER I I. Pilihlah jawaban yang paling tepat!. Elektron dengan bilangan kuantum yang tidak diizinkan n = 3, l = 0, m = 0, s = - / n = 3, l =, m =, s = / c. n = 3, l =, m =

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. FeO. CO Fe CO 2. Fe 3 O 4. Fe 2 O 3. Gambar 2.1. Skema arah pergerakan gas CO dan reduksi

BAB II DASAR TEORI. FeO. CO Fe CO 2. Fe 3 O 4. Fe 2 O 3. Gambar 2.1. Skema arah pergerakan gas CO dan reduksi BAB II DASAR TEORI Pengujian reduksi langsung ini didasari oleh beberapa teori yang mendukungnya. Berikut ini adalah dasar-dasar teori mengenai reduksi langsung yang mendasari penelitian ini. 2.1. ADSORPSI

Lebih terperinci

Handout Materi Ikatan Kimia

Handout Materi Ikatan Kimia Handout Materi Ikatan Kimia HANDOUT MATERI IKATAN KIMIA Handouts merupakan selebaran yang di bagikan (to hand out) oleh dosen/guru kepada mahasiswa/siswa berisi tentang bagian materi pelajaran, kutipan,

Lebih terperinci

TEORI KINETIK GAS (II) Dr. Ifa Puspasari

TEORI KINETIK GAS (II) Dr. Ifa Puspasari TEORI KINETIK GAS (II) Dr. Ifa Puspasari a) Gas terdiri atas partikelpartikel yang sangat kecil yang disebut molekul, massa dan besarnya sama untuk tiap-tiap jenis gas. b) Molekul-molekul ini selalu bergerak

Lebih terperinci

A. KESTABILAN ATOM B. STRUKTUR LEWIS C. IKATAN ION D. IKATAN KOVALEN E. IKATAN KOVALEN POLAR DAN NONPOLAR F. KATAN KOVALEN KOORDINASI G

A. KESTABILAN ATOM B. STRUKTUR LEWIS C. IKATAN ION D. IKATAN KOVALEN E. IKATAN KOVALEN POLAR DAN NONPOLAR F. KATAN KOVALEN KOORDINASI G 2 IKATAN KIMIA A. KESTABILAN ATM B. STRUKTUR LEWIS C. IKATAN IN D. IKATAN KVALEN E. IKATAN KVALEN PLAR DAN NNPLAR F. KATAN KVALEN KRDINASI G. IKATAN LGAM. IKATAN CAMPURAN Nitrogen dan oksigen merupakan

Lebih terperinci

BAB - III IKATAN KRISTAL

BAB - III IKATAN KRISTAL BAB - III IKATAN KISTAL Pertanyaan yang harus dawab pada dalam bab ini adalah : Apakah yang menyebabkan sebuah kristal tetap bersatu? Jawab : Interaksi yang paling besar bertanggung awab untuk teradi kohesi

Lebih terperinci

III ZAT MURNI (PURE SUBSTANCE)

III ZAT MURNI (PURE SUBSTANCE) III ZAT MURNI (PURE SUBSTANCE) Tujuan Instruksional Khusus: Mahasiswa mampu 1. menjelaskan karakteristik zat murni dan proses perubahan fasa 2. menggunakan dan menginterpretasikan data dari diagram-diagram

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL IKATAN KIMIA

LATIHAN SOAL IKATAN KIMIA LATIHAN SAL IKATAN KIMIA 1. Cara untuk mendapatkan kestabilan atom unsur yang bernomor atom 8 adalah dengan a. Melepaskan enam elektron muatan +6 b. Mengikat dua elektron dari atom lain menjadi ion dengan

Lebih terperinci

Aris Arianto. Guru Kimia di SMAN Madani Palu. STUDENT S BOOk

Aris Arianto. Guru Kimia di SMAN Madani Palu. STUDENT S BOOk STUDENT S BOOk Aris Arianto Guru Kimia di SMAN Madani Palu Website/blog penulis : Website : http://blendedlearningkimia.com Weblog : 1. http://www.arisarianto.web.id 2. http://arisarianto.wordpress.com

Lebih terperinci

Kelarutan & Gejala Distribusi

Kelarutan & Gejala Distribusi PRINSIP UMUM Kelarutan & Gejala Distribusi Oleh : Lusia Oktora RKS, S.F.,M.Sc., Apt Larutan jenuh : suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut). Kelarutan

Lebih terperinci

BAB II IKATAN KIMIA. A. KOMPETENSI DASAR 1.2 : Mendeskripsikan kemungkinan terjadinya ikatan kimia dengan menggunakan tabel periodik.

BAB II IKATAN KIMIA. A. KOMPETENSI DASAR 1.2 : Mendeskripsikan kemungkinan terjadinya ikatan kimia dengan menggunakan tabel periodik. BAB II IKATAN KIMIA A. KOMPETENSI DASAR 1.2 : Mendeskripsikan kemungkinan terjadinya ikatan kimia dengan menggunakan tabel periodik. Indikator : 1. Siswa dapat menjelaskan kecenderungan suatu unsur untuk

Lebih terperinci

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH Komponen : adalah logam murni atau senyawa yang menyusun suatu logam paduan. Contoh : Cu - Zn (perunggu), komponennya adalah Cu dan Zn Solid solution (larutan padat)

Lebih terperinci

MATERI IKATAN KIMIA. 1.Kondisi Stabil Atom Unsur

MATERI IKATAN KIMIA. 1.Kondisi Stabil Atom Unsur MATERI IKATAN KIMIA Unsur-unsur di alam pada umumnya tidak ada yang berada dalam keadaan tunggal, kecuali atom yang terdapat pada golongan VIII A (unsur gas mulia). Unsur di alam cenderung bergabung dengan

Lebih terperinci

BAB III IKATAN KRISTAL

BAB III IKATAN KRISTAL BAB III IKATAN KISTAL MATEI : IKATAN KISTAL 3..Ikatan Van der Walls-London. 3... energi kohesi 3... energi potensial Lenard-Jones. 3..3. konstanta kisi 3.. Ikatan ion 3... energi kisi 3... energi Madelung

Lebih terperinci

1. Aturan Aufbau. Konfigurasi Elektron. 1s, 2s, 2p, 3s, 3p, 4s, 3d, 4p, 5s, 4d, 5p, 6s, 4f, 5d, 6p, 7s, 5f, 6d, 7p,

1. Aturan Aufbau. Konfigurasi Elektron. 1s, 2s, 2p, 3s, 3p, 4s, 3d, 4p, 5s, 4d, 5p, 6s, 4f, 5d, 6p, 7s, 5f, 6d, 7p, Ingattt.. Tabel SPU Konfigurasi Elektron Struktur Lewis t 1. Aturan Aufbau Konfigurasi Elektron 1s, 2s, 2p, 3s, 3p, 4s, 3d, 4p, 5s, 4d, 5p, 6s, 4f, 5d, 6p, 7s, 5f, 6d, 7p, Lanjutan 2. Aturan Hund orbital

Lebih terperinci

Ikatan Kimia. Ikatan kimia adalah gaya tarik antar atom yang pemutusan atau pembentukannya menyebabkan terjadinya perubahan kimia.

Ikatan Kimia. Ikatan kimia adalah gaya tarik antar atom yang pemutusan atau pembentukannya menyebabkan terjadinya perubahan kimia. Ikatan Kimia 1. Ikatan Kimia 1.1 Pengertian Ikatan kimia adalah gaya tarik antar atom yang pemutusan atau pembentukannya menyebabkan terjadinya perubahan kimia. 1.2 Macam-Macam Ikatan Kimia Ikatan Ion:

Lebih terperinci

11/25/2013. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Tekanan. Tekanan. KINETIKA KIMIA Teori Kinetika Gas

11/25/2013. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Tekanan. Tekanan. KINETIKA KIMIA Teori Kinetika Gas Jurusan Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) KINETIKA KIMIA Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Laboratorium Kimia Fisika,, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada,

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 KIMIA

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 KIMIA K13 Revisi Antiremed Kelas 10 KIMIA Persiapan Penilaian Akhir Semester (PAS) Ganjil Doc Name: RK13AR10KIM01PAS Version : 2016-11 halaman 1 01. Pernyataaan berikut yang tidak benar (A) elektron ditemukan

Lebih terperinci

BAB III KETIDAKSEMPURNAAN BAHAN PADAT

BAB III KETIDAKSEMPURNAAN BAHAN PADAT BAB III KETIDAKSEMPURNAAN BAHAN PADAT Susunan yang sempurna ada di keseluruhan material kristal pada skala atom tidaklah ada. Semua bahan padat mengandung sejumlah besar cacat atau ketaksempurnaan. CACAT

Lebih terperinci

BAB 2 STRUKTUR ATOM PERKEMBANGAN TEORI ATOM

BAB 2 STRUKTUR ATOM PERKEMBANGAN TEORI ATOM BAB 2 STRUKTUR ATOM PARTIKEL MATERI Bagian terkecil dari materi disebut partikel. Beberapa pendapat tentang partikel materi :. Menurut Democritus, pembagian materi bersifat diskontinyu ( jika suatu materi

Lebih terperinci