III. METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini ialah di Kabupaten Subang Propinsi Jawa Barat. Alasan pemilihan atau penentuan lokasi ini ialah bahwa: (1) hingga saat ini belum ada penelitian tentang pengembangan USPSMWL di Kabupaten Subang; (2) wilayah Kabupaten Subang memiliki potensi pengembangan USP yang relatif tinggi; (3) adanya komitmen pemerintah daerah Kabupaten Subang dalam pengembangan peternakan yang tertuang dalam Perdakab. Subang Nomor 16 Tahun 2006 Tentang Izin Usaha Peternakan. Sampel penelitian ini mencakup desa-desa dalam wilayah Kecamatan Sagalaherang dan Ciater; atau dua dari enam kecamatan yang mengembangkan USP di Kabupaten Subang, yaitu Kecamatan Sagalaherang, Jalancagak, Ciater, Cijambe, Dawuan, dan Tambakdahan. Penelitian dilakukan selama enam bulan, mulai bulan Januari 2011 sampai dengan Juni 2011 dengan perincian seperti tertera dalam Tabel 2. Tabel 2 Perincian waktu penelitian model kebijakan pengembangan USPSMWL di Kabupaten Subang No Waktu Kegiatan Lokasi Minggu I Januari 2011 sampai dengan Minggu II Februari 2011 Minggu III Februari 2011 sampai dengan Minggu III Maret 2011 Minggu IV Maret 2011 sampai dengan Minggu III Mei 2011 Minggu IV Maret 2011 sampai dengan Minggu III April 2011 Minggu I April 2011 sampai dengan Minggu I Juni Minggu II sampai dengan Minggu IV Juni 2011 Pengamatan lapangan dan studi kepustakaan berkaitan USP dan lingkungan Mengurus administrasi dan perizinan penelitian Menghubungi pejabat atau staf dinas dan instansi terkait tingkat kabupaten, kecamatan dan desa di Kabupaten Subang dilanjutkan dengan pengumpulan data sekunder Pengumpulan data primer Pengolahan dan analisis data Penulisan hasil penelitian Desa-desa (lokasi USP) di Kecamatan Sagalaherang dan Ciater Kabupaten Subang 1. Rektorat IPB Bogor 2. Kantor Pem.Provinsi Jawa Barat 3. Kantor Pem.Kabupaten Subang 4. Kantor Pem.Kecamatan Ciater 5. Kantor Pem.Kec. Sagalaherang 6. Kantor Pem. Desa (lokasi USP) Kantor dinas dan instansi terkait tingkat kabupaten, kecamatan dan desa di Kabupaten Subang Desa-desa dalam wilayah Kecamatan Ciater dan Sagalaherang (lokasi USP) Subang Bogor Bogor Keterangan : Pem = Pemerintahan

2 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan Chi-square, Analytical Hierarchy Process (AHP), Interpretative Structural Modelling (ISM), dan pendekatan sistem. Diagram proses penelitian serta metode dan pendekatan yang digunakan tampak pada Gambar 9. Keterangan : USPSMWL = Usaha sapi perah skala mikro berwawasan lingkungan LSM = Lembaga Sosial Masyarakat AHP = Analytical hierarchy process ISM = Interpretative structural modelling Gambar 9 Diagram proses penelitian. 3.3 Responden Penelitian Jumlah responden penelitian ini 253 orang, terdiri atas responden masyarakat pelaku USP 115 orang; responden masyarakat bukan pelaku USP 115 orang; responden dinas dan instansi kabupaten, kecamatan, dan desa 16 orang; dan responden pakar 7 orang. Perincian responden tersebut adalah seperti tertera dalam Tabel 3.

3 62 Tabel 3 Perincian responden penelitian model kebijakan pengembangan USPSMWL di Kabupaten Subang No Sampel responden Jenis Jumlah Metode pengambilan 1 Pejabat atau staf Dinas Peternakan Kabupaten Subang Pakar 1 orang Purposive sampling 2 Pejabat atau staf Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Kabupaten Subang Pakar 1 orang s.d.a. 3 Pejabat atau staf Dinas Koperasi & UMKM Kabupaten Subang Pakar 1 orang s.d.a. 4 Pejabat atau staf Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Subang Pakar 1 orang s.d.a. 5 Pejabat atau staf KPSBU Pakar 1 orang s.d.a. 6 Pejabat atau staf Danone Pakar 1 orang s.d.a. Pejabat atau staf perbankan Kabupaten 7 Pakar 1 orang s.d.a. Subang Pejabat atau staf Dinas Peternakan Kabupaten 8 Dinas dan Instansi 2 orang s.d.a. Subang Pejabat atau staf Badan Lingkungan Hidup Dinas dan Instansi 9 1 orang s.d.a. Kabupaten Subang Pejabat atau staf Dinas Koperasi & UMKM Dinas dan Instansi 10 1 orang s.d.a. Kabupaten Subang Pejabat atau staf perbankan Kabupaten Dinas dan Instansi 11 1 orang s.d.a. Subang 12 Camat Kecamatan Ciater Dinas dan Instansi 1 orang s.d.a. Pejabat atau staf Dinas dan Instansi Dinas dan Instansi 13 3 orang s.d.a. Kecamatan Ciater 14 Camat Kecamatan Sagalaherang Dinas dan Instansi 1 orang s.d.a. 15 Pejabat atau staf Dinas dan Instansi Dinas dan Instansi 3 orang s.d.a. Kecamatan Sagalaherang 16 Pejabat dan staf Lembaga Ilmu Pengetahuan Dinas dan Instansi 1 orang s.d.a. Indonesia Kabupaten Subang 17 Pejabat atau Staf Danone Dinas dan Instansi 1 orang s.d.a. 18 Pejabat atau staf KPSBU Dinas dan Instansi 1 orang s.d.a. 19 Masyarakat peternak di dua kecamatan penelitian 20 Masyarakat bukan peternak dan tokoh masyarakat di dua kecamatan penelitian Jumlah Masyarakat 115 orang Random Masyarakat 115 orang 253 orang Random sampling dan snow ball Responden masyarakat pelaku USP ialah mereka yang pada saat ini sedang menjalankan USP dalam skala mikro di wilayah kecamatan penelitian dipilih dengan cara random sampling dengan penghitungan jumlah sampel menggunakan rumus : Keterangan rumus : SE : Standard error sebesar 0,0332 hasil dari degree of reliability sebesar 0,062 per Zc sebesar 1,96 (0,062/1,96 = 0,0316) p : proporsi di mana suatu keadaan bisa terjadi di dalam populasi (50%) q : 1 - p N : besar sampel yang akan diambil Np : besar populasi (jumlah seluruh pelaku USP yaitu 212 orang)

4 63 Responden masyarakat bukan pelaku USP ialah mereka yang belum menjalankan USP skala mikro berdomisili di lokasi penelitian dipilih dengan cara random sampling; jumlahnya ditetapkan sama dengan jumlah sampel pelaku USP. Responden dinas atau instansi ialah pejabat atau staf struktural dan fungsional di tingkat kabupaten, kecamatan, desa yang berkaitan dengan pengembangan USP skala mikro di lokasi penelitian dipilih dengan cara purposive sampling. Pakar ialah mereka yang dipilih dengan cara purposive sampling berdasarkan kriteria pendidikan, pengalaman, dan kompetensi berkaitan dengan pengembangan USP. 3.4 Definisi Operasional Berikut ini dikemukakan definisi operasional dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini; yang dimaksudkan untuk mencegah timbulnya perbedaan pengertian dalam analisis atau pembahasannya. 1. Model a. Pengertian Model ialah bentuk yang dibuat untuk menirukan suatu gejala atau proses. Model dalam penelitian ini ialah model kuantitatif yang berbentuk rumus-rumus matematik, statistik, atau komputer tentang kebijakan pengembangan USPSMWL di Kabupaten Subang. a. Validasi model Teknik yang digunakan untuk validasi model: 1) Validasi struktur model yaitu sejauh mana keserupaan struktur model mendekati struktur nyata. Validasi struktur dilakukan dengan 2 bentuk pengujian, yaitu; uji kesesuaian struktur dan uji kestabilan struktur. Uji kesesuaian struktur dilakukan untuk menguji apakah struktur model tidak berlawanan dengan teori-teori baru atau pengetahuan yang berkembang. Uji kestabilan struktur model dilakukan dengan cara memeriksa keseimbangan dimensi peubah pada kedua sisi persamaan model; melihat keberlakuan atau kekuatan model dalam dimensi waktu. 2) Validasi kinerja atau output model yaitu aspek pelengkap dalam metode berpikir sistem yang bertujuan memperoleh keyakinan sejauh mana kinerja model sesuai dengan kinerja sistem nyata

5 64 sehingga memenuhi syarat sebagai model ilmiah yang taat fakta. Caranya adalah memvalidasi kinerja model dengan data empiris untuk melihat sejauh mana perilaku output model sesuai dengan perilaku data empiris. Untuk validasi perilaku model digunakan: (a) Absolute mean error (AME) atau penyimpangan (selisih) nilai rata-rata (mean) hasil simulasi terhadap nilai aktual, dan (b) Absolute variation error (AVE) atau penyimpangan nilai variasi (variance) simulasi terhadap aktual. Batas penyimpangan yang diterima adalah antara 5 dan 10%. Rumus uji statistik keduanya: AME = [(Si Ai)/Ai]...(1) Si = Si N, dimana S = nilai simulasi Ai = Ai N, dimana A = nilai aktual N = interval waktu pengamatan AVE = [(Ss Sa)/Sa]...(2) Ss = ((Si Si) 2 N) = deviasi nilai simulasi Sa = ((Ai Ai) 2 N) = deviasi nilai aktual 2. Kebijakan Kebijakan yang dirumuskan dari penelitian ini ialah suatu upaya atau tindakan untuk mempengaruhi atau mendorong sistem USPSMWL di Kabupaten Subang yang bersifat strategis untuk jangka panjang ke arah tujuan yang diinginkan. Kebijakan tersebut dapat diimplementasikan dalam bentuk program-program yang bersifat teknis dan jangka pendek untuk mempengaruhi sistem dalam rangka pencapaian tujuan yang diinginkan. 3. Usaha Sapi Perah Skala Mikro a. Pengertian Pengembangan ialah upaya berkesinambungan untuk meningkatkan jumlah dan mutu sesuai dengan yang diharapkan. Usaha sapi perah ialah usaha yang dilakukan oleh masyarakat dengan tujuan memperoleh pendapatan atau keuntungan yang dapat mendukung pemenuhan kebutuhan hidup diri dan keluarganya. Skala mikro artinya

6 jumlah sapi perah yang dipelihara, diusahakan atau dikelola sebanyak 1 sampai 4 ekor (sapi laktasi, kering kandang, dan dara). b. Kategori Dalam penelitian ini USP dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu USP yang kurang berkembang dan USP yang cukup berkembang. Cara ukur, alat ukur, dan hasil ukur yang digunakan sebagai berikut. 1) Cara ukur : Jawaban responden dan hasil observasi 2) Alat ukur : Kuesioner atau form penilaian (Tabel 4) Tabel 4. Form Penilaian Perkembangan Usaha Sapi Perah Skala Mikro Berwawasan Lingkungan di Kabupaten Subang 65 No Isi Pertanyaan 1 Ketersediaan pakan ternak (hijauan) 2 Ketersediaan pakan ternak (konsentrat) 3 Kesehatan sapi 4 Jumlah susu segar yang dihasilkan 5 Mutu susu segar yang dihasilkan 6 Biogas hasil pengolahan limbah sapi sendiri 7 Pupuk organik hasil pengelolaan limbah sapi 8 Keadaan fisik atau konstruksi kandang sapi 9 Lokasi kandang sapi 10 Kebersihan dan kesehatan kandang sapi 11 Sanitasi lingkungan kandang sapi 12 Pertambahan jumlah populasi sapi per tahun 13 Postur tubuh sapi perah 14 Sumberdaya manusia 15 Jumlah sapi yang dipelihara Jumlah nilai : Nilai Jum lah 3) Hasil ukur : (1) Dikategorikan Kurang berkembang jika jumlah seluruh nilai jawaban median (30) (2) Dikategorikan Cukup berkembang jika jumlah seluruh nilai jawaban > median (30). 4. Usaha sapi perah skala mikro berwawasan lingkungan ialah USP yang tidak hanya memperhatikan nilai ekonomi dan sosial semata, tetapi juga memperhatikan nilai lingkungan; artinya proses kegiatan USP dipadukan dengan lingkungan hidup untuk menjamin kepentingan kemampuan,

7 66 kesejahteraan dan mutu hidup generasi kini dan masa depan. Gambaran keterkaitan usaha sapi perah dengan lingkungan secara skematis tampak pada Gambar Umur adalah lama hidup dalam tahun sejak kelahiran sampai ulang tahun terakhir (Masehi) Cara Ukur : Responden menjawab pertanyaan Alat Ukur : Kuesioner Hasil Ukur : Umur dalam tahun (1) Dikategorikan Muda-Dewasa jika kurang dari 40 tahun (2) Dikategorikan Dewasa-Tua jika 40 tahun 6. Pendidikan adalah tingkat sekolah formal terakhir yang diselesaikan oleh responden ditandai oleh adanya ijazah atau tanda tamat belajar resmi dari suatu lembaga atau instansi pendidikan resmi. Cara Ukur : Responden menjawab pertanyaan Alat Ukur : Kuesioner Hasil Ukur : Pendidikan dalam tingkat (1) Dikategorikan Rendah jika tamat SD ke bawah (2) Dikategorikan Menengah jika tamat SLTP, SLTA, dan D3 sederajat (3) Dikategorikan Tinggi jika tamat D4 ke atas. 7. Pengeluaran adalah jumlah rata-rata penggunaan uang oleh responden per bulan dalam rupiah untuk keperluan konsumsi rumah tangga (belanja pangan, listrik, air, telepon, pajak, retribusi, iuran sosial, transport, pendidikan, kesehatan, dan lainnya). Cara Ukur : Responden menjawab pertanyaan Alat Ukur : Kuesioner Hasil Ukur : Pengeluaran uang dalam rupiah (1) Dikategorikan Sangat rendah jika Rp ,-- ke bawah (2) Dikategorikan Rendah jika berkisar dari Rp ,- sampai Rp ,-- (3) Dikategorikan Sedang jika berkisar dari Rp ,-

8 67 sampai Rp ,-- (4) Dikategorikan Cukup jika sama atau lebih besar dari Rp ,-- 8. Keikutsertaan penyuluhan dan bimbingan teknis responden ialah jumlah penyuluhan dan bimbingan teknis yang diikuti oleh responden dalam empat tahun terakhir (tahun 2007 sampai tahun 2010) tentang pengelolaan usaha sapi perah yang diselenggarakan oleh pemerintah dan non pemerintah di daerahnya. Cara Ukur : Responden menjawab pertanyaan Alat Ukur : Kuesioner Hasil Ukur : Jumlah dalam kali (1) Dikategorikan Sangat kurang jika 1 sampai 5 kali (2) Dikategorikan Kurang jika 6 sampai 10 kali (3) Dikategorikan Sedang jika 11 sampai 20 kali (4) Dikategorikan Cukup jika lebih dari 20 kali. 9. Lamanya menjalankan usaha sapi perah terhitung sejak awal beternak sapi sampai saat ini. Cara Ukur : Responden menjawab pertanyaan Alat Ukur : Kuesioner Hasil Ukur : Lama dalam tahun (1) 3 tahun (2) > 3 tahun (3) Dikategorikan Cukup jika > 3 tahun 10. Pengetahuan ialah pengetahuan responden masyarakat peternak tentang USPSMWL dan perihal lain yang berhubungan. Cara ukur : Jawaban responden Alat ukur : Kuesioner atau form penilaian (Tabel 5) Hasil ukur : Nilai dalam angka (1). Dikategorikan Kurang jika jumlah seluruh nilai jawaban adalah median (70) (2). Dikategorikan Cukup jika jumlah nilai seluruh nilai jawaban adalah > median (70)

9 Tabel 5 Form Penilaian Pengetahuan Responden Masyarakat Peternak tentang Usaha Sapi Perah Skala Mikro Berwawasan Lingkungan 68 No 1 Isi Pertanyaan Bagaimana meningkatkan produksi susu sapi di Indonesia termasuk Kabupaten Subang? 2 Apa manfaat USP? 3 Apa modal pengembangan USP? 4 Apa dampak positif anak yang cukup asupan susu sapi? 5 Apa dampak negatif jika anak kekurangan asupan susu sapi? Apa dampak negatif dari limbah sapi perah dibiarkan 6 sembarangan? Apa dampak negatif jika jarak kandang sapi dengan rumah hunian 7 atau sumber air bersih terlalu dekat (<10 meter)? 8 Bagaimana cara mengelola limbah sapi berwawasan lingkungan? Apakah limbah sapi dapat dimanfaatkan untuk menambah 9 pendapatan keluarga? 10 Apa saja peran pemerintah dalam pengembangan sapi perah? 11 Apa saja peran perbankan dalam pengembangan USP? 12 Apa tanda-tanda sapi yang sehat? 13 Apa tanda-tanda sapi yang sakit? 14 Apa penyebab sapi sakit? 15 Sebutkan jenis-jenis penyakit sapi? 16 Apa gejala penyakit anthrax dan bagaimana cara pencegahannya? 17 Bagaimana cara pencegahan agar sapi terhindar dari penyakit? 18 Bagaimana menerapkan usaha sapi perah berwawasan lingkungan? 19 Mengapa sapi harus divaksinasi? 20 Berapa kali sapi divaksinasi selama bunting? 21 Mengapa sapi harus diberi vitamin? 22 Berapa kali sapi diberi vitamin? 23 Mengapa sapi harus bebas dari kecacingan? 24 Berapa kali sapi diberi obat agar tidak kecacingan? Nilai Jumlah 25 Apa saja syarat kandang sapi yang baik? a. Konstruksi (bahan, ukuran, atap, dinding, lantai, selokan) b. Lokasi (jarak minimal dari rumah atau sumber air minum) c. Kebersihan, cahaya, kelembaban dan suhu udara d. Keamanan (dari pencurian, kebakaran, longsor dsb.) e. Ketersediaan air bersih 26 Apa tanda-tanda susu sapi yang bermutu baik? 27 Limbah sapi (feses dan urin) dapat dimanfaatkan untuk apa? 28 Berapa kali sapi diperiksa kesehatan selama bunting? 29 Apa akibat jika sapi tidak diperiksa kesehatannya secara rutin? 30 Apa syarat-syarat pakan sapi perah yang baik? 31 Bagaimana cara meningkatkan produksi susu sapi perah? 32 Mengapa pemerah susu harus sehat? 33 Apa tanda-tanda susu sapi yang rusak? 34 Mengapa lingkungan sekitar kandang sapi harus bersih dan sehat? 35 Bagaimana mengolah atau memanfaatkan limbah sapi menjadi biogas dan pupuk organik? Jumlah nilai :

10 Praktek atau perilaku dalam mengelola USP ialah tindakan atau kegiatan nyata peternak dalam proses pengelolaan usaha sapi perah. Cara ukur : Hasil observasi Alat ukur : Form penilaian (Tabel 6) Hasil ukur : Nilai dalam angka (1).Dikategorikan Kurang baik jika jumlah seluruh nilai jawaban median (28). (2).Dikategorikan Cukup baik jika jumlah seluruh nilai jawaban > median (28). Tabel 6 Form Penilaian Praktek atau Perilaku Responden Masyarakat Peternak dalam Mengelola USPSMWL No Isi Pertanyaan Nilai Jumlah 1 Berapa kali kandang sapi dibersihkan setiap hari? 2 Apakah sapi dimandikan setiap hari? 3 Apakah responden peternak menjaga kebersihan tangan, kuku pada saat pemerahan susu? 4 5 Apakah responden peternak sapi sering berkonsultasi dengan petugas peternakan pemerintah setempat tentang pengembangan sapi perah? Apakah responden peternak sapi selalu mengikuti acara penyuluhan dan bimbingan teknis tentang USP dari pemerintah, pihak perbankan, atau pihak swasta? Apakah responden peternak menggunakan perlengkapan atau peralatan pemerahan susu yang bersih dan sehat? Apakah responden peternak sapi menggunakan masker selama pemerahan sapi? Apakah responden peternak sapi tepat waktu dalam memerah susu? Apakah responden peternak sapi sebagai kader atau anggota kelompok peternakan Desa? 10 Apakah responden sapi teratur memberi pakan sapi? 11 Apakah responden teratur memberi vitamin sapi? Apakah responden peternak sapi menjual sapi jantan lebih dini (berumur muda) sehingga nilainya minimum? Apakah responden peternak sapi membuang sampah atau limbah sapi dengan baik 14 Apakah responden peternak sapi bekerjasama baik dengan para peternak lainnya, dengan pemerintah, dengan pihak perbankan, dan pihak swasta setempat? Jumlah:

11 Lamanya mengurus USP per ekor sapi per hari artinya masa mulai kegiatan pagi sampai sore hari yang sama; mencakup kegiatan mencari pakan sapi, memandikan sapi, memberi pakan sapi, membersihkan kandang sapi, memerah dan menyetor susu sapi, pemeliharaan kesehatan sapi, dan lainnya. Cara Ukur : Responden menjawab pertanyaan Alat Ukur : Kuesioner Hasil Ukur : Lama dalam jam (1) Dikategorikan Kurang jika < satu jam (2) Dikategorikan Sedang jika > 1 jam < 3 jam. 13. Kondisi fisik dan lingkungan rumah responden artinya keadaan umum rumah responden dinilai berdasarkan pada kriteria rumah sehat yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, di antaranya variabel (a) komponen rumah : skala nilai 0 396; (b) sarana sanitasi: skala nilai 0 375; dan (c) perilaku penghuni: skala nilai Cara Ukur : Observasi dan wawancara dengan responden Alat Ukur : Kuesioner Hasil Ukur : Nilai dalam angka (1) Dikategorikan Tidak sehat jika bobot atau nilai <1.068 (2) Dikategorikan Sehat jika bobot atau nilai > Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator komposit yang menggabungkan tiga aspek penting, yaitu peningkatan kualitas fisik (kesehatan) intelektualitas (pendidikan), dan kemampuan ekonominya (daya beli) seluruh komponen masyarakat dalam kurun waktu tertentu (Badan Pusat Statistik Kabupaten Subang 2009). Indeks pendidikan diukur dengan angka melek huruf (AMH) dan ratarata lama sekolah (RLS). AMH adalah persentase penduduk usis 15 tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis (baik huruf latin maupun lainnya). RLS adalah rata-rata jumlah tahun yang telah dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas di seluruh jenjang pendidikan yang pernah dijalani. Target AMH menurut UNDP adalah 100% dan RLS adalah 15 tahun. Indeks pendidikan yaitu 2/3 (indeks melek huruf) + 1/3 (indeks rata-rata

12 71 lama sekolah). Indeks AMH adalah hasil dari: (AMH riil - 0) / (100-0). Indeks ARLS adalah hasil dari: (ARLS riil - 0) / (15-0). Indeks kesehatan diukur dengan umur harapan hidup (UHH). Target UHH menurut UNDP adalah 85 tahun dan minimum 25 tahun. Indeks AHH adalah hasil dari : (UHH riil - 25) / (85-25). Kemampuan daya beli adalah kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup secara layak. Komponen kemampuan daya beli penduduk diukur dengan indikator rata-rata konsumsi riil yang telah disesuaikan. Batas minimum kemampuan daya beli penduduk sebesar Rp ,- perkapita per tahun untuk memenuhi kebutuhan dasar paling minimum. Setara dengan dua kali garis kemiskinan yang terrendah di perdesaan Sulawesi Selatan dan Papua pada tahun Batas maksimum kemampuan daya beli penduduk sebesar Rp ,-/ kapita/tahun untuk memenuhi kebutuhan dasar paling minimum. Indeks konsumsi per kapita riil adalah hasil dari: (daya beli riil )/ ( ). 15. Kerjasama lintas program dan lintas sektoral yang harmonis ialah kerjasama yang didasari oleh motivasi, tujuan yang serasi dan jelas, saling menguntungkan, semangat musyawarah dan mufakat, tanpa saling intervensi terhadap fungsi sektoral dan tanpa ada salah satu pihak yang merasa terpaksa atau dipaksa sejak tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai tahap evaluasi. Kerjasama ini didasarkan pada pendekatan kesisteman dalam arti bahwa usaha sapi perah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional adalah tugas seluruh aparatur pemerintah. 16. Kontribusi pendapatan USP terhadap kebutuhan konsumsi pelaku USP dan keluarganya ialah besarnya persentase pendapatan USP netto satu bulan terhadap jumlah pengeluaran, menurut kondisi harga pada saat penelitian, untuk konsumsi minimun keluarga pelaku USP selama satu bulan. 3.5 Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis Data Pengumpulan Data Dalam penelitian ini dikumpulkan data sekunder dan data primer yang relevan dengan topik penelitian. Sumber data sekunder di antaranya ialah

13 72 dokumen-dokumen yang dipublikasikan oleh dinas dan instansi yang terkait berupa buku, hasil penelitian, laporan hasil pertemuan, evaluasi program, dan lainnya. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mendatangi dinas dan instansi yang terkait di tingkat kabupaten, kecamatan, dan desa. Sumber data primer ialah hasil pengamatan fakta di lapangan; dan hasil analisis dan kesimpulan jawaban responden dalam kuesioner. Data sekunder mencakup (1) kondisi geografis; (2) topografi; (3) iklim; (4) curah hujan; (5) suhu udara; (6) kelembaban udara; (7) pertanian: tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan; (8) perdagangan; (9) administrasi pemerintahan; (10) kependudukan: jumlah, komposisi, pekerjaan, mata pencaharian, pertumbuhan, penyebaran, IPM; (12) kesehatan: sarana dan tenaga, UHH, AKIM, AKB, dan angka kesakitan umum; (13) pendidikan: sarana dan tenaga, ARLS, AMH; (14) perekonomian: pendapatan per kapita riil per tahun, konsumsi per kapita riil per tahun, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK), lapangan usaha, tabungan per kapita per tahun; (15) usaha peternakan sapi perah: jumlah sapi perah, jumlah peternak, produksi susu per sapi perah per hari, harga susu, permodalan dan masalahnya, jumlah peternak yang mengolah limbah ternak sapi perah menjadi biogas dan pupuk organik. Data primer berupa hasil wawancara dengan responden ditampung dalam kuesioner, mencakup: karakteristik responden; kebijakan pemerintah, kebijakan perbankan, gambaran kondisi sumberdaya alam dan lingkungan serta gambaran pendapatan dan pengeluaran USP yang diselenggarakan. Data tentang karakteristik responden mencakup umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, pendidikan, pekerjaan, kondisi fisik rumah, domisili, konsumsi per kapita keluarga, pengetahuan umum tentang peternakan, dan sikap atau persepsi terhadap pengembangan USP di masyarakat. Khusus untuk peternak, data karakteristik ditambah dengan pengetahuan tentang kebersihan dan kesehatan lingkungan atau USP yang berwawasan lingkungan, persepsi terhadap USPSMWL, dan perilaku dalam mengelola USP selama ini. Data mengenai USP mencakup: sumber modal USP; jumlah sapi yang dipelihara dan perinciannya; cara mengawinkan sapi; frekuensi pemberian makan sapi; jenis pakan yang diberikan; kepemilikan kandang; kondisi atap, dinding,

14 73 lantai, penerangan; lokasi kandang; sumber air bersih; selokan limbah kandang; jadwal pemeriksaan kesehatan sapi; sistem pemeliharaan sapi; pemberian vaksinasi sapi; pemberian obat penanggulangan cacing sapi; pengolahan limbah sapi menjadi biogas dan pupuk organik; organisasi para peternak tingkat desa; sumber informasi pengetahuan peternakan; kegiatan penyuluhan serta bimbingan teknis peternakan; aktivitas konsultasi peternakan; bantuan dana USP dari pemerintah dan swasta; bantuan sarana USP dari pemerintah dan swasta; mekanisme penjualan susu segar, sapi, dan limbah sapi; sumber pakan hijauan dan konsentrat, biaya pakan; harga bibit sapi perah; dan kebutuhan untuk pengembangan USP. Data mengenai kebijakan pemerintah kabupaten dan kecamatan mencakup aspek dana, sarana, tenaga, program penyuluhan dan bimbingan teknis, metode kerja, serta pendapat dari pengalaman responden pejabat dinas, instansi, institusi berkaitan dengan usaha sapi perah di wilayah kerjanya. Data mengenai kebijakan perbankan mencakup persyaratan dan prosedur pengajuan kredit pinjaman dalam rangka USPSMWL, jangka waktu dan suku bunga pinjaman termasuk permasalahannya. Data mengenai sumberdaya alam dan lingkungan mencakup keadaan dan pengelolaan sumberdaya air dan lahan tanaman HPT, kesehatan lingkungan kandang, dan limbah sapi (feses dan urin) termasuk permasalahannya. Untuk melihat gambaran umum pendapatan dan pengeluaran biaya USP dikumpulkan data tentang: (1) lamanya peternak melakukan USP; (2) modal awal usaha; (3) harga jual susu segar; (4) biaya pakan hijauan dan pakan konsentrat; (5) biaya pengadaan bibit; (6) biaya pengadaan kandang dan penyusutannya; (7) upah pekerja USP per hari; (8) biaya obat untuk kesehatan hewan; (9) biaya untuk inseminasi buatan (IB); (10) biaya ganti rugi sapi mati; (11) biaya penyusutan sarana peternakan: ember, sabit, pikulan, alat pemerah susu, instalasi pengolahan biogas atau pupuk organik, sewa kandang, dan sebagainya; (12) suku bunga bank; (13) pajak; (14) rata-rata lama pengurusan USP per hari; (15) upah minimum regional; (16) kredit bank: plafond, jangka waktu, denda atau penalti; (17) produksi susu segar per hari; (18) pendapatan dari biogas; (19) pendapatan dari jual rumput makanan sapi perah; (20) pendapatan dari penjualan sapi kering kandang dan sapi yang tidak diremajakan.

15 74 Keseluruhan data dan informasi yang dikumpulkan untuk selanjutnya diolah dan dianalisis secara deskriptif dan bivariat (Chi-square) sehingga dapat dijadikan bahan masukan dalam rangka penyusunan model kebijakan pengembangan USPSMWL di Kabupaten Subang. Untuk keperluan AHP dikumpulkan data berupa pendapat pakar tentang urutan kepentingan berbagai elemen setiap level dalam struktur yang dibangun, yaitu elemen-elemen dalam level aktor, faktor, tujuan, dan strategi. Pengumpulan data ini menggunakan kuesioner khusus berdasarkan pada keperluan AHP. Untuk keperluan ISM dikumpulkan data berupa pendapat pakar tentang tingkat kekuatan pengaruh, kontribusi, dan ketergantungan berbagai sub elemen dari elemen strategi yang bersumber dari struktur AHP; elemen strategi diuraikan menjadi 20 sub elemen. Semua sub elemen ini dituangkan dalam Structural self interaction matrix (SSIM) yaitu matriks yang berpasangan, untuk kemudian diisi oleh responden pakar menggunakan simbol huruf V atau A atau X atau O. Pilihan simbol V : bilamana Sub elemen (1) memberikan kontribusi tercapainya Sub elemen (2), tetapi tidak sebaliknya ( V: eij = 1; eij = 0 ); pilihan simbol A: bilamana Sub elemen (2) memberikan kontribusi tercapainya Sub elemen (1), tetapi tidak sebaliknya ( A: eij = 0; eij = 1 ); pilihan simbol X : bilamana Sub elemen (1) dan Sub elemen (2) saling memberikan kontribusi (X: eij = 1; eij = 1); pilihan simbol O: bilamana Sub elemen (1) dan Sub elemen (2) tidak saling memberikan kontribusi ( O: eij =0; eij =0 ). Pengumpulan data ini menggunakan kuesioner khusus berdasarkan pada keperluan ISM Pengolahan dan Analisis Data Data yang telah terkumpul kemudian diolah hingga menjadi informasi yang dapat digunakan untuk keperluan analisis sesuai dengan arah tujuan penelitian. Dalam rangka pengolahan data dilakukan kegiatan dengan tahapan berurut: (1) pengeditan data, (2) pengkodean data, (3) pemasukan data ke dalam komputer, dan (4) pembersihan data Analisis Deskriptif dan Bivariat (Chi-square) Untuk memperoleh gambaran umum USP di Kabupaten Subang dan faktor-faktor yang berhubungan, dilakukan analisis deskriptif dan analisis chisquare menggunakan paket program statistical package for the social sciences

16 75 (SPSS) 13.0 for windows. Analisis chi-square ditujukan untuk memperoleh gambaran signifikansi hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Uji Chi-square digunakan untuk melakukan analisis hubungan variabel kategorik dengan variabel kategorik. Dalam uji statistik, hipotesis nol (Ho) gagal tolak jika p-value > alpha dan Ho ditolak jika p-value <alpha. Dengan uji Chi-square dapat diuji perbedaan proporsi atau persentase antara beberapa kelompok data. Dalam Chi-square dibandingkan dengan frekuensi yang diamati dengan frekuensi yang terjadi; atau frekuensi yang terjadi (observed) dengan frekuensi harapan (expected). Jika kedua nilai sama, maka disimpulkan tidak ada perbedaan yang signifikan. Jika nilai frekuensi observasi dan nilai frekuensi harapan berbeda, maka dikatakan ada perbedaan yang signifikan (Walpole 1990) Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk menganalisis elemen-elemen pengembangan USPSMWL di Kabupaten Subang digunakan AHP dengan struktur seperti tampak pada Gambar 12. Level 1 ialah level fokus yaitu pengembangan USPSMWL di Kabupaten Subang; Level 2 ialah level aktor, mencakup: peternak, pemerintah kabupaten, kecamatan, dan desa, perbankan, KPSBU; Level 3 ialah level faktor, mencakup: kebijakan pemerintah, kebijakan perbankan, sumberdaya alam dan lingkungan, kesiapan masyarakat; Level 4 ialah level tujuan, mencakup: kualitas lingkungan meningkat, pendapatan masyarakat meningkat, ekonomi wilayah pedesaan berkembang; dan Level 5 ialah level strategi, mencakup: peningkatan layanan perbankan kepada peternak, peningkatan kesiapan masyarakat peternak untuk usaha sapi perah, peningkatan layanan penyuluhan oleh pemerintah, dan peningkatan layanan bimbingan teknis oleh pemerintah. Kegiatan-kegitan yang dilakukan dalam proses Analytical Hierarchy Process (AHP) ini ialah: a. Identifikasi sistem: merupakan proses untuk memahami pokok permasalahan yang akan diselesaikan, menentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapai, dan kriteria-kriteria yang akan digunakan untuk menentukan pilihan alternatifalternatif yang akan dipilih. b. Penyusunan hierarki: merupakan proses untuk melakukan abstraksi struktur suatu sistem dengan mempelajari fungsi interaksi antar komponen serta

17 76 dampak-dampaknya pada sistem. Bentuk abstraksi ini mempunyai bentuk yang saling berkaitan dan tersusun secara hierarki. Penyusunan hierarki atau struktur keputusan dilakukan untuk menggambarkan elemen sistem atau alternatif keputusan yang terindentifikasi. c. Penyusunan matriks pendapat individu: pada proses tersebut dilakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparison) untuk setiap kriteria dan alternatif dalam penyusunan matriks pendapat individu. Perbandingan berpasangan dilakukan dengan cara membandingkan setiap elemen dengan elemen yang lainnya pada setiap tingkat hierarki secara berpasangan sehingga diperoleh nilai tingkat kepentingan elemen dalam bentuk pendapat kualitatif yang menggunakan skala penilaian sehingga diperoleh nilai pendapat dalam bentuk angka (kuantitatif). Skala yang dipergunakan adalah 1 hingga 9 karena memiliki keakuratan yang terbaik dalam mengkualifikasikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif. Kriteria kualitatif dan kuantitatif dapat dibandingkan dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Bila jumlah elemen yang akan diperbandingkan adalah sebanyak n, maka akan terbentuk matriks yang berukuran: n x n dan jumlah penilaian pendapat yang diperlukan sebanyak n (n 1)/2, dimana jumlah tersebut juga menunjukkan jumlah penilaian pendapat reciprocal-nya, dan penilaian pendapat pada semua elemen diagonal matriks adalah bernilai 1 (satu). d. Penghitungan tingkat konsistensi: nilai perbandingan yang telah diperoleh dihitung tingkat konsistensinya dengan menggunakan rumus consistency ratio yang telah terdapat dalam AHP. Penyusunan matriks gabungan, pengolahan vertikal dan menentukan vektor prioritas sistem: penyusunan matriks gabungan dilakukan setelah hasil perhitungan consistency ratio memenuhi kriteria yang ditetapkan, kemudian dilanjutkan dengan pengolahan vertikal untuk menentukan vertikal dan terakhir menentukan vektor prioritas sistem. AHP digunakan untuk mengetahui urutan prioritas sub elemen dalam elemen Aktor, sub elemen dalam elemen Faktor, sub elemen dalam elemen

18 77 Tujuan, dan sub elemen dalam elemen Strategi. Hasil AHP akan dijadikan bahan masukan dalam ISM dan keperluan pendekatan sistem Interpretative structural modelling (ISM) Setelah SSIM (matriks A) diisi lengkap oleh responden dengan simbol V, A, X, atau O, selanjutnya dimasukkan ke dalam RM (matriks B) dengan mengkonversi simbol V menjadi angka 1 dan sebaliknya 0; huruf A menjadi angka 0 dan sebaliknya 1; huruf X menjadi angka 1 dan sebaliknya 1; dan huruf O menjadi 0 dan sebaliknya juga 0. Langkah selanjutnya ialah pemeriksaan transitivity rule matriks dengan cara memeriksa sebelum sel-sel yang nilainya 0, apakah telah memenuhi transitivity atau belum. Setelah seluruhnya selesai kemudian angka-angka nilai itu dijumlahkan secara horizontal untuk memperoleh nilai driver power; dan secara vertikal untuk memperoleh nilai dependence setiap elemen. Nilai driver power (DP) dan nilai dependence (D) seluruh elemen dipetakan dengan menempatkan pada setiap ordinat (x,y) atau ke dalam empat sektor beserta koordinatnya dalam kuadran independent, linkage, autonomous, dan dependent. Hasil pemetaan akan menunjukkan struktur faktor-faktor penting yang potensial atau faktor-faktor kunci (key factors) berdasarkan pada kebutuhan stakeholder yaitu berupa elemen atau sub elemen prioritas pada sektor independen. 3.6 Pendekatan Sistem untuk Model Kebijakan Pengembangan Usaha Sapi Perah Skala Mikro Berwawasan Lingkungan di Kabupaten Subang Pendekatan sistem dilakukan melalui tahapan: analisis kebutuhan, formulasi permasalahan, identifikasi sistem, pemodelan sistem, verifikasi model, implementasi, dan evaluasi periodik (Manetsch dan Park 1977, diacu dalam Marimin 2007). Analisis kebutuhan dalam penelitian ini difokuskan kepada kebutuhan stakeholder terhadap pengembangan USPSMWL di Kabupaten Subang. Seluruh hasil wawancara, diskusi, dan observasi di lapangan tentang kebutuhan stakeholder, kaitannya dengan pengembangan USP di Kabupaten Subang, dikumpulkan dan diolah untuk keperluan penentuan komponen-komponen yang berpengaruh dan berperan dalam sistem, kemudian dikelompokkan. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan stakeholder kemudian dirumuskan permasalahan

19 78 pengembangan USPSMWL di Kabupaten Subang yang ada pada saat ini (kondisi eksisting). Dalam rangka rekayasa kebijakan pengembangan USPSMWL di Kabupaten Subang dilakukan identifikasi sistem dengan cara menyusun diagram lingkar sebab-akibat, diagram input-output, dan diagram alir. Diagram lingkar sebab akibat menggambarkan hubungan antar elemen yang terlibat dalam sistem yang dikaji. Variabel-variabel yang terlibat dalam rangka pemodelan kebijakan pengembangan USPSMWL di Kabupaten Subang: (1) penduduk, (2) pertambahan penduduk, (3) berkurangnya penduduk, (4) sapi, (5) pertambahan sapi, (6) nilai jual sapi, (7) berkurangnya sapi, (8) peternak, (9) pengelolaan ternak, (10) biaya pengelolaan, (11) sumber pakan, (12) kesejahteraan, (13) jenis produk ternak, (14) limbah, (15) pendidikan, dan (16) pencemaran lingkungan. Dalam diagram input-output dikemukakan enam variabel yang berhubungan dengan kinerja sistem yaitu: (1) variabel output yang dikehendaki, ditentukan berdasarkan pada analisis kebutuhan, (2) variabel input terkendali, (3) variabel output yang tidak dikehendaki, berasal dari dampak yang akan ditimbulkan bersama-sama dengan output yang dikehendaki, (4) variabel input tak terkendali, (5) variabel input lingkungan, variabel yang berasal dari luar sistem, dan (6) variabel manajemen pengendalian. Diagram alir adalah gambaran struktur model atau hubungan antar variabel-variabel dalam bentuk simbol aliran, simbol level, simbol panah tebal dan halus. Pemodelan pengembangan USPSMWL di Kabupaten Subang disusun berdasarkan pada hasil analisis data, AHP, ISM dan informasi lainnya. Pemodelan didasarkan pada sejumlah asumsi dan nilai numerik atau hasil kuantifikasi masing-masing variabel, kemudian dengan bantuan software powersim constructor dibuat diagram alir termasuk persamaan powersim dan analisis dimensinya. Langkah selanjutnya dilakukan simulasi untuk melihat hubungan antar variabel dalam model. Dari hasil simulasi akan terlihat bagaimana efek perubahan suatu variabel dependen jika terjadi perubahan dalam variabel independennya; hal ini penting dianalisis untuk memperoleh informasi sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan selanjutnya.validasi model dilakukan dengan uji validitas struktur dan uji validitas kinerja atau output model.

20 79 Validasi struktur model merupakan proses validasi utama dalam berfikir sistem. Tujuan validasi ini untuk memperoleh keyakinan sejauh mana keserupaan struktur model mendekati struktur nyata. 3.7 Penyusunan Skenario Skenario ini dirancang atau disusun berdasarkan pada hasil analisis berupa faktor-faktor kunci yang berperan terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Rumusan skenario disusun berdasarkan pada faktor-faktor kunci yang terkombinasi dalam berbagai keadaan (state). Dari kombinasi antar kondisi faktor tersebut ditetapkan tiga skenario yang dinamakan (1) optimistik, (2) moderat, dan (3) pesimistik. Masing-masing skenario ini kemudian disimulasikan untuk memprediksi kecenderungan hasil pada masa yang akan datang sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan. 3.8 Implementasi Dalam rangka implementasi disusun dan ditetapkan sejumlah kebijakan pengembangan USPSMWL di Kabupaten Subang. Kebijakan tersebut selanjutnya diuraikan atau dijabarkan dalam bentuk program yang bersifat taktis atau bersifat jangka pendek.

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di empat kecamatan yaitu Kecamatan Balong, Bungkal, Sambit, dan Sawoo dalam wilayah Kabupaten Ponorogo Jawa Timur. Penetapan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian 4.1.1 Kabupaten Subang Kabupaten Subang adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat terletak di antara 107 o 31 107 0 54 Bujur Timur dan

Lebih terperinci

MODEL KEBIJAKAN PENGEMBANGAN USAHA SAPI PERAH SKALA MIKRO BERWAWASAN LINGKUNGAN DI KABUPATEN SUBANG PETRUS F.T.P. TAMPUBOLON NRP.

MODEL KEBIJAKAN PENGEMBANGAN USAHA SAPI PERAH SKALA MIKRO BERWAWASAN LINGKUNGAN DI KABUPATEN SUBANG PETRUS F.T.P. TAMPUBOLON NRP. MODEL KEBIJAKAN PENGEMBANGAN USAHA SAPI PERAH SKALA MIKRO BERWAWASAN LINGKUNGAN DI KABUPATEN SUBANG PETRUS F.T.P. TAMPUBOLON NRP. P062059394 SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 PERNYATAAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor mulai Desember 2010 Maret 2011. 3.2 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah seluruh wilayah Provinsi DKI Jakarta. Waktu penelitian pada bulan November 2006 Juni 2007. Beberapa pertimbangan penentuan

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pembangunan daerah merupakan langkah yang ditempuh dalam mewujudkan visi dan misi yang ingin dicapai oleh Kota Depok, pembangunan daerah memiliki

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Usaha Sapi Perah dan Kebutuhan-Kebutuhan Pengembangan Usaha Sapi Perah Skala Mikro Berwawasan di Kabupaten Subang Untuk lebih memperjelas

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 18 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan September-November 2010 di Pangkalan Pendaratan Ikan Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Pemerintahan Aceh

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Juni 2010 di DAS

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Juni 2010 di DAS 22 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 200 - Juni 200 di DAS Cisadane Hulu, di lima Kecamatan yaitu Kecamatan Tamansari, Kecamatan Leuwiliang, Kecamatan

Lebih terperinci

5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN

5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN 5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN Dalam bab ini akan membahas mengenai strategi yang akan digunakan dalam pengembangan penyediaan air bersih di pulau kecil, studi kasus Kota Tarakan. Strategi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor pada Bulan Maret sampai Agustus. Pemilihan daerah Desa Cibeureum sebagai tempat penelitian

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Geografi Wilayah Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, yang terdiri dari Kampung Nyalindung, Babakan dan Cibedug, merupakan bagian dari wilayah Desa Cikole.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sub DAS Keduang, daerah hulu DAS Bengawan Solo, dengan mengambil lokasi di sembilan Desa di Kabupaten Wonogiri yang menjadi

Lebih terperinci

VI. METODE PENELITIAN

VI. METODE PENELITIAN VI. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

MODEL KONSEPTUAL KELEMBAGAAN

MODEL KONSEPTUAL KELEMBAGAAN 140 MODEL KONSEPTUAL KELEMBAGAAN Model kelembagaan klaster agroindustri minyak nilam dirancang melalui pendekatan sistem dengan menggunakan metode ISM (Interpretative Structural Modelling). Gambar 47 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan di Dapur Geulis yang merupakan salah satu restoran di Kota Bogor. Penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi bauran pemasaran

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRACT...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRACT... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL..... HALAMAN PENGESAHAN...... KATA PENGANTAR..... DAFTAR ISI..... DAFTAR TABEL..... DAFTAR GAMBAR..... ABSTRAK... ABSTRACT... i ii iii v vii x xi xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

Kecamatan. Terisi (n = 113)

Kecamatan. Terisi (n = 113) Lampiran 1. ekapitulasi deskripsi hasil penelitian dalam rangka penyusunan model kebijakan pengendalian penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten esponden penelitian Variabel (n = 109) (n = 111)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran 62 BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran Agroindustri sutera alam merupakan industri pengolahan yang mentransformasikan bahan baku kokon (hasil pemeliharaan ulat sutera) menjadi benang, kain sutera,

Lebih terperinci

3 METODE. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian. 3.2 Jenis, Sumber dan Metode Analisis Data

3 METODE. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian. 3.2 Jenis, Sumber dan Metode Analisis Data 13 3 METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian meliputi wilayah Kabupaten yang mencakup 10 kecamatan. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 6 bulan yaitu dari bulan Mei sampai Oktober

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Provinsi Jawa Barat. Provinsi Jawa Barat memiliki 25 kabupaten/kota. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 10.

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 31 III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Minapolitan Kampung Lele Kabupaten Boyolali, tepatnya di Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bahwa Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten yang memiliki

BAB III METODE PENELITIAN. bahwa Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten yang memiliki 15 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kendal, dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten yang memiliki populasi kambing Jawarandu yang tinggi

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Peningkatan luas lahan perkebunan kelapa sawit telah mampu meningkatkan kuantitas produksi minyak sawit mentah dan minyak inti sawit dan menempatkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data-data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan gabungan antara data primer dan data sekunder. Data primer mencakup hasil penggalian pendapat atau

Lebih terperinci

VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS. Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5

VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS. Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5 VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS Formatted: Swedish (Sweden) Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5 menunjukkan bahwa sistem kemitraan setara usaha agroindustri

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 1) Miskin sekali: Apabila tingkat pendapatan per kapita per tahun lebih rendah 75% dari total pengeluaran 9 bahan pokok 2) Miskin: Apabila tingkat pendapatan per kapita per tahun berkisar antara 75-125%

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian 8 METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah disain cross sectional study. Disain ini dipilih karena ingin mendapatkan data pada saat yang

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang berada ditpk Sukamenak Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang berada ditpk Sukamenak Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. 17 3.1. Objek Penelitian III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek penelitian ini adalah peternak sapi perah anggota KPBS Pangalengan yang berada ditpk Sukamenak Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. 3.2.

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang tergabung pada TPK Cibodas yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang tergabung pada TPK Cibodas yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan 19 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini yang dijadikan objek adalah peternak sapi perah yang tergabung pada TPK Cibodas yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Kabupaten Tapanuli Selatan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Kabupaten Tapanuli Selatan yang BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Kabupaten Tapanuli Selatan yang mempunyai jumlah peternak sapi IB dan non IB di tiga Kecamatan yaitu Kecamatan

Lebih terperinci

1 III METODE PENELITIAN. (Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara) Jabar yang telah mengikuti program

1 III METODE PENELITIAN. (Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara) Jabar yang telah mengikuti program 18 1 III METODE PENELITIAN 1.1 Obyek Penelitian Obyek dari penelitian ini adalah peternak sapi perah anggota KPSBU (Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara) Jabar yang telah mengikuti program pembinaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

8 MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

8 MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 8 MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG Abstrak Strategi peningkatan sektor perikanan yang dipandang relatif tepat untuk meningkatkan daya saing adalah melalui pendekatan klaster.

Lebih terperinci

V. DAN PEMBAHASAN. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Indramayu

V. DAN PEMBAHASAN. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Indramayu V. DAN PEMBAHASAN Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Indramayu Analisis Data Hasil Wawancara dengan Responden Masyarakat Kecamatan Indramayu,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan. Kegiatan penelitian berlangsung pada Februari 2015. B. Alat dan

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK INTERPRETIVE STRUCTURAL MODELING (ISM) DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PENERAPAN TEKNIK INTERPRETIVE STRUCTURAL MODELING (ISM) DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PENERAPAN TEKNIK INTERPRETIVE STRUCTURAL MODELING (ISM) DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Heri Apriyanto NRP. P062100201 Dadang Subarna NRP. P062100081 Prima Jiwa Osly NRP. P062100141 Program Studi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada desa yang mendapat pendampingan dari Program Pemberdayaan Desa (PPD), dan pelaksanaannya didampingi oleh fasilitator

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian model pengelolaan energi berbasis sumberdaya alam di pulau kecil difokuskan kepada energi listrik. Penelitian dilaksanakan di gugus pulau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA...

BAB II KAJIAN PUSTAKA... DAFTAR ISI PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v DAFTAR ISI..... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar

Lebih terperinci

CAPAIAN KINERJA SKPD DALAM PENCAPAIAN 9 PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN RKPD 2014

CAPAIAN KINERJA SKPD DALAM PENCAPAIAN 9 PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN RKPD 2014 SKPD No Misi dan kebijakan : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Malang Program yang direncanakan CAPAIAN KINERJA SKPD DALAM PENCAPAIAN 9 PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN RKPD 2014 Indikator Program

Lebih terperinci

Lampiran 1 Hasil Pengujian sampel susu menggunakan metode Breed dan uji. Breed (jumlah sel somatis/ml) No Kuartir IPB-1

Lampiran 1 Hasil Pengujian sampel susu menggunakan metode Breed dan uji. Breed (jumlah sel somatis/ml) No Kuartir IPB-1 LAMPIRAN 25 26 Lampiran 1 Hasil Pengujian sampel susu menggunakan metode Breed dan uji mastitis IPB-1 No Kuartir IPB-1 Breed (jumlah sel somatis/ml) 1 Kanan depan 1+ 400 000 2 kanan belakang - 440 000

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Pemerintah Daerah Kota Bogor dan lingkungan industri Kota Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel 38 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Maret sampai Agustus 2009 pada dua basis pemeliharaan yang berbeda yakni: basis lahan sawah dan lahan persawahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi susu sangat menentukan bagi perkembangan industri susu sapi perah nasional. Susu segar yang dihasilkan oleh sapi perah di dalam negeri sampai saat ini baru memenuhi

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 55 III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di Wilayah DAS Citarum yang terletak di Propinsi Jawa Barat meliputi luas 6.541 Km 2. Secara administratif DAS Citarum

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 18 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Persaingan bisnis di sektor pertambangan semakin berkembang. Hal ini menyebabkan PT. Aneka Tambang Tbk membutuhkan karyawan yang berkompetensi untuk mencapai

Lebih terperinci

Tujuan, jenis dan cara pengumpulan data, metode analisis, dan output yang diharapkan. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Tujuan, jenis dan cara pengumpulan data, metode analisis, dan output yang diharapkan. Jenis dan Cara Pengumpulan Data III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada pada kawasan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IV (Persero) Propinsi Sumatera Utara. PTPN IV bergerak di bidang usaha perkebunan dengan

Lebih terperinci

STRUKTUR DATA BPS DAN PROSEDUR MENDAPATKAN DATA DI BPS Hady Suryono 8 Maret 2016

STRUKTUR DATA BPS DAN PROSEDUR MENDAPATKAN DATA DI BPS Hady Suryono 8 Maret 2016 STRUKTUR DATA BPS DAN PROSEDUR MENDAPATKAN DATA DI BPS Hady Suryono 8 Maret 2016 Data dan Informasi (1) Data a. Data adalah fakta berupa angka, karakter, simbol, gambar, tanda-tanda, isyarat, tulisan,

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. 22 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah usaha ternak sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mengumpulkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu secara rasional, empiris dan sistematis. Adapun metodologi penelitian yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. merupakan metode yang digunakan dalam penelitian dengan cara pengamatan

III. METODE PENELITIAN. merupakan metode yang digunakan dalam penelitian dengan cara pengamatan 64 III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survei. Metode survei merupakan metode yang digunakan dalam penelitian dengan cara pengamatan langsung terhadap gejala

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Daging ayam merupakan salah satu produk hasil ternak yang diminati

BAB III MATERI DAN METODE. Daging ayam merupakan salah satu produk hasil ternak yang diminati BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Kerangka Pemikiran Daging ayam merupakan salah satu produk hasil ternak yang diminati masyarakat baik dari kalangan bawah maupun kalangan atas karena menimbulkan kepuasan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan 25 METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Situ Sawangan-Bojongsari, Kecamatan Sawangan dan Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat. Waktu penelitian adalah 5

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah: IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Balai Pengembangan Teknologi (BPT) Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yang terletak di Jalan Darmaga Timur Bojongpicung, Cihea,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.995, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Penyediaan dan Peredaran Susu. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/PERMENTAN/PK.450/7/2017 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEREDARAN SUSU

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. KUNAK didirikan berdasarkan keputusan presiden

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2005 sampai Juli 2006. Lokasi penelitian meliputi empat wilayah kecamatan di Kabupaten Karanganyar, yaitu

Lebih terperinci

1) Pencarian dan sewa lahan yang digunakan untuk tempat penggemukan sapi. BAB V RENCANA AKSI. 5.1 Kegiatan

1) Pencarian dan sewa lahan yang digunakan untuk tempat penggemukan sapi. BAB V RENCANA AKSI. 5.1 Kegiatan BAB V RENCANA AKSI 5.1 Kegiatan Untuk dapat mulai menjalankan bisnis penggemukan agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan, disusun rencana aksi sebagai acuan dalam melakukan kegiatan sekaligus

Lebih terperinci

BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM

BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM 83 BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM 5.1. Konfigurasi Model Analisis sistem pada Bab IV memperlihatkan bahwa pengembangan agroindustri sutera melibatkan berbagai komponen dengan kebutuhan yang beragam,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hasil utama dari usaha peternakan sapi perah yaitu susu dan anakan, di samping juga dihasilkan feses dan urin yang kontinu setiap hari. Pendapatan utama peternak diperoleh

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang. (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang)

Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang. (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang) Jurnal Ilmu Peternakan, Juni 8, hal. 51 57 ISSN 197 2821 Vol. 3 No.2 Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang) Stepanus Pakage Staf Pengajar Jurusan

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dalam anggota KPBS Pangalengan dan memiliki sapi perah produktif.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dalam anggota KPBS Pangalengan dan memiliki sapi perah produktif. III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah peternak sapi perah yang tergabung dalam anggota KPBS Pangalengan dan memiliki sapi perah produktif. 3.2. Metode

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan nomos. Oikos berarti rumah tangga, nomos berarti aturan. Sehingga

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Basis Data

Sistem Manajemen Basis Data 85 KONFIGURASI MODEL Hasil analisis sistem menunjukkan bahwa sistem pengembangan Agrokakao bersifat kompleks, dinamis, dan probabilistik. Hal tersebut ditunjukkan oleh banyaknya pelaku yang terlibat dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 55 BAB III METODE PENELITIAN A. KERANGKA KONSEP Variabel Bebas Variabel Terikat Pengetahuan pelaku industri Sanitasi Hygiene Hasil monitoring keamanan produk industri rumah tangga (PIRT) pada makanan dan

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Rekayasa sistem kelembagaan penelusuran pasokan bahan baku agroindustri gelatin untuk menjamin mutu produk melibatkan berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda,

Lebih terperinci

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar Bupati Murung Raya Kata Pengantar Perkembangan daerah yang begitu cepat yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan pambangunan daerah dan perkembangan wilayah serta dinamisasi masyarakat, senantiasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN KANTOR SERTA SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KABUPATEN BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Untuk mengetahui keinginan konsumen akan minuman kesehatan, kepuasan konsumen merupakan salah satu faktor terpenting yang harus diperhatikan oleh perusahaan.

Lebih terperinci

6 MODEL PENGEMBANGAN PESISIR BERBASIS BUDIDAYA PERIKANAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

6 MODEL PENGEMBANGAN PESISIR BERBASIS BUDIDAYA PERIKANAN BERWAWASAN LINGKUNGAN 119 6 MODEL PENGEMBANGAN PESISIR BERBASIS BUDIDAYA PERIKANAN BERWAWASAN LINGKUNGAN Skenario pengembangan kawasan pesisir berbasis budidaya perikanan berwawasan lingkungan, dibangun melalui simulasi model

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia cukup tinggi, berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010

Lebih terperinci

PENGARUH METODE EVALUASI PENAWARAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP HASIL PEKERJAAN DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

PENGARUH METODE EVALUASI PENAWARAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP HASIL PEKERJAAN DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PENGARUH METODE EVALUASI PENAWARAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP HASIL PEKERJAAN DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ( Studi Kasus di Pemerintah Kabupaten Temanggung ) RINGKASAN

Lebih terperinci

AGROVETERINER Vol.5, No.1 Desember 2016

AGROVETERINER Vol.5, No.1 Desember 2016 50 ANALISIS PERSEPSI DAN HARAPAN PETERNAK SAPI MADURA TERHADAP SISTEM BAGI HASIL TERNAK DI KECAMATAN TANAH MERAH KABUPATEN BANGKALAN Agus Widodo 1), Agung Budianto Ahmad 1), Lita Rakhma Yustinasari 2)

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Industri Cilegon yang meliputi Anyer (perbatasan kota Cilegon-Kabupaten Serang), Merak, dan Cilegon, yang

Lebih terperinci

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG KERANGKA PEMIKIRAN Program konversi minyak tanah ke LPG dilakukan melalui pembagian paket LPG kg beserta tabung, kompor, regulator dan selang secara gratis kepada keluarga miskin yang jumlahnya mencapai.

Lebih terperinci

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran di Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Surakarta meliputi: 1. Strategi Pemasaran (Relation Marketing) dilaksanakan dengan fokus terhadap pelayanan masyarakat pengguna, sosialisasi kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, 98 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data 19 4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Papua Barat. Pemilihan lokasi didasarkan pada pertimbangan bahwa Papua Barat sebagai wilayah yang mempunyai potensi sumber

Lebih terperinci

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Bagian ini akan menganalisis hasil melakukan simulasi, yaitu melakukan perubahan-perubahan pada satu atau beberapa

Lebih terperinci

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO 10.1. Kebijakan Umum Penduduk Kabupaten Situbondo pada umumnya banyak

Lebih terperinci

i - - - ii iii iv v vi vii No. Asumsi A B C Aspek Pasar 1. Untuk prediksi ke depan, permintaan produk dianggap tidak mengalami penurunan dalam jangka waktu 10 tahun yang

Lebih terperinci

Deskripsikan Maksud dan Tujuan Kegiatan Litbangyasa :

Deskripsikan Maksud dan Tujuan Kegiatan Litbangyasa : ISI FORM D *Semua Informasi Wajib Diisi *Mengingat keterbatasan memory database, harap mengisi setiap isian dengan informasi secara general, singkat dan jelas. A. Uraian Kegiatan Deskripsikan Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang mengkonsumsi produk minuman Teh Botol Sosro.

BAB III METODE PENELITIAN. yang mengkonsumsi produk minuman Teh Botol Sosro. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Lokasi penelitian merupakan suatu tempat dimana peneliti akan memperoleh atau mencari suatu data yang berasal dari responden yang akan diteliti oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian lapangan dilaksanakan di Desa Karang Song, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, yaitu tempat yang ditetapkan pemerintah sebagai lahan pemukiman

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO, MASTUR dan RINA SINTAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ABSTRAK Kerbau bagi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA 4.1. PENDAHULUAN

BAB IV ANALISA DATA 4.1. PENDAHULUAN BAB IV ANALISA DATA 4.1. PENDAHULUAN Pada Bab ini akan dijelaskan mengenai proses analisa data, termasuk gambaran umum data yang di analisa guna mendapatkan jawaban dari pertanyaan penelitian dan pengolahan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Jumlah dan Cara penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Jumlah dan Cara penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Penelitian mengenai hubungan antara kepatuhan konsumsi biskuit yang diperkaya protein tepung ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) dengan status gizi dan morbiditas

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI, 2005. Strategi Pengembangan Agribisnis dalam Pembangunan Daerah Kota Bogor. Di bawah bimbingan SETIADI DJOHAR dan IDQAN FAHMI. Sektor pertanian bukan merupakan sektor

Lebih terperinci

III METODOLOGI PENELITIAN

III METODOLOGI PENELITIAN 39 III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Penelusuran data dan informasi dimulai dari tingkat provinsi sampai

Lebih terperinci