IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN"

Transkripsi

1 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Kabupaten Subang Kabupaten Subang adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat terletak di antara 107 o Bujur Timur dan 6 o 11 6 o 49 Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Subang terbagi menjadi 3 bagian wilayah, yakni wilayah selatan, wilayah tengah dan wilayah utara. Bagian Selatan wilayah Kabupaten Subang terdiri atas dataran tinggi pegunungan, bagian tengah berupa dataran, dan bagian Utara merupakan dataran rendah yang mengarah langsung ke Laut Jawa. Sebagian besar wilayah di bagian Selatan Kabupaten Subang berupa perkebunan (perkebunan negara dan perkebunan rakyat), hutan, dan lokasi pariwisata. Pada bagian tengah wilayah kabupaten Subang berkembang perkebunan karet, tebu dan buah-buahan di bidang pertanian; dan pabrik-pabrik di bidang industri. Selain itu di bagian tengah menjadi pusat pemerintahan, kesatuan militer, dan terdapat banyak perumahan penduduk. Di bagian utara wilayah Kabupaten Subang adalah kawasan areal sawah berpengairan teknis, tambak, dan pantai Laut Jawa. Kabupaten Subang sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Sumedang, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Karawang, dan sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat. Adapun ketinggian daerah yaitu antara 500 sampai MDPL. Luas wilayah Kabupaten Subang seluruhnya adalah ,95 hektar, terdiri dari tanah sawah hektar dan tanah kering hektar. Luas lahan atau tanah pekarangan untuk bangunan dan halaman hektar, tegal kebun hektar, padang rumput 122 hektar, kolam atau empang 700 hektar, tambak hektar, tanah tidak diusahakan sementara hektar, hutan rakyat hektar, perkebunan hektar, hutan negara hektar, dan lainnya hektar. Luas lahan sawah yang digarap per tahun hektar, sementara lahan ladang hektar. Luas lahan kritis adalah 5.712,30 hektar. Kabupaten Subang termasuk beriklim tropis dengan tipe iklim C hingga D. Suhu pada siang hari berkisar antara

2 81 27 o C dan 38 o C dengan kelembaban udara antara 72 dan 91% dengan angka curah hujan rata-rata per tahun di atas 273 mm dan jumlah hari hujan rata-rata lebih dari 154 hari per tahun (BPS Kab. Subang 2010). Kabupaten Subang terdiri dari 30 kecamatan, 253 desa, RW, RT, dan rumah tangga; dengan jumlah penduduk seluruhnya jiwa, terdiri dari laki-laki jiwa dan perempuan jiwa atau dengan sex ratio 97,42. Rata-rata penduduk per desa 5.811,56 orang, per km 2 716,62 orang, dan per rumah tangga 3,24 orang. Angka kelahiran penduduk rata-rata 1,89 per tahun; angka kematian bayi per kelahiran hidup adalah sebesar 49,96. Proporsi penduduk pemeluk agama Islam sebesar 99,42%; pemeluk agama Katholik, Protestan, Hindu, dan Budha sebesar 0,58% (BPS Kab. Subang 2010). Di Kabupaten Subang ada 6 kecamatan yang sedang mengembangkan usaha sapi perah, yaitu Kecamatan Sagalaherang, Jalancagak, Ciater, Cijambe Dawuan, dan Kecamatan Tambakdahan dengan jumlah peliharaan ekor dan jumlah produksi dalam tiga tahun terakhir rata-rata liter per tahun. Kecamatan Sagalaherang dan Ciater yang menjadi lokasi penelitian ini adalah saling berbatasan, terletak di bagian selatan Kabupaten Subang sekitar areal Gunung Tangkubanperahu. Indeks pembangunan manusia (IPM) Kabupaten Subang pada tahun 2007 adalah 70,68 dengan perincian indeks kesehatan 0,7253; indeks melek huruf 0,9117; indeks lama sekolah 0,4620, indeks pendidikan 0,7618, indeks daya beli 0,6332. Angka harapan hidup (AHH) 68,52 tahun; angka melek huruf (AMH) 91,17%; Angka rata-rata lama sekolah (ARLS) 6,93 tahun, dan daya beli sebesar Rp ,00 per tahun. IPM ini meningkat dibandingkan dengan IPM tahun 2006 dan 2005 berturut-turut 70,02 dan 69,11, walaupun demikian jumlah KK miskin masih relatif banyak yaitu keluarga atau 28,62% total seluruh keluarga. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 sebesar 6,8% per tahun Kecamatan Sagalaherang Kecamatan Sagalaherang, yang terletak pada MDPL dan berada pada jarak 18 km dari kota Subang dengan kemiringan lahan rata-rata 38%. Kecamatan ini mencakup 7 desa, 23 dusun, 34 RW, 157 RT, rumah tangga, dengan jumlah penduduk jiwa, terdiri dari laki-laki jiwa dan

3 82 perempuan jiwa atau sex ratio 99,87. Rata-rata penduduk per desa orang; per km 2 600,38 orang; dan per rumah tangga 3,49 orang. Jumlah KK miskin adalah 609 keluarga atau 6,26% total keluarga. Proporsi penduduk pemeluk agama Islam adalah 99,94%; pemeluk agama Katholik, Protestan, dan Budha sebesar 0,06%. Luas wilayah hektar terdiri dari tanah sawah hektar dan tanah kering hektar. Luas lahan atau tanah pekarangan untuk bangunan dan halaman 404 hektar, tegal kebun 866 hektar, padang rumput 7 hektar, kolam atau empang 16 hektar, tanah tidak diusahakan sementara 35 hektar, hutan rakyat 601 hektar, perkebunan 425 hektar, hutan negara 105 hektar, dan lainnya 888 hektar. Luas lahan sawah yang digarap per tahun hektar, sementara lahan ladang 65 hektar. Luas lahan kritis adalah 124 hektar. Suhu di Kecamatan Sagalaherang pada siang hari berkisar antara 18 o C dan 26 o C dengan kelembaban udara antara 45% dan 95% dengan angka curah hujan rata-rata per bulan di atas mm/tahun dan jumlah hari hujan rata-rata lebih dari 181 hari per tahun (BPS Kab. Subang 2010). Jumlah petani penggarap lahan milik sendiri orang; dan bukan milik sendiri 753 orang. Jumlah produksi per tahun daging sapi kg, daging kerbau 686 kg, kambing kg, domba kg, ayam ras kg. Jumlah ternak sapi potong 665 ekor. Jumlah USP 100 buah dengan jumlah populasi sapi 386 ekor. Jumlah produksi susu per sapi perah dalam tiga tahun terakhir rata-rata liter per tahun atau 40% dari total produksi susu sapi perah se Kabupaten Subang. IPM Kecamatan Sagalaherang pada tahun 2007 adalan sebesar 0, 6947 dengan perincian indeks kesehatan 0,7167; indeks pendidikan 0,6831; indeks daya beli 0,5908. UHH 68 tahun; AMH 94,20%; ARLS 6,76 tahun, dan daya beli sebesar Rp ,- per tahun Kecamatan Ciater Kecamatan Ciater, yang terletak pada MDPL dan berada pada jarak 17 km dari kota Subang dengan kemiringan lahan rata-rata 42,8%. Kecamatan ini mencakup 7 desa, 23 dusun, 46 RW, 166 RT, rumah tangga dengan jumlah penduduk jiwa, terdiri dari laki-laki jiwa dan perempuan jiwa atau sex ratio 99,92. Rata-rata penduduk per desa orang, per km 2 491,92 orang, dan per rumah tangga 3,06 orang. Jumlah KK

4 83 miskin adalah keluarga atau 6,32% total keluarga. Proporsi penduduk pemeluk agama Islam adalah 99,62%; pemeluk agama Katholik, Protestan, Hindu, dan Budha sebesar 0,58%. Luas wilayah hektar terdiri dari tanah sawah hektar dan tanah kering hektar. Luas lahan atau tanah pekarangan untuk bangunan dan halaman 243 hektar, tegal kebun 941 hektar, padang rumput 27 hektar, perkebunan hektar, hutan rakyat 163 hektar, hutan negara hektar, dan lainnya 429 hektar. Luas lahan sawah yang digarap per tahun hektar, sementara lahan ladang 65 hektar. Luas lahan kritis adalah 67,5 hektar. Suhu di Kecamatan Ciater pada siang hari berkisar antara 18 o C dan 26 o C dengan kelembaban udara antara 45 dan 95% dengan angka curah hujan rata-rata per bulan di atas mm/tahun dan jumlah hari hujan ratarata lebih dari 181 hari per tahun (BPS Kab. Subang 2010). Jumlah petani penggarap lahan milik sendiri orang; dan bukan milik sendiri orang. Jumlah produksi per tahun daging sapi kg, domba kg, ayam ras kg, ayam buras kg, itik kg. Jumlah ternak sapi potong 761 ekor dan sapi perah 351 ekor. Jumlah produksi susu sapi perah dalam tiga tahun terakhir rata-rata liter per tahun atau 44,41% dari total produksi susu sapi perah se Kabupaten Subang. IPM Kecamatan Ciater pada tahun 2007 adalah 72,50 dengan perincian indeks kesehatan 0,7547; indeks pendidikan 0,6831, indeks daya beli 0,6087. AHH 70,28 tahun; AMH 96,90%; ARLS 7,59 tahun, dan daya beli sebesar Rp ,00 per tahun. 4.2 Responden Penelitian Karakteristik Responden Masyarakat Peternak Seperti telah dikemukakan dalam Bab sebelumnya, bahwa salah satu faktor yang diduga turut menentukan berkembang tidaknya USP ialah kondisi fisik dan non fisik para pelaku USP. Karena itu dalam penelitian ini dilakukan pula identifikasi karakteristik responden pelaku USP; di antaranya variabel umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan atau mata pencaharian, pengeluaran dana untuk konsumsi keluarga, pengetahuan, dan lainnya. Hasil identifikasi ini diharapkan dapat menggambarkan secara umum kondisi para pelaku USP di lokasi penelitian yang penting artinya untuk keperluan analisis dalam rangka penyelesaian masalah atau pengambilan keputusan lebih lanjut.

5 Jenis Kelamin dan Umur Responden Jumlah responden masyarakat peternak yang laki-laki adalah 114 orang (99,13%) dan perempuan adalah satu orang (0,87%). Umur responden termuda 21 tahun dan tertua 61 tahun, mode 40 tahun, dan standar deviasi 9,68 tahun. Sebagian besar (67,8%) responden berdomisili di Kecamatan Sagalaherang dan 32,2% berdomisili di Kecamatan Ciater. Gambaran usia responden ini tidak berbeda dengan hasil penelitian Siregar et al. (1993) di Jawa Barat bahwa umur peternak sapi perah pada umumnya berada pada kisaran 15 dan 55 tahun. Demikian pula hasil penelitian Juarini et al. (2007) di Sukabumi bahwa umur peternak sapi perah rata-rata kurang dari 50 tahun, atau dikategorikan usia produktif Pendidikan Formal Responden Distribusi responden menurut pendidikan formal yaitu: (a) tamat dan tidak tamat SD atau sederajat sebesar 68,3%; (b) tamat SLTP 19,1%; dan (c) tamat SLTA 2,6%. Gambaran ini tidak berbeda dengan hasil penelitian Anonymous (1993) bahwa peternak-peternak sapi perah yang ada di daerah Bogor dan Garut sebesar berturut-turut 76,7% dan 71% hanya berpendidikan SD. Demikian pula hasil penelitian yang dilakukan oleh Juarini et al. (2007) di Sukabumi Jawa Barat bahwa bahwa pendidikan formal peternak sapi perah seluruhnya adalah tamat SD atau sederajat ke bawah Pekerjaan atau Mata Percaharian Pokok Responden Distribusi reponden menurut pengalaman menjalankan USP, yaitu: 93% responden menjalankan USP dalam kisaran satu dan tiga tahun; dan 7% responden menjalankan USP lebih dari tiga tahun. Walaupun demikian sebagian besar (lebih dari 90%) responden menyatakan bahwa pada saat ini pekerjaan atau mata pencaharian pokok mereka ialah pelaku USP dengan pekerjaan tambahan tidak tetap sebagai buruh tani, buruh tukang bangunan dan lainnya Pengeluaran Dana Untuk Konsumsi Keluarga Responden Pengeluaran responden untuk konsumsi keluarga yaitu: biaya pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, rekening listrik, bahan bakar

6 minyak, iuran sosial, rokok atau tembakau, dan biaya keperluan rumah tangga lainnya adalah dalam kisaran Rp ,-- dan Rp ,-- per bulan. Dalam perincian lebih lanjut, adapun distribusi responden menurut pengeluaran konsumsi rata-rata anggota keluarganya per bulan yaitu tertera dalam Tabel 7. Tabel 7 Distribusi responden masyarakat peternak menurut pengeluaran konsumsi rata-rata anggota keluarganya per bulan Pengeluaran per kapita keluarga per bulan Jumlah responden (orang) Persentase < Rp ,-- 3 2,60 Rp ,-- sampai Rp , ,40 Rp ,-- sampai Rp , ,00 Jumlah , Pengetahuan dan Sikap Responden Tentang USP Distribusi responden menurut pengetahuan umum tentang USP yaitu: 77,4% masuk dalam kategori cukup memadai ; dan 22,6% masuk dalam kategori kurang memadai. Kriteria penilaian pengetahuan didasarkan pada tingkat nilai kumulatif jawaban atas 35 pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner berkaitan dengan USP dan pengembangannya. Nilai dikategorikan cukup memadai jika jumlah jawaban yang benar >median nilai seluruh jawaban pertanyaan yang diajukan; dan dikategorikan kurang memadai jika jumlah jawaban yang benar median nilai seluruh jawaban pertanyaan yang diajukan. Dalam kaitan ini diperoleh pula hasil bahwa: proporsi responden yang pernah mengikuti penyuluhan dan bimbingan teknis USP dalam lima tahun terakhir: dalam kisaran 1 dan 5 kali (atau < 1 kali setahun) sebanyak 98,3%; dan dalam kisaran 6 sampai 10 kali (atau > satu kali setahun) yaitu 1,7% Praktek atau Perilaku Responden Dalam Menjalankan USP Proporsi responden menurut tingkat praktek berusaha sapi perah 53,9% masuk dalam kategori cukup memadai dan 46,1% masuk dalam

7 86 kategori kurang memadai. Kriteria penilaian didasarkan pada tingkat nilai kumulatif hasil observasi terhadap sejumlah praktek pelaku USP seperti tertera dalam kuesioner dalam Tabel 6. Nilai praktek responden dikategorikan cukup memadai jika nilai hasil observasi > median skala penilaian 0 sampai 4; dan dikategorikan kurang memadai jika nilai hasil observasi < median skala penilaian 0 sampai Kesehatan Lingkungan Rumah Responden Distribusi responden menurut kondisi kesehatan lingkungan rumah pribadi yaitu: 9,6% kategori cukup, 72,2% kategori sedang, dan 18,3% kategori kurang. Sebagian besar rumah responden adalah permanen dengan luas halaman hampir sama dengan luas bangunan. Kondisi atap, dinding, kakus, air bersih, penerangan, ventilasi udara, dan sanitasi ruangan cukup memadai. Kualitas kesehatan lingkungan pada beberapa rumah responden tampak kurang memadai disebabkan oleh beberapa indikator rumah sehat tidak terpenuhi, di antaranya faktor jarak rumah dengan kandang ternak dan saluran pembuangan air limbah (SPAL) yang tidak memenuhi syarat kesehatan Karakteristik Responden Masyarakat Bukan Peternak Jenis Kelamin dan Umur Responden Jumlah responden masyarakat bukan pelaku USP yang laki-laki adalah 95 orang (82,6%) dan perempuan adalah 20 orang (17,4%). Umur responden termuda 19 tahun dan tertua 76 tahun, dan standar deviasi 12,43 tahun. Responden yang beralamat di Kecamatan Ciater adalah 44 orang (38,3%) dan di Kecamatan Sagalaherang 71 orang (61,7%) Pendidikan Formal Responden Distribusi responden menurut pendidikan formal, yaitu: tamat SD atau sederajat ke bawah sebesar 67%; tamat SLTP sebesar 19,1%; dan tamat SLTA sebesar 13,9 % Pekerjaan Responden Distribusi responden menurut pekerjaan atau mata pencaharian pokok, yaitu: pedagang, pengusaha, wiraswasta sebesar 52,2%; buruh, petani, ibu rumah tangga sebesar 39,1%; dan pegawai swasta sebesar 8,7%.

8 Pengeluaran Dana Untuk Konsumsi Keluarga Pengeluaran dana untuk konsumsi keluarga responden adalah dalam kisaran Rp ,-- dan Rp ,--; atau 87 rata-rata sebesar Rp per bulan. Dalam perincian lebih lanjut, adapun distribusi responden menurut pengeluaran konsumsi rata-rata anggota keluarganya per bulan yaitu tertera dalam Tabel 8. Tabel 8 Distribusi responden masyarakat bukan peternak menurut pengeluaran konsumsi rata-rata anggota keluarga per bulan Pengeluaran per kapita keluarga per bulan Jumlah responden (orang) Persentase < Rp ,-- 1 0,90 Rp ,-- sampai Rp , ,70 Rp ,-- sampai Rp , ,40 Jumlah , Alasan Responden Tidak atau Belum Beternak Sapi Perah Adapun alasan responden tidak ikut serta beternak sapi perah pada umumnya bukan karena penyebab tunggal tetapi karena penyebab gabungan dari beberapa faktor: ketiadaan minat, ketiadaan lahan tanaman pakan, ketiadaan dana, ketiadaan lokasi peternakan, dan kesibukan dengan pekerjaan pokok sehari-hari. Hal ini tampak dari hasil jawaban responden seperti tertera dalam Tabel 9. Tabel 9 Alasan responden tidak ikut serta melakukan USP (n=115) Alasan Jumlah responden (orang) Persentase Tidak berminat 63 54,78 Tidak ada lahan tanaman pakan 65 56,52 Tidak ada dana atau modal 52 45,21 Tidak ada lokasi peternakan 58 50,43 Sibuk dengan pekerjaan pokok 12 10,43

9 Pengetahuan Umum Responden Tentang USP Distribusi responden menurut tingkat pengetahuan umum tentang USP yaitu: 20% masuk dalam kategori cukup memadai dan 80% masuk dalam kategori kurang memadai. Kriteria penilaian ini didasarkan pada tingkat nilai kumulatif jawaban dari 17 pertanyaan yang diajukan, yaitu: (1) Bagaimana meningkatkan produksi susu sapi di Indonesia termasuk Kabupaten Subang? (2) Apa manfaat USP? (3) Apa modal pengembangan USP? (4) Apa dampak positif anak yang cukup asupan susu sapi? (5) Apa dampak negatif jika anak kekurangan asupan susu sapi? (6) Apa dampak negatif dari limbah sapi perah yang dibiarkan sembarangan? (7) Apa dampak negatif jika jarak kandang sapi dengan rumah hunian atau sumber air bersih terlalu dekat (<10 meter)? (8) Bagaimana cara mengelola limbah sapi berwawasan lingkungan? (9)Apakah limbah sapi dapat dimanfaatkan untuk menambah pendapatan keluarga? (10) Apa saja peran pemerintah dalam pengembangan sapi perah? (11) Apa saja peran perbankan dalam pengembangan USP? (12) Apa tanda-tanda sapi yang sehat? (13) Sebutkan jenis-jenis penyakit sapi? (14) Apa gejala penyakit anthrax dan bagaimana cara pencegahannya? (15) Apa syarat-syarat pakan sapi perah yang baik? (16) Apa saja syarat kandang sapi yang baik? (17) Apa tanda-tanda susu sapi yang bermutu baik? Nilai pengetahuan responden dikategorikan cukup memadai jika nilai hasil jawaban responden > median skala penilaian 0 sampai 4; dan dikategorikan kurang memadai jika nilai hasil jawaban < median skala penilaian 0 sampai 4. Proporsi responden yang pernah mengikuti penyuluhan peternakan di daerahnya sebesar 12,2% Kesehatan Lingkungan Rumah Responden Dari hasil wawancara dan observasi diperoleh gambaran bahwa tingkat kesehatan lingkungan rumah responden yang masuk dalam kategori cukup adalah sebesar 20%, kategori sedang sebesar 61,7%, dan kategori kurang 18,3%. Gambaran kondisi fisik bangunan rumah, luas bangunan atau halaman, sumber air bersih, dan sanitasi ruangan pada umumnya sama dengan kondisi fisik rumah responden peternak.

10 Responden Pejabat Dinas dan Instansi Jumlah responden dinas dan instansi adalah 16 orang, terdiri atas lakilaki 13 orang (81,2%) dan perempuan 3 orang (18,87%). Umur responden termuda 25 tahun dan tertua 55 tahun. Distribusi responden menurut pendidikan formal, yaitu: tamat SLTA sebesar 43,8%, tamat Strata 1 (S-1) sebesar 37,5%, dan tamat Strata 2 (S-2) sebesar 18,7%. Responden dengan status pejabat dinas dan instansi tingkat kabupaten berjumlah 6 orang; dan pejabat dinas dan instansi tingkat kecamatan dan instansi tingkat desa 10 orang. 4.3 Gambaran Umum Tentang Usaha Sapi Perah di Kabupaten Subang Kepemilikan Sapi Perah Jumlah sapi perah yang dipelihara responden adalah rata-rata dua sampai empat ekor dengan komposisi jumlah sapi laktasi atau kering kandang atau pedet yang bervariasi. Sapi perah ini adalah milik pribadi para responden peternak dan keluarganya. Gambaran ini hampir sama dengan hasil penelitian Erwidodo dan Sayaka (1998) menyatakan bahwa komposisi peternak sapi perah di Indonesia diperkirakan terdiri dari 80% peternak kecil kurang dari empat ekor, 17% memiliki 4 sampai 7 ekor, dan 3% memiliki ternak lebih dari 7 ekor (Erwidodo et al. 1998, diacu dalam Martindah et al. 2006). Sebagai bahan perbandingan pula hasil penelitian Siregar (1983) bahwa peternakan sapi perah di Pangalengan tergolong ke dalam kelompok peternak skala usaha kecil dengan jumlah sapi perah yang dipelihara pada tiap peternak rata-rata 3,45 ekor. Adapun distribusi responden menurut kepemilikan sapi laktasi yaitu: 23,5% memiliki satu ekor; 76,5% memiliki dua sampai empat ekor. Belum optimalnya kepemilikan sapi laktasi tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya faktor keterbatasan dana untuk tambahan bibit, pakan ternak, dan sarana kelengkapan USP lainnya Sumber Dana USP Sumber dana untuk pengembangan USP di daerah ini ialah dari modal sendiri dan kredit bank. Proporsi responden yang menggunakan modal sendiri adalah 40%; atau proporsi responden yang menggunakan kredit bank adalah 60%. Kredit bank diperoleh responden pada periode tahun ; dengan

11 demikian setelah empat atau lima tahun berjalan maka pada tahun 2011 dan 2012 banyak peternak yang telah menyelesaikan atau melunasi pembayaran kreditnya Tenaga Kerja USP Tenaga kerja yang mengurus USP di daerah ini pada umumnya ialah kepala keluarga dan anggota keluarga (laki-laki dan perempuan) yang telah dewasa atau dalam usia produktif. Jumlah jam kerja mengurus sapi perah per hari sangat bervariasi tergantung pada jumlah sapi yang dipelihara; dan juga tergantung kepedulian terhadap USP masing-masing. Dari hasil wawancara dan observasi diperoleh gambaran alokasi waktu pengurusan per ekor sapi per hari seperti tertera dalam Tabel 10. Tabel 10 Distribusi responden menurut jumlah waktu pengurusan per ekor sapi per hari 90 Jumlah waktu mengurus (jam) Jumlah peternak (orang) Persentase 2 jam 6 5,2 3 jam 68 59,1 4 jam 41 35,7 Jumlah ,0 Sebagian besar peternak menggunakan waktu 3 jam per hari untuk mengurus satu ekor sapi dengan perincian: mencari pakan, memandikan, memberi pakan, membersihkan kandang, memerah susu, pemeliharaan kesehatan, dan lainnya. Responden dengan USP kategori berkembang cukup memadai pada umumnya menghabiskan waktu pengurusan lebih dari 3 jam per ekor sapi per hari. Mereka pada umumnya lebih kreatif, teliti, serius dalam mengurus hal-hal berkaitan dengan kesehatan sapi dan kandangnya Pemakanan Sapi Berdasarkan keterangan dari sebagian besar (97,4%) responden bahwa sapi piaraan mereka diberi makan tiga kali dalam sehari yaitu pagi, siang, dan sore yaitu tumbuhan hijau dan konsentrat. Sumber pakan tumbuhan hijau

12 91 semuanya dari hasil aritan responden di areal perkebunan atau hutan sekitar kampung; sedangkan sumber konsentrat semua responden membeli dari Koperasi Peternak Susu Bandung Utara (KPSBU). Di lokasi ini kerjasama para pelaku USP dengan KPSBU dalam banyak hal, termasuk pengadaan konsentrat untuk pakan sapi perah. Usaha kedua belah pihak saling menguntungkan atau saling tergantung satu sama lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Aviliani (2008) yang menyatakan bahwa tingkat ketergantungan peternak terhadap koperasi masih sangat tinggi. Pernyataan senada dikemukakan oleh Purwantini (2001) bahwa pengembangan usaha ternak sapi perah rakyat tidak dapat dilepaskan dari peran koperasi susu sebagai lembaga mitra peternak sapi perah Pembibitan dan Pemeliharaan Sapi Perah Dalam rangka pembibitan dan pemeliharaan kesehatan sapi, semua responden telah menerapkan inseminasi buatan, pemberian vaksin, pemberian vitamin, dan pemberian obat anti cacing kepada sapi secara rutin mengikuti jadwal sebagaimana mestinya di bawah bimbingan Dinas Peternakan dan KPSBU setempat Perkembangan USP Distribusi responden menurut tingkat kemajuan atau perkembangan USP yang dikelolanya, yaitu: 36 orang (44,3%) dalam kategori berkembang cukup memadai; dan 64 orang (55,7%) dalam kategori berkembang kurang memadai. Kriteria penilaian didasarkan pada bobot atau nilai kumulatif dari: (a) manajemen ketersediaan pakan hijauan ternak; (b) manajemen ketersediaan pakan konsentrat; (c) kondisi kesehatan sapi; (d) jumlah susu segar yang dihasilkan; (e) mutu susu segar yang dihasilkan; (f) biogas hasil olahan limbah sapi sendiri; (g) pupuk organik hasil pengelolaan limbah sapi sendiri; (h) keadaan fisik konstruksi kandang sapi; (i) lokasi kandang sapi; (j) kebersihan dan kesehatan ruang kandang; (k) sanitasi lingkungan kandang sapi; (l) pertambahan populasi sapi per tahun; (m) postur tubuh sapi perah; (n) jumlah dan mutu sumberdaya manusia; dan (o) jumlah sapi piaraan (laktasi, kering kandang, dan dara). Faktor sanitasi atau kesehatan lingkungan dijadikan salah satu kriteria khusus dalam menentukan mutu USP dengan

13 alasan bahwa USP yang dikehendaki ialah USP yang 92 berwawasan lingkungan. Sejumlah eksternalitas atau dampak, baik positif maupun negatif, yang timbul dari kondisi sanitasi atau kesehatan lingkungan USP penting dimonitor atau dievaluasi sebagai bahan masukan untuk perencanaan dan pengendalian lebih lanjut Kontribusi USP Terhadap Pendapatan Peternak Penerimaan dari USP di antaranya hasil penjualan susu, penjualan pedet. Jumlah perolehan susu per sapi laktasi per hari rata-rata 9 liter dengan harga jual per liter dalam kisaran Rp.2.900,-- dan Rp.3.300,--. Susu segar dan pedet dipasarkan melalui KPSBU. Susu segar dikumpulkan dan diangkut oleh KPSBU untuk dijual ke IPS. Pengumpulan dan pengangkutan susu segar dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore. Kerjasama para pelaku USP dengan KPSBU dan IPS selama ini berjalan dengan baik; dan dirasakan oleh para pelaku USP sangat mendukung terhadap usaha mereka. Hal ini sejalan dengan pendapat Purwantini (2001) bahwa kerjasama peternak, koperasi, dan IPS sesuai dengan peranan masing-masing dalam suatu sistem yang berwawasan agribisnis akan sangat membantu dalam pengembangan usaha ternak sapi perah rakyat. Adapun gambaran distribusi responden menurut hasil perolehan susu segar per hari seperti tertera dalam Tabel 11. Tabel 11 Distribusi responden menurut hasil perolehan susu segar per hari Perolehan susu per hari (liter) Jumlah responden (orang) Persentase 13 liter 27 23,50 25 liter 45 39,10 38 liter 32 27,83 50 liter 7 6,09 63 liter 4 3,48 Jumlah ,00 Dari keseluruhannya pendapatan bruto responden dari USP per bulan yaitu dalam kisaran Rp ,-- dan Rp ,--. Hasil pendapatan

14 USP ini dirasakan responden telah memberi kontribusi terhadap upaya pemenuhan jumlah kebutuhan konsumsi rumah tangga mereka dengan variasi seperti tertera dalam Lampiran 4 dan Tabel 12. Tabel 12 Distribusi responden menurut kontribusi pendapatan USP terhadap upaya pemenuhan kebutuhan konsumsi keluarganya 93 Besarnya kontribusi pendapatan USP terhadap pemenuhan kebutuhan konsumsi keluarga responden Jumlah peternak (orang) Persentase < 25% 0 0,00 25% sampai 49% 6 5,22 50% sampai 74% 12 10,44 75% sampai 99% 26 22,60 100% 71 61,74 Jumlah ,00 Gambaran ini hampir sama dengan hasil penelitian Siregar et al. (1993) bahwa kontribusi usaha tani sapi perah terhadap kebutuhan hidup petani di Bogor 86,5%, Lembang 84,4%, dan Garut 94,8%. Begitu pula pendapat Hanifah et al. (2008) bahwa kontribusi USP dalam pendapatan keluarga sangat dominan, walaupun sebagian besar peternak belum menerapkan good farming practice. Gambaran ini berbeda dengan hasil penelitian Juarini et al. (2007) yang menyatakan bahwa pada skala usaha dengan kategori skala kecil dan menengah, mata pencaharian pokok peternak masih sebagai petani maupun lainnya dengan usaha peternakan sebagai usaha sambilan atau cabang usaha. Namun pada skala besar hampir semua peternak menyatakan bahwa usaha peternakan sudah dijadikan usaha pokok Pengeluaran Dana Untuk Pengelolaan USP Sebagian besar (94,8%) responden mengeluarkan dana pengelolaan USP per bulan sebesar Rp ,-- ke bawah; selebihnya responden mengeluarkan dana lebih dari Rp ,--. Jika diperinci jumlah pengeluaran dana untuk satu ekor sapi per bulan berada dalam kisaran Rp ,--dan Rp ,-- atau rata-rata Rp ,77. Adapun biaya

15 94 untuk pengadaan pakan tumbuhan hijau per hari rata-rata Rp ,-- per ekor sapi, yaitu khusus untuk biaya transportasi; sedangkan biaya pembelian tumbuhan hijau tidak dihitung karena mereka mengambil di sembarang tempat di kawasan perkebunan atau hutan sekitar permukiman penduduk. Waktu yang diperlukan satu kali perjalanan untuk mengambil pakan tumbuhan hijau sekitar 4 jam. Mengenai biaya pengadaan pakan konsentrat per hari yang dikeluarkan peternak selama ini paling tidak sebesar Rp ,-- per ekor sapi; atau rata-rata Rp.12,89,--per kilogram sapi. Berdasarkan perkiraan berat sapi rata-rata 395 kilogram per ekor maka pengeluaran biaya untuk konsentrat per bulan adalah Rp ,--. Jumlah pemberian asupan konsentrat ini dapat saja menaik atau menurun; tergantung pada harga konsentrat atau kemampuan daya beli para peternak. 4.4 Gambaran Keadaan dan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan yang Berhubungan dengan Usaha Sapi Perah di Kabupaten Subang Berikut ini dikemukakan gambaran keadaan dan pengelolaan beberapa aspek sumberdaya alam dan lingkungan yang berkaitan input, proses, dan output USP di antaranya yaitu sumberdaya air, lahan tanaman tumbuhan hijau untuk pakan sapi perah, kesehatan lingkungan kandang, dan limbah (feses dan urin) sapi perah Keadaan dan Pengelolaan Sumberdaya Air dan Lahan Tanaman Pakan Sapi Sumber air bersih untuk USP di lokasi penelitian berasal dari lereng Gunung Tangkubanperahu; cukup memadai mencakup seluruh lokasi desa setempat. Pengelolaan air dilakukan bersama oleh semua warga secara musyawarah dan mufakat sehingga distribusi tidak hanya mencukupi kebutuhan USP tapi juga dapat memenuhi kebutuhan setiap rumah tangga. Kebutuhan air rata-rata per ekor sapi per hari untuk minum, mandi, cuci peralatan, pembersihan kandang, dan lainnya tidak kurang dari 75 liter. Dengan demikian setiap hari penggunaan air bersih untuk keperluan 883 ekor sapi tidak kurang dari 66,225 m 3.

16 95 Tentang lahan untuk tanaman pakan sapi, menurut keterangan responden, hanya sebagian kecil saja pelaku USP yang memiliki, itu pun dengan luas yang kurang mencukupi dibandingkan dengan luas lahan yang dibutuhkan sekitar m 2 per ekor sapi. Lahan yang ada di sekitar permukiman penduduk, walaupun potensil ditanami dengan baik, adalah milik negara yang penggunaannya harus berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku Keadaan dan Pengelolaan Kesehatan Lingkungan USP Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan responden masyarakat diketahui bahwa semua pelaku USP memiliki kandang sapi sendiri yang berukuran hampir sama rata-rata 1,5 m X 2,5 m per ekor sapi berlantai semen dan beratap genteng; sebagian besar (92,2%) responden menempatkan kandang sapinya kurang dari 5 meter dari rumah hunian, bahkan beberapa di antaranya menempel pada rumah hunian dengan alasan keamanan dan kemudahan pemeliharaan Keadaan dan Pengelolaan Limbah Sapi Perah Proporsi responden yang mengelola limbah sapi perah sendiri menjadi biogas baru mencapai 25,94% (55 USP/212 USP*100%). Dari sejumlah inipun belum seluruhnya mengolah secara optimal dalam skala besar dengan alasan belum ada pemasarannya. Mereka pada umumnya baru mengolah untuk mencukupi satu sampai dua keluarga dengan 5-6 anggota saja, artinya limbah sapi yang terserap baru sebagian kecil saja. Sisa limbah yang belum dimanfaatkan menjadi biogas (sekitar 85,54%) pada umumnya belum dikelola dengan baik dan sehat.

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Geografi Wilayah Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, yang terdiri dari Kampung Nyalindung, Babakan dan Cibedug, merupakan bagian dari wilayah Desa Cikole.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, wilayah Kabupaten Karawang terletak antara 107

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang terletak di kawasan utara Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Subang yaitu 2.051.76 hektar atau 6,34% dari

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Wilayah Desa Jogonayan 1. Kondisi Geografis dan Administrasi Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini ialah di Kabupaten Subang Propinsi Jawa Barat. Alasan pemilihan atau penentuan lokasi ini ialah bahwa: (1) hingga saat ini belum

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) 58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Usaha Sapi Perah dan Kebutuhan-Kebutuhan Pengembangan Usaha Sapi Perah Skala Mikro Berwawasan di Kabupaten Subang Untuk lebih memperjelas

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO, MASTUR dan RINA SINTAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ABSTRAK Kerbau bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian yang memiliki peranan penting dalam kegiatan ekonomi Indonesia. Salah satu tujuan dari pembangunan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang 38 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Lampung Tengah. Kecamatan Bangun Rejo merupakan pemekaran

Lebih terperinci

V. KEMISKINAN 5.1 Kemiskinan di Desa Sitemu

V. KEMISKINAN 5.1 Kemiskinan di Desa Sitemu V. KEMISKINAN 5.1 Kemiskinan di Desa Sitemu Berdasarkan hasil pendataan sosial ekonomi penduduk (PSEP) yang dilakukan oleh BPS pada tahun 2005 diketahui jumlah keluarga miskin di Desa Sitemu 340 KK. Kriteria

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 17 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Kabupaten Subang merupakan salah satu kabupaten di kawasan utara provinsi Jawa Barat terletak diantara 107º 31' sampai dengan 107º 54' Bujur

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi 70 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara, secara geografis terletak dibagian selatan garis katulistiwa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Profil Kabupaten Ngawi 1. Tinjauan Grafis a. Letak Geografis Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi

V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Kondisi Umum Desa Kalisari Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Kondisi sosial ekonomi masyarakat meliputi

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04 ' 27 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

VII. ANALISIS SITUASI USAHA PERKEBUNAN DAN AGROINDUSTRI NENAS DI KABUPATEN SUBANG DAN KARAWANG

VII. ANALISIS SITUASI USAHA PERKEBUNAN DAN AGROINDUSTRI NENAS DI KABUPATEN SUBANG DAN KARAWANG VII. ANALISIS SITUASI USAHA PERKEBUNAN DAN AGROINDUSTRI NENAS DI KABUPATEN SUBANG DAN KARAWANG 1. Lokasi Penelitian Lapang Penelitian lapang dilakukan di Kabupaten Subang, Jawa Barat, khususnya usaha perkebunan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 16 BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1.Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1. Lokasi Wilayah Kabupaten Subang secara geografis terletak pada batas koordinat 107 o 31-107 o 54 BT dan di antara 6 o

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Susukan merupakan salah satu Kecamatan yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Susukan merupakan salah satu Kecamatan yang berada di BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Wilayah Kecamatan Susukan merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Kecamatan ini berada di lereng gunung Merbabu. Kecamatan Susukan

Lebih terperinci

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut: KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Biofisik 4.1.1 Letak dan Aksesibilitas Berdasarkan buku Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Purwakarta (21) Dinas Kehutanan Purwakarta merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dengan bentuk negara yang berpulau-pulau menjadikan negeri ini memiliki sumber daya alam yang melimpah baik

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah...

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM USAHA

V GAMBARAN UMUM USAHA V GAMBARAN UMUM USAHA 5.1. Gambaran Umum KUD Giri Tani 5.1.1. Sejarah dan Perkembangan KUD Giri Tani KUD Giri Tani didirikan pada tanggal 26 maret 1973 oleh Alm. H. Dulbari, yang menjabat sebagai Kepala

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km, V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Megamendung Desa Megamendung merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, Desa

Lebih terperinci

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI Sumber : Dinas CIPTARU Gambar 1. Peta Wilayah per Kecamatan A. Kondisi Geografis Kecamatan Jepara merupakan salah satu wilayah administratif yang ada di Kabupaten Jepara,

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN

STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN H. MASNGUT IMAM S. Praktisi Bidang Peternakan dan Pertanian, Blitar, Jawa Timur PENDAHULUAN Pembangunan pertanian berbasis sektor peternakan

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV.1. Keadaan Geografis Watang Pulu adalah salah satu dari 11 kecamatan di Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan, Indonesia. Kecamatan Wattang Pulu terletak

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN TEGOWANU 2016 ISBN : 978-602-6432-10-0 No. Publikasi : 33150.1639 Katalog BPS : 1101002.3315180 Ukuran Buku Jumlah Halaman Naskah : Koordinator Statistik Kecamatan Tegowanu Penyunting

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Keadaan Umum Kecamatan Pati

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Keadaan Umum Kecamatan Pati HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 daerah kabupaten/kota di Jawa Tengah, terletak diantara 110 50` - 111 15` Bujur Timur dan 6 25` - 7 00` Lintang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak

Lebih terperinci

Lampiran 1 Hasil Pengujian sampel susu menggunakan metode Breed dan uji. Breed (jumlah sel somatis/ml) No Kuartir IPB-1

Lampiran 1 Hasil Pengujian sampel susu menggunakan metode Breed dan uji. Breed (jumlah sel somatis/ml) No Kuartir IPB-1 LAMPIRAN 25 26 Lampiran 1 Hasil Pengujian sampel susu menggunakan metode Breed dan uji mastitis IPB-1 No Kuartir IPB-1 Breed (jumlah sel somatis/ml) 1 Kanan depan 1+ 400 000 2 kanan belakang - 440 000

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan 78 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan UU No.33 Tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 Agustus

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang yang berada dalam wilayah administrasi Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Jawa Barat.

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah,

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah, 35 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah, tata guna lahan, dan mata pencaharian penduduk. Keadaan umum didapat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :...... LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kabupaten Kampar 4.1.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang Selatan, 100º 23' - 101º40' Bujur Timur.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Keadaan Umum Wilayah Penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai ratio jumlah rumahtangga petani

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Wilayah 5.1.1. Kondisi Fisik Wilayah Kecamatan Ciampea adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor tepatnya di bagian barat Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang ada

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskrifsi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Popayato Barat merupakan salah satu dari tiga belas Kecamatan yang ada di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. Kecamatan Popayato

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Lampung Barat, Balik Bukit adalah Kecamatan yang terletak di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Lampung Barat, Balik Bukit adalah Kecamatan yang terletak di IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat. Kecamatan Balik Bukit merupakan 1 dari 25 Kecamatan lain

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian 4.1.1. Sejarah UPTD BPPTD Margawati Garut Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba atau disingkat UPTD BPPTD yaitu

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian 60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kemitraan merupakan hubungan kerjasama secara aktif yang dilakukan. luar komunitas (kelompok) akan memberikan dukungan, bantuan dan

PENDAHULUAN. Kemitraan merupakan hubungan kerjasama secara aktif yang dilakukan. luar komunitas (kelompok) akan memberikan dukungan, bantuan dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan mempunyai peranan yang cukup penting bagi kehidupan manusia agar dapat hidup sehat, karena manusia memerlukan protein. Pemenuhan kebutuhan protein dalam tubuh

Lebih terperinci

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati Ringkasan Penelitian ini dilakukan terhadap anggota Kelompok Tani

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU 4.1. Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Banjarwaru merupakan salah satu desa yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Karakteristik Wilayah dan Sosial Ekonomi Masyarakat Letak dan Kondisi Geografis Lokasi Penelitian

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Karakteristik Wilayah dan Sosial Ekonomi Masyarakat Letak dan Kondisi Geografis Lokasi Penelitian V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Karakteristik Wilayah dan Sosial Ekonomi Masyarakat 5.1.1 Letak dan Kondisi Geografis Lokasi Penelitian Kecamatan Cisurupan terletak kurang lebih 18 Km dari Ibu Kota Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peternakan saat ini, menunjukan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia. Usaha peternakan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis yang sangat mendukung, usaha peternakan di Indonesia dapat berkembang pesat. Usaha

Lebih terperinci

CAPAIAN KINERJA SKPD DALAM PENCAPAIAN 9 PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN RKPD 2014

CAPAIAN KINERJA SKPD DALAM PENCAPAIAN 9 PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN RKPD 2014 SKPD No Misi dan kebijakan : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Malang Program yang direncanakan CAPAIAN KINERJA SKPD DALAM PENCAPAIAN 9 PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN RKPD 2014 Indikator Program

Lebih terperinci

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG Rohmad Budiono 1 dan Rini Widiati 2 1 Balai Pengkajian Teknoogi Pertanan Jawa Timur 2 Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Wilayah Kabupaten Ciamis Berdasarkan data geografis, wilayah Kabupaten Ciamis berada pada 108 20' sampai dengan 108 40' Bujur Timur dan 7 40'20" Lintang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH Bab ini berisikan gambaran umum wilayah yaitu Kelurahan Purwawinangun Kecamatan Kuningan yang meliputi kondisi geografis, kependudukan, kondisi perekonomian, kondisi fasilitas

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang Balai Pelaksana Teknis Bina Marga atau disingkat menjadi BPT Bina Marga Wilayah Magelang adalah bagian dari Dinas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia cukup tinggi, berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. KUNAK didirikan berdasarkan keputusan presiden

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo merupakan daerah yang terbentuk karena transmigrasi berasal dari Jawa pada tahun 1979. Desa Tegal Arum merupakan daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah di Indonesia umumnya merupakan usaha peternakan tradisional yang didominasi oleh peternak rakyat dengan skala relatif kecil. Produksi susu dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi sosial negara sedang berkembang dengan membantu membangun struktur ekonomi dan sosial yang kuat (Partomo,

Lebih terperinci