BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produk dan Kualitas Produk didefinisikan sebagai suatu hasil proses yang akan ditawarkan ke pasaran (market). Sedangkan Kualitas didefinisikan sebagai suatu konsep yang luas yang mencakup tingkat kesempurnaan atau kesesuaian dengan spesifikasi atau standar perbandingan yang dapat diukur sehingga hasilnya dapat ditunjukkan secara konsisten. Menurut beberapa ahli pengertian produk dan kualitas sebagai berikut : Menurut Kotler Philip (1997) Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan kedalam pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Sedangkan kualitas menurut Kotler Philip (1997) adalah keseluruhan arti serta sifat barang dan jasa yang berpengaruh pada kemampuan memenuhi kebutuhan yang dinyatakan maupun yang tersirat. Fogeinbaum (1991) mengemukakan kualitas adalah keseluruhan gabungan karakteristik produk dan jasa dalam pemasaran, rekayasa, pembuatan dan pemeliharaan yang membuat produk dan jasa yang digunakan dapat memenuhi harapan pelanggan. Achyari (1983) mengemukakan kualitas sebagai jumlah atribut atau sifat sifat sebagaimana dideskripsikan dalam produk dan jasa yang bersangkutan, sehingga dengan demikian termasuk dalam kualitas ini adalah daya tahan, kenyamanan pemakaian, daya guna dan sebagainya. Sedangkan menurut ISO 8402 dan Standar Nasional Indonesia ( SNI ) kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk dan jasa yang kemampuannya dapat 7

2 memuaskan kebutuhan pelanggan baik yang dinyatakan secara tegas maupun yang tersamar. 2.2 Pengendalian Kualitas Pengendalian kualitas (Quality Control) adalah aktivitas yang dilakukan untuk menjaga kesesuaian / kesempurnaan produk, yang dihasilkan berdasarkan inspeksi untuk menerima produk yang memenuhi syarat dan menolak produk yang tidak memenuhi syarat (defect). Cacat (defect) adalah semua kejadian atau peristiwa dimana produk atau proses gagal memenuhi kebutuhan pelanggan. Secara konvensional kualitas menggambarkan suatu karakteristik langsung dari suatu produk seperti performansi (performance), keandalan (realibility), mudah digunakan (easy of use) dan Estetika (esthetic). Beberapa pengertian pengendalian kualitas menurut para ahli sebagai berikut : Achyari (1983) pengendalian kualitas adalah merupakan suatu aktivitas (manajemen perusahaan) untuk menjaga dan mengarahkan agar kualitas produk dan jasa perusahaan dapat dipertahankan sebagaimana yang telah direncanakan. Fogeinbaum (1991) menyatakan bahwa pengendalian kualitas merupakan suatu sistem yang efektif untuk memadukan usaha-usaha pengembangan kualitas, pemeliharaan kualitas dan perbaikan kualitas dalam berbagai kelompok dalam suatu organisasi sehingga dapat menempatkan pemasaran, rekayasa, produk dan jasa pada tingkat yang paling ekonomis yang memberikan kepuasan penuh pada perusahaan. Reksohadiprodja (1991) mengemukakan bahwa pengendalian kualitas merupakan alat bagi manajemen untuk memperbaiki kualitas produk bila diperlukan, mempertahankan kualitas yang sudah tinggi dan mengurangi bahan yang rusak. 8

3 Dale (1994) pengendalian kualitas pada dasarnya menggunakan teknik dan aktivitasaktivitas untuk mencapai, mendukung dan mengembangkan kualitas dari suatu produk dan jasa. Bagi sebuah perusahan, kualitas produk akhir sangat dipengaruhi oleh baik buruknya proses produksi. Begitu juga yang diterapkan di PT Iron Wire Works Indonesia, terlebih lagi banyak produk yang melalui proses yang panjang sebelum produk finish good. Jadi dapat dikatakan bahwa dengan adanya pengendalian kualitas dari awal operasi, proses produksi half finish, proses produksi finish good (produk akhir) baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama akan meningkatkan kualitas dan produktivitas perusahaan sehingga visi dan misi serta sasaran mutu perusahaan dapat tercapai. Konsep Kualitas berdasarkan Pandangan Tradisional dan Modern Secara Tradisional, para pembuat produk biasanya melakukan inspeksi terhadap produk setelah produk itu selesai dibuat dengan jalan menyortir produk yang baik dari yang jelek, kemudian mengerjakan ulang bagian bagian produk yang cacat itu. Dengan demikian pengertian tradisional tentang konsep kualitas hanya berfokus kepada aktivitas inspeksi untuk mencegah lolosnya produk produk cacat ke tangan pelanggan. Kegiatan ini dipandang dari perspektif sistem kualitas modern adalah siasia, karena tidak memberikan konstribusi pada peningkatan kualitas. Pada masa sekarang, pengertian dari konsep kualitas adalah lebih luas daripada sekedar aktivitas inspeksi. Pengertian modern dari konsep kualitas adalah membangun sistem kualitas modern. Pada dasarnya sistem kualitas modern dapat dicirikan oleh lima karakteristik. Lima karakteristik tersebut adalah : 9

4 1. Berorientasi pada pelanggan. 2. Partisipasi aktif yang dipimpin oleh manajemen puncak dalam proses peningkatan kualitas secara terus menerus. 3. Pemahaman dari setiap orang terhadap tanggung jawab spesifik untuk kualitas. 4. Aktivitas yang berorientasi pada tindakan pencegahan kerusakan. 5. Adanya filosofi yang menganggap bahwa kualitas adalah jalan hidup. Perlu diciptakannya kultur perusahaan yang melaksanakan proses peningkatan kualitas secara terus menerus. Di bawah ini dapat dibandingkan aplikasi konsep kualitas berdasarkan pandangan konsep tradisional dan modern. Pandangan Tradisional Memandang kualitas sebagai isu teknis. Perbaikan kualitas dikoordinasikan oleh manajer kualitas. Memfokuskan kualitas pada fungsi atau departemen produksi. Kualitas dianggap sebagai konfirmansi terhadap spesifikasi atau standar dan membandingkan dengan spesifikasi. Kualitas diukur berdasarkan derajat ketidaksesuaian ( non conformance ). Kualitas dicapai melalui inspeksi. Beberapa cacat diizinkan jika memenuhi standar kualitas minimun. Kualitas merupakan fungsi terpisah dan berfokus pada evaluasi produksi. Jika kualitas tidak bagus yang disalahkan adalah pekerja. Hubungan dengan pemasok ( supplier ) berorientasi pada biaya dan bersifat jangka pendek. Pandangan Moderen Memandang perbaikan kualitas sebagai isu bisnis. 10

5 Usaha perbaikan kualitas diarahkan oleh manajemen puncak. Produk dan kualitas merupakan sasaran yang bersesuain produksivitas dapat ditingkatkan melalui perbaikan kualitas. Kualitas dianggap sebagai persyaratan untuk memuaskan pelanggan dan membandingkan produk dengan produk pesaing atau dengan produk terbaik ( bench marking ). Kualitas diukur melalui perbaikan proses/produk dan kepuasan pengguna produk atau produk secara terus menerus. Kualitas ditentukan melalu desain produk dan dicapai melalui teknik pengendalian yang efektif. Cacat atau kerusakan dicegah sejak awal melalui pengendalian proses. Kualitas adalah bagian dari setiap fungsi dalam semua tahap dan siklus hidup produk. Manajemen bertanggung jawab untuk kualitas. Hubungan dengan pemasok berorientasi pada kualitas dan hubungan bersifat jangka panjang. Kualitas Berfokus pada Pelanggan Kaoru Ishikawa adalah konsultan pada Nippon Steel, dengan semboyannya yang terkenal saat ini. Proses berikutnya adalah pelanggan, konsep ini menimbulkan adanya istilah pelanggan internal. Konsep ini menyatakan bahwa pelanggan bukan saja orang yang ada di pasar yang membeli barang jadi, tetapi juga karyawan pada proses berikutnya yang menerima hasil pekerjaan sebelumnya. 11

6 Pelanggan adalah orang yang sangat penting yang harus dipuaskan, tidak ada seorangpun yang pernah menang beradu dengan pelanggan. Pelanggan adalah orang yang harus dipenuhi keinginan dan kebutuhannya. Terdapat empat metode yang dapat digunakan untuk melacak kepuasan pelanggan, yaitu : 1. Sistem keluhan dan saran. 2. Survei kepuasan pelanggan. 3. Belanja siluman. 4. Analisa kehilangan pelanggan. 2.3 Manajemen Kualitas Kualitas suatu produk dan jasa bukan hanya penting bagi pemakai, namun juga penting bagi pemasok. Pada perusahaan manufaktur rendahnya kualitas produk akhir akan menimbulkan penambahan biaya untuk kegiatan inspeksi, pengujian barang akhir, pengerjaan ulang (rework) dan penanganan claim serta garansi. Untuk mengulangi biaya kompensasi yang berasal dari rendahnya kualitas produk tersebut, diperlukan suatu usaha peningkatan kualitas. Usaha ini pula menimbulkan biaya yang dinamakan biaya kualitas, yaitu biaya yang timbul karena karena belum memadainya kualitas produk. Analisa biaya kualitas merupakan alat manajemen yang penting karena metode penaksiran efektivitas menyeluruh dan sebagai alat penentu permasalahan prioritas tindakan-tindakan biaya kualitas produk tersebut. Untuk menghasilkan produk yang berkualitas perusahaan harus mengeluarkan biaya tetapi dalam paradigma baru kualitas dapat dicapai tanpa mengeluarkan biaya (quality has no cost) artinya produk berkualitas dapat dibuat dengan cara menghilangkan seluruh pemborosan atau kualitas tidak berdampak terhadap 12

7 peningkatan biaya sehingga peningkatan kualitas dapat dilaksanakan seiring dengan peningkatan produktivitas karena dengan dihasilkannya produk yang baik akan menghilangkan pemborosan. Pemborosan biasanya terjadi jika terdapat produk yang cacat sehingga harus dilakukan perbaikan atau harus ada produk yang di reject (waste). Biaya kualitas meliputi : 1. Biaya untuk menghasilkan produk yang berkualitas (cost of achieving good quality) yaitu biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan produk yang berkualitas sesuai keinginan pelanggan. Meliputi biaya pencegahan (biaya perencanaan, perancangan pemrosesan, pelatihan dan informasi) dan biaya penilaian (biaya inspeksi dan testing, biaya untuk pekerja). 2. Biaya untuk produk yang cacat (cost of poor quality) meliputi biaya kegagalan internal karena perusahaan menghasilkan produk yang cacat : biaya produk yang cacat yang dibuang, biaya pekerjaan ulang (rework), biaya kegagalan proses, biaya down time, biaya karena menjual produk dibawah harga karena cacat (down grade). Biaya kegagalan ekternal yaitu biaya yang dikeluarkan setelah produk diterima oleh konsumen berupa biaya untuk keluhan pelanggan (customer complain/ complain), biaya pengembalian (return cost), biaya ketidak percayaan konsumen yang tidak mau membeli produk tersebut ( lost sale cost). Menurut Gaspersz (1998), biaya kualitas produk tersebut pada umumnya dapat diklasifikasikan kedalam 4 kategori yaitu : Biaya Pencegahan (Preventive Cost) Biaya-biaya yang berhubungan dengan upaya pencegahan kegagalan internal maupun eksternal, sehingga meminimumkan biaya kegagalan internal dan biaya 13

8 kegagalan eksternal. Contoh biaya biaya perencanaan kualitas, pengendalian proses, audit kualitas, pelatihan dan evaluasi kualitas pemasok. Biaya Penilaian (Appraisal Cost) Biaya-biaya yang berhubungan dengan penentuan derajat konfirmasi terhadap persyaratan kualitas (spesifikasi yang ditetapkan). Contoh inspeksi dan penguijian kedatangan material audit kualitas produk pemeliharaan akurasi peralatan pengujian, inspeksi dan pengujian produk dalam proses dan akhir. Biaya Kegagalan Internal (Internal Failure Cost) Biaya-biaya yang berhubungan dengan kesalahan dan nonkonfirmasi (Error and non-conformance) yang ditemukan sebelum menyerahkan produk itu ke pelanggan. Biaya ini tidak akan muncul apabila tidak ditemukan kesalahan atau nonkonformasi dalam produk sebelum pengiriman. Contoh biaya scrap, pekerjaan ulang, downgrading, avoidable proses looses. Biaya Kegagalan External (External Failure Cost) Biaya-biaya yang berhubungan dengan kesalahan dan nonkonfirmasi (Error and non-conformance) yang ditemukan setelah produk diserahkan itu ke pelanggan. Biaya ini tidak akan muncul apabila tidak ditemukan kesalahan atau nonkonformasi dalam produk setelah pengiriman. Contoh biaya jaminan, penyelesaian keluhan, produk dikembalikan. Keempat kategori biaya kualitas tersebut diatas dapat dibagi menjadi biaya pengendalian yang terdiri dari biaya pencegahan dan biaya penilaian. Dan biaya kegagalan yang terdiri dari biaya kegagalan internal dan eksternal. Biaya pengendalian akan meningkat seiring dengan peningkatan kualitas, sedangkan biaya kegagalan menurun seiring dengan peningkatan kualitas. 14

9 2.4 Jaminan Kualitas Dalam menghadapi era persaingan pasar global yang semakin pesat, perusahaan harus dapat mengidentifikasi suatu strategi agar dapat bersaing dan memenangkan persaingan tersebut. Salah satu kunci sukses agar dapat bersaing dipasar global adalah kemampuan perusahaan untuk menciptakan suatu produk dengan kualitas yang tinggi. Hal ini menjadi penting bagi PT Iron Wire Works Indonesia (IWWI) yang hampir sebagian produknya berorientasi ke industri automotive dan electronic, baik lokal maupun eksport. Selain harapan untuk terpenuhinya kualitas yang diharapkan, konsumen juga perlu akan adanya jaminan mengenai kualitas. Jaminan kualitas merupakan kegiatan yang terencana yang diimplementasikan dalam sistem kualitas untuk memberikan suatu keyakinan yang memadai bahwa sutu produk akan memenuhi persyaratan kualitas. Salah satu jaminan kualitas yang digunakan adalah ISO (International Organization for Standardization) atau standar internasional untuk sistem atau jaminan kualitas. ISO 9001 : 2008 disusun berlandaskan pada delapan prinsip manajemen kualitas. Prinsip-prinsip ini dapat digunakan oleh manajemen senior sebagai kerangka kerja yang membimbing organisasi menuju peningkatan kinerja. Prinsip ini diturunkan dari pengalaman kolektif dan pengetahuan dari ahli-ahli internasional berpartisipasi dalam Komite Teknik ISO/TC 176 yang bertanggung jawab untuk mengembangkan dan mempertahankan standar-standar ISO

10 Delapan prinsip manajemen kualitas yang menjadi landasan penyusunan ISO 9001 : 2008 itu adalah : 1. Fokus pada pelanggan. 2. Kepemimpinan. 3. Keterlibatan Orang. 4. Pendekatan Proses. 5. Pendekatan Sistem terhadap Manajemen. 6. Peningkatan Terus Menerus. 7. Pendekatan Faktual dalam pembuatan Keputusan. 8. Hubungan Pemasok yang saling menguntungkan. 2.5 Variasi Peningkatan Proses Variasi adalah perubahan atau fluktuasi dari sebuah karakteristik khusus yang menentukan seberapa stabilnya sebuah proses, atau seberapa besar yang terjadi pada sebuah proses dipengaruhi oleh mesin / perlengkapan, prosedur / metode, pengukuran, material dan lingkungan. Semua perbaikan proses harus mengurangi atau mengeliminasi variasi. Gambar berikut merupakan konsep perbaikan proses. 16

11 Definisi Masalah Mendefinisikan dan Dokumentasi Mengukur Performansi Memahami mengapa masalah terjadi Mengembangkan dan mengusulkan ide-ide Implementasi solusi dan Evaluasi Gambar 2.1 Konsep Perbaikan Proses Variasi atau ketidakseragam dalam proses akan menimbulkan perbedaan dalam kualitas produk yang dihasilkan. Pada dasarnya dikenal dua sumber atau penyebab umum dan khusus, yang diklarifikasikan sebagai berikut : 1. Variasi Penyebab Umum ( Common Causes Variation ) Adalah kejadian di dalam sistem manajemen kualitas yang mempengaruhi variasi dalam sistem yang disebabkan oleh penyebab acak atau umum, dan hanya dapat diselesaikan oleh manajemen, karena penyebab umum ini selalu melekat pada sistem manajemen kualitas, untuk menghilangkannya kita harus menelusuri elemen elemen dalam sistem itu dan hanya pihak manjemen yang dapat memperbaikinya, 17

12 karena pihak manajemen yang dapat memperbaikinya dan yang mengendalikan proses.. 2. Variasi Penyebab Khusus (Special Causses Variation ) Merupakan kejadian di luar sistem manajeman kualitas, penyabab khusus ini bersumber pada faktor manusia, mesin, peralatan, material, lingkungan dan metode kerja. Penyebab ini tidak selalu aktif dalam proses sehingga mudah diidentifikasikan, biasanya ditandai dengan titik pengamatan yang melewati atau keluar dari batas pengendalian yang didefinisikan. Siklus Plan Do Check Action ( PDCA ) Siklus PDCA pertama kali dikenalkan oleh Walter Shewart, sehingga dikenal dengan Shewart Cycle dan istilah ini pertama sekali digunakan oleh W. Edward Deming yang digunakan dalam peningkatan proses yang berkesinambungan (Continues improvement). Konsep ini dikembangkan menjadi 8 langkah penyelesaian masalah (Eight solve problem) Gambar 2.2 Siklus PDCA 18

13 Delapan langkah penyelesaian masalah tersebut meliputi : 1. Menentukan masalah merupakan tahap paling awal dengan mencoba mengamati secara seksama masalah yang terjadi, kemudian mengumpulkan data. Dalam pengumpulan data ini diperhitungkan jumlah frekuensi dan dampak yang ditimbulkannya. Kemudian masalah dicari prioritas masalah dan dirumuskan penyebab masalah tersebut. 2. Mencari penyebab masalah, melalui brainstorming, ide dan saran dicari faktor penyebab masalah, dengan demikian ditemukan penyebab terjadinya masalah tersebut dari masing masing faktor yang ada. 3. Menentukan penyebab yang paling berpengaruh, penyebab timbulnya masalah biasanya sangat bervariasi, dari sekian banyak penyebabnya dicari penyebab yang paling berpengaruh (dominant) dan dicari sejauh mana hubungan penyebab tersebut dan pengaruhnya terhadap masalah yang terjadi. 4. Temukan prioritas penyebab yang harus ditanggulangi, yaitu menyusun atau merencanakan (Plan) perbaikan dan menetapkan target yang akan dicapai. Langkah perbaikan dan menetapkan target yang akan dicapai. Langkah perbaikan ini dapat dilakukan dengan menggunakan sistem 5W + 1 H, yaitu : What = Apa yang menjadi penyebab utama. Why = Mengapa penyebab masalah utama muncul. Who = Siapa yang akan mengatasi masalah itu. When = Kapan penyebab masalah tersebut akan ditanggulangi. Where = Dimana tempat penanggulangan. How = Bagaimana cara mengatasi masalah tersebut. 19

14 5. Implementasi rencana perbaikan, langkah perbaikan harus dilaksanakan sepenuhnya yaitu dengan dilakukannya pengendalian dengan mengupayakan agar seluruh rencana terlaksana dengan baik. 6. Evaluasi hasil. Merupakan tahap pengamatan sejauh mana keberhasilan perbaikan dengan menggunakan dengan data sebelum dan sesudah perbaikan, apakah target yang ditentukan sudah tercapai atau tidak, dan apakah diperlukan alternative perbaikan lain jika terjadi ketidaksesuain 7. Menentukan standarisasi, penentuan standar ini penting dilaksanakan sehingga semua pekerja yang terlibat dapat melaksanakan pekerjaan sesuai dengan standar yang ditentukan sehingga produk yang dihasilkan konsisten. 8. Menentukan rencana berikutnya, langkah ini termasuk dalam kategori tindakan, merupakan tindak lanjut apa yang dilakukan setelah diadakan perbaikan. Dengan pemakaian kedelapan langkah ini diharapkan penyelesaian masalah dapat dilakukan secara sistematis, dan perbaikan dan peningkatan yang dicapai dapat dipertahankan. Masing-masing langkah perbaikan ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan alat yaitu 7 alat bantu (Seven tools) yaitu : 1. Check sheet atau lembar periksa merupakan alat pengumpulan dan analisa data, sehingga diperoleh data yang mudah dan ringkas. 2. Diagram Pareto (Pareto diagram) mengklasifikasikan masalah menurut prioritas atau tingkat kepentingan. Diagram ini digunakan untuk menunjukkan masalah utama, membandingkan masing masing persoalan, menentukan frekuensi dan 20

15 urutan pentingnya masalah, dan memfokuskan pada bagian kritis melalui pembuatan prioritas tersebut. 3. Diagram sebab akibat (Cause of Effect Diagram) Diagram ini juga disebut dengan diagram tulang ikan (FishBone). Diagram ini bermanfaat untuk mengetahui kondisi yang sesungguhnya dan berpengaruh pada permasalahan, diagram ini menggunakan 4M + 1E (Material, Methode, Man, Machine, Environment). 4. Stratifikasi (Analisis matriks) yaitu pengelompokan dari berbagai macam masalah menjadi kelompok yang lebih kecil sehingga lebih mudah dimengerti misalnya : Penyebab terjadinya defect pada produk antara lain : kerusakan mesin, kualitas bahan baku, pekerja (human error), metode kerja. Kemudian ditotal jumlah kejadian dari semua faktor. Stratifikasi dapat dilakukan menurut jenis kerusakan (kesalahan), penyebab dan tempat, waktu, alat dan operator yang mengerjakan. 5. Diagram pencar / diagram tebar (Scatter Diagram) merupakan diagram yang menggambarkan korelasi / hubungan antara 2 faktor / data yang ada, untuk dapat mengetahui apakah kedua faktor tersebut mempunyai hubungan atau tidak. 6. Histogram adalah diagram yang menunjukkan harga rata rata dan derajat penyebaran (distribusi) data yang ada. 7. Peta Kontrol (Control Chart). Digunakan untuk menghilangkan variasi yang terjadi dan mengukur tingkat keakurasian proses dengan menggambarkan batas kendali atas dan batas kendali bawah. 21

16 2.6 Mehode Analisis (Teknik Peningkatan Kualitas) Lembar Pengecekan (Check Sheet) Lembaran pengecekan dibuat untuk menjamin data yang dikumpulkan secara teliti dan akurat untuk diadakan pengendalian proses dan penyelesaian masalah. Salah satu bentuk lembaran pengecekan adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Lembar Pengecekan NO Jenis Kerusakan/Cacat Jumlah Total 1 Sambungan Lepas IIIII IIIII IIIII IIIII II 22 2 Lecet IIIII IIIII III 13 3 Bocor IIIII III 8 4 Sambungan melejit IIIII IIIII IIIII II 17 5 Sambungan keriting IIIII IIIII IIIII IIIII I Diagram Pareto Diagram pareto merupakan diagram batang yang di susun dengan cara mengurutkan dari kiri ke kanan menurut ukuran rangking tertinggi dan terendah yang digunakan untuk melihat masalah, tipe cacat, penyebab yang paling dominan sehingga kita dapat memprioritaskan penyelesaian masalah. Analisis pareto adalah proses dalam merangking kesempatan, untuk menentukan prioritas kesempatan yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Ini dikenal juga dengan memisahkan hal sedikit yang penting dari hal banyak yang sepele. Proses penyusunan diagram pareto meliputi enam langkah yaitu : 22

17 1. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data berdasarkan masalah, penyebab, jenis ketidaksesuaian dan sebagainya. 2. Menentukan satuan yang digunakan untuk urutan karakteristik misalnya : frekuensi, unit dan sebagainya. 3. Mengumpulkan data. 4. Merangkum data dan membuat ranking dari kategori data. 5. Menghitung frekuensi kumulatif atau persentasi kumulatif. 6. Membuat diagram batang, menunjukkan tingat kepentingan dari masing-masing masalah Histogram Histogram menunjukkan variasi proses tetapi tidak menunjukkan atau mengurutkan rangking dari variasi terbesar. Histogram merupakan salah satu alat yang dapat membantu untuk menemukan variasi. Selain itu histogram juga merupakan gambaran dari proses yang menunjukkan distribusi dari hasil pengukuran serta frekuensi dari hasil pengukuran tersebut. Dengan demikian maka histogram dapat dipergunakan sebagai suatu alat untuk mengkomunikasikan informasi tentang variasi dalam proses dan membantu manajemen dalam membuat keputusan-keputusan yang terfokus pada usaha perbaikan terus menerus (Continous Improvement Effort) Diagram Pencar (Scatter Diagram) Langkah yang diambil adalah dengan menentukan hubungan antara 2 faktor, dengan demikian dapat dilihat faktor tersebut saling berhubungan atau tidak. Diagram 23

18 pencar sangatlah perlu untuk mempelajari hubungan dua variable yang berkaitan. Sebagai contoh seberapa besar dimensi komponen mesin akan bervariasi dengan perubahan kecepatan mesin bubut, atau anggaplah kita ingin mengendalikan konsentrasi suatu bahan kimia, lalu dipilih pengukuran konsentrasi massa jenis. Untuk bisa mengetahui hubungan antar variabel tersebut kita bisa gunakan apa yang disebut diagram pencar (Scater Diagram). Gambar 2.3 Diagram Pencar (Scatter Diagram) Keterangan : a. Korelasi Positif. b. Tidak ada korelasi c. Korelasi Negatif Analisa Matrik (Stratifikasi) Suatu alat yang sederhana tetapi efektif untuk membandingkan beberapa kelompok kategori seperti operator, mesin, pemasok, dan lain lain. Tabel analisis matriks dapat dilihat pada tabel berikut : 24

19 Jenis Kesalahan Tabel 2.2 Analisis Matrik Faktor Kerusakan (a) (b) (c) (d) TOTAL TOTAL Dari data di atas tampak bahwa ketidaksesuaian terkecil terjadi pada faktor (a) dan yang terbesar pada faktor (d) Diagram Sebab Akibat (Cause of Effect Diagram / Fishbone) Diagram sebab akibat merupakan suatu diagram yang menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat. Diagram ini digunakan untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab dan karakteristik kualitas yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab itu. Diagram ini sering disebut sebagai diagram tulang ikan (fishbone diagram) karena bentuknya seperti kerangka ikan atau diagram ishikawa (ishikawa s diagram) karena pertama kali diperkenalkan oleh Kaoru Ishikawa dari Universitas Tokyo pada tahun Pada dasarnya diagram sebab akibat dapat dipergunakan untuk kebutuhan sebagai berikut: 25

20 Membantu mengidentifikasi akar penyebab masalah. Membantu membangkitkan ide-ide dari suatu masalah. Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut. Dapat mengurangi dan menghilangkan kondisi yang menyebabkan ketidaksesuaian produk dan keluhan pelanggan. Dapat membuat suatu standarisasi operasi yang ada maupun yang direncanakan. Dapat memberikan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan dalam kegiatan pembuatan keputusan dan melakukan tindakan perbaikan. Langkah-langkah dalam pembuatan diagram fishbone adalah sebagai berikut: o Mulai dari pernyataan masalah utama yang penting dan mendesak untuk diselesaikan. o Tentukan masalah yang akan diperbaiki dan usahakan adanya ukuran masalah tersebut sehingga perbandingan sebelum dan sesudah perbaikan dapat di lakukan. Tuliskan pernyataan masalah itu pada ujung kotak paling kanan dan (kepala ikan), yang merupakan efek yang akan di amati. Gambar 2.4 Peletakan Masalah Utama pada Fishbone Diagram Cari faktor utama yang berpengaruh pada masalah tersebut. Tuliskan dalam kotak yang telah dibuat di atas dan di bawah panah yang ada, kemudian tarik dengan kotak dari panah yang ada seperti terlihat pada gambar. Faktor faktor penyebab atau kategori kategori utama utama dapat dikembangkan melalui stratifikasi ke dalam pengelompokan dari faktor faktor : manusia, mesin, peralatan, material, metode kerja, lingkungan kerja, pengukuran dan lain- lain, atau stratifikasi melalui langkah 26

21 langkah aktual dalam proses. Faktor faktor penyebab atau kategori kategori dapat dikembangkan melalui brainstorming. Environment Man Machine Akibat Methode Material Money Gambar 2.5 Peletakan Cabang Penyebab Masalah pada Fishbone Diagram 1. Cari lebih lanjut faktor-faktor yang lebih terperinci atau spesifik ( penyebab penyebab sekunder ) yang mempengaruhi faktor utama.penyebab penyebab sekunder ini dinyatakan sebagai tulang tulang berukuran sedang. 2. Tuliskan penyebab penyebab tersier yang mempengaruhi penyebab- penyebab sekunder, serta penyebab penyebab tersier itu dinyatakan sebagai tulang tulang berukuran kecil. 3. Tulis faktor-faktor tersebut di sebelah kiri dan kanan panah penghubung tadi dan buatlah panah di bawah faktor tersebut menuju garis penghubung. 4. Catatlah informasi yang perlu di dalam diagram sebab akibat itu seperti : judul, nama produk, proses, kelompok, daftar partsipan, tanggal dll. 27

22 Gambar 2.6 Konsep Peletakan Masalah Rinci pada Fishbone Diagram Untuk mengetahui faktor faktor penyebab dari suatu masalah yang sedang dikaji kita dapat mengembangkan pertanyaan pertanyaan berikut : Apa penyebab itu? Mengapa kondisi atau penyebab itu terjadi? Bertanya Mengapa beberapa kali sampai ditemukan penyebab yang cukup spesifik untuk mengambil tindakan peningkatan dna dicatat dalam diagram Peta Kontrol (Control Chart) Peta kontrol (Control Charts) pertama kali dikemukakan oleh Dr. Walter Andrew Shewart dari Bell Thelephone Laboratories-USA, tahun Peta kontrol menyerupai run chart, hanya dalam peta kontrol ada tambahan batas kendali menyerupai run chart, hanya dalam peta kendali ada tambahan batas kendali atas (upper control limit), batas kendali ada tambahan batas kendali atas (upper control 28

23 limit), batas kendali bawah (lower control limit) dan garis tengah (center line) yang ditentukan secara statistik. Peta kontrol (Control Chart) digunakan untuk menentukan apakah suatu proses berada dalam keadaan terkendali secara statistik atau tidak, memantau proses terus menerus sepanjang waktu agar proses tetap stabil. Menentukan kemampuan proses (process capability) setelah proses berada dalam pengendalian. Suatu proses dikatakan terkendali secara statistik apabila semua titik berada dalam batas yang telah ditentukan apabila data-data terletak pada batas yang telah ditetapkan maka proses dikatakan tidak stabil. Jenis-Jenis Peta Kontrol (Control Chart) Peta Kendali X R Peta kendali data variabel (variable control chart), peta kendali ini menggunakan data-data hasil pengukuran berupa dimensi, volume, berat, panjang, lebar, tinggi, diameter, dan lain-lain. Manfaat pengendalian kualitas proses untuk data variabel adalah memberikan informasi mengenai : 1. Perbaikan kualitas. 2. Menentukan kemampuan proses setelah perbaikan kualitas tercapai. 3. Membuat keputusan yang berkaitan dengan proses produksi. Jika proses berada dalam kondisi dalam range yang ditentukan maka pengendalian dapat digunakan untuk mempertahankan pengendalian. 4. Membuat keputusan terbaru yang berkaitan dengan produk yang dihasilkan. 29

24 Peta-peta kontrol yang umum digunakan untuk data variabel adalah peta X-bar dan R. Peta kontrol X-bar (rata rata) dan R (Range), digunakan untuk memantau proses yang memiliki karakterisitik yang berdimensi kontinu. Peta kontrol X-bar menjelaskan apakah perubahan telah terjadi dalam ukuran titik pusat atau rata-rata dari suatu proses. Sedangkan peta R digunakan untuk menjelaskan apakah-apakah perubahan telah terjadi dalam ukuran variasi yang berkaitan dengan perubahan homogenitas produk yang dihasilkan melalui suatu proses. Peta kendali menggunakan data-data atribut seperti: jumlah produk yang cacat, persentasi produk yang cacat dan lain-lain. Langkah langkah pembuatan peta control variabel : 1. Pengumpulan data, didasarkan pada banyaknya sub kelompok dan ukuran masing masing sub group kelompok yang nantinya akan dipetakan. 2. Hitung rata rata ( x ) = ( = Data ini juga berfungsi sebagai garis pusat ( center line /CL ). 3. Hitung harga range ( R ) = ( data terbesar data terkecil ). 4. Hitung rata rata total x = (. ) = 5. Hitung rata rata dari range R = (. ) = 6. Tentukan batas atas (Upper control limit) batas kontrol bawah (Lower control limit) dengan cara : a. Peta X bar menurut konsep 3 adalah : CL = x UCL = x A2R UCL = x + A2R 30

25 b. Peta R CL = R UCL = D4R LCL = D3R Kapabilitas proses ( Process Capability ) Cp = USL LSL = R /d2 (6 : ) Cpk =min ( CPL,CPU) dimana CPL = (x LSL)/3(R /d2) Cp = (USL LSL)/6(R /d2) CPU = (USL x LSL)/3(R /d2) Kriteria penilaian : Jika Cp >1.3 maka penilaian kapabilitas proses sangat stabil. Jika 1.00 Cp 1.33 maka kapabilitas proses baik. Jika Cp < 1, maka kapabilitas rendah sehingga perlu ditingatkan kinerja untuk peningkatan proses. Catatan : Indeks kapabilitas proses baru layak untuk dihitung apabila proses dalam pengendalian. 7. Gunakan peta kontrol terkendali dari X-bar dan R itu untuk memantau proses yang sedang berlangsung dari waktu ke waktu, untuk seterusnya segera diambil tindakan perbaikan apabila tampak ada perubahan perubahan yang tidak diinginkan pada proses itu. Perlu ditekankan bahwa peta kontrol yang tidak terkendali, tidak boleh dipergunakan sebagai peta kontrol untuk memantau proses 31

26 yang sedang berlangsung dari waktu ke waktu. Dengan demikian pemantauan terhadap proses baru dapat dilaksanakan apabila proses itu telah dianggap stabil. Peta Kontrol Atribut ( p Chart ) Adakalanya karakteristik kualitas tidak dapat diukur dalam skala metric / numerik. Dalam hal ini ukuran kualitas dapat dinyatakan sebagai produk yang conforming vs produk yang nonconforming. Dapat juga dalam satu produk dinyatakan jumlah defect atau nonconformities sebagai ukuran kualitas. Untuk mengendalikan proses dengan ukuran kualitas atribut (conforming vs nonconforming atau jumlah nonconformities) digunakan peta kontrol untuk atribut, antara lain: peta p, peta np, peta c, dan peta u. Peta kontrol proses p adalah peta kendali yang menunjukkan proporsi cacat per lot sampel data suatu proses produksi. Dimana untuk peta p jumlah sampel dalam suatu lot pemeriksaan tidak sama. Tujuan dari pengendalian kualitas proses untuk data atribut adalah : o Menyediakan indikasi yang fair untuk kondisi umum. o Alat yang baik untuk mengkomunikasikan dengan top manajemen. o Menyediakan informasi untuk perbaikan kualitas. o Sebagai tujuan kedua. Istilah - istilah yang digunakan dalam peta kontrol atribut ( p Chart ) antara lain : o Defect (cacat) : Kegagalan yang menyebabkan produk tidak sesuai spesifikasi. o Defective : Produk dengan satu atau lebih defect. o Number of Defectives (d ): Dalam sampel dengan n produk, d adalah jumlah defective dalam sampel. 32

27 o Number of Defects (c): Dalam sampel dengan n produk, c jumlah defect dalam sampel. o Fraction Defective : Perbandingan jumlah produk yang efective dalam sampel (d) dengan jumlah total produk dalam sampel (n) p = d n Langkah langkah pembuatan peta kontrol variabel : 1. Pengumpulan data, didasarkan pada banyaknya nonconformance dan jumlah sampel 2. Hitung proporsi cacat ( p ) p = banyaknya yang cacat dalam sampel ukuran n n p = pi ni Data ini juga berfungsi sebagai garis pusat ( center line /CL ). 3. Tentukan batas atas (Upper control limit) batas kontrol bawah (Lower control limit) dengan cara : Peta p ( p- Chart ) dengan konsep 3 p (1 p ) UCL = p + 3 n p (1 p ) LCL = p + 3 n Dimana : UCL LCL = Upper Control Limit ( Batas Kontrol Atas) = Lower Control Limit ( Batas Kontrol Bawah) 33

28 CL = p = Central Line ( Garis Tengah) pi ni = Jumlah unit nonconformance = Jumlah ukuran sampel Evaluasi Bagan Peta Kontrol Schewart Pada bagan peta kontrol ini evaluasi didasarkan pada: a. Data yang terletak pada batas control baik batas atas maupun batas bawah apa yang kita sebut dengan peta kendali dalam keadaan terkendali. b. Penyebaran data yang tidak merata atau kita sebut tidak terkendali karena adanya kecenderungan atau memang diluar batas control. Untuk evaluasi bagan kontr Schewart caranya sebagai berikut: Perhatikan apa ada data yang menyimpang dari batas kendali. Bilamana ada 5 titik berurutan pada sisi yang sama dari garis pusat. Bilamana ada 1 titik berada diluar batas kendali atas atau batas kendali bawah. Ada 2 titik mendekati batas bawah atau batas atas. Bilamana ada kecenderungan ke bawah atau keatas. 2.7 Failure Mode & Effect Analysis (FMEA) Definisi FMEA Failure modes and effects analysis (FMEA) merupakan salah satu teknik yang sistematis untuk menganalisa kegagalan. Teknik ini dikembangkan pertama kali sekitar tahun 1950-an oleh para insinyur kehandalan yang sedang mempelajari masalah yang ditimbulkan oleh peralatan militer yang mengalami malfungsi. 34

29 Teknik analisa ini lebih menekankan pada pendekatan orientasi perangkat keras. Dikatakan demikian karena analisa yang dilakukan dimulai dari peralatan dan meneruskannya ke sistem yang merupakan tingkat yang lebih tinggi. Proses ini mencoba menjawab pertanyaan Apa dampak yang akan terjadi jika terjadi kegagalan pada.? FMEA sering menjadi langkah awal dalam mempelajari keandalan sistem. Kegiatan FMEA melibatkan banyak hal seperti melihat ulang berbagai komponen, rakitan, dan subsistem untuk mengidentifikasi mode mode kegagalannya, penyebab kegagalannya, serta dampak kegagalan yang ditimbulkan. Untuk masing masing komponen, berbagai mode kegagalan berikut dampaknya pada sistem ditulis pada sebuah kertas kerja FMEA. Ada berbagai bentuk dari kertas kerja untuk FMEA, salah satu diantaranya seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.3 kertas kerja FMEA. Tabel Kertas kerja FMEA Tabel 2.3 Kertas kerja FMEA Ref: SEMATECH Technology Transfer 2706 Montopolis Drive Austin Project: Date: Prepared by: FMEA No: Ref Doc: Product: System: System / Component / Function Potential Failure Modes Potenti al Effects of Failure S e v Potential Causes of Failure O c c Curren t Design Contro ls D et Risk Prio rity No Recomm ended Actions Responsib ility & Completio n Date 35

30 Secara umum tujuan dari penyusunan FMEA (IEEE STD. 352) adalah sebagai berikut. 1. Membatu dalam pemilihan desain alternatif yang memiliki keandalan dan keselamatan potensial yang tinggi selama fase desain. 2. Untuk menjamin bahwa semua bentuk mode kegagalan yang dapat diperkirakan berikut dampak yang ditimbulkannya terhadap kesuksesan operasional sistem telah dipertimbangkan. 3. Membuat daftar kegagalan potensial, serta meng identifikasi seberapa besar dampak yang ditimbulkannya. 4. Men-develop kriteria awal untuk rencana dan desain pengujian serta untuk membuat daftar pemeriksaaan sistem. 5. Sebagai basis analisa kualitatif keandalan dan ketersediaan. 6. Sebagai dokumentasi untuk referensi pada masa yang akan datang untuk membantu menganalisa kegagalan yang terjadi di lapangan serta membantu bila sewaktu waktu terjadi perubahan desain. 7. Sebagai data input untuk studi banding. 8. Sebagai basis untuk menentukan prioritas perawatan korektif. FMEA merupakan salah satu bentuk analisa kualitatif, dan FMEA harus dilakukan oleh seorang desainer pada tahap desain sistem. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi desain di area mana yang masih memerlukan perbaikan agar persyaratan keandalan dapat dipenuhi. 36

31 2.7.2 Potential Failure Mode (Potensi Modus Kegagalan) Potential Failure Mode adalah suatu modus kegagalan yang ditemukan pada suatu kegagalan dan penyebab dari kegagalan tersebut. Jenis kegagalan yang sering terjadi antara lain: Cracked (retak) Deformed (cacat) Leaking (kebocoran) Sticking (merekat) Oxidized (terokdidasi) Lossened (pelanggaran) Short circuit (hubungan singkat elektrik) Fracrured (patah) Potential Effect of Failure (Potensi Pengaruh Kegagalan) Akibat dari potensi kegagalan merupakan hasil dari sebab adanya potensi kegagalan atau diartikan sebagai kelanjutan dari kerusakan yang ada dan akan berakibat menjadi kerusakan yang lebih parah jika tidak adanya tindakan yang sesegera mungkin untuk menanggulanginya. Jenis jenis kerusakan akibat dari sebab kegagalan yang sering terjadi antara lain: Noise (bising) Erratic operation (operasi yang tak menentu) Unstable (tidak stabil) Rough (kasar) 37

32 2.7.4 Severity (Fatal) Severity adalah sebuah penilaian pada tingkat keseriusan suatu efek atau akibat dari potensi kegagalan pada suatu komponen yang berpengaruh pada suatu hasil kerja mesin yang dianalisa/diperiksa. Severity dapat dinilai pada skala 1 sampai 10. tabel ranking severity dapat dilihat dibawah ini. Tabel 2.4 Severity Ranking (Peringkat Fatal) Ref: ( Potential Failure and Effect Analisys Guidelines Base on AIAG FMEA Third Edition) Efek Kriteria Peringkat Bahaya tanpa Kegagalan sangat tinggi, dapat menggagalkan sistem tanda-tanda dan membahayakan operator mesin, tetapi tidak ada tanda-tanda kerusakan sebelumnya 10 Bahaya dengan Kegagalan sangat tinggi, dapat menggagalkan tanda-tanda Sangat tinggi Tinggi Sedang system, dan membahayakan operator mesin, dengan adanya tanda-tanda kerusakan sebelumnya Mesin tidak dapat beroperasi dengan optimal karena ada gangguan mayor, tingkat performa menurun sehingga hasil kerja yang dihasilkan tidak memuaskan. Hilangnya fungsi utama mesin. Mesin tidak dapat beroperasi dengan optimal karena adanya gangguan minor, tingkat performa menurun. Mesin dapat dioperasikan, namun ada gangguan minor, dan beberapa alat tidak dapat dioperasikan

33 Rendah Mesin dapat beroperasi pada penurunan tingkat performa sehingga hasil kerja mesin tidak 5 memuaskan. Sangat rendah Mesin dapat beroperasi dengan baik, namun masih ada tanda-tanda kerusakan-kerusakan minor dari 4 mesin. Adanya kesalahan dalam penyetelanpenyetelan kecil Kecil Mesin dapat beroperasi dengan baik, namun masih ada tanda-tanda beberapa kerusakan-kerusakan minor dari mesin. Adanya kesalahan dalam 3 Sangat kecil penyetelan-penyetelan kecil. Mesin dapat beroperasi dengan baik, dengan gangguan yang sangat minimal 2 None No effect 1 Potential Cause / Mechanism of Failure (Potensi Penyebab / Mekanisme Kegagalan) Potensi kegagalan jenis ini dapat diketahui dari penyebab kegagalan yang kemudian dianalisa dan diteliti sehingga didapatkan secara mekanis kesalahan atau kegagalan dari suatu meisn itu dapat terjadi. Jenis jenis penyebab kegagalan yang sering terjadi antara lain: Over stressing Kesalahan dalam penggolongan material Tidak mencukupi instruksi perawatan 39

34 Kemampuan untuk sistem pelumasan tidak cukup Jenis jenis kesalahan atau kegagalan mekanis yang sering terjadi antara lain: o o o o o Fatigue (Robek) Wear (Aus) Corrotion (Korosi) Creep Yield Occurrence (Kejadian) Occurrence adalah sebuah penilaian dengan tingkatan tertentu dimana adanya sebuah sebab kerusakan secara mekanis yang terjadi pada mesin tersebut. Dari angka/tingkatan occurrence ini dapat diketahui kemungkinan terdapatnya kerusakan dan tingkat keseringan terjadinya kerusakan mesin. Tabel ranking occurrence Ref: ( Potential Failure and Effect Analisys Guidelines Base on AIAG FMEA Third Edition) dijabarkan dibawah ini. Tabel 2.5 Peringkat Kejadian (Occurrence Ranking) Ref: ( Potential Failure and Effect Analisys Guidelines Base on AIAG FMEA Third Edition) Peluang kegagalan Kemungkinan gagal Prosentase Ppk Peringkat Sangat Tinggi > 100 per 1000 jam 10% < 0, per 1000 jam 5% > 0,55 9 Tinggi 20 per 1000 jam 2% > 0,

35 10 per 1000 jam 1% > 0, per 1000 jam 0.50% > 0,94 6 Sedang 2 per 1000 jam 0.20% > 1, per 1000 jam 0.10% > 1,10 4 Rendah 0.5 per 1000 jam 0.05% > 1, per 1000 jam 0.01% > 1,30 2 Terkontrol 0.01 per 1000 jam 0.00% > 1, Current Control (Bentuk Pengendalian Saat Ini) Adalah bagaimana cara penanggulangan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada dengan cara mendesain atau merencanakan suatu perubahan atau tindakan perbaikan menuju hasil kerja yang lebih baik, sehingga kegagalan pada mesin tidak lagi timbul atau setidak-tidaknya mengurangi angka kejadian terjadinya kerusakan. Ada tiga jenis dari bentuk pengendalian yang dapat dipertimbangkan: a. Mencegah mekanisme penyebab atau sebab akibat kegagalan dari suatu kejadian kerusakan serta menurunkan angka kejadian kegagalan. b. Menemukan penyebab mekanis yang menimbulkan kerusakan dan ditindak lanjuti ketindakan perbaikan c. Menemukan sebab kegagalan Detection (Temuan) Detection adalah sebuah penilaian yang juga memiliki tingkatan seperti halnya severity dan occurrence. Penilaian tingkat detection sangat penting dalam menemukan potensi penyebab mekanis yang menimbulkan kerusakan serta tindakan perbaikannya. 41

36 Tabel 2.6 Rankings Of Likelihood Of Detection By Process Control For Design) Ref: FMEA Manual (Chrysler. Arungan, General Motor Supplier Quality Requirements Task Force) Peringkat Kecendrungan Kontrol Desain untuk Desain FMEA Deteksi Kriteria : Kecendrungan Kontrol Desain Peringkat Ketidakpastian mutlak Sangat jauh Control desain tidak dapat mendeteksi potensi sebab kerusakan mekanis dan kerusakan berikutnya atau tidak adanya control desain. Sangat jauh kemungkinannya kontrol desain akan menemukan potensi sebab kerusakan mekanis atau sebab kegagalan berikutnya Jauh Jauh/tipis kemungkinannya control desain akan 8 Sangat rendah menemukan potensi sebab kerusakan mekanis atau sebab kegagalan berikutnya. Sangat rendah kemungkinannya control desain akan menemukan potensi sebab kerusakan mekanis atau sebab kegagalan berikutnya. 7 Rendah Rendah kemungkinannya control desain akan 6 menemukan potensi sebab kerusakan mekanis atau sebab kegagalan berikutnya. Sedang Sedang kemungkinannya control desain akan 5 42

37 Sangat sedang menemukan potensi sebab kerusakan mekanis atau sebab kegagalan berikutnya. Sangat sedang kemungkinannya control desain akan menemukan potensi sebab kerusakan mekanis atau sebab kegagalan berikutnya. 4 Tinggi Tinggi kemungkinannya control desain akan 3 Sangat tinggi Hampir pasti menemukan potensi sebab kerusakan mekanis atau sebab kegagalan berikutnya. Sangat tinggi kemungkinannya control desain akan menemukan potensi sebab kerusakan mekanis atau sebab kegagalan berikutnya. Control desain hampir pasti dapat menemukan potensi sebab kerusakan mekanis atau sebab kegagalan berikutnya Risk Priority Number (RPN) RPN (Risk Priority Number) adalah merupakan hasil dari angka : Severity (S), Occurrence (O), dan Detection (D) RPN = S x O x D RPN adalah produk dari S x O x D dimana akan terdapat angka RPN yang berlainan pada tiap alat yang telah melalui proses analisa sebab akibat kesalahan, pada alat yang memiliki angka RPN tertinggi, tim perawatan harus memberikan prioritas pada mesin tersebut untuk melakukan tindakan atau upaya untuk mengurangi angka resiko melalui tindakan perawatan korektif. 43

38 Analisa Data Kelompokkan Fungsi Alat Identifikasi Potential Failure Mode Identifikasi Potential Effect of Failure Mode Tentukan Nilai Severity Identifikasi Potential Cause of Failure Mode Tentukan Nilai Occurance Evaluasi Pengendalian saat ini (Current Control) Tentukan Nilai Detection Sajikan dalam bentuk tabel FMEA Tentukan Nilai RPN Identifikasi aksi untuk melakukan perbaikan Gambar 2.7 Flow chart analisa data 44

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

BAB III. FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS

BAB III. FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS FMEA Pada Sepeda Motor Honda Absolute Revo Produksi Tahun 2009 39 BAB III FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS 3.1 Pengertian FMEA Adalah sebuah proses analisa untuk mengetahui penyebab terjadinya kegagalan

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Kualitas merupakan ukuran yang tidak dapat didefinisikan secara umum, karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi perspektif yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN KUALITAS Kualitas merupakan faktor dasar yang mempengaruhi pilihan konsumen untuk berbagai jenis produk dan jasa yang berkembang pesat dewasa ini. Kualitas secara langsung

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. PIMS Indonesia, Jl. Ciputat Raya No. 5, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, 12240, Indonesia.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI Kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers) (Gasperz, 2006). Pengendalian kualitas secara statistik dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas Pengertian Kualitas Dimensi Kualitas

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas Pengertian Kualitas Dimensi Kualitas BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas 2.1.1. Pengertian Kualitas Dalam buku yang berjudul Manajemen Operasi, Heizer & Render (2009:301) mendefinisikan pengertian kualitas sebagaimana dijelaskan oleh American

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Pengertian Dasar Kualitas Produk dan jasa berkualitas adalah produk dan jasa yang sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen ( kepuasan pelanggan). Untuk mengetahui apa yang di

Lebih terperinci

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang 27 2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan Walaupun telah diadakan pengawasan kualitas dalam tingkat-tingkat proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah proses produksi di PT. XY, sedangkan objek penelitian ini adalah perbaikan dan meminimalisir masalah pada proses produksi

Lebih terperinci

Statistical Process Control

Statistical Process Control Statistical Process Control Sachbudi Abbas Ras abbasras@yahoo.com Lembar 1 Flow Chart (dengan Stratifikasi): Grafik dari tahapan proses yang membedakan data berdasarkan sumbernya. Lembar Pengumpulan Data:

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Pengendalian Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewart dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan diagram atau grafik statistik untuk mengendalikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PROSES PRODUKSI 2.1.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Untuk mengelola suatu perusahaan atau organisasi selalu dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi tersebut dapat tercapai.

Lebih terperinci

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016 7 Basic Quality Tools 14 Oktober 2016 Dr. Kaoru Ishikawa (1915 1989) Adalah seorang ahli pengendalian kualitas statistik dari Jepang. As much as 95% of quality related problems in the factory can be solved

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati 1 Pengendalian Kualitas Statistik Lely Riawati 2 SQC DAN SPC SPC dan SQC bagian penting dari TQM (Total Quality Management) Ada beberapa pendapat : SPC merupakan bagian dari SQC Mayelett (1994) cakupan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Kualitas merupakan aspek yang harus diperhatikan oleh perusahaan, karena kualitas merupakan aspek utama yang diperhatikan oleh para konsumen dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Kaizen Kaizen merupakan istilah bahasa Jepang terhadap konsep continuous incremental improvement. Kai berarti perubahan dan Zen berarti baik. Menurut Tjiptono dan Diana

Lebih terperinci

BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management

BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management Total Quality Management (TQM) adalah suatu filosofi manajemen untuk meningkatkan kinerja bisnis perusahaan secara keseluruhan dimana pendekatan manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dijabarkan tentang tinjauan pustaka yang digunakan sebagai acuan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. II.1 Sejarah FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) Didalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Kerja Perancangan kerja merupakan disiplin ilmu yang dirancang untuk memberikan pengetahuan mengenai prinsip dan prosedur yang harus dilaksanakan dalam upaya memahami

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT SEI Bogor pada Bulan September 2016 sampai dengan Bulan Desember 2016. PT SEI Bogor merupakan perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan gambaran dari tahapan yang dilalui dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian, dimana dibuat berdasarkan latar belakang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasar nasional negara lain. Dalam menjaga konsistensinya perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasar nasional negara lain. Dalam menjaga konsistensinya perusahaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Banyaknya perusahaan di era globalisasi memicu keberadaan produk lokal dan nasional tidak akan luput dari tuntutan persaingan, selain itu juga mempunyai peluang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Produksi merupakan sebuah siklus yang dilakukan oleh perusahaan dalam penyediaan barang atau jasa yang akan ditawarkan kepada pasar demi keberlangsungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep SPC dan Pengendalian Kualitas Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dalam dunia industri manufaktur adalah kualitas dari produk maupun

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Globalisasi dan kemudahan untuk mengakses informasi dari seluruh dunia, membawa perubahan yang sangat besar dalam kehidupan manusia. Perubahan itu juga Mempengaruhi dunia

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Statistic Quality Control (SQC) Statistik merupakan teknik pengambilan keputusan tentang suatu proses atau populasi berdasarkan pada suatu analisa informasi yang terkandung di

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 50 BAB III LANDASAN TEORI Pengertian Kualitas Kualitas sangat penting bagi sebuah produk, baik berupa produk barang maupun jasa. Hal-hal yang sangat penting bagi produsen berkaitan dengan produk adalah:

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang memproduksi kemeja pria dewasa dengan harga Rp. 41.000 Rp. 42.500 perkemeja.

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi penelitian merupakan bagian penting dalam sebuah penelitian. Dengan metodologi penelitian, dapat dijelaskan tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X)

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X) ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X) Rika Gracia *), Arfan Bakhtiar Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan pada proses bahan baku, proses produksi, dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 55 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Penelitian Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 56 3.2 Langkah-langkah Penelitian Dalam melakukan penelitian, terdapat beberapa kegiatan untuk dapat

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI 56 BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI Pada Bab ini dibahas tahap Analyze (A), Improve (I), dan Control (C) dalam pengendalian kualitas terus menerus DMAIC sebagai langkah lanjutan dari kedua tahap sebelumnya.

Lebih terperinci

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009 ANALISIS DATA 4.1 FASE ANALISA Fase ini merupakan fase mencari dan menentukan akar sebab dari suatu masalah. Kemudian, dilakukan brainstroming dengan pihak perusahaan untuk mengidentifikasi akar permasalahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Dalam mengelolah suatu perusahaan atau organisasi dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi dapat tercapai. Manajemen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Pengendalian Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewart dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan diagram atau grafik statistik untuk mengendalikan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Kualitas Kualitas merupakan suatu istilah relatif dan tergantung pada situasi. Kualitas pun tidak hanya tercipta dalam bentuk suatu produk tapi bisa juga dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Menurut Dyck dan Neubert, dalam buku Principles of Management (2011:7-9) management adalah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin,

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Persaingan global di bidang manufacturing otomotif yang sarat dengan tuntutan kualitas, lead time singkat dan on time delivery maka diperlukan perbaikan terus menerus dan rencana produksi

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 28 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Identifikasi masalah Pada bagian produksi di Stamping Plant PT. Astra Daihatsu Motor, banyak masalah yang muncul berkaitan dengan kualitas yang dihasilkan

Lebih terperinci

Sumber : PQM Consultant QC Tools Workshop module.

Sumber : PQM Consultant QC Tools Workshop module. Sumber : PQM Consultant. 2011. 7QC Tools Workshop module. 1. Diagram Pareto 2. Fish Bone Diagram 3. Stratifikasi 4. Check Sheet / Lembar Pengecekan 5. Scatter Diagram / Diagram sebar 6. Histogram 7. Control

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pengertian yang satu hampir sama dengan definisi atau pengertian yang lain. Pengertian

BAB II LANDASAN TEORI. pengertian yang satu hampir sama dengan definisi atau pengertian yang lain. Pengertian BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kualitas Ada banyak sekali definisi dan pengertian kualitas, yang sebenarnya definisi atau pengertian yang satu hampir sama dengan definisi atau pengertian yang lain.

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DALAM UPAYA MENURUNKAN TINGKAT KEGAGALAN PRODUK JADI

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DALAM UPAYA MENURUNKAN TINGKAT KEGAGALAN PRODUK JADI PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DALAM UPAYA MENURUNKAN TINGKAT KEGAGALAN PRODUK JADI Ni Luh Putu Hariastuti putu_hrs@yahoo.com Jurusan Teknik industri, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Adhitama

Lebih terperinci

Pendahuluan. Pengendalian Kualitas Statistika. Ayundyah Kesumawati. Prodi Statistika FMIPA-UII. September 30, 2015

Pendahuluan. Pengendalian Kualitas Statistika. Ayundyah Kesumawati. Prodi Statistika FMIPA-UII. September 30, 2015 Pendahuluan Pengendalian Kualitas Statistika Ayundyah Kesumawati Prodi Statistika FMIPA-UII September 30, 2015 Ayundyah (UII) Pendahuluan September 30, 2015 1 / 32 Pendahuluan Karaketristik lingkungan

Lebih terperinci

BAB III METODE CONTROL CHART. sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses

BAB III METODE CONTROL CHART. sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses BAB III METODE CONTROL CHART 3.1 Control Chart Peta kendali atau Control Chart merupakan suatu teknik yang dikenal sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses berada dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Kualitas 1.1.1 Pengertian Kualitas Kualitas menurut Gaspersz (2001) memiliki dua definisi yaitu definisi konvensional dan definisi strategik. Kualitas yang menggambarkan karakteristik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya dan faktor penyebab banyaknya re-work dari proses produksi kursi pada PT. SUBUR MANDIRI, yang merupakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Punch, Kualitas, DMAIC, Upaya Menekan Variasi Kualitas Produk

ABSTRAK. Kata Kunci: Punch, Kualitas, DMAIC, Upaya Menekan Variasi Kualitas Produk ABSTRAK PT Wahana Pancha Nugraha merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang penyediaan permesinan dan sparepart untuk industri farmasi. Salah satu produk yang dihasilkan dari perusahaan ini

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional Menurut Heizer dan Render (2010:4) manajemen operasi (Operation Management) adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa

Lebih terperinci

Statistical Process Control

Statistical Process Control Natasya Christy Mukuan 1701344251 LD21 Statistical Process Control Sejarah Statistical Process Control (SPC) Sebelum tahun 1900-an, industri AS umumnya memiliki karakteristik dengan banyaknya toko kecil

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam Bab ini dikemukakan teori-teori dan penjelasan-penjelasan yang digunakan untuk pengolahan data dan proses analisa terhadap permasalahan yang dihadapi. 2.1. PENGERTIAN TQM/ MANAJEMEN

Lebih terperinci

Nama : Gema Mahardhika NIM : Kelas : A PDCA. a) Pengertian

Nama : Gema Mahardhika NIM : Kelas : A PDCA. a) Pengertian PDCA a) Pengertian Dalam peningkatan mutu dalam kebidanan diperlukan manajemen yang baik agar dalam pelaksanaannya dapat tercapai secara efektif dan efisien. Didalam ilmu manajemen, ada konsep problem

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA Moh. Umar Sidik Daryanto (Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri, Universitas Gunadarma) ABSTRAK PT. Teknik Makmur

Lebih terperinci

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 57 BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Penelitian Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat empat kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan dalam bentuk apapun akan berorientasi pada pencarian laba

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan dalam bentuk apapun akan berorientasi pada pencarian laba BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Penelitian Sebuah perusahaan dalam bentuk apapun akan berorientasi pada pencarian laba yang maksimal dengan modal yang tersedia. Dengan demikian perusahaan akan mencari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan bisnis meningkat semakin ketat meskipun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan bisnis meningkat semakin ketat meskipun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan bisnis meningkat semakin ketat meskipun berada dalam kondisi perekonomian yang cenderung tidak stabil. Hal tersebut memberikan dampak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pengendalian Pengendalian merupakan suatu proses dalam mengarahkan sekumpulan variabel untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dasar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Kualitas. Menurut (Douglas C. Montgomery, 2009:4) mutu atau kualitas sudah menjadi faktor paling penting didalam konsumen mengambil keputusan dalam memilih antara

Lebih terperinci

Bab III. Metodologi Penelitian. digunakan dalam penyelesaian masalah pada PT. Calvin Metal Products.

Bab III. Metodologi Penelitian. digunakan dalam penyelesaian masalah pada PT. Calvin Metal Products. 40 Bab III Metodologi Penelitian 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka berpikir adalah rangkaian urutan-urutan langkah yang disusun secara sistematis dan dijadikan pedoman dalam melakukan penelitian, berikut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kualitas Kualitas dalam suatu perusahan industri sangatlah penting apalagi semakin banyaknya industri-industri baru yang tumbuh maka tingkat persainganpun bertambah,

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dewasa ini tuntutan pelanggan terhadap kualitas produk semakin meningkat, sehingga perusahaan perlu memperhatikan kualitas produk yang dihasilkannya agar mampu bersaing di pasar dan mempertahankan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian dilakukan pada PT Tirta Agung Wijaya yang merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi air minum dalam kemasan di area Jawa Tengah. Pengamatan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir DELAPAN LANGKAH 8. Menetapkan target 1. Menentukan tema & analisa situasi 9. Standarisasi & rencana 2. Menetapkan target 6. Evaluasi hasil 3. Analisa faktor penyebab

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Riset Operasi 2.1.1 Pengertian Riset Operasi Menurut Mulyono, riset adalah proses untuk mencari kebenaran suatu masalah atau hipotesa, sedangkan operasi didefinisikan sebagai penerapan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Dasar Kualitas Produk dan jasa berkualitas adalah produk dan jasa yang sesuai dengan apa yang diinginkan oleh konsumen (kepuasan pelanggan). Untuk mengetahui apa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi tertentu yang

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah 3.1. Flow Chart Pemecahan Masalah Dalam flow chart pemecahan masalah dalam penelitian ini menggambarkan langkah-langkah yang akan ditempuh dalam melakukan penelitian.

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ ABSTRACT - Farid Juliyanto 1, Evi Yuliawati Teknik Industri, e-mail 1 : farid.juliyanto@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Sampel Penelitian Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan suatu prosedur tertentu dan diharapkan dapat mewakili suatu populasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kualitas (Quality)

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kualitas (Quality) BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam dunia industri banyak sekali hal-hal yang dapat mempengaruhi proses produksi, salah satunya yang menjadikan penentu suatu keberhasilan produksi adalah kualitas dari barang yang

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. pembuatan buku, observasi dilakukan agar dapat lebih memahami proses pembuatan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. pembuatan buku, observasi dilakukan agar dapat lebih memahami proses pembuatan BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan data Observasi dilakukan pada lantai Produksi dan dikhususkan pada proses pembuatan buku, observasi dilakukan agar dapat lebih memahami proses pembuatan buku,

Lebih terperinci

Pengendalian Mutu Statistik

Pengendalian Mutu Statistik Pengendalian Mutu Statistik Konsep Pengendalian Kualitas Kualitas suatu produk : derajat/tingkatan dimana suatu produk mampu memuaskan keinginan konsumen Pengendalian Kualitas : sistem verifikasi & penjagaan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK

PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK 5 Pengendalian Kualitas Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya e-mail : debrina@ub.ac.id Blog : hbp://debrina.lecture.ub.ac.id/ 2 Outline Kualitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Setiap produk diharapkan dapat memenuhi kebutuhankebutuhan konsumen. Salah satu hal yang menjadi kebutuhan konsumen yaitu kualitas produk yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu 48 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu dilakukan. Data-data yang dikumpulkan selama masa observasi adalah sebagai berikut : Data jumlah

Lebih terperinci

10/6/ Pengantar

10/6/ Pengantar Lecturer Content: Pengantar Konsep Pengendalian Kualitas / QC Quality of Conformance (Kualitas Kesesuaian/Kesamaan} Konsep Biaya dalam QC Tools / Penerapan Teknik Statistika dalam QC Proses Evolusi QC

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Perspektif pendekatan penelitian yang digunakan adalah dengan metode

BAB IV METODE PENELITIAN. Perspektif pendekatan penelitian yang digunakan adalah dengan metode BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analistis yakni suatu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang realitas pada obyek yang

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN Seminar Nasional IENACO 204 ISSN 2337-4349 PENGENDALIAN KUALITAS PADA MESIN INJEKSI PLASTIK DENGAN METODE PETA KENDALI PETA P DI DIVISI TOSSA WORKSHOP Much. Djunaidi *, Rachmad Adi Nugroho 2,2 Jurusan

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Kualitas Kualitas memiliki pengertian yang luas, setiap sudut pandang yang mendefinisikannya pasti memiliki perbedaan. Sebagaian besar orang mempunyai konsep pemahaman

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dihasilkan agar dapat memenuhi kebutuhan yang telah dispesifikasikan guna

BAB II LANDASAN TEORI. dihasilkan agar dapat memenuhi kebutuhan yang telah dispesifikasikan guna BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kualitas Kualitas didefinisikan sebagai konsistensi peningkatan perbaikan dan penurunan variasi karakteristik kualitas dari suatu produk barang atau jasa yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah & Pengertian Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewart dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan diagram atau grafik statistik untuk mengendalikan variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan mempermudah proses

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI ABSTRAK PT Kandakawana Sakti bergerak pada bidang pengecatan yang berspesialisasi pada pengecatan body motor Honda. Penelitian ini diawali dengan masalah tingginya produk cacat yang dihasilkan dan kegagalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada era globalisasi ini semakin marak bemunculan perusahaan-perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada era globalisasi ini semakin marak bemunculan perusahaan-perusahaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi Pada era globalisasi ini semakin marak bemunculan perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur maupun jasa. Perusahaan tersebut melakukan aktivitas

Lebih terperinci

ANALISA PENYEBAB CACAT PADA PROSES PRODUKSI GALVANIZED IRON DIVISI COIL TO COIL (SHEAR LINE 1 DAN 4) DI PT. FUMIRA SEMARANG

ANALISA PENYEBAB CACAT PADA PROSES PRODUKSI GALVANIZED IRON DIVISI COIL TO COIL (SHEAR LINE 1 DAN 4) DI PT. FUMIRA SEMARANG ANALISA PENYEBAB CACAT PADA PROSES PRODUKSI GALVANIZED IRON DIVISI COIL TO COIL (SHEAR LINE 1 DAN 4) DI PT. FUMIRA SEMARANG Nia Budi Puspitasari Program Studi Teknik Industri UNDIP Abstrak Sebagai salah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode Fish bone untuk mencari akar masalah, berikutnya digunakan metode 5W-1H untuk menganalisa lebih lanjut dan dilanjutkan dengan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR PUSTAKA KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR Alhamdulillahi Rabbil alamin, Puji dan syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta ala. Karena atas izin-nya, makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat sebagai tugas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu ilmu pengetahuan yang memuat berbagai cara kerja di dalam melaksanakan penelitian dari awal hingga akhir. Metode penelitian juga merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan ketat antar industri khususnya industri rumahan atau home industry.

BAB I PENDAHULUAN. persaingan ketat antar industri khususnya industri rumahan atau home industry. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi ini telah membawa banyak dampak ke semua negara, termasuk Indonesia khususnya karena banyak sekali industri baik yang berskala besar maupun

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Pengendalian Kualitas 3.1.1 Definisi Kualitas Tinggi rendahnya kualitas suatu produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan, berhubungan langsung dengan kepuasan dan kepercayaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Mutu Dalam dunia industri baik industri jasa maupun manufaktur mutu adalah faktor kunci yang membawa keberhasilan bisnis, pertumbuhan dan peningkatan posisi bersaing.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Mutu Karakteristik lingkungan dunia usaha saat ini ditandai oleh perkembangan yang cepat disegala bidang yang menuntut kepiawaian manajemen dalam mengantisipasi setiap

Lebih terperinci