Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Baja

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Baja"

Transkripsi

1 Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Juli 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Baja Industri baja memainkan peran yang penting dalam pertumbuhan ekonomi. Baja merupakan komponen umum pada beberapa sektor utama. Dalam infrastruktur, baja memberikan kontribusi melalui baja struktural yang digunakan dalam pembangunan jembatan, jalan raya, bandara, pelabuhan, kereta api, listrik dan telekomunikasi. Di sektor manufaktur, kontribusi utamanya sebagai bahan baku untuk pembuatan mesin, yang merupakan barang modal. Baja merupakan bahan baku untuk beberapa jenis industri seperti bantalan peluru, kabel, mobil, kapal, pesawat terbang dan untuk berbagai barang konsumsi seperti kemasan. Selain itu, baja diperlukan untuk beberapa kegiatan penting lainnya seperti penyediaan air, listrik dan gas/bahan bakar yang memiliki implikasi sosial yang besar. Dengan demikian, pertumbuhan sektor baja sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi serta sosial secara keseluruhan. Secara empiris, terbukti adanya korelasi positif antara Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita terhadap konsumsi baja per kapita. Permintaan baja domestik pada tahun 2013 tumbuh sejalan dengan tingkat pertumbuhan PDB. Konsumsi nasional baja meningkat menjadi 12,6 juta ton (mt) dari 11,7 mt pada tahun Selama periode tahun , industri baja telah tumbuh dengan rata-rata majemuk sebesar 8%. Pertumbuhan ini membuat Indonesia menjadi negara dengan pertumbuhan tercepat keempat di dunia dalam hal konsumsi baja, di belakang China, Uni Emirat Arab dan Turki (Sumber: OECD). Akhir-akhir ini, industri baja dalam negeri menghadapi tantangan karena perlambatan industri baja global. Harga baja global telah turun karena kelebihan pasokan, yang terjadi akibat perlambatan ekonomi global sejak Harga baja domestik juga tetap di kisaran yang sama sepanjang tahun lalu. Sementara harga tetap terjaga, permintaan terus meningkat menjadi 12,6 mt pada 2013 dari 7,4 mt pada Konsumsi baja per kapita di Indonesia adalah 40 kilogram (kg) pada tahun 2012, meningkat sebesar 7,2% dari 37,3 kg pada tahun 2011 (Sumber: Asosiasi Besi dan Baja Industri Indonesia (IISIA) dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)). Konsumsi per kapita ini lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata konsumsi per kapita di negara Asia lainnya dan bahkan sangat kurang bila dibandingkan dengan konsumsi dunia dengan rata-rata per kapita mencapai 217 kg per kapita. Hal ini menunjukkan potensi permintaan baja yang signifikan jika pertumbuhan ekonomi global menemukan kembali momentum. Terutama, bila dibandingkan dengan China dengan per kapita konsumsi baja mencapai 477 kg (Sumber: Asosiasi Batubara Dunia) sehingga permintaan domestik memberikan peluang yang besar untuk ekspansi. Bahkan, IISIA telah memproyeksikan peningkatan konsumsi per kapita baja mencapai 100 kg dalam 5,5 tahun ke depan (tahun 2020). Dengan kondisi perekonomian Indonesia yang stabil saat ini yang tumbuh sebesar 5,78% pada tahun 2013, permintaan baja diperkirakan akan berlipat ganda di masa depan ketika ekonomi global pulih sehingga kontribusi dari sektor baja untuk ekonomi selama beberapa tahun ke depan akan menjanjikan. Indonesia menempati urutan ke-36 sebagai produsen terbesar baja di dunia dengan perkiraan produksi baja mentah sebesar 3,7 mt pada tahun 2012 (Laporan World Steel Organization, 2013). Seluruh baja primer di negara ini diproduksi oleh PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) yang merupakan produsen satu-satunya di Indonesia. Industri ini juga ditandai dengan kehadiran lebih dari 300 pemain sekunder dengan berbagai ukuran, yang kebutuhan bahan bakunya dipenuhi antara lain dengan mengimpor besi bekas, billet, dan lain-lain. Indonesia adalah negara pengimpor baja dengan ICRA Indonesia

2 6 mt impor dari kebutuhan total sekitar 17,4 mt. Namun, pada tahun 2016, industri baja Indonesia diperkirakan akan menghasilkan 12 mt baja dengan adanya kapasitas tambahan yang dilakukan oleh KRAS melalui joint venture dengan POSCO selama periode tersebut, dan diharapkan dapat mengurangi ketergantungan impor yang akan memperkuat pasar domestik. Sektor baja mempekerjakan lebih dari orang di berbagai level dan di seluruh rantai produksi, dan mampu menghasilkan baja mentah dan produk baja sebanyak 10 mt per tahun (Laporan Sekretariat OECD, 2013). Karena tergantung pada pasar internasional untuk bahan baku, permintaan dan pasokan baja menjadi rentan terhadap siklus bisnis industri pengguna akhir serta tren ekonomi di pasar dunia. Ini tercermin dalam volatilitas harga baja dan kerentanan profitabilitas dan arus kas para pemain industri baja. Ketidakpastian ini merupakan tantangan untuk proses pemeringkatan dalam memprediksi pola arus kas perusahaan di masa depan yang merupakan bagian integral dari analisis tingkat proteksi kredit, yang mungkin akan banyak dipengaruhi oleh posisi siklus industri pada saat dilakukan pemeringkatan. Namun, kerangka pemeringkatan ICRA Indonesia berfokus pada kualitas kredit fundamental perusahaan dan berusaha untuk mengevaluasi profil risiko kredit di berbagai macam siklus industri baja. Kerangka analisis risiko untuk perusahaan baja Tulisan ini menyoroti beberapa faktor kunci yang secara khusus dievaluasi ketika menilai kualitas kredit dari suatu perusahaan baja. Untuk kemudahan analisis, faktor-faktor ini dapat dikelompokkan sebagai berikut: Efisiensi biaya Skala operasi dan keragaman produk/pasar Risiko proyek baru Kesehatan keuangan o Profitabilitas o Hutang dan arus kas o Risiko yang berhubungan dengan valuta asing o Kesenjangan jatuh tempo dan risiko yang terkait dengan suku bunga dan pembiayaan kembali o Rekam jejak pembayaran hutang o Kewajiban kontinjensi/eksposur di luar buku o Analisis keuangan konsolidasi o Kecukupan arus kas masa depan Kualitas manajemen dan tata kelola perusahaan Daya saing perusahaan Daya saing biaya Karakter baja yang merupakan produk dari aktivitas bisnis berbasis komoditas menjadikan efisiensi biaya produksi faktor penting dalam menentukan kualitas kredit fundamental produsen baja. Pasar baja Indonesia dipengaruhi oleh tren baja global mengingat posisinya sebagai pengimpor bersih (net importer). Oleh karena itu, para produsen baja perlu memiliki biaya yang kompetitif secara internasional untuk tetap untung di berbagai siklus bisnis. Selain itu, permintaan baja bergantung pada pertumbuhan ekonomi secara umum, siklus bisnis dari industri pengguna akhir dan faktor eksternal lainnya yang tetap dinamis. Akibatnya, produsen baja secara umum tetap sebagai pengambil harga dari pelanggan mereka yang memiliki posisi tawar yang lebih baik, dan oleh karena itu biaya produksi yang lebih rendah diperlukan untuk menjaga imbal hasil (margin). Secara keseluruhan, biaya bahan baku ICRA Indonesia Page 2 of 6

3 merupakan komponen terbesar dan karena itu menjadi penggerak terpenting bagi profitabilitas perusahaan baja. Kepastian bahan baku melalui hubungan yang baik dengan pemasok dan struktur biaya yang terlindung dari fluktuasi harga merupakan kredit yang positif. Misalnya, harga baja billet tercatat tinggi di USD per ton pada Agustus 2008, sesaat sebelum krisis ekonomi global, dan turun tajam ke USD 340 per ton dalam sembilan bulan berikutnya. Setelah itu, butuh lebih dari dua tahun untuk mencapai USD 675 per ton pada Oktober Saat ini, harga telah turun lagi menjadi USD 528 per ton (Mei 2014, sumber: Selama periode siklus yang tajam, akan ada perubahan besar dalam struktur biaya produsen dalam jangka sangat pendek. Dengan demikian, produsen yang tanpa didukung pesanan dalam produksinya akan mengalami penurunan margin yang besar. Ketersediaan input tambahan juga memainkan peran penting. Bijih besi (produsen primer) atau besi spons (produsen sekunder) adalah salah satu komponen penting yang dibutuhkan dalam pembuatan baja. Selanjutnya, produsen baja sekunder terutama memproduksi menggunakan Electric Arc Furnace (EAF) atau Induction Furnace (IF) yang membutuhkan sejumlah besar pasokan listrik secara terus-menerus, sementara produsen baja primer terutama menggunakan Blast Furnace (BF) atau EAF dalam pembuatan baja dan secara substansial tergantung pada ketersediaan batu arang secara tepat waktu. Integrasi vertikal ke jaminan bahan baku menghasilkan keuntungan biaya yang signifikan dibandingkan dengan yang tak terintegrasi karena lebih tahan terhadap tekanan harga produk jadi dalam siklus yang menurun. ICRA Indonesia berfokus pada pengaturan pengadaan bahan baku produsen baja dan tingkat integrasi vertikal. Harga besi bekas, yang kurang-lebih merupakan separuh biaya produsen baja sekunder, biasanya bergerak seiring dengan harga baja dan dengan demikian pemain sekunder yang proporsi penggunaan besi bekasnya lebih besar memiliki volatilitas margin yang lebih rendah. Produsen besi spons, di sisi lain, tergantung pada biaya dan ketersediaan batubara thermal, selain bijih besi. Jika pemain besi spons juga memiliki fasilitas pembangkit listrik berbahan bakar limbah-panas yang dihasilkan, itu dipandang positif oleh ICRA Indonesia karena ketersediaan tenaga murah untuk operasional mereka. Biaya transportasi Bisnis baja merupakan bisnis yang padat bahan baku dengan satu metrik ton baja membutuhkan hampir empat metrik ton bahan baku. Hal ini membuat biaya pengiriman merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur biaya keseluruhan suatu perusahaan baja. Kedekatan pabrik baja ke pelabuhan akan menjaga biaya angkut tetap rendah dan dengan demikian mempengaruhi margin keuntungan secara positif. Untuk produsen baja primer, kedekatan dengan sumber bahan baku meningkatkan posisi kompetitif dalam bentuk biaya bahan baku yang lebih rendah dan manajemen persediaan yang lebih baik. Skala usaha dan keragaman produk/pasar Produsen baja lebih terhindar dari volatilitas siklus jika memiliki posisi pasar yang kuat, skala operasi yang besar dan bauran produk yang beragam. Biasanya skala operasional yang besar dan terdiversifikasi menghasilkan arus kas yang lebih dapat diandalkan dibandingkan skala operasi yang lebih kecil dengan lini produk lebih terkonsentrasi pada sektor komoditas. Perusahaan dengan basis pendapatan besar memiliki keuntungan skala ekonomi yang melekat pada posisi mereka yang membuat mereka lebih tahan terhadap siklus industri. Skala ekonomi menghasilkan kontrol biaya yang lebih baik melalui posisi tawar yang lebih tinggi terhadap pemasok bahan baku dan pelanggan. Perusahaan besar juga cenderung memiliki akses yang lebih baik ke pasar modal sehingga mengurangi biaya modal, memiliki fleksibilitas keuangan yang lebih tinggi dan dapat mengambil keuntungan yang berasal dari skala ekonominya. Industri baja rentan terhadap siklus industri pengguna akhir. Namun, konsumen industri ini juga beragam sehingga dampak siklus industri pengguna akhir dapat dikendalikan. Diversifikasi usaha dalam hal segmen produk, basis pelanggan yang luas secara geografis dan dalam hubungan dengan industri pengguna akhir dipandang sebagai faktor positif. Integrasi ke hilir meningkatkan nilai tambah ICRA Indonesia Page 3 of 6

4 bisnis secara keseluruhan dan mengurangi tekanan persaingan. Selain itu, produsen baja yang memiliki segmen produk panjang (long) dan datar (flat) sekaligus kurang terdampak oleh pasang surut industri pengguna akhir tertentu karena kemampuannya untuk melayani berbagai sektor pada waktu yang sama. Terlepas dari kenyataan bahwa baja adalah komoditas, pemberian merek untuk berbagai kelas dipraktekkan oleh beberapa pemain di segmen produk tertentu. Kinerja yang konsisten dari produk ini menyebabkan pelanggan tetap lengket dan loyal terhadap merek dari waktu ke waktu. Kesesuaian dengan Standar Nasional Indonesia (SNI), di samping berbagai standar internasional seperti Society of American Engineers (SAE), British Standards, Japanese Industrial Standards (JIS) dan lain-lain akan meningkatkan daya saing perusahaan dan karenanya dipertimbangkan dalam memperkuat profil bisnis. Risiko proyek baru Mengingat konsumsi per kapita yang rendah serta upaya untuk mengurangi ketergantungan besar pada impor, kapasitas baja terpasang di Indonesia diharapkan meningkat dalam jangka menengah hingga panjang. Namun, proyek baja merupakan proyek sangat padat modal, dengan sekitar satu miliar USD diperlukan untuk menyiapkan kapasitas awal satu juta metrik ton. ICRA Indonesia mengevaluasi berbagai risiko yang terkait dengan proyek-proyek baja besar termasuk risiko penyelesaian, pendanaan, teknologi dan penjualan, dan mengkaji dampaknya untuk memastikan profil risiko kredit secara keseluruhan. Kesehatan keuangan Kekuatan keuangan produsen baja merupakan suatu pertimbangan penting dalam proses pemeringkatan. Ketika menilai posisi keuangan produsen baja, ICRA Indonesia mengulas kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan, catatan terhadap akun dan komentar auditor yang merupakan bagian dari laporan tahunan. Setiap penyimpangan dari Standar Akuntansi Indonesia (dikenal sebagai "PSAK") dicatat dan laporan keuangan perusahaan disesuaikan untuk mencerminkan dampak dari penyimpangan tersebut dan juga untuk dibandingkan terhadap pemain lain di industri. Terlepas dari kuatnya neraca keuangan yang menentukan kemampuan perusahaan untuk menahan siklus penurunan yang dalam, ICRA Indonesia juga mengevaluasi profitabilitas dan kemampuan menghasilkan arus kas serta sumber-sumber fleksibilitas keuangan yang tersedia bagi perusahaan untuk mengevaluasi profil keuangan secara keseluruhan. Profitabilitas Profitabilitas produsen baja primer utamanya merupakan fungsi dari struktur biaya dan bauran produk. Namun industri baja memiliki siklus sehingga profitabilitas bervariasi secara signifikan sepanjang siklus. Dengan demikian, produsen yang memiliki struktur biaya yang lebih baik daripada pemain lain pada umumnya dapat diharapkan untuk tetap membukukan keuntungan di berbagai siklus. Hutang dan arus kas Seperti pada perusahaan di industri komoditas lainnya yang memiliki siklus harga, tingkat hutang (leverage) yang rendah dipandang positif bagi produsen baja. Selain melindungi arus kas produsen dengan beban pembayaran hutang yang lebih rendah, terutama dalam kondisi tertekan, tingkat hutang yang rendah juga memberikan fleksibilitas keuangan yang lebih besar kepada produsen baja untuk mengakses dana dari sumber-sumber kelembagaan. Selain struktur modal, ICRA Indonesia memberikan perhatian khusus pada indikator kecukupan pembayaran hutang (coverage) saat mengevaluasi kesehatan keuangan perusahaan baja termasuk kemampuan membayar beban bunga (interest coverage) serta laba operasi dan kas bersih akrual dibandingkan dengan total hutang. ICRA Indonesia sangat memperhatikan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dalam kondisi tertekan. Semakin kuat kinerja perusahaan dalam berbagai skenario proyeksi yang wajar akan semakin baik dari perspektif evaluasi kredit. ICRA Indonesia juga kritis melihat sumber fleksibilitas keuangan yang tersedia untuk suatu perusahaan yang bisa dalam bentuk, antara ICRA Indonesia Page 4 of 6

5 lain, ketersediaan dari portofolio aset keuangan yang liquid, kepentingan strategis perusahaan dalam Grupnya beserta kekuatan keuangan Grup tersebut. Risiko yang berhubungan dengan valuta asing Manajemen risiko valuta asing memainkan peran penting dalam operasional produsen baja Indonesia mengingat fakta bahwa sebagian besar bahan baku termasuk besi bekas masih diimpor. Dalam hal produsen membeli besi bekas dari pedagang lokal, mereka dapat terlindung dari risiko nilai tukar yang meningkat. Harga jual, bahkan jika perusahaan menjual produk di dalam negeri, terkait dengan nilai tukar, karena biasanya mengacu kepada biaya masuknya impor. Risiko mata uang asing juga dapat timbul dari kewajiban yang tidak terlindungi, terutama untuk perusahaan dengan kewajiban yang didominasi dalam mata uang asing non-usd mengingat pasar valutanya terbatas. Analisis ICRA Indonesia juga berfokus pada kebijakan lindung nilai perusahaan yang bersangkutan dengan konteks jangka waktu dan sifat kontrak dengan rekanan (jangka pendek/jangka panjang, harga tetap/harga variabel). Kesenjangan jatuh tempo dan risiko terkait dengan suku bunga dan pembiayaan kembali Ketergantungan yang besar pada pinjaman jangka pendek untuk mendanai investasi jangka panjang dapat mengekspos perusahaan pada risiko pembiayaan kembali yang signifikan, terutama selama periode likuiditas yang ketat. Keberadaan penyangga berupa aktiva likuid atau fasilitas perbankan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dipandang positif. Demikian pula sejauh mana perusahaan bisa dipengaruhi oleh pergerakan suku bunga dievaluasi. Rekam jejak pembayaran hutang Rekam jejak pembayaran hutang perusahaan merupakan masukan penting untuk setiap pemeringkatan kredit. Setiap keterlambatan atau default di masa lalu dalam pelunasan pembayaran pokok atau bunga mengurangi tingkat kenyamanan sehubungan dengan kemampuan dan kesediaan membayar hutang di masa depan. Kewajiban kontijensi/eksposur di luar buku Dalam kasus ini, kemungkinan pelimpahan kewajiban kontinjensi/eksposur di luar buku (offbalance sheet) dan implikasi keuangannya dievaluasi. Analisis laporan keuangan konsolidasi Dalam kasus grup yang terdiri dari perusahaan dengan hubungan keuangan dan operasional yang kuat, berbagai parameter seperti struktur modal, indikator kecukupan pembayan hutang dan kebutuhan pendanaan di masa depan dinilai pada tingkat konsolidasi/grup. Kecukupan arus kas di masa depan Karena tujuan utama dari pelaksanaan pemeringkatan adalah untuk menilai kemampuan pembayaran hutang perusahaan, ICRA Indonesia membuat proyeksi keuangan perusahaan yang paling mungkin dalam berbagai skenario. Selain itu, ICRA Indonesia memperhitungkan komitmen perusahaan terhadap perusahaan lain dalam grup, usaha baru dan investasi pada anak perusahaan. Selanjutnya, arus kas diproyeksikan setelah memperhitungkan tingkat penggunaan kapasitas perusahaan dan kemungkinan harga bahan baku dan produk jadi, perkiraan pertumbuhan, jadwal pembayaran hutang, kebutuhan pendanaan dan pilihan sumber dana yang tersedia untuk itu. Arus kas ini kemudian digunakan untuk menentukan kemampuan membayar hutang perusahaan di masa depan dalam berbagai skenario. Selain proyeksi arus kas, rasio lain yang digunakan untuk menilai arus kas adalah kecukupan arus kas operasinal untuk membayar beban bunga (interest coverage), membayar hutang (debt coverage) dan belanja modal. ICRA Indonesia Page 5 of 6

6 Kualitas manajemen dan tata kelola perusahaan Kualitas manajemen merupakan salah satu faktor terpenting yang dievaluasi ICRA Indonesia dalam menentukan peringkat. Tetapi faktor ini tidak berwujud dan sulit untuk diukur. Untuk produsen baja, ICRA Indonesia melihat strategi manajemen dalam mengelola biaya perusahaan dan portofolio produk. ICRA Indonesia juga mengevaluasi bagaimana manajemen merespon siklus industri atau strategi yang diterapkan untuk mengurangi risiko yang timbul dari siklus tersebut. Secara umum, rekam jejak kebijakan keuangan yang konservatif memberikan tingkat kenyamanan ekstra untuk pemeringkatan. Beberapa poin lain yang dinilai adalah: Pengalaman pemegang saham/manajemen dalam lini bisnisnya Komitmen pemegang saham/manajemen pada lini bisnisnya Kebijakan penggunaan hutang, risiko tingkat suku bunga dan risiko mata uang Rencana untuk proyek baru, akuisisi, diversifikasi dan lain-lain Kekuatan dari perusahaan-perusahaan lain yang satu grup dengan perusahaan Kemampuan dan kesediaan grup untuk mendukung perusahaan dengan langkah-langkah seperti penyuntikan dana, jika diperlukan. Kesimpulan Peringkat kredit ICRA Indonesia merupakan representasi simbolis atas pendapat saat ini terhadap risiko kredit relatif yang terkait dengan instrumen yang dinilai. Pendapat ini dihasilkan setelah dilakukan evaluasi terhadap risiko bisnis dan keuangan perusahaan secara rinci, kekuatan daya saingnya, kemungkinan arus kas selama umur instrumen yang dinilai dan kecukupan kas tersebut untuk pembayaran hutang serta kualitas manajemen. Sebagai catatan untuk diperhatikan, untuk perusahaan baja, perhatian khusus juga diberikan pada jaminan bahan baku, tingkat integrasi ke hilir/hulu, keragaman produk, strategi manajemen untuk mengelola siklus penurunan usaha dan pendekatan secara keseluruhan terhadap investasi dan pertumbuhan usaha. Copyright, 2014, ICRA Indonesia. All Rights Reserved. Semua informasi yang tersedia merupakan infomasi yang diperoleh oleh ICRA Indonesia dari sumber-sumber yang dapat dipercaya keakuratan dan kebenarannya. Walaupun telah dilakukan pengecekan dengan memadai untuk memastikan kebenarannya, informasi yang ada disajikan 'sebagaimana adanya' tanpa jaminan dalam bentuk apapun, dan ICRA Indonesia khususnya, tidak melakukan representasi atau menjamin, menyatakan atau menyatakan secara tidak langsung, mengenai keakuratan, ketepatan waktu, atau kelengkapan dari informasi yang dimaksud. Semua informasi harus ditafsirkan sebagai pernyataan pendapat, dan ICRA Indonesia tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang dialami oleh pengguna informasi dalam menggunakan publikasi ini atau isinya. *)Diadopsi, dimodifikasi dan diterjemahkan dari rating methodology for steel company dari ICRA Limited. ICRA Indonesia Page 6 of 6

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Semen*

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Semen* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia April 2015 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Semen* Tinjauan sekilas Industri semen di Indonesia memiliki peran penting dalam perekonomian karena sangat mendukung

Lebih terperinci

PERINGKAT KREDIT PERUSAHAAN (Catatan Metodologi)*

PERINGKAT KREDIT PERUSAHAAN (Catatan Metodologi)* ICRA Indonesia Rating Feature Desember 2012 PERINGKAT KREDIT PERUSAHAAN (Catatan Metodologi)* Tujuan dasar peringkat kredit perusahaan adalah memberikan pendapat tentang risiko kredit relatif yang terkait

Lebih terperinci

PENDEKATAN UNTUK PEMERINGKATAN SURAT BERHARGA KOMERSIAL

PENDEKATAN UNTUK PEMERINGKATAN SURAT BERHARGA KOMERSIAL ICRA Indonesia Rating Feature Desember 2012 PENDEKATAN UNTUK PEMERINGKATAN SURAT BERHARGA KOMERSIAL Metodologi ICRA Indonesia untuk pemeringkatan surat berharga komersial (SBK) yang merupakan instrumen

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Konstruksi*

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Konstruksi* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Oktober 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Konstruksi* Sektor konstruksi di Indonesia memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional. Kontribusinya

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia April 2015 Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit Pendahuluan Sektor perkebunan terutama kelapa sawit memiliki peran penting bagi perekonomian Indonesia karena

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Industri Kimia

Metodologi Pemeringkatan Industri Kimia Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia September 2014 Metodologi Pemeringkatan Industri Kimia Pendahuluan Secara garis besar, produk kimia dapat dibedakan atas organik dan non-organik, dimana masingmasing

Lebih terperinci

PERINGKAT PERUSAHAAN (Catatan Metodologi)*

PERINGKAT PERUSAHAAN (Catatan Metodologi)* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Oktober 2014 PERINGKAT PERUSAHAAN (Catatan Metodologi)* PENDAHULUAN Jasa pemeringkatan perusahaan ICRA Indonesia berupaya untuk memberikan opini tentang kualitas kredit

Lebih terperinci

PERINGKAT PERUSAHAAN (Metodologi)*

PERINGKAT PERUSAHAAN (Metodologi)* ICRA Indonesia Rating Feature Desember 2012 PERINGKAT PERUSAHAAN (Metodologi)* PENDAHULUAN Jasa pemeringkatan perusahaan ICRA Indonesia berupaya untuk memberikan opini tentang kualitas kredit fundamental

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Baja

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Baja ICRA Indnesia Rating Feature May 2013 ICRA Indnesia Metdlgi Pemeringkatan untuk Perusahaan Baja Industri baja memainkan peran yang penting dalam pertumbuhan eknmi. Baja merupakan kmpnen umum pada beberapa

Lebih terperinci

PT ICRA Indonesia (ICRA Indonesia) PERINGKAT KREDIT PERUSAHAAN (METODOLOGI)*

PT ICRA Indonesia (ICRA Indonesia) PERINGKAT KREDIT PERUSAHAAN (METODOLOGI)* PT ICRA Indonesia (ICRA Indonesia) PERINGKAT KREDIT PERUSAHAAN (METODOLOGI)* Tujuan dasar peringkat kredit perusahaan adalah memberikan pendapat tentang resiko kredit relatif yang terkait dengan instrumen

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan ICRA Indonesia Rating Feature Desember 2012 Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak daerah wisata dengan berbagai ragam jenis wisata. Dengan

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Kemampuan Membayar Klaim untuk Perusahaan Asuransi Umum*

Metodologi Pemeringkatan Kemampuan Membayar Klaim untuk Perusahaan Asuransi Umum* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Desember 2014 Metodologi Pemeringkatan Kemampuan Membayar Klaim untuk Perusahaan Asuransi Umum* Pemeringkatan ICRA Indonesia untuk kemampuan membayar klaim (atau Claims

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Perdagangan*

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Perdagangan* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Juli 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Perdagangan* Metodologi pemeringkatan ini menjelaskan pendekatan ICRA Indonesia dalam menganalisis risiko bisnis dan

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Asuransi Jiwa*

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Asuransi Jiwa* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Desember 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Asuransi Jiwa* Pemeringkatan ICRA Indonesia untuk kemampuan membayar klaim (atau Claims Paying ability Ratings/CPR)

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Pertambangan Batubara*

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Pertambangan Batubara* ICRA Indonesia Rating Feature January 2011 Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Pertambangan Batubara* Ikhtisar Indonesia tercatat sebagai salah satu produsen batubara terbesar, eksportir batubara terbesar

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Pelayaran*

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Pelayaran* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Oktober 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Pelayaran* Pendahuluan Perairan Indonesia termasuk salah satu yang tersibuk di dunia. Dengan lebih dari 17.000

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Farmasi*

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Farmasi* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Mei 2015 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Farmasi* Tinjauan sekilas Sektor farmasi di Indonesia telah tumbuh dua digit sejak tahun 2009 didorong oleh permintaan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO 1. Risiko Keuangan Dalam menjalankan usahanya Perseroan menghadapi risiko yang dapat mempengaruhi hasil usaha Perseroan apabila tidak di antisipasi dan dipersiapkan penanganannya dengan baik. Kebijakan

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Industri Pupuk*

Metodologi Pemeringkatan Industri Pupuk* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Januari 2014 Metodologi Pemeringkatan Industri Pupuk* Industri pupuk Indonesia merupakan salah satu sektor manufaktur yang sangat diatur oleh pemerintah. Industri ini

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan*

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Januari 2015 Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan* Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang terkuat dan kaya akan tujuan wisata di seluruh wilayah

Lebih terperinci

DITOPANG BISNIS MODEL YANG KOKOH, ADARO ENERGY BUKUKAN LABA INTI SEBESAR US$148 JUTA Pasar batubara masih menghadapi periode yang penuh tantangan

DITOPANG BISNIS MODEL YANG KOKOH, ADARO ENERGY BUKUKAN LABA INTI SEBESAR US$148 JUTA Pasar batubara masih menghadapi periode yang penuh tantangan NEWS RELEASE Jakarta, 31 Agustus 2015 Informasi lebih lanjut silahkan hubungi: Cameron Tough, Corporate Secretary & Investor Relations Division Head cameron.tough@adaro.com DITOPANG BISNIS MODEL YANG KOKOH,

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Jasa Perminyakan*

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Jasa Perminyakan* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Maret 2015 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Jasa Perminyakan* Latar Belakang Industri minyak dan gas telah mengalami perubahan dramatis baik di pasar domestik

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Pertambangan Batubara*

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Pertambangan Batubara* ICRA Indonesia Rating Feature Oktober 2013 Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Pertambangan Batubara* Ikhtisar Indonesia tercatat sebagai salah satu produsen batubara terbesar dan ekportir batubara thermal

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan*

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Januari 2014 Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan* Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang terkuat dan kaya akan tujuan wisata di seluruh wilayah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ekonomi nasional. Hasil analisis lingkungan industri menunjukkan bahwa industri

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ekonomi nasional. Hasil analisis lingkungan industri menunjukkan bahwa industri BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pertumbuhan industri baja saat ini sedang tumbuh dengan cepat (fast growing), seiring meningkatnya konsumsi baja nasional dan pertumbuhan ekonomi nasional. Hasil

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5626 KEUANGAN. OJK. Manajemen. Resiko. Terintegerasi. Konglomerasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 348) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Pembiayaan

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Pembiayaan Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Desember 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Pembiayaan Perusahaan pembiayaan, atau dikenal sebagai perusahaan multifinance, memainkan peran yang penting dalam

Lebih terperinci

Laba Bersih Kuartal AGII Naik Lebih Dari 10% Year-On-Year dengan total melebihi Rp 30 miliar

Laba Bersih Kuartal AGII Naik Lebih Dari 10% Year-On-Year dengan total melebihi Rp 30 miliar LAPORAN PERS Untuk Segera Didistribusikan Laba Bersih Kuartal 1 2018 AGII Naik Lebih Dari 10% Year-On-Year dengan total melebihi Rp 30 miliar Jakarta, 1 Mei 2018 PT Aneka Gas Industri, Tbk (Stock Code:

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh positif sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini terlihat dari peningkatan nilai

Lebih terperinci

NEWS RELEASE Jakarta, 14 Maret 2016

NEWS RELEASE Jakarta, 14 Maret 2016 NEWS RELEASE Jakarta, 14 Maret 2016 Untuk informasi lebih lanjut, hubungi: Mahardika Putranto, Head of Corporate Secretary & Investor Relations Division corporate.secretary@adaro.com; investor.relations@adaro.com

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

Laba Bersih AGII Tahun 2017 Naik 52% di atas Rp 90 miliar,

Laba Bersih AGII Tahun 2017 Naik 52% di atas Rp 90 miliar, LAPORAN PERS Untuk Segera Didistribusikan Laba Bersih AGII Tahun 2017 Naik 52% di atas Rp 90 miliar, Jakarta, 29 Maret 2018 PT Aneka Gas Industri, Tbk. (Stock Code: AGII.IJ) merilis laporan keuangan yang

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

PT ICRA Indonesia (ICRA Indonesia) PERINGKAT PERUSAHAAN (METODOLOGI)*

PT ICRA Indonesia (ICRA Indonesia) PERINGKAT PERUSAHAAN (METODOLOGI)* PT ICRA Indonesia (ICRA Indonesia) PERINGKAT PERUSAHAAN (METODOLOGI)* PENDAHULUAN Jasa pemeringkatan perusahaan ICRA Indonesia berupaya untuk memberikan opini tentang kualitas kredit fundamental dari perusahaan

Lebih terperinci

Pendekatan Untuk Pemeringkatan Perusahaan Telepon Seluler*

Pendekatan Untuk Pemeringkatan Perusahaan Telepon Seluler* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia November 2014 Pendekatan Untuk Pemeringkatan Perusahaan Telepon Seluler* Metodologi pemeringkatan ICRA Indonesia untuk perusahaan penyedia layanan telekomunikasi seluler

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Baja merupakan bahan baku penting dalam proses industri sehingga

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Baja merupakan bahan baku penting dalam proses industri sehingga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Baja merupakan bahan baku penting dalam proses industri sehingga konsumsi baja dapat digunakan sebagai indikasi kemajuan suatu negara (Hudson, 2010). Kecenderungan konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya dunia usaha saat ini membuat persaingan antar perusahaan sejenis semakin ketat. Untuk menjaga kelangsungan perusahaan dalam menghadapi persaingan

Lebih terperinci

Analisis Kredit. Analisa Laporan Keuangan Kelas CA. Nadia Damayanti Ranita Ramadhani

Analisis Kredit. Analisa Laporan Keuangan Kelas CA. Nadia Damayanti Ranita Ramadhani Analisis Kredit Analisa Laporan Keuangan Kelas CA Nadia Damayanti 115020300111008 Ranita Ramadhani 115020300111037 ANALISIS KREDIT LIKUIDITAS DAN MODAL KERJA Likuiditas adalah kemampuan untuk mengubah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Agustus 2014, neraca perdagangan Thailand dengan

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya daya beli masyarakat. Tabel 1.1 Tren Penjualan Industri Komponen Otomotif

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya daya beli masyarakat. Tabel 1.1 Tren Penjualan Industri Komponen Otomotif 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan pasar komponen otomotif di Indonesia selama ini cukup baik, terutama pasar komponen untuk purna jual.pasar komponen otomotif untuk purna jual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. signifikan, hal ini ditandai dengan diterbitkannya paket-paket deregulasi

BAB I PENDAHULUAN. signifikan, hal ini ditandai dengan diterbitkannya paket-paket deregulasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Industri perbankan di Indonesia telah mengalami perkembangan yang signifikan, hal ini ditandai dengan diterbitkannya paket-paket deregulasi keuangan, moneter dan

Lebih terperinci

Stabilitas Harga Menentukan Industri Baja

Stabilitas Harga Menentukan Industri Baja Stabilitas Harga Menentukan Industri Baja Jajang Yanuar Habib jajang@wdspcorp.org Abstrak Meningkatnya pasokan impor dengan harga yang relatif lebih murah berdampak pada menurunnya daya saing industri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi yang dilakukan oleh perusahaan. Risiko di sini adalah kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. produksi yang dilakukan oleh perusahaan. Risiko di sini adalah kemungkinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap kegiatan tidak bisa dilepaskan dari risiko, begitu pula dengan kegiatan produksi yang dilakukan oleh perusahaan. Risiko di sini adalah kemungkinan penyimpangan

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memfasilitasi investor untuk berinvestasi, untuk mendapatkan pengembalian yang

BAB I PENDAHULUAN. memfasilitasi investor untuk berinvestasi, untuk mendapatkan pengembalian yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Dalam era persaingan global setiap negara ingin bersaing secara internasional, sehingga dalam hal ini kebijakan yang berbeda diterapkan untuk memfasilitasi investor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dunia usaha dewasa ini sangat dituntut untuk lebih bersikap tanggap dan jeli dalam menghadapi era globalisasi sehingga perusahaan dapat tetap bertahan serta berkembang di tengah

Lebih terperinci

Tabel 1. Ringkasan Laporan Laba Rugi untuk 9 bulan yang berakhir pada 30 September 2012/2011

Tabel 1. Ringkasan Laporan Laba Rugi untuk 9 bulan yang berakhir pada 30 September 2012/2011 Jakarta, 30 Oktober, 2012 Press Release AKRA 9M 2012 mencatat pertumbuhan yang stabil pada Pendapatan Penjualan dan Laba Neto Pendapatan Penjualan meningkat 13,4% mencapai Rp 16.3 Triliun; Laba Neto meningkat

Lebih terperinci

POKOK POKOK PERUBAHAN ISI PROSPEKTUS HMETD

POKOK POKOK PERUBAHAN ISI PROSPEKTUS HMETD SOSIALISASI PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAMBAHAN MODAL PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN MEMBERIKAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU Jakarta,

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Oktober 2008 INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Pada Oktober 2008, pertumbuhan tertinggi secara tahunan terjadi pada produksi kendaraan niaga, sementara secara bulanan terjadi pada produksi kendaraan non niaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor rill dan sektor keuangan. Salah satu sektor yang cukup baik untuk dicermati

BAB I PENDAHULUAN. sektor rill dan sektor keuangan. Salah satu sektor yang cukup baik untuk dicermati BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perekonomian dalam negeri mengalami perbaikan pada tahun 2010 ini. Fenomena pertumbuhan ekonomi negara yang terus bergerak naik serta dukungan pemerintah terhadap iklim

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN. dengan negara lain, seperti Filipina yang mencapai 72 kg/kapita, Malaysia sudah

BAB I: PENDAHULUAN. dengan negara lain, seperti Filipina yang mencapai 72 kg/kapita, Malaysia sudah BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri baja merupakan salah satu industri pendukung pembangunan nasional yang sesuai dengan rencana strategis yang sedang direncanakan oleh Pemerintah Indonesia

Lebih terperinci

Rantai Pasokan Global (Global Supply Chains)

Rantai Pasokan Global (Global Supply Chains) Rantai Pasokan Global (Global Supply Chains) McGraw-Hill/Irwin Copyright 2013 by The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved. Gambaran rantai pasokan global Kondisi Ekonomi global sebagai alasan

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap kuat tetapi tekanan semakin meningkat Indikator ekonomi global telah sedikit membaik, harga komoditas telah mulai meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL SELEKSI PASAR DAN LOKASI BISNIS INTERNASIONAL Terdapat dua tujuan penting, konsentrasi para manajer dalam proses penyeleksian pasar dan lokasi, yaitu: - Menjaga biaya-biaya

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perbankan

Metodologi Pemeringkatan untuk Perbankan Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Desember 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Perbankan Peringkat ICRA Indonesia menilai risiko kredit dari bank yang merupakan fungsi dari risiko bisnis dan risiko keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dalam dunia usaha yang semakin ketat menuntut perusahaan perusahaan sejenis untuk terus mengembangkan skala usahanya. Dalam menghadapi persaingan ini perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Enterprice (DICE) dan telah memiliki kapasitas produksi terpasang tahunan

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Enterprice (DICE) dan telah memiliki kapasitas produksi terpasang tahunan BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan Sejarah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk diawali pada tahun 197 dengan rampungnya pendirian pabrik Indocement yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keunggulan kompetitif dan daya saing yang kuat. BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya

BAB I PENDAHULUAN. keunggulan kompetitif dan daya saing yang kuat. BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi dan arus informasi yang semakin canggih dan modern menyebabkan perkembangan dunia usaha semakin pesat. Tingkat persaingan yang semakin

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perusahaan mempunyai satu tujuan utama untuk dapat memperoleh keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perusahaan mempunyai satu tujuan utama untuk dapat memperoleh keuntungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan mempunyai satu tujuan utama untuk dapat memperoleh keuntungan dan berkembang serta mempertahankan kelangsungan hidupnya. Perusahaan harus bersaing

Lebih terperinci

PT Lionmesh Prima Tbk

PT Lionmesh Prima Tbk PT Lionmesh Prima Tbk Public Expose Hotel JW Marriott, 06 Juni 2017 Daftar Isi Profil Perusahaan Tinjauan Ekonomi Kinerja Perusahaan Tanggung Jawab Sosial (CSR) Prospek Usaha 2017 Target Usaha 2017 Pabrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sektor Properti Sektor properti merupakan sektor yang rentan terhadap perubahan dalam perekonomian, sebab sektor properti menjual produk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan didirikannya suatu perusahaan umumnya adalah untuk. memperoleh laba, meningkatkan penjualan, memaksimalkan nilai saham, dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan didirikannya suatu perusahaan umumnya adalah untuk. memperoleh laba, meningkatkan penjualan, memaksimalkan nilai saham, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan didirikannya suatu perusahaan umumnya adalah untuk memperoleh laba, meningkatkan penjualan, memaksimalkan nilai saham, dan meningkatkan kesejahteraan pemegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 12,94% meskipun relatif tertinggal bila dibandingkan dengan kinerja bursa

BAB I PENDAHULUAN. 12,94% meskipun relatif tertinggal bila dibandingkan dengan kinerja bursa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Beragam isu membayangi, indeks Pasar Modal Indonesia sukses melewati semua ujian. Sepanjang 2012, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencerminkan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masalah pendanaan menjadi tombak dalam dunia usaha dan perekonomian. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. International Yearbook of Industrial Statistics 2016, industri manufaktur di

BAB 1 PENDAHULUAN. International Yearbook of Industrial Statistics 2016, industri manufaktur di 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri di Indonesia semakin pesat, perkembangan ini memberikan pengaruh pada persaingan di dalam industri. Salah satu cara yang dapat digunakan

Lebih terperinci

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global Fokus Negara IMF Orang-orang berjalan kaki dan mengendarai sepeda selama hari bebas kendaraan bermotor, diadakan hari Minggu pagi di kawasan bisnis Jakarta di Indonesia. Populasi kaum muda negara berkembang

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 9 /POJK.04/2017 TENTANG BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DAN PROSPEKTUS RINGKAS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM EFEK

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil analisis keuangan yang penulis lakukan terhadap penilaian kinerja keuangan pada perusahaan PT Astra Otoparts Tbk, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan perekonomian suatu negara dan tingkat kesejahteraan penduduk secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi telah menghapuskan batasan bagi perusahaan dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi telah menghapuskan batasan bagi perusahaan dalam melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi telah menghapuskan batasan bagi perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha. Dengan adanya penghapusan batasan ini, persaingan dalam dunia

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

Hasil keuangan AKRA 6M 2012 teraudit dirilis, Laba Neto 6M 2012 meningkat 23% YOY menjadi 297 Miliar

Hasil keuangan AKRA 6M 2012 teraudit dirilis, Laba Neto 6M 2012 meningkat 23% YOY menjadi 297 Miliar Jakarta, 27 September, 2012 Press Release Hasil keuangan AKRA 6M 2012 teraudit dirilis, Laba Neto 6M 2012 meningkat 23% YOY menjadi 297 Miliar JAKARTA, 27 September 2012 - PT AKR Corporindo Tbk ("AKRA"

Lebih terperinci

Pengantar Bisnis. Tujuan, Sumber Daya, dan Stakeholders Bisnis MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Pengantar Bisnis. Tujuan, Sumber Daya, dan Stakeholders Bisnis MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Tujuan, Sumber Daya, dan Stakeholders Bisnis Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi & Bisnis Akuntansi 01 MK84014 Abstract Tujuan dan perkembangan dunia bisnis;

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa guna mewujudkan masyarakat adil dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan persaingan usaha yang sangat ketat. Hal ini akan mendorong

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan persaingan usaha yang sangat ketat. Hal ini akan mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kondisi ekonomi global yang terus maju pada saat ini, akan dapat menimbulkan persaingan usaha yang sangat ketat. Hal ini akan mendorong manajer perusahaan dalam

Lebih terperinci

Analisis fundamental. Daftar isi. [sunting] Analisis fundamental perusahaan. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Analisis fundamental. Daftar isi. [sunting] Analisis fundamental perusahaan. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Analisis fundamental Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Analisis fundamental adalah metode analisis yang didasarkan pada fundamental ekonomi suatu perusahaan. Teknis ini menitik beratkan

Lebih terperinci

ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI

ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI PENGENALAN ASET LANCAR aset lancar merupakan sumber daya atau klaim atas sumber daya yang langsung dapat diubah menjadi kas, biasanya dalam jangka waktu siklus operasi perusahaan.

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR IX.B.1 : PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK

PERATURAN NOMOR IX.B.1 : PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK PERATURAN NOMOR IX.B.1 : PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-49/PM/1996, Tanggal 17 Januari 1996 Suatu Pernyataan Pendaftaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor, di Indonesia sendiri banyak yang mengemukakan bahwa faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. faktor, di Indonesia sendiri banyak yang mengemukakan bahwa faktor-faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kekuatan struktur modal perusahaan banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, di Indonesia sendiri banyak yang mengemukakan bahwa faktor-faktor yang terkait

Lebih terperinci

Prospek Ekonomi Regional ASEAN ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Ringkasan

Prospek Ekonomi Regional ASEAN ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Ringkasan Prospek Ekonomi Regional ASEAN+3 2018 ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) 2018 Ringkasan Prospek dan Tantangan Ekonomi Makro Prospek ekonomi global membaik di seluruh kawasan negara maju dan berkembang,

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut

Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut Indonesia sedang mengalami penyesuaian ekonomi yang cukup berarti yang didorong oleh perlemahan neraca eksternalnya yang membawa perlambatan pertumbuhan dan peningkatan

Lebih terperinci

Konsumsi Baja per Kapita Tahun 2014

Konsumsi Baja per Kapita Tahun 2014 Kg/Kapita BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri baja merupakan salah satu industri pendukung pembangunan nasional yang sesuai dengan rencana strategis yang sedang direncanakan oleh Pemerintah Indonesia

Lebih terperinci

Materi 8. deden08m.com 1

Materi 8. deden08m.com 1 Materi 8 STRATEGI BISNIS deden08m.com 1 Melihat Keuntungan Persaingan 1) Strategi biaya rendah 2) Strategi membuat perbedaan 3) Strategi berbasis kecepatan 4) Fokus Pasar deden08m.com 2 Ø Strategi Biaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi nasional suatu negara sangat memengaruhi tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi nasional suatu negara sangat memengaruhi tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi nasional suatu negara sangat memengaruhi tingkat konsumsi baja nasionalnya. Sejalan dengan perkembangan perekonomian nasional Indonesia,

Lebih terperinci

PRESS RELEASE PAPARAN PUBLIK 2015 PT KMI WIRE AND CABLE Tbk 11 AGUSTUS 2015

PRESS RELEASE PAPARAN PUBLIK 2015 PT KMI WIRE AND CABLE Tbk 11 AGUSTUS 2015 PRESS RELEASE PAPARAN PUBLIK 2015 PT KMI WIRE AND CABLE Tbk 11 AGUSTUS 2015 PENJUALAN TAHUN 2014 Pada tahun 2014 Perusahaan membukukan penjualan sebesar Rp. 2.384 milyar, turun sebesar 7% dari penjualan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan bebas. Perdagangan bebas merupakan suatu kegiatan jual beli produk antar negara tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi industri-industri secara keseluruhan, baik untuk infrastruktur

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi industri-industri secara keseluruhan, baik untuk infrastruktur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri baja sebagai industri strategis yang digunakan sebagai bahan baku penting bagi industri-industri secara keseluruhan, baik untuk infrastruktur (pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian adalah indikator Produk Domestik Bruto (PDB). PDB pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian adalah indikator Produk Domestik Bruto (PDB). PDB pada dasarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian secara global maupun nasional di Indonesia sering mengalami ketidakstabilan. Salah satu indikator untuk melihat tingkat pertumbuhan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setelah adanya deregulasi dalam pasar modal dan situasi kebijakan uang ketat yang mulai berlaku pada tahun 1991, banyak perusahaan melakukan go public

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Eddy Cahyono (2012), Era globalisasi telah membawa

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Eddy Cahyono (2012), Era globalisasi telah membawa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Eddy Cahyono (2012), Era globalisasi telah membawa pembaruan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di dunia internasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja ekonomi Indonesia yang mengesankan dalam 30 tahun terakhir sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan dan kerentanan

Lebih terperinci