Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Pelayaran*

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Pelayaran*"

Transkripsi

1 Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Oktober 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Pelayaran* Pendahuluan Perairan Indonesia termasuk salah satu yang tersibuk di dunia. Dengan lebih dari pulau, Indonesia memiliki wilayah perairan yang sangat luas sehingga kebutuhan untuk transportasi laut terus berkembang. Kondisi geografis ini membuat transportasi laut menjadi moda penting untuk pengiriman barang dan jasa di dalam negeri. Saat ini, terdapat lebih dari 100 pelabuhan komersial dan kapal yang terdaftar di dalam negeri dari berbagai ukuran yang melayari berbagai perairan tersebut. Selanjutnya, transportasi laut juga dimanfaatkan untuk mengangkut bahan tambang berupa mineral di dalam negeri. Perkembangan jasa pelayaran dan pelabuhan di seluruh negeri tetap mendapat perhatian serius dari Pemerintah. Untuk mendorong pertumbuhan perusahaan pelayaran domestik, pemerintah menerapkan 'asas cabotage' pada tahun 2005 dimana pengiriman penumpang dan barang di dalam negeri (kecuali aktivitas eksplorasi minyak dan gas, jasa pengeboran serta pemeliharaan lepas pantai dan lain-lain yang mungkin memerlukan kapal khusus) dibatasi hanya untuk perusahaan pelayaran domestik (kapal yang terdaftar di dalam negeri) dan diawaki oleh warga negara Indonesia. Seiring dengan ekonomi yang terus tumbuh, industri pelayaran juga telah berkembang selama periode tersebut. Permintaan atas pelayaran domestik telah tumbuh dengan stabil pasca penerapan asas cabotage. Armada kapal komersial domestik telah meningkat menjadi sekitar pada bulan Juli 2013 dari sekitar pada Maret 2005, menurut Asosiasi Pemilik Kapal Nasional Indonesia (INSA). Volume tonase kotor meningkat tiga kali lipat menjadi sekitar 17,89 juta gt dari sekitar 5,67 juta gt dalam periode yang sama. Selain itu, untuk memenuhi permintaan kapal yang terus meningkat, sekitar 200 galangan kapal telah tersedia dengan kapasitas gabungan sekitar tonase bobot mati (dwt) dan kapasitas pemeliharaan sekitar 10 juta dwt. Dengan berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean (AEC), industri perkapalan memiliki prospek cerah di perairan internasional. Bisnis pelayaran ditandai dengan intensitas modal yang tinggi, tarif angkutan yang berfluktuasi, penawaran jasa yang bersifat komoditas dan tingkat persaingan yang terfragmentasi. Meskipun didukung oleh 'asas cabotage', bisnis pelayaran tetap tunduk pada persaingan di perairan internasional terutama dari perusahaan perkapalan asing yang bebas untuk menjelajahi berbagai benua. Profil risiko kredit dari sektor pelayaran juga meningkat ditandai dengan tingkat hutang yang umumnya lebih tinggi yang dimiliki oleh pemilik kapal untuk mendanai akuisis kapal baru/bekas. Untuk mengimbangi sebagian risiko keuangan tersebut kapal dengan kualitas tinggi dipakai sebagai jaminan. Menguasai dan melelang kapal relatif mudah dibandingkan dengan aset perusahaan manufaktur sehingga memberikan peluang keluar yang baik bagi pemberi pinjaman. Mengingat adanya kekhawatiran di atas, beberapa perusahaan pelayaran telah melakukan mitigasi untuk mengimbangi risiko yang dihadapi sektor ini. Penilaian ICRA Indonesia terhadap perusahaan pelayaran mencakup profil risiko bisnis dan keuangan, dengan penekanan pada mitigasi risiko. Profil Risiko Bisnis Kualitas armada: Daya jual kapal terutama ditentukan oleh kualitasnya. Kualitas armada adalah fungsi dari: a) Umur kapal b) lambung kapal dan aspek struktural lainnya c) Asal-usul kapal Umur kapal adalah faktor penting karena kapal baru memiliki keuntungan lebih dibandingkan kapal tua seperti konsumsi bahan bakar yang lebih rendah, kecepatan yang tinggi, otomatisasi tinggi, biaya pemeliharaan dan personel yang rendah. Meskipun tetap dapat beroperasi, tarif angkut kapal tua terkena diskon dibandingkan dengan kapal baru yang dapat meningkat dari tahun ke tahun sampai sebuah titik di mana kapal tersebut tidak lagi layak untuk dioperasikan. Selain itu, dalam kondisi di ICRA Indonesia

2 mana pasokan melebihi permintaan, daya jual kapal tua patut dipertanyakan. Kapal tua juga mengalami aturan klasifikasi yang ketat dan mengarah kepada pengeluaran yang lebih tinggi. Armada yang lebih muda di sisi lain dapat memberikan fleksibilitas pendanaan untuk manajemen karena nilai agunannya yang cenderung lebih tinggi, disamping lebih transparan. Lambung kapal dan aspek struktural lainnya penting bagi kapal yang mengangkut komoditas yang sensitif terhadap lingkungan seperti minyak mentah atau penyulingan minyak. Negara-negara tertentu telah memberlakukan pembatasan pelayaran atas tanker yang berlambung tunggal. Asal-usul kapal dapat berupa asal negara kapal tersebut tercatat, klasifikasinya ataupun persetujuan utama untuk pengangkutan minyak (bagi kapal tanker). ICRA Indonesia memperhatikan keuntungan dari penerapan asas cabotage untuk perusahaan pelayaran dalam negeri. Perlindungan yang diberikan peraturan ini sebagian dapat mengimbangi beberapa kerugian terkait faktor usia kapal yang dialami oleh perusahaan pelayaran Indonesia karena aktifitas pembuatan kapal memerlukan waktu yang lama dan oleh karenanya kapal baru mungkin tidak segera tersedia untuk memenuhi permintaan. Namun demikian, pendapatan mereka akan terus bergejolak mengingat kebijakan tersebut hanya memastikan adanya pengangkutan bagi kapal tersebut. Ukuran kapal: Mengingat persaingan yang terfragmentasi dan sebagian besar barang komoditas yang diangkut, ukuran absolut kapal tidak mencerminkan kekuatan atas pasar atau harga. Namun demikian, ukuran kapal dapat memberikan skala ekonomi (misalnya biaya pelabuhan/biaya bongkar muat/biaya asuransi/potongan harga untuk pembangunan atau pemeliharaan kapal/pendanaan biaya yang lebih rendah) untuk meningkatkan laba operasi dan efisiensi biaya yang lebih tinggi. Ukuran tertentu juga memudahkan perusahaan menawarkan jasa pelayaran yang lebih sering dan dapat diandalkan. Armada kapal yang lebih besar memiliki fleksibilitas yang lebih tinggi untuk bereaksi terhadap perubahan dalam pola perdagangan dan transportasi secara geografis. Perusahaan pelayaran berskala kecil lebih rentan terhadap kenaikan biaya, perubahan peraturan serta dinamika industri pelayaran. Diversifikasi: Diversifikasi memberikan perusahaan kemampuan untuk mengimbangi perubahan atas permintaan dan pasokan di salah satu segmen bisnis, wilayah, industri atau profil pelanggan. Diversifikasi dalam industri pelayaran dapat dikalsifikasikan menjadi 3 hal yakni: (i) segmen (ii) geografi (iii) klien Diversifikasi berdasarkan segmen seperti kapal tanker, kapal pengangkut gas, kapal curah, kapal kontainer, kapal minyak lepas pantai, dan kapal penumpang mampu mengimbangi gejolak pada segmen tertentu seperti kapal tanker minyak mentah, mengurangi perubahan struktural suatu sektor dan dapat memberikan perlindungan terhadap risiko. Diversifikasi geografis, meskipun terbatas di industri domestik: a) mengurangi gejolak pendapatan akibat dari perubahan siklus dan struktural permintaan regional b) menyeimbangkan pendapatan antar jalur perdagangan c) memungkinkan realokasi kapal untuk pemanfaatan yang maksimal d) meringankan dampak perubahan peraturan di daerah atau negara tertentu dan e) mengurangi risiko geopolitik. Diversifikasi pelanggan/klien dinilai untuk melihat ketergantungan pada pelanggan tertentu. Beberapa perusahaan pelayaran sangat tergantung kepada beberapa pelanggan utamanya (misalnya perusahaan minyak atau ekspedisi global), sementara perusahaan pelayaran lainnya memiliki pelanggan yang lebih terdiversifikasi. Karena biaya yang ditanggung pelanggan rendah apabila pindah ke perusahaan lain, hal dapat berdampak pada utilisasi armada apabila pelanggan besar pindah ke pesaing. Kontrak Penyewaan: ICRA Indonesia menilai filosofi manajemen perusahaan terkait dengan penyewaan armada baik kontrak spot maupun jangka panjang karena hal ini akan menentukan variasi arus kas. Secara umum, kontrak spot lebih berfluktuatif dibandingkan dengan kontrak jangka menengah dan panjang. Gejolak dalam bisnis pelayaran terjadi dalam dua bentuk - siklus dan acak. Gejolak siklus berkaitan dengan keseimbangan permintaan-pasokan dalam bisnis pelayaran. Hal ini muncul karena kecenderungan penambahan kapasitas yang berlebihan dalam industri tersebut. Pembangunan kapal baru memakan waktu hingga 2-4 tahun dan penetapan kontrak selama terjadi ICRA Indonesia Halaman 2 dari 5

3 booming angkutan pelayaran direalisasikan dua-tiga tahun kemudian ketika kondisi permintaan mungkin telah berubah. Unsur acak dalam tarif angkutan laut mengacu pada fluktuasi terkait dengan peristiwa jangka pendek seperti pemogokan, kecelakaan, faktor cuaca atau hambatan lain dalam jalur pelayaran utama, dan lain-lain. Hal-hal tersebut terus terjadi dalam industri pelyaran dan mempengaruhi tarif angkutan dengan mengubah permintaan atau ketersediaan kapal untuk jangka waktu yang relatif singkat (katakanlah beberapa hari sampai beberapa bulan). Peristiwa jangka pendek ini tidak mungkin untuk diramalkan, tetapi sensitivitas pasar terhadap kejadian tersebut akan meningkat ketika utilitas kapasitas angkutan sudah tinggi. Karena gejolak tersebut, dibutuhkan keahlian lebih untuk bermain di pasar spot. Sementara pengembalian bisa lebih tinggi dalam strategi tersebut, risiko yang melekat juga tinggi. Dari perspektif pemeringkatan, ICRA Indonesia memandang baik jika perusahaan pelayaran sebagian besar pendapatannya dapat diperkirakan yang berasal dari kontrak jangka menengah hingga panjang. Utilisasi armada: Pengelolaan logistik merupakan kunci untuk meningkatkan utilisasi kapasitas dan mengoptimalkan pendapatan. Contohnya adalah ketika kapal dalam perjalanan untuk mengambil kargo dalam keadaan kosong dan jadwal waktu pemeliharaan bertepatan dengan siklus penurunan permintaan di pasar pelayaran untuk meminimalkan kerugian pendapatan. Parameter kunci yang dianalisis oleh ICRA Indonesia untuk memahami utilisasi armada adalah tren muatan dalam ton-mil yang dicapai terhadap ton-mil yang tersedia sepanjang tahun berdasarkan jumlah hari pelayaran kapal. Strategi akuisisi dan penjualan armada: Pemilik kapal dapat membeli baik kapal baru (dengan menempatkan pesanan pembuatan kapal) maupun bekas (berasal dari pasar). Pembelian kapal baru bisa memakan waktu yang bervariasi antara 2-4 tahun sejak penempatan pesanan, sedangkan pembelian kapal bekas hanya membutuhkan waktu dalam hitungan minggu, jika dana dan izin lainnya telah siap. Sementara kedua strategi memiliki kelebihan dan kekurangan, membeli kapal bekas memerlukan wawasan yang mendalam tentang pasar and kemampuan menentukan waktu yang tepat saat kondisi pasar tertentu untuk mendapatkan keuntungan dari strategi tersebut. Harga kapal bekas berfluktuasi dan seringkali dipengaruhi oleh tarif angkutan yang berlaku. Perusahaan pelayaran yang sukses mampu mengelola aset, membeli kapal pada saat penurunan siklus, mendayagunakan kapal selama beberapa tahun dan menjual saat di puncak siklus. Di sisi lain, terdapat perusahaan yang lebih memilih untuk membeli kapal baru dan beroperasi sepanjang siklus hidupnya, yang dianggap positif dari perspektif pemeringkatan. Kebijakan awak kapal: Secara global, perusahaan pelayaran mengadopsi berbagai strategi untuk pengelolaan awak kapal, mulai dari outsourcing total hingga pemanfaatan semua tenaga kerja internal. Strategi ini memiliki implikasi pada biaya tenaga kerja. Industri pelayaran akhir-akhir ini telah mengalami kekurangan tenaga kerja terampil khususnya dalam kategori petugas awak kapal. Dengan demikian, kemampuan perusahaan untuk memastikan keberadaan awak kapal termasuk pelatihan untuk mengembangkan keahlian merupakan parameter kunci dari perspektif pemeringkatan. Untuk industri yang sedang berkembang, kebutuhan tenaga kerja terampil selalu merupakan faktor penting. Dalam konteks ini, perusahaan dengan pengelolaan staf yang kompetitif akan sanggup menunjukkan kelebihannya dibandingkan dengan yang lain. Kualitas Manajemen: Semua peringkat utang harus menggabungkan penilaian terhadap kualitas manajemen emiten dan kekuatan/kelemahan yang timbul dari emiten karena menjadi bagian dari "kelompok". Hal penting lainnya adalah arus kas keluar emiten untuk mendukung entitas kelompok lain dalam hal emiten adalah termasuk salah satu entitas kuat dalam kelompok. Biasanya, diskusi rinci dilakukan dengan manajemen emiten untuk memahami tujuan bisnis, rencana dan strategi, dan pandangan tentang kinerja masa lalu, selain prospek industri emiten. Beberapa hal lain yang dinilai adalah: Pengalaman promotor/manajemen dalam bidang usaha yang bersangkutan Komitmen promotor/manajemen terhadap bidang usaha yang digeluti Kebijakan promotor/manajemen untuk pengambilan dan pengendalian risiko Kebijakan-kebijakan emiten mengenai hutang, risiko suku bunga dan mata uang Rencana emiten pada proyek-proyek baru, akuisisi, ekspansi, dan lain-lain Kekuatan perusahaan lain milik kelompok yang sama dengan emiten Kemampuan dan kemauan grup untuk mendukung emiten seperti penambahan modal, jika diperlukan. ICRA Indonesia Halaman 3 dari 5

4 Profil Risiko Keuangan Tujuannya adalah untuk menentukan posisi keuangan dan profil risiko keuangan emiten saat ini. Beberapa aspek yang dianalisis secara rinci dalam konteks ini adalah: Struktur Biaya: Biaya operasional tetap dan biaya terkait modalmerupakan komponen terbesar dari struktur biaya kapal yang disetarakan dengan tarif sewa dalam suatu kurun waktu tertentu (time charter equivalent, TCE), yang dianalisis per hari ($/hari) dengan memperhitungkan jumlah hari kapal beroperasi. Biaya operasional tetap kapal terdiri dari biaya awak kapal, pengeluaran untuk perbaikan dan pemeliharaan, asuransi untuk lambung dan mesin kapal serta biaya administrasi. Biaya modal terdiri dari bunga, penyusutan dan beban sewa. Selain itu, pengeluaran untuk docking (pemeliharaan kapal skala besar) juga dilakukan secara berkala (setiap 2,5 tahun). Untuk kapal yang beroperasi berdasarkan kontrak sewa pengangkutan, biaya perjalanan seperti bahan bakar, biaya pelabuhan, biaya kanal dan komisi broker juga diperhitungkan selain biaya operasional tetap. Biaya operasional tetap termasuk biaya pemeliharaan skala besar sebagian besar merupakan fungsi dari usia kapal dan peraturan. Biaya modal dipengaruhi oleh biaya akuisisi, strategi pendanaan yang dipakai untuk akuisisi armada dan umur sisa armada tersebut. Kapal baru yang didanai dengan utang yang tinggi memiliki biaya modal yang lebih tinggi. Berkenaan dengan biaya perjalanan, sekalipun dibebankan kepada penyewa sebagai bagian dari biaya sewa, setiap kenaikan abnormal pada pengeluaran seperti bahan bakar selama periode pelayaran dapat berdampak pada TCE. Semakin tinggi biaya, semakin rendah kemampuan kapal untuk mengatasi siklus penurunan tarif sewa kapal yang dapat terjadi secara tiba-tiba dan drastis. Hal kunci untuk menahan risiko ini adalah dengan menghitung titik impas TCE (untuk menutupi biaya operasional tetap dan biaya pendanaan) untuk setiap jenis kapal, dan membandingkannya dengan tarif sewa terkini, tarif sewa jangka panjang dan perkiraan atas biaya sewa di beberapa tahun mendatang berdasarkan prediksi permintaan-pasokan di dalam industri. Tingkat impas yang lebih rendah adalah lebih baik dipandang dari perspektif pemeringkatan. Laba operasi: Fokus analisis adalah menentukan tren laba operasi emiten dan dibandingkan dengan para pesaingnya. Kebijakan keuangan: Secara umum kapal didanai dengan hutang yang tinggi karena kreditur nyaman dengan strategi pendanaan tersebut mengingat sifat agunan yang likuid. Namun demikian, dari sudut pandang pemeringkatan yang memperhatikan ketepatan waktu pembayaran hutang dibandingkan dengan tingkat pengembalian akhir ke kreditur, pendanaan melalui hutang bukanlah cara yang memberikan kenyamanan tinggi karena terdapat kemungkinan penundaan waktu (sebagian karena faktor prosedural) dalam hal mengakuisisi dan menjual kapal. Oleh karena itu, hutang yang lebih tinggi berarti profil risiko keuangan yang lebih tinggi, meskipun mungkin tidak bisa disamakan dengan perusahaan manufaktur. Dengan demikian, ICRA Indonesia menilai kebijakan keuangan manajemen berkaitan dengan struktur modal secara keseluruhan, menjaga saldo kas yang cukup sebagai cadangan selama siklus penurunan dan mempertahankan indikator hutang (Total Hutang/OPBDITA, OPBDITA/bunga, dan lain-lain) pada tingkat tertentu. Profil jatuh tempo yang berjangka panjang atas pinjaman sebagian dapat mengimbangi risiko yang terkait dengan tingkat hutang yang tinggi mengingat jangka waktu kembalinya investasi untuk akuisisi kapal yang panjang. Dalam konteks ini, kemampuan emiten untuk mengakses pinjaman jangka panjang dari kreditur asing dinilai karena hasrat kreditur dari Indonesia untuk pinjaman berjangka panjang apalagi mata uang asing terbatas. Selain itu, pinjaman dalam mata uang di mana sebagian besar pendapatan berasal dapat memberikan tingkat bunga yang kompetitif sehingga menurunkan biaya modal. Karena bisnis pelayaran bersifat global, akses atas pinjaman jangka panjang dengan tingkat suku bunga yang kompetitif dianggap sebagai kunci keunggulan kompetitif. ICRA Indonesia juga menilai fleksibilitas keuangan yang dimiliki oleh emiten seperti kemampuan membiayai kembali pinjaman, adanya kapal yang belum dijaminkan, investasi likuid dan lain-lain yang dapat mengurangi profil risiko keuangan yang tinggi. Arus kas ditahan dalam siklus bisnis: Perolehan kas suatu perusahaan pelayaran secara signifikan dipengaruhi oleh gejolak tarif sewa sehingga arus kas operasi mudah berfluktuasi. Dengan intensitas modal yang ada di industri ini, sebagian besar perusahaan pelayaran memiliki kebutuhan kas yang signifikan untuk kembali berinvestasi dalam armada. Aliran kas ditahan yang stabil dan kuat ICRA Indonesia Halaman 4 dari 5

5 membantu likuiditas dan memberikan fleksibilitas untuk berinvestasi dalam kapal baru. Selain itu, arus kas ditahan yang positif merupakan indikator kemampuan emiten untuk membayar hutang tepat pada waktunya. Indikator perlindungan hutang seperti RCF/Total Hutang dan RCF/bunga juga dianalisis untuk melihat berapa lama waktu yang dibutuhkan emiten untuk membayar hutang dan cadangan yang tersedia untuk membayar bunga. Hal-hal lainnya yang dianalisis adalah sebagai berikut: Risiko terkait mata uang asing: Risiko tersebut timbul jika sebagian besar biaya dan pendapatan emiten dalam mata uang yang berbeda. Contoh dalam hal ini akan mencakup perusahaan yang menjual di pasar domestik tetapi melakukan impor berskala besar dan unit berorientasi ekspor memiliki struktur biaya dalam mata uang lokal. Risiko mata uang asing juga dapat timbul dari kewajiban yang tidak dilindung nilai, terutama bagi perusahaan yang sebagian besar pendapatan mereka dalam mata uang lokal. Fokus di sini adalah pada penilaian kebijakan lindung nilai emiten yang bersangkutan dalam konteks jangka waktu dan sifat kontrak dengan klien (jangka pendek/jangka panjang, harga tetap/harga tidak tetap). Kesenjangan jatuh tempo, dan risiko terkait dengan suku bunga dan pembiayaan kembali: Ketergantungan besar pada pinjaman jangka pendek untuk mendanai investasi jangka panjang dapat mengekspos emiten terhadap risiko pembiayaan kembali yang signifikan, terutama selama periode likuiditas ketat. Keberadaan cadangan yang memadai berupa aset likuid/kredit bank untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dipandang secara positif. Demikian pula, sejauh mana emiten akan terpengaruh atas dampak pergerakan suku bunga dievaluasi. Intensitas Modal Kerja: Analisis pada bagian ini mengevaluasi tren indikator modal kerja emiten yang penting seperti piutang, persediaan dan hutang usaha, dibandingkan dengan para pesaingnya. Kualitas akuntansi: Dalam hal ini, kebijakan akuntansi, catatan atas pos-pos keuangan, dan komentar auditor ditinjau. Setiap penyimpangan dari praktik akuntansi yang berlaku umum dicatat dan laporan keuangan emiten tersebut disesuaikan untuk mencerminkan dampak penyimpangan tersebut. Kewajiban kontinjensi/paparan terhadap kewajiban di luar neraca: Dalam hal ini, kemungkinan pelimpahan kewajiban kontinjensi/paparan terhadap kewajiban di luar neraca dan implikasi keuangannya dievaluasi. Kesimpulan Seperti pada sektor manufaktur, pemeringkatan perusahaan pelayaran mencakup penilaian atas profil risiko bisnis, risiko manajemen dan risiko keuangan. Sementara siklus yang terdapat di sektor pelayaran menghasilkan profil risiko bisnis yang tinggi, sebagian besar atau hampir seluruhnya dapat dikurangi dengan penerapan mitigasi risiko bisnis dan keuangan yang dibahas sebelumnya. Penetapan peringkat akhir didasarkan pada faktor kuantitatif dan kualitatif, dengan penekanan lebih pada arus kas dan kemampuan pembayaran hutang di masa depan. Copyright, 2014, ICRA Indonesia. All Rights Reserved. Semua informasi yang tersedia merupakan infomasi yang diperoleh oleh ICRA Indonesia dari sumber-sumber yang dapat dipercaya keakuratan dan kebenarannya. Walaupun telah dilakukan pengecekan dengan memadai untuk memastikan kebenarannya, informasi yang ada disajikan 'sebagaimana adanya' tanpa jaminan dalam bentuk apapun, dan ICRA Indonesia khususnya, tidak melakukan representasi atau menjamin, menyatakan atau menyatakan secara tidak langsung, mengenai keakuratan, ketepatan waktu, atau kelengkapan dari informasi yang dimaksud. Semua informasi harus ditafsirkan sebagai pernyataan pendapat, dan ICRA Indonesia tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang dialami oleh pengguna informasi dalam menggunakan publikasi ini atau isinya. * Dimodifikasi dan diterjemahkan dari Rating Methodology for Shipping Companies dari ICRA Limited ICRA Indonesia Halaman 5 dari 5

PERINGKAT KREDIT PERUSAHAAN (Catatan Metodologi)*

PERINGKAT KREDIT PERUSAHAAN (Catatan Metodologi)* ICRA Indonesia Rating Feature Desember 2012 PERINGKAT KREDIT PERUSAHAAN (Catatan Metodologi)* Tujuan dasar peringkat kredit perusahaan adalah memberikan pendapat tentang risiko kredit relatif yang terkait

Lebih terperinci

PENDEKATAN UNTUK PEMERINGKATAN SURAT BERHARGA KOMERSIAL

PENDEKATAN UNTUK PEMERINGKATAN SURAT BERHARGA KOMERSIAL ICRA Indonesia Rating Feature Desember 2012 PENDEKATAN UNTUK PEMERINGKATAN SURAT BERHARGA KOMERSIAL Metodologi ICRA Indonesia untuk pemeringkatan surat berharga komersial (SBK) yang merupakan instrumen

Lebih terperinci

PERINGKAT PERUSAHAAN (Catatan Metodologi)*

PERINGKAT PERUSAHAAN (Catatan Metodologi)* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Oktober 2014 PERINGKAT PERUSAHAAN (Catatan Metodologi)* PENDAHULUAN Jasa pemeringkatan perusahaan ICRA Indonesia berupaya untuk memberikan opini tentang kualitas kredit

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Semen*

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Semen* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia April 2015 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Semen* Tinjauan sekilas Industri semen di Indonesia memiliki peran penting dalam perekonomian karena sangat mendukung

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Jasa Perminyakan*

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Jasa Perminyakan* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Maret 2015 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Jasa Perminyakan* Latar Belakang Industri minyak dan gas telah mengalami perubahan dramatis baik di pasar domestik

Lebih terperinci

PERINGKAT PERUSAHAAN (Metodologi)*

PERINGKAT PERUSAHAAN (Metodologi)* ICRA Indonesia Rating Feature Desember 2012 PERINGKAT PERUSAHAAN (Metodologi)* PENDAHULUAN Jasa pemeringkatan perusahaan ICRA Indonesia berupaya untuk memberikan opini tentang kualitas kredit fundamental

Lebih terperinci

PT ICRA Indonesia (ICRA Indonesia) PERINGKAT KREDIT PERUSAHAAN (METODOLOGI)*

PT ICRA Indonesia (ICRA Indonesia) PERINGKAT KREDIT PERUSAHAAN (METODOLOGI)* PT ICRA Indonesia (ICRA Indonesia) PERINGKAT KREDIT PERUSAHAAN (METODOLOGI)* Tujuan dasar peringkat kredit perusahaan adalah memberikan pendapat tentang resiko kredit relatif yang terkait dengan instrumen

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Industri Kimia

Metodologi Pemeringkatan Industri Kimia Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia September 2014 Metodologi Pemeringkatan Industri Kimia Pendahuluan Secara garis besar, produk kimia dapat dibedakan atas organik dan non-organik, dimana masingmasing

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia April 2015 Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit Pendahuluan Sektor perkebunan terutama kelapa sawit memiliki peran penting bagi perekonomian Indonesia karena

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Pertambangan Batubara*

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Pertambangan Batubara* ICRA Indonesia Rating Feature January 2011 Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Pertambangan Batubara* Ikhtisar Indonesia tercatat sebagai salah satu produsen batubara terbesar, eksportir batubara terbesar

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Asuransi Jiwa*

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Asuransi Jiwa* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Desember 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Asuransi Jiwa* Pemeringkatan ICRA Indonesia untuk kemampuan membayar klaim (atau Claims Paying ability Ratings/CPR)

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Konstruksi*

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Konstruksi* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Oktober 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Konstruksi* Sektor konstruksi di Indonesia memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional. Kontribusinya

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Kemampuan Membayar Klaim untuk Perusahaan Asuransi Umum*

Metodologi Pemeringkatan Kemampuan Membayar Klaim untuk Perusahaan Asuransi Umum* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Desember 2014 Metodologi Pemeringkatan Kemampuan Membayar Klaim untuk Perusahaan Asuransi Umum* Pemeringkatan ICRA Indonesia untuk kemampuan membayar klaim (atau Claims

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO 1. Risiko Keuangan Dalam menjalankan usahanya Perseroan menghadapi risiko yang dapat mempengaruhi hasil usaha Perseroan apabila tidak di antisipasi dan dipersiapkan penanganannya dengan baik. Kebijakan

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan ICRA Indonesia Rating Feature Desember 2012 Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak daerah wisata dengan berbagai ragam jenis wisata. Dengan

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Baja

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Baja Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Juli 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Baja Industri baja memainkan peran yang penting dalam pertumbuhan ekonomi. Baja merupakan komponen umum pada beberapa

Lebih terperinci

PT ICRA Indonesia (ICRA Indonesia) PERINGKAT PERUSAHAAN (METODOLOGI)*

PT ICRA Indonesia (ICRA Indonesia) PERINGKAT PERUSAHAAN (METODOLOGI)* PT ICRA Indonesia (ICRA Indonesia) PERINGKAT PERUSAHAAN (METODOLOGI)* PENDAHULUAN Jasa pemeringkatan perusahaan ICRA Indonesia berupaya untuk memberikan opini tentang kualitas kredit fundamental dari perusahaan

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Industri Pupuk*

Metodologi Pemeringkatan Industri Pupuk* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Januari 2014 Metodologi Pemeringkatan Industri Pupuk* Industri pupuk Indonesia merupakan salah satu sektor manufaktur yang sangat diatur oleh pemerintah. Industri ini

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Pertambangan Batubara*

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Pertambangan Batubara* ICRA Indonesia Rating Feature Oktober 2013 Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Pertambangan Batubara* Ikhtisar Indonesia tercatat sebagai salah satu produsen batubara terbesar dan ekportir batubara thermal

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Perdagangan*

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Perdagangan* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Juli 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Perdagangan* Metodologi pemeringkatan ini menjelaskan pendekatan ICRA Indonesia dalam menganalisis risiko bisnis dan

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan*

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Januari 2015 Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan* Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang terkuat dan kaya akan tujuan wisata di seluruh wilayah

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Farmasi*

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Farmasi* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Mei 2015 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Farmasi* Tinjauan sekilas Sektor farmasi di Indonesia telah tumbuh dua digit sejak tahun 2009 didorong oleh permintaan

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu bagian penting di dalam komunitas perekonomian global. Hal

BAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu bagian penting di dalam komunitas perekonomian global. Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan perekonomian yang begitu pesat menampilkan Indonesia menjadi salah satu bagian penting di dalam komunitas perekonomian global. Hal ini tidak terlepas

Lebih terperinci

PENETAPAN KUALITAS KREDIT PROSPEK USAHA. Kegiatan usaha menunjukkan potensi pertumbuhan yang sangat terbatas atau tidak mengalami pertumbuhan.

PENETAPAN KUALITAS KREDIT PROSPEK USAHA. Kegiatan usaha menunjukkan potensi pertumbuhan yang sangat terbatas atau tidak mengalami pertumbuhan. Lampiran I Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/ 3 /DPNP tanggal 31 Januari 2005 PENETAPAN KUALITAS KREDIT PROSPEK USAHA Potensi pertumbuhan usaha Kondisi pasar dan posisi debitur dalam persaingan Kualitas

Lebih terperinci

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /SEOJK.05/2016 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /SEOJK.05/2016 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /SEOJK.05/2016 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN - 1 - PEDOMAN PENILAIAN KUALITAS PIUTANG PEMBIAYAAN 1. Kemampuan Ketersediaan

Lebih terperinci

ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI

ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI PENGENALAN ASET LANCAR aset lancar merupakan sumber daya atau klaim atas sumber daya yang langsung dapat diubah menjadi kas, biasanya dalam jangka waktu siklus operasi perusahaan.

Lebih terperinci

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../SEOJK.05/2015 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../SEOJK.05/2015 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../SEOJK.05/2015 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN - 2 - PEDOMAN PENILAIAN KUALITAS PIUTANG PEMBIAYAAN 1. Kemampuan Ketersediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pasar keuangan Indonesia. Memobilisasi dana masyarakat untuk investasi,

BAB I PENDAHULUAN. dalam pasar keuangan Indonesia. Memobilisasi dana masyarakat untuk investasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu sektor yang memainkan peran dominan dalam pasar keuangan Indonesia. Memobilisasi dana masyarakat untuk investasi, selain melalui

Lebih terperinci

DITOPANG BISNIS MODEL YANG KOKOH, ADARO ENERGY BUKUKAN LABA INTI SEBESAR US$148 JUTA Pasar batubara masih menghadapi periode yang penuh tantangan

DITOPANG BISNIS MODEL YANG KOKOH, ADARO ENERGY BUKUKAN LABA INTI SEBESAR US$148 JUTA Pasar batubara masih menghadapi periode yang penuh tantangan NEWS RELEASE Jakarta, 31 Agustus 2015 Informasi lebih lanjut silahkan hubungi: Cameron Tough, Corporate Secretary & Investor Relations Division Head cameron.tough@adaro.com DITOPANG BISNIS MODEL YANG KOKOH,

Lebih terperinci

Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai

Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Banking Accounting 2015-12-11 Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai Arumsarri, Yoshe STIE

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan dengan hasil yang beragam. Hayati (2011), arus kas secara simultan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan dengan hasil yang beragam. Hayati (2011), arus kas secara simultan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Reviu Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan arus kas dan likuiditas telah banyak dilakukan dengan hasil yang beragam. Hayati (2011), arus kas secara simultan berpengaruh

Lebih terperinci

Lampiran I Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/28/DPNP tanggal 31 Juli 2013 Perihal Penilaian Kualitas Aset Bank Umum PENETAPAN KUALITAS KREDIT

Lampiran I Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/28/DPNP tanggal 31 Juli 2013 Perihal Penilaian Kualitas Aset Bank Umum PENETAPAN KUALITAS KREDIT Lampiran I Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/28/DPNP tanggal 31 Juli 2013 Perihal Penilaian Kualitas Aset Bank Umum PENETAPAN KUALITAS KREDIT PROSPEK USAHA Potensi pertumbuhan usaha memiliki potensi pertumbuhan

Lebih terperinci

Pendekatan Untuk Pemeringkatan Perusahaan Telepon Seluler*

Pendekatan Untuk Pemeringkatan Perusahaan Telepon Seluler* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia November 2014 Pendekatan Untuk Pemeringkatan Perusahaan Telepon Seluler* Metodologi pemeringkatan ICRA Indonesia untuk perusahaan penyedia layanan telekomunikasi seluler

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PRAKTIK PROSEDUR PENYUSUNAN ANGGARAN KAS DAN PERENCANAAN ARUS KAS PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH

BAB III LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PRAKTIK PROSEDUR PENYUSUNAN ANGGARAN KAS DAN PERENCANAAN ARUS KAS PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH 31 BAB III LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PRAKTIK PROSEDUR PENYUSUNAN ANGGARAN KAS DAN PERENCANAAN ARUS KAS PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH 3.1 Landasan Teori 3.1.1 Anggaran Kas 3.1.1.1 Pengertian

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan*

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Januari 2014 Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan* Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang terkuat dan kaya akan tujuan wisata di seluruh wilayah

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 40/POJK.05/2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

LAMPIRAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 40/POJK.05/2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 40/POJK.05/2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA - 2 - I. PEDOMAN PENILAIAN

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek penelitian adalah perusahaan perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia yang termasuk ke dalam sub sektor Transportation. Penentuan

Lebih terperinci

IAS 7 Laporan Arus Kas

IAS 7 Laporan Arus Kas IAS 7 Laporan Arus Kas Pendahuluan Laporan arus kas (cash flow statement) adalah laporan yang memuat informasi mengenai aliran kas masuk dan keluar, akibat aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan, pada

Lebih terperinci

Industri Galangan. Jajang Yanuar Habib Abstrak. Kata Kunci: Perkapalan, Industri, Kebijakan LATAR BELAKANG

Industri Galangan. Jajang Yanuar Habib Abstrak. Kata Kunci: Perkapalan, Industri, Kebijakan LATAR BELAKANG Industri Galangan Jajang Yanuar Habib jajang@wdspcorp.org Abstrak Penerapan asas cabotage secara signifikan berhasil meningkatkan jumlah kapal berbendera Indonesia. Sayangnya, sama sekali tidak mampu mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. transportasi pada tahun 1878 di Laut Kaspia. Berdasarkan data dari Review of

BAB I PENGANTAR. transportasi pada tahun 1878 di Laut Kaspia. Berdasarkan data dari Review of BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perdagangan minyak dan gas bumi dunia yang pada distribusinya sebagian besar ditransportasikan melalui laut memberi peluang yang besar pada kegiatan angkutan laut dunia

Lebih terperinci

Private & Confidential PT Logindo Samudramakmur Tbk.

Private & Confidential PT Logindo Samudramakmur Tbk. Presentasi ini disusun oleh PT Logindo Samudramakmur Tbk ( Perseroan ) dan hanya dipergunakan sebagai informasi kepada publik. Tidak satupun dari informasi yang disampaikan dalam presentasi ini boleh disebarluaskan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di perusahaan yang berskala nasional yaitu PT.Cipta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di perusahaan yang berskala nasional yaitu PT.Cipta BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Jadwal Penelitian Penelitian ini dilakukan di perusahaan yang berskala nasional yaitu PT.Cipta Graha Sejahtera yang beralamat di Jalan Kendal No. 4 A-B, Menteng

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-38/PM/1996 TENTANG LAPORAN TAHUNAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL,

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-38/PM/1996 TENTANG LAPORAN TAHUNAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL, KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-38/PM/1996 TENTANG Peraturan Nomor VIII.G.2 LAPORAN TAHUNAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL, Menimbang : bahwa dengan berlakunya Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

Analisis Kredit. Analisa Laporan Keuangan Kelas CA. Nadia Damayanti Ranita Ramadhani

Analisis Kredit. Analisa Laporan Keuangan Kelas CA. Nadia Damayanti Ranita Ramadhani Analisis Kredit Analisa Laporan Keuangan Kelas CA Nadia Damayanti 115020300111008 Ranita Ramadhani 115020300111037 ANALISIS KREDIT LIKUIDITAS DAN MODAL KERJA Likuiditas adalah kemampuan untuk mengubah

Lebih terperinci

BAB V RENCANA AKSI. model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. tanggung jawab, dan evaluasi pengukuran kinerja.

BAB V RENCANA AKSI. model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. tanggung jawab, dan evaluasi pengukuran kinerja. BAB V RENCANA AKSI Bab V berisi tentang rencana aksi yang dilakukan untuk merealisasikan model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. Untuk mendukung realisasi rancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Keadaan perekonomian suatu negara yang seringkali mengalami pasang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Keadaan perekonomian suatu negara yang seringkali mengalami pasang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keadaan perekonomian suatu negara yang seringkali mengalami pasang surut merupakan salah satu faktor yang mendorong ketidakpastian yang terjadi dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memfasilitasi investor untuk berinvestasi, untuk mendapatkan pengembalian yang

BAB I PENDAHULUAN. memfasilitasi investor untuk berinvestasi, untuk mendapatkan pengembalian yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Dalam era persaingan global setiap negara ingin bersaing secara internasional, sehingga dalam hal ini kebijakan yang berbeda diterapkan untuk memfasilitasi investor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan cara yang digunakan oleh suatu entitas untuk menggambarkan bagaimana kondisi entitas tersebut terutama mengenai posisi keuangannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apakah perusahaanya mengalami kemajuan atau kemunduran. Hal ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. apakah perusahaanya mengalami kemajuan atau kemunduran. Hal ini dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu organisasi ekomomi yang dalam kegiatanya mempunyai tujuan tertentu. Setiap perusahaan memerlukan informasi untuk mengetahui perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan usaha saat ini, ternyata berhasil menciptakan persaingan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan usaha saat ini, ternyata berhasil menciptakan persaingan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan usaha saat ini, ternyata berhasil menciptakan persaingan pasaryang semakin ketat. Keadaan ini tentu saja memaksa para pengusaha untuk menggunakan

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

Analisis Laporan Arus Kas Pada PO. Gunung Sembung Putra Bandung

Analisis Laporan Arus Kas Pada PO. Gunung Sembung Putra Bandung Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2016-01-08 Analisis Laporan Arus Kas Pada PO. Gunung Sembung

Lebih terperinci

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2/SEOJK.05/2016 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PEMBIAYAAN SYARIAH

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2/SEOJK.05/2016 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PEMBIAYAAN SYARIAH LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2/SEOJK.05/2016 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PEMBIAYAAN SYARIAH - 1 - PEDOMAN PENILAIAN KUALITAS ASET PRODUKTIF 1. Kemampuan Ketersediaan Hubungan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) SAK ETAP yaitu standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia yang bertujuan untuk memudahkan

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Pembiayaan

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Pembiayaan Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Desember 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Pembiayaan Perusahaan pembiayaan, atau dikenal sebagai perusahaan multifinance, memainkan peran yang penting dalam

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Enterprice (DICE) dan telah memiliki kapasitas produksi terpasang tahunan

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Enterprice (DICE) dan telah memiliki kapasitas produksi terpasang tahunan BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan Sejarah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk diawali pada tahun 197 dengan rampungnya pendirian pabrik Indocement yang

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT GUDANG GARAM Tbk. modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Hal ini berarti bahwa

BAB IV. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT GUDANG GARAM Tbk. modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Hal ini berarti bahwa BAB IV ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT GUDANG GARAM Tbk IV.1 Analisis Laporan Arus Kas Kas merupakan aktiva yang paling likuid atau merupakan salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya.

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP- 67/BL/2007 TENTANG PEDOMAN MENGENAI

Lebih terperinci

PT Indo Straits Tbk Paparan Publik/Public Expose Insidentil

PT Indo Straits Tbk Paparan Publik/Public Expose Insidentil PT Indo Straits Tbk Paparan Publik/Public Expose Insidentil 7 Desember 2016 Gedung Graha Kirana Lantai 2 Ruang Sabha Kirana Jl.Yos Sudarso Kav.88, Jakarta 13450 Penilaian Opini Tidak Wajar (Adverse Opinion)

Lebih terperinci

1.3 Pedoman ini harus digunakan terutama oleh kapal master, operator dan pemilik untuk mengembangkan SEEMP tersebut.

1.3 Pedoman ini harus digunakan terutama oleh kapal master, operator dan pemilik untuk mengembangkan SEEMP tersebut. 1 INTRODUCTION 1.1 Pedoman ini telah dikembangkan untuk membantu penyusunan Rencana Pengelolaan Efisiensi Kapal Energi (selanjutnya disebut sebagai "SEEMP") yang diperlukan oleh Peraturan 22 Lampiran VI

Lebih terperinci

30 Juni 31 Desember

30 Juni 31 Desember LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN 30 Juni 2012 dan 31 Desember 2011 30 Juni 31 Desember ASET ASET LANCAR Kas dan setara kas 73102500927 63710521871 Investasi 2072565000 1964636608 Piutang usaha - setelah

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS LAMPIRAN V PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2005 TANGGAL 13 JUNI 2005 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf

Lebih terperinci

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN MEMBACA LAPORAN KEUANGAN Denny S. Halim Jakarta, 31 Juli 2008 1 Outline Pengertian Akuntansi Proses Akuntansi Laporan Keuangan Neraca Laporan Rugi Laba Laporan Arus Kas Pentingnya Laporan Keuangan Keterbatasan

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perbankan

Metodologi Pemeringkatan untuk Perbankan Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Desember 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Perbankan Peringkat ICRA Indonesia menilai risiko kredit dari bank yang merupakan fungsi dari risiko bisnis dan risiko keuangan

Lebih terperinci

LAMPIRAN: Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep- 67/BL/2007 Tanggal : 13 April 2007 PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM OBLIGASI DAERAH

LAMPIRAN: Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep- 67/BL/2007 Tanggal : 13 April 2007 PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM OBLIGASI DAERAH PERATURAN NOMOR IX.C.13: PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM OBLIGASI DAERAH 1. Umum a. Seluruh definisi yang tercantum dalam Peraturan Nomor IX.C.12 tentang Pedoman

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian Pendapatan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian Pendapatan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Pendapatan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 23 Secara umum pendapatan dapat diartikan sebagai peningkatan penghasilan yang diperoleh perusahaan dalam

Lebih terperinci

POKOK POKOK PERUBAHAN ISI PROSPEKTUS HMETD

POKOK POKOK PERUBAHAN ISI PROSPEKTUS HMETD SOSIALISASI PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAMBAHAN MODAL PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN MEMBERIKAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU Jakarta,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang terutama dalam sektor perdagangan di mana setiap perusahaan dalam suatu negara menghadapi persaingan usaha yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. likuid dan efisien. Pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan

BAB I PENDAHULUAN. likuid dan efisien. Pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, pasar modal merupakan tempat bertemu antara pembeli dan penjual dengan risiko untung dan rugi. Selain itu, pasar modal juga merupakan suatu usaha

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN IV.1 Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan Perlakuan Akuntansi SAK ETAP Setelah mendapatkan gambaran detail mengenai objek penelitian, yaitu PT Aman Investama.

Lebih terperinci

Catatan 31 Maret Maret 2010

Catatan 31 Maret Maret 2010 NERACA KONSOLIDASI ASET Catatan 31 Maret 2011 31 Maret 2010 ASET LANCAR Kas dan setara kas 2f, 3 220.361.019.579 10.981.803.022 Piutang usaha - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Pihak yang

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 9 PENYAJIAN AKTIVA LANCAR DAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 9 PENYAJIAN AKTIVA LANCAR DAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Pernyataan ini sudah direvisi dengan PSAK 1 (revisi 1998) - Penyajian Laporan Keuangan PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 9 PENYAJIAN AKTIVA LANCAR DAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK PENDAHULUAN 01 Pernyataan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 04 LAPORAN ARUS KAS

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 04 LAPORAN ARUS KAS LAMPIRAN B.IV : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 04 LAPORAN ARUS KAS Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber daya alam atau biasa disingkat SDA adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang mengatur industri asuransi,

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang mengatur industri asuransi, BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan Seperti yang kita ketahui sebelumnya konvergensi IFRS hanya terdapat dua Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang mengatur industri

Lebih terperinci

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan Bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan ini

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan Bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan ini LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASI Per (Tidak Diaudit) ASET 31 Desember 2010 ASET LANCAR Kas dan Setara Kas Piutang Usaha Pihak Ketiga Piutang Lainlain Pihak Ketiga Persediaan Bersih Biaya Dibayar di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menyelenggarakan pemerintahan, suatu negara memerlukan anggaran dana yang memadai untuk memenuhinya guna meningkatkan kesejahteraan ekonomi, sosial, budaya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri. BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Manfaat Implementasi SAK ETAP Dengan mengimplementasikan SAK ETAP di dalam laporan keuangannya, maka CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Tbk dari tahun 2002 hingga tahun 2004 dengan menggunakan metode analisis horizontal

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Tbk dari tahun 2002 hingga tahun 2004 dengan menggunakan metode analisis horizontal BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap neraca dan laporan laba-rugi PT Astra Otoparts Tbk dari tahun 2002 hingga tahun 2004 dengan menggunakan metode analisis horizontal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

Pendapatan PT Timah (Persero) Tbk 2011 Sebesar 8.749,6 Milyar

Pendapatan PT Timah (Persero) Tbk 2011 Sebesar 8.749,6 Milyar UNTUK SEGERA DISIARKAN Untuk keterangan lebih lanjut hubungi: Abrun Abubakar, Sekretaris Korporat Telepon : +62 (21) 2352 8000 Faksimili : +62 (21) 344 4012 e-mail Website : corsec@pttimah.co.id : www.timah.com

Lebih terperinci

Akuntansi Keuangan Koperasi

Akuntansi Keuangan Koperasi Akuntansi Keuangan Koperasi Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor : 04/Per/M.KUKM/VII/2012 MENIMBANG : (d). Bahwa Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Lebih terperinci

Profil Perusahaan. Profil Perusahaan Produk Hubungi Kami. Contact Detail Coshin PTE Ltd 116 Changi Road Changi #04-12 Singapore

Profil Perusahaan. Profil Perusahaan Produk Hubungi Kami. Contact Detail Coshin PTE Ltd 116 Changi Road Changi #04-12 Singapore Home > Profil Perusahaan Profil Perusahaan Coshin Pte Ltd adalah organisasi bisnis terkenal yang baru berdiri dan bergerak dalam bidang perdagangan dan pemasok minyak gas, perdagangan semua jenis peralatan

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO.

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. LAMPIRAN V PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 00 TANGGAL 1 JUNI 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN-------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. keuangan, jadi laporan keuangan merupakan suatu ringkasan transaksi yang

BAB II LANDASAN TEORI. keuangan, jadi laporan keuangan merupakan suatu ringkasan transaksi yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Laporan Keuangan Hasil akhir dari proses pencatatan akuntansi disebut dengan laporan keuangan, jadi laporan keuangan merupakan suatu ringkasan transaksi yang dilakukan

Lebih terperinci

ANALISA DAN PEMBAHASAN MANAJEMEN

ANALISA DAN PEMBAHASAN MANAJEMEN ANALISA DAN PEMBAHASAN MANAJEMEN Kinerja Unit Usaha Secara umum, kinerja unit-unit usaha Perseroan selama tahun 2014 baik, yang secara konsolidasi kinerja Perseroan mengalami peningkatan dibandingkan tahun

Lebih terperinci

Rantai Pasokan Global (Global Supply Chains)

Rantai Pasokan Global (Global Supply Chains) Rantai Pasokan Global (Global Supply Chains) McGraw-Hill/Irwin Copyright 2013 by The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved. Gambaran rantai pasokan global Kondisi Ekonomi global sebagai alasan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. 1. Ikhtisar Laporan Keuangan PT. Holcim Indonesia Tbk

LAMPIRAN. 1. Ikhtisar Laporan Keuangan PT. Holcim Indonesia Tbk LAMPIRAN 1. Ikhtisar Laporan Keuangan PT. Holcim Indonesia Tbk Tabel 1.1 Neraca Konsolidasi PT. Holcim Indonesia Tbk dan Anak Perusahaan (Disajikan dalam Jutaan Rupiah) AKTIVA ASET LANCAR Kas dan Setara

Lebih terperinci

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA - 1 - PEDOMAN PENILAIAN KUALITAS ASET PRODUKTIF DALAM BENTUK SELAIN PENYERTAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Gejolak ekonomi yang selalu mengalami perubahan telah mempengaruhi kegiatan dan kinerja perusahaan, karena itu perusahaan harus memanfaatkan sumber daya

Lebih terperinci

Standar Audit SA 570. Kelangsungan Usaha

Standar Audit SA 570. Kelangsungan Usaha SA 0 Kelangsungan Usaha SA paket 00.indb STANDAR AUDIT 0 KELANGSUNGAN USAHA (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal: (i) Januari 0 (untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Permasalahan yang terjadi di CARLogistik termasuk kategori kompleks. Berdasarkan hasil analisis dan observasi data yang peneliti lakukan, diperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

METADATA INFORMASI DASAR

METADATA INFORMASI DASAR METADATA INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Indikator Sektor Korporasi 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik, Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 4 Contact : Divisi Statistik

Lebih terperinci

Lampiran 1. Neraca Konsolidasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk

Lampiran 1. Neraca Konsolidasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Lampiran 1. Neraca Konsolidasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk L1 ASET PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2008, 2009, DAN 2010 Periode Analisis Horizontal

Lebih terperinci

PERTEMUAN 9 MUHAMMAD WADUD

PERTEMUAN 9 MUHAMMAD WADUD PERTEMUAN 9 MUHAMMAD WADUD PENGELOLAAN HARTA PENGATURAN PENGELUARAN PENGELOLAAN UTANG CARA PEMBAYARAN UTANG PENGELOLAAN PENGELUARAN UTANG DIMASA DATANG LAPORAN KEUANGAN ADA EMPAT KELOMPOK BESAR HARTA PRODUKTIF

Lebih terperinci

PT TEMPO SCAN PACIFIC Tbk. DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI 31 Maret 2010 dan 2009 (Dinyatakan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT TEMPO SCAN PACIFIC Tbk. DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI 31 Maret 2010 dan 2009 (Dinyatakan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain) Ekshibit A NERACA KONSOLIDASI 31 Maret 2010 dan 2009 (Dinyatakan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain) A S E T ASET LANCAR Kas dan setara kas 2c,2p,3,25 1,349,564,406,813 1,205,030,845,882 Investasi jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena itu pengelolaan kas sangat penting bagi suatu bank. Kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. karena itu pengelolaan kas sangat penting bagi suatu bank. Kegiatan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap bank dalam menjalankan usahanya selalu membutuhkan kas, oleh karena itu pengelolaan kas sangat penting bagi suatu bank. Kegiatan yang dilakukan bank

Lebih terperinci

NEWS RELEASE Jakarta, 14 Maret 2016

NEWS RELEASE Jakarta, 14 Maret 2016 NEWS RELEASE Jakarta, 14 Maret 2016 Untuk informasi lebih lanjut, hubungi: Mahardika Putranto, Head of Corporate Secretary & Investor Relations Division corporate.secretary@adaro.com; investor.relations@adaro.com

Lebih terperinci