Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Asuransi Jiwa*

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Asuransi Jiwa*"

Transkripsi

1 Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Desember 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Asuransi Jiwa* Pemeringkatan ICRA Indonesia untuk kemampuan membayar klaim (atau Claims Paying ability Ratings/CPR) untuk perusahaan asuransi jiwa domestik adalah opini mengenai kemampuan perusahaan asuransi tersebut untuk memenuhi kewajiban dan pembayaran klaim kepada pemegang polis dengan tepat waktu. Dengan kata lain, CPR adalah opini ICRA Indonesia mengenai kekuatan finansial yang dimiliki oleh perusahaan asuransi jiwa yang diperingkat, maupun kemampuan dan kekuatan promotor untuk mendukung usaha dari perusahaan asuransi jiwa dimaksud. Metodologi ICRA Indonesia untuk memeringkat perusahaan asuransi jiwa melibatkan analisis yang menyeluruh mengenai dinamika industri asuransi jiwa, lingkungan regulasi, daya saing dan franchise, dan posisi finansialnya. Elemen kunci dari evaluasi ICRA Indonesia adalah kekuatan finansial dari entitas promotor dan kemampuannya untuk menyuntikkan modal guna mendanai pertumbuhan, memenuhi tingkat solvabilitas sesuai dengan peraturan dan mendukung profil finansial dari perusahaan asuransi jiwa tersebut. Metodologi pemeringkatan adalah kombinasi dari analisis kualitatif dan kuantitatif serta mencakup proses interaksi dengan manajemen untuk memahami dan menilai strategi dan aspek-aspek kunci dari bisnis, yang secara kualitatif menjadi penggerak untuk posisi operasional dan kebijakan finansialnya. CPR ICRA Indonesia pada intinya bersifat memandang ke depan dan berupaya menilai kemampuan perusahaan yang bersangkutan untuk bertahan dalam situasi menghadapi tekanan dan memenuhi kewajiban-kewajibannya kepada para pemegang polis. Catatan di bawah ini menguraikan metodologi ICRA Indonesia untuk memeringkat perusahaan asuransi jiwa dan mencakup penilaian atas profil risiko usaha dan finansial perusahaan asuransi jiwa dan penilaian atas kualitas manajemen dan pemegang sahamnya. Profil Risiko Usaha Dinamika Industri: Dinamika industri asuransi jiwa memiliki dampak yang signifikan terhadap posisi operasional suatu perusahaan asuransi jiwa dan produknya, strategi pemasaran dan penentuan harga yang dilakukan; yang pada akhirnya akan mempengaruhi posisi profitabilitas inti jangka panjang industri ini maupun perusahaan tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi prospek usaha asuransi jiwa adalah karakteristik demografis, perilaku konsumen terhadap tabungan jangka panjang dan perencanaan pensiun, sistem jaminan sosial serta kerangka regulasi secara keseluruhan. Persaingan pada tingkat industri dan korporasi memiliki dampak besar pada penentuan harga dan profitabilitas. Walaupun perusahaan asuransi jiwa pada intinya menyediakan perlindungan terhadap mortalitas, sifat produk-produk yang ditawarkan oleh mereka melingkupi produk-produk tabungan dan produkproduk yang terkait dengan investasi, yang menjadikan mereka bersaing dengan para intermediasi finansial lainnya, misalnya perusahaan manajemen investasi, dana pensiun dan entitas-entitas yang menawarkan produk tabungan jangka panjang lainnya. ICRA Indonesia

2 Salah satu dampak langsung persaingan di atas adalah meningkatnya kompleksitas produk asuransi karena perusahaan asuransi jiwa menambahkan berbagai macam fitur dan fleksibilitas ke dalam produk tersebut. Persaingan di antara perusahaan asuransi jiwa sendiri dapat menyebabkan penentuan harga polis asuransi jiwa yang sangat kompetitif, tekanan untuk meningkatkan imbal hasil investasi dan biaya penjualan yang lebih tinggi. Kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai regulator, dan insentif fiskal seperti manfaat pajak untuk produk asuransi, juga memberikan dampak pada dana-dana yang disalurkan kepada perusahaan asuransi jiwa. ICRA Indonesia juga melakukan evaluasi terhadap kerangka regulasi dan dampak dari perubahannya --bila ada-- pada prospek usaha sektor ini secara umum dan perusahaan yang bersangkutan pada khususnya. Daya Saing dan Franchise: Kekuatan franchise yang dimiliki oleh suatu perusahaan asuransi jiwa sangat penting dalam menentukan profil usaha jangka panjangnya yang pada akhirnya berpengaruh pada posisi profitabilitas intinya. Kekuatan franchise suatu perusahaan dapat timbul dari upaya pengembangan mereknya, strategi distribusinya dan kemampuannya untuk menyediakan portofolio produk untuk memenuhi banyaknya dan beragamnya kebutuhan para konsumen. Struktur biaya operasional yang lebih baik juga dapat menjadi salah satu kunci menuju kuatnya posisi bersaing di pasar dan kemampuannya dalam bertumbuh, dan dengan demikian menjadi faktor penentu dari profitabilitas inti dan penciptaan modal secara internal. Walaupun kebutuhan modal tercatat tinggi pada tahap-tahap awal suatu perusahaan asuransi jiwa, pertumbuhan merupakan suatu keharusan yang tidak hanya ditujukan untuk mengambil porsi pangsa pasar tetapi juga untuk mencapai tingkat penyebaran risiko yang dibutuhkan agar klaim asuransi sesuai dengan perkiraan. ICRA Indonesia menerapkan berbagai macam indikator untuk menilai posisi operasional suatu perusahaan asuransi jiwa. Indikator-indikator itu mencakup: posisi di pasar dan pangsa pasar kekuatan dan biaya distribusinya efisiensi dan kualitas agen maupun saluran-saluran distribusinya; rasio persistensi pengalaman underwriting dan penentuan harga bauran produk dan kemampuan untuk merancang, meluncurkan dan mengelola produk baru kinerja di berbagai macam kategori produk asuransi kinerja investasi efisiensi dan biaya operasional keseluruhan. Suatu portofolio produk asuransi jiwa yang terdiversifikasi dengan baik dan bauran pendapatan dari produk serta fee memberikan profil operasional yang kuat dan kestabilan pada kualitas arus pendapatan. Perbandingan indikator-indikator di atas dengan perusahaan-perusahaan asuransi jiwa lainnya yang memiliki karakteristik serupa adalah salah satu bagian penting dari penilaian kinerja operasional. Selain itu, produk-produk perlu dievaluasi mengenai kecukupan dalam hal mitigasi risiko dan penentuan harga, terutama untuk skema yang menggaransi keuntungan. Salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi kinerja jangka panjang perusahaan asuransi jiwa adalah tingkat persistensi. Tingkat persistensi yang sehat tidak hanya menunjukkan pembaruan polis yang lebih tinggi tetapi juga franchise yang kuat. Semakin lama suatu polis berlaku, semakin tinggi kemungkinan perusahaan asuransi tersebut akan dapat memperoleh kembali biaya yang dikeluarkannya dan menghasilkan laba selama masa berlakunya perjanjian asuransi. Perusahaan yang memiliki tingkat persistensi yang lebih rendah secara relatif dengan industrinya dipandang negatif karena hal tersebut menunjukkan rendahnya tingkat kepuasan nasabah dan rendahnya prospek untuk bisnis yang berulang. ICRA Indonesia juga memahami bahwa franchise dan posisi operasional yang menguntungkan, terutama bagi perusahaan asuransi jiwa swasta yang baru, memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mempertahankan kepentingan strategisnya bagi pemegang saham dan memastikan berlanjutnya kepemilikan serta kesinambungan suntikan modal. ICRA Indonesia Halaman 2 dari 7

3 Strategi Reasuransi: Reasuransi adalah salah satu aspek penting dalam program mitigasi risiko suatu perusahaan asuransi jiwa. Hal ini adalah salah satu cara yang efektif untuk melindungi modal dan menjamin ketersediaannya untuk pertumbuhan di masa mendatang, terutama pada tahap-tahap awal ketika kebutuhan modal sedang tinggi dan penyebaran risiko belum mencapai tingkat yang optimal. Kebutuhan reasuransi suatu perusahaan asuransi jiwa akan tergantung pada bauran produk di mana produk-produk asuransi berjangka terutama untuk polis-polis dengan nilai pertanggungan yang besar biasanya memerlukan dukungan reasuransi yang lebih besar. Evaluasi ICRA Indonesia mengenai program reasuransi suatu perusahaan asuransi jiwa pada intinya berfokus pada kebijakan reasuransi, profil mitra reasuransi, kualitas kredit dan rekam jejak perusahaan reasuransi yang bersangkutan dalam memenuhi kewajibannya di masa lampau. Profil Risiko Finansial Parameter-parameter utama yang ICRA Indonesia pakai dalam menilai posisi finansial suatu perusahaan asuransi jiwa adalah permodalan, profitabilitas underwriting, kinerja investasi, manajemen aset-kewajiban dan likuiditasnya. Dalam melakukan analisis finansial perusahaan asuransi jiwa, ICRA Indonesia memakai berbagai macam indikator dan rasio kuantitatif. Namun, analisis finansial dan rasio ini bukanlah merupakan bentuk analisis yang terisolir dan eksklusif. Profil finansial yang kuat dan dapat dipertahankan pada ujungnya merupakan hasil dari kekuatan operasional dan daya saing yang berkelanjutan. Dengan demikian, analisis finansial ICRA Indonesia bertujuan menilai bagaimana posisi finansial mencerminkan atau mendukung profil risiko usaha perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan. Permodalan: Posisi permodalan perusahaan adalah salah satu penentu terpenting dari posisi finansial dan mencerminkan kemampuannya untuk menghasilkan pertumbuhan yang dapat dipertahankan maupun untuk menyerap naik turunnya hasil usaha underwriting dan investasi. Tingkat permodalan juga penting dilihat dalam sudut pandang persyaratan solvabilitas menurut peraturan yang ditetapkan oleh OJK. Permodalan yang kuat meningkatkan kemampuan perusahaan yang bersangkutan untuk bertahan saat mengalami tekanan finansial dan memberikan fleksibilitas finansial yang lebih besar. Dua rasio penting yang dilihat dalam menilai permodalan adalah operating leverage yang merupakan rasio tingkat penerimaan usaha sehubungan dengan ekuitas dan financial leverage yaitu tingkat surplus pemegang polis sebagai persentase terhadap ekuitas. Leverage yang lebih tinggi secara signifikan membantu menghasilkan imbal hasil yang lebih tinggi kepada pemegang saham tetapi dapat memberikan risiko pada aspek perlindungan yang tersedia bagi pemegang polis. Perusahaan asuransi wajib memastikan bahwa cadangan mereka cukup untuk memenuhi semua kewajiban di masa depan, yang ditentukan berdasarkan asumsi dari data historis perusahaan yang bersangkutan, ekspektasi ke depan dan bagian laba yang sesuai untuk menutupi deviasi negatif dari perkiraan. Kecukupan pencadangan itu perlu dinilai dengan cermat, terutama berkenaan dengan struktur biaya produk, yang dapat mengubah komposisi saluran distribusi, menimbulkan jumlah nilai penebusan polis yang lebih tinggi, memperlambat transaksi baru dan menimbulkan biaya di atas anggaran (cost overrun). Karena surplus dari pemegang polis dan modal diperhitungkan berdasarkan penilaian kewajiban secara aktuarial, ICRA Indonesia mempertimbangkan asumsi-asumsi aktuarial dan juga menilai dampak variabel-variabel penting, misalnya perubahan suku bunga pada modal perusahaan dan kerentanannya terhadap perubahan pada variabel-variabel itu. Walaupun rasio-rasio adalah bagian penting dalam analisis kuantitatif selama proses pemeringkatan, ICRA Indonesia menilai rasio-rasio tersebut dan tingkatan modal suatu perusahaan asuransi jiwa dengan memperhatikan latar belakang profil usahanya, bauran produknya, kualitas portofolio investasi dan aset serta strategi manajemen secara keseluruhan. Perusahaan asuransi menyediakan banyak produk, misalnya asuransi berjangka, polis dengan laba, polis dengan manfaat yang telah ditetapkan dan berbagai macam program yang terkait dengan investasi (unit-linked). Kebutuhan modal untuk mendukung produk- ICRA Indonesia Halaman 3 dari 7

4 produk itu berbeda-beda dan asuransi berjangka memerlukan alokasi modal yang relatif lebih tinggi sedangkan produk seperti polis dengan laba memerlukan alokasi yang lebih rendah. Produk seperti asuransi berjangka dan produk dengan imbal hasil yang terjamin (bergaransi) juga sangat sensitif dengan perubahan suku bunga yang digunakan dalam penentuan harga produk asuransi. Profitabilitas: Profitabilitas inti dan berkelanjutan perusahaan asuransi adalah salah satu indikator kunci mengenai daya saing dan efisiensi operasionalnya. Profitabilitas perusahaan asuransi jiwa merupakan kombinasi antara hasil underwriting dan pendapatan investasinya. ICRA Indonesia menilai hasil underwriting dan pendapatan investasi serta meneliti profitabilitas inti sebelum capital gain dan dividen dibayar kepada pemegang polis. Capital gain dapat bersifat fluktuatif dan bergantung pada perkembangan yang bersifat sementara serta tidak benar-benar mencerminkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan imbal hasil investasinya. Karena pemeringkatan bersifat memandang ke depan, dalam analisis mengenai profitabilitas perusahaan, ICRA Indonesia berupaya memperkirakan kualitas dan sustainabilitas tingkat profitabilitas di masa mendatang berdasarkan beragam skenario sesuai dengan fundamental usaha perusahaan yang mencakup bauran produk, franchise dan struktur biaya operasionalnya. Perusahaan asuransi jiwa mengalami kerugian selama tahun-tahun awal mereka karena arus pendapatan disebarkan ke keseluruhan masa berlaku polis sedangkan pengeluaran yang terkait dengan usaha mendapatkan nasabah, infrastruktur dan pemasaran dibebankan di muka. Selama berjalannya masa berlaku polis, perusahaan asuransi jiwa memperoleh kembali berbagai macam biaya dari pemegang polis sehingga menutupi pengeluaran di muka/pengeluaran kas yang ditimbulkan oleh perusahaan sehingga menghasilkan arus kas bersih yang lebih tinggi pada tahun-tahun belakangan. Dari sudut pandang akuntansi, komisi dan pengeluaran untuk mendapatkan transaksi dibebankan di muka pada laporan rugi-laba pada tahun terjadinya sehingga menimbulkan kerugian secara akuntansi selama tahun-tahun awal. Analisis profitabilitas secara historis membantu menjelaskan aspek-aspek itu dan dapat menjadi dasar pembahasan dengan manajemen mengenai tren di masa lampau dan strategi mereka di masa depan untuk mempertahankan atau meningkatkan profitabilitas operasional. Kinerja dan Risiko Investasi: Perusahaan asuransi memanfaatkan surplus dari pemegang polis ke dalam investasi, dan imbal hasil investasi tersebut juga dijadikan salah satu faktor dalam penentuan harga. Perusahaan menyusun portofolio asuransi untuk melengkapi portofolio dan kewajiban asuransi mereka serta mencerminkan selera/kebijakan pengambilan risiko dan ekspektasi pemegang saham. Salah satu tantangan penting dalam pengelolaan investasi adalah berinvestasi dalam aset jangka panjang yang memberikan hasil yang lebih baik tanpa mengkompromikan kualitas aset dan likuiditas portofolio. ICRA Indonesia menilai strategi umum investasi suatu perusahaan sehubungan dengan sifat kewajiban-kewajiban asuransi yang dimilikinya, dengan penekanan pada kualitas aset, diversifikasi portofolio dan likuiditas portofolio investasinya. ICRA Indonesia juga mempertimbangkan kinerja historis divisi investasi untuk mendapatkan pandangan yang mendalam mengenai bagaimana divisi itu telah mampu memenuhi tujuan-tujuan investasi perusahaan. Risiko-risiko utama yang dapat dialami oleh perusahaan adalah risiko kredit, risiko pasar dan risiko likuiditas. Mengingat sifat jangka panjang profil kewajiban usaha asuransi dan seringkali terbatasnya ketersediaan aset/investasi yang memiliki profil jatuh tempo serupa, nilai aset dan kewajiban perusahaan dapat terpengaruh secara signifikan dan dapat berbeda sejalan dengan perubahan suku bunga. Surat hutang memiliki risiko kredit signifikan yang disebabkan oleh keadaan ekonomi secara umum, kebijakan regulator dan tekanan persaingan yang berubah-ubah di industri yang bersangkutan. Saham juga secara signifikan terpapar pada risiko pasar karena didorong oleh faktorfaktor di atas selain arus keluar-masuk modal yang fluktuatif dan sejumlah persoalan lain. Mengingat risiko-risiko ini, ICRA Indonesia menilai secara positif suatu portofolio yang memiliki kualitas aset yang tinggi dan terdiversifikasi di berbagai industri serta kelas/instrumen aset (misalnya saham, surat hutang pemerintah, surat hutang perusahaan, uang tunai dan sebagainya). ICRA Indonesia Halaman 4 dari 7

5 Manajemen Aset-Kewajiban dan Likuiditas: Manajemen aset-kewajiban merupakan prosedur dan sistem yang diterapkan oleh perusahaan untuk memastikan bahwa aset dan arus kasnya dapat memenuhi kewajiban jangka pendek dan jangka panjang yang akan jatuh tempo. Suatu perusahaan asuransi jiwa membuat kontrak asuransi untuk jangka panjang dan dalam kontrak itu tertera opsi-opsi penebusan polis, pinjaman dan premi yang fleksibel. Penentuan harga kontrak itu juga didasarkan pada perkiraan suku bunga dan tingkat inflasi selama masa berlakunya. Beberapa aspek penting dalam penilaian portofolio investasi mencakup pengelolaan aset dan kewajiban, likuiditas dan dampak perubahan skenario ekonomi dan variabel makroekonomi, misalnya inflasi dan suku bunga. Kompleksitas dan fitur yang dimasukkan dalam produk asuransi jiwa telah meningkatkan pentingnya proses pengelolaan aset-kewajiban dalam usaha asuransi jiwa dan perancangan produk, pengelolaan investasi serta pengelolaan aset dan kewajiban telah menjadi semakin terintegrasi. Karena itu, untuk mencegah perkembangan yang negatif pada posisi aset dan kewajiban karena opsi-opsi yang tertera dalam polis, perusahaan asuransi semakin memperkuat pengendalian misalnya biaya penebusan polis, insentif yang lebih tinggi untuk masa berlaku polis yang lebih panjang dan seterusnya. Fokus analisis ICRA Indonesia mengenai aset, kewajiban dan likuiditas adalah untuk mengevaluasi strategi manajemen dalam memitigasi dampak terhadap arus kas dan profitabilitas sambil memenuhi kewajian-kewajiban yang jatuh tempo serta perubahan yang mungkin terjadi dalam jatuh temponya kewajiban karena perubahan di dalam lingkungan ekonomi dan asumsi aktuarial. ICRA Indonesia memperhitungkan perbandingan aset lancar terhadap nilai penebusan dari kewajiban asuransi untuk memperkirakan tingkat likuiditas perusahaan. ICRA Indonesia juga menilai likuiditas jangka pendek dengan memperkirakan masa jatuh tempo kewajiban jangka pendek, yang dapat dipenuhi melalui aset yang jatuh tempo dan arus kas yang dihasilkan. Kualitas Manajemen dan Kepemilikan Kualitas Manajemen: Penilaian kualitas manajemen adalah salah satu faktor sangat penting dalam proses pemeringkatan oleh ICRA Indonesia. Di antara berbagai macam aspek yang ICRA Indonesia perhitungkan dalam menilai kualitas manajemen adalah visi dan strategi, pengalaman dan kinerja tim manajemen intinya, selera/kebijakan pengambilan dan pengendalian risiko maupun tata kelola perusahaan. ICRA Indonesia percaya bahwa prosedur dan sistem kendali operasional penting dalam usaha asuransi jiwa dan kunci bagi pelayanan nasabah yang efisien. ICRA Indonesia juga menilai kerangka kerja organisasi dan struktur biayanya. Area fokus yang penting adalah praktek akuntansi dan pencadangan dana perusahaan yang bersangkutan. ICRA Indonsia akan memandang positif pendekatan yang penuh kehati-hatian dan konservatif dalam membuat asumsi aktuarial dan kekuatan modal perusahaan untuk menghadapi perubahan-perubahan yang mungkin terjadi pada asumsi tersebut. Kinerja operasional masa lalu perusahaan juga merupakan salah satu parameter dalam menilai kemampuan manajemen. Kepemilikan dan Kekuatan Finansial Perusahaan Induk: Metodologi pemeringkatan ICRA Indonesia untuk perusahaan asuransi jiwa, terutama perusahaan asuransi jiwa swasta, menilai secara kritis faktor kekuatan finansial promotornya dan kepentingan strategis mereka dalam perusahaan yang bersangkutan. Usaha asuransi jiwa pada tahap-tahap awalnya menimbulkan tekanan yang besar pada modal perusahaan karena tingginya biaya untuk memulai usaha, pemasaran awal dan pembentukan dana cadangan untuk memenuhi kewajiban kepada pemegang polis di masa mendatang. Oleh karena itu, perusahaan asuransi jiwa memerlukan suntikan modal yang teratur untuk memelihara persyaratan solvabilitas yang ditetapkan oleh regulator dan untuk mendukung pertumbuhan usaha. ICRA Indonesia melakukan evaluasi terhadap kekuatan finansial promotor, sumber arus kas operasional dan komitmennya, alokasi dananya untuk usaha asuransi jiwa yang bersangkutan dan kepentingan strategis usaha asuransi jiwa bagi promotor. CPR ICRA Indonesia untuk perusahaan asuransi jiwa yang baru atau yang sedang dalam tahun-tahun awal ICRA Indonesia Halaman 5 dari 7

6 maupun tahun-tahun pengembangan sangat terkait dengan kekuatan finansial dan kualitas kredit perusahaan induknya. Kesimpulan Proses pemeringkatan memerlukan penilaian kuantitatif maupun kualitatif. ICRA Indonesia mengumpulkan dan menganalisis data yang diberikan oleh perusahaan, sumber lain maupun informasi publik yang tersedia. Proses ini bersifat interaktif dan membutuhkan pembahasan yang mendalam dengan manajemen untuk mendapatkan pandangan menyeluruh mengenai strategi dan selera/kebijakan risikonya. Konsisten dengan pendekatan umum pemeringkatan, tidak ada rumus pasti untuk mencapai suatu peringkat dan penekanan yang lebih besar diberikan pada penilaian kualitatif daripada pendekatan kuantitatif semata. ICRA Indonesia Halaman 6 dari 7

7 Lampiran: SKALA DAN DEFINISI PERINGKAT ICRA INDONESIA UNTUK PERUSAHAAN ASURANSI Peringkat Kemampuan Membayar Klaim Perusahaan Asuransi [Idr]AAA [Idr]AA [Idr]A [Idr]BBB [Idr]BB [Idr]B [Idr]C Kemampuan membayar kewajiban klaim yang tertinggi. Mengindikasikan posisi yang sangat kuat secara fundamental. Prospek dalam pemenuhan kewajiban kepada tertanggung adalah yang terbaik. Kemampuan membayar kewajiban klaim yang tinggi. Faktor-faktor risikonya rendah dengan sedikit variasi. Prospek dalam pemenuhan kewajiban kepada tertanggung tinggi dan hanya sedikit di bawah peringkat di atasnya. Kemampuan membayar kewajiban klaim yang cukup. Prospek dalam pemenuhan kewajiban kepada tertanggung adalah cukup. Faktor-faktor risikonya lebih bervariasi dan meningkat dalam periode ekonomi yang tertekan; dan perubahan kondisi bisnis/ekonomi yang merugikan dapat mengubah kemampuan fundamentalnya. Kemampuan membayar kewajiban klaim yang moderat. Faktor-faktor protektifnya di bawah rata-rata dan perubahan kondisi bisnis/ekonomi yang merugikan dapat berpengaruh terhadap prospek pemenuhan kewajiban kepada tertanggung. Kemampuan membayar kewajiban klaim yang kurang. Faktor-faktor protektifnya berfluktuasi seiring perubahan kondisi bisnis/ekonomi dan prospek dalam pemenuhan kewajiban kepada tertanggung lebih mungkin terpengaruh oleh perubahan tersebut. Kemampuan membayar kewajiban klaim yang lemah. Faktor-faktor risikonya mengindikasikan kewajiban kepada tertanggung kemungkinan tidak akan terpenuhi pada saat jatuh tempo. Perubahan kondisi bisnis/ekonomi yang merugikan dapat mengakibatkan ketidakmampuan/ketakbersediaan untuk memenuhi kewajiban kepada tertanggung. Kemampuan membayar kewajiban klaim terendah. Mengindikasikan posisi yang buruk secara fundamental. Perusahaan-perusahaan semacam ini dapat sering mengalami kegagalan dalam memenuhi kewajibannya kepada tertanggung dan mungkin sedang/akan berada dalam pengawasan regulator. Catatan: Akhiran + atau - dapat digunakan untuk peringkat dari [Idr]AA sampai [Idr]C untuk mengindikasikan posisi relatif dalam kategori peringkat yang bersangkutan. Copyright, 2014, ICRA Indonesia. All Rights Reserved. Semua informasi yang tersedia merupakan infomasi yang diperoleh oleh ICRA Indonesia dari sumber-sumber yang dapat dipercaya keakuratan dan kebenarannya. Walaupun telah dilakukan pengecekan dengan memadai untuk memastikan kebenarannya, informasi yang ada disajikan 'sebagaimana adanya' tanpa jaminan dalam be ntuk apapun, dan ICRA Indonesia khususnya, tidak melakukan representasi atau menjamin, menyatakan atau menyatakan secara tidak langsung, mengenai keakuratan, ketepatan waktu, atau kelengkapan dari informasi yang dimaksud. Semua informasi harus ditafsirkan sebagai pernyataan pendapat, dan ICRA Indonesia tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang dialami oleh pengguna informasi dalam menggunakan publikasi ini atau isinya *Dimodifikasi dan diterjemahkan dari Rating Methodology for Domestic Life Insurance Companies oleh ICRA Limited. ICRA Indonesia Halaman 7 dari 7

Metodologi Pemeringkatan Kemampuan Membayar Klaim untuk Perusahaan Asuransi Umum*

Metodologi Pemeringkatan Kemampuan Membayar Klaim untuk Perusahaan Asuransi Umum* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Desember 2014 Metodologi Pemeringkatan Kemampuan Membayar Klaim untuk Perusahaan Asuransi Umum* Pemeringkatan ICRA Indonesia untuk kemampuan membayar klaim (atau Claims

Lebih terperinci

PENDEKATAN UNTUK PEMERINGKATAN SURAT BERHARGA KOMERSIAL

PENDEKATAN UNTUK PEMERINGKATAN SURAT BERHARGA KOMERSIAL ICRA Indonesia Rating Feature Desember 2012 PENDEKATAN UNTUK PEMERINGKATAN SURAT BERHARGA KOMERSIAL Metodologi ICRA Indonesia untuk pemeringkatan surat berharga komersial (SBK) yang merupakan instrumen

Lebih terperinci

PERINGKAT PERUSAHAAN (Catatan Metodologi)*

PERINGKAT PERUSAHAAN (Catatan Metodologi)* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Oktober 2014 PERINGKAT PERUSAHAAN (Catatan Metodologi)* PENDAHULUAN Jasa pemeringkatan perusahaan ICRA Indonesia berupaya untuk memberikan opini tentang kualitas kredit

Lebih terperinci

PERINGKAT KREDIT PERUSAHAAN (Catatan Metodologi)*

PERINGKAT KREDIT PERUSAHAAN (Catatan Metodologi)* ICRA Indonesia Rating Feature Desember 2012 PERINGKAT KREDIT PERUSAHAAN (Catatan Metodologi)* Tujuan dasar peringkat kredit perusahaan adalah memberikan pendapat tentang risiko kredit relatif yang terkait

Lebih terperinci

PERINGKAT PERUSAHAAN (Metodologi)*

PERINGKAT PERUSAHAAN (Metodologi)* ICRA Indonesia Rating Feature Desember 2012 PERINGKAT PERUSAHAAN (Metodologi)* PENDAHULUAN Jasa pemeringkatan perusahaan ICRA Indonesia berupaya untuk memberikan opini tentang kualitas kredit fundamental

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Konstruksi*

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Konstruksi* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Oktober 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Konstruksi* Sektor konstruksi di Indonesia memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional. Kontribusinya

Lebih terperinci

PT ICRA Indonesia (ICRA Indonesia) PERINGKAT PERUSAHAAN (METODOLOGI)*

PT ICRA Indonesia (ICRA Indonesia) PERINGKAT PERUSAHAAN (METODOLOGI)* PT ICRA Indonesia (ICRA Indonesia) PERINGKAT PERUSAHAAN (METODOLOGI)* PENDAHULUAN Jasa pemeringkatan perusahaan ICRA Indonesia berupaya untuk memberikan opini tentang kualitas kredit fundamental dari perusahaan

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Semen*

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Semen* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia April 2015 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Semen* Tinjauan sekilas Industri semen di Indonesia memiliki peran penting dalam perekonomian karena sangat mendukung

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5626 KEUANGAN. OJK. Manajemen. Resiko. Terintegerasi. Konglomerasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 348) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

PT ICRA Indonesia (ICRA Indonesia) PERINGKAT KREDIT PERUSAHAAN (METODOLOGI)*

PT ICRA Indonesia (ICRA Indonesia) PERINGKAT KREDIT PERUSAHAAN (METODOLOGI)* PT ICRA Indonesia (ICRA Indonesia) PERINGKAT KREDIT PERUSAHAAN (METODOLOGI)* Tujuan dasar peringkat kredit perusahaan adalah memberikan pendapat tentang resiko kredit relatif yang terkait dengan instrumen

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perbankan

Metodologi Pemeringkatan untuk Perbankan Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Desember 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Perbankan Peringkat ICRA Indonesia menilai risiko kredit dari bank yang merupakan fungsi dari risiko bisnis dan risiko keuangan

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Pembiayaan

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Pembiayaan Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Desember 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Pembiayaan Perusahaan pembiayaan, atau dikenal sebagai perusahaan multifinance, memainkan peran yang penting dalam

Lebih terperinci

POKOK POKOK PERUBAHAN ISI PROSPEKTUS HMETD

POKOK POKOK PERUBAHAN ISI PROSPEKTUS HMETD SOSIALISASI PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAMBAHAN MODAL PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN MEMBERIKAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU Jakarta,

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia April 2015 Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit Pendahuluan Sektor perkebunan terutama kelapa sawit memiliki peran penting bagi perekonomian Indonesia karena

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan ICRA Indonesia Rating Feature Desember 2012 Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak daerah wisata dengan berbagai ragam jenis wisata. Dengan

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Farmasi*

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Farmasi* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Mei 2015 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Farmasi* Tinjauan sekilas Sektor farmasi di Indonesia telah tumbuh dua digit sejak tahun 2009 didorong oleh permintaan

Lebih terperinci

EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas

EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas EKUITAS Pada tahun total ekuitas BCA tumbuh 16,6% atau Rp 18,7 triliun menjadi Rp 131,4 triliun. Kenaikan ekuitas ini sejalan dengan peningkatan profitabilitas dan kebijakan pembagian dividen secara terukur.

Lebih terperinci

Pendekatan Untuk Pemeringkatan Perusahaan Telepon Seluler*

Pendekatan Untuk Pemeringkatan Perusahaan Telepon Seluler* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia November 2014 Pendekatan Untuk Pemeringkatan Perusahaan Telepon Seluler* Metodologi pemeringkatan ICRA Indonesia untuk perusahaan penyedia layanan telekomunikasi seluler

Lebih terperinci

PSAK 24 IMBALAN KERJA. Oleh: Kelompok 4 Listya Nindita Dicky Andriyanto

PSAK 24 IMBALAN KERJA. Oleh: Kelompok 4 Listya Nindita Dicky Andriyanto PSAK 24 IMBALAN KERJA Oleh: Kelompok 4 Listya Nindita 2015271115 Dicky Andriyanto 2015271116 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2016 I. PENDAHULUAN 1.

Lebih terperinci

ANALISIS PROSPEKTIF PROSES PROYEKSI. 1. Proyeksi Laporan Keuangan. a. Proyeksi Laporan Laba Rugi

ANALISIS PROSPEKTIF PROSES PROYEKSI. 1. Proyeksi Laporan Keuangan. a. Proyeksi Laporan Laba Rugi ANALISIS PROSPEKTIF Analisis prospektif dapat dilakukan hanya setelah laporan keuangan historis disesuaikan untuk mencerminkan kinerja ekonomis perusahaan secara akurat. Analis prospektif merupakan inti

Lebih terperinci

Analisis Aktivitas Pendanaan

Analisis Aktivitas Pendanaan TUGAS ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Prilly Viliariezta Sutanto 1013044 / Akuntansi C Analisis Aktivitas Pendanaan Tinjauan Kewajiban Kewajiban lancar, adalah kewajiban yang pelunasannya diharapkan dapat diselesaikan

Lebih terperinci

TENTANG LAPORAN AKTUARIS TAHUNAN PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN REASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, DAN PERUSAHAAN REASURANSI SYARIAH

TENTANG LAPORAN AKTUARIS TAHUNAN PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN REASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, DAN PERUSAHAAN REASURANSI SYARIAH LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 29 /SEOJK.05/2017 TENTANG LAPORAN AKTUARIS TAHUNAN PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN REASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, DAN PERUSAHAAN REASURANSI

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.05/2017 TENTANG

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.05/2017 TENTANG Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; dan 2. Direksi Perusahaan Reasuransi; di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG DASAR PENILAIAN ASET YANG DIPERKENANKAN DALAM BENTUK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akan bangkit kembali setelah tahun 2006 yang penuh kesulitan akibat berbagai

I. PENDAHULUAN. akan bangkit kembali setelah tahun 2006 yang penuh kesulitan akibat berbagai I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahun 2007 bisa dikatakan sebagai tahun harapan bahwa bisnis asuransi akan bangkit kembali setelah tahun 2006 yang penuh kesulitan akibat berbagai fenomena alam yang

Lebih terperinci

PETUNJUK PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI JIWA

PETUNJUK PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI JIWA Hal. 1 PETUNJUK PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI JIWA I. UMUM 1. Laporan keuangan ini dibuat khusus untuk kepentingan pembinaan dan pengawasan usaha perasuransian. Untuk itu, bentuk, isi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa mendatang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnisnya tidak hanya mengelola risiko perusahaan secara korporasi, namun

BAB I PENDAHULUAN. bisnisnya tidak hanya mengelola risiko perusahaan secara korporasi, namun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) sebagai salah satu entitas pelaku industri asuransi umum di Indonesia, sangat menyadari bahwa dalam melakukan kegiatan bisnisnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tepat mengingat setiap keputusan keuangan yang diambil akan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tepat mengingat setiap keputusan keuangan yang diambil akan 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan utama dari sebuah perusahaan adalah mendapatkan keuntungan bagi perusahaan tersebut. Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. signifikan, hal ini ditandai dengan diterbitkannya paket-paket deregulasi

BAB I PENDAHULUAN. signifikan, hal ini ditandai dengan diterbitkannya paket-paket deregulasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Industri perbankan di Indonesia telah mengalami perkembangan yang signifikan, hal ini ditandai dengan diterbitkannya paket-paket deregulasi keuangan, moneter dan

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Industri Kimia

Metodologi Pemeringkatan Industri Kimia Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia September 2014 Metodologi Pemeringkatan Industri Kimia Pendahuluan Secara garis besar, produk kimia dapat dibedakan atas organik dan non-organik, dimana masingmasing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada prinsipnya setiap perusahaan membutuhkan dana untuk dapat mengembangkan bisnisnya. Sumber pendanaan dapat berasal dari pihak eksternal maupun pihak internal

Lebih terperinci

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /SEOJK.05/2017

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /SEOJK.05/2017 LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /SEOJK.05/2017 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN CADANGAN TEKNIS BAGI PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI - 1 - PEDOMAN PEMBENTUKAN CADANGAN TEKNIS

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Perdagangan*

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Perdagangan* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Juli 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Perdagangan* Metodologi pemeringkatan ini menjelaskan pendekatan ICRA Indonesia dalam menganalisis risiko bisnis dan

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.05/2016 TENTANG

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.05/2016 TENTANG Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; dan 2. Direksi Perusahaan Reasuransi; di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2016 TENTANG DASAR PENILAIAN ASET YANG DIPERKENANKAN DALAM BENTUK

Lebih terperinci

9 31 Desember 2009 Unit Kontrol Tabel 1.a Pengungkapan Kuantitatif Struktur Permodalan Bank Umum (dalam Jutaan Rupiah) KOMPONEN MODAL Posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan berdampak pada ketidakstabilan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. akan berdampak pada ketidakstabilan perekonomian suatu negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara pastinya tidak lepas dari risiko atau suatu ketidakpastian. Apabila risiko atau ketidakpastian tersebut tidak dikendalikan, akan berdampak

Lebih terperinci

- 2 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas.

- 2 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 72 /POJK.05/2016 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH I. UMUM Undang-Undang Nomor 21 Tahun

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang mengatur industri asuransi,

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang mengatur industri asuransi, BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan Seperti yang kita ketahui sebelumnya konvergensi IFRS hanya terdapat dua Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang mengatur industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana ( issuer). Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana ( issuer). Pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal berperan besar dalam perekonomian suatu negara karena menjalankan dua fungsi sekaligus: fungsi ekonomi dan keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penjualan saham kepada publik dengan tujuan untuk mempertahankan kelancaran

BAB I PENDAHULUAN. penjualan saham kepada publik dengan tujuan untuk mempertahankan kelancaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis di era globalisasi yang semakin kompetitif, banyak perusahaan melakukan strategi dengan melakukan investasi tambahan melalui penjualan saham

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14 /SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14 /SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN Yth. 1. Direksi Bank; 2. Direksi Perusahaan Asuransi dan Reasuransi; 3. Direksi Perusahaan Efek; dan 4. Direksi Perusahaan Pembiayaan; di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14 /SEOJK.03/2015

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 1. a 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Persinyalan (Signaling Theory) Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi akuntansi memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah perusahaan asuransi di Indonesia untuk asuransi jiwa sebanyak 98

BAB I PENDAHULUAN. jumlah perusahaan asuransi di Indonesia untuk asuransi jiwa sebanyak 98 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perusahaan asuransi saat ini sangat pesat. Sampai tahun 2013 jumlah perusahaan asuransi di Indonesia untuk asuransi jiwa sebanyak 98 perusahaan, untuk

Lebih terperinci

Daftar Isi. Latar Belakang Implementasi Manajemen Risiko Tujuan Manajemen Risiko Definisi Model Manajemen Risiko Control Self Assessment

Daftar Isi. Latar Belakang Implementasi Manajemen Risiko Tujuan Manajemen Risiko Definisi Model Manajemen Risiko Control Self Assessment Manajemen Risiko Daftar Isi Latar Belakang Implementasi Manajemen Risiko Tujuan Manajemen Risiko Definisi Model Manajemen Risiko Control Self Assessment Latar Belakang Manajemen Risiko Tata Kelola Perusahaan

Lebih terperinci

Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi

Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi LPKJ_1 ASET Investasi Deposito Berjangka Sertifikat Deposito Aset Tetap Lain Aset Lain Jumlah Bukan Investasi JUMLAH ASET LIABILITAS DAN EKUITAS Liabilitas Utang Utang Klaim Utang Koasuransi Utang Reasuransi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 Suatu perjanjian dari bentuk legalnya mungkin bukan merupakan perjanjian sewa, namun secara substansi dapat mengandung sewa. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perekonomian di Indonesia pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perekonomian di Indonesia pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian di Indonesia pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari dunia perbankan. Bank sebagai lembaga keuangan yang berfungsi sebagai intermediasi untuk menghimpun

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2016 TENTANG

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2016 TENTANG Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi, 2. Direksi Perusahaan Reasuransi, 3. Direksi Perusahaan Asuransi Syariah, dan 4. Direksi Perusahaan Reasuransi Syariah di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

Pengungkapan Permodalan dan Informasi Kuantitatif Eksposur Risiko PT. PRIMA MASTER BANK (Sesuai SE OJK Nomor 43/SEOJK.03/2016)

Pengungkapan Permodalan dan Informasi Kuantitatif Eksposur Risiko PT. PRIMA MASTER BANK (Sesuai SE OJK Nomor 43/SEOJK.03/2016) Pengungkapan Permodalan dan Informasi Kuantitatif Eksposur Risiko PT. PRIMA MASTER BANK (Sesuai SE OJK Nomor 43/SEOJK.03/2016) Tabel 1. Pengungkapan Kuantitatif Struktur Permodalan Bank Umum KOMPONEN MODAL

Lebih terperinci

Pengungkapan Permodalan dan Informasi Kuantitatif Eksposur Risiko PT. PRIMA MASTER BANK (Sesuai SE OJK Nomor 43/SEOJK.03/2016)

Pengungkapan Permodalan dan Informasi Kuantitatif Eksposur Risiko PT. PRIMA MASTER BANK (Sesuai SE OJK Nomor 43/SEOJK.03/2016) Pengungkapan Permodalan dan Informasi Kuantitatif Eksposur Risiko PT. PRIMA MASTER BANK (Sesuai SE OJK Nomor 43/SEOJK.03/2016) Tabel 1. Pengungkapan Kuantitatif Struktur Permodalan Bank Umum KOMPONEN MODAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu kegiatan menggunakan dana (fungsi investasi) dan kegiatan mencari sumber

BAB I PENDAHULUAN. yaitu kegiatan menggunakan dana (fungsi investasi) dan kegiatan mencari sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedudukan manajemen keuangan dalam perusahaan merupakan pelaksana dari fungsi keuangan perusahaan. Fungsi keuangan yang utama meliputi dua hal yaitu kegiatan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk meningkatkan nilai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk meningkatkan nilai 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan, salah satunya adalah mengoptimalkan nilai pemegang saham. Dengan memaksimalkan nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities,

BAB I PENDAHULUAN. modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang penelitian Pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan perekonomian. Dalam melaksanakan fungsi. ekonomi, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan perekonomian. Dalam melaksanakan fungsi. ekonomi, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pasar modal yang pesat memiliki peran penting dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian. Dalam melaksanakan fungsi ekonomi, pasar modal menyediakan fasilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi telah menghapuskan batasan bagi perusahaan dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi telah menghapuskan batasan bagi perusahaan dalam melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi telah menghapuskan batasan bagi perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha. Dengan adanya penghapusan batasan ini, persaingan dalam dunia

Lebih terperinci

Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanITahun 2018 (dalam jutaan rupiah) Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi

Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanITahun 2018 (dalam jutaan rupiah) Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi LPKJ_1 ASET Investasi Deposito Berjangka Sertifikat Deposito Saham Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanITahun 2018 Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi Gabungan Saldo SAK Saldo

Lebih terperinci

Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanIIITahun 2017

Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanIIITahun 2017 LPKJ_1 ASET Investasi Deposito Berjangka Sertifikat Deposito Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi Gabungan Saldo SAK Saldo SAP Saldo SAK Saldo SAP Saldo SAK Saldo SAP Saldo SAK Saldo SAP 6,442,004.77

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor perbankan.

Lebih terperinci

Buletin Teknis ini bukan bagian dari Standar Akuntansi Keuangan.

Buletin Teknis ini bukan bagian dari Standar Akuntansi Keuangan. EXPOSURE DRAFT BULETIN TEKNIS 8 DIKELUARKAN OLEH KONTRAK ASURANSI DEWAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN IKATAN AKUNTAN INDONESIA TANGGAL 19 OKTOBER 2012 Buletin Teknis ini bukan bagian dari Standar Akuntansi

Lebih terperinci

ANALISIS PROSPEKTIF PROSES PROYEKSI. 1. Proyeksi Laporan Keuangan. a. Proyeksi Laporan Laba Rugi

ANALISIS PROSPEKTIF PROSES PROYEKSI. 1. Proyeksi Laporan Keuangan. a. Proyeksi Laporan Laba Rugi Prospektif- peramalan Teknik Tahap Aplikasi ANALISIS PROSPEKTIF Analisis prospektif dapat dilakukan hanya setelah laporan keuangan historis disesuaikan untuk mencerminkan kinerja ekonomis perusahaan secara

Lebih terperinci

Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanIV Tahun 2017 (dalam jutaan rupiah) Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi

Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanIV Tahun 2017 (dalam jutaan rupiah) Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi LPKJ_1 ASET Investasi Deposito Berjangka Sertifikat Deposito Aset Tetap Lain Aset Lain Jumlah Bukan Investasi JUMLAH ASET LIABILITAS DAN EKUITAS Liabilitas Utang Utang Klaim Utang Koasuransi Utang Reasuransi

Lebih terperinci

Heirloom (V) Dirancang untuk orang-orang yang benar-benar menghargai pentingnya nilai warisan.

Heirloom (V) Dirancang untuk orang-orang yang benar-benar menghargai pentingnya nilai warisan. Heirloom (V) Dirancang untuk orang-orang yang benar-benar menghargai pentingnya nilai warisan. Dirancang untuk orang-orang yang benar-benar menghargai pentingnya nilai warisan. Kerja keras. Ketahanan.

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan karena berkaitan dengan going concern perusahaan. Ada beberapa

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan karena berkaitan dengan going concern perusahaan. Ada beberapa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Risiko perusahaan merupakan hal yang sangat krusial yang harus diperhatikan karena berkaitan dengan going concern perusahaan. Ada beberapa macam risiko perusahaan menurut

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan tambahan modal untuk mendorong kinerja operasional perusahaan. Salah satu cara bagi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan dengan hasil yang beragam. Hayati (2011), arus kas secara simultan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan dengan hasil yang beragam. Hayati (2011), arus kas secara simultan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Reviu Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan arus kas dan likuiditas telah banyak dilakukan dengan hasil yang beragam. Hayati (2011), arus kas secara simultan berpengaruh

Lebih terperinci

Yth. 1. Perusahaan Asuransi; 2. Perusahaan Asuransi Syariah; 3. Perusahaan Reasuransi; dan 4. Perusahaan Reasuransi Syariah di tempat.

Yth. 1. Perusahaan Asuransi; 2. Perusahaan Asuransi Syariah; 3. Perusahaan Reasuransi; dan 4. Perusahaan Reasuransi Syariah di tempat. Yth. 1. Perusahaan Asuransi; 2. Perusahaan Asuransi Syariah; 3. Perusahaan Reasuransi; dan 4. Perusahaan Reasuransi Syariah di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15/SEOJK.05/2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena ada orang yang harus tetap hidup. Sekarang ini banyak orang mulai

BAB I PENDAHULUAN. karena ada orang yang harus tetap hidup. Sekarang ini banyak orang mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Asuransi diambil bukan karena ada orang yang akan meninggal, tetapi karena ada orang yang harus tetap hidup. Sekarang ini banyak orang mulai mempertimbangkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asuransi

TINJAUAN PUSTAKA Asuransi 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Asuransi 2.1.1 Pengertian Asuransi Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seseorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. seperti: perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun, dan lembaga jasa

BAB I. PENDAHULUAN. seperti: perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun, dan lembaga jasa BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri jasa keuangan merupakan salah satu komponen yang ada didalam sistem perekonomian Indonesia. Industri jasa keuangan terdiri dari berbagai lembaga seperti:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak yang membutuhkan dana dengan memperjualbelikan sekuritas.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak yang membutuhkan dana dengan memperjualbelikan sekuritas. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan pertemuan antara pihak yang memiliki dana lebih dengan pihak yang membutuhkan dana dengan memperjualbelikan sekuritas. Sekuritas yang

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN CADANGAN TEKNIS BAGI PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN CADANGAN TEKNIS BAGI PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; dan 2. Direksi Perusahaan Reasuransi, di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN CADANGAN TEKNIS BAGI PERUSAHAAN

Lebih terperinci

REKSA DANA. PT DANAREKSA INVESTMENT MANAGEMENT, August 2007

REKSA DANA. PT DANAREKSA INVESTMENT MANAGEMENT, August 2007 REKSA DANA PT DANAREKSA INVESTMENT MANAGEMENT, August 2007 Reksa Dana UNDANG-UNDANG PASAR MODAL No. 8 tahun1995, BAB I, Pasal 1 Ayat 27 : Reksa Dana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal

Lebih terperinci

RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2014

RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2014 Yth. 1. Perusahaan Asuransi Jiwa; 2. Perusahaan Asuransi Kerugian; dan 3. Perusahaan Reasuransi. di Indonesia RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2014 TENTANG BENTUK, SUSUNAN

Lebih terperinci

30-Jun-17 Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah. Jawa Bali Sumatera Kalimantan Sulawesi Lainnya Total

30-Jun-17 Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah. Jawa Bali Sumatera Kalimantan Sulawesi Lainnya Total Tabel 1.1 : Pengungkapan Risiko Kredit - Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank secara Individual Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah Jawa Bali Sumatera Kalimantan Sulawesi Lainnya Total (1) (2) (3)

Lebih terperinci

BAB V RENCANA AKSI. model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. tanggung jawab, dan evaluasi pengukuran kinerja.

BAB V RENCANA AKSI. model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. tanggung jawab, dan evaluasi pengukuran kinerja. BAB V RENCANA AKSI Bab V berisi tentang rencana aksi yang dilakukan untuk merealisasikan model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. Untuk mendukung realisasi rancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan dananya adalah sektor properti. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan sektor properti

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan dananya adalah sektor properti. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan sektor properti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar modal di Indonesia yang pesat menunjukan bahwa kepercayaan pemodal untuk menginvetasikan dananya di pasar modal cukup baik. Banyaknya pilihan saham

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEUANGAN OJK. Bank. Structured Product. Kehatihatian. Prinsip. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 19) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

RINGKASAN ILUSTRASI ANDA (Pertanggungan Dasar, Pertanggungan Tambahan dan Alokasi Investasi)

RINGKASAN ILUSTRASI ANDA (Pertanggungan Dasar, Pertanggungan Tambahan dan Alokasi Investasi) Ilustrasi ini disiapkan khusus untuk: Nama Tertanggung: YUDI Jenis Kelamin: Laki-laki Tanggal Lahir: - Usia: 30 Status Merokok: Tidak Merokok RINGKASAN ILUSTRASI ANDA (Pertanggungan Dasar, Pertanggungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah pasar modal. Pasar modal efektif

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah pasar modal. Pasar modal efektif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu sektor yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah pasar modal. Pasar modal efektif digunakan untuk

Lebih terperinci

PT WAHANA PRONATURAL TBK. Check List SEOJK/30/2016 Laporan Tahunan

PT WAHANA PRONATURAL TBK. Check List SEOJK/30/2016 Laporan Tahunan PT WAHANA PRONATURAL TBK Check List SEOJK/30/2016 Laporan Tahunan DAFTAR ISI A. Ikhtisar Data Keuangan Penting B. Informasi Saham C. Laporan Direksi D. Laporan Dewan Komisaris E. Profil Emiten atau Perusahaan

Lebih terperinci

Tabel 1.a Pengungkapan Kuantitatif Struktur Permodalan Bank Umum (dalam jutaan rupiah)

Tabel 1.a Pengungkapan Kuantitatif Struktur Permodalan Bank Umum (dalam jutaan rupiah) Tabel 1.a Pengungkapan Kuantitatif Struktur Permodalan Bank Umum KOMPONEN MODAL Bank Konsolidasi Bank Konsolidasi (1) (2) (3) (4) (5) (6) I KOMPONEN MODAL A Modal Inti 162,348 162,348 1 Modal disetor 137,200

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20.. TENTANG BENTUK DAN ISI LAPORAN TAHUNAN EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20.. TENTANG BENTUK DAN ISI LAPORAN TAHUNAN EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK Yth. Direksi Emiten atau Perusahaan Publik di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.04/20.. TENTANG BENTUK DAN ISI LAPORAN TAHUNAN EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK Sehubungan dengan Peraturan

Lebih terperinci

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.0/0 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN - - MATRIKS PENETAPAN TINGKAT RISIKO INHEREN. Risiko Kredit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Fungsi

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah tempat bagi perusahaan untuk mengumpulkan modal dengan cara menawarkan sahamnya kepada masyarakat maupun publik. Keterlibatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sejak pertengahan tahun 1997, Indonesia mengalami dampak memburuknya kondisi ekonomi, terutama karena depresiasi mata uang Rupiah terhadap mata uang asing,

Lebih terperinci

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /SEOJK.05/2016 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /SEOJK.05/2016 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /SEOJK.05/2016 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN - 1 - PEDOMAN PENILAIAN KUALITAS PIUTANG PEMBIAYAAN 1. Kemampuan Ketersediaan

Lebih terperinci

No. 14/ 35 /DPNP Jakarta, 10 Desember 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA

No. 14/ 35 /DPNP Jakarta, 10 Desember 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA No. 14/ 35 /DPNP Jakarta, 10 Desember 2012 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal : Laporan Tahunan Bank Umum dan Laporan Tahunan Tertentu yang Disampaikan kepada

Lebih terperinci

INSURANCE OUTLOOK 2016: NAVIGATING FINANCIAL MARKET VOLATILITY Jakarta, 24 November 2015

INSURANCE OUTLOOK 2016: NAVIGATING FINANCIAL MARKET VOLATILITY Jakarta, 24 November 2015 INSURANCE OUTLOOK 2016: NAVIGATING FINANCIAL MARKET VOLATILITY Jakarta, 24 November 2015 Perkembangan Industri Perasuransian Brief Overview Triliun Rupiah Triliun Rupiah..Secara umum, dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan fungsi keuangan. Fungsi ekonomi pasar modal adalah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan fungsi keuangan. Fungsi ekonomi pasar modal adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan tambahan modal untuk mendorong kinerja operasional perusahaan. Salah satu cara bagi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Rerangka Teori dan Literatur 2.1.1. Pengertian Bank Pada Pasal 1 (Butir 2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan,

Lebih terperinci

LAMPIRAN IX SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN

LAMPIRAN IX SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN LAMPIRAN IX SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN SENDIRI PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peringkat obligasi juga berfungsi membantu kebijakan publik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Peringkat obligasi juga berfungsi membantu kebijakan publik untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang investor yang berminat membeli obligasi, sudah seharusnya memperhatikan peringkat obligasi karena peringkat tersebut dapat memberikan informasi tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapangan usaha perbankan dan lembaga jasa keuangan lainnya. Menurut Mankiw

BAB I PENDAHULUAN. lapangan usaha perbankan dan lembaga jasa keuangan lainnya. Menurut Mankiw BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya perekonomian Indonesia yang dilihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) sejak lima tahun terakhir tidak lepas dari peningkatan yang signifikan

Lebih terperinci

Diskusi dan Analisis Manajemen

Diskusi dan Analisis Manajemen Diskusi dan Analisis Manajemen Data Keuangan Konsolidasi Hasil Usaha Pendapatan Bunga Bersih 4.603 5.645 7.136 26% Pendapatan Imbal Jasa 1.080 1.358 1.741 28% Pendapatan Operasional 5.683 7.003 8.877 27%

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5861 KEUANGAN OJK. Bank. Manajemen Risiko. Penerapan. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 53) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN UNIT SYARIAH PT AJB BUMIPUTERA 1912 PER 31 DESEMBER 2012 (dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN UNIT SYARIAH PT AJB BUMIPUTERA 1912 PER 31 DESEMBER 2012 (dalam jutaan rupiah) L1 LAPORAN POSISI KEUANGAN UNIT SYARIAH PT AJB BUMIPUTERA 1912 PER 31 DESEMBER 2012 (dalam jutaan rupiah) ASET Kas dan setara kas 19,808.11 Tagihan kontribusi 0.00 Tagihan investasi 0.00 Tagihan hasil

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi Syariah; dan 2. Direksi Perusahaan Reasuransi Syariah; di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2016 TENTANG DASAR PENILAIAN ASET YANG DIPERKENANKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu tempat bagi suatu perusahaan untuk memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal menjadi alternatif bagi

Lebih terperinci