Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Konstruksi*

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Konstruksi*"

Transkripsi

1 Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Oktober 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Konstruksi* Sektor konstruksi di Indonesia memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional. Kontribusinya terhadap PDB mencapai sekitar 10,0% atau Rp907,3 triliun pada tahun 2013, antara lain ditopang oleh pembangunan infrastruktur. Pemerintah memiliki pengaruh yang penting pada proyek-proyek infrastruktur dalam hal me nentukan regulasi dan kebijakan untuk mendukung proyek-proyek ini. Sehubungan dengan hal ini, pemerintah telah membentuk Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) , salah satunya untuk mempercepat pembangunan infrastruktur. Metodologi pemeringkatan ini menjelaskan pendekatan ICRA Indonesia dalam menganalisis risiko bisnis dan keuangan bagi perusahaan konstruksi. Tujuannya adalah sebagai referensi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi profil kredit perusahaan yang bergerak dalam bisnis konstruksi. Hal ini untuk membantu emiten, investor dan pelaku pasar lain yang tertarik memahami pendekatan ICRA Indonesia dalam menganalisisis karakteristik risiko kuantitatif dan kualitatif yang mungkin mempengaruhi hasil pemeringkatan. Kerangka Analisis Risiko ICRA Indonesia untuk Perusahaan Konstruksi Untuk kemudahan analisis, faktor-faktor ini dapat dikelompokkan sebagai berikut: Latar Belakang Bisnis dan Posisi Daya Saing Posisi Pasar Rekam Jejak Keragaman Proyek dalam Pesanan (Order Book) Analisis Proyek dalam Pesanan profil risiko dan sifat kontrak Kecukupan Sumber Daya Efisiensi Operasional dan Kebijakan Manajemen Risiko Paparan terhadap Risiko Proyek Bangun-Operasi-Serah (Build-Operate-Transfer/BOT) Kualitas Manajemen dan Tata Kelola Perusahaan Posisi Keuangan Keuntungan dan Imbal Hasil Struktur Modal dan Cakupan Hutang Intensitas Modal Kerja Analisis Arus Kas Kesenjangan Jatuh Tempo dan Risiko yang Berkaitan dengan Suku Bunga dan Pembiayaan Kembali Rekam Jejak Penyelesaian Hutang Kewajiban Kontinjensi/Kewajiban di Luar Neraca Likuiditas dan Fleksibilitas Keuangan Laporan Keuangan Konsolidasi Kecukupan Arus Kas Masa Depan Kualitas Akuntansi Latar Belakang Bisnis dan Posisi Daya Saing Posisi pasar Perusahaan yang telah dikenal lama di pasar dan bereputasi memiliki posisi yang lebih baik untuk mengajukan penawaran dan melaksanakan proyek-proyek dibandingkan dengan pendatang baru. Posisi pasar yang kuat juga berperan sebagai hambatan masuk ke dalam pasar dan segmen yang dikuasai pemain lama dan memberikan posisi tawar yang lebih tinggi dengan subkontraktor dan ICRA Indonesia

2 pemasok. Faktor kunci penentu posisi pasar kontraktor yang dinilai oleh ICRA Indonesia adalah berikut ini: Skala operasional: Skala operasional perusahaan konstruksi menunjukkan kekuatan pasar, fleksibilitas operasional, dan kemampuannya untuk melaksanakan proyek berskala besar atau kompleks. Selain itu, ukuran perusahaan menjadi kriteria kualifikasi penting saat penawaran. Profil klien dan diversifikasi: Komposisi klien dalam daftar proyek yang dimiliki oleh kontraktor merupakan salah satu indikator posisi pasar. Kehadiran perusahaan berskala besar, proyek-proyek yang didanai pemerintah pusat dan daerah, dan pengalaman bekerja dengan klien luar negeri mencerminkan profil klien yang kuat dan terdiversifikasi dan dipandang sebagai hal yang menguntungkan oleh ICRA Indonesia. Kemampuan kontraktor untuk menjaga hubungan kerja yang kuat dengan klien besar juga dapat diukur dari order yang berulang, minimnya perselisihan serta interaksi dengan klien utama. Pertumbuhan pendapatan dan daftar proyek dalam pesanan: Kemampuan eksekusi proyek yang dimiliki kontraktor dan kemampuannya untuk meningkatkan jumlah proyek tercermin dalam pertumbuhan proyek dalam pesanan dan tingkat pendapatan relatif terhadap pesaingnya dan industri konstruksi. Oleh karena itu ICRA Indonesia, dalam analisisnya, membandingkan pertumbuhan atas pendapatan dan proyek dalam pesanan perusahaan tersebut dengan pemain lain yang beroperasi di sektor yang sama. Sementara ICRA Indonesia percaya bahwa proyek dalam pesanan merupakan indikator yang baik dari posisi pasar, peningkatan pesanan yang pesat dapat terjadi akibat kebijakan harga yang agresif dan dapat memiliki dampak negatif terhadap profitabilitas ke depan dan meningkatkan risiko eksekusi karena tantangan yang berkaitan dengan pertumbuhan yang cepat. Di sisi lain, pertambahan proyek baru yang lebih rendah dan penurunan daftar proyek bisa jadi akibat dari ketidakmampuan perusahaan untuk melaksanakan kontrak sebelumnya dan/atau struktur biaya yang tidak menguntungkan, atau kurangnya kapasitas yang timbul dari sisi teknis/keuangan. Rekam Jejak Rekam jejak perusahaan konstruksi merupakan input yang penting dalam menilai kemampuan untuk melaksanakan proyek secara efisien. Selain itu, rekam jejak menjadi kriteria penting dalam penawaran dan mencerminkan kemampuan untuk mendapatkan proyek-proyek baru. Saat menilai rekam jejak, fokus perhatian ICRA Indonesia adalah pada ukuran dan kompleksitas proyek yang dilaksanakan, ketepatan waktu dan kualitas konstruksi, efektivitas biaya dan ganti rugi atau denda yang dikenakan oleh klien, jika ada. Sektor operasi dan kompleksitas pekerjaan yang dilakukan: Area operasional kontraktor, kompleksitas dan ukuran proyek yang ditangani, dan kemampuan yang ditunjukkan kontraktor di masing-masing sektor dinilai. Perusahaan dengan rekam jejak yang baik dalam melaksanakan proyek-proyek besar dan kompleks seperti pembangkit tenaga air dan proyek terowongan dipandang positif karena menurunkan tekanan kompetisi dan meningkatkan posisi tawar kontraktor dalam hal harga. Sementara itu, kontraktor yang terlibat dalam pekerjaan seperti proyek-proyek irigasi kecil, jalan dan konstruksi bangunan, rentan terhadap intensitas persaingan yang tinggi karena adanya sejumlah besar pemain di segmen ini. Komitmen terhadap parameter kualitas, biaya dan waktu dalam penyelesaian proyek: Kinerja kontraktor dalam proyek-proyek yang telah diselesaikan dalam hal komitmen terhadap kualitas, biaya, dan waktu dinilai. Jika pun terjadi keterlambatan atau kenaikan biaya proyek, alasan keterlambatan akan dipelajari untuk memastikan apakah disebabkan oleh kontraktor. Selama pelaksanaan pemeringkatan, ICRA Indonesia juga secara selektif mengunjungi beberapa proyek yang telah selesai dan sedang berjalan serta mengumpulkan umpan balik dari klien utama kontraktor dan pengguna akhir dari proyek. Ganti Kerugian/denda: Contoh ganti rugi atau denda yang dipungut oleh klien karena kekurangan dalam hal kualitas, atau keterlambatan penyelesaian proyek, atau pelanggaran kondisi lain oleh kontraktor mengurangi tingkat kenyamanan terhadap kemampuan eksekusi kontraktor. Umpan balik dari para bankir tentang jaminan kinerja berfungsi sebagai masukan penting dalam konteks ini. Keragaman Proyek dalam Pesanan Diversifikasi proyek dalam pesanan memberikan stabilitas pendapatan kontraktor karena ketergantungan yang rendah pada daerah geografis, klien, segmen, atau proyek tertentu. Faktor ini ICRA Indonesia Halaman 2 dari 7

3 dinilai sehubungan dengan kemampuan perusahaan untuk mengelola keberagaman proyek dan menyelesaikan proyek tersebut sesuai dengan parameter biaya, waktu, dan kualitas yang disepakati. Keragaman Geografis: Perusahaan konstruksi harus memenuhi batasan-batasan peraturan, lingkungan, dan keamanan. Batasan-batasan ini bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain, dan karenanya perusahaan yang memiliki keragaman geografis dalam operasional mereka dipandang positif. Keragaman geografis juga mengurangi dampak dari siklus ekonomi atau pengurangan alokasi anggaran untuk pembangunan infrastruktur di masing-masing daerah dan memungkinkan perusahaan menangani keterlambatan proyek dengan lebih baik (dan akan mempengaruhi arus kas) di daerah-daerah yang terkena dampak dari kejadian alam seperti banjir, kekeringan, atau gempa bumi. Keragaman Sektoral: Perusahaan yang beroperasi di segmen konstruksi yang beragam seperti jalan, jembatan, pembangkit listrik, minyak & gas, kereta api, dan irigasi memiliki kerentanan yang lebih rendah terhadap risiko regulasi. Selanjutnya, keragaman sektoral juga mengurangi paparan kontraktor terhadap volatilitas permintaan dan persaingan di segmen tertentu. Namun demikian, keragaman tersebut juga perlu dilihat dalam hubungannya dengan kemampuan perusahaan untuk melaksanakan beragam proyek dan rekam jejaknya dalam hal pelaksanaan proyek. Keragaman Klien: Dalam sektor konstruksi, ada sejumlah besar pemain yang mengikuti tender untuk proyek Pemerintah Pusat dan Daerah, proyek yang didanai oleh lembaga multilateral serta proyek yang dikerjakan oleh sektor swasta. Tingkat keuntungan, siklus pembayaran dan risiko kredit relatif di entitas-entitas ini bisa bervariasi. Proyek sektor swasta biasanya memiliki proses tender yang lebih pendek dan praktis, dan kemudahan akses ke lokasi proyek serta persetujuan lainnya yang diperlukan juga lebih singkat. Proyek sektor publik, di sisi lain, memberikan stabilitas yang lebih atas pendapatan karena relatif kurang rentan terhadap siklus ekonomi. Secara keseluruhan, kombinasi yang optimal dari proyek-proyek sektor publik dan swasta memungkinkan kontraktor untuk memiliki aliran pendapatan lebih stabil, mengelola modal kerja yang lebih baik, dan juga menurunkan risiko kredit mitra kerja. Selain mengkaji kombinasi klien-klien perusahaan konstruksi ini, ICRA Indonesia juga menganalisis rasio kontrak yang diperoleh dari pihak eksternal dengan yang diperoleh dari kelompok perusahaan kontraktor sendiri; secara umum, semakin tinggi proporsi yang terakhir, fleksibilitas harga berkurang tetapi ketentuan kontrak lebih longgar. Keragaman Proyek: Proyek berskala besar umumnya menawarkan margin yang lebih baik, tetapi paparan berlebihan terhadap proyek-proyek besar juga menyebabkan risiko konsentrasi tinggi untuk perusahaan konstruksi. Pada saat yang sama, sejumlah besar kontrak yang lebih kecil dapat meningkatkan risiko eksekusi mengingat pelaksanaan proyek secara simultan menuntut manajemen dan sistem pengelolaan proyek yang lebih baik. ICRA Indonesia, dalam analisisnya, menghitung kontribusi dari lima proyek terbesar dalam buku pesanan kontraktor; nilai yang tinggi (lebih dari 65-70%) menunjukkan risiko konsentrasi yang tinggi untuk perusahaan yang bersangkutan. Analisis Proyek dalam Pesanan - Profil Risiko dan Sifat Kontrak Selain keragaman, ICRA Indonesia juga menganalisis daftar proyek dalam buku pesanan kontraktor saat ini, memeriksa profil risiko, kompleksitas, dan sifat dari kontrak untuk menilai berbagai faktor yang dapat menunda pelaksanaan proyek dan/atau berdampak terhadap profitabilitas ke depan. Profil Risiko Proyek: Analisis proyek-proyek besar perusahaan dilakukan untuk menilai kemungkinan penundaan dalam pelaksanaannya. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan keterlambatan dalam pelaksanaan proyek dan yang berada di luar kendali kontraktor adalah tidak tersedianya lahan, kurangnya izin lingkungan, tidak adanya persetujuan yang diperlukan lainnya, perubahan kebijakan/peraturan pemerintah, dan keterlambatan dalam mencapai pendanaan (financial closing). Medan yang sulit dan iklim yang tak terduga juga meningkatkan risiko keterlambatan jika penjadwalan konstruksi proyek tidak memiliki ruang untuk kontinjensi. Kompleksitas proyek merupakan faktor penting yang dapat menyebabkan keterlambatan proyek. Dalam hal pendapatan sesuai kontrak tidak cukup untuk menutupi kelebihan biaya proyek dan biaya untuk kapasitas yang tak terpakai, profitabilitas dapat sangat terpengaruh. Selain itu, penundaan ini menyebabkan penundaan arus kas untuk kontraktor dan juga mengurangi kapasitas penawarannya karena rekam jejak proyek yang tertunda. Sifat Kontrak: Kontrak konstruksi sering ditentukan dengan dengan asumsi harga input (bahan baku) pada level tertentu. Dengan demikian, setiap peningkatan tajam atas harga bahan baku selama pelaksanaan proyek dapat mendongkrak biaya proyek secara signifikan melampaui perkiraan awal. ICRA Indonesia Halaman 3 dari 7

4 Selain itu, keterlambatan pembebasan lahan atau persetujuan peraturan dapat memperpanjang masa konstruksi, sehingga perusahaan akan terkena dampak atas kemungkinan kenaikan harga komoditas. Perusahaan yang telah menandatangani kontrak harga tetap harus menyerap kenaikan harga ini, sehingga akan menurunkan margin keuntungan. Dalam hal kasus kontrak memiliki klausul kenaikan biaya, ICRA Indonesia juga mengkaji syarat klausul dengan tepat sehingga dapat menilai tingkat kenaikan harga yang diperkenankan berdasarkan kontrak untuk menutupi kenaikan biaya yang sebenarnya bagi kontraktor. Misalnya, beberapa kontrak memungkinkan kenaikan harga bahan baku sejalan dengan tingkat inflasi (Indeks Harga Grosir atau WPI) dimana kenaikan yang sebenarnya cenderung jauh lebih tinggi dari tingkat ini, sehingga menyebabkan kontraktor rentan terhadap risiko harga baku terlepas dari adanya klausul kenaikan biaya dalam kontrak. Syarat kontrak penting lainnya yang diperiksa meliputi klausul penalti, kewajiban dan tanggung jawab klien dan kontraktor, syarat pembayaran, kondisi di luar kendali dan fleksibilitas dalam perpanjangan jadwal waktu proyek jika penundaan itu tidak disebabkan kontraktor. Kecukupan Sumber Daya Sementara daftar proyek perusahaan telah tumbuh dengan kuat pada masa lalu ditopang oleh investasi yang signifikan di sektor infrastruktur, tidak semua pelaku mampu meningkatkan sumber daya mereka sesuai kebutuhan. Hal ini juga dapat mengakibatkan penundaan yang material dalam penyelesaian proyek. Oleh karena itu ICRA Indonesia, dalam analisisnya, memperhitungkan kecukupan berbagai sumber daya perusahaan yang bersangkutan, yaitu tenaga kerja (tenaga ahli maupun bukan), kapasitas manajemen, sistem manajemen proyek, mesin dan peralatan, dan akses finansial untuk menilai kemampuannya dalam pelaksanaan proyek. Penilaian kemampuan eksekusi kontraktor penting karena keterlambatan pelaksanaan proyek dapat berdampak secara signifikan terhadap profitabilitas dan arus kasnya. Selain itu, penundaan dapat mempengaruhi posisi pasar perusahaan, sehingga berdampak kepada kemampuannya untuk mendapatkan proyek baru maupun lanjutan. Kemampuan merekrut dan mempertahankan tenaga kerja terampil juga merupakan salah satu tantangan utama bagi kontraktor, sebagaimana pelatihan sumber daya manusia, mengingat meningkatnya kompleksitas proyek. Selain tenaga kerja terampil, hubungan kerja yang baik dengan kontraktor tenaga kerja dan patuh terhadap ketentuan undang-undang tenaga kerja lokal diperlukan untuk menghindari gangguan operasional proyek. Selain faktor-faktor ini, ICRA Indonesia juga melihat profil pengalaman para eksekutif dari perusahaan yang bersangkutan dan turn over karyawan di berbagai tingkatan. Selain tenaga kerja yang memadai, mekanisasi operasional yang sesuai diperlukan untuk mengoptimalkan waktu konstruksi dan mencapai tingkat kualitas yang diinginkan. ICRA Indonesia menilai basis peralatan yang dipertahankan oleh perusahaan konstruksi dan kesesuaiannya untuk proyek dalam pesanan. Fleksibilitas dalam menyewa peralatan untuk memenuhi kebutuhan proyek tertentu juga diamati. Karena kontraktor dapat melaksanakan beberapa proyek di lokasi yang berbeda pada setiap titik waktu, sistem monitoring proyek yang efektif diperlukan agar manajemen puncak dapat terus memantau kemajuan proyek dan juga membuat intervensi yang tepat jika diperlukan. Selain itu, kemampuan perusahaan untuk mengumpulkan dana baik melalui ekuitas atau hutang sangat penting untuk memenuhi modal kerja dan belanja modal yang diperlukan. Efisiensi Operasional dan Kebijakan Manajemen Risiko Perusahaan konstruksi rentan terhadap risiko kenaikan biaya dan oleh karena itu penekanan khusus diberikan kepada efisiensi operasional dan kebijakan manajemen risiko. Efisiensi operasional perusahaan konstruksi tergantung pada berbagai faktor seperti kemampuan operasional, kebijakan dalam penawaran dan tingkat subkontrak yang dilakukan. Kemampuan operasional kontraktor, yang tercermin dari pengendalian terhadap biaya dan kemampuannya untuk menyelesaikan proyek-proyek sesuai dengan persyaratan kontrak, sangat penting untuk mengurangi kelebihan waktu dan biaya pelaksanaan. Faktor-faktor lain seperti subkontrak juga meningkatkan fleksibilitas operasi perusahaan, tetapi pada saat yang sama mengurangi profitabilitas operasi. Sementara subkontrak menjadi hal yang tak terelakkan saat meningkatnya daftar proyek kontraktor, memilih mitra yang dapat dipercaya dan mempertahankan kontrol yang ketat pada jadwal pengiriman dan kualitas layanan sangat penting bagi keberhasilan suatu proyek. Adapun terkait kebijakan penawaran perusahaan, ICRA Indonesia pada saat yang sama juga menilai keseimbangan antara pertumbuhan volume dan margin. Kebijakan manajemen risiko yang diadopsi oleh perusahaan merupakan masukan penting bagi pemeringkatan. Perusahaan dengan kebijakan dan prosedur formal di antaranya kewajiban ICRA Indonesia Halaman 4 dari 7

5 evaluasi penawaran oleh komite penilaian penawaran, penilaian proyek oleh pihak ketiga, dan kebijakan penawaran yang konsisten, dipandang baik oleh ICRA Indonesia. Sistem pemantauan proyek yang diterapkan oleh perusahaan, kebijakan yang diberlakukan untuk memitigasi risiko kredit, dan mekanisme kontrol lainnya yang diterapkan untuk fungsi-fungsi seperti pengelolaan pasokan dan/atau hubungan dengan subkontraktor dan ulasan tentang kemampuan mengeksekusi proyek mereka juga dinilai. Paparan terhadap Proyek BOT Semakin banyaknya proyek kemitraan publik-swasta (PPP), banyak kontraktor beralih ke pengembang proyek dengan berinvestasi dalam proyek-proyek infrastruktur di sektor jalan, listrik, pelabuhan, dan bandara. Tidak seperti dalam kasus kontrak rekayasa, pengadaan dan konstruksi (EPC) di mana kontraktor menerima kompensasi dari klien untuk pelaksanaan proyek, untuk proyek BOT pengembang harus memulihkan biaya dan keuntungan dalam jangka waktu tertentu dari arus kas yang dihasilkan dari aset yang dibangun. Dengan demikian, selain risiko pelaksanaan, proyek BOT juga rentan berbagai risiko lain yang khas dari suatu proyek, termasuk risiko kelebihan waktu dan biaya, risiko pasar dan regulasi. Proyek BOT dilaksanakan oleh perusahaan yang secara khusus dibentuk untuk proyek tersebut (SPV) dan umumnya pengembang (yang juga kontraktor) juga melakukan kontrak EPC dengan harga tetap dengan SPV. Di satu sisi, laba usaha yang diperoleh dari kontrak EPC sebagian mendanai penyetoran modal yang dilakukan oleh kontraktor di SPV. Di sisi lain, sifat harga tetap dalam kontrak membatasi kemampuan kontraktor untuk memulihkan biaya dalam hal ada kenaikan harga. Dalam kebanyakan kasus, komponen hutang dalam proyek BOT adalah tanpa pengambilalihan atau dengan pengambialihan secara terbatas pada level induk (kontraktor). Namun, ICRA Indonesia percaya bahwa dalam kasus proyek menghadapi kekurangan dalam memenuhi kewajiban hutang atau kewajiban lainnya, ada kemungkinan bahwa kontraktor akan memberikan dukungan keuangan yang diperlukan sebagai kewajiban moral dan juga untuk melindungi kepentingan dalam proyek tersebut. Oleh karena itu, pada saat menilai profil kredit kontraktor, semua proyek BOT dalam portofolionya juga dianalisis untuk mengetahui sejauh mana risiko setiap proyek dan dukungan keuangan induk perusahaan mungkin harus mencakup proyek-proyek ini apabila dibutuhkan. Kualitas Manajemen dan Tata Kelola Perusahaan Selain mengevaluasi kualitas manajemen perusahaan konstruksi, ICRA Indonesia mempertimbangkan pengalaman manajemen kunci perusahaan dalam industri konstruksi dan tingkat pendelegasian wewenang di berbagai tingkatan dalam organisasi. ICRA Indonesia juga menilai kekuatan/kelemahan yang timbul dari emiten yang menjadi bagian dari sebuah "kelompok". Biasanya, pembahasan rinci dilakukan dengan manajemen perusahaan untuk memahami tujuan bisnis, rencana dan strategi, profil risiko, ketergantungan pada hutang, dan pandangannya tentang kinerja masa lalu, selain prospek industri. Selanjutnya, ICRA Indonesia menganalisis struktur organisasi perusahaan dengan fokus utama pada kualitas manajemen, pendelegasian tanggung jawab, dan akuntabilitas. Industri konstruksi dalam negeri saat ini menghadapi kekurangan tenaga kerja ahli. Kurangnya tenaga ahli menurunkan efisiensi dan meningkatkan kemungkinan tertundanya penyelesaian proyek. Kemampuan manajemen perusahaan untuk mempekerjakan dan mempertahankan karyawan dengan keahlian teknis dipandang baik oleh ICRA Indonesia. ICRA Indonesia juga memperhitungkan pola kepemilikan perusahaan yang diperingkat. Penyebaran kepemilikan ke pihak non-promotor dan adanya Direktur Independen di Dewan Direksi perusahaan dipandang positif oleh ICRA Indonesia mengingat faktor-faktor ini sering dijadikan indicator untuk kualitas manajemen dan tata kelola perusahaan. Aspek lain yang dinilai sehubungan dengan tata kelola perusahaan difokuskan pada transaksi dengan pihak terkait dan interaksi dengan auditor eksternal. Posisi Keuangan Profitabilitas dan Imbal Hasil Perusahaan dengan marjin keuntungan dan tingkat pengembalian modal yang lebih tinggi memiliki kemampuan lebih besar untuk menghasilkan laba ditahan, menarik modal eksternal, dan mengatasi hambatan bisnis. Tren marjin usaha dan imbal hasil atas modal yang digunakan relatif terhadap biaya ICRA Indonesia Halaman 5 dari 7

6 modal perusahaan juga dianalisis untuk menentukan stabilitas arus kas dan kecukupan terhadap kewajiban hutang perusahaan ke depan. Kompleksitas pekerjaan yang dilakukan, adanya klausul kenaikan biaya, dan keberadaan sub-kontraktor adalah beberapa faktor utama yang menentukan profitabilitas perusahaan konstruksi. Struktur Modal dan Cakupan Hutang Dengan skala operasional yang meningkat, kebutuhan modal kerja dan belanja modal perusahaan konstruksi juga meningkat secara signifikan, sehingga meningkatkan kebutuhan pendanaan mereka, yang dipenuhi baik melalui ekuitas maupun hutang. ICRA Indonesia, dalam analisis posisi keuangan perusahaan konstruksi, membandingkan rasio hutang-ekuitas dengan pesaingnya untuk menentukan posisi relatif tingkat hutang perusahaan. Selanjutnya, untuk memenuhi komitmen ekuitas mereka dalam proyek-proyek BOT, perusahaan konstruksi cenderung beralih ke peningkatan hutang pada tingkat induk perusahaan, yang menyebabkan hutang naik signifikan dan meningkatkan posisi hutang keseluruhan kelompok usaha. Umumnya, rasio hutang yang konservatif adalah menguntungkan karena mengurangi arus kas keluar untuk pembayaran bunga dan pelunasan pokok hutang. Indikator hutang lainnya juga diperiksa termasuk rasio pembayaran bunga, rasio arus kas bersih terhadap total hutang, dan Debt Service Coverage Ratio (DSCR). Selanjutnya, profil hutang dalam hal periode jatuh tempo dan tingkat bunga rata-rata juga dianalisis. Intensitas Modal Kerja Bisnis konstruksi ditandai dengan intensitas modal kerja yang tinggi. Oleh karena itu, evaluasi ICRA Indonesia terhadap posisi keuangan perusahaan konstruksi melibatkan penilaian rinci dari praktek pengelolaan modal kerja, dengan penekanan yang lebih pada kemampuan menghasilkan arus kas. Beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan modal kerja kontraktor termasuk kebijakan pengelolaan persediaan dan piutang, sistem pemantauan proyek, persyaratan pembayaran (dengan klien), dan daya tawar (dengan pemasok dan sub-kontraktor). Selain ini, kepatuhan terhadap ketentuan kualitas dan waktu, yang terkait dengan kemampuan eksekusi kontraktor, akan memfasilitasi pembayaran dari klien yang lebih cepat. Beberapa kontrak memiliki ketentuan pembayaran uang muka oleh klien yang bersangkutan yang mengurangi kebutuhan modal kerja kontraktor. ICRA Indonesia juga membandingkan berbagai rasio modal kerja kontraktor dengan pesaingnya di sektor yang sama. Setiap penyimpangan yang signifikan dalam rasio seperti jumlah hari pembayaran piutang dagang dan jumlah hari persediaan memberikan indikasi kemungkinan perselisihan dengan klien berkaitan dengan penyelesaian pekerjaan, pengakuan pendapatan, dan/atau pelunasan pembayaran. Analisis Arus Kas Kas diperlukan untuk pembayaran kewajiban. Arus kas mencerminkan sumber-sumber kas dan pemanfaatannya. Tren Arus Kas dari Operasi (FFO) kontraktor dianalisis setelah disesuaikan dengan perubahan modal kerja, Arus Kas Yang Ditahan, dan Arus Kas Bebas setelah pembayaran kewajiban hutang dan kebutuhan belanja modal. Analisis arus kas juga membantu dalam memahami kebutuhan pendanaan eksternal yang perlukan perusahaan dalam rangka memenuhi kewajiban yang jatuh tempo. Kesenjangan Waktu Jatuh Tenpo dan Risiko yang Berkaitan dengan Suku Bunga dan Pembiayaan Kembali Ketergantungan besar pada pinjaman jangka pendek untuk mendanai investasi jangka panjang dapat membuat perusahaan konstruksi rentan terhadap risiko pembiayaan kembali yang signifikan, terutama saat periode likuiditas ketat. Keberadaan cadangan berupa aktiva likuid/kredit bank untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dipandang positif. Demikian halnya, sejauh mana emiten akan terkena dampak pergerakan suku bunga juga dievaluasi. Rekam Jejak Pembayaran Hutang Rekam jejak pembayaran hutang perusahaan konstruksi merupakan masukan penting bagi proses pemeringkat surat hutang. Setiap keterlambatan atau gagal bayar di masa lalu dalam pembayaran pokok dan/atau pembayaran bunga mengurangi kepastian mengenai kemampuan dan kesediaan kontraktor untuk membayar hutang. Kewajiban Kontinjensi/Kewajiban di Luar Neraca Biasanya, kontraktor harus memberikan jaminan penyelesaian atas proyek yang sedang dikerjakan. Jaminan ini biasanya berupa bank garansi, yang merupakan bagian dari kewajiban kontinjensi kontraktor. ICRA Indonesia, dalam analisisnya, menentukan kemungkinan jaminan tersebut diminta dan hal tersebut akan memberikan tekanan pada arus kas perusahaan. Dalam hal terdapat kewajiban ICRA Indonesia Halaman 6 dari 7

7 kontinjen lainnya seperti jaminan perusahaan dan kasus perselisihan, dampak yang sama pada profil kredit kontraktor juga dinilai. Likuiditas dan Fleksibilitas Keuangan Likuiditas dalam bentuk kas bebas, investasi likuid, dan fasilitas kredit yang belum digunakan bersama dengan kemampuan penarikan kredit yang cukup dipandang menguntungkan. ICRA Indonesia juga mempertimbangkan kemampuan pendanaan perusahaan dengan menilai akses ke pasar modal dan hubungan yang dekat dengan bank /lembaga keuangan untuk mendapatkan pembiayaan modal kerja dan pinjaman berjangka dengan suku bunga yang bersaing. Analisis Keuangan Konsolidasi Dalam kasus kelompok bisnis yang terdiri dari perusahaan-perusahaan dengan hubungan keuangan dan operasional yang kuat, berbagai parameter seperti struktur modal, indikator cakupan hutang, dan kebutuhan pendanaan di masa depan dinilai pada tingkat konsolidasi/kelompok bisnis. Kecukupan Arus Kas Masa Depan Karena tujuan utama dari pemeringkatan adalah untuk menilai kecukupan kemampuan pembayaran hutang emiten, ICRA Indonesia memproyeksikan posisi keuangan emiten dalam berbagai skenario. Dalam pemeringkatan perusahaan konstruksi, ICRA Indonesia menilai rencana pertumbuhan, rencana belanja modal, dan metode yang digunakan untuk mendanai rencana ini. Selain itu, ICRA Indonesia memperhitungkan komitmen perusahaan terhadap perusahaan-perusahaan lain dalam kelompok bisnis dan bisnis baru, dan investasi pada anak perusahaan/spv. Selanjutnya, arus kas ke depan diproyeksikan setelah memperhitungkan daftar proyek sekarang dan perkiraan konversi menjadi pendapatan; perkiraan pertumbuhan; jadwal pembayaran hutang; kebutuhan pendanaan; dan pilihan pendanaan yang tersedia untuk itu. Arus kas ini kemudian digunakan untuk menentukan kemampuan pembayaran hutang perusahaan ke depan dalam berbagai skenario. Selain proyeksi arus kas, rasio lain yang digunakan untuk menilai arus kas adalah Arus Kas Operasi (FFO) terhadap bunga, FFO terhadap hutang serta FFO terhadap belanja modal. Kualitas Akuntansi Analisis keuangan dimulai dengan ulasan kualitas laporan keuangan kontraktor. Praktik akuntansi seperti metode pengakuan pendapatan, metode penyusutan dan umur aset, dan perlakuan atas kewajiban kontinjensi ditinjau dan dibandingkan dengan praktik industri. Kebijakan perusahaan tentang pengakuan pendapatan yang disengketakan dan pengungkapan kewajiban kontinjensi juga diperiksa saat menilai kualitas akuntansi. Ketika proyek tertunda, klaim terhadap kapasitas yang tidak digunakan dan kenaikan biaya diajukan oleh kontraktor dan dalam beberapa kasus kontra-klaim diajukan oleh klien. Jika tidak ada mekanisme arbitrase yang efisien, perselisihan tersebut biasanya memakan waktu lama untuk bisa diselesaikan. Perusahaan yang mengakui klaim sebagai pendapatan hanya setelah ditetapkan oleh instansi yang berwenang dipandang baik oleh ICRA Indonesia. Selain itu, jika terdapat kontra-klaim, pencadangan yang memadai dan memasukkannya dalam kewajiban kontijensi dianggap lebih baik. Kesimpulan Peringkat kredit ICRA Indonesia adalah representasi simbolis dari opininya atas risiko kredit relatif yang terkait dengan instrumen yang dinilai. Pendapat ini diungkapkan setelah dilakukan evaluasi rinci terhadap risiko bisnis dan keuangan emiten, manajemen dan tata kelola, kekuatan kompetitif, prediksi arus kas sepanjang umur instrumen yang diperingkat, dan kecukupan arus kas tersebut terhadap kewajiban pembayaran hutang. Seperti diulas di atas, untuk perusahaan konstruksi, analisis pemeringkatan diperluas dengan mencakup faktor-faktor seperti kemampuan perusahaan untuk melaksanakan proyek-proyek, besarnya arus kas setelah disesuaikan dengan modal kerja, paparan terhadap proyek BOT, dan kemungkinan munculnya tagihan dari kewajiban kontinjensi. Copyright, 2014, ICRA Indonesia. All Rights Reserved. Semua informasi yang tersedia merupakan infomasi yang diperoleh oleh ICRA Indonesia dari sumber-sumber yang dapat dipercaya keakuratan dan kebenarannya. Walaupun telah dilakukan pengecekan dengan memadai untuk memastikan kebenarannya, informasi yang ada disajikan 'sebagaimana adanya' tanpa jaminan dalam bentuk apapun, dan ICRA Indonesia khususnya, tidak melakukan representasi atau menjamin, menyatakan atau menyatakan secara tidak langsung, mengenai keakuratan, ketepatan waktu, atau kelengkapan dari informasi yang dimaksud. Semua informasi harus ditafsirkan sebagai pernyataan pendapat, dan ICRA Indonesia tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang dialami oleh pengguna informasi dalam menggunakan publikasi ini atau isinya. *)Diadopsi, dimodifikasi dan diterjemahkan dari rating methodology for construction companies dari ICRA Limited ICRA Indonesia Halaman 7 dari 7

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Asuransi Jiwa*

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Asuransi Jiwa* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Desember 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Asuransi Jiwa* Pemeringkatan ICRA Indonesia untuk kemampuan membayar klaim (atau Claims Paying ability Ratings/CPR)

Lebih terperinci

PENDEKATAN UNTUK PEMERINGKATAN SURAT BERHARGA KOMERSIAL

PENDEKATAN UNTUK PEMERINGKATAN SURAT BERHARGA KOMERSIAL ICRA Indonesia Rating Feature Desember 2012 PENDEKATAN UNTUK PEMERINGKATAN SURAT BERHARGA KOMERSIAL Metodologi ICRA Indonesia untuk pemeringkatan surat berharga komersial (SBK) yang merupakan instrumen

Lebih terperinci

PERINGKAT PERUSAHAAN (Catatan Metodologi)*

PERINGKAT PERUSAHAAN (Catatan Metodologi)* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Oktober 2014 PERINGKAT PERUSAHAAN (Catatan Metodologi)* PENDAHULUAN Jasa pemeringkatan perusahaan ICRA Indonesia berupaya untuk memberikan opini tentang kualitas kredit

Lebih terperinci

PERINGKAT KREDIT PERUSAHAAN (Catatan Metodologi)*

PERINGKAT KREDIT PERUSAHAAN (Catatan Metodologi)* ICRA Indonesia Rating Feature Desember 2012 PERINGKAT KREDIT PERUSAHAAN (Catatan Metodologi)* Tujuan dasar peringkat kredit perusahaan adalah memberikan pendapat tentang risiko kredit relatif yang terkait

Lebih terperinci

PERINGKAT PERUSAHAAN (Metodologi)*

PERINGKAT PERUSAHAAN (Metodologi)* ICRA Indonesia Rating Feature Desember 2012 PERINGKAT PERUSAHAAN (Metodologi)* PENDAHULUAN Jasa pemeringkatan perusahaan ICRA Indonesia berupaya untuk memberikan opini tentang kualitas kredit fundamental

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Semen*

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Semen* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia April 2015 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Semen* Tinjauan sekilas Industri semen di Indonesia memiliki peran penting dalam perekonomian karena sangat mendukung

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Kemampuan Membayar Klaim untuk Perusahaan Asuransi Umum*

Metodologi Pemeringkatan Kemampuan Membayar Klaim untuk Perusahaan Asuransi Umum* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Desember 2014 Metodologi Pemeringkatan Kemampuan Membayar Klaim untuk Perusahaan Asuransi Umum* Pemeringkatan ICRA Indonesia untuk kemampuan membayar klaim (atau Claims

Lebih terperinci

PT ICRA Indonesia (ICRA Indonesia) PERINGKAT KREDIT PERUSAHAAN (METODOLOGI)*

PT ICRA Indonesia (ICRA Indonesia) PERINGKAT KREDIT PERUSAHAAN (METODOLOGI)* PT ICRA Indonesia (ICRA Indonesia) PERINGKAT KREDIT PERUSAHAAN (METODOLOGI)* Tujuan dasar peringkat kredit perusahaan adalah memberikan pendapat tentang resiko kredit relatif yang terkait dengan instrumen

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia April 2015 Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit Pendahuluan Sektor perkebunan terutama kelapa sawit memiliki peran penting bagi perekonomian Indonesia karena

Lebih terperinci

PT ICRA Indonesia (ICRA Indonesia) PERINGKAT PERUSAHAAN (METODOLOGI)*

PT ICRA Indonesia (ICRA Indonesia) PERINGKAT PERUSAHAAN (METODOLOGI)* PT ICRA Indonesia (ICRA Indonesia) PERINGKAT PERUSAHAAN (METODOLOGI)* PENDAHULUAN Jasa pemeringkatan perusahaan ICRA Indonesia berupaya untuk memberikan opini tentang kualitas kredit fundamental dari perusahaan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5626 KEUANGAN. OJK. Manajemen. Resiko. Terintegerasi. Konglomerasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 348) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Baja

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Baja Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Juli 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Baja Industri baja memainkan peran yang penting dalam pertumbuhan ekonomi. Baja merupakan komponen umum pada beberapa

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Transaksi Pembiayaan Proyek*

Metodologi Pemeringkatan untuk Transaksi Pembiayaan Proyek* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia September 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Transaksi Pembiayaan Proyek* Ikhtisar Infrastruktur memainkan peran penting dalam pengembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan ICRA Indonesia Rating Feature Desember 2012 Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak daerah wisata dengan berbagai ragam jenis wisata. Dengan

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Pertambangan Batubara*

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Pertambangan Batubara* ICRA Indonesia Rating Feature January 2011 Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Pertambangan Batubara* Ikhtisar Indonesia tercatat sebagai salah satu produsen batubara terbesar, eksportir batubara terbesar

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Industri Kimia

Metodologi Pemeringkatan Industri Kimia Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia September 2014 Metodologi Pemeringkatan Industri Kimia Pendahuluan Secara garis besar, produk kimia dapat dibedakan atas organik dan non-organik, dimana masingmasing

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Pembiayaan

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Pembiayaan Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Desember 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Pembiayaan Perusahaan pembiayaan, atau dikenal sebagai perusahaan multifinance, memainkan peran yang penting dalam

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Farmasi*

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Farmasi* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Mei 2015 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Farmasi* Tinjauan sekilas Sektor farmasi di Indonesia telah tumbuh dua digit sejak tahun 2009 didorong oleh permintaan

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Jasa Perminyakan*

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Jasa Perminyakan* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Maret 2015 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Jasa Perminyakan* Latar Belakang Industri minyak dan gas telah mengalami perubahan dramatis baik di pasar domestik

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5861 KEUANGAN OJK. Bank. Manajemen Risiko. Penerapan. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 53) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH UMUM Kegiatan usaha Bank senantiasa dihadapkan pada risiko-risiko

Lebih terperinci

POKOK POKOK PERUBAHAN ISI PROSPEKTUS HMETD

POKOK POKOK PERUBAHAN ISI PROSPEKTUS HMETD SOSIALISASI PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAMBAHAN MODAL PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN MEMBERIKAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU Jakarta,

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Pelayaran*

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Pelayaran* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Oktober 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Pelayaran* Pendahuluan Perairan Indonesia termasuk salah satu yang tersibuk di dunia. Dengan lebih dari 17.000

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Perdagangan*

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Perdagangan* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Juli 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Perdagangan* Metodologi pemeringkatan ini menjelaskan pendekatan ICRA Indonesia dalam menganalisis risiko bisnis dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Kerangka Teoritis 1. Agency Theory Dalam penelitian ini, teori yang digunakan adalah teori agensi. Jensen and Meckling (1976) menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR XX/POJK.03/2018 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk kepentingan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah pasar modal. Pasar modal efektif

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah pasar modal. Pasar modal efektif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu sektor yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah pasar modal. Pasar modal efektif digunakan untuk

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO 1. Risiko Keuangan Dalam menjalankan usahanya Perseroan menghadapi risiko yang dapat mempengaruhi hasil usaha Perseroan apabila tidak di antisipasi dan dipersiapkan penanganannya dengan baik. Kebijakan

Lebih terperinci

ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero)

ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero) ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero) I. Pendahuluan PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) merupakan penyedia listrik utama di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah berkepentingan menjaga kelayakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa guna mewujudkan masyarakat adil dan

Lebih terperinci

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA Siaran Pers No. 16/104 International Monetary Fund UNTUK SEGERA 700 19 th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C. 20431 USA Dewan Eksekutif IMF Menyimpulkan Konsultasi Pasal IV 2015 dengan Indonesia

Lebih terperinci

Analisis Kredit. Analisa Laporan Keuangan Kelas CA. Nadia Damayanti Ranita Ramadhani

Analisis Kredit. Analisa Laporan Keuangan Kelas CA. Nadia Damayanti Ranita Ramadhani Analisis Kredit Analisa Laporan Keuangan Kelas CA Nadia Damayanti 115020300111008 Ranita Ramadhani 115020300111037 ANALISIS KREDIT LIKUIDITAS DAN MODAL KERJA Likuiditas adalah kemampuan untuk mengubah

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGA

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGA No.45, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Prospektus. Efek Bersifat Ekuitas. Bentuk dan Isi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6029) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri. BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Manfaat Implementasi SAK ETAP Dengan mengimplementasikan SAK ETAP di dalam laporan keuangannya, maka CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. keuangan, jadi laporan keuangan merupakan suatu ringkasan transaksi yang

BAB II LANDASAN TEORI. keuangan, jadi laporan keuangan merupakan suatu ringkasan transaksi yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Laporan Keuangan Hasil akhir dari proses pencatatan akuntansi disebut dengan laporan keuangan, jadi laporan keuangan merupakan suatu ringkasan transaksi yang dilakukan

Lebih terperinci

2 Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4957); 4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 ten

2 Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4957); 4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 ten BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1054. 2015 KEMENKEU. Lembaga Ekspor Indonesia. Penungasan Khusus. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 134 /PMK. 08/2015 TENTANG PENUGASAN KHUSUS KEPADA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan efektivitas dan

Lebih terperinci

Analisis Aktivitas Pendanaan

Analisis Aktivitas Pendanaan TUGAS ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Prilly Viliariezta Sutanto 1013044 / Akuntansi C Analisis Aktivitas Pendanaan Tinjauan Kewajiban Kewajiban lancar, adalah kewajiban yang pelunasannya diharapkan dapat diselesaikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Standar Audit SA 570. Kelangsungan Usaha

Standar Audit SA 570. Kelangsungan Usaha SA 0 Kelangsungan Usaha SA paket 00.indb STANDAR AUDIT 0 KELANGSUNGAN USAHA (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal: (i) Januari 0 (untuk

Lebih terperinci

FAQ. bahasa indonesia

FAQ. bahasa indonesia FAQ bahasa indonesia Q: Apa itu PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) A: PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero), atau PT PII, adalah Badan Usaha Milik Negara yang dibentuk dan berada

Lebih terperinci

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 8 /POJK.04/2017 TENTANG BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DAN PROSPEKTUS RINGKAS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM EFEK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate governance terhadap manajemen laba di industri perbankan Indonesia. Konsep good corporate

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 77 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 77 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 77 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi dapat didefinisikan sebagai sebuah seni, ilmu (science) maupun

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi dapat didefinisikan sebagai sebuah seni, ilmu (science) maupun BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Akuntansi dapat didefinisikan sebagai sebuah seni, ilmu (science) maupun perekayasaan (technology), namun juga dapat diartikan sebagai sebuah proses. Sesuai ragam

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Tbk dari tahun 2002 hingga tahun 2004 dengan menggunakan metode analisis horizontal

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Tbk dari tahun 2002 hingga tahun 2004 dengan menggunakan metode analisis horizontal BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap neraca dan laporan laba-rugi PT Astra Otoparts Tbk dari tahun 2002 hingga tahun 2004 dengan menggunakan metode analisis horizontal

Lebih terperinci

REPRESENTASI MANAJEMEN

REPRESENTASI MANAJEMEN SA Seksi 333 REPRESENTASI MANAJEMEN Sumber: PSA No. 17 PENDAHULUAN 01 Seksi ini mensyaratkan auditor untuk memperoleh representasi tertulis dari manajemen sebagai bagian dari audit yang dilaksanakan sesuai

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 62 /POJK.04/2017 TENTANG BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DAN PROSPEKTUS RINGKAS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM OBLIGASI

Lebih terperinci

AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1)

AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) Dosen: Christian Ramos K AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) Penerimaan Perikatan dan Perencanaan Audit REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK) 1 PERENCANAAN

Lebih terperinci

Laba Bersih Kuartal AGII Naik Lebih Dari 10% Year-On-Year dengan total melebihi Rp 30 miliar

Laba Bersih Kuartal AGII Naik Lebih Dari 10% Year-On-Year dengan total melebihi Rp 30 miliar LAPORAN PERS Untuk Segera Didistribusikan Laba Bersih Kuartal 1 2018 AGII Naik Lebih Dari 10% Year-On-Year dengan total melebihi Rp 30 miliar Jakarta, 1 Mei 2018 PT Aneka Gas Industri, Tbk (Stock Code:

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Hamidullah (2004) melakukan penelitian dengan judul Analisis Rasio Keuangan Sebagai Dasar Untuk Memprediksi Kondisi Keuangan Perusahaan Pada PT. Agro Max

Lebih terperinci

1 of 6 21/12/ :39

1 of 6 21/12/ :39 1 of 6 21/12/2015 14:39 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.07/2012 TENTANG TATA CARA PENERBITAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN OBLIGASI DAERAH

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALSINAN SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2015 TENTANG BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAMBAHAN MODAL PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan*

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Januari 2015 Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan* Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang terkuat dan kaya akan tujuan wisata di seluruh wilayah

Lebih terperinci

Pendekatan Untuk Pemeringkatan Perusahaan Telepon Seluler*

Pendekatan Untuk Pemeringkatan Perusahaan Telepon Seluler* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia November 2014 Pendekatan Untuk Pemeringkatan Perusahaan Telepon Seluler* Metodologi pemeringkatan ICRA Indonesia untuk perusahaan penyedia layanan telekomunikasi seluler

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. signifikan, hal ini ditandai dengan diterbitkannya paket-paket deregulasi

BAB I PENDAHULUAN. signifikan, hal ini ditandai dengan diterbitkannya paket-paket deregulasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Industri perbankan di Indonesia telah mengalami perkembangan yang signifikan, hal ini ditandai dengan diterbitkannya paket-paket deregulasi keuangan, moneter dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan yang akan bermanfaat bagi sejumlah besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan standar akuntansi yang dikhususkan bagi industri perbankan di

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan standar akuntansi yang dikhususkan bagi industri perbankan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) bekerja sama dengan Bank Indonesia mengeluarkan standar akuntansi yang dikhususkan bagi industri perbankan di Indonesia. Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perbankan. Dalam meningkatkan kinerja perusahaan, pihak manajemen

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perbankan. Dalam meningkatkan kinerja perusahaan, pihak manajemen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Persaingan perekonomian yang semakin ketat saat ini mendorong setiap perusahaan untuk meningkatkan kinerja perusahaan tidak terkecuali lembaga keuangan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuktikan adanya pengaruh perputaran kas, perputaran piutang dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuktikan adanya pengaruh perputaran kas, perputaran piutang dan 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.1.1 Kun Muflihati dan Hening (2015) Penelitian ini dilakukan untuk menguji secara empiris dan membuktikan adanya pengaruh perputaran kas, perputaran

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.07/2012 TENTANG TATA CARA PENERBITAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN OBLIGASI DAERAH

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.07/2012 TENTANG TATA CARA PENERBITAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN OBLIGASI DAERAH 1 of 11 1/22/2013 2:37 PM MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.07/2012 TENTANG TATA CARA PENERBITAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN OBLIGASI DAERAH

Lebih terperinci

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu No.298, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Syariah. Unit Usaha. Bank Umum. Manajemen Risiko. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5988) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

*13423 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 24 TAHUN 2002 (24/2002) TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

*13423 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 24 TAHUN 2002 (24/2002) TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Copyright (C) 2000 BPHN UU 24/2002, SURAT UTANG NEGARA *13423 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 24 TAHUN 2002 (24/2002) TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN

Lebih terperinci

Laba Bersih AGII Tahun 2017 Naik 52% di atas Rp 90 miliar,

Laba Bersih AGII Tahun 2017 Naik 52% di atas Rp 90 miliar, LAPORAN PERS Untuk Segera Didistribusikan Laba Bersih AGII Tahun 2017 Naik 52% di atas Rp 90 miliar, Jakarta, 29 Maret 2018 PT Aneka Gas Industri, Tbk. (Stock Code: AGII.IJ) merilis laporan keuangan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 Suatu perjanjian dari bentuk legalnya mungkin bukan merupakan perjanjian sewa, namun secara substansi dapat mengandung sewa. Untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu 50 BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu perusahaan. Salah satu

Lebih terperinci

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN TENTANG PENGELOLAAN, PENATAUSAHAAN, SERTA PENCATATAN ASET DAN KEWAJIBAN D

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN TENTANG PENGELOLAAN, PENATAUSAHAAN, SERTA PENCATATAN ASET DAN KEWAJIBAN D BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.579, 2017 LPS. Program Restrukturisasi Perbankan. Pengelolaan, Penatausahaan, serta Pencatatan Aset dan Kewajiban. (Penjelasan Dalam Tambahan Berita Negara Republik

Lebih terperinci

No. 14/ 35 /DPNP Jakarta, 10 Desember 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA

No. 14/ 35 /DPNP Jakarta, 10 Desember 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA No. 14/ 35 /DPNP Jakarta, 10 Desember 2012 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal : Laporan Tahunan Bank Umum dan Laporan Tahunan Tertentu yang Disampaikan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam berbagai alternatif investasi.

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam berbagai alternatif investasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam berbagai alternatif investasi. Sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB V RENCANA AKSI. model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. tanggung jawab, dan evaluasi pengukuran kinerja.

BAB V RENCANA AKSI. model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. tanggung jawab, dan evaluasi pengukuran kinerja. BAB V RENCANA AKSI Bab V berisi tentang rencana aksi yang dilakukan untuk merealisasikan model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. Untuk mendukung realisasi rancangan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa guna mewujudkan masyarakat adil dan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN IV.1 Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan Perlakuan Akuntansi SAK ETAP Setelah mendapatkan gambaran detail mengenai objek penelitian, yaitu PT Aman Investama.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

Pernyataan ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan melalui:

Pernyataan ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan melalui: 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. (REVISI ) PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring (bold italic) adalah paragraf standar, yang harus dibaca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk dapat menjalankan usaha setiap perusahaan membutuhkan dana yang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk dapat menjalankan usaha setiap perusahaan membutuhkan dana yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk dapat menjalankan usaha setiap perusahaan membutuhkan dana yang diperoleh dari pemilik perusahaan maupun dari hutang. Dana yang diterima perusahaan oleh perusahaan

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM DAN PENAMBAHAN MODAL DENGAN MEMBERIKAN HAK MEMESAN

Lebih terperinci

PROSEDUR OPERASI STANDAR TENTANG PROFESIONALISME DAN PENCEGAHAN POTENSI TERJADINYA BENTURAN KEPENTINGAN

PROSEDUR OPERASI STANDAR TENTANG PROFESIONALISME DAN PENCEGAHAN POTENSI TERJADINYA BENTURAN KEPENTINGAN PROSEDUR OPERASI STANDAR TENTANG PROFESIONALISME DAN PENCEGAHAN POTENSI TERJADINYA BENTURAN KEPENTINGAN Berikut ini adalah Prosedur Operasi Standar (POS) PT ICRA Indonesia (ICRA Indonesia) tentang Profesionalisme

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 9 /POJK.04/2017 TENTANG BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DAN PROSPEKTUS RINGKAS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM EFEK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan untuk mengambil suatu keputusan. Oleh karena itu, laporan. Pengertian laporan keuangan ada berbagai macam, yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan untuk mengambil suatu keputusan. Oleh karena itu, laporan. Pengertian laporan keuangan ada berbagai macam, yaitu: 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan cara yang digunakan oleh suatu entitas untuk menggambarkan bagaimana kondisi entitas tersebut terutama mengenai posisi keuangannya.

Lebih terperinci

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN - 1 - PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI Konglomerasi

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Hery (2012:3) laporan keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Hery (2012:3) laporan keuangan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Harahap (2011:105) mendefinisikan laporan keuangan sebagai suatu laporan yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan dengan hasil yang beragam. Hayati (2011), arus kas secara simultan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan dengan hasil yang beragam. Hayati (2011), arus kas secara simultan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Reviu Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan arus kas dan likuiditas telah banyak dilakukan dengan hasil yang beragam. Hayati (2011), arus kas secara simultan berpengaruh

Lebih terperinci

PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI. Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit)

PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI. Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit) PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit) DAFTAR ISI Halaman Surat Pernyataan Direksi Laporan Auditor Independen

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Pertambangan Batubara*

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Pertambangan Batubara* ICRA Indonesia Rating Feature Oktober 2013 Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Pertambangan Batubara* Ikhtisar Indonesia tercatat sebagai salah satu produsen batubara terbesar dan ekportir batubara thermal

Lebih terperinci

DAFTAR ITEM PENGUNGKAPAN WAJIB DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA

DAFTAR ITEM PENGUNGKAPAN WAJIB DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA DAFTAR ITEM PENGUNGKAPAN WAJIB DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA PENGUNGKAPAN WAJIB No Item Point Item Pengungkapan Checklist 1. Ketentuan umum Laporan tahunan wajib disajikan dalam bahasa Indonesia. Dalam hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi telah menghapuskan batasan bagi perusahaan dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi telah menghapuskan batasan bagi perusahaan dalam melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi telah menghapuskan batasan bagi perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha. Dengan adanya penghapusan batasan ini, persaingan dalam dunia

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) SAK ETAP yaitu standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia yang bertujuan untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.53, 2016 KEUANGAN OJK. Bank. Manajemen Risiko. Penerapan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5861). PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

Catatan 31 Maret Maret 2010

Catatan 31 Maret Maret 2010 NERACA KONSOLIDASI ASET Catatan 31 Maret 2011 31 Maret 2010 ASET LANCAR Kas dan setara kas 2f, 3 220.361.019.579 10.981.803.022 Piutang usaha - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Pihak yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 147/PMK.07/2006 TENTANG TATACARA PENERBITAN, PERTANGGUNGJAWABAN, DAN PUBLIKASI INFORMASI OBLIGASI DAERAH

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 147/PMK.07/2006 TENTANG TATACARA PENERBITAN, PERTANGGUNGJAWABAN, DAN PUBLIKASI INFORMASI OBLIGASI DAERAH PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 147/PMK.07/2006 TENTANG TATACARA PENERBITAN, PERTANGGUNGJAWABAN, DAN PUBLIKASI INFORMASI OBLIGASI DAERAH MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapangan usaha perbankan dan lembaga jasa keuangan lainnya. Menurut Mankiw

BAB I PENDAHULUAN. lapangan usaha perbankan dan lembaga jasa keuangan lainnya. Menurut Mankiw BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya perekonomian Indonesia yang dilihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) sejak lima tahun terakhir tidak lepas dari peningkatan yang signifikan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 17/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 17/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 17/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya sehingga dapat digunakan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya sehingga dapat digunakan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LAPORAN KEUANGAN 1. Pengertian Laporan Keuangan Akuntansi adalah proses identifikasi, pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio hutang disebut juga dengan rasio leverage. Rasio leverage

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio hutang disebut juga dengan rasio leverage. Rasio leverage BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasio Hutang 2.1.1 Pengertian Rasio Hutang Rasio hutang disebut juga dengan rasio leverage. Rasio leverage digunakan untuk mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya

Lebih terperinci