Metodologi Pemeringkatan Industri Kimia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Metodologi Pemeringkatan Industri Kimia"

Transkripsi

1 Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia September 2014 Metodologi Pemeringkatan Industri Kimia Pendahuluan Secara garis besar, produk kimia dapat dibedakan atas organik dan non-organik, dimana masingmasing memiliki sub-segmen dengan karakteristik tersendiri dan fundamental bisnis yang berbeda. Namun, ICRA Indonesia menganalisis Industri Kimia ke dalam dua jenis yaitu kimia komoditi dan kimia khusus, yang masing-masing dibedakan atas faktor-faktor risikonya. Contoh dari kimia komoditi adalah produk-produk petrokimia seperti polyvinylchloride (PVC), high-density polyethylene (HDPE), low-density polyethylene (LDPE), polypropylene (PP), methanol, dan kimia non-organik seperti caustic soda dan soda ash. Di sisi lain, kimia khusus dibedakan atas beberapa tipe seperti adhesives, catalyst, kimia water treatment, leather chemicals, pigments dan surfactants. Pada kenyataanya, sulit menggolongkan suatu perusahaan sebagai murni kimia komoditi atau kimia khusus karena kebanyakan menawarkan dua-duanya. Kimia komoditi biasanya diperdagangkan secara luas dan memperlihatkan adanya siklus permintaan dan harga, sehingga perusahaan-perusahaan yang memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap produk-produk tersebut biasanya terpapar risiko bisnis yang tinggi. ICRA Indonesia melihat adanya sensitivitas perusahaan kimia terhadap fluktuasi permintaan dan penawaran untuk masing-masing produk. Namun, peringkat biasanya juga melihat daya saing perusahaan tersebut dari segi biaya dan kemampuannya untuk menghasilkan dan mempertahankan arus kas yang memadai dalam hubungannya dengan kewajiban hutang perusahaan, khususnya pada saat harga jual produk relatif rendah. Di lain sisi, kimia khusus merupakan produk niche yang memiliki manfaat yang spesifik. Dalam bisnis produk kimia khusus, faktor-faktor seperti teknologi, hak paten dan biaya pengembangan yang tinggi bertindak sebagai entry barriers, pembatasan kompetisi, dan memungkinkan tingkat profitabilitas yang relatif lebih tinggi. Namun, produk tersebut dapat kehilangan status khususnya dan terkena risiko menjadi usang akibat alternatif teknologi dan produk yang akan datang. Metodologi Pemeringkatan ICRA Indonesia untuk perusahaan kimia didasarkan pada penilaian yang objektif atas tingkat risiko industri dan diperlukan evaluasi terhadap perusahaan baik operasional, pemasaran dan posisi keuangannya disamping kemampuan untuk menghasilkan arus kas operasi dan kecukupannya yang berkaitan dengan kewajibannya membayar hutang. ICRA Indonesia juga menilai manajemen perusahaan antara lain dari sisi rencana bisnis perusahaan dan kebijakan keuangannya. ICRA Indonesia

2 Penilaian Risiko Industri Kimia komoditi: Risiko industri berdampak pada kimia komoditi terutama sehubungan dengan permintaan dan pasokan dalam skala global dan perubahan regulasi yang menguntungkan produk impor. ICRA Indonesia menganalisis posisi permintaan-pasokan secara global dalam kelompok produk individu, dengan tujuan untuk mengidentifikasikan kecenderungan permintaan dan harga dalam jangka menengah. ICRA Indonesia juga melihat tingkat dan sifat peraturan dan perlindungan yang ada untuk kelompok individu produk dan kemungkinannya di masa yang akan datang. Misalnya, karena mayoritas produk kimia komoditi dihargai berdasarkan paritas impor, penurunan nilai mata uang rupiah Indonesia terhadap dollar Amerika memberikan perlindungan bagi pemain domestik, mengurangi dampak kompetisi dengan produk impor. Sumber risiko lain untuk perusahaan kimia komoditi adalah ancaman dari produsen yang memiliki biaya produksi yang rendah seperti China. Situasi ini ditegaskan oleh kelemahan struktural dalam kimia komoditi domestik seperti pasokan dasar yang terfragmentasi --yang menyebabkan skala ekonomi yang terbatas--, biaya modal dan bunga yang relatif tinggi, dan terbatasnya ketersediaan bahan baku yang murah; faktor-faktor negatif yang terus mempengaruhi daya saing segmen ini. Oleh karena itu, pemeringkatan ICRA Indonesia juga memperhitungkan daya saing dari biaya secara keseluruhan perusahaan kimia komoditi domestik dan akibat yang ditimbulkan oleh produk impor terhadap struktur dan kelangsungan perusahaan yang bersangkutan, khususnya dalam iklim bea masuk impor yang rendah. Kimia khusus: Di sisi lain, kimia khusus dihadapkan pada risiko yang berbeda dalam industrinya, yang berasal dari perkembangan teknologi dan aplikasi alternatif yang mengakibatkan produk menjadi usang. Dalam hal ini, risiko industri terkait dengan dinamika industri pengguna akhir. Salah satu contoh, permintaan ladang minyak tertentu terhadap bahan kimia yang akan digunakan untuk kegiatan eksplorasi minyak; penurunan tiba-tiba dalam kegiatan eksplorasi karena harga minyak yang rendah akan sangat mempengaruhi permintaan. Penilaian ICRA Indonesia terhadap risiko industri melibatkan pemahaman tentang kecenderungan global dalam penggunaan bahan kimia tersebut, dan stabilitas dari teknologi dan aplikasi produk yang mendorong jumlah permintaan. Penilaian Operasional Profil risiko dari masing-masing kimia komoditi dan kimia khusus berbeda, dimana ICRA Indonesia mengevaluasi bauran produk perusahaan-perusahaan kimia dalam kemampuannya mencapai diversifikasi pendapatannya. Portofolio yang berasal dari produk yang beragam akan memiliki risiko bisnis yang lebih rendah, demikian juga risiko dari produk usang atau komoditisasi dari satu lini produk. Suatu perusahaan yang menawarkan berbagai produk dalam melayani kebutuhan pembeli yang berbeda cenderung memiliki posisi pasar yang lebih baik daripada perusahaan yang hanya memiliki produk tunggal. ICRA Indonesia percaya bahwa sebagian besar bahan kimia khusus dalam bauran produk memiliki keuntungan yang lebih baik dalam jangka panjang dibandingkan kimia komoditi, mengingat harga yang relatif stabil. Tetapi untuk mencapai kemungkinan seperti itu dibutuhkan investasi yang berkelanjutan dalam penelitian dan pelayanan terhadap klien. a) Kimia komoditi Mengingat tingginya kerentanan dari usaha produk kimia komoditi dengan harga yang cenderung fluktuatif di pasar internasional serta kecenderungan menurunnya tarif impor, keuntungan operasional bisnis ini bergantung pada kemampuannya untuk mempertahankan biaya yang kompetitif. Biaya perusahaan kimia komoditi tergantung pada sejumlah faktor, termasuk biaya bahan baku, teknologi, skala ekonomi, dan tingkat integrasi vertikal. ICRA Indonesia menganalisis masing-masing faktor untuk menentukan daya saing biaya produksi perusahaan yang bersangkutan. ICRA Indonesia Halaman 2 dari 6

3 Risiko Bahan Baku Mengingat bahwa biaya bahan baku biasanya merupakan komponen terbesar dari biaya perusahaan kimia, isu-isu yang berkaitan dengan ketersediaan dan harga bahan baku memiliki pengaruh penting terhadap kinerja operasinya. Ketersediaan bahan baku sangat penting, mengingat bahwa proses produksi biasanya berkesinambungan dan penghentian operasi yang tidak terencana dapat memiliki implikasi biaya yang besar. Dalam hal ini, ICRA Indonesia mengevaluasi perusahaan yang menjadi sumber pemasok bahan baku, daya tawar relatif terhadap pemasok bahan baku, dan harga. ICRA Indonesia juga menilai risiko peraturan yang terkait dengan harga bahan baku utama, seperti gas alam, dan deregulasi yang dapat memiliki dampak signifikan terhadap biaya perusahaan jika menggunakannya sebagai bahan baku utama. Biaya transportasi yang tinggi juga akan memberikan dampak kepada biaya pengiriman bahan baku dan dapat memiliki dampak material terhadap daya saing biaya produksi dari sebuah perusahaan kimia. Risiko Operasional Dalam pemeringkatan perusahaan kimia, ICRA Indonesia juga menilai teknologi yang diadopsi oleh perusahaan, proses efisiensi, rasio produk yang dihasilkan (yields) dan riwayat berhentinya operasi baik yang direncanakan maupun tidak. Biasanya, akses ke proses teknologi belum menjadi masalah besar bagi perusahaan kimia dimana teknologi tersebut telah mencapai standardisasi tertentu. Namun ICRA Indonesia mengevaluasi kemampuan perusahaan untuk menyerap teknologi yang diadopsi dan menstabilkan parameter operasi. ICRA Indonesia juga menilai tingkat yields relatif terhadap perusahaan lain yang beroperasi pada segmen produk yang sama. Namun, evaluasi tersebut kadang-kadang dibatasi oleh kurangnya ketersediaan data komparatif. Proses produksi kimia juga rawan terhadap kecelakaan, dan pemeringkatan akan memperhitungkan pemahaman perusahaan akan risiko keselamatan kerja, rekam jejak perusahaan dalam keselamatan tenaga kerja dan keberadaan asuransi untuk menutup risiko yang relevan. Skala Ekonomis Untuk industri kimia yang padat modal, mencapai skala ekonomis dan memiliki struktur biaya yang kompetitif merupakan hal yang sangat penting. Kemampuan untuk mempertahankan tingkat penggunaan kapasitas yang tinggi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tingkat permintaan yang cukup tinggi dan ketersediaan bahan baku. Ketika ada kelebihan kapasitas dalam industri dalam negeri, ekspor bisa membantu dalam mempertahankan kapasitas tinggi. Namun, ekspor akan dihadapkan pada tingkat keuntungan yang relatif rendah jika dihubungkan bea masuk. Produsen yang lebih efisien akan memperhatikan risiko ini dengan mencukupi seluruh biaya tetap dari pernjualan lokal dan beroperasi dengan biaya marjinal untuk ekspor. Dalam konteks ini, tingkat intregrasi vertikal yang tinggi dapat membantu dalam mempertahankan struktur biaya yang sehat. Tingkat Intregrasi Vertikal Tingkat integrasi vertikal yang tinggi dapat menurunkan fluktuasi pendapatan dan mengurangi biaya bahan baku. Secara global, hanya ada sedikit pedagang di petrokimia seperti ethylene dan propylene, sehingga jika ketergantungan perusahaan pada pasokan bahan kimia dari luar tinggi akan mengakitbatkan risiko bisnis menjadi tinggi karena fluktuasi harga. Harga dan kecenderungan marjin Disebabkan fluktuasi harga dari barang jadi dan bahan baku, maka sangat penting untuk melihat kecenderungan dalam marjin operasi untuk memahami dampak dari volatilitas ini pada tingkat keuntungan perusahaan kimia. ICRA Indonesia Halaman 3 dari 6

4 Faktor Lokasi Untuk kimia komoditi bernilai rendah (low-value) seperti produk klor alkali (caustic soda, khlorin, soda ash) faktor lokasi dapat memainkan peran yang sangat penting dalam menentukan keunggulan kompetitif dari sebuah perusahaan kimia. Karena biaya pengangkutan sebagai persentase dari total biaya pengiriman produk ke konsumen akhir akan tinggi jika produk ini diangkut dari jarak yang jauh, kedekatan jarak dengan konsumen akhir merupakan keuntungan perusahaan. Untuk perusahaan yang memproduksi komoditas bernilai tinggi (high-value), kedekatan dengan sumber bahan baku (contoh: unit petrokimia yang berlokasi dekat sebuah kilang; unit kimia berbasis alkohol yang terletak di dekat pabrik gula; dan unit tergantung pada bahan baku impor berlokasi dekat dengan pelabuhan) dapat memberikan keunggulan kompetitif melalui biaya bahan baku yang kompetitif. Masalah Lingkungan ICRA Indonesia sepakat bahwa sangat penting memiliki sistem pengendalian pencemaran lingkungan oleh perusahaan kimia, terutama dalam meningkatkan kesadaran tentang bahaya terkait polusi. Di masa lalu, beberapa pabrik kimia telah ditutup secara global, setelah gagal mematuhi norma-norma kontrol polusi yang relevan. Secara umum memang hukum dan peraturan tentang lingkungan semakin ketat, sementara hal ini masih lemah di Indonesia dibandingkan dengan beberapa negara maju. Beberapa produk yang telah dihapus di negaranegara maju masih diproduksi atau dijual di dalam negeri. Selain itu, nilai ambang batas untuk polutan juga lebih liberal untuk sebagian besar produk di Indonesia. Namun, penambahan peraturan terkait isu-isu polusi akan berdampak pada keputusan investasi dari sebuah perusahaan kimia untuk memastikan standar lingkungannya dipatuhi. b) Kimia Khusus Dalam bisnis kimia khusus, posisi perusahaan ditentukan oleh kemampuannya untuk secara konsisten memberikan nilai tambah bagi produk ke pasar. Walaupun sensitivitas harga lebih rendah di segmen ini dibandingkan dengan yang di kimia komoditi, ekonomi biaya tidak dapat sama sekali diabaikan. Dalam hal ini, kimia khusus akan menjadi komoditi dalam beberapa tahun setalah di pasarkan disebabkan oleh duplikasi dari lainnya. Isu-isu berikut ini adalah yang utama ketika menilai secara fundamental jangka panjang dari suatu perusahaan kimia khusus. Teknologi yang berkelanjutan ICRA Indonesia berfokus pada kompleksitas teknologi yang digunakan oleh perusahaan untuk menilai sejauh mana hambatan masuk dalam segmen ini. Semakin kompleks teknologi, semakin sedikit kemungkinan untuk mengganti teknologi dan, karena itu, lebih rendah kemungkinan menjadi produk komoditas dalam waktu singkat. Dalam konteks ini, ICRA Indonesia juga menganalisis kemampuan teknologi perusahaan yang bersangkutan, mengevaluasi kualitas tenaga kerja di departmen penelitian dan pengembangan, riwayat perusahaan dalam pengajuan hak paten, dan dukungan dari perusahaan induknya dalam teknologi yang lebih maju, jika ada. ICRA Indonesia juga menganalisis rekam jejak perusahaan dalam memperkenalkan produk baru dan mempertahankan volume dan marjin. Kemampuan untuk memasarkan produk baru Suatu perusahaan kimia khusus mungkin memiliki sejumlah besar produk dalam tahap perencanaan ke depan. Dalam hal ini, ICRA Indonesia menganalisis kemampuan perusahaan untuk meluncurkan produk-produk tersebut dan diterima pasar dengan aman dan sukses. Pangsa pasar cenderung menjadi indikator penting dalam melihat riwayat kesuksesan dari pengenalan produk baru. ICRA Indonesia Halaman 4 dari 6

5 Risiko Konsentrasi Kimia khusus karena menjadi niche produk yang khusus dikembangkan untuk beberapa pelanggan, memaparkan perusahaan kimia yang bersangkutan dalam risiko konsentrasi terhadap pelanggan. Risiko ini dapat diasumsikan penting ketika pelanggan mengalami kelesuan bisnis atau menghentikan produk yang memerlukan kimia khusus tersebut. Kualitas Promotor/Manajemen Semua peringkat hutang harus menggabungkan penilaian tentang kualitas dari manajemen emiten yang bersangkutan dan kekuatan/kelemahan yang timbul karena emiten tersebut merupakan bagian dari grup -nya. Biasanya dialog yang rinci dilakukan dengan manajemen emiten untuk memahami tujuan-tujuan, rencana dan strategi bisnisnya serta pandangan-pandangannya tentang hasil yang telah dicapai, dan perkiraan tentang industri yang bersangkutan di masa mendatang. Hal-hal lain yang dinilai antara lain: pengalaman para sponsor/manajemen dalam bidang yang bersangkutan; komitmen para sponsor/manajemen terhadap bidang yang digeluti; sikap para sponsor/manajemen terhadap pengambilan dan pengendalian resiko; kebijakan kebijakan emiten tentang rasio hutang, risiko bunga dan risiko mata uang; rencana rencana emiten tentang proyek baru, akuisisi, ekspansi dsb; kekuatan bisnis bisnis lain dalam grup bisnis yang sama dengan emiten; kemampuan dan kemauan grup untuk mendukung emiten melalui langkah langkah seperti penambahan modal, jika diperlukan. Penilaian Risiko Keuangan Evaluasi keuangan suatu perusahaan kimia melibatkan penilaian struktur biaya relatif terhadap para pesaingnya dan juga sensitivitas arus kas atau kemampuan membayar hutang saat harga produk yang rendah, meningkatnya biaya produksi, dan tingkat biaya tarif impor yang lebih rendah. Untuk produk kimia khusus, ICRA Indonesia akan mengevaluasi stabilitas marjin operasi selama periode waktu tertentu untuk memastikan sejauh mana kekuatannya dalam menentukan harga. Untuk produk kimia komoditi, secara umum, suatu perusahaan dengan skala ekonomi besar dan pemanfaatan kapasitas yang efisien dengan produk sampingan (by products) akan memiliki biaya produksi yang lebih rendah daripada perusahaan yang lebih kecil. Karena ICRA Indonesia memeringkat dengan memperhitungkan siklus, marjin operasi rata-rata untuk dua sampai tiga siklus terakhir juga dianalisis, selain kecenderungan rata-rata jangka panjang dari ukuran kredit lain seperti Laba Usaha Sebelum Penyusutan, Bunga, Pajak dan Amortisasi (OPBDITA ) dan Imbal Hasil Modal Kerja (ROCE) dan cakupan hutang. Selanjutnya, ICRA Indonesia mengevaluasi rasio perputaran aset perusahaan untuk menilai penggunaan kapasitasnya. Untuk perusahaan multi-produk, ICRA Indonesia mengevaluasi kecenderungan profitabilitas produk untuk menentukan kecukupan dan keberlanjutan arus kas serta kemampuan membayar hutangnya. ICRA Indonesia juga mengukur proyeksi keuntungan dari modal dengan tingkat pengembalian modal yang digunakan [Laba sebelum bunga dan pajak / (Total Hutang + Modal Bersih yang Berwujud)] relatif terhadap biaya modal, yang akan menjadi indikator yang baik dalam jangka panjang. Bisnis kimia komoditi adalah padat modal, yang menggarisbawahi pentingnya struktur modal dalam menentukan profil risiko kredit dalam bisnis ini. Kemampuan perusahaan untuk mempertahankan tingkat rasio hutang yang konservatif akan mengurangi akibat dari risiko usaha yang tinggi terkait dengan kimia komoditi. Namun, suatu perusahaan multi-produk juga diharapkan dapat terus meningkatkan/menambah kapasitas baru (untuk bahan kimia komoditi) atau berinvestasi secara substansial dalam penelitian dan pengembangan produk (untuk bahan kimia khusus) sehingga dapat memenuhi aspirasi pertumbuhannya. ICRA Indonesia menilai kecukupan dana internal dibandingkan total kebutuhan dana untuk biaya modal dan pengembangan produk, kebutuhan perusahaan untuk mencari dana dari luar dan implikasinya terhadap struktur modal perusahaan ke depannya. Beberapa aspek lain yang juga dianalisis untuk kedua jenis perusahaan, baik perusahaan kimia komoditi maupun kimia khusus adalah sebagai berikut: ICRA Indonesia Halaman 5 dari 6

6 Risiko yang Berkaitan dengan Valuta Asing: Risiko tersebut timbul jika biaya utama perusahaan dan pendapatannya dalam mata uang yang berbeda. Contoh dalam hal ini mencakup perusahaan yang menjual di pasar domestik tetapi produknya sebagian besar diimpor, dan produk untuk tujuan ekspor dalam jumlah yang besar dari produksi yang struktur biayanya domestik. Risiko mata uang asing juga dapat timbul dari kewajiban yang tidak dilindungnilai, terutama bagi perusahaan yang mayoritas penjualannya dari mata uang rupiah. Dalam hal ini, penilaian difokuskan pada kebijakan lindung nilai perusahaan dalam konteks masa dan sifat kontrak dengan klien (jangka pendek/jangka panjang, harga tetap/harga berubah). Kesenjangan Jatuh Tempo Dana dan Risiko Terkait Suku Bunga dan Pembiayaan Kembali: Ketergantungan yang besar terhadap pinjaman jangka pendek untuk investasi dana jangka panjang dapat mengekspos perusahaan dalam risiko pembiayaan kembali yang signifikan, terutama selama periode likuiditas ketat. Keberadaan penyangga yang memadai dari aset yang likuid/fasilitas bank dan sejenisnya untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dipandang positif. Demikian pula, sejauh mana perusahaan dipengaruhi oleh pergerakan suku bunga juga dievaluasi. Kualitas Akuntansi: Di sini, kebijakan akuntansi, catatan, dan pendapat auditor perlu ditelaah. Setiap penyimpangan dari praktik akuntansi yang berlaku umum dicatat dan laporan keuangan perusahaan disesuaikan untuk mencerminkan dampak dari deviasi tersebut. Kewajiban Kontinjensi/Kewajiban di Luar Neraca: Dalam hal ini, kemungkinan adanya kewajiban kontinjensi/kewajiban di luar neraca perusahaan dan akibat akibatnya akan dinilai. Flexibilitas Keuangan: Fleksibilitas keuangan perusahaan sebagaimana tercermin dari fasilitas bank yang belum digunakan, investasi yang liquid, akses ke pasar modal, dan hubungan dengan bank, lembaga keuangan dan perantara lainnya juga dinilai oleh ICRA Indonesia. Kesimpulan ICRA Indonesia menggunakan pendekatan kasus per kasus untuk mengevaluasi profil risiko kredit perusahaan kimia, mengingat keragaman produk dan dinamika pasar. Sementara struktur biaya, tingkat integrasi vertikal dan keragaman bauran produk pada akhirnya akan menentukan profil risiko bisnis suatu perusahaan kimia komoditi, penggunaan teknologi yang berkelanjutan dan kemampuan untuk memperkenalkan produk baru secara konsisten akan menentukan profil risiko bisnis dari suatu perusahaan kimia khusus. Dari risiko keuangan, ICRA Indonesia menganalisis perusahaan kimia komoditi dengan berfokus pada tingkat keuntungan melalui siklus, tingkat hutang, kemampuan untuk membayar hutang pada saat kondisi penjualan yang turun, dan fleksibilitas keuangan. Sedangkan untuk perusahaan kimia khusus, stabilitas dari tingkat keuntungan akan dianalisis untuk memahami kekuatan harga jual perusahaan, selain analisis terhadap faktor-faktor lain. Copyright, 2014, ICRA Indonesia. All Rights Reserved. Semua informasi yang tersedia merupakan infomasi yang diperoleh oleh ICRA Indonesia dari sumber-sumber yang dapat dipercaya keakuratan dan kebenarannya. Walaupun telah dilakukan pengecekan dengan memadai untuk memastikan kebenarannya, informasi yang ada disajikan 'sebagaimana adanya' tanpa jaminan dalam bentuk apapun, dan ICRA Indonesia khususnya, tidak melakukan representasi atau menjamin, menyatakan atau menyatakan secara tidak langsung, mengenai keakuratan, ketepatan waktu, atau kelengkapan dari informasi yang dimaksud. Semua informasi harus ditafsirkan sebagai pernyataan pendapat, dan ICRA Indonesia tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang dialami oleh pengguna informasi dalam menggunakan publikasi ini atau isinya. *Diadopsi, dimodifikasi dan diterjemahkan dari ICRA s Credit Rating Methodology for Chemical Industry ICRA Indonesia Halaman 6 dari 6

PERINGKAT KREDIT PERUSAHAAN (Catatan Metodologi)*

PERINGKAT KREDIT PERUSAHAAN (Catatan Metodologi)* ICRA Indonesia Rating Feature Desember 2012 PERINGKAT KREDIT PERUSAHAAN (Catatan Metodologi)* Tujuan dasar peringkat kredit perusahaan adalah memberikan pendapat tentang risiko kredit relatif yang terkait

Lebih terperinci

PT ICRA Indonesia (ICRA Indonesia) PERINGKAT KREDIT PERUSAHAAN (METODOLOGI)*

PT ICRA Indonesia (ICRA Indonesia) PERINGKAT KREDIT PERUSAHAAN (METODOLOGI)* PT ICRA Indonesia (ICRA Indonesia) PERINGKAT KREDIT PERUSAHAAN (METODOLOGI)* Tujuan dasar peringkat kredit perusahaan adalah memberikan pendapat tentang resiko kredit relatif yang terkait dengan instrumen

Lebih terperinci

PENDEKATAN UNTUK PEMERINGKATAN SURAT BERHARGA KOMERSIAL

PENDEKATAN UNTUK PEMERINGKATAN SURAT BERHARGA KOMERSIAL ICRA Indonesia Rating Feature Desember 2012 PENDEKATAN UNTUK PEMERINGKATAN SURAT BERHARGA KOMERSIAL Metodologi ICRA Indonesia untuk pemeringkatan surat berharga komersial (SBK) yang merupakan instrumen

Lebih terperinci

PERINGKAT PERUSAHAAN (Catatan Metodologi)*

PERINGKAT PERUSAHAAN (Catatan Metodologi)* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Oktober 2014 PERINGKAT PERUSAHAAN (Catatan Metodologi)* PENDAHULUAN Jasa pemeringkatan perusahaan ICRA Indonesia berupaya untuk memberikan opini tentang kualitas kredit

Lebih terperinci

PERINGKAT PERUSAHAAN (Metodologi)*

PERINGKAT PERUSAHAAN (Metodologi)* ICRA Indonesia Rating Feature Desember 2012 PERINGKAT PERUSAHAAN (Metodologi)* PENDAHULUAN Jasa pemeringkatan perusahaan ICRA Indonesia berupaya untuk memberikan opini tentang kualitas kredit fundamental

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia April 2015 Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit Pendahuluan Sektor perkebunan terutama kelapa sawit memiliki peran penting bagi perekonomian Indonesia karena

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Semen*

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Semen* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia April 2015 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Semen* Tinjauan sekilas Industri semen di Indonesia memiliki peran penting dalam perekonomian karena sangat mendukung

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Kemampuan Membayar Klaim untuk Perusahaan Asuransi Umum*

Metodologi Pemeringkatan Kemampuan Membayar Klaim untuk Perusahaan Asuransi Umum* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Desember 2014 Metodologi Pemeringkatan Kemampuan Membayar Klaim untuk Perusahaan Asuransi Umum* Pemeringkatan ICRA Indonesia untuk kemampuan membayar klaim (atau Claims

Lebih terperinci

PT ICRA Indonesia (ICRA Indonesia) PERINGKAT PERUSAHAAN (METODOLOGI)*

PT ICRA Indonesia (ICRA Indonesia) PERINGKAT PERUSAHAAN (METODOLOGI)* PT ICRA Indonesia (ICRA Indonesia) PERINGKAT PERUSAHAAN (METODOLOGI)* PENDAHULUAN Jasa pemeringkatan perusahaan ICRA Indonesia berupaya untuk memberikan opini tentang kualitas kredit fundamental dari perusahaan

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Asuransi Jiwa*

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Asuransi Jiwa* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Desember 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Asuransi Jiwa* Pemeringkatan ICRA Indonesia untuk kemampuan membayar klaim (atau Claims Paying ability Ratings/CPR)

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan ICRA Indonesia Rating Feature Desember 2012 Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak daerah wisata dengan berbagai ragam jenis wisata. Dengan

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Pelayaran*

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Pelayaran* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Oktober 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Pelayaran* Pendahuluan Perairan Indonesia termasuk salah satu yang tersibuk di dunia. Dengan lebih dari 17.000

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Konstruksi*

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Konstruksi* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Oktober 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Konstruksi* Sektor konstruksi di Indonesia memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional. Kontribusinya

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Baja

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Baja Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Juli 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Baja Industri baja memainkan peran yang penting dalam pertumbuhan ekonomi. Baja merupakan komponen umum pada beberapa

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Jasa Perminyakan*

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Jasa Perminyakan* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Maret 2015 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Jasa Perminyakan* Latar Belakang Industri minyak dan gas telah mengalami perubahan dramatis baik di pasar domestik

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Farmasi*

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Farmasi* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Mei 2015 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Farmasi* Tinjauan sekilas Sektor farmasi di Indonesia telah tumbuh dua digit sejak tahun 2009 didorong oleh permintaan

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Pertambangan Batubara*

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Pertambangan Batubara* ICRA Indonesia Rating Feature January 2011 Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Pertambangan Batubara* Ikhtisar Indonesia tercatat sebagai salah satu produsen batubara terbesar, eksportir batubara terbesar

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan*

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Januari 2015 Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan* Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang terkuat dan kaya akan tujuan wisata di seluruh wilayah

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Industri Pupuk*

Metodologi Pemeringkatan Industri Pupuk* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Januari 2014 Metodologi Pemeringkatan Industri Pupuk* Industri pupuk Indonesia merupakan salah satu sektor manufaktur yang sangat diatur oleh pemerintah. Industri ini

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Pembiayaan

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Pembiayaan Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Desember 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Pembiayaan Perusahaan pembiayaan, atau dikenal sebagai perusahaan multifinance, memainkan peran yang penting dalam

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO 1. Risiko Keuangan Dalam menjalankan usahanya Perseroan menghadapi risiko yang dapat mempengaruhi hasil usaha Perseroan apabila tidak di antisipasi dan dipersiapkan penanganannya dengan baik. Kebijakan

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Perdagangan*

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Perdagangan* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Juli 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Perdagangan* Metodologi pemeringkatan ini menjelaskan pendekatan ICRA Indonesia dalam menganalisis risiko bisnis dan

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Pertambangan Batubara*

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Pertambangan Batubara* ICRA Indonesia Rating Feature Oktober 2013 Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Pertambangan Batubara* Ikhtisar Indonesia tercatat sebagai salah satu produsen batubara terbesar dan ekportir batubara thermal

Lebih terperinci

POKOK POKOK PERUBAHAN ISI PROSPEKTUS HMETD

POKOK POKOK PERUBAHAN ISI PROSPEKTUS HMETD SOSIALISASI PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAMBAHAN MODAL PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN MEMBERIKAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU Jakarta,

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan*

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Januari 2014 Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan* Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang terkuat dan kaya akan tujuan wisata di seluruh wilayah

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5626 KEUANGAN. OJK. Manajemen. Resiko. Terintegerasi. Konglomerasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 348) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

Pendekatan Untuk Pemeringkatan Perusahaan Telepon Seluler*

Pendekatan Untuk Pemeringkatan Perusahaan Telepon Seluler* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia November 2014 Pendekatan Untuk Pemeringkatan Perusahaan Telepon Seluler* Metodologi pemeringkatan ICRA Indonesia untuk perusahaan penyedia layanan telekomunikasi seluler

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5861 KEUANGAN OJK. Bank. Manajemen Risiko. Penerapan. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 53) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perbankan

Metodologi Pemeringkatan untuk Perbankan Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Desember 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Perbankan Peringkat ICRA Indonesia menilai risiko kredit dari bank yang merupakan fungsi dari risiko bisnis dan risiko keuangan

Lebih terperinci

Rantai Pasokan Global (Global Supply Chains)

Rantai Pasokan Global (Global Supply Chains) Rantai Pasokan Global (Global Supply Chains) McGraw-Hill/Irwin Copyright 2013 by The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved. Gambaran rantai pasokan global Kondisi Ekonomi global sebagai alasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. signifikan, hal ini ditandai dengan diterbitkannya paket-paket deregulasi

BAB I PENDAHULUAN. signifikan, hal ini ditandai dengan diterbitkannya paket-paket deregulasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Industri perbankan di Indonesia telah mengalami perkembangan yang signifikan, hal ini ditandai dengan diterbitkannya paket-paket deregulasi keuangan, moneter dan

Lebih terperinci

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Salah satu strategi yang dilakukan

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Salah satu strategi yang dilakukan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Semakin ketatnya persaingan global, menuntut setiap perusahaan untuk lebih dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Salah satu strategi yang dilakukan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 77 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 77 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 77 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Laba Bersih AGII Tahun 2017 Naik 52% di atas Rp 90 miliar,

Laba Bersih AGII Tahun 2017 Naik 52% di atas Rp 90 miliar, LAPORAN PERS Untuk Segera Didistribusikan Laba Bersih AGII Tahun 2017 Naik 52% di atas Rp 90 miliar, Jakarta, 29 Maret 2018 PT Aneka Gas Industri, Tbk. (Stock Code: AGII.IJ) merilis laporan keuangan yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /SEOJK.05/2016 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /SEOJK.05/2016 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /SEOJK.05/2016 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN - 1 - PEDOMAN PENILAIAN KUALITAS PIUTANG PEMBIAYAAN 1. Kemampuan Ketersediaan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-38/PM/1996 TENTANG LAPORAN TAHUNAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL,

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-38/PM/1996 TENTANG LAPORAN TAHUNAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL, KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-38/PM/1996 TENTANG Peraturan Nomor VIII.G.2 LAPORAN TAHUNAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL, Menimbang : bahwa dengan berlakunya Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR IX.B.1 : PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK

PERATURAN NOMOR IX.B.1 : PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK PERATURAN NOMOR IX.B.1 : PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-49/PM/1996, Tanggal 17 Januari 1996 Suatu Pernyataan Pendaftaran

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te No.298, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Perusahaan Publik. Pernyataan Pendaftaran. Bentuk dan Isi. Pedoman (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6166)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memfasilitasi investor untuk berinvestasi, untuk mendapatkan pengembalian yang

BAB I PENDAHULUAN. memfasilitasi investor untuk berinvestasi, untuk mendapatkan pengembalian yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Dalam era persaingan global setiap negara ingin bersaing secara internasional, sehingga dalam hal ini kebijakan yang berbeda diterapkan untuk memfasilitasi investor

Lebih terperinci

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../SEOJK.05/2015 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../SEOJK.05/2015 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../SEOJK.05/2015 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN - 2 - PEDOMAN PENILAIAN KUALITAS PIUTANG PEMBIAYAAN 1. Kemampuan Ketersediaan

Lebih terperinci

Lampiran I Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/28/DPNP tanggal 31 Juli 2013 Perihal Penilaian Kualitas Aset Bank Umum PENETAPAN KUALITAS KREDIT

Lampiran I Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/28/DPNP tanggal 31 Juli 2013 Perihal Penilaian Kualitas Aset Bank Umum PENETAPAN KUALITAS KREDIT Lampiran I Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/28/DPNP tanggal 31 Juli 2013 Perihal Penilaian Kualitas Aset Bank Umum PENETAPAN KUALITAS KREDIT PROSPEK USAHA Potensi pertumbuhan usaha memiliki potensi pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perusahaan mempunyai satu tujuan utama untuk dapat memperoleh keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perusahaan mempunyai satu tujuan utama untuk dapat memperoleh keuntungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan mempunyai satu tujuan utama untuk dapat memperoleh keuntungan dan berkembang serta mempertahankan kelangsungan hidupnya. Perusahaan harus bersaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi telah menghapuskan batasan bagi perusahaan dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi telah menghapuskan batasan bagi perusahaan dalam melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi telah menghapuskan batasan bagi perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha. Dengan adanya penghapusan batasan ini, persaingan dalam dunia

Lebih terperinci

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL SELEKSI PASAR DAN LOKASI BISNIS INTERNASIONAL Terdapat dua tujuan penting, konsentrasi para manajer dalam proses penyeleksian pasar dan lokasi, yaitu: - Menjaga biaya-biaya

Lebih terperinci

AKUNTANSI INTERNASIONAL

AKUNTANSI INTERNASIONAL AKUNTANSI INTERNASIONAL A. Definisi Akuntansi Internasional 1. Accounting for foreign subsidiary, akuntansi internasional hanya menyangkut proses penyusunan laporan konsolidasi dari perusahaan induk dengan

Lebih terperinci

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2/SEOJK.05/2016 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PEMBIAYAAN SYARIAH

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2/SEOJK.05/2016 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PEMBIAYAAN SYARIAH LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2/SEOJK.05/2016 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PEMBIAYAAN SYARIAH - 1 - PEDOMAN PENILAIAN KUALITAS ASET PRODUKTIF 1. Kemampuan Ketersediaan Hubungan

Lebih terperinci

Laba Bersih Kuartal AGII Naik Lebih Dari 10% Year-On-Year dengan total melebihi Rp 30 miliar

Laba Bersih Kuartal AGII Naik Lebih Dari 10% Year-On-Year dengan total melebihi Rp 30 miliar LAPORAN PERS Untuk Segera Didistribusikan Laba Bersih Kuartal 1 2018 AGII Naik Lebih Dari 10% Year-On-Year dengan total melebihi Rp 30 miliar Jakarta, 1 Mei 2018 PT Aneka Gas Industri, Tbk (Stock Code:

Lebih terperinci

KRITERIA PENILAIAN ANNUAL REPORT AWARD 2008

KRITERIA PENILAIAN ANNUAL REPORT AWARD 2008 KRITERIA PENILAIAN ANNUAL REPORT AWARD 2008 Kriteria penilaian ini dibagi menjadi 8 klasifikasi: 1. Umum: Bobot keseluruhan untuk klasifikasi ini sebesar 2% 2. Ikhtisar Data Keuangan Penting: Bobot keseluruhan

Lebih terperinci

DAFTAR ITEM PENGUNGKAPAN WAJIB DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA

DAFTAR ITEM PENGUNGKAPAN WAJIB DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA DAFTAR ITEM PENGUNGKAPAN WAJIB DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA PENGUNGKAPAN WAJIB No Item Point Item Pengungkapan Checklist 1. Ketentuan umum Laporan tahunan wajib disajikan dalam bahasa Indonesia. Dalam hal

Lebih terperinci

NEWS RELEASE Jakarta, 14 Maret 2016

NEWS RELEASE Jakarta, 14 Maret 2016 NEWS RELEASE Jakarta, 14 Maret 2016 Untuk informasi lebih lanjut, hubungi: Mahardika Putranto, Head of Corporate Secretary & Investor Relations Division corporate.secretary@adaro.com; investor.relations@adaro.com

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH UMUM Kegiatan usaha Bank senantiasa dihadapkan pada risiko-risiko

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia yang berada di daerah tropis merupakan negara yang kaya

I. PENDAHULUAN. Indonesia yang berada di daerah tropis merupakan negara yang kaya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia yang berada di daerah tropis merupakan negara yang kaya akan jenis tanaman termasuk tanaman obat. Tanaman obat yang telah diketahui memiliki khasiat adalah

Lebih terperinci

Daftar Isi. Latar Belakang Implementasi Manajemen Risiko Tujuan Manajemen Risiko Definisi Model Manajemen Risiko Control Self Assessment

Daftar Isi. Latar Belakang Implementasi Manajemen Risiko Tujuan Manajemen Risiko Definisi Model Manajemen Risiko Control Self Assessment Manajemen Risiko Daftar Isi Latar Belakang Implementasi Manajemen Risiko Tujuan Manajemen Risiko Definisi Model Manajemen Risiko Control Self Assessment Latar Belakang Manajemen Risiko Tata Kelola Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini menuntut adanya efektivitas dan efisiensi dalam menjalankan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. ini menuntut adanya efektivitas dan efisiensi dalam menjalankan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya dunia perekonomian saat ini dan semakin tingginya tingkat persaingan dalam dunia usaha menuntut perusahaan mempunyai keunggulan bersaing (competitive

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor perbankan.

Lebih terperinci

Akuntansi untuk sekuritas investasi ditentukan berdasarkan klasifikasinya, yaitu:

Akuntansi untuk sekuritas investasi ditentukan berdasarkan klasifikasinya, yaitu: Sekuritas investasi Sekuritas investasi sangat bervariasi dalam hal jenis surat berharga yang diinvestasikan dan tujuan dari investasi. Sekuritas investasi dapat berupa utang atau ekuitas. Sekuritas utang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari semakin banyaknya transaksi bisnis antara pihak-pihak yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. dari semakin banyaknya transaksi bisnis antara pihak-pihak yang berasal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional atau dikenal dengan perdagangan antar negara, saat ini telah berkembang dengan pesat. Perkembangan tersebut dapat kita ketahui dari semakin

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri tekstil merupakan industri penting sebagai penyedia kebutuhan sandang manusia. Kebutuhan sandang di dunia akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah

Lebih terperinci

KRITERIA PENILAIAN ANNUAL REPORT AWARD 2009

KRITERIA PENILAIAN ANNUAL REPORT AWARD 2009 PENILAIAN ANNUAL REPORT AWARD 2009 Kriteria penilaian ini dibagi menjadi 8 klasifikasi: 1. Umum: Bobot keseluruhan untuk klasifikasi ini sebesar 2 % 2. Ikhtisar Data Keuangan Penting: Bobot keseluruhan

Lebih terperinci

KRITERIA PENILAIAN ANNUAL REPORT AWARD Ikhtisar Data Keuangan Penting: Bobot keseluruhan untuk klasifikasi ini sebesar 5 %.

KRITERIA PENILAIAN ANNUAL REPORT AWARD Ikhtisar Data Keuangan Penting: Bobot keseluruhan untuk klasifikasi ini sebesar 5 %. KRITERIA PENILAIAN ANNUAL REPORT AWARD 2007 Kriteria penilaian ini dibagi menjadi 8 klasifikasi: 1. Umum: Bobot keseluruhan untuk klasifikasi ini sebesar 5 %. 2. Ikhtisar Data Keuangan Penting: Bobot keseluruhan

Lebih terperinci

Analisis Kredit. Analisa Laporan Keuangan Kelas CA. Nadia Damayanti Ranita Ramadhani

Analisis Kredit. Analisa Laporan Keuangan Kelas CA. Nadia Damayanti Ranita Ramadhani Analisis Kredit Analisa Laporan Keuangan Kelas CA Nadia Damayanti 115020300111008 Ranita Ramadhani 115020300111037 ANALISIS KREDIT LIKUIDITAS DAN MODAL KERJA Likuiditas adalah kemampuan untuk mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalokasikan dana dari pihak yang mengalami surplus dana kepada pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalokasikan dana dari pihak yang mengalami surplus dana kepada pihak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stabilitas sistem keuangan memegang peran penting dalam perekonomian. Sebagai bagian dari sistem perekonomian, sistem keuangan berfungsi mengalokasikan dana dari pihak

Lebih terperinci

Materi 8. deden08m.com 1

Materi 8. deden08m.com 1 Materi 8 STRATEGI BISNIS deden08m.com 1 Melihat Keuntungan Persaingan 1) Strategi biaya rendah 2) Strategi membuat perbedaan 3) Strategi berbasis kecepatan 4) Fokus Pasar deden08m.com 2 Ø Strategi Biaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Dunia usaha dituntut agar mampu bersaing ditengah kompetisi yang

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Dunia usaha dituntut agar mampu bersaing ditengah kompetisi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan berbagai sektor seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, perekonomian, pola konsumsi masyarakat serta bertambahnya jumlah penduduk

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM UMUM Kegiatan usaha Bank senantiasa dihadapkan pada risiko-risiko yang berkaitan erat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era perdagangan bebas saat ini telah meningkatkan interaksi antara Negara berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan lingkungan bisnis akan terjadi setiap saat, umumnya berupa gerak perubahan dari salah satu atau gabungan faktor-faktor lingkungan luar perusahaan, baik pada skala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi nasional suatu negara sangat memengaruhi tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi nasional suatu negara sangat memengaruhi tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi nasional suatu negara sangat memengaruhi tingkat konsumsi baja nasionalnya. Sejalan dengan perkembangan perekonomian nasional Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sejenis. Kondisi ini menuntut perusahaan untuk selalu memperbaiki kelemahan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sejenis. Kondisi ini menuntut perusahaan untuk selalu memperbaiki kelemahan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah Perusahaan dalam melakukan kegiatannya pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan utama suatu perusahaan adalah mencapai laba yang maksimal serta

Lebih terperinci

PENETAPAN KUALITAS KREDIT PROSPEK USAHA. Kegiatan usaha menunjukkan potensi pertumbuhan yang sangat terbatas atau tidak mengalami pertumbuhan.

PENETAPAN KUALITAS KREDIT PROSPEK USAHA. Kegiatan usaha menunjukkan potensi pertumbuhan yang sangat terbatas atau tidak mengalami pertumbuhan. Lampiran I Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/ 3 /DPNP tanggal 31 Januari 2005 PENETAPAN KUALITAS KREDIT PROSPEK USAHA Potensi pertumbuhan usaha Kondisi pasar dan posisi debitur dalam persaingan Kualitas

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. Keberhasilan suatu perusahaan sangat bergantung pada keputusan yang

BAB I Pendahuluan. Keberhasilan suatu perusahaan sangat bergantung pada keputusan yang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberhasilan suatu perusahaan sangat bergantung pada keputusan yang diambil oleh para manajer dari tiap bagian fungsional suatu perusahaan tersebut. Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. risk 3 Investor yang mempunyai sifat konservatif cenderung melakukan

BAB I PENDAHULUAN. risk 3 Investor yang mempunyai sifat konservatif cenderung melakukan risk 3 Investor yang mempunyai sifat konservatif cenderung melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Investasi merupakan suatu komitmen untuk menanamkan sejumlah dana pada saat ini dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Rerangka Teori dan Literatur 2.1.1. Pengertian Bank Pada Pasal 1 (Butir 2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan,

Lebih terperinci

ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI

ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI PENGENALAN ASET LANCAR aset lancar merupakan sumber daya atau klaim atas sumber daya yang langsung dapat diubah menjadi kas, biasanya dalam jangka waktu siklus operasi perusahaan.

Lebih terperinci

DITOPANG BISNIS MODEL YANG KOKOH, ADARO ENERGY BUKUKAN LABA INTI SEBESAR US$148 JUTA Pasar batubara masih menghadapi periode yang penuh tantangan

DITOPANG BISNIS MODEL YANG KOKOH, ADARO ENERGY BUKUKAN LABA INTI SEBESAR US$148 JUTA Pasar batubara masih menghadapi periode yang penuh tantangan NEWS RELEASE Jakarta, 31 Agustus 2015 Informasi lebih lanjut silahkan hubungi: Cameron Tough, Corporate Secretary & Investor Relations Division Head cameron.tough@adaro.com DITOPANG BISNIS MODEL YANG KOKOH,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar elakang Penelitian Agus Sartono (2001:487)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar elakang Penelitian Agus Sartono (2001:487) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan yang telah didirikan pada umumnya memiliki tujuan yang jelas. Ada beberapa hal yang mengemukakan tentang tujuan pendirian suatu perusahaan. Tujuan

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 48 PENURUNAN NILAI AKTIVA

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 48 PENURUNAN NILAI AKTIVA 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. PENURUNAN NILAI AKTIVA Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN IV.1 Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan Perlakuan Akuntansi SAK ETAP Setelah mendapatkan gambaran detail mengenai objek penelitian, yaitu PT Aman Investama.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berjalannya pembangunan ekonomi nasional dalam jangka panjang. dapat dilihat dari bergeraknya roda perekonomian melalui peningkatan

I. PENDAHULUAN. Berjalannya pembangunan ekonomi nasional dalam jangka panjang. dapat dilihat dari bergeraknya roda perekonomian melalui peningkatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Peranan Perbankan Berjalannya pembangunan ekonomi nasional dalam jangka panjang dapat dilihat dari bergeraknya roda perekonomian melalui peningkatan investasi.

Lebih terperinci

Standar Audit SA 570. Kelangsungan Usaha

Standar Audit SA 570. Kelangsungan Usaha SA 0 Kelangsungan Usaha SA paket 00.indb STANDAR AUDIT 0 KELANGSUNGAN USAHA (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal: (i) Januari 0 (untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan bebas. Perdagangan bebas merupakan suatu kegiatan jual beli produk antar negara tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT GUDANG GARAM Tbk. modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Hal ini berarti bahwa

BAB IV. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT GUDANG GARAM Tbk. modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Hal ini berarti bahwa BAB IV ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT GUDANG GARAM Tbk IV.1 Analisis Laporan Arus Kas Kas merupakan aktiva yang paling likuid atau merupakan salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di masa mendatang (Tandelilin, 2001). Tujuan investor menginvestasikan

BAB I PENDAHULUAN. di masa mendatang (Tandelilin, 2001). Tujuan investor menginvestasikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa mendatang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-49/PM/1996 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-49/PM/1996 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-49/PM/1996 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL, Menimbang : bahwa dengan

Lebih terperinci

SISTEM PEMASARAN AGRIBISNIS Sessi 4

SISTEM PEMASARAN AGRIBISNIS Sessi 4 SISTEM PEMASARAN AGRIBISNIS Sessi 4 Pemasaran Aliran produk secara fisis dan ekonomik dari produsen melalui pedagang perantara ke konsumen. Suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu/kelompok

Lebih terperinci

1. Sampul muka, samping, dan belakang 2. Setiap halaman. 2. Pandangan atas prospek usaha perusahaan yang disusun oleh direksi.

1. Sampul muka, samping, dan belakang 2. Setiap halaman. 2. Pandangan atas prospek usaha perusahaan yang disusun oleh direksi. I. Umum KRITERIA 1. Dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, dianjurkan menyajikan juga dalam Bahasa Inggris. 2. Dicetak pada kertas yang berwarna terang agar mudah dibaca dan jelas PENJELASAN 3. Mencantumkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Adapun tujuan akhir yang ingin

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Adapun tujuan akhir yang ingin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era persaingan industri manufaktur yang berkembang bebas saat ini, perusahaan diharapkan mampu menghasilkan produk bermutu bagi konsumen untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keunggulan kompetitif dan daya saing yang kuat. BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya

BAB I PENDAHULUAN. keunggulan kompetitif dan daya saing yang kuat. BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi dan arus informasi yang semakin canggih dan modern menyebabkan perkembangan dunia usaha semakin pesat. Tingkat persaingan yang semakin

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan dengan hasil yang beragam. Hayati (2011), arus kas secara simultan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan dengan hasil yang beragam. Hayati (2011), arus kas secara simultan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Reviu Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan arus kas dan likuiditas telah banyak dilakukan dengan hasil yang beragam. Hayati (2011), arus kas secara simultan berpengaruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada prinsipnya setiap perusahaan membutuhkan dana untuk dapat mengembangkan bisnisnya. Sumber pendanaan dapat berasal dari pihak eksternal maupun pihak internal

Lebih terperinci

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA - 1 - PEDOMAN PENILAIAN KUALITAS ASET PRODUKTIF DALAM BENTUK SELAIN PENYERTAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapangan usaha perbankan dan lembaga jasa keuangan lainnya. Menurut Mankiw

BAB I PENDAHULUAN. lapangan usaha perbankan dan lembaga jasa keuangan lainnya. Menurut Mankiw BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya perekonomian Indonesia yang dilihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) sejak lima tahun terakhir tidak lepas dari peningkatan yang signifikan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Secara keseluruhan industri ini kurang

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai tukar atau kurs merupakan indikator ekonomi yang sangat penting karena pergerakan nilai tukar berpengaruh luas terhadap aspek perekonomian suatu negara. Saat

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI Keputusan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 9 /POJK.04/2017 TENTANG BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DAN PROSPEKTUS RINGKAS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM EFEK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memiliki keunggulan kompetitif dapat mempertahankan dan atau. memiliki ketersediaan barang yang dijual pada setiap saat ketika pesanan

I. PENDAHULUAN. memiliki keunggulan kompetitif dapat mempertahankan dan atau. memiliki ketersediaan barang yang dijual pada setiap saat ketika pesanan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan ketat dalam memperebutkan pasar membuat perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif dapat mempertahankan dan atau mengembangkan bisnisnya. Keunggulan kompetitif

Lebih terperinci

KAJIAN PENGEMBANGAN KONTRAK BERJANGKA CPO

KAJIAN PENGEMBANGAN KONTRAK BERJANGKA CPO KAJIAN PENGEMBANGAN KONTRAK BERJANGKA CPO Widiastuti *) Kepala Bagian Pengembangan Pasar, BAPPEBTI Pengantar redaksi: Tahun 2010, lalu, Biro Analisa Pasar, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi

Lebih terperinci