PERINGKAT KREDIT PERUSAHAAN (Catatan Metodologi)*

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERINGKAT KREDIT PERUSAHAAN (Catatan Metodologi)*"

Transkripsi

1 ICRA Indonesia Rating Feature Desember 2012 PERINGKAT KREDIT PERUSAHAAN (Catatan Metodologi)* Tujuan dasar peringkat kredit perusahaan adalah memberikan pendapat tentang risiko kredit relatif yang terkait dengan instrumen surat hutang yang sedang diperingkat. Secara ringkas, proses utamanya adalah memperkirakan kemampuan penerbit surat hutang yang bersangkutan (emiten) untuk menghasilkan arus kas operasional dan menilai kecukupan kas tersebut terhadap kewajiban kewajiban pembayaran hutang emiten selama masa berlaku surat hutang. Proses pemeringkatan tersebut juga mencakup dukungan terhadap arus kas operasional yang mungkin tersedia dari sumber lain. Dukungan itu, yang juga disebut sebagai fleksibilitas keuangan, memberikan petunjuk tentang kemampuan emiten untuk membiayai kembali (refinance) kewajiban kewajiban yang jatuh tempo dan mendapatkan dana melalui cara cara seperti menjual surat berharga yang dimilikinya dan meminta dukungan dari kelompok (grup) induknya. Semua faktor yang menimbulkan dampak pada kemampuan emiten untuk menghasilkan arus kas dipertimbangkan dalam proses pemeringkatan. Secara konsep, faktor faktor itu dapat dikelompokkan sebagai risiko bisnis, risiko keuangan dan faktor faktor yang terkait dengan para pemegang saham/manajemen. Proses pemeringkatan ICRA Indonesia menekankan penilaian risiko bisnis sama pentingnya dengan penilaian rasio rasio keuangan. Untuk penilaian risiko kredit, bisnis yang stabil (risiko industri yang rendah) bahkan jika memiliki arus kas yang relatif lebih kecil dipandang lebih menguntungkan dibandingkan dengan bisnis yang tingkat fluktuasinya tinggi (risiko industri yang lebih tinggi) sekalipun berpotensi menghasilkan arus kas yang relatif lebih besar. Analisis risiko risiko itu dilengkapi dengan analisis arus kas untuk mengetahui kecukupan proyeksi arus kas emiten dibandingkan dengan kewajibankewajiban pembayaran hutangnya. Kerangka kerja analisis risiko untuk sektor manufaktur, misalnya, dapat digambarkan sebagai berikut: RISIKO BISNIS Risiko industri Posisi persaingan Kualitas pemegang saham/manajemen Risiko proyek baru RISIKO KEUANGAN Posisi keuangan Profitabilitas Struktur modal Fleksibilitas keuangan Kecukupan arus kas mendatang Beberapa faktor risiko penting yang dianalisis oleh ICRA Indonesia dalam menentukan peringkat kredit dibahas di bagian bagian yang berikut ini. ICRA Indonesia - Metodologi Peringkat Kredit Perusahaan

2 RISIKO BISNIS Risiko bisnis yang dihadapi oleh suatu emiten surat hutang adalah gabungan dari risiko industri di sektor sektor produk utamanya dan posisi persaingannya dalam industri yang bersangkutan. Risiko Industri Tujuan analisis ini adalah menilai daya tarik industri di mana emiten beroperasi. Aspek aspek yang diteliti mencakup: Keadaan permintaan penawaran sekarang dan masa mendatang Intesitas persaingan Kerentanan terhadap barang impor Risiko peraturan Prospek industri industri pemakai produk/jasa emiten Intensitas modal kerja Prospek ke depan dari industri yang bersangkutan Analisis industri dimulai dengan penilaian tentang bisnis di mana emiten beroperasi. Dinamika bisnis tersebut mempengaruhi risiko operasi suatu emiten sampai batas tertentu. Analisis berfokus pada prospek keseluruhan industri maupun faktor faktor yang penting bagi keberhasilan dalam industri itu. Faktor faktor yang dinilai mencakup keadaan permintaan penawaran, intensitas persaingan, dasar dasar persaingan dan berbagai macam sumber ancaman. Yang disebut menguntungkan dalam hal ini mencakup pertumbuhan permintaan yang baik, laba operasi yang stabil dan intensitas modal yang moderat. Posisi Persaingan Emiten Penilaian tentang posisi persaingan emiten dalam suatu industri dilakukan berdasarkan efisiensi operasinya dan posisinya di pasar. Beberapa di antara faktor yang dinilai adalah: Skala operasi Keunggulan teknologi yang dipakai Kekuatan dan posisi biaya modal Keunggulan lokasi dalam hal kedekatan dengan sumber bahan baku maupun pasar Efisiensi operasi (profitabilitas, reject rate, pemakaian energi dsb) Posisi di pasar sebagaimana yang tercermin dari pangsa pasar, kemampuan menaikkan harga jual, bentangan jaringan distribusi dan hubungan dengan para pelanggan utama. Biasanya, perbandingan dengan emiten yang sejenis dilakukan untuk menilai setiap faktor di atas. Bobot yang dilekatkan pada faktor faktor itu bergantung pada kepentingan relatif faktor faktor itu dalam industri yang bersangkutan. Misalnya, jika emiten bergerak dalam bisnis komoditi, biaya produksi yang rendah adalah faktor terpenting karena pembedaan produk tidak relevan dalam bisnis ini. Sebaliknya, biaya produksi dipengaruhi oleh faktor faktor yang disebut sebelumnya, misalnya penghematan karena skala (economies of scale), keunggulan karena pemakaian teknologi mutakhir dan seterusnya. Perbandingan tersebut dilakukan untuk menentukan efisiensi operasi poduksi relatif terhadap yang lain. Beberapa di antara indikator efisiensi poduksi adalah produktivitas sumber daya (baik aset maupun tenaga kerja), rasio pemakaian bahan baku dan pemakaian energi. Efisiensi penagihan piutang dan tingkat persediaan adalah indikator indikator penting untuk posisi pasar dan efisiensi operasi. ICRA Indonesia Metodologi Peringkat Kredit Perusahaan Page 2 of 7

3 Berbeda dari kasus komoditi, ada industri industri di mana pembedaan produk adalah elemen terpenting dalam persaingan. Misalnya, industri barang konsumsi. Bagi emiten di sektor ini, faktorfaktor yang sangat penting mencakup penempatan posisi produk, persepsi mutu produk atau kekuatan mereknya (brand equity), kedekatan dengan pasar, bentang jaringan distribusi dan hubungan dengan para pelanggan. Posisi emiten dalam parameter parameter itu akan tercermin dari kemampuannya memelihara atau meningkatkan pangsa pasar dan menaikkan harga jual. Risiko Proyek Baru Skala dan sifat proyek baru dapat mempengaruhi profil risiko suatu emiten. Diversifikasi ke produk produk baru yang tidak terkait akan dievaluasi secara rinci. Selain alasan dalam melakukan proyek baru, faktor faktor lain yang dinilai mencakup: (i) rekam jejak manajemen dalam pelaksanaan proyek; (ii) pengalaman dan kualitas tim pelaksana proyek; (iii) pengalaman dan rekam jejak pemasok teknologinya; (iv) daya saing biaya modalnya; (v) pengaturan pendanaan yang ada; (vi) kaitan kaitan dengan bahan baku; (vii) perkiraan permintaan; (viii) lingkungan persaingan; dan (ix) pengaturan dan rencana pemasaran. Dampak risiko proyek terhadap peringkat emiten bergantung pada skala proyek relatif terhadap skala bisnis dan arus kas dari operasi yang sudah ada. RISIKO KEUANGAN Tujuan analisis ini adalah menentukan posisi keuangan emiten dan profil risikonya. Beberapa aspek yang dianalisis secara rinci dalam konteks ini adalah: Tingkat keuntungan operasional: analisis ini berfokus pada kecenderungan (tren) keuntungan operasional emiten dan bagaimana hal tersebut dibandingkan dengan pemain yang sejenis. Rasio hutang: tujuan analisis ini adalah mengetahui tingkat hutang emiten relatif terhadap dana/modal sendiri dan sehubungan dengan skala risiko risiko bisnis yang dihadapi oleh emiten. Rasio rasio kemampuan pembayaran hutang: tujuan analisis ini adalah mengetahui kecukupan laba yang dihasilkan sehubungan dengan kewajiban pembayaran hutang. Intensitas modal kerja: analisis ini menyangkut tren pada indikator indikator yang penting bagi modal kerja misalnya piutang, persediaan dan hutang usaha, juga dibandingkan dengan pemain sejenis. Analisis arus kas: Kas diperlukan untuk membayar kewajiban. Arus kas mencerminkan sumber sumber kas yang dihasilkan dan pemakaiannya. Yang dianalisis di sini adalah tren arus kas operasional emiten (setelah penyesuaian terhadap perubahan modal kerja), arus kas ditahan dan arus kas bebas (setelah memenuhi kewajiban pembayaran hutang maupun kebutuhan pengeluaran modal). Analisis arus kas juga membantu pemahaman tentang sumber dana dari luar yang diperlukan emiten untuk memenuhi kewajiban kewajibannya yang jatuh tempo. Risiko yang terkait dengan mata uang asing: Risiko ini timbul jika biaya dan pendapatan utama emiten ada dalam berbagai macam mata uang. Misalnya emiten yang melakukan penjualan sebagian besar di pasar lokal tetapi melakukan banyak sekali impor atau emiten berorientasi ekspor dengan struktur biaya sepenuhnya lokal. Risiko mata uang asing itu dapat juga timbul dari kewajiban kewajiban keuangan yang tidak terlindung nilai, terutama bagi emiten yang sebagian besar pendapatannya dalam mata uang lokal. Fokus analisis ini adalah kebijakan lindung nilai emiten yang bersangkutan menyangkut jangka waktu dan sifat kontrak kontraknya dengan para klien (jangka pendek/jangka panjang, harga tetap/harga yang dapat berubah). ICRA Indonesia Metodologi Peringkat Kredit Perusahaan Page 3 of 7

4 Ketidaksesuaian tanggal jatuh tempo dan risiko yang terkait dengan suku bunga maupun refinancing: Kebergantungan yang besar pada pinjaman jangka pendek untuk mendanai investasi jangka panjang dapat memaparkan suatu emiten kepada risiko risiko pembiayaan kembali (refinancing) yang besar, terutama pada masa masa likuiditas yang ketat. Adanya aset aset yang mudah dijual atau fasilitas pinjaman bank yang cukup untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dianggap positif. Seberapa jauh emiten akan terkena dampak pergerakan suku bunga juga akan dinilai. Kualitas laporan keuangan: Dalam hal ini kebijakan akuntansi, catatan tentang laporan keuangan dan opini auditor yang merupakan bagian dari laporan tahunan ditinjau. Setiap penyimpangan dari prinsip akuntansi umum dicatat dan selanjutnya laporan keuangan emiten akan disesuaikan untuk mencerminkan dampak penyimpangan tersebut. Kewajiban kontinjensi/kewajiban di luar neraca: Dalam hal ini, kemungkinan adanya kewajiban kontinjensi/kewajiban di luar neraca emiten dan akibat akibatnya akan dinilai. Fleksibilitas keuangan: fleksibilitas keuangan emiten seperti fasilitas kredit/bank yang belum digunakan, kepemilikan investasi/efek yang mudah dicairkan dan relasinya dengan bank, lembaga keuangan atau perantara lainnya dinilai. Risiko Keuangan: Rasio rasio Penting yang Dinilai Profitabilitas Laba Operasi: OPBDITA/Pendapatan Operasi Laba Bersih: PAT/Pendapatan Operasi ROCE: PBIT/(Total Hutang + Nilai Bersih Ekuitas Berwujud + Kewajiban Pajak Tangguhan CWIP) Kapitalisasi & Kemampubayaran Rasio Hutang: Total Hutang/Nilai Bersih Ekuitas Berwujud Kemampuan Bayar Bunga: OPBDTA/(Bunga & Biaya Pendanaan); PBDITA/(Bunga & Biaya Pendanaan); Total Hutang/OPBDITA; Arus Kas Akrual Bersih/Total Hutang Rasio Likuiditas Modal kerja Bersih/Pendapatan Operasi Rasio Rasio Arus Kas Arus Kas Operasi/Bunga; Arus Kas Operasi/Total Hutang; Arus Kas Ditahan/Total Hutang. Catatan: OPBDITA berarti Laba Operasi sebelum Depresiasi, Bunga, Pajak dan Amortisasi; PAT berarti Laba setelah Pajak; PBIT berarti Laba sebelum Bunga dan Pajak; PBDITA berarti Laba sebelum Depresiasi, Bunga, Pajak dan Amortisasi; CWIP berarti Pekerjaan dalam Pelaksanaan. Kualitas Pemegang Saham/Manajemen Semua peringkat hutang harus menggabungkan penilaian tentang kualitas dari manajemen emiten yang bersangkutan dan kekuatan/kelemahan yang timbul karena emiten tersebut merupakan bagian dari grup nya. Biasanya dialog yang rinci dilakukan dengan direksi emiten untuk memahami tujuan tujuan, rencana dan strategi bisnisnya serta pandangan pandangannya tentang hasil yang telah dicapai, dan perkiraan tentang industri yang bersangkutan dalam masa mendatang. Hal hal lain yang dinilai antara lain: ICRA Indonesia Metodologi Peringkat Kredit Perusahaan Page 4 of 7

5 Pengalaman para pemegang saham/manajemen dalam bidang yang bersangkutan Komitmen para pemegang saham/manajemen terhadap bidang yang digeluti Sikap para pemegang saham/manajemen terhadap pengambilan dan pengendalian risiko Kebijakan kebijakan emiten tentang rasio hutang, risiko bunga dan risiko mata uang Rencana rencana emiten tentang proyek baru, akuisisi, ekspansi dan lain-lain Kekuatan bisnis bisnis lain dalam grup yang sama dengan emiten Kemampuan dan kemauan grup untuk mendukung emiten melalui langkah langkah seperti penambahan modal, jika diperlukan Kemungkinan keharusan untuk mendukung bisnis bisnis lain dalam grup jika emiten adalah termasuk yang terkuat di dalam grup tersebut. Kecukupan Arus Kas ke Depan Karena tujuan utama kegiatan pemeringkatan adalah menilai kemampuan pembayaran hutang emiten, ICRA Indonesia membuat perkiraan perkiraan tentang kemungkinan posisi keuangan emiten ke depan berdasarkan berbagai macam skenario. Perkiraan perkiraan itu didasarkan pada kinerja operasi dan keuangannya, prospek industri yang bersangkutan (dalam pandangan ICRA Indonesia) dan rencana rencana bisnis jangka menengah/panjang emiten yang bersangkutan. Analisis sensitivitas juga dilaksanakan berdasarkan sejumlah variabel yang penting, misalnya harga jual, biaya bahan baku dan kebutuhan modal kerja. Perkiraan pengeluaran modal dan kewajiban pengembalian hutang emiten juga sangat penting selama masa berlaku hutang tersebut. Kesimpulan Peringkat kredit ICRA Indonesia adalah pernyataan simbolis tentang pendapatnya mengenai risiko kredit relatif yang terkait dengan surat hutang yang sedang diperingkat. Pendapat itu diperoleh melalui proses evaluasi rinci tentang risiko bisnis dan keuangan emiten, kekuatan persaingannya, perkiraan arus kas selama masa berlaku surat hutang yang sedang diperingkat dan kecukupan arus kas tersebut dibandingkan dengan kewajiban pembayaran hutangnya. ICRA Indonesia Metodologi Peringkat Kredit Perusahaan Page 5 of 7

6 SKALA DAN DEFINISI PERINGKAT ICRA INDONESIA Peringkat Jangka Panjang ICRA Indonesia Peringkat jangka panjang: semua obligasi dan surat hutang lain yang masa jatuh temponya melebihi satu tahun. [Idr]AAA [Idr]AA [Idr]A Peringkat kualitas kredit tertinggi yang diberikan oleh ICRA Indonesia. Surat hutang yang diperingkat memiliki risiko kredit yang paling rendah. Peringkat kualitas kredit tinggi yang diberikan oleh ICRA Indonesia. Surat hutang yang diperingkat memiliki risiko kredit yang rendah. Peringkat kualitas kredit cukup yang diberikan oleh ICRA Indonesia. Surat hutang yang diperingkat memiliki risiko kredit yang rata rata. [Idr]BBB Peringkat kualitas kredit sedang yang diberikan oleh ICRA Indonesia. Surat hutang yang diperingkat memiliki risiko kredit yang lebih tinggi daripada yang rata rata. [Idr]BB [Idr]B Peringkat kualitas kredit kurang yang diberikan oleh ICRA Indonesia. Surat hutang yang diperingkat memiliki risiko kredit yang tinggi. Peringkat kualitas kredit rentan yang diberikan oleh ICRA Indonesia. Surat hutang yang diperingkat memiliki risiko kredit yang sangat tinggi. [Idr]C Peringkat kualitas kredit rendah yang diberikan oleh ICRA Indonesia. Surat hutang yang diperingkat memiliki prospek pengembalian yang rendah. [Idr]D Peringkat kualitas kredit paling rendah yang diberikan oleh ICRA Indonesia. Surat hutang yang diperingkat memiliki prospek pengembalian yang sangat rendah. Peringkat Jangka Pendek ICRA Indonesia Peringkat jangka pendek: semua instrumen surat hutang yang masa jatuh temponya maksimal satu tahun. [Idr]A1 [Idr]A2 [Idr]A3 Peringkat kualitas kredit tertinggi yang diberikan oleh ICRA Indonesia untuk surat hutang jangka pendek. Surat hutang yang masuk dalam kategori peringkat ini memiliki risiko kredit dalam jangka pendek yang terendah. Dalam kategori ini, beberapa surat hutang diberi peringkat [Idr]A1+ untuk mencerminkan kualitas kreditnya yang relatif lebih kuat. Peringkat kualitas kredit di atas rata rata yang diberikan oleh ICRA Indonesia pada surat hutang jangka pendek. Namun, surat hutang yang masuk dalam kategori peringkat ini memiliki risiko kredit yang lebih tinggi dari pada surat hutang yang diperingkat [Idr]A1. Peringkat kualitas kredit sedang yang diberikan oleh ICRA Indonesia pada surat hutang jangka pendek. Namun, surat hutang yang masuk dalam kategori peringkat ini ICRA Indonesia Metodologi Peringkat Kredit Perusahaan Page 6 of 7

7 memiliki risiko kredit yang lebih tinggi daripada surat hutang yang diperingkat [Idr]A2 dan [Idr]A1. [Idr]A4 [Idr]A5 Peringkat kualitas kredit rentan yang diberikan oleh ICRA Indonesia pada surat hutang jangka pendek. Surat hutang yang masuk dalam kategori peringkat ini memiliki risiko kredit yang tinggi. Peringkat kualitas kredit terendah yang diberikan oleh ICRA Indonesia pada surat hutang jangka pendek. Surat hutang yang masuk dalam kategori peringkat ini memiliki prospek pengembalian yang sangat rendah. Catatan: Untuk peringkat jangka pendek [Idr]A1 sampai [Idr]A4, tanda + (plus) dapat ditambahkan untuk menunjukkan posisi mereka yang relatif lebih kuat dalam kategori peringkat yang bersangkutan. Karena itu, peringkat [Idr]A2+ berada satu tingkat lebih tinggi daripada [Idr]A2. Untuk golongan peringkat [Idr]AA sampai [Idr]C, tanda + (plus) atau (minus) dapat ditambahkan untuk menunjukkan posisi relatif mereka dalam kategori peringkat yang bersangkutan. Karena itu, peringkat [Idr]AA+ berada satu tingkat lebih tinggi daripada [Idr]AA sedangkan [Idr]AA satu tingkat di bawah [Idr]AA. Copyright, 2012, ICRA Indonesia. All Rights Reserved. Semua informasi yang tersedia merupakan infomasi yang diperoleh oleh ICRA Indonesia dari sumber-sumber yang dapat dipercaya keakuratan dan kebenarannya. Walaupun telah dilakukan pengecekan dengan memadai untuk memastikan kebenarannya, informasi yang ada disajikan 'sebagaimana adanya' tanpa jaminan dalam bentuk apapun, dan ICRA Indonesia khususnya, tidak melakukan representasi atau menjamin, menyatakan atau menyatakan secara tidak langsung, mengenai keakuratan, ketepatan waktu, atau kelengkapan dari informasi yang dimaksud. Semua informasi harus ditafsirkan sebagai pernyataan pendapat, dan ICRA Indonesia tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang dialami oleh pengguna informasi dalam menggunakan publikasi ini atau isinya. * Diadopsi dan dimodifikasi dari Peringkat Kredit Perusahaan ICRA Limited Catatan tentang Metodologi, Oktober 2009 ICRA Indonesia Metodologi Peringkat Kredit Perusahaan Page 7 of 7

PT ICRA Indonesia (ICRA Indonesia) PERINGKAT KREDIT PERUSAHAAN (METODOLOGI)*

PT ICRA Indonesia (ICRA Indonesia) PERINGKAT KREDIT PERUSAHAAN (METODOLOGI)* PT ICRA Indonesia (ICRA Indonesia) PERINGKAT KREDIT PERUSAHAAN (METODOLOGI)* Tujuan dasar peringkat kredit perusahaan adalah memberikan pendapat tentang resiko kredit relatif yang terkait dengan instrumen

Lebih terperinci

PENDEKATAN UNTUK PEMERINGKATAN SURAT BERHARGA KOMERSIAL

PENDEKATAN UNTUK PEMERINGKATAN SURAT BERHARGA KOMERSIAL ICRA Indonesia Rating Feature Desember 2012 PENDEKATAN UNTUK PEMERINGKATAN SURAT BERHARGA KOMERSIAL Metodologi ICRA Indonesia untuk pemeringkatan surat berharga komersial (SBK) yang merupakan instrumen

Lebih terperinci

PERINGKAT PERUSAHAAN (Metodologi)*

PERINGKAT PERUSAHAAN (Metodologi)* ICRA Indonesia Rating Feature Desember 2012 PERINGKAT PERUSAHAAN (Metodologi)* PENDAHULUAN Jasa pemeringkatan perusahaan ICRA Indonesia berupaya untuk memberikan opini tentang kualitas kredit fundamental

Lebih terperinci

PERINGKAT PERUSAHAAN (Catatan Metodologi)*

PERINGKAT PERUSAHAAN (Catatan Metodologi)* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Oktober 2014 PERINGKAT PERUSAHAAN (Catatan Metodologi)* PENDAHULUAN Jasa pemeringkatan perusahaan ICRA Indonesia berupaya untuk memberikan opini tentang kualitas kredit

Lebih terperinci

PT ICRA Indonesia (ICRA Indonesia) PERINGKAT PERUSAHAAN (METODOLOGI)*

PT ICRA Indonesia (ICRA Indonesia) PERINGKAT PERUSAHAAN (METODOLOGI)* PT ICRA Indonesia (ICRA Indonesia) PERINGKAT PERUSAHAAN (METODOLOGI)* PENDAHULUAN Jasa pemeringkatan perusahaan ICRA Indonesia berupaya untuk memberikan opini tentang kualitas kredit fundamental dari perusahaan

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Asuransi Jiwa*

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Asuransi Jiwa* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Desember 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Asuransi Jiwa* Pemeringkatan ICRA Indonesia untuk kemampuan membayar klaim (atau Claims Paying ability Ratings/CPR)

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Semen*

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Semen* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia April 2015 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Semen* Tinjauan sekilas Industri semen di Indonesia memiliki peran penting dalam perekonomian karena sangat mendukung

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Kemampuan Membayar Klaim untuk Perusahaan Asuransi Umum*

Metodologi Pemeringkatan Kemampuan Membayar Klaim untuk Perusahaan Asuransi Umum* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Desember 2014 Metodologi Pemeringkatan Kemampuan Membayar Klaim untuk Perusahaan Asuransi Umum* Pemeringkatan ICRA Indonesia untuk kemampuan membayar klaim (atau Claims

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Industri Kimia

Metodologi Pemeringkatan Industri Kimia Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia September 2014 Metodologi Pemeringkatan Industri Kimia Pendahuluan Secara garis besar, produk kimia dapat dibedakan atas organik dan non-organik, dimana masingmasing

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Konstruksi*

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Konstruksi* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Oktober 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Konstruksi* Sektor konstruksi di Indonesia memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional. Kontribusinya

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia April 2015 Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit Pendahuluan Sektor perkebunan terutama kelapa sawit memiliki peran penting bagi perekonomian Indonesia karena

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan ICRA Indonesia Rating Feature Desember 2012 Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak daerah wisata dengan berbagai ragam jenis wisata. Dengan

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Pelayaran*

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Pelayaran* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Oktober 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Pelayaran* Pendahuluan Perairan Indonesia termasuk salah satu yang tersibuk di dunia. Dengan lebih dari 17.000

Lebih terperinci

Pendekatan Untuk Pemeringkatan Perusahaan Telepon Seluler*

Pendekatan Untuk Pemeringkatan Perusahaan Telepon Seluler* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia November 2014 Pendekatan Untuk Pemeringkatan Perusahaan Telepon Seluler* Metodologi pemeringkatan ICRA Indonesia untuk perusahaan penyedia layanan telekomunikasi seluler

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Pembiayaan

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Pembiayaan Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Desember 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Pembiayaan Perusahaan pembiayaan, atau dikenal sebagai perusahaan multifinance, memainkan peran yang penting dalam

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Industri Pupuk*

Metodologi Pemeringkatan Industri Pupuk* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Januari 2014 Metodologi Pemeringkatan Industri Pupuk* Industri pupuk Indonesia merupakan salah satu sektor manufaktur yang sangat diatur oleh pemerintah. Industri ini

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Baja

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Baja Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Juli 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Baja Industri baja memainkan peran yang penting dalam pertumbuhan ekonomi. Baja merupakan komponen umum pada beberapa

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Perdagangan*

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Perdagangan* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Juli 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Perdagangan* Metodologi pemeringkatan ini menjelaskan pendekatan ICRA Indonesia dalam menganalisis risiko bisnis dan

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Farmasi*

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Farmasi* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Mei 2015 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Farmasi* Tinjauan sekilas Sektor farmasi di Indonesia telah tumbuh dua digit sejak tahun 2009 didorong oleh permintaan

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Jasa Perminyakan*

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Jasa Perminyakan* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Maret 2015 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Jasa Perminyakan* Latar Belakang Industri minyak dan gas telah mengalami perubahan dramatis baik di pasar domestik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities,

BAB I PENDAHULUAN. modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang penelitian Pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-38/PM/1996 TENTANG LAPORAN TAHUNAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL,

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-38/PM/1996 TENTANG LAPORAN TAHUNAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL, KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-38/PM/1996 TENTANG Peraturan Nomor VIII.G.2 LAPORAN TAHUNAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL, Menimbang : bahwa dengan berlakunya Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan*

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Januari 2014 Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan* Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang terkuat dan kaya akan tujuan wisata di seluruh wilayah

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Pertambangan Batubara*

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Pertambangan Batubara* ICRA Indonesia Rating Feature January 2011 Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Pertambangan Batubara* Ikhtisar Indonesia tercatat sebagai salah satu produsen batubara terbesar, eksportir batubara terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah pasar modal. Pasar modal efektif

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah pasar modal. Pasar modal efektif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu sektor yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah pasar modal. Pasar modal efektif digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Tbk dari tahun 2002 hingga tahun 2004 dengan menggunakan metode analisis horizontal

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Tbk dari tahun 2002 hingga tahun 2004 dengan menggunakan metode analisis horizontal BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap neraca dan laporan laba-rugi PT Astra Otoparts Tbk dari tahun 2002 hingga tahun 2004 dengan menggunakan metode analisis horizontal

Lebih terperinci

DAFTAR ITEM PENGUNGKAPAN WAJIB DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA

DAFTAR ITEM PENGUNGKAPAN WAJIB DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA DAFTAR ITEM PENGUNGKAPAN WAJIB DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA PENGUNGKAPAN WAJIB No Item Point Item Pengungkapan Checklist 1. Ketentuan umum Laporan tahunan wajib disajikan dalam bahasa Indonesia. Dalam hal

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan*

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Januari 2015 Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Perhotelan* Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang terkuat dan kaya akan tujuan wisata di seluruh wilayah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Neraca Konsolidasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk

Lampiran 1. Neraca Konsolidasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Lampiran 1. Neraca Konsolidasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk L1 ASET PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2008, 2009, DAN 2010 Periode Analisis Horizontal

Lebih terperinci

JUMLAH AKTIVA

JUMLAH AKTIVA NERACA 31 DESEMBER 2007 AKTIVA AKTIVA LANCAR Kas dan bank 3 866.121.482 3.038.748.917 Piutang usaha - bersih Hubungan istimewa 2b, 2c, 4, 5, 8 2.635.991.416 328.548.410 Pihak ketiga - setelah dikurangi

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perbankan

Metodologi Pemeringkatan untuk Perbankan Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Desember 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Perbankan Peringkat ICRA Indonesia menilai risiko kredit dari bank yang merupakan fungsi dari risiko bisnis dan risiko keuangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. keuangan, jadi laporan keuangan merupakan suatu ringkasan transaksi yang

BAB II LANDASAN TEORI. keuangan, jadi laporan keuangan merupakan suatu ringkasan transaksi yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Laporan Keuangan Hasil akhir dari proses pencatatan akuntansi disebut dengan laporan keuangan, jadi laporan keuangan merupakan suatu ringkasan transaksi yang dilakukan

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Pertambangan Batubara*

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Pertambangan Batubara* ICRA Indonesia Rating Feature Oktober 2013 Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Pertambangan Batubara* Ikhtisar Indonesia tercatat sebagai salah satu produsen batubara terbesar dan ekportir batubara thermal

Lebih terperinci

Rasio Lancar. Rasio Lancar 2.75

Rasio Lancar. Rasio Lancar 2.75 1. Likuiditas Perusahaan 2009 2010 2011 2012 Rasio Lancar 2.35 2.43 2.75 2.8 Rasio Cepat 1.5 1.6 1.76 1.82 Periode penagihan rata-rata 34.15 42.26 41.13 45.4 Perputaran piutang usaha 10.69 8.64 8.88 8.04

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir suatu proses kegiatan pencatatan akuntansi yang merupakan suatu

Lebih terperinci

MAKALAH ANALISIS LAPORAN KEUANGAN ANALISIS ARUS KAS

MAKALAH ANALISIS LAPORAN KEUANGAN ANALISIS ARUS KAS MAKALAH ANALISIS LAPORAN KEUANGAN ANALISIS ARUS KAS Disusun oleh : Danar Nurtyaga Prasanna Danny Ariesta Nur Ardianto Herlin Amahorseya FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI. Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit)

PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI. Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit) PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit) DAFTAR ISI Halaman Surat Pernyataan Direksi Laporan Auditor Independen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh agen pemeringkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh agen pemeringkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa kini banyak peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh agen pemeringkat masuk kedalam kategori perusahaan yang layak dijadian tempat investasi oleh investor.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana. Pasar modal dapat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana. Pasar modal dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahan membutuhkan dana untuk menjalankan kegiatannya, dana tersebut dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu berasal dari intern perusahaan dan dari ekstern

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan distribusi guna memenuhi kebutuhan ekonomis manusia. Kegiatan produksi

BAB I PENDAHULUAN. dan distribusi guna memenuhi kebutuhan ekonomis manusia. Kegiatan produksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah melakukan produksi dan distribusi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO 1. Risiko Keuangan Dalam menjalankan usahanya Perseroan menghadapi risiko yang dapat mempengaruhi hasil usaha Perseroan apabila tidak di antisipasi dan dipersiapkan penanganannya dengan baik. Kebijakan

Lebih terperinci

Penyusunan Prospektus Penawaran Umum Terbatas Dalam Rangka Penerbitan HMETD

Penyusunan Prospektus Penawaran Umum Terbatas Dalam Rangka Penerbitan HMETD Penyusunan Prospektus Penawaran Umum Terbatas Dalam Rangka Penerbitan HMETD Oleh: Genio Atyanto Equity Tower 49th Floor, Jalan Jenderal Sudirman, Kav. 52-53 P / +62 21 2965 1262 SCBD, Jakarta 12190, indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero)

ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero) ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero) I. Pendahuluan PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) merupakan penyedia listrik utama di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah berkepentingan menjaga kelayakan

Lebih terperinci

RESEARCH REPORT: PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN MULTIFINANCE. by INFOVESTA

RESEARCH REPORT: PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN MULTIFINANCE. by INFOVESTA RESEARCH REPORT: PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN MULTIFINANCE by INFOVESTA TUJUAN PENILAIAN MANAJEMEN INVESTOR REGULATOR Evaluasi terhadap kinerja Perseroan pada periode tertentu Kebutuhan analisis dan pengambilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting. Pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang memiliki. kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana dengan cara

I. PENDAHULUAN. penting. Pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang memiliki. kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana dengan cara 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian dunia yang semakin maju menjadikan peran pasar modal semakin penting. Pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang memiliki kelebihan dana dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan merupakan suatu unit kegiatan tempat kerja sama yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan merupakan suatu unit kegiatan tempat kerja sama yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu unit kegiatan tempat kerja sama yang menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau konsumen. Dalam berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut melalui suatu analisis yang dapat dijadikan pedoman untuk menilai

BAB I PENDAHULUAN. tersebut melalui suatu analisis yang dapat dijadikan pedoman untuk menilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi di suatu Negara dapat dilihat dan diukur dari kinerja perusahaan, yaitu melihat perkembangan dan pertumbuhan perusahaan tersebut melalui

Lebih terperinci

30-Jun-17 Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah. Jawa Bali Sumatera Kalimantan Sulawesi Lainnya Total

30-Jun-17 Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah. Jawa Bali Sumatera Kalimantan Sulawesi Lainnya Total Tabel 1.1 : Pengungkapan Risiko Kredit - Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank secara Individual Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah Jawa Bali Sumatera Kalimantan Sulawesi Lainnya Total (1) (2) (3)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pasar keuangan Indonesia. Memobilisasi dana masyarakat untuk investasi,

BAB I PENDAHULUAN. dalam pasar keuangan Indonesia. Memobilisasi dana masyarakat untuk investasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu sektor yang memainkan peran dominan dalam pasar keuangan Indonesia. Memobilisasi dana masyarakat untuk investasi, selain melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan usaha yang kompetitif. Menghadapi persaingan tersebut, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. persaingan usaha yang kompetitif. Menghadapi persaingan tersebut, perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Melihat perkembangan dunia usaha yang banyak bermunculan dan tumbuh dengan semakin cepat, hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya suatu persaingan usaha

Lebih terperinci

POKOK POKOK PERUBAHAN ISI PROSPEKTUS HMETD

POKOK POKOK PERUBAHAN ISI PROSPEKTUS HMETD SOSIALISASI PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAMBAHAN MODAL PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN MEMBERIKAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU Jakarta,

Lebih terperinci

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan Bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan ini

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan Bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan ini LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASI Per (Tidak Diaudit) ASET 31 Desember 2010 ASET LANCAR Kas dan Setara Kas Piutang Usaha Pihak Ketiga Piutang Lainlain Pihak Ketiga Persediaan Bersih Biaya Dibayar di

Lebih terperinci

Pertemuan 13 Penyusunan Anggaran Kas Disarikan dari Yusnita, Wenny dan sumber2 relevan lainnya

Pertemuan 13 Penyusunan Anggaran Kas Disarikan dari Yusnita, Wenny dan sumber2 relevan lainnya Pertemuan 13 Penyusunan Anggaran Kas Disarikan dari Yusnita, Wenny dan sumber2 relevan lainnya Beberapa istilah anggaran kas Anggaran Kas disebut juga sebagai: o Anggaran Perubahan Kas o Anggaran Penggunaaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis laporan keuangan atas laporan keuangan tahunan PT Indosat Tbk tahun 2004-2008, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Laporan Keuangan 1) Pengertian Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:1), laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.

Lebih terperinci

Risiko Kredit Tabel 1 : Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank Secara Individu

Risiko Kredit Tabel 1 : Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank Secara Individu Tabel 1 : Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank Secara Individu Kategori Portofolio Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah Jakarta Bandung Surabaya Semarang Medan Makassar Kalimantan Total

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF Tipri Rose Kartika. ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT SEPATU SATA DALAM RANGKA PENGEMSANGAN USAHA. Dibawah bimbingan DJONI TANOPRUWITO dan HARIANTO PT Sepatu Bata adalah perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. signifikan, hal ini ditandai dengan diterbitkannya paket-paket deregulasi

BAB I PENDAHULUAN. signifikan, hal ini ditandai dengan diterbitkannya paket-paket deregulasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Industri perbankan di Indonesia telah mengalami perkembangan yang signifikan, hal ini ditandai dengan diterbitkannya paket-paket deregulasi keuangan, moneter dan

Lebih terperinci

ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI

ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI PENGENALAN ASET LANCAR aset lancar merupakan sumber daya atau klaim atas sumber daya yang langsung dapat diubah menjadi kas, biasanya dalam jangka waktu siklus operasi perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu kegiatan menggunakan dana (fungsi investasi) dan kegiatan mencari sumber

BAB I PENDAHULUAN. yaitu kegiatan menggunakan dana (fungsi investasi) dan kegiatan mencari sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedudukan manajemen keuangan dalam perusahaan merupakan pelaksana dari fungsi keuangan perusahaan. Fungsi keuangan yang utama meliputi dua hal yaitu kegiatan menggunakan

Lebih terperinci

Risiko Kredit Tabel 1 : Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank Secara Individu

Risiko Kredit Tabel 1 : Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank Secara Individu Tabel 1 : Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank Secara Individu Kategori Portofolio Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah JAKARTA BANDUNG SURABAYA SEMARANG MEDAN MAKASSAR KALIMANTAN Total

Lebih terperinci

Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai

Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Banking Accounting 2015-12-11 Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai Arumsarri, Yoshe STIE

Lebih terperinci

Risiko Kredit Tabel 1 : Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank Secara Individu

Risiko Kredit Tabel 1 : Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank Secara Individu Tabel 1 : Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank Secara Individu Kategori Portofolio Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah JAKARTA BANDUNG SURABAYA SEMARANG MEDAN MAKASSAR KALIMANTAN Total

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan a. Pengertian Laporan keuangan adalah laporan yang berisikan informasi yang berguna bagi pihak internal dan eksternal perusahaan. Laporan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Melihat situasi politik ekonomi yang terjadi saat ini, perkembangan perusahaan banyak mengalami hambatan. Keadaan ini mengharuskan pimpinan

Lebih terperinci

ANALISA DAN PEMBAHASAN MANAJEMEN

ANALISA DAN PEMBAHASAN MANAJEMEN ANALISA DAN PEMBAHASAN MANAJEMEN Kinerja Unit Usaha Secara umum, kinerja unit-unit usaha Perseroan selama tahun 2014 baik, yang secara konsolidasi kinerja Perseroan mengalami peningkatan dibandingkan tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kebutuhan informasi. Informasi yang dibutuhkan salah satunya berupa informasi

BAB I PENDAHULUAN. dari kebutuhan informasi. Informasi yang dibutuhkan salah satunya berupa informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap entitas usaha, baik badan hukum maupun perseorangan, tidak dapat terlepas dari kebutuhan informasi. Informasi yang dibutuhkan salah satunya berupa informasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto,

Lebih terperinci

KRITERIA PENILAIAN ANNUAL REPORT AWARD 2008

KRITERIA PENILAIAN ANNUAL REPORT AWARD 2008 KRITERIA PENILAIAN ANNUAL REPORT AWARD 2008 Kriteria penilaian ini dibagi menjadi 8 klasifikasi: 1. Umum: Bobot keseluruhan untuk klasifikasi ini sebesar 2% 2. Ikhtisar Data Keuangan Penting: Bobot keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Pada era sekarang ini para pemilik modal dapat memilih berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Pada era sekarang ini para pemilik modal dapat memilih berbagai BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Pada era sekarang ini para pemilik modal dapat memilih berbagai alternatif untuk menginvestasikan modalnya. Dana yang tersedia dapat disimpan dalam bentuk

Lebih terperinci

RISIKO KREDIT 1. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank secara Individu

RISIKO KREDIT 1. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank secara Individu RISIKO KREDIT 1. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank secara Individu Tagihan bersih berdasarkan wilayah Kategori Portofolio Kalimantan & Central Java East Java & Bali Jakarta Sumatera

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR IX.B.1 : PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK

PERATURAN NOMOR IX.B.1 : PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK PERATURAN NOMOR IX.B.1 : PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-49/PM/1996, Tanggal 17 Januari 1996 Suatu Pernyataan Pendaftaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pemegang saham dan hutang. Menurut sifatnya ada dua macam tipe

BAB I PENDAHULUAN. dari pemegang saham dan hutang. Menurut sifatnya ada dua macam tipe BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada saat melakukan operasional usahanya, perusahaan membutuhkan dana operasional untuk membiayai usahanya. Semakin besar dana yang dimiliki perusahaan, maka semakin

Lebih terperinci

ANALISIS DANA DAN ARUS KAS

ANALISIS DANA DAN ARUS KAS MANAJEMEN KEUANGAN II[TYPE THE COMPANY NAME] ANALISIS DANA DAN ARUS KAS Rowland Bismark Fernando Pasaribu UNIVERSITAS GUNADARMA PERTEMUAN 02 EMAIL: rowland dot pasaribu at gmail dot com ANALISIS DANA DAN

Lebih terperinci

Pengungkapan Permodalan dan Informasi Kuantitatif Eksposur Risiko PT. PRIMA MASTER BANK (Sesuai SE OJK Nomor 43/SEOJK.03/2016)

Pengungkapan Permodalan dan Informasi Kuantitatif Eksposur Risiko PT. PRIMA MASTER BANK (Sesuai SE OJK Nomor 43/SEOJK.03/2016) Pengungkapan Permodalan dan Informasi Kuantitatif Eksposur Risiko PT. PRIMA MASTER BANK (Sesuai SE OJK Nomor 43/SEOJK.03/2016) Tabel 1. Pengungkapan Kuantitatif Struktur Permodalan Bank Umum KOMPONEN MODAL

Lebih terperinci

Pengungkapan Permodalan dan Informasi Kuantitatif Eksposur Risiko PT. PRIMA MASTER BANK (Sesuai SE OJK Nomor 43/SEOJK.03/2016)

Pengungkapan Permodalan dan Informasi Kuantitatif Eksposur Risiko PT. PRIMA MASTER BANK (Sesuai SE OJK Nomor 43/SEOJK.03/2016) Pengungkapan Permodalan dan Informasi Kuantitatif Eksposur Risiko PT. PRIMA MASTER BANK (Sesuai SE OJK Nomor 43/SEOJK.03/2016) Tabel 1. Pengungkapan Kuantitatif Struktur Permodalan Bank Umum KOMPONEN MODAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Keadaan perekonomian suatu negara yang seringkali mengalami pasang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Keadaan perekonomian suatu negara yang seringkali mengalami pasang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keadaan perekonomian suatu negara yang seringkali mengalami pasang surut merupakan salah satu faktor yang mendorong ketidakpastian yang terjadi dalam perkembangan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 77 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 77 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 77 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /SEOJK.05/2016 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /SEOJK.05/2016 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /SEOJK.05/2016 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN - 1 - PEDOMAN PENILAIAN KUALITAS PIUTANG PEMBIAYAAN 1. Kemampuan Ketersediaan

Lebih terperinci

Analisa Laporan Keuangan. Informasi Kondisi Keuangan Perusahaan

Analisa Laporan Keuangan. Informasi Kondisi Keuangan Perusahaan Analisa Laporan Keuangan Informasi Kondisi Keuangan Perusahaan Macam Laporan Keuangan Neraca (Balance Sheet) Laporan Rugi-Laba (Income Statement) Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement) Laporan Perubahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di perusahaan yang berskala nasional yaitu PT.Cipta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di perusahaan yang berskala nasional yaitu PT.Cipta BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Jadwal Penelitian Penelitian ini dilakukan di perusahaan yang berskala nasional yaitu PT.Cipta Graha Sejahtera yang beralamat di Jalan Kendal No. 4 A-B, Menteng

Lebih terperinci

9 31 Desember 2009 Unit Kontrol Tabel 1.a Pengungkapan Kuantitatif Struktur Permodalan Bank Umum (dalam Jutaan Rupiah) KOMPONEN MODAL Posisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Sebuah perusahaan pastilah memerlukan pencatatan keuangan atas transaksi-transaksi bisnis yang telah dilakukan agar perusahaan

Lebih terperinci

Lampiran I Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/28/DPNP tanggal 31 Juli 2013 Perihal Penilaian Kualitas Aset Bank Umum PENETAPAN KUALITAS KREDIT

Lampiran I Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/28/DPNP tanggal 31 Juli 2013 Perihal Penilaian Kualitas Aset Bank Umum PENETAPAN KUALITAS KREDIT Lampiran I Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/28/DPNP tanggal 31 Juli 2013 Perihal Penilaian Kualitas Aset Bank Umum PENETAPAN KUALITAS KREDIT PROSPEK USAHA Potensi pertumbuhan usaha memiliki potensi pertumbuhan

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DENGAN METODE COMMON SIZE PADA PT. HOLCIM INDONESIA Tbk.

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DENGAN METODE COMMON SIZE PADA PT. HOLCIM INDONESIA Tbk. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DENGAN METODE COMMON SIZE PADA PT. HOLCIM INDONESIA Tbk. Nama : Syarif Saefullah NPM : 26210788 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Silvia Avira SE.,MM. bab1 Latar Belakang Banyak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 99 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Setelah dilakukan penghitungan dan analisis terhadap kinerja keuangan PT. MCP, maka pada bab ini akan diberikan kesimpulan dari pembahasan dan analisis diatas serta saran-saran

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN. Budi Sulistyo

LAPORAN KEUANGAN. Budi Sulistyo LAPORAN KEUANGAN Budi Sulistyo LAPORAN KEUANGAN Laporan yang menunjukkan aktivitas perusahaan sehari - hari Laporan yang memberikan informasi tentang kebutuhan dana perusahaan untuk beroperasi Laporan

Lebih terperinci

Analisis Kredit. Analisa Laporan Keuangan Kelas CA. Nadia Damayanti Ranita Ramadhani

Analisis Kredit. Analisa Laporan Keuangan Kelas CA. Nadia Damayanti Ranita Ramadhani Analisis Kredit Analisa Laporan Keuangan Kelas CA Nadia Damayanti 115020300111008 Ranita Ramadhani 115020300111037 ANALISIS KREDIT LIKUIDITAS DAN MODAL KERJA Likuiditas adalah kemampuan untuk mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi para investor dan salah satu sumber dana bagi perusahaan (emiten). Pasar

BAB I PENDAHULUAN. bagi para investor dan salah satu sumber dana bagi perusahaan (emiten). Pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran pasar modal merupakan suatu hal yang penting dalam dunia perekonomian, karena pasar modal dapat berfungsi sebagai alternatif investasi bagi para investor

Lebih terperinci

PT. Bank Mayapada Internasional Tbk

PT. Bank Mayapada Internasional Tbk Tabel 1.1 Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah Bank secara Individual Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah Wilayah 1 Wilayah 2 Wilayah 3 Wilayah 4 Wilayah 5 Wilayah 6 Total (1) (2) (3) (4) (5)

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya yang dilakukan penulis pada bab IV, hasil penelitian pada PT Adira Dinamika Multi Finance, Tbk dapat disimpulkan sebagai berikut :

Lebih terperinci

30 Juni 31 Desember

30 Juni 31 Desember LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN 30 Juni 2012 dan 31 Desember 2011 30 Juni 31 Desember ASET ASET LANCAR Kas dan setara kas 73102500927 63710521871 Investasi 2072565000 1964636608 Piutang usaha - setelah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya sehingga dapat digunakan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya sehingga dapat digunakan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LAPORAN KEUANGAN 1. Pengertian Laporan Keuangan Akuntansi adalah proses identifikasi, pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan,

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN LAPORAN KEUANGAN PENGGUNA LAPORAN KEUANGAN PENGGUNA LAPORAN KEUANGAN ADALAH ANTARA LAIN : 1. INVESTOR 2. KREDITOR 3. PEMASOK 4. KREDITOR USAHA LAIN 5. PELANGGAN 6. PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar maupun kecil, ataupun bersifat profit motif maupun non-profit motif akan

BAB I PENDAHULUAN. besar maupun kecil, ataupun bersifat profit motif maupun non-profit motif akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana kita ketahui bahwa bidang keuangan merupakan bidang yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Baik dalam perusahaaan yang berskala besar maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan posisi keuangan mempunyai arti yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan posisi keuangan mempunyai arti yang sangat penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan posisi keuangan mempunyai arti yang sangat penting bagi perusahaan. Untuk melihat sehat tidaknya suatu perusahaan tidak hanya dapat dinilai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dalam dunia usaha yang semakin ketat menuntut perusahaan perusahaan sejenis untuk terus mengembangkan skala usahanya. Dalam menghadapi persaingan ini perusahaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../SEOJK.05/2015 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../SEOJK.05/2015 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../SEOJK.05/2015 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN - 2 - PEDOMAN PENILAIAN KUALITAS PIUTANG PEMBIAYAAN 1. Kemampuan Ketersediaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas menurut Anoraga (1997:300) adalah menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

Lebih terperinci