Perbaikan Format Penilaian Mahasiswa. Format Penilaian Mahasiswa. Pengaturan Produksi BAB V HASIL ANALISA. 5.1 Improvement

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perbaikan Format Penilaian Mahasiswa. Format Penilaian Mahasiswa. Pengaturan Produksi BAB V HASIL ANALISA. 5.1 Improvement"

Transkripsi

1 BAB V HASIL ANALISA 5.1 Improvement Dalam improvement yang akan dilakukan penulis ini berdasarkan dari permasalahan yang ada dan tindakan yang nantinya diperbaiki sesuai dengan akar permasalahan yang akan diselesaikan terlebih dahulu. Yang mana dapat dilihat dari bagan pohon dibawah ini. Perbaikan Pengaturan Produksi Format Penilaian Mahasiswa Gambar 5.1 Skema perbaikan Dari bagan pohon diatas tindakan perbaikan yang nantinya dilakukan terdiri dari dua poin utamaa yaitu mengenai pengaturan produksi dan format penilaian mahasiswa Format Penilaian Mahasiswa Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kecepatan yang dilakukan oleh mahasiswa dalam proses permesinan benda kerja produksi. Dengan ketentuan-ketentuan seperti yang ditunjukan dibagian bawah ini. 58

2 Input Gambar 5.2 Skema Format penilaian mahasiswa Proses Output Mahasiswa Raw material Tingkat 2 Pendidikan teknik Pengoperasian mesin produksi Mahasiswa yang memiliki kompetensi dibidang manufaktur Barang produksi yang berkualitas dan tidak reject Dari skema diatas menunjukan flow dari proses transformasi dari input menjadi outpu yang mana dalam skema itu dijelaskan bahwa input yang diolah yaitu mahasiswa dan raw material. Dimana pada divisi tingkat 2 semua input tadi diolah melalui proses pendidikan dan pengajaran teknik bagi mahasiswa serta pengoperasian mesin yang mana hal ini bertujuan agar mahasiswa dapat menerapkan langsungg proses produksi dengan mengerjakan atau membuat barang produksi ayng berasal dari raw material yang diolah. Sehingga dari output yang dihasilkan dapat di simpulkan bahwa akan dihasilkan mahasiswaa yang memiliki kompetensi yang baik dalam hal teknik manufaktur serta produk berupa barang produksi yang dihasilkan tanpa terjadinya reject. Tingkat 2 Produk Mahasiswa Barang produksi Gambar 5.3 Flow penialaian Produk Tingkat 2 Sehingga secara garis besar bahwa di tingkat 2 produk yang dihasilkan berupa mahasiswa dan barang produksi. 1. Produk berupa mahasiswa 59

3 Manajemen operasi yang sudah dilakukan pada tingkat 2 mengenai produk yang berupa mahasiswa masih relatif kurang mendetail dalam penilaian. Hal ini terlihat dengan format penilaian yang masih terlalu luas kajiannya sedangkan dari segi barang produksi sudah tidak menjadi masalah yang besar. Oleh karena itu fokus dari perbaikan ini cenderung kearah mahasiswa, agar didapat penilaian yang se objektif mungkin sehingga didapat mahasiswa yang lebih berkualitas dengan sistem penilaian yang bagus serta benda kerja yang dihasilkan tidak reject. Tingkat 2 Mahasiswa Nilai Tingkat 2 Ujian Praktek Proyek Kompetensi Benda Produksi Produksi Benda Produksi Gambar 5.4 Skema Penilaian Total Mahasiswa Dari skema diatas didapat bahwa mahasiswa tingkat 2 mendapat 3 yaitu nilai ujian praktek, nilai kompetensi dan nilai produksi. 1. Untuk nilai ujian praktek berdasarkan dari proyek yang ditentukan oleh pihak akademi. 2. Nilai kompetensi Nilai yang didapat dari pengerjaan suatu barang produksi yang sesuai dengan kriteria kompetensi yang harus dikuasai oleh mahasiswa tingkat 2. 60

4 Jadi apabila dilihat dari sudut pandang produksi nilai kompetensi ini sangat membantu karena barang yang dikerjakan merupakan barang produksi dengan tuntutan yang diberikan melebihi dari tuntutan produksi. Maksudnya dari segi ukuran dimensi lebih dibuat presisi dan tuntutan kehalusan maupun performance lebih ditingkatkan dari tuntutan produksi yang sesungguhnya. Sehingga hal ini dapat membuat barang produksi tersebut lebih baik dari segi kualitasnya sehingga tingkat reject benda kerja dapat diminimalisir. Berikut adalah skema dari kriteria atau kompetensi yang akan dinilaikan pada mahasiswa dalam bentuk diagram pohon. 61

5 Blocking Drilling Reaming Pocket Manual Kesejajaran Kesikuan Chamfer Tap Dial Melingkar Nilai Kompetensi Deburr Blocking Drilling Reamer Boring NC Pocket Chamfer Tap Dial Melingkar Deburr Gambar 5.5 Skema Penilaian Kompetensi 62

6 Keterangan : a. Blocking : merupakan proses permesinan dengan menggunakan mesin milling yang bertujuan untuk meratakan 6 bidang pada benda kerja yang dikerjakan. b. Boring : merupakan proses permesinan dengan prinsip memperbesar lubang pada benda kerja, untuk proses milling biasanya menggunakan boring tool. c. Drilling : proses permesinan yang membuat lubang pada benda kerja. d. Reaming : proses permesinan yang membuat lubang yang presisi tapi dengan menggunakan tool yang bernama reamer, yang mana sebelum tool ini digunakan benda kerja tersebut harus sudah mempunyai awalan lubang sesuai dengan standar pre drill reamer yang akan dibuat. e. Pocket : proses permesinan yang membuat kolam / kontur yang menjorok kedalam pada bagian benda kerja. f. Kesejajaran : selisih kerataan atau paralelitas dari 2 bidang yang diukur dari tepi, tengah dan ujung. g. Kesikuan : selisih ketegak lurusan dari 2 bidang yang membentuk sudut 90 derajat. h. Chamfer : suatu profil yang terbentuk dari 2 bidang yang membentuk sudut ( 45º, 30º, 60º) i. Tapping : proses pembuatan profil ulir dalam denganh menggunakan alat yang disebut tap 63

7 j. Dial melingkar : proses pencarian titik sumbu / referensi dari sebuah lubang. k. Deburr : proses penghilangan scrap / bagian tajam dari proses permesinan. Peraturan bagi mahasiswa dalam kompetensi sebagai berikut : 1. Kompetensi hanya dilakukan sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh instruktur 2. Kompetensi merupakan tanggung jawab pribadi mahasiwa sehingga mahasiswa dituntut lebih aktif 3. Jadwal kompetensi tidak dapat diulang pada minggu yang sama, akan tetapi dapat diatur kembali sesuai kebijakkan instruktur milling 4. Hanya disediakan satu mesin untuk kompetensi 5. Karena point 4 maka mahasiswa pada shift 1 yang belum mengikuti kompetensi pada hari itu wajib menunggu sampai jam begitu dengan shift 2 6. Pengggunaan tool dalam kompetensi bebas asalkan tool tersebut ada dalam kamar alat / tool making apabila diijinkan oleh instruktur milling 7. Perhitungan waktu mulai dan mengakhir waktu kompetensi hanya dilakukan oleh instruktur 8. Lembar penilaian kompetensi 64

8 Blocking (full program) Khusus Khusus Khusus Kompetensi Milling tingkat 2 Nama : Nc NIM : Kelas : Objective Performance Champer Objective Ukuran Tol. Aktual Nilai Kehalusan Nilai Ukuran Tol. Aktual Nilai Kehalusan Nilai Performance Final Point Est Aktual Reaming Drilling (full program) Objective Performance X Ukuran Tol. Aktual Nilai Kehalusan Nilai Y X 4 Iso Y 10 Depth 10 Est Aktual Objective Performance Ukuran Tol. Aktual Nilai Kehalusan Nilai Est Aktual Est Aktual Taping Objective Performance Boring Ukuran Tol. Aktual Nilai Kehalusan Nilai Objective Performance Tap Ukuran Tol. Aktual Nilai Kehalusan Nilai Depth iso khusus Est Aktual Est Aktual Poket / sloting (full program) Objective Performance Ukuran Tol. Aktual Nilai Kehalusan Nilai X Y Depth Debur Dial Melingkar Qty Est Aktual Qty Est Aktual Est Aktual Objektif point : Jumlah nilai objective / Jumlah proses yang di kerjakan Est. Total : Est. Aktual Total Subjektif point : Jumlah nilai subjective / jumlahproses yang di kerjakan : Selisih Est. Nilai total sebelum penambahan atau pengurangan estimmasi = (0.7 x ) + (0.3 x Nilai Performance) Nilai akhir 5.6 Lembar penilaian kompetensi milling tk 2 Nc 65

9 Kompetensi Milling tingkat 2 Nama : Manual NIM : Kelas : Blocking Khusus Khusus Khusus Reaming Objective Performance Objective Performance Ukuran Tol. Aktual Nilai Kehalusan Nilai Ukuran Tol. Aktual Nilai Kehalusan Nilai X Y Iso Est Aktual Est Aktual Drilling X Y Depth Taping Objective Performance Objective Performance Ukuran Tol. Aktual Nilai Kehalusan Nilai Ukuran Tol. Aktual Nilai Kehalusan Nilai Tap Depth Est Aktual Est Aktual Kesikuan Poket / sloting Objective Performance Ukuran Tol. Aktual Nilai Kehalusan Nilai X X Y Y Depth Depth Objective Ukuran Tol. Aktual Nilai Kesejajaran Est Aktual Qty Est Aktual Champer Nilai Total Objective Performance Ukuran Tol. Aktual Nilai Kehalusan Nilai Debur Dial Melingkar Qty Est Aktual Qty Est Aktual Est Aktual Objektif point : Jumlah nilai objective / Jumlah proses yang di kerjakan Est. Total : Est. Aktual Total Subjektif point : Jumlah nilai subjective / jumlahproses yang di kerjakan : Selisih Est. Nilai total sebelum penambahan atau pengurangan estimmasi = (0.7 x ) + (0.3 x Nilai Performance) = Nilai akhir 5.7 Lembar penilaian kompetensi milling tk 2 Konvensional 66

10 3. Nilai produksi Nilai produksi merupakan nilai harian mahasiswa saat mahasiswa mengerjakan barang produksi. Karena produksi yang dikerjakan bersifat job order maka setiap mahasiswa dapat dipastikan akan mengerjakan barang produksi yang berbeda-beda. Oleh karena itu untuk menilai mahasiswa se objektif mungkin dibuatlah kriteria penilaian sebagai berikut yang dijelakan dalam diagram pohon. 67

11 ISO Kualitas Ukuran Khusus Umum Over time Kecepatan Estimasi Pass Nilai Produksi Performance Cacat Produk Surface Quality Short time Inisiatif Sikap Tanggung Jawab Kebersihan Safety Proses Permesinan Penggunaan Alat Potong Gambar 5.8 Skema Penilaian Produksi 68

12 Keterangan : a. Kualitas : kesesuain ukuran antara ukuran yang dibuat dengan ukuran yang diminta pada sebuah gambar kerja. b. Ukuran ISO : merupakan ukuran dengan toleransi standar yang dipakai diseluruh dunia. c. Ukuran Khusus : merupakan ukuran dengan toleransi yang diinginkan oleh design sesuai fungsi dari produk tersebut. d. Ukuran umum : merupakan ukuran dengan toleransi lebih besar dari toleransi ISO maupun khusus. e. Kecepatan : kesuaian estimasi yang diinginkan dengan estimasi yang dikerjakan. f. Estimasi : waktu yang diberikan untuk pengerjaan produk dalam proses permesinan. g. Performance : tampilan dari produk yang dihasilkan h. Cacat produk : goresan / deformasi produk akibat proses permesinan. i. Surface quality : kehalusan permukaan Peraturan bagi mahasiswa dalam produksi sebagai berikut : 1. Mahasiswa wajib mengambil lembar pantauan aktivitas sebelum melakukan proses permesinan 2. Pengisisan lembar pantauan produksi harus sesuai dengan contoh yang telah dipublikasikan 69

13 3. Apabila penulisan lembar pantauan produksi tidak sesuai dengan contoh maka aktivitas yang dilakukan mahasiswa tersebut tidak akan dinilai karena kurang lengkapnya data yang diminta dalam lembar pantauan tersebut. 4. Sebelum melakukan proses permesinan, maka mahasiswa harus meminta estimasi pengerjaan kepada instruktur, apabila hal ini tidak dilakukan oleh mahasiswa maka aktivitas yang sudah dilakukan oleh mahasiswa tersebut tidak akan dinilai. Tabel 5.9 Tabel Aturan Dalam Penilaian Produksi No Komponen Penilaian Produksi Bobot Point 1 Kualitas Kecepatan Performance Sikap Safety No Aturan dalam Penilaian Kualitas Point 1 Semua bobot nilai untuk ukuran ISO, Khusus, 10 1 dan umum sama 2 Estimasi untuk pengerjaan ukuran ISO (±0.02) 10 1 mendapat penambahan waktu sebesar 30 dari estimasi yang telah ditentukan 3 Estimasi untuk pengerjaan ukuran Khusus 10 1 diatas (±0.05) mendapat penambahan waktu sebesar 15 dari estimasi yang telah ditentukan 4 Estimasi untuk pengerjaan ukuran Umum sesuai dengan estimasi yang telah ditentukan

14 No Aturan dalam Penilaian Kecepatan Point 1 Nilai kecepatan berbanding lurus dengan nilai 10 1 kualitas ( minimal nilai kualitas 7) 2 Apabila pengerjaan lebih cepat dari estimasi 10 1 (minimal ¾ dari estimasi) maka mendapatkan tambahan point 0,1 / 5 menit 3 Apabila pengerjaan lebih lama dari estimasi, maka akan mendapatkan pengurangan point 0,1 / 30 menit 10 1 No Aturan Penilaian Performance Berupa Cacat Point Produk 1 Banyaknya scratch pada setiap bidang benda kerja Adanya upper cut pada benda kerja Masih adanya skrap pada benda kerja Adanya dimensi tambahan pada produk Kehalusan sesuai dengan tuntutan hgambar kerja 10 1 No Aturan Penilaian Sikap Point 1 Pemahaman mahasiswa terhadapa proses permesinan Kelengkapan peralatan standar yang harus dibawa oleh mahasiswa Kreativitas dalam mengemukaan ide atau gagasan Kebersihan dari mtc setiap mesin yang digunakan Pengisisan lembar aktivitas harian

15 No Aturan Penilaian Safety Point 1 Gempil / aus / pecah Perlakuan terhadapa alat ukur Kesesuaian dalam penggunaan rpm mesin Kebersihan area kerja ketika proses permesinan Penggunaan safety attacment saat proses permesinan 6 Pelumasan Ada tidaknya trouble / permasalahan pada mesin saat atau sesudah digunakan

16 5.10 Lembar Penilaian Produksi 73

17 Dengan kriteria yang ada pada nilai kompetensi dan nilai produksi maka penilaian yang didapatkan akan lebih objektif. 2. Produk berupa barang produksi Dalam kaitannya dengan barang produksi maka perlu diketahui dahulu kapasitas mesin yang dimiliki tingkat 2, yang mana diantaranya : 1. 5 buah mesin milling konvensional 2. 3 buah mesin milling NC 3. 1 buah mesin milling CNC Karena dalam tingkat 2 ada kompetensi maka perlu diadakan mapping mengenai mesin yang digunakan untuk produksi dan kompetensi. Agar produksi berjalan dengan baik dan tepat waktu dalam penyelesaian maka diputuskan untuk kompetensi baik konvensional maupun NC digunakan 1 mesin untuk setiap kompetensinya, sehingga produksipun masih bisa berjalan dan tidak terganggu. Selain itu agar pengerjaan barang produksi berjalan baik, maka mahasiswa dituntut untuk mempelajari proses pengerjaannya dahulu diawal agar tidak terjadi kebingungan ketika di depan mesin, karena hal ini dapat mengakibatkan terbuangya banyak waktu ketika berfikir didepan mesin. Pendampingan instruktur sangatlah penting untuk menghasilkan barang produksi yang sesuai dengan tuntutan yang diminta. Sehingga disana terjadi pembicaraan 2 arah yang saling melengkapi guna mencapai hasil yang diharapkan. 74

18 1.1.2 Pengaturan produksi Dalam hal ini masalah yang mempengaruhi reject benda kerja pada section milling tingkat 2 adalah method yang digunakan oleh instruktur dalam proses pendidikan maupun pendampingan pada mahasiswa selama proses produksi berlangsung. Perbaikan dalam pengaturan produksi meliputi : a) Lembar pantauan produk yang masuk dalam tingkat 2 Lembar pantauan ini berfungsi sebagai kontrol dari setiap gambar kerja dan raw material yang datang pada section milling tingkat 2. Guna untuk mengetahui ketidak sesuaian baik dari segi dimensi dari raw material dengan ukuran gambar yang diminta. Selain itu lembar pantauan ini bisa menjadi record banyaknya benda produksi yang dikerjakan di section milling tingkat 2. Sehingga apabila terjadi over produksi lembar pantauan ini dapat sebagai pertimbangan bagi pihak PPIC dalam pemberian job tambahan pada section milling tingkat 2 ini dan juga dari pihak Instruktur tingkat 2 hal ini dapat digunakan sebagai bahan untuk mentargetkan penyelesaian benda produksi yang nantinya akan dikerjakan oleh mahasiswa dalam proses permesinan. b) Target harian yang harus tercapai setiap harinya Dalam hal ini berkaitan dengan kemampuan Instruktur dalam mengatur antara kemampuan mahasiswa dalam permesinan, penguasaan mesin serta tingkat kesulitan dari benda kerja produksi yang dikerjakan sehingga dari situ target harian yang harus dipenuhi dan diselesaikan dapat dipastikan. 75

19 c) Pengaturan letak dan penamaan dari attacment yang digunakan dengan menggunakan metode 5S yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut : 1. Seiri ( Sort ) yang meliputi : a. Memisahkan attacment milling yang masih berfungsi dan yang tidak berfungsi seperti paralel block, rotary table, arbor, dividing head, vice. b. Memisahkan scrap sesuai dengan jenisnya c. Penyimpanan barang dibedakan berdasarkan atas sering tidaknya attacment tersebut digunankan dalam hal ini semakin sering digunakan maka letak penyimpanannya lebih dekat dengan pengguna. Namun apabila jarang digunakan maka attacment tesebut disimpan ke tempat yang jauh dari pengguna. d. Membuang attacment atau barang barang yang tidak digunakan guna mengurangi pemborosan dalam hal inventori. 2. Seiton ( Stabilize, Set in order, Simplify ) yang meliputi : a. Membuat tempat penyimpanan semua attacment yang ada b. Melakukan analisa keadaan tempat kerja sehingga kegiatan yang merupakan pemborosan seperti kegiatan mencari dapat diminimasi dan dapat dihilangkan jika tempat penyimpanan alat tertata dengan rapi. c. Menentukan dimana barang / attacment itu disimpan dan menyususn ulang area penyimpanan alat agar dapat meminimalisasi waktu transportasi dan menunggu karena proses pencarian alat / attacment. d. Menentukan bagaimana menyimpan barang atau attacment untuk mendapatkan efisiensi penggunaan tempat dan keamanan. Pengambilan 76

20 peralatan yang memakan waktu proses bisa dihilangkan dengan cara menerapkan sistem penyimpanan sebagai berikut : e. Barang yang hanya dipergunakan sekali dalam waktu 6 bulan, disimpan jauh dari pengguna f. Barang yang hanya dipergunakan dalam jangka waktu 2 6 bulan terakhir dan barang yang digunakan lebih dari sebulan disimpan dibagian tengah dari tempat kerja. g. Barang yang hanya dipergunakan sekali seminggu, setiap hari, setiap jam disimpan didekat pengguna. 3. Seiso ( Shine, Sweep ) yang meliputi : a. Menjaga agar tempat kerja selalu bersih b. Pembagian area dan alokasi tanggung jawab pada masing masing mahasiswa. c. Membuat daftar yang harus dibersihkan dan urutannya. d. Membersihkan mesin merupakan salah satu langkah perawatan. 4. Seiketsu ( Standarize ) yang meliputi : a. Membuat lembar pantauan 5. Shitsuke ( Sustain, Self dicipline ) yang meliputi : a. Membuat lembar pantauan b. Tidak membiarkan scrap dari mesin berserrakan dilantai. c. Tidak meletakkan alat pendukung yang penting bercampur dengan barang barang yang tidak berguna. d. Tidak membiarkan mesin dalam keadaan kotor. 77

21 Pengaturan letak ini mempunyai tujuan untuk mempercepat dan merapikan susunan dari attacment milling yang sering digunakan. Sehingga didalam pelaksanaan proses produksi kegiatan mencari tidak membutuhkan waktu yang lama lagi dikarenakan semua attacment sudah ditata dan diberi nama agar mudah dicari. 1.2 Control Agar tindakan perbaikan dapat berjalan dengan baik dan hasil yang diinginkan dapat tercapai maka diperlukan kontrol yang baik, oleh karena itu untuk memantau jalanya proses perbaikan baik dari segi pendidikan maupun produksi maka dibuat : 1. Jadwal kompetensi 2. Prioritas barang produksi yang akan dikerjakan serta alokasi mesin yang digunakan 3. Inventaris harian 4. Lembar penerimaan gambar dan barang produksi 5. Pembuatan buku overlapping bagi mahasiswa 6. Pembuatan lembar overlapping 7. Pembuatan jadwal inti instruktur dalam pendampingan mahasiswa 1.3 Analisa sebelum penelitian Setelah dilakukan penelitian pendahuluan mengenai permasalahan yang diteliti yaitu mengenai waste defect reject barang produksi yang terjadi di ATMI Cikarang, dengan melakukan studi secara langsung dan mencari informasi mengenai produksi yang berjalan di section milling tingkat 2 dengan planner 78

22 produksi dan instruktur milling tingkat 2 dimana informasi yang didapat mengenai : 1. Proses produksi di ATMI Cikarang 2. Dasar pembagian pekerjaan yang dilakukan oleh planner 3 Flow penerimaan gambar dan barang produksi pada section milling tingkat 2 2. Proses penyelesaian barang produksi dari raw material sampai selesai dari section milling tingkat 2 3. Data reject barang produksi dari bulan Januari sampai September Metode dalam menilai mahasiswa dalam proses pembuatan barang produksi 5. Kesulitan yang dihadapi instruktur milling tingkat 2 dalam proses pembuatan barang produksi Dari data yang telah kemudian dicari akar permasalahannya dengan membuat VSM maka penulis dapat melihat kemungkinan dari semua unit kerja yang memiliki kemungkinan terjadinya reject barang produksi, dari situ kemungkinan terbesar terjadi pada unit kerja tingkat 2. Hal ini dikarenakan pada unit kerja tingkat 2 merupakan unit bagian yang mengerjakan hampir semua proses permesinan secara manual maupun proses lanjutan ke unit kerja lainnya. Dari kemungkinan unit kerja yang memiliki kemungkinan menyebabkan terjadinya reject barang produksi terbesar yang dilihat dari diagram VSM. Kemudian penulis mencari data mengenai tingkat reject yang terjadi dari bulan Januari sampai September 2012 untuk membandingkan dengan hasil yang terlihat dari diagram VSM. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa unit kerja tingkat 2 merupakan unit kerja yang paling banyak menyebabkan reject barang 79

23 produksi khususnya pada section milling dan section turning tingkat 2. Sehingga dari sini ditemukan kesamaan antara diagram VSM dan data yang ada. Dengan melakukan brainstorming dengan para instruktur tingkat 2 untuk mengetahui akar permasalahan yang menyebabkan terjadinya reject barang produksi. Dari data tersebut kemudian dibuat diagram fishbone untuk lebih tertata lagi dan mengajak para instruktur tingkat 2 untuk berperan aktif dalam peletakkan permasalahan dan penyebab permasalahan yang muncul. Dari diagram sebab akibat yang telah dibuat kemudian mencari penyebab utama yang menyebabkan terjadinya reject barang produksi diantara penyebab yang lain seperti man, method, machine dan lingkungan dengan menggunakan FMEA. Dari FMEA tersebut didapat bahwa method merupakan faktor utama yang menyebabkan reject barang produksi. 1.4 Analisa setelah penelitian Setelah didapatkan akar permasalahan melalui data yang telah dikumpulkan dan dicari dengan menggunakan diagram sebab akibat dan FMEA maka langkah selanjutnya adalah memperbaikinya. Hasil nilai RPN setelah dilakukan perbaiakn pada method yang menjadi faktor yang perlu diperbaiaki dapat dilihat seperti berikut : 80

24 Tabel 5.11 FMEA Potential Effect (S) of Faktor Failure Jenis Kegagalan Penyebab S Akibat Kegagalan Man 5 Method Proses pengerjaan 5 Reject Material benda kerja 4 Machine 4 Man 5 Pemilihan tools Method 5 untuk proses Reject Material 5 permesinan Machine 4 Man Pemilihan 5 Method attacment untuk 5 Reject Material proses 5 Machine permesinan 4 Man 5 Method Pemahaman 5 Reject Material gambar kerja 5 Machine 4 81

25 Potential Potential Effect Effect (S) of Faktor (S) of Failure O Failure D RPN Penyebab Penyebab Detektor Total Kegagalan Kegagalan Man Man 500 Method Salah proses Method 400 Visual Material pengerjaan Material 475 Machine Machine 340 Man Method Kurang paham Visual Material mengenai tool Machine Man kurang Method mengerti jenis Visual Material attacment Machine Man kurang Method mengerti Visual Material gambar teknik Machine dasar Dari nilai RPN yang didapat setelah perbaikan yaitu 400 untuk faktor method yang menjadi permasalahan dalam reject barang yang terjadi pada section milling tingkat 2. Sehingga langkah selanjutnya melakukan tindakan perbaikan yang mana dalam hal ini perbaikan yang dilakukan dalam segi pendidikan dan dalam segi produksi, yang mana perbaikan yang dilakukan sebagai berikut : 82

26 1. Pendidikan Perbaikan yang dilakukan dalam bidang pendidikan berkaitan dengan akar permasalahan yang didapat yaitu : 1. Membuat metode penilaian yang lebih obyektif guna mengurangi tingkat reject barang produksi dengan memberikan pembobotan yang sangat jauh intervalnya yaitu 10 dan 1 untuk setiap kualitas dan performance dari setiap barang produksi yang dibuat oleh mahasiswa. 2. Mengadakan kompetensi bagi mahasiswa, dimana kompetensi yang dilakukan ini mengacu pada barang produksi sesuai dengan permintaan konsumen namun toleransi yang diberikan lebih dikecilkan lagi, sehingga mahasiswa lebih hati-hati lagi dalam pengerjaan barang produksi dan menghasilkan barang produksi yang mempunyai kualitas dari segi dimensi maupun performance lebih konsisten. Hasil kompetensi mahasiswa dari bulan Oktober sampai Desember dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 5.12 Hasil Barang Kompetensi Mahasiswa Bulan Oktober Jenis Kompetensi Kompetensi (pcs) Produksi (pcs) Total (pcs) Blocking Drill Pocket Reaming Boring % Dari total barang produksi yang digunakan untuk uji kompetensi yang dilakukan oleh mahasiswa pada bulan Oktober sebanyak 81 pcs dimana 47 pcs barang produksi yang sesuai dengan tuntutan kompetensi yang dilakukan mahasiswa dan 75 pcs merupakan barang yang sesuai dengan tuntutan dari konsumen sehingga prosentase barang produksi yang tidak reject sebanyak 93 %. 83

27 Tabel 5.13 Hasil Barang Kompetensi Mahasiswa Bulan November Jenis Kompetensi Kompetensi (pcs) Produksi (pcs) Total (pcs) Blocking Drill Pocket Reaming Boring % Dari total barang produksi yang digunakan untuk uji kompetensi yang dilakukan oleh mahasiswa pada bulan Oktober sebanyak 73 pcs dimana 53 pcs barang produksi yang sesuai dengan tuntutan kompetensi yang dilakukan mahasiswa 70 pcs merupakan barang yang sesuai dengan tuntutan dari konsumen sehingga prosentase barang produksi yang tidak reject sebanyak 96 %. Tabel 5.14 Hasil Barang Kompetensi Mahasiswa Bulan Desember Jenis Kompetensi Kompetensi (pcs) Produksi (pcs) Total (pcs) Blocking Drill Pocket Reaming Boring % Dari total barang produksi yang digunakan untuk uji kompetensi yang dilakukan oleh mahasiswa pada bulan Oktober sebanyak 81 pcs dimana 48 pcs barang produksi yang sesuai dengan tuntutan kompetensi yang dilakukan mahasiswa 78 pcs merupakan barang yang sesuai dengan tuntutan dari konsumen sehingga prosentase barang produksi yang tidak reject sebanyak 96 %. Dari tabel data kompetensi diatas berisikan jenis kompetensi yang baru bisa dilaksanakan yaitu blocking, drilling, pocket, reaming dan boring hal ini di karenakan pengerjaan produksi yang sering dilakukan adalah berhubungan dengan 84

28 proses-proses tersebut. Dimana dari tabel tersebut terdiri dari kompetensi yang berisikan banyaknya barang produksi yang dikerjakan mahasiswa sebagai kompetensi yang dikatakan memenuhi kriteria kompetensi. Dan produksi berisikan banyaknya barang produksi yang dikerjakan mahasiswa untuk kompetensi yang memenuhi kriteria dari produksi dari total barang produksi dan mahasiswa yang mengerjakan pada kolom total 2. Produksi 1. Membuat lembar pantauan produksi dan alokasi mesin untuk mengerjakannya dengan tujuan agar loading barang produksi tidak menumpuk. 2. Pembuatan target harian yang harus tercapai dengan tujuan agar proses produksi dapat berjalan dengan baik dan menghindari delay waktu pengerjaan barang produksi. 3. Menerapkan 5S dalam aktivitas harian semua yang ada didalam section milling tingkat 2 yang meliputi : a. Memisahkan barang-barang attacment yang rusak dan yang masih bisa digunakan b. Menata kembali dan membuat check list attacment milling yang ada dalam mtc penyimpanan Data reject Milling tingkat 2 setelah perbaikan Bulan Reject Oktober 6 pcs November 3 pcs Desember 3 pcs Tabel 5.15 Reject Milling Tingkat 2 setelah perbaikan 85

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini dilakukan kegiatan pengumpulan dan pengolahan data yang terkait dengan materi penelitian. Dalam penelitian ini sudah ditentukan waste yang terjadi yaitu

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Hasil Pengolahan Data Untuk mencari akar penyebab masalah maka data harus dianalisa untuk menghasilkan perbaikan yang tepat. Hasil pengolahan data pada bab IV dijadikan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA. Value added time Leadtime. = 3,22jam. 30,97 jam x 100% = 10,4%

BAB V ANALISA. Value added time Leadtime. = 3,22jam. 30,97 jam x 100% = 10,4% BAB V ANALISA 5.1 Analisa Current State Value Stream Mapping (CVSM) Value stream mapping merupakan sebuah tools untuk memetakan jalur produksi dari sebuah produk yang didalamnya termasuk material dan informasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis Penelitian bersifat deskriptif yang artinya mengumpulkan data yang dibutuhkan yang dikumpulkan yang diteliti dan diolah untuk mudah dimengerti. Metode

Lebih terperinci

TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING)

TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING) TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING) Proses permesinan (machining) : Proses pembuatan ( manufacture) dimana perkakas potong ( cutting tool) digunakan untuk membentuk material dari bentuk dasar menjadi

Lebih terperinci

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1 B A B 5 1 VSM adalah suatu teknik / alat dari Lean berupa gambar yg digunakan untuk menganalisa aliran material dan informasi yg disiapkan untuk membawa barang dan jasa kepada konsumen. VSM ditemukan pada

Lebih terperinci

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #14 Ganjil 2014/2015 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #14 Ganjil 2014/2015 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI Materi #14 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI 5S Orisinal 2 6623 - Taufiqur Rachman 1 Aktivitas 5S 3 Metode untuk pengaturan tempat kerja dan pengendalian secara visual. Dipopulerkan oleh Hiroyuki Hirano

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. sebelumnya menggunakan metode OEE maka dapat disimpulkan bahwa hasil

BAB V ANALISA HASIL. sebelumnya menggunakan metode OEE maka dapat disimpulkan bahwa hasil BAB V ANALISA HASIL Berdasarkan hasil analisa dan perhitungan yang telah dilakukan di bab sebelumnya menggunakan metode OEE maka dapat disimpulkan bahwa hasil pencapain OEE setiap bulannya adalah tidak

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. lima kategori produk cacat, yaitu Filling Height, No Crown, Breakage Full, Out of Spec,

BAB V PEMBAHASAN. lima kategori produk cacat, yaitu Filling Height, No Crown, Breakage Full, Out of Spec, BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define Aktivitas proses produksi di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Semarang Plant Central java ini dianalisis menggunakan diagram SIPOC (Supplier-Input-Proccess-Output- Customer).

Lebih terperinci

Gambar 4.5 Diagram Alir Penilaian Kinerja Mesin

Gambar 4.5 Diagram Alir Penilaian Kinerja Mesin 112 Mulai Pemilihan indikator penilaian kinerja mesin Pengumpulan data indikator penilaian kinerja mesin 1. Allocated Downtime 2. Accident Lost Time Penentuan bobot dan interval penilaian kinerja mesin

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat ANALISA PENERAPAN KONSEP LEAN THINKING

KATA PENGANTAR. berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat ANALISA PENERAPAN KONSEP LEAN THINKING KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul : ANALISA

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIK KERJA BANGKU

MODUL PRAKTIK KERJA BANGKU Dr. Wagiran MODUL PRAKTIK KERJA BANGKU (Aplikasi Pendekatan Konstruktivistik Model Self Assessment) JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2011 Praktek Kerja Bangku...

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Dari data produktifitas seksi PCF berdasarkan project yang diperoleh pada project pembuatan die Pakistan, Yaris, dan D38A dapat dituangkan dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir DELAPAN LANGKAH 8. Menetapkan target 1. Menentukan tema & analisa situasi 9. Standarisasi & rencana 2. Menetapkan target 6. Evaluasi hasil 3. Analisa faktor penyebab

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

B A B I I LANDASAN TEORI

B A B I I LANDASAN TEORI B A B I I LANDASAN TEORI 2.1 Proses Manufaktur Manufaktur merupakan suatu aktivitas manusia yang mencakup semua fase dalam kehidupan. Computer Aided Manufacturing International (CAM-I) mendefinisikan manufaktur

Lebih terperinci

PERANCANGAN MODUL PEMBELAJARAN BUBUT PADA MATA KULIAH PRAKTEK PRODUKSI TINGKAT II AKADEMI TEHNIK MESIN INDUSTRI (ATMI) CIKARANG

PERANCANGAN MODUL PEMBELAJARAN BUBUT PADA MATA KULIAH PRAKTEK PRODUKSI TINGKAT II AKADEMI TEHNIK MESIN INDUSTRI (ATMI) CIKARANG PERANCANGAN MODUL PEMBELAJARAN BUBUT PADA MATA KULIAH PRAKTEK PRODUKSI TINGKAT II AKADEMI TEHNIK MESIN INDUSTRI (ATMI) CIKARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan I-1

BAB I Pendahuluan I-1 BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas menjadi salah satu faktor terpenting dalam pengambilan keputusan oleh konsumen baik dalam produk atau jasa (Monthgomery : 2009). Kepuasan konsumen

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Jenis Produk Pada Tabung Dengan Volume 47 M³ Jenis produk yang dihasilkan adalah gas dengan volume 47 m³ 4.2 Spesifikasi Gas Pada tabung bervolume 47 m³ ada bermacam-macam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya dan faktor penyebab banyaknya re-work dari proses produksi kursi pada PT. SUBUR MANDIRI, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB I PENDAHAHULUAN I.1 BAB I PENDAHAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tentunya ingin selalu meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meningkatkan hasil produksinya. Produk yang berkualitas merupakan produk yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart Mulai Survey Perusahaan Identifikasi Maslah Rumuskan Masalah Menetapkan Tujuan Pengumpulan

Lebih terperinci

DRIL I LIN I G N SEMESTER 2

DRIL I LIN I G N SEMESTER 2 Semester 2 DRILLING SEMESTER 2 PRINSIP DASAR PDefinisi Pengeboran adalah suatu proses pengerjaan pemotongan menggunakan mata bor (twist drill) untuk menghasilkan lubang yang bulat pada material logam maupun

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEKURANGAN KANBAN MANUAL DENGAN METODE 5S PADA PT. EDC BAGIAN TESTING

IDENTIFIKASI KEKURANGAN KANBAN MANUAL DENGAN METODE 5S PADA PT. EDC BAGIAN TESTING Profesionalisme Akuntan Menuju Sustainable Business Practice PROCEEDINGS IDENTIFIKASI KEKURANGAN KANBAN MANUAL DENGAN METODE 5S PADA PT. EDC BAGIAN TESTING Farahdhina Leoni 1, Oktri Mohammad Firdaus 2,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan dan perkembangan jaman merubah cara pandang konsumen dalam memilih sebuah produk yang diinginkan. Kualitas menjadi sangat penting dalam memilih produk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi dalam bidang industri khususnya di bidang manufaktur sekarang ini sangatlah pesat. Perkembangan yang pesat itu diiringi tingginya tuntutan nilai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu kunci sukses perusahaan manufaktur Jepang dalam menciptakan keunggulan operasional adalah manajemen lingkungan kerja menjadi nilai tambah yang dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Aktual Jumlah Frekuensi Cacat PT. X

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Aktual Jumlah Frekuensi Cacat PT. X BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur yang memproduksi sepatu. Sebagai salah satu perusahaan yang menghasilkan produk kelas dunia, maka kualitas

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DATA. DMAIC yaitu tahap Define dan Measure sebagai kerangka untuk mendefinisikan

BAB IV PENGUMPULAN DATA. DMAIC yaitu tahap Define dan Measure sebagai kerangka untuk mendefinisikan BAB IV PENGUMPULAN DATA Pada bab ini membahas pengumpulan data dengan langkah-langkah proses DMAIC yaitu tahap Define dan Measure sebagai kerangka untuk mendefinisikan masalah serta tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Persaingan yang terjadi di dunia industri manufaktur dalam merebut pasar pada era globalisasi ini semakin tajam. Hal tersebut mendorong harapan pelanggan akan produk

Lebih terperinci

BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN. pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah

BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN. pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN Pembahasan pada bab ini menanalisa hasil pendefinisian permasalahan pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah ditetapkan. 5.1 Analyze Dengan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PABRIK

LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PABRIK L1 LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PABRIK L2 LAMPIRAN 2 Struktur Organisasi L3 LAMPIRAN 3 FOTO PROSES PRODUKSI DAN INSPEKSI 1. First process pemotongan awal material 2. Second process pengeboran diameter luar

Lebih terperinci

PROSES PEMESINAN FRONT AXLE TYPE TD STD FE7. Nama : Ismail nur Dwianto NPM : Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Irwansyah, ST., MT.

PROSES PEMESINAN FRONT AXLE TYPE TD STD FE7. Nama : Ismail nur Dwianto NPM : Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Irwansyah, ST., MT. PROSES PEMESINAN FRONT AXLE TYPE TD STD FE7 Nama : Ismail nur Dwianto NPM : 23411729 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Irwansyah, ST., MT. Latar Belakang Front Axle merupakan unit poros penggerak roda

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI 56 BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI Pada Bab ini dibahas tahap Analyze (A), Improve (I), dan Control (C) dalam pengendalian kualitas terus menerus DMAIC sebagai langkah lanjutan dari kedua tahap sebelumnya.

Lebih terperinci

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016 7 Basic Quality Tools 14 Oktober 2016 Dr. Kaoru Ishikawa (1915 1989) Adalah seorang ahli pengendalian kualitas statistik dari Jepang. As much as 95% of quality related problems in the factory can be solved

Lebih terperinci

Maya Anestasia, 2 Pratya Poeri, 3 Mira Rahayu 1, 2,3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University

Maya Anestasia, 2 Pratya Poeri, 3 Mira Rahayu 1, 2,3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University RANCANGAN PERBAIKAN PADA PROSES PRODUKSI RUBBER STEP ASPIRA BELAKANG MENGGUNAKAN 5-S SYSTEM DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING UNTUK MEMINIMASI WASTE MOTION (STUDI KASUS: DIVISI INDUSTRI TEKNIK KARET

Lebih terperinci

Oleh : Miftakhusani

Oleh : Miftakhusani USULAN MINIMASI CACAT PRODUK PERALATAN MAKANAN GARPU ART 401 DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. INDOMETAL SEDJATI ENT. LTD. JAKARTA Oleh : Miftakhusani 2010-21-012 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu :

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu : POROS BERTINGKAT A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu : Mampu mengoprasikan mesin bubut secara benar. Mampu mebubut luar sampai halus dan rata. Mampu membubut lurus dan bertingkat.

Lebih terperinci

Job Sheet. Kerja Bangku MES 6319

Job Sheet. Kerja Bangku MES 6319 Job Sheet Kerja Bangku MES 6319 Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta 2016 JOB SHEET KERJA BANGKU / MES 6319 Disusun Oleh: Drs. NURDJITO, MPd. & TIM PEMESINAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Untuk mengurangi biaya produksi, peningkatan efisiensi proses manufaktur suatu produk sangat berpengaruh, terutama dengan menurunkan waktu proses manufakturnya. Dalam

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Semester Genap tahun 2007/2008

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Semester Genap tahun 2007/2008 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Semester Genap tahun 2007/2008 PEMANFAATAN PENDEKATAN SIX SIGMA UNTUK MEREDUKSI CACAT DAN MENINGKATKAN KUALITAS PRODUKSI OUTER TUBE Ahmad

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metodologi penelitian bertujuan untuk memberikan kerangka penelitian yang sistematis sehingga dapat memberikan kesesuaian antara tujuan penelitian dengan

Lebih terperinci

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah suatu rangkaian kerangka pemecahan masalah yang dibuat secara sistematis dalam pemecahan masalah yang dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian.

Lebih terperinci

Gambar I.1 Part utama Penyusun meter air

Gambar I.1 Part utama Penyusun meter air BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut Gaspersz (2011, p.92), Lean Six sigma merupakan suatu filosofi bisnis, pendekatan sistemik dan sistematik dan sistematik untuk mengidentifikasi dan menghilangkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Model FAST adalah metode sederhana yang dapat menunjukkan fungsi dan hubungan antar fungsi-fungsi tersebut. Model FAST yang dibuat pada penelitian ini menjelaskan bahwa hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Proses permesinan merupakan proses manufaktur dimana objek dibentuk

I. PENDAHULUAN. Proses permesinan merupakan proses manufaktur dimana objek dibentuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses permesinan merupakan proses manufaktur dimana objek dibentuk dengan cara membuang atau meghilangkan sebagian material dari benda kerjanya. Tujuan digunakan proses

Lebih terperinci

Tabel 4.1 Hasil Skor RPN. No. Moda Kegagalan (Failure Mode) Skor RPN

Tabel 4.1 Hasil Skor RPN. No. Moda Kegagalan (Failure Mode) Skor RPN 25 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengolahan data dengan menggunakan Metode FMEA dilakukan dengan melalui beberapa tahap, yaitu: 1. Mengidentifikasi moda kegagalan potensial

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian sebuah tugas akhir, metodologi penelitian mempunyai peranan penting sekali, karena pada metodologi penelitian ini menggambarkan langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 55 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Penelitian Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 56 3.2 Langkah-langkah Penelitian Dalam melakukan penelitian, terdapat beberapa kegiatan untuk dapat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Kualitas merupakan ukuran yang tidak dapat didefinisikan secara umum, karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi perspektif yang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN Metode penelitian ini merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapantahapan yang jelas yang disusun secara sistematis dalam proses penelitian. Tiap tahapan maupun bagian yang

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi penelitian merupakan bagian penting dalam sebuah penelitian. Dengan metodologi penelitian, dapat dijelaskan tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan metodologi penelitian atau tahapan-tahapan penelitian yang akan dilalui dari awal sampai akhir. Metodologi penelitian perlu ditentukan terlebih

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Hasil Pengolahan Data Analisa Histogram. Apabila dilihat dari hasil pengolahan data, berdasarkan histogram

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Hasil Pengolahan Data Analisa Histogram. Apabila dilihat dari hasil pengolahan data, berdasarkan histogram BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Hasil Pengolahan Data 5.1.1 Analisa Histogram Apabila dilihat dari hasil pengolahan data, berdasarkan histogram yang terbentuk, ada 2 jenis cacat produksi yang memiliki

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Slide Bracket, Kualitas, Six Sigma, DMAIC, DPMO, Usulan Peningkatan Kualitas

ABSTRAK. Kata Kunci: Slide Bracket, Kualitas, Six Sigma, DMAIC, DPMO, Usulan Peningkatan Kualitas ABSTRAK Peningkatan kualitas produk ataupun jasa yang dihasilkan merupakan sesuatu yang mutlak perlu dilakukan oleh setiap perusahaan untuk dapat bertahan di era yang semakin kompetitif ini. Penelitian

Lebih terperinci

MINIMASI NG BINTIK PADA PROSES PENGECATAN PART FRONT FENDER 1PA RED MET 7 DENGAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PT. ABC

MINIMASI NG BINTIK PADA PROSES PENGECATAN PART FRONT FENDER 1PA RED MET 7 DENGAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PT. ABC MINIMASI NG BINTIK PADA PROSES PENGECATAN PART FRONT FENDER 1PA RED MET 7 DENGAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PT. ABC Cyrilla Indri Parwati 1) 1) Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan mempermudah proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan teknologi industri telah memberikan pengaruh terhadap budaya lingkungan pekerjanya. Banyak perusahaan-perusahaan di Eropa dan Amerika telah mengadopsi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Setiap tahapan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya teknologi saat ini menimbulkan dampak persaingan yang sangat ketat antar perusahaan. Banyak perusahaan berlombalomba untuk mendapatkan keuntungan

Lebih terperinci

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Agronesia Divisi Industri Teknik Karet (INKABA) adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi berbagai jenis produk teknik berbahan baku utama karet, salah satunya adalah produk karet damper.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan tentang latar belakang penelitian, penjelasan mengenai permasalahan yang diangkat yaitu berupa perumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai, batasan masalah, dan sistematika

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DI PT ISTANA TIARA SURABAYA SKRIPSI

IDENTIFIKASI WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DI PT ISTANA TIARA SURABAYA SKRIPSI IDENTIFIKASI WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DI PT ISTANA TIARA SURABAYA SKRIPSI DISUSUN OLEH : WAHYU EKO NURCAHYO 0632010198 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

Pengenalan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 6 Maret 2017

Pengenalan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 6 Maret 2017 Pengenalan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 6 Maret 2017 Apa itu 5R? 5R merupakan kegiatan menata tempat kerja sehingga diperoleh lingkungan kerja yang nyaman dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 13 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Total Productive Maintenance Total Productive Maintenance (TPM) adalah teknik silang fungsional yang melibatkan beberapa bagian fungsional perusahaan bukan hanya pada Bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perancangan fasilitas memiliki pengaruh yang sangat besar di dalam proses operasi perusahaan karena merupakan dasar dari keseluruhan proses produksi. Dalam

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. permukaan material terlihat bercak atau noda keputih-putihan. Bercak atau

BAB V ANALISA HASIL. permukaan material terlihat bercak atau noda keputih-putihan. Bercak atau BAB V ANALISA HASIL 5.1 Definisi Cacat a. Belang Dari hasil pengolahan data sebelumnya terlihat bahwa jenis cacat belang merupakan jenis cacat terbanyak. Jenis cacat belang merupakan jenis cacat dimana

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Tahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Berdasarkan diagram alir pada gambar 3.1 dapat dijelaskan bahwa dalam melakukan penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yang harus dilakukan mulai

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan proses pengumpulan data dan pengolahannya diperoleh data dalam bentuk diagram pareto, dari diagram pareto tersebut dapat diketahui bahwa orhanisasi/perusahaan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. menggunakan bantuan aplikasi CAD (Computer-Aided Design) untuk. menggunakan komputer ini disebut sebagai mesin Computer based

Bab 1. Pendahuluan. menggunakan bantuan aplikasi CAD (Computer-Aided Design) untuk. menggunakan komputer ini disebut sebagai mesin Computer based Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan teknologi, komputer digunakan untuk berbagai keperluan, baik sebagai sarana untuk membantu pekerjaan maupun sarana hiburan. Penggunaannya

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PEMBUATAN EXHAUST MANIFOLD TYPE FR (FRONT) DI PT. BRAJA MUKTI CAKRA

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PEMBUATAN EXHAUST MANIFOLD TYPE FR (FRONT) DI PT. BRAJA MUKTI CAKRA MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PEMBUATAN EXHAUST MANIFOLD TYPE FR (FRONT) DI PT. BRAJA MUKTI CAKRA Disusun Oleh: Nama : Asep Darwis Zatnika NPM : 31412199 Kelas : 4ID05 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA No. SIL/MES/MES306/08 Revisi : 00 Tgl : 21 Juni 2010 Hal 1 dari 5 MATA KULIAH : PROSES KERJA BANGKU KODE MATA KULIAH : MES306 ( 3 SKS P ) SEMESTER : I PROGRAM STUDI : PEND.TEKNIK MESIN DOSEN PENGAMPU :

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA 5.1 Hasil Data Defect Fusstrebe Dari hasil pembahasan pada bab pengumpulan dan pengolahan data, dapat diketahui beberapa point penting dalam mengetahui jenis-jenis defect yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah tahap-tahap yang harus dilewati dalam memproduksi barang atau jasa. Ada proses produksi membutuhkan waktu yang lama, misalnya

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan kriteria optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi kualitas produksi pipa pada perusahaan ini yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze,

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN PADA ALAT BANTU JIG SLIPPER ETHANOL ( COMA RIGHT & LEFT ) DI PT. SUMBER TEKNIK SENTOSA

PROSES PEMBUATAN PADA ALAT BANTU JIG SLIPPER ETHANOL ( COMA RIGHT & LEFT ) DI PT. SUMBER TEKNIK SENTOSA PROSES PEMBUATAN PADA ALAT BANTU JIG SLIPPER ETHANOL ( COMA RIGHT & LEFT ) DI PT. SUMBER TEKNIK SENTOSA NAMA : DIDI BACHTIAR NPM : 22412075 JURUSAN : TEKNIK MESIN PEMBIMBING : Irvan Septyan Mulyana, ST.,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 81 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Diagram Pemecahan Masalah Dalam melakukan penelitian di PT. Multi Bintang Indonesia mengenai penerapan 5S, peneliti menyusun suatu kerangka berpikir yang

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. pemesinan. Berikut merupakan gambar kerja dari komponen yang dibuat: Gambar 1. Ukuran Poros Pencacah

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. pemesinan. Berikut merupakan gambar kerja dari komponen yang dibuat: Gambar 1. Ukuran Poros Pencacah BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Identifikasi Gambar Kerja Gambar kerja merupakan alat komunikasi bagi orang manufaktur. Dengan melihat gambar kerja, operator dapat memahami apa yang diinginkan perancang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahap Pendahuluan Tahap pendahuluan terdiri dari empat langkah utama yaitu pengamatan awal, perumusan masalah, menentukan tujuan penelitan dan menentukan batasan masalah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Pada saat ini perkembangan dunia industri Indonesia saat ini tumbuh sangat pesat. Pesatnya perkembangan membuat banyak pabrik yang berdiri, dan mengembangkan usahanya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 26 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN MULAI STUDI PENDAHULUAN STUDI PUSTAKA IDENTIFIKASI MASALAH PENGUMPULAN DATA Data Primer Data Sekunder PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA Diagram Paretto Diagram Fishbone FMEA Merancang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 61 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1. Model dan Teknik Penyelesaian Masalah Model pengatasan masalah reject dapat digambarkan sebagai berikut: STUDI PUSTAKA TUJUAN PENELITIAN OBSERVASI PERUSAHAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan dies dilakukan pada Departemen Machinery in Die Section. menjadi surface part yang diinginkan dilakukan disini.

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan dies dilakukan pada Departemen Machinery in Die Section. menjadi surface part yang diinginkan dilakukan disini. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. RKN Forge Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur dengan forging atau penempaan sebagai proses produksinya. Part yang dihasilkan merupakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Pendekatan Six Sigma yang digunakan dalam peningkatan produktivitas terdiri dari 5 (lima) fase yang disebut DMAIC (Define, Measure, Analize, Improve

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Proses Pemesinan Milling dengan Menggunakan Mesin Milling 3-axis

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Proses Pemesinan Milling dengan Menggunakan Mesin Milling 3-axis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan penemuan-penemuan proses serta teknik pemotongan logam (metal cutting) terus mendorong industri manufaktur semakin maju. Ini terlihat

Lebih terperinci

BAB 3 PROSES FRAIS (MILLING)

BAB 3 PROSES FRAIS (MILLING) BAB 3 PROSES FRAIS (MILLING) 66 Proses pemesinan frais adalah proses penyayatan benda kerja dengan alat potong dengan mata potong jamak yang berputar. Proses penyayatan dengan gigi potong yang banyak yang

Lebih terperinci

Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas

Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas Jurnal Teknik Industri, Vol., No., Juni 03, pp.-8 ISSN 30-495X Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 0J Untuk Meningkatkan Produktivitas Ridwan Mawardi, Lely Herlina, Evi Febianti 3,,

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN SAKLAR TOGGLE SHAFT WELDED CIRCUIT BREAKER PADA CV. GLOBALINDO PERKASA ENGINEERING

PROSES PEMBUATAN SAKLAR TOGGLE SHAFT WELDED CIRCUIT BREAKER PADA CV. GLOBALINDO PERKASA ENGINEERING PROSES PEMBUATAN SAKLAR TOGGLE SHAFT WELDED CIRCUIT BREAKER PADA CV. GLOBALINDO PERKASA ENGINEERING NAMA : SOFIAN OKTAVIARDI NPM : 27412096 JURUSAN : TEKNIK MESIN PEMBIMBING : IRWANSYAH, ST., MT. Latar

Lebih terperinci

BUKU 3 PROSES FRAIS (MILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta

BUKU 3 PROSES FRAIS (MILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta BUKU 3 PROSES FRAIS (MILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2010 1 Proses pemesinan frais adalah proses penyayatan benda kerja dengan

Lebih terperinci

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah:

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah: BAB III. METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT.Dulmison Indonesia merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang hardware energi yang memproduksi alat-alat berat dan aksesoris

Lebih terperinci

Tabel 4.38 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Filler. Tabel 4.39 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Pasteur

Tabel 4.38 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Filler. Tabel 4.39 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Pasteur Tabel 4.38 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Filler Tabel 4.39 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Pasteur Tabel 4.40 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Labeller Tabel 4.41 Metode 5W+1H dan Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan tentang latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Era globalisasi yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama Temuan utama dari Penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama Temuan utama dari Penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB V PEMBAHASAN Tujuan dari penelitian dengan judul Analisis Pengendalian Dan Perbaikan Kualitas Proses Produksi Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) di PT. Surya Toto Indonesia, Tbk. adalah

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. /Design Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif eksplanatif yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk menemukan penjelasan tentang mengapa suatu kejadian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Perancangan Alat Bantu Perancangan (desain/design) alat bantu (tools) merupakan: proses mendesain dan mengembangkan alat bantu, metoda, dan teknik yang dibutuhkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan terlebih dahulu, agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan

Lebih terperinci