BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA"

Transkripsi

1 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini dilakukan kegiatan pengumpulan dan pengolahan data yang terkait dengan materi penelitian. Dalam penelitian ini sudah ditentukan waste yang terjadi yaitu mengenai defect benda kerja atau reject barang kerja. Pengumpulan dan pengolahan data menggunakan tahapan DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control) untuk mendapatkan hasil yang selanjutnya akan dibahas pada bagian analisa. 4.1 Define Pada bagian define disini penulis mengumpulkan data mengenai profil company dari ATMI Cikarang, proses produksi yang terjadi didalamnya serta mengidentifikasikan permasalahan yang terjadi berdasarkan data pendukung yang telah dikumpulkan Company Profile Nama Pemilik : ATMI Cikarang : Yayasan Karya Bhakti Alamat : Jln. Kampus Hijau no 3, Education park, Cikarang baru, Jababeka Telp : Faksimile : Website : atmicikarang@yahoo.ac.id : 23

2 ATMI Cikarang merupakan sebuah perpaduan antara suatu institusi pendidikan dan produksi, dalam hal ini selain memiliki fasilitas belajar mengajar ATMI juga memiliki fasilitas produksi yang dipakai untuk praktek mahasiswa maupun untuk melayani jasa manufacturing. Untuk penjelasan secara lebih detail mengenai ATMI dapat dilihat dari uraian di bawah ini. ATMI Cikarang lahir dari dorongan kuat kalangan industri dan para alumni ATMI Surakarta yang merasakan betapa sedikitnya tenaga tenaga profisional dalam bidang manufaktur logam yang mampu memacu proses industrialisasi di Indonesia. Dibawah naungan yayasan karya ATMI yang merupakan pembangunan dari yayasan karya Bakti Surakarta dimana ATMI Surakarta bernaung, ATMI Cikarang memulai operasinya pada tahun akademik 2003/2004.ATMI Cikarang didirikan ditengah kawasan strategis industri Jababeka dengan maksud supaya ATMI dapat berhubungan lebih erat dengan dan cepat tanggap dengan akan apa yang dibutuhkan oleh dunia industri. Dasar pemikiran yang lebih rinci dan gambaran umum pendirian akademik tersebut adalah sebagai berikut : a. Industri manufaktur akan terus berkembang di Indonesia ( dan dunia ) yang selalu membutuhkan lulusan DIII yang terampil dan berkualitas. b. Dari hasil pendidikan di ATMI Surakarata sejak berdiripada tahun 1968 hingga saat ini lulusannya selalu diserap oleh pasar kerja. c. Para lulusan ATMI Surakarta cukup banyak yang menjadi pengusaha (wirausaha) yang mampu membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. 24

3 Kuliah Mahasiswa ATMI angkatan pertama dimulai pada tanggal 1 September namun demikian, Diea Natalis ATMI dirayakan pada setiap tanggal 29 September ( hari raya pesta Santo Mikael, Pelindung ATMI ). Pengurus Yayasan Karya ATMI adalah sebagai berikut : 1. Pembina : A. Priyono Marwan, SJ 2. Ketua : B.B. Triatmoko, SJ 3. Sekertaris : E. Azizmardopo Subroto, SJ 4. Bendahara : H. Van Opzeeland, SJ 5. Anggota : Reza Soehadi ( Shang Ray Ziang ), Erwin Haryadi 6. Pengawas : J. Maryono, SJ Visi dan Misi Visi dasar ATMI Cikarang adalah menciptakan sebuah dunia industri yang adil, menghormati martabat manusia, dan bertanggungjawab atas keseimbangan lingkungan hidup. Merupakan kebijakan ATMI Cikarang dalam visi pendidikannya untuk mendidik kaum muda menjadi tenaga profesional yang mampu membantu perkembangan bangsa menuju masyarakat industri yang adil dan makmur. Fokus pendidikan tidak hanya pada kemampuan teknis, tetapi juga tanggung jawab moral dan sosial yang dirumuskan dalam sebuah trilogi ( dalam bahasa latin ) : Compententia ( dalam ketrampilan teknis ). Conscientia ( dalam tanggung jawab moral ). Compassio ( dalam pengaruh sosial dari kegiatan industri ). 25

4 Merupakan kegiatan ATMI Cikarang dalam pelayanan jasa manufakturing untuk menyediakan pelayanan yang akan melampaui harapan dan persyaratan dari pelanggaran. ATMI Cikarang akan selalu menanggapi secara positif permintaan pelanggan dan pasar tanpa ditunda tunda dan akan menyiapkan jasa yang profesional dan terencana kepada pelanggan dan pasar. Dalam bertindak ATMI Cikarang akan senantiasa memperhatikan unsur : 1. kenyamanan kerja yang menjamin suatu lingkungan kerja yang kondusif bagi perkembangan setiap pribadi. 2. keutuhan ( Integritas ) moral yang mengutamakan kejujuran. 3. komonitas yang menempatkan kerjasama di atas prestasi individu. 4. keadilan yang mengutamakan praktek fair play. 5. keluwesan dalam menjawab kebutuhan pelanggan dan pasar. 6. keunggulan yang menuntut usaha terus menerus untuk memperbaiki diri. Lokasi dan Letak ATMI Cikarang Lokasi ATMI Cikarang terletak di Jl. Kampus Hijau No:3, Jababeka Educational Park, simpangan, Cikarang Baru, Bekasi. Dengan Luas Tanah m2 dan luas bangunan m2. Struktur Organisasi. ATMI Cikarang memiliki dua unit bisnis yang strategi yaitu pendidikan dan produksi.dalam bidang pendidikan terdiri atas 3 tingkatan yaitu tingkat 1, tingkat 2, dan tingkat 3. Yang mana tiap tingkatnya memiliki kompetensinya masing masing. Untuk di tingkat 1, mahasiswa yang berada disini merupakan 26

5 mahasiswa di tahun pertama, dengan berbagai latar belakang pendidikan ( SMA / SMK ) yang mana pada tingkat ini semua belajar mengenai hal teknik dari awal dan bersama sama. Target capain yang diharapkan di tingkat 1 ini adalah bahwa mahasiswa harus memiliki kompetensi kualitas dari benda - benda kompetensi yang diberikan. Sedangkan pada tingkat 2 dimana pada tingkat ini merupakan tahun kedua dari mahasiswa. Didalam tingkat 2 ini target capaiannyapun berbeda yaitu mahasiswa bukan hanya harus memiliki kualitas dalam mengerjakan suatu benda namun kecepatan dalam mengerjakan suatu benda harus diperhitungkan, karena di tingkat 2 ini berkaitan dengan proses produksi secara langsung. Dengan kata lain mahasiswa tingkat 2 yang mengerjakan barang barang produksi yang dipesan oleh customer secara langsung. Pada tingkat 3 adalah merupakan tahun terakhir yang ada di ATMI Cikarang. Dimana target capaian yang harus dipenuhi oleh mahasiswa tingkat 3 adalah mereka harus bisa berinovasi dalam menyelesaikan masalah masalah manufakturing berdasarkan semua yang telah didapatnya dari tingkat 1, tingkat 2, dan tingkat 3 dalam bentuk tugas akhir. Dalam struktur organisasi pada bidang produksi ATMI menerapkan struktur lini dan staff, dimana kedua fungsi tersebut saling terkait dalam proses pemberian data-data yang dapat mendukung proses produksi. Hari dan Jam Kerja Normal 1. Hari praktek normal dalam satu minggu adalah Senin sampai dengan Jumat. 2. Jam praktek normal mahasiswa : a. Jumlah jam kerja normal dalam satu minggu adalah 40 jam. b. Rincian jam kerja normal 27

6 Umum : Senin Kamis Senin Kamis : Jam WIB. : Jam WIB. Jumat Jumat : Jam WIB. : Jam WIB. 3. Lima menit sebelum jam praktek yang ditetapkan mahasiswa harus sudah hadir untuk melakukan absensi Proses Produksi Di ATMI Cikarang dalam pelaksanaan kegiatan aktivitas terdiri dari 2 departemen yaitu departemen pendidikan dan departemen produksi. Didalam departemen pendidikan menjadi tanggung jawab Pudir 1 ( Pembantu Direktur bidang Pendidikan) yang mana dalam departemen pendidikan ini terbagi atas tiga tingkatan yaitu tingkat 1, tingkat 2, tingkat 3 dan training center. Sehingga Pudir 1 ini membawahi Kaprodi sebagai kepala bidang studi mesin industri dan kabag (kepala bagian) tingkat 1, tingkat 2 dan tingkat 3 serta Kadiv (kepala divisi) training center. Pudir 2 (Pembantu Direktur bidang Keuangan) memiliki tugas yang berhubungan dengan administrasi keuangan, HRD dan Purchasing.Pudir 3 (Pembantu Direktur Bidang Kemahasiswaan ) memiliki tugas yang berkaitan dengan kegiatan mahasiswa, konselor dan beasiswa. Sedangkan di dalam departemen produksi merupakan tanggung jawab pudir VI (Pembantu Direktur Bidang Kerjasama Industri dan Produksi). Dimana dalam departemen inilah semua hal yang berkaitan dengan produksi. Pudir VI disini membawahi Marketing, PPIC, Design, Center Of Tools, Tool Making, Stamping dan Maintanance. 28

7 Direktur Pudir I Pudir II Pudir III Pudir IV Kaprodi Accounting Kemahasiswaan PPIC Tingkat 1 HRD Beasiswa Marketing Tingkat 2 Purchasing Design Tingkat 3 Center of Tools Training Center Maintenace Tool Making Gambar 4.1 Struktur Organisasi Stamping Jika dilihat dalam keterkaitan langsung dengan proses produksi, tidak semua departemen terlibat langsung dalam proses persiapan sampai pelaksanaan. Oleh karena itu departemen yang terlibat secara langsung memegang peranan yang sangat penting dengan produk yang dihasilkan, yaitu berkaitan dengan : 1. Ketepatan waktu penyelesaian proses yang berkaitan langsung dengan ketepatan waktu pengiriman barang 2. Kesesuain parameter yang telah disepakati oleh konsumen pada produk terhadap spesifikasi yang digunakan. 29

8 Seperti dijelaskan didalam struktur organisasi, misi dan visi ATMI Cikarang bahwa ATMI Cikarang merupakan akademi yang menerapkan PBET (Production Based Education and Training) sebagai konsep dalam pengajaran dan pendidikan mahasiswanya. Proses PBET ini sangat terlihat ketika mahasiswa berada pada tingkat 2 atau tahun kedua mereka berada di ATMI Cikarang. Karena pada tingkat 2 ini mahasiswa dituntut memiliki kompetensi dalam hal kualitas dan kecepatan dalam pembuatan benda kerja produksi yang mana benda kerja produksi tersebut merupakan benda yang dipesan langsung oleh customer. Untuk melihat lebih jelasnya flow aliran dari customer sampai benda kerja produksi siap dikirim dapat dilihat dari bagan dibawah ini : 30

9 Customer Informasi : 1. Sample Product 2. Gambar Product Marketing Pudir Produksi Design PPIC bagian Pemesanan Purchasing PPIC bagian Kontrol Proses Machining Quality Control Assy Part Tool Making Tingkat 2 Single Part Assy PPIC bagian Pengiriman Deliver Order Good Recieve Accounting Invoice Finance ATMI Customer Proses Pembayaran Confirm Finance Cek Pembayaran Gambar 4.2 Flow Aliran Dari Konsumen 31

10 4.1.3 Permasalahan Dalam permasalahan yang akan diteliti ini berkaitan dengan salah satu waste dalam seven waste yaitu ditentukan waste yang berupa defect tentunya defect reject. Untuk lebih jelasnya letak terjadinya waste yang sering terjadi dapat dilihat dari value stream mapping dibawah ini. Gambar 4.3 Value Stream Mapping Dari gambar diatas dapat diartikan sebagai berikut : 1. Produk yang diinginkan oleh customer diinformasikan kepada pihak marketing untuk menyamakan persepsi serta mencari kesepakatan mengenai harga produk yang akan dibuat. 2. Setelah adanya kesepakatan antara konsumen dengan bagian marketing maka informasi mengenai produk yang akan dibuat dilanjutkan kepada 32

11 bagian PPIC untuk disiapkan mengenai material requairment planningnya (MRP). 3. Kemudian memesan material yang dibutuhkan tersebut kepada supplier. 4. Setelah material datang maka material tersebut langsung masuk ke gudang material yang ada yang kemudian material tersebut akan diproses setelah mendapat informasi dari segi design gambar dari PPIC. 5. Dari gambar yang keluar dari PPIC dimana dalam gambar tersebut terdapat informasi mengenai proses permesinan untuk setiap sectionnya (TK2, TK3 maupun UBM),kemudian disiapkan materialnya oleh gudang material dan dikirim sesuai dengan section yang diinformasikan oleh production sheet pada gambar kerja. 6. Setelah benda kerja tersebur selesai dalam section maka harus melalui proses QC sebelum lanjut ke proses berikutnya. 7. Apabila didalam suatu divisi tersebut sudah menghasilkan finish produk maka harus melalui final QC sebelum nantinya dikirim kepada customer. Dari value stream mapping diatas yang memiliki tingkat reject benda kerja produksi paling tinggi ada pada divisi tingkat 2. Karena pada divisi tingkat 2 ini merupakan proses awal sebelum masuk ke proses selanjutnya baik itu merupakan finish produk maupun proses lanjutan ke divisi TK3, CT maupun divisi UBM. Permasalahan mengenai salah satu waste yang terjadi pada Atmi Cikarang terutama mengenai bagian produksi, yaitu mengenai defect reject dari benda kerja yang dihasilkan dalam setiap section yang menghasilkan benda kerja produksi tersebut. 33

12 No Tabel 4.4 Gambaran Produksi dari bulan Januari sampai bulan September 2012 Periode Mill 2 (pcs) Design (pcs) PPIC (pcs) Mill3 (pcs) UBM (pcs) Divisi Sub (pcs) Lw 2 (pcs) Lw3 (pcs) Assy (pcs) Htm (pcs) Ct (pcs) 1 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Total Dari tabel data diatas menunjukkan banyaknya reject barang produksi yang terjadi dari semua unit kerja produksi yang ada di ATMI Cikarang, dimana Milling TK2 merupakan salah satu unit kerja yang memiliki tingkat reject barang produksi terbanyak dalam periode Januari sampai September Kemudian data yang telah diperoleh diolah dengan menggunakan diagram Parreto yang hasilnya sebagai berikut : Diagram Pareto Reject Barang Produksi Pada Setiap Unit Produksi Cust (pcs) 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 31% 31% Pareto Overall Reject 73% 81% 87% 92% 94% 97% 99% 100% 66% 58% 50% 19% 8% 8% 8% 7% 7% 4% 3% 2% 2% 1% 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% % % cum Gambar 4.5 Paretto Diagram 34

13 Keterangan : a. Mill 2 : proses permesinan yang dilakukan pada section milling tingkat 2 b. Mill 3 : proses permesinan yang dilakukan pada section milling tingkat 3 c. Lw 2 : proses permesinan yang dilakukan pada section turning tingkat 2 d. Lw 3 : proses permesinan yang dilakukan pada section turning tingkat 3 e. Design : divisi yang mendesain suatu produk dalam bentuk gambar kerja f. PPIC : divisi yang merencanakan dan mengontrol jalannya proses produksi g. Tool making : divisi yang melakukan proses permesinan secara konvensional milling h. Subcount : jasa pembuatan produk dari tempat lain i. Assy : divisi perakitan dari semua part rakit j. CT : divisi yang melakukan proses finishing surface seperti grinding k. HTM : salah satu section di tingkat 2 yang khusus untuk proses harden maupun pengelasan Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa milling tk 2 merupakan salah satu divisi yang paling banyak menghasilkan produk yang reject atau restart. Hal ini dapat dilihat dari hampir semua job yang bersifat job order dengan tingkat 35

14 kesulitan pengerjaan dari yang biasa, medium sampai yang sulit dikerjakan di section milling tingkat 2 dengan mahasiswa sebagai orang yang mengerjakan benda kerja produksi tersebut. Hal ini juga terlihat pada section turning tingkat 2 yang mana pada data diatas menduduki tingkat reject kedua dari 12 faktor penyebab reject yang ada. Kemudian disusul oleh bagian CT dalam proses finishing selain itu dengan jumlah yang sama Design dan Tool Making juga menepati posisi ketiga dalam urutan terjadinya reject benda kerja. Dilanjutkan bagian Assy, PPIC, Customer, Subcount, Lw 3 dan Htm yang memiliki tingkat reject terkecil. Dari hasil tersebut maka dapat diketahui bahwa dalam section milling tingkat 2 beban yang menjadi tanggung jawabnya bukan hanya dari sisi produksi tetapi dari sisi pendidikanpun menjadi tolak ukur dari keberhasilan tingkat 2 khususnya pada section milling. Maka untuk mencari solusi dari permasalahan yang terjadi perlu dicari akar permasalahannya agar solusi terbaiknya dapat ditemukan sehingga terjadi peningkatan produktivitas dari segi produksinya dan kemampuan dalam bidang teknik bagi mahasiswa di bidang pendidikannya. Apabila dilihat dari proses (Finish produk, semi finishing produk) dan mesin yang dikerjakan untuk masing-masing unit kerja memang berbeda namun reject barang produksi yang terjadi dikarenakan kesalahan yang sama dalam setiap unit kerja tersebut seperti : 1. Terjadi penyimpangan dimensi dari toleransi yang ada pada gambar 2. Terjadinya salah proses dalam permesinan 1. Alat/tools yang digunakan patah (Tap, Alat Potong) 2. Terjadinya uppercut sehingga barang produksi menjadi cacat 36

15 Data diatas didapatkan penulis dari bagian PPIC (Production Planning and Inventory Control) ATMI Cikarang. Berdasarkan data diatas maka penulis mencoba meneliti permasalahan yang menyebabkan tingginya tingkat reject yang ada pada divisi tingkat 2. Sesuai dengan batasan masalah pada Bab I maka penelitian dilakukan hanya pada section milling tingkat 2 yang berdasarkan data diatas merupakan salah satu section yang memiliki tingkat reject paling tinggi diantara section yang lain. Dari flow aliran material sampai ketangan konsumen dapat dilihat bahwa pada divisi tingkat 2 merupakan salah satu divisi dalam proses permesinan, sehingga bisa dikatakan bahwa dalam divisi tingkat 2 ini merupakan divisi yang mengerjakan barang-barang produksi yang langsung di pesan oleh konsumen. Selain divisi tingkat 2 dalam proses permesinan juga dikerjakan oleh divisi tool making. Dalam divisi tool making ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian CNC dan bagian konvensional. Secara pengerjaan produk divisi tingkat 2 sama dengan divisi tool making konvensional karena barang barang produksi yang dikerjakan menggunakan mesin mesin konvensional. Namun yang membedakan antara divisi tingkat 2 dan divisi tool making adalah orang yang mengerjakan. Untuk divisi tingkat 2 dalam hal pengerjaan benda produksi dilakukan oleh mahasiswa sedangkan untuk divisi tool making dalam pengerjaan benda produksi dilakukan oleh karyawan. Dari segi kapasitas mesin yang dipunyai dapat dilihat dibawah ini : 37

16 Divisi Tingkat 2 untuk kapasitas mesin milling 1. 5 buah mesin konvensional milling 2. 3 buah mesin NC (Numerical Control) milling 3. 1 buah mesin CNC (Computerized Numerical Control ) milling sederhana Divisi Tool Making untuk bagian CNC kapasitas mesin milling 1. 6 mesin CNC (Computerized Numerical Control ) milling Divisi Tool Making untuk bagian konvensional kapasitas mesin milling 1. 3 buah mesin manual ( meminjam bagian Training Center ) Fokus Pengerjaan 1. Divisi Tool Making CNC Fokus pengerjaannya untuk benda-benda produksi yang memiliki tingkat kesulitan baik dari segi bentuk, dimensi, kepresisian ukuran serta kecepatan seperti mould, dies dan electrode untuk mata potong proses EDM ( Electric Discharge Machine ). 38

17 2. Divisi Tool Making Konvensional Gambar 4.6 Produk Divisi Tool Making CNC Fokus pengerjaannya untuk benda-benda produksi yang memiliki tingkat kesulitan yang biasa / middle ke bawah seperti pembuatan kotak/ blocking dengan ukuran yang memiliki toleransi umum namun dengan dimensi blocking yang besar. 3. Divisi Tingkat 2 Gambar 4.7 Produk Divisi Tool Making Konvensional 39

18 Fokus pengerjaan untuk benda-benda produksi yang memiliki tingkat kesulitan dari segi bentuk, dimensi, kepresisian ukuran dan kecepatan namun masih dapat dikerjakan dimesin milling konvensional. Biasanya semua benda kerja yang dikerjakan disini merupakan job order yang berupa part, benda massal, dan jig. Gambar 4.8 Produk Milling Tingkat 2 Dari data tersebut bisa dikatakan bahwa beban tanggung jawab dalam hal pengerjaan maupun pembuatan produk dari konsumen pada tingkat 2 khususnya pada section milling sangatlah besar. Dengan adanya proses pendidikan yang berdampingan dengan tuntutan produksi yang mengutamakan kualitas dan 40

19 kecepatan menjadi suatu tantangan yang utama dalam section milling tingkat 2. Karena bukan hanya menghasilkan produk yang berkualitas dan cepat tetapi harus menghasilkan pula mahasiswa yang memiliki kompetensi dalam membuat ataupun menghasilkan benda kerja produksi dengan metode yang tepat, kecepatan yang sesuai dengan estimasi yang diberikan dan tidak meninggalkan kualitas yang bagus. Pembagian job pada divisi Tingkat 2 yang dilakukan oleh Planner produksi Atmi Cikarang selama ini berdasarkan : 1. Dari kapasitas dan kemampuan mesin milling. 2. Dari kelengkapan attacment yang dimiliki. 3. Skill dalam bidang teknik yang dimiliki (pengetahuan mengenai gambar dasar, proses machining, perlakuan terhadap benda-benda presisi, penggunaan tool yang sesuai). Cara pengaturan job yang dilakukan oleh instruktur milling tk2 1. Gambar yang datang dari PPIC bagian material di cek raw materialnya apakah sesuai dengan tuntutan yang diminta atau tidak, soalnya ada kemungkinan terjadi reject sebelum benda tersebut diproses. 2. Mengelompokan gambar kerja sesuai dengan DOD ( Date Of Delivery ) yang paling mendekati dengan hari pengiriman akhir. 3. Mempelajari gambar kerja sebelum dibagikan kepada mahasiswa untuk dikerjakan. 41

20 4. Menyiapkan tool, jig maupun attactment yang di perlukan untuk melakukan proses permesinan suatu benda kerja yang gambar kerjanya sudah dipahami. 5. Setelah semua langkah diatas dilakukan, maka gambar kerja siap dibagikan kepada mahasiswa untuk di proses di mesin. Flow penerimaan material sampai benda kerja finish di section Milling Design PPIC (Validasi Gambar) PPIC (Persiapan material) Milling Tingkat 2 Expedition book Proses machining Delivery Finish Product Expedition book Gambar 4.9 Flow Proses pada Section Milling Setelah gambar jadi dibuat oleh design dan mendapat validasi dari PPIC, kemudian gambar kerja tersebut akan diproses permesinan. Dimulai dengan menyiapkan material sesuai dengan tuntutan gambar material yang diminta oleh design melalui gambar kerja, yang mana material ini disiapkan oleh PPIC bagian gudang material yang kemudian dipotong sesuai dengan dimensi dari gambar yang diminta. Dalam PPIC bagian gudang ini juga kadang sering terjadi kesalahan baik dari segi pemotongan material yang terlalu sedikit pemberian allowance sehingga ketika sebelum diproses permesinan sering raw material 42

21 tersebut sudah tidak bisa dikerjakan. Kadang dalam PPIC bagian gudang ini salah dalam pembelian material. Setelah material siap maka proses selanjutnya pengiriman material tersebut ke setasiun kerja yang dituju, dengan membawa expedition book guna sebagai bukti bahwa raw material sudah diterima dan tidak terjadi kesalahan dari segi dimensi maupun bentuk. Barulah raw material tersebut di proses secara permesinan oleh section milling tingkat 2. Dalam proses permesinan di section milling tingkat 2 ini ada kemungkinan bahwa benda yang dikerjakan bukan merupakan finish produk, karena ada beberapa jenis produk yang perlu melalui proses lagi setelah melewati proses milling tingkat 2 seperti proses harden, grinding maupun edm dan wire cut. Setelah benda kerja finish atau biasanya disebut proses milling to size maka langkah selanjutnya, benda kerja tersebut dikirim ke proses selanjutnya dengan menggunakan buku expedition milling sebagai bukti tanda terima bahwa benda kerja tersebut telah diproses di section milling tingkat Measure Pada bagian measure ini berisikan data pengukuran yang selama ini terjadi pada section milling tingkat 2. Selain itu juga pada bagian ini ditunjukan mengenai SIPOC Diagram yang menggambarkan flow jalannya material dalam section milling tingkat 2. 43

22 Gambar 4.10 Sipoc Diagram Dalam aliran material yang digambarkan pada SIPOC diagram diatas dapat dijelaskan dalam point-poin sebagai berikut : 1. PPIC dalam hal ini berperan sebagai supplier informasi mengenai barang produksi yang nantinya akan dikerjakan dalam proses permesinan pada section milling tingkat 2 dengan berupa gambar kerja yang telah disepakati antara customer dengan design. 2. Dari gambar kerja tersebut yang telah divalidasi oleh PPIC, maka persiapan material yang sesuai dengan tuntutan gambarpun harus disiapkan baik dari segi jenis material maupun dimensi yang diminta oleh customer yang berdasarkan gambar kerja. Setelah itu material tersebut dapat dikirim ke section yang sesuai dengan production sheet yang melekat pada gambar kerja. (dalam hal ini menuju section milling tingkat 2). 44

23 3. Ketika material sampai pada section milling tingkat 2, maka pengirim material tersebut harus memberikan gambar dan meminta tanda bukti penyerahan kepada instrukur milling tingkat 2 sebagai bukti bahwa material sudah sampai pada section yang ada pada production sheet. Sebelum tanda bukti tersebut diparaf oleh instruktur milling tingkat 2, biasanya dilakukan pengecekan atau pengukuran material oleh instruktur milling tingkat 2 dengan tujuan agar material yang nantinya diproses tidak reject sebelum diproses permesinan. Namun apabila setelah dikur dan dicek ternyata didapat ukuran material yang mendekati ukuran yang diminta atau dengan kata lain allowance material terlalu sedikit bahkan sudah tidak reject sebelum dikerjakan maka instruktur milling tingkat 2 berhak menolak dan meminta material baru yang sesuai dengan pertimabangan dari ukuran yang diminta agar dapat dikerjakan dan tidak terjadi reject benda sebelum proses permesinan. 4. Setelah dipastikan bahwa material ok maka langkah selanjutnya yaitu material tersebut diproses permesinan sesuai dengan tuntutan gambar benda kerja. 5. Apabila setelah atau selama permesinan benda kerja mengalami cacat ada kemungkinan benda kerja tersebut menjadi rework atau restart maka langkah berikutnya yaitu melaporkan kejadian ini kepada PPIC untuk diberikan material baru untuk mengganti material yang rusak tersebut. Namun apabila dalam proses permesina tersebut benda kerja yang dihasilkan sesuai dengan tuntutan yang diminta tanpa ditemukan cacat pada benda maka benda tersebut di inspeksi terlebih dahulu dalam section 45

24 milling tingkat 2. Apabila ada ukuran dimensi yang melebihi toleransi yang ditentukan maka harus melaporkan hal tersebut pada bagian design untuk memberikan keputusan apakan benda kerja tersebut masih dapat digunakan atau tidak. Apabila tidak bisa digunakan maka mengulangi langkah sebelumnya dengna melaporkan pada PPIC untuk meminta ganti material baru, namun apabila penyimpangan tersebut secara fungsional dari benda kerja tersebut tidak berpengaruh maka benda kerja tersebut dapat lanjut ke proses berikutnya. Dengan kata lain benda kerja tersebut bisa langsung ke bagian quality control untuk dicek secara keseluruhan dimensi dan tuntutannya. Atau bisa juga benda kerja tersebut lanjut keproses berikutnya apabila benda kerja tersebut merupakan benda kerja yang tidak finish di section milling tingkat Setelah benda kerja dinyatakan sesuai dengan tuntutan gambar yang diminta oleh customer yang dilakukan pada bagian quality control maka benda tersebut dinyatakan finish dan siap dikirim kepada customer. Data reject Milling tingkat 2 Bulan Reject Januari 16 pcs Februari 8 pcs Maret 19 pcs April 4 pcs Mei 19 pcs Juni 5 pcs Juli 3 pcs Agustus 5 pcs September 13 pcs Tabel 4.11 Reject Milling Tingkat 2 46

25 Dari data reject barang produksi yang terjadi pada bulan Januari sampai bulan September pada section milling tingkat 2 yang didapat dari form KTS ( ketidak Sesuaian ) dari bagian PPIC dimana dari data tersebut presentasi tingkat reject barang produksi dari bulan ke bulan tidaklah sama hal ini dikarenakan jenis pekerjaan yang dilakukan merupakan job order yang tidak selalu sama jumlah setiap periodenya, sehingga penulis mencoba meneliti penyebab terjadinya reject barang produksi yang terjadi di section milling tingkat 2. Berdasarkan data yang didapat sebelumya mengenai kesalahan yang sering terjadi pada setiap unit kerja maka penulis mencari faktor-faktor yang menyebabkan hal tersebut dapat terjadi dengan melakukan brainstorming dengan instruktur milling tingkat 2 dan membuat diagram sebab akibat untuk mendapatkan faktor yang paling dominan dan nantinya faktor tersebut diolah untuk dicari tindakan perbaikannya. Diagram sebab akibat dapat dilihat pada gambar dibawah ini : 47

26 Gambar 4.12 Diagram Sebab Akibat Dari brainstorming yang dilakukan oleh seluruh instruktur milling tingkat 2 terutama yang berperan langsung dalam proses produksi didapatkan beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat reject yang terjadi pada TK 2 pada umumnya dan section milling tk 2 pada khususnya. Faktor-faktor tersebut antara lain: 1. Man Dalam hubungannya dengan man disini lebih berfokus pada mahasiswa sebagai orang yang melakukan proses permesinan dalam membuat benda produksi. Yang mana perlu diketahui bahwa di ATMI Cikarang mahasiswa tingkat 2 harus mempunyai kompetensi dalam menghasilkan sebuah produk yang memiliki kualitas dan kecepatan yang bagus, karena benda-benda yang dikerjakan dalam proses permesinan merupakan benda kerja yang langsung dipesan oleh konsumen. Sehingga dari diagram sebab akibat diatas ada beberapa hal yang mempengaruhi man disini sebagai salah satu faktor yang 48

27 menyebabkan terjadinya reject benda kerja. Hal-hal yang mempengaruhi man sebagai salah satu penyebab reject antara lain sebagai berikut : i. Mahasiswa kurang aktif bertanya. ii. Mahasiswa sering bingung ketika melakukan proses produksi. iii. Mahasiswa takut mencoba baik dalam penggunaan mesin dan attacment yang pendukung. iv. Mahasiswa sering terburu dalam proses permesinan produksi 2. Method Dalam method disini berhubungan dengan bagaimana cara seorang instruktur ataupun tim dalam membuat suatu metode agar mahasiswa lebih paham dalam proses produksi. Hal ini dapat menyebabkan reject terhadap benda kerja produksi karena apabila metode yang diterapkan oleh instruktur tidak fleksibel dan sulit dipahami oleh mahasiswa akan menyebabkan faktor-faktor seperti pada man yang dijelaskan pada poin pertama. Hal-hal yang mempengaruhi method ini dalam kaitannya sebagai salah satu penyebab reject adalah sebagai berikut : 1. Format penilaian terhadap mahasiswa yang kurang detail dan terperinci. 2. Adanya perbedaan penjelasan antara setiap instruktur. 3. Komunikasi antar mahasiswa saat pergantian shift. 3.Material Berkaitan dengan material disini sebagai salah satu penyebab reject di section milling tingkat 2 diantaranya : 49

28 1. Material salah lolos seleksi 2. Salah mengambil material 3. Salah dalam proses permesinan dapat menyebabkan material cacat 4. Gambar kerja yang lebih kompleks 4.Machine Machine disini merupakan salah satu alat yang membantu dalam pembuatan benda-benda produksi. Karena semakin tinggi tuntutan produksi baik dari segi waktu, kualitas dan harga maka machine yang digunakan mempunyai peran yang penting dalam pembuatan benda produksi tersebut. Namun machine tersebut juga bisa menjadai salah satu faktor penyebab terjadinya reject karena : 1. Semakin komplek mesin yang digunakan maka kesulitan dalam pengoperasiannya pun semakain sulit. 2. Penggunaan attacment mesin yang tidak sesuai yang dapat menyebabkan benda cacat. Diantara 4 faktor (Man, Method, Material dan Machine) yang menyebabkan tingkat reject benda produksi yang terjadi pada tingkat 2 khususnya section milling akan dipilih satu faktor penyebab yang akan dijadikan prioritas perbaikan dari faktor-faktor yang lain dengan menggunakan metode FMEA (Failure Mode and Effect Analyze) dibawah ini. 50

29 Potential Effect (S) of Faktor Failure Jenis Kegagalan Penyebab S Akibat Kegagalan Man 6 Method Proses pengerjaan 7 Reject Material benda kerja 4 Machine 5 Man 7 Pemilihan tools Method 7 untuk proses Reject Material 5 permesinan Machine 5 Man Pemilihan 6 Method attacment untuk 7 Reject Material proses 5 Machine permesinan 5 Man 7 Method Pemahaman 7 Reject Material gambar kerja 5 Machine 5 51

30 Potential Potential Effect Effect (S) of Faktor (S) of Failure O Failure D RPN Penyebab Penyebab Detektor Total Kegagalan Kegagalan Man Man 845 Method Salah proses Method 980 Visual Material pengerjaan Material 475 Machine Machine 500 Man Method Kurang paham Visual Material mengenai tool Machine Man kurang Method mengerti jenis Visual Material attacment Machine Man kurang Method mengerti Visual Material gambar teknik Machine dasar Tabel 4.13 FMEA Dari hasil penentuan faktor reject yang diprioritaskan untuk dilakukan perbaikan sesuai dengan nilai RPN tertinggi (980) yaitu method sebagai faktor penyebab yang perlu diperbaiki. Hal ini selain dijelaskan pada FMEA, method dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar khususnya dalam hal praktek pengerjaan benda produksi dengan menggunakan mesin produksi sangatlah besar pengaruhnya. Terlebih bagi mahasiswa sebagai pelaku dalam proses pembuatan benda produksi yang merupakan benda yang dipesan langsung oleh konsumen. 52

31 Setelah mengetahui penyebab terjadinya reject benda kerja produksi disebabkan oleh method dimana dalam hal ini lebih berfokus pada beberapa method yang nantinya menjadi fokus perbaikkan pada section milling tingkat 2 antara lain sebagai berikut : 1. Metode dalam penilaian mahasiswa Dalam metode penilaian mahasiswa ini di karenakannya kurang detail poin penilaiannya sehingga mempengaruhi kinerja mahasiwa dalam menghasilkan suatu produk yang baik dengan waktu yang sesuai dengan estimasi yang diminta. Berikut merupakan metode penilaian yang digunakan dalam menilai mahasiwa saat melakukan proses produksi : Format Penilaian yang dilakukan oleh Instruktur Tingkat 2 kepada mahasiswa selama ini menggunakan buku aktivitas harian mahasiswa, dimana dalam penilainnya mengandung dua komponen nilai yaitu nilai subyektif dan nilai obyektif. Dimana komponen nilai subyektif dan nilai obyektif dapat dilihat sebagai berikut : 53

32 Penilaian Mahasiswa Tingkat II : Nilai subyektif meliputi: 1. Kwalitas a. Good = 10 b. Rework = 4 c. Restart = 0 2. Kecepatan a. Sesuai Estimasi = 10 b. 1,5 x Estimasi = 5 c. 2 x Estimasi = 0 d. Restart = 0 3. Performance a. Good = 10 b. Surface tdk masuk / Scratch = dikurangi 2 c. Benda Kerja Cacat = dikurangi 4 d. Masih ada Chip = dikurangi 2 e. Restart = 0 Nilai obyektif meliputi : 1. Sikap yang meliputi : Keterlambatan, izin yang berlebihan, menggunakan HP di bengkel, mengganggu teman, tidak membawa ATK dan perlengkapan bengkel, meninggalkan mesin, tidak mencatat buku harian 2. Safety yang meliputi : Kacamata, safety shoes, rambut, pakaian 54

33 3. Kebersihan yang meliputi : Pakaian, mesin, area kerja, MTC Dari format penilaian diatas bahwa nilai mahasiswa dibagi menjadi 2 nilai yaitu nilai subyektif dan obyektif. Niali subyektif ini meliputi nilai kualitas, kecepatan dan performance dari benda kerja yang dibuat oleh mahasiwa. Sedangkan nilai obyektif meliputi nilai sikap, safety dan kebersihan dari mahasiswa itu ketika berada di workshop maupun ketika mahasiswa sedang melakukan proses permesinan secara langsung. Dalam pelaksanaanya format penilaian ini kadang tidak semudah dalam penilaiannya, karena ada beberapa hal yang membuat format penilaian ini kurang subyektif apabila mengacu pada aturan dalam penilai tersebut seperti : 1. Apabila dalam sehari mahasiswa mengerjakan lebih dari satu benda kerja 2. Apabila dalam satu hari mahasiswa mengerjakan benda kerja dari konsumen yang berbeda 3. Apabila dari 10 benda kerja produksi yang dibuat mahasiswa ternyata 3 dari antaranya reject 4. Bagaimana cara menilai mahasiswa yang dalam sehari hanya melakukan setting benda kerja dan tidak melakukan proses permesinan sama sekali. 2. Metode dalam komunikasi antara instruktur agar tidak terjadi perbedaan makna yang ditangkap oleh mahasiswa. Dalam hal ini berkaitan dengan persamaan cara baik pengajaran maupun pengerjaan benda kerja produksi. Dengan kata lain belum adanya guident dalam melakukan aktivitas antara instruktur milling tingkat 2 secara tertulis sehingga apabila terjadi turn over tidak mengganggu rytme pengajaran dan produksi. 55

34 3. Metode dalam komunikasi antara mahasiswa saat pergantian shift dari malam ke pagi. Dalam hal ini berkaitan dengan cara overlapping pekerjaan antara mahasiswa yang berbeda shift khususnya dari mahasiswa malam kepada mahasiswa pagi. Walaupun sebenarnya hal ini dapat diatasi namun kadang hal ini dapat mengakibatkan kesalahan proses pada saat pengerjaan proses permesinan. 4.3 Analyze 5Why Setelah diketahui bahwa faktor method menjadi penyebab paling dominan tingkat reject yang ada pada section milling tingkat 2, dalam hal ini untuk mengetahui lebih detail mengapa faktor method menjadi penyebab utama reject benda produksi. Penulis mengunakan metode 5 why (brainstroming) untuk mengetahui inti permasalahan mengapa faktor method menjadi dominan. No Why 1 Why 2 Why 3 Why 4 Why 5 1 Belum mengerti proses Bingung Takut mencoba menjalankan mesin Belum paham mesin yang digunakan Overlapping instruktur kurang jelas 2 Bingung didepan mesin Belum paham betul mengenai proses Gambar kerja komplek Tuntutan ukurannya lebih presisi Instruksi dari instruktur berbeda-beda mengenai proses pengerjaan 3 Pengetahuan kurang mengenai tools yang Belum paham jenis-jenis tools untuk produksi Gambar kerjanya berbeda dengan tingkat sebelumnya Tuntutan kualitas dan kecepatannya lebih Overlapping mengenai tools yang ada belum dijelaskan digunakan 4 Pengetahuan Belum paham Gambar kerjanya Tuntutan Overlapping 56

35 kurang mengenai attacment yang digunakan jenis-jenis attacment untuk produksi berbeda dengan tingkat sebelumnya kualitas dan kecepatannya lebih mengenai attacment yang ada belum dijelaskan Tabel 4.14 Analisa 5 Why Dengan mengunakan teknik 5 why dapat disimpulkan bahwa penyebab faktor method menjadi faktor yang paling dominan yang menyebabkan reject benda kerja produksi yang dilakukan oleh mahasiswa, hal ini dikarenakan belum adanya kesamaan cara dalam memberikan instruksi kerja antar instruktur kepada mahasiswa sehingga menyebabkan mahasiswa bingung karena dalam kontek pendidikan apabila terjadi perbedaan dalam memberikan pengarahan pada mahasiswa akan menyebabkan salah tangkap walaupun maksud masing-masing instruktur sama, yaitu membuat mahasiswa mengerti. 57

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Gambaran Umum Perusahaan Akademi Tehnik Mesin Industri (ATMI) Cikarang merupakan sebuah pendidikan D3 dengan jurusan teknik mesin industri. Dalam mendukung proses

Lebih terperinci

Perbaikan Format Penilaian Mahasiswa. Format Penilaian Mahasiswa. Pengaturan Produksi BAB V HASIL ANALISA. 5.1 Improvement

Perbaikan Format Penilaian Mahasiswa. Format Penilaian Mahasiswa. Pengaturan Produksi BAB V HASIL ANALISA. 5.1 Improvement BAB V HASIL ANALISA 5.1 Improvement Dalam improvement yang akan dilakukan penulis ini berdasarkan dari permasalahan yang ada dan tindakan yang nantinya diperbaiki sesuai dengan akar permasalahan yang akan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki, BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT. Karya Indah Bersama adalah sebuah perusahaan yang bergerak pada bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 40 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Sejarah Perusahaan National Garment merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri pembuatan barang fashion seperti kaos,kemeja,celana,jaket

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 51 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, akan dijelaskan terlebih dahulu bagaimana cara kerja sistem pengendalian kualitas yang dilakukan pada saat paling awal yaitu mulai

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA 1.1 Tahap Analyze 1.1.1 Diagram Pareto Pada tahapan Analyse diagram pareto berguna untuk membantu mengurutkan prioritas penyelesaian masalah yang harus dilakukan. Yaitu melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB I PENDAHAHULUAN I.1 BAB I PENDAHAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tentunya ingin selalu meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meningkatkan hasil produksinya. Produk yang berkualitas merupakan produk yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Dimulai pada tahun 2001 sebagai perusahaan assembly, PT Pro Tec Indonesia

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Dimulai pada tahun 2001 sebagai perusahaan assembly, PT Pro Tec Indonesia BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Latar Belakang Perusahaan Dimulai pada tahun 2001 sebagai perusahaan assembly, PT Pro Tec Indonesia (Pro Tec) merupakan perusahaan perakit komponen-komponen untuk perusahaan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. sebelumnya menggunakan metode OEE maka dapat disimpulkan bahwa hasil

BAB V ANALISA HASIL. sebelumnya menggunakan metode OEE maka dapat disimpulkan bahwa hasil BAB V ANALISA HASIL Berdasarkan hasil analisa dan perhitungan yang telah dilakukan di bab sebelumnya menggunakan metode OEE maka dapat disimpulkan bahwa hasil pencapain OEE setiap bulannya adalah tidak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metodologi penelitian bertujuan untuk memberikan kerangka penelitian yang sistematis sehingga dapat memberikan kesesuaian antara tujuan penelitian dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perusahaan dalam hal untuk meningkatkan produktivitasnya harus mempunyai sistem produksi yang baik dengan proses yang terkendali agar dapat memberikan output yang sesuai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, dunia automotive di Indonesia menunjukkan perkembangan yang signifikan. Menurut harian Bisnis Indonesia pada 29 Maret 2012, peningkatan penjualan kendaraan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya dan faktor penyebab banyaknya re-work dari proses produksi kursi pada PT. SUBUR MANDIRI, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan teknik makin dipercaya oleh masyarakat sebagai tempat pendidikan formal yang mampu menjanjikan lapangan pekerjaan yang luas bagi lulusannya,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 57 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Sejarah Perusahaan PT. Inkoasku merupakan salah satu perusahaan industri otomotif yang bergerak dalam bidang Wheel Rim Manufakturing.

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 28 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Identifikasi masalah Pada bagian produksi di Stamping Plant PT. Astra Daihatsu Motor, banyak masalah yang muncul berkaitan dengan kualitas yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dimasa perdagangan bebas pada saat ini membuat persaingan antara industri otomotif semakin sulit dalam memasarkan produknya. Pada sisi lain era perdagangan bebas telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin berkembangnya perdagangan bebas yang masuk, maka setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin berkembangnya perdagangan bebas yang masuk, maka setiap 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan perekonomian di Indonesia dan juga semakin berkembangnya perdagangan bebas yang masuk, maka setiap perusahaan harus mempersiapkan diri untuk

Lebih terperinci

PERANCANGAN MODUL PEMBELAJARAN BUBUT PADA MATA KULIAH PRAKTEK PRODUKSI TINGKAT II AKADEMI TEHNIK MESIN INDUSTRI (ATMI) CIKARANG

PERANCANGAN MODUL PEMBELAJARAN BUBUT PADA MATA KULIAH PRAKTEK PRODUKSI TINGKAT II AKADEMI TEHNIK MESIN INDUSTRI (ATMI) CIKARANG PERANCANGAN MODUL PEMBELAJARAN BUBUT PADA MATA KULIAH PRAKTEK PRODUKSI TINGKAT II AKADEMI TEHNIK MESIN INDUSTRI (ATMI) CIKARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Metode Pemecahan Masalah Flow Chart metodologi pemecahan masalah merupakan diagram alir yang menggambarkan pola berpikir serta menjelaskan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. itulah, segala sesuatunya perlu diperhitungkan dengan cermat dan teliti termasuk

BAB 1 PENDAHULUAN. itulah, segala sesuatunya perlu diperhitungkan dengan cermat dan teliti termasuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan pesat di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, telah menuntut adanya kemampuan manusia dalam mempertimbangkan segala kemungkinan sebelum mengambil

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan kriteria optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi kualitas produksi pipa pada perusahaan ini yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze,

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah suatu proses berpikir yang dilakukan dalam penulisan suatu laporan, mulai dari menentukan judul dan permasalahan, melakukan pengumpulan data yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah Quality Control setelah Perang Dunia II ( 1939-1945) pada saat kekalahan Jepang atas Amerika Tahun 1945, Jepang mengalami kekelahan perang dengan Amerika.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI... ABSTRAK PT Wahana Pancha Nugraha, Bandung adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan Parts Manufacturing. Salah satu produk yang dihasilkan dari perusahaan ini adalah Dies mesin tablet untuk pharmaceutical

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR..... ABSTRAK..... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI 56 BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI Pada Bab ini dibahas tahap Analyze (A), Improve (I), dan Control (C) dalam pengendalian kualitas terus menerus DMAIC sebagai langkah lanjutan dari kedua tahap sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gilirannya akan mengakibatkan meningkatnyapersaingan di pasair internasional. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. gilirannya akan mengakibatkan meningkatnyapersaingan di pasair internasional. Oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini, setiap perusahaan dihadapkan pada suatu persaingan yang semakin ketat. Hal ini dikarenakan munculnya pasar bebas dunia yang

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Punch, Kualitas, DMAIC, Upaya Menekan Variasi Kualitas Produk

ABSTRAK. Kata Kunci: Punch, Kualitas, DMAIC, Upaya Menekan Variasi Kualitas Produk ABSTRAK PT Wahana Pancha Nugraha merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang penyediaan permesinan dan sparepart untuk industri farmasi. Salah satu produk yang dihasilkan dari perusahaan ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan metodologi penelitian atau tahapan-tahapan penelitian yang akan dilalui dari awal sampai akhir. Metodologi penelitian perlu ditentukan terlebih

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 69 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode Penelitian dilakukan dengan mengadakan pengamatan/observasi secara langsung dengan mengunjungi PT.Delident Chemical Indonesia untuk melihat secara

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN DIES UNTUK PEMBENTUKAN PANEL MOBIL DI PT. METINDO ERA SAKTI. Nama : Haga Ardila NPM : Jurusan : Teknik mesin

PROSES PEMBUATAN DIES UNTUK PEMBENTUKAN PANEL MOBIL DI PT. METINDO ERA SAKTI. Nama : Haga Ardila NPM : Jurusan : Teknik mesin PROSES PEMBUATAN DIES UNTUK PEMBENTUKAN PANEL MOBIL DI PT. METINDO ERA SAKTI Nama : Haga Ardila NPM : 23410094 Jurusan : Teknik mesin LATAR BELAKANG Perkembangan teknologinya dilakukan dengan cara melakukan

Lebih terperinci

PROSEDUR PENANGANAN DELIVERY ORDER PADA PT. JUAHN INDONESIA

PROSEDUR PENANGANAN DELIVERY ORDER PADA PT. JUAHN INDONESIA PROSEDUR PENANGANAN DELIVERY ORDER PADA PT. JUAHN INDONESIA Nama : Hidayatunnisa NPM : 40209855 Jurusan : Akuntansi Komputer Pembimbing: Toto Sugiharto, MSC., PhD. Latar Belakang Masalah Delivery order

Lebih terperinci

Kesinambungan Daya Saing & Tanggung Jawab Perusahaan - SCORE - Presentasi hasil implementasi. Modul 1 (Kerja sama di tempat kerja)

Kesinambungan Daya Saing & Tanggung Jawab Perusahaan - SCORE - Presentasi hasil implementasi. Modul 1 (Kerja sama di tempat kerja) Kesinambungan Daya Saing & Tanggung Jawab Perusahaan - SCORE - Presentasi hasil implementasi Modul 1 (Kerja sama di tempat kerja) Nama Perusahaan : PT. Tri Jaya Teknik Karawang Lokasi : Jl. Alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya konsumen yang semakin pintar dalam memilih produk. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya konsumen yang semakin pintar dalam memilih produk. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini persaingan antar produk di pasar perdagangan semakin ketat, dengan adanya konsumen yang semakin pintar dalam memilih produk. Hal ini menuntut pihak

Lebih terperinci

BAB IV. Hasil Praktek Kerja dan Analisis. 4.2 Dokumen-dokumen yang digunakan dalam sistem pembelian impor komponen

BAB IV. Hasil Praktek Kerja dan Analisis. 4.2 Dokumen-dokumen yang digunakan dalam sistem pembelian impor komponen BAB IV Hasil Praktek Kerja dan Analisis 4.1 Sistem Komputerisasi yang digunakan Perusahaan ini telah menggunakan sistem yang terkomputerisasi sebagai kegiatan operasional kerja. Database yang digunakan

Lebih terperinci

DISUSUN OLEH: ANGGA SATRIA GUSTI /

DISUSUN OLEH: ANGGA SATRIA GUSTI / MEMPELAJARI PERSEDIAAN BAHAN BAKU HITACHI SLD-R PLAT PADA PRODUK CUTTER SPLISHER DI PT. MASTER LOGAM PRESISI DISUSUN OLEH: ANGGA SATRIA GUSTI / 30412890 LATAR BELAKANG PROSES PRODUKSI PERMASALAHAN PT MASTER

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang akan di lewati dalam melakukan penelitian ini, yaitu seperti pada Gambar 3.1 berikut:

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 34 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1 Profil Umum Perusahaan PT. MEKAR ARMADA JAYA merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang stamping dan tooling yang mampu

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya produktivitas dan kualitas dari produk yang dihasilkan merupakan tantangan bagi industri permesinan masa kini seiring dengan meningkatnya pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lead Time Istilah lead time biasa digunakan dalam sebuah industri manufaktur. Banyak versi yang dapat dikemukakan mengenai pengertian lead time ini. Menurut Kusnadi,

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang BAB V ANALISA DATA 5.1. Tahap Analyze Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan merugikan perusahaan. Alat yang digunakan

Lebih terperinci

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan Dalam industri komponen otomotif, PT. XYZ melakukan produksi berdasarkan permintaan pelanggannya. Oleh Marketing permintaan dari pelanggan diterima yang kemudian

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil dari pengumpulan serta pengolahan data yang sudah dilakukan menggunakan diagram pareto untuk mengetahui cacat terbesar yaitu cacat produk salah ukuran yang

Lebih terperinci

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Start Penelitian Pendahuluan Identifikasi Masalah Studi Pustaka Tujuan Penelitian Pengumpulan Data : -Data Data Pengolahan Data

Lebih terperinci

3.1 Persiapan Penelitian

3.1 Persiapan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian Dalam mengerjakan Tugas Akhir ini dilakukan langkah-angkah perancangan yang jelas agar tujuan dari Tugas Akhir ini dapat tercapai. Pada bab ini akan

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. beralamat di Jalan Prepedan Raya No 54, Kalideres, Jakarta Barat.

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. beralamat di Jalan Prepedan Raya No 54, Kalideres, Jakarta Barat. 36 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT Prima Plastik Internusa (PPI) adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang packaging atau produksi kemasan. PT PPI didirikan tahun

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA 5.1 Hasil Data Defect Fusstrebe Dari hasil pembahasan pada bab pengumpulan dan pengolahan data, dapat diketahui beberapa point penting dalam mengetahui jenis-jenis defect yang terjadi

Lebih terperinci

LAMPIRAN WAWANCARA. Produk yang diproduksi dan dijual kepada pelanggan PT. Lucky Print Abadi. adalah kain bercorak. Kain dijual dalam ukuran yard.

LAMPIRAN WAWANCARA. Produk yang diproduksi dan dijual kepada pelanggan PT. Lucky Print Abadi. adalah kain bercorak. Kain dijual dalam ukuran yard. L 1 LAMPIRAN WAWANCARA 1. Bisa menceritakan sejarah PT. Lucky Print Abadi? Sejarah perusahaan dapat dilihat pada Company Profile yang telah kami berikan kepada kalian 2. Produk apa yang diproduksi PT.

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISA SISTEM YANG SEDANG BERJALAN BAB 3 ANALISA SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Tentang Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT Global Teknindo Berkatama adalah perusahaan spesialis di bidang CNC Wirecut EDM. Perusahaan ini didirikan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Persaingan yang terjadi di dunia industri manufaktur dalam merebut pasar pada era globalisasi ini semakin tajam. Hal tersebut mendorong harapan pelanggan akan produk

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Rencana Implementasi Rencana implementasi ditetapkan dari solusi bisnis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Rencana implementasi yang akan dilakukan dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan konsumen merupakan faktor yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan konsumen merupakan faktor yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, persaingan semakin ketat sehingga industri yang bergerak dalam bidang manufaktur maupun jasa harus dapat unggul dalam pasar. Kepuasan

Lebih terperinci

Gambar I.1 Part utama Penyusun meter air

Gambar I.1 Part utama Penyusun meter air BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut Gaspersz (2011, p.92), Lean Six sigma merupakan suatu filosofi bisnis, pendekatan sistemik dan sistematik dan sistematik untuk mengidentifikasi dan menghilangkan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama Temuan utama dari Penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama Temuan utama dari Penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB V PEMBAHASAN Tujuan dari penelitian dengan judul Analisis Pengendalian Dan Perbaikan Kualitas Proses Produksi Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) di PT. Surya Toto Indonesia, Tbk. adalah

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PABRIK

LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PABRIK L1 LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PABRIK L2 LAMPIRAN 2 Struktur Organisasi L3 LAMPIRAN 3 FOTO PROSES PRODUKSI DAN INSPEKSI 1. First process pemotongan awal material 2. Second process pengeboran diameter luar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan produk plastik pada saat ini cukup pesat dimana semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan produk plastik pada saat ini cukup pesat dimana semakin 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan produk plastik pada saat ini cukup pesat dimana semakin meningkatnya pemesanan oleh masyarakat. Oleh karena itu PT. PANCA BUDI IDAMAN lebih meningkatkan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

SKRIPSI. Hak Cipta milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PENYEBAB KECACATAN (DEFECT) PADA PRODUK VELG MOBIL JENIS DAVINO DENGAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PT. PRIMA ALLOY STELL SIDOARJO SKRIPSI Oleh : ABDUL HAMID 0532010040 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DI PT ISTANA TIARA SURABAYA SKRIPSI

IDENTIFIKASI WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DI PT ISTANA TIARA SURABAYA SKRIPSI IDENTIFIKASI WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DI PT ISTANA TIARA SURABAYA SKRIPSI DISUSUN OLEH : WAHYU EKO NURCAHYO 0632010198 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 26 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN MULAI STUDI PENDAHULUAN STUDI PUSTAKA IDENTIFIKASI MASALAH PENGUMPULAN DATA Data Primer Data Sekunder PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA Diagram Paretto Diagram Fishbone FMEA Merancang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Informasi merupakan salah satu sumber daya penting dalam manajemen modern. Banyak keputusan strategis yang bergantung kepada informasi. Sebagaimana diketahui,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. lima kategori produk cacat, yaitu Filling Height, No Crown, Breakage Full, Out of Spec,

BAB V PEMBAHASAN. lima kategori produk cacat, yaitu Filling Height, No Crown, Breakage Full, Out of Spec, BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define Aktivitas proses produksi di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Semarang Plant Central java ini dianalisis menggunakan diagram SIPOC (Supplier-Input-Proccess-Output- Customer).

Lebih terperinci

Oleh Didik Samanhudi Teknik Industri FTI-UPV Veteran Jatim ABSTRAK

Oleh Didik Samanhudi Teknik Industri FTI-UPV Veteran Jatim ABSTRAK ANALISIS KAPABILITAS PROSES PRODUK KAWAT MENGGUNAKAN PENDEKATAN DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE, CONTROL DENGAN METODE TAGUCHI DI PT. UNIVERSAL METAL WORK SIDOARJO Oleh Didik Samanhudi Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Penyelesaian masalah yang diteliti dalam tugas akhir ini memerlukan teori-teori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Awal Berdirinya PT. SINAR REJEKI MESINDO

BAB 2 GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Awal Berdirinya PT. SINAR REJEKI MESINDO BAB 2 GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Awal Berdirinya PT. SINAR REJEKI MESINDO PT. SINAR REJEKI MESINDO pada awalnya adalah Bengkel Las Listrik dengan nama SINAR REJEKI yang didirikan pada tanggal 30

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENERAPAN METODE LEAN SIGMA UNTUK MEMPERBAIKI KINERJA QUALITY, COST DAN DELIVERY PRODUK SUNVISOR ASSY DI PT. APM ARMADA AUTOPARTS

TUGAS AKHIR PENERAPAN METODE LEAN SIGMA UNTUK MEMPERBAIKI KINERJA QUALITY, COST DAN DELIVERY PRODUK SUNVISOR ASSY DI PT. APM ARMADA AUTOPARTS TUGAS AKHIR PENERAPAN METODE LEAN SIGMA UNTUK MEMPERBAIKI KINERJA QUALITY, COST DAN DELIVERY PRODUK SUNVISOR ASSY DI PT. APM ARMADA AUTOPARTS Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat baik yang bergerak di bidang produksi barang maupun jasa.

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat baik yang bergerak di bidang produksi barang maupun jasa. BAB I PENDAHULUAN 1.I Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan pembangunan di Indonesia, jumlah perusahaan semakin meningkat baik yang bergerak di bidang produksi barang maupun jasa. Kondisi

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN KREDIT PADA PT ATMI-IGI CENTER SURAKARTA

EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN KREDIT PADA PT ATMI-IGI CENTER SURAKARTA EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN KREDIT PADA PT ATMI-IGI CENTER SURAKARTA TUGAS AKHIR Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Akuntansi

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR. SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Menyelesaikan. Studi Strata Satu (S1) Gelar Sarjana Teknik Industri

LAPORAN TUGAS AKHIR. SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Menyelesaikan. Studi Strata Satu (S1) Gelar Sarjana Teknik Industri LAPORAN TUGAS AKHIR Analisa dan Mengukur Produktivitas Divisi CNC Machine dengan Metode OPI (Overall Perforformance Indicator) Pada Akademi Tehnik Mesin Industri Cikarang. SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah:

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah: BAB III. METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT.Dulmison Indonesia merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang hardware energi yang memproduksi alat-alat berat dan aksesoris

Lebih terperinci

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis 4 BAB V ANALISIS 4.1 Analisa Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis melakukan analisa dan hasil dari laporan skripsi, dan menguraikan tentang data-data yang telah dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, diperlukan adanya desain atau skema langkah penelitian sebagai acuan

Lebih terperinci

Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang)

Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang) Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang) Debora Anne Y. A., Desy Gunawan Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI PENGURANGAN WASTE PADA PROSES PRODUKSI BENANG KARET DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA DI PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 42 BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Hasil Data Dari hasil pembahasan pada bab pengumpulan dan pengolahan data, dapat diketahui beberapa point penting dalam mengetahui jenis-jenis cacat yang

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tahun ke tahun, perkembangan dunia bisnis mengalami peningkatan yang mengakibatkan perusahaan terus bersaing untuk menawarkan produk berkualitas sesuai keinginan konsumen.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Perusahaan telah menetapkan standar kualitas dan telah melaksanakan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Perusahaan telah menetapkan standar kualitas dan telah melaksanakan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Perusahaan telah menetapkan standar kualitas dan telah melaksanakan pengendalian kualitas produk dalam proses produksinya sampai pengendalian kualitas produk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Umum Pada penelitian ini dilakukan pengamatan langsung terhadap aliran proses produk dan pengumpulan data-data yang dibutuhkan di PT XYZ. Data-data tersebut kemudian

Lebih terperinci

BAB III AKTIFITAS MINGGUAN KERJA PRAKTEK Minggu Pertama (18 Agustus Agustus 2015) AKTIFITAS MINGGUAN KERJA PRAKTEK

BAB III AKTIFITAS MINGGUAN KERJA PRAKTEK Minggu Pertama (18 Agustus Agustus 2015) AKTIFITAS MINGGUAN KERJA PRAKTEK BAB III 3.1. Minggu Pertama (18 Agustus 2015 22 Agustus 2015) Hari Selasa (18 Agustus 21 Agustus 2015) Pada tanggal 18-21 Agustus penulis hanya melakukan perkenalan terhadap seluruh staff di PT. Cipta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri percetakan adalah salah satu industri yang selalu berhubungan dengan gambar dan tulisan untuk dijadikan sebuah hardcopy. Semakin berkembangnya zaman, industri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan persaingan yang kompetitif bagi industri-industri didalamnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan persaingan yang kompetitif bagi industri-industri didalamnya. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri secara dinamis telah berkembang pesat menimbulkan persaingan yang kompetitif bagi industri-industri didalamnya. Kemampuan untuk terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan dies dilakukan pada Departemen Machinery in Die Section. menjadi surface part yang diinginkan dilakukan disini.

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan dies dilakukan pada Departemen Machinery in Die Section. menjadi surface part yang diinginkan dilakukan disini. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. RKN Forge Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur dengan forging atau penempaan sebagai proses produksinya. Part yang dihasilkan merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penyelesaian Masalah Objek penyelesaian masalah dalam karya tulis ini adalah tahapan dalam melakukan continous improvement dengan menggunakan metode Lean Sigma untuk

Lebih terperinci

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1 B A B 5 1 VSM adalah suatu teknik / alat dari Lean berupa gambar yg digunakan untuk menganalisa aliran material dan informasi yg disiapkan untuk membawa barang dan jasa kepada konsumen. VSM ditemukan pada

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang tekstil benang jahit. Saat ini perusahaan memiliki permasalahan kualitas benang jahit pada bagian twisting, di mana diketahui terjadi cacat benang.

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN BAB V ANALISA PEMBAHASAN 5.1 Tahap Perencanaan Penelitian dilakukan untuk mengevaluasi sistem manajemen warna di dalam perusahaan. Selama dilakukannya observasi di PT Chun Cherng Indonesia, penulis menemukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era yang perkembanganya sangat cepat ini dimana semua dituntut untuk menciptakan suatu proses kerja yang efektif dan effisien dengan tidak mengurangi standard kualitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode Penelitian adalah suatu cara untuk memecahkan masalah ataupun cara mengembangkan ilmu pengetahuan dengan metode ilmiah. Dengan cara suatu proses pengumpulan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 33 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Secara umum, metodologi penelitan diartika sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Yang dimaksud sebagai cara ilmiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri atau perindustrian merupakan sebuah kegiatan ekonomi yang tidak hanya melakukan pengolahan bahan baku menjadi produk yang memiliki nilai lebih dalam penggunaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarana transportasi umum yang buruk dan tidak memadai membuat masyarakat Indonesia enggan untuk memanfaatkannya. Dengan tingkat kesejahteraan dan daya beli masyarakat

Lebih terperinci

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici Topik Khusus ~ Pengantar Six Sigma ~ ekop2003@yahoo.com Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Participative

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kualitas. Dalam dunia industri, kualitas barang yang dihasilkan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. atau kualitas. Dalam dunia industri, kualitas barang yang dihasilkan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi yang semakin kompetitif ini, setiap pelaku bisnis yang ingin memenangkan persaingan akan memberikan perhatian penuh pada mutu atau kualitas.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Pemecahan masalah dalam penyusunan skripsi mempunyai beberapa tahapan penelitian yang digunakan. Tahapan tersebut di tuangkan dalam bentuk diagram alir pemecahan masalah

Lebih terperinci

Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas

Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas Jurnal Teknik Industri, Vol., No., Juni 03, pp.-8 ISSN 30-495X Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 0J Untuk Meningkatkan Produktivitas Ridwan Mawardi, Lely Herlina, Evi Febianti 3,,

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI 4.1 Tahap Perancangan Sistem Terintegrasi Setelah dilakukan brainstorming dan studi pustaka, maka langkah selanjutnya adalah membuat sistem terintegrasi dari metode

Lebih terperinci

PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA DAN METODE WEIGHTED PRODUCT UNTUK MENGURANGI WASTE PADA PROSES PRODUKSI SPARE PART OEM DI PT. SINAR AGUNG SELALU SUKSES

PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA DAN METODE WEIGHTED PRODUCT UNTUK MENGURANGI WASTE PADA PROSES PRODUKSI SPARE PART OEM DI PT. SINAR AGUNG SELALU SUKSES PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA DAN METODE WEIGHTED PRODUCT UNTUK MENGURANGI WASTE PADA PROSES PRODUKSI SPARE PART OEM DI PT. SINAR AGUNG SELALU SUKSES Bonifasius Yorie Margo Putro Program Studi Teknik Indusri,

Lebih terperinci