VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR"

Transkripsi

1 VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR 6.1. Analisis Aspek Budidaya Penyiapan Bahan Tanaman (Pembibitan) Petani ubi jalar di lokasi penelitian yang dijadikan responden adalah petani yang menanam ubi jalar varietas kuningan putih (AC Putih). Varietas kuningan putih merupakan varietas lokal asli dari Kabupaten Kuningan dan paling banyak dibudidayakan oleh petani di lokasi penelitian. Alasan petani menggunakan varietas kuningan putih karena varietas lokal unggulan dengan produktivitas tinggi, bercita rasa manis, bentuknya bulat, tahan terhadap panas, harga jual tinggi, serta permintaan pasar selalu ada sepanjang tahun. Gambar 6. Proses Pembibitan Ubi Jalar Gambar 7. Pemetikan Setek Ubi Jalar Bibit yang digunakan dalam usahatani ubi jalar di lokasi penelitian berasal dari hasil produksi sebelumnya, hasil produksi petani lain, atau hasil pembibitan sendiri. Petani responden yang melakukan pembibitan sendiri atau produksi sebelumnya sebanyak 80 persen, sedangkan sisanya 20 persen mendapatkan bibit ubi jalar dari produksi petani lain. Petani di lokasi penelitian menggunakan setek pucuk, setek batang kedua, dan setek batang ketiga, jika bibit yang digunakan berasal dari pembibitan. Sedangkan jika bibit berasal dari tanaman produksi sebelumnya, maka setek yang digunakan adalah setek pucuk. Perbanyakan tanaman dengan setek batang atau setek pucuk secara terus menerus mempunyai kecenderungan penurunan hasil pada generasi-generasi berikutnya. Oleh karena itu, setelah 3-5 generasi 64

2 perbanyakan harus diperbaharui dengan cara menanam atau menunaskan umbi untuk bahan perbanyakan. Tata cara penyiapan bahan tanaman (pembibitan) ubi jalar dari tanaman produksi di lokasi penelitian adalah sebagai berikut : tentukan tanaman ubi jalar yang sudah berumur dua bulan atau lebih, keadaan pertumbuhannya sehat dan normal dan tidak lebih dari generasi ke-5, kemudian potong batang tanaman untuk dijadikan setek batang atau setek pucuk sepanjang cm dengan menggunakan pisau yang tajam, dan dilakukan pada pagi hari. Kumpulkan setek pada suatu tempat. Ikat bahan tanaman (bibit) rata-rata 100 setek per ikatan, lalu simpan di tempat yang teduh selama 1-3 hari dengan tidak bertumpuk kemudian bibit dapat ditanam ke lahan. Tenaga kerja yang digunakan per hektar yaitu TKDK sebanyak 1,77 HOK dan TKLK sebanyak 13, 74 HOK. Sedangkan proses pembibitan sendiri ubi jalar adalah sebagai berikut : pilih ubi yang umurnya cukup tua, keadaan ubi sehat dan berukuran minimal sebesar telur ayam. Ubi tersebut ditanam pada lahan penunasan. Setelah tunas tumbuh kemudian dipindahkan ke lahan pembibitan (10 persen dari luas lahan tanam). Setelah ubi bertunas dan berumur dua bulan atau lebih, dapat segera dilakukan pemotongan bahan tanaman (bibit) dengan langkah kerja seperti pada perbanyakan setek batang atau setek pucuk. Perlakuan pada saat pembibitan sama dengan budidaya pada saat di lahan. Tenaga kerja yang digunakan untuk pembibitan sendiri sebanyak 19,8 HOK yang berasal dari tenaga kerja dalam keluarga Pengolahan Tanah dan Pembuatan Guludan Pengolahan tanah dilakukan untuk menstabilkan kondisi tanah dan memperbaiki sifat fisik tanah. Terdapat dua tipe pengolahan lahan yang dilakukan oleh petani responden di lokasi penelitian yaitu sebagai berikut : 1) Tanah diolah terlebih dahulu hingga gembur oleh bajak tenaga hewan, kemudian dibiarkan selama 7-30 hari. Tahap berikutnya tanah dibentuk guludan-guludan. Cara ini biasa dilakukan pada lahan yang sebelumnya ditanami padi. Pada proses pembuatan guludan, jerami sisa produksi padi di simpan di sisi guludan untuk kemudian dijadikan mulsa. Penggunaan 65

3 mulsa jerami ini dapat meningkatkan produksi ubi jalar (Balitkabi diacu dalam Rukman 1997) 2) Tanah langsung diolah bersamaan dengan pembuatan guludan-guludan tanpa ada pembajakan lahan. Lahan dapat langsung ditanami atau didiamkan dulu selama 7-30 hari. Cara ini digunakan pada lahan yang sebelumnya ditanami ubi jalar, sayuran atau palawija lainnya. Lahan bekas tanaman sayuran mengandung pupuk organik sehingga pada produksi ubi jalar tidak memerlukan pupuk organik kembali. Gambar 8. Pembajakan lahan Gambar 9. Pembuatan Guludan Tahap selanjutnya adalah pembuatan guludan. Bentuk guludan disesuaikan dengan keadaan tanah. Umumnya ukuran guludan di lokasi penelitian adalah cm untuk lebar bawah, cm untuk tinggi, dan cm untuk jarak antar guludan. Panjang guludan disesuaikan dengan keadaan lahan yaitu berkisar antara 2,5-4 meter. Arah guludan mengikuti lahan tanam, mayoritas memanjang utara selatan sesuai anjuran. Jumlah tenaga kerja rata-rata per hektar yang digunakan untuk membuat guludan berasal dari TKLK sebanyak 61,98 HOK Penanaman Penanaman ubi jalar di lokasi penelitian dilakukan dengan sistem monokultur. Proses penanaman ubi jalar pada sistem monokultur dimulai dengan tahap pembuatan larikan dangkal dengan arah memanjang di sepanjang puncak guludan dengan cangkul sedalam 10 cm (dalam Bahasa Sunda disebut nyecrek ). Jarak antar lubang yang digunakan di lokasi penelitian antara cm, hal ini 66

4 belum sesuai anjuran yaitu dengan jarak cm. Selain larikan untuk menanam ubi jalar, juga dibuat larikan untuk pupuk dasar di sekitar lubang tanaman. Sebelum dilakukan penanaman, tanah diberi pupuk dasar terlebih dahulu, yaitu pupuk kandang, pupuk Urea, TSP, dan KCl. Gambar 10. Penanaman Ubi Jalar Gambar 11. Hamparan Ubi Jalar Teknik penanaman ubi jalar dilokasi penelitian dilakukan dengan memposisikan setek tegak lurus atau miring terhadap tanah. Posisi setek ini akan mempengaruhi bentuk umbi hasil produksi. Tanaman yang ditanam berdiri akan menghasilkan umbi yang tidak terlalu banyak, berbentuk bulat dan berukuran besar, sedangkan tanaman yang ditanam miring akan menghasilkan umbi yang agak memanjang dan berukuran tidak terlalu besar tetapi jumlah umbi banyak. Jumlah tenaga kerja rata-rata per hektar yang digunakan untuk penanaman terdiri dari TKDK sebanyak 1,05 HOK dan TKLK sebanyak 22,89 HOK Pengairan Meskipun tanaman ubi jalar tahan terhadap kekeringan, pada fase awal pertumbuhan memerlukan ketersediaan air tanah yang memadai. Cara pengairan adalah dengan cara dileb sampai guludan cukup basah, kemudian airnya dialirkan ke saluran pembuangan. Pengairan berikutnya masih diperlukan secara kontinu sampai panen. Pengairan dilakukan sekitar 7-15 hari sekali di lahan yang beririgasi, sedangkan di lahan tadah hujan pengairan dilakukan hari sekali. Pengairan secara kontinu dapat menurunkan peluang tanaman diserang hama lanas. Jumlah tenaga kerja rata-rata per hektar yang digunakan terdiri dari TKDK sebanyak 21,73 HOK dan TKLK sebanyak 1,04 HOK. 67

5 6.1.5 Penyulaman Selama 7-10 hari setelah tanam, pertanaman ubi jalar harus diamati kontinu, terutama bibit yang mati atau tumbuh abnormal. Bibit yang mati harus segera disulam. Cara menyulam adalah dengan mencabut bibit yang mati, kemudian diganti dengan bibit yang baru. Pada lokasi penelitian penyulaman sangat jarang dilakukan terutama pada usahatani dengan luas lahan kurang dari 0,5 ha. Hal ini dikarenakan potensi tumbuh ubi jalar tinggi, presentase tanaman yang tidak tumbuh kurang dari satu persen. Jumlah tenaga kerja rata-rata per hektar yang digunakan untuk penyulaman terdiri dari TKDK sebanyak 1,36 HOK dan TKLK sebanyak 0,29 HOK Pembongkaran Sementara Pembongkaran sementara (penjugaran) bertujuan untuk menggemburkan tanah dan memberi ruang masuknya cahaya matahari ke dalam tanah. Pembongkaran sementara dilakukan pada umur tanaman hari. Pembongkaran sementara dilakukan dengan cara mengikis kedua sisi guludan menggunakan cangkul sampai terlihat bakal umbi di akar tanaman. Guludan kemudian di diamkan selama 15 hari dengan tujuan menjemur akar. Guludan akan ditutup kembali setelah terlihat bakal umbi pada tanaman ubi jalar. Jumlah tenaga kerja rata-rata per hektar yang digunakan untuk pembongkaran sementara terdiri dari TKDK sebanyak 1,75 HOK dan TKLK sebanyak 22,24 HOK. Gambar 12. Pembongkaran Sementara Gambar 13. Guludan yang dibongkar 68

6 6.1.7 Penyiangan dan Pembumbunan Penyiangan dilakukan untuk menghilangkan tumbuhan liar (gulma) yang tumbuh pada lahan pertanaman. Gulma merupakan pesaing tanaman ubi jalar dalam memperoleh air, unsur hara, dan sinar matahari. Penyiangan pada lokasi penelitian dilakukan pada umur tanaman 1,5 2 bulan. Setelah lahan bersih dari gulma, dilanjutkan dengan pembumbunan dan pemberian mulsa jerami jika tersedia. Selanjutnya pemberian pupuk kedua sekaligus pengairan pada lahan pertanaman. Jumlah tenaga kerja per hektar yang digunakan untuk penyiangan terdiri dari TKDK sebanyak 1,70 HOK dan TKLK sebanyak 9,12 HOK. Sedangkan untuk pembumbunan terdiri dari TKLK sebanyak 41,22 HOK. Gambar 14. Penyiangan dan pemupukan Gambar 15. pembumbunan Pembalikan Batang Pembalikan batang di lokasi penelitian dilakukan pada saat tanaman berumur 3-4 bulan. Pembalikan batang dilakukan dengan mengangkat akar dari ruas-ruas batang yang bersentuhan dengan tanah. Hal ini bertujuan untuk mencegah tumbuhnya akar-akar baru agar zat makanan tidak tersebar ke akar-akar liar melainkan semuanya dapat diserap oleh umbi. Jumlah tenaga kerja per hektar yang digunakan untuk pembalikan batang terdiri dari TKDK sebanyak 5,37 HOK dan TKLK sebanyak 5,64 HOK. Gambar 16. Pembalikan Batang Ubi Jalar 69

7 6.1.9 Pemupukan Petani responden di lokasi penelitian melakukan pemupukan pada saat tanam dan pada saat pembumbunan. Pupuk yang digunakan baik dalam pemupukan dasar maupun pemupukan kedua pada lokasi penelitian beragam sesuai dengan kebiasaan masing-masing petani. Pupuk yang digunakan adalah pupuk akar dan pupuk daun. Pupuk akar yang digunakan antara lain pupuk kandang (organik), Urea, ZA, KCl, TSP, Pupuk Majemuk Phonska, dan NPK Mutiara. Sedangkan pupuk daun yang digunakan terdapat yang berbentuk padat (pupuk Gandasil D, Prosil, Topsil, dan Antrakol) dan cair (Nasa Tani dan Hayati). Pemupukan akar dilakukan dengan sistem larikan (alur) dengan membuat larikan kecil di sepanjang guludan di samping batang tanaman sedalam 5-7 cm. Kemudian sebarkan pupuk secara merata ke dalam larikan sambil ditimbun dengan tanah. Pupuk daun di berikan bersamaan dengan pemberian pestisida dengan cara disemprotkan. Jumlah tenaga kerja rata-rata per hektar yang digunakan untuk pemupukan terdiri dari TKDK sebanyak 10,71 HOK dan TKLK sebanyak 2,53 HOK Pengendalian Hama dan Penyakit Aktifitas pengendalian hama dan penyakit pada tanaman ubi jalar di lokasi penelitian disesuaikan dengan kondisi hama yang menyerang lahan pertanian. Pengendalian dengan menggunakan pestisida di lokasi penelitian hanya dilakukan jika tanaman yang diserang hama dan penyakit lebih dari 10 persen. Jika tidak, hanya dilakukan pengendalian secara fisik dan mekanis, yaitu dengan memotong atau memangkas/mencabut tanaman yang sakit kemudian mengumpulkan dan memusnahkannya. Hama yang sering menyerang tanaman ubi jalar antara lain lanas, penggerek batang, ulat daun, tikus dan cacing. Sedangkan penyakit yang sering menyerang antara lain layu fusarium dan kudis. Upaya pencegahan serangan hama dan penyakit juga dilakukan secara teknis pada beberapa petani responden dengan mengatur waktu tanam yang tepat, rotasi tanaman, dan sanitasi lahan. Jumlah tenaga kerja rata-rata per hektar yang digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit terdiri dari TKDK sebanyak 9,30 HOK dan TKLK sebanyak 0,52 HOK. 70

8 6.l.11 Panen Panen dilakukan setelah umbi berukuran besar dan siap panen, yaitu pada umur tanaman 4,5-6 bulan. Petani responden di lokasi penelitian rata-rata memanen ubi jalar pada umur tanaman 5 bulan. Pengambilan keputusan waktu panen ubi jalar dipengaruhi oleh kebutuhan petani, harga jual, dan orientasi usahatani. Petani yang membutuhkan dana mendadak jika tanamannya sudah berumur 4,5 bulan akan memanennya, walaupun hasilnya tidak optimal karena umbi belum mencapai ukuran optimalnya. Pengaruh lainnya yaitu harga jual, petani yang berorientasi keuntungan akan menunggu waktu ketika harga tinggi maksimal sampai tanaman berumur 6 bulan. Penambahan waktu panen akan menambah biaya untuk pengairan dan pemeliharaan, akan tetapi hasilnya akan meningkat karena umbi semakin besar. Rata-rata produksi total usahatani ubi jalar di lokasi penelitian adalah ,23 kg/ha. Jumlah ini sudah termasuk jumlah produksi ubi jalar layak jual, afkir, dan konsumsi. Sedangkan rata-rata produksi kualitas baik (layak jual) adalah ,23 kg/ha, dengan sebaran yang lebih banyak di bawah rata-rata target produksi kg/ha. Ubi afkir yang dihasilkan rata-rata 9,90 persen dengan sebaran yang merata antara 0-25 persen. Sedangkan untuk konsumsi berkisar antara 0,1-2,0 persen dari total produksi ubi jalar. Tabel 20. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Produksi Panen Ubi Jalar di Kecamatan Cilimus Tahun 2009 Jumlah Kualitas baik % dari Afkir % dari Konsumsi total Panen total produk ( ribu kg) Σ petani % Σ % produksi Σ petani % si petani 10 > 2 6, ,33 0,00 0 0, , , ,33 0,10-1, , , ,33 1,01-2, , ,67 25 < 3 10,00 2,00 < 1 3,33 30 < 1 3,33 Total Total Total mean ,23 kg/ha 9,90 % 0,87 % Min kg/ha 0,00 % 0,28 % Max kg/ha 57,25 % 3,45 % 71

9 Sistem panen yang ada di masyakarat petani responden yaitu dengan sistem borongan ligung (menggali dan menanggung). Tenaga yang berkerja biasanya berpasangan laki-laki dan perempuan. Aktifitas dalam pemanenan yaitu : pemotongan daun (ngababad), penggalian umbi ubi jalar dengan menggunakan cangkul, pemetikan batang dan daun dari umbi, pengumpulan, pengangkutan hasil panen ke jalan, dan penimbangan. Upah yang diterima petani ligung bersifat borongan disesuaikan dengan jumlah kuintal hasil panen yang dikerjakan dan jarak angkut antara sawah dengan jalan. Semakin jauh jarak sawah dengan jalan, maka semakin tinggi upahnya. Upah yang diterima petani ligung antara Rp Rp 7000 per kuintal hasil yang diangkut tenaga kerja laki-laki ditambah dengan membawa ubi jalar ke rumah rata-rata 5 kg per pasang. Jumlah tenaga kerja ratarata per hektar yang digunakan untuk kegiatan panen sebanyak 53,81 HOK yang berasal dari tenaga kerja luar keluarga. Sistem penjualan hasil panen ubi jalar yang ada di lokasi penelitian ada tiga macam, yaitu sistem borongan, sistem bukti, dan sistem rad. Jumlah petani responden yang menggunakan sistem borongan 6,67 persen, sistem bukti 60 persen, dan sistem rad 33,33 persen. Pada sistem borongan hasil panen dijual perluas lahan tanpa mempertimbangkan jumlah produksi dan harga. Sistem bukti yaitu petani menyaksikan sendiri berapa kilogram ubi jalar yang dihasilkan dikalikan dengan harga yang terjadi di pasaran. Pada sistem bukti ini, hasil panen ubi jalar disortasi antara ubi jalar kualitas baik dengan ubi jalar kualitas afkir. Sedangkan sistem rad yaitu menjual hasil panen sama seperti sistem bukti, tanpa ada sortasi. Sehingga semua hasil ubi jalar diberi harga sesuai dengan harga pasar. Harga jual ubi jalar di lokasi penelitian berfluktuasi berkisar antara Rp 500/kg-800/kg pada musim kemarau dan Rp 1.000/kg-1.800/kg pada musim hujan. Fluktuasi harga ini dipengaruhi oleh jumlah penawaran yang ada di pasar, penawaran pada musim kemarau (panen raya) lebih rendah dibandingkan pada musim hujan, karena lebih banyak petani yang menanam ubi jalar pada musim kemarau. 72

10 Aktifitas Usahatani Waktu Pembibitan 60 hari sblm tanam Pengolahan Tanah + Pembuatan Guludan 7-30 hari sblm tanam Penanaman + Pemupukan I + Pengairan Tanam = 0 hari Penyulaman + Pengairan 7 hari stlh tanam Pembongkaran Sementara hari stlh tanam Penyiangan + Pembumbunan + Pemupukan II 1,5-2 bulan stlh tanam Pembalikan Batang 3-4 bulan stlh tanam Pengendalian hama penyakit Kondisional 3-5 bulan stlh tanam Pengairan Kontinu Irigasi=7-15 hari 1x TH=15-30 hari 1x Pemanenan 5 bulan stlh tanam Gambar 17. Diagram Alir Aktifitas Budidaya Ubi Jalar 73

11 6.2 Analisis Penggunaan Sarana Produksi Analisis penggunaan sarana produksi merupakan analisis input-input produksi yang digunakan petani dalam usahatani ubi jalar seperti bibit, pupuk, obat-obatan, lahan, tenaga kerja, dan modal. Analisis ini dilakukan pada usahatani ubi jalar kuningan putih pada musim tanam tahun Bibit Ubi Jalar Bibit ubi jalar yang digunakan dapat berasal dari tanaman ubi jalar yang berumur dua bulan atau lebih. Bibit ubi jalar di lokasi penelitian tidak diperjualbelikan, petani mendapatkannya dengan mengambil dari pembibitan, hasil produksi sebelumnya, atau dari produksi petani lain. Oleh karena itu biaya yang digunakan untuk menghitung biaya bibit adalah biaya opportunity cost produksi ubi jalar untuk dua bulan. Lahan yang digunakan untuk pembibitan adalah 1/10 dari luas lahan tanam yang dapat memproduksi maksimum setek, jika setek yang digunakan setek pucuk, setek batang kedua, dan setek batang ketiga. Biaya yang digunakan untuk memproduksi bibit ubi jalar pada luas lahan pembibitan 0,1 ha selama dua bulan adalah Rp ,99 (llampiran 4). Jumlah bibit yang diperlukan untuk luas areal penanaman ditentukan berdasarkan pendekatan jarak tanam yang akan digunakan. Jumlah bibit yang diperlukan menggunakan pendekatan rumus jumlah bibit berdasarkan Rukmana (1997) : Pendekatan ini dirasa paling tepat karena mendekati kondisi yang aktual di lapangan. Jumlah rata-rata setek yang digunakan oleh petani responden adalah ,16 setek/ha dengan jarak tanam cm dan jarak baris cm. Penggunaan setek ini lebih banyak dari jumlah anjuran penyuluhan pertanian yaitu setek per hektar dengan anjuran jarak antar tanaman cm, dengan jarak antar baris cm. Petani responden menganggap dengan jarak tanam yang rapat dapat meningkatkan hasil produksi ubi jalar. 74

12 Tabel 21. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Teknik Tanam Usahatani Ubi Jalar di Kecamatan Cilimus Jarak antar tanaman Jarak antar baris Penggunaan bibit Jarak Σ Jarak Σ Σ bibit Σ % % % (cm) petani (cm) petani (ribu setek) petani , ,33 B < , , ,00 35< B < , , ,67 40 < B< ,33 Total Total Total mean 18,63 cm 89,97 cm 48881,16 setek Min 15 cm 70 cm 34782,61 setek Max 23 cm 100 cm 66666,67 setek Pupuk dan Pestisida Pupuk dan pestisida yang digunakan oleh petani dibeli dari Koperasi Unit Desa (KUD) dan toko pupuk eceran. Harga di toko eceran lebih tinggi dibandingkan KUD, hal ini dikarenakan tata niaga pupuk di lokasi penelitian belum sepenuhnya tertutup. Pupuk yang digunakan petani responden terdiri dari tiga macam yaitu pupuk organik (pupuk kandang), pupuk akar anorganik, dan pupuk daun. Pupuk organik (pupuk kandang) digunakan petani pada proses pengolahan tanah. Ketersediaan pupuk di tempat penelitian mencukupi karena di sekitar wilayah Kecamatan Cilimus banyak warga yang memelihara ternak sapi. Rata-rata penggunaan pupuk organik adalah 3.508,33 kg/ha dengan harga Rp 120,5/kg. Pupuk akar non organik terdiri dari pupuk Urea, ZA, KCl, SP-36, Pupuk Majemuk Phonska, dan NPK Mutiara. Rata-rata penggunaan pupuk akar anorganik secara berturut-turut adalah 90,33 kg/ha, 130,77 kg/ha, 42,91 kg/ha, 40,80 kg/ha, 72,93 kg/ha, dan 7,52 kg/ha, dengan harga berturut-turut Rp 1.289,17/kg, Rp 1.284,77/kg, Rp 2.652,63/kg, Rp 1.793,53/kg, Rp 2.480/kg, dan Rp 8.250/kg. Beragam jenis pupuk tersebut jika dikelompokan berdasarkan unsur N, P, K yang dikandung menjadi pupuk N, pupuk P, dan pupuk K. Penggunaan pupuk N, P, dan K yang dilakukan petani tidak ada yang sesuai anjuran Dinas Pertanian, yaitu pupuk N 46 kg/ha, pupuk P 45 kg/ha, dan pupuk K 75 kg/ha. Sebaran penggunaannya dapat dilihat pada Tabel

13 Tabel 22. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Penggunaan Pupuk pada Usahatani Ubi Jalar di Kecamatan Cilimus Dosis Pupuk N Dosis Pupuk P Dosis Pupuk K pupuk Σ pupuk Σ pupuk Σ (kg) % petani (kg) % petani (kg) % petani 46 > 5 16,67 45 > 4 13,33 75 > , , , ,00 46< 25 83,33 45< 26 86,67 75< 0 0,00 Total ,00 Total ,00 Total ,00 mean 81,26 kg/ha 26,93 kg/ha 37,97 kg/ha Min 25,76 kg/ha 0,0035 kg/ha 0,0035 kg/ha Max 132,33 kg/ha 102,90 kg/ha 65,00 kg/ha Pupuk daun yang digunakan oleh petani responden terdapat yang berbentuk padat (pupuk Gandasil D, Prosil, Topsil, dan Antrakol) dan cair (Nasa Tani dan Hayati). Rata-rata penggunaan pupuk daun padat sebesar 0,99 kg/ha dengan harga Rp /kg dan pupuk daun cair sebesar 0,53 liter/ha dengan harga Rp ,43/liter. Pestisida yang digunakan oleh petani responden juga berbentuk padat (Furadan) dan cair (Decis, Buldog, Kurakron, Aripo, Elsan, Dan Drusban). Rata-rata penggunaan pestisida padat adalah 1,04 kg/ha dengan harga Rp /kg sedangkan pestisida cair sebesar 0,71 liter/ha dengan harga Rp ,67/liter. Pemberian pestisida bersamaan dengan pemberian pupuk daun melalui kegiatan penyemprotan. Selain pupuk dan pestisida, beberapa petani ubi jalar di lokasi penelitian juga menggunakan kapur tanah untuk mengurangi tingkat keasaman tanah. Dosis kapur tanah yang diberikan yaitu 10,5 kg/ha dengan harga Rp 960,0/kg Alat-Alat Pertanian Alat yang digunakan dalam usahatani ubi jalar adalah cangkul, sabit, kored, sprayer, linggis, keranjang, dan ember. Peralatan tersebut biasanya merupakan milik petani sendiri, akan tetapi jumlahnya tidak seimbang dengan luas lahan yang diusahakan karena masing-masing buruh tani membawa alat masing-masing. 76

14 Pembelian alat pertanian tidak dilakukan setiap musim, karena alat-alat pertanian tersebut dapat digunakan beberapa kali sampai tidak dapat digunakan kembali. Alat pertanian yang digunakan akan mengalami penyusutan setiap tahunnya. Biaya penyusutan ini dihitung sebagai biaya yang diperhitungkan. Nilai penyusutan dalam analisis ini diperoleh dengan menggunakan metode garis lurus. Nilai penyusutan rata-rata alat-alat pertanian yang digunakan oleh petani responden di Kecamatan Cilimus sebesar Rp ,14. Untuk lebih lengkapnya data penyusutan dapat dilihat pada Lampiran Lahan Lahan yang digarap oleh petani responden terdiri dari lahan milik, lahan sewa, lahan sakap, dan lahan bengkok. Lahan milik, lahan sakap dan lahan bengkok selanjutnya dihitung dengan biaya diperhitungkan sewa lahan. Biaya yang dikeluarkan petani untuk menyewa lahan seluas satu hentar selama lima bulan masa tanam adalah sebesar Rp ,4/ha, sedangkan untuk biaya diperhitungkan sewa lahan sebesar Rp ,3/ha. Pajak Lahan yang dibayarkan petani untuk luas lahan miliknya selama lima bulan masa tanam adalah Rp ,89/ha. Besar kecilnya pajak dan harga sewa lahan disesuaikan dengan lokasi, jenis lahan dan ketersediaan air. Lahan yang lokasinya jauh dari jalan, tadah hujan, atau sulit memperoleh air, besar pajak dan harga sewa lahannya akan lebih kecil dari pada lahan yang lokasinya dekat dengan akses jalan, ketersediaan air terjamin, atau lahan irigasi Tenaga Kerja Ketersediaan tenaga kerja di lokasi penelitian relatif banyak dan mudah didapatkan karena rata-rata penduduknya bermata pencaharian sebagai buruh tani. Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani ubi jalar menggunakan satuan HOK hari yang terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan tenaga kerja luar keluarga (TKLK). TKDK merupakan anggota keluarga sendiri seperti suami, isteri dan anak. Sedangkan TKLK merupakan tenaga kerja upahan yang yang berasal dari penduduk sekitar. Jam kerja di lokasi penelitian adalah enam jam per hari, yang dimulai dari pukul WIB. Upah rata-rata tenaga kerja di 77

15 lokasi penelitian adalah Rp ,33/HOK hari, sedangkan untuk upah borongan menyesuaikan dengan tingkat kesulitan jenis aktifitas. Berdasarkan Tabel 23 terlihat jumlah hari kerja rata-rata usahatani ubi jalar di lokasi penelitian adalah 289,77 HOK hari, yang terdiri dari 54,75 HOK TKDK dan 235,02 HOK TKLK. Jumlah penggunaan TKDK lebih rendah dibandingkan dengan jumlah TKLK, karena budidaya ubi jalar membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak dan butuh keterampilan khusus. Aktifitas yang dikerjakan oleh TKDK adalah pekerjaan yang ringan dan dapat dilakukan sendiri oleh keluarga petani, seperti pengairan, pemupukan, dan penyemprotan. Jumlah penggunaan tenaga kerja yang paling besar pada aktifitas pengolahan tanah, pembumbunan dan panen. Tabel 23. Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja per Hektar Ubi Jalar di Kecamatan Cilimus Tahun 2009 Aktifitas TKDK (HOK) TKLK Total TK (HOK) (HOK) penyetekan 1,77 13,74 15,51 pengolahan tanah 0,00 61,98 61,98 penanaman 1,05 22,89 23,94 pengairan 21,73 1,04 22,77 penyulaman 1,36 0,29 1,66 Penjuragan 1,75 22,24 23,99 penyiangn 1,70 9,12 10,82 pembumbunan 0,00 41,22 41,22 pembalikan batang 5,37 5,64 11,01 pemupukan 10,71 2,53 13,24 penyemprotan 9,30 0,52 9,83 panen 0,00 53,81 53,81 Jumlah 54,75 235,02 289,77 78

16 6.2.6 Modal Modal yang digunakan oleh petani responden seluruhnya berasal dari modal pribadi. Petani tidak berani untuk meminjam modal kepada pihak lain dikarenakan risiko dari usahatani ubi jalar tinggi. Walaupun usahatani ubi jalar di lokasi penelitian termasuk ke dalam usahatani komersial karena hasilnya diperjualbelikan dan ditujukan untuk mencapai keuntungan maksimum bagi petani, akan tetapi memiliki risiko produksi dan risiko harga yang tinggi. Risiko produksi ubi jalar disebabkan oleh ancaman serangan hama penyakit yang dapat merusak kualitas produksi terutama hama lanas yang sampai saat ini belum ditemukan solusi untuk memusnahkannya. Sedangkan risiko harga berasal dari fluktuasi harga jual ubi jalar di lokasi penelitian yang telah diterangkan sebelumnya. Selain itu petani responden beranggapan bahwa meminjam modal ke pihak lain seperti bank, tengkulak, dan kerabat membatasi keleluasaan pengambilan keputusan dan hati merasa tidak tenang. Petani enggan meminjam kepada pihak bank dan tengkulak karena syarat yang sulit dan bunga yang ditetapkan terlalu besar, sedangkan skala usahatani ubi jalar yang dijalankan sebagian besar kurang dari 0,5 ha. Masalah modal di lokasi penelitian dapat diatasi oleh petani dengan bergabung dalam Koperasi Unit Desa (KUD) yang menyediakan input usahatani. Dengan menjadi anggota KUD, petani dapat meminjam input produksi untuk kemudian dibayar pada saat panen. 79

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR 8.1 Penerimaan Usahatani Ubi Jalar Penerimaan usahatani ubi jalar terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 7.1. Penerimaan Usahatani Kedelai Edamame Analisis terhadap penerimaan usahatani kedelai edamame petani mitra PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Usahatani ubi jalar di Desa Cikarawang menurut bentuk dan coraknya tergolong ke dalam usahatani perorangan dimana pengelolaannya dilakukan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR PRODUKSI UBI JALAR DI BOGOR

KUESIONER PENELITIAN ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR PRODUKSI UBI JALAR DI BOGOR KUESIONER PENELITIAN ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR PRODUKSI UBI JALAR DI BOGOR No. Responden : Nama Responden : Alamat : Desa/Kelurahan : Kecamatan : Kabupaten : Bogor Provinsi : Jawa Barat Tanggal Wawancara

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH 8.1. Penerimaan Usahatani Bawang Merah Penerimaan usahatani bawang merah terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi

Lebih terperinci

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Penyusun I Wayan Suastika

Lebih terperinci

Teknologi Produksi Ubi Jalar

Teknologi Produksi Ubi Jalar Teknologi Produksi Ubi Jalar Selain mengandung karbohidrat, ubi jalar juga mengandung vitamin A, C dan mineral. Bahkan, ubi jalar yang daging umbinya berwarna oranye atau kuning, mengandung beta karoten

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih padi pada petani yang melakukan

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 Sarana Usahatani Kembang Kol Sarana produksi merupakan faktor pengantar produksi usahatani. Saran produksi pada usahatani kembang kol terdiri dari bibit,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH 11:33 PM MASPARY Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU 7.1. Analisis Penggunaan Sarana Produksi Budidaya ubi kayu tidak terlalu sulit. Ubi kayu tidak mengenal musim, kapan saja dapat ditanam. Karena itulah waktu

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Petani 1) Umur Umur petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

Lebih terperinci

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09 Tanaman tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tanaman ini dapat ditanam secara luas di dataran

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : Usaha tani Padi dan Jagung Manis pada Lahan Tadah Hujan untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kalimantan Selatan ( Kasus di Kec. Landasan Ulin Kotamadya Banjarbaru ) Rismarini Zuraida Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar 1 III. METODE PENELITIAN 1.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung mulai bulan November 2011 sampai dengan Februari 2012. 1.2

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Keadaan Geografis Kelompok Tani Pondok Menteng merupakan salah satu dari tujuh anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Tani yang sebagian besar

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik petani yang menjadi responden bagi peneliti adalah usia,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik petani yang menjadi responden bagi peneliti adalah usia, 51 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Responden Karakteristik petani yang menjadi responden bagi peneliti adalah usia, pengalaman bertani, tingkat pendidikan, penggunaan luas lahan, dan jumlah tanggungan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

PRODUKSI BENIH SUMBER UBIKAYU

PRODUKSI BENIH SUMBER UBIKAYU PRODUKSI BENIH SUMBER UBIKAYU 1. Pemilihan Lokasi Tanah gembur, rata dan subur. Bukan endemik hama atau penyakit. Aman dari gangguan ternak dan pencurian. Bukan merupakan lahan bekas pertanaman ubi kayu.

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN Penilaian risiko produksi pada caisin dianalisis melalui penggunaan input atau faktor-faktor produksi terhadap produktivitas caisin. Analisis risiko produksi menggunakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Agronomis Bawang prei termasuk tanaman setahun atau semusim yang berbentuk rumput. Sistem perakarannya

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, 23 III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani responden pada penelitian ini adalah petani yang berjumlah 71 orang yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang petani

Lebih terperinci

Analisis Finansial Usaha Tani Penangkaran Benih Kacang Tanah dalam satu periode musim tanam (4bulan) Oleh: Achmad Faizin

Analisis Finansial Usaha Tani Penangkaran Benih Kacang Tanah dalam satu periode musim tanam (4bulan) Oleh: Achmad Faizin Analisis Finansial Usaha Tani Penangkaran Benih Kacang Tanah dalam satu periode musim tanam (4bulan) Oleh: Achmad Faizin 135040100111150 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. tanggungan keluarga, luas lahan, status kepemilikan lahan, pengalaman bertani,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. tanggungan keluarga, luas lahan, status kepemilikan lahan, pengalaman bertani, V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Padi Kegiatan usahatani padi dipengaruhi oleh latar belakang petani dengan beberapa karakteristik yang meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga,

Lebih terperinci

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row PENDAHULUAN Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama tanaman lain

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Responden Tingkat pendidikan di Desa Babakanreuma masih tergolong rendah karena dari 36 responden sebagian besar hanya menyelesaikan pendidikan sampai tingkat SD,

Lebih terperinci

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Latar Belakang Di antara pola tanam ganda (multiple cropping) yang sering digunakan adalah tumpang sari (intercropping) dan tanam sisip (relay

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR 20 III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Kenteng Rt 08 Rw 02, Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. HASIL DAN PEMBAHASAN II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Faktor umur adalah salah satu hal yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Semakin produktif umur seseorang maka curahan tenaga yang dikeluarkan

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM 7.1 Penerimaan Usahatani Caisim Penerimaan usahatani merupakan nilai yang diperoleh petani dari jumlah produksi. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama dengan tanaman lain (tumpangsari atau

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan

Lebih terperinci

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1 Penerimaan Usahatani Penerimaan usahatani merupakan nilai yang diperoleh dari total produksi usahatani sayuran per hektar yang dikelola oleh petani di Kelompok Tani

Lebih terperinci

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG Moh. Saeri dan Suwono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Sampang merupakan salah satu

Lebih terperinci

1 SET B. KELOMPOK TANI SEHAMPARAN

1 SET B. KELOMPOK TANI SEHAMPARAN 1 SET B. KELOMPOK TANI SEHAMPARAN Pengelolaan Tanaman Padi Versi beta Indonesia Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani O lahan sawah kelompok tani

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. 5.1 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Wonosobo Secara geografis Kabupaten Wonosobo terletak di provinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah sebesar 984,68 km2 pada koordinat 7o21 LS (Lintang Selatan)

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN

VII ANALISIS PENDAPATAN VII ANALISIS PENDAPATAN Analisis pendapatan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi penerimaan, biaya, dan pendapatan dari usahatani padi sawah pada decision making unit di Desa Kertawinangun pada musim

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) akan dilaksanakan pada lahan kosong yang bertempat di Dusun Selongisor RT 03 / RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

Program Studi Magister Sains Agribisnis, Pascasarjana Institut Pertanian Bogor b

Program Studi Magister Sains Agribisnis, Pascasarjana Institut Pertanian Bogor b ARTIKEL Pendapatan Usahatani Ubi Jalar Tumpangsari dengan Jagung Manis di Desa Gunung Malang, Kabupaten Bogor Farm Income of the Intercropping System between Sweet Potato and Sweet Corn in Gunung Malang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani adalah pelaku usahatani yang mengatur segala faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kualitas

Lebih terperinci

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari: AgroinovasI Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Rawa Meningkatkan Produktivitas Dan Pendapatan Petani Di Lampung, selain lahan sawah beririgasi teknis dan irigasi sederhana, lahan rawa juga cukup potensial

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Gambaran Umum Usahatani Tomat di Desa Lebak Muncang

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Gambaran Umum Usahatani Tomat di Desa Lebak Muncang VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Gambaran Umum Usahatani Tomat di Desa Lebak Muncang Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, pada umumnya di Desa Lebak Muncang sebagian besar penduduknya adalah petani. Sebanyak

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan 1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani

Lebih terperinci

Teknik budidaya tanaman pisang (Musa sp)

Teknik budidaya tanaman pisang (Musa sp) Teknik budidaya tanaman pisang (Musa sp) Pengantar Pisang merupakan tanaman hortikultura yang memiliki kaya akan nilai gizi dan mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Tanaman ini juga dapat diolah menjadi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi wilayah penelitian a. Letak dan batas wilayah Kabupaten Klaten adalah kabupaten yang berada di antara kota jogja dan kota solo. Kabupaten

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu, Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu, Universitas Lampung III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu, Universitas Lampung pada letak 5 22' 10" LS dan 105 14' 38" BT dengan ketinggian 146 m dpl

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak dan Keadaan Geografis Kecamatan Telaga merupakan salah satu dari 18 kecamatan yang ada di Kabupatan Gorontalo. Sesuai dengan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan 1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

KUISIONER WAWANCARA PETANI PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) LADA DI BANGKA

KUISIONER WAWANCARA PETANI PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) LADA DI BANGKA 38 LAMPIRAN Lampiran 1 KUISIONER WAWANCARA PETANI PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) LADA DI BANGKA Kabupaten : Bangka/Bateng Pewawancara :. Kecamatan :. Tgl. Wawancara :.. Desa

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 7.1 Analisis Produksi Stochastic Frontier 7.1.1 Pendugaan Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi usahatani

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1 Kondisi Geografi Desa Gunung Malang merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa

Lebih terperinci

VI. HASIL dan PEMBAHASAN

VI. HASIL dan PEMBAHASAN VI. HASIL dan PEMBAHASAN 6.1 Penggunaan Input Usahatani 6.1.1 Benih Benih memiliki peran strategis sebagai sarana pembawa teknologi baru, berupa keunggulan yang dimiliki varietas dengan berbagai spesifikasi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR Penelitian dilakukan di Propinsi Jawa Timur selama bulan Juni 2011 dengan melihat hasil produksi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai

Lebih terperinci

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) PENDAHULUAN Blimbing manis dikenal dalam bahasa latin dengan nama Averhoa carambola L. berasal dari keluarga Oralidaceae, marga Averhoa. Blimbing manis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian, Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pekerjaan sampingan dan pengalaman bertani. Berdasarkan umur, usia antara tahun adalah usia produktif, sementara usia

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pekerjaan sampingan dan pengalaman bertani. Berdasarkan umur, usia antara tahun adalah usia produktif, sementara usia V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani adalah pelaku usahatani yang mengatur segala faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Pada proses usahatani, petani menggunakan

Lebih terperinci

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI

VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI 6.1. Keragaan Usahatani Jambu biji Usahatani jambu biji di Desa Cimanggis merupakan usaha yang dapat dikatakan masih baru. Hal ini dilihat dari pengalaman bertani jambu

Lebih terperinci

Dibajak satu atau dua kali, digaru lalu diratakan. Tanah yang telah siap ditanami harus bersih dari gulma, dan buatlah saluran-saluran drainase.

Dibajak satu atau dua kali, digaru lalu diratakan. Tanah yang telah siap ditanami harus bersih dari gulma, dan buatlah saluran-saluran drainase. 1. Sorgum Sorgum (Sorghum bicolor) mempunyai potensi penting sebagai sumber karbohidrat bahan pangan, pakan, dan komoditi ekspor. Selain memiliki potensi sebagai sumber karbohidrat, tanaman sorgum, mempunyai

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGARA

V. GAMBARAN UMUM RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGARA V. GAMBARAN UMUM RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGARA 5.1. Karakteristik Petani Padi Padi masih merupakan komoditas utama yang diusahakan oleh petani tanaman pangan di Kabupaten Konawe dan Konawe

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Kawasan Agropolitan Cianjur Agropolitan (agro = pertanian; politan = kota) adalah suatu konsep kota pertanian yang diharapkan mampu memacu berkembangnya sistem dan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum, Geografis dan Iklim Desa Cipelang Desa Cipelang merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor, desa ini memiliki luas daerah

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah dan Keadaan Alam Penelitian ini dilaksanakan di Desa Paya Besar Kecamatan Payaraman Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan. Daerah ini

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHATANI TEMBAKAU

KELAYAKAN USAHATANI TEMBAKAU KELAYAKAN USAHATANI TEMBAKAU Susi Yunia 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi susi_yunia@yahoo.com Suprianto, Ir., M.S. 2) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Suprianto_tasik@yahoo.com

Lebih terperinci