VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL"

Transkripsi

1 VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam yang akan dijalankan PT Panafil Essential Oil dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan sehingga layak untuk dijalankan. Kelayakan pada aspek finansial diukur dengan perhitungan beberapa kriteria kelayakan investasi, antara lain NPV, IRR, Net B/C, dan payback period. Perhitungan tersebut berdasarkan dari cashflow yang dibuat atas dasar informasi yang diperoleh dari usaha budidaya tanaman nilam yang akan dilakukan perusahaan, dan menggunakan perhitungan pajak yang didapatkan dari laporan rugi laba. 7.1 Arus Masuk Penerimaan dari usaha budidaya tanaman nilam dalam penelitian ini berasal dari hasil penjualan jagung, penjualan nilam basah dan nilai sisa. Nilai sisa didapatkan dari aset yang belum habis nilainya pada saat proyek berakhir. Sedangkan nilai penjualan jagung dan nilam basah didapat dari hasil perkalian antara harga jual jagung dan nilam basah per kilogram dengan volume nilam basah yang dihasilkan. Volume produksi nilam basah yang diperhitungkan dalam penelitian ini menggunakan jumlah yang tetap pada setiap panennya yaitu sebanyak 13 ton. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari terjadinya kekurangan bahan baku dalam kegiatan produksi minyak nilam. Penanaman tanaman nilam pada usaha budidaya yang akan dijalankan oleh PT Panafil Essential Oil menerapkan sistem pola tanam, dimana penanaman dilakukan secara bertahap, yaitu sebanyak tiga tahap dengan masing-masing tahapan seluas enam hektar. Pemanenan nilam dilakukan secara bergilir untuk masing-masing tahap Jarak dari panen satu ke panen lainnya adalah satu bulan. Waktu panen nilam basah dapat dilakukan pertama kali pada saat usia tanaman berusia enam bulan. Dan setelah panen pertama tanaman nilam dapat dipanen setiap bulan. Nilai penjualan jagung didapatkan hanya satu kali selama umur proyek, karena tanaman ini hanya berfungsi sebagai tanaman pelindung pada saat 57

2 tanaman nilam baru ditanam hingga usia tiga bulan, agar intensitas cahaya matahari yang diterima tanaman nilam tidak berlebih. Tanaman jagung dapat dipanen saat tanaman berusia 100 hari atau pada triwulan ke-2. Volume produksi jagung dalam satu hektar dapat menghasilkan 6 ton dengan harga per kilogram Rp 1.500,00. Sehingga nilai penjualan dari jagung untuk lahan ini didapat pada triwulan ke-2 adalah sebesar Rp ,00. Panen nilam baru dapat dilakukan pada triwulan ke-3, sehingga pada triwulan ke-1 dan ke-2 belum ada nilam basah yang dapat dijual. Pada triwulan ke-3 tanaman nilam dapat dipanen dua kali, sedangkan pada panen ke-4 dan seterusnya tanaman nilam dapat dipanen tiga kali dalam satu triwulan, dengan volume panen per hektar sebanyak 13 ton nilam basah per hektar. Hasil panen pada setiap tahapan penanaman adalah sebanyak 78 ton nilam basah, dengan harga per kilogram nilam basah sebesar Rp 900,00. Sehingga hasil panen nilam basah pada triwulan ke-3 adalah sebanyak 117 ton dengan nilai penjualan sebesar Rp ,00, sedangkan pada triwulan ke-4 dan seterusnya didapatkan hasil panen sebanyak 234 ton nilam basah dengan nilai penjualan sebanyak Rp ,00. Selain dari berdasarkan nilai panen nilam, penerimaan usaha budidaya nilam ini juga berasal dari nilai sisa. Nilai sisa merupakan nilai dari investasi usaha yang dilakukan oleh perusahaan yang pada akhir proyek masih memiliki umur ekonomis. Nilai ini diperoleh dari perhitungan penyusutan investasi per tahun dengan menggunakan metode garis lurus yang dikalikan dengan sisa umur ekonomis investasi tersebut. Nilai sisa dari investasi usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT Panafil Essential Oil dapat dilihat di Tabel 8. Selain itu, nilai sisa yang diperoleh perusahaan berasal dari nilai sisa tanaman nilam yang masih dapat dipanen sebanyak empat kali setelah umur proyek habis. Jumlah nilam basah tersebut adalah 312 ton, dengan nilai sisa sebesar Rp ,00. 58

3 Tabel 8. Nilai Sisa Investasi Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil No Uraian Umur Ekonomis (tahun) Total (Rp) Penyusutan per tahun (Rp) Nilai Sisa (Rp) 1 Instalasi Air Timbangan duduk Kereta sorong Komputer Bangunan Instalasi Listrik , Total Arus keluar Outflow atau arus keluar merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk kegiatan usaha budidaya yang dijalankan. Biaya yang dikeluarkan perusahaan terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan di awal usaha. Sedangkan biaya opersional adalah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan operasional perusahaan. Biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel Biaya Investasi Biaya investasi dikeluarkan perusahaan pada periode awal usaha yaitu triwulan pertama. Biaya investasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 9. Biaya yang dikeluarkan perusahaan pada triwulan pertama usaha budidaya nilam ialah untuk mempersiapkan fasilitas yang diperlukan dalam usaha budidaya nilam, antara lain: 1. Bibit nilam yang digunakan adalah bibit nilam jenis Nilam Aceh dalam bentuk polibag yang dibeli dari daerah Subang. Bibit yang dibutuhkan untuk penanaman seluas 18 ha yaitu sebanyak polibag, dimana jumlah tersebut sudah termasuk bibit untuk penyulaman. Biaya bibit hanya dilakukan pada tahun pertama karena umur proyek ini adalah tiga tahun yang didasarkan pada umur ekonomis dari tanaman nilam, sehingga tidak dilakukan reinvestasi untuk bibit nilam. 59

4 2. Instalasi air yang dibuat berupa saluran pengairan untuk mengalirkan air yang berasal dari beberapa titik mata air ke lahan budidaya nilam. serta dibuat pula sumur bor untuk persediaan air pada musim kemarau. 3. Peralatan pertanian yang terdiri dari cangkul, linggis, sabit, alat semprot, sepatu boot yang digunakan untuk pengolahan lahan dan pemeliharaan tanaman. Serta timbangan duduk yang digunakan untuk menimbang hasil panen dan kereta sorong yang digunakan mengangkut bibit dan pupuk ke lahan serta hasil panen nilam basah ke kendaraan. 4. Bangunan yang terdiri dari kantor dan gudang untuk menyimpan peralatan pertanian dan pupuk serta pestisida. Luas bangunan tersebut adalah 42 m². 5. Instalasi listrik yang digunakan untuk penerangan kantor dan lahan, serta kegiatan kantor lainnya. 6. Komputer dan perlengkapan kantor yang digunakan untuk keperluan kantor. Tabel 9. Biaya Investasi Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil No Uraian Umur Ekonomis (tahun) Satuan Jumlah Harga (Rp) Total (Rp) 1 Bibit 3 Polibag Instalasi Air Cangkul 3 Unit Golok 3 Unit Linggis 3 Unit Sabit 3 Unit Alat semprot 3 Unit Timbangan duduk 5 Unit Sepatu Boot 1 pasang Kereta sorong 4 Unit Komputer dan printer 5 Unit Bangunan 10 Meter² Instalasi Listrik 10 Unit Perlengkapan Kantor Total

5 Selain biaya investasi, perusahaan juga harus mengeluarkan biaya reinvestasi untuk beberapa fasilitas yang umur ekonomisnya kurang dari umur proyek usaha tersebut. Reinvestasi yang dilakukan perusahaan untuk budidaya nilam ini hanya dilakukan untuk mengganti sepatu boot yang umur ekonomisnya hanya satu tahun, sehingga dilakukan setiap tahun reinvestasi sebesar Rp ,00 yaitu pada triwulan ke-5 dan ke Biaya Operasional Biaya operasional dikeluarkan perusahaan untuk kelangsungan usaha budidaya nilam yang akan dijalankan. Biaya operasional ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yaitu biaya yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh volume produksi. Biaya tersebut diantaranya adalah biaya sewa lahan sebesar Rp ,00 per ha per tahun, sehingga biaya sewa lahan untuk lahan seluas 18 ha dalam sebulan adalah Rp ,00. Biaya sewa lahan ini dikeluarkan oleh perusahaan bertujuan untuk mempertegas batasan usaha antara PT Panfil Essential Oil dan PT Panasia Indosyntec. Selain itu, biaya tetap ini terdiri dari biaya listrik, gaji tenaga kerja tetap dan tenaga kerja harian tetap, biaya komunikasi, biaya administrasi dan umum, serta biaya transportasi. Dan rincian biaya tetap yang dikeluarkan untuk usaha budidaya nilam ini dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Biaya Tetap Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil. No Uraian Satuan Volume Biaya Per Biaya Per Bulan (Rp) Triwulan (Rp) 1 Sewa Lahan Ha Listrik Gaji Tenaga Kerja a. Kepala Kebun Orang b. T.K Administrasi Orang c. Tenaga Kerja Lapang Orang d. T.K Keamanan Orang Administrasi dan umum Komunikasi Transportasi - - 1, Total Selain biaya tetap, dalam kegiatan usaha budidaya nilam juga terdapat biaya variabel. Biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya dipengaruhi oleh volume produksi. Biaya-biaya tersebut meliputi bahan-bahan yang 61

6 dibutuhkan dalam kegiatan budidaya yaitu pupuk kandang, pupuk pendukung, pestisida, kapur pertanian dan bibit jagung manis. Biaya pupuk kandang dan pupuk pendukung pada setiap triwulan jumlahnya berbeda. Hal tersebut dikarenakan budidaya yang dilakukan perusahaan menerapkan sistem pola tanam. Biaya pupuk kandang pada usaha budidaya nilam PT Panafil Essential Oil pada triwulan pertama adalah sebanyak Rp ,00, pada triwulan ke- 2 dan ke-3 adalah sebanyak Rp ,00, sedangkan pada triwulan ke-4 dan seterusnnya yaitu sebanyak Rp ,00. Biaya pupuk kandang merupakan biaya variabel yang jumlahnya paling besar. Hal tersebut dikarenakan pupuk kandang ini sangat diperlukan untuk meningkatkan unsur hara tanah sehingga tanaman yang ditanam pada lahan tersebut dapat tumbuh dengan optimal. Selain itu pemupukan ini juga diharapkan dapat meningkatkan rendemen minyak nilam yang dihasilkan dari daun nilam hasil budidaya. Kebutuhan pupuk kandang per hektar pada triwulan pertama adalah 5 ton per hektar. Hal tersebut dikarenakan pada triwulan pertama pemupukan tidak hanya dilakukan untuk tanaman nilam saja, tetapi juga untuk kebutuhan tanaman jagung sebagai tanaman pelindung dari nilam. Sedangkan pada triwulan ke-2 kebutuhan pupuk kandang adalah sebesar 2,5 ton per hektar. Harga pupuk kandang per karung adalah Rp 6.000,00 dengan jumlah per karung sebanyak 25 kg. Selain pupuk kandang, digunakan juga pupuk perangsang atau penyubur yang terdiri dari tiga jenis N, P, dan K. Biaya pupuk penyubur yang dibutuhkan untuk masing-masing jenis sebanyak dua kilogram per hektar per satu kali pemupukan, sehingga untuk lahan seluas enam hektar dibutuhkan sebanyak 12 kg pupuk pendukung, dengan harga satuan sebesar Rp ,00. Biaya pupuk penyubur pada tiap triwulan berbeda tergantung pada jadwal kerja budidaya yang telah ditetapkan perusahaan (Lampiran 2). Biaya variabel lain yang dibutuhkan untuk budidaya nilam antara lain pestisida, kapur pertanian dan benih jagung manis yang hanya dilakukan pada triwulan pertama saja. Biaya pestisida dibutuhkan dalam budidaya nilam ini sebanyak satu liter per hektar lahan. Penyemprotan pestisida dilakukan setiap tiga bulan sekali untuk mencegah tanaman terkena hama dan penyakit. Kapur 62

7 pertanian yang dibutuhkan untuk menetralkan kadar keasaman tanah yaitu sebanyak 1 ton per hektar. Benih jagung manis yang dibutuhkan per hektar adalah 4 kilogram. tanaman pelindung hanya dilakukan pada triwulan pertama. Rincian biaya variabel tersebut dapat dilakukan pada Lampiran Analisis Rugi Laba Laporan rugi laba merupakan laporan yang berisi tentang penerimaan dan pengeluaran atau kondisi keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam satu periode akuntansi (triwulan). Laporan ini digunakan perusahaan untuk menentukan besarnya aliran kas triwulan yang diperoleh perusahaan. Komponen laporan rugi laba antara lain penerimaan dari penjualan nilam basah dan jagung hasil panen, biaya operasional yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha budidaya nilam, serta beban keuangan dalam menjalankan usaha yaitu berupa pajak penghasilan, penyusutan dan lainnya. Berdasarkan laporan rugi laba (Lampiran 4), usaha budidaya nilam yang akan dijalankan PT Panafil Essential Oil pada triwulan belum mendapatkan keuntungan. Hal tersebut dikarenakan usaha ini pada triwulan pertama belum melakukan kegiatan pemanenan dan penjualan hasil panen sehingga penerimaan perusahaan belum ada. Penerimaan baru ada pada triwulan ke-2 yaitu dari hasil penjualan hasil panen jagung sebesar Rp ,00 yang hanya dihasilkan pada triwulan ke-2 saja. Sedangkan pada triwulan ke-3 dan seterusnya penerimaan perusahaan hanya berasal dari penjualan hasil panen nilam basah. Besarnya penerimaan perusahaan pada triwulan ke-3 adalah Rp ,00, dan pada triwulan ke-4 dan seterusnya adalah sebesar Rp ,00. Rugi laba yang diperoleh perusahaan setiap triwulannya berbeda, dan usaha ini hanya dikenakan biaya pajak saja sedangkan biaya bunga dikenakan karena modal yang digunakan perusahaan merupakan modal sendiri. Dan besarnya pajak yang diperhitungkan dalam usaha ini adalah sebesar 25 persen. Pada triwulan pertama dan ke-3 perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp ,00 dan Rp ,00 yang dikarenakan belum adanya penerimaan perusahaan (pada triwulan 1) dan produksi nilam yang hanya baru mencapai 117 ton nilam basah (triwulan 3). Sedangkan untuk triwulan ke-2 laba 63

8 yang diperoleh perusahaan sebesar Rp ,00, dan laba pada triwulan ke- 4 dan seterusnya adalah sebesar Rp , Kelayakan Finansial Proyek Kriteria yang digunakan untuk mengukur kelayakan usaha budidaya tanaman nilam yang akan dijalankan PT Panafil Essential Oil antara lain dilihat dari NPV, IRR, Net B/C, dan payback period. Parameter tersebut diukur pada tingkat suku bunga kredit sebesar 4,25 persen per triwulan. Tabel 11. Analisis Finansial Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil No Kriteria Investasi Satuan Nilai Kriteria Investasi 1 NPV Rp Net B/C - 1,89 3 IRR Persen 14 4 Payback Period Triwulan 7,71 Berdasarkan hasil analisis finansial usaha budidaya nilam yang direncanakan oleh PT Panafil Essential Oil layak untuk dijalankan. Hal tersebut dilihat dari tingkat NPV yang diperoleh dari perhitungan kelayakan usaha budidaya ini lebih dari nol, yang berarti jika usaha ini dijalankan dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. NPV yang diperoleh adalah sebesar Rp ,00 yang menunjukkan bahwa selama umur proyek usaha budidaya nilam akan memberikan manfaat bagi perusahaan sebesar Rp ,00. Kriteria kedua dari analisis kelayakan usaha ini adalah Net B/C. Net B/C yang dihasilkan dari rencana usaha budidaya nilam ini adalah 1,89. Berdasarkan hal tersebut usaha ini dapat dinyatakan layak, karena nilai Net B/C yang didapat lebih besar dari satu. Nilai Net B/C sebesar 1,89 berarti bahwa setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk usaha budidaya nilam ini maka perusahaan akan memperoleh manfaat sebanyak 1,89 kali. Selanjutnya kriteria kelayakan investasi yang digunakan adalah IRR. Besarnya IRR yang diperoleh dari perhitungan kriteria investasi yang dilakukan perusahaan dari rencana usaha budidaya nilam yaitu 14 persen per triwulan. Hal tersebut menunjukkan bahwa usaha ini layak dijalankan, karena nilai IRR yang dihasilkan lebih besar dari tingkat suku bunga deposito triwulan yang sedang 64

9 berjalan yaitu 4,25 persen. Nilai IRR ini juga menunjukkan bahwa usaha ini mampu mengembalikan modal pada tingkat suku bunga sebesar 14 persen, dengan kata lain perusahaan lebih baik mengalokasikan modal yang dimiliki pada usaha budidaya nilam dibandingkan menyimpan uangnya dalam bentuk deposito di bank. Kriteria investasi terakhir yang digunakan dalam penelitian ini adalah payback period. Payback period yang dihasilkan dalam perhitungan adalah selama 7,71 triwulan, yang berarti modal yang digunakan perusahaan untuk usaha budidaya nilam yang sedang direncanakan oleh PT Panafil Essential Oil akan kembali dalam waktu 7,71 triwulan atau satu tahun 11 bulan 17 hari. Berdasarkan kriteria tersebut maka usaha ini dinyatakan layak untuk dijalankan karena waktu pengembalian investasi yang dilakukan perusahaan kurang dari umur proyek yang akan dijalankan. 7.4 Analisis Sensitivitas Menurut Gittinger (1986) analisis sensitivitas merupakan salah satu perlakuan terhadap ketidakpastian. Analisis sensitivitas ini perlu dilakukan karena dalam analisis kelayakan suatu usaha atau bisnis, perhitungan umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang (Kadariah 1986). Analisis ini digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisa usaha atau bisnis jika terjadi perubahan atau ketidaktepatan dalam perhitungan biaya atau manfaat. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam menjalankan usaha menurut Nurmalina R. et al. (2009) umumnya disebabkan oleh harga, keterlambatan pelaksanaan, kenaikan biaya dan hasil produksi. Analisis sensitivitas usaha budidaya nilam ini menggunakan metode nilai pengganti (switching value), karena usaha ini baru dalam tahap perencanaan sehingga perubahan pada komponen pendukungnya belum dapat diketahui secara empiris. Analisis switching value dilakukan untuk mengukur perubahan maksimum dari komponen arus masuk dan arus keluar yang masih dapat ditoleransi agar usaha budidaya nilam tetap layak. Variabel-variabel yang digunakan untuk melakukan uji switching value adalah kenaikan harga pupuk 65

10 kandang, penurunan volume penjualan, dan harga jual nilam basah. Hasil analisis switching value dapat dilihat pada tabel 12. Tabel 12. Analisis Switching Value Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil Uraian Persentase Nilai Aktual (Rp) Nilai Switching Value (Rp) Kenaikan Harga Pupuk Kandang (Rp/kg) 342, Penurunan Volume Produksi (kg/ha) 23, Penurunan Harga Nilam Basah (kg) 23, Berdasarkan analisis switching value usaha budidaya nilam tersebut, usaha ini akan tetap layak dijalankan hingga terjadi kenaikan harga pupuk kandang sebesar 342, persen. Harga pupuk kandang yang telah naik dari Rp 240 per kg menjadi Rp 1.061,00 per kg. Variabel lain yang dilakukan uji switching value adalah terjadinya penurunan volume produksi. Hasil uji menunjukkan bahwa usaha budidaya nilam direncanakan PT Panafil Essenetial Oil ini akan tetap layak apabila terjadi penurunan volume produksi sebesar 23, persen. Penurunan volume produksi tersebut yaitu dari ,00 kg per hektar menjadi kg nilam basah per per hektar. Selain penurunan volume produksi, penurunan harga nilam basah dari hasil analisis switching value yang dilakukan, didapatkan bahwa penurunan harga jual nilam basah hasil panen sebesar 23, persen tidak akan mengubah kelayakan dari usaha tersebut. Besarnya harga berdasarkan persentase tersebut yaitu apabila terjadi penurunan harga nilam basah dari Rp 900,00 per kg menjadi Rp 691,00 per kg. 7.5 Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) Harga pokok produksi (HPP) merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk. Hasil perhitungan dari usaha budidaya nilam yang akan dijalankan PT Panafil Essential Oil didapatkan Harga Pokok Produksi sebesar Rp 667,40 per kg nilam basah. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan lebih baik membudidayakan tanaman nilam untuk memenuhi kebutuhan sendiri, dibandingkan membeli nilam basah dengan harga pasaran sebesar Rp 900,00 per kg. 66

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Analisis Aspek Finansial Aspek finansial adalah aspek yang mengkaji dari sisi keuangan perusahaan. Kelayakan pada aspek financial dapat diukur melalui perhitungan

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL

V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL 5.1 Gambaran Umum Perusahaan PT Panafil Essential Oil ialah anak perusahaan dari PT Panasia Indosyntec Tbk yang baru berdiri pada bulan Oktober 2009. PT Panasia Indosyntec

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Usahatani Buah Naga Buah naga merupakan tanaman tahunan yang sudah dapat berbuah 1 tahun sampai dengan 1,5 tahun setelah tanam. Buah naga memiliki usia produktif

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan dapat mengunakan. Analisis finansial. Adapun kriteria kriteria penilaian investasi yang dapat digunakan yaitu

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Aspek pasar merupakan aspek yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu usaha. Aspek pasar antara lain mengkaji potensi pasar baik dari sisi

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana CV. Usaha Unggas dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Penilaian layak atau tidak usaha tersebut dari

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dalam penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur dari segi keuangan. Analisis finansial digunakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada kelompok

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL Analisis kelayakan finansial adalah alat yang digunakan untuk mengkaji kemungkinan keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman modal. Tujuan dilakukan analisis kelayakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Aspek ekonomi dan keuangan membahas tentang kebutuhan modal dan investasi yang diperlukan dalam pendirian dan pengembangan usaha yang

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN 94 SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN Konfigurasi Model Hasil analisis sistem menunjukkan bahwa sistem pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri bersifat kompleks, dinamis, dan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 7.1. Penerimaan Usahatani Kedelai Edamame Analisis terhadap penerimaan usahatani kedelai edamame petani mitra PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Usahatani Bachtiar Rifai dalam Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian organik kini mulai menjadi peluang baru dalam usaha pertanian, hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya mengonsumsi makanan,

Lebih terperinci

ASPEK FINANSIAL Skenario I

ASPEK FINANSIAL Skenario I VII ASPEK FINANSIAL Setelah menganalisis kelayakan usaha dari beberapa aspek nonfinansial, analisis dilanjutkan dengan melakukan analisis kelayakan pada aspek finansial yaitu dari aspek keuangan usaha

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 Sarana Usahatani Kembang Kol Sarana produksi merupakan faktor pengantar produksi usahatani. Saran produksi pada usahatani kembang kol terdiri dari bibit,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi*

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi* A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah 150.000.000 2 Bangunan 150.000.000 3 Peralatan Produksi 1.916.100.000 4 Biaya Praoperasi* 35.700.000 B Jumlah Modal Kerja 1 Biaya bahan baku 7.194.196.807 2 Biaya

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

Biaya Investasi No Uraian Unit

Biaya Investasi No Uraian Unit LAMPIRAN Biaya Investasi No Uraian Unit Umur Ekonomis Harga Satuan Total Harga (Tahun) (Rp) (Rp) 1 Bangunan Kantor dan Gudang 1 5 5,000,000 5,000,000 2 Kolam Terpal a. Ukuran 10 m x 5 m 7 2 1,250,000 8,750,000

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data VI METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Wisata Agro Tambi, Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan pengusahaan budidaya ikan bawal air tawar dilakukan untuk mengetahui apakah pengusahaan ikan bawal air tawar yang dilakukan Sabrina Fish Farm layak

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, yang banyak membahas masalah biayabiaya yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit yang diterima, serta kelayakan

Lebih terperinci

ANALISIS SENSITIFITAS FINANSIAL SERAIWANGI

ANALISIS SENSITIFITAS FINANSIAL SERAIWANGI ANALISIS SENSITIFITAS FINANSIAL SERAIWANGI Chandra Indrawanto Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik ABSTRAK Minyak seraiwangi merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia. Sekitar 40% produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah dibuka maka investasi harus terus dilanjutkan sampai kebun selesai

BAB I PENDAHULUAN. telah dibuka maka investasi harus terus dilanjutkan sampai kebun selesai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bisnis perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu bisnis yang dinilai prospektif saat ini. Karakteristik investasi dibidang perkebunan kelapa sawit teramat berbeda

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perubahan lingkungan internal dan eksternal menuntut perusahaan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif agar dapat bertahan dan berkembang. Disaat perusahaan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI 5.1 PENDAHULUAN Pengembangan usaha pelayanan jasa pengeringan gabah dapat digolongkan ke dalam perencanaan suatu kegiatan untuk mendatangkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kota depok yang memiliki 6 kecamatan sebagai sentra produksi Belimbing Dewa. Namun penelitian ini hanya dilakukan pada 3 kecamatan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

usaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan

usaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan 34 Roda Mandala Asia Makmur Trass 2.5 35 Rumpin Satria Bangun Trass 1.3 36 Sirtu Pratama Usaha Andesit 1.8 37 Sumber Alfa Prolindo Pasir 4 38 Tarabatuh Manunggal Andesit 16 39 Wiguna Karya II Trass 2.5

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara 65 LAMPIRAN 66 Lampiran 1. Kuisioner Survei Analisis Nilai Ekonomi Tambak Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian No: Waktu: Hari/Tanggal: A. Identitas Responden / Informan 1. Nama

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS BIAYA PRODUKSI Analisis biaya dilakukan mulai dari pemeliharaan tanaman, panen, proses pengangkutan, proses pengolahan hingga pengepakan. 1. Biaya Perawatan Tanaman

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS KELAYAKAN USAHA LENGKENG DIAMOND RIVER

VI. ANALISIS KELAYAKAN USAHA LENGKENG DIAMOND RIVER VI. ANALISIS KELAYAKAN USAHA LENGKENG DIAMOND RIVER 6.1. Aspek Non Finansial 6.1.1. Aspek Pasar Dalam aspek pasar akan dikaji mengenai potensi pasar lengkeng Diamond River, baik dari segi permintaan, penawaran

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1 ABSTRAK Seorang investor pemilik PT X menilai permintaan dan pangsa pasar di kota Bandung terlihat masih menjanjikan untuk bisnis Depot air Minum isi ulang AMIRA. Tetapi sebelum investor menanamkan modalnya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Usaha Menurut Gittinger (1986) bisnis atau usaha adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pepaya California. Semakin tua umur seorang petani tentunya akan sangat

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pepaya California. Semakin tua umur seorang petani tentunya akan sangat V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Umur mempengaruhi kinerja seseorang dalam bertani tidak terkecuali petani pepaya California. Semakin tua umur seorang petani tentunya akan sangat

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan permasalahan serta maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: 1. Estimasi incremental

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1 Penerimaan Usahatani Penerimaan usahatani merupakan nilai yang diperoleh dari total produksi usahatani sayuran per hektar yang dikelola oleh petani di Kelompok Tani

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di industri pembuatan tempe UD. Tigo Putro di Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan dan Investasi Studi kelayakan diadakan untuk menentukan apakah suatu usaha akan dilaksanakan atau tidak. Dengan kata lain

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti, serta penting untuk memperoleh

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU 7.1. Analisis Penggunaan Sarana Produksi Budidaya ubi kayu tidak terlalu sulit. Ubi kayu tidak mengenal musim, kapan saja dapat ditanam. Karena itulah waktu

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang. BAB V HASIL ANALISA 5.1 ANALISIS FINANSIAL Untuk melihat prospek cadangan batubara PT. XYZ, selain dilakukan tinjauan dari segi teknis, dilakukan juga kajian berdasarkan aspek keuangan dan keekonomian.

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN BUDIDAYA APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL) DI DESA BULUKERTO,KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU

ANALISIS KELAYAKAN BUDIDAYA APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL) DI DESA BULUKERTO,KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU ANALISIS KELAYAKAN BUDIDAYA APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL) DI DESA BULUKERTO,KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU Desy Cahyaning Utami* *Dosen Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan Imail: d2.decy@gmail.com

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk menentukan apakah suatu usaha layak atau tidak untuk dijalankan. Analisis kelayakan usaha pengolahan minyak jelantah (Waste Cooking Oil)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berumpun lebat, akar tinggal, bercabang banyak, dan berwarna kuning pucat atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. berumpun lebat, akar tinggal, bercabang banyak, dan berwarna kuning pucat atau II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Akarwangi Tanaman akarwangi (Vetiveria zizanioides) termasuk keluarga graminae, berumpun lebat, akar tinggal, bercabang banyak, dan berwarna kuning pucat atau abu-abu

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab empat, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebelum melakukan analisis

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN BAB 5 ANALISIS KEUANGAN 5.1. Ekuitas Ekuitas adalah modal kepemilikan yang diinvestasikan dalam suatu usaha. Vraniolle merupakan badan perorangan dengan modal yang berasal dari pemilik. Ekuitas modal pemilik

Lebih terperinci