VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Gambaran Umum Usahatani Tomat di Desa Lebak Muncang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Gambaran Umum Usahatani Tomat di Desa Lebak Muncang"

Transkripsi

1 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Gambaran Umum Usahatani Tomat di Desa Lebak Muncang Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, pada umumnya di Desa Lebak Muncang sebagian besar penduduknya adalah petani. Sebanyak 55 persen petani merupakan petani padi sawah, 20 persen petani merupakan petani sayuran, lima persen merupakan petani palawija dan sisanya merupakan petani campuran. Untuk kegiatan bercocok tanam sayuran, di samping membudidayakan tomat, para petani juga membudidayakan komoditas lain seperti seledri, petsai dan kol bunga. Sebagian besar petani membudidayakan tomat apel secara monokultur, walaupun terdapat juga petani yang membudidayakan tomat apel secara tumpang sari dengan seledri, pada metode tumpang sari tomat apel merupakan komoditas utama yang dibudidayakan dan seledri adalah komoditas sampingan. Pada umumnya para petani melakukan metode tumpang gilir dalam pembudidayaan tomat, dalam artian bahwa setelah panen tomat apel selesai maka lahan tersebut digunakan untuk membudidayakan komoditas lainnya seperti saledri dan kol, namun karena ruang lingkup penelitian terbatas pada komoditas tomat apel, maka yang akan menjadi pembahasan adalah hanya komoditas tomat apelnya saja Persemaian Persemaian benih tomat apel, dimulai dengan membuat bedengan dengan lebar kurang lebih satu meter. Tanah yang digunakan adalah tanah yang berasal dari pegunungan dan pupuk kandang yang biasanya digunakan adalah kotoran ayam. Setelah bedengan siap, kemudian benih disemai atau ditabur diatas bedengan tersebut. Benih yang digunakan oleh sebagian besar petani tomat apel di Desa Lebak Muncang adalah varietas Waranni yang bersertifikat, benih bersertifikat digunakan karena alasan mutu benih lebih terjamin, serta buah memiliki kualitas yang lebih baik. Benih waranni ini adalah benih hibrida untuk jenis tomat apel yang cocok untuk di tanam daerah dataran tinggi dengan keunggulan produktivitas tinggi, daunnya tidak terlalu rindang dan tanaman tomat tahan terhadap penyakit layu dan busuk daun. Penyakit layu fusarium dan busuk

2 daun ini adalah penyakit yang sering dialami oleh tanaman tomat apel yang dibudidayakan pada saat musim penghujan, khususnya Desa Lebak Muncang. Setelah benih di tabur di atas bedengan yang telah disiapkan, lalu timbun dengan tanah dan siram dengan air, kemudian tutupi bedengan tersebut dengan karung atau plastik secara tidak permanen, agar mudah di buka ketika membutuhkan cahaya matahari, dan dapat melindungi ketika terjadi hujan. Setiap pagi dan sore bedengan di siram. Setelah berumur 7-10 hari dilakukan pembumbunan, yaitu memindahkan bibit ke bumbunan yang terbuat dari daun pisang. Hal ini dilakukan untuk memberikan daya adaptasi dan kemampuan tumbuh yang lebih leluasa pada bibit. Bibit yang telah dibumbun dibiarkan selama 2 minggu, setelah itu bibit siap dipindahkan ke lahan Pengolahan Lahan Pengolahan lahan bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah, sehingga tanah menjadi gembur serta aerasi dan drainase tanah menjadi lebih baik. Pengolahan lahan yang dilakukan meliputi pembersihan lahan, pencangkulan dan pembuatan bedengan. Proses pengolahan lahan di Desa Lebak Muncang biasanya dilakukan bersamaan dengan persemaian. Pengolahan lahan dilakukan melalui tiga tahap, tahap pertama yaitu pembersihan lahan dari gulma dan bekas tanaman sebelumnya, pembersihan lahan ini dilakukan secara manual dengan menggunakan tenaga kerja manusia. Tahap kedua adalah membalik tanah dengan cara mencangkul tanah secara tipis-tipis, hal ini dilakukan agar tanah pada lapisan dalam dapat terangkat ke permukaan sehingga tanah menjadi gembur dan akar tanaman mudah menembus tanah untuk mengambil zat-zat makanan, lalu tanah dibiarkan selama satu minggu. Tahap ketiga adalah pembuatan bedengan, bedengan dibuat dengan lebar antara satu meter hingga 1,5 meter. Pada bedengan dibuat garitan untuk pemupukan dasar, pupuk yang digunakan adalah campuran pupuk kandang yang telah matang dan pupuk kimia lalu timbun dengan tanah. Setelah itu bedengan disempurnakan dengan cara menghaluskan dan meratakan bedengan dan padatkan tepi bedengan agar tanah tidak mudah longsor. Lalu istirahatkan tanah sampai keadaan tanah sesuai untuk ditanami tomat hingga kurang lebih 10 hari.

3 6.1.3 Penanaman Penanaman merupakan kegiatan pemindahan bibit hasil persemaian ke lahan pertanaman. Bibit yang siap dipindahkan ke lahan pertanaman haruslah bibit yang sehat seperti pertumbuhannya normal, batang besar, tidak cacat, tidak rusak. Penanaman dilakukan setelah lahan yang dipersiapkan didiamkan selama kurang lebih 10 hari. Penanaman bibit tomat, biasanya dilakukan pada lahan yang berbeda dengan penyemaian benih. Bibit terlebih dahulu dilepaskan dari bumbun daun pisang dan ditaman di lahan yang telah diolah. Bibit tomat ditanam biasanya menggunakan jarak tanam yaitu 40 X 60 centimeter. Jarak tanam digunakan dengan alasan untuk menjaga pertumbuhan dan perkembangan tanaman tomat, karena jika tidak menggunakan jarak tanam maka pertumbuhan dan perkembangan tanaman tomat akan terhambat dan tidak tumbuh maksimal. Untuk pembudidayaan tomat dengan menggunakan mulsa, setelah pembuatan bedengan selesai, lalu tutup dengan mulsa plastik berwarna perak. Setelah itu lalu dibiarkan selama dua hingga tiga minggu, kemudian mulsa dilubangi sesuai dengan jarak tanam yang digunakan. Setelah dilubangi didiamkan selama tiga sampai empat hari atau satu minggu, dan selanjutnya bibit tomat dapat di tanam ke lubang yang telah disiapkan Pemeliharaan Tanaman yang telah ditanam perlu mendapat perhatian dan pemeliharaan. Pemeliharaan tanaman tomat membutuhkan perhatian yang cukup besar. Kegiatan pemeliharaan tomat di Desa Lebak Muncang meliputi kegiatan penyulaman, pengajiran dan pengikatan, pemotongan tunas, penyiangan, pemupukan dan pengendalian terhadap hama dan penyakit. Penyulaman dimaksudkan untuk mengganti tanaman yang mati, rusak atau kurang baik pertumbuhannya, kemudian ditanam kembali bibit baru yang yang berasal dari persemaian yang sama dengan bibit terdahulu. Penyulaman ini dilakukan setelah tanaman di tanam selama satu minggu di lahan. Pengajiran (pemasangan turus) berfungsi untuk membantu tanaman tumbuh tegak, karena tanaman tomat mempunyai batang yang kurang kuat untuk

4 menopang buah dan mendukung tegaknya batang. Turus terbuat dari batang bambu yang memiliki panjang kurang lebih satu meter dan lebar dua hingga tiga centimeter. Bagian bawah turus dibuat meruncing agar mudah untuk di tancapkan. Satu turus diperuntukkan untuk satu tanaman, dan dipasang dengan dilengkungkan ke bagian dalam dan dihubungkan satu sama lain, lalu diikat dengan menggunakan tali. Pengajiran ini dilakukan setelah tanaman berumur sekitar 20 hingga 25 hari setelah waktu tanam. Pengikatan batang dan pemotongan tunas biasanya dilakukan secara bersamaan. Pengikatan pada batang tidak boleh terlalu ketat, karena apabila terlalu ketat dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Pemotongan tunas adalah upaya untuk mengurangi jumlah tunas dan pucuk batang sehingga perkembangan buahnya maksimal, karena tanaman tomat yang terlalu rimbun akan menyebabkan buah tomat kecil-kecil dan proses kematangannya lama. Penyiangan perlu dilakukan untuk membersihkan parit-parit bedengan dari gulma (tanaman pengganggu) seperti rumput dan tanaman lain yang tidak diinginkan. Selain mengganggu, gulma juga merebut makanan yang seharusnya untuk tanaman utama. Alat yang biasa digunakan untuk melakukan penyiangan adalah cangkul kecil atau kored. Pemupukan dilakukan pada awal penanaman bibit. Pupuk yang digunakan adalah pupuk Urea, TSP, KCl, ZA dan pupuk kandang. Dosis penggunaan pupuk tergantung pengetahuan dan kebiasaan petani. Selain dilakukan pada awal penanaman, pemupukan juga dilakukan untuk tahap lanjutan sebanyak tiga kali, yaitu pada saat tanaman berumur 35 hari, 55 hari dan 70 hari. Pencegahan dan pemberantasan terhadap hama dan penyakit tanaman dilakukan untuk melindungi tanaman dari ancaman kerusakan yang ditimbulkannya. Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan secara intensif, dengan selang waktu antara tiga sampai empat hari sekali, dan apabila musim hujan selang waktunya lebih dekat lagi yaitu antara dua hingga tiga hari sekali. Hal tersebut dilakukan karena pada saat musim hujan pestisida mudah tercuci oleh air, selain itu kondisi menjadi lebih lembab sehingga penyakit mudah berkembang.

5 6.1.5 Panen dan Pasca Panen Tomat apel dapat dipanen setelah berumur 80 sampai 100 hari setelah tanam. Pemanenan biasanya dilakukan setiap dua atau tiga hari sekali dengan 8 hingga 12 kali pemanenan. Satu tanaman tomat biasanya menghasilkan dua hingga tiga kilogram buah mulai dari awal penanaman hingga akhir. Waktu panen biasanya dilakukan pada pagi hari hari, saat di panen buah tomat tidak dalam keadaan yang sudah benar-benar matang. Penggunaan tenaga kerja untuk panen dan angkut biasanya dibayar oleh petani tomat, namun harga jual kepada pedagang pengumpul menjadi lebih tinggi. Setelah panen selesai, tomat dikemas dalam peti kayu dengan kapasitas per peti hingga 40 kilogram. Lalu hasil panen buah tomat dijual kepada pedagang pengumpul (bandar) Hama dan Penyakit Tanaman Seperti pada tanaman lainnya, keberadaan hama dan penyakit pada tanaman tomat juga dapat mendatangkan kerugian pada petaninya. Masalah tersebut umumnya dapat diatasi dengan mengetahui secara pasti hama dan penyakit yang menyerang, sehingga dapat menggunakan jenis pestisida yang sesuai untuk diaplikasikan. Namun sampai saat ini masih banyak petani yang sulit membedakan antara serangan hama dan penyakit, akibatnya sering terjadi kesalahan pemberian obat, juga sebagian besar petani menggunakan pestisida hanya berdasarkan pada pengalamannya, dan sering tidak memperhatikan aturan pakai yang telah ditentukan, sehingga pemakaian dari pestisida tersebut melebihi dari aturannya. Hama adalah semua jenis hewan yang mengganggu budidaya tanaman tomat,juga dapat menimbulkan kerusakan sehingga penanganannya harus tepat, apabila penanganannya salah maka dapat menyebabkan rendahnya produksi tanaman tomat apel. Penyakit pada tanaman tomat apel dapat disebabkan oleh jamur dan bakteri. Penyakit tidak hanya menyerang tanaman pada saat persemaian, tetapi juga pada saat tanaman sudah besar. Hama yang menyerang usahatani tomat apel di Desa Lebak Muncang adalah :

6 1. Ulat Buah Hama ini menyerang buah tomat apel. Ulat buah dapat menyerang daun, bunga dan buah tomat apel. Serangan pada buah dilakukan dengan membuat lubang pada buah dan masuk ke dalamnya. Ulat ini sering membuat lubang secara berpindah-pindah dan buah yang sudah dilubangi menjadi cacat dan berwarna cokelat. Buah yang dilubangi juga bisa terkena infeksi, sehingga buah menjadi busuk lunak dan jatuh ke tanah. Jika buah tomat yang terserang dibuka terkadang ulat masih terdapat didalamnya. Gejala yang terlihat apabila buah terkena hama ini adalah buah yang sudah aga tua tampak berlubang-lubang dan biasanya menjadi busuk karena infeksi. 2. Ulat Tanah Ulat tanah merupakan hama yang sering menyerang sayuran termasuk tomat apel. Ulat tanah ini menyerang tanaman tomat apel yang berumur 2-5 minggu setelah tanam. Serangannya ditandai dengan terpotongnya tanaman pada pangkal batang dan munculnya lubang yang tidak beraturan pada daundaun muda, sehingga tanaman bisa mati muda. Serangan hama ini puncaknya pada musim kemarau. 3. Ulat Grayak Ulat grayak biasanya menyerang daun, gejala serangan ulat grayak ditandai dengan daun yang berlubang, rusaknya daun dapat menyebabkan proses fotosintesis pada tanaman terhambat. Penyakit yang menyerang tanaman tomat adalah : 1. Bercak Kering Penyakit ini disebut pula penyakit bercak daun. Gejala terkena penyakit ini adalah tampak bercak-bercak cokelat dan hampir hitam dan berbentuk bulat. Serangan biasanya dimulai dari daun bagian bawah kemudian bergeser ke bagian atas. Daun yang terserang tepinya menjadi pecah tidak teratur, dan ketika bercak mengering daun pun gugur. 2. Busuk Daun Penyakit busuk daun dapat disebabkan oleh jamur Phytopthora. Jika hujan lebat dan terus menerus maka kelembaban akan meningkat dan jamur

7 akan berkembang dengan baik. Jamur ini menyerang seluruh bagian tanaman. Bagian tanaman khususnya daun yang telah terserang jamur akan busuk dengan warna yang terus menerus menguning dan akhirnya menjadi cokelat. Serangaan yang hebat dapat menyebabkan daun rontok. 3. Layu Fusarium Penyakit layu fusarium disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum. Penyebaran sporanya bisa melalui percikan air hujan, alat-alat budidaya dan kontak antara akar tanaman yang sakit dan yang sehat. Gejala awal yang ditimbulkan adalah menguningnya daun baik daun tua maupun muda serta tangkai daun yang terkulai layu. Selain pada daun, jamur fusarium juga menyerang akar dan aliran air ke daun akan terhambat serta daun akan layu dan menguning. 6.2 Analisis Pendapatan Usahatani Analisis pendapatan usahatani penting untuk diketahui, untuk memberikan gambaran mengenai keuntungan dari kegiatan usahatani. Analisis pendapatan usahatani meliputi analisis pendapatan atas biaya tunai dan analisis pendapatan atas biaya total. Pada komponen biaya, biaya yang dikeluarkan oleh petani terdiri dari biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai terdiri dari biaya sarana produksi yang digunakan dalam usahatani tomat seperti benih, pupuk, pestisida, sewa lahan, pajak lahan, biaya angkut, biaya tenaga kerja luar keluarga dan biaya lain-lain. Sedangkan komponen biaya yang diperhitungkan termasuk didalamnya adalah biaya penyusutan peralatan dan biaya tenaga kerja dalam keluarga Penggunaan Input Input yang digunakan pada usahatani tomat pada umumnya terdiri dari benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Rincian penggunaan benih, pupuk pestisida dan tenaga kerja per hektar per musim tanam pada usahatani tomat di Desa Lebak Muncang untuk petani anggota Kelompok Tani dan petani non anggota Kelompok Tani dapat dilihat pada Lampiran 8 dan 9. Perbandingan

8 penggunaan input usahatani tomat antara petani anggota Kelompok Tani dan non Kelompok Tani dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Perbandingan Rata-Rata Penggunaan Input Usahatani Tomat Apel per Hektar per Musim Tanam Anggota Kelompok Tani dan non Kelompok Tani Kelompok Tani Non kelompok Tani No Uraian Nilai Nilai (%) (Rp) (Rp) (%) 1. Benih , ,15 2. Pupuk - P. Urea (kg) - P. TSP (kg) - P. KCl (kg) - P. ZA (kg) - P. Kandang (kg) Total Biaya Pupuk , ,90 3. a. Pestisida Cair - Callicron (lt) Dursban (lt) Fastak (lt) Alika (lt) Amistartop (lt) Revus (lt) b. Pestisida Padat - Centro (kg) Dithane (kg) Total Biaya Pestisida , ,67 4. a. Tenaga Kerja Luar Keluarga (HOK) b. Tenaga kerja Dalam Keluarga (HOK) Total Biaya Tenaga Kerja , ,28 Total Biaya a. Benih Benih yang digunakan oleh seluruh petani tomat apel baik anggota kelompok tani ataupun bukan anggota kelompok tani di Desa Lebak Muncang adalah benih yang bersertifikat, sebagian besar benih yang digunakan adalah benih tomat apel Varietas Waranni. Benih tersebut digunakan dengan alasan produktivitas yang tinggi, tahan terhadap penyakit layu serta daunnya tidak terlalu

9 rindang. Walaupun pembenihan tomat dapat dilakukan sendiri, namun kualitas benihnya kurang baik, sehingga para petani lebih membeli benih dibandingkan dengan membenihkan sendiri. Petani memperoleh benih tersebut dari toko-toko pertanian di Desa Lebak Muncang, begitu pula dengan petani anggota kelompok tani memperoleh benih dari toko pertanian, karena belum ada koperasi pada kelompok tani tersebut. Rata-rata penggunaan benih tomat apel per hektar per musim tanam pada kelompok tani adalah sebanyak 115,61 gram, sedangkan untuk petani non kelompok tani penggunaan benih per hektar per musim tanam adalah 114,71 gram. Benih tersebut telah di kemas per bungkusnya adalah 10 gram. Harga per bungkus dari benih tomat apel varietas warani adalah adalah Rp Total biaya yang dikeluarkan untuk benih pada petani anggota kelompok tani adalah sebesar Rp , sedangkan pada petani non kelompok tani sebesar Rp Biaya yang dikeluarkan untuk benih adalah biaya terkecil dalam input produksi baik petani anggota kelompok tani maupun non kelompok tani. Persentase biaya benih yang dikeluarkan oleh petani anggota kelompok tani adalah 3,73 persen, sedangkan untuk petani non kelompok tani adalah 3,15 persen. b. Pupuk Pupuk kandang merupakan pupuk terbanyak yang digunakan dalam usahatani tomat dibandingkan dengan pupuk kimia lainnya. Kegunaan dari pupuk kandang adalah untuk memperbaiki sifat fisik tanah, porositas tanah, struktur tanah dan daya menahan air tanah. Pupuk kandang yang biasa digunakan adalah pupuk ayam. Penggunaannya berbeda-beda sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan masing-masing, namun apabila di rata-rata kan penggunaan pupuk kandang untuk sistem tanam konvensional adalah jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan sistem penanaman menggunakan mulsa. Petani tomat apel di Desa Lebak Muncang mendapatkan pupuk kandang dari gudang yang khusus menjual kotoran ayam yang telah matang yang berada di lingkungan desa. Penggunaan pupuk kandang per hektar per musim tanam untuk petani anggota Kelompok Tani adalah sebanyak ,49 kilogram, dan untuk petani non kelompok tani yaitu sebanyak ,46 kilogram. Harga pupuk kandang per

10 karung adalah Rp , dimana per karungnya berisi 30 kilogram atau harga eceran per kilogram adalah Rp 400, sehingga total biaya yang dikeluarkan untuk pupuk kandang untuk petani anggota kelompok tani adalah sebesar Rp sedangkan untuk petani non kelompok tani sebesar Rp Selain pupuk kandang, pupuk kimia juga diperlukan untuk pertumbuhan tanaman karena pupuk kimia dapat menambah kekurangan unsur hara Nitrogen(N), Phospat (P) dan Kalium (K) yang terkandung di dalam tanah yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhannya. Pupuk kimia yang digunakan diantaranya adalah Pupuk Urea, TSP, KCl dan ZA. Pupuk kimia ini diperoleh petani dari toko pertanian di Desa Lebak Muncang. Pupuk Urea dan ZA merupakan sumber Nitrogen, pupuk TSP merupakan sumber Phospat dan pupuk KCl merupakan sumber Kalium, sehingga ada beberapa petani yang hanya menggunakan pupuk Urea saja, atau pupuk ZA saja, namun ada juga petani yang menggunakan pupuk Urea dan ZA. Pupuk TSP yang digunakan adalah pupuk SP- 36. Jumlah total biaya yang dikeluarkan untuk pupuk kimia pada petani tomat anggota kelompok tani adalah Rp sedangkan total biaya yang dikeluarkan untuk pupuk kimia pada petani tomat non kelompok tani adalah Rp Persentase biaya total pupuk yang dikeluarkan oleh petani anggota kelompok tani adalah 20,84 persen, sedangkan petani non kelompok tani adalah sebesar 16,90 persen. c. Pestisida Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan pestisida, yang terdiri dari pestisida cair dan pestisida padat. Pada petani anggota kelompok tani biaya yang dikeluarkan untuk pestisida jumlahnya lebih kecil dibandingkan dengan petani non kelompok tani. Pada petani tomat anggota kelompok tani, biaya yang dikeluarkan untuk pestisida adalah sebesar Rp atau sebesar 18,83 persen, sedangkan biaya yang dikeluarkan oleh petani tomat non kelompok tani untuk pestisida adalah sebesar Rp atau sebesar 21,67 persen. Biaya yang dikeluarkan oleh petani non kelompok tani jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan petani anggota kelompok tani, hal tersebut disebabkan karena petani non kelompok tani tidak mendapatkan penyuluhan ataupun

11 pelatihan mengenai dosis penggunaan pestisida, baik dari pemerintah ataupun dari perusahaan-perusahaan pestisida yang ingin mempromosikan produknya. Selain itu para petani tidak memperhatikan anjuran dosis penggunaan pestisida dalam setiap kemasan. Petani menggunakan pestisida sesuai dengan pengalaman mereka selama menjadi petani tomat. Hal tersebut menyebabkan biaya yang digunakan untuk pestisida sangatlah tinggi. Disamping hal tersebut, besarnya pengeluaran untuk pestisida disebabkan karena penyemprotan obat harus dilakukan secara intensif terlebih apabila pada musim hujan. Ketersediaan biaya untuk pestisida ini haruslah selalu ada, karena dalam tindakan pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit dan hama haruslah segera dilakukan, karena kalau tidak akan menyebar ke tanaman lainnya. d. Tenaga Kerja Faktor produksi tenaga kerja mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam biaya usahatani tomat apel. Biaya tenaga kerja adalah biaya terbesar yang di keluarkan yaitu sebesar Rp atau sebesar 56,60 persen untuk petani tomat anggota kelompok tani, dan sebesar Rp atau 58,28 persen untuk petani non kelompok tani. Tenaga kerja yang digunakan terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja luar keluarga ini dibayar untuk membantu dalam kegiatan pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan hingga pengangkutan. Jumlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga oleh petani non kelompok tani lebih besar, hal tersebut disebabkan karena sebaran umur dari petani tomat non kelompok tani lebih banyak yang berusia lebih dari 51 tahun, sehingga kondisi fisik yang menurun menyebabkan para petani lebih banyak menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga. Penggunaan rata-rata tenaga kerja yang dipakai adalah 1008,23 HOK untuk petani anggota kelompok tani sedangkan untuk petani non kelompok tani jumlah total tenaga kerja yang digunakan adalah sebesar 1220,15 HOK. Tingkat upah tenaga kerja per hari yang berlaku di Desa Lebak Muncang adalah Rp untuk pria. Sedangkan upah untuk wanita adalah Rp , jumlah jam kerjanya adalah lima jam, yaitu mulai dari jam atau sering disebut sabedug. Penggunaan tenaga kerja terbanyak adalah pada saat pemeliharaan

12 tanaman, karena pemeliharaan tomat memerlukan perhatian yang cukup besar mulai dari pengikatan batang, penyemprotan pestisida dan pemotongan tunas Penerimaan Usahatani, Biaya dan Pendapatan Usahatani Analisis pendapatan usahatani meliputi analisis pendapatan atas biaya tunai dan analisis pendapatan atas biaya total. Komponen biaya yang dikeluarkan oleh petani adalah komponen biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan secara tunai dan diperhitungkan dalam kegiatan usahatani tomat termasuk didalamnya adalah biaya untuk benih, pupuk, pestisida, pajak lahan, tenaga kerja luar keluarga serta biaya-biaya lainnya. Biaya diperhitungkan adalah biaya yang biasanya tidak diperhitungkan secara tunai oleh petani, yang termasuk dalam biaya diperhitungkan seperti biaya tenaga kerja dalam keluarga, lahan milik sendiri dan biaya penyusutan peralatan yang digunakan dalam usahatani tomat. Penerimaan diperoleh dari produksi tomat baik yang dijual maupun dikonsumsi sendiri. Tomat apel dapat di panen setelah tanaman berumur 80 hingga 100 hari setelah tanam. Panen tomat apel dapat dilakukan 8 hingga 12 kali, dengan selang waktu panen antara dua hingga tiga hari pada keadaan normal, sedangkan pada saat musim hujan panen dilakukan antara tiga hingga empat hari. Setiap tanaman tomat dapat menghasilkan tomat apel dua hingga tiga kilogram dari awal hingga akhir panen. Pada umumnya petani di Desa Lebak Muncang menggunakan satuan tumbak dalam mengukur lahan yang dimilikinya, dimana satu tumbak adalah 14 m 2, namun dalam perhitungan usahatani tumbak telah dikonversikan dalam satuan m 2, lalu perhitungan usahatani dikonversikan per hektar. Produksi tomat apel yang dihasilkan oleh petani kelompok tani per hektar per musim tanam adalah ,37 kilogram, sedangkan produksi tomat pada petani non kelompok tani per hektar per musim tanam adalah ,65 kilogram. Sehingga penerimaan total yang diperoleh dari produksi tomat untuk petani anggota kelompok tani per hektar per musim tanam adalah Rp sedangkan penerimaan yang diperoleh petani tomat non kelompok tani adalah Rp Tingkat produksi tomat apel yang dihasilkan oleh petani tomat

13 anggota kelompok tani lebih besar jika dibandingkan dengan produksi tomat apel dari petani tomat non kelompok tani. Tingkat produksi ini dapat dicapai karena produktivitas tanaman tomat apel yang cukup baik pada petani kelompok tani. Walaupun benih yang digunakan adalah sama yaitu benih yang bersertifikat dengan varietas warani dengan produktivitas yang tinggi, namun hasil yang diperoleh berbeda. Perbedaan hasil produksi tomat apel antara petani kelompok tani dan non kelompok tani dapat disebabkan karena kadar penggunaan pestisida dari petani non kelompok tani yang melebihi dosis maka dapat menyebabkan penurunan produktivitas dari tanaman tomat tersebut. Produktivitas yang tinggi akan menyebabkan penerimaan yang diterima petani pun akan lebih tinggi, karena hasil produksinya lebih banyak. Selain dilihat dari penggunaan pestisida antara petani tomat kelompok tani dengan petani tomat non kelompok tani produktivitas tanaman tomat apel yang tinggi pada petani kelompok tani, juga dapat disebabkan karena penggunaan pupuk kandang yang digunakan oleh petani. Penggunaan pupuk kandang pada petani tomat kelompok tani jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan petani tomat non kelompok tani. Hal ini dapat mempengaruhi produktivitas tanaman, karena pupuk kandang berperan dalam menambah unsur hara dalam tanah yang kemudian akan diserap oleh tanaman. Apabila kandungan unsur hara dalam tanah berada pada kondisi yang memadai, maka kebutuhan tanaman akan mampu tercukupi sehingga berpengaruh terhadap produktivitas tanaman. Disamping dari penggunaan benih, pestisida dan pupuk kandang, tingginya produktivitas tanaman tomat apel pada petani anggota kelompok tani juga dapat disebabkan karena sistem penggunaan mulsa dalam penanaman tomat oleh para petani kelompok tani. Walaupun ada beberapa petani non kelompok tani yang juga menggunakan sistem mulsa, tetapi petani kelompok tani yang menggunakan sistem mulsa jumlahnya lebih banyak. Penggunaan sistem mulsa dalam penanaman tomat sangat dianjurkan, karena dengan menggunakan sistem ini kelembaban tanah dapat terjaga, pertumbuhan gulma dapat ditekan, dapat mencegah pencucian pupuk oleh air dan menghindarkan tanaman dari percikan tanah. Tingkat harga tomat apel yang berlaku di tingkat petani di Desa Lebak Muncang diambil secara rata-rata yaitu pada tingkat harga Rp 2000 per kilogram.

14 Rincian analisis usahatani petani anggota kelompok tani dan non kelompok tani dapat dilihat pada Lampiran 10 dan 11. Perbandingan analisis pendapatan usahatani tomat antara petani anggota kelompok tani dan petani non anggota kelompok tani dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Perbandingan Analisis Usahatani Tomat Apel Petani Anggota Kelompok Tani dan non Anggota Kelompok Tani per Hektar per Musim Tanam Komponen Kelompok Tani Non Kelompok Tani Nilai (Rp) (%) Nilai (Rp) (%) A. Total Penerimaan B. Biaya tunai Benih P. Urea P. TSP P. KCl P. ZA P. Kandang Pestisida Cair Pestisida Padat Pupuk Cair Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) Sewa Lahan Mulsa Plastik Turus Tali Rafia Peti pengepakan Karung Pajak lahan Lain-lain Jumlah Total Biaya Tunai C. Biaya Diperhitungkan 1. Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) Sewa Lahan Diperhitungkan Penyusutan Peralatan Jumlah Total Biaya Diperhitungkan D. Jumlah Total Biaya E. Pendapatan Atas Biaya Tunai F. Pendapatan Atas Biaya Total G. R/C Rasio Atas Biaya Tunai 1,75 1,53 H. R/C Rasio Atas Biaya Total 1,44 1,30

15 Usahatani dapat dikatakan menguntungkan apabila jumlah penerimaan lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah pengeluaran, sehingga selisih diantara penerimaan dan pengeluarannya positif. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari selisih penerimaan total dengan pengeluaran tunai. Sedangkan pendapatan atas biaya total diperoleh dari selisih antara penerimanaan total dengan pengeluaran total. Pendapatan atas biaya tunai pada petani anggota kelompok tani adalah sebesar Rp dan pendapatan atas biaya total adalah Rp Sedangkan untuk petani non kelompok tani pendapatan atas biaya tunai adalah Rp dan pendapatan atas biaya total adalah Rp Pendapatan yang diperoleh oleh petani anggota kelompok tani lebih besar dibandingkan dengan petani non kelompok tani, hal tersebut disebabkan karena biaya yang dikeluarkan oleh petani non kelompok tani lebih besar. Biaya terbesar yang dikeluarkan baik oleh anggota kelompok tani maupun non anggota kelompok tani adalah biaya untuk tenaga kerja luar keluarga, hal ini disebabkan karena perawatan tanaman tomat yang harus membutuhkan perhatian lebih, mulai dari pengendalian hama dan tanaman, pemotongan tunas serta pengikatan batang. Pemeliharaan ini membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga tenaga kerja yang digunakan pun apabila dijumlahkan menjadi banyak, yang kemudian upah tenaga kerjanya cukup tinggi yaitu Rp per HOK. Jumlah tenaga kerja luar keluarga dari petani tomat non kelompok tani lebih besar jika dibandingkan dengan petani tomat kelompok tani. Perbedaan penggunaan tenaga kerja luar keluarga ini diduga karena sebaran dari umur yang berada diatas 51 tahun pada petani tomat non kelompok tani lebih banyak dibandingkan dengan petani tomat anggota kelompok tani. Petani pada usia tersebut sudah kurang produktif dengan kondisi fisik yang kurang baik sehingga tenaga kerja luar keluarga dibutuhkan untuk membantu kegiatan dalam kegiatan usahatani tomat. Sewa lahan yang berlaku di Desa Lebak Muncang adalah Rp per tahun per 100 tumbak, sedangkan biaya untuk pajak lahan adalah Rp per tahun per 100 tumbak, dan perhitungan analisis usahatani untuk usahatani tomat adalah satu musim tanam, yaitu lima bulan dari 12 bulan. Sewa lahan tunai

16 pada petani kelompok tani adalah Rp , sedangkan untuk petani non kelompok tani adalah Rp Perbedaan nilai ini dapat disebabkan karena dilihat dari status kepemilikan lahannya, petani yang menyewa lahan pada non kelompok tani jumlahnya lebih banyak dari petani anggota kelompok tani, sehingga jumlah sewa lahan tunai yang dukeluarkan oleh petani non kelompok tani lebih besar jika dibandingkan dengan petani anggota kelompok tani. Tali raffia biasanya digunakan untuk mengikat turus dan karung biasanya digunakan untuk mengikat batang tomat pada turus, karena kalau tidak diikat batang tomat tidak kuat untuk menopang tubuh tanaman. Biaya penyusutan dihitung dari nilai penyusutan peralatan yang digunakan dalam usahatani tomat, dimana alat-alat yang digunakan diantaranya adalah cangkul, parang, kored, sprayer, ember, gunting dan lain-lain. Biaya lain-lain yang dihitung salah satunya adalah biaya pengairan, dan biaya pengairannya adalah Rp per tahun, dan biaya pengairan ini dibayarkan kepada P3 Mitra Cai yang mengalirkan air dari pegunungan. Selain biaya pengairan, biaya yang termasuk dalam biaya lain-lain adalah biaya yang jumlahnya sedikit dan berbeda antar petani. Selain dilihat dari pendapatan usahataninya, usahatani dikatakan menguntungkan dilihat dari nilai R-C rasionya, apabila R-C rasio lebih dari satu maka usahatani dapat dikatakan menguntungkan. Nilai R-C rasio atas biaya tunai untuk petani kelompok tani adalah 1,75 artinya adalah setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan maka akan menghasilkan penerimaan sebesar 1,75 dan R-C rasio untuk biaya total adalah 1,44. Sedangkan untuk petani non kelompok tani R- C rasio atas biaya tunai dalah 1,53 dan R-C rasio atas biaya total adalah 1,30. Dilihat dari R-C rasio yang dihasilkan maka usahatani tomat di Desa Lebak Muncang menguntungkan. 6.3 Analisis Model Fungsi Produksi Analisis fungsi produksi diperoleh dari data yang dikumpulkan dari 40 orang petani responden, yaitu petani anggota kelompok tani dan petani non kelompok tani, sehingga diperoleh pendugaan fungsi produksi. Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi produksi Cobb Douglas. Pendugaan fungsi produksi dilakukan dari data penggunaan benih, pupuk

17 kandang, pupuk N, pupuk P, pupuk K, pestisida cair, pestisida padat dan penggunaan tenaga kerja sebagai peubah bebas, dan hasil produksi sebagai peubah tidak bebas Analisis Model Fungsi Produksi dan Elastisitas Produksi pada Petani Tomat Kelompok Tani Berdasarkan hasil olahan Minitab dengan menggunakan data yang diperoleh dari hasil penelitian, maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi dan hasil produksi pada petani tomat anggota kelompok tani secara bersama-sama. Hubungan tersebut dapat dilihat dari nilai F-hitungnya, apabila nilai F-hitung lebih besar dari nilai F-tabelnya maka dapat dikatakan secara bersama-sama faktor-faktor produksi yang digunakan berpengaruh terhadap produksi tomat. Uji signifikansi model produksi pada petani tomat anggota kelompok tani dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Uji Signifikansi Model Produksi Usahatani Tomat Apel pada Petani Anggota Kekompok Tani Derajat Jumlah kuadrat Nilai F Sumber P-value bebas tengah hitung Regresi 8 1, , Error 11 0,28395 Total 19 1,53796 Hasil Uji F pada Tabel 20 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 6,07 nyata pada selang kepercayaan 99 persen, karena nilai F-hitung lebih besar dari nilai F-tabelnya, dimana nilai F-tabel pada selang kepercayaan 99 persen adalah 4,94. Selain itu dilihat dari nilai p-value nya, nilai p-value dari model adalah 0,004, dimana nilai tersebut lebih kecil dibandingkan dengan nilai alfa yaitu lima persen. Hal ini menunjukkan bahwa variabel benih, pupuk kandang, pupuk N, pupuk P, pupuk K, pestisida cair, pestisida padat dan tenaga kerja secara bersamasama berpengaruh nyata terhadap produksi tomat. Kondisi dilapangan menunjukkan bahwa memang faktor-faktor produksi ini sangat mempengaruhi terhadap produksi tomat, yang mana penggunaan dari faktor-faktor produksi ini

18 baik benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja tidak dapat dilepaskan dari kegiatan budidaya tomat, karena masing-masing faktor produksi memiliki peranan dalam perkembangan, pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat. Selain dilihat dari nilai F-hitungnya, model dapat di katakan akurat atau tidaknya dilihat dari nilai koefisien determinasinya (R-sq) (Tabel 20). Koefisien determinasi (R-sq) ini dapat menggambarkan apakah model yang dihasilkan baik atau tidak dalam meramalkan kondisi kedepan, apabila nilai R-sq nilainya lebih besar dari 50 persen, maka dapat dikatakan bahwa model ini layak digunakan karena dapat meramalkan kondisi kedepan secara akurat. Berdasarkan model fungsi produksi diperoleh nilai koefisien determinasi (R-sq) sebesar 81,5 persen untuk petani anggota kelompok tani. Angka tersebut berarti bahwa variabel bebas (benih, pupuk kandang, pupuk N, pupuk P, pupuk K, pestisida cair, pestisida padat dan tenaga kerja) dapat menjelaskan sebesar 81,9 persen variabel tidak bebas (hasil produksi), dan sisanya sebesar 18,1 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model (komponen error). Berdasarkan kondisi di lapangan, menunjukkan bahwa data yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap petani tomat anggota kelompok tani cukup baik, karena jawaban yang diberikan para petani tomat anggota kelompok tani terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan adalah tidak mengira-ngira terdapat catatan dalam melakukan kegiatan usahataninya. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh diskusi yang dilakukan dalam kelompok tani pada kegiatan-kegiatan penyuluhan ataupun pelatihan, sehingga secara tidak langsung para petani terlatih dalam menjawab pertanyaan secara baik dan tidak bias dalam memberikan informasi karena ada catatan masing-masing dari setiap kegiatan yang dilakukan. Nilai koefisien korelasi (R-sq adj) menunjukkan akan adanya perubahan apabila terdapat penambahan faktor produksi yang dimasukan ke dalam model. Penambahan faktor produksi tersebut dapat mengakibatkan perubahan pada nilai R-sq nya dan nilai derajat bebasnya, dimana nilai R-sq akan semakin besar. Untuk melihat nilai koefisien determinasi (R-sq) dan uji signifikansi terhadap masingmasing faktor produksi, dapat dilihat pada Tabel 21.

19 Tabel 21. Uji Signifikansi Koefisien Faktor Produksi Usahatani Tomat Apel pada Petani Anggota Kelompok Tani Variabel Petani Kelompok Tani Koefisien Regresi t-hitung p-value Benih (X 1 ) 0,3310** 2,04 0,046 Pupuk Kandang (X 2 ) 1,0311*** 4,45 0,001 Pupuk N (X 3 ) 0,1406 0,86 0,409 Pupuk P (X 4 ) 0,3453** 2,31 0,041 Pupuk K (X 5 ) -0,7028*** -2,89 0,015 Pestisida Cair (X 6 ) -0,3334** -2,09 0,044 Pestisida Padat (X 7 ) -0,0362-0,11 0,914 Tenaga Kerja (X 8 ) 0,5183*** 2,91 0,014 R 2 81,5 R 2 adj 68,1 α 5 % t-tabel 1 % t-tabel 5 % 1,796 t-tabel 10 % 1,363 Keterangan : * nyata pada selang kepercayaan 10 % ** nyata pada selang kepercayaan 5 % *** nyata pada selang kepercayaan 1 % Berdasarkan data pada Tabel 21, dapat dilihat nilai koefisien regresi masing-masing faktor, nilai t-hitung dan nilai p-valuenya. Pada tabel terlihat bahwa faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usahatani tomat berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99 persen dan 95 persen. Nyata pada selang kepercayaan 99 persen berarti bahwa faktor produksi tersebut sangat berpengaruh atau responsif terhadap produksi tomat, atau faktor produksi tersebut berpengaruh terhadap produksi tomat sebesar 99 persen. Nyata pada selang kepercayaan 95 persen berarti bahwa, faktor produksi yang digunakan berpengaruh atau responsif terhadap produksi tomat sebesar 95 persen. Faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99 persen terhadap produksi tomat adalah pupuk kandang, pupuk K dan tenaga kerja. Faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 persen terhadap produksi tomat adalah benih, pupuk P dan pestisida cair. Sedangkan faktor-faktor produksi yang tidak berpengaruh nyata atau tidak mempengaruhi terhadap produksi tomat adalah pupuk N dan pestisida padat. Uji multikolinieritas dapat dilihat dari nilai VIF yang kurang dari 10, dilihat dari hasil output Minitab pada petani tomat anggota kelompok tani tidak terdapat masalah multikolinieritas, karena tidak ada nilai VIF nya yang lebih dari

20 10. Untuk analisis asumsi homoskedastisitas, dilakukan dengan pendekatan grafik, dimana grafik pencar untuk petani tomat anggota kelompok tani dapat dilihat pada Lampiran 13 menunjukkan bahwa gambar diagram pencar dari petani kelompok tani tidak membentuk pola atau acak, sehingga tidak mengalami gangguan heterokedastisitas. Fungsi produksi usahatani tomat petani anggota kelompok tani adalah : Ln Y = Ln X Ln X Ln X Ln X Ln X Ln X Ln X Ln X8 Pada fungsi Cobb Douglas, besaran koefisien regresi adalah merupakan nilai dari elastisitas produksinya dari variabel tersebut. Pengaruh dari masingmasing variabel independen (faktor produksi) terhadap variabel dependen (hasil produksi), adalah sebagai berikut: Benih (X 1 ) Nilai koefisien regresi benih adalah 0,331, dimana nilai ini nyata pada selang kepercayaan 95 persen. Benih memiliki nilai koefisien yang positif serta berpengaruh nyata pada produksi tomat, artinya apabila penggunaan benih sebagai salah satu faktor produksi ditambahkan sebanyak satu persen, maka produksi tomat tomat akan meningkat sebesar 0,331 persen cateris paribus, dan tingkat kesalahan dari pendugaan ini adalah sebesar lima persen, dimana pada tingkat kesalahan lima persen maka penggunaan benih ini dapat dikatakan cukup responsif terhadap produksi tomat yang dihasilkan. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa benih memang berpengaruh terhadap produksi tomat, benih sangat menentukan apakah hasil produksi tomat akan baik atau tidak, serta menentukan tingkat produktivitasnya. Seluruh petani tomat anggota kelompok tani yang menjadi responden menggunakan benih bersertifikat resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Benih yang digunakan adalah benih hibrida varietas warani, benih hibrida ini adalah benih unggul karena merupakan persilangan dari induk yang memiliki kualitas yang baik. Benih waranni ini dikeluarkan oleh PT. East West Seed Indonesia yang diresmikan pada tahun 2007, dengan nomor keputusan Departemen Pertanian adalah 412/Kpts/SR.120/7/2007. Benih ini adalah benih tomat yang sangat cocok untuk

21 ditanam di dataran tinggi, terutama pada musim hujan, karena benih tomat warani ini memiliki keunggulan tahan terhadap serangan penyakit layu fusarium dan busuk daun yang disebabkan karena jamur phytopthora. Pada musim hujan tanaman tomat sangat rentan terhadap serangan jamur, karena kondisi yang lembab, sehingga PT. East West Seed Indonesia memproduksi benih yang dapat menjadi solusi terhadap permasalahan petani yaitu membutuhkan benih yang tahan terhadap penyakit layu fusarium dan busuk daun. Tipe buah dari benih varietas warani ini sangat disukai pasar dengan bentuk buah yang bulat oval, warna nya menarik serta tahan untuk pengiriman jarak jauh, dengan bobot buah gram atau mampu berproduksi diatas 3 kilogram per pohon. Benih varietas warani ini dapat dipanen setelah hari setelah tanam. Selain dilihat dari penggunaan benih yang unggul, produktivitas tanaman tomat juga dapat disebabkan karena penggunaan jarak tanam yang, dimana penggunaan jarak tanam ini berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan buah tomat. Tomat membutuhkan ruang yang bebas dalam pertubuhannya, karena apabila jaraknya terlalu dekat maka buahnya akan kecil dan lama untuk masak. Pupuk Kandang (X 2 ) Pupuk kandang memiliki nilai koefisien regresi yang positif dan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99 persen. Pada selang kepercayaan 99 persen ini, berarti faktor produksi pupuk kandang sangat berpengaruh terhadap produksi tomat, karena tingkat kesalahannya adalah hanya satu persen. Nilai koefisien regresi untuk pupuk kandang adalah 1,031, nilai positif ini menggambarkan bahwa setiap adanya penambahan penggunaan dari pupuk kandang, maka produksi tomat akan bertambah sebesar 1,031 persen cateris paribus, dimana penambahan dari hasil produksinya adalah lebih besar dibandingkan dengan penambahan dari pupuk kandangnya. Kondisi dilapangan menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kandang ini sangat diperlukan karena dapat menambah unsur hara dalam tanah serta memperbaiki struktur fisik tanah. Pupuk kandang ini biasanya digunakan pada saat pemupukan dasar atau pemupukan awal. Pemupukan dasar ini sangat penting dilakukan sebelum dilakukannya penanaman bibit tomat. Pupuk kandang yang

22 digunakan adalah kotoran ayam, dan pupuk kandang ini mudah diperoleh karena di sekitar Desa Lebak Muncang terdapat pabrik yang memproduksi pupuk kandang yang telah matang. Para petani tomat lebih memilih menggunakan pupuk kandang dari kotoran ayam karena selain mudah didapatkan, kotoran ayam juga memiliki kandungan unsure hara yang lebih banyak dibandingkan dengan pupuk kandang dari kotoran sapi, kuda dan domba terutama pada kandungan unsur N, P, Ca, Mg dan Zn. Pupuk N(X 3 ) Pupuk urea dan ZA merupakan sumber unsur nitrogen, sehingga yang termasuk dalam pupuk N adalah pupuk urea dan ZA, dimana pupuk nitrogen ini berfungsi untuk membantu pertumbuhan vegetatif tanaman. Nilai koefisien regresi dari pupuk N adalah 0,141, dan nilai ini tidak berpengaruh nyata baik pada selang kepercayaan 99 persen ataupun 95 persen. Nilai koefisien regresi ini tidak berpengaruh nyata, berarti bahwa walaupun penggunaan pupuk N ditambahkan ataupun dikurangkan dalam penggunaannya, maka tidak akan berpengaruh sama sekali terhadap jumlah produksi tomat atau produksi tomat akan tetap. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa, karena keterbatasan dana yang dialami oleh sebagian besar para petani tomat, maka penggunaan pupuk Urea dab ZA tidak sesuai dengan dosis yang ditetapkan. Dosis yang ditetapkan berdasarkan dari penyuluhan yang dilakukan adalah 500 kilogram per hektar per musim tanam, tetapi rata-rata penggunaan dari para petani tomat adalah terhadap pupuk read dan ZA adalah masih kurang dari dosis tersebut. Selain itu petani beranggapan bahwa hasil produksi tomat tidak jauh berbeda antara petani yang mematuhi aturan dosis dengan petani yang tidak mematuhi aturan dosis. Pupuk P (X 4 ) Pupuk yang dikategorikan sebagai pupuk P adalah pupuk TSP, karena pupuk TSP merupakan sumber unsur phosphor berfungsi untuk merangsang pembentukan bunga, buah dan biji. Apabila kekurangan phosphor maka akan menyebabkan pertumbuhan akar dan pertumbuhan generatif tanaman terganggu. Nilai koefisien regresi dari pupuk P pada petani tomat anggota kelompok tani adalah 0,345 dan nyata pada selang kepercayaan 95 persen. Nyata pada selang kepercayaan 95 persen berarti bahwa apabila penggunaan pupuk P ditambah

23 sebesar satu persen, maka produksi tomat akan bertambah sebesar 0,345 persen cateris paribus. Kondisi dilapangan menunjukkan bahwa penggunaan pupuk TSP ini sangat penting, terutama pada saat awal penanaman karena tanaman membutuhkan unsur phosphor untuk merangsang pertumbuhan tanaman. Namun para petani tomat anggota kelompok tani sering menggunakan jumlah yang sama antara pupuk Urea, TSP, KCl dan Za pada saat awal penanaman, sehingga penggunaan pupuk TSP dapat ditambah lagi untuk dapat meningkatkan produksi tomat. Apabila penggunaan dari pupuk TSP ini kurang, maka akan menyebabkan tanaman tomat kerdil dan kurus sehingga zat hara dalam tanah tidak dapat di serap secara sempurna oleh tanaman. Pupuk K(X 5 ) Pupuk K adalah pupuk KCl, karena pupuk KCl adalah sumber unsur kalium. Nilai koefisien regresi pupuk K adalah -0,703, yang mana berdasarkan pada uji statistiknya koefisien regresi dari pupuk K adalah nyata pada selang kepercayaan 99 persen. Koefisien regresi pupuk K yang bernilai negatif, mangandung arti bahwa apabila penggunaan dari pupuk K ditambahkan lagi sebesar satu persen maka produksi tomat akan menurun hingga 0,703 persen cateris paribus. Kondisi dilapangan menunjukkan bahwa penurunan produksi akibat dari penambahan pupuk K adalah karena unsur kalium selain didapatkan dari pupuk KCl juga dapat diperoleh dari pupuk daun (pupuk cair) dan pupuk kandang. Walaupun pupuk baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, namun apabila penggunaannya telah berlebih, tidak baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sehingga hendaknya penggunaan dari pupuk KCl tidak ditambah lagi, karena selain akan meningkatkan biaya usahatani, juga akan menurunkan produksi. Dosis yang dianjurkan untuk penggunaan pupuk KCl adalah 220 kilogram per hektar per musim tanam, namun penggunaan pupuk KCl oleh petani tomat anggota kelompok tani telah melebihi dari 220 kilogram per hektarnya. Pestisida Cair (X 6 ) Nilai koefisien regresi pestisida cair adalah -0,333, dimana nilai ini nyata pada selang kepercayaan 95 persen. Pestisida cair memiliki nilai koefisien yang negatif serta berpengaruh nyata pada produksi tomat, artinya apabila penggunaan

24 pestisida cair sebagai salah satu faktor produksi ditambahkan sebanyak satu persen, maka produksi tomat tomat akan menurun sebesar 0,331 persen cateris paribus, dan tingkat kesalahan dari pendugaan ini adalah sebesar lima persen. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa pestisida ini sangat penting dalam kegiatan budidaya tanaman tomat. Pestisida cair ini terdiri dari insektisida dan fungisida dalam bentuk cair, dengan satuan liter. Insektisida berfungsi untuk membasmi hama yang menyerang tanaman tomat, dan fungisida berfungsi dalam pengendalian jamur. Insektisida dan fungisida ini diperlukan dalam jumlah yang cukup banyak terutama pada musim hujan, karena keadaan yang lembab yang merangsang pertumbuhan jamur lebih banyak serta karena pestisida yang disemprotkan pada saat musim hujan mudah terbawa air hujan sehingga penyemprotan pestisida dilakukan secara intensif selama musim hujan. Penyemprotan pestisida dilakukan dengan selang waktu dua hingga tiga hari sekali, dimana ketersediaan dana untuk pestisida ini harus selalu ada, karena hama dan penyakit cepat menyebar sehingga apabila penanganannya lambat akan menyebabkan tanaman tomat mati. Dilihat dari intensitas penggunaan pestisida cair, dirasakan penggunaan pestisida cair ini sudah berlebihan. Selain dari intensitasnya, para petani menggunakan dosis pestisida cair ini berdasarkan pada pengalamannya selama berusahatani tomat. Walaupun para petani tomat anggota kelompok tani mendapatkan penyuluhan mengenai penggunaan pestisida baik dari instansi pemerintah ataupun swasta, namun masih terdapat beberapa petani yang tidak mengaikuti dosis aturan pakai yang telah ditetapkan, sehingga apabila dirataratakan penggunaan pestisida cair ini masih dirasakan berlebih. Kelebihan penggunaan pestisida cair ini yang menyebabkan penurunan produksi tomat apabila penggunaannya ditambahkan lagi. Pestisida Padat (X 7 ) Nilai koefisien regresi dari pestisida padat adalah 0,036, dan nilai ini tidak berpengaruh nyata baik pada selang kepercayaan 99 persen ataupun 95 persen. Nilai koefisien regresi ini tidak berpengaruh nyata, berarti bahwa walaupun penggunaan pestisida padat ditambahkan ataupun dikurangkan dalam penggunaannya, maka tidak akan berpengaruh sama sekali terhadap jumlah

25 produksi tomat. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa petani tomat anggota kelompok tani lebih banyak menggunakan pestisida cair dibandingkan dengan pestisida padat, karena pestisida lebih banyak yang berbentuk cair dibandingkan dengan berbentuk padat. Tenaga Kerja (X 8 ) Tenaga kerja memiliki nilai koefisien regresi yang positif dan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99 persen. Pada selang kepercayaan 99 persen ini, berarti faktor produksi tenaga kerja sangat berpengaruh terhadap produksi tomat, karena tingkat kesalahannya adalah hanya satu persen. Nilai koefisien regresi untuk pupuk kandang adalah 0,518, nilai positif ini menggambarkan bahwa setiap adanya penambahan penggunaan tenaga kerja, maka produksi tomat akan bertambah sebesar 0,518 persen cateris paribus. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa tenaga kerja ini sangat dibutuhkan dalam kegiatan budidaya tanaman tomat. Tenaga kerja yang diperlukan dalam budidaya tanaman tomat sangatlah banyak, karena tahapantahapan kegiatan yang dilakukan mulai dari pengolahan lahan, persemaian, penanaman, pemeliharaan hingga panen memerlukan waktu yang lama. Penggunaan tenaga kerja yang paling banyak diperlukan adalah pada saat pemeliharaan tanaman tomat, mulai dari pemotongan tunas, penalian batang tanaman pada turus, penyemprotan pestisida dan pemanenan. Oleh karena itu tenaga kerja ini sangat berpengaruh terhadap produksi tomat Analisis Model Fungsi Produksi dan Elastisitas Produksi pada Petani Tomat non Kelompok Tani Hubungan antara faktor produksi yang digunakan dalam usahatani tomat dan hasil produksi pada petani tomat non kelompok tani secara bersama-sama dapat diketahui dari hasil output Minitab. Hubungan tersebut dapat dilihat dari nilai F-hitungnya, apabila nilai F-hitung lebih besar dari nilai F-tabelnya maka dapat dikatakan secara bersama-sama faktor-faktor produksi yang digunakan berpengaruh terhadap produksi tomat. Faktor-faktor produksi yang digunakan adalah benih, pupuk kandang, pupuk N, pupuk P, pupuk K, pestisida cair,

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09 Tanaman tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tanaman ini dapat ditanam secara luas di dataran

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Gambaran Umum Usahatani Cabai Merah Keriting di Desa Citapen Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, pada umumnya sebagian besar penduduk Desa Citapen adalah bermata pencaharian

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 7.1. Penerimaan Usahatani Kedelai Edamame Analisis terhadap penerimaan usahatani kedelai edamame petani mitra PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN Penilaian risiko produksi pada caisin dianalisis melalui penggunaan input atau faktor-faktor produksi terhadap produktivitas caisin. Analisis risiko produksi menggunakan

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai

Lebih terperinci

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. HASIL DAN PEMBAHASAN II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Faktor umur adalah salah satu hal yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Semakin produktif umur seseorang maka curahan tenaga yang dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Keadaan Geografis Kelompok Tani Pondok Menteng merupakan salah satu dari tujuh anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Tani yang sebagian besar

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih padi pada petani yang melakukan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK Analisis pendapatan usahatani paprika hidroponik meliputi analisis penerimaan, analisis biaya, analisis pendapatan, dan analisis R/C. Perhitungan usahatani

Lebih terperinci

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR Penelitian dilakukan di Propinsi Jawa Timur selama bulan Juni 2011 dengan melihat hasil produksi

Lebih terperinci

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAGUNG MANIS

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAGUNG MANIS VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAGUNG MANIS Analisis risiko produksi jagung manis dilakukan dengan menggunakan metode risiko produksi yang telah dikembangkan oleh Just dan Pope. Pendekatan analisis risiko

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH 8.1. Penerimaan Usahatani Bawang Merah Penerimaan usahatani bawang merah terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan

Lebih terperinci

Analisis Finansial Usaha Tani Penangkaran Benih Kacang Tanah dalam satu periode musim tanam (4bulan) Oleh: Achmad Faizin

Analisis Finansial Usaha Tani Penangkaran Benih Kacang Tanah dalam satu periode musim tanam (4bulan) Oleh: Achmad Faizin Analisis Finansial Usaha Tani Penangkaran Benih Kacang Tanah dalam satu periode musim tanam (4bulan) Oleh: Achmad Faizin 135040100111150 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1 Penerimaan Usahatani Penerimaan usahatani merupakan nilai yang diperoleh dari total produksi usahatani sayuran per hektar yang dikelola oleh petani di Kelompok Tani

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi Cobb- Douglas. Faktor-faktor produksi yang diduga

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik petani yang menjadi responden bagi peneliti adalah usia,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik petani yang menjadi responden bagi peneliti adalah usia, 51 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Responden Karakteristik petani yang menjadi responden bagi peneliti adalah usia, pengalaman bertani, tingkat pendidikan, penggunaan luas lahan, dan jumlah tanggungan

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kajian Empirik Komoditas Tomat

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kajian Empirik Komoditas Tomat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirik Komoditas Tomat Tanaman tomat merupakan salah satu komoditas yang potensial untuk di kembangkan. Tomat merupakan tanaman yang bisa dijumpai diseluruh dunia. Daerah

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR 6.1. Analisis Aspek Budidaya 6.1.1 Penyiapan Bahan Tanaman (Pembibitan) Petani ubi jalar di lokasi penelitian yang dijadikan responden adalah petani yang menanam

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 Sarana Usahatani Kembang Kol Sarana produksi merupakan faktor pengantar produksi usahatani. Saran produksi pada usahatani kembang kol terdiri dari bibit,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Agronomis Bawang prei termasuk tanaman setahun atau semusim yang berbentuk rumput. Sistem perakarannya

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Desa Sidoharjo Rt 5 Rw 10 Kelurahan Banaran Kecamatan Boyolali Kabupaten Boyolali Jawa Tengah.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN GELAR TEKNOLOGI BUDIDAYA TOMAT

PETUNJUK PELAKSANAAN GELAR TEKNOLOGI BUDIDAYA TOMAT PETUNJUK PELAKSANAAN GELAR TEKNOLOGI BUDIDAYA TOMAT Ir.. SISWANI DWI DALIANI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2012 PETUNJUK PELAKSANAAN NOMOR : 26/1801.18/011/A/JUKLAK/2012 1. JUDUL RDHP :

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR 20 III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Kenteng Rt 08 Rw 02, Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C.

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiayah Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan salama dua bulan April

Lebih terperinci

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) akan dilaksanakan pada lahan kosong yang bertempat di Dusun Selongisor RT 03 / RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row PENDAHULUAN Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama tanaman lain

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi usahatani paprika hidroponik di lokasi penelitian adalah model fungsi Cobb-Douglas dengan pendekatan Stochastic Production

Lebih terperinci

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, 23 III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI 6.1 Analisis Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dapat dijelaskan ke dalam fungsi produksi. Kondisi di lapangan menunjukkan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas III. TATA CARA PENELTIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian telah dilaksanakan pada Bulan Juli 2016 November

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Latar Belakang Di antara pola tanam ganda (multiple cropping) yang sering digunakan adalah tumpang sari (intercropping) dan tanam sisip (relay

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian III. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

Bercocok Tanam Tomat dalam Pot/Polybag Oleh: Muhamad Ichsanudin (Produk Spesialis Terong dan Tomat PT EWINDO)

Bercocok Tanam Tomat dalam Pot/Polybag Oleh: Muhamad Ichsanudin (Produk Spesialis Terong dan Tomat PT EWINDO) Bercocok Tanam Tomat dalam Pot/Polybag Oleh: Muhamad Ichsanudin (Produk Spesialis Terong dan Tomat PT EWINDO) Menanam tomat dalam pot atau polybag dapat menjadi salah satu solusi pemanfaatan lahan sempit

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, dari bulan Oktober 2011 sampai dengan April 2012. 3.2

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Pengamatan setelah panen dilanjutkan di Laboratorium

Lebih terperinci

VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI

VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI 6.1. Keragaan Usahatani Jambu biji Usahatani jambu biji di Desa Cimanggis merupakan usaha yang dapat dikatakan masih baru. Hal ini dilihat dari pengalaman bertani jambu

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Kota Bandar Lampung pada bulan Mei hingga Juni 2012. 3.2

Lebih terperinci

BAB III TATA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas akhir Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan yang bertempat pada Di Dusun

BAB III TATA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas akhir Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan yang bertempat pada Di Dusun 16 BAB III TATA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas akhir Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan yang bertempat pada Di Dusun Kwojo Wetan Rt 15 Rw 3 Desa Jembungan Kecamatan Banyudono

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempatdan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, JalanH.R. Soebrantas No.155

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA

VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA 6.1 Analisis Fungsi produksi Padi Sawah Varietas Ciherang Analisis dalam kegiatan produksi padi sawah varietas ciherang

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. 3.2 Bahan dan alat Bahan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanian Fakultas Pertanian Universitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cigedug, Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 7.1. Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier 7.1.1. Pendugaan Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR 8.1 Penerimaan Usahatani Ubi Jalar Penerimaan usahatani ubi jalar terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Usahatani ubi jalar di Desa Cikarawang menurut bentuk dan coraknya tergolong ke dalam usahatani perorangan dimana pengelolaannya dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area, Jalan Kolam No.1 Medan Estate kecamatan Percut Sei

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Kegiatan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Pilangrejo, Rt 02 / Rw 08, Desa Kemasan, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo Propinsi Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Gedung Meneng, Kecamatan raja basa, Bandar Lampung

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kasihan, Kabupaten Bantul, D.I.Y.

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING

BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING Oleh:Heri Suyitno THL-TBPP BP3K Wonotirto 1. Pendahuluan Bawang Merah (Allium Ascalonicum) merupakan komoditas hortikultura yang memiliki banyak manfaat dan bernilai

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan, di daerah Ketep, kecamatan

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan, di daerah Ketep, kecamatan III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan, di daerah Ketep, kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa tengah, dengan ketinggian tempat

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada 5 o 22 10 LS dan 105 o 14 38 BT dengan ketinggian

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA 7.1. Analisis Fungsi Produksi Hasil pendataan jumlah produksi serta tingkat penggunaan input yang digunakan dalam proses budidaya belimbing dewa digunakan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi jagung manis dilakukan di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani responden pada penelitian ini adalah petani yang berjumlah 71 orang yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang petani

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Jalan Bina Widya KM 12,5 Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru yang berada

Lebih terperinci