BAB III DATA DAN ANALISIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III DATA DAN ANALISIS"

Transkripsi

1 BAB III DATA DAN ANALISIS 3.1 Data Penelitian mengenai Penyediaan Set Pelayanan Umum Perkotaan yang Sesuai dengan Preferensi Local Business di Kota Depok ini menggunakan dua jenis data, yaitu data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dari studi literatur dan survey ke instansi-instansi pemerintahan. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuesioner terhadap 3 local business di Kota Depok. Pengumpulan data sekunder dan data primer dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik local business, preferensi local business terhadap set pelayanan umum perkotaan, serta hubungan antara karakteristik local business dengan preferensi yang dimilikinya Pengumpulan Data Data sekunder diperoleh dari kegiatan survey ke beberapa Instansi Pemerintahan, seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat, Biro Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Propinsi Jawa Barat, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Depok, Dinas Pendapatan Daerah Kota Depok, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Depok, Bagian Keuangan Kantor Walikota Depok, serta Bagian Infokom Kantor Walikota Depok. Data sekunder yang dihasilkan dari survey instansi ini diantaranya adalah data populasi local business di Kota Depok, APBD Kota Depok, serta rencana-rencana penyediaan set pelayanan umum perkotaan di Kota Depok. Sementara itu, data primer diperoleh melalui kegiatan penyebaran kuesioner yang dilakukan terhadap 3 responden local business yang diambil secara acak proporsional dari populasi unit bisnis kecil dan menengah di Kota Depok. Pada pelaksanaannya di lapangan, terdapat 1 responden utama yang 3

2 tidak dapat ditemukan karena alasan usaha yang sudah tutup dan pindah ke lokasi yang tidak diketahui. Oleh karena itu, kekurangan 1 responden tersebut ditutupi oleh 1 responden cadangan yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Meskipun ketiga puluh responden tersebut tidak seluruhnya berasal dari kelompok responden utama, semuanya masih memenuhi syarat keacakan dalam pengambilan sampel. Penyebaran kuesioner ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai preferensi local business terhadap set pelayanan umum perkotaan. Data primer yang diperoleh kuesioner ini diantaranya adalah data karakteristik local business, lokasi local business, kondisi pelayanan umum perkotaan yang ada saat ini, preferensi terhadap pelayanan umum perkotaan, serta mekanisme untuk memasukkan preferensi tersebut ke dalam rencana penyediaan set pelayanan umum kota. Untuk lebih jelasnya, sebaran spasial dari ketiga puluh local business yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3

3 37

4 3.1.2 Keacakan dan Distribusi Data Sebelum data yang diperoleh dari sampel bisa diintepretasikan sebagai data populasi, terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap keacakan dan distribusi data. Uji keacakan data dilakukan dengan Uji Runs (Runs Test) yang pada prinsipnya dilakukan untuk mengetahui apakah suatu rangkaian kejadian merupakan hasil dari proses yang acak atau tidak. Sementara itu, uji distribusi dilakukan dengan menggunakan uji statistik deskriptif dengan membandingkan nilai skewness dan kurtosis yang diperoleh dari setiap variabel data. Dalam uji keacakan data digunakan uji hipotesa dengan Ho dan H1 sebagai berikut: Ho = variabel-variabel berasal dari proses pengambilan sampel yang acak H1 = variabel-variabel berasal dari proses pengambilan sampel yang tidak acak Apabila nilai signifikansi yang diperoleh dalam Runs Test >,; hipotesa null (Ho) akan diterima, artinya variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian muncul dari proses pengambilan sampel secara acak. Sementara itu, apabila nilai signifikansi yang diperoleh <,; hipotesa null (Ho) ditolak. Hal ini berarti variabel-variabel data diperoleh dari kegiatan pengambilan sampel yang tidak acak. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan bantuan software SPSS, diperoleh nilai signifikansi yang berkisar antara, 2 hingga 1. Nilai signifikansi ini seluruhnya lebih besar dari, (>,), sehingga keputusan yang diambil adalah menerima Ho. Hal ini mengindikasikan bahwa seluruh variabel yang digunakan pada penelitian ini berasal dari proses pengambilan sampel yang acak. Berdasarkan perbandingan nilai skewness dan kurtosis dari setiap variabel, diperoleh nilai yang masih berada dalam rentang -2 hingga 2. Hal ini 38

5 menunjukkan bahwa seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdistribusi dengan normal. Karena data diperoleh dari sampling yang acak dan terdistribusi dengan normal, informasi-informasi yang diperoleh tentang sampel dapat digeneralisir menjadi informasi mengenai populasi. 3.2 Analisis Data-data yang terkumpul melalui survey research selanjutnya dianalisis menggunakan metode analisis statistik deskriptif, metode analisis statistik inferensi, metode analisis preferensi (dengan metode rank sum), serta metode analisis kualitatif. Dengan menggunakan metode-metode tersebut, analisis yang dilakukan dalam penelitian ini diantaranya adalah analisis karakteristrik local business di Kota Depok, analisis preferensi local business terhadap set pelayanan umum perkotaan di Kota Depok, serta analisis hubungan karakteristik local business dengan preferensi yang dimilikinya terhadap set pelayanan umum perkotaan di Kota Depok Metode Analisis Data Untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan penelitian, terdapat empat macam metode analisis yang digunakan. Metode-metode analisis tersebut diantaranya adalah metode analisis statistik deskriptif, metode analisis statistik inferensi, metode analisis preferensi dengan perhitungan Rank Sum dan pertimbangan terhadap kriteria Borda, serta metode analisis kualitatif. Penjelasan lebih lanjut mengenai masing-masing metode adalah sebagai berikut: Metode Analisis Statistik Deskriptif Metode analisis statistik deskriptif dilakukan untuk mengetahui kecenderungan pemusatan dan penyebaran data. Ukuran-ukuran 39

6 pemusatan digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah mean (rataan), median (nilai tengah), serta modus (nilai yang paling sering muncul). Sementara itu, ukuran penyebaran data yang digunakan diantaranya adalah variansi dan jangkauan data. Analisis deskriptif ini digunakan untuk menjelaskan karakteristik local business di Kota Depok. Metode Analisis Statistik Inferensi Metode analisis statistik inferensi digunakan untuk mengetahui karakteristik populasi berdasarkan informasi dari sampel. Generalisasi dari informasi sampel ke populasi ini dilakukan karena kegiatan observasi menyeluruh terhadap populasi tidak memungkinkan untuk dilakukan. Hal ini umumnya terjadi karena ukuran populasi yang terlalu besar. Namun untuk melakukannya, sampel yang digunakan harus memenuhi syarat keacakan dan kenormalan distribusi. Metode Analisis Preferensi (Rank Sum Method dengan Pertimbangan atas Kriteria Borda) Untuk memperoleh tujuan yang diharapkan, analisis utama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis urutan kepentingan penyediaan pelayanan umum perkotaan berdasarkan preferensi local business di Kota Depok. Analisis ini dilakukan dengan metode Rank Sum, dengan pengambilan keputusan yang didasarkan pada pemenuhan kriteria Borda. Berdasarkan kriteria ini, opsi pilihan dengan jumlah skor (rank sum) paling rendah akan menjadi prioritas utama untuk disediakan. Dengan metode ini, setiap opsi jawaban diberi nilai yang sesuai dengan urutan kepentingan penyediaannya. Opsi pelayanan fisik perkotaan akan memperoleh nilai 1 apabila tingkat kepentingan penyediaannya sangat penting, dan 8 apabila tingkat kepentingan penyediaannya sangat kurang. Sementara itu, opsi pelayanan non fisik perkotaan akan memperoleh nilai 4

7 1 apabila sangat penting untuk disediakan, dan apabila sangat kurang penting untuk disediakan. Nilai dari masing-masing opsi ini kemudian dijumlahkan. Hasil penjumlahan tersebut disebut sebagai skor Borda (Borda score) yang nantinya digunakan menentukan urutan pelayanan umum perkotaan yang harus disediakan oleh pemerintah. Metode Analisis Kualitatif Analisis ini dilakukan untuk memberikan penjelasan lebih lanjut atas temuan-temuan khusus yang diperoleh dari hasil analisis data Analisis Karakteristik Local Business di Kota Depok Setiap unit usaha memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lainnya. Oleh karena itu, bagian ini secara spesifik akan memberikan hasil analisis mengenai keragaman karakteristik local business di Kota Depok. Informasi mengenai karakteristik ini penting untuk diketahui, karena diduga kuat akan memberikan pengaruh pada urutan preferensi yang diberikan local business terhadap penyediaan set pelayanan umum perkotaan. Karakteristik yang akan dianalisis dalam bagian ini diantaranya adalah jenis kegiatan usaha, lama operasi, serta kecenderungan tingkat mobilitas unit bisnis. 41

8 Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diperoleh informasi bahwa jenis kegiatan usaha pokok yang paling mendominasi di Kota Depok adalah kegiatan Usaha Perdagangan Eceran (3,3 %). Menyusul kemudian kegiatan di bidang reparasi alat (1 %), industri pakaian jadi dan jasa boga (masingmasing,7 %). Sementara itu, kegiatan usaha lainnya merupakan campuran dari usaha jasa konstruksi, jasa kontraktor, kursus, dan persewaan alat. Lebih jelasnya mengenai ragam kegiatan usaha ini adalah sebagai berikut: GAMBAR 3.2 RAGAM KEGIATAN USAHA POKOK DI KOTA DEPOK 3.33% 1.%.7%.7% 3.33% 3.33% 3.33% Industri pakaian jadi Jasa boga Jasa konstruksi Jasa kontraktor Kursus Perdagangan eceran Persewaan alat Reparasi alat 3.33% Sumber: Analisis, 27 Jenis kegiatan usaha pokok di bidang perdagangan eceran ini pada dasarnya terdiri atas berbagai variasi usaha. Untuk di Kota Depok sendiri, variasi usaha perdagangan eceran yang ada meliputi: perdagangan eceran yang barang utamanya makanan dan minuman dalam bangunan selain pasar swalayan, 42

9 perdagangan eceran khusus barang farmasi di apotik, perdagangan eceran khusus barang farmasi selain di apotik, perdagangan eceran khusus barang elektronik di dalam bangunan, perdagangan eceran mobil, perdagangan eceran khusus kacamata di dalam bangunan, perdagangan eceran khusus bahan konstruksi di dalam bangunan, serta perdagangan eceran khusus pakaian jadi dalam bangunan. Tempat usaha yang digunakan untuk melakukan kegiatan usaha ini jenisnya bermacam-macam. Ada yang berupa gerai di salah satu mall, kios di dalam pasar, hingga di rumah-rumah pribadi. Namun karena unit bisnis yang dijadikan subjek dalam penelitian ini adalah unit bisnis yang termasuk ke dalam klasifikasi usaha kecil dan menengah, sebagian besar kegiatan usaha dilakukan di rumah pribadi. Usaha bisnis di Kota Depok umumnya merupakan usaha rintisan sendiri dengan lama operasi yang cukup bervariasi. Sebanyak 7 % kegiatan usaha di kota ini telah beroperasi dalam kurun waktu 1-8 tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa lebih dari setengah kegiatan usaha tersebut baru dibuka setelah Kota Administratif Depok berubah statusnya menjadi Kota Depok. Sementara itu, sebanyak 43 % kegiatan lainnya merupakan kegiatan yang sudah berdiri saat Depok masih menjadi bagian dari Kabupaten Bogor. Hal ini mengindikasikan bahwa setelah menjadi sebuah kota otonom, iklim investasi di Kota Depok mengalami perkembangan yang cukup signifikan. 43

10 GAMBAR 3.3 LAMA USAHA 23% 1% 7% 3% 7% 1-8 tahun >8 - tahun > - 22 tahun >22-29 tahun >29-3 tahun Sumber: Analisis, 27 Berdasarkan hasil analisis juga diperoleh bahwa 73,3 % kegiatan usaha tersebut sudah sejak awal di buka di Kota Depok dan 23,3 % lainnya merupakan pindahan dari salah satu kota di Jabodetabek, seperti Jakarta. Kota Depok dipilih menjadi lokasi usaha karena alasan kedekatan dengan tempat tinggal pemiliknya, ke-strategisan lokasi usaha, dan ketersediaan peluang usaha yang cukup besar. Dengan kata lain, ketersediaan fasilitas kota yang memadai bukanlah alasan utama yang dipertimbangkan oleh local business ketika memilih Kota Depok sebagai lokasi usaha. GAMBAR 3.4 LOKASI AWAL USAHA 23.33% 3.33% sejak semula di kota ini di salah satu di jabodetabek di luar jabodetabek (dalam negeri) 73.33% Sumber: Analisis, 27 44

11 Kegiatan usaha yang berdiri di Kota Depok umumnya tidak memiliki cabang, baik di dalam maupun di luar Kota Depok. Hal ini sangat erat kaitannya dengan klasifikasi usaha yang termasuk ke dalam kelompok usaha kecil dan menengah dengan jumlah modal yang terbatas. Dengan demikian, membuka cabang usaha bukan merupakan prioritas utama dari local business yang beroperasi di Kota Depok ini. Dari segi kecenderungan mobilisasi, local business di Kota Depok memiliki karakteristik mobilitas yang rendah. Sebanyak 73,3 % local business yang saat ini sudah beroperasi di Kota Depok tidak memiliki rencana untuk pindah ke tempat/ kota lainnya. Meskipun demikian, terdapat juga 2,7 % local business yang berencana untuk memindahkan usaha ke DKI Jakarta dengan alasan memperluas pemasaran. Tingkat mobilitas local business yang rendah ini mengindikasikan bahwa daya tarik Kota Depok sebagai lokasi usaha pada dasarnya masih cukup besar. Namun demikian, Kota Depok juga harus terus melakukan upaya untuk meningkatkan daya tariknya sebagai lokasi investasi bagi local business. Hal ini terjadi karena kota terdekatnya (terutama DKI Jakarta) juga memiliki potensi yang besar untuk menarik minat investasi dari local business di Kota Depok. GAMBAR 3. RENCANA KEPINDAHAN LOCAL BUSINESS DI KOTA DEPOK ya tidak 2.7% 73.33% Sumber: Analisis, 27 4

12 3.2.3 Analisis Preferensi Local Business di Kota Depok Sebelum dilakukan analisis mengenai urutan preferensi local business di Kota Depok, terlebih dahulu dilakukan analisis penilaian local business terhadap pelayanan umum perkotaan yang disediakan oleh Pemerintah Kota Depok. Analisis terhadap performa pelayanan umum perkotaan ini nantinya akan menjadi dasar bagi local business untuk mengurutkan kepentingan penyediaan pelayanan umum perkotaan. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa local business di Kota Depok menganggap pemberlakuan sistem otonomi daerah merupakan sebuah loncatan menuju ke arah yang lebih baik. Local business ini menilai bahwa sejak otonomi daerah diberlakukan, pemerintah Kota Depok menjadi semakin bertanggung jawab untuk menyediakan pelayanan umum perkotaan dalam mendukung kelangsungan usaha di kota ini. Meskipun demikian, 3,3 % local business di Kota Depok masih merasa kurang dan tidak dengan kondisi pelayanan umum perkotaan yang ada saat ini. Dengan demikian, peningkatan tanggung jawab pemerintah dalam menyediakan pelayanan umum perkotaan ternyata tidak dibarengi dengan upaya mempertahankan kondisi pelayanan umum sesuai dengan yang diharapkan oleh local business. GAMBAR 3. TINGKAT KEPUASAN Tingkat Kean TERHADAP Terhadap PELAYANAN Pelayanan Perkotaan Secara Umum PELAYANAN PERKOTAAN SECARA UMUM kurang tidak 2.% 4.7% 33.33% Sumber: Analisis, 27 4

13 Untuk mengetahui tingkat kean local business terhadap set pelayanan umum perkotaan di Kota Depok secara detail, dilakukan analisis terhadap kinerja pelayanan umum yang sifatnya fisik dan non fisik dalam kurun waktu 3 tahun terakhir. Analisis ini dilakukan dengan membandingkan kinerja pelayanan umum perkotaan pada tahun 27 dengan tahun 2, tahun 2 dengan tahun 2, serta tahun 2 dengan tahun 24. Jenis pelayanan umum fisik yang dinilai kinerjanya adalah jaringan air bersih, jaringan air kotor dan drainase, jaringan jalan, jaringan listrik, jaringan telekomunikasi, ketersediaan kawasan untuk bisnis, pengumpulan dan pengelolaan sampah, serta terminal angkutan orang dan barang. Sementara itu, pelayanan non fisik perkotaan yang juga ikut dinilai kinerjanya adalah jaminan keamanan usaha, pengurusan izin usaha, kepastian hukum, kesesuaian antara besar pajak dengan pelayanan yang diperoleh, serta kemudahan untuk menyuarakan aspirasi. PENILAIAN KEPUASAN TERHADAP FASILITAS FISIK PERKOTAAN Berdasarkan hasil analisis, local business di Kota Depok menilai bahwa kondisi pelayanan air bersih di kota ini dari tahun 24 hingga tahun 27 tidak mengalami perubahan yang berarti. Performa pelayanan yang ditunjukkan oleh jaringan air bersih ini cenderung konstan. Oleh karena itu, tingkat kean yang diberikan oleh local business terhadap pelayanan air bersih ini adalah sama saja. 47

14 GAMBAR 3.7 KEPUASAN TERHADAP PELAYANAN AIR BERSIH DI KOTA DEPOK TAHUN 2 DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN 24 TAHUN 2 DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN 24 TAHUN 2 DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN 2 TAHUN 2 DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN semakin sama saja semakin tidak Kean semakin sama saja semakin tidak Kean TAHUN 27 DIBANDINGKAN TAHUN 27 DENGAN DIBANDINGKAN TAHUN DENGAN 2 TAHUN Sumber: Analisis, 27 semakin sama saja semakin tidak Kean Sama halnya dengan pelayanan air bersih, performa pelayanan air kotor dan drainase di kota ini selama kurun waktu 24 hingga 2 juga tidak mengalami perubahan yang berarti. Meskipun performanya cenderung konstan, tingkat kean yang dirasakan oleh local business di Kota Depok pada tahun 27/2 dibandingkan dengan tahun 2/2 menjadi semakin meningkat. 48

15 GAMBAR 3.8 KEPUASAN TERHADAP PELAYANAN AIR KOTOR DAN DRAINASE DI KOTA DEPOK TAHUN 2 DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN 24 TAHUN 2 DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN semakin sama saja semakin tidak Kean TAHUN 27 DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN 2 semakin sama saja semakin tidak Kean Sumber: Analisis, 27 semakin sama saja semakin tidak Kean Kondisi yang sedikit berbeda dialami oleh fasilitas pelayanan fisik perkotaan berupa jalan. Meskipun dalam kurun waktu 3 tahun terakhir ini berbagai upaya perbaikan jalan sudah sangat gencar dilakukan, tingkat kean yang ditunjukkan oleh local business umumnya cukup berfluktuasi. Tingkat kean tertinggi dirasakan oleh local business Kota Depok pada tahun 2, setelah pada dua tahun sebelumnya, kondisi pelayanan dinilai stagnan. Pada tahun 2, telah terjadi perbaikan jaringan jalan secara besar-besaran, sehingga kean local business berada pada kondisi tertinggi. 49

16 Karena perbaikan ini tidak dibarengi dengan pengelolaan yang baik, pada tahun 27, keputusan mereka terhadap pelayanan jaringan jalan kembali mengalami penurunan hingga ke titik kean yang paling rendah. GAMBAR 3.9 KEPUASAN TERHADAP PELAYANAN JARINGAN JALAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2 DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN 24 TAHUN 2 DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN semakin sama saja semakin tidak Kean semakin sama saja semakin tidak Kean TAHUN 27 DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN Sumber: Analisis, 27 semakin sama saja semakin tidak Kean Sementara itu, kean local business terhadap pelayanan jaringan listrik di Kota Depok setiap tahunnya selalu sama, dan tidak mengalami perubahan yang berarti. Hal ini menunjukkan bahwa sifat dari pelayanan listrik yang diberikan PLN di Kota Depok ini pada dasarnya berada dalam kondisi stagnan, sehingga tidak memberikan peningkatan maupun penurunan kean bagi

17 local business di kota ini. Meskipun demikian, pada tahun 27 kean local business mengalami peningkatan. Untuk memahami lebih jauh tingkat kean para local business terhadap pelayanan jaringan listrik di Kota Depok, lihat gambar 3.1 berikut ini: GAMBAR 3.1 KEPUASAN TERHADAP PELAYANAN JARINGAN LISTRIK DI KOTA DEPOK TAHUN 2 DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN 24 TAHUN 2 DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN semakin sama saja semakin tidak Kean semakin sama saja semakin tidak Kean TAHUN 27 DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN Sumber: Analisis, 27 semakin sama saja semakin tidak Kean Untuk pelayanan jaringan telekomunikasi di Kota Depok, tingakt ketidakan yang dirasakan oleh local business umumnya sangat rendah. Kondisi ini menunjukkan bahwa secara umum, pelayanan telekomunikasi di kota ini sudah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh local business Kota 1

18 Depok. Apabila terdapat gangguan telekomunikasi, pihak penyedia layanan telekomunikasi di Kota Depok secara sigap menanggapinya. Lebih jelasnya mengenai fluktuasi kean terhadap pelayanan jaringan telekomunikasi di Kota Depok adalah sebagai berikut: GAMBAR 3.11 KEPUASAN TERHADAP PELAYANAN JARINGAN TELEKOMUNIKASI DI KOTA DEPOK TAHUN 2 DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN 24 TAHUN 2 DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN semakin Kean sama saja semakin sama saja semakin tidak Kean TAHUN 27 DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN Sumber: Analisis, 27 semakin sama saja semakin tidak Kean Selama kurun waktu tahun 24 hingga 2, local business merasakan bahwa ketersediaan kawasan untuk bisnis di Kota Depok tidak memberikan pengaruh yang cukup besar, sehingga tingkat kean yang dirasakan tidak 2

19 mengalami perubahan. Kesempatan yang dimiliki oleh local business untuk memanfaatkan kawasan bisnis tersebut sangat kecil. Kawasan-kawasan untuk bisnis di Kota Depok saat ini umumnya hanya dapat dimanfaatkan oleh usahausaha menengah ke atas yang memiliki cukup modal. Usaha kecil dan menengah sendiri merasa kesulitan dalam mengakses ketersediaan kawasan untuk bisnis ini, karena harga sewa tempat yang cukup mahal dan adanya saingan usaha yang tergolong berat. Meskipun demikian, pada tahun 27 ini, kondisi tersebut sedikit demi sedikit telah berubah. Pada tahun ini, local business menjadi semakin dengan ketersediaan kawasan untuk bisnis. Meningkatnya kean ini bisa disebabkan oleh berbagai hal. Salah satu alasan terpenting yang mendasari perubahan tingkat kean ini adalah karena kesempatan yang diberikan kepada local business untuk memanfaatkan kawasan bisnis tersebut menjadi semakin besar. Apalagi dengan adanya rencana Disperindag Kota Depok untuk bekerja sama dengan pihak pengelola kawasan bisnis untuk memberikan ruang usaha bagi local business di kawasan tersebut. 3

20 GAMBAR 3. KEPUASAN TERHADAP KETERSEDIAAN KAWASAN UNTUK BISNIS DI KOTA DEPOK TAHUN 2 DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN 24 TAHUN 2 DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN semakin sama saja semakin tidak Kean semakin sama saja semakin tidak Kean TAHUN 27 DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN Sumber: Analisis, 27 semakin sama saja semakin tidak Kean Sementara itu, tingkat kean local business di Kota Depok terhadap pelayanan persampahan kota cenderung konstan, sama seperti yang mereka terhadap pelayanan air bersih, air kotor, serta listrik. Dari tahun 24 hingga tahun 27, local business tidak merasakan ada yang berubah dari kondisi pelayanan persampahan ini. Pengelolaan sampah tetap dilakukan sendiri dengan cara membakar atau membuangnya langsung ke TPA. Dengan begitu local business menilai bahwa stagnansi pelayanan juga dimiliki oleh sektor 4

21 pengelolaan sampah perkotaan di Kota Depok. Gambar 3.13 berikut akan memberikan ilustrasi mengenai tingkat kean local business terhadap pelayanan persampahan di Kota Depok. GAMBAR 3.13 KEPUASAN TERHADAP PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA DEPOK TAHUN 2 DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN 24 TAHUN 2 DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN semakin sama saja semakin tidak Kean semakin sama saja semakin tidak Kean TAHUN 27 DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN Sumber: analisis, 27 semakin sama saja semakin tidak Kean Pelayanan fisik perkotaan terakhir yang memperoleh penilaian dari local business di Kota Depok adalah fasilitas terminal angkutan orang maupun barang. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diperoleh informasi bahwa pada kurun waktu 24 hingga 2, local business menilai pelayanan yang diberikan oleh terminal-terminal di Kota Depok tidak mengalami perubahan

22 yang berarti. Dengan kata lain, tingkat kean yang dirasakan local business yang menggunakan fasilitas terminal tersebut adalah sama saja. Namun ketika diminta untuk membandingkan kondisi yang ada pada tahun 27 dengan kondisi tahun sebelumnya, sebagian besar local business menyatakan semakin tidak dengan kondisi pelayanan terminal yang ada tahun ini. Hal ini terjadi karena semakin lama, kondisi terminal semakin semerawut, sehingga tidak dapat memberikan pelayanan secara optimal. Lebih jelas mengenai tingkat kean local business ini terhadap pelayanan terminal dapat dilihat pada gambar 3.14 berikut: GAMBAR 3.14 KEPUASAN TERHADAP FASILITAS TERMINAL ANGKUTAN ORANG DAN BARANG DI KOTA DEPOK TAHUN 2 DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN 24 TAHUN 2 DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN semakin sama saja semakin tidak Kean semakin sama saja semakin tidak Kean TAHUN 27 DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN Sumber: analisis, semakin sama saja semakin tidak Kean

BAB III DATA DAN ANALISIS

BAB III DATA DAN ANALISIS BAB III DATA DAN ANALISIS 3.1 Data Penelitian mengenai Penyediaan Set Pelayanan Umum Perkotaan yang Sesuai dengan Preferensi Local Business di Kota Depok ini menggunakan dua jenis data, yaitu data sekunder

Lebih terperinci

PENILAIAN KEPUASAN TERHADAP FASILITAS NON FISIK PERKOTAAN

PENILAIAN KEPUASAN TERHADAP FASILITAS NON FISIK PERKOTAAN Berdasarkan analisis tingkat kean local business terhadap fasilitas pelayanan umum perkotaan yang sifatnya fisik, diperoleh informasi bahwa: jenis pelayanan yang cenderung memberikan kean yang lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Temuan Studi Temuan-temuan yang diperoleh dari hasil studi mengenai penyediaan set pelayanan umum perkotaan yang sesuai dengan preferensi local business di Kota Depok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses demokratisasi yang berlangsung sejak tahun 1998 memberikan pengaruh besar terhadap sistem pemerintahan di Indonesia. Proses yang menawarkan mekanisme keterbukaan

Lebih terperinci

BAB IV MEKANISME PENYEDIAAN SET PELAYANAN UMUM PERKOTAAN YANG SESUAI DENGAN PREFERENSI LOCAL BUSINESS DI KOTA DEPOK

BAB IV MEKANISME PENYEDIAAN SET PELAYANAN UMUM PERKOTAAN YANG SESUAI DENGAN PREFERENSI LOCAL BUSINESS DI KOTA DEPOK BAB IV MEKANISME PENYEDIAAN SET PELAYANAN UMUM PERKOTAAN YANG SESUAI DENGAN PREFERENSI LOCAL BUSINESS DI KOTA DEPOK Analisis yang telah dilakukan terhadap data sekunder dan primer telah menghasilkan informasi

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 99 BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Temuan Studi Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini, terdapat beberapa hal sebagai temuan studi yaitu sebagai berikut : 1. Karakteristik

Lebih terperinci

BAB 3 PREFERENSI LOKAL TERHADAP PRIORITAS PEMBANGUNAN KOTA BANDUNG

BAB 3 PREFERENSI LOKAL TERHADAP PRIORITAS PEMBANGUNAN KOTA BANDUNG 38 BAB 3 PREFERENSI LOKAL TERHADAP PRIORITAS PEMBANGUNAN KOTA BANDUNG 3.1 Survey Preferensi Lokal Terhadap Prioritas Pembangunan Kota Bandung Penelitian mengenai preferensi lokal terhadap prioritas pembangunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 51 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif menurut Suyanto dan Sutinah (2008) melibatkan lima komponen informasi ilmiah

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan terhadap pedagang bakso mangkal dan pedagang bakso keliling di Kota Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan dengan alasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB II KAJIAN LITERATUR BAB II KAJIAN LITERATUR Untuk membangun framework teoritis yang jelas sebagai dasar dilakukannya penelitian ini, penulis terlebih dahulu melakukan review terhadap beberapa literatur yang terkait dengan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK OLEH PALUPI SRI NARISYWARI SIDANG TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 20

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah preferensi konsumen smartphone merek Blackberry. Adapun yang menjadi subjek dari penelitian ini, yaitu konsumen smartphone

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia memiliki tanah yang subur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Tinjauan Umum Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan kajian pustaka berbagai sumber yang berkaitan dengan manajemen konstruksi, khususnya mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan seluruh potensi daerah guna mewujudkan tujuan-tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan seluruh potensi daerah guna mewujudkan tujuan-tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah pada dasarnya adalah usaha untuk mengoptimalkan pemanfaatan seluruh potensi daerah guna mewujudkan tujuan-tujuan pembangunan yaitu meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang Analisis struktur perekonomian kota Depok sebelum dan sesudah otonomi daerah UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: HARRY KISWANTO NIM F0104064 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan

Lebih terperinci

5. ANALISIS HASIL PENELITIAN

5. ANALISIS HASIL PENELITIAN 5. ANALISIS HASIL PENELITIAN Pada bagian ini akan menguraikan hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Jawaban dari permasalahan penelitian diperoleh berdasarkan hasil pengolahan 55 data hasil Tes Kreativitas

Lebih terperinci

pembangunan (misalnya dalam Musrenbang). Oleh sebab itu, pemerintah tidak mengetahui secara tepat apa yang sebenarnya menjadi preferensi lokal

pembangunan (misalnya dalam Musrenbang). Oleh sebab itu, pemerintah tidak mengetahui secara tepat apa yang sebenarnya menjadi preferensi lokal 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan desentralisasi pembangunan di Indonesia pada era otonomi daerah tidak dapat terpisahkan dari upaya perwujudan demokrasi dalam pembangunan. Sebagaimana

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

produk dan jasa perusahaan, keinginan dan kebutuhan pelanggan serta kegiatankegiatan

produk dan jasa perusahaan, keinginan dan kebutuhan pelanggan serta kegiatankegiatan 1 PENDAHULUAN Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan permintaan kebutuhan konsumen semakin tinggi. Hal ini menyebabkan banyaknya pesaing yang bermunculan memenuhi kebutuhan konsumen untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan kota sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh berbagai macam faktor-faktor perubahan yang menyangkut segi-segi sosial, ekonomi, politik

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tempat wisata yang ada di Bogor, diantaranya yaitu kebun raya Bogor, taman wisata mekarsari, taman matahari, dan taman safari

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 20

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian digunakan untuk memecahkan suatu masalah, memahami, serta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian digunakan untuk memecahkan suatu masalah, memahami, serta BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. TinjauanUmum Metode penelitian merupakan suatu cara alamiah untuk memperoleh data dengan kegunaan dan tujuan tertentu. Secara umum data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian adalah daerah tempat akan diadakannya penelitian yang mendukung dalam penulisan penelitian itu sendiri. Dalam hal ini yang akan dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto (2005:247) Penelitian

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto (2005:247) Penelitian BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto (2005:247) Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mengumpulkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu secara rasional, empiris dan sistematis. Adapun metodologi penelitian yang

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. 220/12/21/Th. V, 1 Desember 20 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN AGUSTUS 20 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI SEMAKIN TURUN Jumlah angkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara yang sedang mengalami proses perkembangan perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan struktur ekonomi pada hal yang paling mendasar.

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3 METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 15 3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pada penelitian ini, lokasi yang menjadi objek penelitian adalah wilayah PPN Brondong, Kabupaten Lamongan propinsi Jawa Timur. Pemilihan lokasi ini didasari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung sebagai salah satu kota yang perkembangannya sangat pesat dihadapkan pada berbagai kebutuhan dalam memenuhi kehidupan perkotaan. Semakin pesatnya pertumbuhan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan obyek

Lebih terperinci

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG KERANGKA PEMIKIRAN Program konversi minyak tanah ke LPG dilakukan melalui pembagian paket LPG kg beserta tabung, kompor, regulator dan selang secara gratis kepada keluarga miskin yang jumlahnya mencapai.

Lebih terperinci

Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016

Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 Hasil pendaftaran (listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 No. 01/07/2017,21 Juli 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN ASAHAN Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus

Lebih terperinci

BAB 4 PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN WAJIB PAJAK

BAB 4 PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN WAJIB PAJAK BAB 4 PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN WAJIB PAJAK 4.1 Analisis Uji Instrumen Penelitian (Pre-test) Pre-test dilakukan untuk menguji pertanyaan dalam bentuk pernyataan yang dijadikan sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 20

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR No. 01/10/3172/Th.VIII, 7 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2015 TUMBUH 5,41 PERSEN Perekonomian Jakarta Timur tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai sumber daya yang tersebar secara luas di bumi ini walaupun dalam jumlah yang berbeda, air terdapat dimana saja dan memegang peranan penting dalam kehidupan

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi merupakan salah satu komponen yang ikut mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat dan lingkungan yang secara tidak langsung juga turut berkontribusi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara).

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan

III. METODE PENELITIAN. atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB IV. Kota Pekanbaru terletak di tengah-tengah pulau Sumatera yang mengarah ke

BAB IV. Kota Pekanbaru terletak di tengah-tengah pulau Sumatera yang mengarah ke BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH KAJLAN 4.1. Kota Pekanbaru 4.1.1. Geografis Kota Pekanbaru terletak di tengah-tengah pulau Sumatera yang mengarah ke daratan Sumatera. Secara geografis, kota Pekanbaru terletak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang meliputi seluruh kehidupan manusia, bangsa dan negara, untuk. Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil makmur

BAB 1 PENDAHULUAN. yang meliputi seluruh kehidupan manusia, bangsa dan negara, untuk. Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil makmur BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan rangkaian upaya yang berkesinambungan, yang meliputi seluruh kehidupan manusia, bangsa dan negara, untuk melaksanakan tugas mewujudkan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Persaingan dalam dunia bisnis saat ini sangat kompetitif, baik di pasar domestik maupun di pasar internasional. Salah satu cara perusahaan untuk dapat memenangkan persaingan adalah dengan cara

Lebih terperinci

BAB ~1. Lokasi kajian ditentukan secara sengaja di terminal AKAP Mayang Terurai

BAB ~1. Lokasi kajian ditentukan secara sengaja di terminal AKAP Mayang Terurai BAB ~1 3.1. Lokasi Kajian. Lokasi kajian ditentukan secara sengaja di terminal AKAP Mayang Terurai kota Pekanbaru. Alasan pemilihan lokasi kajian pada terminal AKAP Mayang Terurai adalah : a Terminal AKAP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Secara umum pasar adalah sebuah tempat bertemunya pihak penjual dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Secara umum pasar adalah sebuah tempat bertemunya pihak penjual dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Secara umum pasar adalah sebuah tempat bertemunya pihak penjual dan pihak pembeli untuk melaksanakan transaksi dimana proses jual beli terbentuk. Pasar menurut

Lebih terperinci

BAB III DESAIN RISET III.1 Pendekatan Studi

BAB III DESAIN RISET III.1 Pendekatan Studi BAB III DESAIN RISET Dalam bab ini akan dibahas metodologi penelitian yang digunakan, unit analisis yang digunakan, data yang mendukung penelitian, pengumpulan data, lokasi penelitian, pemilihan sampel,

Lebih terperinci

BAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA

BAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA BAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA Pada bab ini akan lebih dibahas mengenai sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata. Permasalahan sarana prasarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi menjadi UU No. 32 Tahun 2004, daerah diberi kewenangan yang luas dalam mengurus dan mengelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kawasan Gerbangkertosusila (Gresik-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya- Sidoarjo-Lamongan) merupakan salah satu Kawasan Tertentu di Indonesia, yang ditetapkan dalam PP No.

Lebih terperinci

Arahan Peningkatan Daya Saing Daerah Kabupaten Kediri

Arahan Peningkatan Daya Saing Daerah Kabupaten Kediri JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-81 Arahan Peningkatan Daya Saing Daerah Kabupaten Kediri Eka Putri Anugrahing Widi dan Putut Gde Ariastita Jurusan Perencanaan

Lebih terperinci

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR No. 01/10/3172/Th.VII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 TUMBUH 5,98 PERSEN Release PDRB tahun 2014 dan selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam proses pembangunan salah satu indikator keberhasilan pembangunan Negara berkembang ditunjukkan oleh terjadinya pertumbuhan ekonomi yang disertai terjadinya perubahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Metode Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Juni hingga September 2011.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang lakukan ini adalah penelitian survey, dimana peneliti melakukan observasi dalam pengumpulan data, peneliti hanya mencatat data seperti

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pada peternakan ayam ras petelur di Desa Gulurejo adalah metode deskripsi.

METODE PENELITIAN. pada peternakan ayam ras petelur di Desa Gulurejo adalah metode deskripsi. III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian analisis kondisi biosekuriti pada peternakan ayam ras petelur di Desa Gulurejo adalah metode deskripsi. Menurut Sugiyono (2016) metode

Lebih terperinci

SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT BISNIS KABUPATEN WONOGIRI TAHUN Oleh : Dra. L.V. Ratna Devi, M.Si

SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT BISNIS KABUPATEN WONOGIRI TAHUN Oleh : Dra. L.V. Ratna Devi, M.Si SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT BISNIS KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2011 Oleh : Dra. L.V. Ratna Devi, M.Si ABSTRAK Kegiatan survei kepuasan masyarakat bisnis ini dilakukan untuk mengukur kinerja Pemkab dalam memberikan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN III TAHUN 2016 No. 64/11/36/Th.X, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN III TAHUN 2016 EKONOMI BANTEN TRIWULAN III TAHUN 2016 TUMBUH 5,35 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN DENGAN TRIWULAN YANG SAMA TAHUN SEBELUMNYA

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN (RPJMD) Tahun 20162021 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Keuangan Kabupaten Pandeglang dikelola berdasarkan ketentuan peraturan yang berlaku diantaranya UndangUndang

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN yaitu sebanyak 41 bank bank tersebut terdiri dari: 1. Bank umum BUMN terdiri dari 4 bank

BAB III METODELOGI PENELITIAN yaitu sebanyak 41 bank  bank tersebut terdiri dari: 1. Bank umum BUMN terdiri dari 4 bank BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 No. 01/06/3511/Th.I, 12 Juni 2017 BERITA RESMI STATISTIK Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 Hasil pendaftaran

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di CV. Duta Luwak Brother s Link Jln. Raden Intan Gg.

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di CV. Duta Luwak Brother s Link Jln. Raden Intan Gg. III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di CV. Duta Luwak Brother s Link Jln. Raden Intan Gg. Menako No.111 Way Mengaku Kec.Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat. Penelitian

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 3 TAHUN 2005 KAWASAN INDUSTRI JELITIK SUNGAILIAT B U P A T I B A N G K A,

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 3 TAHUN 2005 KAWASAN INDUSTRI JELITIK SUNGAILIAT B U P A T I B A N G K A, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 3 TAHUN 2005 T E N T A N G KAWASAN INDUSTRI JELITIK SUNGAILIAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA B U P A T I B A N G K A, Menimbang : a. bahwa dalam upaya

Lebih terperinci

Astari Kalsum. Eny Wahyuningsih Fakultas Ekonomi Universitas Islam Riau. Abstrak

Astari Kalsum. Eny Wahyuningsih Fakultas Ekonomi Universitas Islam Riau. Abstrak 83 PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, KEJELASAN TUJUAN ANGGARAN DAN EVALUASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BENGKALIS Astari Kalsum Eny Wahyuningsih

Lebih terperinci

BAB IV INTEPRETASI DATA

BAB IV INTEPRETASI DATA 41 BAB IV INTEPRETASI DATA 4.1 Pengumpulan Data Data responden pada penyusunan skripsi ini terdiri atas dua bagian yaitu data profil responden dan data stated preference. Untuk data profil responden terdiri

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 49 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Metode Penelitian Klasifikasi penelitian menurut Kountur (2003 : 105) sesuai dengan maksud penelitian tersebut dilaksanakan, terdiri dari : 1. Memberikan gambaran (penelitian

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah preferensi dan tingkat kepuasan peternak

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah preferensi dan tingkat kepuasan peternak III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah preferensi dan tingkat kepuasan peternak anggota KSU Tandangsari Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan

I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara tradisional menurut Kotler (2007) pasar merupakan tempat fisik dimana para pembeli dan penjual berkumpul untuk membeli dan menjual barang. Pasar dinyatakan sebagai

Lebih terperinci

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) PADA DINAS PERHUBUNGAN KOTA BANDUNG TAHUN 2016

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) PADA DINAS PERHUBUNGAN KOTA BANDUNG TAHUN 2016 Jurnal ADHUM Vol. VII No. 1, Januari 2017 10 INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) PADA DINAS PERHUBUNGAN KOTA BANDUNG TAHUN 2016 Oleh: Jaliludin Muslim 2 dan Irwandi 3 E-mail:udinmuslim@gmail.com & irwan_di@ymail.com

Lebih terperinci

Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016

Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 Nomor. 01/06/3506/Th. I, 19 Juni 2017 Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 Hasil pendaftran Sensus Ekonomi 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah beserta masyarakatnya bersama-sama mengelola sumberdaya yang ada dan

BAB I PENDAHULUAN. daerah beserta masyarakatnya bersama-sama mengelola sumberdaya yang ada dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan proses dimana pemerintah daerah beserta masyarakatnya bersama-sama mengelola sumberdaya yang ada dan melakukan mitra kerja dengan

Lebih terperinci

DAFTAR REFERENSI Buku Teks dan Jurnal Ilmiah

DAFTAR REFERENSI Buku Teks dan Jurnal Ilmiah DAFTAR REFERENSI Buku Teks dan Jurnal Ilmiah Buchanan, James M. An Economic Theory of Clubs. Economica 32, Februari 1965. Cullis, John G dan Phillip R. Jones. 1992. Public Finance and Public Choice Analytical

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah mencanangkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian 3.1.1. Pendekatan Penelitian Substansi yang diteliti dari penelitian ini ialah pola persebaran permukiman yang terdapat di Kawasan Rawan III dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pikir Penelitian Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kepuasan pemakai jasa Warnet. Untuk itu dalam penelitian ini akan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Investasi infrastruktur transportasi dalam pembangunan ekonomi penting sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai sarana untuk

Lebih terperinci

STATISTIK DESKRIPTIF. Abdul Rohman, S.E

STATISTIK DESKRIPTIF. Abdul Rohman, S.E LOGO STATISTIK DESKRIPTIF Konsep Statistika STATISTIKA : Kegiatan untuk : mengumpulkan data menyajikan data menganalisis data dengan metode tertentu menginterpretasikan hasil analisis KEGUNAAN? Melalui

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang terpenting setelah udara dan air, serta merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang harus segera terpenuhi untuk mempertahankan kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat Indonesia selain sebagai muara dari produk-produk rakyat, pasar juga berfungsi sebagai tempat

Lebih terperinci

5. Pelaksanaan urusan tata usaha; dan

5. Pelaksanaan urusan tata usaha; dan 5. Pelaksanaan urusan tata usaha; dan TUJUAN SASARAN STRATEGIS TARGET KET URAIAN INDIKATOR TUJUAN TARGET TUJUAN URAIAN INDIKATOR KINERJA 2014 2015 2016 2017 2018 1 2 3 4 6 7 8 9 10 13 Mendukung Ketahanan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI Draf tanggal 25-26 Agustus 2014 RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang terdiri dari ribuan pulau yang besar dan kecil, sehingga tanpa sarana angkutan transportasi yang memadai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu upaya untuk mencapai pertumbuhan kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) BAB V PEMBAHASAN Pembahasan ini berisi penjelasan mengenai hasil analisis yang dilihat posisinya berdasarkan teori dan perencanaan yang ada. Penelitian ini dibahas berdasarkan perkembangan wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

5. ANALISIS HASIL DAN INTERPRETASI DATA

5. ANALISIS HASIL DAN INTERPRETASI DATA 33 5. ANALISIS HASIL DAN INTERPRETASI DATA 5.1. Gambaran Responden Untuk mendapatkan gambaran subyek, dilakukan penghitungan distribusi frekuensi berdasarkan data responden yang terdapat pada bagian akhir

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset/DPPKA karena dinas inilah yang bertugas merumuskan kebijakan teknis,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menganalisis bagaimana pengaruh Pengetahuan, Objek Fisik Bank, pelayanan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menganalisis bagaimana pengaruh Pengetahuan, Objek Fisik Bank, pelayanan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek dan Subyek Penelitian Penelitian menggunakan data yang diperoleh dengan cara survey lapangan kepada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis di lingkungan Kampus Terpadu

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA PRABUMULIH TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA PRABUMULIH TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA PRABUMULIH TAHUN 2002 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH, Menimbang : a. bahwa dengan telah

Lebih terperinci

3. METODE 3.1. Lokasi dan Waktu 3.2. Teknik Pengumpulan Data

3. METODE 3.1. Lokasi dan Waktu 3.2. Teknik Pengumpulan Data 3. METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Jepara Propinsi Jawa Tengah yang merupakan sentra mebel, serta Jakarta dan Bogor sebagai daerah pemasaran mebel Jepara. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kabupaten Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kabupaten Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur yang memiliki luas 1.371,78 Km2, penggunaan wilayah Ponorogo sebagaian besar untuk area ke hutanan yaitu

Lebih terperinci