BAB III METODOLOGI PENELITIAN
|
|
- Suparman Widjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian Pendekatan Penelitian Substansi yang diteliti dari penelitian ini ialah pola persebaran permukiman yang terdapat di Kawasan Rawan III dan II Gunung Merapi sebelum terjadinya erupsi tahun 2010.Pada penelitian ini yang dimaksud permukiman adalah desa, dengan pusat permukiman berupa dukuh atau dusun. Selanjutnya dilakukan penelitian terhadap faktor faktor yang berpengaruh terhadap pola persebaran..penelitian ini dipilih dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif memiliki definisi sebagai metode yang menguji teori dengan cara menentukan hubungan antar variabel. Penelitian kuantitatif ini melakukan pengujian teori secara deduktif, artinya penelitian dimulai dari tema umum lalu dibawa pada tema khusus. Pada penelitian ini, diperlukan literatur utama pada awal penelitian yang digunakan sebagai arahan dalam penyusunan keseluruhan penelitian. Sehingga dalam penelitian kuantitatif yang ditekankan ialah bahwa penelitian ini didasarkan pada literature yang dikaji pada bagian awal penelitian dan pada akhir penelitian diadakan uji teori terhadap data yang telah dikumpulkan.(creswell,2012) Penggunaan metode kuantitatif pada penelitian ini dikarenakan telah ditemukan banyak literatur mengenai pola persebaran serta factor pengaruhnya.sehingga alur dari penelitian ini telah terfokus dan terbatas pada variabel yang telah diperoleh dari hasil kajian literature pola persebaran dan factor pengaruh.pada tahap pembahasan, analisis yang dilakukan berasal dari data yang diperoleh dari lapangan dengan mengacu pada variabel terpilih hasil kajian literature Variabel Penelitian Variabel adalah konsep yang memiliki keragaman nilai, dimana konsep merupakan fenomena abstrak (Nazir, 1988). Menurut Creswell (2012), variabel ialah karakteristik pada suatu individu atau organisasi yang terukur. Di dalam penelitian kuantitatif, variabel berfungsi sebagai jawaban dari rumusan masalah.variabel sendiri terbentuk dari sintesa kajian literature.pada penelitian ini, variabel yang digunakan ialah : 25
2 Aspek yang dilihat Pola Tabel 3.1. Variabel Penelitian Persebaran Pusat Variabel Sub Variabel Definisi Operasional Indikator Persebaran Unit Persebaran dusun Bahaya Letusan Sarana Prasarana Mitigasi Sifat sebaran unit permukiman Jenis dan insentitas gunung api yang berdampak pada unit permukiman Penggunaan sarana mitigasi yang digunakan oleh yang disediakan oleh pemerintah Indeks Tetangga Terdekat Jenis dan Intensitas bahaya penggunaan sarana prasarana mitigasi Faktor Faktor Non Kebutuhan Keamanan Topografi Jenis Tanah Sarana Ketersediaan Air Kebutuhan Kerjasama/ ikatan kekeluargaan Mata Pencaharian Budaya Sistem Waris Bahaya dan dampak Letusan Tanda Letusan Kegiatan Pelatihan Penanggulangan Lokasi Pekerjaan Kebudayaan Merapi Keterkaitan dengan Merapi Sistem Waris Menuju Lokasi Kerja Akseibilitas Menuju Sarana Pengetahuan dan sikap terhadap kondisi lingkungan yang rawan akan bencana Kondisi kelerengan yang ada pada setiap dusun (pusat permukiman) Kesuburan tanah untuk lahan pertanian Sarana permukiman berupa sarana ekonomi, pendidikan, kesehatan yang diakses oleh sumber air bersih dan cara penyediaan air bersih yang dilakukan oleh Kondisi untuk saling berinteraksi pada kegiatan gotong royong, rembug warga dan saling tolong menolong Lokasi pekerjaan yang dilakukan oleh Berupa kebiasaan terhadap kebudayaan terkait keberadaan Merapi, dan pengaruh Merapi untuk kehidupan Berupa pelaksanaan sistem waris yang dilakukan oleh terhadap kepemilikan rumah kemudahan untuk menuju lokasi dilihat dari sisi adanya kemudahan mendapatkan sarana transportasi serta kedekatan jarak. pemahaman terhadap bahaya letusan Tingakt pengetahuan terhadap tanda tanda letusan partisipasi kegiatan Kelerengan Kesuburan Banyaknya sarana yang digunakan Air Bersih partisipasi warga Jarak lokasi pekerjaan dengan permukiman penduduk partisipasi Bentuk keterkaitan Pelaksanaan Sistem Waris Kemudahan Kemudahan 26
3 3.2. Teknik Pengumpulan Dan Kebutuhan Teknik Pengumpulan yang didapatkan pada penelitian ini berasal dari pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder. 1) Pengumpulan Primer Kuesioner Pengumpulan data berupa kuesioner ditujukan pada sampel yang bertempat tinggal di desa pada lokus penelitian. Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui persepsi dan kebiasaan tentang faktor faktor yang berpengaruh di dalam menentukan tempat tinggal dimana secara fisik permukiman tersebut akan membentuk pola permukiman tertentu. 2) Pengumpulan Sekunder Survey Instansi Pengumpulan data sekunder berupa survey instansi merupakan cara untuk mendapatkan data dengan mengunjungi instansi atau dinas dinas terkait. Kajian Literatur -data dari literatur digunakan sebagai pedoman ataupun acuan penulis, terutama pada kajian teori mengenai pola desa dan bentuk permukiman. Penggunaan data literatur juga berfungsi sebagai komparasi antara data di lapangan dengan teori Kebutuhan Kebutuhan data untuk penlitian ini diperoleh dengan menyesuaikan pada variabel yang telah ditemukan sebelumnya. Sehingga data yang diperlukan adalah sebagai berikut : Variabel Sub Variabel Persebaran Kebutuhan Keamanan Persebaran dusun Bahaya Letusan Sarana Prasarana Mitigasi Bahaya dan Dampak Letusan Tanda Letusan Kegiatan Pelatihan Penanggulangan Tabel 3.2. Kebutuhan Penggunaan lahan Jenis dan intensitas letusan gunung Merapi Persepsi Jenis Bentuk Teknik Pengumpulan Sumber sekunder peta Survey instansi BAPPEDA sekunder peta Survey instansi BPPTK Topografi tingkat kelerengan sekunder peta Survey instansi BAPPEDA 27
4 Variabel Sub Variabel Kesuburan tanah Sarana Jenis Bentuk Teknik Pengumpulan Sumber Jenis tanah sekunder peta Survey instansi BAPPEDA dalam menggunakan sarana Persebaran sarana permukiman Sumber air dan cara mengakses Partisipasi dalam kegiatan sekunder peta Survey instansi Kelurahan Ketersediaan air bersih Kebutuhan Kerjasama/ ikatan kekeluargaan Mata Pencaharian Lokasi Pekerjaan Eksisting Lokasi Budaya Kebudayaan Merapi Keterkaitan Persepsi dengan Merapi Sistem Waris Sistem Waris Kondisi Eksisting Menuju Lokasi Kerja Akseibilitas Menuju Sarana Teknik Sampel Pada penelitian ini digunakan teknik sampling untuk mendapatkan sampel penduduk pada daerah penelitian dengan tujuan untuk mendapatkan data kuesioner persepsi. Teknik sampel yang digunakan adalah sampel probabilitas. Sampel probabilitas merupakan teknik sampel yang memberikan kesempatan pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sarjono dan Julianita, 2011).. Pada penelitian ini, populasi terdiri atas dua kelompok yaitu penduduk pada desa di KRB II dan KRB III. Sehingga sampel digunakan untuk mendapatkan sampel pada masing masing KRB secara terpisah Sampling penduduk dari keseluruhan populasi yang berada di KRB II dan KRB III. Pada tahapan ini digunakan rumus Frank Lynch yaitu n = NZ 2. p (1- p) / Nd 2 + Z 2. p (1 p) Keterangan : n = sampel N = Populasi Z = Nilai variabel normal (1,96) p = The largest possible proportion (0,50) d = Sampling error 28
5 Pada daerah penelitian, jumlah seluruh penduduk berjumlah penduduk yang terdiri dari penduduk di KRB II dan penduduk di KRB III. Berdasarkan rumus tersebut, maka jumlah sampel yang didapatkan dengan menggunakan batas ketelitian 5 % adalah Jumlah sampel yang terpilih berjumlah 383 sampel penduduk yang jika didistribusikan pada setiap KRB yaitu Selanjutnya hasil sampel pada setiap KRB didstibusikan pada setiap desa di masing masing KRB dan setiap dusun minimal memiliki seorang responden sebagai perwakilan. Dalam hal ini, pada batasan penelitian terdapat 93 dusun di KRB III dan 348 dusun di KRB II Teknik Analisis Analisis data merupakan tahap yang dilakukan setelah mendapatkan dan memilah data. Secara umum tahapan analisis data dimulai dengan memasukkan data yang terkait kemudian diproses dengan menggunakan metode tertentu dan akan didapatkan output dari proses tersebut. Secara rinci pada penelitian ini, teknik analisis data terbagi ke dalam beberapa tahap yaitu: Identifikasi Pola Sebaran Pusat / Dukuh dengan Analisis Tetangga Terdekat Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran pusat permukiman yang berkembang sebelum erupsi Merapi Dalam penentuan pola persebaran dusun digunakan teknik analisis tetangga terdekat yang membagi persebaran permukiman ke dalam tiga kategori, yaitu permukiman mengelompok, permukiman acak dan seragam. Untuk mendapatkan nilai dari tetangga terdekat (T) digunakan rumus sebagai berikut 29
6 T = nilai tetangga terdekat Ju = jarak rata - rata antara satu titik dengan titik tetangga terdekatnya Jh = p = jumlah titik (permukiman) dibagi luas wilayah (permukiman) T = 0 T = 1,0 T = 2,15 Mengelompok Acak Seragam T = nilai tetangga terdekat Dalam mengidentifikasi persebaran pusat permukiman, setiap dukun atau dukuh yang berbentuk polygon diubah kedalam bentuk titik, yang kemudian antar titik tersebut dicari jarak terdekatnya.titik dusun dibentuk dengan mengambil bagian terluar dari polygon, dimana titik tersebut memiliki jarak paling dekat dengan dusun atau titik terdekatnya.jarak yang digunakan merupakan jarak sebenarnya, yaitu terdapat akses (jalan) yang menghubungkan dusun satu dengan dusun terdekat. A A A B C B C B C Tetangga terdekat dusun B adalah dusun A, sehingga jarak terdekatnya adalah jarak dusun A dan B Gambar 3.1. Ilustrasi Identifikasi Persebaran Tetangga terdekat dusun C adalah dusun C, dan juga sebaliknya. Sehingga jarak terdekatnya adalah jarak dusun A dan C Identifikasi Faktor yang Berpengaruh terhadap Pembentukan Pola Langkah kedua yaitu mengidentifikasi faktor bencana dan non bencana yang didapat dari hasil kuesioner persepsi dan kondisi spasial. Faktor bencana dan non bencana yang didapatkan secara spasial seperti kelerengan, jenis dan intensitas bahaya serta jenis tanah dilakukan dengan overlay peta factor dan penggunaan lahan atau persebaran pusat 30
7 permukiman. Selanjutnya hasil overlay dan hasil kuesioner dikelompokkan menjadi 3 indikator pengaruh Faktor Sub Variabel Bahaya Letusan Sarana Prasarana Mitigasi Bahaya dan dampak Letusan Tanda Letusan Kegiatan Pelatihan Penanggulangan Tabel 3.3. Indikator Pengaruh Faktor Pengaruh Keterangan Awan panas dengan intensitas yang semakin rendah semakin berpengaruh karena lokasi permukiman semakin ada dalam kondisi yang aman Penggunaan sarana yang semakin lengkap smakin berpengaruh terhadap keamanan dalam memilih lokasi tempat tinggal Kuesioner Persepsi 3 (berpengaruh) Dukuh (pusat permukiman) berada pada bahaya awan panas rendah menggunakan sarana prasarana mitigasi berupa kendaraan dan tempat penampungan Memahami bahaya letusan Merapi (4-5) Melihat tanda alam dan peringatan pemerintah selalu mengikuti kegiatan penanggulangan bencana Indikator 2 (pengaruh rendah) Dukuh (pusat permukiman) berada pada bahaya awan panas sedang hanya menggunakan sarana mitigasi berupa tempat penampungan kurang paham akan bahaya letusan gunung Merapi (1-3) Mengetahui dari tanda alam jarang mengikuti kegiatan penanggulangan bencana 1 (tidak berpengaruh) Dukuh (pusat permukiman) berada pada bahaya awan panas tinggi tidak menggunakan sarana mitigasi, mengungsi mandiri tidak mengetahui bahaya letusan gunung Merapi tidak mengetahui tanda letusan Merapi tidak pernah mengikuti kegiatan penanggulangan bencana Faktor Non Kelerengan Spasial Dukuh berada pada kelerengan 0-15% Dukuh berada pada kelerengan 15-25% Dukuh berada pada kelerengan >25% Jenis Tanah Penggunaan Sarana Penyediaan Air Bersih Ikatan Kekeluargaan Lokasi Pekerjaan Spasial Eksisting Penyediaan Eksisting Lokasi Tanah di sekitar dukuh merupakan tanah yang subur mengakses semua sarana yang terdapat dalam satu desa Jaringan air bersih disediakan secara individu sering mengikuti kegiatan kekeluargaan Terletak di sekitar dukuh atau dusun Ada ritual budaya dan sering mengikuti Tanah di sekitar dukuh merupakan tanah yang kurang subur mengakses beberapa sarana yang terdapat dalam satu desa Jaringan air bersih dilakukan secara kelompok jarang mengikuti kegiatan kekeluargaan Terletak dalam satu desa Ada ritual budaya, jarang mengikuti Tanah di sekitar dukuh merupakan tanah yang tidak subur tidak mengakses sarana apapun Tidak terdapat sumber air bersih tetap tidak pernah mengikuti kegiatan kekeluargaan Terletak di luar desa Kebudayaan Tidak pernah atau tidak Merapi ada Keterkaitan Kuesioner Sebagai sumber Sumber Tidak berpengaruh 31
8 Sub Variabel dengan Merapi Sistem Waris Menuju Lokasi Kerja (Petani) Menuju Lokasi Kerja (Non Petani) Akseibilitas Menuju Sarana Keterangan Persepsi Kondisi Eksisting 3 (berpengaruh) pendghidupan dan kekuatan spiritual Tanah warisan dan sudah tinggal sendiri Satu dusun dan dapat diakses dengan berjalan kaki dan kendaraan pribadi Satu dusun dan dapat diakses dengan berjalan kaki, angkutan umum dan kendaraan pribadi Satu desa dan dapat diakses dengan berjalan kaki, angkutan umum dan kendaraan pribadi Indikator 2 (pengaruh rendah) penghidupan atau kekuatan spiritual Tanah warisan dan tinggal bersama orang tua Satu desa diakses oleh kendaraan pribadi Satu desa dapat diakses oleh angkutan umum atau kendaraan pribadi Satu desa dapat diakses oleh angkutan umum atau kendaraan pribadi 1 (tidak berpengaruh) Bukan Tanah Warisan Satu desa diakses jalan kaki atau luar desa Satu desa diakses dengan berjalan atau luar desa Satu desa diakses dengan berjalan atau luar desa Identifikasi Pengaruh Faktor terhadap Pola Selanjutnya setelah dilakukan pembobotan, hasil kuesioner dan kondisi spasial hasil overlay peta, kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis regresi yang dilakukan dengan bantuan SPSS 17 dengan rincian sebagai berikut : 1. Analisis Regresi Berganda Analisis regresi berganda merupakan analisis untuk mengetahui besaran pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y), dengan variabel independen berjumlah lebih dari satu variabel. Pada penelitian ini variabel dependen (Y) adalah nilai analisis tetangga terdekat (T) dan variabel independen (X) adalah skoring dari hasil kuesioner dan hasil overlay peta. Hasil pada analisis ini ialah untuk mengetahui besaran pengaruh keseluruhan variabel independen (faktor pengaruh) terhadap variavel dependen (Pola persebaran permukiman) 2. Analisis Regresi Linier Analisis ini digunakan untuk mengetahui besaran pengaruh setiap variabel dependen terhadap variabel independen. Sehingga dalam analisis ini akan diketahui variabel faktor pengaruh yang memiliki pengaruh paling besar dan paling kecil. 3. Analisis Persamaan Regresi Linier terhadap Teori Faktor Pengaruh Analisis ini digunakan untuk mengetahui kesesuaian model regresi pada faktor pengaruh di KRB II dan III terhadap model regresi teori faktor pengaruh. 32
9 Titik Dusun Analisis Tetangga Terdekat Pola Faktor dan Non Kondisi Spasial Overlay Peta Persepsi dan Skoring Faktor Pembentuk Pola Analisis Regresi Berganda dan Linier Besaran Pengaruh Faktor terhadap Pola Gambar 3.2. Kerangka Analisis Penelitian 33
METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian Pengaruh faktor bermukim masyarakat terhadap pola persebaran adalah pendekatan penelitian deduktif
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode dan Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian penilaian kelayakan sistem Kawasan Rawan Bencana (KRB) letusan Gunung Merapi di Kabupaten Sleman. Dalam pengamatan
Lebih terperinciGambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi
BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian akan menggambarkan langkah-langkah atau tahapan dari suatu penelitian dalam mencapai tujuan penelitian tersebut. Dimana dalam metode penelitian ini akan dijelaskan
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Kerangka Pikir Studi...
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... 1.1. Latar Belakang... 1.2. Tujuan... 1.3. Kerangka Pikir Studi... BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 2.1. Perencanaan Lanskap... 2.2. Gempa Bumi...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Peta Ancaman Bencana Gunung Api Di Indonesia (Sumber : BNPB dalam Website, 2011)
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Gunung Merapi secara geografis terletak pada posisi 7º 32.5 Lintang Selatan dan 110º 26.5 Bujur Timur, dan secara administrasi terletak pada 4 (empat) wilayah kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gunungapi Merapi merupakan jenis gunungapi tipe strato dengan ketinggian 2.980 mdpal. Gunungapi ini merupakan salah satu gunungapi yang masih aktif di Indonesia. Aktivitas
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Tempat Penelitian A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Karanganyar. Secara astronomi Kabupaten Karanganyar terletak antara 110 40 110 70
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk dijadikan permukiman sehingga muncul larangan bermukim. Merapi terletak antara dua provinsi yakni Daerah Istimewa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Permukiman merupakan kebutuhan dasar manusia yang tidak dapat terelakkan. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin banyak kebutuhan lahan yang harus disiapkan untuk
Lebih terperinciLEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I BAB II PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pola pertumbuhan kota dan tingkat urbanisasi yang terjadi di Indonesia sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan penduduk perkotaan di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERSEMBAHAN... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...
Lebih terperinciTahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam
Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam Untuk penentuan prioritas kriteria dilakukan dengan memberikan penilaian atau bobot
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana.
BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini berisi mengenai latar belakang yang digunakan sebagai dasar penelitian, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, kebutuhan data, teknik pengumpulan data,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jawa yang rawan terhadap bencana abrasi dan gelombang pasang. Indeks rawan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Rembang merupakan salah satu daerah di pesisir utara Pulau Jawa yang rawan terhadap bencana abrasi dan gelombang pasang. Indeks rawan bencana yang terhitung
Lebih terperinciDESAIN PENELITIAN MYRNA SUKMARATRI ST., MT Metodologi Penelitian
DESAIN PENELITIAN MYRNA SUKMARATRI ST., MT. 2017 Metodologi Penelitian 1 Definisi Desain penelitian menurut Mc Millan dalam Ibnu Hadjar (1999:102) adalah rencana dan struktur penyelidikan yang digunakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan kepulauan Indonesia merupakan daerah pertemuan lempeng bumi dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan curah hujan yang relatif
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Merapi. Ada 8 Desa yang termasuk ke dalam KRB III. Penelitian ini bertujuan
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Kecamatan Dukun adalah salah satu Kecamatan di Kabupaten Magelang yang letak geografisnya sangat rentan terhadap ancaman bencana erupsi Gunung Merapi. Ada 8
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penelitian ini dirumuskan dengan menentukan tingkat bahaya banjir kemudian menentukan kerentanan wilayah terhadap bencana banjir. Penentuan kelas kerentanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gunung Merapi merupakan salah satu gunung teraktif di dunia, dan bencana Merapi merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi di Indonesia. Bahaya yang diakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember 2010 tercatat sebagai bencana terbesar selama periode 100 tahun terakhir siklus gunung berapi teraktif
Lebih terperinciMITIGASI BENCANA TERHADAP BAHAYA LONGSOR (Studi kasus di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat)
MITIGASI BENCANA TERHADAP BAHAYA LONGSOR (Studi kasus di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat) Nur Ainun Jariyah dan Syahrul Donie Peneliti di Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan DAS, Surakarta
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii
DAFTAR ISI Halaman PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 5 1.3 Maksud dan Tujuan... 5 1.4 Ruang Lingkup...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan desa diarahkan untuk mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya dari masyarakat perdesaaan agar mampu lebih berperan secara aktif dalam pembangunan desa.
Lebih terperinci3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi
3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam, maupun faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua daerah tidak pernah terhindar dari terjadinya suatu bencana. Bencana bisa terjadi kapan dan dimana saja pada waktu yang tidak diprediksi. Hal ini membuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan melakukan segala aktivitasnnya. Permukiman berada dimanapun di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permukiman tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia karena permukiman salah satu kebutuhan pokok, tempat manusia tinggal, berinteraksi dan melakukan segala
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Ringkasan Temuan Penahapan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud terdapat lima tahap, yaitu tahap perencanaan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud 2014, tahap
Lebih terperinciFAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI BERMUKIM BERDASARKAN PERSEPSI PENGHUNI PERUMAHAN FORMAL DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA
T U G A S A K H I R FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI BERMUKIM BERDASARKAN PERSEPSI PENGHUNI PERUMAHAN FORMAL DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. seseorang untuk bermukim atau tidak bermukim di suatu tempat, preferensi bermukim
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumahan dan permukiman merupakan kebutuhan mendasar manusia untuk melakukan aktivitas sehari-hari demi kelangsungan hidup manusia. Perumahan dan permukiman mempunyai
Lebih terperinciDAFTAR ISI. PRAKATA... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... iiv DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR ISI PRAKATA... v DAFTAR ISI..... vi DAFTAR TABEL..... iiv DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 4 1.3 Tujuan dan Sasaran... 5 1.4 Manfaat Penelitian...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara dengan gunung berapi terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah gunung berapi yang masih aktif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Bandung, merupakan sebuah kota metropolitan dimana didalamnya terdapat beragam aktivitas kehidupan masyarakat. Perkembangan kota Bandung sebagai kota metropolitan
Lebih terperincikerugian yang bisa dihitung secara nominal misalnya rusaknya lahan pertanian milik warga. Akibat bencana tersebut warga tidak dapat lagi melakukan pek
EVALUASI PENDAPATAN MASYARAKAT UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PASCA BENCANA BANJIR LAHAR DI KALI PUTIH KABUPATEN MAGELANG Rosalina Kumalawati 1, Ahmad Syukron Prasaja 2 1 Dosen Program Studi
Lebih terperinciTUGAS AKHIR KARAKTERISTIK MAHASISWA PENGHUNI HUNIAN SEWA BERDASARKAN FAKTOR BERMUKIM DI SEKITAR KAMPUS KENTINGAN UNS
TUGAS AKHIR KARAKTERISTIK MAHASISWA PENGHUNI HUNIAN SEWA BERDASARKAN FAKTOR BERMUKIM DI SEKITAR KAMPUS KENTINGAN UNS Diajukan Sebagai Syarat untuk Mencapai Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota
Lebih terperinciGambar 2 Peta lokasi studi
15 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah,
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii LEMBAR PERSEMBAHAN... iv ABSTRAK... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR PETA... xiv BAB I PENDAHULUAN...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.
BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang sangat rawan bencana. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya berbagai bencana yang melanda berbagai wilayah secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Erupsi Gunung Merapi tahun 2010 yang lalu adalah letusan terbesar jika dibandingkan dengan erupsi terbesar Gunung Merapi yang pernah ada dalam sejarah yaitu tahun 1872.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab
134 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Persepsi masyarakat terhadap
Lebih terperinciBAB II SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL UNTUK IDENTIFIKASI DAERAH RAWAN BANJIR
BAB II SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL UNTUK IDENTIFIKASI DAERAH RAWAN BANJIR 2.1 Faktor Penyebab Banjir Banjir adalah aliran/genangan air yang menimbulkan kerugian ekonomi atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penduduk dapat ditampung dalam ruang-ruang sarana sosial dan ekonomi, tetapi tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh pelayanan infrastruktur yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
PENDEKATAN PENELITIAN TAHAPAN PENELITIAN METODE PENGUMPULAN DATA METODE ANALISA VARIABEL PENELITIAN METODE SAMPLING BAB III METODE PENELITIAN 10 PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang rawan akan bencana alam. Indonesia berada diantara dua lempeng tektonik yaitu lempeng eurasia dan lempeng India- Australiayang setiap
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan
III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan verifikatif. Analisis deskriptif ini menyatakan variabel penyebab dan varibel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahun 2000 sekitar 500 juta jiwa penduduk dunia bermukim pada jarak kurang dari 100 m dari gunungapi dan diperkirakan akan terus bertambah (Chester dkk., 2000). Indonesia
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Instisari... i Abstrak...ii Kata Pengantar... iii Daftar Isi... v Daftar Tabel... vii Daftar Gambar...viii Daftar Lampiran...
DAFTAR ISI Instisari... i Abstrak...ii Kata Pengantar... iii Daftar Isi... v Daftar Tabel... vii Daftar Gambar...viii Daftar Lampiran... ix BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang... 1 1.2.Rumusan Masalah...
Lebih terperinciGeo Image (Spatial-Ecological-Regional)
Geo Image 7 (2) (2018) Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage Pemetaan Risiko Bencana Longsor Sebagai Upaya Penanggulangan Bencana di Kecamatan Tembalang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekarang tanpa harus merugikan generasi yang akan datang. longsor dan banjir. Namun kekurangan air juga dapat menimbulkan masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air harus dilindungi
Lebih terperinciStudi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru)
Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru) Disusun oleh: Anita Megawati 3307 100 082 Dosen Pembimbing: Ir. Eddy S. Soedjono.,Dipl.SE.,MSc.,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan perdagangan adalah kawasan atau tempat yang kegiatannya diperuntukan untuk jual beli barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari. Di Kawasan perdagangan juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara geologis Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada di dalam lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan berbagai lempeng
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
33 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Studi ini dilakukan di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Secara administrasi pemerintahan Kota Padang Panjang terletak di Provinsi Sumatera
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN I-1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Barat memiliki potensi tinggi dalam bahaya-bahaya alam atau geologis, terutama tanah longsor, letusan gunung berapi, dan gempa bumi. Direktorat Geologi Tata Lingkungan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini objek yang diteliti adalah tenaga kerja dengan UMP yang ada di DKI Jakarta. Alasan penulis memilih tenaga kerja sebagai objek untuk diteliti,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Pada tanggal 7 Mei 999 kawasan Cagar Alam Pancoran Mas Depok diubah fungsinya menjadi kawasan Tahura Pancoran Mas Depok dan dikelola oleh pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai suatu negara kepulauan yang mempunyai banyak sekali gunungapi yang berderet sepanjang 7000 kilometer, mulai dari Sumatera, Jawa,
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
33 IV. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Berdasarkan perumusan masalah, tujuan dan manfaat, penelitian ini dibangun atas dasar kerangka pemikiran bahwa kemiskinan merupakan masalah multidimensi
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian
METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Dalam rangka perumusan kebijakan, pembangunan wilayah sudah seharusnya mempertimbangkan pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan atas dasar
Lebih terperinciUnisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengenai Pemerintahan Daerah, mulailah era baru dalam sistem pembangunan di daerah. Pada intinya otonomi daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang rawan terhadap bencana alam. Hal tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang rawan terhadap bencana alam. Hal tersebut disebabkan oleh letak geografis Indonesia yang terletak pada jalur cincin api dengan 129 gunung
Lebih terperinciKata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui
Kata Pengantar Kabupaten Bantul telah mempunyai produk Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul yang mengacu pada Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007. Produk Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul
Lebih terperinciPENGARUH LEMBAGA RUKUN TETANGGA (RT) TERHADAP KONDISI RUMAH SUSUN DINAS PEMADAM KEBAKARAN PEGADUNGAN DAN PONCOL JAKARTA
.OPEN ACCESS. PENGARUH LEMBAGA RUKUN TETANGGA (RT) TERHADAP KONDISI RUMAH SUSUN DINAS PEMADAM KEBAKARAN PEGADUNGAN DAN PONCOL JAKARTA Jurnal Pengembangan Kota (2015) Volume 3 No. 1 (1 10) Tersedia online
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan ciri-ciri objek atau
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan
Lebih terperinciPERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAM PEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI PADA PESERTA DIDIK SMA DI DAERAH RAWAN BENCANA GUNUNG GUNTUR
PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAM PEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI PADA PESERTA DIDIK SMA DI DAERAH RAWAN BENCANA GUNUNG GUNTUR Ely Satiyasih Rosali Jurusan Pendidikan Geografi FKIP Universitas Siliwangi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Parker (1992), bencana ialah sebuah kejadian yang tidak biasa terjadi disebabkan oleh alam maupun ulah manusia, termasuk pula di dalamnya merupakan imbas dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
DAFTAR LAMPIRAN 1. Peta Lokasi Huntap Komunal Di Kecamatan Cangkringan, Sleman 2. Peta Persil Huntap Banjarsari, Desa Glagahharjo, Kecamatan Cangkringan 3. Peta Persil Huntap Batur, Desa Kepuhharjo, Kecamatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 TAHAPAN PENELITIAN Tahapan penelitian disajikan dalam diagram langkah-langkah metodologi penelitian yang merupakan skema sistematis mengenai keseluruhan proses studi yang
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penyusunan penelitian ini dilakukan dengan menentukan tingkat bahaya banjir yang kemudian dilanjutkan dengan menentukan tingkat kerentanan wilayah terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia adalah negara yang kaya akan gunung api dan merupakan salah satu negara yang terpenting dalam menghadapi masalah gunung api. Tidak kurang dari 30
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN
Lebih terperinciOleh : ERINA WULANSARI [ ]
MATA KULIAH TUGAS AKHIR [PW 09-1333] PENELITIAN TUGAS AKHIR Oleh : ERINA WULANSARI [3607100008] PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, Hal ini berarti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, Hal ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan.
Lebih terperinciDAFTAR ISI KATA PENGANTAR. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN... 1
DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 5 C.
Lebih terperinciContents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...
Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2 Pokok Permasalahan... 2 1.3 Lingkup Pembahasan... 3 1.4 Maksud Dan Tujuan... 3 1.5 Lokasi... 4 1.6 Sistematika Penulisan... 4 BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk semakin hari semakin meningkat. Semakin meningkatnya jumlah penduduk maka semakin meningkat pula kebutuhan air bersih. Peningkatan kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki karakteristik bencana yang kompleks, karena terletak pada tiga lempengan aktif yaitu lempeng Euro-Asia di bagian utara, Indo-Australia di bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan. Menurut Bakosurtanal, pulau di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan. Menurut Bakosurtanal, pulau di Indonesia yang terdata dan memiliki koordinat berjumlah 13.466 pulau. Selain negara kepulauan, Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu fase penting dalam penanggulangan bencana adalah fase respon atau fase tanggap darurat. Fase tanggap darurat membutuhkan suatu sistem yang terintegritas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Kebijakan penataan lalu lintas. Penataan lalu lintas dan rambu, Pengaturan parkir dan angkutan umum, Sirkulasi lalu lintas,dll.
BAB III METODOLOGI 3.1 Bagan Alir Penataan Lalu Lintas Mulai Persiapan Pengamatan Pendahuluan Identifikasi Masalah Pengumpulan Data Studi Pustaka dan Literatur Perundangan yang Berlaku Data Primer : Arus
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. sebagai salah satu input faktor produksi yang memiliki peran penting. Permintaan
17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Petani dalam melakukan kegiatan usahatani membutuhkan benih padi sebagai salah satu input faktor produksi yang memiliki peran penting. Permintaan terhadap
Lebih terperinci5.1. Area Beresiko Sanitasi
5.1. Area Beresiko Sanitasi Risiko sanitasi adalah terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor sanitasi dan perilaku hidup
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )
IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) Bagus Ahmad Zulfikar 1) ; Lilis Sri Mulyawati 2), Umar Mansyur 2). ABSTRAK Berdasarkan hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak pada zona rawan bencana. Posisi geografis kepulauan Indonesia yang sangat unik menyebabkan Indonesia termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki potensi bencana alam yang tinggi. Jika dilihat secara geografis Indonesia adalah negara kepulauan yang berada pada pertemuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah gunung berapi terbanyak di dunia, karena memiliki lebih dari 400 gunung berapi. Gunung Merapi merupakan salah satu gunung
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Indonesia rawan akan bencana yang diakibatkan oleh aktivitas gunungapi. Salah satu gunungapi aktif yang ada di Indonesia yaitu Gunungapi Merapi dengan ketinggian 2968
Lebih terperinciPengaruh Faktor Bermukim Masyarakat Terhadap Pola Persebaran Permukiman di Kawasan Rawan Bencana Longsor Kabupaten Magetan
TUGAS AKHIR Pengaruh Faktor Bermukim Masyarakat Terhadap Pola Persebaran Permukiman di Kawasan Rawan Bencana Longsor Kabupaten Magetan Diajukan Sebagai Syarat untuk Mencapai Jenjang Strata-1 Perencanaan
Lebih terperinciEvaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang
TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang Desti Rahmiati destirahmiati@gmail.com Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Mengetahui adanya pengaruh pelayanan dan lokasi terhadap minat beli pelanggan di Pasar Jerakah Semarang, dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara periodik setiap tiga tahun, empat tahun atau lima tahun. Krisis Merapi yang berlangsung lebih dari
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iii MOTTO... iv LEMBAR PERSEMBAHAN... v ABSTRAK... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara geologis, Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada di lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan berbagai lempeng tektonik
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Bukit digunakan metode deskriptif, menurut Moh. Nazir (1983:63) Metode
22 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian analisis perkembangan daerah pemukiman di Kecamatan Balik Bukit digunakan metode deskriptif, menurut Moh. Nazir (1983:63) Metode deskriptif
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii
DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Tujuan... 4 D. Manfaat...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Permasalahan yang terjadi di semua negara berkembang, termasuk di Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan urbanisasi yang tinggi akibat laju pertumbuhan
Lebih terperinci