BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang kaya akan kebudayaan, baik itu kebudayaan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang kaya akan kebudayaan, baik itu kebudayaan"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan negara yang kaya akan kebudayaan, baik itu kebudayaan yang berasal dari warisan nenek moyang, maupun kebudayaan serapan yang berasal dari negara lain yang kemudian dijadikan kebudayaan khas bangsa Jepang. Sehubungan dengan kebudayaan, Danandjaja (1997) mengkaitkannya dengan musim yang ditulis dalam kutipan berikut: Dalam kehidupan orang Jepang, pergantian musim sangat diperhatikan. Berpijak dari sana berkembanglah genre atau bentuk foklor yang terkenal sebagai pesta rakyat dan darmawisata musiman. (Danandjaja, 1997:300). Mulai dari bulan Januari sampai dengan Desember, setiap wilayah di Jepang merayakan festivalnya masing-masing. Peristiwa itu diadakan untuk merespon perubahan dari empat musim yang terjadi di Jepang. Kegiatan ini disebut dengan matsuri, atau dalam ungkapan bahasa Indonesia disebut dengan festival. Matsuri dapat ditemukan hampir setiap hari di berbagai tempat di penjuru Jepang. Beberapa matsuri itu berasal dari agama Budha dan kepercayaan Shinto. Sejak jaman dahulu kala, orang Jepang telah menemukan hal yang bersifat suci dan adanya kekuatan spiritual yang berpusat dari berbagai aspek yang berasal dari alam. Orang Jepang menyembah aspek tersebut sebagai kami (dewa). Hal ini dipercaya sebagai awal mula lahirnya kepercayaan Shinto di Jepang. Matsuri merupakan upacara suci utama yang dihubungkan dengan pengembangan bahan pangan (padi) dan juga untuk mendatangkan kesejahteraan spiritual bagi masyarakat lokal.

2 2 Berkaitan dengan upacara, Koentjaraningrat (1990) mengartikan kata upacara sebagai berikut: Upacara keagamaan/ religious ceremonies atau rites yang dapat terbagi dalam 4 komponen, yaitu tempat upacara, saat/waktu upacara, benda-benda dan alat-alat upacara, orang-orang yang melakukannya dan memimpin upacara. (Koentjaraningrat,1990:241). Dalam kutipan yang ditulis oleh Kenji (1998) dapat dilihat dengan jelas mengenai kehidupan bangsa Jepang yang berkaitan erat dengan pertanian. From ancient times, the Japanese have been an agricultural people dedicated to rice farming obove all other crops. Blessed by the gentle changes of the luxuriant four seasons, and based on their foundation in village community life, people worshiped the phenomena of nature as awesome kami (deities). They likewise revered their ancestors as kami, and lived in harmony with all of nature. Dari sejak jaman purbakala, orang Jepang telah menjadi masyarakat pertanian yang mempersembahkan kehidupannya yang terutama pada pertanian beras dibandingkan dengan hasil panen lainnya. Diberkati dengan perubahan yang perlahan dari kesuburan empat musim, dan didasari pada fondasi mereka dalam kehidupan komunitas Desa, orang-orang menyembah fenomena alam sebagai kami yang mengagumkan (dewa). Mereka juga memuja leluhur mereka sebagai kami, dan hidup dalam keselarasan dengan semua bagian dari alam.(kenji, 1998:1). Matsuri terdiri dari dua bagian pokok, yaitu pemberian persembahan nyanyian, tarian dan naorai (komuni). Ada pula bagian lain sebagai tambahan dalam matsuri, yaitu mikoshi (tandu yang berbentuk kuil) atau dashi (kereta pesta besar) atau keduanya. Namun lama-kelamaan, mikoshi dan dashi menjadi sangat popular, dan matsuri jika tidak diiringi kedua unsur tersebut tidak akan terlihat sebagai matsuri yang sesunggguhnya. Hari-hari ini, parade dengan tandu dan kereta pesta besar adalah bagian yang paling meriah dan indah dalam matsuri. Mikoshi dan dashi dapat disebut dengan bagian ketiga dari matsuri, yang dapat diikuti dengan sambutan pada dewa dan naorai (komuni).

3 3 Matsuri diadakan setiap tahun pada tanggal-tanggal tertentu. Dalam pelaksanaannya, matsuri berhubungan dengan unsur-unsur upacara atau perayaan suatu ritual keagamaan. Dalam masyarakat Jepang, upacara yang berkaitan dengan keagamaan dikenal dengan nama nenchu gyōji atau nenjū gyōji dan nini girei. Nenchū gyōji merupakan festival berskala lebih besar yang dilakukan setiap tahun dan berhubungan dengan empat musim yang terdapat di Jepang. Nenchū gyōji dicantumkan ke dalam tanggalan nasional resmi, sehingga dijadikan sebagai hari raya resmi di Jepang. Sebagian dari matsuri juga ada yang dimasukan dalam tanggalan resmi. Antara matsuri dan nenchū gyōji, kedua kategori tersebut bersifat saling melengkapi. Sedangkan nini girei merupakan upacara keagamaan yang bersifat aksidental. Yang dimaksud dengan aksidental disini adalah upacara yang dapat dilakukan kapanpun, sesuai dengan keinginan atau kebutuhan seseorang, atau dapat juga dikatakan sebagai upacara untuk meminta suatu permohonan pada dewa. Misalnya dengan pergi ke Kuil atau tempat-tempat suci untuk meminta pertolongan kepada dewa supaya lulus dalam ujian masuk perguruan tinggi negeri, berhasil dalam usaha, memohon supaya dapat memperoleh pekerjaan, dan lain-lain. Matsuri pada dasarnya merupakan festival suci. Sebagian dari antaranya berasal dari upacara penanaman padi dan upacara kesejahteraan spiritual penduduk setempat. Festival atau upacara kategori ini diambil dari ritus-ritus Shinto kuno yang bertujuan mendamaikan hati para dewa dan roh-roh orang mati dan menjamin kesuburan pertanian mereka. Beberapa ritus Shinto telah diintegrasikan dengan ritusritus dan upacara dari China, seperti Budhisme dan Konfusianisme, sehingga

4 4 disahkan menjadi festival resmi yang harus dirayakan menurut penanggalan dalam kalender kerajaan (nenchu gyōji). Sehubungan dengan berbagai matsuri di Jepang, Danandjaja (1997) mengartikan matsuri sebagai: Istilah matsuri mencakup pesta rakyat dan ritus-ritus yang dipraktekkan dalam agama Shinto yang sudah dilembagakan. Matsuri adalah suatu perbuatan simbolik, dimana pesertanya memasuki komunikasi aktif dengan para dewa (kami). Upacara ini juga disertai dengan komunikasi diantara para peserta sendiri, dalam bentuk pesta (feast) dan pesta rakyat (festival). Dalam pengertian luas, matsuri dapat juga diartikan sebagai pesta-pesta rakyat dimana sisi hurahura serta kepentingan komersiil lebih ditonjolkan daripada sisi keagamaannya.( Danandjaja, 1997: ). Di Jepang terdapat beberapa tipe matsuri, misalnya matsuri untuk memohon pada dewa untuk keberhasilan panen. Selain itu ada juga matsuri untuk mengucapkan terima kasih kepada para dewa, dan matsuri untuk mengusir penyakit menular dan bencana alam. Ada matsuri yang bersifat serius dan khusuk, tapi ada pula yang bersifat meriah, disertai dengan permainan pertandingan dan berbagai pertunjukkan. Festival yang sifatnya besar-besaran dikembangkan di daerah perkotaan, sedangkan festival sederhana dikembangkan di daerah komunitas kecil, seperti pedesaan. Sebagian dari matsuri masih diadakan secara tradisional, namun sebagian lagi telah disesuaikan dengan zaman modern. Meskipun ada banyak persamaan antara festival yang diadakan di pedesaan dengan di perkotaan, tapi karena festival tersebut memiliki asal usul yang sama, maka juga terdapat perbedaan antara festival di pedesaan dan perkotaan. Pesta-pesta rakyat yang diadakan di pedesaan lebih cenderung tertuju pada ritus-ritus pertanian dalam kaitannya dengan musim semi dan musim gugur, khususnya pada musim gugur. Selain itu juga menekankan akan

5 5 adanya hubungan antara manusia dengan dewa. Sedangkan pesta-pesta rakyat diperkotaan yang bersifat lebih modern lebih menekankan akan adanya rasa kesetiakawanan di antara para penduduknya. Setiap matsuri yang diadakan mempunyai pelakunya masing-masing, mereka melaksanakan upacara tersebut dalam waktu-waktu tertentu. Pada umumnya masyarakat Jepang, baik yang berada di daerah pedesaan atau perkotaan, mereka memiliki kuil lokal yang menjadi pusat keagamaan mereka. Anggota dari komunitas kuil lokal disebut dengan ujiko, dan kuil lokalnya disebut dengan istilah ujigami. Banyak dari festival-festival di Jepang diwarnai dengan benda-benda suci kuil yang ditempatkan di atas kereta hias yang sangat indah, dan juga selama festival itu berlangsung juga diadakan perlombaan-perlombaan permainan keterampilan yang memberikan kesempatan kepada para peserta untuk berkomunikasi satu sama lain. Jenis perlombaan tersebut, seperti perlombaan tarik tambang/tsunahiki, perlombaan menunggang kuda, dan berdayung perahu. Selain itu pertunjukkan tarian rakyat yang disebut kagura juga merupakan ciri khas selama matsuri. Selama festival tersebut berlangsung, semua ketegangan hidup mulai dikendurkan dan para peserta mempunyai kesempatan untuk membentuk pembaharuan spiritual. Namun, pada masa modern, permainan bertanding dan tari-tarian rakyat sudah menjadi sebuah pertunjukan/tontonan bagi pengunjung. Sedangkan pada zaman dulu, perlombaan dan pertunjukan tarian, semua itu merupakan bagian dari upacara penujuman untuk memperoleh wahyu dari para dewa. Perayaan matsuri sangat berhubungan dengan kepercayaan Shinto, karena puncak Shinto terjadi pada saat diadakannya matsuri, yaitu ketika manusia dan dewa

6 6 berkumpul bersama untuk bersama-sama menikmati segala hasil karunia yang ada di Bumi. Hal itu biasanya dilakukan melalui tarian dan nyanyian. Pada jaman dulu, matsuri di Jepang dilakukan pada malam hari, namun dengan adanya berbagai kendala, maka matsuri lebih sering diadakan saat siang hari. Seperti yang dikatakan oleh Ross (1965) bahwa: In ancient times the festivals occured at night. They began in the evening and ended about dawn. In the Heian period this was still the rule, but in the Kamakura period the custom changed. Pada jaman dulu kala, festival dilakukan pada malam hari. Festival itu dimulai pada waktu malam dan berakhir kira-kira pada saat fajar. Pada periode Heian, festival masih dilakukan pada malam hari, namun pada peride Kamakura kebiasaan itu mulai berubah. (Ross, 1965:62). Dengan pengaruh kelas prajurit, festival menjadi lebih sering dilakukan pada waktu siang. Ada beberapa hal yang membuat festival yang tadinya dilakukan pada malam hari dirubah menjadi diadakan pada waktu siang hari. Salah satu alasannya adalah karena pada malam hari tidak ada orang-orang yang datang untuk menyaksikan berlangsungnya festival tersebut, hanya ada para peserta saja. Namun ketika festival diadakan pada siang hari, mulai banyak orang-orang yang datang untuk menyaksikan dan ikut menikmati suka cita dari festival tersebut. Dan masih ada beberapa alasan lain yang terdapat didalamnya. Pada abad ke delapan pemerintah mengeluarkan larangan untuk mengadakan festival pada malam hari, karena biasanya setelah festival akan diadakan pesta. Dan menurut kebiasaan, untuk menikmati pesta tersebut, para peserta melewatinya dengan mengkonsumsi minuman keras sampai mabuk yang menyebabkan terjadinya banyak pelanggaran. Hal ini mungkin menjadi salah satu faktor yang terpaksa mengubah waktu diadakannya festival.

7 7 Diantara beberapa agama yang dianut orang Jepang, Shinto dapat dikatakan sebagai agama yang tertua di Jepang dan juga dapat dianggap sebagai agama pribumi orang Jepang. Shinto merupakan gabungan kepercayaan primitif yang sukar digolongkan sebagai suatu agama, namun bisa dikatakan sebagai suatu kepercayaan. Kepercayaan Shinto berupa pemujaan terhadap leluhur / alam. Tuhan yang dipuja dalam kepercayaan Shinto disebut dengan kami atau dewa. Menurut kepercayaan mereka, dewa bisa ditemukan dimana saja, seperti di pohon yang tua, air terjun, dan lain sebagainya. Bentuk dewa dalam kepercayaan Shinto juga beragam, ada kala berwujud tokoh leluhur dari salah satu kelompok kerabat di Desa, dapat pula berbentuk dewa rase, yang diidentifikasikan dengan dewa yang melindungi daerah persawahan di Jepang. Rase berhubungan dengan dewa padipadian yang bernama Inari Daimyojin. Namun, dalam wujud apapun, dewa berfungsi untuk melindungi desa dan anggota masyarakat di desa tersebut. Dewa juga melindungi daerah pertanian, menjaga kesehatan dan keberuntungan masyarakat setempat. Ross menjelaskan mengenai persembahan yang dilakukan dalam kepercayaan Shinto, yaitu: It is significant that in Shinto myth, no kami ever makes demands for sacrifices, wheather animal or human. Most religious traditions reflect the feeling that only through the sedding of blood or the giving of burnt sacrifice can man achieve his true good or goal. But Shinto kami do not demand offerings, the firstborn of sons or animals, even in the earliest Japan traditions. Adalah hal yang sangat penting bahwa dalam mitos tentang kepercayaan Shinto, tidak ada dewa yang pernah meminta persembahan, baik itu persembahan dalam bentuk hewan maupun manusia. Tradisi yang paling religius menggambarkan bahwa hanya melalui penumpahan darah atau memberikan korban bakaran, manusia dapat mendapatkan kebaikan sejati atau tujuan yang ingin dicapainya. Tapi sejak jaman dulu dewa Shinto tidak pernah meminta persembahan, baik anak sulung maupun hewan. (Ross,1965:41-42).

8 8 Seperti halnya Inazagi tidak memberikan persembahan ketika dia menyucikan dirinya setelah terhubung dengan hal-hal kotor di neraka. Karena tidak ada perkara yang mengatakan bahwa seseorang yang membawa hal-hal kotor harus dijatuhi hukuman, tapi hal-hal kotor itu harus disucikan dan dijauhkan. Penyucian adalah suatu hal yang dapat memulihkan seseorang kepada pokok kebenaran alam. Pada jaman dulu kala, seseorang yang telah terhubung dengan hal-hal kotor dianggap telah membawa segala sesuatu yang dianggap sebagai hal-hal kotor atau polusi. Mereka perlu membersihkan diri, dengan begitu maka hal-hal kotor itu akan terbawa bersama dengan air. Sampai saat ini beberapa ritual masih bertahan sampai masa modern. Diluar praktek tersebut, hal itu berkembang menjadi sebuah ide untuk membayar sebagian hukuman yang harus diterima. Dalam kepercayaan Shinto perlindungan tehadap pemenuhan bahan pangan selalu menjadi aspek penting dalam ritual religius. Ada beberapa dewa yang berhubungan dengan bahan pangan. Inari adalah pelindung dari pengolahan beras dan biji padi-padian lainnya. Doa dan ucapan syukur yang berhubungan dengan pertanian selalu tertuju kepadanya. Shinto muncul dari sikap dan cara hidup orang yang sering terlibat dengan lingkungannya, ada yang sebagai pemburu, nelayan maupun pengolah tanah pertanian. Pengaruh dari latar belakang pertanian ini selalu menjadi dasar dalam ritual Shinto. Orang Jepang menyadari betapa dalamnya kepercayaan manusia terhadap alam. Mereka mengetahui tingkah laku aneh yang disebabkan oleh alam melalui topan, gempa bumi dan gunung berapi, tapi semua itu tidak datang sebagai musuh manusia. Tapi dengan sabar manusia mengolah alam menjadi tempat

9 9 mengolah beras, sehingga saat berada di alam, manusia dapat merasakan dirinya bagai sedang berada di rumah. Ritual Shinto jaman dulu kala kemungkinan sebagian besar dipengaruhi oleh praktek perdukunan ketika pria atau wanita menyerahkan hidup sepenuhnya pada dewa (di Jepang, hal ini lebih sering dilakukan oleh wanita). Dalam hal tersebut, wahyu atau ramalan dikemukakan oleh dukun atau cenayang yang meramalkan tentang cuaca, prospek untuk hasil panen, ataupun bagian yang harus dilakukan oleh penduduk desa. Hal ini merupakan balasan yang diharapkan dari dewa. Dalam kodansha (1972) mengatakan mengenai empat bentuk kepercayaan Shinto. Berikut pernyataan tersebut: At the present time Shinto as a religious system can be regarded as having four main forms: the Shinto of Imperial House (kōshitsu shinto), shrine Shinto (jinja Shinto), sect Shinto ( kyōwa Shinto), and folk Shinto (minkan Shinto). Pada saat sekarang Shinto sebagai sistem religius dapat dipandang memiliki empat bentuk utama: Shinto dari rumah kerajaan (kōshitsu Shinto), kuil Shinto (jinja Shinto), sekte Shinto (kyōwa Shinto), dan penganut Shinto (minkan Shinto). (Kodansha, 1972:29). Banyak dari matsuri yang diadakan di Jepang berkaitan dengan kepercayaan Shinto, salah satunya adalah festival yang dilakukan pada waktu musim dingin, yaitu: hadaka matsuri. Selain hadaka matsuri, ada juga festival lain yang dilakukan pada saat musim dingin, diantaranya adalah yansa matsuri, morotayama jinja ontaue matsuri, kitabaru matsuri, yoshino ume matsuri, hadaka matsuri, dan masih ada festival lainnya yang diadakan pada musim dingin. Yang ingin penulis bahas secara khusus dalam penelitian ini adalah mengenai hadaka matsuri atau festival telanjang. Hadaka matsuri diselenggarakan setiap tahunnya pada tanggal yang berbeda sesuai dengan tempat diadakannya matsuri

10 10 tersebut. Contohnya di Kota Hamatawa, Prefektur Saga, Hadaka matsuri diselenggarakan pada tanggal 4 Juli; di Kuil Mitsuke Tenjin, Iwata, Prefektur Shizuoka diselenggarakan pada tanggal 6 & 7 September; di Kuil Tamasaki, kota Ichinomiya, Prefektur Chiba, diselenggarakan tanggal 13 September, dan masih banyak lagi tempat diselenggarakannya hadaka matsuri di Jepang dengan tanggal yang berbeda di setiap tempatnya. Di Kuil Saidaiji, Prefektur Okayama, hadaka matsuri diselenggarakan pada hari sabtu di minggu ketiga bulan Februari. Minggu ketiga itu diperkirakan jatuh pada tanggal 21 Februari. Hari itu diduga sebagai hari yang paling dingin di sepanjang tahun. Karena itu tanggal 21 Februari dipilih sebagai hari untuk merayakan hadaka matsuri di Okayama setiap tahunnya. Pada saat itu, sejumlah besar laki-laki berkumpul untuk menunjukan kejantanan mereka sebagai seorang lelaki. Dalam hadaka matsuri ini merupakan ujian terbesar dan terberat yang harus dihadapi oleh kaum pria untuk menunjukkan kejantanan dan keberanian, dan kekuatan mereka untuk menerima penyiksaan, sebuah ujian dimana peserta harus menahan rasa dingin untuk kemudian terpilih sebagai pria terkuat diantara pria-pria lainnya. (Naked Man Festival, 2004). Hadaka matsuri khusus diadakan bagi kaum pria dan tidak ditujukan untuk menarik perhatian wanita, dan dalam hadaka matsuri, wanita tidak diperkenankan ikut serta atau sekedar ingin menonton. Hanya wanita yang berusia 60 tahun keatas yang diperbolehkan untuk menyaksikan festival ini. Karena hadaka matsuri merupakan sebuah peristiwa terbesar dimana para pria menunjukan kekuatan mereka untuk menyerang dan membuat pria lain gemetar ketakutan. Sebuah ritual kesuburan dari kepercayaan Shinto kuno. Hadaka matsuri adalah festival telanjang dari sebuah grup dari pria yang hanya menggunakan kain penutup yang disebut fundoshi (cawat). Pada tengah malam, mereka bertarung untuk memperebutkan sepasang shingi, yaitu sebuah tongkat yang berlilitkan tali dan kertas yang bertuliskan dua kharakter kanji yang berarti

11 11 kayu dan harta berharga. Shingi itu akan dilemparkan oleh Pendeta Shinto yang ada di Kuil tersebut. Dan pada tengah malam yang gelap dan dingin, para pria itu harus berlomba untuk memperebutkan shingi. Dan bagi orang yang mampu mendapatkan shingi itu dijamin akan mendapatkan kebahagiaan sepanjang tahun. Berbagai kegembiraan yang didapat dari festival yang menarik ini menjadikan hadaka matsuri sebagai festival yang luar biasa di Jepang. 1.2 Rumusan Permasalahan Penyelenggaraan berbagai macam matsuri hampir setiap harinya dapat ditemukan di Jepang. Salah satu matsuri yang terkenal di Jepang adalah hadaka matsuri atau festival telanjang yang diikuti oleh pria. Dalam hal ini yang akan dijadikan permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah makna telanjang dalam hadaka matsuri. Mengapakah para pria yang ikut serta dalam festival tersebut harus mengikuti festival dengan telanjang (hanya mengenakan kain penutup yang disebut fundoshi). Mengapa mereka tidak mengenakan celana pendek atau setidaknya celana dalam yang bisa menutupi tubuh bagian bawah. 1.3 Ruang Lingkup Permasalahan Yang dijadikan ruang lingkup dalam penulisan skripsi mengenai hadaka matsuri ini adalah makna apakah yang terdapat dibalik telanjang dalam hadaka matsuri? Untuk lebih mempersempit ruang lingkup penelitian, penulis mencoba membatasi ruang lingkup pada hadaka matsuri yang diadakan di Kuil Saidaiji, Okayama. Hadaka matsuri yang diadakan di Okayama merupakan hadaka matsuri

12 12 yang paling meriah. Peserta yang mengikuti hadaka matsuri ini adalah pria dewasa yang berusia 20 tahun keatas. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk menjelaskan makna telanjang dalam hadaka matsuri yang diadakan di Kuil Saidaiji, Okayama. Manfaat penulisan skripsi ini adalah untuk menambah wawasan kepada pembaca mengenai makna telanjang yang tersimpan dalam hadaka matsuri. 1.5 Metode Penelitian Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu penulis memberikan penjelasan secara deskriptif mengenai matsuri dan mengadakan analisa mengenai makna telanjang dalam Hadaka matsuri. Sumber data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data tertulis atau kepusatakaan. Penulis berusaha memanfaatkan berbagai sumber bacaan, koleksi buku-buku, jurnal, skripsi, tesis. Selain itu, penulis juga memanfaatkan sumber yang diperoleh melalui internet dan majalah yang berhubungan dengan hadaka matsuri. 1.6 Sistematika Penulisan Penulisan skripsi mengenai konsep telanjang dalam hadaka matsuri di Kuil Saidaiji, Okayama, Jepang, disusun dengan urutan sebagai berikut: Bab 1 memuat uraian latar belakang, rumusan permasalahan, ruang lingkup, tujuan dan manfaat, metode penelitian, sistematika pembahasan.

13 13 Bab 2 membahas mengenai teori tentang kebudayaan, kepercayaan Shinto, matsuri dan teori mengenai hadaka matsuri. Bab 3 membahas mengenai analisis makna telanjang dalam hadaka matsuri. Bab 4 Merupakan simpulan dari seluruh pembahasan tentang hadaka matsuri. Bab 5 berisi ringkasan skripsi dalam bahasa Indonesia dan diikuti dengan ringkasan dalam bahasa Jepang (gaiyō).

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang wilayahnya terdiri dari pulau-pulau (Kodansha, 1993: ). Barisan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang wilayahnya terdiri dari pulau-pulau (Kodansha, 1993: ). Barisan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang yang oleh penduduknya sendiri disebut Nippon atau Nihon merupakan negara yang wilayahnya terdiri dari pulau-pulau (Kodansha, 1993: 649-658). Barisan pulau-pulau

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. tertentu. Seperti halnya tanabata (festival bintang), hinamatsuri (festival anak

Bab 1. Pendahuluan. tertentu. Seperti halnya tanabata (festival bintang), hinamatsuri (festival anak Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Di Jepang banyak terdapat perayaan, festival, maupun ritual-ritual yang dilakukan setiap tahunnya. Biasanya setiap perayaan tersebut memiliki suatu makna tertentu.

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap

Bab 1. Pendahuluan. Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap kehidupan bangsanya. Hal ini dapat dilihat pada sejarah, tabiat dan watak bangsa tersebut.

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan Skripsi. Kebudayaan merupakan bagian dari identitas diri suatu negara. Kata kebudayaan

Bab 5. Ringkasan Skripsi. Kebudayaan merupakan bagian dari identitas diri suatu negara. Kata kebudayaan Bab 5 Ringkasan Skripsi Kebudayaan merupakan bagian dari identitas diri suatu negara. Kata kebudayaan sendiri memiliki arti sebagai pedoman yang menyeluruh bagi kehidupan masyarakat yang memiliki budaya

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. 3.1 Analisis Konsep Shinto Dalam Tujuan Diadakannya Tagata Jinja Hounen Matsuri

Bab 3. Analisis Data. 3.1 Analisis Konsep Shinto Dalam Tujuan Diadakannya Tagata Jinja Hounen Matsuri Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Konsep Shinto Dalam Tujuan Diadakannya Tagata Jinja Hounen Matsuri Tagata Jinja Hounen matsuri merupakan sebuah festival yang diadakan di Tagata Jinja yang terletak di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Jepang terdapat bermacam-macam budaya, salah satunya adalah olahraga. Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap suatu olahraga.

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat

Bab 5. Ringkasan. Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat Bab 5 Ringkasan Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat perayaan-perayaan ataupun festival yang diadakan setiap tahunnya. Pada dasarnya, perayaan-perayaan yang ada di

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang

Bab 1. Pendahuluan. Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang memiliki kekayaan teknologi yang berkembang pesat dikarenakan adanya sumber daya manusia

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. tinggi. Walaupun Jepang merupakan negara yang maju, tetapi masyarakatnya tetap

Bab 1. Pendahuluan. tinggi. Walaupun Jepang merupakan negara yang maju, tetapi masyarakatnya tetap Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang dikenal sebagai negara yang kaya akan nilai-nilai kebudayaannya yang tinggi. Walaupun Jepang merupakan negara yang maju, tetapi masyarakatnya tetap berpegang

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. kepercayaan asli masyarakat Jepang yang merupakan kelanjutan dari garis yang tak

Bab 5. Ringkasan. kepercayaan asli masyarakat Jepang yang merupakan kelanjutan dari garis yang tak Bab 5 Ringkasan Agama Shinto merupakan salah satu agama tertua dan dianggap sebagai kepercayaan asli masyarakat Jepang yang merupakan kelanjutan dari garis yang tak terputus dari zaman pra sejarah sampai

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. masyarakat Jepang yang pada perayaan shougatsu terdapat berbagai macam jenis

Bab 1. Pendahuluan. masyarakat Jepang yang pada perayaan shougatsu terdapat berbagai macam jenis Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Oshougatsu atau lebih dikenal dengan shougatsu adalah perayaan tahun baru masyarakat Jepang yang pada perayaan shougatsu terdapat berbagai macam jenis dekorasi-dekorasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang (Nippon/Nihon) secara harfiah memiliki arti asal-muasal matahari

BAB I PENDAHULUAN. Jepang (Nippon/Nihon) secara harfiah memiliki arti asal-muasal matahari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belaakang Masalah Jepang (Nippon/Nihon) secara harfiah memiliki arti asal-muasal matahari adalah sebuah negara di Asia Timur yang terletak di benua Asia di ujung barat Samudera

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang

Bab 1. Pendahuluan. menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Jepang merupakan salah satu negara maju dan modern di kawasan Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang kehidupan.

Lebih terperinci

Monoimi, Shinsen, Naorai dan Norito dalam Sanja matsuri, untuk dianalisis.

Monoimi, Shinsen, Naorai dan Norito dalam Sanja matsuri, untuk dianalisis. Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis unsur Shinto Oharai dalam Sanja Matsuri Saya akan membagi analisis Sanja Matsuri melalui empat unsur Shinto, yaitu Monoimi, Shinsen, Naorai dan Norito dalam Sanja matsuri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisi Jepang ada satu tradisi yang dapat mengangkat pamor pariwisata negeri

BAB I PENDAHULUAN. tradisi Jepang ada satu tradisi yang dapat mengangkat pamor pariwisata negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia dan kaya akan kebudayaan. Seiring dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat dan kemajuan media informasi,

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. Dalam bab ini, saya akan menganalisis pengaruh konsep Shinto yang terdapat

Bab 3. Analisis Data. Dalam bab ini, saya akan menganalisis pengaruh konsep Shinto yang terdapat Bab 3 Analisis Data Dalam bab ini, saya akan menganalisis pengaruh konsep Shinto yang terdapat dalam Jidai matsuri, berdasarkan empat unsur penting dalam matsuri yang sesuai dengan konsep Shinto. Empat

Lebih terperinci

Abstraksi. Kata kunci : Aoba Matsuri, Shinto, Matsuri.

Abstraksi. Kata kunci : Aoba Matsuri, Shinto, Matsuri. Abstraksi Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan. Matsuri merupakan salah satu contoh dari kebudayaan Jepang tersebut. Setiap tahun bahkan setiap bulan masyarakat Jepang mengadakan berbagai

Lebih terperinci

Abstraksi. Kata kunci : Tagata Jinja Hounen matsuri, kami

Abstraksi. Kata kunci : Tagata Jinja Hounen matsuri, kami Abstraksi Salah satu kebudayaan yang terus dipertahankan di Jepang hingga sekarang adalah matsuri. Tagata Jinja Hounen matsuri yang menjadi topik pembahasan skripsi ini memiliki keunikan yang terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga tidak luput dari kebudayaannya yang sangat kental. kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat oleh

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga tidak luput dari kebudayaannya yang sangat kental. kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara kepulauan yang terdiri dari 6.852 pulau. Jepang ialah salah satu negara yang sangat maju di dunia dari segi ekonomi dan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang bangga akan kebudayaan yang mereka miliki. Permainan-permainan

BAB I PENDAHULUAN. Jepang bangga akan kebudayaan yang mereka miliki. Permainan-permainan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki beragam budaya, diantaranya keberagaman dalam bentuk tarian, makanan, budaya, olahraga, dan banyak hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan. moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan. moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak keanekaragaman budaya tradisional termasuk

Lebih terperinci

Abstraksi. Keyword: Aoi matsuri, Shintō, Matsuri. iii

Abstraksi. Keyword: Aoi matsuri, Shintō, Matsuri. iii Abstraksi Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan. Matsuri merupakan salah satu contoh dari kebudayaan Jepang tersebut. Setiap tahun masyarakat Jepang mengadakan berbagai macam matsuri. Ada

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Gambar 1. Teru teru bozu ningyou. Gambar 2. Peralatan Membuat Teru teru bozu ningyou. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Gambar 1. Teru teru bozu ningyou. Gambar 2. Peralatan Membuat Teru teru bozu ningyou. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Gambar 1. Teru teru bozu ningyou Gambar 2. Peralatan Membuat Teru teru bozu ningyou Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA Mock Joya, Volume IV, Quaint Customs and Manners of Japan https://id.wikipedia.org/wiki/teru_teru_b%c5%8dzu

Lebih terperinci

RINGKASAN SUSHI. dari luar Jepang maupun dari orang Jepang sendiri adalah sushi. Sushi adalah

RINGKASAN SUSHI. dari luar Jepang maupun dari orang Jepang sendiri adalah sushi. Sushi adalah RINGKASAN SUSHI Salah satu makanan Jepang yang sangat digemari oleh banyak orang baik dari luar Jepang maupun dari orang Jepang sendiri adalah sushi. Sushi adalah makanan Jepang yang terdiri dari nasi

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha. 1 (http://id.wikipedia.org/wiki/tahun_baru_imlek).

1 Universitas Kristen Maranatha. 1 (http://id.wikipedia.org/wiki/tahun_baru_imlek). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mendengar istilah Tahun Baru Imlek tentu semua orang sudah tidak asing lagi, ini dikarenakan Tahun Baru Imlek adalah sebuah tradisi yang tentunya sudah semua orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ritual merupakan suatu proses pelaksanaan tradisi. Meskipun sudah ada ritual tanpa mitos-mitos dalam beberapa periode jaman kuno. Dalam tingkah laku manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan kata Inggris folklore. Kata itu adalah kata majemuk, yang berasal dari dua kata dasar folk dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan masyarakat Jawa yang bermigrasi ke Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan masyarakat Jawa yang bermigrasi ke Sumatera Utara. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertunjukan kuda lumping berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur yang akhirnya menyebar keseluruh Indonesia termasuk di propinsi Sumatera Utara. Perkembangan pertunjukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh suatu negara. Seorang ahli antropologi, Koentjaraningrat (1990) mengemukakan

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh suatu negara. Seorang ahli antropologi, Koentjaraningrat (1990) mengemukakan BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan salah satu warisan dari nenek moyang yang dimiliki oleh suatu negara. Seorang ahli antropologi, Koentjaraningrat (1990) mengemukakan bahwa, kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jawa Barat merupakan salah satu propinsi yang memiliki agama-agama suku dan kebudayaan-kebudayaan lokal serta masih dipelihara. Salah satu agama suku yang ada di Jawa

Lebih terperinci

MASYARAKAT JEPANG MEMAKNAI MATSURI DALAM KEHIDUPANNYA

MASYARAKAT JEPANG MEMAKNAI MATSURI DALAM KEHIDUPANNYA MASYARAKAT JEPANG MEMAKNAI MATSURI DALAM KEHIDUPANNYA Herniwati * ABSTRAK Sebagai negara yang telah berhasil membangun di hampir semua bidang, Jepang ternyata tidak begitu saja meninggalkan budaya tradisionalnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Kebudayaan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, kebudayaan meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali telah terkenal dengan kebudayaannya yang unik, khas, dan tumbuh dari jiwa Agama Hindu, yang tidak dapat dipisahkan dari keseniannya dalam masyarakat yang berciri

Lebih terperinci

Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat

Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat "Terima kasih, ini uang kembalinya." "Tetapi Pak, uang kembalinya terlalu banyak. Ini kelebihannya." "Betul. Anda seorang yang jujur. Tidak banyak yang akan berbuat

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Agama-agama yang ada di Jepang mempunyai sejarah yang panjang. Shinto adalah

Bab 5. Ringkasan. Agama-agama yang ada di Jepang mempunyai sejarah yang panjang. Shinto adalah Bab 5 Ringkasan Agama-agama yang ada di Jepang mempunyai sejarah yang panjang. Shinto adalah agama asli Jepang. Agama Budha masuk ke Jepang pada abad ke-6 dan agama Kristen disebarkan oleh Francis Xavier.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Setiap manusia hidup dalam suatu lingkaran sosial budaya tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Setiap manusia hidup dalam suatu lingkaran sosial budaya tertentu. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Setiap manusia hidup dalam suatu lingkaran sosial budaya tertentu. Dimana dalam lingkungan sosial budaya itu senantiasa memberlakukan nilai-nilai sosial budaya yang

Lebih terperinci

Abstraksi. Kata kunci : Sanja matsuri

Abstraksi. Kata kunci : Sanja matsuri Abstraksi Salah satu kebudayaan yang terus dipertahankan di Jepang hingga sekarang adalah matsuri. Sanja matsuri yang menjadi topik pembahasan skripsi ini memiliki keunikkan yang terletak pada tarian tradisionalnya

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Menurut Kodansha (1993: ) Jepang merupakan sebuah negara yang memiliki luas wilayah

Bab 5. Ringkasan. Menurut Kodansha (1993: ) Jepang merupakan sebuah negara yang memiliki luas wilayah Bab 5 Ringkasan Menurut Kodansha (1993:649-658) Jepang merupakan sebuah negara yang memiliki luas wilayah 377.781km². Menurut Danandjaja (1997:1), kepulauan Jepang terbentang di sepanjang timur laut hingga

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG. Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia,

BAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG. Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia, BAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG 2.1. Letak Geografis Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia, membentang seperti busur yang ramping sepanjang 3.800 KM. Luas totalnya adalah 377.815

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sering dijumpai bahwa mereka agak sulit untuk menjawab pertanyaan itu. Namun, jika

BAB 1 PENDAHULUAN. Sering dijumpai bahwa mereka agak sulit untuk menjawab pertanyaan itu. Namun, jika BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apabila kita bertanya pada orang Jepang, apakah mereka memiliki agama. Sering dijumpai bahwa mereka agak sulit untuk menjawab pertanyaan itu. Namun, jika kita perhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian sastra lisan sangat penting untuk dilakukan sebagai perlindungan dan pemeliharaan tradisi, pengembangan dan revitalisasi, melestarikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau pola kelakuan yang bersumber pada sistem kepercayaan sehingga pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau pola kelakuan yang bersumber pada sistem kepercayaan sehingga pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi dan budaya yang berbeda. Ini menjadi variasi budaya yang memperkaya kekayaan budaya bangsa Indonesia. Budaya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa barang maupun uang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. menyerahkan sesuatu kepada orang lain sebagai bentuk ucapan terima

BAB I PENDAHULUAN. berupa barang maupun uang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. menyerahkan sesuatu kepada orang lain sebagai bentuk ucapan terima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang lazim pernah memberi sesuatu kepada orang lain, baik berupa barang maupun uang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 205), kata memberi memiliki beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam gambaran penulis, Jepang adalah sebuah negara maju dalam berbagai hal seperti ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi dan lain-lain. Namun demikian, ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki kebudayaan yang beragam. Kebudayaan juga

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki kebudayaan yang beragam. Kebudayaan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki kebudayaan yang beragam. Kebudayaan juga menunjukan identitas suatu bangsa. Kebudayaan ini yang biasanya berkembang dari masa ke masa

Lebih terperinci

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat Sunda Ciamis mempunyai kesenian yang khas dalam segi tarian yaitu tarian Ronggeng Gunung. Ronggeng Gunung merupakan sebuah bentuk kesenian tradisional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Simbol atau lambang adalah sesuatu seperti tanda yang menyatakan suatu hal atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Simbol atau lambang adalah sesuatu seperti tanda yang menyatakan suatu hal atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Simbol atau lambang adalah sesuatu seperti tanda yang menyatakan suatu hal atau mengandung maksud tertentu, tanda pengenal yang tetap (menyatakan sifat dan keadaan).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat mempersatukan dan mempertahankan spiritualitas hingga nilai-nilai moral yang menjadi ciri

Lebih terperinci

Oleh : Siti Masriyah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Oleh : Siti Masriyah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Perubahan Cara Pandang Masyarakat Terhadap Mitos dalam Tradisi Bersih Makam Ki Hajar Welaran di Gunung Paras Desa Karangsambung Kecamatan Karangsambung Kabupaten Kebumen Oleh : Siti Masriyah Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa, yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan berbangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia yang sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia yang sebagian besar masyarakatnya tidak memeluk suatu agama atau kepercayaan tertentu. Namun, bukan berarti kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Menurut Kodansha (1993: ) Jepang merupakan sebuah negara yang memiliki

Bab 1. Pendahuluan. Menurut Kodansha (1993: ) Jepang merupakan sebuah negara yang memiliki Bab 1 Pendahuluan 1. Latar Belakang Menurut Kodansha (1993:649-658) Jepang merupakan sebuah negara yang memiliki luas wilayah 377.781km². Menurut Danandjaja (1997:1), kepulauan Jepang terbentang di sepanjang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping Revitalisasi Kota Tua Jakarta pembahasan yang didasarkan pemikiran yang menggunakan semiotika signifikasi

Lebih terperinci

APOCRYPHA DARI ALKITAB KING JAMES DOA AZARYA & lagu Yahudi tiga. Doa Azarya dan nyanyian Yahudi tiga

APOCRYPHA DARI ALKITAB KING JAMES DOA AZARYA & lagu Yahudi tiga. Doa Azarya dan nyanyian Yahudi tiga APOCRYPHA DARI ALKITAB KING JAMES 1611 www.scriptural-truth.com Doa Azarya DOA AZARYA & lagu Yahudi tiga Doa Azarya nyanyian Yahudi tiga {1:1} mereka berjalan di tengah-tengah api, memuji Allah berkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI RELIGI DI JEPANG. Dalam kehidupan manusia kegiatan religi akan selalu dilaksanakan. Ada

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI RELIGI DI JEPANG. Dalam kehidupan manusia kegiatan religi akan selalu dilaksanakan. Ada BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI RELIGI DI JEPANG 2.1 Pengertian Religi Dalam kehidupan manusia kegiatan religi akan selalu dilaksanakan. Ada yang melakukan secara sungguh-sungguh, namun tidak orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kesenian pada dasarnya muncul dari suatu ide (gagasan) dihasilkan oleh manusia yang mengarah kepada nilai-nilai estetis, sehingga dengan inilah manusia didorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam ritual yang menjadi ciri khasnya. Masyarakat Karo pada masa dahulu percaya akan kekuatan mistis yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditemui hal-hal

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditemui hal-hal BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditemui hal-hal berkenaan dengan bentuk, simbol serta sekilas tentang pertunjukan dari topeng Bangbarongan Ujungberung

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP di Bandung disimpulkan bahwa perayaan Imlek merupakan warisan leluhur

BAB V PENUTUP di Bandung disimpulkan bahwa perayaan Imlek merupakan warisan leluhur BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari penelitian yang dilakukan dengan judul Perayaan Tahun Baru Imlek 2015 di Bandung disimpulkan bahwa perayaan Imlek merupakan warisan leluhur yang patut dilestarikan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain disekitarnya dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain disekitarnya dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang merupakan salah satu negara maju dan modern di kawasan Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain disekitarnya dalam berbagai bidang kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan sebagai objek wisata. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jepang adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.

Lebih terperinci

WAHYU 11. Dua Saksi Allah Dan Sangkakala Ketujuh. Pdt Gerry CJ Takaria

WAHYU 11. Dua Saksi Allah Dan Sangkakala Ketujuh. Pdt Gerry CJ Takaria WAHYU 11 Dua Saksi Allah Dan Sangkakala Ketujuh PENDAHULUAN Wahyu 11:1-2 Sebatang buluh berfungsi sebagai alat pengukur. Yohanes disuruh mengukur Bait Suci. Ini bukan kaabah di Yerusalem karena sudah

Lebih terperinci

Surat Yohanes yang pertama

Surat Yohanes yang pertama 1 Surat Yohanes yang pertama Kami ingin memberitakan kepada kalian tentang Dia yang disebut Firman a yaitu Dia yang memberikan hidup kepada kita dan yang sudah ada sebelum dunia diciptakan. Kami sudah

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam 40 BAB III PENYAJIAN DATA A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam masyarakat Pujud Data yang disajikan adalah data yang diperoleh dari lapangan yang dihimpun melalui observasi,

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

Dikenal dengan nama Vulkan dalam mitologi Romawi. Ia adalah putra pertama dewa

Dikenal dengan nama Vulkan dalam mitologi Romawi. Ia adalah putra pertama dewa Zeus Dalam mitologi, Zeus adalah Dewa Pemimpin yang bertahta di Olympus. Ia menikah dengan adik perempuannya, Hera yang menjadi Dewi Penikahan. Zeus membagi dunia menjadi tiga dan membagi dunia-dunia tersebut

Lebih terperinci

Revelation 11, Study No. 13 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu Pasal 11, Pembahasan No. 13, oleh Chris

Revelation 11, Study No. 13 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu Pasal 11, Pembahasan No. 13, oleh Chris Revelation 11, Study No. 13 in Indonesian Language Seri Kitab Wahyu Pasal 11, Pembahasan No. 13, oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di Pemahaman Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu.

Lebih terperinci

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan salah satu bagian dari kebudayaan yang mempunyai ciri khas dan bersifat kompleks, sebuah kebudayaan yang lahir di dalam suatu lingkungan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PROSESI LAMARAN PADA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus Di Dukuh Sentulan, Kelurahan Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Mitos memang lebih dikenal untuk menceritakan kisah-kisah di masa

BAB IV ANALISIS. Mitos memang lebih dikenal untuk menceritakan kisah-kisah di masa BAB IV ANALISIS A. Mitos Sanja Kuning dalam Sejarah Mitos memang lebih dikenal untuk menceritakan kisah-kisah di masa lampau. Kisah-kisah tersebut biasanya dianggap sebagai warisan orang-orang zaman dahulu.

Lebih terperinci

Workshop Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kab. Sumba Barat Daya Prov. Nusa Tenggara Timur

Workshop Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kab. Sumba Barat Daya Prov. Nusa Tenggara Timur Workshop Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kab. Sumba Barat Daya Prov. Nusa Tenggara Timur Latar Belakang Verifikasi dan Validasi Pembelajaran, Warisan Budaya Tak Benda dan Kelembagaan.

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. dengan sesama kita, manusia. Bahasa merupakan salah satu sarana yang

Bab 1. Pendahuluan. dengan sesama kita, manusia. Bahasa merupakan salah satu sarana yang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Banyak cara yang dapat digunakan untuk berhubungan atau berkomunikasi dengan sesama kita, manusia. Bahasa merupakan salah satu sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. salah satunya adalah kebudayaannya. Okinawa terletak di kepulauan Ryukyu (Okinawa,

Bab 1. Pendahuluan. salah satunya adalah kebudayaannya. Okinawa terletak di kepulauan Ryukyu (Okinawa, Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Okinawa adalah salah satu kota di negara Jepang yang memiliki banyak keunikan, dan salah satunya adalah kebudayaannya. Okinawa terletak di kepulauan Ryukyu (Okinawa,

Lebih terperinci

TRADISI METHIL SEBAGAI SALAH SATU WARISAN KEARIFAN LOKAL DI DESA KARANGMALANG KECAMATAN KASREMAN KABUPATEN NGAWI. Inka Septiana. Sosiologi Antropologi

TRADISI METHIL SEBAGAI SALAH SATU WARISAN KEARIFAN LOKAL DI DESA KARANGMALANG KECAMATAN KASREMAN KABUPATEN NGAWI. Inka Septiana. Sosiologi Antropologi TRADISI METHIL SEBAGAI SALAH SATU WARISAN KEARIFAN LOKAL DI DESA KARANGMALANG KECAMATAN KASREMAN KABUPATEN NGAWI Inka Septiana Sosiologi Antropologi Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract Culture

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 INFORMED CONSENT Lembar Pernyataan Persetujuan oleh Subjek Saya yang bertanda tangan dibawah

Lebih terperinci

LAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN

LAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN LAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN NAMA : AHMAD ARIFIN NIM : 140711603936 OFFERING : C Tugas untuk memenuhi persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Tapanuli Tengah dikenal dengan sebutan Negeri Wisata Sejuta Pesona. Julukan ini diberikan kepada Kabupaten Tapanuli Tengah dikarenakan dibeberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan proses dinamis di mana orang berusaha untuk berbagi masalah internal mereka dengan orang lain melalu penggunaan simbol (Samovar, 2014,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal memiliki warisan budaya yang beranekaragam. Keanekaragaman budayanya itu tercermin

Lebih terperinci

No Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa

No Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa Daftar Informan No Nama Umur Pekerjaan Alamat 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai Negeri Sipil, tokoh adat Desa Senakin 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa Senakin 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan berkembang sebagai suatu hal yang diterima oleh setiap anggota masyarakat bersangkutan, yang dipegang

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku bangsa Sabu atau yang biasa disapa Do Hawu (orang Sabu), adalah sekelompok masyarakat yang meyakini diri mereka berasal dari satu leluhur bernama Kika Ga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang adalah negara maju dan modern, tetapi negara Jepang tidak pernah meninggalkan tradisi dan budaya mereka serta mempertahankan nilai-nilai tradisi yang ada sejak

Lebih terperinci

Kajian Perhiasan Tradisional

Kajian Perhiasan Tradisional Kajian Perhiasan Tradisional Oleh : Kiki Indrianti Program Studi Kriya Tekstil dan Mode, Universitas Telkom ABSTRAK Kekayaan budaya Indonesia sangat berlimpah dan beragam macam. Dengan keanekaragaman budaya

Lebih terperinci

ABSTRAK FUNGSI BONEKA DARUMA BAGI MASYARAKAT JEPANG

ABSTRAK FUNGSI BONEKA DARUMA BAGI MASYARAKAT JEPANG ABSTRAK FUNGSI BONEKA DARUMA BAGI MASYARAKAT JEPANG Boneka merupakan salah satu simbol anak-anak yang dijadikan mainan dan dibuat untuk menemani anak-anak hingga pada akhirnya boneka juga dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pengkajian uraian dari berbagai aspek historis tentang tarian Deo Tua dalam upacara minta

BAB V PENUTUP. Pengkajian uraian dari berbagai aspek historis tentang tarian Deo Tua dalam upacara minta BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Seni tradisi merupakan warisan nenek moyang yang masih berkembang di masyarakat dan mengandung nilai-nilai budaya masyarakat sebagai bagian dari kebudayaan nasional. Pengkajian

Lebih terperinci

2. Fungsi tari. a. Fungsi tari primitif

2. Fungsi tari. a. Fungsi tari primitif 2. Fungsi tari Tumbuh dan berkembangnya berbagai jenis tari dalam kategori tari tradisional dan tari non trasional disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian sebagai salah satu unsur dari perwujudan kebudayaan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian sebagai salah satu unsur dari perwujudan kebudayaan bangsa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian sebagai salah satu unsur dari perwujudan kebudayaan bangsa, memiliki nilai-nilai dan prinsip-prinsip luhur yang harus di junjung tinggi keberadaannya. Nilai-nilai

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Agama-agama yang ada di Jepang mempunyai sejarah yang panjang. Shinto sudah

Bab 1. Pendahuluan. Agama-agama yang ada di Jepang mempunyai sejarah yang panjang. Shinto sudah Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Agama-agama yang ada di Jepang mempunyai sejarah yang panjang. Shinto sudah ada sejak awal sejarah Jepang dan terus berlanjut hingga sekarang. Agama Budha masuk ke

Lebih terperinci