BAB V PENUTUP. Pengkajian uraian dari berbagai aspek historis tentang tarian Deo Tua dalam upacara minta

Transkripsi

1 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Seni tradisi merupakan warisan nenek moyang yang masih berkembang di masyarakat dan mengandung nilai-nilai budaya masyarakat sebagai bagian dari kebudayaan nasional. Pengkajian uraian dari berbagai aspek historis tentang tarian Deo Tua dalam upacara minta hujan di kampung watugase Kelurahan Ratongamobo Kecamatan Boawae Kabupaten Nagekeo, yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya membuahkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Kesenian Deo Tua merupakan salah satu bentuk kesenian yang hidup di Kampung Watugase, yang dimainkan oleh orang tua dan penari pria dan wanita yang sudah berkeluarga yang mengetahui secara baik tentang Deo Tua, dalam mengekspresikan jiwa sehubungan dengan kehidupan sosial budaya di lingkungan sekitar. Deo Tua adalah sebuah upacara minta hujan yang memiliki beberapa unsur seni pokok yang saling berkaitan satu sama lain. Unsur-unsur seni tersebut meliputi seni tari, seni suara dan seni sastra. Ketiga unsur seni ini dalam pelaksanaannya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, namun dilakukan dalam satu kesatuan waktu. Meskipun menonjolkan keindahan ketiga unsur seni yang mendominasi dalam pementasan namun Deo Tua tidak meninggalkan unsur kemagisan dan kesakralannya. 2. Bentuk pertunjukan tarinya berbentuk lingkaran mengelilingi api unggun dan bergandengan tangan dengan posisi jari saling berangkai. Pelaku keseniannya terdiri dari sejumlah penari pria dan wanita yang sudah berkeluarga, yang mengetahui secara

2 baik tentang Deo Tua. Tariannya terdiri dari dua bagian, yakni Enga Pata Deo Tua dan Teke dengan gerakan tari yang berbeda dan iringan berupa nyanyian yang berbeda sesuai masing-masing gerakan. Deo Tua juga merupakan suatu bentuk hiburan yang dapat memberikan kepuasan bagi penikmat seni. 3. Pelaksanaan upacara Deo Tua ini memiliki makna bagi masyarakat setempat, yakni untuk menjaga keselarasan hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta dan para leluhurnya melalui upacara minta hujan sebagai bentuk permohonan kepada Sang Pencipta dan para leluhurnya agar menurunkan hujan untuk memberikan kesuburan dan pertumbuhan tanaman serta untuk kehidupan masyarakat setempat. Di samping itu untuk membina hubungan keselarasan antara semua warga masyarakat Kampung Watugase. B. SARAN Deo Tua merupakan kesenian tradisional yang ada di Kampung Watugase Kelurahan Ratongamobo Kecamatan Boawae Kabupaten Nagekeo. Keberadaannya belum dikenal secara luas oleh berbagai kalangan umum. Hal ini diakibatkan tidak adanya kesinambungan kerjasama dari berbagai pihak pendukung, dalam hal ini para Mosalaki (tua adat), tokoh masyarakat, pemerintah setempat dan juga masyarakat pendukungnya. Meskipun demikian tarian Deo Tua ini memiliki pesona tarian tradisional yang tidak bisa dikatakan rendah, oleh karena itu hendaknya Deo Tua didukung dan dilestarikan oleh berbagai pihak tanpa saling menggantungkan harapan satu sama lain

3 Dalam rangka pelestarian Deo Tua penulis sedikit memberi saran kepada masyarakat setempat agar tetap melestarikan kebudayaan ini dan menjaga nilai-nilai kehidupan bersama termasuk nilai seni dan adat istiadat kampung Watugase serta menjaga dan melestarikan nilai-nilai warisan dari leluhur. Selain itu juga diharapkan agar pemerintah daerah setempat hendaknya membuka sanggar-sanggar pelatihan tari tradisional yang bertujuan untuk melestarikan tarian dan nyanyian tradisional agar tidak punah di tengah-tengah derasnya arus perubahan jaman yang semakin moderen ini.

4 DAFTAR PUSTAKA Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, Rineka Cipta: Jakarta. Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Aksara Baru: Jakarta. Soeharto M, Belajar Membuat Lagu, Gramedia: Jakarta. Tri Prasetya, Joko dkk, Ilmu Budaya Dasar, Rineka Cipta: Jakarta. Tim Abdi Guru, Seni Budaya Kelas VIII, Erlangga: Jakarta. WEBSITE : Peran dan Perkembangan seni Tari.html daerah-pengertian dan fungsi musik daerah.html Indonesia. NARA SUMBER: Kletus Lado, 69 tahun. Lambertus Wegu, 59 tahun. Thomas Tola, 63 tahun.

5

6

7 GLOSARIUM Ana Pata : kelompok pria dan wanita yang berperan membawakan bagian nyanyian refrein. Aza api : api unggun yang dibuat di tengah-tengah lingkaran pertunjukkan. Bhui tua : menuangkan tuak. Dhozo Enga : orang yang berperan menyanyikan bagian lagu solo dalam nyanyian Teke. Enga Bhoko : orang yang berperan membawakan nyanyian sebagai pengantar refrein. Enga Lewa : orang yang berperan membawakan bagian lagu solo. Enga Pata Deo Tua : bagian pementasan untuk memohon turunnya hujan. Enga Uza : panggil hujan. Jedhe Nio : ibu-ibu penari yang menari sambil memegang tali dan kelapa. Loka : sebuah lokasi tempat pementasan Deo Tua dan acara-acara adat lainnya. Nio : kelapa muda. Tali Zama : tali yang digunakan oleh ibu-ibu penari Jedhe Nio, yang diambil dari satu jenis tumbuhan yang tumbuh di hutan kemudian dipintal menjadi seutas tali. Tua Bha : minuman lokal atau tuak putih yang disadap dari pohon enau. Watu Bhici : sebuah batu yang digunakan sebagai tempat menyimpan sesajian untuk para leluhur.

8 DAFTAR INFORMAN Nama Lengkap : Bapak Lambertus Wegu Umur : 59 tahun Pekerjaan : Petani Pendidikan : SR Nama Lengkap : Bapak Thomas Tola Umur : 63 tahun Pekerjaan : Petani Nama Lengkap : Bapak Kletus Lado Umur : 69 tahun Pekerjaan : Pensiunan PNS Nama Lengkap : Bapak Kosmas Jogo Umur Pekerjaan : 47 tahun : Petani.

9 DAFTAR PERTANYAAN Apa itu ritual Deo Tua? Apakah ritual ini dilakukan setiap tahun atau hanya pada saat hujan tidak turun? Apakah sebelum upacara ini dimulai didahului dengan pemberian sesajian terlebih dahulu? Apa makna dari kelapa dan tali yang dipegang oleh ibu-ibu penari Jedhe Nio? Seperti apakah kostum yang dipakai para pelaku kesenian dalam upacara ini? Siapakah yang terlibat langsung dalam upacara ini?

10 Gambar 01. Pelaku tarian yang berperan membawakan nyanyian bagian solo atau dalam bahasa daerah setempat disebut Dhozo Enga pada bagian Teke. (Foto: Koleksi Maria Hiasinta Teda, Agustus 2012) Gambar 02. Bentuk pementasan tarian Deo Tua, dilihat dari bagian luar lingkaran. (Koleksi Maria Hiasinta Teda, Agustus 2012)

11 Gambar 03. Aza api yang dibuat di tengah-tengah lingkaran dalam pementasan Deo Tua (Foto: Koleksi Maria Hiasinta Teda, Agustus 2012) Gambar 04. Nio yang dipegang oleh ibu-ibu penari saat menari. (Foto: Koleksi Maria Hiasinta Teda, Agustus 2012)

12 Gambar 05. Nio (kelapa muda) yang dipecahkan pada saat akhir pertunjukkan Deo Tua. (Koleksi Maria Hiasinta Teda, Agustus 2012) Gambar 06. Tali yang direntangkan pada saat ibu-ibu penari sedang menari. (Koleksi Maria Hiasinta Teda, Agustus 2012)

13 Gambar 07. Para penari sedang melakukan gerakan awal tarian Deo Tua. (Foto: Koleksi Maria Hiasinta Teda, Agustus 2012). Gambar 08. Pelaku Tarian Deo Tua. (Foto: Koleksi Maria Hiasinta Teda, Agustus 2012)

14 Gambar 09. Penari pria. (Foto: Koleksi Maria Hiasinta Teda, Agustus 2012) Gambar 10. Penari wanita. (Foto: Koleksi Maria Hiasinta Teda, Agustus 2012)