Simangunsong dan Solihah. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 2(2): (2009)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Simangunsong dan Solihah. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 2(2): (2009)"

Transkripsi

1 68 Simangunsong dan Solihah OPTIMASI DALAM PERUSAHAAN KAYU LAPIS: STUDI KASUS DI PT. PUTRA SUMBER UTAMA TIMBER-JAMBI Optimzatius in Plywood Company : A Case Study at PT. Putra Sumber Utama Timber-Jambi Bintang SIMANGUNSONG 1 dan Endartya Nur SOLIHAH 2 Corresponding Author : bsimangunsong@indo.net.id ABSTRACT Forest products industry in Indonesia is now facing major issues such as a huge log deficit, a low industrial efficiency, and a declined in forest products competitiveness. Production cost and optimization analysis are then conducted to provide insight for the firms so they can operate efficiently and have high products competitiveness. The results show that a production cost varies from US$ per m 3 to US$ per m 3 with an average of US$ per m 3 and a firm s profit would increase by 18% even though production decreased by 1.5% when the firm operates at optimum level. Keywords : Plywood industry, optimization, production cost analysis, competitiveness PENDAHULUAN Industri kayu lapis merupakan salah satu sub-sektor industri yang penting dalam menyumbang devisa bagi negara Indonesia, namun jumlah devisa dan kontribusinya terus menurun pada periode (BPS 2007). Nilai ekspor kayu lapis terus menurun akibat banyaknya perusahaan kayu lapis yang berhenti berproduksi atau yang berproduksi di bawah normal. APKINDO (2006) dalam Manurung et al melaporkan jumlah perusahaan kayu lapis dan panel kayu lainnya per 6 Oktober 2006 adalah 130 perusahaan, namun yang aktif hanya berjumlah 68 perusahaan. Menurunnya pasokan bahan baku kayu, khususnya kayu yang berasal dari hutan alam produksi merupakan salah satu penyebab utama. Hal ini terjadi akibat kerusakan hutan alam produksi yang semakin parah. Sementara itu, realisasi pembangunan hutan tanaman industri (HTI), khususnya HTI kayu perkakas, sebagai sumber bahan baku sampai dengan bulan Juli tahun 2007 ternyata sangat rendah, yaitu baru mencapai 0,97 juta ha (Simangunsong et al. 2008). Faktor-faktor penyebab lainnya adalah inefisiensi proses produksi dan daya saing produk yang rendah. 1 Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, Bogor 2 Alumnus Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, Bogor Penurunan pasokan kayu bulat, inefisiensi proses produksi dan daya saing produk yang rendah ini perlu diatasi agar perusahaan-perusahaan kayu lapis tersebut dapat tetap beroperasi dengan sehat dan berdaya saing tinggi. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah optimasi pemanfaatan faktor-faktor produksi, seperti bahan baku kayu, waktu penggunaan mesin, dan modal dengan menerapkan model program linier oleh setiap perusahaan. Penerapan model program linear ini juga sekaligus mampu menentukan kombinasi produk yang memaksimumkan keuntungan. Tujuan penelitian adalah menentukan kombinasi produksi optimum dengan memperhatikan keterbatasan sumberdaya seperti bahan baku, teknologi, waktu dan kapasitas mesin sehingga diperoleh keuntungan perusahaan yang maksimum. METODE PENELITIAN Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer meliputi: jenis, jumlah, dan harga bahan baku, bahan penolong dan sumberdaya lainnya yang tersedia dan yang digunakan untuk menghasilkan produk kayu lapis; jumlah dan upah atau gaji karyawan; produktivitas mesin-mesin utama dalam pembuatan kayu lapis, seperti mesin kupas, mesin pengering, core composser, F/B composser, mesin kempa dingin, mesin kempa panas, sizer, sander. Data primer ini diperoleh dengan cara melakukan pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan serta wawancara dengan karyawan, tenaga kerja, dan staf perusahaan. Sedangkan data sekunder meliputi: keadaan umum industri dan struktur organisasi; jumlah produksi dan harga jual produk kayu lapis; data ekspor-impor produk kayu lapis; nilai kurs valuta asing; dan formula perekat dan standar operasi alat (mesin) yang digunakan. Data sekunder diperoleh dengan mengutip dari berbagai literatur, laporan perusahaan, berbagai publikasi yang diterbitkan oleh Departemen Kehutanan dan Badan Pusat Statistik. Data primer dan data sekunder yang diperoleh kemudian dianalisis. Analisis data yang dilakukan adalah analisis biaya produksi untuk setiap jenis produk kayu lapis

2 Optimasi Dalam Perusahaan Kayu Lapis 69 dan analisis optimasi produk. Analisis biaya produksi dilakukan untuk mengetahui struktur dan besarnya biaya produksi, serta besarnya keuntungan yang dapat diperoleh dari setiap produk kayu lapis. Analisis optimasi produk yang dilakukan menggunakan model program linier yang mengacu pada Simangunsong (1991) dengan beberapa modifikasi. Program linier ini terdiri dari fungsi tujuan dan fungsi kendala. Fungsi tujuan yang akan dicapai adalah keuntungan maksimum dari hasil penjualan produk kayu lapis untuk periode satu bulan dalam satuan US$. Besarnya keuntungan per m 3 dari tiap jenis produk kayu lapis yang dihasilkan merupakan selisih antara harga jual per m 3 produk kayu lapis dengan biaya produksi per m 3 produk kayu lapis untuk masing-masing jenis produk kayu lapis. Ada pun kendala yang dipertimbangkan dalam penelitian ini adalah ketersedian kayu bulat; ketersediaan modal; jumlah perekat; kapasitas produksi dari mesin-mesin utama seperti rotary lathe, continous dryer, roller dryer,core composser, F/B composser; waktu penggunaan dari mesinmesin utama seperti cold press, hot press, sizer, sander; dan produksi minimum. Selain mendapatkan kombinasi optimal dari produk yang akan memaksimalkan keuntungan, perlu juga dilakukan analisis kepekaan. Analisis kepekaan merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk mengetahui perubahanperubahan yang terjadi terhadap solusi optimum. Analisis kepekaan dilihat pada sistem industri kayu lapis yang berkaitan dengan perubahan nilai dari sumberdaya yang tersedia dan keuntungan atau pendapatan dari setiap produk kayu lapis. Dari 64 jenis produk kayu lapis yang dihasilkan oleh di PT. Putra Sumber Utama Timber selama ini, 21 jenis produk kayu lapis (X1 sampai X21) dipilih sebagai produk yang dianalisis dalam optimasi produk dengan pertimbangan bahwa produk-produk tersebut sering diproduksi dan merupakan produk-produk utama yang diproduksi dengan menggunakan jenis bahan baku yang sama. Secara rinci jenis-jenis produk di PT. Putra Sumber Utama Timber disajikan pada Tabel 1. Model program linier untuk permasalahan perusahaan kayu lapis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut (Lihat Taha 2003; Winston and Albright 1997; Nasendi dan Anwar 1985) : dimana : Max Kendala: Z n j 0 C j X j n j 0 aij X j atau bi i = 1,2,,m j = 1,2,...,n Cj = Keuntungan kotor belum dikurangi biaya tetap produk kayu lapis ke-j per m 3 ; Xj = Jumlah produk kayu lapis jenis ke-j per bulan; aij = Koefisien input-output yang menyatakan banyaknya sumberdaya ke-i yang diperlukan untuk menghasilkan setiap unit output kegiatan ke-j, misalnya volume kayu bulat yang diperlukan untuk menghasilkan 1 m 3 kayu lapis jenis ke-j ; bi = Banyaknya sumberdaya ke-i yang tersedia dalam kegiatan ke-j, misalnya jumlah kayu bulat yang tersedia per bulan; n = Banyaknya jenis kayu lapis yang diproduksi; m = Jumlah macam sumberdaya yang tersedia, misalnya jumlah kayu bulat yang tersedia, ketersediaan modal, dan jumlah perekat; Z = Nilai fungsi tujuan, yaitu keuntungan pabrik kayu lapis per-bulan. Tabel 1. Jenis-jenis produk kayu lapis PT. Putra Sumber Utama Timber. No. Jenis Produk Ukuran Kayu Tebal Lebar Panjang Jenis Kayu termasuk...(mm)... dalam model No. Jenis Produk Ukuran Tebal Lebar Panjang...(mm)... Jenis Kayu Kayu termasuk dalam model 1 3ply 3, campuran X1 33 TF 17, kruing X15 2 3ply 4, campuran X2 34 SP 11, sengon dan karet X7 3 GP 7, campuran X4 35 SP 11, sengon dan karet X9 4 GP 8, campuran 36 SP 11, sengon dan karet X10 5 GP 11, campuran X6 37 SP 15, sengon dan karet X14 6 FL 9, karet 38 SP 23, sengon dan karet X17 7 FL 7, karet 39 SP 23, sengon dan karet 8 FL 7, meranti X3 40 SP 27, sengon dan karet X18 9 OP 17, campuran 41 SP 27, sengon dan karet 10 OP 5, campuran 42 LVL CG 15, meranti

3 70 Simangunsong dan Solihah Tabel 1. Lanjutan No. Jenis Produk Ukuran Tebal Lebar Panjang Jenis Kayu...(mm)... Kayu termasuk dalam model No. Jenis Produk Ukuran Tebal Lebar Panjang...(mm)... Jenis Kayu 11 OP 5, campuran 43 LVL CG 23, meranti 12 Tego Base 11, meranti X8 44 LVL CG 24, meranti Kayu termasuk dalam model 13 FF 12, meranti 45 LVL CG 29, karet X19 14 FF 15, meranti 46 LVL CG 30, karet 15 FF 18, meranti X16 47 LVL CG 30, karet 16 TF 10, kruing X5 48 LVL CG 38, karet X20 17 TF 11, kruing 49 LVL CG 40, karet 18 TF 11, kruing 50 LVL OKURA 39, meranti X21 19 TF 12, kruing 51 LVL OKURA 39, meranti 20 TF 13, kruing 52 LVL OKURA 39, kruing 21 TF 13, kruing X11 53 LVL OKURA 39, kruing 22 TF 13, kruing 54 LVL OKURA 39, meranti 23 TF 13, kruing 55 LVL OKURA 39, meranti 24 TF 14, kruing X12 56 LVL OKURA 39, meranti 25 TF 14, kruing 57 LVL OKURA 39, meranti 26 TF 14, kruing 58 LVL OKURA 39, meranti 27 TF 14, kruing X13 59 LVL OKURA 39, meranti 28 TF 14, kruing 60 LVL OKURA 39, meranti 29 TF 14, kruing 61 LVL OKURA 39, meranti 30 TF 14, kruing 62 OKURA 15, kruing 31 TF 14, kruing 63 OKURA 16, kruing 32 TF 16, kruing 64 OKURA 17, kruing HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis biaya produksi Pada kondisi aktual, jumlah produksi rata-rata kayu lapis adalah 8,956 m 3 per bulan dengan rata-rata total biaya sebesar US$ 3,93 juta, yang terdiri dari biaya tetap sebesar US$ 0.49 juta (atau 12%) dan biaya variabel sebesar US$ 3.44 juta (atau 88%). Komponen biaya variabel terbesar adalah biaya bahan baku kayu (55%), disusul oleh biaya perekat sebesar (13%), biaya upah langsung sebesar (12 %) dan biaya bahan pembantu sebesar 2 % (Tabel 2). Apabila biaya produksi dirinci untuk setiap jenis produk kayu lapis, khususnya jenis produk kayu lapis yang diteliti, besarnya biaya produksi bervariasi dari US$ per m 3 hingga US$ per m 3 dengan rata-rata US$ per m 3 (Tabel 3). Produk dengan biaya produksi per m 3 tertinggi adalah truck flooring dengan ketebalan 14,5 mm (X13), yaitu sebesar US$ dimana US$ diantaranya merupakan biaya bahan baku kayu. Produk dengan biaya produksi per m 3 terendah adalah produk 3 ply dengan ketebalan 3,6 mm (X1), yaitu sebesar US$ , dimana US$ diantaranya merupakan biaya bahan baku kayu. Perbedaan biaya produksi per m 3 diantara produk disebabkan oleh perbedaan dalam ketebalan produk yang mempengaruhi komposisi veneer yang dipakai sehingga jumlah bahan baku kayu, perekat, bahan pembantu, dan upah tenaga kerja yang digunakan bervariasi. Apabila biaya produksi kayu lapis dalam penelitian ini dibandingkan dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya, seperti Siregar (1988), FAO (1989), Irvan (1992), Simangunsong (1991), dan Wardana (2003), biaya variabel hasil penelitian ini ternyata jauh lebih besar (lihat Tabel 4). Perbedaan ini terutama disebabkan oleh perbedaan nilai tukar rupiah yang digunakan dalam menghitung biaya. Di samping itu, kapasitas dan rata-rata produksi, upah tenaga kerja pada setiap penelitian berbeda.

4 Optimasi Dalam Perusahaan Kayu Lapis 71 Tabel 2. Biaya produksi kayu lapis dan LVL setiap bulan pada kondisi aktual dan optimum Komponen Biaya Aktual *) Optimum **) (US$/bulan) % (US$/bulan) Biaya Tetap 0.49 juta asuransi/kasir 0.45 juta umum/adm 0.04 juta Biaya Variabel 3.44 juta juta log 2.17 juta juta perekat 0.51 juta juta bahan pembantu 0.08 juta juta upah langsung 0.49 juta juta spare part 0.06 juta BBM 0.13 juta Biaya Produksi 3.93 juta juta Keterangan : *) untuk 64 produk * *) untuk 21 produk (yang diteliti Tabel 3. Biaya produksi dan keuntungan per m 3 produk pada kondisi aktual Jenis Produk Bahan Baku Kayu Biaya Variabel Total Bahan Harga Jual Perekat Upah Langsung Biaya Variabel Pembantu...(US$/m 3 ).. Keuntungan (belum dikurangi biaya tetap) X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X Tabel 4. Biaya produksi industri kayu lapis beberapa hasil penelitian Item FAO 1) Siregar 2) Irvan 3) Simangunsong 4) Wardana 5) US$/m 3 (%) US$/m 3 (%) US$/m 3 (%) US$/m 3 (%) US$/m 3 (%) Biaya variabel Bahan baku utama 6) Bahan baku pembantu 7)

5 72 Simangunsong dan Solihah Tabel 4. Lanjutan Upah tenaga kerja langsung Bahan bakar Overhead variabel Pemeliharaan dan perbaikan alat Total biaya variabel Biaya tetap Penyusutan Bunga modal Gaji dan upah tenaga kerja tak langsung Asuransi modal tetap 8) Overhead tetap Royalti dan pajak Mesin-mesin, peralatan, alat angkut, sarana dan prasarana Total biaya tetap Biaya lain-lain 9) Biaya produksi Sumber : FAO (1989), Siregar (1988), Irvan (1992), Simangunsong (1991) dan Wardana (2003) Optimasi produk Biaya produksi yang dihitung dalam rangka optimasi produk adalah biaya variabel per m 3 untuk setiap jenis produk pada kondisi aktual. Biaya tetap setiap untuk setiap jenis produk tidak dapat dihitung karena data yang diperlukan untuk menghitungnya tidak tersedia sehingga keuntungan per m 3 dari setiap produk yang diperoleh belum dikurangi oleh biaya tetap. Rata-rata biaya produksi variabel aktual yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah 3.44 juta per bulan atau US$ 384 per m 3 (Tabel 2). Angka ini jauh lebih besar dibandingkan ratarata biaya variabel yang diperoleh dalam penelitian ini, khususnya rata-rata biaya variabel dari 21 produk kayu lapis yang diteliti, yaitu US$ per m 3. Perbedaan nilai menunjukkan adanya kesempatan perusahaan meningkatkan keuntungan. Berdasarkan input-output koefisien yang dihitung dan disajikan pada Tabel 5 serta dengan memperhatikan jumlah sumberdaya tersedia yang menjadi kendala setiap bulannya seperti yang disajikan pada Tabel 6, solusi optimum untuk perusahaan di PT. Putra Sumber Utama Timber adalah dengan menghasilkan 21 jenis produk kayu lapis dengan dua produk utama, yaitu 3,937 m 3 produk truck flooring (X15) dengan ketebalan 17.0 mm dan 2,858 m 3 jenis film face (X16) dengan ketebalan 18.0 mm (Tabel 7). Sementara itu, produkproduk yang lain hanya diproduksi pada tingkat minimum. Jumlah produksi optimum adalah 8,826 m 3 per bulan, atau 1,5% lebih rendah dibandingkan jumlah produksi pada kondisi aktual. Keuntungan maksimum yang diperoleh adalah US$ 2.54 juta dengan jumlah produksi sebesar 8,826 m 3 per bulan. Bila dibandingkan dengan kondisi aktual dimana keuntungan yang diperoleh sebesar US$ 2.08 juta dengan rata-rata produksi 8,956 m 3 per bulan, maka optimasi telah meningkatkan keuntungan sebesar 18,2%, meskipun jumlah produksi menurun sebesar 1,5%. Optimasi produk yang dilakukan menyebabkan beberapa sumberdaya menjadi berlebih (abundant), seperti: perekat WBP dan T2; kapasitas mesin kupas 9 (rotary 9 ), mesin kupas 8 (rotary 8 ), mesin kupas 5 (rotary 5 ), mesin kupas 4 spindleless (rotary 4 ), continous dryer, roller dryer, core composser; dan waktu penggunaan mesin cold press, hot press, sizer dan sander, sehingga dimungkinkan untuk melakukan penghematan. Penghematan sumberdaya perlu dilakukan agar biaya produksi yang dikeluarkan seminimal mungkin sehingga keuntungan meningkat. Penghematan secara langsung (riil) yang dapat dinilai dengan uang adalah bahan baku kayu dan perekat. Keuntungan yang diperoleh pada kondisi optimum (rata-rata produksi 8,826 m 3 per bulan) ditambah dengan penghematan sumberdaya perekat mencapai US$ 2.99 juta. Nilai ini 31% lebih tinggi dibandingkan nilai keuntungan aktual sebesar US$ 2.08 juta (rata-rata produksi 8,956 m 3 per bulan; Tabel 8). Analisis kepekaan dilakukan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang akan terjadi pada solusi optimum, khususnya pengaruh dari ketersediaan bahan baku kayu dan biaya produksi. Tabel 8 menunjukkan hasil simulasi dari perubahan ketersediaan bahan baku kayu dan biaya produksi yang masing-masing berubah sebesar -20%, -10%, 0%, +10% terhadap keuntungan perusahaan dimana terlihat bahwa keuntungan perusahaan lebih sensitif terhadap perubahan biaya produksi dibandingkan dengan terhadap perubahan ketersediaan bahan baku.

6 Tabel 5. Jenis Produk Input-output koefisien linier fungsi kendala dari permasalahan perusahaan kayu lapis PT. Putra Sumber Utama Timber Bahan Baku Kayu Biaya Variabel Perekat Rotary 9', 5', 4' Rotary 8' Kapasitas Produksi Continous dryer Roller Dryer F/B Composser WBP T2 F/B core F/B core F/B core F/B Core Waktu Penggunaan Mesin Core Composser Cold Press Hot Press Sizer Sander (m 3 /m 3 ) (US$/m 3 ) (kg/m 3 ).(m 3 /m 3 )...(jam/m 3 ).. X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X rnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 2(2): (2009) Optimasi Dalam Perusahaan Kayu Lapis 73

7

8 Tabel 5. Jenis Produk X1 1 Lanjutan Produksi Minimum X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X2 1 X3 1 X4 1 X5 1 X6 1 X7 1 X8 1 X9 1 X10 1 X11 1 X12 1 X13 1 X14 1 X15 1 X16 1 X17 1 X18 1 X19 1 X20 1 X21 1 rnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 2(2): (2009) 74 Simangunsong dan Solihah

9

10 Optimasi Dalam Perusahaan Kayu Lapis 75 Tabel 6. Jumlah sumberdaya yang tersedia setiap bulan yang menjadi kendala di PT. Putra Sumber Utama Timber Sumberdaya yang menjadi kendala Satuan Tersedia Bahan Baku Kayu m 3 /bulan 18,179 Biaya Variabel US$/bulan Perekat WBP kg/bulan T2 kg/bulan Kapasitas Produksi Rotary 9', 5', 4' F/B m 3 /bulan Core m 3 /bulan Rotary 8' F/B m 3 /bulan Core m 3 /bulan 898 Continious Dryer F/B m 3 /bulan Roller Dryer Core m 3 /bulan F/B Composser F/B m 3 /bulan 1,470 Core Composser Core m 3 /bulan Waktu Penggunaan Mesin Cold Press jam/bulan Hot Press jam/bulan Sizer jam/bulan Sander jam/bulan 1,210 Permintaan Produk X1 m 3 43,04 X2 m 3 45,44 X3 m 3 37,66 X4 m 3 386,15 X5 m 3 178,87 X6 m 3 1,32 X7 m 3 2,00 X8 m 3 105,00 X9 m 3 2,00 X10 m 3 28,57 X11 m 3 463,19 X12 m 3 87,24 X13 m 3 514,24 X14 m 3 42,27 X15 m 3 511,91 X16 m 3 123,75 X17 m 3 27,55 X18 m 3 28,57 X19 m 3 20,10 X20 m 3 14,98 X21 m 3 3,17

11 76 Simangunsong dan Solihah Tabel 7. Solusi optimum perusahaan PT. Putra Sumber Utama Timber Jenis Produk Aktual Optimum Produksi Keuntungan Produksi Keuntungan (m 3 /bulan) (%) (US$/bulan) (m 3 /bulan) (%) (US$/bulan) X1 1, , ,73 X2 1, , ,634 X , ,657 X4 1, , ,146 X , ,060 X , X , X , ,740 X , X , ,913 X , ,388 X , ,593 X , ,614 X , ,059 X , ,496,163 X , ,818 X , ,547 X , ,709 X , ,563 X , ,766 X , Total ,076, ,539,595 Tabel 8. Nilai penghematan sumberdaya, biaya produksi dan keuntungan bersih pada kondisi aktual, kondisi optimum, ketika kondisi bahan baku kayu dan biaya produksi berubah Uraian Aktual Optimum Kondisi Bahan Baku Biaya Produksi -20% -10% +10% +20% -20% -10% +10% +20% Produksi (m 3 ) 8,956 8,826 6,957 7,876 9,456 9,156 8,826 8,826 8,826 7,188 Biaya produksi (US$ juta/bulan) 3,44 1,89 1,54 1,74 2,05 2,05 1,54 1,73 2,12 1,92 Keuntungan (US$ juta/bulan) 2,08 2,54 2,42 2,52 2,55 2,55 2,92 2,73 2,35 2,19 Penghematan Bahan baku kayu (US$ juta/bulan) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,06 0,23 0,00 0,00 0,00 0,30 Biaya perekat (US$ juta/bulan) 0,00 0,46 0,46 0,46 0,45 0,45 0,46 0,46 0,46 0,46 WBP 0,00 0,36 0,36 0,36 0,36 0,36 0,36 0,36 0,36 0,36 T2 0,00 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 Keuntungan+Penghematan (US$ juta/bulan) 2,08 2,99 2,89 2,98 3,06 3,24 3,38 3,19 2,8 2,94 KESIMPULAN Biaya produksi setiap meter kubik produk besarnya bervariasi antara US$ hingga US$ per meter kubik produk. Solusi optimum menunjukkan bahwa dari 21 produk kayu lapis yang dianalisis, ada 2 produk utama yang dihasilkan, yaitu produk X15 dan X16, sementara produk yang lain hanya diproduksi pada tingkat minimum. Jumlah produksi optimum adalah 8,826 m 3 per bulan, atau 1,5% lebih rendah dibandingkan jumlah produksi pada kondisi aktual. Pada

12 Optimasi Dalam Perusahaan Kayu Lapis 77 kondisi optimum keuntungan perusahaan per bulan meningkat sebesar 18% daripada kondisi aktual dengan total keuntungan sebesar US$ 2.54 juta per bulan. Solusi optimum juga ternyata lebih sensitif terhadap perubahan biaya produksi dibandingkan dengan perubahan ketersediaan bahan baku. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Indikator Ekonomi edisi Juli 2007 [Buletin]. Badan Pusat Statistik : Jakarta. FAO Wood-Based Panel: Situation and Outlook. Directorate General of Forest Utilization, Ministry of Forestry: Jakarta. Irvan Optimasi Produksi Kayu Lapis Dengan Metode Program Linier Di PT. Sumatra Timber Utama Damai [Skripsi]. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor: Bogor. Manurung EGT, Simangunsong BCH, Sukadri DS, Widyantoro B, Justianto A, Ramadhan S, Sumardjani L, Rochadi D, Permadi P, Priyono BM, Sukmananto B Road Map Revitalisasi Industri Kehutanan Indonesia. Departemen Kehutanan: Jakarta. Nasendi BD, Anwar A Program Liniar dan Variasinya. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Simangunsong BCH, Elias, Tambunan A, Manurung EGT Indonesia Forestry Outlook Departemen Kehutanan: Jakarta. Simangunsong BCH Optimasi Penggunaan Sumberdaya dan Penganekaragaman Produk Dalam Industri Kayu Lapis [Tesis]. Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor: Bogor. Siregar HS Analisis Biaya Produksi Kayu Lapis Di PT. Tjipta Rimba Djaya Medan Sumatera Utara [Skripsi]. Fakultas kehutanan, Institut Pertanian Bogor: Bogor. Taha HA Operations Research: An Introduction. Seventh Edition. Pearson Education International: Upper Saddle River. Wardana DBP Optimasi Produksi Kayu Lapis: Studi Kasus di PT. Kampari Wood Industries, Riau [Skripsi]. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor: Bogor. Winston WL, Albright. SC Practical Management science: spreadsheet modeling and applications. Duxbury Press. Belmont, CA.

13

14 rnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 2(2): (2009)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan Januari 2012 di PT Profilindah Kharisma, Ngoro, Mojokerto, Jawa Timur.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Jenis Data 3.3 Metode Pengumpulan Data 3.4 Analisis Data

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Jenis Data 3.3 Metode Pengumpulan Data 3.4 Analisis Data 9 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Unit Paper Machine 12 PT. Pindo Deli Pulp and Paper yang belokasi di Desa Kuta Mekar BTB 6-9 Kecamatan Klari Kabupaten Karawang,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Biaya Produksi Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu produk dengan penambahan biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap (fixed cost) adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (DJR/DR) dan Provisi Sumberdaya Hutan (PSDH/IHH). Penerimaan ini

I. PENDAHULUAN. (DJR/DR) dan Provisi Sumberdaya Hutan (PSDH/IHH). Penerimaan ini 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam tiga dasawarsa terakhir sektor kehutanan memberikan kontribusi penting bagi perekonomian Indonesia. Selama periode tahun 1980-2005 penerimaan dari sektor kehutanan

Lebih terperinci

PROFIL INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA UTARA IWAN RISNASARI, S. HUT PROGRAM ILMU KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PROFIL INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA UTARA IWAN RISNASARI, S. HUT PROGRAM ILMU KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROFIL INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA UTARA IWAN RISNASARI, S. HUT PROGRAM ILMU KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA I. PENDAHULUAN Sumberdaya yang potensinya tinggi dan sudah diakui keberadaannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini, perkembangan perusahaan baik dalam bidang jasa atau produksi dapat dikatakan maju secara signifikan. Hal ini dapat dibuktikan dengan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. FREKUENSI KERUSAKAN PER BULAN (Times)

BAB I PENDAHULUAN. FREKUENSI KERUSAKAN PER BULAN (Times) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan industri sekarang ini, banyak perusahaan yang mencari alternatif untuk meningkatkan usaha perbaikan untuk menunjang produktivitas dalam produksinya.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. yang yang hanya memiliki luas Ha sampai Ha saja.

IV. GAMBARAN UMUM. yang yang hanya memiliki luas Ha sampai Ha saja. 43 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Produksi Kayu Bulat Produksi kayu bulat Indonesia saat ini jumlahnya terus menurun. Pada tahun 2009 produksi kayu bulat dari hutan alam hanya mencapai rata-rata sekitar 5 juta

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) yang berlokasi di Jalan KH Abdul Hamid Km 3, Desa Situ Ilir Kecamatan Cibungbulang,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Jenis Produk Penelitian ini fokus pada tujuh tipe pintu. Pada tahun 2011, jumlah pintu yang dihasilkan sebanyak 2.227 unit. Jumlah tersebut merupakan bagian dari 20.069

Lebih terperinci

PENDEKATAN KUANTITATIF SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF METODE PEMECAHAN MASALAH. Dewi Atika Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan

PENDEKATAN KUANTITATIF SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF METODE PEMECAHAN MASALAH. Dewi Atika Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan PENDEKATAN KUANTITATIF SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF METODE PEMECAHAN MASALAH Dewi Atika Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan ABSTRAK Pemecahan masalah dengan menggunakan pendekatan kuantitatif,

Lebih terperinci

PENENTUAN POLA PEMOTONGAN PELAT LEMBARAN UNTUK MEMINIMALKAN PELAT SISA PADA PT. X DENGAN METODE INTEGER LINEAR PROGRAMMING

PENENTUAN POLA PEMOTONGAN PELAT LEMBARAN UNTUK MEMINIMALKAN PELAT SISA PADA PT. X DENGAN METODE INTEGER LINEAR PROGRAMMING PENENTUAN POLA PEMOTONGAN PELAT LEMBARAN UNTUK MEMINIMALKAN PELAT SISA PADA PT. X DENGAN METODE INTEGER LINEAR PROGRAMMING Andri Sanjaya 1) dan Abdullah Shahab 2) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Adolina PTPN IV Medan, Sumatera Utara. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

PT. Nusantara Plywood untuk diolah menjadi suatu produk yang bernilai ekonomis

PT. Nusantara Plywood untuk diolah menjadi suatu produk yang bernilai ekonomis A. Latar Belakang. PT. Nusa Prima Pratama Industri adalah mempakan salah satu unit dari PT. Nusantara Plywood yang mempakan pe~sahaan yang bergerak di bidang pabrik pengolahan kayu terintegrasi. Pendirian

Lebih terperinci

OPTIMALISASI USAHA AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU

OPTIMALISASI USAHA AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU OPTIMALISASI USAHA AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU Akhmad Sarifudin, Djaimi Bakce, Evy Maharani Fakultas Pertanian Universitas Riau Hp: 085271968335; Email: akhmad_agb08@yahoo.com ABSTRACT The purpose

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Sistem Produksi Secara umum produksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil

Lebih terperinci

APLIKASI PROGRAM INTEGER PADA PERUMAHAN BUMI SERGAI DI SEI RAMPAH

APLIKASI PROGRAM INTEGER PADA PERUMAHAN BUMI SERGAI DI SEI RAMPAH Saintia Matematika Vol. 2, No. 1 (2014), pp. 13 21. APLIKASI PROGRAM INTEGER PADA PERUMAHAN BUMI SERGAI DI SEI RAMPAH ERLINA, ELLY ROSMAINI, HENRY RANI SITEPU Abstrak. Kebutuhan akan rumah merupakan salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menonjol terutama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi pada periode

I. PENDAHULUAN. menonjol terutama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi pada periode I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran sub sektor kehutanan pada perekonomian nasional Indonesia cukup menonjol terutama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi pada periode Pembangunan Lima Tahun Pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Industri pengolahan kayu merupakan industri yang mengolah kayu atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Industri pengolahan kayu merupakan industri yang mengolah kayu atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pengolahan kayu merupakan industri yang mengolah kayu atau bahan berkayu (hasil hutan atau hasil perkebunan, limbah pertanian dan lainnya) menjadi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Arti riset operasi (operations research) telah banyak didefinisikan oleh beberapa ahli.

BAB I PENDAHULUAN. Arti riset operasi (operations research) telah banyak didefinisikan oleh beberapa ahli. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Riset Operasi Sejak revolusi industri, dunia usaha mengalami perubahan dalam hal ukuran (besarnya) dan kompleksitas organisasi-organisasi perusahaan. Bagian yang mengalami

Lebih terperinci

PEIIEWAN MODEL GOAl '80GIIMIMIIIG DAIAM OPTlMlSI PRODUISI POLYESTER DAII FANCY PLYWOOD 01 PTJABAR UTAMA WOOD IIDUSTRY, TAN G ERAII 0 JAWABARAT

PEIIEWAN MODEL GOAl '80GIIMIMIIIG DAIAM OPTlMlSI PRODUISI POLYESTER DAII FANCY PLYWOOD 01 PTJABAR UTAMA WOOD IIDUSTRY, TAN G ERAII 0 JAWABARAT ! PEIIEWAN MODEL GOAl '80GIIMIMIIIG DAIAM OPTlMlSI PRODUISI POLYESTER DAII FANCY PLYWOOD 01 PTJABAR UTAMA WOOD IIDUSTRY, TAN G ERAII 0 JAWABARAT Oleh: ROHIDI F 28.0317 1998 JURUSAN TEKNOLOGIINDUSTRI PERT

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.

BAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam menjalankan suatu perusahaan diperlukan keputusan yang tepat dan akurat terhadap konsep biaya yang ada. Ada beberapa

Lebih terperinci

Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Produksi Crude Palm Oil dan Palm Kernel PT. Ukindo-Palm Oil Mill

Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Produksi Crude Palm Oil dan Palm Kernel PT. Ukindo-Palm Oil Mill Petunjuk Sitasi: Pasaribu, M. F., & Puspita, R. (2017). Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Produksi Crude Palm Oil dan Palm Kernel PT. Ukindo-Palm Oil Mill. Prosiding SNTI

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PROGRAM LINIER PRIMAL-DUAL DALAM MENGOPTIMALKAN PRODUKSI MINYAK GORENG PADA PT XYZ

PENERAPAN MODEL PROGRAM LINIER PRIMAL-DUAL DALAM MENGOPTIMALKAN PRODUKSI MINYAK GORENG PADA PT XYZ Saintia Matematika Vol. 1, No. 1 (2013), pp. 29 40. PENERAPAN MODEL PROGRAM LINIER PRIMAL-DUAL DALAM MENGOPTIMALKAN PRODUKSI MINYAK GORENG PADA PT XYZ Sarah Marina Gultom, Faigiziduhu Bu ulolo, Henry Rani

Lebih terperinci

ANALISA JENIS LIMBAH KAYU PADA INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN

ANALISA JENIS LIMBAH KAYU PADA INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN ANALISA JENIS LIMBAH KAYU PADA INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN THE ANALYSIS OF VARIETY OF WOOD WASTE MATERIAL FROM WOOD INDUSTRY IN SOUTH BORNEO Djoko Purwanto *) *) Peneliti Baristand Industri

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PAPAN KOMPOSIT RAMAH LINGKUNGAN DARI BAMBU, FINIR DAN LOG CORE KAYU KARET (Hevea brasiliensis (Willd.Ex A.Juss.) Mull. Arg.

PENGEMBANGAN PAPAN KOMPOSIT RAMAH LINGKUNGAN DARI BAMBU, FINIR DAN LOG CORE KAYU KARET (Hevea brasiliensis (Willd.Ex A.Juss.) Mull. Arg. PENGEMBANGAN PAPAN KOMPOSIT RAMAH LINGKUNGAN DARI BAMBU, FINIR DAN LOG CORE KAYU KARET (Hevea brasiliensis (Willd.Ex A.Juss.) Mull. Arg.) SUKMA SURYA KUSUMAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PERANAN ANALISIS SELISIH BIAYA OVERHEAD PABRIK SEBAGAI SALAH SATU ALAT PENGENDALIAN BIAYA

PERANAN ANALISIS SELISIH BIAYA OVERHEAD PABRIK SEBAGAI SALAH SATU ALAT PENGENDALIAN BIAYA PERANAN ANALISIS SELISIH BIAYA OVERHEAD PABRIK SEBAGAI SALAH SATU ALAT PENGENDALIAN BIAYA Amin Setio Lestiningsih Universitas BSI Bandung Jl. Sekolah Internasional No 1 6, Terusan Jalan Jakarta Antapani

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA PRODUKSI KAYU LAPIS STUDI KASUS PT KARYA PRIMA SENTOSA ABADI LAMPUNG ARIS DEWANTORO

ANALISIS BIAYA PRODUKSI KAYU LAPIS STUDI KASUS PT KARYA PRIMA SENTOSA ABADI LAMPUNG ARIS DEWANTORO ANALISIS BIAYA PRODUKSI KAYU LAPIS STUDI KASUS PT KARYA PRIMA SENTOSA ABADI LAMPUNG ARIS DEWANTORO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kombinasi Produk Optimum Penentuan kombinasi produksi dilakukan untuk memperoleh lebih dari satu output dengan menggunakan satu input. Hal ini

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM DAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN

KAJIAN SISTEM DAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN KAJIAN SISTEM DAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN Oleh : Rachman Effendi 1) ABSTRAK Jumlah Industri Pengolahan Kayu di Kalimantan Selatan tidak sebanding dengan ketersediaan

Lebih terperinci

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : POTENSI, KEGUNAAN DAN NILAI TAMBAH KAYU DARI HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN BOGOR

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : POTENSI, KEGUNAAN DAN NILAI TAMBAH KAYU DARI HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN BOGOR POTENSI, KEGUNAAN DAN NILAI TAMBAH KAYU DARI HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN BOGOR Oleh : Achmad Supriadi 1) ABSTRAK Industri perkayuan di Indonesia saat ini banyak mengalami kekurangan bahan baku terutama kayu

Lebih terperinci

D COSTING (Studi Kasus Pabrik Kayu Lapis. Kencana, Samarinda Kal -Tim) leh DHINA IVONE T.D JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

D COSTING (Studi Kasus Pabrik Kayu Lapis. Kencana, Samarinda Kal -Tim) leh DHINA IVONE T.D JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN TAPAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN D COSTING (Studi Kasus Pabrik Kayu Lapis Kencana, Samarinda Kal -Tim) leh DHINA IVONE T.D, JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN PROGRAM STUD1 AGRIBISNIS

Lebih terperinci

MAKSIMALISASI PROFIT DALAM PERENCANAAN PRODUKSI

MAKSIMALISASI PROFIT DALAM PERENCANAAN PRODUKSI MAKSIMALISASI PROFIT DALAM PERENCANAAN PRODUKSI Tri Hernawati Staf Pengaar Kopertis Wilayah I Dpk Fakultas Teknik Universitas Islam Sumatera Utara Medan Abstrak Profit yang maksimal merupakan tuuan utama

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Dalam setiap perusahaan berusaha untuk menghasilkan nilai yang optimal dengan biaya tertentu yang dikeluarkannya. Proses penciptaan nilai yang optimal dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan sumber daya yang dimiliki setiap negara dan keterbukaan untuk melakukan hubungan internasional

Lebih terperinci

VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK)

VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK) VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK) 6.1. Analisis Nilai Tambah Jenis kayu gergajian yang digunakan sebagai bahan baku dalam pengolahan kayu pada industri penggergajian kayu di Kecamatan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Produksi Menurut Salvatore (2001), produksi merujuk pada transformasi dari berbagai input atau sumberdaya menjadi output berupa barang atau

Lebih terperinci

Goal Programming untuk PeRencanaan Produksi Agregat dengan kendala sumber daya

Goal Programming untuk PeRencanaan Produksi Agregat dengan kendala sumber daya Goal Programming untuk PeRencanaan Produksi Agregat dengan kendala sumber daya Oleh : Kartika Megasari 1206 100 044 Dosen Pembimbing: Drs.Sulistiyo,MT Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Sub Terminal Agribisnis (STA) Rancamaya yang berlokasi di Jl. Raya Rancamaya Rt 01/01, Kampung Rancamaya Kidul, Desa Rancamaya,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pengolahan kayu merupakan salah satu sektor penunjang perekonomian di Provinsi Jawa Timur. Hal ini terlihat dengan nilai ekspor produk kayu dan barang dari

Lebih terperinci

Pengendalian Persediaan Bahan Baku dengan Model Sistem Dinamik (Studi Pada Perusahaan Furniture)

Pengendalian Persediaan Bahan Baku dengan Model Sistem Dinamik (Studi Pada Perusahaan Furniture) Pengendalian Persediaan Bahan Baku dengan Model Sistem Dinamik (Studi Pada Perusahaan Furniture) Albertus Magnus Madyana Email: mdy04@yahoo.com Penulis A. M. Madyana adalah staf pengajar di Jurusan Teknik

Lebih terperinci

LINIEAR PROGRAMMING MATEMATIKA BISNIS ANDRI HELMI M, S.E., M.M.

LINIEAR PROGRAMMING MATEMATIKA BISNIS ANDRI HELMI M, S.E., M.M. LINIEAR PROGRAMMING MATEMATIKA BISNIS ANDRI HELMI M, S.E., M.M. INTRODUCTION Masalah keputusan yang biasa dihadapi para analis adalah alokasi optimum sumber daya yang langka. Sumber daya dapat berupa modal,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KAYU LAPIS SAWIT (Characteristics of Oil Palm Plywood) Oleh/By: Jamal Balfas 1

KARAKTERISTIK KAYU LAPIS SAWIT (Characteristics of Oil Palm Plywood) Oleh/By: Jamal Balfas 1 KARAKTERISTIK KAYU LAPIS SAWIT (Characteristics of Oil Palm Plywood) Oleh/By: Jamal Balfas 1 1. Pusat Litbang Hasil Hutan, Jl. Gunung Batu No. 5 Tlp/Fax 8633378/8633413 Diterima, disetujui ABSTRACT Indonesian

Lebih terperinci

industri hilir pengolahan kayu yang menggunakan bahan baku kayu lndustri kayu lapis lndonesia di pasaran dunia mengalami

industri hilir pengolahan kayu yang menggunakan bahan baku kayu lndustri kayu lapis lndonesia di pasaran dunia mengalami I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kayu lapis merupakan salah satu produk hasil pengembangan industri hilir pengolahan kayu yang menggunakan bahan baku kayu bulatlkayu gelondongan (log). Produk ini merupakan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH BATANG SAWIT UNTUK PRODUK SOLID DAN PANIL KAYU LAPIS. Jamal Balfas

PEMANFAATAN LIMBAH BATANG SAWIT UNTUK PRODUK SOLID DAN PANIL KAYU LAPIS. Jamal Balfas PEMANFAATAN LIMBAH BATANG SAWIT UNTUK PRODUK SOLID DAN PANIL KAYU LAPIS Jamal Balfas LATAR BELAKANG Defisit kayu nasional, pabrik KL < 15%, WW < 30% Produksi HTI dan Hutan Rakyat tidak memadai Impor kayu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal luasnya, hutan tropis Indonesia menempati urutan ke-3 setelah Brazil dan

BAB I PENDAHULUAN. hal luasnya, hutan tropis Indonesia menempati urutan ke-3 setelah Brazil dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagian dari hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Dalam hal luasnya, hutan tropis Indonesia menempati urutan ke-3 setelah Brazil dan Republik

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI MENGGUNAKAN MODEL LINEAR PROGRAMMING (Studi Kasus : Usaha Kecil Menengah Kue Semprong)

OPTIMALISASI PRODUKSI MENGGUNAKAN MODEL LINEAR PROGRAMMING (Studi Kasus : Usaha Kecil Menengah Kue Semprong) OPTIMALISASI PRODUKSI MENGGUNAKAN MODEL LINEAR PROGRAMMING (Studi Kasus : Usaha Kecil Menengah Kue Semprong) Ai Nurhayati 1, Sri Setyaningsih 2,dan Embay Rohaeti 2. Program Studi Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rinadya Yoghurt yang berlokasi di Bukit Asri Ciomas Blok A5 No. 9, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

PENGARUH PENYUSUNAN DAN JUMLAH LAPISAN VINIR TERHADAP STABILITAS DIMENSI KAYU LAPIS (PLYWOOD)

PENGARUH PENYUSUNAN DAN JUMLAH LAPISAN VINIR TERHADAP STABILITAS DIMENSI KAYU LAPIS (PLYWOOD) PENGARUH PENYUSUNAN DAN JUMLAH LAPISAN VINIR ERHADAP SABILIAS DIMENSI KAYU LAPIS (PLYWOOD) Oleh Iwan Risnasari, S.Hut, M.Si UNIVERSIAS SUMAERA UARA MEDAN 2008 DAFAR ISI Halaman Kata Pengantar.. i Daftar

Lebih terperinci

JUMLAH FINIR FACE DAN CORE PADA 3 (TIGA) VARIASI DIAMETER LOG DI PT. SURYA SATRYA TIMUR CORPORATION BANJARMASIN

JUMLAH FINIR FACE DAN CORE PADA 3 (TIGA) VARIASI DIAMETER LOG DI PT. SURYA SATRYA TIMUR CORPORATION BANJARMASIN JUMLAH FINIR FACE DAN CORE PADA 3 (TIGA) VARIASI DIAMETER LOG DI PT. SURYA SATRYA TIMUR CORPORATION BANJARMASIN Oleh/By MUHAMMAD FAISAL MAHDIE Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Unlam ABSTRACT

Lebih terperinci

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Oleh: Putri Amelia 2508.100.020 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Budisantoso

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Adapun uraian tugas dan tanggung jawab setiap bagian pada PT. Tjipta Rimba Djaja dapat dilihat sebagai berikut: 1. Direktur a. Memberikan garis besar kebijaksanaan

Lebih terperinci

Oleh : ARI TRISNAWANDI NPM

Oleh : ARI TRISNAWANDI NPM PENGARUH BIAYA PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN AKTIVA TETAP TERHADAP PRODUKTIVITAS PRODUKSI (Studi Kasus Pada Perusahaan Bordir Fahmi Collection Sumelap Tasikmalaya) Oleh : ARI TRISNAWANDI NPM. 093403076 (Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara di dunia ini melakukan perdagangan antar bangsa atau yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi kebutuhan baik barang maupun

Lebih terperinci

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING BAB 3 LINEAR PROGRAMMING Teori-teori yang dijelaskan pada bab ini sebagai landasan berpikir untuk melakukan penelitian ini dan mempermudah pembahasan hasil utama pada bab selanjutnya. 3.1 Linear Programming

Lebih terperinci

Adanya indikasi penurunan kayu bulat tersebut ternyata telah disadari oleh

Adanya indikasi penurunan kayu bulat tersebut ternyata telah disadari oleh Adanya indikasi penurunan kayu bulat tersebut ternyata telah disadari oleh para produsen kayu yang menggunakan kayu bulat sebagai bahan bakunya. Untuk mencari barang substitusi dari kayu bulat tersebut,

Lebih terperinci

EFISIENSI PEMANFAATAN BAHAN BAKU KAYU LAPIS DI PT. KUTAI TIMBER INDONESIA, PROBOLINGGO-JAWA TIMUR DYKA INDIANI

EFISIENSI PEMANFAATAN BAHAN BAKU KAYU LAPIS DI PT. KUTAI TIMBER INDONESIA, PROBOLINGGO-JAWA TIMUR DYKA INDIANI EFISIENSI PEMANFAATAN BAHAN BAKU KAYU LAPIS DI PT. KUTAI TIMBER INDONESIA, PROBOLINGGO-JAWA TIMUR DYKA INDIANI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN

Lebih terperinci

Pengantar Teknik Industri TIN 4103

Pengantar Teknik Industri TIN 4103 Pengantar Teknik Industri TIN 4103 Lecture 10 Outline: Penelitian Operasional References: Frederick Hillier and Gerald J. Lieberman. Introduction to Operations Research. 7th ed. The McGraw-Hill Companies,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat

I. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat dinyatakan bahwa perekonomian Indonesia pada tahun 1997 telah mengalami kontraksi dari tahun sebelumnya,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 9 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian pembuatan CLT dengan sambungan perekat yang dilakukan di laboratorium dan bengkel kerja terdiri dari persiapan bahan baku,

Lebih terperinci

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Produksi Produksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasi masukan (input) menjadi hasil keluaran

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Untuk mengetahui dampak kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku (input) dalam industri tempe, akan digunakan beberapa teori yang berkaitan dengan hal tersebut.

Lebih terperinci

ANALISIS KOREKSI FISKAL TERHADAP LAPORAN LABA RUGI KOMERSIAL PT TIMUR JAYA NUSANTARA

ANALISIS KOREKSI FISKAL TERHADAP LAPORAN LABA RUGI KOMERSIAL PT TIMUR JAYA NUSANTARA ANALISIS KOREKSI FISKAL TERHADAP LAPORAN LABA RUGI KOMERSIAL PT TIMUR JAYA NUSANTARA NAMA: DINNI ZEVANI NPM: 22213588 JURUSAN: EKONOMI PEMBIMBING: Dr. SIGIT SUKMONO, SE., MM. LATAR BELAKANG Pajak Sistem

Lebih terperinci

Erwinsyah, Harianto, Bonar M. Sinaga & Bintang C.H. Simangunsong 1

Erwinsyah, Harianto, Bonar M. Sinaga & Bintang C.H. Simangunsong 1 DAMPAK KEBIJAKAN PROVISI SUMBERDAYA HUTAN DAN DANA REBOISASI TERHADAP KESEJAHTERAAN ( Impact of Forest Royalties and Reforestation Fund to the Welfare) 2, 1 2 4 Erwinsyah, Harianto, Bonar M. Sinaga & Bintang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Salah satu kegiatan yang termasuk dalam kegiatan pemanenan hasil hutan

PENDAHULUAN. Salah satu kegiatan yang termasuk dalam kegiatan pemanenan hasil hutan PENDAHULUAN Salah satu kegiatan yang termasuk dalam kegiatan pemanenan hasil hutan adalah pengangkutan kayu ke tempat penimbunan kayu atau ke empat pengolahan selanjutnya. Pengangkutan di dalam kegiatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal dari Tabel Input-Output Kota Bontang Tahun 2010 klasifikasi 46 sektor yang diagregasikan

Lebih terperinci

OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE DE NOVO PROGRAMMING DI PT. ASAHIMAS FLAT GLASS

OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE DE NOVO PROGRAMMING DI PT. ASAHIMAS FLAT GLASS OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE DE NOVO PROGRAMMING DI PT. ASAHIMAS FLAT GLASS Suseno Budi Prasetyo Teknik Industri-FTI-UPNV Jatim Abstraks Dalam memasuki era pasar bebas, industri

Lebih terperinci

PERENCANAAN PRODUKSI PAKAN TERNAK PADA PT ABC MENGGUNAKAN METODE LINEAR PROGRAMMING

PERENCANAAN PRODUKSI PAKAN TERNAK PADA PT ABC MENGGUNAKAN METODE LINEAR PROGRAMMING PERENCANAAN PRODUKSI PAKAN TERNAK PADA PT ABC MENGGUNAKAN METODE LINEAR PROGRAMMING Dwi Wulandhari 1), Nurhadi Siswanto 2), dan Bobby O. P. Soepangkat 3) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 29 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Pemisahan Biaya Semi variabel Dalam menerapkan analisa break even point terlebih dahulu dilakukan pemisahan biaya ke dalam unsur tetap dan unsur variabel, untuk biaya

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI FACE-CORE TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIS ORIENTED STRAND BOARD DARI BAMBU DAN ECENG GONDOK

PENGARUH KOMPOSISI FACE-CORE TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIS ORIENTED STRAND BOARD DARI BAMBU DAN ECENG GONDOK Jurnal Perennial, 2012 Vol. 8 No. 2: 75-79 ISSN: 1412-7784 Tersedia Online: http://journal.unhas.ac.id/index.php/perennial PENGARUH KOMPOSISI FACE-CORE TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIS ORIENTED STRAND

Lebih terperinci

Analisis Sensitivitas Produksi Kopi Sambung

Analisis Sensitivitas Produksi Kopi Sambung PRISMA (08) PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/ Analisis Sensitivitas Produksi Kopi Sambung Ulfasari Rafflesia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 7 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biokomposit dan pengujian sifat fisis dan mekanis dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa dan Desain

Lebih terperinci

DAYA SAING PRODUK-PRODUK INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (KELOMPOK BARANG KAYU DAN HASIL HUTAN) DI KOTA TARAKAN

DAYA SAING PRODUK-PRODUK INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (KELOMPOK BARANG KAYU DAN HASIL HUTAN) DI KOTA TARAKAN Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 1, Maret 2016 ISSN : 1412 6885 DAYA SAING PRODUK-PRODUK INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (KELOMPOK BARANG KAYU DAN HASIL HUTAN) DI KOTA TARAKAN Karmini 1 1 Dosen Jurusan Agribisnis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perencanaan produksi pada perusahaan manufaktur merupakan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perencanaan produksi pada perusahaan manufaktur merupakan aktivitas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan produksi pada perusahaan manufaktur merupakan aktivitas yang sangat penting dalam menentukan kontinuitas operasional produksi. Di dalam praktek, manajer

Lebih terperinci

Analisis Jenis data Data Sumber Cara pengumpulan. 1. Biaya tetap dan biaya variabel. Petani. 5. Harga kemenyan per unit Petani dan Pengumpul akhir

Analisis Jenis data Data Sumber Cara pengumpulan. 1. Biaya tetap dan biaya variabel. Petani. 5. Harga kemenyan per unit Petani dan Pengumpul akhir Analisis Profitabilitas dan Tataniaga Kemenyan di Desa Sampean Kabupaten Humbang Hasundutan Sumatera Utara (Profitability and Market Chain Analyses of Sumatera Benzoin at Sampean Village District of Humbang

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat di Indonesia. Sampai dengan tahun 1998, jumlah industri TPT di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pesat di Indonesia. Sampai dengan tahun 1998, jumlah industri TPT di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri tekstil merupakan salah satu industri yang berkembang cukup pesat di Indonesia. Sampai dengan tahun 1998, jumlah industri TPT di Indonesia mencapai 2.581

Lebih terperinci

OPTIMASI PROFIT PADA PRODUKSI GULA SEMUT FORTIFIKASI VITAMIN A DENGAN TIGA TINGKATAN KUALITAS GRADE DI PT. XYZ

OPTIMASI PROFIT PADA PRODUKSI GULA SEMUT FORTIFIKASI VITAMIN A DENGAN TIGA TINGKATAN KUALITAS GRADE DI PT. XYZ JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 2 No.1 ; Juni 2015 OPTIMASI PROFIT PADA PRODUKSI GULA SEMUT FORTIFIKASI VITAMIN A DENGAN TIGA TINGKATAN KUALITAS GRADE DI PT. XYZ NINA HAIRIYAH Jurusan Teknologi Industri

Lebih terperinci

I. PENDAHUL'CJAN Latar Belakang

I. PENDAHUL'CJAN Latar Belakang I. PENDAHUL'CJAN 1.1. Latar Belakang Selama tiga dekade terakhir, sumber daya hutan telah menjadi modal utama pembangunan ekonomi nasional, yang memberi dampak positif terhadap peningkatan devisa, penyerapan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

V. PRODUKSI HASIL HUTAN

V. PRODUKSI HASIL HUTAN V. PRODUKSI HASIL HUTAN V.1. Produksi Kayu Bulat Produksi kayu bulat dapat berasal dari Hutan Alam dari Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam (IUPHHK-HA) dan Izin Pemanfaatan Kayu (IPK),

Lebih terperinci

OPTIMASI CUTTING STOCK SATU DIMENSI PADA INDUSTRI PEMOTONGAN BALOK KAYU DENGAN MENGGUNAKAN METODE COLUM GENERATION TECHNIQUE

OPTIMASI CUTTING STOCK SATU DIMENSI PADA INDUSTRI PEMOTONGAN BALOK KAYU DENGAN MENGGUNAKAN METODE COLUM GENERATION TECHNIQUE ISBN:978-602-7980-9-6 OPTIMASI CUTTING STOCK SATU DIMENSI PADA INDUSTRI PEMOTONGAN BALOK KAYU DENGAN MENGGUNAKAN METODE COLUM GENERATION TECHNIQUE Nerli Khairani ], Ramlah Hidayat ] FMIPA, UNIMED nerlinst@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Fakultas Ekonomi dan BIsnis Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan BIsnis Akuntansi Akuntansi Biaya Modul ke: Latihan-Latihan Soal Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis Program Studi Akuntansi Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI www.mercubuana.ac.id Perhitungan Biaya untuk Produk Sampingan

Lebih terperinci

PENGARUH BIAYA PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN AKTIVA TETAP TERHADAP PRODUKTIVITAS PRODUKSI

PENGARUH BIAYA PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN AKTIVA TETAP TERHADAP PRODUKTIVITAS PRODUKSI PENGARUH BIAYA PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN AKTIVA TETAP TERHADAP PRODUKTIVITAS PRODUKSI (Studi Kasus Pada Perusahaan Bordir Zahrein Collection Sukamenak) Oleh : ASEP SUGIANTO 093403089 (Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

OPTIMASI PRODUKSI MEUBEL MENGGUNAKAN MODEL PEMROGRAMAN LINEAR

OPTIMASI PRODUKSI MEUBEL MENGGUNAKAN MODEL PEMROGRAMAN LINEAR OPTIMASI PRODUKSI MEUBEL MENGGUNAKAN MODEL PEMROGRAMAN LINEAR Hendy Tannady Email : htannady@bundamulia.ac.id Penulis Hendy Tannady adalah dosen di Universitas Bunda Mulia dalam bidang Manajemen Operasional

Lebih terperinci

PENERAPAN BRANCH AND BOUND ALGORITHM DALAM OPTIMALISASI PRODUKSI ROTI

PENERAPAN BRANCH AND BOUND ALGORITHM DALAM OPTIMALISASI PRODUKSI ROTI E-Jurnal Matematika Vol. 5 (4), November 2016, pp. 148-155 ISSN: 2303-1751 PENERAPAN BRANCH AND BOUND ALGORITHM DALAM OPTIMALISASI PRODUKSI ROTI Gede Suryawan 1, Ni Ketut Tari Tastrawati 2, Kartika Sari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia dilihat dari aspek kontribusinya terhadap PDB, penyediaan lapangan kerja, penyediaan penganekaragaman menu makanan,

Lebih terperinci

KAYULAPIS Teknologi dan Sertifikasi sebagai Produk Hijau

KAYULAPIS Teknologi dan Sertifikasi sebagai Produk Hijau KAYULAPIS Teknologi dan Sertifikasi sebagai Produk Hijau Penulis: : Prof. Ir. Tibertius Agus Prayitno, MFor., PhD. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2012 Hak Cipta 2012 pada penulis, Hak Cipta dilindungi

Lebih terperinci

VII. KEPUTUSAN PRODUKSI AKTUAL DAN OPTIMAL

VII. KEPUTUSAN PRODUKSI AKTUAL DAN OPTIMAL VII. KEPUTUSAN PRODUKSI AKTUAL DAN OPTIMAL 7.1 Keputusan Produksi Aktual Keputusan produksi aktual adalah keputusan produksi yang sudah terjadi di P4S Nusa Indah. Produksi aktual di P4S Nusa Indah pada

Lebih terperinci

mesin penggergajian untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi dan kualitas produk yang dihasilkan.

mesin penggergajian untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi dan kualitas produk yang dihasilkan. A. Latar Belakang Semua perusahaan diasumsikan mempunyai tujuan utama yang sama yaitu menghasilkan keuntungan disamping mempertahankan hidup (survive), memberikan manfaat yang besar kepada lingkungan masyarakat

Lebih terperinci

TITIK PULANG POKOK SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK PERUSAHAAN

TITIK PULANG POKOK SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK PERUSAHAAN TITIK PULANG POKOK SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK PERUSAHAAN Periansya Staf Pengajar Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Sriwijaya Jln. Srijaya Negara Bukit Besar Palembang-30139 ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri Indonesia bertumpu kepada minyak bumi dan gas sebagai komoditi ekspor utama penghasil

Lebih terperinci

ANALISIS LINIER PROGRAMMING UNTUK OPTIMALISASI KOMBINASI PRODUK

ANALISIS LINIER PROGRAMMING UNTUK OPTIMALISASI KOMBINASI PRODUK TechnoCOM, Vol 13, No, November 01: 3-37 ANALISIS LINIER PROGRAMMING UNTUK OPTIMALISASI KOMBINASI PRODUK Yuniarsi Rahayu 1, Bowo Nurhadiyono, Dwi Nurul Izzhati 3 1, Program Studi Teknik Informatika, Fakultas

Lebih terperinci

STUDI PENGGUNAAN PACKING PLANT PADA DISTRIBUSI SEMEN DI KALIMANTAN MENGGUNAKAN METODE TRANSSHIPMENT: STUDI KASUS PT. SEMEN GRESIK

STUDI PENGGUNAAN PACKING PLANT PADA DISTRIBUSI SEMEN DI KALIMANTAN MENGGUNAKAN METODE TRANSSHIPMENT: STUDI KASUS PT. SEMEN GRESIK STUDI PENGGUNAAN PACKING PLANT PADA DISTRIBUSI SEMEN DI KALIMANTAN MENGGUNAKAN METODE TRANSSHIPMENT: STUDI KASUS PT SEMEN GRESIK Ikhyandini GA dan Nadjadji Anwar Bidang Keahlian Manajemen Proyek Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor kehutanan di Indonesia secara komersial dan besar-besaran

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor kehutanan di Indonesia secara komersial dan besar-besaran BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan sektor kehutanan di Indonesia secara komersial dan besar-besaran mulai dilakukan pada akhir tahun 1960-an. Eksploitasi sumber daya hutan tersebut

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

OPTIMASI PROGRAM LINIER PECAHAN DENGAN FUNGSI TUJUAN BERKOEFISIEN INTERVAL

OPTIMASI PROGRAM LINIER PECAHAN DENGAN FUNGSI TUJUAN BERKOEFISIEN INTERVAL Saintia Matematika Vol. XX, No. XX (XXXX), pp. 17 24. OPTIMASI PROGRAM LINIER PECAHAN DENGAN FUNGSI TUJUAN BERKOEFISIEN INTERVAL M Khahfi Zuhanda, Syawaluddin, Esther S M Nababan Abstrak. Beberapa tahun

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Fungsi Produksi Produksi dan operasi dalam ekonomi menurut Assauri (2008) dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang berhubungan dengan usaha

Lebih terperinci