MOBlLlTAS GEOGRAFIS TENAGA KERJA WANITA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MOBlLlTAS GEOGRAFIS TENAGA KERJA WANITA"

Transkripsi

1 MOBlLlTAS GEOGRAFIS TENAGA KERJA WANITA (Kasus PT. Unitex, Bogor) Oleh IRA SAVITRI A JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1997

2 IRA SAVlTRl. Mobilitas Geografis Tenaga Kerja Wanita (di bawah bimbingan MELANI ABDULKADIR-SUNITO). Dikernbangkannya pusat-pusat industri di daerah perkotaan dan pinggiran kota rnernberikan peluang kerja bagi tenaga kerja, terrnasuk tenaga kerja wanita, yang tinggal di sekitar lokasi industri dan dari luar lokasi industri. Keadaan ini rnendorong tenaga kerja wanita yang berasal dari luar lokasi industri harus rnelakukan rnobilitas geografis untuk rnernperoleh pekerjaan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk (1) rnernperoleh garnbaran bentuk rnobilitas geografis yang dilakukan tenaga kerja wanita, (2) rnengetahui hubungan bentuk rnobilitas geografis dengan karakteristik dan rnotivasi kerja tenaga kerja wanita, dan (3) mengetahui darnpak ekonorni dan sosial akibat mobilitas tersebut. Tenaga kerja wanita pelaku rnobilitas rata-rata berusia 25 tahun dan berstatus rnenikah. Tingkat pendidikan rnigran, sirkulator dan kornuter urnurnnya setara yaitu tarnat SLTA. Rata-rata rnasa kerja kornuter lebih lama dibanding rnigran dan sirkulator, dan karena itu rata-rata pendapatan per bulan kornuter juga lebih besar. Migran dan sirkulator lebih banyak berasal dari luar Kabupaten Bogor dalarn Propinsi Jawa Barat sedangkan kornuter

3 wanita mengenai peluang kerja, sebagian besar adalah saudaranya yang bekerja sebagai karyawan PT. Unitex. Motivasi ekonomi lebih kuat mendorong tenaga kerja wanita untuk bekerja dibanding motivasi non-ekonomi. Motivasi ekonomi migran berkaitan dengan keinginan untuk menambah pendapatan keluarga sedangkan motivasi ekonomi sirkulator dan komuter terutama untuk memperoleh pendapatan. Dalam ha1 ini, motivasi ekonomi migran terkait dengan status pernikahan dimana semua migran berstatus menikah. Motivasi non-ekonomi migran beragam yaitu mengembangkan wawasan, memanfaatkan pendidikan dan menjalin hubungan sosial. Motivasi non-ekonomi sirkulator terutama adalah menjalin hubungan sosial sedangkan motivasi non-ekonomi komuter terutama mencari pengalaman. Dampak ekonomi secara umum terjadi merata pada migran, sirkulator dan komuter. Dampak sosial berupa perubahan gaya hidup dalam ha1 gaya berpakaian lebih banyak terjadi pada komuter. Perubahan model rambut terjadi merata pada migran, sirkulator dan komuter. Perubahan penggunaan aksesoris terjadi pada sirkulator dan komuter sedangkan perubahan rias wajah terjadi pada migran dan komuter. Dampak sosial berupa perubahan peranan dalam mengurus rumahtangga lebih tampak pada komuter. Perubahan hubungan sosial dengan masyarakat di daerah asal dalam ha1 perubahan frekuensi kunjungan ke rumah saudaralteman di daerah asal terjadi merata pada migran, sirkulator dan komuter sedangkan perubahan

4 partisipasi dalam kegiatan masyarakat di daerah asal lebih banyak terjadi pada sirkulator Penelitian ini memberi gambaran bahwa motivasi ekonomi menjadi penyebab utama tenaga kerja wanita melakukan rnobilitas geografis. Dampak positif dari mobilitas geografis tersebut adalah adanya pendapatan yang diperoleh tenaga kerja wanita yang juga digunakan untuk membantu orangtua dan ditabung. Berkaitan dengan kegiatan mobilitas tersebut, tenaga kerja wanita mengalami perubahan dalam gaya hidupnya, yaitu gaya berpakaian dan berdandan dimana selain faktor mobilitas, faktor perubahan waktu juga turut mernpengaruhi. Dalam ha1 perubahan peranan dalam mengurus rumahtangga, terjadi perubahan yang berkaitan dengan kegiatan kerja yang berkurang jumlahnya danlatau berubah jenisnya. Dalarn ha1 hubungan sosial dengan masyarakat di daerah asal, terjadi perubahan frekuensi kunjungan dan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat.

5 MOBlLlTAS GEOGRAFlS TENAGA KERJA WANITA (Kasus PT. Unitex, Bogor) Oleh Ira Savitri A SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian lnstitut Pertanian Bogor PROGRAM STUD1 PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2997

6

7

8

9

10

MOBlLlTAS GEOGRAFIS TENAGA KERJA WANITA

MOBlLlTAS GEOGRAFIS TENAGA KERJA WANITA MOBlLlTAS GEOGRAFIS TENAGA KERJA WANITA (Kasus PT. Unitex, Bogor) Oleh IRA SAVITRI A 27.1475 JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1997 IRA SAVlTRl. Mobilitas

Lebih terperinci

Oleh : YANTl ANGGRAlNl A

Oleh : YANTl ANGGRAlNl A HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN MOBILITAS KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) PADA ORGANlSASl PEMERINTAHAN (Kasus di Sekretariat Daerah Kota Cilegon, Provinsi Banten) Oleh : YANTl ANGGRAlNl A09499040 PROGRAM

Lebih terperinci

KEDUDUKAN WANITA BURUH INDUSTRI DAN KONTRIBUSINYA UNTUK KELUARGA

KEDUDUKAN WANITA BURUH INDUSTRI DAN KONTRIBUSINYA UNTUK KELUARGA KEDUDUKAN WANITA BURUH INDUSTRI DAN KONTRIBUSINYA UNTUK KELUARGA (Kasus Wanita Buruh lndustri di Desa Tarikolot, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh : SULASTRI A. 290454 JURUSAN ILMU-ILMU

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan kemajuan tekhnologi informasi serta

BAB l PENDAHULUAN.  Pada era globalisasi dan kemajuan tekhnologi informasi serta BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi dan kemajuan tekhnologi informasi serta desentralisasi, dituntut adanya pelayanan publik yang cepat, tepat dan akurat. Dalam program pembangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakanq. Setiap keluarga berusaha mernenuhi kebutuhan dengan menggunakan

PENDAHULUAN. Latar Belakanq. Setiap keluarga berusaha mernenuhi kebutuhan dengan menggunakan PENDAHULUAN Latar Belakanq Setiap keluarga berusaha mernenuhi kebutuhan dengan menggunakan sumberdaya yang tersedia. Karena kebutuhan semakin beragarn dan saling rnendesak untuk didahulukan, rnaka individu

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE HARGA POKOK PROSES DAN ANALISIS TlTlK IMPAS PERUSAHAAN KECAP CAP "WM" SURABAYA, JAWA TlMUR

PENERAPAN METODE HARGA POKOK PROSES DAN ANALISIS TlTlK IMPAS PERUSAHAAN KECAP CAP WM SURABAYA, JAWA TlMUR ,p PENERAPAN METODE HARGA POKOK PROSES DAN ANALISIS TlTlK IMPAS PERUSAHAAN KECAP CAP "WM" SURABAYA, JAWA TlMUR Oleh : Maria Imelda Melina A. 29.0842 JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE HARGA POKOK PROSES DAN ANALISIS TlTlK IMPAS PERUSAHAAN KECAP CAP "WM" SURABAYA, JAWA TlMUR

PENERAPAN METODE HARGA POKOK PROSES DAN ANALISIS TlTlK IMPAS PERUSAHAAN KECAP CAP WM SURABAYA, JAWA TlMUR ,p PENERAPAN METODE HARGA POKOK PROSES DAN ANALISIS TlTlK IMPAS PERUSAHAAN KECAP CAP "WM" SURABAYA, JAWA TlMUR Oleh : Maria Imelda Melina A. 29.0842 JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN dielakkan. Arus globalisasi yang bergerak cepat ke arah rnasyarakat tanpa

BAB I PENDAHULUAN dielakkan. Arus globalisasi yang bergerak cepat ke arah rnasyarakat tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mernasuki abad 21, aparatur Pernerintah Propinsi Daerah Khusus lbukota Jakarta rnenghadapi banyak tantangan yang tidak dapat dielakkan. Arus globalisasi yang bergerak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Secara konstitusional koperasi telah mendapat posisi politis

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Secara konstitusional koperasi telah mendapat posisi politis I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi memiliki kedudukan yang khusus dalam perekonomian Indonesia. Secara konstitusional koperasi telah mendapat posisi politis X yang kuat dalam UUD 1945, dan dalam

Lebih terperinci

Karya kecil ini kupersembahkan kepada Ibu dan Ayah (Abn) tercinta dan Bang Edy, Kak Ely, dan Dek Wandi.

Karya kecil ini kupersembahkan kepada Ibu dan Ayah (Abn) tercinta dan Bang Edy, Kak Ely, dan Dek Wandi. "Tulisan ini hanya sebuah karya kecil, bila anda metnbacanya untr~k pertama kali maka anda tidak akan bisa berhenti sebelum sampai pada halaman terakhir. Bila anda membacanya yang kedua kali maka anda

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan

I. PENDAHULUAN. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI SEKTOR INFORMAL DI KOTA TANGERANG :STRATEGI BERTAHAN HIDUP DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN MIGRAN

ANALISIS EKONOMI SEKTOR INFORMAL DI KOTA TANGERANG :STRATEGI BERTAHAN HIDUP DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN MIGRAN ANALISIS EKONOMI SEKTOR INFORMAL DI KOTA TANGERANG :STRATEGI BERTAHAN HIDUP DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN MIGRAN NURJANNAH YUSUF SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

BENTUK-BENTUK KELOMPOK SEBAYA REMAJA SMU DAN KAITANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR. Oleh: INDAH ARI ASTUTI A

BENTUK-BENTUK KELOMPOK SEBAYA REMAJA SMU DAN KAITANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR. Oleh: INDAH ARI ASTUTI A BENTUK-BENTUK KELOMPOK SEBAYA REMAJA SMU DAN KAITANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR (Studi pada Siswa SMUN I Jember Kabupaten Jember - Jawa Timur) Oleh: INDAH ARI ASTUTI A 31.1125 JURUSAN GIZI MASYARAKAT DAN

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA SISTEM PEMASARAN DAN LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN KAITANNYA DENGAN PENGEMBANGAN PRODUKSI RUMPUT LAUT Dl KABUPATEN LOMBOK TlMUR

ANALISIS KINERJA SISTEM PEMASARAN DAN LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN KAITANNYA DENGAN PENGEMBANGAN PRODUKSI RUMPUT LAUT Dl KABUPATEN LOMBOK TlMUR ANALISIS KINERJA SISTEM PEMASARAN DAN LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN KAITANNYA DENGAN PENGEMBANGAN PRODUKSI RUMPUT LAUT Dl KABUPATEN LOMBOK TlMUR Oleh ASRl HlDAYATl PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

A. PENDAHULUAN B. Pengetahuan dan Teknik Corective Make Up 1. Pengertian rias wajah korektif

A. PENDAHULUAN B. Pengetahuan dan Teknik Corective Make Up 1. Pengertian rias wajah korektif A. PENDAHULUAN Menikah merupakan momen khusus sebagai bentuk perayaan kasih sepasang manusia. Untuk itu berbagai persiapan direncanakan dengan seksama, tidak terkecuali rias pengantin. Setiap pengantin

Lebih terperinci

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan Analisis Data METODE PENELlTlAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini rnenggunakan rnenggunakan data sekunder yang berkaitan dengan rnasalah kerawanan pangan tahun 2004 atau 2005 serta intewensi yang telah

Lebih terperinci

Kabupaten Malang (Batu dan Poncokusumo) dan Pasuruan. (Nongkojajar) Jawa Tirnur rnerupakan daerah sentra produksi ape1

Kabupaten Malang (Batu dan Poncokusumo) dan Pasuruan. (Nongkojajar) Jawa Tirnur rnerupakan daerah sentra produksi ape1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Malang (Batu dan Poncokusumo) dan Pasuruan (Nongkojajar) Jawa Tirnur rnerupakan daerah sentra produksi ape1 (Malus sylvestris Mill.) di Indonesia. Pada daerah

Lebih terperinci

Kondisi persaingan pada saat ini telah membawa perubahan pada. konsumsi (consumer good), kondisi persaingan

Kondisi persaingan pada saat ini telah membawa perubahan pada. konsumsi (consumer good), kondisi persaingan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi persaingan pada saat ini telah membawa perubahan pada semua aspek dalam berusaha. Demikian juga dalam bisnis produk konsumsi (consumer good), kondisi persaingan

Lebih terperinci

BAB VII KEBERHASILAN MIGRAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VII KEBERHASILAN MIGRAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 62 BAB VII KEBERHASILAN MIGRAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 7.1 Keberhasilan Sosial Dan Ekonomi. 7.1.1 Keberhasilan Ekonomi Penelitian ini mengukur penilaian responden terhadap rentang ekonominya pada

Lebih terperinci

Ketahanan Pangan yaitu pencegahan dan penanganan kerawanan pangan dan gizi. Kerawanan pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan

Ketahanan Pangan yaitu pencegahan dan penanganan kerawanan pangan dan gizi. Kerawanan pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan PENDAHULUAN Latar Belakang Pangan rnerupakan kebutuhan dasar rnanusia agar dapat hidup dan beraktivitas. Kondisi terpenuhinya kebutuhan ini dikenal dengan istilah ketahanan pangan. Undang-undang No. 7

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk rnengernbangkan daerah yang. bersangkutan. Tujuan dari pernbangunan daerah adalah untuk

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk rnengernbangkan daerah yang. bersangkutan. Tujuan dari pernbangunan daerah adalah untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernbangunan daerah rnerupakan bagian dari pernbangunan nasional yang diarahkan untuk rnengernbangkan daerah yang bersangkutan. Tujuan dari pernbangunan daerah adalah untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai ternpat penyirnpanan

I. PENDAHULUAN. keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai ternpat penyirnpanan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang lndustri perbankan, khususnya bank urnurn, rnerupakan pusat dari sistern keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai ternpat penyirnpanan dana, rnernbantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Strategi pemasaran yang tepat merupakan kekuatan bagi. perusahaan dalam berhadapan langsung dengan konsumen untuk

BAB I PENDAHULUAN. Strategi pemasaran yang tepat merupakan kekuatan bagi. perusahaan dalam berhadapan langsung dengan konsumen untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang yang terlibat dalam bidang pemasaran menjadi ujung tombak dalam berhadapan langsung dengan konsumen, baik dalam usaha menawarkan barang yang dihasilkan

Lebih terperinci

POLA UMUR KAWlN PERTAMA WANITA PEDESAAN

POLA UMUR KAWlN PERTAMA WANITA PEDESAAN POLA UMUR KAWlN PERTAMA WANITA PEDESAAN ( Stodi Kasus di desa Kedung Bunder, Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon ) oleh MOHAMMAD GUNTUR JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANlAN FAKULTAS PERTANlAN

Lebih terperinci

baik pada saat maupun di luar pertemuan kelompok. Norma yang ditetapkan yang berkaitan dengan kegiatan perternuan kelompok, penggunaan dana bantuan,

baik pada saat maupun di luar pertemuan kelompok. Norma yang ditetapkan yang berkaitan dengan kegiatan perternuan kelompok, penggunaan dana bantuan, Syarifuddin, Dinamika Kelompok dan Partisipasi Anggota dalam Program lnpres Desa Tertinggal (IDT): Kasus Kelurahan Kandai Dua Dompu - Nusa Tenggara Barat. (Di bawah bimbingan: Prof. Dr. Ir. SAJOGYO, sebagai

Lebih terperinci

KERANGKA PEMlKlRAN. Jenis pengeluaran rumahtangga dapat dibagi menjadi dua kelompok besar

KERANGKA PEMlKlRAN. Jenis pengeluaran rumahtangga dapat dibagi menjadi dua kelompok besar KERANGKA PEMlKlRAN Jenis pengeluaran rumahtangga dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu pengeluaran pangan dan non pangan. Secara naluri setiap individu keluarga lebih dahulu rnernanfaatkan setiap

Lebih terperinci

POLA UMUR KAWlN PERTAMA WANITA PEDESAAN

POLA UMUR KAWlN PERTAMA WANITA PEDESAAN POLA UMUR KAWlN PERTAMA WANITA PEDESAAN ( Stodi Kasus di desa Kedung Bunder, Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon ) oleh MOHAMMAD GUNTUR JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANlAN FAKULTAS PERTANlAN

Lebih terperinci

Sejak krisis ekonorni rnelanda Indonesia tahun 1997 yang darnpaknya. sarnpai saat ini rnasih dirasakan, sektor perbankan rnengalarni rnasa-masa

Sejak krisis ekonorni rnelanda Indonesia tahun 1997 yang darnpaknya. sarnpai saat ini rnasih dirasakan, sektor perbankan rnengalarni rnasa-masa 1. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sejak krisis ekonorni rnelanda ndonesia tahun 1997 yang darnpaknya sarnpai saat ini rnasih dirasakan, sektor perbankan rnengalarni rnasamasa sangat sulit dan industri perbankan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola pembangunan ekonomi sentralistik yang telah berlangsung selama lebih dari 32 tahun telah rnernberikan darnpak yang luas bagi pernbangunan ekonomi nasional, khususnya

Lebih terperinci

$4~ 03~ PROGRAM STUD1 GlZl MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 AMELIA EKA FUR1

$4~ 03~ PROGRAM STUD1 GlZl MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 AMELIA EKA FUR1 $4~ & 03~ PERSEPSI, TINGKAT STRES, DAN STRATEGI KOPING IBU PADA KELUARGA MlSKlN PENERIMA BANTUAN LANGSUNG TUNA1 (BLT) TERHADAP KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) (Kasus di Desa Cikarawang, Kecamatan

Lebih terperinci

RESPONS ADAPTIF PETANI TERHADAP PROGRAM INTENSlFlKASi PERTANiAN

RESPONS ADAPTIF PETANI TERHADAP PROGRAM INTENSlFlKASi PERTANiAN RESPONS ADAPTIF PETANI TERHADAP PROGRAM INTENSlFlKASi PERTANiAN (Studi Kasus : Petani Padi Sawah Desa Sinurut Sakato dan Desa Tirnbo Abu Kecarnatan Talarnau, Kabupaten Pasarnan Surnatera Barat) Oieh :

Lebih terperinci

PEREMPUAN PENGUSAHA PADA INDUSTRI BORDIR (Kasus di Nagari Ulakan, Kecamatan Ulakan Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat) Oleh:

PEREMPUAN PENGUSAHA PADA INDUSTRI BORDIR (Kasus di Nagari Ulakan, Kecamatan Ulakan Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat) Oleh: PEREMPUAN PENGUSAHA PADA INDUSTRI BORDIR (Kasus di Nagari Ulakan, Kecamatan Ulakan Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat) Oleh: GADI RANTI A09400002 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLlKASl KEBIJAKAN. memiliki struktur yang searah dengan pola yang terjadi secara nasional,

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLlKASl KEBIJAKAN. memiliki struktur yang searah dengan pola yang terjadi secara nasional, VIII. KESIMPULAN DAN IMPLlKASl KEBIJAKAN 8.1. Kesirnpulan 1. Pola konsurnsi dan pengeluaran rata-rata rumahtangga di wilayah KT1 memiliki struktur yang searah dengan pola yang terjadi secara nasional,

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP PEMUKIMAN VILA INDAH PAJAJARAN, BOGOR

PERANCANGAN LANSKAP PEMUKIMAN VILA INDAH PAJAJARAN, BOGOR PERANCANGAN LANSKAP PEMUKIMAN VILA INDAH PAJAJARAN, BOGOR OLEH : AGUS HERMANA M. S. NRP A 30 1560 JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2000 Agus Hermana M. S. (A 30 1560).

Lebih terperinci

PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT RESTORAN ORIENTAL FOOD (Kasus Restoran Makisu dan Shanghai Garden di Gedung Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI

PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT RESTORAN ORIENTAL FOOD (Kasus Restoran Makisu dan Shanghai Garden di Gedung Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT RESTORAN ORIENTAL FOOD (Kasus Restoran Makisu dan Shanghai Garden di Gedung Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI DWIANA SILVI LEUNAWATI A14103669 PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. krisis ekonorni di Indonesia yang berkepanjangan, diperlukan suatu usaha

PENDAHULUAN. krisis ekonorni di Indonesia yang berkepanjangan, diperlukan suatu usaha L PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalarn usaha rnernbangkitkan sektor perekonornian rnenghadapi krisis ekonorni di Indonesia yang berkepanjangan, diperlukan suatu usaha dari seluruh lapisan rnasyarakat,

Lebih terperinci

(Studi di Desa Kebon Pedes, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat)

(Studi di Desa Kebon Pedes, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) BENTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA TIPE-TIPE KELUARGA TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI (Studi di Desa Kebon Pedes, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) Syaiful Basyri A 27.0677

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Rata-rata konsumsi daging ayam ras perkapita penduduk lndonesia. dibandingkan dengan negara Malaysia yang sudah mencapai 25,8 kg dan

I. PENDAHULUAN. Rata-rata konsumsi daging ayam ras perkapita penduduk lndonesia. dibandingkan dengan negara Malaysia yang sudah mencapai 25,8 kg dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang A.1. Konsumsi Daging Ayam Ras Rata-rata konsumsi daging ayam ras perkapita penduduk lndonesia baru mencapai 3,45 kg di tahun 2000 merupakan tingkat yang rendah bila dibandingkan

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Setiap pasangan suami isteri tentu berharap perkawinan mereka bisa

BABI PENDAHULUAN. Setiap pasangan suami isteri tentu berharap perkawinan mereka bisa BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Setiap pasangan suami isteri tentu berharap perkawinan mereka bisa langgeng hingga usia senja bahkan sampai seumur hidupnya. Kenyataan justru

Lebih terperinci

Usaha Sampingan Jasa Rias Pengantin

Usaha Sampingan Jasa Rias Pengantin Usaha Sampingan Jasa Rias Pengantin Hari pernikahan adalah hari yang sangat istimewa bagi pasangan laki laki dan perempuan. Maka dandanan pada hari itu tentulah spesial dan berbeda dengan hari hari biasanya.

Lebih terperinci

- persaingan Prirnkopti berada dalarn kuadran (star) bintang. Prirnkopti sarnpai

- persaingan Prirnkopti berada dalarn kuadran (star) bintang. Prirnkopti sarnpai RINGKASAN DlEN EVlTA HENDRIANA. ANALISIS PEMlLlHAN STRATEGI BERSAING PRlMKOPTl KOTAMADYA BOGOR SETELAH PENGHAPUSAN MONOPOLI TATANIAGA KEDELAI OLEH BULOG. (Dibawah Bimbingan NUNUNG NURYARTONO) Kedelai sebagai

Lebih terperinci

STUDI PEMBINAAN KTH DAN PENDAPATAN ANGGOTA KTH PADA PROGRAM PERHUTANAN SOSIAL DI RPH CEPUKAN, BKPH KEDAWAK UTARA, KPH NGAWI. Oleh: Firdaus Husein *)

STUDI PEMBINAAN KTH DAN PENDAPATAN ANGGOTA KTH PADA PROGRAM PERHUTANAN SOSIAL DI RPH CEPUKAN, BKPH KEDAWAK UTARA, KPH NGAWI. Oleh: Firdaus Husein *) STUDI PEMBINAAN KTH DAN PENDAPATAN ANGGOTA KTH PADA PROGRAM PERHUTANAN SOSIAL DI RPH CEPUKAN, BKPH KEDAWAK UTARA, KPH NGAWI Oleh: Firdaus Husein *) 0 PENDANULUAN Tingkat kepadatan penduduk dan pertumbuhannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam era persaingan global pada mileniurn baru, sistern pemasaran

I. PENDAHULUAN. Dalam era persaingan global pada mileniurn baru, sistern pemasaran I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era persaingan global pada mileniurn baru, sistern pemasaran langsung (direct marketing) dan penjualan langsung (direct selling) telah rnenjadi alternatif bagi

Lebih terperinci

KAJIAN PELAKSANAAN KEMITRAAN KELOMPOK TAN1 DAN KOPERASI DALAM MENGEMBANGUN USAHATANI DAN PEMASARAN KOMODITAS HORTIKULTURA

KAJIAN PELAKSANAAN KEMITRAAN KELOMPOK TAN1 DAN KOPERASI DALAM MENGEMBANGUN USAHATANI DAN PEMASARAN KOMODITAS HORTIKULTURA KAJIAN PELAKSANAAN KEMITRAAN KELOMPOK TAN1 DAN KOPERASI DALAM MENGEMBANGUN USAHATANI DAN PEMASARAN KOMODITAS HORTIKULTURA (Stud1 Kasus dl Kelompok Tan1 Pada Boga, Desa Maleber, Kecarnatan Pacet, Kabupaten

Lebih terperinci

KAJIAN PELAKSANAAN KEMITRAAN KELOMPOK TAN1 DAN KOPERASI DALAM MENGEMBANGUN USAHATANI DAN PEMASARAN KOMODITAS HORTIKULTURA

KAJIAN PELAKSANAAN KEMITRAAN KELOMPOK TAN1 DAN KOPERASI DALAM MENGEMBANGUN USAHATANI DAN PEMASARAN KOMODITAS HORTIKULTURA KAJIAN PELAKSANAAN KEMITRAAN KELOMPOK TAN1 DAN KOPERASI DALAM MENGEMBANGUN USAHATANI DAN PEMASARAN KOMODITAS HORTIKULTURA (Stud1 Kasus dl Kelompok Tan1 Pada Boga, Desa Maleber, Kecarnatan Pacet, Kabupaten

Lebih terperinci

POLA PERGERAKAN KOMUTER BERDASARKAN PELAYANAN SARANA ANGKUTAN UMUM DI KOTA BARU BUMI SERPONG DAMAI TUGAS AKHIR

POLA PERGERAKAN KOMUTER BERDASARKAN PELAYANAN SARANA ANGKUTAN UMUM DI KOTA BARU BUMI SERPONG DAMAI TUGAS AKHIR POLA PERGERAKAN KOMUTER BERDASARKAN PELAYANAN SARANA ANGKUTAN UMUM DI KOTA BARU BUMI SERPONG DAMAI TUGAS AKHIR Oleh: NOVI SATRIADI L2D 098 454 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Desa Sinar Resmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi.

Lampiran 1. Peta Desa Sinar Resmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. LAMPIRAN 93 94 Lampiran 1. Peta Desa Sinar Resmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Lampiran 2. Kuisioner Penelitian DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya intensitas kerja masyarakat kota besar di luar rumah merupakan

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya intensitas kerja masyarakat kota besar di luar rumah merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya intensitas kerja masyarakat kota besar di luar rumah merupakan gejala umum dalam kurun waktu lebih dari sepuluh tahun terakhir ini. Dengan beban kerja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dengan adanya kemajuan teknologi dan fenomena global village yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dengan adanya kemajuan teknologi dan fenomena global village yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dengan adanya kemajuan teknologi dan fenomena global village yang membuat hubungan antar manusia lebih terbuka, serta arus globalisasi membuat Indonesia,

Lebih terperinci

STUD1 TENTANG POTENSI DAN ANALISIS EKONOMI PERIKANAN KEMBUNG (Rastrelligerspp.) Dl SUNGAlLlAT BANGKA. Oleh: Rinto C

STUD1 TENTANG POTENSI DAN ANALISIS EKONOMI PERIKANAN KEMBUNG (Rastrelligerspp.) Dl SUNGAlLlAT BANGKA. Oleh: Rinto C STUD1 TENTANG POTENSI DAN ANALISIS 610 - EKONOMI PERIKANAN KEMBUNG (Rastrelligerspp.) Dl SUNGAlLlAT BANGKA Oleh: Rinto C06495074 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas

Lebih terperinci

STUD1 DlSTRlBUSl GULA PASlR DALAM UPAYA EFlSlENSl PEMASARAN. Dl KABUPATEN BOGOR. Oleh RITA ARIANI F

STUD1 DlSTRlBUSl GULA PASlR DALAM UPAYA EFlSlENSl PEMASARAN. Dl KABUPATEN BOGOR. Oleh RITA ARIANI F STUD1 DlSTRlBUSl GULA PASlR DALAM UPAYA EFlSlENSl PEMASARAN Dl KABUPATEN BOGOR Oleh RITA ARIANI F03495027 2000 JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRi INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

STUD1 DlSTRlBUSl GULA PASlR DALAM UPAYA EFlSlENSl PEMASARAN. Dl KABUPATEN BOGOR. Oleh RITA ARIANI F

STUD1 DlSTRlBUSl GULA PASlR DALAM UPAYA EFlSlENSl PEMASARAN. Dl KABUPATEN BOGOR. Oleh RITA ARIANI F STUD1 DlSTRlBUSl GULA PASlR DALAM UPAYA EFlSlENSl PEMASARAN Dl KABUPATEN BOGOR Oleh RITA ARIANI F03495027 2000 JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRi INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalarn pernbangunan ekonorni Indonesia, sektor perdagangan luar

I. PENDAHULUAN. Dalarn pernbangunan ekonorni Indonesia, sektor perdagangan luar I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Dalarn pernbangunan ekonorni Indonesia, sektor perdagangan luar negeri rnernpunyai peranan yang sangat penting. Pada periode tahun 1974-1981 surnber utarna pernbangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perkebunan merupakan salah satu sektor yang menjadi. andalan lndonesia untuk rnengail devisa dari luar dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perkebunan merupakan salah satu sektor yang menjadi. andalan lndonesia untuk rnengail devisa dari luar dalam rangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perkebunan merupakan salah satu sektor yang menjadi. andalan lndonesia untuk rnengail devisa dari luar dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat lndonesia

Lebih terperinci

Desa Ngijo yang berjumlah 87 responden. a. Umur dan Jenis Kelamin Responden. (41,38 persen). Umur responden adalah sebagai berikut:

Desa Ngijo yang berjumlah 87 responden. a. Umur dan Jenis Kelamin Responden. (41,38 persen). Umur responden adalah sebagai berikut: 74 1. Karakteristik Responden Responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Penjual Jasa yang berada di sekitar tempat pariwisata Sondokoro Desa Ngijo yang berjumlah responden. a. Umur dan Jenis

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. bidang perkebunan dan perindustrian teh dan karet dengan produksi yang

BAB l PENDAHULUAN. bidang perkebunan dan perindustrian teh dan karet dengan produksi yang BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang PT. Gunung Lingkung merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan dan perindustrian teh dan karet dengan produksi yang paling dominan saat ini adalah teh.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam kondisi persaingan dunia bisnis yang semakin ketat

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam kondisi persaingan dunia bisnis yang semakin ketat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kondisi persaingan dunia bisnis yang semakin ketat terutama persaingan yang berasal dari perusahaan sejenis, perusahaan semakin dituntut agar bergerak

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR 6.1 Karakteristik Pengunjung Karakteristik pengunjung dalam penelitian ini dilihat dari jenis kelamin, lokasi dan tempat tinggal, status

Lebih terperinci

Oleh : DlNA RATNA SARI A

Oleh : DlNA RATNA SARI A STRATEGI KELUARGA DALAM MENANGGULANGI NAIKNYA HARGA PANGAN UNTUK KONSUMSI BALITA (Kasus di Desa Pangkalan Jati, Kecamatan Limo, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat) Oleh : DlNA RATNA SARI A 30.0370 JURUSAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang besar dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang besar dalam perekonomian I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sektor pertanian mempunyai peranan yang besar dalam perekonomian nasional. Sektor tersebut telah memberikan kontribusi yang cukup besar dalam ha1 peningkatan produksi bagi

Lebih terperinci

Peran dan fungsi pemerintah pada era otonomi daerah adalah. berupa pelayanan dan pengaturan (fasilitator, regulator dan dinamisator)

Peran dan fungsi pemerintah pada era otonomi daerah adalah. berupa pelayanan dan pengaturan (fasilitator, regulator dan dinamisator) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran dan fungsi pemerintah pada era otonomi daerah adalah berupa pelayanan dan pengaturan (fasilitator, regulator dan dinamisator) antara lain dalam memperjuangkan terbitnya

Lebih terperinci

Oleh SUNARTl A

Oleh SUNARTl A FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN SUSU FORVGLA ANAK?ADA KELGARGA BERPENDAPATAN RENDAN (Kasus di Keiurahan Tegallega dan Kelurahan Babakan, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor) Oleh SUNARTl A.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Negara dapat dikatakan maju apabila memiliki sumberdaya manusia yang berkualitas. Pembangunan sumberdaya manusia sangat penting dan strategis guna menghadapi era persaingan ekonomi

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Dunia pendidikan rnerupakan wadah utarna yang paling penting bagi

BABI PENDAHULUAN. Dunia pendidikan rnerupakan wadah utarna yang paling penting bagi BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan rnerupakan wadah utarna yang paling penting bagi setiap individu untuk dapat belajar. Tujuan utarna dari pendidikan itu sendiri

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI IKAN PADA KELUARGA NELAYAN DAN BUKAN NELAYAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZl BALITA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI IKAN PADA KELUARGA NELAYAN DAN BUKAN NELAYAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZl BALITA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI IKAN PADA KELUARGA NELAYAN DAN BUKAN NELAYAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZl BALITA (Kasus di Desa Pasar Krui dan Desa Ulu Krui, Kecamatan Pesisir Tengah Krui,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI IKAN PADA KELUARGA NELAYAN DAN BUKAN NELAYAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZl BALITA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI IKAN PADA KELUARGA NELAYAN DAN BUKAN NELAYAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZl BALITA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI IKAN PADA KELUARGA NELAYAN DAN BUKAN NELAYAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZl BALITA (Kasus di Desa Pasar Krui dan Desa Ulu Krui, Kecamatan Pesisir Tengah Krui,

Lebih terperinci

FAUZAN CHALID PEMANFAATAN SABUN ASAM LEMAK MINYAK KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN'BANTU OLAH KARET FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR?!

FAUZAN CHALID PEMANFAATAN SABUN ASAM LEMAK MINYAK KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN'BANTU OLAH KARET FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR?! PEMANFAATAN SABUN ASAM LEMAK MINYAK KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN'BANTU OLAH KARET Oleh FAUZAN CHALID 1999 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR?! BOGOR FAUZAN CHALID. F03495004. PEMANFAATAN

Lebih terperinci

ANAL1SIS STRUKTUR ORGANISASI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

ANAL1SIS STRUKTUR ORGANISASI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA ANAL1SIS STRUKTUR ORGANISASI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA Oleh : Franky Mangatas Panjaitan Nrp. 9912406.2Ek PROGRAM STUD1 MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS KEKHususAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

Antar Kerja Antar Lokal (AKAL)

Antar Kerja Antar Lokal (AKAL) Antar Kerja Antar Lokal (AKAL) Konsep antar kerja antar lokal dalam analisis ketenagakerjaan ini merujuk pada mereka yang bekerja di lain kabupaten/kota dengan persyaratan waktu pulang pergi ditempuh dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Disisi lain, wisata juga dapat rnerusak suatu daerah jika tidak

I. PENDAHULUAN. Disisi lain, wisata juga dapat rnerusak suatu daerah jika tidak 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Kesadaran pernerintah akan besarnya potensi kelautan Indonesia, rnenyebabkan paradigrna pernbangunan yang selarna ini kurang rnernperhatikan sektor kelautan rnulai ditinggalkan.

Lebih terperinci

kornputer, kornunikasi, transportasi rnendorong tirnbulnya globalisasi dunia yang rnernpunyai dampak stratejik yaitu berkurangnya batasbatas

kornputer, kornunikasi, transportasi rnendorong tirnbulnya globalisasi dunia yang rnernpunyai dampak stratejik yaitu berkurangnya batasbatas 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkernbangan teknologi yang sangat pesat khususnya teknologi kornputer, kornunikasi, transportasi rnendorong tirnbulnya globalisasi dunia yang rnernpunyai dampak

Lebih terperinci

SISTEM KEPIEMIMPINAN DALAM PEMBANCUNAN MASYARAKAT Dl PEDIESAAN

SISTEM KEPIEMIMPINAN DALAM PEMBANCUNAN MASYARAKAT Dl PEDIESAAN SISTEM KEPIEMIMPINAN DALAM PEMBANCUNAN MASYARAKAT Dl PEDIESAAN STUD1 KASUS Dl DESA DURIAN DAUN, KEGAMATAN SUNGAI LIMAU, KABUVATEM PADANG PARIAMAN, PROPlNSl SUMATERA BARAT Oleh D U M A S A R I JURUSAN ILMU

Lebih terperinci

SISTEM KEPIEMIMPINAN DALAM PEMBANCUNAN MASYARAKAT Dl PEDIESAAN

SISTEM KEPIEMIMPINAN DALAM PEMBANCUNAN MASYARAKAT Dl PEDIESAAN SISTEM KEPIEMIMPINAN DALAM PEMBANCUNAN MASYARAKAT Dl PEDIESAAN STUD1 KASUS Dl DESA DURIAN DAUN, KEGAMATAN SUNGAI LIMAU, KABUVATEM PADANG PARIAMAN, PROPlNSl SUMATERA BARAT Oleh D U M A S A R I JURUSAN ILMU

Lebih terperinci

BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF. karena permintaan akan jasa salon ini sudah menjadi gaya hidup bahkan kebutuhan

BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF. karena permintaan akan jasa salon ini sudah menjadi gaya hidup bahkan kebutuhan BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF 1.1 Deskripsi Konsep Bisnis Saline adalah bisnis yang bergerak di bidang jasa salon. pemilihan bisnis tersebut karena permintaan akan jasa salon ini sudah menjadi gaya hidup bahkan

Lebih terperinci

INPRES 14/1999, PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

INPRES 14/1999, PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA Copyright (C) 2000 BPHN INPRES 14/1999, PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA *52209 INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (INPRES) NOMOR 14 TAHUN 1999 (14/1999) TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM

Lebih terperinci

DIET. Oleh. (Studi Kasus pada Keluarga Pasien Diabetes Mellitus Rumah Sakit Umum PMI Bogor) A EVI SUSANTI

DIET. Oleh. (Studi Kasus pada Keluarga Pasien Diabetes Mellitus Rumah Sakit Umum PMI Bogor) A EVI SUSANTI DIET (Studi Kasus pada Keluarga Pasien Diabetes Mellitus Rumah Sakit Umum PMI Bogor) Oleh EVI SUSANTI A 25.1274 JuRUSAN GIZI MAS ERDAUA KELUARGA 1994 RINGKASAN EVI SUSANTI. Pengeluaran Rumahtangga dan

Lebih terperinci

DIET. Oleh. (Studi Kasus pada Keluarga Pasien Diabetes Mellitus Rumah Sakit Umum PMI Bogor) A EVI SUSANTI

DIET. Oleh. (Studi Kasus pada Keluarga Pasien Diabetes Mellitus Rumah Sakit Umum PMI Bogor) A EVI SUSANTI DIET (Studi Kasus pada Keluarga Pasien Diabetes Mellitus Rumah Sakit Umum PMI Bogor) Oleh EVI SUSANTI A 25.1274 JuRUSAN GIZI MAS ERDAUA KELUARGA 1994 RINGKASAN EVI SUSANTI. Pengeluaran Rumahtangga dan

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Manusia adalah rnakhluk sosial sehingga sejak dari lahir sudah terbentuk

BABI PENDAHULUAN. Manusia adalah rnakhluk sosial sehingga sejak dari lahir sudah terbentuk BABI PENDAHULUAN 1 BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah rnakhluk sosial sehingga sejak dari lahir sudah terbentuk kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain. Pada awalnya, hubungan

Lebih terperinci

PERANAN WANlTA DALAM INDUSTRI KEG ll PENGOLAHAN PANGAN

PERANAN WANlTA DALAM INDUSTRI KEG ll PENGOLAHAN PANGAN PERANAN WANlTA DALAM INDUSTRI KEG ll PENGOLAHAN PANGAN Studi Kasus Industti Kecil Kue Simping di Kelorahaa Cipaisan, Kecarnatan Purwakarte, Kabupaten DT 11 Purwakarta, Jawa Barat Olch BUD1 UTAMl A 22 0332

Lebih terperinci

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP 65 V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP Kecamatan Cimarga merupakan salah satu kecamatan yang melaksanakan program SPP sejak diselenggarakannya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh suatu negara. Berdasarkan data BPS tahun 2010, persentase kemiskinan saat ini mencapai 13,3 persen. Kemiskinan tersebut

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan PEDOMAN WAWANCARA I. Judul Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan pada pria WNA yang menikahi wanita WNI. II. Tujuan Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pernikahan sebagai jalan bagi wanita dan laki-laki untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pernikahan sebagai jalan bagi wanita dan laki-laki untuk mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan sebagai jalan bagi wanita dan laki-laki untuk mewujudkan suatu keluarga atau rumah tangga, hal tersebut merupakan salah satu ibadah dalam agama islam dan

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. 1. Berapa kali bapak melaut dalam seminggu/sebulan? Jika tidak,bagaimana cara bapak mengatasi kekurangan?

PEDOMAN WAWANCARA. 1. Berapa kali bapak melaut dalam seminggu/sebulan? Jika tidak,bagaimana cara bapak mengatasi kekurangan? Lampiran Wawancara Di gunakan untuk membantu penelitian dilapangan dan menggali datadata atau informasi mengenai kehidupan sosial ekonomi nelayan tradisional di Desa Bagan Percut. Identitas Informan 1.

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA

ANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA ANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA WlSllNU EKA SAPUTRA A 27.1583 JURUSAN ILMU-ILMU SOSLAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA

ANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA ANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA WlSllNU EKA SAPUTRA A 27.1583 JURUSAN ILMU-ILMU SOSLAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

tanam 1987 Realisasi UHP SUTPA di desa Mariuk (Binong) 58 ha (1 16%) WK, dan 372 ha (74,44%) UHP non UPK. Di desa Sukadana, Sukatani dan Jatimulya

tanam 1987 Realisasi UHP SUTPA di desa Mariuk (Binong) 58 ha (1 16%) WK, dan 372 ha (74,44%) UHP non UPK. Di desa Sukadana, Sukatani dan Jatimulya RINGKASAN WASITO. Perspektif Jender Dalam Jaringan Komunikasi Difusi Sistem Usahatani Berbasis Padi Berwawasan Agribisnis (SUTPA) di bawah bimbingan DR.IR. AIDA VITAYALA S. HUBEIS, IR. SIT1 SUGIAH M. MUGNESYAH

Lebih terperinci

ANALISIS KONSUMSO ENERGI PADA PROSES PENGOLAMAN KELAPA SAWIT

ANALISIS KONSUMSO ENERGI PADA PROSES PENGOLAMAN KELAPA SAWIT ANALISIS KONSUMSO ENERGI PADA PROSES PENGOLAMAN KELAPA SAWIT Di PABWIK KELAPA SAWtT (Pf(S1 KERTAJAYAr PTP. XI, BANTEN SELATAN Oleh IKA SAPTO MUSTII

Lebih terperinci

POTENSI PENGEMBANGAN UBIKAYU DAN INDUSTRl TEPUNG TAPIOKA RAKYAT (ITTARA) TERHADAP PEMBANGUNAN WILAYAH LAMPUNG OLEH : ROBET ASNAWI.

POTENSI PENGEMBANGAN UBIKAYU DAN INDUSTRl TEPUNG TAPIOKA RAKYAT (ITTARA) TERHADAP PEMBANGUNAN WILAYAH LAMPUNG OLEH : ROBET ASNAWI. POTENSI PENGEMBANGAN UBIKAYU DAN INDUSTRl TEPUNG TAPIOKA RAKYAT (ITTARA) TERHADAP PEMBANGUNAN WILAYAH LAMPUNG OLEH : ROBET ASNAWI. PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTAN!AN BOGOR 2002 ABSTRAK ROBET ASNAWI.

Lebih terperinci

Formulir Pendaftaran Program Magister MB-IPB FRM-MKT-01 : 01 : 29 : 04 : 13

Formulir Pendaftaran Program Magister MB-IPB FRM-MKT-01 : 01 : 29 : 04 : 13 KELENGKAPAN PERSYARATAN LAMARAN CALON PESERTA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Fotokopi ijazah dan transkrip nilai S1 dari berbagai disiplin ilmu yang telah dilegalisir oleh Perguruan Tinggi asal, masing-masing satu

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN UNTUK NASABAH BANK BRI Responden yang terhormat, Dalam rangka penyusunan skripsi yang berjudul Pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan nasabah pada PT. BANK RAKYAT INDONESIA

Lebih terperinci

(31 mencetak sawah sekaligus melakukan peningkatan intensitas tanarn.

(31 mencetak sawah sekaligus melakukan peningkatan intensitas tanarn. WAHOMO CAHYADI. F 26.1288. Perluasan Areal Tanam di Daerah lrigasi Way Seputih Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung. Di bawah bimbingan lr. Prastowo, M. Eng Salah satu upaya untuk menjamin peningkatan

Lebih terperinci

i -w SKRIPSI DESAIN DAN UJI TEMPAT TANAM ELASTIS UNTUK TANAMAN ZUCCHINI (Cucurbifa maxima) Oleh ESTHER MAYLIANA F

i -w SKRIPSI DESAIN DAN UJI TEMPAT TANAM ELASTIS UNTUK TANAMAN ZUCCHINI (Cucurbifa maxima) Oleh ESTHER MAYLIANA F i -w SKRIPSI DESAIN DAN UJI TEMPAT TANAM ELASTIS UNTUK TANAMAN ZUCCHINI (Cucurbifa maxima) Oleh ESTHER MAYLIANA F 29.0625 1997 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANlAN INSTITUT PERTANlAN BOGOR BOGOR Esther: Mayliana.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mode atau fashion merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sejak zaman dahulu. Kebutuhan akan dunia mode atau fashion termasuk dalam

Lebih terperinci

BERDASARKAN KEPUTUSAN KEPALA BKN N O M O R : 11 TAHUN 2002 TANGGAL : 17 JUNI

BERDASARKAN KEPUTUSAN KEPALA BKN N O M O R : 11 TAHUN 2002 TANGGAL : 17 JUNI DAFTAR RIWAYAT HIDUP BERDASARKAN KEPUTUSAN KEPALA BKN N O M O R : 11 TAHUN 2002 TANGGAL : 17 JUNI 2002 2 DAFTAR RIWAYAT HIDUP KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 11 TAHUN 2002 TANGGAL : 17

Lebih terperinci

Antar Kerja Antar Daerah (AKAD)

Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) Konsep Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) merujuk pada mobilitas pekerja antar wilayah administrasi dengan syarat pekerja melakukan pulang pergi seminggu sekali atau sebulan

Lebih terperinci