BAB I PENDAHULUAN. 1. Latarbelakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1. Latarbelakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latarbelakang Sistem pemerintahan 1 dalam suatu negara dapat mengalami perubahan, bahkan dapat dikatakan tidak akan pernah bertahan kekal 2. Meskipun dari segi waktu sistem itu sudah sekian lama berjalan, atau betapapun baiknya sistem itu jika dipandang dari segi kualitasnya tetapi tetap bisa berubah. Pelaksana sistem tersebut yaitu pemerintah, pengakuan dan penerimaan dari masyarakat, serta konteks pelaksanaan sistem itu adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan perubahan. Sekitar tahun 610 Sebelum Masehi, Babilonia 3 adalah negara yang termasyur. Tetapi pemimpin - pemimpin Babilonia setelah Nebukadnezar sangat lemah. Terjadilah pergantian pemimpin dari yang satu ke yang lain dalam waktu cepat. Sampai akhirnya dibawah pimpinan Nabonidus, kerajaan Babilonia tidak dapat dipertahankan lagi dan diserahkan secara paksa oleh rakyatnya sendiri ke tangan Koresy sebagai pemimpin dan penguasa Asyur. Hal itu terjadi karena Nabonidus mengabaikan penyembahannya kepada Marduk sebagai dewa tertinggi dalam kepercayaan rakyat Babel. Sementara Koresy malah bersedia dan menyatakan keinginannya untuk menyembah Marduk. Akibat perbuatan Nabonidus tersebut rakyat membencinya dan menurunkannya dari tahta kerajaan 4. Inilah perubahan sistem pemerintahan dari sebuah negara besar 1 Sistem pemerintahan yang dimaksud dalam tulisan ini adalah cara atau prosedur suatu kebijakan dijalankan misalnya otoriter, totaliter atau demokratis. Sementara pelaksana dari kebijakan itu disebut pemerintah atau disebut juga aparat birokrasi. Bagi Arief Budiman, cara atau prosedur suatu kebijakan dijalankan disebut rejim. Hal ini dijelaskan dalam bukunya yang berjudul Teori Negara : Negara, Kekuasaan dan Ideologi, terbitan PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 1996, h Pandangan Plato tentang bentuk Negara yang diuraikan kembali oleh Soehino, dalam bukunya berjudul : Ilmu Negara, Liberti, Yogyakarta, 1980, h Babilonia telah berdiri sekitar abad 18 Sebelum Masehi. Periksa buku Ilmu Negara, oleh Soehino, Liberti, Yogyakarta, 1980, h Marduk adalah dewa kona dari kota Babilonia. Dalam mitologi penciptaan rakyat Babilonia mempercayai bahwa Marduk mendapatkan tugas untuk mengalahkan kekuatan-kekuatan dan kekacaubalauan yang diakibatkan oleh Tiamat ( Tiamat dianggap sebagai pemimpin kekacau balauan). Marduk mengalahkan 1

2 Babilonia, salah satu negara yang pernah ada di dalam sejarah manusia tetapi akhirnya dialihkan kepada penguasa negara lain. Contoh lainnya adalah Perancis. Sekitar abad 17, muncul ide - ide revolusioner untuk mengubah sistem pemerintahan yang berasal dari rakyat. Sebabnya antara lain adalah pemerintahan Perancis yang dipimpin oleh raja memegang kekuasaan secara absolut. Hak - hak yang dimiliki raja dianggap diperoleh dari Tuhan. Raja juga mensahkan dirinya sebagai ayah untuk semua rakyatnya, pemilik kerajaan serta pemilik langsung tanah di dalam kerajaan itu. Di tangan raja rakyat dipaksa menanam gandum sekali dalam dua tahun sehingga penghasilan rakyat kecil, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari - hari. Disamping itu kebijakan atas seluruh hasil pertanian oleh penguasa dalam pengumpulan pajak telah memberatkan ekonomi para petani. Rakyat yang hidup dalam keadaan demikian sangat menderita karena tidak ada kepastian dan optimisme akan masa depan. Satu abad berikutnya muncul pendatang baru dalam kerajaan Perancis yaitu kaum borjuis. Mereka berpeluang untuk bekerjasama dengan kaum ningrat dalam pemerintahan. Muncullah dua kecenderungan sistem pemerintahan yang dikenal feodal. Pemerintahan aristokrasi tersebut sangat merugikan rakyat. Hal tersebut kemudian mendorong revolusi Perancis yang terkenal 5. Sementara di kawasan Asia, pengalaman Filipina, yang mirip dengan Indonesia juga mengalami perubahan yang drastis. Ketika Ferdinad Marcos memimpin negara tersebut pemerintahannya sangat otoriter. Dalam pemerintahan Marcos, salah satu faktor yang menyebabkan munculnya ketidakpuasan rakyat adalah kesewenang - wenangan kaum industriawan dan pemilik tanah yang menguasai sebagian besar tanah di Filipina. Mereka bersekutu dengan pemerintah dalam mendominasi kehidupan rakyat. Pemerintahan Marcos menggunakan pendekatan kakuatan dan kekuasaan demi mencapai keinginannya. Di pihak lain, korupsi yang dilakukan oleh pejabat pemerintah meluas Tiamat dan dari tubuhnya ia menciptkan lagit dan bumi. Dan Babylonia diciptakan oleh Marduk sebagai tempat persidangan tahunan dewa-dewa dan menjadi tempat tinggal dewa-dewa teringgi mereka. Itulah sebabnya rakyat Babylonia ingin menyembah Marduk dengan setia. Ini dijelaskan oleh David F. Hinson dalam bukunya yang berjudul : Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab, terbitan BPK Gunung Mulia Jakarta, 2004, h Fruet Francois & Richet Denis, Revolusi Prancis, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1989, h

3 dan tidak terkontrol. Akibatnya rakyat tidak bisa menerima hal itu. Mereka mengadakan demonstrasi besar - besaran, menuntut pemerintah memperhatikan keinginan rakyatnya. Akhirnya sistem pemerintahan yang otoriter itu tumbang dan berganti ke sistem pemerintahan yang lebih demokratis dibawah Cory Aquino 6. Dari contoh negara - negara yang mengalami perubahan sistem pemerintahan tersebut di atas nampak beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan tersebut yaitu : Pertama, pemerintahan bersifat absolut. Penguasa memerintah sesuai dengan keinginannya tanpa batas. Rakyat tertindas kerenanya. Hak asasi mereka dirampas. Kebebasan berpikir dan bertindak dari rakyat dihambat oleh penguasa. Demikian juga keadilan yang tidak dapat diperoleh oleh rakyat. Kedua, pemerintahan bersifat otoriter. Meskipun hukum telah ada untuk mengatur jalannya pemerintahan tetapi tetap saja penguasa bertindak diluar hukum. Mereka melakukan korupsi keuangan negara yang seharusnya untuk kepentingan seluruh rakyat. Pemerintah memanipulasi aturan untuk kepentingannya sendiri. Rakyat sengaja dibiarkan menjadi bodoh. Tidak ada pengetahuan untuk menyadarkan rakyat dari tindakan sewenang - wenang pemerintah. Di pihak lain ketika peradaban terus bergulir, kesadaran orang akan hak - haknya makin besar. Muncul keinginan untuk bebas mengeluarkan pikiran dan pendapat (demokrasi). Keinginan untuk hidup dalam keadaan aman dan bebas dari tekanan pihak manapun. Keinginan memiliki kesejahteraan yang lebih. Itu semua membawa kepada keinginan untuk memiliki pemerintah yang berpihak kepada rakyat. Jika sistem pemerintahan yang ada tidak mampu memenuhi tuntutan tersebut terjadilah desakan untuk mengadakan perubahan. 6 Arief Budiman, Teori Negara :Negara, Kekuasaan dan Ideologi, terbitan PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 1996, h

4 2. Permasalahan Kepemimpinan Israel pada masa sebelum kerajaan, dikenal sebagai sistem suku - suku yang independen yang lalu berubah menjadi sistem persatuan antar suku. Kemudian hari sistem itu berubah lagi menjadi sebuah negara yang dipimpin oleh seorang raja. Teks I Samuel 8 mengungkap awal mula berdirinya sistem kerajaan di Israel. Tetapi teks ini tidak menunjukkan alasan - alasan yang cukup memuaskan ada atas perubahan sistem pemerintahan di Israel itu. Teks tidak memberikan penjelasan apakah memang para hakim yang memerintah Israel tidak mampu lagi menjalankan tugas kepemimpinannya sehingga harus digantikan. Teks juga tidak menjelaskan apakah ada tekanan politik dari pihak luar sebagai faktor yang terkadang mengharuskan suatu negara mengubah sistem pemerintahannya. Juga tidak ada indikasi adanya krisis ekonomi sebagai akibat sistem pemerintahan yang lemah. Tidak pernah ada bukti bahwa para hakim melakukan pelanggaran terhadap kepercayaan Israel sebagaimana yang dilakukan Nabonidus raja Babel yang tidak mau menyembah Marduk. Atau bahwa para hakim mempraktekkan kepemimpinan absolut yang menyengsarakan rakyat seperti pemerintahan Perancis sebelum revolusi. Tidak dijelaskan apakah para hakim memerintah dengan otoriter, seperti halnya dengan pemerintahan Ferdinand Marcos dan Soeharto. Maka ada tanda tanya sehubungan dengan ditetapkannya sistem kerajaan sebagai pengganti sistem persekutuan antar suku di bawah pimpinan para hakim. Teks alkitab hanya menyebutkan adanya ketidakberesan dalam keluarga Eli dan Samuel. Meski layak jika rakyat meragukan kepemimpinan anakanak Eli yang korup dan anak-anak Samuel yang kurang baik (entah apa yang mereka perbuat). Tetapi untuk menuntut perubahan total dari sistem pemerintahan adalah hal yang terkesan berlebihan. 3. Tujuan Penulisan Berdasarkan permasalahan di atas penulis ingin : memeriksa mengapa teks I Samuel 8 tidak memuat kejelasan - kejelasan tersebut. Apakah memang teks ini sudah dibalut dengan kepentingan untuk mengedepankan keunggulan ideologi kerajaan? 4

5 4. Judul Skripsi Ideologi Pembentukan Kerajaan Israel Kritik Ideologi Terhadap Teks I Samuel 8: Penjelasan Judul Istilah ideologi diperkenalkan dalam dunia biblika sebagai alternatif dari istilah teologi yang dipandang kurang mewakili sisi sosio - politik. Jika teologi adalah pemikiran yang semata-mata agama, maka ideologi mengkaitkan apa yang nampaknya bersifat agama tersebut dengan konteks sosio -politik. Pandangan ini mengasumsikan bahwa tidak ada pemikiran agama yang berada di luar kerangka sosiologi dan kepentingan politis tertentu. Tentang ideologi sendiri ada banyak definisi yang berkembang. Dalam hubungannya dengan penafsiran Alkitab misalnya, ada ideologi yang bersifat pejoratip tetapi ada juga yang positip. Sifat pejoratip ideologi diartikan sebagai kesadaran palsu. Hal ini terjadi jika pandangan yang bersifat parsial dianggap sebagai kebenaran menyeluruh 7. Kesadaran palsu bagi Robert Setio, terjadi jika orang tidak mampu membedakan antara bayangannya sendiri dengan yang sesungguhnya. 8 Pengertian ideologi yang lebih positip didefinisikan sebagai sistem ide, nilai dan cara pandang yang datang dari keyakinan pribadi komunitas atau masyarakat tertentu 9 atau lebih dikenal dengan istilah falsafah. Ideologi dapat memotivasi seseorang atau kelompok untuk bertindak demi mencapai sesuatu yang dianggapnya penting. Ideologi secara positip demikianlah yang penulis pahami dalam tulisan ini. Selanjutnya sehubungan dengan judul yang ditetapkan dalam tulisan ini, kata pembentukan yang dimaksud menunjuk pada hal-hal yang menyebabkan sesuatu 7 Jojor Silalahi dalam Tesisnya yang berjudul : Ideologi Sentralisme, Kritik Ideologi terhadap Sentralisme Ibadah Yosia dalam II Raja-raja dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia, Duta Wacana, Yogyakarta, 2005, h Robert Setio, Manfaat Kritik Ideologi bagi Pelayanan Gereja, dalam Penuntun: Jurnal Teologi dan Gereja, Vol. 5, No.20, 2004, h G. A. Yee, Ideological Critisism, dalam Dictionary of Biblical Interpretation, John H. Hayes (General Edit.), Abingdon Press, h

6 terbentuk. Dengan demikian, ideologi pembentukan kerajaan Israel berarti ideologi apa yang menyebabkan kerajaan Israel terbentuk Pendekatan Kritik Ideologi Dalam penyelidikan yang dilakukan oleh para ahli Perjanjian Lama terhadap teks yang ada di dalam alkitab ditemukan bahwa penulis di dalam menulis teks tidak terlepas dari ideologi tertentu. Ideologi yang dimiliki penulis dinampakkan dalam gambarangambaran yang bersifat khas tentang realita. Oleh Robert P Carroll penggambaran ini disebut representasi 10. Melalui representasi itu penulis berusaha mempengaruhi pembaca untuk menyetujui ideologinya dan menentang ideologi yang lain. Dan dengan demikian teks yang dihasilkan oleh penulis itu juga mengandung ideologi tertentu. Akan menjadi masalah jika teks yang ada tidak menampakkan sikap yang dapat dipertanggungjawabkan secara etis. Robert Setio 11 memberikan contoh dalam kasus Yeremia yang dengan serta merta menganggap Hananya sebagai nabi palsu. Informasi yang ada di dalam teks telah memposisikan Hananya sebagai nabi palsu tanpa ada kriteria jelas yang memenuhi syarat untuk tuduhan itu. Sebab bisa terjadi bahwa hanya karena Hananya berbeda pendapat dengan Yeremia lalu Hananya diklaim sebagai nabi palsu. Lalu pembaca tanpa mempertanyakan ulang secara kritis dan menggali teks lebih dalam, menganggap pernyataan Yeremia sebagai sesuatu yang dapat dibenarkan. Tetapi sesungguhnya teks yang demikian bisa disebut tidak fair dan bermasalah. Dalam permasalahan seperti inilah kritik ideologi dapat membantu menanggapinya. Jadi ada tiga sasaran penyelidikan dengan menggunakan kritik ideologi yaitu : penulis, teks dan pembaca. Secara jelas G. A. Yee merincinya dalam tiga bagian yaitu 12 : 1. Konteks sejarah dengan ideologi yang ada didalamnya yang menghasilkan teks oleh penulis tertentu 2. Ideologi yang dihasilkan oleh teks itu sendiri 10 Lebih jelas dapat dibaca dalam Artikel yang ditulis Robert P. Carroll dengan judul On Representation In The Bible : An Ideologiekritik Approach, dalam Journal of Northwest Language 20/2, (1994), h Robert Setio, h G. A. Yee, Ideological Critysism, dalam John H. Hayes (General Edit.), Dictionary of Biblical Interpretation, Abingdon Press, h

7 3. Pengguna teks, yaitu pembaca yang hidup dalam masyarakat yang berbeda tetapi yang dimotivasi dan didesak oleh ideologi tertentu. 5. Hipotesis Penulis ideologi kerajaan telah menggambarkan kerajaan sebagai sebuah sistem pemerintahan yang sudah seharusnya. 6. Metode Penelitian Dalam menggunakan kritik ideologi sebagai penafsiran alkitab, langkah - langkah yang dilakukan adalah 13 : Penyelidikan terhadap penulis teks meliputi: - Siapa yang berperan dalam penulisan teks - Bagaimana teks dapat mencerminkan kepentingan penulisnya. Penyelidikan terhadap teks : - Mencari tahu apakah sikap yang seharusnya atau yang dikehendaki dan yang menjadi kenyataan. - Bagaimana teks menggambarkan perbedaan yang timbul antara yang seharusnya dan yang menjadi kenyataan. Dalam penelitian terhadap pembaca atau penafsir : - Mencari tahu apakah penafsir menyadari nuansa dan kepentingan penulis tersebut 13 Catatan matakuliah Hermeneutik Perjanjian Lama oleh Robert Setio, pada Fakultas Teologi Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta, Semester Ganjil 2006/

8 7. SISTEMATIKA PENULISAN BAB I Menjelaskan latarbelakang, permasalahan, tujuan penulisan, judul, hipotesis, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II Penyelidikan terhadap kelompok yang berperan dalam penulisan Akitab, yaitu menyelidiki kelompok siapa yang berperan dalam penulisan teks, khususnya zaman kerajaan dan apa yang menjadi ideologinya. BAB III Penyelidikan terhadap teks, yaitu menemukan ideologi yang ada di dalam teks, menyelidiki bagaimana ideologi tersebut dipropagandakan, serta tanggapan terhadap teks. BAB IV Refleksi teologis terhadap persoalan yang muncul di dalam teks. BAB V Kesimpulan dan relevansi. 8

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Permasalahan Di dalam dogma Kristen dinyatakan bahwa hanya karena anugerah Allah di dalam Yesus Kristus, manusia dapat dibenarkan ataupun dibebaskan dari kuasa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kebebasan merupakan hal yang menarik bagi hampir semua orang. Di Indonesia, kebebasan merupakan bagian dari hak setiap individu, oleh karena itu setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari Taurat, para Nabi, dan Tulisan-tulisan, atau yang diringkas sebagai Tanak Taurat,

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari Taurat, para Nabi, dan Tulisan-tulisan, atau yang diringkas sebagai Tanak Taurat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kitab suci Ibrani atau yang biasa disebut oleh orang kristen, Alkitab perjanjian Lama terdiri dari Taurat, para Nabi, dan Tulisan-tulisan, atau yang diringkas sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seringkali kita mendengar dan membaca bahwa negara kita yaitu negara Indonesia adalah negara yang beragama. Dikatakan demikian, karena pada umumnya setiap warga negara

Lebih terperinci

BAB SATU P E N D A H U L U A N. memenuhi kebutuhan hidupnya. Bagi masyarakat Indonesia yang merupakan negara

BAB SATU P E N D A H U L U A N. memenuhi kebutuhan hidupnya. Bagi masyarakat Indonesia yang merupakan negara BAB SATU P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan salah satu elemen yang penting bagi hidup manusia. Setiap manusia akan memaknai tanah bagi dirinya sendiri berdasarkan pengalaman-pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lih. Kis 18:1-8 2 The Interpreter s Dictionary of the Bible. (Nashville : Abingdon Press, 1962). Hal. 682

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lih. Kis 18:1-8 2 The Interpreter s Dictionary of the Bible. (Nashville : Abingdon Press, 1962). Hal. 682 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Rasul Paulus merupakan salah seorang rasul yang berperan sangat penting dalam kelahiran dan pertumbuhan jemaat Kristen mula-mula, terutama bagi kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-ku. 1

BAB I PENDAHULUAN. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-ku. 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Jangan ada padamu allah lain di hadapan-ku. 1 Hukum pertama dari Dasa Titah di atas seolah mengikat bangsa Israel ke dalam sebuah perjanjian dengan Yahweh.

Lebih terperinci

Filipina: Perubahan Tanpa Ideologi Mendasar

Filipina: Perubahan Tanpa Ideologi Mendasar Filipina: Perubahan Tanpa Ideologi Mendasar Arief Budiman * DALAM ilmu sosial, ada dua pandangan besar yang menjelaskan suatu perubahan masyarakat. Pertama, pandangan yang menyatakan perubahan disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Eka Darmaputera, Menuju Teologi Kontekstual Di Indonesia, dalam Eka Darmaputera (peny.), Konteks

BAB I PENDAHULUAN. 1 Eka Darmaputera, Menuju Teologi Kontekstual Di Indonesia, dalam Eka Darmaputera (peny.), Konteks BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam tulisannya yang berjudul Menuju Teologi Kontekstual Di Indonesia 1, Eka Darmaputera memaparkan tentang pentingnya teologi kontekstual dengan bertolak dari keprihatinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat oleh

BAB I PENDAHULUAN. menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat oleh BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Masalah Hidup bersama dalam masyarakat merupakan hakekat manusia sebagai makhluk sosial. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu

Lebih terperinci

BAB V REFLEKSI TEOLOGIS

BAB V REFLEKSI TEOLOGIS BAB V REFLEKSI TEOLOGIS Menurut Kejadian 1:27, 1 pada dasarnya laki-laki dan perempuan diciptakan dengan keunikan masing-masing. Baik laki-laki dan perempuan tidak hanya diberikan kewajiban saja, namun

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I Pendahuluan. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Permasalahan 1.1 Penjelasan Umum Sebagai individu maupun makhluk sosial, manusia tidak terlepas dari peraturan dan hukum yang berlaku di sekitarnya. Dalam hubungannya

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sejak manusia pertama (Adam) jatuh ke dalam dosa, seperti dikisahkan pada kitab Kejadian dari Alkitab Perjanjian Lama, maka pintu gerbang dunia terbuka

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara akan persoalan Perjamuan Kudus maka ada banyak sekali pemahaman antar jemaat, bahkan antar pendeta pun kadang memiliki dasar pemahaman berbeda walau serupa.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan. a. Tanah dalam kehidupan manusia.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan. a. Tanah dalam kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan. a. Tanah dalam kehidupan manusia. Keberadaan tanah tidak terlepas dari manusia, demikian juga sebaliknya keberadaan manusia juga tidak terlepas dari tanah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Permasalahan.

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Permasalahan. BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Permasalahan. Keadaan Indonesia beberapa tahun terakhir ini sering mengalami masa krisis, misalnya saja krisis di bidang ekonomi, politik, keamanan

Lebih terperinci

Penulis : Yohanes Tema : Yesus, Putra Allah. Tanggal Penulisan: M Latar Belakang

Penulis : Yohanes Tema : Yesus, Putra Allah. Tanggal Penulisan: M Latar Belakang SUPLEMEN MATERI KHOTBAH PELKAT 10 11 MARET 2017 Penulis : Yohanes Tema : Yesus, Putra Allah Tanggal Penulisan: 80-95 M Latar Belakang YOHANES 4 : 27 54 Injil Yohanes adalah unik di antara keempat Injil.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pada saat ini, bangsa Indonesia dilanda dan masih berada di tengah-tengah krisis yang menyeluruh, krisis multidimensi. Kita dilanda oleh krisis politik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Seperti diketahui bersama bahwa dalam kehidupan orang Kristen saat ini, gereja adalah sebuah identitas yang sangat penting bagi orang-orang percaya kepada

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBINAAN ROHANI TERHADAP KEAKTIFAN KAUM MUDA DALAM PELAYANAN DI GEREJA KRISTEN HOLISTIK JEMAAT SERENITY MAKASSAR SKRIPSI

PENGARUH PEMBINAAN ROHANI TERHADAP KEAKTIFAN KAUM MUDA DALAM PELAYANAN DI GEREJA KRISTEN HOLISTIK JEMAAT SERENITY MAKASSAR SKRIPSI PENGARUH PEMBINAAN ROHANI TERHADAP KEAKTIFAN KAUM MUDA DALAM PELAYANAN DI GEREJA KRISTEN HOLISTIK JEMAAT SERENITY MAKASSAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat dalam Menyelesaikan Stratum

Lebih terperinci

Prinsip Kepemimpinan Ul.1:9-18 Ev. Gito T.W.

Prinsip Kepemimpinan Ul.1:9-18 Ev. Gito T.W. Prinsip Kepemimpinan Ul.1:9-18 Ev. Gito T.W. Bulan Oktober kita merayakan hari Reformasi. Reformasi ini tidak hanya di dalam gereja, tetapi juga di dunia. Reformasi tidak terjadi di bidang tertentu saja.

Lebih terperinci

Surat-surat Am DR Wenas Kalangit

Surat-surat Am DR Wenas Kalangit Surat-surat Am DR Wenas Kalangit 22 Januari 2008 Jakarta 1 Surat-surat Ibrani dan Am Catatan Umum Delapan surat terakhir dalam PB disebut juga dengan nama: Surat-surat Am atau Umum. Disebut demikian karena

Lebih terperinci

KONSEP KEADILAN SOSIAL DALAM AMOS 6:1-7, DALAM PERSPEKTIF TEORI KEADILAN

KONSEP KEADILAN SOSIAL DALAM AMOS 6:1-7, DALAM PERSPEKTIF TEORI KEADILAN KONSEP KEADILAN SOSIAL DALAM AMOS 6:1-7, DALAM PERSPEKTIF TEORI KEADILAN TESIS Diajukan kepada Program Pascasarjana Magister Sosiologi Agama Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Oleh: RISON BEEH 752014018

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam Perjanjian Baru terdapat empat Kitab Injil Yang menuliskan tentang kehidupan Yesus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam Perjanjian Baru terdapat empat Kitab Injil Yang menuliskan tentang kehidupan Yesus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam Perjanjian Baru terdapat empat Kitab Injil Yang menuliskan tentang kehidupan Yesus Kristus, keempat injil ini adalah Injil Matius, Markus, Lukas dan

Lebih terperinci

UKDW. BAB I Pendahuluan

UKDW. BAB I Pendahuluan BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permasalahan Hidup yang penuh berkelimpahan merupakan kerinduan, cita-cita, sekaligus pula harapan bagi banyak orang. Berkelimpahan seringkali diartikan atau setidaknya

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik.

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik. BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Dalam bab IV ini akan dipaparkan suatu refleksi teologis tentang PAK dalam keluarga dengan orang tua beda agama. Refleksi teologis ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu PAK keluarga

Lebih terperinci

A. PERMASALAHAN DAN ALASAN PEMILIHAN JUDUL

A. PERMASALAHAN DAN ALASAN PEMILIHAN JUDUL BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN DAN ALASAN PEMILIHAN JUDUL A.1. Pluralitas Agama di Indonesia Pluralitas agama merupakan sebuah realita yang wajib digumuli. Berbagai agama besar yang pemeluknya tersebar

Lebih terperinci

UKDW. Bab I PENDAHULUAN

UKDW. Bab I PENDAHULUAN Bab I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah 1.1 Krisis Dalam Pelayanan Jemaat Dalam kehidupan dan pelayanan jemaat tak pernah luput dari krisis pelayanan. Krisis dapat berupa perasaan jenuh dan bosan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konsep tentang panggilan sudah ada sejak jaman Israel kuno seiring dengan pengenalan mereka tentang Allah. Misalnya panggilan Tuhan kepada Abraham (Kej 12:

Lebih terperinci

Allah Adalah Pola Bagi Hidup Kita

Allah Adalah Pola Bagi Hidup Kita Allah Adalah Pola Bagi Hidup Kita Banyak negara yang memiliki peribahasa seperti "Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga." Suatu hal yang menarik tentang keluarga ialah kemiripan antara anggotaanggota

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 Latar Belakang Masalah Merdeka adalah bebas (dari perhambaan, penjajahan); tidak terkena atau lepas dari tuntutan; tidak terikat, tidak bergantung kepada atau pihak

Lebih terperinci

PENDIDIKAN DAN PEMBEBASAN DALAM PANDANGAN PAULO FREIRE

PENDIDIKAN DAN PEMBEBASAN DALAM PANDANGAN PAULO FREIRE PENDIDIKAN DAN PEMBEBASAN DALAM PANDANGAN PAULO FREIRE Pandangan Freire tentang Netralitas Kelompok Netralitas yang memiliki ideologi yang sama Netralitas gereja yang berkaitan dengan sejarah dan politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kajian

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kajian BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kajian Sejak lahir manusia mempunyai hak dan kebebasan untuk merealisasikan hidupnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hak didefinisikan sebagai kekuasaan untuk

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanpa pretensi untuk mengecilkan peran kelompok lain dari masyarakat yang turut bergerak dalam panggung perubahan sosial, peran mahasiswa merupakan unsur yang seolah

Lebih terperinci

Otentisitas Alkitab vs Quran

Otentisitas Alkitab vs Quran Otentisitas Alkitab vs Quran Dengan berjalannya waktu dan Muslim mengadakan kontak dengan orang Kristen dan Yahudi dan memiliki kesempatan untuk membaca Alkitab, perlahan-lahan Muslim menyadari bahwa isi

Lebih terperinci

KONSEP PANGGILAN PELAYANAN BERDASARKAN YEREMIA 1:4-19 DAN IMPLIKASINYA BAGI HAMBA TUHAN MASA KINI SKRIPSI

KONSEP PANGGILAN PELAYANAN BERDASARKAN YEREMIA 1:4-19 DAN IMPLIKASINYA BAGI HAMBA TUHAN MASA KINI SKRIPSI KONSEP PANGGILAN PELAYANAN BERDASARKAN YEREMIA 1:4-19 DAN IMPLIKASINYA BAGI HAMBA TUHAN MASA KINI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Dalam Menyelesaikan Stratum Satu (S1) Program Studi

Lebih terperinci

Revelation 11, Study No. 39 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 39, oleh Chris McCann

Revelation 11, Study No. 39 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 39, oleh Chris McCann Revelation 11, Study No. 39 in Indonesian Language Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 39, oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pemahaman Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan Seksualitas merupakan pemberian dari Allah. Artinya bahwa Allah yang membuat manusia bersifat seksual. Masing-masing pribadi merupakan makhluk seksual

Lebih terperinci

@UKDW BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG MASALAH

@UKDW BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG MASALAH Berhadapan langsung dengan perkembangan ekonomi pasar global, tentunya masyarakat Indonesia bukanlah masyarakat yang posisinya berada di luar lingkaran praktekpraktek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Selain sebagai persekutuan orang-orang percaya, gereja dalam bentuknya adalah sebagai sebuah organisasi. Sebagaimana sebuah organisasi, maka gereja membutuhkan

Lebih terperinci

PENDAPAT TERPISAH HAKIM ZEKIA

PENDAPAT TERPISAH HAKIM ZEKIA Saya menyetujui, dengan segala hormat, bagian pengantar keputusan terkait prosedur dan fakta dan juga bagian penutup tentang dengan penerapan Pasal 50 (pas. 50) dari Konvensi terhadap kasus ini. Saya juga

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!.

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. 1 Ucapan Petrus dalam suatu dialog dengan Yesus ini mungkin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Pengertian berat sebelah yang dimaksud dalam skripsi ini adalah memahami teks, realitas kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Pengertian berat sebelah yang dimaksud dalam skripsi ini adalah memahami teks, realitas kehidupan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Beberapa tahun belakangan ini, dunia dikejutkan dengan fenomena teroris. Semua orang merasa terancam dan diselimuti ketakutan. Bukan saja karena dampak dari serangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Pekabaran Injil adalah tugas dan tanggung jawab gereja di tengah dunia. Gereja dipanggil untuk menjadi pekabar Injil (kabar sukacita, kabar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup panjang yang disebut Injil. Karangan-karangan yang panjang itu bercerita tentang seorang

BAB I PENDAHULUAN. cukup panjang yang disebut Injil. Karangan-karangan yang panjang itu bercerita tentang seorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Teks Membuka Kitab Suci Perjanjian Baru, kita akan berjumpa dengan empat karangan yang cukup panjang yang disebut Injil. Karangan-karangan yang panjang itu bercerita

Lebih terperinci

BAB IV MEWARISKAN IMAN DENGAN TELADAN SUATU REFLEKSI TEOLOGIS TERHADAP TRADISI PIRING NAZAR

BAB IV MEWARISKAN IMAN DENGAN TELADAN SUATU REFLEKSI TEOLOGIS TERHADAP TRADISI PIRING NAZAR BAB IV MEWARISKAN IMAN DENGAN TELADAN SUATU REFLEKSI TEOLOGIS TERHADAP TRADISI PIRING NAZAR Keluarga adalah salah satu konteks atau setting Pendidikan Agama Kristen yang perlu diperhatikan dengan baik,

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP 5.1. KESIMPULAN. Teologi feminis dibangun berdasarkan keprihatinan terhadap kaum perempuan.

BAB 5 PENUTUP 5.1. KESIMPULAN. Teologi feminis dibangun berdasarkan keprihatinan terhadap kaum perempuan. BAB 5 PENUTUP 5.1. KESIMPULAN Teologi feminis dibangun berdasarkan keprihatinan terhadap kaum perempuan. Beberapa ahli yang bekecimpung di dalam gerakan teologi feminis mendefenisikan teologi feminis yang

Lebih terperinci

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA 1. BPUPKI dalam sidangnya pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 membicarakan. a. rancangan UUD b. persiapan kemerdekaan c. konstitusi Republik Indonesia Serikat

Lebih terperinci

Mengapa memberitakan Injil? Kis.14:15-18 Ev. Jimmy Pardede, M.A.

Mengapa memberitakan Injil? Kis.14:15-18 Ev. Jimmy Pardede, M.A. Mengapa memberitakan Injil? Kis.14:15-18 Ev. Jimmy Pardede, M.A. Hari ini kita akan melihat mengapa kita harus memberitakan Injil Tuhan? Mengapa harus repot-repot mengadakan kebaktian penginjilan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pada bulan Juli 2010 Indonesia kembali dilanda bencana alam. Beberapa tempat di Indonesia yang dilanda gempa diantaranya Palangkaraya, Labuhan Batu, dan kota

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I I. LATAR BELAKANG Ada sebuah percakapan menarik antara Chuang Tzu, seorang pemikir mistik dan banyak belajar dari Lao Tzu, dengan Hui Tzu, seorang ahli logika yang tergabung dalam Aliran Namanama

Lebih terperinci

REKONTRUKSI IDENTITAS PEREMPUAN DALAM 1 KORINTUS 14 : DARI PERSPEKTIF POSKOLONIAL PEREMPUAN KRISTEN JAWA

REKONTRUKSI IDENTITAS PEREMPUAN DALAM 1 KORINTUS 14 : DARI PERSPEKTIF POSKOLONIAL PEREMPUAN KRISTEN JAWA REKONTRUKSI IDENTITAS PEREMPUAN DALAM 1 KORINTUS 14 : 34 40 DARI PERSPEKTIF POSKOLONIAL PEREMPUAN KRISTEN JAWA Tesis Diajukan kepada Program Pasca Sarjana Magister Sosiologi Agama Universitas Kristen Satya

Lebih terperinci

Berkenalan dengan Kitab Wahyu DR Wenas Kalangit

Berkenalan dengan Kitab Wahyu DR Wenas Kalangit Berkenalan dengan Kitab Wahyu DR Wenas Kalangit 19 Februari 2008 Jakarta 1 Berkenalan dengan Kitab Wahyu Sedikit tentang Sastra Apokaliptik Kitab terakhir dalam Alkitab bernama: Wahyu. Ini sebetulnya adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam pengajaran gereja sakramen disebut sebagai salah satu alat pemelihara keselamatan bagi umat Kristiani. Menurut gereja-gereja reformasi hanya ada dua sakramen,

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang. Dalam perkembangan sejarah kekristenan sejak pelayanan Tuhan Yesus sampai zaman

BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang. Dalam perkembangan sejarah kekristenan sejak pelayanan Tuhan Yesus sampai zaman BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Dalam perkembangan sejarah kekristenan sejak pelayanan Tuhan Yesus sampai zaman sekarang, kekristenan hampir selalu diperhadapkan pada berbagai tekanan dan tantangan.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan Perkawinan adalah bersatunya dua orang manusia yang bersama-sama sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Setiap manusia memiliki hak yang sama untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (stratifikasi sosial), yang mana terdiri dari kelas atas, kelas menengah dan

BAB I PENDAHULUAN. (stratifikasi sosial), yang mana terdiri dari kelas atas, kelas menengah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum dalam setiap komunitas masyarakat memiliki struktur sosial yang mengkategorikan anggota masyarakatnya ke dalam kelas sosialnya masingmasing (stratifikasi

Lebih terperinci

Eksposisi Surat 1 Petrus: Penerima Surat 1Pet.1:1 2 Ev. Calvin Renata

Eksposisi Surat 1 Petrus: Penerima Surat 1Pet.1:1 2 Ev. Calvin Renata Eksposisi Surat 1 Petrus: Penerima Surat 1Pet.1:1 2 Ev. Calvin Renata Tidak seperti surat rasul Paulus yang ditujukan kepada satu jemaat, Petrus langsung menuliskan suratnya untuk ke-5 jemaatnya. Suratnya

Lebih terperinci

Daniel Pasal 1. Pdt Gerry CJ Takaria

Daniel Pasal 1. Pdt Gerry CJ Takaria Daniel Pasal 1 Ruler of The Babylonian Empire Nabopolassar (Ayah Nebukadnezar) 625-605 BC 19 th Nebuchadnezzar 604-562 BC 42 th Evil Merodoch (Anak Nebukadnezar) 561-560 BC 1 th Neriglisar (Menantu Nebukadnezar)

Lebih terperinci

PANCASILA PANCASILA DAN IDEOLOGI DUNIA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.

PANCASILA PANCASILA DAN IDEOLOGI DUNIA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi. PANCASILA Modul ke: PANCASILA DAN IDEOLOGI DUNIA Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA ABSTRACT Menjelaskan ideologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin modern dan maju secara tidak langsung menuntut setiap orang untuk mampu bersaing dalam mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

BAB IV KESEPAKATAN ANTARA SUKU-SUKU DI ISRAEL DENGAN DAUD DALAM 2 SAMUEL 5:1-5 PERBANDINGANNYA DENGAN KONTRAK SOSIAL MENURUT JEAN JACQUES ROUSSEAU

BAB IV KESEPAKATAN ANTARA SUKU-SUKU DI ISRAEL DENGAN DAUD DALAM 2 SAMUEL 5:1-5 PERBANDINGANNYA DENGAN KONTRAK SOSIAL MENURUT JEAN JACQUES ROUSSEAU BAB IV KESEPAKATAN ANTARA SUKU-SUKU DI ISRAEL DENGAN DAUD DALAM 2 SAMUEL 5:1-5 PERBANDINGANNYA DENGAN KONTRAK SOSIAL MENURUT JEAN JACQUES ROUSSEAU Pada dasarnya kesepakatan yang dimaksudkan dalam bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan Di dalam organisasi 1 setiap individu mendapatkan peranan. Paling tidak ada dua peran individu dalam organisasi, yaitu peran sebagai pemimpin dan peran

Lebih terperinci

Etika Sosial. Dosen : Rudy Wawolumaja Disiapkan: Ferly David, M.Si

Etika Sosial. Dosen : Rudy Wawolumaja Disiapkan: Ferly David, M.Si Etika Sosial Dosen : Rudy Wawolumaja Disiapkan: Ferly David, M.Si Bagian I PANDANGAN TENTANG INDIVIDU DAN MASYARAKAT 1. INDIVIDUALISME Nilai tertinggi manusia adalah perkembangan dan kebahagiaan individu.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latarbelakang Pluralitas agama merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat lagi dihindari atau disisihkan dari kehidupan masyarakat umat beragama. Kenyataan akan adanya pluralitas

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan UKDW

BAB I Pendahuluan UKDW BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Gereja abad pertama terdiri dari berbagai lapisan masyarakat. Lapisan itu berbeda sesuai dengan status sosial dan pekerjaan dalam masyarakat. Mereka bekerja sebagai

Lebih terperinci

NEGARA SISTEM PEMERINTAHAN KEKUASAAN, WEWENANG, LEGITIMASI LEMBAGA POLITIK

NEGARA SISTEM PEMERINTAHAN KEKUASAAN, WEWENANG, LEGITIMASI LEMBAGA POLITIK NEGARA SISTEM PEMERINTAHAN KEKUASAAN, WEWENANG, LEGITIMASI LEMBAGA POLITIK IDENTIFIKASI MANUSIA HIDUP : 1. CONFORMITAS KERJASAMA 2. ANTAGONISTIS PERTENTANGAN Negara organisasi dalam suatu wilayah dapat

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia 68 BAB IV KESIMPULAN Pasca berakhirnya perang saudara di Spanyol pada tahun 1939, Francisco Franco langsung menyatakan dirinya sebagai El Claudilo atau pemimpin yang menggunakan kekuasaannya dengan menerapkan

Lebih terperinci

1. Persiapan. A. Sumber. B. Apa yang dikatakan tentang Toleransi. C. Kemanakah Toleransi ini tertuju

1. Persiapan. A. Sumber. B. Apa yang dikatakan tentang Toleransi. C. Kemanakah Toleransi ini tertuju Pelajaran 13 HIDUP DI SINI DAN SEKARANG: TOLERANSI Kebebasan untuk semua? 28 Maret 2015 1. Persiapan A. Sumber Kisah 17:16-34 Yohanes 10:16 Yesaya 56:6, 7 "Di dunia itu disebut Toleransi, tapi di neraka

Lebih terperinci

Bible Conference Yogyakarta Daniel. Hidup Bagi Allah di Bawah Tekanan Zaman

Bible Conference Yogyakarta Daniel. Hidup Bagi Allah di Bawah Tekanan Zaman Bible Conference Yogyakarta 2015 Daniel Hidup Bagi Allah di Bawah Tekanan Zaman Tekanan untuk Ikut Arus Bag. 1 Daniel adalah manusia bagi zamannya, yang dipakai Allah dengan luar biasa menjadi terang yang

Lebih terperinci

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain.

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain. TUHAN? Gagasan manusia tentang Tuhan memiliki sejarah, karena gagasan itu selalu mempunyai arti yang sedikit berbeda bagi setiap kelompok manusia yang menggunakannya di berbagai periode waktu. Gagasan

Lebih terperinci

Majelis Pusat Gereja Pantekosta di Indonesia

Majelis Pusat Gereja Pantekosta di Indonesia HERMENEUTIKA Dari KPP SAB Beji, 8-12 September 08 HERMENEUTIKA Oleh: Pdt. Drs. Yos Hartono, S.Th. A. Pendahuluan Salah satu pertanyaan penting dalam hermeneutika adalah mengapa kita perlu menafsirkan ayat-ayat

Lebih terperinci

d. Hak atas kelangsungan hidup. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan Berkembang.

d. Hak atas kelangsungan hidup. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan Berkembang. BAB II PEMBAHASAN A. Hak Dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Menurut UUD 1945. Sebagaimana telah ditetapkan dalam UUD 1945 pada pasal 28, yang menetapkan bahwa hak warga negara dan penduduk untuk berserikat

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Permasalahan Pertumbuhan iman

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Permasalahan Pertumbuhan iman Bab I Pendahuluan Latar Belakang Permasalahan Pertumbuhan iman merupakan sebuah konsep yang telah lama ada dan berkembang diantara orang-orang percaya. Umumnya mereka selalu menghubungkan konsep pertumbuhan

Lebih terperinci

RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI ANWAR ILMAR

RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI ANWAR ILMAR RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Memberitakan Injil dalam wacana kekristenanan dipandang sebagai tugas dan tanggung jawab melanjutkan misi Kristus di tengah dunia. Pemahaman

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan. Gereja dalam kehidupan kekristenan menjadi tempat dan sarana orang-orang percaya kepada Kristus, berkumpul dan saling mendorong antara orang yang satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki karakter. Karakter yang dimiliki seseorang berbeda dengan karakter yang dimiliki orang lain. Karakter, didefinisikan oleh Robby I. Chandra, sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan di kota saat ini mulai dipenuhi dengan aktivitas yang semakin padat dan fasilitas yang memadai. Kenyataan tersebut tidak dapat dipungkiri oleh gereja-gereja

Lebih terperinci

GRAP AI TEOLOGI: Kumpulan Tulisan-Tulisan Teologi

GRAP AI TEOLOGI: Kumpulan Tulisan-Tulisan Teologi GRAP AI TEOLOGI: Kumpulan Tulisan-Tulisan Teologi OLEH NOEL GHOTA PRIMA BAYU SURBAKTI Nida Dwi Karya Publishing 2014 GRAP AI TEOLOGI Oleh: Noel Ghota Prima Bayu Surbakti Copyright 2014 by Noel Ghota Prima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) BAB I PENDAHULUAN The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

Lebih terperinci

Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia.

Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #1 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #1 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penginjilan merupakan salah satu dimensi yang esensial dari misi Kristen. Gereja bertanggungjawab untuk mewartakan injil ke seluruh dunia, untuk memberitakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam catatan sejarah maupun tidak, baik yang diberitakan oleh media masa maupun yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Hal-hal kecil yang ada di sekitar kita sering sekali terabaikan. Kita lebih terfokus pada hal-hal yang kita anggap lebih besar. Kita beranggapan demikian

Lebih terperinci

Yang penting di sini ialah ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus.

Yang penting di sini ialah ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus. Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #28 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #28 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Spiritualitas adalah istilah yang agak baru yang menandakan kerohanian atau hidup rohani. Spritualitas bisa juga berarti semangat kerohanian atau jiwa kerohanian.

Lebih terperinci

HUKUM. (peran agama Kristen dalam rangka penegakan hukum yang adil dan benar).

HUKUM. (peran agama Kristen dalam rangka penegakan hukum yang adil dan benar). HUKUM (peran agama Kristen dalam rangka penegakan hukum yang adil dan benar). 1.KOMPETENSI SUBTANSI KAJIAN 2.INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI 1.Menganalisis situasi penegakan hukum di Indonesia saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keberadaannya. Dari ajaran resmi yang dituangkan di dalam Pokok-

BAB I PENDAHULUAN. dengan keberadaannya. Dari ajaran resmi yang dituangkan di dalam Pokok- BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Identifikasi Permasalahan Sebagai salah satu penerus tradisi Gereja Reformasi, Gereja Kristen Jawa (GKJ) memiliki ajaran iman yang sangat mendasar sehubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Dr. H. Hadiwijono, Iman Kristen, Jakarta Pusat: BPK Gunung Mulia, 1979, hlm

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Dr. H. Hadiwijono, Iman Kristen, Jakarta Pusat: BPK Gunung Mulia, 1979, hlm BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dewasa ini pertanyaan perihal Siapa Allah? merupakan bagian dari sebuah problematika yang sangat sensitif begitu pun ketika kita berbicara mengenai iman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Tuhan Allah menyatakan diri sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto dalam

Lebih terperinci

PENGARUH KEARIFAN LOKAL TERHADAP SIKAP ETNIS NIAS DALAM MENGHADAPI PARA PENDATANG DI KOTA GUNUNGSITOLI

PENGARUH KEARIFAN LOKAL TERHADAP SIKAP ETNIS NIAS DALAM MENGHADAPI PARA PENDATANG DI KOTA GUNUNGSITOLI PENGARUH KEARIFAN LOKAL TERHADAP SIKAP ETNIS NIAS DALAM MENGHADAPI PARA PENDATANG DI KOTA GUNUNGSITOLI TESIS Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Oleh:

Lebih terperinci

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Raja Tampan yang Bodoh

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Raja Tampan yang Bodoh Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Raja Tampan yang Bodoh Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh: Janie Forest Disadur oleh: Lyn Doerksen Diterjemahkan oleh:

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEILMUAN

BAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEILMUAN BAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEILMUAN 8.1. Kesimpulan 1. Selama abad ke-15 hingga ke-19 terdapat dua konsep pusat yang melandasi politik teritorial di Pulau Jawa. Kedua konsep tersebut terkait dengan

Lebih terperinci

PELAYANAN ANAK. PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak

PELAYANAN ANAK. PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak PENDAHULUAN Allah tertarik pada anak-anak. Haruskah gereja berusaha untuk menjangkau anak-anak? Apakah Allah menyuruh kita bertanggung jawab terhadap anak-anak?

Lebih terperinci

NABI DAN FUNGSINYA Para nabi yang digunakan Allah adalah manusia yang tidak jauh berbeda dengan kita. Di bawah ini kita akan mempelajari sedikit latar

NABI DAN FUNGSINYA Para nabi yang digunakan Allah adalah manusia yang tidak jauh berbeda dengan kita. Di bawah ini kita akan mempelajari sedikit latar NABI DAN FUNGSINYA NABI DAN FUNGSINYA Para nabi yang digunakan Allah adalah manusia yang tidak jauh berbeda dengan kita. Di bawah ini kita akan mempelajari sedikit latar belakang, kehidupan, dan kepribadian

Lebih terperinci

Raja Tampan yang Bodoh

Raja Tampan yang Bodoh Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Raja Tampan yang Bodoh Penulis: Edward Hughes Digambar oleh: Janie Forest Diterjemahkan oleh: Widi Astuti Disadur oleh: Lyn Doerksen Cerita 18 dari 60 www.m1914.org

Lebih terperinci

WAHYU 17 PENGHAKIMAN ATAS BABEL

WAHYU 17 PENGHAKIMAN ATAS BABEL WAHYU 17 PENGHAKIMAN ATAS BABEL PENDAHULUAN Wahyu 17:1 Salah satu dari ketujuh malaikat yang membawa tujuh malapetaka membawa berita putusan terhadap Babel, pelacur besar. Hukuman terhadapnya akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, dan membimbing seseorang untuk mengembangkan potensinya

Lebih terperinci