BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah
|
|
- Indra Gunardi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Pekabaran Injil adalah tugas dan tanggung jawab gereja di tengah dunia. Gereja dipanggil untuk menjadi pekabar Injil (kabar sukacita, kabar gembira) 1 tentang kasih karunia yang telah dinyatakan oleh Tuhan Yesus Kristus. Gereja diutus untuk mengabarkan Kabar sukacita itu ke semua bangsa di seluruh dunia. Pekabaran Injil yang merupakan salah satu unsur kesaksian (marturia) dalam Tri Dharma gereja berjalan beriringan dengan pelayanan (diakonia) dan koinonia (persekutuan). Tri Dharma gereja itu dilaksanakan sebagai bentuk misi 2 gereja di tengah dunia. Ketiga unsur misi tersebut tidak dapat dipisahkan. 3 Tetapi perjalanan sejarah gereja memperlihatkan bahwa ketiga unsur misi ini cenderung berjalan secara terpisah. Pekabaran Injil hanya dianggap sebagai kesaksian dan cenderung berdiri sendiri tanpa pelayanan dan persekutuan. Hal ini dapat dilihat melalui strategi pekabaran Injil yang pernah dijalankan gereja, yaitu: 4 1. Pekabaran Injil yang bersifat memaksa, yaitu pekabaran Injil yang berusaha membuat orang lain menjadi kristen dengan menggunakan cara apapun termasuk paksaan dan kekerasan. Pekabaran Injil ini lebih memfokuskan diri pada unsur kesaksian. 1 Berasal dari bahasa Yunani yaitu evangelion yang berarti kabar baik. J.D. Douglas (Peny), Ensiklopedi Alkitab Masa Kini. YKBK: Jakarta, hlm Misi berasal dari bahasa latin Missio yang berarti mengutus dan mengirim. Edmund Woga, Dasardasar Missiologi. Kanisius: Jojakarta, hlm.13 3 Uwe Hummel, Strategi misi di Indonesia meyongsong abad ke-21. Dalam BALITBANG PGI, Agama dalam Dialog. BPK Gunung Mulia: Jakarta, hlm Sda, hlm.217
2 2 2. Pekabaran Injil ke dalam, yaitu pekabaran Injil yang mementingkan pelayanannya pada kemapanan gereja. Pelayanan difokuskan untuk memuaskan anggota gereja. 3. Pekabaran Injil ke luar, yaitu pekabaran Injil yang tidak hanya memfokuskan pelayanannya hanya ke dalam gereja akan tetapi juga melayani orang-orang yang berada di luar gereja yang memerlukan pertolongan gereja. Gereja melayani orang-orang yang menderita karena kemiskinan, kekerasan, ketidakadilan dan korban ketamakan. Gereja yang hadir di tengah masyarakat Indonesia seharusnya memperhatikan konteks yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia. Gereja tidak dapat berdiam diri bagaikan sebuah kastil yang dipisahkan dengan dunia luar oleh parit besar. Gereja sebenarnya Tahu akan konteks masyarakat yang ada di sekitarnya, akan tetapi gereja sering sekali tidak berbuat apa-apa. Pekabaran Injil adalah Kabar Gembira yang harus disampaikan oleh gereja lewat tindakan nyata dengan melihat konteks masyarakat Indonesia sebagai bagian dari pergumulan dan pelayanan gereja. Sebagaimana pendapat Singgih bahwa konteks masyarakat Indonesia yang dihadapi oleh gereja-gereja adalah kemiskinan yang parah dan masalah-masalah pluralitas religius. 5 Berdasarkan pendapat ini, Singgih menekankan bahwa konteks kemiskinan dan pluralitas agama sebagai konteks masalah yang terjadi di Indonesia. Pendapat ini tentunya belum mewakili semua permasalahan yang ada dalam masyarakat Indonesia, akan tetapi permasalahan ini merupakan salah satu dari berbagai konteks permasalahan yang penting untuk diperhatikan oleh gereja. Mendekati persoalan konteks kemiskinan dan pluralitas agama sebagai konteks pergumulan masyarakat Indonesia, berbagai teori dan ide bermunculan sebagai bentuk upaya mencari solusi. Salah satu idea yang mengemuka dan 5 E. G. Singgih, Berteolgi dalam Konteks. BPK Gunung Mulia Jakarta Kanisius: Jogjakarta, hlm
3 3 menjadi perdebatan akhir-akhir ini adalah idea Civil Society. Civil Society sebagai suatu istilah yang baru, menjadi bagian dari diskusi-diskusi ilmiah, ceramahceramah dan debat politik para tokoh masyarakat, maupun tokoh-tokoh agama. Civil society merupakan suatu idea bentuk masyarakat yang ideal. Civil society menggambarkan suatu keadaan masyarakat yang sopan dan toleran, memiliki kemadirian dan dapat menyelesaikan masalah tanpa kekerasan. 6 Nilainilai yang terkandung dalam civil society itu dianggap cocok sebagai solusi bagi konteks masyarakat Indonesia yang tengah bergumul dalam masalah kemiskinan yang parah dan pluralitas religius. Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (selanjutnya disingkat GPIB) merupakan salah satu gereja yang hadir di tengah masyarakat Indonesia. Konteks kemiskinan dan pluralitas religius tentunya juga menjadi bagian dari pergumulan gereja GPIB sebagai bagian dari gereja-gereja yang hadir di Indonesia, dan bagian dari masyarakat Indonesia. Bentuk kehadiran dari GPIB di tengah masyarakat Indonesia sebagai bagian dari masyarakat adalah misi Pekabaran Injil. Jika mengacu bentuk pelaksanaan Pekabaran Injil, maka seharusnya GPIB benar-benar menyatakan Kabar Gembira ke tengah masyarakat Indonesia dengan menjawab konteks pergumulan kemiskinan dan pluralitas religius. Akan tetapi pekabaran Injil akan menjadi Kabar buruk jika GPIB maupun gereja-gereja lain tidak menjawab konteks kemiskinan dan pluralitas religius dengan melihat Pekabaran Injil sebagai upaya untuk memaksa atau berupaya mengkristenkan orang lain. Pemahaman Pekabaran Injil yang seperti ini akan menyebabkan timbulnya rasa saling mencurigai, keresahan, bahkan dapat menimbulkan konflik horizontal di tengah masyarakat. Pekabaran Injil seperti ini menjadi Kabar meresahkan bagi masyarakat. 7 6 Bernard Adeney-Risakotta, Membangun Gereja ke arah Civil Society. PENUNTUN: Jurnal Teologi dan Gereja, vol 5 No 17, GKI Jabar, hlm Weinata Sairin, Menghidupi Angin Perubahan. BPK Gunung Mulia: Jakarta, hlm.13
4 4 A.2. Rumusan masalah GPIB memahami bahwa pekabaran Injil merupakan hakekat dari gereja. 8 GPIB menganggap bahwa pekabaran Injil adalah tugas dan tanggung jawab yang sangat penting bagi gereja di tengah dunia. Pekabaran Injil dipandang sebagai ciri khas dari gereja, sebab tanpa melaksanakan pekabaran Injil, gereja tidak dapat menyebut dirinya sebagai gereja. Pelaksanaan Pekabaran Injil oleh GPIB tentunya juga berhadapan dengan konteks kemiskinan dan pluralitas religius masyarakat Indonesia. Merespon konteks kemiskinan dan pluralitas religius, tampaknya GPIB perlu melibatkan diri untuk melihat idea Civil Society sebagai salah satu solusi membentuk masyarakat yang ideal dan menyesuaikan konsep Pekabaran Injil yang seharusnya dikerjakannya. Civil society secara umum dianggap sebagai suatu bentuk masyarakat yang ideal bagi masyarakat Indonesia, karena Civil society merupakan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dan kesopanan, masyarakat yang mandiri dalam kelompok/lembaga sebagai Pengingat negara jika melanggar batas-batas keadilan, masyarakat yang dapat menyelesaikan masalah tanpa kekerasan. Jika melihat berbagai peristiwa yang telah terjadi di masyarakat Indonesia seperti konflik-konflik, kekerasan, pelanggaran HAM, ketidakadilan, penderitaan, sangat jelas memberikan gambaran bahwa masyarakat Indonesia belum mencapai bentuk masyarakat yang ideal. Maka nilai-nilai yang seharusnya diperjuangkan untuk membentuk suatu masyarakat Indonesia yang ideal adalah membangun nilai-nilai civil society. Pada titik ini istilah civil society merupakan suatu bentuk cita-cita bersama dan upaya-upaya yang konkret untuk membangun masyarakat Indonesia yang ideal. Unsur-unsur pembentuk civil society adalah lembaga-lembaga masyarakat, kelompok sosial masyarakat, perkumpulan-perkumpulan masyarakat, termasuk di 8 S. W. Lontoh dkk (peny), Bahtera Guna Dharma GPIB. BPK Gunung Mulia: Jakarta, hlm.
5 5 dalamnya adalah gereja. Kebersamaan unsur-unsur ini dalam membangun nilainilai civil society di dalam masyarakat sangat diperlukan dan menentukan tercapainya tidaknya civil society sebagai bentuk cita-cita masyarakat bersama. Itu sebabnya mengapa kebersamaan menjadi suatu bentuk kesadaran yang seharusnya dimiliki oleh setiap unsur-unsur masyarakat tersebut. Keterlibatan gereja dalam membentuk civil society sebagai suatu bentuk kesadaran sangat penting sebagaimana rumusan kalimat paragraf di atas. Gereja perlu melibatkan diri dalam membentuk civil society. Herbert bahkan berpendapat bahwa gereja merupakan unsur vital dalam pembentukan civil society. 9 Karena Kabar Gembira yang diusung oleh gereja juga menghendaki nilai-nilai toleransi, kesopanan dan kemandirian sebagaimana nilai-nilai yang diperjuangkan dalam membentuk civil society. Mengacu pembahasan di atas, GPIB juga memiliki kesadaran untuk membangun nilai-nilai masyarakat yang berpadanan dengan civil society. GPIB telah merumuskan suatu konsep Pekabaran Injil yang disebut Pelayanan dan Kesaksian (selanjutnya disingkat PELKES) yang berupaya merespon konteks masyarakat Indonesia. GPIB menyadari bahwa masyarakat Indonesia berupaya menuju masyarakat yang toleran dan sopan, dan GPIB mau memberi perhatian dalam keragaman hidup beragama, melayani orang-orang miskin dan korban ketidakadilan. 10 GPIB menghendaki pembentukan suatu kemandirian yang menuntut sikap kritis terhadap pemerintah jika melanggar batas-batas ketidakdilan dan penyelesaian masalah tanpa kekerasan. Berdasarkan keterangan di atas dapat dilihat bahwa upaya-upaya yang dilakukan oleh GPIB memperlihatkan suatu kesadaran kebersamaan yang juga menghendaki terwujudnya masyarakat civil society bagi Indonesia. GPIB sebagai gereja yang missioner berusaha memberikan kontribusi konkret bagi kemajuan 9 David Herbert, Religion and Civil Society. Ashgate Publishing Limited: Hampshire England hlm Sebagaimana pembahasan pada Bab II
6 6 masyarakat, gereja, dan bangsa Indonesia. 11 Bentuk kesadaran ini memungkinkan GPIB untuk aktif memperlihatkan kontribusi dan partisipasinya dalam membentuk masyarakat Indonesia menuju civil society dan menyatakan Kabar Gembira gereja bagi masyarakat Indonesia. Berdasarkan gambaran permasalahan di atas maka penulis merumuskan pokok-pokok permasalahan yang perlu dikaji lebih dalam berdasarkan konsep PELKES yang dikerjakan GPIB, yaitu: 1. Penulis ingin mengkaji sejauh mana GPIB menyusun konsep PELKES dalam konteks masyarakat Indonesia. Apakah konsep yang telah disusun oleh GPIB memperhatikan konteks masyarakat Indonesia? Oleh sebab itu sebelum mencapai pembahasan ini, penulis terlebih dahulu membahas konteks masyarakat Indonesia. 2. Civil society merupakan suatu masyarakat yang memiliki nilai-nilai sopan dan toleran, kemandirian dan tanpa kekerasan. Gambaran civil society ini patut untuk diperjuangkan dalam konteks masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu, penulis juga akan mengkaji sejauh mana konsep PELKES GPIB itu memperjuangkan nilai-nilai civil society sebagai tantangan bersama masyarakat Indonesia. Apakah konsep PELKES GPIB telah mengandung nilai-nilai civil society tersebut?. 3. Konsep hanya berbicara pada tataran dan ide sebagai gambaran awal. Konsep itu dilaksanakan dalam suatu program atau rencana-rencana. GPIB memiliki program kerja bidang PELKES GPIB. Program kerja itu seharusnya mencerminkan konsep yang telah disusun sebelumnya. Oleh sebab itu, Penulis juga akan mengkaji kesesuaian antara konsep PELKES GPIB dan program kerja bidang PELKES GPIB dalam mencapai civil society. Program kerja yang akan dikaji oleh penulis yaitu program kerja 11 PKUPPG GPIB Jangka Panjang II ( ) hlm.iv
7 7 bidang PELKES GPIB tahun Program kerja ini dianggap masih hangat untuk dikaji kesesuaiannya dengan nilai-nilai civil society. B. Rumusan Judul B.1. Rumusan Judul Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah dijelaskan di atas, maka penulis melanjutkan skripsi ini dengan judul: Mengkaji Konsep Pekabaran Injil GPIB dalam Konteks Masyarakat Indonesia dalam mewujudkan Civil Society B.2. Alasan Pemilihan Judul 1. Pembahasan ini menarik bagi penulis karena pekabaran Injil di Indonesia yang merupakan tugas dan tanggungjawab gereja harus melihat dengan cermat konteks masyarakat Indonesia. 2. Pembahasan ini masih baru dan belum dibahas dalam satu tulisan skripsi. 3. Pembahasan ini bermanfaat bagi penulis untuk melihat sejauh mana konsep pekabaran Injil yang dilakukan gereja memberikan perhatiannya pada konteks masyarakat Indonesia. 4. Dengan pembahasan ini penulis memiliki harapan gereja menyadari pekabaran Injil dalam konteks di mana gereja hadir.
8 8 C. Metode Pembahasan C.1. Metode Pembahasan Metode pembahasan yang digunakan oleh penyusun dalam penulisan skripsi ini adalah metode penulisan deskriptif-analitif. Deskriptif dimaksudkan untuk memaparkan/menggambarkan bahan-bahan yang berkaitan dengan pembahasan secara tertulis dan konkret sebagai langkah awal sebelum masuk dalam analitif. Pada bagian analitif, penulis mengkaji dan mengolah data-data berdasarkan bahan-bahan yang telah dipaparkan sebelumnya. C.2. Metode Pengumpulan Bahan Penyusun menggunakan metode studi pustaka yaitu pengumpulan bahanbahan dengan kajian literatur (buku-buku, jurnal-jurnal) yang berkaitan dengan pembahasan dan pengamatan terhadap konsep PELKES GPIB dan program kerja bidang PELKES GPIB dilihat berdasarkan Tata Gereja dan PKUPPG ((Penetapan kebijakan Umum Panggilan dan Pengutusan Gereja). D. Sistematika Pembahasan BAB I Pendahuluan Pada bagian ini berisi hal-hal yang mendasar meliputi latar belakang permasalahan, pokok permasalahan, rumusan judul, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. BAB II Konsep Pekabaran Injil GPIB dan Konteks Masyarakat Indonesia
9 9 Pada bagian ini penulis menjelaskan tentang pengertian pekabaran Injil (Dasar, subyek, obyek dan sifat-sifatnya. Setelah itu akan melanjutkan pembahasan terhadap Konsep Pekabaran Injil GPIB. Setelah pembahasan tentang pekabaran Injil secara umum dan mengkhususkan pemahaman pekabaran Injil dimengerti oleh GPIB, maka penulis menguraikan konteks masyarakat Indonesia. BAB III Konsep PELKES GPIB Menuju Masyarakat Civil Society Pada bagian ini penulis menguraikan civil society (sejarah, pemahaman dari tokoh-tokoh yang berasal dari berbagai kalangan). Penulis juga akan mengkaji Konsep PELKES GPIB dan program kerja bidang PELKES GPIB dalam partisipasinya untuk menuju civil society. BAB IV Gereja bagi Orang Lain Bagian ini berisi refleksi teologis dengan melihat sumbangan pemikiran Dietrich Bonhoeffer terhadap konsep PELKES GPIB dan program kerja bidang PELKES GPIB BAB V Kesimpulan dan saran Pada bagian akhir penulisan ini penyusun merumuskan suatu kesimpulan dari semua yang sudah penyusun paparkan pada bagian-bagian sebelumnya kemudian penyusun akan memberikan saran bagi pemahaman pekabaran Injil dalam masyarakat yang majemuk dalam GPIB sebagai pekabar Injil di tengah masyarakat Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Memberitakan Injil dalam wacana kekristenanan dipandang sebagai tugas dan tanggung jawab melanjutkan misi Kristus di tengah dunia. Pemahaman
Lebih terperinciI.1. PERMASALAHAN I.1.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. PERMASALAHAN I.1.1. Latar Belakang Masalah Gereja adalah perwujudan ajaran Kristus. AjaranNya tidak hanya untuk diucapkan, melainkan juga untuk diperlihatkan secara nyata di dalam
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Gereja yang ada dan hadir dalam dunia bersifat misioner sebagaimana Allah pada hakikatnya misioner. Yang dimaksud dengan misioner adalah gereja mengalami bahwa dirinya
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat menjangkau seluruh jemaatnya agar dapat merasakan kehadiran Allah ditengahtengah kehidupannya. Dengan itu maka,
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Jemaat merupakan bidang yang baru dalam kekristenan, baik Protestan maupun Katolik dan masuk ke dalam ranah teologi praktis, di mana terjadi adanya perpindahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap manusia memerlukan orang lain untuk saling memberi dan menerima. Hal itu menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial sekaligus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemandirian dalam bidang daya dan kemandirian dalam bidang dana. 1 Kemandirian dalam
1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Penatalayanan merupakan tanggung jawab gereja, ketika berada di tengah tengah dunia ini. Penatalayanan bukan merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh gereja.
Lebih terperinciPERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL
PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL Lenda Dabora Sagala STT Simpson Ungaran Abstrak Menghadapi perubahan sosial, Pendidikan Agama Kristen berperan dengan meresponi perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah serius yang sedang diperhadapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Kemiskinan mempunyai banyak segi dan dimensi mulai dari yang bersifat
Lebih terperinciKISI-KISI PENULISAN SOAL ULANGAN SEMESTER GENAP (II) TAHUN PELAJARAN
Jenjang : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Kristen. Kelas/Semester : IX / II Bentuk Soal : Pilihan Ganda Jumlah Soal : 50 Kurikulum Acuan : KTSP 1 KISI-KISI PENULISAN ULANGAN SEMESTER GENAP (II) TAHUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pada saat ini, bangsa Indonesia dilanda dan masih berada di tengah-tengah krisis yang menyeluruh, krisis multidimensi. Kita dilanda oleh krisis politik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada di tengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat lebih kuat
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau
Lebih terperinciDalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jika melihat sekilas tentang bagaimana Gereja menjalankan karyanya -khususnya Gereja Kristen Jawa (GKJ)-, memang sangat tampak bahwa Gereja merupakan sebuah organisasi
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan di perkotaan diperhadapkan dengan sebuah realita kehidupan yang kompleks. Pembangunan yang terus berlangsung membuat masyarakat berlomba-lomba untuk
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. Bdk Abun Sanda, Pemerintah Blum Adil Pada Rakyatnya Sendiri, Kompas, 14 Desember hl. 1 dan Bdk Sda
Bab I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar belakang masalah Dalam kehidupan sosial, akan terdapat keberagaman di dalam masyarakat. Ada keberagaman golongan, suku, dan agama. Keberagaman bukanlah sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Permasalahan Di dalam dogma Kristen dinyatakan bahwa hanya karena anugerah Allah di dalam Yesus Kristus, manusia dapat dibenarkan ataupun dibebaskan dari kuasa dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat, memacu orang untuk semakin meningkatkan intensitas aktifitas dan kegiatannya. Tingginya intensitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan hakekat keberadaan Gereja sebagai yang diutus oleh Kristus ke dalam dunia, maka gereja mempunyai hakekat yang unik sebagai berikut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1. Gereja Oikumenikal dan Evangelikal. Data statistik keagamaan Kristen Protestan tahun 1992, memperlihatkan bahwa ada sekitar 700 organisasi 1 Kristen
Lebih terperinciBAB 1 Pendahuluan. 1 NN, Badan Geologi Pastikan Penyebab Gempa di Yogyakarta, ANTARA News,
1 BAB 1 Pendahuluan 1. 1. Latar Belakang Gempa bumi yang terjadi pada tanggal 27 Mei 2006 berkekuatan 5,9 Skala Richter pada kedalaman 17,1 km dengan lokasi pusat gempa terletak di dekat pantai pada koordinat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan. Kemajemukan merupakan realitas yang menjadi salah satu ciri dari kondisi masa sekarang ini. Di era modern yang untuk sementara kalangan sudah berlalu
Lebih terperinciKISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN
KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2012-2013 Jenjang : SMP Alokasi waktu : 90 Menit Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Kristen Jumlah Soal : 50 Soal Kelas / Semester : IX NO STANDAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Gereja Kristen Pasundan (GKP) berada dalam konteks masyarakat Jawa bagian barat yang majemuk baik suku, agama, budaya daerah dan status sosial ekonomi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Tuhan Allah menyatakan diri sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan UKDW
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang. 1.1. Katekiasi di Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB). Katekisasi adalah salah satu bagian dari pelaksanaan Pendidikan Kristiani. Menurut Pdt Lazrus H.
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan negara di wilayah Asia secara geografis yang diwarnai oleh dua kenyataan, yaitu kemajemukan agama dan kebudayaan, serta situasi kemiskinan
Lebih terperinciBAB IV CREDIT UNION DALAM PERSEPEKTIF DIAKONIA TRANSFORMATIF. kehidupan masyarakat. Kemiskinan membuat jutaan anak-anak tidak mengenyam
BAB IV CREDIT UNION DALAM PERSEPEKTIF DIAKONIA TRANSFORMATIF Kemiskinan adalah suatu masalah besar dan serius yang sedang terjadi ditengahtengah kehidupan masyarakat. Kemiskinan membuat jutaan anak-anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Secara umum masyarakat Karo menganggap bahwa agama Hindu-Karo adalah agama Pemena (Agama Pertama/Awal). Dalam agama Pemena, terdapat pencampuran konsep
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sakramen berasal dari bahasa Latin; Sacramentum yang memiliki arti perbuatan kudus 1. Dalam bidang hukum dan pengadilan Sacramentum biasanya diartikan sebagai barang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja adalah persekutuan orang percaya yang dipanggil oleh Allah dan diutus untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia, ini merupakan hakikat gereja. Gereja juga dikenal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46.
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN Gereja sebagai persekutuan orang-orang percaya yang dipanggil dan ditempatkan di dunia ini mempunyai tugas. Tugas gereja adalah untuk menyatakan hakekatnya sebagai tubuh
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pekabaran Injil (PI) atau penginjilan sering disebut juga dengan evangelisasi atau evangelisme, 1 merupakan salah satu bentuk misi Gereja. Kata Injil yang
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara akan persoalan Perjamuan Kudus maka ada banyak sekali pemahaman antar jemaat, bahkan antar pendeta pun kadang memiliki dasar pemahaman berbeda walau serupa.
Lebih terperinciMILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Misi pembebasan ialah upaya gereja sebagai mitra Allah dalam perjuangan kemanusiaan melawan kemiskinan, ketidakadilan sosial, perbudakan, kebodohan, politik,
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. Latar Belakang Masalah a) Gambaran GKP Dan Konteksnya Secara Umum Gereja Kristen Pasundan atau disingkat GKP melaksanakan panggilan dan pelayanannya di wilayah Jawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang terpanggil dan dihimpun oleh Allah Bapa, keluar dari kegelapan menuju kepada Yesus Kristus
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latarbelakang Pluralitas agama merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat lagi dihindari atau disisihkan dari kehidupan masyarakat umat beragama. Kenyataan akan adanya pluralitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan
10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Secara umum gereja berada di tengah dunia yang sedang berkembang dan penuh dengan perubahan secara cepat setiap waktunya yang diakibatkan oleh kemajuan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Permasalahan The Meeting Place of World Religions. 1 Demikianlah predikat yang dikenakan pada Indonesia berkaitan dengan kemajemukan agama yang ada. Selain majemuk
Lebih terperinciBAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN
BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN PRESPEKTIF KONSELING PASTORAL DAN REFLEKSI TEOLOGIS Dalam Bab ini akan dipaparkan analisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam kebaktian yang dilakukan oleh gereja. Setidaknya khotbah selalu ada dalam setiap kebaktian minggu.
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan Latar Belakang Kajian
BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Kajian 1.1.1. Kemandirian Gereja, Antara Impian dan Kenyataan Hingga dewasa ini pada kenyataannya kita masih menemukan adanya gereja gereja yang belum dapat secara
Lebih terperincilambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm
BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk berbudaya, karena itu manusia tidak dapat lepas dari budaya yang dianutnya. Suatu budaya memiliki nilai
Lebih terperinciUKDW. Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan I. A. Latar Belakang Perbedaan merupakan hal yang selalu dapat kita temukan hampir di setiap aspek kehidupan. Beberapa perbedaan yang seringkali ditemukan misalnya perbedaan suku bangsa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah gereja dapat dikatakan gereja jikalau gereja melaksanakan misi Allah di tengah dunia ini, atau dapat dikatakan bahwa gereja tersebut menjadi gereja
Lebih terperinciPENDIDIKAN TEOLOGI: PERAN STT DALAM PEMBERITAAN INJIL. Oleh: Pdt. Dr. Arnold Tindas
1 PENDIDIKAN TEOLOGI: PERAN STT DALAM PEMBERITAAN INJIL Oleh: Pdt. Dr. Arnold Tindas Pendidikan Tinggi Teologi (PTT) di Indonesia pada akhir dasawarsa abad ke-20 dan permulaan abad ke-21 ini mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan sebuah persoalan yang sampai saat ini masih menjadi ancaman serius bagi kelangsungan hidup umat manusia.
Lebih terperinciUKDW BAB I. PENDAHULUAN
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada jaman sekarang, tidak dapat dipungkiri bahwa Gereja berada di tengah-tengah konteks yang kian berubah dan sungguh dinamis. Hal tersebut tampak jelas
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja hidup di tengah masyarakat. Gereja kita kenal sebagai persekutuan orangorang percaya kepada anugerah keselamatan dari Allah melalui Yesus Kristus. Yesus Kristus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. MASALAH. A.1. Latar belakang masalah
BAB I PENDAHULUAN A. MASALAH A.1. Latar belakang masalah Gereja merupakan sebuah kehidupan bersama yang di dalamnya terdiri dari orang-orang percaya yang tumbuh dan berkembang dari konteks yang berbeda-beda.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia yaitu Pancasila terutama pada sila yang pertama,
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan. Gereja dalam kehidupan kekristenan menjadi tempat dan sarana orang-orang percaya kepada Kristus, berkumpul dan saling mendorong antara orang yang satu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Hidup Menggereja Kontekstual, (Yogyakarta : 2001), p. 28.
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 PERMASALAHAN 1. 1. 1 Latar Belakang Permasalahan Di Indonesia, pada umumnya konteks yang sekarang ini sedang dihadapi adalah konteks kemiskinan yang parah dan keberagaman agama.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan semua kajian dalam bab-bab yang telah dipaparkan di atas, pada bab ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan dan rekomendasi. Rekomendasi ini terutama bagi gereja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ibadah yang sejati seperti yang ditegaskan oleh Rasid Rachman 1 sebagai refleksinya atas Roma 12:1, adalah merupakan aksi dan selebrasi. Ibadah yang sejati tidak
Lebih terperinciA. PERMASALAHAN DAN ALASAN PEMILIHAN JUDUL
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN DAN ALASAN PEMILIHAN JUDUL A.1. Pluralitas Agama di Indonesia Pluralitas agama merupakan sebuah realita yang wajib digumuli. Berbagai agama besar yang pemeluknya tersebar
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA
BAB IV ANALISIS DATA Bab ini merupakan pembahasan mengenai analisa suatu studi tentang peranan penatalayanan gereja di dalam usaha pencapaian kemandirian gereja dalam bidang dana di GPIB Kasih Karunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Seperti diketahui bersama bahwa dalam kehidupan orang Kristen saat ini, gereja adalah sebuah identitas yang sangat penting bagi orang-orang percaya kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1986, h Afra Siauwarjaya, Membangun Gereja Indonesia 2: Katekese Umat dalam Pembangunan Gereja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang dan Kerangka Teori. Gereja, dalam ekklesiologi, dipahami sebagai kumpulan orang percaya yang dipanggil untuk berpartisipasi dalam perutusan Kristus yaitu memberitakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Kemiskinan, yang hadir bersama dengan pluralitas agama, adalah konteks kehidupan gerejagereja di Indonesia secara umum, dan gereja-gereja di Jakarta,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Spiritualitas adalah istilah yang agak baru yang menandakan kerohanian atau hidup rohani. Spritualitas bisa juga berarti semangat kerohanian atau jiwa kerohanian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gereja di Papua yang dikenal sebagai Gereja Kristen Injili di Tanah Papua (GKI TP)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gereja di Papua yang dikenal sebagai Gereja Kristen Injili di Tanah Papua (GKI TP) mulai disebut sebagai suatu gereja mandiri yaitu melalui sidang sinode umum yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Permasalahan
1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Permasalahan Dalam lingkup pendidikan di sekolah, istilah Pendidikan Agama Kristen (PAK) sudah sangat lazim digunakan. PAK adalah usaha menumbuhkembangkan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang khas dengan pluralitas agama dan budaya. Pluralitas sendiri dapat diterjemahkan sebagai kemajemukan yang lebih mengacu pada jumlah
Lebih terperinciBAB IV ANALISA. sinodal) dan siding majelis jemaat (lingkup jemaat). 2. Hubungan yang dinamis antara majelis sinode dan majelis jemaat.
BAB IV ANALISA GPIB adalah sebuah gereja yang berasaskan dengan sistem presbiterial sinodal. Cara penatalayanan dengan sistem presbiterial sinodal selalu menekankan: 1. Penetapan kebijakan oleh presbiter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin Gereja dengan Suatu Kajian Pastoral terhadap dampak Psikologis bagi orang-orang yang dikenakan Disiplin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Lih. Kis 18:1-8 2 The Interpreter s Dictionary of the Bible. (Nashville : Abingdon Press, 1962). Hal. 682
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Rasul Paulus merupakan salah seorang rasul yang berperan sangat penting dalam kelahiran dan pertumbuhan jemaat Kristen mula-mula, terutama bagi kalangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Gereja merupakan lembaga keagamaan yang ada dalam dunia ini. Sebagai sebuah lembaga keagamaan tentunya gereja juga membutuhkan dana untuk mendukung kelancaran
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa Kutoarjo merupakan salah satu gereja dari 11 Gereja Kristen Jawa yang berada dibawah naungan Klasis Purworejo. GKJ Kutoarjo merupakan sebuah gereja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tanggal 21 Maret 2006, bertempat di Jakarta ditetapkanlah sebuah peraturan pemerintah yang baru, yang dikenal sebagai Peraturan Bersama dua Menteri (selanjutnya
Lebih terperinciPENTINGNYA TOLERANSI DALAM PLURALISME BERAGAMA
PENTINGNYA TOLERANSI DALAM PLURALISME BERAGAMA Disusun oleh: Nama Mahasiswa : Regina Sheilla Andinia Nomor Mahasiswa : 118114058 PRODI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada penyelamatan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus 1. Sebagai kehidupan bersama religius,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah persekutuan umat Tuhan Allah yang baru. Ungkapan ini erat hubungannya dengan konsep tentang gereja adalah tubuh Kristus. Dalam konsep ini
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan Perkawinan adalah bersatunya dua orang manusia yang bersama-sama sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Setiap manusia memiliki hak yang sama untuk
Lebih terperinci1 Wawancara dengan bpk sumarsono dan remaja di panti asuhan Yakobus
BAGIAN IV TINJAUAN KRITIS ATAS UPAYA PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN BAGI REMAJA YANG BERAGAMA KRISTEN DAN NON KRISTEN DIPANTI ASUHAN YAKOBUS YANG SESUAI DENGAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL. 4.1 Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia tentunya memiliki masalah dan pergumulannya masing-masing. Persoalan-persoalan ini mungkin berkaitan dengan masalah orang per
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah mitra kerja Tuhan Allah dalam mewujudkan rencana karya Tuhan Allah yaitu untuk menyelamatkan umat manusia. Dalam memenuhi panggilan-nya tersebut,
Lebih terperinciBAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. yang bermanfaat tidak hanya untuk dirinya sendiri (internal) tetapi juga bagi
BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Gereja adalah alat untuk melaksanakan misi Allah di dunia ini. Gereja bukan ada untuk dirinya sendiri. Tapi gereja lebih secara fungsional sebagai suatu komunitas yang hidup, yang
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut juga berimbas kepada Gereja. Menurut Tata Gereja GKJ, Gereja adalah
1 Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pemikiran dan ilmu pengetahuan selalu mengalami perubahan. Dunia di sekitarnya juga turut merasakan perubahan tersebut, terutama mempengaruhi pola pemahaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kebebasan merupakan hal yang menarik bagi hampir semua orang. Di Indonesia, kebebasan merupakan bagian dari hak setiap individu, oleh karena itu setiap
Lebih terperinciUKDW BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja merupakan kepanjangan tangan dari Allah di dunia ini. Dunia memiliki konteks dimana ia hidup, sehingga kenyataan ini membuat Gereja harus memperhatikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai kelompok sosial yang terdiri dari sejumlah individu di dalamnya tentu memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Kehidupan manusia yang seiring berjalan waktu semakin berkembang, dalam kenyataannya ada berbagai macam hal yang membawa pengaruh positif maupun negatif dalam perkembangan
Lebih terperinci@UKDW BAB I P ENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I P ENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Masyarakat Papua adalah masyarakat yang pluralistik dan heterogen. Hal ini adalah kenyataan hidup yang tidak bisa dibantah. Karena terdiri dari bermacam-macam
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang. Dalam perkembangan sejarah kekristenan sejak pelayanan Tuhan Yesus sampai zaman
BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Dalam perkembangan sejarah kekristenan sejak pelayanan Tuhan Yesus sampai zaman sekarang, kekristenan hampir selalu diperhadapkan pada berbagai tekanan dan tantangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gereja lahir dan bertumbuh tidak terlepas dari hakekatnya untuk melayani sesama
BAB I PENDAHULUAN 1. Latarbelakang permasalahan Gereja lahir dan bertumbuh tidak terlepas dari hakekatnya untuk melayani sesama dalam arti menjawab pergumulan yang sedang dihadapi oleh manusia. Gereja
Lebih terperinciPENGINJILAN DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MASYARAKAT MAJEMUK YULIA CITRA, LENDA DABORA J.F. SAGALA STT SIMPSON
PENGINJILAN DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MASYARAKAT MAJEMUK YULIA CITRA, LENDA DABORA J.F. SAGALA STT SIMPSON PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN SEKOLAH TINGGI TEOLOGI PENGINJILAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Dengan sengaja ditulis Calvinis, bukan Kalvinis, karena istilah ini berasal dari nama Johannes Calvin.
BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di lingkungan gereja-gereja Protestan sedunia, aliran atau denominasi Calvinis 1 (lebih sering disebut Reformed ataupun Presbyterian) hampir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN. A.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 Latar Belakang Permasalahan Keberadaan gereja tidak bisa dilepaskan dari tugas dan tanggung jawab pelayanan kepada jemaat dan masyarakat di sekitarnya. Tugas dan tanggung
Lebih terperinciC. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA
- 273 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, banyak orang. yang menulis dan meneliti tentang sumber daya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini, banyak orang yang menulis dan meneliti tentang sumber daya manusia. Cardoso (2003) mengatakan salah satu sumber daya yang terdapat
Lebih terperinciBAB IV PEMAHAMAN TENTANG PERSEMBAHAN
BAB IV PEMAHAMAN TENTANG PERSEMBAHAN Persembahan identik secara formal dengan memberikan sesuatu untuk Tuhan. Berkaitan dengan itu, maka dari penelitian dalam bab tiga, dapat disimpulkan bahwa, pemahaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah
9 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia untuk memperoleh bekal pengetahuan dalam menjalani hidup ini. Salah satu pendidikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam pengajaran gereja sakramen disebut sebagai salah satu alat pemelihara keselamatan bagi umat Kristiani. Menurut gereja-gereja reformasi hanya ada dua sakramen,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
BAB V PENUTUP Pada bagian ini penulisan akan dibagi menjadi dua bagian yaitu kesimpulan dan saran. 5.1.KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Gereja adalah persekutuan orang percaya
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. 1 Ucapan Petrus dalam suatu dialog dengan Yesus ini mungkin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jawa Barat merupakan salah satu propinsi yang memiliki agama-agama suku dan kebudayaan-kebudayaan lokal serta masih dipelihara. Salah satu agama suku yang ada di Jawa
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan UKDW. atas kemauannya sendiri. Namun, gereja dihadirkan oleh Allah untuk
BAB I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Gereja ada dan eksis di dunia ini bukan untuk dirinya sendiri, juga bukan atas kemauannya sendiri. Namun, gereja dihadirkan oleh Allah untuk melaksanakan misi-nya
Lebih terperinciBAB IV. Pandangan jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang diakonia
BAB IV Pandangan jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang diakonia 4.1. Diakonia sebagai perwujudan Hukum Kasih Gereja dapat dikatakan sebagai gereja apabila dia sudah dapat menjalankan fungsinya, yaitu
Lebih terperinci