BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH"

Transkripsi

1 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1. ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI Karakteristik Lokasi dan Wilayah Luas dan Batas Wilayah Administrasi Kota Pekanbaru terdiri dari 12 Kecamatan dan 58 Kelurahan, dengan luas 632,26 km 2. Luas wilayah per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Luas wilayah Kota Pekanbaru menurut Kecamatan NO KECAMATAN LUAS (km 2 ) PERSENTASE (%) 1 Pekanbaru Kota 2,26 0,36 2 Sail 3,26 0,52 3 Sukajadi 3,76 0,59 4 Lima Puluh 4,04 0,64 5 Senapelan 6,65 1,05 6 Bukit Raya 22,05 3,49 7 Marpoyan Damai 29,74 4,70 8 Payung Sekaki 43,24 6,84 9 Tampan 59,81 9,46 10 Rumbai 128,85 20,38 11 Rumbai Pesisir 157,33 24,88 12 Tenayan Raya 171,27 27,09 Jumlah 632,26 100,00 Sumber : Bappeda Provinsi Riau, 2012 Kota Pekanbaru secara administrasi berbatasan langsung dengan daerah Kabupaten sebagai berikut : - Sebelah Utara : Kabupaten Siak dan Kabupaten Kampar - Sebelah Selatan : Kabupaten Kampar dan Kabupaten Pelalawan - Sebelah Timur : Kabupaten Siak dan Kabupaten Pelalawan - Sebelah Barat : Kabupaten Kampar Letak dan Kondisi Geografis Kota Pekanbaru secara geografis terletak antara Bujur Timur dan Lintang Utara. Dengan ketinggian permukaan laut berkisar 5 50 meter. Sedangkan permukaan wilayah bagian utara merupakan daratan landai dan bergelombang dengan ketinggian berkisar 5 11 meter, dan dibelah oleh aliran Sungai Siak, yang mengalir dari barat hingga ke timur, serta memiliki beberapa anak sungai seperti sungai; Umban Sari, Sail, Air Hitam, II - 1 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

2 Sibam, Setukul, Kelulut, Pengambang, Ukai, Sago, Senapelan, Limau dan Tampan. Sumber : Bappeda Provinsi Riau Topografi Gambar 2.1. Letak Geografis Kota Pekanbaru Kota Pekanbaru terletak pada bagian ketinggian 5 50 meter di atas permukaan laut. Kawasan pusat kota dan sekitarnya relatif datar dengan ketinggian rata-rata antara meter di atas permukaan laut. Sedangkan kawasan Tenayan dan sekitarnya umumnya mempunyai ketinggian antara meter di atas permukaan laut. Kawasan yang relatif tinggi dan berbukit terutama dibagian utara kota, khususnya di Kecamatan Rumbai dan Rumbai Pesisir dengan ketinggian rata-rata sekitar 50 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar wilayah Kota Pekanbaru (44%) mempunyai tingkat kemiringan antara 0-2% atau relatif datar. Sedangkan wilayah kota yang agak landai hanya sekitar 17%, landai (21%), dan sangat landai (13%). Sedangkan yang relatif curam hanya sekitar 4-5% yang terdapat di Kecamatan Rumbai Pesisir. Morfologi atau bentang alam Kota Pekanbaru dapat dibedakan atas 3 bagian, yaitu : - Morfologi daratan terutama di Kecamatan Pekanbaru Kota, Senapelan, Lima Puluh, Sukajadi, Sail, dan sebagian Wilayah Rumbai, Rumbai Pesisir, Tenayan Raya, Tampan, Marpoyan Damai, dan Payung Sekaki. Luas Morfologi ini di perkirakan sekitar 65% dari wilayah kota. Daerah ini merupakan endapan sungai dan rawa, dan sebagian besar merupakan daerah yang rawan genangan dan banjir. Kawasan ini relatif datar dengan kelerengan kurang dari 5%. - Morfologi perbukitan, terutama terdapat di kawasan utara, selatan, dan sebagian wilayah barat dan timur, memanjang dari barat laut tenggara. II - 2 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

3 Satuan morfologi ini tersusun oleh batu lumpur, batu pasir, sedikit batu lanau, batuan malihan, dan granit. Kawasan ini terletak pada ketinggian antara meter di atas permukaan laut, dengan kemiringan kurang dari 20%. - Morfologi perbukitan sedang, terutama di bagian utara wilayah kota yang merupakan kawasan perbukitan dengan arah memanjang dari barat laut tenggara. Wilayah ini ditumbuhi vegetasi tanaman keras sebagai hutan lindung Geologi Kota Pekanbaru mempunyai struktur geologi yang terdiri atas sesar mendatar dengan arah umum barat laut tenggara, lipatan siklin dan antiklin dengan arah penunjaman ketimur laut daya. Struktur geologi tersebut masuk dalam sistem patahan Sumatera. Sementara itu sesar-sesar mendatar ini termasuk dalam sistem patahan Semangko yang diduga terjadi pada masa Miosen Tengah Hidrologi Aliran Sungai di Kota Pekanbaru di antaranya sebagai berikut : Sungai Siak, dengan lebar rata-rata 96 meter dan kedalaman rata-rata 8 meter, dipengaruhi oleh pasang surut air laut, kecepatan aliran rata-rata 0,75 liter/detik Sungai Senapelan merupakan penampung utama bagi wilayah sebelah Barat Jl. Jendral Sudirman dan sebelah utara Jalan Tuanku Tambusai, dengan lebar rata-rata 3-4 meter Sungai Sail, merupakan penampung utama bagi wilayah sekitar Pasar Laket yang dibatasi Jl. Pelajar di sebelah barat, Jl. Pepaya di sebelah timur, Jl. Mangga disebelah utara dan Jl. Tuanku Tambusai di selatan Sungai Sago merupakan penampung bagi wilayah sebelah barat Jl. Sudirman, Sungai Lunau, Sungai Tanjung Datuk I dan II Sistem drainase Kota Pekanbaru memanfaatkan saluran alami yang ada, seperti, sungai, rawa, dan lain-lain. Sistem drainase Kota Pekanbaru mempunyai karakteristik sebagai berikut : Lokasi pembuangan utama drainase kota adalah Sungai Siak ; Saluran drainase primer adalah anak-anak Sungai Siak ; Saluran drainase sekunder dan tersier pada sub basin anak-anak Sungai Siak ; Sistem drainase Kota Pekanbaru umumnya menggunakan sistem gravitasi yang tergantung pada kondisi topografi. Kondisi topografi Pekanbaru yang relatif datar menyebabkan sistem pengaliran air hujan tidak dapat terjadi dengan baik.; Sistem drainase yang berfungsi sebagai retention pond adalah rawa-rawa di sebelah utara Sungai Siak, sampai dengan batas Jl. Sekolah, wilayah rawa ini dibagi 2 (dua) oleh Jl. Yos Sudarso menjadi rawa sebelah barat dan rawa sebelah timur. Wilayah yang terletak di tepian Sungai Siak dan anak-anak sungai Siak merupakan kawasan yang berpotensi banjir dan genangan. Secara topografi kawasan ini terletak pada daerah yang relatif rendah dengan ketinggian elevasi antara 1,50 sampai 2,50 meter di atas permukaan air laut dan setiap musim hujan sering mengalami banjir yang disebabkan oleh : II - 3 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

4 Meluapnya Sungai Siak ; Tingginya curah hujan, terutama di bagian hulu ; dan Pengaruh pasang dari laut. Disamping masalah tersebut, anak-anak sungai dan saluran drainase dalam kota yang mengalir ke Sungai Siak sering tidak lancar dan berpotensi terjadinya genangan lokal dan banjir di beberapa lokasi (titik-titik banjirseperti terlihat pada Gambar 2.2). Kondisi ini mengakibatkan terganggunya aktivitas masyarakat di daerah perkotaan, khususnya di musim penghujan. Sumber : Hasil Survei Tim Royal Haskoning, Klimatologi Gambar 2.2.Titik-titik Genangan dan Lokasi Banjir, 2011 Kota Pekanbaru mempunyai iklim tropis dengan suhu udara maksimum berkisar antara 31,0 0 C-33,4 0 C dengan suhu udara minimum berkisar antara 23,4 0 C-24,4 0 C. Curah hujan antara 73,9-584,1 mm/tahun. Kelembaban maksimum berkisar antara 85,5%-93,2% dan kelembaban minimum berkisar antara 57,0-67,7%. II - 4 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

5 Penggunaan Lahan Luas lahan terbangun (built-up areas) sekitar 24% dari luas wilayah kota dan dimanfaatkan sebagai kawasan perumahan (sekitar 73% dari luas areal terbangun), pusat pemerintahan, pendidikan, perdagangan, industri, militer, bandara, dan lain-lain. Areal belum terbangun (non-built up areas) adalah sekitar 76% dari luas wilayah kota saat ini yang merupakan kawasan lindung, perkebunan, semak belukar, dan hutan. Areal ini sebagian besar terdapat di wilayah utara kota (Rumbai dan Rumbai Pesisir), Tenayan Raya dan sekitarnya. Jenis penggunaan lahan tersebut seperti terlihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Penggunaan Tanah Kota Pekanbaru, Tahun 2006 No Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha) A. Lahan Terbangun (built up areas) 1. Kawasan Perumahan ,44 2. Kawasan Pemerintahan 100,23 3. Kawasan Pendidikan 282,30 4. Kawasan Perdagangan 666,07 5. Kawasan Industry 1.794,94 6. Militer 134,93 7. Bandara 276,00 8. Lain-lain 723,07 Jumlah A: ,98 B. Lahan Tidak Terbangun (non-built up areas) 1. Kawasan Lindung 2.605,75 2. Kawasan Perkebunan ,33 3. Kawasan Semak Belukar ,49 4. Hutan 2.622,45 Jumlah B: ,02 Jumlah A + B ,00 Sumber : RTRW Kota Pekanbaru revisi Potensi Pengembangan Wilayah Potensi pengembangn wilayah diarahkanberdasarkan : 1. Pemantapan fungsi pelayanan pada pusat-pusat kegiatan yang telah terbentuk, melalui penyesuaian fungsi jaringan jalan dengan aktivitas yang dikembangkan. 2. Pembentukan pusat pelayanan baru pada setiap Wilayah Pembangunan (di luar WP I) yang disesuaikan dengan fungsi dominan wilayah yang bersangkutan. 3. Sistem pusat pelayanan yang akan dibentuk terdiri atas satu Pusat Primer yang berada pada Kawasan Pusat Kota (WP I), dan 4 (empat) Pusat Sekunder yang terletak pada masing-masing pusat Wilayah Pembangunan (WP II, WP III, WP IV, dan WP V). II - 5 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

6 4. Pusat pelayanan di bagian Utara sungai Siak pengembangannya akan diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang berdampak kecil terhadap lingkungan. Sementara pada bagian Selatan sungai Siak, pengembangannya akan diarahkan pada kegiatan-kegiatan terbangun dengan prioritas pengembangan jasa, perdagangan, industri, permukiman, dan pendidikan. Di bagian Timur, prioritas pengembangan akan diarahkan pada sektor industri, pergudangan, perdagangan, dan jasa transportasi. Fungsi primer dan sekunder di Kota Pekanbaru adalah sebagai berikut : a. Fungsi Primer, meliputi : (a) Perdagangan regional; (b) Pemerintahan; (c) Pelabuhan penumpang dan barang; (d) Terminal AKAP; (e) Pelabuhan udara; (f) Industri; (g) Pergudangan; (h) Pendidikan tinggi; (i) Rumah sakit; dan (j) Sport centre. b. Fungsi sekunder, meliputi : (a) Perdagangan kota; (b) Niaga/komersial; (c) Pusat kecamatan dan WP; (d) Terminal kota; dan (e) Permukiman. Detail pembahasan dapat dilihat pada Tabel Wilayah Rawan Bencana Wilayah yang rawan bencana di Kota Pekannbaru adalah wilayah yang relatif rendah dan rawan genangan air seperti pada wilayah Tabek Gadang, Terminal AKAP unjung, Rumbai Pesisir, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Diponegoro, dan diidentifikasi sekitar 20 titik rawan genangan air lainnya. Sedangkan area yang terletak di tepian Sungai Siak dan anak-anak sungai Siak merupakan kawasan yang berpotensi banjir. Kondisi ini mengakibatkan terganggunya aktivitas masyarakat di daerah perkotaan, khususnya di musim penghujan. Ada puna rea rawan genangan air dan lokasi bencana banjir dapat dilihat pada Gambar Demografi Penduduk Kota Pekanbaru setiap tahunnya terus meningkat. Ini menandakan bahwa Kota Pekanbaru terus berkembang dan maju sehingga menjadi daya tarik bagi penduduk daerah lain bermigrasi ke Kota Pekanbaru. Peningkatan jumlah penduduk disamping dari peningkatan jumlah migrasi juga disebabkan oleh tingkat kelahiran dan kematian. II - 6 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

7 Tabel 2.3 Penduduk Kota Pekanbaru Tahun TAHUN NO URAIAN Jumlah penduduk 754, , , , Kepala Keluarga , , Penduduk (jenis kelamin) : - Laki-laki - Perempuan 4 Mutasi Penduduk - Kelahiran - Kematian - Pindah - Datang 380, , , , , , Sumber: BPS Kota Pekanbaru,2011, dan Disdukcapil, , , Berdasarkan jenis kelamin, penduduk Kota Pekanbaru dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 kebanyakan berjenis kelamin laki-laki. Peningkatan maupun pengurangan (pertumbuhan) jumlah penduduk Kota Pekanbaru di pengaruhi oleh tingkat kelahiran, kematian, penduduk pendatang dan perpindahan penduduk. Berdasarkan data dari Tabel 2.3 di atas dapat dilihat bahwa penduduk pendatang memberikan kontribusi pengaruh perubahan komposisi penduduk yang terbesar lalu di ikuti oleh jumlah perpindahan penduduk, tingkat kelahiran dan tingkat kematian. Penyebaran penduduk per-kecamatan pada tahun 2010 di Kota Pekanbaru dapat dilihat pada Tabel 2.4 seperti berikut ini: Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Kota Pekanbaru per-kecamatan Persentase Densitas Penduduk No Kecamatan Penduduk (jiwa/km 2 ) 1 Tampan 18, Payung Sekaki 9, Bukit Raya 10, Marpoyan Damai 14, Tenayan Raya 13, Limapuluh 4, Sail 2, Pekanbaru Kota 2, Sukajadi 5, Senapelan 4, Rumbai 7, Rumbai Pesisir 7, Pekanbaru 100, Sumber: Registrasi Penduduk Kota Pekanbaru 2011 II - 7 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

8 2.2. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDRB) Pertumbuhan ekonomi secara umum dapat ditunjukkan oleh angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Perkembangan besaran nilai PDRB merupakan salah satu indikator yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai keberhasilan pembangunan suatu daerah, atau dengan kata lain pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat tercermin melalui pertumbuhan nilai PDRB. Di sisi lain, inflasi merupakan angka pembanding lain yang juga erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Tabel 2.5 berikut ini menggambarkan pertumbuhan ekonomi dan inflasi di Kota Pekanbaru dari tahun Tabel 2.5 Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Kota Pekanbaru Tahun Pertumbuhan Ekonomi Tahun (%) Inflasi (%) ,15 6, ,89 7, ,05 9, ,81 1, ,98 6,80 Rata-rata 9,38 6,32 Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 Untuk skala provinsi, kota Pekanbaru merupakan penyumbang terbesar dalam pembentukan PDRB Provinsi Riau. Hal ini cukup wajar mengingat Kota Pekanbaru adalah ibukota Provinsi Riau yang aktivitas ekonominya cukup besar dan pusat peredaran barang dan jasa. Tabel 2.6 menggambarkan kondisi tersebut secara jelas dan terlihat oleh kita bagaimana kontribusikabupaten dan kota lain yang ada di Provinsi Riau dalam pembentukan PDRB Provinsi Riau. Tabel 2.6 Kontribusi PDRB Kabupaten/Kota Diluar Migas Provinsi Riau Tahun NO Kabupaten/Kota 2006 TAHUN Pekanbaru 17,38 17,18 17,70 17,52 2 Indragiri Hilir 12,48 12,69 12,54 10,64 3 Siak 10,68 11,00 11,25 12,22 4 Bengkalis 10,88 10,52 9, Pelalawan 8,48 8,48 8,45 8,51 6 Indragiri Hulu 7,56 7,80 8,10 8,41 7 Rokan Hilir 8,42 8,27 8,06 8,44 8 Kampar 7,78 7,85 7,71 7,97 9 Kuantan Singingi 6,96 6,96 6,90 6,92 II - 8 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

9 NO Kabupaten/Kota TAHUN Rokan Hulu 6,52 6,42 6,52 5,84 11 Dumai 2,86 2,83 2,93 3,04 12 Kep. Meranti (pemekaran) 2,90 2,87 2,87 Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2010 Tabel 2.7 menjelaskan perbandingan pertumbuhan ekonomi Kota Pekanbaru dengan Provinsi Riau. Pertumbuhan ekonomi Kota Pekanbaru dengan berbagai komponen dan sektor pembentuknya relatif lebih tinggi dari Provinsi Riau. NO Tabel 2.7 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kota Pekanbaru dengan Provinsi RiauTahun SEKTOR/ LAPANGAN USAHA II - 9 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI *) Pku Riau Pku Riau Pku Riau Pku Riau 1 Pertanian 4,50 5,97 4,23 4,84 4,03 4,79 3,95 3,64 2 Pertambangan &Penggalian 7,01 28,61 5,01-0,13 4,14 3,93 3,89 13,07 3 Industri Pengolahan 7,02 9,11 6,68 8,63 6,25 7,18 6,13 6,22 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 6,17 5,86 4,25 5,62 6,80 6,86 5,53 3,03 5 Bangunan 8,78 8,27 9,03 11,65 8,94 11,14 8,85 8,62 6 Perdagangan, hotel & 10,35 11,29 11,53 9,84 9,64 9,72 9,66 8,72 Restoran 7 Angkutan dan Komunikasi 10,17 9,62 9,58 7,28 10,42 10,45 9,38 8,11 8 Keuangan, Sewa & Jasa 21,78 15,67 14,47 13,33 10,22 13,65 10,50 9,99 Perusahaan 9 Jasa-jasa 10,11 9,94 9,24 9,71 8,84 9,25 8,34 8,39 Keterangan : * Tahun 2009 angka sementara Sumber :BPS Kota Pekanbaru, 2010 Tabel 2.8 dantabel 2.9 berikut menunjukkan perkembangan PDRB Kota Pekanbaru secara nominal atas dasar harga berlaku dan harga konstan. Tabel 2.8 Perkembangan PDRB Sektoral Kota Pekanbaru Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (milyar Rupiah) NO SEKTOR/ PDRB ADHB LAPANGAN USAHA Pertanian 160, , , , ,001 2 Pertambangan dan Penggalian 2,511 3,140 3,954 4,798 5,896 3 Industri Pengolahan 4.947, , , , ,790 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 196, , , , ,920 5 Bangunan 1.949, , , , ,458 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 4.019, , , , ,316 7 Angkutan dan Komunikasi 1.392, , , , ,941 8 Keuangan, Sewa dan Jasa 2.033, , , , ,600 Perusahaan 9 Jasa-jasa 1.778, , , , ,556 PDRB , , , , ,481 Keterangan : Tahun 2010 angka sementara Sumber : Pendapatan Regional Pekanbaru Menurut Lapangan Usaha, (BPS Pekanbaru, 2011)

10 Tabel 2.9 Perkembangan PDRB Sektoral Kota Pekanbaru Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (milyar Rupiah) NO SEKTOR/LAPANG PDRB ADHK 2000 AN USAHA Pertanian 107, , , , ,282 2 Pertambangan dan 1,983 2,082 2,168 2,252 2,331 Penggalian 3 Industri Pengolahan 699, , , , ,240 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 81,130 84,903 90,675 95, ,015 5 Bangunan 1.075, , , , ,123 6 Perdagangan, Hotel 1.961, , , , ,072 dan Restoran 7 Angkutan dan Komunikasi 930, , , , ,677 8 Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan 413, , , , ,666 9 Jasa-jasa 1.096, , , , ,519 PDRB 6.367, , , , ,929 Keterangan : Tahun 2010 angka sementara Sumber : BPS - Pendapatan Regional Pekanbaru Menurut Lapangan Usaha, Tabel 2.10 dan Tabel 2.11 berikut adalah tabel yang menjelaskan PDRB sektoral terdistribusi di 9 sektor atau lapangan usaha di Kota pekanbaru. Secara nyata baik PDRB atas dasar harga berlaku maupun harga konstan, PDRB Kota pekanbaru terdistribusi lebih banyak di sektor perdagangan dan jasa. Tabel 2.10 Distribusi PDRB Sektoral Atas Dasar Harga Berlaku Kota Pekanbaru Tahun NO SEKTOR/LAPANGAN Distribusi ADHB 2000 (%) USAHA Pertanian 0,98 0,90 0,84 0,78 0,75 2 Pertambangan dan Penggalian 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 3 Industri Pengolahan 30,02 27,77 25,82 22,98 20,21 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,19 1,13 1,05 0,97 0,89 5 Bangunan 11,83 14,74 16,98 20,41 23,97 6 Perdagangan, Hotel dan 24,39 25,30 26,11 25,89 25,75 Restoran 7 Angkutan dan Komunikasi 8,45 7,88 7,40 7,11 6,78 8 Keuangan, Sewa dan Jasa 12,34 12,31 12,45 12,90 13,22 Perusahaan 9 Jasa-jasa 10,79 9,96 9,33 8,92 8,41 Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 II - 10 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

11 Tabel 2.11 Distribusi PDRB Sektoral Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Pekanbaru Tahun NO SEKTOR/LAPANGAN Distribusi ADHK 2000 (%) USAHA Pertanian 1,68 1,60 1,52 1,45 1,38 2 Pertambangan dan 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 Penggalian 3 Industri Pengolahan 10,99 10,67 10,40 10,14 9,86 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,27 1,21 1,19 1,15 1,12 5 Bangunan 16,89 16,76 16,74 16,75 16,75 6 Perdagangan, Hotel dan 30,81 31,27 31,44 31,68 31,93 Restoran 7 Angkutan dan Komunikasi 14,62 14,57 14,76 14,83 14,95 8 Keuangan, Sewa dan Jasa 6,49 6,76 6,83 6,94 7,06 Perusahaan 9 Jasa-jasa 17,22 17,13 17,10 17,02 16,93 Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 Pertumbuhan sektor-sektor atau lapangan usaha yang ada di Kota Pekanbaru dapat dilihat dari dua tabel di bawah ini. Tabel 2.12 Pertumbuhan PDRB Sektoral Atas Dasar Harga Berlaku Kota Pekanbaru Tahun NO SEKTOR/LAPANGAN USAHA Pertumbuhan ADHB 2000 (%) Pertanian 12,9 15,4 14,0 14,6 2 Pertambangan dan Penggalian 25,0 25,9 21,3 22,9 3 Industri Pengolahan 12,9 15,1 7,3 7,6 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 15,5 14,7 12,0 12,7 5 Bangunan 52,1 42,7 44,9 43,7 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 26,7 27,8 19,6 21,7 7 Angkutan dan Komunikasi 13,8 16,3 15,9 16,6 8 Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan 21,8 25,3 24,9 25,4 9 Jasa-jasa 12,6 16,1 15,3 15,3 Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2010 Tabel 2.13 Pertumbuhan PDRB Sektoral Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Pekanbaru Tahun NO SEKTOR/LAPANGAN USAHA Distribusi ADHK 2000 (%) * 1 Pertanian 4,2 4,0 4,0 3,8 2 Pertambangan dan Penggalian 5,0 4,1 3,9 3,5 3 Industri Pengolahan 6,7 6,2 6,1 6,0 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 4,7 6,8 5,5 5,6 5 Bangunan 9,0 8,9 8,9 9,0 II - 11 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

12 NO SEKTOR/LAPANGAN USAHA Distribusi ADHK 2000 (%) * 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 11,5 9,6 9,7 9,8 7 Angkutan dan Komunikasi 9,6 10,4 9,4 9,8 8 Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan 14,5 10,2 10,5 10,9 9 Jasa-jasa 9,3 8,8 8,3 8,4 9,9 9,1 8,8 9,0 Keterangan :* Tahun 2009 angka sementara Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2010 Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan perekonomian Kota Pekanbaru, maka PDRB perkapita/pendapatan perkapita penduduk Kota Pekanbaru juga mengalami kenaikan. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ini: Tabel 2.14 Pendapatan Per Kapita dan Pertumbuhannya Kota Pekanbaru Tahun Tahun Pertumbuhan Pendapatan Pendapatan Perkapita (Rp) Perkapita (%) ADHB ADHK ADHB ADHK ,42 6, ,98 8, ,71 6, ,25 4,18 Rat-rata ,09 6,31 Sumber: BPS Kora Pekanbaru, Ekonomi Kerakyatan Sebagai pusat perdagangan dan jasa, Kota Pekanbaru juga memiliki program pembangunan ekonomi kerakyatan yang memberikan perhatian khusus kepada upaya peningkatan ekonomi dan partisipasi rakyat, yang merupakan bagian dari upaya mempercepat pengentasan kemiskinan di perkotaan. Di Kota Pekanbaru, yang tercakup di ekonomi kerakyatan, yaitu industri kecil dan menengah serta koperasi dan pengusaha kecil. Gambaran perkembangan koperasi di Pekanbaru dapat dilihat pada Tabel 2.15 berikut ini. Tabel 2.15 Data Keragaman Koperasi di Kota Pekanbaru Tahun No Keragaman Satuan Jumlah Koperasi Unit Koperasi Aktif Unit Koperasi Tidak Unit Aktif 4 Jumlah Anggota Orang II - 12 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

13 No Keragaman Satuan RAT Unit Manajer Orang Karyawan Orang Modal Sendiri Rp M 59,01 137,77 157,00 163,28 202,88 9 Modal Luar Rp M 37,07 251,41 291,00 317,80 381,38 10 Volume Usaha Rp M 188,24 547,60 483,00 574,91 722,29 11 SHU Rp M 12,01 22,72 24,81 24,67 29,97 Sumber: Dinas Koperasi UMKM Kota Pekanbaru, Des 2010 Perkembangan pertumbuhan UMKM di Kota Pekanbaru dapat dilihat pada tabel 2.16 di bawah ini. Tabel tersebut menunjukkan kecenderungan UMKM yang meningkat sebesar 0,2 % pertahun. Sementara itu, perkembangan Lembaga keuangan berupa Bank Perkreditan Rakyat tumbuh rata-rata 0,2 % pertahun. Sedangkan perkembangan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dua tahun terakhir ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan yakni 18 % pertahun Berkaitan dengan perkembangan usaha Kecil akan menjadi tantangan dimasa akan datang, melihat kepada data tersebut, perkembangan usaha kecil tidak terjadi perkembangan yang cukup signifikan yaitu sebanyak 716 usaha kecil pertahun, sedangkan perkembangan usaha Mikro di Kota Pekanbaru terjadi peningkatan walaupun pergerakannya tidak terlalu tinggi. Tabel 2.16 Pertumbuhan UMKM Kota Pekanbaru Tahun Tahun Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah Jumlah UMKM Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi % , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,3 Sumber: Dinas Koperasi UMKM Kota Pekanbaru, Fokus Kesejahteraan Masyarakat Analisis kinerja Pemerintah Kota Pekanbaru atas fokus kesejahetraan masyarakat dilakukan terhadap beberapa indikator, yaitu; angka melek huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka partisipasi kasar, angka pendidikan yang ditamatkan, angka partisipasi murni, angka kelangsungan hidup bayi, angka usia harapan hidup, persentase penduduk yang memiliki lahan, dan rasio penduduk yang bekerja dan lain-lain. Kinerja pembangunan kesejahteraan masyarakat Kota Pekanbaru untuk setiap indikator disajikan sebagai berikut Pendidikan Terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas merupakan sasaran dari pembangunan pendidikan. Pencapaian sasaran ini dilaksanakan melalui tiga program utama, yaitu: perluasan dan pemerataaan kesempatan memperoleh pendidikan, tercapainya efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan dan II - 13 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

14 peningkatan mutu pendidikan. Kinerja pemerintah Kota Pekanbaru di bidang pendidikan dapat disampaikan sebagai berikut ini Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011 Gambar 2.3 Perkembangan Angka Melek Huruf Kota Pekanbaru Tahun Angka Melek Huruf (AMH) merupakan persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin. Nilai AMH dari tahun 2006 sampai 2010 yang terus naik dengan angka di atas 99,5 %, bahkan pada tahun 2010 mencapai nilai 99,87% menunjukkan bahwa hampir seluruh penduduk kota Pekanbaru berusia 10 tahun ke atas memiliki kemampuan membaca dan menulis. Artinya hampir seluruh penduduk Kota Pekanbaru mampu membaca dan menulis Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011 Gambar 2.4 Angka Rata-rata Lama Sekolah Kota Pekanbaru Tahun Pada Gambar 2.4 dapat dilihat bahwa sejak tahun 2007 sampai 2010, ratarata penduduk Kota Pekanbaru yang berusia 15 tahun ke atas telah menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani selama 11,3-11,33 tahun atau II - 14 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

15 setingkat SMA/MA. Capaian ini termasuk kategori sangat baik, mengingat capaian sampai tingkat SLTA ini melampaui program wajib belajar 9 tahun, dan hampir (94,4%) mencapai target maksimal, yaitu program wajib belajar 12 tahun. Namun demikian, karena lamanya bersekolah ini juga merupakan ukuran akumulasi investasi pendidikan individu yang diharapkan akan meningkatkan pendapatan individu dengan naiknya nilai rata-rata lama sekolah ini, maka setiap individu dan pemerintah kota Pekanbaru akan terus meningkatkan angka ini sampai tingkat tertinggi di perguruan tinggi, sehingga akumulasi modal manusia Pekanbaru ini setiap tahun semakin meningkat. ( % ) SD SMP SMA (Tahun) Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, 2011 Gambar 2.5 APK Tingkat SD-SMP-SMA Kota Pekanbaru Tahun Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah perbandingan jumlah siswa pada masing-masing tingkat pendidikan SD/MI; SLTP da, SLTA, dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7-12 tahun untuk SD/MI; tahun untuk SLTP dan tahun untuk SLTA. Nilai APK bias jadi lebih dari 100%, karena siswa SD/MI misalnya, ada yang berusia kurang dari 7 tahun, dan ada juga yang berusia lebih dari 12 tahun; begitu juga dengan siswa SLTP dan SLTA yang sangat mungkin ada yang berusia di luar dari range usia tahun dan tahun. Dapat dilihat pada Gambar 2.5 bahwa nilai APK Tingkat SD/MI pada tahun sudah di atas 100%, walaupun sempat ada tren turun dari tahun 2007 ke tahun 2008, tapi kemudian nilai APK kembali naik dalam 3 tahun berikutnya. Tren nilai APK untuk tingkat SLTP sempat turun dari tahun 2006 sampai 2008, dengan nilai APK di bawah 100%, tetapi pada tahun 2009 dan 2010 nilai APK SLTP di atas 100%. Sedangkan APK untuk SLTA pada 2 tahun pertama dari sangat rendah (46,74% dan 56,42%), namun pada 3 tahun terakhir ( ) nilai APK SLTA naik signifikan pada angka di atas 80%, bahkan pada tahun 2010, hanya tinggal sekitar 10% saja anak usia tahun yang belum mengenyam pendidikan setingkat SLTA. Angka Partisipasi murni (APM) adalah persentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama. APM SD-SLTP dan SLTA Kota Pekanbaru dari tahun 2006 sampai 2010 dipaparkan pada Gambar 2.6 di bawah ini. Dari gambar tersebut terlihat bahwa II - 15 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

16 partisipasi sekolah penduduk usia SD/MI rata-rata sejak tahun 2006 sampai 2010 sudah di atas 100%. Nilai APM SD di atas 100% ini menunjukkan bahwa siswa SD di Kota Pekanbaru juga bukan hanya penduduk Kota Pekanbaru, namun juga penduduk luar Kota Pekanbaru, yaitu Kabupaten Kampar dan Kabupaten Siak yang bertempat tinggal di daerah perbatasan. Sedangkan untuk penduduk usia SLTP sejak tahun 2006 menunjukkan tren yang selalu naik dari nilai APM 72,5% menjadi 94,92% pada tahun Artinya hanya sekitar 5% saja penduduk usia tahun yang belum bersekolah di tingkat SLTP. Untuk penduduk usia tahun, dengan nilai APM masih di bawah 65%, menunjukkan bahwa masih diperlukan upaya baik penambahan fasilitas maupun kesempatan bagi penduduk usia tahun agar dapat mengenyam pendidikan tingkat SLTA. ( % ) SD SMP SMA (Tahun) Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, 2011 Gambar 2.6 APM SD-SMP-SMA Kota Pekanbaru Tahun Angka Pendidikan yang ditamatkan (APT) merupakan persentase jumlah penduduk, baik yang masih sekolah ataupun tidak sekolah lagi menurut pendidikan tertinggi yang telah ditamatkan. Capaian APT penduduk berumur 10 tahun ke atas Kota Pekanbaru pada tahun ditampilkan pada tabel Dari tabel 2.17 tersebut, dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 APT SLTA (SMA/MA/ SMK/sederajat) adalah 39,83%, selanjutnya APT SLTP (SMP/MTs/sederajat) adalah 19,57%. Tabel 2.17 Persentase Penduduk Berumur 10 tahun ke Atas Menurut Ijasah Tertinggi yang Dimiliki pada Tahun 2005 s.d 2010 Kota Pekanbaru Ijazah Tertinggi Tidak punya ijazah SD/MI/Sederajat SLTP/MTS/Sederajat SLTA/SMU/MA/SMK/ Sederajat D I/ D II / D III D IV / S1 / S2 / S Jumlah Sumber: BPS Kota Pekanbaru 2011 II - 16 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

17 Gambar 2.7 di bawah ini memperlihatkan perkembangan APT Kota Pekanbaru dari tahun 2005 sampai Dapat dilihat bahwa sejak tahun 2005 sampai 2010, sebagian besar tenaga kerja yang tersedia berpendidikan sampai dengan SLTA, selanjutnya peringkat kedua background pendidikan tenaga kerja adalah tamatan SLTP, sedangkan tenaga kerja lulusan sarjana (DIV/S1/S2/S3) hanya sekitar 8,1%. Pembangunan pendidikan diarahkan agar tenga kerja berpendidikan sarjana adalah yang dominan SD SLTP SLTA Diploma Sarjana Sumber: BPS Kota Pekanbaru 2011 Gambar 2.7 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas menurut Ijasah Tertinggi yang dimilikidi Kota Pekanbaru Tahun Kesehatan Pembangunan di Kota Pekanbaru dalam kurun 5 tahun terakhir telah memberikan kontribusi besar pada pelayanan kesehatan masyarakat. Dampak pembangunan bidang kesehatan di Kota Pekanbaru selama 5 tahun terakhir telah dapat dirasakan oleh masyarakat. Pemerintah Kota telah melakukan berbagai program dam kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tingkat keberhasilan pembangunan bidang kesehatan dapat dilihat pada indikator kinerja utama bidang kesehatan yang diantaranya meliputi Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB), Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Usia Harapan Hidup (AHH), Persentase Balita Gizi Buruk, dan sebagainya yang dijelaskan pada paparan berikut ini. Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) adalah probabilitas bayi hidup sampai usia 1 tahun, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi usia di bawah 1 tahun dalam kurun waktu setahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Dapat dilihat pada tabel 2.18 di bawah bahwa AKHB hampir mencapai nilai maksimum, dan AKB hanya kurang dari 4, yang bermakna bahwa dari 1000 orang bayi yang lahir hidup pada tahun 2006 sampai 2010 hanya kurang dari 4 orang bayi saja yang meninggal sebelum berusia 1 tahun. Data jumlah kematian bayi ini berasal dari data pada fasilitas kesehatan Kota Pekanbaru (Puskesmas). II - 17 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

18 Tabel 2.18 Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) Tahun 2006 s.d 2010 Kota Pekanbaru No Uraian Angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup 1,30 0,76 1,03 3,92 3,70 2 Angka kelangsungan hidup bayi 998,7 999,24 998,97 996,08 996,30 Sumber: Profil Kesehatan Kota Pekanbaru Dinas Kesehatan, 2011 Catatan: Data kematian bayi tersebut merupakan data yang tercatat pada fasilitas kesehatan Kota Pekanbaru Angka Usia Harapan Hidup (AHH) adalah rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir pada tahun tertentu. Pada gambar 2.8 di bawah ini dapat dilihat bahwa sejak tahun 2006 sampai 2011, harapan hidup bayi yang lahir pada tahun 2006 sampai 2011 memiliki harapan hidup sampai umur sekitar 70 tahun lebih, bahkan pada 4 tahun terakhir AHH nya stabil pada angka 70,7 tahun. Sumber: Profil Kesehatan Kota Pekanbaru Dinas Kesehatan, 2012 Gambar 2.8 Angka Usia Harapan Hidup Kota Pekanbaru Tahun Persentase Balita Gizi Buruk adalah persentase balita dalam kondisi gizi buruk terhadap jumlah balita. Klasifikasi status gizi dibuat berdasarkan standar WHO. Gambar 2.9 di bawah menunjukkan persentase gizi buruk Kota Pekanbaru pada tahun Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa pada periode , jumlah bayi berstatus gizi buruk masuk kategori rendah, bahkan pada tahun 2010, persentase bayi gizi buruk hanya kurang dari 0,05%, artinya hampir tidak ada kejadian bayi berstatus gizi buruk di Kota Pekanbaru pada tahun II - 18 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

19 Sumber : Profil Kesehatan Kota Pekanbaru, 2011 Gambar 2.9 Persentase Balita Kasus Gizi Buruk Kota Pekanbaru Tabel 2.19 memberikan informasi jumlah kasus bayi berstatus gizi buruk untuk setiap kecamatan di Kota Pekanbaru dari tahun 2007 sampai Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah bayi berstatus gizi buruk turun drastis dari jumlah 55 orang pada tahun 2007 menjadi 25 orang pada tahun 2008, bahkan pada tahun 2011 hanya tinggal 4 orang bayi saja yang mengalami status gizi buruk. Hal ini merupakan salah satu indikasi keberhasilan pembangunan bidang kesehatan di kota Pekanbaru. Tabel 2.19 Jumlah Balita Gizi Buruk Per Kecamatan Kota Pekanbaru Tahun JUMLAH BALITA GIZI BURUK NO KECAMATAN (TAHUN) BUKIT RAYA MARPOYAN DAMAI TAMPAN SUKAJADI PEKANBARU KOTA SAIL LIMAPULUH TENAYAN RAYA SENAPELAN RUMBAI PESISIR RUMBAI PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU Sumber: Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, 2012 II - 19 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

20 Ketenagakerjaan Indikator keberhasilan pembangunan daerah juga ditentukan oleh persentase angkata kerja yang bekerja dan penurunan tingkat pengangguran. Walaupun jumlah tenaga kerja dan angkatan kerja senantiasa mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, namun pemerintah berupaya terus mengimbanginya dengan upaya perluasan kesempatan kerja dengan membuka lapangan kerja baru dengan berbagai upaya baik langsung maupun melibatkan pihak swasta. Membenahi fasilitas dan infrastruktur serta regulasi juga memberikan dampak ketertarikan calon investor datang ke Pekanbaru, sehingga penambahan investasi dari pihak swasta ini dapat menyerap tenaga kerja yang semakin banyak. Tabel berikut ini memperlihatkan keadaan dan perkembangan ketenagakerjaan Kota Pekanbaru pada 2 tahun terakhir ( ). Dari Tabel 2.20 dapat dilihat bahwa Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dari tahun 2009 ke 2010 mengalami peningkatan dari 60,46% menjadi 67,70%. Berbagai upaya pemerintah kota beserta pihak swasta telah berkontribusi dalam menurunkan tingkat pengangguran yang mengalami tren menurun dari 12,03% menjadi 10,23% pada tahun Seiring dengan itu jumlah tenaga kerja yang bekerja juga meningkat dari 87,97% menjadi 89,77% pada tahun Tabel 2.20 juga memperlihatkan bahwa sektor perdagangan, rumah makan dan hotel menjadi sektor yang paling dominan (35,74%) sebagai tempat bekerja, disusul sektor jasa (31,20%) dan sektor bangunan (10,32%). Kenyataan ini memperlihatkan bahwa pihak swasta memegang peranan yang sangat penting dalam memberikan peluang kerja. Untuk itu pemerintah kota Pekanbaru senantiasa terus berupaya membenahi infra sktruktur dan regulasi serta menciptakan suasana nyaman bagi investor agar terus datang dan menanamkan modalnya di Pekanbaru. Tabel 2.20 Statistik Ketenagakerjaan Tahun Kota Pekanbaru No Uraian TPAK (%) Tingkat Pengangguran (%) Bekerja (%) UMR (000 Rupiah) 925 1,055 LIMA SEKTOR PEKERJAAN UTAMA (%) 1 Perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel 2 Jasa kemasyarakatan, social dan perorangan Bangunan Industri pengolahan Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi 5.39 Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 II - 20 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

21 Fokus Seni, Budaya dan Olah Raga Di Kota Pekanbaru pembangunan seni budaya digalakkan dalam rangka melestarikan, menjaga dan mengembangkan seni budaya daerah serta mempertahankan jati diri dan nilai-nilai budaya daerah, yaitu budaya melayu yang identik dengan Islam ditengah marak dan semakin derasnya arus informasi dan kebudayaan global. Disamping mengakomodir berbagai seni budaya penduduk yang berdomisili di kota Pekanbaru selama tidak berseberangan dengan nilai-nilai budaya melayu, mengingat penduduk kota Pekanbaru sangat multi etnis dan heterogen. Pemerintah dan masyarakat kota Pekanbaru memiliki komitmen dan tekad untuk menghidupkan kembali aktivitas yang berakar dari tradisi lokal masyarakat kota Pekanbaru. Diantaranya adalah dengan didirikan dan dihidupkannya lembaga adat melayu baik itu di tingkat kota ataupun di tingkat kecamatan, dibentuknya group kesenian.sanggar seni. Juga dengan dihidupkannya dewan kesenian daerah. Namun apabila dibandingkan antara harapan dan realita, kita dapatkan masih lemahnya fokus terhadap bidang seni budaya ini. Rasio keberadaan lembaga seni budaya seperti group kesenian dan sanggar seni, dewan kesenian daerah kota Pekanbaru dan lembaga adat Melayu di kota Pekanbaru nampak pada tabel yang disajikan berikut ini: No Tabel 2.21 Rasio Lembaga Seni Budaya Per Penduduk Kota Pekanbaru ( ) Lembaga Seni dan Budaya Tahun Group Kesenian/Sanggar Seni Pusat Latihan Kesenian Dewan Kesenian Daerah Lembaga Adat Melayu (Kab dan Kec) 5 Jumlah Lembaga Jumlah Penduduk Rasio lembaga per penduduk 0,278 0,269 0,263 0,262 0,234 Sumber :Dinas Pariwisata, 2011 Dari tabel 2.21 tersebut terlihat rendahnya jumlah lembaga seni budaya di kota Pekanbaru, khususnya jumlah group kesenian terdaftar, begitu pula dengan tidak adanya pusat pelatihan kesenian dan minimnya jumlah dewan kesenian daerah dan lembaga adat Melayu, sehingga rasio lembaga seni budaya per penduduk menjadi relatif rendah, dan ketersediaannya hanya 0,27 lembaga seni budaya dalam setiap penduduk. Perkembangan jumlah penduduk yang semakin bertambah juga belum diantisipasi dengan disertai bertambahnya jumlah lembaga budaya. Hal ini kemungkinan besar dipicu oleh minimnya tenaga pelatih dalam seni budaya, ditambah sedikitnya sarana dan prasana pertunjukan kesenian yang tersedia. Juga kurangnya event-event kesenian dan budaya daerah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah secara langsung atau prakarsa masyarakat secara tidak langsung, yang akan memotivasi munculnya group-group kesenian yang baru. II - 21 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

22 Pemerintah kota Pekanbaru senantiasa terus berusaha dan berupaya untuk meningkatkan prestasi pemuda dalam berbagai bidang dan aspek, diantaranya adalah prestasi olah raga. Maka pembenahan pada berbagai aspek baik itu sarana dan prasarana, infrastruktur maupun suprastruktur terus menerus dilakukan. Fasilitasi, dukungan dan suport secara maksimal diberikan kepada organisasi induk oleh raga, begitu juga terhadap organisasi cabang olah raga. Berbagai pertandingan olah raga, baik itu antar sekolah, antar kampus, dan pertandingan olah raga antar klub serta antar kecamatan terus diselenggarakan. Pada tabel berikut ini disajikan data fasilitas olah raga yang tersedia di kota Pekanbaru pada tahun 2010, sebagai berikut: Tabel 2.22 Rasio Klub dan Gedung Olahraga Per Penduduk Kota Pekanbaru Tahun 2010 No Uraian Klub Olahraga Gedung Olahraga Jumlah Penduduk Rasio Klub Olahraga Rasio Gedung Olahraga 1.3 Sumber : Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Pekanbaru, 2011 Terlihat dari tabel diatas pada tahun 2010, rasio klub olah raga 3.3. ini berarti bahwa tersedia sebanyak 3-4 Klub untuk setiap penduduk, sedangkan gedung olah raga yang tersedia hanya sebanyak 1.3 untuk setiap penduduk. Melihat kondisi tersebut masih sangat diperlukan peningkatan kontribusi pemerintah kota, disamping dunia usaha dan begitu pula masyarakat secara luas agar bersinergi dalam mewujudkan kondisi ideal. Berikut ini disajikan data rinci tentang ketersediaan gedung olah raga untuk setiap kecamatan di kota Pekanbaru, khusus pada tahun Dari data dan fakta yang ada pada tabel 2.23 di bawah, berarti bahwa di Kota Pekanbaru hanya tersedia 0.82 Gedung olah raga untuk setiap penduduk. Tabel 2.23 Rasio Gedung Olahraga Per Penduduk menurut Kecamatan di Kota Pekanbaru (2010) Jumlah Jumlah Gedung NO Kecamatan Penduduk (jiwa) Olahraga (Unit) 1 Bukit Raya Lima Puluh Marpoyan Damai Payung Sekaki Pekanbaru Kota Rumbai Rumbai Pesisir Sail Senapelan Sukajadi Tampan Tenayan Raya Jumlah Sumber :Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Pekanbaru, 2012 II - 22 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun Rasio per Penduduk

23 2.3. ASPEK PELAYANAN UMUM Kinerja pembangunan pemerintah kota Pekanbaru pada aspek pelayanan umum merupakan gambaran dan hasil pelaksanaan pembangunan selama periode 6 tahun terakhir ( ) pada kondisi pelayanan umum yang mencakup fokus layanan urusan wajib dan fokus layanan urusan pilihan. Indikator kinerja pelaksanaan pembangunan pada aspek pelayanan umum selama periode disampaikan berikut ini Fokus Layanan Urusan Wajib Pendidikan Indikator kinerja pembangunan bidang pendidikan Kota Pekanbaru, antara lain meliputi Angka prtisipasi Sekolah (APS), Rasio Ketersediaan Sekolah Terhadap Penduduk Usia Sekolah, Rasio Guru Terhadap Siswa, Angka Melek Huruf (AMH), Angka Putus Sekolah, Angka Kelulusan, Angka Melanjutkan Sekolah dan sebagainya. Berikut ini dipaparkan beberapa indikator kinerja utama pembangunan bidang pendidikan di Kota Pekanbaru. a. Angka Partisipasi Sekolah Angka Partisipasi Sekolah (APS) adalah persentase jumlah murid per jumlah penduduk usia tingkatan pendidikan tertentu. Perkembangan nilai APS untuk 3 tingkatan usia pada tahun ditampilkan dalam Tabel 2.24 dan Gambar 2.10 di bawah ini th th th Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 dan Disdik Kota Pekanbaru 2012 Gambar 2.10 Perkembangan APS Menurut Kelompok Umur Kota Pekanbaru Tahun Gambar 2.10 di atas dan tabel 2.24 memperlihatkan perkembangan nilai APS untuk 3 kelompok usia 7-12 tahun, tahun dan tahun Kota Pekanbaru pada tahun 2007 sampai Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa APS untuk tingkat usia 7-12 tahun dan tahun berada jauh di atas II - 23 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

24 APS kelompok usia tahun dan hampir mencapai nilai 100% dengan tren yang terus meningkat. Nilai APS untuk usia 7-12 tahun di atas 100% pada tahun 2011 ini menunjukkan bahwa ada sebagian siswa usia 7-12 tahun yang bukan warga Kota Pekanbaru, yang berdomisili di daerah perbatasan dengan Kabupaten/Kota lain (Kampar, Siak dan Pelalawan). Tabel 2.24 Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Usia 7-12 dan Tahun Kota Pekanbaru Tahun 2007 s.d 2011 No Jenjang Pendidikan Kelompok Usia 7-12 Tahun 1.1 Jumlah murid usia 7-12 thn Jumlah penduduk usia 7-12 thn APS 7-12 Tahun 97,7 98,8 98,9 99,2 108,2 2 Kelompok Usia Tahun 2.1 Jumlah murid usia thn Jumlah penduduk usia thn APS Tahun 93,8 98,1 96,2 96,0 92,1 Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 dan Disdik Kota Pekanbaru 2012 Tabel 2.24 di atas adalah data jumlah murid usia 7-12 tahun dan tahun, jumlah penduduk usia 7-12 tahun dan tahun, serta nilai APS untuk kedua kelompok usia tersebut dari tahun 2007 sampai Dari data tersebut terlihat bahwa nilai APS untuk usia 7-12 tahun sudah mencapai 100%, sedangkan untuk usia tahun sudah hampir mencapai angka 100% dengan tren yang meningkat dari tahun ke tahun, sehingga jika tren ini dapat dipertahankan, maka pencapaian nilai APS 100% dapat dipenuhi dalam 1-2 tahun ke depan. Tabel 2.25 menggambarkan nilai APS kelompok usia tahun, jumlah penduduk usia tahun serta jumlah siswa usia tahun. Data tersebut memperlihatkan bahwa walaupun nilai APS untuk kelompok usia tahun ini masih di bawah 100%, namun terlihat tren yang selalu meningkat dari tahun 2007 sampai Dengan telah diluncurkannya program wajib belajar 12 tahun, maka pencapaian nilai APS usia tahun ini diprediksi akan meningkat tajam pada tahun-tahun ke depan. Tabel 2.25 Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Kelompok Usia Tahun Kota Pekanbaru Tahun 2007 s.d 2011 No Jenjang Pendidikan Jumlah murid usia tahun Jumlah penduduk usia tahun APS Tahun 74,2 75,9 75,9 77,8 88,6 Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 dan Disdik Kota Pekanbaru 2012 II - 24 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

25 b. Rasio Ketersediaan Sekolah Terhadap Penduduk Usia Sekolah Rasio Ketersediaan Sekolah Terhadap Penduduk Usia Sekolah adalah mengindikasikan kemampuan pemerintah kota menampung penduduk usia sekolah untuk setiap jenjang pendidikan. Tabel 2.26 di bawah ini menunjukkan rasio untuk jenjang pendidikan dasar. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa rasio ketersediaan sekolah dasar pada tahun 2007 adalah 26,63, maknanya bahwa untuk setiap penduduk usia sekolah dasar terdapat sebanyak rata-rata sekitar 26,63 buah sekolah dasar, atau 1 sekolah untuk sekitar 375 orang anak usia 7-12 tahun. Pada tahun 2008, seiirng bertambahnya penduduk usia sekolah dasar, sedangkan jumlah sekolah dasar yang justru berkurang (dari 253 pada tahun 2007 menjadi 250 pada tahun 2008), maka ketersediaan sekolah untuk setiap orang anak usia 7-12 tahun menurun ke angka 26,49 (1 sekolah untuk 377 orang anak usia 7-12 tahun). Rasio ketersediaan sekolah dasar kembali turun cukup siginifikan pada tahun 2009 menjadi 24,88 atau 1 sekolah untuk sekitar 402 orang anak usia 7-12 tahun. Beruntung pada thaun 2010, dengan bertambahnya jumlah sekolah dasar menjadi 258 buah, sehingga menaikkan rasio kesetersediaan sekolah dasar menjadi 25,23 atau 1 sekolah untuk 396 orang anak usia 7-12 tahun. Pada tahun 2011, dengan tambahan 1 sekolah baru, rasio untuk SD naik menjadi 26,13, sedangkan untuk SMP turun menjadi 23,00. Penurunan rasio ini akibat penambahan jumlah penduduk usia tahun yang cukup signifikan. Tabel 2.26 Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah pada Jenjang Pendidikan Dasar Tahun 2007 s.d 2011 Kota Pekanbaru NO Jenjang Pendidikan SD/MI 1.1 Jumlah gedung sekolah Jumlah penduduk 7-12 thn Rasio 26,63 26,49 24,88 25,23 26,13 2 SMP/MTs 2.1 Jumlah gedung sekolah Jumlah penduduk thn Rasio 26,60 28,66 27,67 27,40 23,00 Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 dan Disdik Kota Pekanbaru 2012 Pada tabel 2.26 di atas juga dapat dilihat bahwa rasio ketersediaan sekolah SLTP rata-rata lebih dari dari tahun daripada jenjang sekolah dasar. Pada tahun 2007, rasio ketersediaan sekolah tingkat SLTP adalah 26,60 untuk orang penduduk usia tahun. Ini berarti, untuk setiap sekolahnya diperuntukkan bagi sekitar 376 orang anak usia tahun. Tambahan sekolah pada tahun 2008 menjadi 105 dari sebelumnya 94 sekolah, memberikan nilai rasio sebesar 28,66 (349 orang penduduk usia tahun). Walaupun angka rasio menurun pada 2 tahun berikutnya, namun nilainya masih lebih baik daripada pada jenjang sekolah dasar. Rasio ketersediaan sekolah menengah atas (SLTA) dapat dilihat pada tabel Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa untuk orang penduduk usia tahun tersedia sebanyak 20,92 sekolah menengah atas pada tahun 2007, atau 1 SLTA diperuntukan bagi 478 orang penduduk usia tahun; dan angka rasio ketersediaan SLTA meningkat menjadi 21,43 buah (1 SLTA untuk 467 II - 25 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

26 orang) pada tahun 2008, dan angka rasio tersebut stabil pada angka di atas 21 tersebut sampai tahun 2010, tetapi menurun pada tahun Tabel 2.27 Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah pada Jenjang Pendidikan MenengahTahun 2007 s.d 2011 Kota Pekanbaru No Jenjang Pendidikan Jumlah sekolah menengah Jumlah penduduk usia tahun 3 Rasio 20,92 21,43 21,16 21,49 18,99 Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 dan Disdik Kota Pekanbaru 2012 c. Rasio Guru Terhadap Murid Rasio Guru Terhadap Murid menyatakan ketersediaan guru untuk melayani sejumlah murid. Untuk jenjang pendidikan dasar, rasio ketersediaan guru terhadap murid diperlihatkan pada tabel Dari tabel tersebut terlihat bahwa rasio guru per murid pada tahun 2007 adalah 466,20 dengan makna bahwa terdapat 466,2 orang guru untuk melayani orang siswa sekolah dasar. Makna lainnya adalah bahwa tersedia seorang guru untuk melayani sekiatr 21 orang siswa sekolah dasar. Nilai rasio guru/murid meningkat pada empat tahun berikutnya, dengan nilai 478,35 (1 orang guru melayani 21 orang murid SD) pada tahun 2008; 496,37 (seorang guru untuk 20 orang siswa SD) pada tahun 2009; 490,27 (20 orang dilayani setiap guru) pada tahun 2010, dan menjadi 486,49 ( 1 orang guru melayani 20,5 siswa SD) pada tahun Sementara itu untuk jenjang pendidikan SLTP, rasio guru/murid yang ditampilkan pada tabel 2.28 di bawah menunjukkan bahwa pada tahun 2007 rasio ketersediaan guru terhadap murid SLTP adalah 738,29 orang untuk orang murid (seorang guru melayani 13,5 orang siswa SLTP). Rasio guru/murid SLTP selanjutnya naik pada tahun-tahun berikutnya, yaitu 760,89 per siswa SLTP (1 orang guru melayani 13 orang siswa) pada tahun Sedangkan untuk tahun 2009, 2010 dan 2011, berturut-turut adalah 742,43 (1 orang guru melayani 13,5 siswa); 773,79 (seorang guru SLTP melayani sebanyak 12,9 orang siswa) dan 742,65 ( 1 guru untuk 13,5 orang siswa SLTP). Tabel 2.28 Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Tahun 2007 s.d 2011 Jenjang NO Pendidikan SD/MI 1.1 Jumlah guru Jumlah murid Rasio 466,20 478,35 496,37 490,27 486,49 2 SMP/MTs 2.1 Jumlah guru Jumlah murid Rasio 738,29 760,89 742,43 773,79 742,65 Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 dan Disdik Kota Pekanbaru 2012 II - 26 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

27 Tabel 2.29 di bawah ini memperlihatkan nilai rasio guru/murid untuk jenjang pendidikan menengah (SLTA) dari tahun 2007 sampai Tabel tersebut memperlihatkan bahwa nilai rasio guru/siswa SLTA pada tahun 2007 adalah sebesar 874,80 (terdapat 874,8 orang guru yang melayani orang siswa SLTA). Makna lainnya adalah bahwa untuk setiap orang guru SLTA di Pekanbaru saat ini memiliki beban pelayanan kepada siswanya sebanyak 11,4 orang siswa. Selanjutnya rasio guru/siswa SLTA berfluktuasi dalam 3 tahun berikutnya, yaitu 889,13 (1 orang guru melayani 11,2 orang siswa) pada tahun 2008, selanjutnya pada tahun 2009 rasio guru/siswa SLTA adalah 862,31 (1 orang guru untuk 11,6 orang siswa). Pada tahun 2010, rasio guru/siswa SLTA kembali turun menjadi 850,48 (1 orang guru melayani 11.8 orang siswa SLTA). Tahun 2011, rasio guru/siswa naik kembali menjadi 871,97 ( 1 orang guru melayani 11,5 orang siswa SLTA). Tabel 2.29 Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Menengah Kota Pekanbaru Tahun 2007 s.d 2011 No Jenjang Pendidikan Jumlah guru Jumlah murid Rasio 874,80 889,13 862,31 850,48 871,97 Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 dan Disdik Kota Pekanbaru 2012 d. Angka Melek Huruf Angka Melek Huruf (AMH) menunjukkan prosentase penduduk usia di atas 15 tahun yang mampu membaca huruf latin. Angka Melek Huruf kota Pekanbaru dari tahun 2006 sampai 2010 ditunjukkan pada Tabel 2.30 di bawah ini. Tabel tersebut menunjukkan bahwa lebih dari 99,5 % penduduk Pekanbaru yang berusia di atas 15 tahun mampu membaca dan menulis huruf latin, dengan tren yang selalu naik selama lima tahun berikutnya. Pada tahun 2006, penduduk usia di atas 15 tahun yang mampu membaca dan menulis adalah 99,5 %. Berikutnya AMH naik pada 4 tahun berikutnya, yaitu 99,7% pada tahun 2007; 99,77 % pada tahun 2008; 99,80% pada tahun 2009 dan 99.87% pada tahun 2010, artinya hanya 0,13% persen saja penduduk usia di atas 15 tahun yang belum mampu membaca dan menulis. Tabel 2.30 Angka Melek Huruf Penduduk Usia di atas 15 Tahun Tahun 2006 s.d 2010 TAHUN MELEK HURUF BUTA HURUF JUMLAH ,50 0,50 100, ,70 0,30 100, ,77 0,23 100, ,80 0,20 100, ,87 0,13 100,00 Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011 II - 27 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

28 e. Sekolah Kondisi Baik Kualitas pendidikan juga ditentukan oleh kualitas fasilitas pendidikan yang dimilikinya dan dipakai untuk menyelengarakan pendidikan. Berikut ini ditampilkan informasi yang menyatakan persentase kondisi sekolah yang dalam keadaan baik yang masih layak digunakan (lihat tabel 2.31). Tabel tersebut menyatakan bahwa terdapat sekitar 65,78 persen sekolah untuk seluruh jenjang pendidikan (SD, SLTP dan SLTA) yang berada dalam kondisi baik. Persentase ini terus naik untuk 5 tahun berikutnya, yaitu berturut-turut sebesar 69,29% pada tahun 2007; 74,74% persen pada tahun 2008; 76,27% pada 2009; 76,24% pada tahun 2010 dan sebesar 76,43% pada tahun Tabel 2.31 Persentase Kelas SD-SMP-SMA Kondisi Baik Tahun 2006 s.d 2011 Kota Pekanbaru No Uraian Jumlah kelas kondisi baik 2 Jumlah kelas Persentase kelas baik 65,78 69,29 74,74 76,27 76,24 76,43 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, 2012 f. Angka Putus Sekolah Angka Putus Sekolah menunjukkan jumlah dan persentase siswa untuk setiap tingkatan pendidikan (SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK) yang tidak menyelesaikan pendidikannya. Tabel 2.32 di bawah ini menunjukkan perkembangan jumlah dan persentase angka putus sekolah siswa untuk semua tingkatan sekolah (SD/MI, SMP/MTs dan SMA?MA SMK) di Kota Pekanbaru dari tahun 2007 sampai tahun Terlihat pada tabel tersebut bahwa pada tahun 2007, siswa SD yang tidak menyelesaikan sekolahnya berjumlah 76 orang dengan nilai angka putus sekolahnya sebesar 0,08%, dan cenderung menurun pada 3 tahun berikutnya, tetapi angka putusa sekolah SD ini naik pada tahun Pada tahun 2011 jumlah siswa SD/MI yang tidak menyelesaikan pendidikannya adalah sebanyak 116 orang atau 0,10% dari total siswa SD/MI. Untuk jenjang SLTP, jumlah siswa yang tidak menyelesaikan pendidikannya adalah sebanyak 147 orang atau sebesar 0,38% dari total siswa SLTP pada tahun Untuk 4 tahun berikutnya, cenderung fluktuatif dengan tendensi menurun, dan pada tahun 2011 terdapat 114 orang (0,26%) siswa SLTP yang tidak menyelesaikan pendidikan. Untuk tingkat SLTA, jumlah siswa yang tidak meyelesaikan pendidikannya cenderung fluktuatif selama 5 tahun dari 2007 sampai Pada tahun 2007, jumlah siswa SMA/MA/SMK yang tidak menyelesaikan pendidikannya sebanyak 215 orang atau sebesar 0,55% dari keseluruhan siswa SLTA. Persentase angka putus sekolah untuk jenjang SLTA berfluktuasi pada nilai sekitar 0,5% pada periode 5 tahun ( ). Pada tahun 2011, dan ada sebanyak 246 orang (0,56%) siswa SLTA yang tidak menyelesaikan pendidikannya sampai tamat. II - 28 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

29 Tabel 2.32 Angka Putus Sekolah Tingkat SD, SLTP dan SLTA Kota Pekanbaru Tahun 2007 s.d 2011 No Uraian SD/MI 1.1. Siswa putus sekolah Jumlah siswa Angka Putus Sekolah 0,08% 0,08% 0,07% 0,06% 0,10% 2. SMP/MTs 2.1 Siswa putus sekolah Jumlah siswa Angka Putus Sekolah 0,38% 0,29% 0,26% 0,31% 0,26% 3. SMA/MA/SMK 3.1. Siswa putus sekolah Jumlah siswa Angka Putus Sekolah 0,55% 0,52% 0,45% 0,48% 0,56% Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, 2012 g. Angka Kelulusan (AL) Angka Kelulusan adalah besarnya jumlah kelulusan siswa kelas 6 SD, kelas 9 SLTP dan kelas 12 SLTA untuk setiap jenjang pendidikan. Gambar 2.11 di bawah ini memperlihatkan perkembangan angka kelulusan untuk semua tingkatan pendidikan di Kota Pekanbaru dari tahun 2006 sampai Terlihat bahwa angka kelulusan dari tahun ke tahun memperlihatkan kecenderungan naik. Pada tahun 2006 angka kelulusan SD, SLTP dan SLTA berturut-turut adalah: orang, orang dan orang. Sedangkan pada thaun 2010 angka kelulusan untuk setiap jenjang pendidikan adalah: untuk Tingkat SD sebesar orang, SLTP sebesar orang dan angka kelulusan untuk SLTA sebesar orang. (Orang) SD SMP SMA (Tahun) Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru 2011 Gambar 2.11 Angka Kelulusan Kota Pekanbaru Tahun 2006 s/d 2010 II - 29 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

30 h. Angka Melanjutkan Sekolah Angka Melanjutkan Sekolah adalah persentase tamatan sekolah yang melanjutkan ke jenjang sekolah lebih tinggi. Dari tabel 2.33 di bawah ini terlihat bahwa jumlah siswa yang melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi cenderung naik dari tahun ke tahun, terutama dari tahun 2007 ke tahun 2008, dan selanjutnya pada 3 tahun berikutnya cenderung stabil. Penambahan jumlah siswa yang melanjutkan sekolah ini diperkirakan dikarenakan pertambahan jumlah penduduk usia sekolah. No Angka Melanjutkan 1 SD/MI ke SMP/MTs 2 SMP/MTs ke SMA/MA/SMK Tabel 2.33 Angka Melanjutkan Sekolah Tahun 2006 s.d 2011 Kota Pekanbaru Satuan Peserta didik Peserta didik Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru ,157 12,998 14,681 14,533 14,987 14,895 12,912 12,696 14,641 15,073 15,981 15,800 i. Pendidikan Usia Dini Perkembangan pendidikan anak usia dini di Kota Pekanbaru dari tahun 2007 sampai 2011 menunjukkan perkembangannya yang pesat, seperti diperlihatkan pada tabel Namun perkebangannya cukup fluktuatif dari tahun ke tahun, terutama pada tahun Data ini menunjukkan bahwa perkembangan pendidikan usia dini di Kota Pekanbaru cukup dinamis. Tabel 2.34 Perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini Tahun 2007 s.d 2011 Kota Pekanbaru No Uraian Jumlah siswa TK/RA/TPA 2 Jumlah siswa diniyah/awaliah Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 dan Disdik Kota Pekanbaru 2012 j. Keadaan Guru yang Memenuhi Kualifikasi D3-S1 Keadaan guru di Kota Pekanbaru berdasarkan kelayakan yang dilihat pada latar belakang pendidikan tertingginya diperlihatkan pada tabel 2.35 di bawah ini. Data tersebut menunjukkan bahwa jumlah guru yang memiliki pendidikan D3/S1 memiliki tend naik dari tahun ke tahun, terutama sejak tahun 2008 sampai tahun II - 30 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

31 Tabel 2.35 Guru SD-SMP dan SMA Yang memenuhi Kualifikasi D3 dan S1 Kota Pekanbaru Tahun 2006 s.d 2011 No Kualifikasi Guru Layak Mengajar (D3,S1) Semi Layak (SPG,PDA,D1,D2) 3 Tidak Layak (SMA dan SMK) Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 dan Disdik Kota Pekanbaru 2012 Untuk memperbesar rasio guru layak mengjar D3 dan S1 maka diupayakan untuk peningkatan jenjang pendidikan guru melalui pendidikan tinggi baik di Universitas Negeri dan Swasta secara formal maupun melalui pendidikan Universitas Terbuka baik memakai kurikulum campuran (blanded pedagogy) maupun yang relatif full berbasis online Kesehatan Indikator kinerja pembangunan bidang kesehatan dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain: Rasio Posyandu per Satuan Balita; Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu per Satuan Penduduk; Rasio Rumah Sakit per Satuan Penduduk; Rasio Dokter per Satuan Penduduk; Rasio Tenaga Medis per satuan Penduduk; Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani; Cakupan Kelurahan UCI; Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan; Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC BTA; Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD; Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin; Cakupan Kunjungan Bayi; Cakupan Puskesmas dan Cakupan Pembantu Puskesmas. Berikut ini disampaikan beberapa indikator kinerja utama pembangunan bidang kesehatan Kota Pekanbaru pada periode a. Rasio Posyandu per-satuan Balita Rasio Posyandu per-satuan Balita merupakan jumlah posyandu untuk setiap 1000 orang balita. Tabel 2.36 menunjukkan bahwa rasio jumlah posyandu per orang balita pada periode adalah di atas 5 buah. Jumlah posyandu selalu bertambah dari 573 buah pada tahun 2007 menjadi 602 buah pada tahun Penambahan jumlah posyandu dimaksudkan untuk mengantisipasi pertambahan jumlah bayi dari tahun ke tahun, dan ini cukup efektif sehingga persentase jumlah posyandu dapat dipertahankan di atas 5 per balita. Tabel 2.37 memperlihatkan jumlah posyandu dan balita serta rasionya untuk setiap kecamatan di Kota Pekanbaru pada tahun Tabel 2.36 Jumlah Posyandu dan Balita Kota Pekanbaru Tahun 2007 s.d 2011 No Uraian Jumlah Posyandu Jumlah Balita Rasio 5,54 5,21 5,22 5,54 5,39 Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012 II - 31 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

32 Tabel 2.37 Jumlah Posyandu dan Balita Menurut Kecamatan Tahun 2011 Kota Pekanbaru No Kecamatan Jumlah Posyandu Jumlah Balita Rasio 1 Bukit Raya ,98 2 Marpoyan Damai ,60 3 Tampan ,17 4 Sukajadi ,20 5 Pekanbaru Kota ,90 6 Sail ,00 7 Lima Puluh ,83 8 Tenayan Raya ,35 9 Senapelan ,82 10 Rumbai Pesisir ,95 11 Rumbai ,22 12 Payung Sekaki ,34 13 Pekanbaru ,39 Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012 b. Rasio Puskesmas, Poliklinik dan Pustu per-satuan Penduduk Rasio puskesmas, poliklinik dan pustu persatuan penduduk adalah ketersediaan puskesmas, poliklinik dan pustu untuk setiap 1000 orang penduduk. Tabel 2.38 memperlihatkan rasio puskesmas, poliklinik dan pustu pada tahun Dapat dilihat bahwa rasio puskesmas, poliklinik dan pustu terhadap 1000 penduduk cenderung tetap, yaitu berturut-turut 0,02; 0,28 dan 0,04. Namun dengan bertambahnya penduduk setiap tahunnya, maka perlu menambah jumlah puskesmas, poliklinik dan pustu, paling tidak untuk mempertahankan rasio ketersediaannya persatuan penduduk. Tabel 2.39 memperlihatkan distribusi untuk setiap kecamatan pada 2011 masih belum merata. Rasio tersediaan poliklinik di Kecamatan Pekanbaru Kota memiliki rasio yang tinggi, sebesar 0,64 sedangkan Kecamatan Rumbai hanya 0,11. Ke depan perlu diupayakan agar rasio ketersediaan puskesmas, poliklinik dan pustu lebih merata untuk setiap kecamatan. Tabel 2.38 Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan Pustu Tahun 2007 s.d 2011 Kota Pekanbaru No Uraian Jumlah Puskesmas Jumlah Poliklinik Jumlah Pustu Jumlah Penduduk Rasio Puskesmas persatuan penduduk 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 6 Rasio Poliklinik persatuan penduduk 0,28 0,28 0,30 0,28 0,28 7 Rasio Pustu persatuan penduduk 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012 II - 32 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

33 No Tabel 2.39 Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan Pustu Tahun 2011 Menurut Kecamatan Kota Pekanbaru Kecamatan Jumlah Puskesmas Poliklinik Pustu Penduduk Jumlah Rasio Jumlah Rasio Jumlah Rasio 1 Bukit Raya , ,50 3 0,03 2 Marpoyan Damai , ,21 4 0,03 3 Tampan , ,21 2 0,01 4 Sukajadi , ,44 1 0,02 5 Pku Kota , ,64 1 0,04 6 Sail ,05 5 0,23 2 0,09 7 Lima Puluh ,02 9 0,22 4 0,10 8 Tenayan Raya , ,24 5 0,04 9 Senapelan ,03 9 0,25 2 0,05 10 Rumbai Pesisir , ,26 5 0,08 11 Rumbai ,05 7 0,11 2 0,03 12 Payung Sekaki , ,37 2 0,02 13 Pekanbaru , , ,04 Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012 c. Rasio Rumah Sakit per-satuan Penduduk Rasio rumah sakit per-satuan penduduk adalah ketersediaan rumah sakit setiap 1000 orang penduduk. Jumlah rumah sakit dan rasio ketersediaanya per penduduk di Kota Pekanbaru dari Tahun 2007 sampai 2011 diperlihatkan pada Tabel Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah rumah sakit di Kota Pekanbaru setiap tahunnya bertambah (dari 14 unit pada tahun 2007 menjadi 22 unit pada tahun 2011). Penambahan jumlah rumah sakit ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, sehingga rasio rumah sakit terhadap 1000 orang penduduk selalu tetap, yaitu sebesar 0,02 pada tahun 2007 s.d Tabel 2.40 Jumlah Rumah Sakit per-satuan Penduduk Tahun 2007 s.d 2011 Kota Pekanbaru No Uraian Jumlah Rumah Sakit Jumlah Penduduk Rasio 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012 Tabel 2.41 memperlihatkan jumlah dan rasio ketersediaan rumah sakit untuk setiap kecamatan di Kota Pekanbaru pada tahun Dapat dilihat dari tabel tersebut bahwa distribusi rumah sakit di Pekanbaru untuk setiap kecamatan masih belum merata. Masih ada 4 kecamatan (Lima Puluh, Tenayan Raya, Rumbai dan Rumbai Pesisir) yang belum memiliki rumah sakit. Begitu juga rasio yang sangat kecil (sebesar 0,006 hanya ada 1 rumah sakit untuk kecamatan Tampan), menunjukkan bahwa di kecamatan Tampan perlu penambahan rumah sakit untuk melayani penduduk yang berjumlah lebih dari 170 ribu jiwa. Untuk itu, pembangunan rumah sakit di 5 kecamatan tersebut layak dilakukan, demi II - 33 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

34 optimalnya layanan kesehatan bagi masyarakat.sedangkan untuk kecamatan Sail dan Pekanbaru Kota, dengan rasio di atas 0,1; menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 1 buah rumah sakita untuk setiap penduduk di dua kecamatan tersebut. Tabel 2.41 Jumlah Rumah Sakit per-satuan Penduduk Tahun 2011 Menurut Kecamatan - Kota Pekanbaru No Kecamatan Jumlah Rumah Sakit Jumlah Penduduk Rasio 1 Bukit Raya ,01 2 Marpoyan Damai ,05 3 Tampan ,006 4 Sukajadi ,08 5 Pekanbaru Kota ,12 6 Sail ,19 7 Lima Puluh Tenayan Raya Senapelan ,03 10 Rumbai Pesisir Rumbai Payung Sekaki ,02 13 Pekanbaru ,02 Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012 d. Rasio Dokter per-satuan Penduduk Rasio dokter per-satuan penduduk menunjukkan jumlah ketersediaan dokter untuk setiap 1000 orang penduduk. Tabel 2.42 menunjukkan jumlah dokter dan rasio ketersediaanya per-1000 penduduk di Kota Pekanbaru dari Tahun 2007 sampai Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah dokter dan rasio dokter dari tahun ke tahun meningkat. Pada tahun 2007, jumlah dokter dim Kota Pekanbaru sebanyak 570 orang, meningkat menjadi 979 orang pada tahun Sedangkan rasio ketersediaan dokter per-1000 orang penduduk juga meningkat dari 0,7 pada tahun 2007 menjadi 1,1 pada tahun Artinya pad tahun 2011, terdapat lebih dari 1 orang dokter untuk setiap 1000 orang penduduk. Distribusi dokter per-kecamatan di Pekanbaru pada tahun 2011 diperlihatkan pada Tabel Dari tabel tersebut terlihat bahwa jumlah dokter per-1000 penduduk tidak merata antar kecamatan. Misalnya di Kecamatan Kota, dengan rasio sebesar 7,1, menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 7 orang dokter untuk setiap 1000 orang penduduk di Kecamatan Pekanbaru Kota; sedangkan di Kecamatan Tenayan Raya, hanya ada sekitar 1 orang dokter untuk orang. Tabel 2.42 Jumlah Dokter per-satuan Penduduk Tahun 2007 s.d 2011 Kota Pekanbaru No Uraian Jumlah Dokter Jumlah Penduduk Rasio 0,7 0,9 0,9 1,1 1,1 Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012 II - 34 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

35 Tabel 2.43 Jumlah Dokter per-satuan Penduduk Tahun 2011 Menurut Kecamatan - Kota Pekanbaru No Kecamatan Jumlah Dokter Jumlah Rasio Penduduk Bukit Raya ,1 2 Marpoyan Damai ,5 3 Tampan ,5 4 Sukajadi ,2 5 Pekanbaru Kota ,1 6 Sail ,2 7 Lima Puluh ,4 8 Tenayan Raya ,1 9 Senapelan ,5 10 Rumbai Pesisir ,7 11 Rumbai ,3 12 Payung Sekaki ,9 13 Pekanbaru ,1 Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012 e. Rasio Tenaga Medis per-satuan Penduduk Rasio tenaga medis per-satuan penduduk adalah menunjukkan jumlah ketersediaan tenaga medis bagi setiap 1000 orang penduduk. Tabel 2.44 memperlihatkan bahwa baik jumlah maupun rasio ketersediaan tenaga medis di Kota Pekanbaru terhadap 1000 orang penduduk dari tahun 2007 sampai tahun 2011 mengalami perubahan (fluktuatif). Terutama sekali pada tahun 2010, jumlah tenaga medis yang tersedia hanya orang (kurang dari separoh dari tahun sebelumnya). Sementara itu rasio ketersediaan tenaga medis per-1000 penduduk cenderung naik dari tahun 2007 (2,9) sampai tahun 2011 (3,4), kecuali tahun 2010 yang turun cukup drastis yang hanya sebesar 1,4. Tabel 2.44 Jumlah Tenaga Medis per-satuan Penduduk Tahun 2007 s.d 2011 No Uraian Jumlah Tenaga Medis Jumlah Penduduk Rasio 2,9 2,6 3,4 1,4 3,4 Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012 Tabel 2.45 menunjukkan jumlah dan rasio ketersediaan tenaga medis pada Tahun 2011 pada setiap kecamatan di Kota Pekanbaru.Pada tabel tersebut, terlihat bahwa distribusi tenaga medis kurang merata untuk setiap kecamatan. Dari tabel tersebut juga dapat terbaca bahwa pada 4 kecamatan (Tampan, Lima Puluh, Tenayan Raya dan Payung Sekaki), hanya ada kurang dari 2 orang tenaga medis untuk 1000 orang penduduk. Sedangkan pada 3 kecamatan (Pekanbaru Kota, Sail dan Senapelan), tersedia tenaga medis sekitar 10 orang atau lebih. Untuk 5 kecamatan lainnaya (Sukajadi, Rumbai, Rumbai Pesisir, Bukit Raya dan Marpoyan Damai), dengan rasio antara 2,4 sampai dengan 6,1 mengindikasikan bahwa tenaga medis yang tersedia pada tahun 2011 di kelima kecamatan tersebut berkisar antara 2 sampai 6 orang untuk setiap 1000 orang penduduknya. II - 35 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

36 Tabel 2.45 Jumlah Tenaga Medis per-satuan Penduduk Tahun 2011 Menurut Kecamatan - Kota Pekanbaru No Kecamatan Jumlah Tenaga Jumlah Rasio Medis Penduduk 1 Bukit Raya ,1 2 Marpoyan Damai ,4 3 Tampan ,5 4 Sukajadi ,3 5 Pekanbaru Kota ,9 6 Sail ,9 7 Lima Puluh ,8 8 Tenayan Raya ,6 9 Senapelan ,7 10 Rumbai Pesisir ,1 11 Rumbai ,5 12 Payung Sekaki ,4 13 Pekanbaru ,4 Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012 f. Capaian Pelayanan Kesehatan Dasar Indikator kinerja pembangunan bidang kesehatan pemerintah Kota Pekanbaru dari tahun 2007 sampai tahun 2011 untuk pelayanan kesehatan dasar ditunjukkan oleh capaian indikator, seperti: Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani, Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, Cakupan Kelurahan UCI, Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan, Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC BTA, Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD, Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin, Cakupan Kunjungan Bayi, Cakupan Puskesmas dan Cakupan Pembantu Puskesmas. Tabel 2.46 menunjukkan capaian pelayanan kesehatan dasar beserta pembandingnya (Standar Pelayanan Minimum Nasional disertai dengan target waktu pencapaiannya). Terlihat bahwa sedikitnya ada 3 indikator (Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani, Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan, Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD)yang telah melampaui SPM Nasional. Untuk 3 indikator ini diperlukan konsistensi, agar dapat mempertahankan prestasi ini. Sedangkan 2 indikator dengan prosentase yang masih rendah dan jauh di bawah SPM (Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC BTA dan Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin), masih memerlukan usaha yang keras untuk mencapai nilai SPM. Untuk 3 indikator kinerja (Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, Cakupan Kelurahan UCI dan Cakupan Kunjungan Bayi), diperlukan konsistensi untuk mencapai dan mempertahankan kinerjanya. Dua indikator lain (Cakupan Puskesmas dan Cakupan Pembantu Puskesmas) tidak memiliki indikator pembandingnya (SPM), namun menunjukkan angka persentase yang tinggi (di atas 100% untuk cakupan Puskesmas). II - 36 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

37 Tabel 2.46 Persentase Capaian Pelayanan Kesehatan Dasar Kota Pekanbaru Tahun No Uraian SPM 1 Cakupan komplikasi 31,16 49, kebidanan yang ditangani (2015) 2 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga 96,23 90,33 85,66 85,55 78,60 90 kesehatan yang memiliki (2015) kompetensi kebidanan 3 Cakupan Kelurahan UCI , ,48 94, (2010) 4 Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan 5 Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC BTA 6 Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD 7 Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin (2010) 25,76 23,38 20,09 31,81 33, (2010) (2010) 5 5 6, , (2015) 8 Cakupan Kunjungan Bayi 81,06 141,1 96,39 94,73 80,05 90 (2010) 9 Cakupan Puskesmas 141,7 158,3 158, Cakupan Pembantu Puskesmas Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, ,62 55,17 55,17 55,17 56, Kependudukan dan Catatan Sipil a. Pengelompokan Penduduk Berdasar Jenis Kelamin dan Umur Tabel 2.47 dan Tabel 2.48 menampilkan jumlah penduduk Kota Pekanbaru berjenis kelamin laki-laki dan perempuan berdasarkan kelompok umur dari tahun 2007 sampai tahun Dari kedua tabel tersebut terlihat bahwa jumlah penduduk Kota Pekanbaru didominasi oleh penduduk berusia muda (0-14 tahun) dan usia produktif (15-39 tahun). Tabel 2.48 memperlihatkan bahwa untuk usia muda (0-14 tahun), jumlah penduduk laki-laki cenderung naik dari tahun 2007 sampai 2010, kecuali pada tahun 2008, untuk kelompok umur 0-4 tahun dan yang sempat turun sedikit. Pada kelompik umur produktif (15-64 tahun), jumlah penduduk laki-laki juga cenderung selalu bertambah dari tahun 2007 sampai 2010, kecuali pada tahun 2008, untuk kelompok umur tahun dan tahun sedikit turun; juga pada tahun 2009, untuk kelompok umur tahun, tahun, tahun dan tahun juga sedikit menurun dari tahun sebelumnya.selanjutnya, penduduk laki-laki pada kelompok usia di atas 44 tahun cenderung stabil jumlahnya dari tahun 2007 sampai II - 37 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

38 Tabel 2.47 Jumlah Penduduk Laki-laki Berdasarkan Umur Tahun Kota Pekanbaru Kelompok Umur Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011 Pada tabel 2.48 di bawah terlihat bahwa jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan didominasi oleh kelompok umur muda sampai usia pertengahandewasa (0-44 tahun). Tidak seperti penduduk laki-laki, penduduk perempuan jumlahnya cenderung cukup stabil (bertambah hanya sedikit) dari tahun 2007 sampai 2010, dengan kenaikan dan penurunannya fluktuatif pada angka yang tidak terlalu signifikan. Pada kelompok usia lebih tinggi ( tahun), jumlah perempuan lebih stabil. Tabel 2.48 Jumlah Penduduk Perempuan Berdasarkan Umur Tahun Kota Pekanbaru Kelompok Umur Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011 II - 38 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

39 b. Rasio Penduduk ber-ktp per-satuan Penduduk Tabel 2.49 di bawah ini memperlihatkan rasio penduduk yang memiliki KTP terhadap penduduk usia di atas 17 tahun atau yang telah menikah. Dari data tersebut terlihat bahwa kesadaran kepemilikan KTP semakin besar, dilihat dari prosentase kepemilikan KTP yang selalu meningkat dari tahun 2007 sampai tahun Kenaikan kepemilikan KTP begitu signifikan: dari 39,42%pada tahun 2007 menjadi 83,54% dalam 5 tahun berikutnya. Walaupun jumlah penduduk setiap tahun selalu bertambah, namun kinerja Pemerintah Kota Pekanbaru dalam kepemilikan KTP telah cukup berhasil, sehingga kepemilikan KTP. Kenyataan ini juga memperlihatkan keberhasilan pemerintah daerah memberikan sosialisasi dan penyuluhan tentang pentingnya KTP kepada masyarakat. Namun demikian, diharapkan ke depan, agar setiap penduduk wajib KTP harus memiliki KTP. Tabel 2.49 Rasio Penduduk ber-ktp per-satuan Penduduk Kota Pekanbaru Tahun No Uraian Penduduk ber-ktp Penduduk usia >17 th/menikah Rasio penduduk ber-ktp 39,42% 49,51% 56,86% 67,81% 83,54% Sumber: Disdukcapil Kota Pekanbaru, 2012 c. Rasio Pasangan Berakte Nikah Rasio pasngan nikah ber-akte nikah adalah perbandingan jumlah pasangan nikah yang memiliki akte nikah dengan jumlah pasngan nikah keseluruhan. Berdasarkan data Tabel 2.50 di bawah ini, dapat dilihat bahwa rasio kjepemilikan akte nikah oleh pasangan nikah masih sangat minim (di bawah 30%), bahkan cenderung menurun setiap tahunnya. Kenyataan ini memperlihatkan masih kurang optimalnya kinerja pemerintah daerah dalam memberikan sosialisasi dan penyuluhan akan pentingnya kemepilikan akte nikah dan pentingnya tertib administrasi. Untuk itu, sangat diperlukan upaya keras bagi pemerintah kota Pekanbaru, terutama Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dalam memberikan sosialisasi, penyuluhan dan kegiatan lain agar penduduk Pekanbaru mengurus akte nikah ketika mereka menikah. Tabel 2.50 Rasio Pasangan Nikah ber-akte Nikah Kota Pekanbaru Tahun No Uraian Jumlah pasangan nikah berakte nikah Jumlah pasangan nikah Rasio pasangan nikah ber-akte nikah 38,98% 31,40% 29,74% 29,86% 28,48% Sumber: Disdukcapil Kota Pekanbaru, 2012 II - 39 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

40 d. Kepemilikan KTP Rasio Kepemilikan KTP adalah perbandingan jumlah penduduk yang memilki KTP dengan jumlah penduduk yang wajib memiliki KTP. Dari tabel 2.51 di bawah ini, terlihat bahwa prosentase/rasio kepemilikan KTP naik signifikan dari tahun 2007 ke 2011 (dari 48,37% menjadi 101,59%). Pemerintah Kota Pekanbaru sudah berhasil menyadarkan masyarakat untuk memiliki KTP. Prestasi ini harus dapat dipertahankan untuk waktu-waktu ke depan, apalagi sejak tahun 2012 ini sudah diberlakukan KTP Nasional (e-ktp). Tabel 2.51 Rasio Kepemilikan KTP Penduduk Kota Pekanbaru Tahun No Uraian Jumlah penduduk ber-ktp Jumlah penduduk wajib KTP Rasio kepemilikan KTP 48,37% 60,35% 68,80% 82,22% 101,59% Sumber: Disdukcapil Kota Pekanbaru, Sosial Urusan sosial harus merupakan salah satu fokus pembangunan, karena penyelenggaraannya pada hakikatnya adalah pembangunan sumber daya manusia demi untuk terciptanya lingkungan sosial yang sehat dan dinamis, yang akan berefek kepada meningkatnya kesejahteraan sosial masyarakat secara umum. Di kota Pekanbaru gambaran penyelenggaraan urusan sosial bisa dilihat pada tindakan penanganan terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS), serta tingkat ketersediaan rumah ibadah dan sarana prasarana sosial lainnya. a. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Salah satu indikator yang dijadikan untuk mengukur tingkat kesejahteraan sosial masyarakat adalah penduduk penyandang masalah sosial. PMKS adalah penduduk yang dikelompokkan sebagai penduduk rawan sosial. Ada 22 jenis PMKS di kota Pekanbaru yang secara rinci dijelaskan pada tabel berikut: Tabel 2.52 Jenis dan Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di Kota Pekanbaru N o Jenis PMKS Satuan Anak Balita Terlantar Jiwa Anak Terlantar Jiwa 5,640 5,255 5,140 4,865 4,545 3 Anak Nakal Jiwa Anak jalanan Jiwa Wanita Rawan Sosial Jiwa 1,980 1,980 1,980 1,980 2,000 Ekonomi 6 Korban tindak Kekerasan Jiwa Lanjut Usia Terlantar Jiwa Penyandang Cacat Jiwa II - 40 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

41 N o Jenis PMKS Satuan Tuna Susila Jiwa Pengemis/gelandangan Jiwa Bekas warga binaan LP Jiwa , Korban Peny alah gunaan Jiwa Nafza 13 Keluarga Fakir Miskin KK 16,158 17,400 17,555 17,555 26, Keluarga rumah tak layak KK 1,800 1,800 1,800 1,800 2,120 huni 15 Masarakat tinggal di daerah KK 11,875 11,875 11,875 11,875 15,070 rawan bencana 16 Korban Ben cana Alam Jiwa 62,568 62,568 15,409 14, Pekerja mi gran berma salah sosial Jiwa Orang dengan HIV/AIDS Jiwa Keluarga Rentan SE KK 20 J. Panti Asuhan/anak PA Jiwa 15/657 16/742 17/854 17/926 18/995 Sumber: Dinas Sosial, 2011 Berdasarkan tabel 2.52 PMKS untuk kasus anak terlantar, lanjut usia terlantar dan tuna susila terjadi tren menurun sedangkan kasus anak nakal, wanita rawan sosial ekonomi, korban tindak kekerasan, penyandang cacat, keluarga fakir miskin, keluarga rumah tak layak huni, masyakat tinggal di daerah rawan bencana dan orang dengan HIV terjadi peningkatan. Kajian yang berhubungan dengan PMKS masih perlu dilakukan untuk memetakan akar permasalahan sebenarnya, demi meningkatkan kesejahteraan sosial di Kota Pekanbaru. b. Rasio Ketersediaan Tempat Ibadah Merupakan inti dan sasaran pembangunan itu sebagaimana yang tertuang dalam undang-undang dasar negara republik Indonesia 1945 adalah pembangunan manusia seutuhnya, lahir dan batin. Ibadah merupakan salah satu kunci untuk mewujudkan pembentukan manusia seutuhnya. Oleh karena itu sangat diperlukan sarana tempat ibadah demi untuk merealisasikan hal tersebut. Di bawah ini adalah tabel rasio ketersediaan tempat ibadah di kota Pekanbaru: Tabel 2.53 Rasio Ketersediaan Tempat Ibadah di Kota Pekanbaru ( ) No Sarana Ibadah Tahun Mesjid Penduduk Beragama Islam Rasio Mesjid-Pddk agama Islam 4 Gereja Penduduk Katolik Penduduk Protestan Jumlah Pendidikan Kotolik Protestan 8 Rasio Gereja Penduduk (K + P) 9 Pura Penduduk Agama Hindu Rasio Pura Penduduk Agama Hindu II - 41 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

42 No Sarana Ibadah Tahun Wihara Penduduk Agama Budha Rasio Wihara Penduduk Budha 15 Jumlah Penduduk Rasio Mesjid Penduduk Rasio Gereja Penduduk Rasio Pura Penduduk Rasio Wihara Penduduk Sumber: Dinas Sosial Kota Pekanbaru 2011 c. Karang Taruna Gambaran kondisi daerah yang berkaitan dengan keberadaan karang taruna di kota Pekanbaru dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2.54 Jumlah dan Status Karang Taruna di Kota Pekanbaru No Status Karang Taruna Tahun Tumbuh Berkembang Maju Percontohan Jumlah Sumber: Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru, 2011 Terlihat dari tabel di atas terjadi trend pertumbuhan Karang Taruna dari tahun 2006 ke tahun 2010 sebesar 20% (atau rata-rata 4% per tahun), angka ini berbanding lurus dengan pertumbuhan penduduk 4% per tahun. Kualitas Karang Taruna kedepan perlu ditingkatkan statusnya menjadi Karang Taruna maju dan percontohan Kepemudaan dan Olahraga a. Organisasi Pemuda Organisasi pemuda adalah sekelompok pemuda yang berkerja sama dengan suatu perencanaan kerja dan peraturan-peraturan, untuk mencapai sasaran dan tujuan tertentu. Pembangunan kepemudaan merupakan bagian yang sangat urgen. Pemerintah kota pekanbaru telah melakukan upaya membangun generasi muda melalui berbagai kegiatan kepemudaan, seperti pendidikan pemuda yang produktif, kegiatan pemuda pelopor, penyelenggaraan upacara bendera, pasukan pengibar bendera. b. Organisasi Olahraga Yang dimaksud dengan organisasi olah raga adalah organisasi formal yang dibentuk oleh sekelompok masyarakat olahraga yang berkerjasama dengan suatu II - 42 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

43 perencanaan-perencanaan kerja dan peraturan-peraturan, demi mencapai suatu sasaran dan tujuan pembangunan dunia olah raga. c. Kegiatan Kepemudaan Banyaknya kegiatan kepemudaan yang terarah dan positif menunjukkan dan menggambarkan tingginya antusias dan semangat pemuda untuk berkontribusi dan berperan serta dalam pembangunan daerah. Tinggi dan beragamnya jumlah kegiatan kepemudaan tersebut merupakan salah satu indikator efektifitas keberadaan organisasi pemuda dalam penyelenggaraan pemerintah daerah. Salah satu bentuk kegiatan kepemudaan itu adalah kegiatan atau event kepemudaan yang diselenggarakan dalam bentuk pertandingan, perlombaan dan upacara serta kejadian atau peristiwa sejenis. Di kota Pekanbaru kegiatan kepemudaan tetap dilakukan secara rutin oleh organisasi kepemudaan, antara lain kegiatan rutin yang dilakukan oleh organisasi KONI, OKP-OKP, serta organisasi-organisasi kepemudaan lainnya, seperti kegiatan-kegiatan yang di taja oleh siswa sekolah menengah, atau mahasiswa di berbagai perguruan tinggi. d. Kegiatan Olahraga Tinggi dan banyaknya kegiatan olahraga merupakan indikator efektifitas keberadaan organisasi olah raga berperan dalam pembangunan pemerintahan daerah. Kegiatan olah raga yang dimaksud adalah kegiatan olah raga yang diselenggarakan oleh berbagai pihak, apakah itu pemerintah daerah, atau pihak swasta ataupun masyarakat secara umum. Kegiatan-kegiatan olahraga yang diselenggakan sangat beragam, diantaranya dalam bentuk pertandingan dan perlombaan dalam event-event tertentu. Banyaknya jumlah kegiatan olahraga yang dilaksanakan menunjukkan tingginya semangat dan antusias organisasiorganiswasi olahraga di kota untuk memberikan kontribusi serta peran serta dalam pembangunan daerah. Dalam usaha dan upaya untuk meningkatkan prestasi olahraga masyarakat, maka sepanjang tahun pemerintah kota Pekanbaru melalui Dinas Pendidikan dan Olahraga secara rutin melakukan dan memperkarsai berbagai event-event olahraga dalam berbagai bentuk, diantaranya adalah dalam bentuk pekan olahraga antar sekolah, begitu pula pemerintah kota berupaya mengembangkan iklim keolahragaan masyarakat yang diselenggarakan oleh organisasi dari berbagai cabang olahraga yang ada di kota Pekanbaru. Disamping itu pemerintah kota juga berupaya untuk meningkatkan sarana dan prasarana olahraga yang dilaksanakan dalam bentuk pemberian bantuan kepada masyarakat. Pembianaan manajmen organisasi olahraga juga suatu hal yang terus menerus dilakukan oleh pemerintah kota Pekanbaru Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Penyelenggaraan urusan kesatuan bangsa dan politik dalam negeri di kota Pekanbaru secara umum tergambar dan dapat dilihat dari rasio jumlah polisi pamong praja per penduduk, rasio jumlah linmas per penduduk, dan juga rasio siskamling per jumlah kelurahan sekota Pekanbaru. II - 43 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

44 a. Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja per Penduduk Dalam upaya untuk memaksimalkan pelaksanaan kamtibmas di kota Pekanbaru Satuan Polisi Pamong Praja selama ini telah menunjukkan perannnya. Efektif atau tidaknya peran tersebut sangat tergantung kepada tingkat kesadaran masyarakat untuk menjaga kamtibmas di lingkungan masing-masing. Selain itu juga dipengaruhi dan ditentukan oleh keberadaan Satpol PP. Di kota Pekanbaru rasio jumlah Satpol PP terhadap jumlah penduduk dapat dilihat dari tabel berikut: No Tabel 2.55 Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja Kota Pekanbaru per Penduduk Tahun Uraian Tahun Jumlah Polisi Pamong Praja Jumlah Penduduk Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja per Penduduk Sumber: BPS kota Pekanbaru, 2011 Dari tabel diatas terlihat bahwa rasio Satpol PP di kota Pekanbaru agak fluktuatif, malahan pada tahun 2010 menunjukkan penurunan, disamping itu di tahun yang sama peningkatan jumlah penduduk naik sangat drastis. Ini secara otomatis membuat beban kerja untuk setiap personil yang tergabung dalam Satpol PP semakin meningkat dan bertambah, karena laju pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dibandingkan kemampuan daerah menambah dan meningkatkan jumlah personil Satpol PP setiap tahunnya. Melihat kondisi di atas, maka untuk memantapkan penyelenggaraan kamtibmas di kota Pekanbaru pemerintah harus serius dalam mengupayakan peningkatan personil Satpol PP, baik secara kuantitas dan juga kualitas, apalagi mengingat kota Pekanbaru dibandingkan kota-kota lainnya termasuk kota yang sangat laju pertumbuhan penduduknya. Disamping itu melakukan upaya yang optimal untuk meningkatkan kesadaran semua komponen masyarakat agar berpartisipasi dan berperan aktif dalam mewujudkan dan merealisasikan kondisi kamtibmas yang diharapkan, khususnya melalui kesadaran dalam penegakan aturan-aturan dan regulasi yang telah ditetapkan. b. Rasio Jumlah Linmas per Penduduk Rasio jumlah petugas perlindungan masyarakat (linmas) dapat menggambarkan indikator kapasitas seluruh komponen pemerintah dan masyarakat daerah dalam menjaga ketertiban dan keamanan di tengah-tengah masyarakat, mengingat petugas linmas merupakan satuan yang memiliki tugas dan amanah untuk memelihara dan menjaga ketentraman dan ketertiban masyarakat secara umum. Gambaran rasio linmas per penduduk di kota Pekanbaru terdapat pada tabel berikut: II - 44 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

45 Tabel 2.56 Rasio Jumlah Linmas di Kota Pekanbaru per Penduduk ( ) Tahun No Uraian Jumlah Linmas Jumlah Penduduk Rasio Jumlah Linmas 0,53 40,43 29,70 44,89 38,79 per Penduduk Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011 Dari table di atas terlihat rasio Limas di Pekanbaru relative fluktuatis, pada tahun 2006 jumlah Limas sangat minim (rasio 0,53) yang berarti setiap penduduk dilayani 1 petugas Limas (rasio ideal 1:1.000 penduduk). Sedangkan pada tahun-tahun berikut nya rasionya mengkat drastis menjadi 247 orang per penduduk (2007), 336 (2008) dan 263 (2010). c. Rasio Pos Siskamling Per Jumlah Kelurahan ( ) Ketersediaan Pos siskamling per kelurahan dapat memberi gambaran rasio pos siskamling pada setiap kelurahan. Semakin tinggi rasio pos siskamling berarti semakin tinggi pula kapasitas, partisipasi dan peran serta seluruh komponen masyarakat dalam menyiapkan fasilitas penunjang untuk menjamin terjaga dan terpeliharanya ketertiban dan keamanan di tengah-tengah masyarakat secara umum. Di bawah ini adalah tabel rasio pos siskamling per kelurahan. Tabel 2.57 Rasio Jumlah Pos Siskamling di Kota Pekanbaru ( ) No Uraian Tahun Jumlah Pos Siskamling Jumlah Desa/kelurahan Rasio Jumlah Pos Siskamling per Kelurahan 12,4 12,4 12,4 11,9 12 Sumber : Badan Kesbangpol Linmas Kota Pekanbaru, 2011 Dari tabel di atas diketahui bahwa dalam periode tahun , rata-rata di kota Pekanbaru setiap kelurahan mempunyai pos siskamling sebanyak 12 Unit Ketenagakerjaan Indikator kinerja bidang ketenagakerjaan meliputi: Jumlah Pencari Kerja yang Terdaftar, Jumlah Pencari Kerja yang Ditempatkan, Persentase Pencari Kerja yang Ditempatkan, dan Tingkat Pengangguran. Tabel 2.58 menunjukkan jumlah pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan pada tahuhn di Kota Pekanbaru. Dari data tersebut terlihat bahwa pencari kerja didominasi oleh mereka berlatar belakang pendidikan SMA/sederajat dan sarjana. Perkembangan jumlah pencari kerja yang terdaftar cenderung fluktuatif. II - 45 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

46 Tabel 2.58 Jumlah Pencari Kerja yang Terdaftar Menurut Tingkat Pendidikan Kota Pekanbaru Tahun No Pendidikan SD & yang sederajat SMP & yang sederajat SMA & yang sederajat D1/D D3 / Sarjana Muda Sarjana Jumlah Sumber: Dinas Tenaga Kerja Pekanbaru, 2012 Tabel 2.59 di bawah ini memperlihatkan jumlah pencari kerja yang telah ditempatkan menurut tingkat pendidikan di Kota Pekanbaru pada tahun 2006 sampai tahun Seperti juga pencari kerja yang terdaftar, maka pencari kerja yang ditempatkan juga didominasi oleh tamatan SMA/sederajat dan sarjana. Sedangkan dari tahun 2006 sampai 2011 kecenderungan jumlah tenaga kerja yang ditemapatkan selalu bertambah. Tabel 2.59 Jumlah Pencari Kerja yang Ditempatkan Menurut Tingkat Pendidikan Kota Pekanbaru - Tahun No Pendidikan SD & yang sederajat SMP & yang sederajat SMA & yang sederajat D1/D D3 / Sarjana Muda Sarjana Jumlah Sumber: Dinas Tenaga Kerja Pekanbaru, 2012 Persentase pencari kerja yang telah ditempatkan ditampilkan pada Tabel 2.60 di bawah ini. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa persentase penempatan tenaga kerja selalu meningkat dari tahun 2005 sampai tahun 2011, dari angka 5% pada tahun 2005 menjadi 43,23% pada tahun Tabel 2.60 Jumlah Pencari Kerja Terdaftar dan yang Ditempatkan Kota Pekanbaru - Tahun No Tahun Terdaftar Penempatan/Terserap Persentase (%) , , , , , , ,23 Sumber: Dinas Tenaga Kerja Pekanbaru, 2012 II - 46 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

47 Jumlah pengangguran dan tenaga kerja yang bekerja di Kota Perkanbaru ditampilkan pada Tabel Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa tingkat pengangguran trend nya menurun dari tahun 2008 (14,24) sampai 2011 (9,33). Trend positif ini mesti terus dijaga sampai tingkat pengangguran menjadi seminimal mungkin. Tabel 2.61 Tingkat Pengangguran Kota Pekanbaru - Tahun Angkatan Kerja ( < 15 Tahun) Pengangguran Tingkat No Tahun Penduduk Bekerja Laki-laki Perempuan Jumlah Terbuka Pengangguran , , , ,33 Sumber: BPS Provinsi Riau, Fokus layanan Urusan Pilihan Pertanian Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan pertanian terlihat pada beberapa indikator kinerja sebagaimana Gambar 2.12 berikut. Sumber:Dinas Pertanian Kota Pekanbaru, 2011 Gambar 2.12 Kondisi Pertanian Kota Pekanbaru Tahun Perikanan Pembangunan pada pelayanan urusan Perikanan dititikberatkan pada perikanan peliharaan kolam.beberapa kinerja bidang perikanan ditunjukkan pada Gambar II - 47 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

48 Sumber:Dinas Pertanian Kota Pekanbaru,2011 Gambar 2.13 Capaian Kinerja Urusan PerikananKota Pekanbaru Berdasarkan gambar 2.13 diatas, maka terjadi peningkatan produksi selama lima tahun sebesar rata-rata 25 % pertahun sementara itu perkembangan konsumsi ikan masyarakat juga terjadi peningkatan sebesar rata-rata 25 % pertahun di kota Pekanbaru. Gambar 2.14 berikut menjelaskan semakin meningkatnya produksi ikan peliharaan di Pekanaru dari tahun 2007 sampai tahun Sumber:Dinas Pertanian Kota Pekanbaru, 2012 Gambar 2.14 Kelompok Nelayan Binaan Kota Pekanbaru tahun II - 48 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

49 volume (US$) 2.4. ASPEK DAYA SAING DAERAH Fokus Ekonomi Daerah Iklim Investasi Dalam hal ini fokus tinjauan diarahakan pada perkembangan perdagangan luar negeri baik ekspor maupun impor di Pekanbaru. Selama tahun 2009 realisasi nilai ekspor Kota Pekanbaru mencapai sekitar 40 juta US$. Nilai ini naik 0,88% (3 juta US$) dibandingkan tahun 2008 yaitu 37 juta US$. Terjadi lonjakan yang signifikan terhadap ekspor ditahun 2010 menjadi 108 juta US$. Sedangkan nilai impor pada tahun 2009 mencapai 66 juta US$, dan turun 19 % ada tahun 2008 sebesar 82 juta US$. Namun terjadi peningkatan yang signifikan ditahun 2010 menjadi 108 juta US$.Permasalahan masa akan datang adalah ketersediaan dan dana pembangunan daerah untuk menyediakan infrastruktur jalan dalam jangka pendek untuk menarik investasi potensial dimasa depan Perkembangan Perdagangan Dalam hal ini fokus tinjauan diarahakan pada perkembangan perdagangan luar negeri baik ekspor maupun impor di Pekanbaru. Selama tahun 2009 realisasi nilai ekspor Kota Pekanbaru mencapai sekitar 40 juta US$, nilai ini naik 0,88 % (3 juta US$) dibandingkan tahun 2008 yaitu 37 juta US$. Terjadi lonjakan yang signifikan terhadap ekspor ditahun 2010 menjadi 108 juta US$. Sedangkan nilai impor pada tahun 2009 mencapai 66 juta US$, dan turun 19 % ada tahun 2008 sebesar 82 juta US$. Namun terjadi peningkatan yang signifikan ditahun 2010 menjadi 108 juta US$. Perkembangang nilai perdagangannya (baik ekspor mupun impor) Kota Pekanbaru cendrung fluktuatif namun di akhir tahun 2009 sampai tahun 2010 terjadi kenaikan baik nilai volume ekspor (sekitar 30%) maupun impor (hampir 300%). 120,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, EKSPOR FOB IMPOR CIF EKSPOR FOB 59,957, ,113, ,970, ,774, ,610,455 IMPOR CIF 70,299, ,919, ,767, ,071, ,948,065 tahun Sumber: Dinas Industri dan Perdagangan Pekanbaru, 2011 Gambar 2.15 Perkembangan perdagangan Kota Pekanbaru II - 49 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

50 tenaga kerja (orang) unit Walaupun dari segi nilai ekspor dan impor relatif seimbang, namun terjadi lonjakan prosentase nilai kenaikan impor melebihi ekspor. Ini menandakan masih perlu digali kemampuan ekspor komoditi perdagangan Kota Pekanbaru untuk menyeimbangkan kenaikan prosentase impornya. Permasalahan yang mendesak saat ini datang adalah terbatasanya aksespendanaan pembangunan daerah untuk menyediakan infrastruktur jalan, listrik, air bersih dan sistem komunikasi dalam jangka pendek untuk menarik investasi potensial dimasa depan Perindustrian Terjadi penurunan jumlah (unit) industri besar dan sedang (sekitar 20%) selaras dengan penurunan jumlah pekerja dan karyawannya. Kondisi terparah adalah pada kondisi industri besar dimana terjadi penurunan karyawan sampai 50% (dari 6000 orang sampai 3000 orang dalam periode 3 tahun, ) INDUSTRI BESAR INDUSTRI SEDANG INDUSTRI BESAR INDUSTRI SEDANG tahun Sumber: Dinas Industri dan Perdagangan Pekanbaru, 2011 Gambar 2.16 Perkembangan jumlah industri di Kota Pekanbaru INDUSTRI BESAR INDUSTRI SEDANG INDUSTRI BESAR INDUSTRI SEDANG tahun Sumber: Dinas Industri dan Perdagangan Pekanbaru, 2011 Gambar 2.17 Perkembangan jumlah pekerja industri di Pekanbaru II - 50 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

51 Perlu dicermati faktor-faktor apa yang mengakibatkan hal ini terjadi, bagaimana menanggulanginya dalam tataran kebijakan, regulasi dan fasilitas infrastruktur dasar yang perludisiapkan agar iklim usaha di Kota Pekanbaru dapat menggairahkan bagi industri besar dan sedang Fokus Fasilitas Wilayah dan Infrastruktur Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu sektor pembangunan yang paling dibutuhkan di Kota Pekanbaru karena ada banyak ketergantungan pengembangan ekonomi, sosial dan pendidikan dengan pembangunan infrastruktur itu sendiri. Menurut studi yang dilakukan oleh Danareksa, setiap pembangunan infrastruktur jalan sepanjang 100 kilometer akan memberikan tambahan 0,20 persen terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah, dan menciptakan lapangan kerja baru (Purbayu dan Edwin S, 2004 dalam Sudaryadi). Penyediaan infrastruktur dasar yang merata diseluruh wilayah Kota merupakan hal mutlak untuk mewujudkan kota Metropolitan yang madani, dengan pengelolaan pembangunan fisik kota yang meliputi sistem transportasi yang memiliki interkoneksi antar wilayah. Ketersediaan infrastruktur berupa jalan, air bersih, listrik dan telekomunikasi bagi masyarakat Kota Pekanbaru perlu diidentifikasi dalam bentuk indikator-indikator. Indikator Fasilitas dan Infrastruktur ini digunakan untuk melihat perkembangan indikator keluaran (output) dari tingkat pembangunan fasilitas dan infrastruktur antara lain: 1. Perkembangan pembangunan pelayanan air bersih. 2. Perkembangan pembangunan saluran drainase. 3. Perkembangan pembangunan infrastruktur jalan. 4. Perkembangan Pelayanan Listrik Perkembangan Pembangunan Pelayanan Air Bersih Pelayanan air bersih di Kota Pekanbarupada saat ini sebagian disediakan oleh PDAM Tirta Siak Pekanbaru. Jumlah cakupan pelayanan air bersih ini terbatas hanya pada pusat bisnis di ibu Kota Pekanbaru. Cakupan pelayanan air bersih yang disediakan oleh PDAM Tirta Siak Pekanbaru dari tahun 2006 sampai 2010 hampir tidak terjadi perubahan yang signifikan. Cakupan pelayanan tahun 2006 sampai 2010 kurang dari Kepala Keluarga (KK) dan cendrung turun menjadi KK di tahun II - 51 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

52 Prosentase dilayani PELANGGAN (SR) JUMLAH PELANGGAN Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011 Gambar 2.18 Cakupan Pelayanan Air Bersih PDAM di Kota Pekanbaru Sedangkan persentase cakupan pelayanan air bersih PDAM relatif tidak berubah, dan cenderung turun tiap tahunnya dari 13% menjadi 8% diperiode 2006 sampai Prosentase cakupan pelayanan air bersih ini jauh di bawah angka rata-rata Nasional (2009) yaitu 12% untuk Indonesia 2009 (BPS, 2010 dan Sandhyavitri, 2010). tahun 14.00% 12.00% 10.00% 8.00% 6.00% 4.00% 2.00% 0.00% Prosentase (%) 12.92% 11.99% 11.38% 11.30% 7.88% Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011 tahun Gambar 2.19 Prosentase cakupan Pelayanan Air Bersih PDAM di Kota Pekanbaru Trend pertumbuhan banyaknya air yang disalurkan dan air yang dipakai cenderung menurun untuk Kota Pekanbaru dari tahun hampir 50%. II - 52 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

53 volume air (m3) disalurkan BANYAKKNYA AIR DISALURKAN (m3) KUBIKASI AIR DIPAKAI (m3) tahun Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011 Gambar 2.20 Volume Air yang didistribusikan di Kota Pekanbaru Sedangkan jumlah populasi terus meningkat sehingga diperkirakan setelah tahun 2013, populasi menembus batas 1 juta orang di Kota Pekanbaru dengan KK lebih dari Maka kebutuhan air bersih menjadi hal yang vital dan kompetisi untuk mendapatkannya perlu untuk diregulasikan dengan cermat. orang 1,000, , , , , , , , , , Jumlah penduduk Kepala Keluarga Jumlah penduduk 754, , , , ,902 Kepala Keluarga 169, , , , ,120 tahun Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011 Gambar 2.21 Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga di Kota Pekanbaru Pembangunan Infrastruktur Jalan Infrastruktur jalan yang relatif terbatas dibanding luas Pekanbaru. Infrastruktur jalan dianggap salah satu faktor yang mendukung sektor ekonomi utama di kota ini. Menurut Ebby Hermawan (2005) dan Teddy Mutejo (2008), Standar pelayanan Minimal (SPM) aksesibilitas Jalan pada akhir tahun pencapaian, dapat digunakan persamaan sebagai berikut : II - 53 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

54 SPM Aksesibilitas = Panjang Jalan / Luas Wilayah Sedangkan nilainya dibandingkan dengan indeks aksesibilitas yang disyaratkan berdasarkan kepadatan penduduk (jiwa/km2) seperti pada Tabel Tabel 2.62 Standar Pelayanan Minimal Aksesibilitas Jalan Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km 2 ) Ketetapan SPM > Sumber : Ebby Hermawan, 2005, dan Teddy Mutejo, 2008 Aksesibilitas jalan Kota Pekanbaru sudah diatas SPM yaitu 4,375 > 1,5 (standar minimalnya dari Tabel). Sehingga pembangunan akses jalan secara umum di Pekanbaru sudah diatas nilai minimal yang disyaratkan Pemerintah (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 14 /PRT/M/2010). Namun, angka ini masih belum mencerminkan kualitas prasarana jalan, karena 30% dari jalan yang ada dalam kondisi rusak dan rusak berat. Perbandingan nilai SPM untuk kabupaten/kota di Provinsi Riau bisa dilihat pada Tabel 2.63 Kabupaten / Kota Tabel 2.63 Perbandingan SPM Kabupaten/Kota di Propinsi Riau, 2011 Luas Wilayah (Km 2 ) Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk Nasional Propinsi Kupaten/Kota Indeks Aksesibilitas (Km/Km 2) (jiwa/km 2 ) Kuantan Singingi 5, , , M Indragiri Hulu 7, , , TM Indragiri Hilir 13, , , TM Pelalawan 12, , , TM Siak 8, , , TM Kampar 10, , , TM Rokan Hulu 7, , , TM Bengkalis 11, , , TM Rokan Hilir 8, , , TM Pekanbaru , , M Dumai 2, , , M Sumber : Laporan Akhir SPM Propinsi Riau, Panjang Jalan (Km) Adapun kondisi jalan Kota Pekanbaru dalam kondisi baik cenderung fluktuatif dalam range angka 45-48%, dan kondisi rusak sampai rusak berat sekitar 30% dalam masa Eksist Syarat M/TM II - 54 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

55 km prosentase 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% Prosentase Baik Prosentase Sedang Prosentase Rusak Prosentase Rusak Berat 10.00% 0.00% Prosentase Baik 45.11% 48.30% 45.11% 47.09% Prosentase Sedang 23.27% 23.57% 23.27% 21.55% Prosentase Rusak 29.68% 26.64% 25.68% 31.36% Prosentase Rusak Berat Sumber: BPS Kota Pekanbaru, % 1.49% 5.94% 0.00% tahun Gambar 2.22 Prosentase Kondisi Jalan di Kota Pekanbaru, Kondisi Jalan ( ) tahun BAIK SEDANG RUSAK RUSAK BERAT Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011 Gambar 2.23 Kondisi Jalan di Kota Pekanbaru, Namun secara umum proporsi jalan yang baik cenderung meningkat dalam periode 4 tahun (Gambar 2.24). II - 55 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

56 total jalan (km) proporsi jalan kondisi baik Proporsi Proporsi Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011 tahun Gambar 2.24 Proporsi jalan dalam kondisi baik, Terlihat proporsi kondisi jalan yang baik, meningkat dari 42% menjadi 52% dari tahun 2007 sampai tahun Hal ini juga menandakan kinerja perbaikan jalan di Kota Pekanbaru sudah meningkat. Adapun rasio jalan yang baik dibanding dengan jumlah kendaraan roda 4 keatas adalah 1205,6 km/ kendaraan roda 4 = 0,81% (data 2011). Sedangkan rasio total panjang jalan per total kendaraan adalah 2769,62 km/ kendaraan = 0,36%. Peningkatan penambahan panjang jalan kota di Kota Pekanbaru ( ) relatif signifikan (96 km dalam periode 5 tahun). Total jalan yang terbangun sampai 2010 adalah 2751,70 km (Gambar 2.25) dengan 50% nya adalah berupa jalan aspal dan 35% jalan tanah di tahun 2010 (Gambar 2.25). 2, , , , , jalan (km) 2, , , , jalan (km) 2, , , , , tahun Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011 Gambar 2.25 Perkembangan Jalan Kota di Kota Pekanbaru (km), II - 56 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

57 km Prosentase 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% Aspal Kerikil Tanah 0.00% Aspal 41.80% 41.77% 43.55% 41.77% 53.18% Kerikil 1.84% 2.33% 2.74% 2.33% 11.77% Tanah 56.37% 55.91% 53.72% 55.91% 35.05% tahun Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011 Gambar 2.26 Perkembangan Jalan Kota di Kota Pekanbaru (persen), Aspal Kerikil Tanah Aspal Kerikil Tanah tahun Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011 Gambar 2.27 Perkembangan Jalan Kota di Kota Pekanbaru (km), II - 57 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

58 km Jenis Jalan ( ) Nasional 1500 Provinsi 1000 KOTA/KAB tahun Sumber: Dinas PU Propinsi Riau, 2011, dan BPS Kota Pekanbaru, 2011 Gambar 2.28 Panjang Jalan Nasional, Propinsi, dan Kabupaten di Pekanbaru, Mayoritas jalan di Kota Pekanbaru adalah jalan kota (80%) dengan total panjang jalan 2578 km (di tahun 2010). Adapun total panjang jalan Nasional dan Propinsi sekitar 110 km (<10%). Pengelolaan jalan Kota adalah tanggungjawab Kota Pekanbaru, sedangkan jalan-jalan Propinsi dan Nasional adalah tanggungjawab Propinsi Riau dan Pemerintah Pusat, baik dari segi teknis maupun penganggaran pemeliharaannya. Dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan kondisi jalan, maka Pemerintah Kota Pekanbaru telah melaksanakan pekerjaan peningkatan ataupun pemeliharaan jalan berupa pengerasan, pengaspalan makadam, pengaspalan hotmix, dan overlay hotmix. TAHUN Tabel 2.64 Peningkatan Infrastruktur Jalan Kota Pekanbaru Tahun PENGERASAN (km) PENGASPALAN MAKADAM (km) PENGASPALAN HOTMIX (km) OVERLAY HOTMIX (km) TOTAL (Km) ,705-10,723 16,506 27, ,042 19,610 38,604 39,097 99, ,705 21,443 20,195 8,500 52, ,469 19,329 30,464 66, ,618-22,388 29,806 70,812 JUMLAH 9,805 57, , , ,939 Sumber Data ; Bina Marga Dinas PU Kota Pekanbaru, 2011 II - 58 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

59 Dalam periode dilaksanakan penanganan dalam bentuk kegiatan peningkatan infrastruktur jalan dengan total panjang 302,94 Km. Kegiatan pemeliharaan jalan telah dilakukan sepanjang 124,37 Km dengan pekerjaan Overlay Hotmix. Sedangkan untuk peningkatan jalan dalam bentuk pekerjaan pengaspalan Hotmix sepanjang 111,24 Km, pengaspalan makadam 57,52 Km dan pengerasan jalan sepanjang 9,80 Km (Tabel 2.60) Perumahan dan Pemukiman Pembangunan dibidang perumahan juga meliputi pembangunan infrastruktur dasar perumahan permukiman, termasuk sarana prasarana dan utilitas permukiman agar menjadi lebih baik, nyaman, sehat dan tidak kumuh, seperti peningkatan kualitas jalan, air minum, pasar dan lain sebagainya. Perbaikan sarana prasarana di lingkungan permukiman dilaksanakan melalui kegiatan Pembangunan Perumahan dan Permukiman (P2P). Dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 terdahulu, Pemerintah Kota Pekanbaru telah membangun ,6 M jalan lingkungan dan M saluran lingkungan Kebakaran Keamanan perumahan dan permukiman dari bahaya kebakaran menjadi hal yang penting untuk diperhatikan. Data kebakaran di Kota Pekanbaru terlihat pada Tabel dibawah ini. Tabel 2.65 Tingkat kebakaran di Kota Pekanbaru menurut jenis Dan Jumlah Kerugian Tahun Uraian Tahun Rumah Penduduk Bangunan Umum Bangunan Industri Lahan Lain-lain Kerugian Material (Ribuan Rupiah) Korban Jiwa Sumber Data : Dinas Pemadam Kebakaran Kota Pekanbaru, 2011 Penyebab terjadinya kebakaran beragam antara lain api terbuka seperti korek api, obat nyamuk bakar, arus pendek listrik maupun petir. Hal ini menunjukkan masih perlunya peningkatan penyuluh kepada masyarakat tentang pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran Pembangunan Saluran Drainase, Normalisasi Sungai dan Persampahan a. Saluran Drainase dan Normalisasi Sungai Pembangunan drainase belum ada datanya dalam periode Namun kasus banjir dan genangan air saat musim hujan pada tempat-tempat tertentu, seperti area Rumbai, Panam dan Sail sudah sering terjadi kala musim hujan. II - 59 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

60 meter Sedangkan jalan-jalan utama di Pekanbaru juga sering tergenang air kala musim hujan, terutama di jalan ujung Terminal AKAP Payung Sekaki, jalan Ponegoro, Jalan Imam Munandar dan jalan lainnya. Namun kasus banjir dan genangan air sudah merupakan hal rutin (informasi dari berbagai sumber Koran Riau Pos, ) Panjang talud yang dibangun Panjang talud yang terpelihara Panjang sungai yang dinormalisasi Sumber: BPS Kota Pekanbaru, tahun Gambar 2.29 Panjang talud dan normalisasi sungai, Pajang talud dan normalisasi sungai yang dibangun sudah sangat signifikan naik lebih dari 700%, namun masih sangat terbatas dengan panjang sungai dan parit yang ada di Pekanbaru. Informasi ini belum mencukupi perlu tambahan data panjang parit yang dibutuhkan, panjang sungai dan jalan yang ada. b. Waterfront City Perkembangan aktivitas masyarakat di sepanjang bantaran Sungai Siak Pekanbaru, Propinsi Riau menunjukkan intensitas kegiatan yang tinggi. Hal ini nantinya dikhawatirkan dapat mengganggu keseimbangan ekosistem dan habitat Sungai bila tidak dilakukan pengendalian terhadap space use. Perilaku Sungai Siak bila meluap selalu menggenangi kawasan kawasan di sekitarnya, yang secara geografis memang terletak pada dataran rendah dan relatif tidak terlalu tinggi dibanding pusat kota. Selain itu terjadi perbedaan elevasi / peil pasang surut air sungai yang tinggi. Aktivitas yang berada di sepanjang Sungai Siak adalah permukiman lama penduduk yang berada di bawah tanggul; kawasan bisnis / perdagangan (seperti Pasar Bawah; Rumah Makan, Toko dll); kawasan perkantoran; kawasan pendidikan; kawasan sosial; pelabuhan / dermaga tempat bersandar kapal; jembatan yang melintasi Sungai sebagai jalur transportasi darat; dan bahkan letak jalan untuk lalu lintas kendaraan berada di atas lokasi kawasan permukiman serta kegiatan transportasi sungai dengan intensitas tinggi. II - 60 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

61 Sumber : Laporan Akhir Penataan Sungai Siak, 1999 Gambar 2.30 Kondisi eksisting kawasan di area perencanaan Waterfront City, 1999 Kawasan Perencanaan Waterfront City yang merupakan salah satu kawasan jantung Kota Pekanbaru di sekitar Jembatan Siak I sampai rencana Jembatan Siak IV, yaitu pada sumbu / axis Jl. Sudirman Sungai Siak / Rencana Jembatan Siak IV Meranti Pandak Jalan Sekolah. Sumber : Laporan Akhir Penataan Sungai Siak, 1999 Gambar 2.31 Rencana Pengembangan Kawasan Waterfront City, 1999 Penyebaran wilayah Kota Pekanbaru belum tertata dengan optimum. Hal ini terlihat pada terkonsentrasinya permukiman dan pusat perdagangan / komersial di bagian selatan Sungai Siak, yang secara historis merupakan awal pertumbuhan II - 61 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

62 Kota Pekanbaru, namun potensi untuk menata wilayah masih sangat memungkinkan karena tersedianya lahan yang luas. Berdasarkan pola pemanfaatan ruang dan kecenderungan pola perkembangan penggunaan lahan di Kota Pekanbaru sebagaian besar didominasi oleh perumahan dan kegiatan kegiatan seperti perdagangan, perkantoran (pemerintahan dan swasta) sarana pelayanan umum beserta penunjangnya serta industri, selain fungsi fungsi tersebut diatas, Kota Pekanbaru memiliki lahan tidak terbangun yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan areal terbangun. Penggunaan areal yang tidak terbangun ini terutama untuk kebun, tegalan, hutan, semak dan lain sebagainya. Masterplan dari Waterfront City sudah diselesaikan dari tahun 1999 dan setelah 5 tahun perlu untuk direfisi. Banyak lokasi perkantoran SKPD Kota Pekanbaru berada di area bisnis yang padat populasinya dan sudah tidak nyaman lagi untuk dijadikan kegiatan perkantoran, sedangkan beberap pelayan kantor tidak dapat dioptimalkan kinerjanya karena saling berjauhan jaraknya misalnya kantor bappeda dan PU berjarak cukup jauh, maka untuk meningkatkan kinerja dan pelayanan pada masyarakat perlu diupayakan relokasi perkantoran pemerintahan daerah pada suatu kawasan yang terpusat. Perlu diupayakan perencanaan relokasi kantor saat ini menuju kawasan perkantoran terpadu tanpa terlalu mempengaruhi pendanaan yang bersumber dari APBD (misalnya dengan kemitraan publik dan swasta). c. Persampahan Berdasarkan data tahun 2005, 40 % penduduk perkotaan Indonesia mempunyai akses terhadap pengelolaan sampah (Kajian Kebijakan Pengelolaan Sanitasi Berbasis Masyarakat, 2005). Untuk Kota Pekanbaru, akses terhadap pelayanan sampah oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) selama juga tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di Indonesia yaitu rata-rata 40% (dengan asumsi 1 orang memproduksi sampah 1,25 kg/hari). Namun bila dipakai asumsi produksi sampah 2,5 kg/orang/hari maka akses masyarakat terhadap pelayanan sampah skitar 24% (Table 2.66). Tahun Tabel 2.66 Timbunan Sampah dan Prosentase Sampah yang Diangkut, Penduduk Timbunan Sampah dengan Asumsi (1.25 kg/orang/hari) Timbunan Sampah dengan Asumsi (2.5 kg/orang/hari) Sampah Terangkut (m3/hari) Prosentase sampah diangkut(asumsi 1 ton=1m3) untuk 1.25 kg/org/hr Prosentase sampah diangkut(asumsi 1 ton=1m3) untuk 2.5 kg/org/hr =5/3*100% 7=5/4*100% ,467 1, , ,899 1, , ,213 1, , ,788 1, , ,902 1, , Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan, 2012 II - 62 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

63 prosentase ton Prosentase sampah diangkut(asumsi 1 ton=1m3) untuk 1.25 kg/org/hr Prosentase sampah diangkut(asumsi 1 ton=1m3) untuk 2.5 kg/org/hr Sampah Terangkut (m3/hari) tahun Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan, 2012 Gambar 2.32 Sampah diangkut dan Prosentase Sampah yang Diangkut, Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 7 Tahun 2001 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja di Dinas dinas di lingkungan Pemerintah Kota Pekanbaru, maka dibentuklah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru pada Tahun Tugasnya adalah membantu Walikota Pekanbaru dalam melaksanakan kewenangan otonomi di bidang persampahan, pertamanan, penghijauan, lampu penerangan jalan umum dan lampu hias. Tugas utama Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru pada waktu itu adalah mengelola persampahan yang ada di Kota Pekanbaru dimulai dari penyapuan, pengangkutan, pemusnahan hingga pengelolaan sampah. Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Kebersihan di Kota Pekanbaru yang mengatur pembagian kewenangan dan tugas pengelolaan kebersihan di Kota Pekanbaru berdasarkan Surat Keputusan Walikota Pekanbaru Nomor 7 Tahun Di tahun 2011, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru menangani kebersihan di 23 ruas jalan protokol dan Rumah sakit, dengan mengerahkan 632 orang petugas kebersihan dan 11 truk sampah (4 truk lainnya tidak berfungsi). Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota melakukan pengelolaan sampah di TPA Muara Fajar dengan system open dumping, dimana ditargetkan tahun 2012 telah menggunakan system sanitary landfill. Dinas Kebersihan dan Pertamanan juga melakukan pengelolaan sampah pasar untuk dijadikan kompos atau pupuk organic yang dilaksanakan pada 4 unit kerja pengelola composting dibawah pengawasan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru. Dalam pengelolaan kebersihan lingkungan permukiman sesuai pasal 9 UU No. 18 tahun 2008, pemerintah kota menyelenggarakan pengelolaan sampah kepada masyarakat dengan melakukan pembinaan, pengawasan, membuat TPS dan TPA. Pengumpulan sampah dilakukan mulai dari masyarakat RT/RW di permukiman. Petugas pengumpul sampah di RT/RW mengangkut sampah dari kotak sampah didepan rumah di TPS. Penyelenggara pengelola sampah melakukan pengangkutan sampah dari TPS ke TPA yang dilakukan melalui instansi terkait secara langsung. II - 63 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

64 Jumlah TPS yang terdapat di setiap kecamatan masih kurang, sehingga masih perlu penambahan TPS. Untuk pengangkutan dari TPS ke TPA yang dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan serta instansi terkait seringkali kurang memadai karena jumlah armada truk yang belum sesuai kebutuhan. Selain itu, dari jumlah yang belum memadai tersebut, banyak diantaranya memerlukan pemeliharaan dan perawatan yang besar. Kondisi truk yang sudah tua juga mengurangi kinerja pengangkutan yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan. d. Pertamanan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru menangani pertamanan dan ruang terbuka hijau di 23 lokasi dengan luas sekitar 28 ha. Adapun luas taman Kota Pekanbaru adalah sebagai berikut: Tabel 2.67 Luas Taman Kota Pekanbaru, 2012 Lokasi Luas (m 2 ) Kecamatan Pekanbaru Kota Kecamatan Senapelan Kecamatan Sail Kecamatan Tampan Kecamatan Marpoyan Damai Kecamatan Bukit Raya Kecamatan Rumbai Kecamatan Sukajadi 577 Kecamatan Payung sekaki 779 Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan, 2012 Masih terdapat tanah kosong di Tanayan Raya, di beberapa kecamatan dan beberapa lokasi lainnya 78 ha, dan yang dimiliki swasata seperti Alamayang 40 ha, Danau Buatan 40 ha. Diperkirakan taman Kota dan ruang terbuka hijau untuk Kota Pekanbaru telah mencapai 30% dari luas Kota sekitar 632,26 Km². Masih terdapat ruang terbuka hijau dan hutan konservasi (Arboretum) di Universitas Riau yang cukup luas, juga ruang terbuka hijau lainnya (12 ha peruntukan untuk pembangunan TPA yang dibatalkan). Perlu untuk mengidentifikasi secara tepat berapa luas taman dan ruang terbuka hijau yang tersisa baik dikuasai pemerintah, universitas maupun swasta. Adapun upaya pelestarian dan pemeliharaannya perlu diperhatikan secara baik dengan mendaya upayakan terbatasnya petugas pengelola pertamanan 157 orang yang ada, berikut armada mobil tanki penyiraman tanaman yang tersedia 8 unit (data 2011). e. Penerangan Umum Jumlah penerangan jalan umum yang terpasang sampai dengan Tahun 2011 berjumlah Titik. Terbagi menjadi PJU dan lampu hias/ taman yang tersebar di jalan-jalan protokol, pemukiman dan perumahan. Rencana penambahan PJU sebanyak 450 titik setiap tahun sehingga pada akhir tahun 2017 PJU direncakan akan berjumlah titik. II - 64 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

65 Tabel 2.68 Lampu Penerangan Jalan Umum, TAHUN PJU Terpasang (titik) Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Pekanbaru, 2012 Berdasarkan data 2011, 30% lampu jalan sudah termeterisasi, masih 70% belum termeterisasi. Upaya instalasi meter lampu ini dilakukan untuk mengefisiensikan penggunaan dan pembayaran listrik lampu perkotaan. f. Sanitasi Salah satu penunjang sanitasi rumah tangga adalah kepemilikan kamar mandi. Prosentase kepemilikan kamar mandi per keluarga di Kota Pekanbaru sudah mencapai 95%, hanya 5 % dari total masyarakat yang tidak punya kamar mandi sendiri (Laporan Akhir Master Plan Air Limbah Kota Pekanbaru, 2011). Angka ini relatif tinggi dibanding dengan yang ada di Indonesia yang hanya 55,5% (Rediknas, 2010). Tabel 2.69 Persentase Kepemilikan kamar mandi di rumah berdasarkan wilayah, 2011 Kecamatan Kamar mandi/tempat mandi di rumah Total Sumber : Ya Tidak Pekanbaru Kota Senapelan Lima Puluh Sukajadi Sail Bukit Raya Payung Sekaki Marpoyan Damai Rata-rata Total Laporan Akhir Survey Sosial-Ekonomi Master Plan Air Limbah Pekanbaru, Terlihat dari Tabel 2.69, bahwa kepemilikan kamar mandi di Pekanbaru sudah melebihi 90% dari total rumahtangga yang ada. Angka ini sudah di atas rata-rata kepemilikan kamar mandi di Riau. Sedangkan persentase masyarakat yang tidak punya WC/kamar mandi sendiri paling besar adalah di Kecamatan Payung Sekaki (67,6%) dan Kecamatan Sail (92,3%). II - 65 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

66 Tabel 2.70 Persentase Fasilitas air limbah di rumah berdasarkan wilayah, 2011 Kecamatan Fasilitas sanitasi air limbah di rumah Baik Kurang baik/ agak rusak Total Pekanbaru Kota 80,0 20,0 100,0 Senapelan 90,9 9,1 100,0 Lima Puluh 97,3 2,7 100,0 Sukajadi 87,4 12,6 100,0 Sail 84,6 15,4 100,0 Bukit Raya 88,2 11,8 100,0 Payung Sekaki 100,0 0,0 100,0 Marpoyan Damai 92,2 7,8 100,0 Rata-rata Total 90,8 9,2 100,0 Sumber : Laporan Akhir Survey Sosial-Ekonomi Master Plan Air Limbah Pekanbaru, Hasil survey (Tabel 2.70) menunjukan, sebagian besar (91 %) penduduk di Pekanbaru menilai sanitasi di rumahnya dalam keadaan baik, dan hanya 9 % yang merasa sanitasi air limbahnya tidak baik. Di Kecamatan Lima Puluh persentase masyarakat yang menyatakan sanitasi air limbahnya baik adalah paling tinggi yaitu 97,30 %. Sedangkan di Kecamatan Payung Sekaki 100 % dari responden menyatakan bahwa sanitasi air limbah di rumah dalam keadaan baik. Kecamatan Sail merupakan kecamatan yang paling banyak penduduknya menyatakan bahwa sanitasi di rumah tidak berjalan baik yaitu 15 % dari total populasi di kecamatan tersebut. Fasilitas sanitasi lainnya yang paling banyak bermasalah adalah tanki septik yaitu 16,6 %, dan kemudian adalah fasilitas sumur resapan untuk rumah. Sebagian besar rumah di Pekanbaru tidak mempunyai sumur resapan, sehingga air hujan akan lansung dialirkan ke selokan/parit/drainase. Maka peningkatan saluran drainase dan sumur resapan menjadi hal yang perlu untuk dipertimbangkan dimas yang akan datang Pembangunan Kelistrikan Kondisi pembangunan kelistrikan di Kota Pekanbaru relatif paling baik dibanding kondisi di Kota/Kabupaten lainnya di Propinsi Riau yaitu no 1 dengan prosentase akses listrik ke rumah tangga sekitar 98,7% (2009) (Tabel 66 dan Gambar 33). Angka ini sudah diatas rata-rata elektrifikasi di Riau (42,69%). Hampir seluruh rumah tangga teraliri listrik, namun dengan pesatnya perkembangan disektor perumahan, maka demand terhadap listrik ini terus meningkat, sedangkan supplynya terbatas, dari beberapa pembangkit listrik yang ada seperti interkoneksi dari PLTA. Koto Panjang 114 MW, dan PLTD Teluk Lembu. Sehingga pada saat-saat tertentu dilakukan pemadaman bergilir di Kota Pekanbaru karena supply listrik yang terbatas ini. II - 66 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

67 Prosentase Tabel 2.71 Prosentase Akses Listrik Masyarakat di Propinsi Riau, 2009 Pelanggan Jumlah Rumah No. Kab/Kota Rumah Tangga Tangga (KK) Elektrifikasi (%) 1 Kota Pekanbaru Kota Dumai Kab. Bengkalis Kab. Kampar Kab. Siak Kab. Indragiri Hulu Kab. Rokan Hulu Kab. Kuantan Singingi Kab. Rokan Hilir Kab. Pelalawan Kab. Indragiri Hilir R I A U ,69 Sumber : BPS Riau, Kota Pekanbaru Kota Dumai Kab. Bengkalis Kab. Kampar Kab. Siak Kab. Indragiri Hulu Kab. Rokan Hulu Kab. Kuantan Singingi Kabupaten/Kota Kab. Rokan Hilir Kab. Pelalawan Kab. Indragiri Hilir Sumber: BPS Riau, 2010 Gambar 2.33 Kondisi Kelistirkan di Propinsi Riau, Jumlah pelanggan listrik juga berfluktuatif dan cendrung meningkat signfikan 58% dari periode (dari pelanggan menjadi ). II - 67 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

68 pemakaian listrik (KWH) Jumlah Pelanggan Rumah Tangga Pengguna Listrik 350, , , , , , , , , , , Pelanggan Listrik 268, , , , Jumlah Kepala Keluarga Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011 Gambar 2.34 Pelanggan Listrik, ,600,000,000 1,400,000,000 1,200,000,000 1,000,000, ,000, ,000, ,000, ,000, Total pemakaian (KWH) 956,414,065 1,251,285,485 1,490,281,653 tahun Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011 Gambar 2.35 Pemakaian Listrik di Pekanbaru Sedangkan pemakaian listrik juga meningkat signifikan sebesar 50% dari periode , atau dihitung dengan tingkat kenaikan 250 juta KWH/tahun. Kebutuhan listrik diproyeksi akan terus naik secara bertahap selaras dengan perkembangan ekonomi masyarakat, tumbuhnya industri, jasa, komersial dan perumahan yang realatif pesat di Kota Pekanbaru Perkembangan Perhubungan a. Lokasi Rawan Kemacetan Jalan Berdasarkan survey yang dilakukan ditahun 2011 (Laporan Akhir Kajian Transportasi PON XVIII, Desember 2011) diidentifikasi 12 lokasi rawan kemacetan seperti gambaran sebagai berikut: II - 68 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

69 1. Ruas Jalan Sudirman segmen I ( Kaharudin Nasution - Imam Munandar), 2. Ruas Jalan Sudirman segmen II (Imam Munandar- Tambusai), 3. Ruas Jalan Sudirman segmen III( Tambusai- Pelita Pantai), 4. Ruas Jalan Yos Sudarso, 5. Ruas Jalan T. Tambusai, 6. Ruas Jalan SM Amin (Simpang jalan Soebrantas dan Jl. SM Amin), 7. Ruas Jalan Riau (Simpang jalan A Yani, Depan Mall Ciputra), 8. Ruas Jalan Subrantas, 9. Ruas Jalan Sukarno Hatta, 10. Ruas Jalan Karya Kunyit (Jl.Muchtar Lutfi), 11. Simpang Jalan HR. Subrantas Jalan SM. Amin, 12. Simpang Jalan Tuanku Tambusai Ujung SM. Amin, Sumber : Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru, Desember 2011 Gambar 2.36 Titik titik rawan kemacetan Namun berdasarkan hasil koordinasi Tim RPJM dan pihak Konsultan Pemerintah Kota Pekanbaru masih terdapat beberapa lokasi lainnya yang rawan kemacetan seperti 1. Simpang Jln Imam Munandar Sakuntala- Kelapa Sawit 2. Simpang jl. A.Yani- jl. KHA Dahlan-Jl Teratai 3. Simpang Jl Kemuning Jl. Riau 4. Simpang Jl. Sutomo Jl. Hang Tuah 5. Simpang Jl. Durian Jl Sukarno Hatta 6. Simpang Jl. Kaharuddin Nasution Jl. Sukarno Hatta (Simpang Mall SKA). II - 69 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

70 Dari total 18 lokasi (12 lokasi + 6 lokasi) ini di tahun 2012, beberapa lokasi sudah mulai ditangani permasalahan kemacetannya dengan pembangunan jembatan layang dan pelebaran jalan antara lain: 1. Ruas Jalan Sudirman segmen I ( Kaharudin Nasution - Imam Munandar) dilakukan pelebaran simpang jl utama 2. Ruas Jalan Sudirman segmen II (Imam Munandar- Tambusai), dilakukan pembangunan jalan layang (fly over), 3. Ruas Jalan Yos Sudarso, dilakukan pelebaran. Walaupun sudah dilakukan perbaikan dan peningkatan kinerja beberapa ruas jalan di Kota Pekanbaru, namun masih belum sepadan dengan peningkatan volume lalulintas yang tinggi, sehingga masih diperlukan upaya yang konkret dalam meningkatkan kinerja tranportasi perkotaan di Pekanbaru yang lebih manusiawi, madani, aman, nyaman dan tertib dengan mengotimalkan penggunaan moda tranportasi massal, mengurangi kemacetan laulintas, dan ramah lingkungan seperti Trans Metro Pekanbaru (TMP), mono rail ataupun rail way. Tabel 2.72 Volume per kapasitas beberapa ruas jalan di Kota Pekanbaru, dan proyeksinya Tahun 2012 Sumber : Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru, 2012 Terlihat dari Tabel 2.72 bahwa dari 12 ruas jalan yang ditinjau bahwa ruas Jalan Sudirman, Yos Sudarso, Soebrantas, dan Riau sudah mulai jenuh (V/C >=1) ditahun Sedangkan ditahun 2012 diproyeksi Jalan Tambusai, Soekarno- Hatta, mulai mendekati titik jenuh. Sehingga akan terjadi peningkatan titik kemacetan di beberapa likasi lainnya. II - 70 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

71 Volume lalu-lintas harian rata-rata dan kapasitas jalan di masing-masing ruas jalan dilampirkan seperti pada tabel berikut ini. Tabel 2.73 Lalu Lintas Harian Rata-rata, Tingkat Pelayanan Jalan dan Rata-rata Kecepatan Kendaraan di Ruas Jalan Utama Kota Pekanbaru, 2010 NO. NAMA JALAN TYPE JALAN 1 Imam Munandar 4/2 UD 2 Kapling 2/2 UD 3 Riau 2/2 UD 4 Yos Sudarso 2/2 UD 5 M.Yamin 2/2 UD 6 Pattimura 4/2 D 7 Ahmad Yani 2/2 UD 8 Juanda SATU ARAH 9 Tambusai 4/2 D Sudirman (Setia Budi) Sudirman (Ramayana) 4/2 D 4/2 D 12 Kubang Raya 2/2 UD WAKTU SURVEY LEBAR JALAN V/C LoS KEC. Rata2 KM/JAM 0,86837 E 33, m 0, E 32, , E 28, , C 40, m 0, C 40, , C 38, , B 36, ,5 m 0, C 38, , D 39, , D 43, m 0, C 41, ,9313 E 43, , B 45, ,5 m 0, B 39, , C 44, , A 45, x 4 m 0, A 40, , B 39, , D 41, m 0, D 36, , D 40, , B 35, m 0,4534 C 31, , D 37, m 0, C 40, , C 42, , C 42, x 9,8 m 0, B 33, , B 47, , C 36, x 9,8 m 0,52962 C 45, , D 50, , D 36, , B 47, m 0, B 48, , B 48, II - 71 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

72 NO. NAMA JALAN TYPE JALAN 13 SIAK II 2/2 UD WAKTU SURVEY LEBAR JALAN V/C LoS KEC. Rata2 KM/JAM 0, B 62, m 0, B 45, , C 49, Hangtuah 2/2 UD 15 Ahmad Dahlan 2/2 UD 16 Cempaka 2/2 UD 17 Durian 2/2 UD 18 Kaharuddin Nst 4/2 D 19 Soekarno Hatta 4/2 D 20 Sisingamangaraja 2/2 D 21 Melur 2/2 UD 22 Kesehatan 2/2 UD , C 11, m 0, C 28, , C 30, ,38666 B 44, m 0, B 35, , B 37, , A 40, m 0, B 32, , C 34, , C 35, m 0, C 31, , D 30, , B 37, x 6 m 0, C 34, , C 33, , C 60, x 6,5 m 0, C 43, ,6067 C 48, , B 43, m 0, A 40, , B 43, ,5 m 0, C 40, , C 39, , C 34, m 0,47427 C 23, , B 36, , B 33, Sumber : LAPI UIR, Hasil Survey Tahun 2010 Dari 22 ruas jalan utama yang ditinjau terlihat 2 ruas jalan yang sudah mencapai tingkat pelayanan yang relatif rendah (E). Untuk itu dibuat beberap rekomendasi sebagai usulan solusi jangka pendek menengah (tabel 4.74). II - 72 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

73 Tabel 4.74 Daftar Permasalahan dan Usulan Solusi Pada Beberapa Persimpangan, 2010 TITIK NO LOKASI 1 Jl. H. Imam Munandar -Jl. Kapling 2 Jl. A.Yani- Jl. KH.Ahmad Dahlan - jl.teratai 3 Jl. Riau jl DI. Panjaitan 4 Jl. Sudirman - Jl. M Yamin 5 Jl. Beringin jl. Ronggo warsito E K S I S T I N G area parkir ruko terlalu dekat ke bahu jalan Jari-jari belokan terlalu kecil (kearah jl. Kapling) Tiang listrik, telpon dan tiang baliho yang berada terlalu dekat dengan bahu jalan Sudah terdapat median jalan lebar 40 cm titik rambu lalu lintas yang sulit dilihat belum ada trotoar di sisi jalan Simpang staggered dan hambatan akibat parkir di mulut simpang. Derajat jenuh Q/V = 1,28 (pagi); 1,03 (sore arah dari jl kapling) Bahu jalan sempit Area parkir ruko terlalu dekat ke bahu jalan Jari-jari belokan terlalu kecil Tiang listrik dan telepon dekat dengan bahu jalan Kiri kanan jalan sebagian masih berupa saluran Laju antrian tidak sebanding dengan panjang antrian, panjang antrian m Arah teratai pada jam sibuk Q/C = 1,415 jari-jari belokan kurang kecil Derajat jenuh arah dari kemuning 1,74 dengan panjang antrian kl 300 m (pagi dan sore), Q/C =1,49 arah dari jl Riau (minggu sore) Kapasitas jl kemuning < arus LL yang terjadi (406 < 708 smp/jam), jl Riau (738 < 1238 smp/jam) Penggunaan bahu jalan sebagai tempat parkir ruas jalan yang belum cukup lebar dengan jumlah kendaraan area parkir ruko terlalu dekat ke bahu jalan Jari-jari belokan terlalu kecil Tiang listrik dan telpon yang berada terlalu dekat dengan bahu jalan titik rambu lalu lintas yang sulit dilihat konflik simpang dan hambatan samping yang tinggi berupa saluran terbuka U S U L A N S O L U S I Saluran air tertutup dialih fungsikan sebagai trotoar Pelebaran segmen jalan Kapling Pelebaran jari-jari tikungan/belokan Pemindahan tiang listrik dan telepon Pemindahan rambu lalu lintas ke lokasi yang mudah dilihat Marka jalan diperjelas Pembuatan trotoar Pengaturan system Traffic Light berdasarkan jumlah kendaraan dengan menggunakan CCTV dinamis/statis Saluran air tertutup dan terbuka dijadikan trotoar Pelebaran bahu jalan Pelebaran jari-jari belokan Pemindahan tiang listrik dan telepon Pengaturan system Traffic Light berdasarkan jumlah kendaraan dengan menggunakan CCTV dinamis/statis. Pelebaran segmen jalan Pelebaran jari-jari belokan Pengaturan system Traffic Light berdasarkan jumlah kendaraan dengan menggunakan CCTV dinamis/statis. Pelebaran segmen jalan pemasangan rambu lalu lintas Saluran air terbuka dialih fungsikan sebagai trotoar (sedang dilaksanakan) Pelebaran segmen jalan (sedang dilaksanakan) Pelebaran jari-jari belokan Re-setting APILL atau Pengaturan system Traffic Light berdasarkan jumlah kendaraan dengan menggunakan CCTV dinamis/statis. Pembuatan trotoar 6 Jl. Sutomo jl. Hang Tuah bahu jalan yang sempit, terdapat parit terbuka Jari-jari belokan terlalu kecil Rawan kemacetan pada jam masuk/ keluar sekolah Rawan kecelakaan akibat kemacetan yang panjang Saluran air tertutup dan terbuka dialih fungsikan sebagai trotoar Pelebaran segmen jalan Pelebaran jari-jari belokan Pemindahan titik sarana tiang listrik dan telepon Pemasangan marka dan rambu Dipertimbangkan arus searah pada jl. hang Tuah pada jam sibuk pagi hari II - 73 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

74 TITIK NO LOKASI 7 Jl. Riau Jl. A Yani 8 Jl. A Yanijl. Cempaka (komplek Santa Maria) 9 Jl. Panjaitan jl. Wakaf 10 Jl. SSK II- jl. Sisingamanga raja 12 Simpang jl. Sudirmanjl. Imam MUnandar 13 jl.sudirmanjl. Tuanku Tambusai 14 jl.hr. Soebrantas jl SM. Amin 15 Jl. Durian - Jl. Soekarno Hatta E K S I S T I N G Tidak adanya lampu pengatur lalu lintas Belum adanya median jalan Pedagang K5 di trotoar dan bahu jalan Terdapat median jalan Ada median jalan yang sudah dibongkar Aktifitas sekolah (jam masuk dan pulang) rawan kemacetan Terdapat pasar tumpah di mulut simpang jl. Agus Salim, jl. Cempaka dan jl. A Yani. Derajat kejenuhan arah dari cempaka pada siang hari Q/C =1,1234 median jalan langsung berada di tengah cross berhadapan dengan simpang tidak adanya rambu lalu lintas yang jelas permasalahan mulai teratasi, dengan pembuatan median jalan. Konflik simpangan kerena dekat sekolah Mulut simpang yang terlalu sempit jari-jari tikungan/belokan kecil Rawan kemacetan pada jam masuk sekolah dan pulang sekolah Ruas jalan yang sempit menyebabkan kurang lancarnya arus pada persimpangan Jari-jari belokan tidak terlalu besar Jumlah kendaraan sangat banyak pada sore (pulang kantor) dengan derajat jenuh 2,14 dari arah barat(jl. Sudirman) Jumlah kendaraan yang sangat banyak, dengan Q/C = 1,70 dan 1,66 dari arah barat dan timur jl. Sudirman. Serta Q/C > 2 pada sore serta hari lubur. Jumlah kendaraan yang sangat banyak Angkutan umum dan pasar yang tumpah ke pinggir jalan Kapasitas ruas jalan yang tidak mencukupi, pada pagi hari arah selatan dan utara jenuh Q/C> Adanya parit terbuka yang ganggu geomitrik persimpangan dan mengurangi kapasitas jalan pendekat Arus jenih pada pagi arah barat Q/C>2, sedang arah dari durian Q/C =1,828, pada jam sore Q/C > 2 dari arah barat dan selatan jl. Soekarno Hatta U S U L A N S O L U S I Pelebaran segmen jalan Pemasangan marka dan rambu Pemindahan rambu lalu lintas ke lokasi yang mudah dilihat Penambahan median jalan Perubahan fungsi jalan menjadi satu arah Pelebaran segmen jalan A.Yani Pemasangan marka dan rambu Pemindahan rambu lalu lintas ke lokasi yang mudah dilihat Pasar tumpah hanya sampai jam 6.00 Penertipan pedagang K5 Pelebaran segmen jalan Pelebaran jari-jari belokan Pemindahan rambu lalu lintas ke lokasi yang mudah dilihat Pelebaran segmen jalan Pelebaran jari-jari belokan Pemasangan marka dan rambu Penambahan jalur alternatif, Pelebaran jari-jari belokan Pemindahan rambu lalu lintas ke lokasi yang mudah dilihat Pembangunan Flay Over (sedang dalam Perencanaan) 2 fase traffic light Pembangunan Flay Over (segera dibangun) Pengaturan system Traffic Light berdasarkan jumlah kendaraan dengan menggunakan CCTV dinamis/statis. Perbaikan geomitrik simpang, penutupan parit/memperlebar jembatan. Pelebaran jalan pendekat (sedang dikerjakan) Pengaturan system Traffic Light berdasarkan jumlah kendaraan dengan menggunakan CCTV dinamis/statis. II - 74 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

75 NO TITIK LOKASI 17 Simpang Mall SKA E K S I S T I N G Terjadi antrean panjang pada segala arah, khususnya pada jam sibuk pada sore hari serta pada hari libur. Panjang antrean kl 600 arah utara jl. Tambusai dengan Q/C > 2, arah selatan Q/C =1,4. Pada hari libur sore hari semua arah jenuh dengan nilai Q/C >1,5 Sumber : LAPI UIR, Hasil Survey Tahun 2010 U S U L A N S O L U S I Peningkatan kapasitas jalan pendekat dengan memperbesar jari-jari belokan Pengurangan hambatan samping Pengaturan system Traffic Light berdasarkan jumlah kendaraan dengan menggunakan CCTV dinamis/statis. Secara umum dalam rangka memberikan solusi jangka pendek menengah untuk mengatasi 17 persimpangan diatas, Peningkatan kapasitas jalan pendekat dengan memperbesar jari-jari belokan, Pengurangan hambatan samping, Pengaturan system Traffic Light berdasarkan jumlah kendaraan dengan menggunakan CCTV dinamis/statis, Perbaikan geomitrik simpang, penutupan parit/memperlebar jembatan dan Pelebaran jalan pendekat (sedang dikerjakan). Tabel 2.75 Jumlah Sarana Angkutan (umum dan pribadi) Yang terdaftar Dirinci Menurut Jenis Kendaraan di Kota Pekanbaru, No. Jenis Kendaraan (Unit) (Unit) (Unit) 1. Sepeda Motor Mobil Penumpang Mobil Barang Mobil Bus Umum Bus Besar Bus Sedang Bus Kecil 5. Mobil Bus Bukan Umum Mobil Penumpang Umum Kendaraan Roda Tiga J u m l a h Sumber : Dispenda Propinsi Riau, 2010 Tabel 2.76 Jumlah Kecelakaan Lalulintas Kendaraan Roda Dua, Tahun Mati Luka Berat Luka Ringan Kecelakaan Sumber : Data Polresta yang sudah dianalisa dalam Prori, 2008 Terlihat dari Tabel 2.76 jumlah kecelakaan lalulintas dari pengendara roda dua, cendrung meningkat 16% selama 4 tahun, sedangkan tingkat resiko kematian akibat kecelakaan itu naik secara drastis 38% ( ). Perlu upaya konkrit II - 75 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

76 mengontrol dan mengurangi tingkat kecelakaan ini sesuai dengan koridor Rencana Umum Nasional Keselamatan (RUNK) yang tertuang pada 5 pilar keselamatan lalulintas, yaitu: manajemen keselamatan, jalan berkeselamatan, kendaraan berkeselamatan, pengendara yang berkeselamatan dan penanganan paska kecelakaan (RUNK, 2012). Untuk memfasilitasi keberangkatan ataupun kedatangan angkutan umum antar kota dalam provinsi ataupun antar kota luar provinsi yang menggunakan angkutan darat, pemerintah kota Pekanbaru memiliki fasilitas terminal sesuai dengan tipenya. Adapun terminal-terminal sebagaimana dimaksud dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.77 Nama Terminal, Tipe, Luas dan Pengelola, 2011 No Nama Terminal Tipe Luas (m2) Instansi Pengelola 1. Rumbai C 2400 Dishub Kota Pekanbaru 2. Senapelan C 3000 Dishub Kota Pekanbaru 3. Terminal Bandar Raya Payung Sekaki A Dishub Kota Pekanbaru Sumber : Dishub Kominfo Kota Pekanbaru, 2011 Terminal type A Bandar Raya Payung Sekaki merupakan terminal antar kota antar provinsi dan terminal antar kota dalam provinsi yang dimiliki pemerintah kota Pekanbaru. Berdasarkan data yang tercatat pada terminal Bandar Raya Payung Sekaki, jumlah kendaraan dan penumpang yang tiba maupun yang berangkat dari kota Pekanbaru sesuai dengan jenis perjalanan, yaitu Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) maupun Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2.78 Data Kedatangan dan Keberangkatan Penumpang Pada Terminal Bandar Raya Payung Sekaki Pertahun Tahun AKAP AKDP Datang Berangkat Datang Berangkat Sumber : Dishub Kominfo Kota Pekanbaru, 2008 Jumlah kendaraan yang masuk ke terminal Bandar Raya Payung Sekaki dari upaya penertiban yang telah dilakukan terhadap kendaraan angkutan umum antar kota, baik dalam provinsi maupun dari luar provinsi dapat dilihat pada tabel II - 76 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

77 Tabel 2.79 Data Jumlah Kendaraan yang Masuk dan Jumlah Petugas Pada Terminal Bandar Raya Payung Sekaki, No. Tahun Jumlah Kendaraan Masuk Terminal Jumlah Petugas (rata-rata unit/hari)*) (Orang) Sumber : Dishub Kominfo Kota Pekanbaru, 2009 Catatan : *) Merupakan jumlah rata-rata pada tahun bersangkutan. Sistem jaringan angkutan umum penumpang meliputi rute trayek dan simpul transportasi meliputi terminal dan sub terminal/pangkalan. Secara umum jaringan angkutan umum berkapasitas kecil sampai dengan 12 orang. Angkutan kota di Pekanbaru terdiri dari 24 trayek, yang terdiri dari 15 angkutan kota dan 9 bus Kota. Prasarana pendukung angkutan umum meliputi terminal dan tempat berhenti/shelter di kota Pekanbaru. Untuk angkutan kota sebagai tempat berhenti atau melayani trayek dalam kota fasilitas terminalnya type C yang terdiri dari Terminal Mekar Sari, Terminal Senapelan, Terminal Rumbai dan Terminal Mayang Terurai. Sedangkan untuk kendaraan umum yang tidak dalam trayek dapat dilihat pada tabel berikut. Pada saat ini jenis angkutan umum yang beroperasi di Kota Pekanbaru terdiri dari beberapa jenis yang meliputi Angkutan Taxi, Bis Kota dan Oplet. Sedangkan jumlah armada yang beroperasi di Kota Pekanbaru pada saat ini sebanyak 66 Bus Kota, Angkutan Kota unit, Taxi 455 unit, dan Bajaj 38 unit. Pada tahun 2009 Pemerintah Kota Pekanbaru sidah menerapkan Sistem Angkutan Umum Massal (SAUM) Trans Metro Pekanbaru sebanyak 20 unit. Tabel 2.80 Jumlah Kendaraan Angkutan Penumpang Umum Tidak Dalam Trayek, 2009 No. Jenis Kendaraan 2007 (unit) 2008 (unit) 2009 (unit) 1. Taksi dengan Argometer Kendaraan Sewa Bus Wisata Kendaraan Roda Tiga J u m l a h Sumber : Dishub Kominfo Kota Pekanbaru, 2009 Tabel 2.81 Pekembangan Infrastruktur Terminal, Halte, dan Jembatan, No Infrastruktur Gedung Terminal barang Halte Jembatan Penyeberangan Sumber: Dishub Kominfo Kota Pekanbaru, 2011 II - 77 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

78 pesawat (unit) Potensi parkir Tepi Jalan Umum di wilayah Kota Pekanbaru pada tahun 2005 adalah sebanyak 111 lokasi, bertambah sebanyak 11 lokasi dari tahun 2002, dengan jumlah juru parkir menjadi sebanyak 288 orang dengan rasio dengan rasio 0,65 juru parkir/1000 kendaraan. b. Pergerakan Pesawat Terbang di Bandara Sutan Syarif Kasim II Bandara Sultan Syarif Kasim II-Pekanbaru, merupakan bandara tersibuk ke-2 di daratan Sumatera setelah Bandara Polonia Medan (Suratno, ICO SSK II, Oktober 2007).Saat ini landasan pacu yang dimiliki Bandara Sultan Syarif Kasim II-Pekanbaru adalah m dan lebar 30 m yang kurang dari dimensi minimum runway untuk pesawat berbadan besar (panjang minimum m dan lebar minimum 45 m). Pertumbuhan penumpang ( ) naik, dari 1,1 juta penumpang menjadi 1,8 juta penumpang/tahun). Terminal building eksisting m 2 dengan kapasitas 520 penumpang, namun pada jam sibuk terdapat sampai penumpang pada tahun 2006 (PT. Angkasa Pura II, 2005). Pada tahun 2010 luas terminal penumpang yang dibutuhkan paling sedikit m² untuk mengakomodasi lebih dari 2 juta penumpang/tahun dengan penumpang perjam sibuk DATANG BERANGKAT DATANG BERANGKAT tahun Sumber : Dishub Kominfo Kota Pekanbaru, Tahun 2011 Gambar 2.37 Kedatangan dan Keberangkatan Pesawat Terlihat penurunan frekuensi pergerakan pesawat di bandara SSK II. Namun hal ini tidak berarti menurunkan jumlah pergerakan penumpang yang datang dan berangkat, karena adanya perubahan tipe dan badan pesawat. Perubahan tipe dan badan pesawat ke pesawat yang lebih besar (misalnya dari F-28 ke B 737) dapat mengangkut lebih banyak penumpang. Hampir 2 juta pergerakan penumpang datang dan berangkat setiap tahunnya sejak dari tahun Hal ini menunjukkan trend kenaikan pergerakan penumpang dalam 2 tahun terakhir. II - 78 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

79 penumpang (orang) DATANG BERANGKAT DATANG BERANGKAT tahun Sumber : Dishub Kominfo Kota Pekanbaru, 2011 Gambar 2.38 Kedatangan dan Keberangkatan Penumpang, c. Pergerakan Kapal Dalam dan Luar Negeri Sampai saat ini Kota Pekanbaru telah melakukan pengelolaan dan pengembangan berbagai fasilitas di Pelabuhan Sungai Duku, untuk meningkatkan pelayanan yang mencakup keberangkatan/kedatangan penumpang dan barang dalam dan luar negeri. Selain melayani penumpang dan barang untuk rute-rute daerah di dalam Provinsi Riau, pelabuhan ini juga melayani penumpang dan barang untuk dan dari Provinsi Kepulauan Riau bahkan Kota Malaka-Malaysia. Namun terjadi penurunan pergerakan kapal yang sangat signifikan untuk tujuan dalam negri sebesar >12.000% dari pergerakan menjadi 850 pergerakan (Gambar 39). Sedangkan pergerakan kapal ke luar negri cendrung fluktuatif diangka pergerakan kapal. Perubahan pergerakan kapal ini menunjukkan indikasi moda transportasi Sungai telah beralih ke moda transportasi lainnya, seperti transportasi darat. Sehingga beban transportasi darat menjadi relative berat, hal ini ditandai dengan meningkatnya magnitude kerusakan jalan. Upaya-upaya untuk menfungsikan kembali transportasi sungai ini (terutama untuk mengangkut barang) perlu untuk diupayakan lagi untuk memperlancar kegiatan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang berkesinambungan. II - 79 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

80 GRT (ton) pergerakan kapal (unit) DALAM NEGERI LUAR NEGERI DALAM NEGERI LUAR NEGERI tahun Sumber : Dishub Kominfo Kota Pekanbaru, 2011 Gambar 2.39 Jumlah unit pergerakan kapal, Pergerakan kapal yang menurun, mengakibatkan pengangkutan barang baik di dalam negeri maupun luar negeri juga menurun cukup signifikan (Gambar 2.39). Pengangkutan barang untuk dalamnegri berkurang hampir 20 juta ton (periode ). Sedangkan untuk luar negri berkurang 2 juta ton dalam periode 3 tahun. Rata-rata rasio angkutan barang dalam negri per kapal adalah 9700 ton/kapal (2008), untuk luar negri 3000 ton/kapal (2008). Secara umum barang yang diangkut oleh kapal dalam negri lebih banyak dari yang ke luar negri. Untuk prasarana pelabuhan rakyat, seperti Pelabuhan Pelita Pantai belum dikelola oleh Pemerintah Kota Pekanbaru. Untuk Terminal penumpang dan dermaga di Pelabuhan Sungai Duku perlu terus dilakukan peningkatan supaya lebih nyaman dan aman untuk melayani penumpang kapal dari dan ke Pekanbaru. Pelabuhan rakyat menyebar di sepanjang Sungai Siak berpotensi untuk memperlancar kegiatan perekonomian DALAM NEGERI LUAR NEGERI tahun DALAM NEGERI LUAR NEGERI Sumber : Dishub Kominfo Kota Pekanbaru, 2011 Gambar 2.40 Jumlah volume barang yang diangkut kapal (ton), II - 80 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

81 Fokus Sumber Daya Manusia Kualitas sumber daya manusia suatu daerah sangat menentukan kemampuan daerah untuk dapat bersaing, baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional. Kualitas sumber daya manusia sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan yang dimilikinya, skill (hard dan soft skill) serta aspek religius Kualitas Tenaga Kerja (Persentase Lulusan S1/S2/S3) Dilihat dari background pendidikannya, maka kondisi kualitas sumber daya manusia (SDM) Kota Pekanbaru dari tahun 2006 sampai 2010 dapat dilihat pada Gambar 2.41 di bawah ini Sumber: BPS Kota Pekanbaru 2011 Gambar Persentase Penduduk Lulusan Perguruan Tinggi (S1/S2/S3) Kota Pekanbaru Tahun Dari gambar di atas terlihat bahwa persentase penduduk lulusan perguruan tinggi dari tahun ke ahun cenderung meningkat, terutama sejak tahun 2007 (7,98%) sampai 2009 (16,77%). Pada tahun 2010, persentase penduduk lulusan perguruan tinggi menurun kembali Tingkat Ketergantungan (Rasio Ketergantungan) Tingkat ketergantungan penduduk Kota Pekanbaru dari tahun 2006 sampai 2010 diperlihatkan pada Tabel 2.82 di bawah ini. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa rasio ketergantungan penduduk Kota Pekanbaru dari tahun 2006 sampai 2010 cenderung stabil pada nilai 43% 50%. Tabel 2.82 Rasio Ketergantungan (%) Kota Pekanbaru Tahun 2006 sampai 2010 No Uraian Jumlah penduduk usia <15 th Jumlah penduduk usia >64 th Jumlah penduduk usia tdk produktif 4. Jumlah penduduk usia th Rasio ketergantungan (3/4) 49,6% 48,3% 43,3% 47,7% 46,2% Sumber: BPS Kota Pekanbaru 2011 II - 81 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

82 2.5. PENELAAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKANBARU Perencanaan pembangunan daerah pada prinsipnya bertujuan untuk mengintegrasikan rencana tata ruang wilayah dengan rencana pembangunan daerah. Dalam kaitan itu, penyusunan RPJMD harus berpedoman pada RTRW untuk menjamin agar arah kebijakan dalam RPJMD selaras dengan atau tidak menyimpang dari arah kebijakan RTRW. Penelaahan rencana tata ruang bertujuan untuk melihat kerangka pemanfaatan ruang daerah dalam 5 (lima) tahun mendatang berikut asumsi-asumsinya Telaah Rencana Struktur Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Telaahan terhadap rencana struktur ruang meliputi: a. Peta Rencana Struktur Ruang Peta Rencana Struktur Ruang Kota Pekanbaru Tahun dapat dilihat pada Gambar 2.42 di bawah ini. Sumber : RTRW Kota Pekanbaru revisi 2006 Gambar 2.42 Peta Rencana Struktur Ruang Kota Pekanbaru Tahun II - 82 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 114 TAHUN 2014 TANGGAL 13 NOVEMBER 2014 TENTANG

PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 114 TAHUN 2014 TANGGAL 13 NOVEMBER 2014 TENTANG PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 114 TAHUN 2014 TANGGAL 13 NOVEMBER 2014 TENTANG REVISI RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA PEKANBARU TAHUN 2012-2017 PEMERINTAH KOTA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PEKANBARU TAHUN 2016 WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Geografis dan Demografis Kota Pekanbaru

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Geografis dan Demografis Kota Pekanbaru BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Geografis dan Demografis Kota Pekanbaru Kota Pekanbaru mempunyai Visi yang dirumuskan oleh aparat penyelenggara pemerintah kota Pekanbaru menuju

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH Bujur Timur dan Lintang Utara, dengan batas. Utara : Kabupaten Siak dan Kabupaten Kampar

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH Bujur Timur dan Lintang Utara, dengan batas. Utara : Kabupaten Siak dan Kabupaten Kampar V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Keadaan Umum Kota Pekanbaru Kota Pekanbaru merupakan ibukota dari Provinsi Riau yang terletak di Pulau Sumatera. Secara geografis Kota Pekanbaru terletak pada koordinat 101

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan... 5 1.4 Sistematika

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah masalah yang penting dalam perekonomian suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh suatu negara bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Tamiang

Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Tamiang 2.1. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 2.1.1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 2.2.1.1. Pertumbuhan PDRB Perekonomian Kabupaten Aceh Tamiang beberapa tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan yang cukup

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Pekanbaru 1. Sejarah Pekanbaru lahir sebelum masuknya penjajahan Belanda ke Indonesia.Pada waktu itu, baru berupa dusun yang bernama Dusun Payung

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU

GAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU IV. GAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU 4.1. Kondisi Fisik Wilayah Provinsi Riau terdiri dari daratan dan perairan, dengan luas lebih kurang 329.867,61 km 2 sebesar 235.306 km 2 (71,33

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Halaman

Daftar Tabel. Halaman Daftar Tabel Halaman Tabel 3.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab. Sumedang Tahun 2008... 34 Tabel 3.2 Kelompok Ketinggian Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang Tahun 2008... 36 Tabel 3.3 Curah Hujan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN BAPPEDA KOTA BATU

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN BAPPEDA KOTA BATU KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Batu tahun 2015 merupakan pemfokusan rencana pembangunan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Batu pada tahun 2015. Pemfokusan berpedoman

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Malaka terletak antara Lintang Selatan Lintang Utara atau antara 100

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Malaka terletak antara Lintang Selatan Lintang Utara atau antara 100 BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Provinsi Riau terdiri dari daerah daratan dan perairan, dengan luas lebih kurang 8.915.016 Ha (89.150 Km2), Keberadaannya membentang dari lereng

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 9

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 9 i DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum...... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 5 1.4. Sistematika Dokumen RKPD... 5 1.5. Maksud dan Tujuan... 7 Hal BAB II EVALUASI

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT i DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL i ii viii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Dasar Hukum 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen 4 1.4 Sistimatika Dokumen

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 08/07/1205/Th. VI, 06 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara yang diukur

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB IV. Kota Pekanbaru terletak di tengah-tengah pulau Sumatera yang mengarah ke

BAB IV. Kota Pekanbaru terletak di tengah-tengah pulau Sumatera yang mengarah ke BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH KAJLAN 4.1. Kota Pekanbaru 4.1.1. Geografis Kota Pekanbaru terletak di tengah-tengah pulau Sumatera yang mengarah ke daratan Sumatera. Secara geografis, kota Pekanbaru terletak

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN. dan Lintang Utara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.19

BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN. dan Lintang Utara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.19 BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN A. Tinjauan Kota Pekanbaru 1. Letak dan Luas Kota Pekanbaru terletak antara 101 14-101 34 Bujur Timur dan 0 25-0 45 Lintang Utara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.19

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. xxx/05/21/th. V, 10 Mei 2010 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2010 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI TERENDAH DALAM EMPAT TAHUN

Lebih terperinci

Tabel 2.19 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun

Tabel 2.19 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun 41 2.1.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat 2.1.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 2.1.2.1.1 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012 RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 1 Halaman Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kata Pengantar... 3 Indikator Makro Pembangunan Ekonomi... 4 Laju Pertumbuhan Penduduk...

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Geografis Secara astronomis Kabupaten Bolaang Mongondow terletak antara Lintang Utara dan antara Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja atau ukuran kinerja akan digunakan untuk mengukur kinerja atau keberhasilan organisasi. Pengukuran kinerja organisasi akan dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH JAWA BARAT SELATAN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH JAWA BARAT SELATAN BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH JAWA BARAT SELATAN Bab sebelumnya telah memaparkan konsep pembangunan wilayah berkelanjutan dan indikator-indikatornya sebagai landasan teoritis sekaligus instrumen dalam

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 1. KondisiGeografisdanDemografis Kota Pekanbaru. Bujur Timur dan Lintang Utara.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 1. KondisiGeografisdanDemografis Kota Pekanbaru. Bujur Timur dan Lintang Utara. 13 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. GambaranUmum Kota Pekanbaru 1. KondisiGeografisdanDemografis Kota Pekanbaru Kota Pekanbaru secara geografis terletak antara 101 14 101 34 Bujur Timur dan 0

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 I BAB I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 A. DASAR HUKUM Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan Bupati dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

KONDISI FISIK BAB I 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH

KONDISI FISIK BAB I 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH BAB I KONDISI FISIK 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH Sebelum dilakukan pemekaran wilayah, Kabupaten Kampar merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki wilayah terluas di Provinsi Riau dengan luas mencapai

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Pekanbaru Tahun Bab I - 1

BAB I Pendahuluan. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Pekanbaru Tahun Bab I - 1 BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2017 2022 merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Pekanbaru Tahun 2005-2025. RPJMD

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i vii xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4 1.3.1 Hubungan RPJMD

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

Assalaamu alaikum Warohmatullaahi Wabarokaatuh,

Assalaamu alaikum Warohmatullaahi Wabarokaatuh, Laporan Kinerja (Laporan Kinerja) Pemerintah Kota Pekanbaru Kata Pengantar Assalaamu alaikum Warohmatullaahi Wabarokaatuh, Puji syukur kami haturkan hanya kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Geografi Kabupaten Badung. satu kota di Bali yang mempunyai wilayah seluas 418,52 km 2 atau 41.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Geografi Kabupaten Badung. satu kota di Bali yang mempunyai wilayah seluas 418,52 km 2 atau 41. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Geografi Kabupaten Badung Kabupaten Badung merupakan satu dari delapan kabupaten dan satu kota di Bali yang mempunyai wilayah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografi dan Iklim Kota Madiun Gambar 4.1. Peta Wilayah Kota Madiun Kota Madiun berada di antara 7 o -8 o Lintang Selatan dan 111 o -112 o Bujur Timur. Kota Madiun

Lebih terperinci

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar Bupati Murung Raya Kata Pengantar Perkembangan daerah yang begitu cepat yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan pambangunan daerah dan perkembangan wilayah serta dinamisasi masyarakat, senantiasa

Lebih terperinci

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kabupaten Kampar 4.1.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang Selatan, 100º 23' - 101º40' Bujur Timur.

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR

BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR Bab ini terbagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama akan menjelaskan mengenai gambaran umum Kabupaten Kuningan dan bagian

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 DAFTAR TABEL Taks Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 Tabel 2.2 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa... 26 Tabel

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun Data Umum Kota Semarang Tahun 2007-2010 I. Data Geografis a. Letak Geografis Kota Semarang Kota Semarang merupakan kota strategis yang beradadi tengah-tengah Pulau Jawa yang terletak antara garis 6 0 50

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian merupakan wilayah Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang No 12 Tahun 1999 sebagai hasil pemekaran Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Analisis kesenjangan pembangunan antara Kabupaten Lampung Barat dan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Analisis kesenjangan pembangunan antara Kabupaten Lampung Barat dan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Analisis kesenjangan pembangunan antara Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Pringsewu bisa dimulai dengan mengenal lebih dekat karakteristik kedua kabupaten. Sebelum

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir.

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir. 37 BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu 1. Wilayah Pembentukan Kabupaten Indragiri Hulu pada awainya ditetapkan dengan UU No. 12 Tahun 1956 tentang pembentukan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1 Aspek Geografi dan Demografi Aspek geografi dan demografi merupakan salah satu aspek kondisi kewilayahan yang mutlak diperhatikan sebagai ruang dan subyek pembangunan.

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya Kata Pengantar Bupati Nagan Raya Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, serta selawat dan salam kita sampaikan atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW atas limpahan rahmat dan karunia-nya

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. Hal. 1. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. Hal. 1. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) merupakan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang memuat capaian kinerja penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan pelaksanaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i DAFTAR TABEL...... iii DAFTAR GAMBAR...... viii BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 5 1.3 Hubungann antara Dokumen RPJMD dengan Dokumen

Lebih terperinci

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR ISI i

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM Konsentrasi pembangunan perekonomian Kota Batam diarahkan pada bidang industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata. Akibat krisis ekonomi dunia pada awal tahun 1997 pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI RIAU PADA AGUSTUS 2010 SEBESAR 8,72 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI RIAU PADA AGUSTUS 2010 SEBESAR 8,72 PERSEN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI RIAU PADA AGUSTUS 2010 SEBESAR 8,72 PERSEN No.49/12/14/Th. XI, 1 Desember 2010 Jumlah angkatan kerja di Riau pada 2010 mencapai 2.377.494 orang atau bertambah 116.632 orang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik A. Kondsi Geografis Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Lolak,

Lebih terperinci