ANALISIS DATA KRITERIA KERUSAKAN AKIBAT PENGARUH DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TANAMAN PADI
|
|
- Widyawati Salim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS DATA KRITERIA KERUSAKAN AKIBAT PENGARUH DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TANAMAN PADI DIWILAYAH IP3OPT/LPHP PINRANG PROP. SULAWESI SELATAN Data MT.2002/ /2012 INSTALASI PENGAMATAN PERAMALAN DAN PENGENDALIAN OPT (IP3OPT) TIROANG PINRANG DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA UPTD.BALAI PROTEKSI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROPINSI SULAWESI SELATAN Juli 2012
2 KATA PENGANTAR Pengaruh Dampak Perubahan Iklim (DPI) adalah salah satu resiko dalam budidaya tanaman dan merupakan salah satu factor pembatas dalam usaha peningkatan produksi tanaman pangan. Untuk menentukan langkah langkah dalam rangka mengantisipasi terjadinya pengaruh DPI di suatu daerah diperlukan informasi tentang penyebaran dan kriteria tingkat kerusakan tanaman yang menjadi ancaman pada pertanaman padi. Dengan informasi tersebut usaha pencegahan dan pengendalian dalam rangka persiapan ancaman DPI dapat dilaksanakan dengan lebih terencana dan hasilnya akan lebih efektif dan dapat menekan kerusakan yang akan terjadi. Oleh karenanya, dalam rangka keperluan tersebut maka kami pimpinan IP3OPT/LPHP Tiroang Pinrang membuat pengolahan data/analisis data untuk membuat Peta kriteria Daerah/lokasi yang rawan terkena DPI untuk pertasnaman padii di wilayah IP3OPT/LPHP Pinrang Prop. Sulawese Selatan. Semoga hasil kerja ini bisa bermamfaat bagi kita semua, khususnya di bidang Perlindungan Tanaman khususnya dalam mengantisipasi bencana Banjir dan Kekeringan pada tanaman padi. Pinrang, 19 Juli 2012 Penyusun ( Ir.H. RUSLAN PATIHONG ) NIP
3 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR.. DAFTAR ISI... i ii PENDAHULUAN.. 1 Latar Belakang... 1 Tujuan.. 1 PELAKSANAAN.. 2 Waktu dan Tempat. 2 Istilah dan Batasan Pengolahan Data.. 3 Analisis Data. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN.. 9 Kategori Daerah Bencana alam dan Serangan OPT Tanaman Padi LAMPIRAN LAMPIRAN....
4 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Dampak Perubahan Iklim (DPI) merupakan salah satu hambatan dalam usaha peningkatan produksi pangan selama ini. Berdasarkan tingkat kerusakan yang diakibatkan pengaruh DPI di Wilayah IP3OPT Pinrang Propinsi Sulawesi Selatan, ada 2 kendala pada tanaman padi diantaranya adalah banjir dan Kekeringan. Berdasarkan frekuensi dan tingkat kerusakan pengaruh DPI, pada wilayah Kecamatan dari setiap Kabupaten mempunyai kategori kerusakan yang berbeda beda. Oleh karena itu, tindakan yang paling tepat dalam mengantisipasi dan pengendaliannya adalah didasarkan pada prioritas kategori tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu disusun strategi dalam mengantisipasi dan pengendalian pengaruh DPI yang tepat, terencana berdasarkan kategori daerah /lokasi sehingga akan lebih efektif dan efisien dalam penanganan. Sebelum menyusun strategi pengendalian dilapang, maka akan dilakukan analisis data kategori kerusakan banjir dan kekeringan untuk menentukan kategori adalah kerusakan berdasarkan kriteria criteria yang telah ditetapkan. Hasil analisis akan disajikan dalam bentuk peta penyebaran OPT yang dilengkapi dengan tabulasi data yang disusun menurut Kecamatan disetiap Kabupaten/Kota di Wilayah IP3OPT/LPHP Pinrang, Propinsi Sulawesi Selatan. TUJUAN - Menganalisis dan mengidentifikasi daerah sumber yang rawan terjadi kerusakan tanaman padi akibat pengaruh DPI di seluruh Kecamatan disetiap Kabupaten/Kota di wilayah IP3OPT/LPHP Pinrang, Propinsi Sulawesi Selatan. - Menyusun peta penyebaran daerah berdasarkan kategori serangannya (endemis, sporadic, potensial dan aman) terhadap pengaruh akibat DPI.
5 PELAKSANAAN Waktu dan Tempat Penentuan kategori kerusakan/serangan dianalisis berdasarkan data historis Kumulatif Luas Tambah Serangan (KLTS) bulanan selama kurun waktu 10 tahun (MT.2002/ /2012). Data yang dianalisis berasal dari 43 Kecamatan, 5 Kabupaten/Kota, yang merupakan hasil pengamatan selama kurun waktu 10 tahun. Istilah dan Batasan - Dampak Perubahan Iklim (DPI) adalah semua pengaruh iklim/cuaca yang dapat merusak, mengganggu kehidupan atau menyebabkan kerusakan/kematian pada tanaman; termasuk didalamnya adalah Bencana Banjir dan kekeringan. - Luas Serangan (LS) adalah luas tanaman terserang yang dinyatakan dalam hektar, rumpun atau pohon. - Luas Tambah Serangan (LTS) adalah luas serangan baru yang terjadi atau yang ditemukan pada periode laporan. - Kumulatif Luas Tambah Serangan (KLTS) adalah penjumlahan luas tambah serangan pada tiap tiap periode laporan; baik bulanan, musiman maupun tahunan. - Tingkat Serangan adalah tingkat kerusakan tanaman akibat serangan OPT yang ditentukan berdasarkan intensitas kerusakannya yang selanjutnya dikelompokkan ke dalam intensitas Ringan(R ), Sedang (S), Berat (B), dan Puso (P). - Terkena Serangan (T) adalah total luas kerusakan tanaman karena serangan DPI, termasuk didalamnya puso. - Puso (P) adalah tanaman yang menunjukkan gejala kematian akibat serangan DPIdengan tingkat kerusakan akibat DPI %. - Daerah Serangan adalah lokasi serangan DPI yang ditetapkan berdasarkan wilayah administrasi pemerintahan. endemis, Daerah serangan dibagi ke dalam kategori daerah
6 3 - sporadic, potensial, dan aman berdasarkan Krtiteria rata rata luas terkena,frekuensi serangan, dan proporsi puso. - Kecamatan (KK) adalah batas wilayah administrasi pemerintahan yang menjadi satuan dalam analisis data dan pembuatan pemetaan disetiap Kabupaten/Kota. Pengolahan Data 1. Rekapitulkasi dan tabulasi data Data direkap dalam bentuk tabulasi database yang disesuaikan dengan kebutuhan analisis. Tabulasi disusun dalam bentuk data historis bulanan selama 10 (sepuluh) tahun dalam kolom table dan banyaknya data (nama KK) disusun dalam baris. 2. Verifikasi data Verifikasi data sangat diperlukan dalam manajemen database, untuk mengidentifikasi adanya kehilangan dan/atau kesalahan data, yang selanjutnya dilakukan perbaikan atau melengkapi data yang hilang. 3. Menghitung KLTS berdasarkan kategori Terkena dan Puso Jumlah dari seluruh tingkatan serangan (RSBP) dikelompokkan kedalam kategori Terkena (T), dan untuk tingkat serangan Puso dikelompokkan tersendiri dalam kategori Puso (P). 4. Perhitungan data serangan berdasarkan Musim tanam Untuk masing masing data T dan P bulanan di jumlahkan menjadi data serangan musim hujan (MH) bulan April sampai September data musim kemarau (MK) bulan Oktober sampai Maret
7 4 ANALISIS DATA 1. Klasipikasi Rata rata Terkena a. Menghitung rata rata Terkena Rata rata T dari masing masing KK dihitung berdasarkan banyaknya musim yang Disertakan dengan rumus : 1 m RTj = E Tij M i=1 RTj M Tij I J = Rata rata T untuk masing masing KK-j = Banyaknya musim tanam yang disertakan dalam analisis = Luas T pada masing masing KK-j disetiap musim I = 1,2,3,.., m musim = 1,2,3,., k KK b. Menentukan kisaran klasifikasi rata-rata Terkena Kisaran klasifikasi RTj ditentukan berdasarkan ambang T (AT = rata rata propinsi) yang dihitung dari rata rata T berdasarkan banyaknya KK di propinsi Sulawesi Selatan yang di laporkan adanya serangan. Ambang T dihitung denan rumus : 1 k AT = E RTj K j=1
8 5 AT = Ambang T (rata rata T Propinsi RTj = Rata rat T untuk masing masing KK-j K J = Banyaknya KK yang dilaporkan terjadi serangan = 1,2,3., k KK c. Menghitung Standar Error dari Ambang Kendali Terkena Untuk menetapkan batasan kisaran RTj perlu dihitung standar Error (SE) dari AT sebagai batasan interval dengan rumus : S SE = k SE = Standar Error dari AT S K = Standar deviasi dari AT = Banyaknya KK yang dilaporkan terjadi serangan d. Menentukan Kelas, Kisaran, Kriteria Rata rata Terkena Berdasarkan nilai AT dan SE dapat ditentukan kelas, kisaran dan criteria RTj sebagai berikut : Kelas RTj Kisaran RTj Kriteria 0 0 Tidak pernah terjadi 1 0 sampai AT SE Jauh dibawah rata-rata 2 AT SE sampai AT Dibawah rata rata 3 AT sampai AT + SE Di atas Rata rata
9 6 2. Klasifikasi Frekuensi Serangan Banyaknya musim yang dilaporkan terjadi serangan pada masing masing KK-j disebut frekuensi serangan (Fj). Dari 10 musim yang dianalisa maka nilai maksimal Fj adalah 10, maka berdasarkan nilai tersebut di buat kelas, kisaran dan criteria Fj sebagai berikut Kelas F Kisaran Fj Kriteria 0 0 Tidak pernah terjadi Pernah terjadi Beberapa kali terjadi Sering/terus terjadi 3. Klasifikasi Rasio Puso a. Analisa Rasio Puso Menghitung rasio P dari T untuk masing masing kabupaten j pada setiap musim (RPiJ) yang diikutkan dalam analisis dengan rumus : Pij RPij = Tij RPij = Rasio puso untuk masing masing KK-j setiap musim i Pij = Luas P dimasing masing KK-j pada setiap musim i Tij = Luas T dimasing masing KK-j pada setiap musim i I = 1,2,3, m musim J = 1,2,3,, k KK 7
10 Nilai RPij berkisar antara o (nol = tidak pernah terjadi puso atau serangan yang terjadi termasuk intensitas ringan, sedang, berat) sampai 1 (satu = serangan dilaporkan seluruhnya terjadi puso). b. Analisis Rata rata rasio puso Menghitung rata rata rasio P untuk masing masing KK (RRPj) berdasarkan banyaknya musim yang dilaporkan terjadi serangan (Fj) dengan Rumus M E RPij I = 1 RRPj = Fj RRPj = Rata rata rasio Puso masing masing KK-j RPij Fj I J = Rasio puso untuk masi g masing KK-j setiap musim i = Frekuensi serangan masing masing KK-j = 1,2,3,, m musim = 1,2,3,., k KK c. Menentukan kelas rasio Puso Berdasarkan nilai RRpj dapat ditentukan kelas rasio puso untuk masing masing KK-j (KRRPj) sebagai berikut : Kelas, kisaran dan criteria rata rata rasio puso : Kelas RTj Kisaran RTj Kriteria 0 0 Tidak pernah terjadi 1 >0 0,25 Luas Puso 25 % 2 >0,25 0,50 Luas puso % 3 >0,50 + 0,75 Luas Puso % 8
11 4. Analisis Kategori Daerah Serangan Analisa kategori daerah serangan OPT untuk masing masing KK-j ditentukan berdasrkan nilai klasiupikasi RTj, Fj, dan RRPj melalui 2 tahap berikur ini : a. Menghitung rata rata kelas daerah serangan untuk masing masing KK j (RKDS) dengan rumus sebagai berikut : RKDSj = ( KRTj + KFj + KRRPj ) /3 RKDSj = Rata rata kisaran daerah serangan masing masing KK-j KRTj = Kelas rata rata Terkena masing masing KK-j KFj = Kelas frekuensi serangan masing masing KK-j KRRPj = Kelas rata rata Rasio Puso masing masing KK-j J = 1,2,3, k KK b. Menentukan kelas, kisaran dan criteria daerah serangan Berdasrkan nilai RKDSj maka dapat ditentukan kelas daerah serangan (kelas DSj), kisaran rata rata kelas daerah serangan (Kisaran RKDSj) dan criteria daerah serangan untuk masing masing kabupaten sbb : Kelas DSj Kisaran RKDSj Kriteria 0 0 Aman 1 >0 1 Ptensial 2 >1 2 Sporadik 3 >2 + 3 Endemik
12 HASIL DAN PEMBAHASAN Kriteria daerah yang terkena pengaruh Dampak Pengaruh Iklim (DPI) Bencana alam banjir dan kekeringan pada tanaman padi untuk masing masing kecamatan disetiap kabupaten/kota di wilayah IP3OPT/LPHP Pinrang, propinsi Sulawesi Selatan diperoleh dengan melihat kisaran nilai rata rata kelas daerah serangan (RKDS) adapun kriteria daerah serangan yang ditentukan berdasarkan kisaran RKDS adalah Aman, Potensial, Sporadic, dan Endemic. Penilaian criteria daerah yang terkena pengaruh Dampak Pengaruh Iklim (DPI) tanaman Padi untuk masing masing kecamatan disetiap Kabupaten/kota dilakukan dengan memperhatikan yaitu aspek yaitu: Luas terkena DPI, frekuensi serangan dan proporsi puso terhadap luas serangan. Berdasrkan hasil analisis data yang terkena pengaruh Dampak Pengaruh Iklim (DPI) Padi selama sepuluh tahun yang telah dilaksanakan, didapatkan hasil bahwa dari 43 Kecamatan dalam 5 Kabupaten / Kota di wilayah IP3OPT/LPHP Pinrang, Propinsi Sulawese Selatan pada umumnya beberapa kecamatan disetiap Kabupaten ada yang termasuk criteria daerah endemic terhadap bencana alam dan serangan OPT utama Padi baik pada musim hujan maupun musim kemarau. Hasil selengkapnya analisis data yang terkena pengaruh Dampak Pengaruh Iklim (DPI) padi dapat dilihat pada table dan Lampiran setiap kabupaten. Criteria daerah bencana alam dan serangan OPT utama Padi di wilayah Ip3OPT/LPHP Pinrang, Propinsi Sulawesi Selatan pada Musim hujan dan musim kemarau adalah sebagai berikut :
13 Tabel 1. Kriteria lokasi tanaman padi tiap Kecamatan yang rawan KEKERINGAN MT.2012/2013 di wilayah IP3OPT Pinrang NO KABUPATEN KECAMATAN KRITERIA WARNA PETA 1. PINRANG Wt. Sawitto Sporadis 2. Tiroang Potensil 3. Paleteang Potensil 4. Cempa Potensil 5. Duampanua Sporadis 6. Patampanua Potensil 7. Lembang Potensil 8. B. Lappa Potensil 9. Mt. Sompe Endemis 10. Mt. Bulu Endemis 11. Lanrisang Sporadis 12. Suppa Sporadis 1. SIDRAP Baranti Sporadis 2. P.Rijang Sporadis 3. Kulo Sporadis 4. MaritengaE Potensil 5. Sidenreng Endemis 6. Wt.Pulu Potensil 7. Pitu Riase Potensil 8. Pitu Riawa Sporadis 9. Dua Pitue Potensil 10. T.Limpoe Sporadis 11. P.Lautang Sporadis 1. PARE PARE Bacukiki Aman 1. BARRU T. Riaja Aman 2. T.Tilau Sporadis 3. Barru Aman 4. Sop.Riaja Sporadis 5. Mal.Tasi Endemis 6. Balusu Aman 7. Pujanantin Aman 1. ENREKANG Alla Sporadis 2. Baraka Endemis 3. Anggeraja Sporadis 4. Curio Potensil 5. Masalle Aman 6. Enrekang Aman 7. Cendana Aman 8. Maiwa Sporadis 9. Bungin Potensil 11. Baroko Aman
14 Gambar 1. Kriteria lokasi Kecamatan yang rawan terjadi KEKERINGAN di Wilayah IP3OPT Pinrang MT.2012/2013 Keterangan : Endemis Sporadis Potensil Aman
15 Tabel 2. Kriteria lokasi tanaman padi tiap Kecamatan yang rawan BANJIR MT.2012/2013 di wilayah IP3OPT Pinrang NO KABUPATEN KECAMATAN KRITERIA WARNA PETA 1. PINRANG Wt. Sawitto Potensil 2. Tiroang Endemis 3. Paleteang Potensil 4. Cempa Sporadis 5. Duampanua Potensil 6. Patampanua Potensil 7. Lembang Potensil 8. B. Lappa Potensil 9. Mt. Sompe Sporadis 10. Mt. Bulu Potensil 11. Lanrisang Potensil 12. Suppa Aman 1. SIDRAP Baranti Potensil 2. P.Rijang Sporadis 3. Kulo Potensil 4. MaritengaE Sporadis 5. Sidenreng Endemis 6. Wt.Pulu Sporadis 7. Pitu Riase Aman 8. Pitu Riawa Sporadis 9. Dua Pitue Sporadis 10. T.Limpoe Sporadis 11. P.Lautang Potensil 1. PARE PARE Bacukiki Aman 1. BARRU T. Riaja Aman 2. T.Tilau Sporadis 3. Barru Sporadis 4. Sop.Riaja Endemis 5. Mal.Tasi Sporadis 6. Balusu Sporadis 7. Pujanantin Aman 1. ENREKANG Alla Aman 2. Baraka Aman 3. Anggeraja Potensil 4. Curio Aman 5. Masalle Aman 6. Enrekang Aman 7. Cendana Aman 8. Maiwa Endemis 9. Bungin Aman 11. Baroko Aman
16 Gambar 2. Kriteria lokasi Kecamatan yang rawan terjadi BANJIR di Wilayah IP3OPT Pinrang MT.2012/2013 Keterangan : Endemis Sporadis Potensil Aman
17 LAMPIRAN BENCANA KEKERINGAN
ANALISIS DATA KRITERIA KERUSAKAN AKIBAT PENGARUH DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TANAMAN PADI
ANALISIS DATA KRITERIA KERUSAKAN AKIBAT PENGARUH DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TANAMAN PADI DIWILAYAH IP3OPT/LPHP PINRANG PROP. SULAWESI SELATAN Data 2001 2011 INSTALASI PENGAMATAN PERAMALAN DAN PENGENDALIAN
Lebih terperinciANALISIS DATA KRITERIA KERUSAKAN AKIBAT PENGARUH DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TANAMAN PADI
ANALISIS DATA KRITERIA KERUSAKAN AKIBAT PENGARUH DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TANAMAN PADI DIWILAYAH IP3OPT/LPHP PINRANG PROP. SULAWESI SELATAN Data 2001 2011 INSTALASI PENGAMATAN PERAMALAN DAN PENGENDALIAN
Lebih terperinciANALISIS DATA KRITERIA KERUSAKAN AKIBAT SERANGAN OPT TANAMAN PADI MT.2012/2013 (Oktober - Maret) DIWILAYAH IP3OPT/LPHP PINRANG
ANALISIS DATA KRITERIA KERUSAKAN AKIBAT SERANGAN OPT TANAMAN PADI MT.2012/2013 (Oktober - Maret) DIWILAYAH IP3OPT/LPHP PINRANG PROPINSI SULAWESI SELATAN Data tahun 2002-2011 INSTALASI PENGAMATAN PERAMALAN
Lebih terperinci4. Upaya yang telah dilakukan dalam mengendalikan serangan OPT dan menangani banjir serta kekeringan adalah sebagai berikut:
NOMOR: NOTA DINAS Yth. : Direktur Jenderal Tanaman Pangan Dari : Plh. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Hal : Laporan Perkembangan Serangan OPT, Banjir dan Kekeringan Tanggal : Maret 2017 Bersama ini
Lebih terperinciNOTA DINAS banjir Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung kekeringan OPT banjir kekeringan OPT banjir
NOMOR: NOTA DINAS Yth. : Direktur Jenderal Tanaman Pangan Dari : Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Hal : Laporan Perkembangan Serangan OPT, Banjir dan Kekeringan Tanggal : April 2017 Bersama ini kami
Lebih terperinciNOTA DINAS banjir OPT banjir kekeringan OPT banjir kekeringan OPT
NOMOR: NOTA DINAS Yth. : Direktur Jenderal Tanaman Pangan Dari : Plt. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Hal : Laporan Perkembangan Serangan OPT, Banjir dan Kekeringan Tanggal : Mei 2017 Bersama ini
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
23 HASIL DAN PEMBAHASAN Pewilayahan Hujan Provinsi Sulawesi Selatan Karakteristik pola hujan wilayah Berdasarkan hasil pengolahan data curah hujan bulanan dari 142 stasiun hujan, wilayah Sulawesi Selatan
Lebih terperinciAntisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan
Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Organisme Pengangganggu an (OPT) utama yang menyerang padi ada 9 jenis, yaitu : Tikus, Penggerek Batang, Wereng Batang Coklat,
Lebih terperinciLaporan Singkat Kejadian Serangan Tikus di Desa Mallongilongi, Kec.Lanrisang, Kab.Pinrang
Laporan Singkat Kejadian Serangan Tikus di Desa Mallongilongi, Kec.Lanrisang, Kab.Pinrang Potensi sawah Desa Mallongilongi luas 660 ha, realisasi tanam 600 Ha. Pengairan Teknis (Lokasi ujung pengairan)
Lebih terperinciPEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN
PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 KATA PENGANTAR Kejadian El Nino Tahun 2015
Lebih terperinciPENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG. Pendahuluan 1
Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Selama ini pembangunan di sektor sanitasi dan pengelolaannya kurang mendapatkan perhatian dan prioritas di berbagai daerah di Indonesia, dimana baru
Lebih terperinci5. Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan
5. Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Organisme Pengangganggu Tanaman (OPT) utama yang menyerang padi ada 9 jenis, yaitu : Tikus, Penggerek Batang, Wereng Batang
Lebih terperinciDI Wilayah IP3OPT PINRANG MT.2011/2012
KEMAMPUAN TANAMAN PERANGKAP MENANGKAP TIKUS DI Wilayah IP3OPT PINRANG MT.2011/2012 (Kelurahan Marawi, Kec.Tiroang, Kab.Pinrang) INSTALASI PENGAMATAN PERAMALAN DAN PENGENDALIAN OPT (IP3OPT) TIROANG - PINRANG
Lebih terperinciPOTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN SEBAGAI SUMBER PAKAN SAPI POTONG DALAM MENDUKUNG INTEGRASI TERNAK-TANAMAN DI KABUPATEN PINRANG, SULAWESI SELATAN
POTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN SEBAGAI SUMBER PAKAN SAPI POTONG DALAM MENDUKUNG INTEGRASI TERNAK-TANAMAN DI KABUPATEN PINRANG, SULAWESI SELATAN Jasmal A. Syamsu 1, Ilyas 2 dan Irsyam Syamsuddin 3 1 Fakultas
Lebih terperinciStatistik Tanaman Holtikultura Kabupaten Pinrang 2016 i i STATISTIK PENGGUNAAN LAHAN KABUPATEN PINRANG 2016 Nomor Publikasi : 73153.006 Katalog BPS : 3311004.7315 Ukuran Buku : 21 x 15 cm Jumlah Halaman
Lebih terperinciANGKA SEMENTARA HASIL SENSUS PERTANIAN 2013
Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kab. Enrekang tahun 2013 sebanyak 34.663 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kab. Enrekang Tahun 2013 sebanyak 2 Perusahaan Jumlah perusahaan
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENDAMPINGAN SLPTT PADI DAN JAGUNG KABUPATEN ENREKANG. Ir. Syamsu Bahar, MSi, dkk
LAPORAN AKHIR PENDAMPINGAN SLPTT PADI DAN JAGUNG KABUPATEN ENREKANG Ir. Syamsu Bahar, MSi, dkk PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kabupaten Enrekang dengan ibukota Enrekang terletak ± 235 Km sebelah utara kota
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
KATA PENGANTAR Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan mempunyai tugas mengamankan produksi dari gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI) sehingga produksi tercapai
Lebih terperinciAPLIKASI MODEL PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN TANAMAN PADI
APLIKASI MODEL PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN TANAMAN PADI Oleh: Edi Suwardiwijaya Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Jl. Raya Kaliasin. Tromol
Lebih terperinciBadan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Press Release PREDIKSI DAMPAK DINAMIKA IKLIM DAN EL-NINO 2014-2015 TERHADAP PRODUKSI PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN I. Prediksi Iklim hingga Akhir 2014/Awal 2015 1. Prediksi berbagai
Lebih terperinciPENDAMPINGAN SL-PTT PADI JAGUNG DAN KEDELAI DI KABUPATEN PINRANG Matheus Sariubang, dkk. ABSTRAK
PENDAMPINGAN SL-PTT PADI JAGUNG DAN KEDELAI DI KABUPATEN PINRANG Matheus Sariubang, dkk. ABSTRAK Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) adalah program Nasional pemerintah Indonesia
Lebih terperincia. Kepala Balai ; b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha; c. Kepala Seksi Proteksi Tanaman Pangan; d. Kepala Seksi Proteksi Hortikultura; e. Kelompok Jabatan
BAB XXII BALAI PROTEKSI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PADA DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI BANTEN Pasal 98 Susunan Organisasi Balai Balai Proteksi Tanaman Pangan Dan Hortikultura terdiri dari:
Lebih terperinciDIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN
RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Pengamanan produksi tanaman pangan mencakup seluruh areal pertanaman. Operasional kegiatan diarahkan dalam rangka penguatan perlindungan tanaman pangan dari gangguan OPT dan DPI.
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN PANGAN TEMPORER/MUSIMAN
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN PANGAN TEMPORER/MUSIMAN Oleh : Sumaryanto Muhammad H. Sawit Bambang Irawan Adi Setiyanto Jefferson Situmorang Muhammad Suryadi
Lebih terperinciPress Release Katam Terpadu MT I 2013/2014 untuk Pencapaian Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai Jakarta, 26 September 2013
Press Release Katam Terpadu MT I 2013/2014 untuk Pencapaian Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai Jakarta, 26 September 2013 (1) Berdasarkan prakiraan BMKG dan beberapa lembaga penelitian lain mengindikasikan
Lebih terperinci2.1 Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik
GAMBARAN UMUM WILAYAH 1 Bab - 2 Gambaran Umum Wilayah 2.1 Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik 2.1.1 Geografis Kabupaten Pinrang merupakan wilayah provinsi Sulawesi Selatan yang secara geografis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di Indonesia salah satu tanaman pangan yang penting untuk dikonsumsi masyarakat selain padi dan jagung
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN PINRANG
BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN PINRANG Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kab. Pinrang Tahun 2013 sebanyak 47 743 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kab. Pinrang Tahun 2013
Lebih terperinciGbr1. Lokasi kejadian Banjir dan sebaran Pos Hujan di Kabupaten Sidrap
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BALAI BESAR METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH IV MAKASSAR STASIUN KLIMATOLOGI KELAS I MAROS JL. DR. RATULANGI No. 75A Telp. (0411) 372366 Fax. (0411)
Lebih terperinciBALAI PROTEKSI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA ACEH
PERAN UPTD PROTEKSI DALAM MENDUKUNG KEGIATAN UPSUS TP DAN PENINGKATAN KUALITAS DATA SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN TAHUN 2015 *) BALAI PROTEKSI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA ACEH *) Disampaikan pada : Pertemuan
Lebih terperinciPRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)
No. 22/03/51/Th. IX, 2 Maret 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014) PRODUKSI PADI TAHUN 2014 (ANGKA SEMENTARA) TURUN 2,74 PERSEN A. PADI Angka Sementara (ASEM) produksi padi
Lebih terperinci2.1 Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik Geografis
GAMBARAN UMUM WILAYAH 1 Bab - 2 Gambaran Umum Wilayah 2.1 Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik 2.1.1 Geografis Kabupaten Pinrang merupakan wilayah provinsi Sulawesi Selatan yang secara geografis
Lebih terperinciDirektorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja Tahun 2014 i RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Pengamanan produksi tanaman pangan mencakup seluruh areal pertanaman. Operasional kegiatan diarahkan dalam rangka penguatan perlindungan tanaman pangan
Lebih terperinciDATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)
KABUPATEN / KOTA : KEPULAUAN SELAYAR 3.01 KEPULAUAN SELAYAR 63.489 66.99 130.486 1 3.01.01 BENTENG 10.98 11.525 22.323 2 3.01.02 BONTOHARU 6.568 6.58 13.326 3 3.01.03 BONTOMATENE 6.561.259 13.820 4 3.01.04
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PINRANG NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PINRANG TAHUN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PINRANG NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PINRANG TAHUN 2012-2032 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PINRANG, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Kondisi Wilayah Kabupaten Gorontalo Kabupaten Gorontalo terletak antara 0 0 30 0 0 54 Lintang Utara dan 122 0 07 123 0 44 Bujur Timur. Pada tahun 2010 kabupaten ini terbagi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. swasembada beras. Produksi yang melebihi kebutuhan konsumsi penduduk, menempatkan daerah ini sebagai daerah suplai beras dan penyangga
PENDAHULUAN Propinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu daerah penghasil beras di luar Pulau Jawa, yang berperan penting dalam upayah pelestarian swasembada beras. Produksi yang melebihi kebutuhan konsumsi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim membawa dampak pada hampir semua aspek kehidupan dan aktivitas ekonomi. Dampak yang dirasakan ada yang bersifat langsung seperti pada sektor pertanian
Lebih terperinciKAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka
KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN PENDAHULUAN Bambang Sayaka Gangguan (shocks) faktor-faktor eksternal yang meliputi bencana alam, perubahan
Lebih terperinciBab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Iklim adalah suatu kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang, yang secara statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai statistik yang berbeda dengan keadaan
Lebih terperinci5.1 AREA BERESIKO SANITASI
INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI 1 Bab - 5 Indikasi Permasalahan Dan Posisi Pengelolaan Sanitasi 5.1 AREA BERESIKO SANITASI Penentuan area berisiko berdasarkan tingkat resiko sanitasi
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR. Penyusunan Revisi RTRW Kabupaten Pinrang Tahun I - 1
1.1. Latar Belakang Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (hasil amandemen UU 22 tahun 1999) memberikan kewenangan kepada Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
Lebih terperinciRekomendasi Penggunaan Pupuk Majemuk (NPK Phonska) di Provinsi Sulawesi Selatan
Rekomendasi Penggunaan Pupuk Majemuk (NPK Phonska) di Provinsi Sulawesi Selatan No. KABUPATEN/KOTA KECAMATAN 1 KEPULAUAN SELAYAR PASIMARANNU 200 200 2 PASILAMBENA 0 0 3 PASIMASSUNGGU 200 200 4 TAKABONERATE
Lebih terperinciRekomendasi Penggunaan Pupuk Majemuk (NPK Pelangi) + Jerami 2 ton/ha di Provinsi Sulawesi Selatan
Rekomendasi Penggunaan Pupuk Majemuk (NPK Pelangi) + Jerami 2 ton/ha di Provinsi Sulawesi Selatan NPK Pelangi 20-10-10 NPK Pelangi 20-10-10 1 KEPULAUAN SELAYAR PASIMARANNU 250 125 2 PASILAMBENA 0 0 3 PASIMASSUNGGU
Lebih terperinciLuas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Vegetatif 2 (31-40 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Maks. Vegetatif (41-54 HST)
1 Sulawesi Selatan 150.254 68.159 57.839 53.331 33.203 64.811 45.948 30.028 74.175 285.160 581.860 2 Bantaeng 2.402 821 421 530 370 948 532 344 1.285 3.145 7.716 3 Bantaeng 257 240 37 27 15 20 36 32 157
Lebih terperinciLuas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Vegetatif 2 (31-40 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Maks. Vegetatif (41-54 HST)
1 Sulawesi Selatan 196,203 34,545 28,522 41,970 44,897 72,731 64,501 42,678 48,876 295,299 580,431 2 Bantaeng 1,564 117 303 1,214 1,156 1,091 545 494 1,069 4,803 7,717 3 Bantaeng 105 3 9 177 308 129 49
Lebih terperinciSULAWESI SELATAN. Total Kabupaten/Kota
SULAWESI SELATAN Total Kabupaten/Kota Total Kecamatan Total APBN (Juta) Total APBD (Juta) Total BLM (Juta) : 24 : 304 : Rp. 415.977 : Rp. 26.938 : Rp. 442.915 268 of 342 PERDESAAN PERKOTAAN KAB ALOKASI
Lebih terperinciPEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TRIWULAN II 2016
PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT
Lebih terperinciLAMPIRAN - LAMPIRAN. Wawancara dengan Bapak Sahat M. Pasaribu selaku Kelompok Kerja Asuransi Pertanian.
LAMPIRAN - LAMPIRAN Lampiran 1 Analisis Wawancara Wawancara dengan Bapak Sahat M. Pasaribu selaku Kelompok Kerja Asuransi Pertanian. Apa yang menjadi kendala dalam menerapkan asuransi pertanian? Dalam
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI DI LUAR PULAU JAWA
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI DI LUAR PULAU JAWA Oleh : Bambang Irawan Adreng Purwoto Frans B.M. Dabukke Djoko Trijono PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kerusakan tanaman yang disebabkan gangguan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) baik hama, penyakit maupun gulma menjadi bagian dari budidaya pertanian sejak manusia
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH
BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH i ii BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH Identifikasi kondisi dan karakteristik wilayah Kabupaten Sidenreng Rappang meliputi karakteristik fisik, kependudukan, administratif, keuangan
Lebih terperinciPEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAPERATURAN DAERAH
PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAPERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 16 TAHUN 1996 TENTANG ORGANISASI DAN TATAKERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROPINSI DAERAH
Lebih terperinciTAKSASI KEHILANGAN HASIL AKIBAT OPT DESA LAMPOKO, KECAMATAN BALUSU, KABUPATEN BARRU, MT.2012
TAKSASI KEHILANGAN HASIL AKIBAT OPT DESA LAMPOKO, KECAMATAN BALUSU, KABUPATEN BARRU, MT.2012 INSTALASI PENGAMATAN PERAMALAN & PENGENDALIAN (IP3OPT) TIROANG PINRANG DINAS PERTANMIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
Lebih terperinciPOTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG
POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG Oleh: Muchjidin Rachmat*) Abstrak Tulisan ini melihat potensi lahan, pengusahaan dan kendala pengembangan palawija di propinsi Lampung. Potensi
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
9 V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung di Provinsi Sulawesi Selatan Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu sentra produksi jagung di Indonesia.
Lebih terperinciKAJIAN KEBIJAKAN PERBERASAN
Pendahuluan KAJIAN KEBIJAKAN PERBERASAN 1. Dalam upaya mewujudkan stabilitas harga beras, salah satu instrumen kebijakan harga yang diterapkan pemerintah adalah kebijakan harga dasar dan harga maksimum,
Lebih terperinciINFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono
INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN Rommy Andhika Laksono Iklim merupakan komponen ekosistem dan faktor produksi yang sangat dinamis dan sulit dikendalikan. iklim dan cuaca sangat sulit dimodifikasi atau dikendalikan
Lebih terperinci17. ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) PROVINSI SULAWESI SELATAN
17. ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) PROVINSI SULAWESI SELATAN 206 Sulawesi Selatan 1. Bissappu 250 50 50 230 50 0 225 0 30 Bantaeng 2. Bantaeng
Lebih terperinciPEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TRIWULAN I 2016
PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN ENREKANG UNIT LAYANAN PENGADAAN KELOMPOK KERJA JASA KONSULTANSI Alamat : Jl. Jenderal Sudirman No. 1 Enrekang
PEMERINTAH KABUPATEN ENREKANG UNIT LAYANAN PENGADAAN KELOMPOK KERJA JASA SI Alamat : Jl. Jenderal Sudirman No. Enrekang PENGUMUMAN HASIL PRAKUALIFIKASI Nomor : 00/UMUM.PRC/ULP-SI/III/20 Berdasarkan Berita
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 5 TAHUN 2008 PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 5 TAHUN 2008 PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN
Lebih terperinciRENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) GUGUS TUGAS KALENDER TANAM TERPADU DI PROVINSI BENGKULU
RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) GUGUS TUGAS KALENDER TANAM TERPADU DI PROVINSI BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
Lebih terperinciTinjauan Pustaka Organisme Pengganggu Tanaman Endemis
1. Pendahuluan Dalam era teknologi saat ini, informasi merupakan faktor yang mudah didapat oleh seluruh kalangan di dunia. Internet merupakan salah satu teknologi informasi yang dapat memberikan informasi
Lebih terperinciIndikator Sosial Ekonomi Makro Kabupaten Pinrang 2015
Indikator Sosial Ekonomi Makro Kabupaten Pinrang 2015 Indikator Sosial Ekonomi Makro Kabupaten Pinrang 2015 ISBN : No. Publikasi : Katalog BPS : 1301001.7315 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman
Lebih terperinciSTUDI PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN KABUPATEN DI KABUPATEN PINRANG SULAWESI SELATAN BERBASIS METODE ANALISIS MULTI KRITERIA
STUDI PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN KABUPATEN DI KABUPATEN PINRANG SULAWESI SELATAN BERBASIS METODE ANALISIS MULTI KRITERIA Nur Ali 1, Muhammad Isran Ramli 2 dan Muralia Hustim 3 1 Program Studi Teknik Sipil,
Lebih terperinciEXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI
EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI DESEMBER, 2014 Pusat Litbang Sumber Daya Air i KATA PENGANTAR Puji dan Syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunianya
Lebih terperinciKEKERINGAN TAHUN 2014: NORMAL ATAUKAH EKSTRIM?
KEKERINGAN TAHUN 2014: NORMAL ATAUKAH EKSTRIM? * Parwati Sofan, Nur Febrianti, M. Rokhis Khomarudin Kejadian kebakaran lahan dan hutan di Sumatera Selatan dan Kalimantan Tengah pada pertengahan bulan September
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG POLA TANAM DAN RENCANA TATA TANAM PADA DAERAH IRIGASI TAHUN 2011/2012
1 BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG POLA TANAM DAN RENCANA TATA TANAM PADA DAERAH IRIGASI TAHUN 2011/2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian merupakan basis utama perekonomian nasional.
Lebih terperinciRENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN ENREKANG TAHUN BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR : 7 Tahun 20 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN ENREKANG TAHUN 20208 BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Pembangunan dapat dimaknai
Lebih terperincib) Struktur Organisasi BKD Kabupaten Enrekang; SEKRETARIS Kasubag. Kabid. Mutasi /Informasi Pegawai Kasubid. Mutasi Tenaga Administrasi
PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG. Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Enrekang berkantor di jalan Jenderal Sudirman Nomor 13, Nomor Telpon (0420) 21243, website : bkdenrekang.wordpress.com,
Lebih terperinciLAPORAN KEGIATAN MT.2012 TAKSASI KEHILANGAN HASIL OPT
LAPORAN KEGIATAN MT.2012 TAKSASI KEHILANGAN HASIL OPT INSTALASI PENGAMATAN PERAMALAN & PENGENDALIAN WILAYAH (IP3OPT) TIROANG PINRANG Yang di laksanakan di ; KABUPATEN PINRANG, SIDRAP & BARRU DINAS PERTANMIAN
Lebih terperinciKE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis
LAPORAN AKHIR TA. 2013 STUDI KEBIJA AKAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI DI LUAR PULAUU JAWAA (TAHUN KE-2) Oleh: Bambang Irawan Gatoet Sroe Hardono Adreng Purwoto Supadi Valeriana Darwis Nono Sutrisno
Lebih terperinciDAK BIDANG KEDAULATAN PANGAN SUB BIDANG PERTANIAN TAHUN 2017
DAK BIDANG KEDAULATAN PANGAN SUB BIDANG PERTANIAN TAHUN 2017 DISAMPAIKAN OLEH: BIRO PERENCANAAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN Jakarta, 2 Mei 2016 PERANAN DAK SUB BIDANG PERTANIAN TAHUN 2017
Lebih terperinciVI. ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DAN PRODUKSI PADI SERTA PENYUSUNAN INDEKS IKLIM
VI. ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DAN PRODUKSI PADI SERTA PENYUSUNAN INDEKS IKLIM 6.1. Pendahuluan Asuransi indeks iklim merupakan salah satu bentuk pendanaan yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia.
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kerangka Pemikiran
47 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Pemikiran Biogas merupakan salah satu teknologi tepat guna yang dapat memanfaatkan limbah ternak menjadi sumber energi. Biogas (Gas Bio) merupakan
Lebih terperinciSistem Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tanaman Menggunakan Metode Double Exponential Smoothing Berbasis Google Map
e-issn : 2598-9421 Sistem Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tanaman Menggunakan Metode Double Exponential Smoothing Berbasis Google Map Christiana Ari Setyaningrum 1), Sri Yulianto Joko Prasetyo*
Lebih terperinciSTRATEGY DAN INOVASI IPTEK MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM DAN LINGKUNGAN SEKTOR PERTANIAN BADAN LITBANG PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN
10/25/2009 STRATEGY DAN INOVASI IPTEK MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM DAN LINGKUNGAN SEKTOR PERTANIAN Tim BBSDLP BADAN LITBANG PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN 2009 Latar Belakang Ancaman Bagi Revitalisasi Pertanian
Lebih terperinciVIII. SIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI Simpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut :
VIII. SIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI 8.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Kejadian kekeringan di Kabupaten Indramayu merupakan penyebab utama (79.8%)
Lebih terperinciPETUNJUK PELAKSANAAN (JUKLAK) KALENDER TANAM TERPADU
PETUNJUK PELAKSANAAN (JUKLAK) KALENDER TANAM TERPADU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013 1 PETUNJUK PELAKSANAAN Nomor : 26 /1801.019/011/C/JUKLAK/2013 1. JUDUL RODHP : Kalender Tanam Terpadu
Lebih terperinciPEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan
47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang
Lebih terperinciKeadaan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah April 2015
KATA PENGANTAR Sektor pertanian merupakan sektor yang vital dalam perekonomian Jawa Tengah. Sebagian masyarakat Jawa Tengah memiliki mata pencaharian di bidang pertanian. Peningkatan kualitas dan kuantitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara
Lebih terperinciJournal of Economic Education
JEE 5 (1) (2016) Journal of Economic Education http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jeec DAMPAK PERUBAHAN IKLIM PADA TANAMAN PADI DI JAWA TENGAH Efriyani Sumastuti, Nuswantoro Setyadi Pradono 1 FPIPSKR,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang banyak memberikan sumber kehidupan bagi rakyat Indonesia dan penting dalam pertumbuhan perekonomian. Hal tersebut
Lebih terperinciPRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2015 (PPAS APBD PERUBAHAN T.A.
PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2015 (PPAS APBD PERUBAHAN T.A. 2015) KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015 NOTA KESEPAKATAN ANTARA
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. RPJMD KAB. SIDENRENG RAPPANG i
KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T atas limpahan rahmat dan karunia-nya, sehingga Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Sidenreng Rappang 2014-2018
Lebih terperinciTabel Lampiran 1. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu Tahun Normal. Tabel Lampiran 2. Hasil Perhitungan
LAMPIRAN 167 Tabel Lampiran 1. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu Tahun Normal. Tabel Lampiran 2. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN INTISARI ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN INTISARI ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN i ii iii iv v vi viii xi xii xiii BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinci1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil
Lebih terperinciLAMPIRAN 2 : POTENSI SUMBER DAYA ALAM SEKTOR PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN ENREKANG
TABEL 2.1: JUMLAH POPULASI TERNAK SAPI PEDAGING DAN SAPI PERAH NO JENIS TERNAK SAPI PEDAGING SAPI PERAH JANTAN BETINA JUMLAH JANTAN BETINA JUMLAH LAMPIRAN 2 : POTENSI SUMBER DAYA ALAM SEKTOR PETERNAKAN
Lebih terperinciPotensi Sumber Daya Alam Kab. Enrekang Tahun 2017
Bagian SDA Sekretariat Daerah Kab. Enrekang Hal. 55 TABEL 2.1: JUMLAH POPULASI TERNAK SAPI PEDAGING, SAPI PERAH DAN PRODUKSI SUSU NO KECAMATAN SAPI JENIS TERNAK SAPI PERAH JT BT JML JT BT JML PRODUKSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha memenuhi kebutuhan primernya, dan salah satu kebutuhan primernya tersebut adalah makanan
Lebih terperinciKONDISI UMUM BANJARMASIN
KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis
Lebih terperinciBab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, padi adalah komoditas strategis yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, budaya maupun politik. Hingga saat ini padi atau beras
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hortikultura,dan 12,77 juta rumah tangga dalam perkebunan. Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan Negara agraris yang amat subur sehingga tidak dapat dipungkiri lagi sebagian besar penduduknya bergerak dalam sektor agraris. Data dalam Badan
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 130 TAHUN 2016 TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 130 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN RINCIAN TUGAS POKOK UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA, DAN PERKEBUNAN
Lebih terperinciSOSIALISASI KALENDER TANAM MT II TIM GUGUS KATAM BPTP Kep. Bangka Belitung
SOSIALISASI KALENDER TANAM MT II 2013 TIM GUGUS KATAM BPTP Kep. Bangka Belitung LATAR BELAKANG Keniscayaan perubahan dan dinamika iklim global serta lokal. Pilihan pola tanam bersifat spesifik lokasi dan
Lebih terperinci