Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan"

Transkripsi

1 Laporan Kinerja Tahun 2014 i

2 RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Pengamanan produksi tanaman pangan mencakup seluruh areal pertanaman. Operasional kegiatan diarahkan dalam rangka penguatan perlindungan tanaman pangan dari gangguan OPT dan DPI. Indikator kinerja utama kegiatan perlindungan tanaman pangan sebagaimana tercantum dalam Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun adalah jumlah maksimal luas areal tanaman pangan yang ditoleransi terserang OPT dan terkena DPI sebesar 5% dari luas areal tanam. 2. Target capaian pengamanan areal pertanaman dari serangan OPT dan DPI pada Tahun 2014 adalah sebesar 95% dari luas tanam. Realisasi capaian pengamanan areal pertanaman Tahun 2014 dinilai berhasil dengan kisaran capaian sebesar 97,51% sampai dengan 104,77%. Hal tersebut terlihat dari capaian padi dengan kategori berhasil dan komoditas lainnya (jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar) dengan kategori sangat berhasil. 3. Areal tanam padi yang dapat diamankan dari serangan OPT dan DPI Tahun 2014 sebesar 92,63% dari target 95% (capaian kinerja sebesar 97,51% dengan kategori berhasil). Sedangkan untuk capaian kinerja pengamanan pada tanaman jagung sebesar 103,77% (sangat berhasil), kedelai sebesar 102,17% (sangat berhasil), kacang tanah sebesar 104,47% (sangat berhasil), kacang hijau sebesar 104,77% (sangat berhasil), ubi kayu sebesar 104,69% (sangat berhasil) dan ubi jalar sebesar 102,74% (sangat berhasil). 4. Upaya pengendalian serangan OPT utama dan penanganan DPI (banjir dan kekeringan) pada tanaman pangan Tahun 2014 dilakukan secara intensif dan berkelanjutan. Hal ini dapat dilihat dari luas pengendalian Tahun 2014 pada komoditas padi seluas ha, jagung seluas Laporan Kinerja Tahun 2014 i

3 ha, kedelai seluas ha, kacang tanah seluas ha, kacang hijau seluas ha, ubi kayu seluas ha, dan ubi jalar seluas ha. 5. Total anggaran yang tertuang dalam DIPA penguatan perlindungan tanaman pangan dari serangan OPT dan DPI (Pusat dan Dekonsentrasi) Tahun 2014 sebesar Rp ,- (seratus tujuh belas milyar delapan ratus enam puluh empat juta tujuh ratus enam belas ribu rupiah). Sampai dengan akhir Desember 2014, realisasi anggaran mencapai Rp ,- (seratus tiga belas milyar tujuh ratus lima puluh ribu enam ratus enam puluh sembilan rupiah) atau 95,87% dari total anggaran. 6. Dalam pencapaian sasaran yang telah ditetapkan, berbagai permasalahan masih menjadi kendala antara lain: i) Tindakan pengendalian dini pada umumnya terlambat dilaksanakan karena belum optimalnya koordinasi tripartit yaitu antara Mantri Tani, POPT-PHP dan Penyuluh Lapangan. Disamping itu, kelembagaan perlindungan tanaman yang berwenang dalam melaksanakan pengendalian belum satu komando, serta belum optimalnya peran dan fungsi Brigade Proteksi Tanaman. Untuk itu, perlu advokasi kepada Gubernur, Pemerintah Kabupaten/Kota sebagai pemegang komando dalam pelaksanaan pengendalian OPT. ii) Terbatasnya sarana pengendalian OPT dan DPI menghambat kelancaran pelaksanaan tugas POPT-PHP sehingga peran daerah harus lebih ditingkatkan dalam pemenuhan sarana tersebut. iii) Terbatasnya jumlah POPT-PHP mengakibatkan kegiatan pengamatan dan pengendalian/penanggulangan OPT belum optimal, sehingga perlu penambahan petugas lapangan baik dari APBN maupun APBD. iv) perubahan iklim berdampak pada luas banjir dan kekeringan serta perkembangan OPT. Laporan Kinerja Tahun 2014 ii

4 KATA PENGANTAR Kinerja pemerintah harus dilaporkan setiap tahunnya sesuai dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Sehubungan dengan hal tersebut, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan telah menyusun Laporan Kinerja Tahun 2014 yang didasarkan atas tugas pokok dan fungsi serta kewenangan sesuai dengan program dan rencana kinerja Tahun Laporan Kinerja ini merupakan evaluasi pelaksanaan kegiatan dalam mencapai tujuan dan sasaran perlindungan tanaman pangan sesuai dengan Rencana Kinerja Tahun Sasaran strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan yaitu mengamankan produksi tanaman pangan dari serangan OPT dan terkena DPI. Hasil evaluasi kinerja tersebut dapat dijadikan sebagai acuan untuk lebih menyempurnakan program dan kegiatan pengamanan produksi tanaman pangan di masa mendatang. Jakarta, Januari 2015 Plt. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Ir. Pending Dadih Permana, M.Ec.Dev NIP Laporan Kinerja Tahun 2014 iii

5 DAFTAR ISI Hal. RINGKASAN EKSEKUTIF... i KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... v DAFTAR LAMPIRAN... vii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sumber Daya Manusia Dukungan Anggaran Permasalahan... 7 II. PERENCANAAN KINERJA Rencana Strategis Tahun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun Penetapan Kinerja (PK) Tahun III. AKUNTABILITAS KINERJA Kriteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian Kinerja Capaian Kinerja Organisasi Tahun Evaluasi dan Analisis Kondisi Iklim di Indonesia Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Tahun Pengukuran Kinerja Keuangan IV. PENUTUP LAMPIRAN Laporan Kinerja Tahun 2014 iv

6 DAFTAR TABEL Hal. 1. Pegawai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Sasaran Kinerja Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun Capaian Indikator Kinerja Utama Sasaran Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun Perbandingan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan di Indonesia Tahun 2013 dan Perbandingan Luas Serangan OPT Utama dan DPI pada Tanaman Padi Tahun 2013 dan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Padi di Indonesia Tahun Perbandingan Luas Serangan OPT Utama dan DPI pada Tanaman Jagung Tahun 2013 dan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Jagung di Indonesia Tahun Perbandingan Luas Serangan OPT Utama dan DPI pada Tanaman Kedelai Tahun 2013 dan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Kedelai di Indonesia Tahun Perbandingan Luas OPT Utama dan DPI pada Tanaman Kacang Tanah Tahun 2013 dan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Kacang Tanah di Indonesia Tahun Laporan Kinerja Tahun 2014 v

7 13. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama dan DPI pada Tanaman Kacang Hijau Tahun 2013 dan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Kacang Hijau di Indonesia Tahun Perbandingan Luas Serangan OPT Utama dan DPI pada Tanaman Ubi Kayu Tahun 2013 dan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Ubi Kayu di Indonesia Tahun Perbandingan Luas Serangan OPT Utama dan DPI pada Tanaman Ubi Jalar Tahun 2013 dan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Ubi Jalar di Indonesia Tahun Rencana dan Realisasi Kegiatan Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun Akuntabilitas Keuangan terhadap Pencapaian Sasaran Strategis Tahun Realisasi Anggaran Program Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun Laporan Kinerja Tahun 2014 vi

8 DAFTAR GRAFIK Hal. 1. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Padi di Indonesia Tahun Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Jagung di Indonesia Tahun Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Kedelai di Indonesia Tahun Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Kacanag Tanah di Indonesia Tahun Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Kacang Hijau di Indonesia Tahun Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Ubi Kayu di Indonesia Tahun Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Ubi Jalar di Indonesia Tahun Laporan Kinerja Tahun 2014 vii

9 DAFTAR LAMPIRAN Hal. 1. Struktur Organisasi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Penetapan Kinerja Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun Pengukuran Kinerja Tahun Pengukuran Pencapaian Sasaran Rencana dan Realisasi SLPHT Tahun Rencana dan Realisasi SLI Tahun Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Pangan di Indonesia Tahun , Rerata 5 Tahun, Tahun 2014, & Tahun Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Padi di Indonesia Tahun Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Jagung di Indonesia Tahun Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Kedelai di Indonesia Tahun Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Kacang tanah di Indonesia Tahun Luas serangan OPT Utama pada Tanaman Kacang Hijau di Indonesia Tahun Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Ubi Kayu di Indonesia Tahun Laporan Kinerja Tahun 2014 viii

10 15. Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Ubi Jalar di Indonesia Tahun Luas Banjir pada Tanaman Pangan di Indonesia Tahun Luas Kekeringan Pada Tanaman Pangan di Indonesia Tahun Luas Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Padi di Indonesia Tahun Luas Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Jagung di Indonesia Tahun Luas Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Kedelai di Indonesia Tahun Luas Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Kacang Tanah di Indonesia Tahun Luas Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Kacang Hijau di Indonesia Tahun Luas Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Ubi Kayu di Indonesia Tahun Luas Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Ubi Jalar di Indonesia Tahun Luas Pengendalian pada Tanaman Pangan di Indonesia Tahun 2013 & Tahun Laporan Kinerja Tahun 2014 ix

11 I. P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Kementerian Pertanian bertekad mewujudkan swasembada beras dan jagung berkelanjutan serta swasembada kedelai Tahun 2014, oleh karena itu peningkatan produksi pangan perlu terus diupayakan. Strategi peningkatan produksi pangan telah ditetapkan melalui upaya peningkatan produktivitas, perluasan areal tanam, pengamanan produksi, pemberdayaan kelembagaan pertanian dan dukungan pembiayaan usahatani. Sasaran produksi tanaman pangan ditargetkan meningkat setiap tahun, sehingga tugas dan fungsi pengamanan produksi tanaman pangan ke depan akan semakin berat. Pengamanan produksi yang direfleksikan melalui program dan kegiatan perlindungan tanaman pangan merupakan bagian penting dan saling terkait antar subsistem hulu sampai hilir. Peran penting yang diemban Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan adalah menjaga kuantitas, kualitas dan kontinuitas produksi tanaman pangan dari gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI). Upaya pengamanan produksi dari gangguan OPT dilaksanakan dengan menerapkan Pengendalian Hama Terpadu (PHT), sedangkan penanganan DPI diupayakan melalui antisipasi dan mitigasi terhadap terjadinya banjir, kekeringan dan bencana alam lainnya. Oleh karena itu, peningkatan sumber daya manusia, inovasi dan diseminasi teknologi, penguatan kelembagaan, serta pembinaannya perlu ditingkatkan dan dikembangkan secara terus menerus Kedudukan, Tugas, Fungsi, dan Kewenangan Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/ OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Laporan Kinerja Tahun

12 Pertanian, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perlindungan tanaman pangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : 1) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengelolaan data organisme pengganggu tumbuhan, dampak perubahan iklim, teknologi pengendalian OPT, dan pengelolaan PHT; 2) Pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan data OPT, DPI, teknologi pengendalian OPT, dan pengelolaan PHT; 3) Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengelolaan data OPT, DPI, teknologi pengendalian OPT, dan pengelolaan PHT; 4) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengelolaan data OPT, DPI, teknologi pengendalian OPT, dan pengelolaan PHT; dan 5) Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan 1.3. Susunan Organisasi dan Tata Kerja Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/ OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan terdiri atas 4 (empat) Subdirektorat, yaitu: 1) Subdirektorat Pengelolaan Data Organisme Pengganggu Tumbuhan. 2) Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim. Laporan Kinerja Tahun

13 3) Subdirektorat Teknologi Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan. 4) Subdirektorat Pengelolaan Pengendalian Hama Terpadu. Dalam melaksanakan kegiatan perlindungan tanaman pangan, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan juga didukung oleh Subbagian Tata Usaha, dan Kelompok Jabatan Fungsional. Adapun tugas masing-masing bagian organisasi adalah: 1) Subdirektorat Pengelolaan Data Organisme Pengganggu Tumbuhan Subdirektorat Pengelolaan Data Organisme Pengganggu Tumbuhan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengelolaan data organisme pengganggu tumbuhan. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Pengelolaan Data Organisme Pengganggu Tumbuhan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang monitoring dan analisis data serta evaluasi dan pelaporan data organisme pengganggu tumbuhan; b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang monitoring dan analisis data serta evaluasi dan pelaporan data organisme pengganggu tumbuhan; c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang monitoring dan analisis data serta evaluasi dan pelaporan data organisme pengganggu tumbuhan; d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang monitoring dan analisis data serta evaluasi dan pelaporan data organisme pengganggu tumbuhan. Laporan Kinerja Tahun

14 2) Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang dampak perubahan iklim. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim; b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim; c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim; d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim. 3) Subdirektorat Teknologi Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Subdirektorat Teknologi Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Teknologi Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang identifikasi dan verifikasi teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan; Laporan Kinerja Tahun

15 b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang identifikasi dan verifikasi teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan; c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang identifikasi dan verifikasi teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan; d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang identifikasi dan verifikasi teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan. 4) Subdirektorat Pengelolaan Pengendalian Hama Terpadu Subdirektorat Pengelolaan Pengendalian Hama Terpadu mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Pengelolaan Pengendalian Hama Terpadu menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan; b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan; c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan; d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan. Laporan Kinerja Tahun

16 5) Subbagian Tata Usaha Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga dan surat menyurat serta kearsipan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. 6) Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jenjang jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Upaya meningkatkan kegiatan peramalan OPT dan pengembangannya serta memperoleh rujukan di bidang perlindungan tanaman, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan didukung oleh 1 (satu) Unit Pelaksana Teknis (UPT) yaitu Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) yang berkedudukan di Jatisari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Sementara itu, pelaksanaan pengujian mutu pestisida, pupuk, dan produk tanaman, didukung oleh Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman (BPMPT) yang berkedudukan di Jakarta. Sedangkan pelaksanaan tugas dan fungsi perlindungan tanaman pangan di daerah dilaksanakan oleh UPTD-Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD-BPTPH) atau Sub Dinas Pertanian yang menangani perlindungan tanaman pangan. Struktur Organisasi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dapat dilihat pada Lampiran Sumber Daya Manusia Pada Tahun 2014, jumlah sumber daya manusia lingkup Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan sebanyak 68 orang pegawai dan 10 orang Tenaga Harian Lepas. Secara rinci, keadaan pegawai di Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dapat dilihat pada Tabel 1. Laporan Kinerja Tahun

17 Tabel 1. Pegawai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. No. Unit Golongan IV III II I THL Jml 1 Direktur Sub Bagian Tata Usaha Subdit. Pengelolaan Data OPT Subdit. DPI Subdit. Pengelolaan PHT Subdit. Teknologi Pengendalian OPT Jumlah Dukungan Anggaran Jumlah anggaran untuk kegiatan Penguatan Sistem Perlindungan Tanaman dari Gangguan Serangan OPT dan DPI pada Tahun 2014 sebesar Rp ,- (seratus sembilan puluh dua milyar dua ratus delapan puluh delapan juta seratus empat puluh satu ribu rupiah) dan dilakukan penghematan sehingga anggaran menjadi Rp (seratus tujuh belas milyar delapan ratus enam puluh empat juta tujuh ratus enam belas ribu rupiah) yang terdiri dari anggaran: 1) Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan sebesar Rp ,- 2) Balai Pengujian Mutu Produk sebesar Rp ,- dan 3) Dekonsentrasi sebesar Rp , Permasalahan Dalam rangka mencapai tujuan mengamankan produksi, beberapa kendala yang dihadapi antara lain: 1. Perubahan iklim yang bersifat ekstrim. 2. Kurangnya Petugas Pengendali OPT-Pengamat Hama Penyakit (POPT-PHP). Laporan Kinerja Tahun

18 3. Belum memadainya sarana kerja petugas POPT-PHP. 4. Penggunaan pestisida belum bijaksana. 5. Belum optimalnya kelembagaan perlindungan tanaman. Laporan Kinerja Tahun

19 II. PERENCANAAN KINERJA 2.1. Rencana Strategis Tahun Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan mengacu kepada Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional. Renstra Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan merupakan dokumen perencanaan yang berdasarkan pada visi, misi, tujuan, sasaran strategis, kebijakan, strategi, program dan kegiatan pembangunan perlindungan tanaman pangan selama periode Tahun Renstra tersebut kemudian dijadikan sebagai acuan bagi unit kerja lingkup Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dalam membuat perencanaan kegiatan perlindungan tanaman pangan secara menyeluruh, terintegrasi dan sinergis antar sektor dan subsektor. Berdasarkan dokumen renstra tersebut maka disusunlah Rencana Kerja Tahunan (RKT), Penetapan Kinerja (PK) Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dengan menentukan indikator kinerja sehingga akuntabilitas pelaksanaan kegiatan dapat dievaluasi Visi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan mempunyai visi terwujudnya sistem pengamanan produksi dari gangguan OPT dan DPI melalui penerapan sistem Pengendalian Hama Terpadu dan penanganan Dampak Perubahan Iklim Misi Misi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan ditetapkan sebagai berikut: a. Meningkatkan pengamatan dan sistem peringatan dini OPT dan DPI. Laporan Kinerja Tahun

20 b. Meningkatkan gerakan pengendalian OPT dan penanganan DPI. c. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia perlindungan tanaman. d. Meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan perlindungan tanaman. e. Meningkatkan penerapan teknologi pengendalian OPT ramah lingkungan sesuai prinsip PHT. f. Meningkatkan mutu dan daya saing produk tanaman pangan Tujuan Sesuai dengan visi dan misi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, maka tujuan yang akan dicapai yaitu meningkatkan kinerja perlindungan tanaman pangan dalam pengamanan produksi dari gangguan OPT dan DPI untuk mendukung upaya pencapaian sasaran produksi tanaman pangan Sasaran Guna mencapai tujuan tersebut, maka sasaran yang ditetapkan adalah: a. Meningkatnya fungsi sistem pengamatan, peramalan, dan pengendalian OPT serta penanganan DPI; b. Meningkatnya peran dan fungsi kelembagaan perlindungan tanaman pangan; c. Meningkatnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia perlindungan tanaman dalam pemahaman dan penerapan sistem perlindungan tanaman pangan; d. Tersedianya informasi teknologi pengendalian OPT berwawasan PHT yang efektif dan efisien; e. Terlaksananya gerakan pengendalian OPT dan penanganan DPI secara terpadu dalam skala luas; Laporan Kinerja Tahun

21 f. Terkendalinya luas serangan OPT dan gangguan DPI pada tanaman pangan; g. Meningkatnya mutu dan daya saing produk tanaman pangan 2.2. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2014 Sasaran strategis pembangunan tanaman pangan Tahun 2014 dalam rangka mewujudkan sasaran strategis tanaman pangan Tahun adalah swasembada dan swasembada berkelanjutan. Sasaran strategis pembangunan tanaman pangan terutama lebih dititikberatkan pada peningkatan produksi komoditas pangan utama (padi, jagung dan kedelai) dalam rangka mewujudkan swasembada padi dan jagung berkelanjutan serta pencapaian swasembada kedelai pada Tahun Sementara itu, peningkatan produksi komoditas tanaman pangan lainnya yaitu kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar dalam rangka mendukung diversifikasi pangan dan mendorong berkembangnya usaha agribisnis di pedesaan, serta peningkatan manajemen pembangunan dan peran serta instansi, stakeholder terkait dan masyarakat. Dalam rangka mendukung pencapaian sasaran strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, pengamanan produksi dari gangguan OPT dan DPI merupakan sasaran strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Upaya pengamanan produksi adalah salah satu faktor penting dalam upaya peningkatan produksi tanaman pangan baik secara kualitas maupun kuantitas. Upaya pengamanan luas areal tanaman pangan dari gangguan OPT dan DPI dilakukan dengan meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan serta sumber daya manusia perlindungan tanaman pangan baik di pusat maupun daerah. Hal tersebut diharapkan dapat mendukung pelaksanaan gerakan pengamatan dan pengendalian dini (SPOT-STOP) sehingga kehilangan hasil dapat ditekan. Laporan Kinerja Tahun

22 Agar pelaksanaan kegiatan penguatan perlindungan tanaman pangan dari gangguan OPT dan DPI dapat dilaksanakan dengan baik, diperlukan suatu Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun Dengan adanya RKT, diharapkan kegiatan perlindungan tanaman pangan dapat berjalan terarah dan tepat sasaran, dengan menyelaraskan kegiatan pusat dan daerah, sehingga tujuan pengamanan produksi dapat tercapai. Berdasarkan rencana strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun , Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan menetapkan sasaran kinerja minimal 95% luas areal tanaman pangan dari serangan OPT dan DPI Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2014 Pada Tahun 2014, upaya pengamanan produksi tanaman pangan dari gangguan OPT dan terkena DPI dilaksanakan dengan menetapkan target indikator guna mencapai sasaran strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan sebagai berikut: Tabel 2. Sasaran Kinerja Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2014 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Mengamankan produksi tanaman pangan dari serangan OPT dan terkena DPI Luas areal tanaman pangan aman dari gangguan OPT dan DPI, meliputi komoditas: - Padi - Jagung - Kedelai - Kacang Tanah - Kacang Hijau - Ubi Jalar - Ubi Kayu 95% 95% 95% 95% 95% 95% 95% Laporan Kinerja Tahun

23 Upaya pencapaian pengamanan produksi tanaman pangan dari serangan OPT, banjir dan kekeringan dilakukan melalui beberapa kegiatan penguatan perlindungan tanaman pangan baik di daerah maupun di pusat yaitu: I. Kegiatan Dekonsentrasi: 1. Pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT 2. Operasional Brigade Proteksi Tanaman 3. Bahan dan sarana pengendalian OPT dan DPI 4. Gerakan pengandalian OPT 5. Pemberdayaan Pos Pengembangan Agens Hayati 6. Surveilans 7. Bantuan transport petani pengamat 8. Sekolah Lapangan PHT 9. Sekolah Lapangan Iklim 10. Koordinasi penganggulangan OPT/DPI 11. BOP dan honor THL POPT 12. Operasional LPHP 13. Gerakan pengendalian bersama TNI 14. Pengadaan musuh alami (burung hantu) II. Kegiatan Pusat a. Rancangan pengembangan perlindungan tanaman pangan. b. Pedoman perlindungan tanaman pangan. c. Dokumen perlindungan tanaman pangan. d. Database perlindungan tanaman pangan. e. Bahan informasi perlindungan tanaman pangan. f. Visualisasi kegiatan perlindungan tanaman pangan. g. Rumusan paket teknologi pengendalian OPT berwawasan PHT. h. POPT-PHP, LPHP/LAH, Kelompok tani berprestasi. i. Rapat koordinasi perlindungan tanaman pangan. j. Perangkat pengolah data dan komunikasi. k. Peralatan dan fasilitas kantor. l. Operasional Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman. Laporan Kinerja Tahun

24 III. AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. Kriteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian Sasaran Keberhasilan pencapaian sasaran strategis instansi pemerintah diukur dengan penilaian capaian sasaran melalui metode scoring yang dibagi dalam kategori: 1. sangat berhasil = capaian realisasi >100% 2. berhasil = capaian realisasi % 3. cukup berhasil = capaian realisasi 60 79% 4. kurang berhasil = capaian realisasi <60% Pengukuran capaian sasaran kinerja Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan diperoleh dari realisasi luas serangan OPT dan terkena DPI pada tanaman pangan dibandingkan dengan luas areal tanaman pangan. Target sasaran kinerja Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2014 yaitu 95% areal tanaman pangan aman dari serangan OPT dan terkena DPI atau maksimal 5% dari luas areal tanaman pangan terserang OPT dan terkena DPI. Data luas serangan OPT dan DPI diperoleh dari hasil pengamatan Petugas POPT tingkat kecamatan dan dilaporkan ke Koordinator POPT di tingkat kabupaten/kota setiap dua minggu sekali. Setelah direkap kemudian Koordinator melaporkan ke Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP) selanjutnya disampaikan ke Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) di tingkat provinsi. Rekap data serangan OPT, banjir dan kekeringan per kabupaten dilaporkan oleh BPTPH ke Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melalui Sistem Informasi Manajemen OPT, fax, dan pos. Laporan Kinerja Tahun

25 Evaluasi kinerja pelaksanaan kegiatan dan pencapaian sasaran perlindungan tanaman pangan Tahun 2014 dilaksanakan melalui Pengukuran Kinerja dan Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS) dengan menetapkan indikator kinerja, rencana tingkat capaian, realisasi, dan persentase pencapaian indikator kinerja masing-masing kegiatan dan sasaran, seperti tersaji pada Lampiran 4 dan Capaian Kinerja Organisasi Tahun 2014 Berdasarkan Indikator Kinerja Utama Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2014 telah ditetapkan target indikator sasaran strategis. Capaian indikator kinerja utama sasaran strategis tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Capaian Indikator Kinerja Utama Sasaran Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian Kategori Capaian Mengamankan produksi tanaman pangan dari serangan OPT dan terkena DPI Luas areal tanaman pangan aman dari gangguan OPT dan DPI, meliputi komoditas: - Padi 95 % 92,63 % 97,51 berhasil - Jagung 95 % 98,58 % 103,77 sangat berhasil - Kedelai 95 % 97,06 % 102,17 sangat berhasil - Kacang Tanah 95 % 99,25 % 104,47 sangat berhasil - Kacang Hijau 95 % 99,53 % 104,77 sangat berhasil - Ubi Kayu 95 % 99,45 % 104,68 sangat berhasil - Ubi Jalar 95 % 97,60 % 102,74 sangat berhasil Laporan Kinerja Tahun

26 3.3 Evaluasi dan Analisis Kondisi Iklim di Indonesia Sebagian besar wilayah Indonesia rentan terhadap perubahan iklim/cuaca. Kondisi iklim di Indonesia di pengaruhi oleh kondisi di equator pasifik tengah (fenomena El-Nino/La-Nina), kondisi wilayah barat Indonesia (Dipole Mode), dan fenomena regional serta kondisi suhu permukaan laut. Kondisi iklim terutama curah hujan sangat berpengaruh terhadap kegiatan budidaya tanaman pangan seperti penentuan waktu tanam, pola tanam, penggunaan teknologi yang tepat serta produksi tanaman pangan. Fenomena El - Nino dan La - Nina dapat mempengaruhi kondisi curah hujan. Curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia akan berada di bawah normal apabila dipengaruhi oleh fenomena El-Nino dan sebaliknya curah hujan akan berada di atas normal apabila di pengaruhi oleh fenomena La-Nina. Kondisi iklim Indonesia terutama curah hujan pada Tahun 2010 hingga 2014 intensitas CH bervariasi. Pada awal Tahun 2010, sebagian besar wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena El-Nino Moderat hingga lemah, pada akhir Tahun 2010 hingga awal Tahun 2012 sebagian besar wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena La-Nina lemah hingga Moderat, sedangkan pada akhir Tahun 2012 sebagian besar wilayah Indonesia mengalami fenomena El-Nino lemah hingga normal. Pada Tahun 2013, sebagian besar wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena Normal hingga La-Nina lemah, sedangkan pada Tahun 2014 sebagian besar wilayah Indonesia berada pada kondisi Normal hingga El-Nino Moderat. Peningkatan dan penurunan intensitas curah hujan di beberapa wilayah pada Tahun 2010 s.d menyebabkan atau diikuti adanya Laporan Kinerja Tahun

27 peningkatan dan penurunan luas kerusakan akibat DPI (banjir dan kekeringan) dan serangan OPT di wilayah tertentu. Hal tersebut dapat dilihat dari luas kerusakan tanaman akibat DPI (banjir dan kekeringan) dan intensitas serangan OPT. 3.4 Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Tahun 2014 Komoditas tanaman pangan terdiri dari padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Pencapaian produksi tanaman pangan masih difokuskan pada komoditas utama yaitu padi, jagung, dan kedelai. Sementara pencapaian komoditas lainnya merupakan bagian dari upaya diversifikasi pangan di Indonesia. Indikator kinerja utama Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan pada Tahun 2014 yaitu mengamankan 95% luas areal tanaman pangan dari serangan OPT dan dampak perubahan iklim berupa banjir dan kekeringan. Capaian kinerja Tahun 2014 yaitu 97,51 104,77% dengan kategori capaian berhasil - sangat berhasil. Secara rinci, data luas serangan OPT utama, banjir dan kekeringan dapat dilihat pada Tabel 4. Laporan Kinerja Tahun

28 Tabel 4. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan No Komoditas Keterangan Kekeringan di Indonesia Tahun 2013 dan 2014 Tahun 2013 (Ha) OPT & DPI % OPT & DPI thd LT Tahun 2014 (Ha) OPT & DPI % OPT & DPI thd LT Selisih 2014 thd 2013 % Selisih thd 2013 Areal yang diamankan (%) Tingkat capaian kinerja (%) 1 Padi Terkena , , ,13 92,63 97,51 Puso , , ,89 98,68 103,88 Luas Tanam Jagung Terkena , , ,20 98,58 103,77 Puso , ,14 (2.979) (34,54) 99,86 105,11 Luas Tanam Kedelai Terkena , , ,18 97,06 102,17 Puso , , ,29 99,60 104,84 Luas Tanam Kc. Tanah Terkena , ,75 (625) (14,47) 99,25 104,47 Puso 134 0, ,01 (77) (57,01) 99,99 105,25 Luas Tanam Kc. Hijau Terkena , ,47 (799) (44,51) 99,53 104,77 Puso 233 0, ,02 (200) (85,82) 99,98 105,25 Luas Tanam Ubi Kayu Terkena , , ,85 99,45 104,69 Puso 267 0, ,01 (131) (48,90) 99,99 105,25 Luas Tanam Ubi Jalar Terkena 548 0, , ,99 97,60 102,74 Puso 0 0,00 1 0, ,00 100,00 105,26 Luas Tanam Total Terkena , , ,36 94,02 98,97 Puso , , ,65 98,97 104,18 Total Luas Tanam ( ) (1,59) Ket: LT=luas tanam; Luas Tanam 2014 berdasarkan data Pusdatin Laporan Kinerja Tahun

29 3.4.1 Padi a. Capaian Pengamanan Areal Tanaman Padi dari Serangan OPT Utama dan Terkena DPI Tahun 2014 Luas serangan OPT, banjir dan kekeringan pada areal tanaman padi Tahun 2014 seluas ha atau 7,37% dari luas tanam ( ha) dan ha diantaranya puso atau 1,32% dari luas tanam. Dengan demikian, luas areal pertanaman padi yang dapat diamankan dari terkena serangan OPT, banjir dan kekeringan pada Tahun 2014 seluas 92,63% dari luas tanam. Tingkat capaian kinerja Tahun 2014 sebesar 97,51% dari target 95% dengan kategori berhasil. Tabel 5. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama dan DPI pada Tanaman Padi Tahun 2013 dan 2014 OPT & DPI TAHUN 2014 TAHUN 2013 TERKENA PUSO TERKENA PUSO OPT (ha) BANJIR (ha) KEKERINGAN (ha) Jumlah OPT & DPI (ha) Luas Tanam (ha) % OPT thd Luas Tanam (%) 3,28 0,02 3,67 0,03 % Banjir thd Luas Tanam (%) 2,49 1,04 2,94 0,63 % Kekeringan thd Luas Tanam (%) 1,59 0,26 0,36 0,03 % OPT & DPI thd Luas Tanam (%) 7,37 1,32 6,97 0,70 Areal Aman (%) 92,63 93,03 Capaian (%) 97,51 97,93 Apabila dibandingkan dengan Tahun 2013, areal tanaman yang terkena serangan OPT dan DPI Tahun 2014 lebih tinggi ha (3,13%) dan luas puso lebih tinggi ha (84,89 %). Luas serangan OPT dan banjir turun sedangkan luas kekeringan meningkat. Laporan Kinerja Tahun

30 Serangan OPT Tahun 2014 lebih rendah ha (12,76%) dan puso lebih rendah ha (45,17 ha). Luas tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Tengah ( ha, puso: ha), Jawa Barat ( ha, tidak ada puso), Jawa Timur ( ha, puso: 132 ha), Sulawesi Selatan ( ha, puso: 46 ha) dan Lampung ( ha, puso: 37 ha). Luas terkena banjir lebih rendah ha (17,26%) tetapi luas puso lebih tinggi ha (59,80%). Luas banjir tertinggi terjadi di Povinsi Jawa Barat ( ha, puso: ha), Jawa Tengah ( ha, puso: ha), Aceh ( ha, puso: ha), Sumatera Selatan ( ha, puso: ha) dan Banten ( ha, puso: ha). Luas terkena kekeringan meningkat ha (329,75%) dan puso lebih tinggi ha (770,97%). Luas terkena kekeringan terutama terjadi di Provinsi Aceh ( ha, puso: ha), Kalimantan Barat ( ha, puso: ha), Sulawesi Tenggara ( ha, puso: ha), Jawa Tengah ( ha, puso: ha) dan Jawa Barat ( ha, puso: ha). Namun demikian, luas puso Tahun 2014 tertinggi disebabkan oleh banjir seluas ha. Puso akibat banjir terutama terjadi di Provinsi Jawa Barat ( ha), Jawa Tengah ( ha), Aceh ( ha), Banten (5.789 ha) dan Jawa Timur (5.263 ha). b. Perkembangan Serangan OPT Utama dan Terkena DPI pada Tanaman Padi Tahun Upaya pengamanan produksi dari serangan OPT, banjir dan kekeringan terus dilaksanakan untuk menekan potensi kehilangan hasil. Luas serangan OPT, banjir dan kekeringan berfluktuasi dari tahun ke tahun seperti terlihat pada tabel di bawah ini. Laporan Kinerja Tahun

31 (Ha) Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tabel 6. Luas Serangan OPT Utama, Banjir, dan Kekeringan pada Tanaman Padi di Indonesia Tahun TAHUN NO OPT/DPI TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO 1 LUAS SERANGAN OPT LUAS BANJIR LUAS KEKERINGAN TOTAL OPT & DPI LUAS TANAM % OPT THD LUAS TANAM 4,82 0,07 5,38 0,31 3,40 0,02 3,67 0,03 3,28 0,02 % BANJIR THD LUAS TANAM 2,17 0,66 1,28 0,22 1,31 0,30 2,94 0,63 2,49 1,04 % KEKERINGAN THD LUAS TANAM 0,68 0,15 1,89 0,40 2,08 0,35 0,36 0,03 1,59 0,26 % OPT & DPI THD LUAS TANAM 7,68 0,88 8,55 0,93 6,78 0,67 6,97 0,70 7,37 1,32 Selama Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014, luas terkena serangan OPT utama, banjir dan kekeringan terendah terjadi pada Tahun 2012 ( ha) dan tertinggi tejadi pada Tahun 2011 ( ha). Luas areal tanaman yang mengalami puso terendah terjadi pada Tahun 2012 ( ha) dan tertinggi terjadi pada Tahun 2014 ( ha) OPT (TERKENA) OPT (PUSO) BANJIR (TERKENA) BANJIR (PUSO) KEKERINGAN (TERKENA) KEKERINGAN (PUSO) Grafik 1. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Padi di Indonesia Tahun Laporan Kinerja Tahun

32 Luas serangan OPT tertinggi terjadi pada Tahun 2011 ( ha) dan terendah terjadi pada Tahun 2014 ( ha). Luas terkena banjir tertinggi terjadi pada Tahun 2013 ( ha) dan terendah terjadi pada Tahun 2011 ( ha). Sedangkan luas kekeringan tertinggi terjadi pada Tahun 2012 ( ha) dan terendah terjadi pada Tahun 2013 ( ha). Tingginya luas serangan OPT pada Tahun 2011 secara tidak langsung dipengaruhi oleh dampak perubahan iklim ekstrim yang terjadi pada Tahun Pada akhir Tahun 2010, kondisi iklim di sebagian besar wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena La- Nina (lemah-moderat). Fenomena ini mengakibatkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berada di atas normal, sehingga terjadi peningkatan luas banjir pada Tahun Salah satu upaya yang dilakukan dalam menangani kerusakan tanaman akibat banjir yaitu dengan melakukan penanaman kembali (replanting). Namun hal tersebut mengakibatkan mundurnya waktu tanam dengan dampak sumber makanan bagi OPT tersedia secara terus menerus sehingga serangannya meningkat. Selain waktu tanam yang mundur, dampak perubahan iklim juga menyebabkan petani menanam padi sepanjang tahun karena air masih tersedia. Hal ini mengakibatkan tidak adanya pergantian jenis tanaman sehingga siklus hidup OPT tidak dapat diputus Jagung a. Capaian Pengamanan Areal Tanaman Jagung dari Serangan OPT Utama dan Terkena DPI Tahun 2014 Luas serangan OPT, banjir dan kekeringan pada areal tanaman jagung Tahun 2014 sebesar ha atau 1,42% dari luas tanam ( ha) dan ha diantaranya puso atau 0,14% dari luas Laporan Kinerja Tahun

33 tanam. Dengan demikian, luas areal pertanaman jagung yang dapat diamankan dari serangan OPT utama dan DPI pada Tahun 2014 seluas 98,58% dari target 95%. Tingkat capaian kinerja Tahun 2014 sebesar 103,77% dengan kategori sangat berhasil. Tabel 7. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama dan DPI pada Tanaman Jagung Tahun 2013 dan 2014 OPT & DPI TAHUN 2014 TAHUN 2013 TERKENA PUSO TERKENA PUSO OPT (ha) BANJIR (ha) KEKERINGAN (ha) Jumlah OPT & DPI (ha) Luas Tanam (ha) % OPT thd Luas Tanam (%) ,63 0, ,67 0,003 % Banjir thd Luas Tanam (%) 0,27 0,08 0,46 0,21 % Kekeringan thd Luas Tanam (%) 0,52 0,06 0,30 0,01 % OPT & DPI thd Luas Tanam (%) 1,42 0,14 1,42 0,22 Areal Aman (%) 98,58 98,58 Capaian (%) 103,77 103,76 Apabila dibandingkan dengan Tahun 2013, total luas serangan OPT dan terkena DPI Tahun 2014 lebih tinggi 115 ha (0,20%), tetapi luas pusonya lebih rendah ha (34,54%). Luas serangan OPT dan banjir pada tanaman jagung Tahun 2014 turun, sedangkan luas kekeringan meningkat. Serangan OPT pada Tahun 2014 seluas ha (42 ha diantaranya puso), lebih rendah apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 ( ha, puso: 127 ha). Serangan OPT terutama terjadi di Provinsi Jawa Tengah (4.303 ha, tidak ada puso), Jawa Timur (3.379 ha, puso: 13 ha), Sulawesi Barat (2.084 ha, tidak ada puso), Nusa Tenggara Timur (1.981 ha, puso: 28 ha) dan Gorontalo (1.842 ha, tidak ada puso). Laporan Kinerja Tahun

34 Luas terkena banjir Tahun 2014 ( ha, puso: ha) lebih rendah apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 ( ha, puso: ha). Luas banjir terutama terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan (4.735 ha, puso: ha), Aceh (2.019 ha, puso: 518 ha), Nusa Tenggara Barat (1.160 ha, puso: 6 ha), Jawa tengah (1.057 ha, puso: 335 ha) dan Jawa Timur (530 ha, puso: 444 ha). Luas terkena kekeringan pada tanaman jagung Tahun 2014 ( ha, puso: ha) lebih tinggi dibandingkan Tahun 2013 ( ha, puso: 365 ha). Kekeringan terutama terjadi di Provinsi Gorontalo (5.602 ha, puso: ha), Nusa Tenggara Timur (5.213 ha, puso: 45 ha), Sumatera Utara (2.762 ha, tidak ada puso), Jawa Tengah (1.987 ha, puso: 4) dan Aceh (1.232 ha, tidak ada puso). b. Perkembangan Serangan OPT Utama dan Terkena DPI pada Tanaman Jagung Tahun Serangan OPT dan dampak perubahan iklim berupa banjir dan kekeringan merupakan salah satu faktor penghambat dalam upaya pencapaian produksi tanaman pangan. Selama Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014, perkembangan luas serangan OPT, banjir dan kekeringan setiap tahunnya berfluktuasi seperti terlihat pada tabel di bawah ini. Laporan Kinerja Tahun

35 (Ha) Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tabel 8. Luas Serangan OPT Utama, Banjir, dan Kekeringan pada Tanaman Jagung di Indonesia Tahun TAHUN NO OPT/DPI TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO 1 LUAS SERANGAN OPT LUAS BANJIR LUAS KEKERINGAN TOTAL OPT & DPI LUAS TANAM % OPT THD LUAS TANAM 0,39 0,00 0,91 0,01 0,66 0,00 0,67 0,00 0,63 0,00 % BANJIR THD LUAS TANAM 0,97 0,42 0,39 0,19 0,29 0,07 0,46 0,21 0,27 0,08 % KEKERINGAN THD LUAS TANAM 1,98 0,49 0,53 0,03 0,54 0,04 0,30 0,01 0,52 0,06 % OPT & DPI THD LUAS TANAM 3,33 0,92 1,83 0,23 1,49 0,11 1,42 0,22 1,42 0,14 Capaian areal yang berhasil diamankan dari serangan OPT dan DPI Tahun berkisar 98,68% - 96,67%. Serangan OPT dan terkena DPI terendah terjadi pada Tahun 2013 seluas ha, sedangkan luas tertinggi terjadi pada Tahun 2010 seluas ha. Luas puso tertinggi terjadi pada Tahun 2010 seluas ha, sedangkan puso terendah terjadi pada Tahun 2012 seluas ha OPT (TERKENA) OPT (PUSO) BANJIR (TERKENA) BANJIR (PUSO) KEKERINGAN (TERKENA) KEKERINGAN (PUSO) Grafik 2. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Jagung di Indonesia Tahun Laporan Kinerja Tahun

36 Luas banjir dan kekeringan pada Tahun 2010 lebih tinggi dibandingkan dengan luas serangan OPT. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan iklim yang dipengaruhi oleh fenomena El-Nino di awal tahun dan La-Nina di akhir tahun. Fenomena El-Nino di awal Tahun 2010 menyebabkan di sebagian besar wilayah Indonesia mengalami kondisi curah hujan di bawah normal sehingga terjadi kekeringan yang cukup tinggi. Kekeringan terutama terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur ( ha (puso: ha), Nusa Tenggara Barat ( ha, puso: ha) Sumatera Utara ( ha, puso: ha), Gorontalo (5.651 ha, puso: ha) dan Sulawesi Selatan (1.476 ha, puso: 218 ha). Sedangkan di akhir Tahun 2010 dipengaruhi fenomena La-Nina yang menyebabkan sebagian besar wilayah Indonesia mengalami curah hujan di atas normal sehingga luas banjir tinggi. Banjir terutama terjadi di Provinsi Sumatera Utara (9.513 ha, puso: ha), Jawa Timur (8.919 ha, puso: ha), Jawa Tengah (7.546 ha, puso: ha), Jambi (4.868 ha, puso: ha) dan Sulawesi Selatan (4.112 ha, puso: ha) Kedelai a. Capaian Pengamanan Areal Tanaman Kedelai dari Serangan OPT Utama dan Terkena DPI Tahun 2014 Luas serangan OPT, banjir dan kekeringan pada areal tanaman kedelai Tahun 2014 seluas ha dan ha diantaranya puso. Jika dibandingkan dengan luas tanam ( ha) maka areal pertanaman yang terkena serangan OPT dan DPI sebesar 2,94% dan puso sebesar 0,40%. Dengan demikian, luas areal pertanaman kedelai yang dapat diamankan sebesar 97,06% dari target 95%. Tingkat capaian kinerja Tahun 2014 sebesar 102,17% dengan kategori sangat berhasil. Laporan Kinerja Tahun

37 Tabel 9. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama dan DPI pada Tanaman Kedelai Tahun 2013 dan 2014 OPT & DPI TAHUN 2014 TAHUN 2013 TERKENA PUSO TERKENA PUSO OPT (ha) BANJIR (ha) KEKERINGAN (ha) Jumlah OPT & DPI (ha) Luas Tanam (ha) % OPT thd Luas Tanam (%) 1,55 0,00 1,42 0,0002 % Banjir thd Luas Tanam (%) 0,58 0,33 0,87 0,30 % Kekeringan thd Luas Tanam (%) 0,81 0,06 0,02 0,002 % OPT & DPI thd Luas Tanam (%) 2,94 0,40 2,31 0,31 Areal Aman (%) 97,06 97,69 Capaian (%) 102,17 102,83 Total luas serangan OPT dan terkena DPI Tahun 2014 lebih tinggi apabila dibandingkan dengan Tahun Peningkatan terutama disebabkan oleh serangan OPT utama dan kekeringan, sedangkan luas banjir turun. Luas serangan OPT utama pada tanaman kedelai Tahun 2014 lebih tinggi ha apabila dibandingkan dengan Tahun Serangan terutama terjadi di Provinsi Aceh (3.534 ha, puso: 10 ha), Nusa Tenggara Barat (1.277 ha, puso: 10 ha), Jawa Tengah (961 ha, tidak ada puso), Jawa Barat (935 ha, tidak ada puso) dan Jawa Timur (846 ha). Luas banjir Tahun 2014 lebih rendah ha apabila dibandingkan dengan Tahun Banjir terutama terjadi di Provinsi Aceh (2.259 ha, puso: ha), Jawa Tengah (406 ha, puso: 319 ha), Sumatera Utara (194 ha, puso: 140 ha), Sulawesi Selatan (179 ha, puso: 156 ha) dan Jambi (172 ha, puso: 89 ha). Luas kekeringan Tahun 2014 lebih tinggi ha apabila dibandingkan dengan Tahun Kekeringan terutama terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Barat (2.354 ha, puso: 29 ha), Aceh (832 ha, Laporan Kinerja Tahun

38 puso: 55 ha), Jawa Tengah (432 ha, puso: 9 ha), Sulawesi Tenggara (306 ha, puso: 125 ha) dan Sumatera Selatan (270 ha, puso: 15 ha). b. Perkembangan Serangan OPT Utama dan Terkena DPI pada Tanaman Kedelai Tahun Salah satu faktor penghambat produksi tanaman pangan adalah OPT, banjir dan kekeringan. Perkembangan luas serangan OPT dan terkena DPI dari Tahun 2010 sampai 2014 mengalami fluktuasi seperti terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 10. Luas Serangan OPT Utama, Banjir, dan Kekeringan pada Tanaman Kedelai di Indonesia Tahun TAHUN NO OPT/DPI TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO 1 LUAS SERANGAN OPT LUAS BANJIR LUAS KEKERINGAN TOTAL OPT & DPI LUAS TANAM % OPT THD LUAS TANAM 0,19 0,00 0,45 0,00 0,25 0,00 0,28 0,00 0,45 0,00 % BANJIR THD LUAS TANAM 2,36 1,64 1,19 0,58 0,39 0,22 0,87 0,30 0,58 0,33 % KEKERINGAN THD LUAS TANAM 0,70 0,09 0,35 0,02 0,25 0,02 0,02 0,00 0,81 0,06 % OPT & DPI THD LUAS TANAM 3,25 1,73 1,98 0,61 0,89 0,24 1,17 0,31 1,84 0,40 Target pengamanan produksi tanaman kedelai dari serangan OPT dan terkena DPI Tahun 2010 sampai dengan 2014 berhasil dicapai. Areal pertanaman yang dapat diamankan tahun yaitu 96,75% - 99,11% dengan tingkat capaian 101,84% - 104,33% (sangat berhasil). Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, luas serangan OPT dan DPI Tahun 2014 lebih rendah apabila dibandingkan dengan 2010 dan 2011 namun lebih tinggi apabila dibandingkan dengan Tahun 2012 dan Laporan Kinerja Tahun

39 (Ha) Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan OPT (TERKENA) OPT (PUSO) BANJIR (TERKENA) BANJIR (PUSO) KEKERINGAN (TERKENA) KEKERINGAN (PUSO) Grafik 3. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Kedelai di Indonesia Tahun Luas terkena OPT dan DPI tertinggi terjadi pada Tahun 2010 terutama karena luas banjir yang tinggi yaitu ha ( ha diantaranya puso). Banjir terutama terjadi di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, D.I. Yogyakarta dan Jawa Barat. Sedangkan luas serangan OPT dan terkena DPI terendah terjadi pada Tahun 2012 seluas ha dan ha diantaranya puso. Banjir terutama terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan, Aceh, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Utara dan Kalimantan Tengah. Tahun 2010 merupakan tahun dengan luas serangan OPT dan terkena DPI yang paling tinggi. Pada tanaman kedelai, luas serangan OPT dari tahun ke tahun cukup rendah apabila dibandingkan dengan luas banjir dan kekeringan. Hal ini disebabkan perubahan iklim ekstrim sehingga luas pertanaman yang mengalami kerusakan pun lebih tinggi. Laporan Kinerja Tahun

40 3.4.4 Kacang Tanah a. Capaian Pengamanan Areal Tanaman Kacang Tanah dari Serangan OPT Utama dan Terkena DPI Tahun 2014 Serangan OPT, banjir dan kekeringan pada areal pertanaman kacang tanah Tahun 2014 seluas ha dan 58 ha diantaranya puso. Jika dibandingkan dengan luas tanam ( ha), maka areal pertanaman yang terkena serangan OPT utama sebesar 0,75% dan puso sebesar 0,01%. Dengan demikian, luas areal pertanaman kacang tanah yang dapat diamankan sebesar 99,25% dari target 95%. Tingkat capaian kinerja Tahun 2014 sebesar 104,47% dengan kategori sangat berhasil. Tabel 11. Perbandingan Luas OPT Utama dan DPI pada Tanaman Kacang Tanah Tahun 2013 dan 2014 OPT & DPI TAHUN 2014 TAHUN 2013 TERKENA PUSO TERKENA PUSO OPT (ha) BANJIR (ha) KEKERINGAN (ha) Jumlah OPT & DPI (ha) Luas Tanam (ha) % OPT thd Luas Tanam (%) 0,63 0,001 0,73 0,0003 % Banjir thd Luas Tanam (%) 0,05 0,01 0,09 0,03 % Kekeringan thd Luas Tanam (%) 0,07 0,004 0,03 0,00 % OPT & DPI thd Luas Tanam (%) 0,75 0,01 0,85 0,03 Areal Aman (%) 99,25 99,15 Capaian (%) 104,47 104,37 Total luas serangan OPT dan terkena DPI Tahun 2014 lebih rendah apabila dibandingkan dengan Tahun Pada Tahun 2014, luas serangan OPT dan banjir pada tanaman kacang tanah turun, sedangkan luas kekeringan meningkat. Rasio luas serangan OPT dan terkena DPI terhadap luas tanam Tahun 2014 (0,75%) lebih rendah daripada Tahun 2013 (0,85%). Laporan Kinerja Tahun

41 Luas serangan OPT Tahun 2014 (3.101 ha, puso: 3 ha) lebih rendah 627 ha apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (3.728 ha, puso: 2 ha), namun luas pusonya lebih tinggi 1 ha. Serangan OPT terutama terjadi di Provinsi Jawa Timur (715 ha, puso: 3 ha), Jawa Barat (577 ha, tidak ada puso), D.I. Yogyakarta (279 ha, tidak ada puso), Aceh (275 ha, tidak ada puso) dan Nusa Tenggara Barat (275 ha, tidak ada puso). Luas banjir Tahun 2014 (243 ha, puso: 37 ha) lebih rendah 202 ha apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (445 ha, puso: 133 ha). Banjir terutama terjadi di Provinsi Aceh (66 ha, puso: 3 ha), Sumatera Utara (54 ha, puso: 12 ha), Jawa Tengah (43 ha, puso: 1 ha), Jambi (34 ha, puso: 13 ha) dan Jawa Timur (32 ha, tidak ada puso). Luas kekeringan Tahun 2014 (353 ha, puso: 18 ha) lebih tinggi 202 ha apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (151 ha, tidak ada puso). Kekeringan terutama terjadi di Provinsi D.I. Yogyakarta (182 ha, puso: 11 ha), Bali (64 ha, puso: 5 ha), Jawa Timur (53 ha, tidak ada puso), Sumatera Utara (27 ha, tidak ada puso) dan Nusa Tenggara Barat (19 ha, tidak ada puso). b. Perkembangan Serangan OPT Utama dan Terkena DPI pada Tanaman Kacang Tanah Tahun Perkembangan luas serangan OPT dan terkena DPI mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Perbandingan luas serangan OPT, banjir dan kekeringan Tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Laporan Kinerja Tahun

42 Tabel 12. Luas Serangan OPT Utama, Banjir, dan Kekeringan pada Tanaman Kacang Tanah di Indonesia Tahun TAHUN NO OPT/DPI TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO 1 LUAS SERANGAN OPT LUAS BANJIR LUAS KEKERINGAN TOTAL OPT & DPI LUAS TANAM % OPT THD LUAS TANAM 0,71 0,00 1,37 0,00 0,95 0,00 0,73 0,00 0,63 0,00 % BANJIR THD LUAS TANAM 0,16 0,05 0,17 0,03 0,02 0,01 0,09 0,03 0,05 0,01 % KEKERINGAN THD LUAS TANAM 0,46 0,20 0,04 0,01 0,03 0,00 0,03 0,00 0,07 0,00 % OPT & DPI THD LUAS TANAM 1,32 0,24 1,58 0,03 0,99 0,01 0,85 0,03 0,75 0,01 Target pengamanan produksi tanaman kacang tanah dari serangan OPT dan terkena DPI Tahun 2010 sampai dengan 2014 berhasil dicapai. Areal pertanaman kacang tanah yang dapat diamankan Tahun yaitu 98,42%-99,25% dengan tingkat capaian 103,60%-104,47% (sangat berhasil). Selama periode , luas serangan OPT dan terkena DPI terendah terjadi pada Tahun Luas tersebut terutama disebabkan oleh serangan OPT (3.101 ha, puso: 3 ha). Namun luas serangan OPT Tahun 2014 lebih rendah apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Luas serangan OPT dan DPI tertinggi terjadi pada Tahun 2011 (8.752 ha, puso: 187 ha). Luas tersebut terutama disebabkan oleh serangan OPT (7.567 ha, puso: 13 ha) dan banjir (963 ha, puso: 146 ha). Laporan Kinerja Tahun

43 (Ha) Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan OPT (TERKENA) OPT (PUSO) BANJIR (TERKENA) BANJIR (PUSO) KEKERINGAN (TERKENA) KEKERINGAN (PUSO) Grafik 4. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Kacang Tanah di Indonesia Tahun Luas serangan OPT setiap tahunnya relatif lebih tinggi apabila dibandingkan dengan banjir dan kekeringan, namun luas pusonya lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa potensi kehilangan hasil akibat serangan OPT pada tanaman kacang tanah lebih rendah apabila dibandingkan dengan banjir dan kekeringan. Serangan OPT tertinggi terjadi pada Tahun 2011, hal ini antara lain disebabkan oleh perubahan iklim pada akhir Tahun 2010 yang dipengaruhi oleh fenomena La-Nina dimana curah hujan berada di atas normal. Perubahan iklim ekstrim mengakibatkan perubahan iklim mikro (suhu, kelembaban) di sekitar tanaman. Hal ini secara tidak langsung turut mempengaruhi perkembangan OPT. Laporan Kinerja Tahun

44 3.4.5 Kacang Hijau a. Capaian Pengamanan Areal Tanaman Kacang Hijau dari Serangan OPT Utama dan Terkena DPI Tahun 2014 Luas serangan OPT, banjir dan kekeringan pada areal tanaman kacang hijau Tahun 2014 seluas 996 ha dan 33 ha diantaranya puso. Jika dibandingkan dengan luas tanam ( ha), maka areal pertanaman yang terkena serangan OPT utama sebesar 0,47% dan puso sebesar 0,02%. Dengan demikian, luas areal pertanaman kacang hijau yang dapat diamankan sebesar 99,53% dari target 95%. Tingkat capaian kinerja Tahun 2014 sebesar 104,77% dengan kategori sangat berhasil. Tabel 13. Perbandingan Luas OPT Utama dan DPI pada Tanaman Kacang Hijau Tahun 2013 dan 2014 OPT & DPI TAHUN 2014 TAHUN 2013 TERKENA PUSO TERKENA PUSO OPT (ha) BANJIR (ha) KEKERINGAN (ha) Jumlah OPT & DPI (ha) Luas Tanam (ha) % OPT thd Luas Tanam (%) 0,45 0,00 0,54 0,00 % Banjir thd Luas Tanam (%) 0,02 0,02 0,43 0,13 % Kekeringan thd Luas Tanam (%) 0,003 0,00 0,00 0,00 % OPT & DPI thd Luas Tanam (%) 0,47 0,02 0,98 0,13 Areal Aman (%) 99,53 99,02 Capaian (%) 104,77 104,23 Luas serangan OPT, banjir dan kekeringan pada tanaman kacang hijau Tahun 2014 lebih rendah apabila dibandingkan dengan Tahun Rasio luas serangan OPT dan terkena DPI terhadap luas tanam Tahun 2014 (0,47%) lebih rendah daripada Tahun 2013 (0,98%) dan areal yang berhasil diamankan pada Tahun 2014 (104,77%) lebih tinggi dibandingkan Tahun 2013 (104,23%). Laporan Kinerja Tahun

45 Luas serangan OPT Tahun 2014 (955 ha, tidak ada puso) lebih rendah 42 ha apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (997 ha, tidak ada puso). Serangan OPT terutama terjadi di Provinsi Jawa Tengah (384 ha, tidak ada puso), Sulawesi Selatan (123 ha, tidak ada puso), Jawa Timur (106 ha, tidak ada puso), Jawa Barat (101 ha, tidak ada puso) dan Nusa Tenggara Timur (83 ha, tidak ada puso). Luas banjir Tahun 2014 (36 ha, puso: 33 ha) lebih rendah 755 ha apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (791 ha, puso: 233 ha). Banjir terutama terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan (32 ha, tidak ada puso), Riau (2 ha, tidak ada puso), Aceh (1 ha, tidak ada puso) dan Sumatera Utara (1 ha, tidak ada puso). Luas kekeringan Tahun 2014 (6 ha, tidak ada puso) lebih rendah 2 ha apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (8 ha, tidak ada puso). Kekeringan terutama terjadi di Provinsi Jawa Timur (5 ha, tidak ada puso) dan D.I. Yogyakarta (1 ha, tidak ada puso). b. Perkembangan Serangan OPT Utama dan Terkena DPI pada Tanaman Kacang Hijau Tahun Salah satu faktor pembatas produksi tanaman pangan adalah OPT, banjir dan kekeringan. Perkembangan luas serangan OPT dan terkena DPI tahun berfluktuasi seperti terlihat pada tabel di bawah ini. Laporan Kinerja Tahun

46 Tabel 14. Luas Serangan OPT Utama, Banjir, dan Kekeringan pada Tanaman Kacang Hijau di Indonesia Tahun TAHUN NO OPT/DPI TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO 1 LUAS SERANGAN OPT LUAS BANJIR LUAS KEKERINGAN TOTAL OPT & DPI LUAS TANAM % OPT THD LUAS TANAM 0,20 0,00 0,73 0,00 0,44 0,00 0,54 0,00 0,45 0,00 % BANJIR THD LUAS TANAM 7,31 4,16 0,52 0,33 0,05 0,02 0,43 0,13 0,02 0,02 % KEKERINGAN THD LUAS TANAM 1,01 0,51 0,78 0,13 0,05 0,04 0,00 0,00 0,00 0,00 % OPT & DPI THD LUAS TANAM 8,53 4,67 2,03 0,46 0,54 0,05 0,98 0,13 0,47 0,02 Target pengamanan produksi tanaman kacang hijau dari serangan OPT dan terkena DPI Tahun 2010 sampai dengan 2014 berhasil dicapai. Areal pertanaman yang dapat diamankan tahun yaitu 91,47%- 99,53% dengan tingkat capaian 96,28% - 104,77% (berhasil-sangat berhasil). Luas serangan OPT dan terkena DPI Tahun 2014 lebih rendah apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Luas tertinggi terjadi pada Tahun 2010 sedangkan luas terendah terjadi pada Tahun Tingginya luas serangan OPT dan DPI pada Tahun 2010 terutama disebabkan oleh banjir ( ha, puso: ha) dan kekeringan (2.747 ha, puso: ha puso). Laporan Kinerja Tahun

47 (Ha) Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan OPT (TERKENA) OPT (PUSO) BANJIR (TERKENA) BANJIR (PUSO) KEKERINGAN (TERKENA) KEKERINGAN (PUSO) Grafik 5. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Kacang Hijau di Indonesia Tahun Luas kekeringan dan banjir yang terjadi pada Tahun 2010 terutama disebabkan oleh kejadian perubahan iklim ekstrim. Pada awal tahun sebagian besar wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena El- Nino dimana curah hujan berada di bawah normal sehingga luas kekeringan cukup tinggi. Sedangkan pada akhir tahun dipengaruhi oleh fenomena La-Nina dimana curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berada di atas normal sehingga luas banjirnya tinggi Ubi Kayu a. Capaian Pengamanan Areal Tanaman Kacang Hijau dari Serangan OPT Utama dan Terkena DPI Tahun 2014 Luas serangan OPT, banjir dan kekeringan pada areal pertanaman ubi kayu Tahun 2014 seluas ha dan 136 ha diantaranya puso. Jika dibandingkan dengan luas tanam ( ha), maka areal pertanaman yang terkena serangan OPT utama sebesar 0,55% dan Laporan Kinerja Tahun

48 puso sebesar 0,01%. Dengan demikian, luas areal pertanaman ubi kayu yang dapat diamankan sebesar 99,45% dari target 95%. Tingkat capaian kinerja Tahun 2014 sebesar 104,69% dengan kategori sangat berhasil. Tabel 15. Perbandingan Luas OPT Utama dan DPI pada Tanaman Ubi Kayu Tahun 2013 dan 2014 OPT & DPI TAHUN 2014 TAHUN 2013 TERKENA PUSO TERKENA PUSO OPT (ha) BANJIR (ha) KEKERINGAN (ha) Jumlah OPT & DPI (ha) Luas Tanam (ha) % OPT thd Luas Tanam (%) 0,48 0,001 0,30 0,001 % Banjir thd Luas Tanam (%) 0,03 0,01 0,04 0,02 % Kekeringan thd Luas Tanam (%) 0,04 0,00 0,00 0,00 % OPT & DPI thd Luas Tanam (%) 0,55 0,01 0,34 0,03 Areal Aman (%) 99,45 99,66 Capaian (%) 104,69 104,90 Apabila dibandingkan dengan Tahun 2013, luas serangan OPT dan kekeringan pada tanaman ubi kayu Tahun 2014 meningkat, sedangkan luas banjir turun. Rasio luas serangan OPT dan terkena DPI terhadap luas tanam Tahun 2014 (0,55%) lebih tinggi daripada Tahun 2013 (0,34%). Luas serangan OPT Tahun 2014 lebih tinggi ha dibandingkan dengan Tahun Serangan OPT terutama terjadi di Provinsi Jawa Barat (976 ha, tidak ada puso), Nusa Tenggara Timur (751 ha, tidak ada puso), Sulawesi Tenggara (642 ha, tidak ada puso), Jawa Tengah (481 ha, tidak ada puso) dan Jawa Timur (299 ha, tidak ada puso). Luas banjir Tahun 2014 lebih rendah 136 ha dibandingkan Tahun Banjir terutama terjadi di Provinsi Lampung (117 ha, puso: 40 Laporan Kinerja Tahun

49 ha), Riau (91 ha, puso: 62 ha), Sumatera Utara (18 ha, puso: 14 ha) dan Aceh (16 ha, puso: 2 ha). Luas kekeringan Tahun 2014 lebih tinggi 433 ha dibandingkan Tahun Kekeringan terutama terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (395 ha, tidak ada puso) dan Sumatera Utara (37 ha, tidak ada puso). b. Perkembangan Serangan OPT Utama dan Terkena DPI pada Tanaman Ubi Kayu Tahun Serangan OPT utama dan dampak perubahan iklim berupa banjir dan kekeringan merupakan salah satu faktor yang berpotensi menyebabkan kehilangan hasil produksi. Perkembangan serangan OPT dan terkena DPI dari Tahun mengalami fluktuasi seperti terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 16. Luas Serangan OPT Utama, Banjir, dan Kekeringan pada Tanaman Ubi Kayu di Indonesia Tahun TAHUN NO OPT/DPI TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO 1 LUAS SERANGAN OPT LUAS BANJIR LUAS KEKERINGAN TOTAL OPT & DPI LUAS TANAM % OPT THD LUAS TANAM 0,15 0,00 0,44 0,00 0,25 0,00 0,30 0,00 0,48 0,00 % BANJIR THD LUAS TANAM 0,02 0,00 0,02 0,01 0,02 0,00 0,04 0,02 0,03 0,01 % KEKERINGAN THD LUAS TANAM 0,06 0,02 0,12 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,04 0,00 % OPT & DPI THD LUAS TANAM 0,24 0,02 0,58 0,01 0,27 0,00 0,34 0,03 0,55 0,01 Target mengamankan produksi akibat serangan OPT, banjir dan kekeringan Tahun berhasil dicapai. Areal yang dapat diamankan dari serangan OPT dan terkena DPI Tahun Laporan Kinerja Tahun

50 (Ha) Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan berkisar antara 99,42% - 99,76% dengan tingkat capaian 104,65%- 105,01% (sangat berhasil). Luas serangan OPT dan terkena DPI Tahun 2014 lebih rendah apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 namun lebih tinggi apabila dibandingkan dengan Tahun 2010, 2012, dan Total serangan OPT dan terkena DPI tertinggi terjadi pada Tahun 2011 (6.498 ha, puso: 102 ha). Luas tersebut terutama disebabkan oleh serangan OPT (4.958 ha, puso: 12 ha) dan kekeringan (1.365 ha, tidak ada puso). Luas serangan OPT dan terkena DPI terendah terjadi pada Tahun 2012 (2.948 ha, puso: 33 ha). Luas tersebut terutama disebabkan oleh serangan OPT (2.740 ha, puso: 16 ha) OPT (TERKENA) OPT (PUSO) BANJIR (TERKENA) BANJIR (PUSO) KEKERINGAN (TERKENA) KEKERINGAN (PUSO) Grafik 6. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Ubi Kayu di Indonesia Tahun Secara keseluruhan, luas serangan OPT utama pada ubi kayu lebih tinggi dari banjir dan kekeringan namun luas pusonya lebih rendah. Oleh karena itu, potensi kehilangan hasil akibat serangan OPT lebih rendah apabila dibandingkan dengan banjir dan kekeringan. Laporan Kinerja Tahun

51 3.4.7 Ubi Jalar a. Capaian Pengamanan Areal Tanaman Ubi Jalar dari Serangan OPT Utama dan Terkena DPI Tahun 2014 Luas serangan OPT, banjir dan kekeringan pada areal tanaman ubi jalar Tahun 2014 seluas 800 ha dan 1 ha diantaranya puso. Jika dibandingkan dengan luas tanam ( ha), maka areal pertanaman yang terkena serangan OPT utama sebesar 2,40%. Dengan demikian, luas areal pertanaman ubi jalar yang dapat diamankan sebesar 97,60% dari target 95%. Tingkat capaian kinerja Tahun 2014 sebesar 102,74% dengan kategori sangat berhasil. Tabel 17. Perbandingan Luas OPT Utama dan DPI pada Tanaman Ubi Jalar Tahun 2013 dan 2014 OPT & DPI TAHUN 2014 TAHUN 2013 TERKENA PUSO TERKENA PUSO OPT (ha) BANJIR (ha) KEKERINGAN (ha) Jumlah OPT & DPI (ha) Luas Tanam (ha) % OPT thd Luas Tanam (%) 1,76 0,0000 0,34 0,00 % Banjir thd Luas Tanam (%) 0,34 0,0019 0,01 0,00 % Kekeringan thd Luas Tanam (%) 0,30 0,0000 0,00 0,00 % OPT & DPI thd Luas Tanam (%) 2,40 0,0019 0,35 0,00 Areal Aman (%) 97,60 99,65 Capaian (%) 102,74 104,90 Apabila dibandingkan dengan Tahun 2013, luas serangan OPT dan terkena DPI pada tanaman ubi jalar Tahun 2014 meningkat. Rasio luas serangan OPT dan terkena DPI terhadap luas tanam Tahun 2014 (2,40%) lebih tinggi daripada Tahun 2013 (0,35%). Luas serangan OPT Tahun 2014 lebih tinggi 49 ha apabila dibandingkan dengan Tahun Serangan OPT terutama terjadi di Provinsi Sumatera Utara (115 ha, tidak ada puso), Sulawesi Laporan Kinerja Tahun

52 Tenggara (108 ha, tidak ada puso), Jawa Tengah (83 ha, tidak ada puso), Sulawesi Utara (63 ha, tidak ada puso) dan Jawa Barat (50 ha, tidak ada puso). b. Perkembangan Serangan OPT Utama dan Terkena DPI pada Tanaman Ubi Jalar Tahun Serangan OPT utama, banjir dan kekeringan merupakan salah satu faktor pembatas pencapaian produksi tanaman pangan. Perkembangan sernang OPT dan terkena DPI Tahun mengalami fluktuasi seperti terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 18. Luas Serangan OPT Utama, Banjir, dan Kekeringan pada Tanaman Ubi Jalar di Indonesia Tahun TAHUN NO OPT/DPI TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO 1 LUAS SERANGAN OPT LUAS BANJIR LUAS KEKERINGAN TOTAL OPT & DPI LUAS TANAM % OPT THD LUAS TANAM 0,29 0,00 0,41 0,00 0,29 0,00 0,34 0,00 1,76 0,00 % BANJIR THD LUAS TANAM 0,09 0,01 0,01 0,00 0,00 0,00 0,01 0,00 0,34 0,00 % KEKERINGAN THD LUAS TANAM 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,30 0,00 % OPT & DPI THD LUAS TANAM 0,38 0,01 0,42 0,01 0,29 0,00 0,35 0,00 2,40 0,00 Target mengamankan produksi akibat serangan OPT, banjir dan kekeringan pada tanaman ubi jalar Tahun berhasil dicapai. Areal yang dapat diamankan dari serangan OPT dan terkena DPI Tahun berkisar antara 97,60%-99,71% dengan tingkat capaian 102,74% - 104,96% (sangat berhasil). Luas serangan OPT dan terkena DPI Tahun 2014 lebih tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Luas tersebut terutama diakibatkan oleh serangan OPT (585 ha, tidak ada puso). Laporan Kinerja Tahun

53 (Ha) Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Luas serangan OPT dan terkena DPI terendah terjadi pada Tahun 2012 (543 ha, puso: 2 ha). Luas tersebut terutama disebabkan oleh serangan OPT (538 ha, tidak ada puso) OPT (TERKENA) OPT (PUSO) BANJIR (TERKENA) BANJIR (PUSO) KEKERINGAN (TERKENA) KEKERINGAN (PUSO) Grafik 7. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Ubi Jalar di Indonesia Tahun Luas serangan OPT pada tanaman ubi jalar setiap tahunnya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan banjir dan kekeringan, namun luas pusonya lebih rendah. Beberapa faktor yang mempengaruhi serangan OPT antara lain varietas tanaman dan perubahan iklim. 3.5 Kegiatan Pendukung Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2014 Secara keseluruhan, capaian kinerja pengamanan produksi tanaman pangan dari potensi kehilangan hasil akibat serangan OPT dan terkena DPI berhasil dilaksanakan dengan capaian 97,51 104,77% (berhasilsangat berhasil). Upaya tersebut dilaksanakan melalui berbagai kegiatan baik di pusat maupun di daerah, sebagai berikut: Laporan Kinerja Tahun

54 Tabel 19. Rencana dan Realisasi Kegiatan Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2014 Fisik Kegiatan No. Kegiatan/Sub Kegiatan/Uraian/Indikator Output Target Realisasi Volume Satuan Volume % 1764 PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN ,62 DARI GANGGUAN OPT DAN DPI Dana Dekonsentrasi ,62 1 Pengamatan, Peramalan dan Pengendalian OPT (P3OPT) 32 Balai ,00 2 Operasional Brigade Proteksi Tanaman (BPT) 78 unit 78 99,74 3 Bahan dan Sarana Pengendalian OPT 75 paket 62 82,67 4 Gerakan Pengendalian OPT dan DPI 106 kali ,00 5 Pemberdayaan Pos Pengembangan Agen Hayati (PPAH) 243 unit ,30 6 Surveilans OPT (Pengamatan OPT) 89 paket 73 82,02 7 Bantuan Transport Petani Pengamat (2.949 org x 10 bulan) orang ,48 8 Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) 954 Unit ,39 - Persiapan+monev ,79 - Padi 848 Unit ,05 - Jagung 57 Unit 56 98,25 - Kedelai 49 Unit 48 97,96 9 Sekolah Lapangan Iklim (SLI) 107 Unit ,26 10 Koordinasi penanggulangan OPT/DPI 12 paket 11 91,67 11 BOP dan THL POPT OB ,95 - PNS (2.556 orangx 12 bulan) OB ,96 - THL (1.174 orang x 10 bulan) OB ,93 12 Lab Pengamatan Hama Penyakit/Lab Agen Hayati (LPHP/LAH) 98 unit ,00 13 Gerakan TNI 8 paket 8 100,00 14 Musuh Alami 6 paket 6 100,00 Pusat ,00 1 Kegiatan Ditlind Pusat 1 paket 1 100,00 2 BPMPT 1 paket 1 100,00 Kegiatan pengamanan produksi dilaksanakan melalui dana Dekonsentrasi dan Pusat. Secara keseluruhan, realisasi fisik pelaksanaan kegiatan penguatan perlindungan tanaman pangan dari gangguan OPT dan DPI sebesar unit/paket/ob dari target unit/paket/ob (99,62%). Dukungan kegiatan perlindungan tanaman pangan Tahun 2014 berhasil dilaksanakan dengan tingkat capaian 82,02%-100%. Keberhasilan pengamanan produksi tanaman pangan dilakukan melalui kegiatan: 1. Pengamatan, Peramalan dan Pengendalian OPT (P3OPT) Operasional pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT serta penanganan DPI dilaksanakan di daerah oleh Balai Proteksi Tanaman Laporan Kinerja Tahun

55 Pangan. Kegiatan tersebut salah satunya bertujuan untuk memantau perkembangan luas serangan OPT dan DPI yang dilaksanakan oleh Petugas Pengendali OPT-Pengamat Hama Penyakit (POPT-PHP). Data luas serangan OPT/DPI serta pengendalian OPT hasil pantauan selanjutnya dilaporkan ke UPTD-BPTPH dan diteruskan ke pusat berupa laporan 2 (dua) mingguan. Selama Tahun 2014, laporan yang diterima sebanyak 717 (93,36%) dari 768 laporan. Sedangkan pada Tahun 2013, jumlah pelaporan OPT dan DPI sebanyak 768 laporan (100%) dari target 768 laporan. Data OPT dan DPI yang dikirim oleh daerah selanjutnya digunakan sebagai dasar analisis dan rekomendasi penanganan OPT dan DPI sehingga luas serangan OPT dan terkena DPI dapat ditekan seminimal mungkin. 2. Bahan dan Sarana pengendalian OPT Pengamanan produksi dari gangguan OPT dilaksanakan dengan menggunakan sistem PHT yaitu memprioritaskan teknologi ramah lingkungan, sedangkan penggunaan pestisida merupakan langkah terakhir dan digunakan secara bijaksana. Oleh karena itu, upaya mendukung pengendalian OPT dilakukan dengan menyiapkan bahan dan sarana pengendalian seperti alat handsprayer, mistblower, sarung tangan, dan agens hayati. Pada tahun 2014 sudah dilaksanakan pengadaan bahan dan sarana pengendalian sebanyak 90 paket. Selain itu, dalam rangka penerapan pengendalian OPT dengan sistem PHT, pada Tahun 2014 juga dilaksanakan kegiatan pemanfaatan musuh alami yaitu burung hantu (Tyto alba) di 5 provinsi (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur). 3. Surveilans OPT (Pengamatan OPT) Surveilans merupakan suatu proses pengamatan dalam rangka mengumpulkan dan mencatat data tentang dinamika populasi atau tingkat serangan OPT dan faktor- faktor yang mempengaruhinya pada waktu dan tempat tertentu. Secara umum, metode pengamatan di lapangan dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu Pengamatan Keliling Laporan Kinerja Tahun

56 (patroli) dan Pengamatan Tetap. Pengamatan keliling (patroli) merupakan kegiatan pengamatan bertujuan untuk mengetahui tanaman terserang dan terancam, luas pengendalian, bencana alam, serta mencari informasi tentang penggunaan, peredaran, dan penyimpanan bahan pengendali OPT. Data dan informasi tersebut digunakan untuk menentukan daerah yang dicurigai dan menitikberatkan pengamatan. Penentuan daerah yang dicurigai didasarkan pada kerentanan varietas yang ditanam terhadap OPT utama di daerah tersebut, stadia pertumbuhan tanaman dan jaraknya terhadap sumber serangan, sedangkan Pengamatan Tetap adalah pengamatan yang dilakukan secara berkala pada petak contoh tetap atau peralatan tertentu (perangkap lampu, penakar curah hujan, dan SMPK). Pelaksanaan kegiatan surveilans dilakukan di BPTPH dan LPHP/LAH sebanyak 2 kali per musim. Kemudian hasil pelaksanaan surveilans dilaporkan untuk dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan pengendalian. Surveilans dilakukan oleh petugas Pengendali Organisme pengganggu Tumbuhan - Pengamat Hama dan penyakit (POPT-PHP) di wilayah kerjanya (kecamatan), petugas teknis Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP) di kabupaten yang dicakup dalam wilayah kerjanya (kabupaten) dan fungsional POPT tingkat provinsi, serta petugas lain yang terkait di bidang perlindungan tanaman. Agar kegiatan surveilans dapat dilaksanakan secara efektif, daerah produksi tanaman pangan dibagi menjadi wilayah-wilayah pengamatan hama dan penyakit yang berimpit dengan wilayah administrasi kecamatan atau kelipatannya. 4. Gerakan pengendalian OPT Dalam rangka mengamankan produksi tanaman pangan, tindakan pengendalian OPT harus dilaksanakan apabila populasi/intensitas serangan OPT di atas ambang kendali. Gerakan pengendalian OPT terdiri dari gerakan pengendalian reguler dan gerakan pengendalian bersama TNI. Pada Tahun 2014, gerakan pengendalian OPT telah dilaksanakan Laporan Kinerja Tahun

57 sebanyak 100 kali (94,34% dari rencana 106 kali) dan 8 kali gerakan pengendalian OPT bersama TNI di 8 provinsi. Gerakan pengendalian pada suatu areal tanaman pangan dapat dilakukan lebih dari satu kali. Luas pengendalian OPT pada tanaman pangan Tahun 2014 pada tanaman padi seluas ha, jagung seluas ha, kedelai seluas ha, kacang tanah seluas ha, kacang hijau seluas ha, ubi kayu seluas ha dan ubi jalar seluas ha. Data luas pengendalian OPT secara rinci dapat dilihat pada Lampiran Penguatan kelembagaan a) Brigade Proteksi Tanaman Brigade Proteksi Tanaman (BPT) merupakan unit penanganan eksplosi serangan OPT yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh Regu Pengendali Hama (RPH)/petani setempat. Pada awal terbentuknya, kedudukan BPT berada di bawah pengelolaan Dinas Pertanian Provinsi, seiring dengan berjalannya waktu keberadaan BPT pada beberapa provinsi telah diserahkan kepada UPTD BPTPH dan sampai saat ini telah terdapat 78 unit BPT yang tersebar di 32 provinsi kecuali Provinsi Kepulauan Riau. b) Pos Pengembangan Agens Hayati Pos Pengembangan Agens Hayati (PPAH) adalah salah satu wadah/kelembagaan perlindungan tanaman pangan bagi petani alumni SLPHT dan atau petani non alumni SLPHT yang mampu menyiapkan, memperbanyak, menerapkan dan menyebarluaskan agens hayati serta sarana produksi ramah lingkungan yang mendukung penerapan prinsip-prinsip PHT. PPAH memiliki peranan yang besar dalam pemasyarakatan penerapan Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) antara lain : pemasyarakatan sarana produksi ramah lingkungan; melakukan studi sain petani; memelihara keseimbangan agroekosistem; serta mendekatkan sarana produksi ramah Laporan Kinerja Tahun

58 lingkungan yang mendukung penerapan prinsip-prinsip PHT kepada masyarakat petani lainnya. Keberadaan PPAH dari tahun ke tahun bergerak dinamis ke arah pertumbuhan. Berdasarkan data 5 tahun terakhir yaitu jumlah PPAH Tahun 2010 sebanyak 704 unit, Tahun 2011 sebanyak 855 unit, Tahun 2012 sebanyak unit, Tahun 2013 sebanyak 1009 unit, Tahun 2014 sebanyak unit tersebar di 32 provinsi. Provinsi yang belum melaporkan keberadaan PPAH adalah Kep. Riau dan Kalimantan Utara karena baru terbentuk. Jenis AH dan Pestisida nabati yang telah dikembangkan oleh PPAH antara lain Beauvaria bassiana, Metarhizium sp, Verticillium sp, SI-NPV dan Corynebacterium sp (=Paenibacillus Polymyxa), Trichoderma sp, Trichogramma sp, Pseudomonas fluorescens, PGPR, MOL, serta pestisida nabati, Trichokompos, dll. c) Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit/Laboratorium Agens Hayati Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit/Laboratorium Agens Hayati (LPHP/LAH) sebagai institusi terdepan perlindungan tanaman pangan mempunyai peran yang sangat penting dalam keberhasilan kegiatan pengamanan produksi. Sebagai pusat pengembangan teknologi perlindungan tanaman, kegiatan yang dilaksanakan meliputi kegiatan utama yaitu pengamatan, peramalan, dan pengendalian OPT/penanganan DPI serta kegiatan pendukung yang lebih menekankan pada permasalahan spesifik lokasi. Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit juga merupakan rujukan dalam pengembangan dan diseminasi teknologi perlindungan tanaman pangan ramah lingkungan yang mendukung prinsip-prinsip PHT. Kegiatan LPHP dalam pengembangan teknologi ramah lingkungan antara lain eksplorasi, perbanyakan, pengembangan, dan pemasyarakatan agens hayati/pestisida nabati. Beberapa agens Laporan Kinerja Tahun

59 hayati dan pestida nabati yang telah dikembangkan hingga saat ini yaitu : Beauveria bassiana, Metarhizium sp, Verticillium sp, SI-NPV dan Paenibacillus polymyxa, Trichoderma sp, Trichogramma sp, Nomuraea, Pseudomonas fluorescens, PGPR, MOL, serta pestisida nabati, Trichokompos, dll. Keberadaan LPHP/LAH mengalami perubahan dalam 5 tahun terakhir yaitu pada Tahun 2010 s.d sebanyak 95 unit, pada Tahun 2013 sebanyak 94 unit, dan pada Tahun 2014 sebanyak 98 unit. Pertumbuhan LPHP terbanyak di Provinsi Sulawesi Utara yaitu bertambah 3 unit yang merupakan pengadaan Tahun 2013, berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK). d) Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Pengamat Hama dan Penyakit Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Pengamat Hama dan Penyakit (POPT-PHP) merupakan sumber daya manusia perlindungan tanaman yang diberi tugas dan tanggung jawab serta hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian untuk melakukan kegiatan pengelolaan OPT dan Dampak Perubahan Iklim di wilayah pengamatannya yaitu kecamatan. Ruang lingkup, tanggung jawab, dan wewenang POPT- PHP adalah melaporkan hasil pengamatan perkembangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI), memberikan rekomendasi pengendalian OPT dan penanganan DPI pada lingkup wilayah pengamatannya, membina kelompok tani/petani pengembang teknologi perlindungan tanaman pangan ramah lingkungan yang mendukung prinsip-prinsip PHT dan melakukan pengawasan peredaran dan penggunaan bahan pengendali OPT serta pupuk bersubsidi. Jumlah POPT PHP pada Tahun 2010 sebanyak orang selama lima tahun terakhir berkurang sebanyak 795 orang dibandingkan Laporan Kinerja Tahun

60 dengan Tahun 2014 sebanyak orang. Berkurangnya jumlah POPT-PHP tersebut antara lain karena purna tugas, alih tugas, dan meninggal dunia. Jumlah kecamatan sebagai wilayah kerja POPT-PHP saat ini di seluruh Indonesia sebanyak Dengan jumlah POPT-PHP saat ini, banyak POPT-PHP yang merangkap 2 3 kecamatan. Jumlah wilayah kerja yang ideal bagi POPT-PHP adalah 1 (satu) kecamatan. Kurang memadainya jumlah POPT-PHP dapat berdampak pada kurang akuratnya data dan informasi hasil pengamatan di lapangan, sehingga penanganan OPT dalam rangka pengamanan produksi kurang optimal. Salah satu upaya untuk memenuhi kekurangan tenaga tersebut yaitu, sejak Tahun 2007 telah direkrut Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan- Pengamat Hama Penyakit (THL-TBPOPT-PHP) yang bertujuan untuk membantu POPT-PHP dalam menunjang kegiatan pengamanan produksi melalui kegiatan pengamatan OPT, DPI, serta pengawasan penggunaan pupuk bersubsidi dan bahan pengendali OPT. Pada Tahun 2007 telah dikontrak sebanyak THL-TB-POPT-PHP yang tersebar di 32 provinsi, data terakhir Tahun 2014 sebanyak 1.164, terjadi pengurangan sebanyak 146 orang. Penyebab berkurangnya jumlah THL-TB POPT-PHP antara lain mengundurkan diri, meninggal dunia, dan lulus seleksi CPNS (Pusat maupun daerah), namun UPTD BPTPH belum mengganti dengan menseleksi tenaga baru e) Petani Pengamat Petani Pengamat adalah petani alumni SLPHT yang ditetapkan dengan ketetapan Kepala Dinas Pertanian Provinsi dan bertugas membantu POPT-PHP/THL-TB POPT-PHP melakukan pengamatan agroekosistem (OPT, Musuh alami, DPI, dan faktor abiotik yang mempengaruhi perkembangan OPT/DPI) di wilayah pengamatan terdekat dengan tempat tinggal petani bersangkutan dan atau yang Laporan Kinerja Tahun

61 disepakati dengan tempat tinggal petani bersangkutan dan atau yang disepakati dengan POPT-PHP terdekat. Jumlah petani pengamat tahun 2012 sebanyak orang dan pada tahun 2014 sebanyak orang. Pengurangan jumlah petani pengamat disesuaikan dengan prioritas kebijakan masing-masing daerah. Namun demikian Petani Pengamat swadaya (di luar kriteria di atas) diharapkan dapat diupayakan. 6. Pelaksanaan SLPHT Skala Luas Padi Peningkatan pengetahuan dan kemampuan petani dalam mengelola pertanamannya menggunakan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT) diantaranya dilaksanakan melalui kegiatan SLPHT. Pelaksanaan SLPHT diharapkan mampu mewujudkan kemandirian petani dalam mengambil keputusan di lahan usahataninya. SLPHT harus mempunyai dampak yang luas yaitu tidak hanya merubah paradigma pola pikir para petani alumni SLPHT saja, namun juga harus dapat membuat perubahan terhadap petani non SLPHT dan generasi petani selanjutnya untuk melaksanakan PHT. Saat ini, SLPHT telah cukup banyak dilaksanakan, namun belum memberikan hasil yang optimal. Hal ini disebabkan SLPHT yang dilaksanakan masih belum merata, dalam skala kecil, dan belum melibatkan kelompok-kelompok dalam satu hamparan. Oleh karena itu, pada Tahun 2014, dilaksanakan SLPHT Skala Luas yang merupakan suatu pendekatan SLPHT dalam skala yang lebih luas (satu hamparan) dengan melibatkan beberapa kelompok tani hamparan sehingga terjalin komunikasi dan koordinasi yang baik dalam pengelolaan OPT di lapangan. SLPHT Skala Luas ini dilaksanakan khusus untuk komoditas padi. Target SLPHT Skala Luas padi pada Tahun 2014 sebanyak 848 unit yang tersebar di 33 provinsi. Realisasi pelaksanaan SLPHT Skala Luas Padi sebanyak 806 unit atau 95,05% (berhasil) dengan peserta orang petani dari target orang petani. Laporan Kinerja Tahun

62 Dampak dari pelaksanaan SLPHT antara lain meningkatnya kemampuan dan kemandirian orang petani dalam penanganan OPT sesuai dengan prinsip PHT. Para petani alumni SLPHT tersebut diharapkan dapat secara konsisten dan berkelanjutan menerapkan PHT di lahan usahataninya, serta menyebarluaskan kepada petani sekitarnya, sehingga PHT akan semakin memasyarakat dan melembaga di tingkat petani. Beberapa unit SLPHT Skala Luas tidak dapat dilaksanakan di beberapa provinsi disebabkan hal-hal sebagai berikut: Riau, sebanyak 2 unit tidak dapat dilaksanakan karena penghematan anggaran di Tahun 2014 menyebabkan mundurnya pelaksanaan kegiatan SLPHT di calon lokasi SLPHT yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada saat dana kembali tersedia, calon lokasi tersebut mengalami kejadian dampak perubahan iklim (kekeringan). Sulawesi Selatan, dari alokasi 46 unit, terealisasi 7 unit, sedangkan 39 unit tidak dapat dilaksanakan sampai selesai karena penghematan anggaran. Papua, dari alokasi 13 unit, realisasi 10 unit, sedangkan 3 unit tidak dapat dilaksanakan karena waktunya sudah tidak memungkinkan yang sebelumnya dicadangkan untuk penghematan. Secara rinci realisasi pelaksanaan SLPHT dapat dilihat pada Lampiran Pelaksanaan SLI Padi Peningkatan kemampuan, keahlian dan pemberdayaan petani dalam memanfaatkan informasi prakiraan iklim dilaksanakan melalui kegiatan Sekolah Lapangan Iklim (SLI). Kegiatan ini terutama dilaksanakan di daerah yang sering mengalami dampak perubahan iklim (banjir dan kekeringan). SLI dimulai pada MT 2002/2003 di Kabupaten Indramayu sebagai Pilot Project melalui kerjasama antara Departemen Pertanian, Dinas Pertanian Laporan Kinerja Tahun

63 Kabupaten Indramayu, IPB dan Asian Disaster Preparedness Centre (ADPC). Secara nasional, SLI diselenggarakan sejak Tahun 2007 dengan pendanaan dari APBN yang tersebar di provinsi rawan banjir dan kekeringan. Kegiatan SLI Tahun 2014 awalnya dialokasikan sebanyak 120 unit di 30 provinsi (kecuali Provinsi Kep. Bangka Belitung, Kep. Riau dan DKI Jakarta). Terdapat 13 unit SLI yang mengalami penghematan yaitu di Provinsi Sumatera Selatan (2 unit), Bengkulu (2 unit), Nusa Tenggara Barat (2 unit), Sulawesi Selatan (6 unit) dan Sulawesi Tenggara (1 unit) sehingga SLI tahun 2014 menjadi 107 unit. Realisasi hingga Desember tahun 2014 sebanyak 103 unit (4 unit tidak dilaksanakan). Unit SLI yang tidak dilaksanakan yaitu : Papua (1 unit) dan Kalimantan Selatan (2 unit) tidak dapat dilaksanakan karena penghematan anggaran di Tahun 2014 menyebabkan mundurnya pelaksanaan kegiatan SLI di calon lokasi SLI yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada saat dana kembali tersedia, sudah tidak tersedia lahan pertanaman Kalimantan Selatan (1 unit) tidak dapat dilaksanakan karena calon lokasi mengalami kekeringan Secara rinci realisasi pelaksanaan SLI dapat dilihat pada Lampiran 7. Disamping kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan di atas, dalam rangka pengamanan produksi, juga dilakukan berbagai upaya, sebagai berikut: 1) Mengirim surat kewaspadaan terhadap peningkatan serangan OPT dan langkah operasional penanganannya oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan kepada Gubernur dan Kepala Dinas Pertanian seluruh Provinsi. 2) Melakukan konsolidasi petugas lapang (POPT-PHP, Penyuluh Lapangan, Seksi Perlintan Kabupaten) dan petugas LPHP. Laporan Kinerja Tahun

64 3) Membentuk POSKO pengendalian OPT di tiap kabupaten, kecamatan, dan desa. 4) Menurunkan tim pemantauan dan bimbingan pengendalian ke lapangan. 5) Koordinasi dan kerjasama antar instansi terkait antara pusat provinsi kabupaten kecamatan desa. Sedangkan untuk penanganan DPI, disamping kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan di atas, dilakukan juga berbagai upaya sebagai berikut: 1) Menyebarluaskan informasi prakiraan awal Musim Hujan (MH) dan Musim Kemarau (MK) dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) serta upaya antisipasi terhadap banjir, kekeringan dan OPT. 2) Menurunkan tim pemantauan dan bimbingan penanganan DPI ke lapangan. 3) Mengkoordinasikan dengan instansi terkait dalam upaya penanganan banjir dan kekeringan serta pemberian bantuan sarana produksi berupa benih dan pupuk kepada petani yang pertanamannya mengalami puso untuk melakukan penanaman kembali. Penurunan luas serangan OPT utama tanaman pangan strategis (padi, jagung, dan kedelai) berhasil diwujudkan, namun masih terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi, sebagai berikut : 1) Koordinasi penanganan daerah sumber serangan OPT di beberapa provinsi belum berjalan dengan baik karena belum optimalnya koordinasi antara Mantri Tani, POPT-PHP, dan Penyuluh Lapangan dalam gerakan pengendalian OPT, jaringan kelembagaan belum optimal, prasarana pengendalian di daerah yang masih terbatas, dan belum optimalnya peran dan fungsi Brigade Proteksi Tanaman dalam penanganan eksplosi serangan OPT. Untuk itu, perlu adanya upaya advokasi kepada Gubernur, lembaga legislatif, Pemerintah Kabupaten/Kota sebagai pemegang komando dalam pelaksanaan pengendalian OPT. 2) Terbatasnya sarana kerja operasional petugas POPT-PHP sehingga menghambat kelancaran pelaksanaan tugasnya. Oleh karena itu, Laporan Kinerja Tahun

65 kemandirian daerah perlu lebih ditingkatkan dalam pemenuhan sarana kerja lapangan petugas. 3) Terbatasnya jumlah petugas lapangan (POPT-PHP/THL-TB POPT-PHP) sehingga kegiatan pengamatan dan pengendalian OPT dan penanganan DPI belum optimal. 4) Pelaksanaan pengendalian OPT ramah lingkungan masih terbatas dan penggunaan pestisida belum menganut prinsip 6 tepat. 5) Adanya peralihan satker ke Dinas Pertanian menyebabkan prosedur menjadi lebih panjang sehingga pencairan dana untuk pelaksanaan kegiatan jadi terlambat. 3.6 PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN Pada Tahun 2014, pelaksanaan program dan kegiatan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan didukung dengan anggaran pembangunan, yang tertuang dalam program Ketahanan Pangan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Satuan Kerja (Satker) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Sedangkan untuk pelaksanaan program dan kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan di daerah didukung dengan anggaran yang tertuang dalam DIPA Dana Dekonsentrasi melalui Satker BPTPH. Total anggaran yang tertuang dalam DIPA penguatan perlindungan tanaman pangan dari serangan OPT dan DPI (Pusat dan Dekonsentrasi) Tahun 2014 sebesar Rp ,- (seratus tujuh belas milyar delapan ratus enam puluh empat juta tujuh ratus enam belas ribu rupiah). Sampai dengan akhir Desember 2014, realisasi anggaran berhasil mencapai Rp ,- (seratus tiga belas milyar tujuh ratus lima puluh ribu enam ratus enam puluh sembilan rupiah) atau 95,87% dari total anggaran. Laporan Kinerja Tahun

66 Realisasi anggaran yang tertuang dalam DIPA dekonsentrasi yang dilaksanakan oleh Satker Dinas Pertanian Tahun 2014 sebesar Rp ,- ( sembilan puluh sembilan milyar tujuh ratus dua puluh juta empat empat puluh ribu dua puluh satu rupiah) atau 97,23% dari total anggaran Rp ,- (seratus dua milyar lima ratus enam puluh tiga juta sembilan ratus empat puluh lima ribu rupiah). Sedangkan realisasi anggaran Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan pada Tahun 2014 sebesar ,- (sembilan milyar sembilan ratus tiga puluh dua juta sembilan ratus dua belas ribu tujuh ratus delapan puluh delapan rupiah) atau 86,11% dari total anggaran ,- (sebelas milyar lima ratus tiga puluh empat juta sembilan ratus sebelas ribu rupiah) dan BPMPT sebesar Rp ,- (tiga milyar tiga ratus empat puluh tujuh juta tujuh ratus sembilan puluh sembilan ribu rupiah) atau 88,90% dari target Rp ,- (tiga milyar tujuh ratus enam puluh lima juta delapan ratus enam puluh ribu rupiah). Tabel 20. Akuntabilitas Keuangan terhadap Pencapaian Sasaran Strategis Tahun 2014 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian Pagu Realisasi % Mengamankan produksi tanaman pangan dari serangan OPT dan terkena DPI Luas areal tanaman pangan aman dari gangguan OPT dan DPI, meliputi komoditas: Penguatan Sistem Perlindungan TP dari Gangguan OPT dan DPI ,87 - Padi 95 % 92,63 % 97,51 - Jagung 95 % 98,58 % 103,77 - Kedelai 95 % 97,06 % 102,17 - Kacang Tanah 95 % 99,25 % 104,47 - Kacang Hijau 95 % 99,53 % 104,77 - Ubi Kayu 95 % 99,45 % 104,68 - Ubi Jalar 95 % 97,60 % 102,74 Program Anggaran (Rp.) Laporan Kinerja Tahun

67 Berdasarkan tabel di atas, akuntabilitas keuangan dinilai berhasil dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Perlindungan Tanaman Pangan. Hal ini ditunjukkan dengan realisasi keuangan sebesar 95,87% dengan capaian indikator kinerja sasaran 97,51% sampai dengan 104,77%. Tabel 21. Realisasi Anggaran Program Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2014 Realisasi Pagu Awal Pagu Revisi No. Kegiatan/Sub Kegiatan/Uraian/Indikator Output Anggaran % (Rp. 000,-) (Rp. 000,-) (Rp. 000,-) Volume Satuan Volume % (1) (2) (3) (4) (5) (6)=(5):(4) (7) (8) (9) (10)=(9):(7) I Dana Dekonsentrasi ,62 1 Pengamatan, Peramalan dan Pengendalian OPT (P3OPT ) ,47 32 Balai ,00 2 Operasional Brigade Proteksi Tanaman (BPT ) ,96 78 unit 78 99,74 3 Bahan dan Sarana Pengendalian OPT ,59 75 paket 62 82,67 4 Gerakan Pengendalian OPT dan DPI , kali ,00 5 Pemberdayaan Pos Pengembangan Agen Hayati (PPAH) , unit ,30 6 Surveilans OPT (Pengamatan OPT ) ,35 89 paket 73 82,02 7 Bantuan Transport Petani Pengamat (2.949 org x 10 bulan) , orang ,48 8 Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT ) , Unit ,39 - Persiapan+monev , ,79 - Padi , Unit ,05 - Jagung ,65 57 Unit 56 98,25 - Kedelai ,62 49 Unit 48 97,96 9 Sekolah Lapangan Iklim (SLI) , Unit ,26 10 Koordinasi penanggulangan OPT /DPI ,96 12 paket 11 91,67 11 BOP dan THL POPT , OB ,95 - PNS (2.556 orangx 12 bulan) , OB ,96 - T HL (1.174 orang x 10 bulan) , OB ,93 12 Lab Pengamatan Hama Penyakit/Lab Agen Hayati (LPHP/LAH) ,81 98 unit ,00 13 Gerakan TNI ,03 8 paket 8 100,00 14 Musuh Alami ,79 6 paket 6 100,00 II Pusat ,80 2 paket 2 100,00 1 Kegiatan Ditlind Pusat ,11 1 paket 1 100,00 2 BPMPT ,90 1 paket 1 100,00 TOTAL Target , pkt/unit/ob /kali/balai Fisik Kegiatan Realisasi ,62 Laporan Kinerja Tahun

68 III. P E N U T U P Pencapaian sasaran mengamankan 95% luas areal tanaman pangan dengan menekan serangan OPT dan terkena DPI sehingga maksimal 5% dari luas tanam pada Tahun 2014 dinilai berhasil. Hal ini terlihat dari luas serangan OPT utama dan DPI (banjir dan kekeringan) pada tanaman pangan dengan capaian berhasil untuk komoditas padi dan sangat berhasil untuk komoditas jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar. Disamping pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan, upaya pengamanan 95% luas areal tanaman pangan dengan menekan luas serangan OPT dan DPI Tahun 2014, juga dilakukan melalui berbagai kegiatan. Upaya tersebut meliputi penyebarluasan informasi prakiraan iklim dan serangan OPT ke daerah, konsolidasi petugas lapangan (POPT-PHP, Penyuluh Lapangan, dan petugas LPHP), dan pembentukan POSKO pengendalian OPT di berbagai tingkatan. Dalam pencapaian sasaran yang telah ditetapkan, berbagai permasalahan masih menjadi kendala antara lain belum optimalnya koordinasi antara Mantri Tani, POPT-PHP, dan Penyuluh Lapangan dalam penanganan OPT di daerah sumber serangan dan penanganan DPI di daerah rawan banjir dan kekeringan, terbatasnya jumlah dan kompetensi SDM perlindungan tanaman pangan, belum optimalnya fungsi kelembagaan perlindungan tanaman di daerah, belum optimalnya peran PPAH dalam pemanfaatan agens hayati, dan terbatasnya sarana kerja lapangan petugas POPT-PHP. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dilakukan berbagai upaya peningkatan, koordinasi, advokasi, dan pendampingan serta pengawalan secara berkelanjutan. Laporan Kinerja Tahun

69 LAMPIRAN Laporan Kinerja Tahun

70 Lampiran 1. Struktur Organisasi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Berdasarkan Permentan No.61/Permentan/OT.140/10/2010 DIREKTUR PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN SUB BAGIAN TATA USAHA SUBDIT PENGELOLAAN DATA OPT SUBDIT DAMPAK PERUBAHAN IKLIM SUBDIT TEKNOLOGI PENGENDALIAN OPT SUBDIT PENGELOLAAN PHT SEKSI MONITORING DAN ANALISIS DATA SEKSI ADAPTASI SEKSI IDENTIFIKASI SEKSI PEMASYARAKATAN SEKSI EVALUASI DAN PELAPORAN SEKSI MITIGASI SEKSI VERIFIKASI SEKSI KELEMBAGAAN KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL Laporan Kinerja Tahun

71 Lampiran 2. PENETAPAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2014 Laporan Kinerja Tahun

72 Laporan Kinerja Tahun

73 Lampiran 3. RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2014 Unit Eselon II Tahun : 2014 : Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Mengamankan produksi tanaman pangan dari serangan OPT dan terkena DPI 1 2 Luas areal tanaman pangan aman dari gangguan OPT dan DPI, meliputi komoditas: 3 - Padi 95 % - Jagung 95 % - Kedelai 95 % - Kacang Tanah 95 % - Kacang Hijau 95 % - Ubi Kayu 95 % - Ubi Jalar 95 % Laporan Kinerja Tahun

74 Lampiran 4. PENGUKURAN KINERJA TAHUN 2014 Unit Eselon II Tahun : 2014 : Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian Pagu Realisasi % Mengamankan produksi tanaman pangan dari serangan OPT dan terkena DPI Luas areal tanaman pangan aman dari gangguan OPT dan DPI, meliputi komoditas: Penguatan Sistem Perlindungan TP dari Gangguan OPT dan DPI ,87 - Padi 95 % 92,63 % 97,51 - Jagung 95 % 98,58 % 103,77 - Kedelai 95 % 97,06 % 102,17 - Kacang Tanah 95 % 99,25 % 104,47 - Kacang Hijau 95 % 99,53 % 104,77 - Ubi Kayu 95 % 99,45 % 104,68 - Ubi Jalar 95 % 97,60 % 102,74 Program Anggaran (Rp.) Laporan Kinerja Tahun

75 Lampiran 5. PENGUKURAN PENCAPAIAN SASARAN Unit Eselon II Tahun : 2014 : Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Rencana Persentase Tingkat Pencapaian Sasaran Strategis Indikator Kinerja Realisasi Keterangan Capaian Rencana (Target) Tingkat Mengamankan produksi Luas areal tanaman pangan aman dari tanaman pangan dari serangan gangguan OPT dan DPI, meliputi komoditas: OPT dan terkena DPI - Padi 95 % 92,63 % 97,51 % berhasil - Jagung 95 % 98,58 % 103,77 % sangat berhasil - Kedelai 95 % 97,06 % 102,17 % sangat berhasil - Kacang Tanah 95 % 99,25 % 104,47 % sangat berhasil - Kacang Hijau 95 % 99,53 % 104,77 % sangat berhasil - Ubi Kayu 95 % 99,45 % 104,68 % sangat berhasil - Ubi Jalar 95 % 97,60 % 102,74 % sangat berhasil Laporan Kinerja Tahun

76 Lampiran 6. RENCANA DAN REALISASI SLPHT TAHUN 2014 No. Propinsi Rencana Realisasi % Rencana Realisasi % Rencana Realisasi % Rencana Realisasi % 1 Pemerintah Aceh , , , ,0 2 Sumatera Utara , , , ,0 3 Sumatera Barat , , ,0 4 R i a u , ,2 5 J a m b i , ,0 6 Sumatera Selatan , , ,0 7 Bengkulu , ,0 8 Lampung , , , ,0 9 Kep. Bangka Belitung , ,0 10 Kep. Riau , ,0 11 DKI Jakarta , ,0 12 Jawa Barat , , , ,0 13 Jawa Tengah , , , ,0 14 DI. Yogyakarta , , ,0 15 Jawa Timur , , , ,0 16 B a n t e n , , , ,0 17 B a l i , , , ,0 18 Nusa Tenggara Barat , , , ,0 19 Nusa Tenggara Timur , , ,0 20 Kalimantan Barat , , ,0 21 Kalimantan Tengah , , ,0 22 Kalimantan Selatan , , , ,0 23 Kalimantan Timur , , , ,0 24 Sulawesi Utara , , ,0 25 Sulawesi Tengah , , ,0 26 Sulawesi Selatan ** , ,2 27 Sulawesi Tenggara , , , ,0 28 Gorontalo , , ,0 29 Sulawesi Barat , , , ,0 30 Maluku , , ,0 31 Maluku Utara , ,0 32 Papua , ,9 33 Papua Barat , ,0 Jumlah (Unit) Ket: *) SLPHT Padi skala luas kecuali Provinsi Riau Jumlah (Unit) Padi * Jagung Kedelai Total , , , ,39 **) Realisasi Provinsi Suawesi Selatan terkena penghematan anggaran Laporan Kinerja Tahun

77 Lampiran 7. RENCANA & REALISASI SLI TAHUN 2014 NO Propinsi Rencana Tahun 2014 (unit) Realisasi (unit) % Capaian 1 ACEH ,0 2 SUMATERA UTARA ,0 3 SUMATERA BARAT ,0 4 RIAU ,0 5 JAMBI ,0 6 SUMSEL ,0 7 BENGKULU ,0 8 LAMPUNG ,0 9 BANGKA BELITUNG 0 0 0,0 10 KEPULAUAN RIAU 0 0 0,0 1 DKI JAKARTA 0 0 0,0 2 JAWA BARAT ,0 3 JAWA TENGAH ,0 4 DI. YOGYAKARTA ,0 5 JAWA TIMUR ,0 6 BANTEN ,0 1 BALI ,0 2 NTB ,0 3 NTT ,0 1 KALIMANTAN BARAT ,0 2 KALIMANTAN TENGAH ,0 3 KALIMANTAN TIMUR ,0 4 KALIMANTAN SELATAN ,0 1 SULAWESI UTARA ,0 2 SULAWESI TENGAH ,0 3 SULAWESI SELATAN ,0 4 SULAWESI TENGGARA ,0 5 GORONTALO ,0 6 SULAWESI BARAT ,0 1 MALUKU ,0 2 MALUKU UTARA ,0 3 PAPUA 1 0 0,0 4 PAPUA BARAT ,0 INDONESIA ,3 Laporan Kinerja Tahun

78 Lampiran 8. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PANGAN DI INDONESIA TAHUN , RERATA 5 TAHUN, TAHUN 2013, DAN TAHUN 2014 No Tahun Komoditas Padi Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu T P T P T P T P T P T P T P Ubi Jalar Rerata Ket : T : Terkena, P : Puso Laporan Kinerja Tahun

79 Lampiran 9. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PADI DI INDONESIA TAHUN No Provinsi Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI. Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Irian Jaya Barat Papua Ket : Jumlah OPT Utama=penggerek batang, WBC, tikus, blas, BLB/kresek, tungro TAHUN Laporan Kinerja Tahun

80 Lampiran 10. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN JAGUNG DI INDONESIA TAHUN TAHUN No Provinsi Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat R i a u J a m b i Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten B a l i Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat M a l u k u Maluku Utara Papua Barat Papua Jumlah Ket : OPT Utama=penggerek batang, penggerek tongkol, ulat grayak, lalat bibit, bulai, tikus Laporan Kinerja Tahun

81 Lampiran 11. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN KEDELAI DI INDONESIA No TAHUN Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat R i a u J a m b i Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten B a l i Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat M a l u k u Maluku Utara Papua Barat Papua Ket : Provinsi Jumlah OPT Utama: ulat grayak, penggulung daun, lalat kacang, penggerek polong, ulat jengkal, tikus TAHUN Laporan Kinerja Tahun

82 Lampiran 12. No LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN KACANG TANAH DI INDONESIA TAHUN Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat R i a u J a m b i Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten B a l i Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat M a l u k u Maluku Utara Papua Barat Papua Ket : Provinsi Jumlah OPT Utama: ulat grayak, pelipat daun, bercak daun coklat, babi hutan, tikus, karat daun TAHUN Laporan Kinerja Tahun

83 Lampiran 13. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN KACANG HIJAU DI INDONESIA TAHUN Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat R i a u J a m b i Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten B a l i Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat M a l u k u Maluku Utara Papua Barat Papua Ket : Jumlah OPT Utama=penggerek polong, lalat kacang, ulat grayak, tikus TAHUN No Provinsi Laporan Kinerja Tahun

84 Lampiran 14. No LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN UBI KAYU Provinsi DI INDONESIA TAHUN Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara ,8 0 92, Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI. Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Irian Jaya Barat Papua Jumlah Ket : OPT Utama=babi hutan, tungau merah, bercak daun coklat, tikus TAHUN Laporan Kinerja Tahun

85 Lampiran 15. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN UBI JALAR DI INDONESIA TAHUN Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI. Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Irian Jaya Barat Papua Ket : Jumlah OPT Utama=babi hutan, bercak daun coklat, hama boleng, tikus TAHUN No Provinsi Laporan Kinerja Tahun

86 Lampiran 16. LUAS BANJIR PADA TANAMAN PANGAN DI INDONESIA TAHUN , RERATA 5 TAHUN, TAHUN 2013, DAN TAHUN 2014 Banjir No Tahun Padi Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu T P T P T P T P T P T P T P Rerata Ubi Jalar Laporan Kinerja Tahun

87 Lampiran 17. LUAS KEKERINGAN PADA TANAMAN PANGAN DI INDONESIA TAHUN , RERATA 5 TAHUN, TAHUN 2013, DAN TAHUN 2014 No Tahun Banjir Padi Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar T P T P T P T P T P T P T P Rerata Laporan Kinerja Tahun

88 Lampiran 18 LUAS BANJIR & KEKERINGAN PADA TANAMAN PADI DI INDONESIA TAHUN BANJIR KEKERINGAN No Provinsi Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI. Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Irian Jaya Barat Papua Jumlah Laporan Kinerja Tahun

89 Lampiran 19 LUAS BANJIR & KEKERINGAN PADA TANAMAN JAGUNG DI INDONESIA TAHUN BANJIR KEKERINGAN Ha No Provinsi Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat R i a u J a m b i Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten B a l i Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat M a l u k u Maluku Utara Papua Barat Papua Jumlah Laporan Kinerja Tahun

90 Lampiran 20 No Provinsi 2010 BANJIR LUAS BANJIR & KEKERINGAN PADA TANAMAN KEDELAI DI INDONESIA TAHUN KEKERINGAN Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat R i a u J a m b i Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten B a l i Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat M a l u k u Maluku Utara Papua Barat Papua Jumlah Ha Laporan Kinerja Tahun

91 Lampiran 21 No Provinsi LUAS BANJIR & KEKERINGAN PADA TANAMAN KACANG TANAH DI INDONESIA TAHUN BANJIR KEKERINGAN Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat R i a u J a m b i Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten B a l i Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat M a l u k u Maluku Utara Papua Barat Papua Jumlah Ha Laporan Kinerja Tahun

92 Lampiran 22 LUAS BANJIR & KEKERINGAN PADA TANAMAN KACANG HIJAU DI INDONESIA TAHUN BANJIR KEKERINGAN Ha No Provinsi Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat R i a u J a m b i Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten B a l i Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat M a l u k u Maluku Utara Papua Barat Papua Jumlah Laporan Kinerja Tahun

93 Lampiran 23 LUAS BANJIR & KEKERINGAN PADA TANAMAN UBI KAYU DI INDONESIA TAHUN BANJIR KEKERINGAN Ha No Provinsi Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI. Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Irian Jaya Barat Papua Jumlah Laporan Kinerja Tahun

94 Lampiran 24 LUAS BANJIR & KEKERINGAN PADA TANAMAN UBI JALAR DI INDONESIA TAHUN BANJIR No Provinsi KEKERINGAN Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI. Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Irian Jaya Barat Papua Jumlah Ha Laporan Kinerja Tahun

95 Lampiran 25. LUAS PENGENDALIAN PADA TANAMAN PANGAN DI INDONESIA TAHUN 2013 DAN 2014 (ha) No. KOMODITAS Padi Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar Indonesia Laporan Kinerja Tahun

96 Laporan Kinerja Tahun

KATA PENGANTAR. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan

KATA PENGANTAR. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan mempunyai tugas mengamankan produksi dari gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI) sehingga produksi tercapai

Lebih terperinci

DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN

DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Pengamanan produksi tanaman pangan mencakup seluruh areal pertanaman. Operasional kegiatan diarahkan dalam rangka penguatan perlindungan tanaman pangan dari gangguan OPT dan DPI.

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TRIWULAN I 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2016

LAPORAN TAHUNAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2016 LAPORAN TAHUNAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2016 Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan 2017 KATA PENGANTAR Direktorat Perlindungan

Lebih terperinci

93% 98% 97% 98% 98% 98% 98% Laporan Tahunan 2015 ii

93% 98% 97% 98% 98% 98% 98% Laporan Tahunan 2015 ii RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Dalam rangka Rencana Strategis Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menargetkan pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan padi, jagung, dan kedelai

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PETANI PENGAMAT TAHUN 2018

PETUNJUK TEKNIS PETANI PENGAMAT TAHUN 2018 PETUNJUK TEKNIS PETANI PENGAMAT TAHUN 2018 DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2018 KATA PENGANTAR Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)

Lebih terperinci

4. Upaya yang telah dilakukan dalam mengendalikan serangan OPT dan menangani banjir serta kekeringan adalah sebagai berikut:

4. Upaya yang telah dilakukan dalam mengendalikan serangan OPT dan menangani banjir serta kekeringan adalah sebagai berikut: NOMOR: NOTA DINAS Yth. : Direktur Jenderal Tanaman Pangan Dari : Plh. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Hal : Laporan Perkembangan Serangan OPT, Banjir dan Kekeringan Tanggal : Maret 2017 Bersama ini

Lebih terperinci

NOTA DINAS banjir Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung kekeringan OPT banjir kekeringan OPT banjir

NOTA DINAS banjir Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung kekeringan OPT banjir kekeringan OPT banjir NOMOR: NOTA DINAS Yth. : Direktur Jenderal Tanaman Pangan Dari : Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Hal : Laporan Perkembangan Serangan OPT, Banjir dan Kekeringan Tanggal : April 2017 Bersama ini kami

Lebih terperinci

NOTA DINAS banjir OPT banjir kekeringan OPT banjir kekeringan OPT

NOTA DINAS banjir OPT banjir kekeringan OPT banjir kekeringan OPT NOMOR: NOTA DINAS Yth. : Direktur Jenderal Tanaman Pangan Dari : Plt. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Hal : Laporan Perkembangan Serangan OPT, Banjir dan Kekeringan Tanggal : Mei 2017 Bersama ini

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2015 Evaluasi Capaian Kinerja Pembangunan Tanaman

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... I. PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... I. PENDAHULUAN... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... i ii iii iv v iv I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Kedudukan,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 392/Kpts/OT.130/6/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 392/Kpts/OT.130/6/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 392/Kpts/OT.130/6/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN MENTERI PERTANIAN, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DITJEN TANAMAN PANGAN 2015

LAPORAN KINERJA DITJEN TANAMAN PANGAN 2015 2015 Laporan Kinerja KATA PENGANTAR Sejalan dengan prioritas pembangunan Kabinet Kerja 2015-2019, Kementerian Pertanian menetapkan sasaran swasembada pangan dengan prioritas lima komoditas pangan utama,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditi aneka kacang (kacang tanah dan kacang hijau) memiliki peran yang cukup besar terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pakan. Peluang pengembangan aneka kacang

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN BALAI BESAR

Lebih terperinci

PENGENDALI ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN BAB I PENDAHULUAN

PENGENDALI ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN BAB I PENDAHULUAN 5 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 80/PERMENTAN/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGENDALI ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGENDALI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2013

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014 KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2014

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Rencana Kinerja Tahunan Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Rencana Kinerja Tahunan Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah untuk melaksanakan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kerusakan tanaman yang disebabkan gangguan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) baik hama, penyakit maupun gulma menjadi bagian dari budidaya pertanian sejak manusia

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN

PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 KATA PENGANTAR Kejadian El Nino Tahun 2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang amat subur sehingga sebagian besar penduduknya bergerak dalam sektor agraris. Indonesia memiliki iklim tropis basah, dimana iklim

Lebih terperinci

Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun KATA PENGANTAR

Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dalam rangka mewujudkan luas areal tanaman pangan yang aman dari gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI), perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan peran

Lebih terperinci

BALAI PROTEKSI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA ACEH

BALAI PROTEKSI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA ACEH PERAN UPTD PROTEKSI DALAM MENDUKUNG KEGIATAN UPSUS TP DAN PENINGKATAN KUALITAS DATA SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN TAHUN 2015 *) BALAI PROTEKSI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA ACEH *) Disampaikan pada : Pertemuan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2010 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2010

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2010 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2010 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 200 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 200 Unit Eselon I : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2014 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) SURABAYA Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahun

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Berdasarkan Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, Kementerian Pertanian merupakan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017

KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017 KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017 HASIL SEMBIRING DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN JAKARTA, 31 MEI 2016 PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR

Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-nya kami dapat menyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan Tahun 2014. Laporan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN OKTOBER 2017 2017 Laporan Kinerja Triwulan III DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2013 KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN Jakarta, Maret 2014 Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

Budidaya tanaman sehat. Banjir. Kekeringan. Pengamatan. Pelestarian musuh alami. Petani ahli

Budidaya tanaman sehat. Banjir. Kekeringan. Pengamatan. Pelestarian musuh alami. Petani ahli Budidaya tanaman sehat Banjir Pengamatan Kekeringan Pelestarian musuh alami Petani ahli KATA PENGANTAR Pemerintah pada Tahun 2010 telah menetapkan sasaran indikatif produksi padi sebesar 66,680 juta ton

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2012

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2012 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2012 KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN Jakarta, Februari 2013 Laporan AkLrntabilitas

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 80/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGENDALI ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 80/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGENDALI ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 80/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGENDALI ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011 PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

CAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2014

CAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2014 CAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2014 Bahan Rapat Koordinasi Dengan Bupati/Walikota se Provinsi Jawa Timur Terkait Rekomendasi Dewan Pertimbangan Presiden Tentang Ancaman OPT Dan Progrnosa Produksi Padi Tahun

Lebih terperinci

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011 PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan

KATA PENGANTAR. Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan YME, karena atas karunia-nya kami dapat menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan Tahun

Lebih terperinci

pengembangan PHT dan penggunaan program SIM OPT versi 2.1 yang telah disempurnakan, pemberdayaan THL Tenaga Bantu POPT-PHP, penyediaan dan

pengembangan PHT dan penggunaan program SIM OPT versi 2.1 yang telah disempurnakan, pemberdayaan THL Tenaga Bantu POPT-PHP, penyediaan dan Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 RINGKASAN ESEKUTIF 1. Dalam rangka mewujudkan sasaran produksi tanaman pangan, telah ditetapkan strategi peningkatan produksi, yaitu peningkatan

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

Laporan Kinerja 2014 KATA PENGATAR

Laporan Kinerja 2014 KATA PENGATAR KATA PENGATAR Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 53 Tahun 2014 setiap Unit Organisasi Eselon I pada Kementerian/Lembaga wajib menyusun Laporan Kinerja

Lebih terperinci

Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR

Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan YME, karena atas karunia-nya kami dapat menyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Perbenihan Tanaman

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2012 i RKT 2012 Direktorat Perlindungan Perkebunan KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahunan Direktorat Perlindungan Perkebunan disusun

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

Laporan Kinerja KATA PENGANTAR

Laporan Kinerja KATA PENGANTAR 2016 Laporan Kinerja KATA PENGANTAR Sebagai bahan bentuk pertanggungjawaban kinerja dan anggaran yang telah dilaksanakan selama tahun 2016, sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi PENDAHULUAN A. Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 28 Tahun 2015 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau, pada pasal 2 ayat 2 dinyatakan bahwa

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TAHUN 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TAHUN 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2013 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN Jakarta, 2012 KATA PENGANTAR Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Lebih terperinci

LAKIP. (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon Tahun 2013

LAKIP. (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon Tahun 2013 Dok L. 01 28/01/2014 LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon Tahun 2013 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan i

KATA PENGANTAR. Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan i Laporan Tahunan 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT sehingga penyusunan Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2011 ini dapat disusun tepat pada waktunya.

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2010 2014 (Edisi Revisi Tahun 2011), Kementerian Pertanian mencanangkan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LKJ)

LAPORAN KINERJA (LKJ) PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN KINERJA (LKJ) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2015 DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN GERAKAN PENGENDALIAN OPT KEDELAI

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN GERAKAN PENGENDALIAN OPT KEDELAI PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN GERAKAN PENGENDALIAN OPT KEDELAI KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN 2018 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN GERAKAN PENGENDALIAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN AMBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015 PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015 Bahan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian Nasional 3 4 Juni 2015 KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

5. Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan

5. Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan 5. Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Organisme Pengangganggu Tanaman (OPT) utama yang menyerang padi ada 9 jenis, yaitu : Tikus, Penggerek Batang, Wereng Batang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas tanaman pangan berupa Serealia yaitu Padi, Jagung dan Serealia lain (antara lain gandum dan sorgum) mempunyai arti strategis dalam perekonomian nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas tanaman pangan berupa Serealia yaitu Padi, Jagung dan Serealia lain (antara lain gandum dan sorgum) mempunyai arti strategis dalam perekonomian nasional,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Dr. Ir. Maman Suherman, MM NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Dr. Ir. Maman Suherman, MM NIP 2017 Laporan Kinerja Triwulan II KATA PENGANTAR Dalam rangka memonitor capaian kinerja kegiatan Ditjen Tanaman Pangan pada triwulan II TA 2017 serta sebagai bahan penilaian aspek akuntabilitas kinerja

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN Jakarta, 2012 Direktorat Jenderal Tanaman

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN Jakarta, 2012 Direktorat Jenderal Tanaman

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor 285/Kpts/OT.210/4/2002

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor 285/Kpts/OT.210/4/2002 KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor 285/Kpts/OT.210/4/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 31/07/12/Th.VI. 02 Juli 2012 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA TETAP 2011 DAN RAMALAN I TAHUN 2012) Dari pembahasan Angka Tetap (ATAP) tahun 2011,

Lebih terperinci

Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema

Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema Catatan Kritis Atas Hasil Pemeriksaan BPK Pada KEGIATAN PERLUASAN (PENCETAKAN) SAWAH DALAM PROGRAM PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN TAHUN ANGGARAN 2007-2009 Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE) SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SL-PHT) TAHUN 2013

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE) SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SL-PHT) TAHUN 2013 KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE) SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SL-PHT) TAHUN 2013 Kementerian negara/lembaga : Pertanian Unit Eselon I : Direktorat Jenderal Perkebunan Program :

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun Direktorat Budidaya Aneka Kacang Dan Umbi i

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun Direktorat Budidaya Aneka Kacang Dan Umbi i Direktorat Budidaya Aneka Kacang Dan Umbi i KATA PENGANTAR Untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, transparan dan akuntabel, sesuai Instruksi Presiden RI No. 7 tahun 1999 tentang Sistem Akuntabilitas

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 130 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 130 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 130 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN RINCIAN TUGAS POKOK UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA, DAN PERKEBUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perkebunan harus mampu meningkatkan pemanfaatan potensi sumberdaya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat secara berkeadilan dan berkelanjutan,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 207.1/HK.140/C/02/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN DESA MANDIRI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 207.1/HK.140/C/02/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN DESA MANDIRI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 207.1/HK.140/C/02/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN DESA MANDIRI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA PEDOMAN TEKNIS PENILAIAN USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-18.5-/216 DS995-2521-7677-169 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2010 Direktur Jenderal Tanaman Pangan IR. SUTARTO ALIMOESO, MM NIP

Jakarta, Januari 2010 Direktur Jenderal Tanaman Pangan IR. SUTARTO ALIMOESO, MM NIP KATA PENGANTAR Dalam upaya peningkatan produksi pertanian tahun 2010, pemerintah telah menyediakan berbagai fasilitas sarana produksi, antara lain subsidi pupuk untuk sektor pertanian. Tujuan pemberian

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN

Lebih terperinci

a. Kepala Balai ; b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha; c. Kepala Seksi Proteksi Tanaman Pangan; d. Kepala Seksi Proteksi Hortikultura; e. Kelompok Jabatan

a. Kepala Balai ; b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha; c. Kepala Seksi Proteksi Tanaman Pangan; d. Kepala Seksi Proteksi Hortikultura; e. Kelompok Jabatan BAB XXII BALAI PROTEKSI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PADA DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI BANTEN Pasal 98 Susunan Organisasi Balai Balai Proteksi Tanaman Pangan Dan Hortikultura terdiri dari:

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun Direktorat Budidaya Aneka Kacang Dan Umbi i

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun Direktorat Budidaya Aneka Kacang Dan Umbi i Direktorat Budidaya Aneka Kacang Dan Umbi i KATA PENGANTAR Guna mewujudkan pemerintahan yang bersih, transparan dan akuntabel, maka sesuai amanat instruksi Presiden RI No.7 tahun 1999 tentang Sistem Akuntabilitas

Lebih terperinci

LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN TAHUN 2012

LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN TAHUN 2012 LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN TAHUN 2012 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2012 disusun

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 393/Kpts/OT.130/6/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGUJIAN MUTU PRODUK TANAMAN MENTERI PERTANIAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 393/Kpts/OT.130/6/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGUJIAN MUTU PRODUK TANAMAN MENTERI PERTANIAN, KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 393/Kpts/OT.130/6/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGUJIAN MUTU PRODUK TANAMAN MENTERI PERTANIAN, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan mutu produk

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN

INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN LAMPIRAN : PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 49/Permentan/OT.140/8/2012 TANGGAL : 15 Agustus 2012 TENTANG : INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2010-2014 INDIKATOR KINERJA

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) GUGUS TUGAS KALENDER TANAM TERPADU DI PROVINSI BENGKULU

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) GUGUS TUGAS KALENDER TANAM TERPADU DI PROVINSI BENGKULU RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) GUGUS TUGAS KALENDER TANAM TERPADU DI PROVINSI BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

RKT-2014 Direktorat Perlindungan Perkebunan

RKT-2014 Direktorat Perlindungan Perkebunan 1 RKT-2014 Direktorat Perlindungan Perkebunan DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR.. DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan RKT... 2 II. TUGAS POKOK

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 28/07/11/Th.V. 01 Juli 2011 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA TETAP 2010 DAN RAMALAN II TAHUN 2011) Dari pembahasan Angka Tetap (ATAP) tahun 2010,

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN GERAKAN PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) SEREALIA

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN GERAKAN PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) SEREALIA PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN GERAKAN PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) SEREALIA DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2018 Petunjuk Teknis Gerakan

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2012 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN Jakarta, 2011 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Jl. AUP Nomor 3, Pasar Minggu

Lebih terperinci

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN PRODUKSI TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN PRODUKSI TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN PRODUKSI TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT ANEKA KACANG

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2014 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN AMBON KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2014

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk besar sangat perlu memantapkan kestabilan pangan secara berkelanjutan, oleh karenanya perlu melakukan strategi dan upaya-upaya

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2016

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2016 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2016 DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2017 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Direktorat Perlindungan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015 Dok L.11/19/03/2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN AMBON Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN PRODUKSI TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN PRODUKSI TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI TRIWULAN I 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN PRODUKSI TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT ANEKA KACANG DAN

Lebih terperinci

GUBERNUR LAMPUNG. GUBERl'fUR LAMPUl'fG,

GUBERNUR LAMPUNG. GUBERl'fUR LAMPUl'fG, GUBERNUR LAMPUNG KBPUTUSAN GUBERNUR LAMPUl'fG l'fomor: G/ sh /In.14/HK/2016 TEl'fTAl'fG PEMBEl'fTUKAl'f TIM PEl'fGAMAl'fAl'f PRODUKSI PADI, JAGUl'fG DAl'f KEDELAl DAR! SERAl'fGAl'f ORGAl'fISME PEl'fGGAl'fGGU

Lebih terperinci

RANCANGAN KEGIATAN STRATEGIS TANAMAN PANGAN TAHUN 2018

RANCANGAN KEGIATAN STRATEGIS TANAMAN PANGAN TAHUN 2018 RANCANGAN KEGIATAN STRATEGIS TANAMAN PANGAN TAHUN 2018 Disampaikan pada Rapat Koordinasi Teknis Perecanaan Pembangunan Pertanian Tahun 2018 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 1 SASARAN

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TAHUN 2018

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TAHUN 2018 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TAHUN 2018 DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN 2018 Direktorat

Lebih terperinci