KATA PENGANTAR. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan"

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan mempunyai tugas mengamankan produksi dari gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI) sehingga produksi tercapai baik secara kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Sesuai dengan tugas tersebut Tahun 2014 telah dilaksanakan berbagai kegiatan yang telah direncanakan. Dalam rangka mengevaluasi pelaksanaan kegiatan tersebut perlu disusun Laporan Tahunan sebagai bahan evaluasi dan pertanggung jawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, yang dijabarkan dalam visi, misi dan tujuan serta sasaran program dan kegiatan. Secara garis besar laporan ini menyajikan capaian pelaksanaan program dan kegiatan, permasalahan dan capaian yang telah diperoleh Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Harapan kami laporan ini dapat memberikan informasi dan sebagai bahan pemantapan program pembangunan tanaman pangan, khususnya dalam upaya pengamanan produksi pada periode mendatang. Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan laporan ini, kami sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih atas partisipasinya. Jakarta, Maret 2014 Plt. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Ir.Pending Dadih Permana, M.Ec.Dev NIP i

3 RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Dalam rangka mewujudkan sasaran produksi tanaman pangan, telah ditetapkan strategi peningkatan produksi, yaitu peningkatan produktivitas, perluasan areal tanam, pengamanan produksi, dan pemberdayaan kelembagaan pertanian dan dukungan pembiayaan usahatani. 2. Pengamanan produksi tanaman pangan yang terkait erat dengan perlindungan terhadap gangguan serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI), dilaksanakan melalui berbagai kegiatan perlindungan tanaman pangan. Sesuai dengan sumberdaya yang tersedia, pada Tahun 2014 telah dilakukan kegiatan yang meliputi penyusunan naskah buku, pendidikan dan latihan, pengembangan sistem informasi manajemen (SIM), rapatrapat koordinasi, pengembangan kelembagaan, penanggulangan organism pengganggu tumbuhan (OPT), pengembangan proteksi tanaman, penguatan pelaksanaan SLPHT, serta pembinaan dan penilaian jabatan fungsional pengendali OPT. 3. Luas banjir pada tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar) selama Tahun 2014 seluas ha (puso: ha). Apabila dibandingkan dengan tahun 2013 (terkena: ha, puso: ha) menurun seluas ha (terkena) atau 18,54% sedangkan pusonya meningkat seluas ha atau 0,49%. Selama tahun 2014 luas banjir tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Barat (terkena: ha, puso: ha), Jawa Tengah (terkena: ha, puso: ha), dan Aceh (terkena: ha, puso: ha). ii

4 Rasio luas banjir terhadap luas tanam ( ha) pada Tahun 2014 adalah terkena 1,77% dan puso 0,74%. 4. Luas Kekeringan pada tanaman pangan selama Tahun 2014 seluas ha (puso: 38 ha). Apabila dibandingkan dengan tahun 2013 (terkena: ha, puso: ha) meningkat seluas ha (terkena) atau 295,39% dan pusonya seluas ha atau 831,77%. Selama tahun 2014 luas kekeringan tertinggi terjadi di Provinsi Aceh (terkena: ha, puso: ha), Kalimantan Barat (terkena: ha, puso: ha), dan Sulawesi Tenggara (terkena: ha, puso: ha). Rasio luas kekeringan terhadap luas tanam ( ha) pada Tahun 2014 adalah terkena 1,77% dan puso 0,74%. 5. Luas serangan pada tanaman pangan selama Tahun 2014 seluas ha (puso: ha). Apabila dibandingkan dengan tahun 2013 (terkena: ha, puso: ha) menurun seluas ha (terkena) atau 11,67% dan pusonya seluas ha atau 44,92%. Selama tahun 2014 luas serangan tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Tengah (terkena: ha, puso: ha), Jawa barat (terkena: ha, puso: 9 ha), dan Jawa Timur (terkena: ha, puso: 147 ha). Rasio luas serangan terhadap luas tanam ( ha) pada Tahun 2014 adalah terkena 2,45% dan puso 0,01%. 6. Luas tanam pangan Tahun 2014 ( ha) menurun seluas ha atau 2,06% apabila dibandingkan dengan luas tanam Tahun 2013 ( ha). Luas tanam padi Tahun 2014 seluas ha, menurun seluas ha (2,43%) apabila dibandingkan Tahun 2013 ( ) ha; jagung seluas ha meningkat ha (0,54%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 ( ha); kedelai seluas ha meningkat ha (3,89%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 ( ha); kacang tanah seluas ha menurun ha (3,23%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 ( ha); kacang hijau seluas ha meningkat ha (15,48%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 ( ha); ubi kayu seluas ha menurun ha (9,23%) apabila dibandingkan dengan Tahun iii

5 2013 ( ha); ubi jalar seluas ha menurun ha (24,70%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 ( ha). 7. Selama Tahun 2014, telah dilakukan upaya pengendalian OPT pada tanaman pangan seluas ha, meningkat seluas (27,50%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 ( ha). Pengendalian OPT dilakukan dengan berbagai cara, yaitu secara mekanik fisik, aplikasi pestisida, dan dengan cara lain. Pestisida yang digunakan untuk mengendalikan OPT utama Tanaman Pangan, berasal dari swadaya petani dan pemerintah (kecamatan, kabupaten/kota, propinsi), serta bantuan pengadaan pemerintah pusat maupun dari stok cadangan nasional yang dialokasikan ke propinsi. 8. Pada Tahun 2014, kegiatan SLPHT dapat direalisasikan sebanyak 910 unit (95,39%) dari 954 unit yang direncanakan hampir di seluruh provinsi, sedangkan SLI dapat direalisasikan sebanyak 95 unit (88,8%) dari 95 unit yang direncanakan dan tersebar di 29 provinsi. 9. Pada tanaman terserang telah dilakukan upaya pengendalian oleh petani secara swadaya maupun memanfaatkan bantuan sarana pengendalian dari pemerintah (kecamatan, kabupaten, provinsi, dan pusat/cadangan nasional). Pengendalian OPT utama pada tanaman pangan Tahun 2013 seluas ha, terdiri dari pemusnahan, penggunaan pestisida, dan cara lain, berupa gropyokan dan pemanfaatan agens hayati. 10. Pelaksanaan SLPHT yang direncanakan di seluruh provinsi sejumlah unit, selama Tahun 2013 dapat direalisasikan sebanyak unit (96,84%), sedangkan SLI yang direncanakan sejumlah 192 unit yang tersebar di 29 provinsi dapat direalisasikan sebanyak 179 unit (93,2%). 11. Disamping kegiatan yang telah dilakukan diatas, untuk penanganan banjir, kekeringan dan menekan luas dan intensitas serangan OPT utama, juga dilakukan berbagai kegiatan antara lain pengiriman informasi prakiraan iklim dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kepada Gubernur, pengiriman surat kewaspadaan peningkatan serangan OPT, dan langkah operasional penanganannya kepada Gubernur, konsolidasi petugas, pembentukan POSKO iv

6 Pengendalian OPT (tingkat Kabupaten, Kecamatan, dan desa), menurunkan tim pemantauan dan bimbingan teknis (provinsi, kabupaten, kecamatan), dan penyediaan bantuan pestisida cadangan nasional. 12. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman pangan yaitu beragamnya kelembagaan perlindungan tanaman di daerah, terbatasnya kuantitas dan kualitas THL Tenaga Bantu POPT-PHP, ketergantungan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, kurang lancarnya arus informasi/pelaporan, belum optimalnya koordinasi penanganan OPT, perubahan iklim dan faktor lingkungan yang kurang mendukung, dan belum optimalnya pemberdayaan kelembagaan PHT di tingkat lapangan (LPHP, BPT, PPAH, dan alumni SLPHT). 13. Dukungan anggaran untuk pelaksanaan kegiatan pengamanan produksi pada Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2014 berjumlah Rp ,- (seratus sembilan puluh dua milyar dua ratus delapan puluh delapan juta seratus empat puluh satu ribu rupiah) dan dilakukan penghematan sehingga anggaran menjadi Rp (seratus tujuh belas milyar delapan ratus enam puluh empat juta tujuh ratus enam belas ribu rupiah) yang terdiri dari anggaran: 1) Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan sebesar Rp dan 2) Balai Pengujian Mutu Produk sebesar Rp ,- dan 3) Dekonsentrasi sebesar Rp ,-.. Berdasarkan alokasi anggaran, secara umum, kegiatan yang direncanakan pada Tahun 2014 dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan, sasaran, dan waktu. v

7 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... RINGKASAN EKSEKUTIF... DAFTAR ISI.... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang B. Tujuan dan Sasaran II. KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN KEWENANGAN 2 A. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan... 2 B. Sumber Daya Manusia... 7 C. Dukungan Anggaran... 8 III. EVALUASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM (DPI), LUAS SERANGAN DAN PENGENDALIAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PANGAN.... A. Dampak Perubahan Iklim (Banjir dan Kekeringan)... 9 B. Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Pangan C. Luas Pengendalian OPT Utama pada Tanaman Pangan IV. CAPAIAN RENCANA STRATEGIS A. Capaian Rencana Strategi B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja V. CAPAIAN PELAKSANAAN KEGIATAN A. Capaian Pengamanan Produksi Tanaman Pangan B. Capaian Kegiatan Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan i ii vi vii viii ix 9 vi

8 VI. KEGIATAN LAIN A. Komisi-Komisi B. Food Agriculture Organization (FAO) C. Koperasi Daya Guna D. Ikawati VII. PERMASALAHAN DAN UPAYA PEMECAHANNYA VIII. PENUTUP LAMPIRAN vii

9 DAFTAR TABEL Tabel Hal 1. Daftar Pegawai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Rasio Luas Banjir terhadap Luas Tanam pada Tanaman Pangan Tahun 2014 dan Rasio Luas Kekeringan terhadap Luas Tanam pada Tanaman Pangan Tahun 2014 dan Rasio Luas Serangan terhadap Luas Tanam pada Tanaman Pangan Tahun 2014 dan Luas Pengendalian OPT Utama pada Tanaman Pangan Tahun 2014 dan Capaian Indikator Kinerja Utama Sasaran Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun Capaian Pengamanan Areal Tanam dari Serangan OPT Utama dan DPI Tahun Kegiatan pendukung pengamanan areal tanam padi Tahun viii

10 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Pola Luas Banjir Pada Tanaman Pangan Tahun 2014 dan Pola Luas Kekeringan Pada Tanaman Pangan Tahun 2014 dan Pola Luas Serangan OPT Utama Pada Tanaman Pangan Tahun 2014 dan Hal ix

11 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Hal 1. Struktur Organisasi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Berdasarkan Permentan No.61/Permentan/OT.140/10/ Rasio Luas Banjir Terhadap Luas Tanam Pada Tanaman Pangan Tahun 2014 Dan Tahun Rasio Luas Kekeringan Terhadap Luas Tanam Pada Tanaman Pangan Tahun 2014 Dan Tahun Rasio Luas Serangan Terhadap Luas Tanam Pada Tanaman Pangan Tahun 2014 Dan Tahun Rasio Luas Serangan Terhadap Luas Tanam Pada Tanaman Pangan Tahun 2014 Dan Tahun 2013 (Nasional) Luas Pengendalian Pada Tanaman Pangan Tahun Realisasi Pelaksanaan SLPHT Pada Tanaman Pangan Tahun Realisasi Pelaksanaan SLI Pada Tanaman Pangan Tahun Pengadaan Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi Tahun Pengadaan Peralatan dan Fasilitas Perkantoran Tahun Daftar Inventaris Kendaraan Roda 2 dan 4 Tahun Daftar Pegawai Yang Naik Pangkat Pada Tahun x

12 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka pencapaian 4 (empat) target sukses Kementerian Pertanian yaitu pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, peningkatan diversifikasi pangan, peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor serta peningkatan kesejahteraan petani, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menargetkan pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan padi dan jagung serta kedelai pada Tahun Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan mempunyai tugas mengamankan produksi dari gangguan Organisme Penganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI). Target sasaran kinerja 93% areal tanam pangan aman dari gangguan OPT dan DPI. Pengamanan produksi diupayakan melalui sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT), sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman (Lembaran Negara Tahun Tambahan Lembaran Negara Nomor 258.6) dan Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 887/Kpts/OT.210/9/1997 tentang Pedoman Pengendalian OPT. Pelaksanaannya menjadi tanggungjawab masyarakat bersama pemerintah. Upaya pengamanan luas areal tanaman pangan dari gangguan OPT dan DPI dilakukan dengan meningkatkan: 1) pengamatan dan sistim peringatan dini OPT/DPI; 2) gerakan pengendalian OPT dan adaptasi DPI; 3) kualitas dan kuantitas sumber daya manusia perlindungan tanaman; 4) peran dan fungsi kelembagaan serta sumberdaya manusia perlindungan tanaman; dan 5) menyediakan sarana penanggulangan OPT/DPI. Hal tersebut diharapkan dapat mendukung pelaksanaan gerakan pengamatan dan pengendalian dini (SPOT- STOP) sehingga kehilangan hasil dapat ditekan. B. Tujuan dan Sasaran Laporan Tahunan disusun sebagai bahan evaluasi dan pertanggungjawaban dari seluruh kegiatan perlindungan tanaman pangan selama Tahun Dari evaluasi tersebut digunakan sebagai bahan masukan penyusunan kegiatan pada tahun berikutnya. 1

13 II. KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN KEWENANGAN A. Kedudukan, Tugas, Fungsi, dan Kewenangan Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/ OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perlindungan tanaman pangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan menyelenggarakan fungsi, sebagai berikut : 1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengelolaan data organisme pengganggu tumbuhan, dampak perubahan iklim, teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, dan pengelolaan pengendalian hama terpadu; 2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan data organisme pengganggu tumbuhan, dampak perubahan iklim, teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, dan pengelolaan pengendalian hama terpadu; 3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengelolaan data organisme pengganggu tumbuhan, dampak perubahan iklim, teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, dan pengelolaan pengendalian hama terpadu; 4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengelolaan data organisme pengganggu tumbuhan, dampak perubahan iklim, teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, dan pengelolaan pengendalian hama terpadu; dan 5. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan 2

14 Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/ OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, ditetapkan bahwa Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan terdiri dari: a. Subdirektorat Pengelolaan Data Organisme Pengganggu Tumbuhan, b. Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim, c. Subdirektorat Teknologi Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan, d. Subdirektorat Pengelolaan Pengendalian Hama Terpadu, e. Subbagian Tata Usaha, dan f. Kelompok Jabatan Fungsional Adapun tugas masing-masing bagian organisasi adalah sebagai berikut : a. Subdirektorat Pengelolaan Data Organisme Pengganggu Tumbuhan Subdirektorat Pengelolaan Data Organisme Pengganggu Tumbuhan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengelolaan data organisme pengganggu tumbuhan. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Pengelolaan Data Organisme Pengganggu Tumbuhan menyelenggarakan fungsi : 1. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang monitoring dan analisis data serta evaluasi dan pelaporan data organisme pengganggu tumbuhan; 2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang monitoring dan analisis data serta evaluasi dan pelaporan data organisme pengganggu tumbuhan; 3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang monitoring dan analisis data serta evaluasi dan pelaporan data organisme pengganggu tumbuhan; 4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang monitoring dan analisis data serta evaluasi dan pelaporan data organisme pengganggu tumbuhan. b. Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim, Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang dampak perubahan iklim. 3

15 Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim, menyelenggarakan fungsi : 1. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim; 2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim; 3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim; 4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim. c. Subdirektorat Teknologi Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan, Subdirektorat Teknologi Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Teknologi Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan, menyelenggarakan fungsi : 1. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang identifikasi dan verifikasi teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan; 2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang identifikasi dan verifikasi teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan; 3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang identifikasi dan verifikasi teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan; 4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang identifikasi dan verifikasi teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan. d. Subdirektorat Pengelolaan Pengendalian Hama Terpadu, Subdirektorat Pengelolaan Pengendalian Hama Terpadu, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan. 4

16 Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Pengelolaan Pengendalian Hama Terpadu, menyelenggarakan fungsi : 1. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan; 2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan; 3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan; 4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan. e. Subbagian Tata Usaha, Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga dan surat menyurat serta kearsipan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. f. Kelompok Jabatan Fungsional. Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jenjang jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Di bidang peramalan OPT, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan didukung oleh 1 (satu) Unit Pelaksana Teknis (UPT) yaitu Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) yang berkedudukan di Jatisari, Karawang, Jawa Barat. Sedangkan untuk pengujian mutu dan residu pestisida serta pupuk, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan didukung oleh 1 (satu) unit UPT yaitu Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman (BPMPT) yang berkedudukan di Jakarta. BBPOPT dan BPMPT secara teknis operasional dibina oleh Direktur Perlindungan Tanaman Pangan. Struktur organisasi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan seperti tercantum dalam Bagan pada Lampiran 1. g. Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan adalah Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan. 5

17 Secara teknis dibina oleh Direktur Perlindungan Tanaman Pangan dan Direktur Perlindungan Tanaman Hortikultura. BBPOPT mempunyai tugas melaksanakan dan mengembangkan peramalan OPT serta rujukan proteksi di bidang perlindungan tanaman pangan dan hortikultura. Dalam melaksanakan tugas dimaksud Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan menyelenggarakan fungsi : 1. Penyusunan program dan evaluasi peramalan, pengembangan peramalan OPT, dan rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura. 2. Pelaksanaan analisis data dan informasi serangan OPT, dan faktor penentu perkembangan OPT. 3. Pelaksanaan pengkajian dan pengembangan teknologi peramalan, pengamatan, dan pengendalian OPT berdasarkan sistem PHT. 4. Pelaksanaan perumusan peramalan, pengamatan, dan pengendalian OPT. 5. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi penerapan teknologi peramalan, pengamatan, dan pengendalian OPT. 6. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pengembangan sistem mutu dan standar Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit. 7. Pemberian pelayanan kegiatan peramalan, pengembangan peramalan OPT, serta rujukan Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura. 8. Pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga BBPOPT. h. Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman (BPMPT) Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman adalah unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian No. 393/Kpts/OT.130/6/2004 tanggal 9 Juni 2004, BPMPT mempunyai tugas melaksanakan pengujian mutu pestisida, pupuk dan produk tanaman, hortikultura dan perkebunan. Dalam melaksanakan tugasnya, Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman menyelenggarakan fungsi: 1. Pengelolaan sampel pestisida, pupuk dan produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. 6

18 2. Pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian mutu pestisida, pupuk dan produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. 3. Pelaksanaan perumusan hasil pemeriksaan dan pengujian mutu pestisida, pupuk dan produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. 4. Pelaksanaan pengembangan teknik dan metode pemeriksaan dan pengujian mutu pestisida, pupuk dan produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. 5. Pelaksanaan pemantauan mutu pestisida dan pupuk yang beredar serta produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. 6. Pemberian pelayanan teknik kegiatan pengujian mutu pestisida, pupuk dan produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. 7. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman. i. Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD-BPTPH) Upaya pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi perlindungan tanaman pangan di daerah dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD-BPTPH) dan Bidang yang menangani perlindungan tanaman pangan. Dengan perangkat tersebut diharapkan segala permasalahan perlindungan tanaman yang timbul di daerah dapat diatasi secara cepat. B. Sumber Daya Manusia Pada Tahun 2015, jumlah sumber daya manusia lingkup Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan sebanyak 68 orang pegawai dan 10 orang Tenaga Harian Lepas. Secara rinci, keadaan pegawai di Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Pegawai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. No. Unit Golongan IV III II I THL Jml 1 Direktur Sub Bagian Tata Usaha Subdit. Pengelolaan Data OPT Subdit. DPI Subdit. Pengelolaan PHT Subdit. Teknologi Pengendalian OPT Jumlah

19 C. Dukungan Anggaran Jumlah anggaran untuk kegiatan Penguatan Sistem Perlindungan Tanaman dari Gangguan Serangan OPT dan DPI pada Tahun 2015 sebesar Rp ,- (seratus sembilan puluh dua milyar dua ratus delapan puluh delapan juta seratus empat puluh satu ribu rupiah) dan dilakukan penghematan sehingga anggaran menjadi Rp (seratus tujuh belas milyar delapan ratus enam puluh empat juta tujuh ratus enam belas ribu rupiah) yang terdiri dari anggaran: 1) Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan sebesar Rp dan 2) Balai Pengujian Mutu Produk sebesar Rp ,- dan 3) Dekonsentrasi sebesar Rp ,-. 8

20 III. EVALUASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM (DPI), LUAS SERANGAN DAN PENGENDALIAN OPT UTAMA PADA TANAMAN A. Dampak Perubahan Iklim (Banjir dan Kekeringan) 1. Evaluasi Musim Produksi maupun produktivitas mempunyai peranan penting dalam proses budidaya tanaman dan dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Oleh karena itu seyogyanya kegiatan budidaya tanaman harus mempertimbangkan kondisi iklim dan cuaca yang terjadi berdasarkan informasi prakiraan musim dan iklim yang dikeluarkan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebagai salah satu sumber informasi iklim dan cuaca. Berdasarkan informasi prakiraan musim yang dikeluarkan oleh BMKG, evaluasi Musim Hujan (MH) dan Musim Kemarau (MK) sebagai berikut : a. Musim Hujan (MH) 2013/2014 Berdasarkan informasi dari BMKG, diketahui bahwa MH 2013/2014 umumnya dimulai bulan September 2013 hingga Desember Sebanyak 120 ZOM (35,1%) memasuki awal Musim Hujan pada bulan Oktober 2013, dan 98 ZOM (28,7%) pada bulan November Sedangkan beberapa daerah lainnya awal Musim Hujan terjadi pada Juli 2013 sebanyak 3 ZOM (0,9%), Agustus 2013 sebanyak 10 ZOM (2,9%), September 2013 sebanyak 71 ZOM (20,8%), Desember 2013 sebanyak 28 ZOM (8,2%), Januari 2014 sebanyak 1 ZOM (0,3%), Maret 2014 sebanyak 8 ZOM (2,3%), April 2014 sebanyak 1 ZOM (0,3%) dan Mei 2014 sebanyak 1 ZOM (0,3%) Apabila dibandingkan dengan rata-rata 30 tahun ( ), sebagian besar wilayah Zona Musim (ZOM) memasuki awal Musim Hujan 2013/2014 maju dengan reratanya, sedangkan 107 ZOM (31,3%) sama dengan reratanya, dan 43 ZOM (12,6) lainnya mundur dari reratanya. Pada Musim Hujan 2012/2013 sebagian besar ZOM mempunyai sifat hujan Normal, sedangkan 128 ZOM (37,4%) bersifat di Atas Normal dan 22 ZOM (6,4%) bersifat di Bawah Normal. 9

21 b. Musim Kemarau (MK) 2014 Berdasarkan informasi dari BMKG, diketahui bahwa MK 2014 umumnya dimulai bulan Mei hingga April Sebanyak 120 ZOM (35,1%) memasuki awal Musim Hujan pada bulan Mei 2014, dan 89 ZOM (26,0%) pada bulan April Sedangkan beberapa daerah lainnya awal Musim Kemarau terjadi pada Januari 2014 sebanyak 2 ZOM (0,6%), Februari 2014 sebanyak 1 ZOM (0,3%), Maret 2014 sebanyak 14 ZOM (4,1%), Juni 2014 sebanyak 77 ZOM (22,5%), Juli 2014 sebanyak 26 ZOM (7,6%), Agustus 2014 sebanyak 9 ZOM (2,6%), September 2014 sebanyak 2 ZOM (0,6%), Oktober 2014 sebanyak 1 ZOM (0,3%) dan November 2014 sebanyak 1 ZOM (0,3%) Apabila dibandingkan dengan rata-rata 30 tahun ( ), sebagian besar wilayah Zona Musim (ZOM) memasuki awal Musim Kemarau 2014 sama dengan reratanya, sedangkan 94 ZOM (27,5%) maju, dan 96 ZOM (28,1%) lainnya mundur. Pada Musim Kemarau 2013 sebagian besar ZOM bersifat hujan Normal, sedangkan 28 ZOM (8,2%) bersifat Atas Normal dan 28 ZOM (24,8%) bersifat di Bawah Normal. 2. Luas Banjir dan Kekeringan a. Banjir Luas banjir pada tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar) selama Tahun 2015 seluas ha (puso: ha). Apabila dibandingkan dengan tahun 2013 (terkena: ha, puso: ha) menurun seluas ha (terkena) atau 18,54% sedangkan pusonya meningkat seluas ha atau 0,49%. Selama Tahun 2015 luas banjir tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Barat (terkena: ha, puso: ha), Jawa Tengah (terkena: ha, puso: ha), dan Aceh (terkena: ha, puso: ha). Rasio luas banjir terhadap luas tanam ( ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 1,77% dan puso 0,74%. Luas tanam pangan menurun seluas ha atau 2,06% apabila dibandingkan dengan luas tanam Tahun 2013 ( ha). Rincian luas serangan dapat dilihat pada lampiran 2. 10

22 Padi Luas banjir pada tanaman padi terkena seluas ha diantaranya puso seluas ha, terkena menurun seluas ha (17,23%) sedangkan puso meningkat seluas ha (59,80%), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: ha, puso: ha). Rasio luas banjir terhadap luas tanam ( ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 2,49% dan puso 1,04%. Luas tanam padi menurun seluas ha atau 2,43% apabila dibandingkan dengan luas tanam Tahun 2013 ( ha). Banjir terluas terjadi di Provinsi Jawa Barat (terkena: ha, puso: ha), Jawa Tengah (terkena: ha, puso: ha) dan Aceh (terkena: ha, puso: ha). Jagung Luas banjir pada tanaman jagung terkena seluas ha diantaranya puso seluas ha, terkena menurun seluas ha (40,91%) dan puso seluas ha (59,44%), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: ha, puso: ha). Rasio luas banjir terhadap luas tanam ( ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 0,27% dan puso 0,08%. Luas tanam jagung meningkat seluas ha atau 0,54% apabila dibandingkan dengan luas tanam Tahun 2013 ( ha). Banjir terluas terjadi di Provinsi Sulawesi Tenggara (terkena: ha, puso: ha), Aceh (terkena: ha, puso: 518 ha), dan Nusa Tenggara Barat (terkena: ha, puso: 6 ha). Kedelai Luas banjir pada tanaman kedelai terkena seluas ha diantaranya puso seluas ha, terkena menurun seluas ha (31,07%) sedangkan puso meningkat seluas 241 ha (13,48%), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: ha, puso: ha). Rasio luas banjir terhadap luas tanam ( ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 0,58% dan puso 0,33%. Luas tanam kedelai meningkat seluas ha atau 3,89% apabila dibandingkan dengan luas tanam Tahun 2013 ( ha). Banjir terluas terjadi di Provinsi Aceh (terkena: ha, puso: ha), Jawa Tengah (terkena: 406 ha, puso: 319 ha), dan Sumatera Utara (terkena: 194 ha, puso: 140 ha). 11

23 Kacang Tanah Luas banjir pada tanaman kacang tanah terkena seluas 243 ha diantaranya puso seluas 37 ha, terkena menurun seluas 202 ha (45,31%) dan puso seluas 96 ha (72,32%), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: 445 ha, puso: 133 ha). Rasio luas banjir terhadap luas tanam ( ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 0,05% dan puso 0,01%. Luas tanam kacang tanah menurun seluas ha atau 3,23% apabila dibandingkan dengan luas tanam Tahun 2013 ( ha). Banjir terluas terjadi di Provinsi Aceh (terkena: 66 ha, puso: 3 ha), Sumatera Utara (terkena: 54 ha, puso: 12 ha), dan Jawa Tengah (terkena: 43 ha, puso: 1 ha). Kacang Hijau Luas banjir pada tanaman kacang hijau terkena seluas 36 ha diantaranya puso seluas 33 ha, terkena menurun seluas 755 ha (95,43%) dan puso seluas 200 ha (85,82%), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: 791 ha, puso: 233 ha). Rasio luas banjir terhadap luas tanam ( ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 0,02% dan puso 0,02%. Luas tanam kacang hijau meningkat seluas ha atau 15,48% apabila dibandingkan dengan luas tanam Tahun 2013 ( ha). Banjir terluas terjadi di Provinsi Sulawesi Tenggara (terkena: 32 ha, puso: 32 ha), Riau (terkena: 2 ha, puso: 1 ha), dan Aceh (terkena: 1 ha). Ubi Kayu Luas banjir pada tanaman ubi kayu terkena seluas 259 ha diantaranya puso seluas 123 ha, terkena menurun seluas 136 ha (34,34%) dan puso seluas 136 ha (52,65%), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: 395 ha, puso: 259 ha). Rasio luas banjir terhadap luas tanam ( ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 0,03% dan puso 0,01%. Luas tanam kacang hijau menurun seluas ha atau 9,23% apabila dibandingkan dengan luas tanam Tahun 2013 ( ha). Banjir terluas terjadi di Provinsi Lampung (terkena: 117 ha, puso: 40 ha), Riau (terkena: 91 ha, puso: 62ha), dan Sumatera Utara (terkena: 18 ha, puso: 14 ha). 12

24 Ubi Jalar Luas banjir pada tanaman ubi jalar terkena seluas 115 ha diantaranya puso seluas 1 ha, terkena meningkat seluas 104 ha (940,91%) dan puso seluas 1 ha ( %), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: 11 ha). Rasio luas banjir terhadap luas tanam ( ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 0,10% dan puso 0,00%. Luas tanam kacang hijau menurun seluas ha atau 24,70% apabila dibandingkan dengan luas tanam Tahun 2013 ( ha). Banjir terluas terjadi di Provinsi Jawa Tengah (terkena: 109 ha), Jambi (terkena: 2 ha), dan Riau (terkena: 1 ha, puso: 1 ha). Tabel 2. Rasio Luas Banjir terhadap Luas Tanam pada Tanaman Pangan Tahun 2015 dan 2013 Ha 1 Padi T P T P Absolute % Absolute % % % Luas banjir (Lb) (70.434) (17,23) ,80 Luas tanam (Lt) ( ,00) (2,43) 2,49 1,04 2 Jagung Luas banjir (Lb) (7.402) (40,91) (4.836) (59,44) Luas tanam (Lt) ,00 0,54 0,27 0,08 3 Kedelai Luas banjir (Lb) (1.588) (31,07) ,48 Luas tanam (Lt) ,00 3,89 0,58 0,33 4 Kacang tanah Luas banjir (Lb) (202) (45,31) (96) (72,32) Luas tanam (Lt) (16.468,00) (3,23) 0,05 0,01 5 Kacang hijau Luas banjir (Lb) (755) (95,43) (200) (85,82) Luas tanam (Lt) ,00 15,48 0,02 0,02 6 Ubi kayu Luas banjir (Lb) (136) (34,34) (136) (52,65) Luas tanam (Lt) (98.465,00) (9,23) 0,03 0,01 7 Ubi jalar Luas banjir (Lb) , Luas tanam (Lt) (39.183,00) (24,70) 0,10 0,00 Total Pangan Luas banjir (Lb) No Komoditas Thn 2014 Thn 2013 Perbandingan (+/-) Total Luas banjir (Lb) (80.412) (18,54) ,33 T P % Lb terhadap Lt Tahun 2014 T P Total Luas tanam (Lt) ( ,00) (2,06) 1,77 0,74 13

25 Luas (Ha) Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Pola luas banjir pada tanaman pangan pada Tahun 2015 sama dengan Tahun 2013 berfluktuatif, puncak banjir terjadi pada bulan Januari. Seperti terlihat pada grafik berikut ini Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Gambar 1. Pola Luas Banjir pada Tanaman Pangan Tahun 2015 dan 2013 b. Kekeringan Luas Kekeringan pada tanaman pangan selama Tahun 2015 seluas ha (puso: 38 ha). Apabila dibandingkan dengan tahun 2013 (terkena: ha, puso: ha) meningkat seluas ha (terkena) atau 295,39% dan pusonya seluas ha atau 831,77%. Selama Tahun 2015 luas kekeringan tertinggi terjadi di Provinsi Aceh (terkena: ha, puso: ha), Kalimantan Barat (terkena: ha, puso: ha), dan Sulawesi Tenggara (terkena: ha, puso: ha). Rasio luas kekeringan terhadap luas tanam ( ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 1,77% dan puso 0,74%. Luas tanam pangan menurun seluas ha atau 2,06% apabila dibandingkan dengan luas tanam Tahun 2013 ( ha). Rincian luas serangan dapat dilihat pada lampiran 3. 14

26 Padi Luas kekeringan pada tanaman padi terkena seluas ha diantaranya puso seluas ha, terkena meningkat seluas ha (338,04%) sedangkan puso meningkat seluas ha (852,66%), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: ha, puso: ha). Rasio luas kekeringan terhadap luas tanam ( ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 1,59% dan puso 0,26%. Kekeringan terluas terjadi di Provinsi Ace (terkena: ha, puso: ha), Jawa Tengah (terkena: ha, puso: ha) dan Aceh (terkena: ha, puso: ha). Jagung Luas kekeringan pada tanaman jagung terkena seluas ha diantaranya puso seluas ha, terkena meningkat seluas ha (75,43%) dan puso seluas ha (531,52%), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: ha, puso: 365 ha). Rasio luas kekeringan terhadap luas tanam ( ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 0,52% dan puso 0,06%. Kedelai Luas kekeringan pada tanaman kedelai terkena seluas ha diantaranya puso seluas 395 ha, terkena meningkat seluas ha (3.956,53%) sedangkan puso meningkat seluas 385 ha (3.845,00%), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: ha, puso: 395 ha). Rasio luas kekeringan terhadap luas tanam ( ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 0,81% dan puso 0,06%. Kacang Tanah Luas kekeringan pada tanaman kacang tanah terkena seluas 353 ha diantaranya puso seluas 18 ha, terkena meningkat seluas 203 ha (134,76%) dan puso seluas 18 ha ( %), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: 151 ha). Rasio luas kekeringan terhadap luas tanam ( ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 0,07% dan puso 0,00%. Kacang Hijau Luas kekeringan pada tanaman kacang hijau terkena seluas 6 ha, terkena menurun seluas 3 ha (31,25%), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: 8 ha). 15

27 Rasio luas kekeringan terhadap luas tanam ( ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 0,00%. Ubi Kayu Luas kekeringan pada tanaman ubi kayu terkena seluas 434 ha, terkena menurun seluas 433 ha (39.354,55%), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: 1ha). Rasio luas kekeringan terhadap luas tanam ( ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 0,04%. Ubi Jalar Luas kekeringan pada tanaman ubi jalar terkena seluas 101 ha, terkena meningkat seluas 99 ha (6.600,00%), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: 2 ha). Rasio luas kekeringan terhadap luas tanam ( ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 0,08%. Tabel 3. Rasio Luas Kekeringan terhadap Luas Tanam pada Tanaman Pangan Tahun 2015 dan 2013 Ha Luas kekeringan (Lk) % Lk terhadap Lt Perbandingan (+/-) Tahun 2014 No Komoditas Thn 2014 Thn 2013 T P T P T P T P Absolute % Absolute % % % 1 Padi Luas kekeringan (Lk) , ,66 Luas tanam (Lt) ( ,00) (2,43) 1,59 0,26 2 Jagung Luas kekeringan (Lk) , ,52 Luas tanam (Lt) ,00 0,54 0,52 0,06 3 Kedelai Luas kekeringan (Lk) , ,00 Luas tanam (Lt) ,00 3,89 0,81 0,06 4 Kacang tanah Luas kekeringan (Lk) , Luas tanam (Lt) (16.468,00) (3,23) 0,07 0,00 5 Kacang hijau Luas kekeringan (Lk) (3) (31,25) - - Luas tanam (Lt) ,00 15,48 0,00-6 Ubi kayu Luas kekeringan (Lk) , Luas tanam (Lt) (98.465,00) (9,23) 0,04-7 Ubi jalar Luas kekeringan (Lk) , Luas tanam (Lt) (39.183,00) (24,70) 0,08 - Total Pangan Total Luas kekeringan (Lk) , ,77 Total Luas tanam (Lt) ( ,00) (2,06) 1,22 0,19 16

28 Luas (Ha) Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Pola luas kekeringan pada tanaman pangan pada Tahun 2015 sama dengan Tahun 2013 berfluktuatif. Puncak kekeringan pada Tahun 2015 terjadi pada bulan Februari, sedangkan pada Tahun 2013 puncak serangan terjadi pada September. Seperti terlihat pada grafik berikut ini Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Gambar 2. Pola Luas Kekeringan pada Tanaman Pangan Tahun 2015 dan 2013 B. Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Pangan Luas serangan pada tanaman pangan selama Tahun 2015 seluas ha (puso: ha). Apabila dibandingkan dengan tahun 2013 (terkena: ha, puso: ha) menurun seluas ha (terkena) atau 11,67% dan pusonya seluas ha atau 44,92%. Selama Tahun 2015 luas serangan tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Tengah (terkena: ha, puso: ha), Jawa barat (terkena: ha, puso: 9 ha), dan Jawa Timur (terkena: ha, puso: 147 ha). Rasio luas serangan terhadap luas tanam ( ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 2,45% dan puso 0,01%. Rincian luas serangan dapat dilihat pada lampiran 4 dan 5. Padi Luas serangan pada tanaman padi terkena seluas ha diantaranya puso seluas ha, terkena menurun seluas ha (12,76%) dan puso 17

29 seluas ha (45,17%), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: ha, puso: ha). Rasio luas serangan terhadap luas tanam ( ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 3,28% dan puso 0,02%. Serangan terluas disebabkan oleh tikus (terkena: ha, puso: ha) diikuti penggerek batang padi (terkena: ha, puso: 30 ha), wereng batang coklat (terkena: ha, puso: ha), BLB/kresek (terkena: ha, puso: 19 ha), blas (terkena: ha, puso: 37 ha), dan tungro (terkena: ha, puso: 228 ha). Jagung Luas serangan pada tanaman jagung terkena seluas ha diantaranya puso seluas 42 ha, terkena menurun seluas ha (5,06%) dan puso seluas 85 ha (67,25%), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: ha, puso: 127 ha). Rasio luas serangan terhadap luas tanam ( ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 0,63% dan puso 0,00%. Serangan terluas disebabkan oleh tikus (terkena: ha), penggerek batang (terkena: ha), bulai (terkena: ha), penggerek tongkol (terkena: ha, puso: 1 ha), ulat grayak (terkena: ha, puso: 14 ha), dan lalat bibit (terkena: ha, puso: 14 ha). Kedelai Luas serangan pada tanaman kedelai terkena seluas ha diantaranya puso seluas 29 ha, terkena meningkat seluas ha (13,29%) dan puso seluas 28 ha (2.775,00%), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: ha, puso: 1 ha). Rasio luas serangan terhadap luas tanam ( ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 1,55% dan puso 0,00%. Serangan terluas disebabkan oleh ulat grayak (terkena: ha), penggulung daun (terkena: ha, puso: 9 ha), penggerek polong (terkena: ha), ulat jengkal (terkena: ha), tikus (terkena: 930 ha, puso: 20 ha), dan lalat kacang (terkena: 785 ha). Kacang Tanah Luas serangan pada tanaman kacang tanah terkena seluas ha diantaranya puso seluas 3 ha, terkena menurun seluas 627 ha (16,81%) sedangkan puso meningkat seluas 1 ha (62,35%), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: ha, puso: 2 ha). Rasio luas serangan terhadap luas tanam ( ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 0,63% dan puso 0,01%. 18

30 Serangan terluas disebabkan oleh bercak daun coklat (terkena: 905 ha), karat (terkena: 783 ha, puso: 3 ha), tikus (terkena: 588 ha), ulat grayak (terkena: 397 ha), pelipat daun (terkena: 234 ha), dan babi (terkena: 194 ha). Kacang Hijau Luas serangan pada tanaman kacang hijau terkena seluas 955 ha, terkena menurun seluas 42 ha (4,22%), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: 997 ha). Rasio luas serangan terhadap luas tanam ( ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 0,45%. Serangan terluas disebabkan oleh penggerek polong (terkena: 373 ha), ulat grayak (terkena: 270 ha), tikus (terkena: 199 ha), dan lalat kacang (terkena: 113 ha). Ubi Kayu Luas serangan pada tanaman ubi kayu terkena seluas ha diantaranya puso seluas 14 ha, terkena meningkat seluas ha (42,28%) dan puso seluas 6 ha (69,47%), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: ha, puso: 8 ha). Rasio luas serangan terhadap luas tanam ( ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 0,48%. Serangan terluas disebabkan oleh bercak daun coklat (terkena: ha), babi hutan (terkena: ha, puso: 12 ha), tungau merah (terkena: ha), dan tikus (terkena: 830 ha, puso: 2 ha). Ubi Jalar Luas serangan pada tanaman ubi jalar terkena seluas 585 ha, terkena meningkat seluas 50 ha (9,26%), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: 536 ha). Rasio luas serangan terhadap luas tanam ( ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 0,49%. Serangan terluas disebabkan oleh tikus (terkena: 392 ha), babi hutan (terkena: 102 ha), hama boleng (terkena: 68 ha), dan bercak daun coklat (terkena: 23 ha). 19

31 Tabel 4. No 1 Padi Rasio Luas Serangan terhadap Luas Tanam pada Tanaman Pangan Tahun 2015 dan 2013 T P T P Absolute % Absolute % % % Luas serangan (Ls) (65.090) (12,76) (1.997) (45,17) Luas tanam (Lt) ( ,00) (2,43) 3,28 0,02 2 Jagung Luas serangan (Ls) (1.331) (5,06) (85) (67,25) Luas tanam (Lt) ,00 0,54 0,63 0,00 3 Kedelai Luas serangan (Ls) , ,00 Luas tanam (Lt) ,00 3,89 1,55 0,00 4 Kacang tanah Luas serangan (Ls) (627) (16,81) 1 62,35 Luas tanam (Lt) (16.468,00) (3,23) 0,63 0,00 5 Kacang hijau Luas serangan (Ls) (42) (4,22) - - Luas tanam (Lt) ,00 15,48 0,45-6 Ubi kayu Luas serangan (Ls) , ,47 Luas tanam (Lt) (98.465,00) (9,23) 0,48 0,00 7 Ubi jalar Komoditas Luas serangan (Ls) ,26 (0) (100,00) Luas tanam (Lt) (39.183,00) (24,70) 0,49 - Total Pangan Luas serangan (Ls) Thn 2014 Thn 2013 Total Luas serangan (Ls) (64.561) (11,67) (2.048) (44,92) Total Luas tanam (Lt) ( ,00) (2,06) 2,45 0,01 T Perbandingan (+/-) P % Ls terhadap Lt Tahun 2014 T P Ha 20

32 Luas (Ha) Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Pola luas serangan pada tanaman pangan pada Tahun 2015 sama dengan Tahun 2013, puncak serangan terjadi pada bulan Februari. Seperti terlihat pada grafik berikut ini Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Gambar 3. Pola Luas Serangan pada Tanaman Pangan Tahun 2015 dan 2013 C. Luas Pengendalian OPT Utama pada Tanaman Pangan Selama Tahun 2015, telah dilakukan upaya pengendalian OPT pada tanaman pangan seluas ha, menurun meningkat seluas ha (27,50%). Pengendalian OPT dilakukan dengan berbagai cara, yaitu secara mekanik fisik, aplikasi pestisida, dan dengan cara lain. Pestisida yang digunakan untuk mengendalikan OPT utama Tanaman Pangan, berasal dari swadaya petani dan pemerintah (kecamatan, kabupaten/kota, propinsi), serta bantuan pengadaan pemerintah pusat maupun dari stok cadangan nasional yang dialokasikan ke propinsi. Rincian luas pengendalian OPT utama pada tanaman pangan Tahun 2015 dapat dilihat pada lampiran 6. 21

33 Tabel 5. Luas Pengendalian OPT Utama pada Tanaman Pangan Tahun 2015 dan 2013 Ha No Komoditas Perubahan (+/-) Absolute % I Padi 1 Pgr batang padi ,11 2 WBC ,76 3 Tikus ,28 4 Blas (30.398) (34,02) 5 BLB ,46 6 Tungro ,34 Jumlah ,70 II Jagung 1 Pgr tongkol ,27 2 Pgr batang ,29 3 Ulat grayak ,34 4 Lalat bibit ,27 5 Bulai ,21 6 Tikus ,77 Jumlah ,47 III Kedelai 1 Ulat grayak ,61 2 Pgl daun ,48 3 Lalat kacang ,77 4 Tikus ,91 5 Pgr polong ,72 6 Ulat jengkal ,47 Jumlah ,13 IV Kacang Tanah 1 Ulat grayak ,23 2 Pelipat daun ,91 3 Bck daun coklat ,77 4 Babi ,54 5 Tikus ,75 6 Karat ,14 Jumlah ,91 V Kacang Hijau 1 Penggerek polong ,07 2 Lalat kacang (17) (16,83) 3 Ulat grayak ,05 4 Tikus ,80 Jumlah ,08 VI Ubi Kayu 1 Babi hutan ,57 2 Tungau merah ,13 3 Bercak daun coklat ,18 4 Tikus ,83 Jumlah ,81 VII Ubi Jalar 1 Babi hutan ,14 2 Bercak daun coklat ,67 3 Hama boleng ,00 4 Tikus ,26 Jumlah ,89 Total pengendalian ,50 22

34 1. Padi Luas pengendalian OPT utama pada tanaman padi selama Tahun 2015 mencapai ha. Pengendalian OPT utama tersebut lebih rendah ha (25,70%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 ( ha). 2. Jagung Luas pengendalian OPT utama jagung pada Tahun 2015 seluas ha lebih tinggi ha (43,47 %) apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 ( ha). 3. Kedelai Luas pengendalian OPT utama kedelai pada Tahun 2015 seluas ha lebih tinggi ha (296,13%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (3.881 ha). Rincian luas pengendalian tersebut tercantum pada tabel 2 di bawah ini. 4. Kacang tanah Luas pengendalian OPT utama kacang tanah pada Tahun 2015 seluas ha lebih tinggi ha (130,91%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (1.291 ha). 5. Kacang hijau Luas pengendalian OPT utama kacang hijau pada Tahun 2015 seluas ha lebih tinggi ha (313,08%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (367 ha). 6. Ubi Kayu Luas pengendalian OPT utama ubi kayu pada Tahun 2015 seluas ha lebih tinggi ha (202,81%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (1.044 ha). 7. Ubi Jalar Luas pengendalian OPT utama ubi jalar pada Tahun 2015 seluas ha lebih tinggi 816 ha (357,89%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (228 ha). 23

35 IV. CAPAIAN RENCANA STRATEGIS A. Capaian Rencana Strategis Sesuai dengan tugas perlindungan tanaman pangan untuk mengamankan produksi dari serangan OPT dan gangguan akibat DPI untuk mencapai swasembada dan swasembada berkelanjutan melalui penekanan kehilangan maka ditetapkan indikator kinerja utama. Berdasarkan indikator kinerja utama perlindungan tanaman pangan Tahun 2015 telah ditetapkan target indikator sasaran strategis. Capaian kinerja strategis adalah 97,51% - 104,77% dengan kategori capaian berhasil - sangat berhasil dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 6. Capaian Indikator Kinerja Utama Sasaran Strategis Direktorat Mengamankan produksi tanaman pangan dari serangan OPT dan terkena DPI Perlindungan Tanaman Pangan Tahun Rencana Persentase Tingkat Pencapaian Sasaran Strategis Indikator Kinerja Realisasi Keterangan Capaian Rencana (Target) Tingkat Luas areal tanaman pangan aman dari gangguan OPT dan DPI, meliputi komoditas: - Padi 95 % 92,63 % 97,51 % berhasil - Jagung 95 % 98,58 % 103,77 % sangat berhasil - Kedelai 95 % 97,06 % 102,17 % sangat berhasil - Kacang Tanah 95 % 99,25 % 104,47 % sangat berhasil - Kacang Hijau 95 % 99,53 % 104,77 % sangat berhasil - Ubi Kayu 95 % 99,45 % 104,68 % sangat berhasil - Ubi Jalar 95 % 99,33 % 104,56 % sangat berhasil B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja 1. Capaian Pengamanan Areal Tanam Pangan dari Serangan OPT Utama dan Terkena DPI Tahun 2015 Luas serangan OPT, banjir dan kekeringan pada areal tanaman padi Tahun 2015 seluas ha atau 5,98% dari luas tanam ( ha) dan puso seluas ha atau 1,03% dari luas tanam. Dengan demikian, luas areal pertanaman pangan yang dapat diamankan dari serangan OPT, banjir 24

36 dan kekeringan pada Tahun 2015 seluas 94,02% dari target 95%. Tingkat capaian kinerja Tahun 2015 sebesar 98,97% dengan kategori berhasil. Tabel 7. Capaian Pengamanan Areal Tanam dari Serangan OPT Utama dan DPI Tahun No Komoditas Keterangan Tahun 2014 (Ha) OPT Banjir Kekeringan OPT & DPI % OPT & DPI thd LT Areal yang diamankan (%) Tingkat capaian kinerja (%) 1 Padi Terkena ,37 92,63 97,51 Puso ,32 98,68 103,88 Luas Tanam Jagung Terkena ,42 98,58 103,77 Puso ,14 99,86 105,11 Luas Tanam Kedelai Terkena ,94 97,06 102,17 Puso ,40 99,60 104,84 Luas Tanam Kc. Tanah Terkena ,75 99,25 104,47 Puso ,01 99,99 105,25 Luas Tanam Kc. Hijau Terkena ,47 99,53 104,77 Puso ,02 99,98 105,25 Luas Tanam Ubi Kayu Terkena ,55 99,45 104,69 Puso ,01 99,99 105,25 Luas Tanam Ubi Jalar Terkena ,67 99,33 104,56 Puso ,00 100,00 105,26 Luas Tanam Total Terkena ,44 94,56 99,54 Puso ,94 99,06 104,27 Luas Tanam a. Padi Luas serangan OPT, banjir dan kekeringan pada tanaman padi Tahun 2015 seluas ha atau 7,37% dari luas tanam ( ha) dan puso seluas ha atau 1,32% dari luas tanam. Dengan demikian, luas areal tanaman padi yang dapat diamankan dari serangan OPT, banjir dan kekeringan pada Tahun 2015 seluas 92,63% dari target 95%. 25

37 Tingkat capaian kinerja Tahun 2015 sebesar 97,51% dengan kategori berhasil. b. Jagung Luas serangan OPT, banjir dan kekeringan pada areal tanaman jagung Tahun 2015 seluas ha atau 1,42% dari luas tanam ( ha) dan puso seluas ha atau 0,14% dari luas tanam. Dengan demikian, luas areal tanaman jagung yang dapat diamankan dari serangan OPT utama, banjir dan kekeringan pada Tahun 2015 seluas 98,58% dari target 95%. Tingkat capaian kinerja Tahun 2015 sebesar 103,77% dengan kategori sangat berhasil. c. Kedelai Luas serangan OPT, banjir dan kekeringan pada areal tanaman kedelai Tahun 2015 seluas ha dan ha diantaranya mengalami puso. Jika dibandingkan dengan luas tanam ( ha) maka areal pertanaman yang terkena serangan OPT utama, banjir dan kekeringan seluas 2,94% dan puso sebesar 0,40%. Dengan demikian, luas areal tanaman kedelai yang dapat diamankan sebesar 97,06% dari target 95%. Tingkat capaian kinerja Tahun 2015 sebesar 102,17% dengan kategori sangat berhasil. d. Kacang Tanah Luas serangan OPT, banjir dan kekeringan pada areal tanaman kacang tanah Tahun 2015 seluas ha dan 58 ha diantaranya mengalami puso. Jika dibandingkan dengan luas tanam ( ha), maka areal pertanaman yang terkena serangan serangan OPT utama, banjir dan kekeringan seluas 0,75% dan puso sebesar 0,01%. Dengan demikian, luas areal tanaman kacang tanah yang dapat diamankan sebesar 99,25% dari target 95%. Tingkat capaian kinerja Tahun 2015 sebesar 104,47% dengan kategori sangat berhasil. e. Kacang Hijau Luas serangan OPT, banjir dan kekeringan pada areal tanaman kacang hijau Tahun 2015 seluas 996 ha dan 33 ha diantaranya mengalami puso. Jika dibandingkan dengan luas tanam ( ha), maka areal pertanaman yang terkena serangan OPT utama, banjir dan kekeringan sebesar 0,47% dan puso sebesar 0,02%. Dengan demikian, luas areal tanaman kacang hijau yang dapat diamankan sebesar 99,53% dari target 26

38 95%. Tingkat capaian kinerja Tahun 2015 sebesar 104,77% dengan kategori sangat berhasil. f. Ubi Kayu Luas serangan OPT, banjir dan kekeringan pada areal tanaman ubi kayu Tahun 2015 seluas ha dan 136 ha diantaranya mengalami puso. Jika dibandingkan dengan luas tanam ( ha), maka areal tanaman yang terkena serangan OPT utama, banjir dan kekeringan sebesar 0,55% dan puso sebesar 0,01%. Dengan demikian, luas areal tanaman ubi kayu yang dapat diamankan sebesar 99,45% dari target 95%. Tingkat capaian kinerja Tahun 2015 sebesar 104,69% dengan kategori sangat berhasil. g. Ubi Jalar Luas serangan OPT, banjir dan kekeringan pada areal tanaman ubi jalar Tahun 2015 seluas 800 ha dan 1 ha diantaranya mengalami puso. Jika dibandingkan dengan luas tanam ( ha), maka areal tanaman yang terkena serangan OPT utama, banjir dan kekeringan sebesar 0,67%. Dengan demikian, luas areal tanaman ubi jalar yang dapat diamankan sebesar 99,33% dari target 95%. Tingkat capaian kinerja Tahun 2015 sebesar 104,56% dengan kategori sangat berhasil. 2. Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan OPT dan DPI Tahun 2015 Dalam rangka mendukung upaya peningkatan produksi, perlindungan tanama pangan sesuai dengan tugas dan fungsinya menetapkan indikator kinerja perlindungan tanaman pangan yaitu keluaran (output) adalah sekolah lapangan pengendalian hama terpadu (SLPHT), sekolah lapangan iklim (SLI) dan bahan sarana pengendalian OPT dan DPI. Hasil (outcome) adalah 95% luas areal tanaman pangan yang menerapkan budidaya tanaman sehat tepat, aman dari gangguan OPT dan DPI. Pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman pangan dalam rangka mendukung upaya peningkatan produksi dilakukan dengan dukungan anggaran pusat APBN maupun anggaran Dekonsentrasi. Beberapa kegiatan utama yang dilaksanakan dalam rangka mencapai sasaran kinerja Tahun 2015 pada tanaman pangan, sebagai berikut: 27

39 Tabel 8. Kegiatan pendukung pengamanan areal tanam padi Tahun 2015 Fisik Kegiatan No. Kegiatan/Sub Kegiatan/Uraian/Indikator Output Target Realisasi Volume Satuan Volume % 1 Sekolah Lapangan Pengamatan Hama Terpadu (SLPHT) 954 Unit ,39 Sekolah Lapangan Pengamatan Hama Terpadu (SLPHT) padi 848 Unit ,05 Sekolah Lapangan Pengamatan Hama Terpadu (SLPHT) jagung 57 Unit 56 98,25 Sekolah Lapangan Pengamatan Hama Terpadu (SLPHT) kedelai 49 Unit 48 97,96 2 Sekolah Lapangan Iklim (SLI) 107 Unit ,26 Sekolah Lapangan Iklim (SLI) padi 107 Unit ,26 3 Gerakan Pengendalian OPT dan DPI 114 kali ,00 Gerakan Pengendalian OPT 106 kali ,00 Gerakan Pengendalian OPT kerjasama TNI (padi) 8 kali 8 100,00 4 Pengadaan Musuh alami 6 paket 6 100,00 Pengadaan Burung Hantu (Tyto alba) 6 paket 6 100,00 a. Pelaksanaan SLPHT Padi, Jagung dan Kedelai Peningkatan pengetahuan dan kemampuan petani dalam mengelola pertanamannya menggunakan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT) diantaranya dilaksanakan melalui kegiatan SLPHT. Pelaksanaan SLPHT diharapkan mampu mewujudkan kemandirian petani dalam mengambil keputusan di lahan usahataninya. SLPHT harus mempunyai dampak yang luas yaitu tidak hanya merubah paradigma pola pikir para petani alumni SLPHT saja, namun juga harus dapat membuat perubahan terhadap petani non SLPHT dan generasi petani selanjutnya untuk melaksanakan PHT. Saat ini, SLPHT telah banyak dilaksanakan, namun belum memberikan hasil yang optimal. Hal ini disebabkan SLPHT yang dilaksanakan masih belum merata, dalam skala kecil, dan belum melibatkan kelompokkelompok dalam satu hamparan. Oleh karena itu, pada Tahun 2015, dilaksanakan SLPHT Skala Luas yang merupakan suatu pendekatan SLPHT dalam skala yang lebih luas (satu hamparan) dengan melibatkan beberapa kelompok tani hamparan sehingga terjalin komunikasi dan koordinasi yang baik dalam pengelolaan OPT di lapangan. SLPHT Skala Luas ini dilaksanakan khusus untuk komoditas padi. 28

40 Dampak dari pelaksanaan SLPHT antara lain meningkatnya kemampuan dan kemandirian orang petani dalam penanganan OPT sesuai dengan prinsip PHT. Para petani alumni SLPHT tersebut diharapkan dapat secara konsisten dan berkelanjutan menerapkan PHT di lahan usahataninya, serta menyebarluaskan kepada petani sekitarnya, sehingga PHT akan semakin memasyarakat dan melembaga di tingkat petani. Secara rinci realisasi pelaksanaan SLPHT dapat dilihat pada lampiran 7. a.1. Padi Target SLPHT Skala Luas padi pada Tahun 2015 sebanyak 848 unit yang tersebar di 33 provinsi. Realisasi pelaksanaan SLPHT Skala Luas Padi sebanyak 806 unit atau 95,05% (berhasil) dengan peserta orang petani dari target orang petani. Beberapa unit SLPHT Skala Luas tidak dapat dilaksanakan di beberapa provinsi : Riau sebanyak (2 unit), Sulawesi Selatan (37 unit), Papua (3 unit). a.2. Jagung Target SLPHT jagung pada Tahun 2015 sebanyak 57 unit yang tersebar di 23 provinsi. Realisasi pelaksanaan SLPHT jagung sebanyak 56 unit atau 98,25% (berhasil). Di Provinsi Sulawesi Selatan, satu unit SLPHT jagung terealisasi, tetapi tidak dapat dilaksanakan sampai akhir kegiatan karena adanya penghematan anggaran di Tahun a.3. Kedelai Target SLPHT Skala kedelai pada Tahun 2015 sebanyak 49 unit yang tersebar di 15 provinsi. Realisasi pelaksanaan SLPHT kedelai sebanyak 48 unit atau 97,96% (berhasil). Di Provinsi Sulawesi Selatan tidak dapat dilaksanakan sampai akhir kegiatan. b. Pelaksanaan SLI Peningkatan kemampuan, keahlian dan pemberdayaan petani dalam memanfaatkan informasi prakiraan iklim dilaksanakan melalui kegiatan 29

41 Sekolah Lapangan Iklim (SLI). Kegiatan ini terutama dilaksanakan di daerah yang sering mengalami dampak perubahan iklim (banjir dan kekeringan). Kegiatan SLI Tahun 2015 awalnya dialokasikan sebanyak 120 unit di 30 provinsi (kecuali Provinsi Kep. Bangka Belitung, Kep. Riau dan DKI Jakarta). Terdapat 13 unit SLI yang mengalami penghematan, realisasi pelaksanaan SLI 103 unit atau 96,30% (berhasil). Secara rinci realisasi pelaksanaan SLI dapat dilihat pada lampiran 8. c. Gerakan pengendalian OPT Upaya menekan perkembangan populasi OPT diantaranya dilakukan dengan gerakan pengendalian dalam rangka mengamankan pertanaman dari serangan OPT. Kegiatan gerakan pengendalian OPT pada tanaman padi telah dilaksanakan melalui anggaran dekonsentrasi sebanyak 106 kali atau 100% dari rencana 106 kali. Tindakan pengendalian dilaksanakan apabila serangan OPT sudah di atas ambang pengendalian. Luas pengendalian OPT yang dilaksanakan pada tanaman padi Tahun 2015 yaitu ha. Luas tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 seluas ha. Selain gerakan pengendalian secara reguler, upaya mengamankan produksi juga dilakukan dengan pencanangan gerakan pengendalian bekerjasama dengan TNI. Pencanangan gerakan pengendalian OPT bersama TNI pada tanaman padi dilaksanakan untuk meningkatkan kesadaran, dan motivasi, petani dalam bidang pengendalian OPT. Dengan demikian, diharapkan petani dapat melaksanakan tindakan pengendalian OPT di lahannya masing-masing. Pada Tahun 2015, telah dilaksanakan gerakan pengendalian bersama TNI di 8 provinsi dengan tingkat capaian 100% dari target 8 provinsi (Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan). 30

42 V. CAPAIAN PELAKSANAAN KEGIATAN A. Capaian Pengamanan Produksi Tanaman Pangan Dalam rangka pencapaian produksi tanaman pangan, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan menetapkan strategi pokok perlindungan tanaman pangan meliputi: 1) pengembangan sistem deteksi dan peringatan dini serangan OPT dan DPI dalam rangka menekan tingkat kerusakan dan kerugian/kehilangan hasil; 2) peningkatan kemampuan teknis SDM perlindungan tanaman pangan sejalan dengan perkembangan teknologi pengendalian OPT dan penanganan DPI, 3) penyediaan sarana dan prasarana pengendalian OPT dan DPI, 4) peningkatan kemandirian petani dalam rangka mengatasi permasalahan OPT dan DPI, 5) peningkatan koordiansi hubungan kerja dalam rangka mewujudkan sinergisitas antara kelembagaan perlindungan tanaman pangan di tingkat pusat dan daerah. Perlindungan tanaman dilaksanakan untuk mewujudkan tercapainya kuantitas, kualitas, kontinuitas hasil sesuai dengan sasaran produksi tanaman pangan. Pelaksanaannya dengan mendorong kemandirian petani dalam penanganan OPT dan DPI, sedangkan pemerintah berperan dalam memberikan informasi teknologi, dan bantuan saran dalam keadaan eksplosi. Mengacu kepada visi, strategi dan kebijakan perlindungan tanaman pangan, progam perlindungan tanaman pangan mencakup 5 (lima) subsistem perlindungan sebagai fokus kegiatan, yaitu 1) penguatan pengamatan dan pengendalian dini, 2) gerakan pengendalian OPT secara dini, 3) penguatan kelembagaan, 4) penguatan SDM, dan 5) penyediaan sarana pengendalian OPT. 1. Capaian Penguatan Pengamatan Pengendalian Dini Berdasarkan sasaran produksi yang telah ditetapkan pada Tahun 2015, tugas dan fungsi perlindungan tanaman pangan semakin berat. Perlindungan tanaman pangan berperan dalam menjaga kuantitas, kualitas, dan kontinuitas hasil dari gangguan OPT dan DPI. Untuk itu, perlu upaya untuk menekan kehilangan hasil dari kerusakan yang diakibatkan oleh OPT dan DPI, upaya yang telah dilakukan oleh perlindungan tanaman melalui kelembagaan perlindungan ditingkat kabupaten/kota adalah : a. Pengamatan, identifikasi, pemetaan pengendalian dan analisis dampak kerugian karena OPT 31

43 b. Bimbingan pengamatan, peramalan dan pengendalian dini OPT c. Pengumpulan dan pengolahan data OPT dan DPI d. Penyebaran informasi keadaan serangan OPT dan peringatan serta rekomendasi pengendaliaanya e. Pengamatan dan pemantauan daerah yang dicurigai sebagai sumber serangan OPT serta menancapkan bendera spot stop sebagai tanda agar dikendalikan. 2. Capaian Penerapan Teknologi Sampai saat ini penerapan teknologi pengendalian OPT dan penanganan DPI lokal spesifik belum berjalan optimal. Oleh karena itu akan dilakukan upaya peningkatan kaji terap teknologi spesifik lokasi pengendalian OPT dan penanganan DPI, meliputi: a. Studi dinamika populasi OPT, untuk mengetahui perkembangan populasi/serangan OPT dalam mendukung penerapan (SPOT-STOP) pengendalian OPT b. Uji biotipe WBC, untuk mengetahui jenis biotipe WBC yang berkembang di lapangan pada musim tanam berjalan. c. Rice Garden, untuk mengetahui reaksi varietas terhadap perkembangan OPT. d. Taksasi kehilangan hasil, untuk mengetahui potensi kehilangan hasil akibat serangan OPT e. Uji adaptasi pola tanam terhadap dampak perubahan iklim, untuk memperoleh rekomendasi pola dan waktu tanam dalam rangka meminimalkan dampak perubahan iklim. f. Uji toleransi tanaman terhadap dampak perubahan ilkim, untuk memperoleh rekomendasi teknologi budidaya tanaman yang adaptif terhadap dampak perubahan iklim. 3. Capaian Penguatan Kelembagaan Peran dan fungsi kelembagaan perlindungan tanaman pangan baik di tingkat pusat maupun daerah sampai dengan 2014 belum optimal, oleh karena itu perlu diupayakan revitalisasi kelembagaan perlindungan tanaman melalui penguatan SDM, perbaikan prasarana dan sarana serta pemantapan Standar Operasional Prosedur (SOP) sehingga eksekusi pengendalian OPT dapat dilakukan dengan cepat, tepat dan akurat. Kelembagaan perlindungan yang perlu direvitalisasi sebagai berikut : 32

44 a. Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Jatisari, melakukan pengembangan model peramalan di tingkat provinsi dan kabupaten, mengembangkan sistem penyampaian informasi prakiraan serangan OPT secara cepat dan tepat untuk mendukung operasional upaya-upaya preemtif dan responsif pengendalian OPT di lapangan. b. Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman melakukan pengujian mutu pestisida, pupuk, dan produk tanaman c. Unit Pelaksana Teknis Daerah - Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD-BPTPH) melaksanakan fungsi koordinasi dan pendampingan kegiatan peramalan, pengamatan dan pengendalian OPT di tingkat wilayah/kabupaten. dengan memberikan fasilitasi terhadap fungsi LPHP. Setiap UPTD di setiap provinsi, dilengkapi dengan Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP)/Laboratorium Agens Hayati (LAH), Brigade Proteksi Tanaman (BPT), dan Laboratorium Pestisida di 6 (enam) Provinsi. d. Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit-Laboratorium Agens Hayati (LPHP-LAH), melaksanakan pengembangan teknologi terapan spesifik lokasi (klinik tanaman), pengembangan agens hayati, melaksanakan pengamatan, peramalan, pengendalian OPT dan bimbingan pengendalian OPT di tingkat Kelompok Tani di wilayah kerjanya. Sampai dengan Tahun 2015, terdapat 98 unit LPHP dan diharapkan jumlah tersebut akan meningkat di masa yang akan datang. e. Brigade Proteksi Tanaman (BPT), melaksanakan pengelolaan sarana pengendalian OPT, gerakan pengendalian sumber serangan OPT (SPOT- STOP), dan membina Regu Pengendali Hama (RPH) dengan memberdayakan alumni SLPHT. Sampai dengan Tahun 2015, terdapat 78 unit BPT yang berada di 32 propinsi. Sebanyak 15 propinsi pengelolaan BPT langsung berada di UPTD-BPTPH. Kedepannya diharapkan seluruh pengelolaan BPT langsung di bawah UPTD-BPTPH. f. Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan-Pengamat Hama Penyakit (POPT-PHP), melaksanakan pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT, penanganan DPI serta pemberian rekomendasi pengendalian. Apabila dalam pengamatan menemukan titik serangan (SPOT) maka POPT-PHP disamping memberikan laporan peringatan dini kepada Mantri Tani dan PPL, juga memberikan tanda bendera berwarna merah yang bertuliskan SPOT-STOP sebagai peringatan bagi 33

45 kelompok tani untuk segera melakukan pengendalian OPT. Apabila tidak ada respon dari kelompok tani dalam waktu 3 (tiga) hari dan berdasarkan analisis POPT-PHP sumber serangan tersebut membahayakan, maka segera melaporkan kepada BPT untuk dilakukan gerakan pengendalian sumber serangan (SPOT-STOP). g. Regu Pengendali Hama (RPH), melakukan gerakan pengendalian OPT di tingkat kelompok dan membantu brigade dalam gerakan pengendalian OPT (SPOT-STOP). h. Pos Pelayanan Agens Hayati (PPAH), melaksanakan perbanyakan, pemanfaatan dan pengembangan agens hayati dan pestisida nabati yang digunakan dalam pengendalian OPT di tingkat lapangan. Jumlah PPAH saat ini sebanyak 1009 kelompok, dan diharapkan akan berkembang di masa yang akan datang. i. Laboratorium Pestisida melaksanakan pengawasan mutu pestisida yang beredar di masyarakat dan kandungan residu pestisida yang terkandung pada produk hasil pertanian. Sampai dengan Tahun 2015, terdapat 11 unit Laboratorium Pestisida yang berada di 11 propinsi dan 1 unit di BPMPT. 4. Capaian Penguatan SDM Dalam rangka memperkuat SDM perlindungan, terus diupayakan pengangkatan petugas POPT-PHP sehingga memadai dengan jumlah wilayah pengamatan yang ada. Seiring dengan upaya penambahan jumlah POPT- PHP, juga diupayakan peningkatan kapasitas SDM bagi petani maupun petugas. Pelatihan bagi petani antara lain magang kelompok tani di LPHP, pelatihan petani pemandu, dan pelatihan petani pengamat. Pelatihan teknis bagi petugas antara lain mencakup penyegaran bagi POPT-PHP senior, pelatihan pengamatan, peramalan, dan pengendalian OPT (P3OPT) dan DPI bagi POPT-PHP yunior. 5. Sarana Pengendalian OPT Perubahan iklim ekstrim akhir-akhir ini yang sulit diprediksi sangat berpengaruh terhadap perkembangan OPT dan meluasnya kejadian banjir/kekeringan serta merupakan kendala utama dalam upaya peningkatan produksi. Sarana pengendalian OPT dan penanganan DPI yang tersedia saat ini belum memadai baik jumlah maupun pengelolaannya, sebagai akibat belum seragamnya pemahaman terhadap pentingnya tindakan cepat pengamanan produksi dari serangan OPT dan DPI. Oleh karena itu, perlu diupayakan penyediaan sarana dan prasarana pengendalian 34

46 OPT (agens hayati, pestisida nabati, pestisida kimiawi dan alat aplikasinya, gudang penyimpanan sarana pengendalian, kendaraan operasional BPT dan LPHP) dan penanganan DPI dengan menggunakan teknologi iklim terapan (Kalender Tanam/KATAM, varietas tahan banjir dan kekeringan). Terkait kegiatan pengumpulan data unsur-unsur iklim untuk mendapatkan prakiraan awal musim tanam diupayakan kerjasama dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). B. Capaian Kegiatan Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan 1. Rancangan Pengembangan Perlindungan Sebagai acuan dalam pelaksanaan Kegiatan Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari gangguan OPT dan DPI, telah dicetak buku Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun sebanyak 300 eksemplar. Yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman pangan. Buku akan didistribusikan ke Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, eselon II lingkup Direktorat Jendaral Tanaman Pangan, subdit lingkup Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Dinas Pertanian dan BPTPH seluruh Indonesia. 2. Pedoman Perlindungan Tanaman Pangan a. Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Tanaman Pangan Untuk mendukung kegiatan SLI telah disusun dan dicetak 3 (tiga) pedoman teknis yaitu : 1) Pedoman Teknis Sekolah Lapangan Iklim Pada Tahun 2015 telah disusun dan dicetak pedoman teknis SLI sebagai acuan pelaksanaan SLI di lapangan sebanyak 500 eksemplar, yang akan didistribusikan ke petugas perlindungan tanaman pangan baik pusat maupun daerah. 2) Modul Dasar Sekolah Lapangan Iklim (SLI) Untuk mendukung pelaksanaan SLI dilapangan pada Tahun 2015 telah disusun dan dicetak modul dasar SLI sebanyak 450 eksemplar yang didistribusikan kepada Eselon I (Litbang, Badan SDM), Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Dinas Pertanian Provinsi, Unit Pelaksana Teknis/BPTPH, POPT/Pemandu SLI, Perguruan Tinggi, IPPHTI. 35

47 3) Modul Pengetahuan Dasar Pemandu SLI Bervariasinya tingkat pengetahuan pemandu dan kondisi iklim yang berbeda di setiap daerah, dibutuhkan pegangan pemandu pada saat pemanduan SLI. Pada Tahun 2015 telah disusun dan dicetak modul pengetahuan dasar pemandu SLI sebanyak 675 eksemplar, yang telah didistribusikan kepada kepada Eselon I (Litbang, Badan SDM), Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Dinas Pertanian Provinsi, Unit Pelaksana Teknis/BPTPH, POPT/Pemandu SLI, Perguruan Tinggi, IPPHTI. b. Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Tanaman Pangan Dalam upaya meningkatkan kinerja perlindungan tanaman pangan serta efektivitas dan efisiensi penanganan gangguan OPT dan DPI di lapangan, perlu didukung pedoman pelaksanaan kegiatan. Agar kegiatan yang telah disusun dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, perlu adanya buku pedoman pelaksanaan sebagai acuan bagi pelaksana/penanggung jawab kegiatan. Untuk mendukung terlaksananya kegiatan perlindungan secara optimal dilakukan Cetak Buku Pedoman Pelaksanaan Kegiatan penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari gangguan OPT dan DPI tahun 2015 sebanyak 350 eksemplar. c. Pedoman Teknis Kelembagaan PHT Untuk mendukung kegiatan kelembagaan PHT telah disusun dan dicetak 3 (tiga) pedoman teknis yaitu : 1) Pedoman Teknis SLPHT Tanaman Pangan sebanyak 386 eks 2) Pedoman Teknis Kecamatan PHT sebanyak 111 eks 3) Pegangan Pemandu SLPHT sebanyak 582 eks 3. Dokumen Perencanaan Perlindungan Tanaman Pangan Dalam rangka mengoptimalkan peranan perlindungan tanaman pangan, perlu didukung dengan rancangan program dan kegiatan yang dimantapkan melalui Pelaksanaan pertemuan Pra RKA-K/L Pagu Sementara Kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun Dari pertemuan tersebut dapat disusun dan dicetak dokumen perencanaan sebanyak 350 eksemplar. 36

48 4. Database Perlindungan Tanaman Pangan a. Bimbingan dan Pengawalan SLI SLI merupakan upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petani dalam proses kegiatan budidaya pertanian dengan memanfaatkan informasi iklim. SLI lebih diarahkan pada pengamanan produksi dari DPI dengan menyiasati kondisi iklim setempat sesuai pola usahataninya sehingga kehilangan hasil dapat diminimalisasi. Perjalanan monitoring pelaksanaan SLI, dilaksanakan dengan melakukan bimbingan teknis pelaksanan SLI dan evaluasi pelaksanaan SLI. Dengan dilaksanakannya kegiatan ini, maka SLI dapat terlaksana dengan baik, sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu, juga untuk mengidentifikasi kendala-kendala di lapangan, sehingga dapat diperbaiki untuk tahun berikutnya. b. Bimbingan Pengelolaan Data DPI Pengelolaan data DPI merupakan salah satu upaya untuk menyediakan serta mendokumentasikan data DPI secara seri, lengkap dan akurat sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk pengambil keputusan dalam hal meminimalkan dampak negatif dari perubahan iklim. Pengelolaan data DPI dilakukan dengan melakukan bimbingan pengelolaan dan analisis data DPI, melakukan koordinasi dan sinkronisasi dengan instansi terkait serta meningkatkan pengetahuan para petugas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan dampak perubahan iklim. c. Data Penguatan Kelembagaan PHT Dalam rangka penguatan kelembagaan PHT telah dilaksanakan pemutakhiran data base kelembagaan PHT. Data base tersebut diperlukan dalam rangka optimalisasi peran kelembagaan PHT dalam mendorong kegiatan penerapan dan pemasyarakatan PHT. Berkas data tersebut telah diperbanyak sebanyak 10 eksemplar. 5. Bahan Informasi a. Buku Data Dampak Perubahan Iklim Pada Tanaman Pangan Buku Data Dampak Perubahan Iklim Pada Tanaman Pangan (Banjir dan Kekeringan) berisi informasi data perkembangan banjir dan kekeringan pada tanaman pangan di Indonesia terutama padi, Jagung dan Kedelai. 37

49 Buku ini telah dicetak sebanyak 85 eksemplar dan didistribusikan kepada Eselon II Lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Eselon I terkait Lingkup Kementerian Pertanian dan Instansi Terkait lainnya. b. Buku Peta Daerah Rawan Banjir dan Kekeringan Buku Peta Daerah Rawan Banjir dan Peta Daerah Rawan Kekeringan bertujuan untuk memberikan informasi daerah-daerah rawan bencana alam banjir dan kekeringan terutama di daerah sentra produksi tanaman pangan. Buku ini telah dicetak masing-masing sebanyak 40 eksemplar dan didistribusikan kepada Eselon II Lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Eselon I terkait Lingkup Kementerian Pertanian dan Instansi Terkait lainnya. c. Buku Informasi Pengendalian OPT Tanaman Pangan 1) Petunjuk Teknis Pengendalian Hama Tikus dengan Musuh Alami Pengendalian tikus dilakukan dengan pengendalian populasi awal untuk menurunkan dan mempertahankan populasi tikus di bawah ambang pengendalian. Pengendalian tikus ditekankan pada awal musim tanam untuk menekan populasi awal tikus sejak awal pertanaman sebelum tikus memasuki masa reproduksi. Salah satu teknologi pengendalian tikus adalah dengan pemanfaatan musuh alami. Agar pengendalian tikus dengan musuh alami efektif, perlu disusun pedoman sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan tersebut. Buku ini ditujukan untuk petugas perlindungan tanaman pangan di pusat dan daerah serta masyarakat petani. Buku Petunjuk Teknis Pengendalian Hama Tikus dengan Musuh Alami telah didistribusikan ke BPTPH di 32 provinsi di Indonesia. 2) Petunjuk Teknis Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) di Daerah Endemis. Daerah endemis serangan OPT adalah daerah yang serangannya terjadi pada setiap musim tanam dengan luas serangan di atas ratarata. Daerah endemis OPT berkorelasi positif dengan budaya masyarakat petani setempat, yang umumnya tidak menggunakan prinsip PHT dan luas kepemilikan lahan sawah. Oleh karena itu perlu perbaikan budidaya dan sosial budaya setempat, diharapkan pengendalian OPT dapat dilakukan dengan efektif. 38

50 Agar tujuan pengendalian OPT di daerah endemis efektif, perlu dicetak pedoman bagi petugas perlindungan tanaman pangan maupun masyarakat petani yang memerlukan. Petunjuk Teknis Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) di Daerah Endemis telah didistribusikan ke 32 provinsi. 3) Pedoman Teknis Penggunaan Bahan dan Sarana Pengendalian OPT Buku Pedoman Teknis Penggunaan Bahan dan Sarana Pengendalian OPT merupakan buku yang akan dijadikan acuan dalam upaya pengelolaan bantuan bahan dan sarana pengendali OPT terutama pengelolaan pestisida. Dengan adanya buku pedoman ini dapat membantu penerapan administrasi maupun teknis penanganan secara tertib, benar dan tepat sasaran. Buku Pedoman Teknis Penggunan Bahan dan Sarana Pengendalian OPT telah didistribusikan ke 32 provinsi. d. Informasi Pelaksanaan PHT Dalam rangka mensosialisasikan kegiatan SLPHT dan Rintisan Kecamatan PHT kepada masyarakat luas, telah disusun dan dicetak : - Leaflet SLPHT dalam bahasa Inggris sebanyak eksemplar - Leaflet Rintisan Kecamatan PHT sebanyak eksemplar. e. Informasi Perkembangan Serangan OPT 1) Informasi Perkembangan Serangan OPT Padi Tahun 2013, Tahun 2012 dan rerata 5 tahun ( ) Buku informasi perkembangan serangan OPT padi Tahun 2013, 2012, dan rerata 5 tahun ( ) bertujuan untuk memberikan informasi data perkembangan luas serangan OPT Padi Tahun 2013, 2012, dan rerata 5 tahun ( ). Buku tersebut telah diperbanyak dan didistribusikan kepada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, eselon II lingkup Direktorat Jendaral Tanaman Pangan, subdit lingkup Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, dan BPTPH seluruh Indonesia. 2) Data dan Informasi Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2013 Penyusunan Buku Data dan Informasi Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2013 bertujuan untuk memberikan informasi tentang perlindungan tanaman pangan. Buku tersebut telah diperbanyak dan didistribusikan kepada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, eselon II lingkup Direktorat 39

51 Jendaral Tanaman Pangan, subdit lingkup Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, dan BPTPH seluruh Indonesia. f. Informasi Sebaran Daerah Serangan OPT Penilaian kriteria daerah serangan OPT setiap provinsi dilakukan terhadap 3 (tiga) aspek, yaitu luas serangan, frekuensi kejadian serangan dan rasio puso terhadap luas serangan. Daerah sebar serangan OPT utama tanaman pangan dibagi menjadi endemis, sporadis, potensial dan aman. Buku daerah sebaran OPT utama tanaman padi telah diperbanyak dan didistribusikan ke Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. g. Penyusunan dan Pengelolaan Warta Perlintan (Fungsional) Warta Perlintan merupakan wadah bagi pejabat fungsional Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) dalam pengembangan kegiatan profesi melalui tulisan ilmiah populer maupun liputan berita. Jumlah edisi Warta Perlintan Tahun 2015 yang diterbitkan sebanyak 6 edisi. Peliputan kegiatan perlindungan tanaman pangan, dilaksanakan sebanyak 4 kali kegiatan. Warta Perlintan Tahun 2015 didistribusikan ke eselon II lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, subdit lingkup Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dan Dinas Pertanian serta BPTPH di seluruh Indonesia. 6. Visualisasi Kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan a. Video Sekolah Lapangan Iklim (SLI) Video SLI sebagai salah satu bahan informasi kegiatan SLI Tanaman Pangan. Telah diperbanyak sebanyak 836 keping dan didistribusikan kepada Eselon I (Litbang, Badan SDM), Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Dinas Pertanian Provinsi, Unit Pelaksana Teknis/BPTPH, POPT/Pemandu SLI, Perguruan Tinggi dan Ikatan Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonesia (IPPHTI). b. Pameran Perlindungan Tanaman Pangan Pertemuan Masyarakat Perlindungan Tumbuhan dan Hewan Indonesia (MPTHI) diselenggarakan atas kerjasama beberapa unit Eselon I Kementrian Pertanian (Ditjen Tanaman Pangan, Ditjen Hortikultura, Ditjen Perkebunan, dan Ditjen Peternakan serta Badan Karantina Pertanian) dan Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Tengah, serta stakeholders terkait lainnya (pengusaha, asosiasi pengguna, peneliti, 40

52 akademisi/perguruan tinggi, mahasiswa, himpunan profesi, kelembagaan masyarakat, kelembagaan tani/petani, LSM/pemerhati bidang perlindungan, dll) Tujuan pertemuan MPTHI yaitu : 1). Menguatkan peran serta seluruh stakeholders di bidang perlindungan tanaman dan hewan Indonesia, 2). Mengekspose berbagai teknologi dan sarana perlindungan tanaman dan hewan, baik yang dikembangkan oleh pemerintah, swasta, maupun petani, 3). Mensosialisasikan perlindungan tanaman ramah lingkungan yang berkelanjutan dan hewan yang ASUH (aman, sehat, utuh dan halal) kepada masyarakat, serta mensosialisasikan peran MPTHI dalam mewujudkan kemandirian pangan dan daya saing produk pertanian. Pertemuan dibuka oleh Wakil Menteri Pertanian dan dihadiri Ketua Umum MPTHI Ir. Sutarto Alimoeso, Eselon I Lingkup Kementerian Pertanian, Gubernur Jawa Tengah, wakil dari perguruan tinggi, petugas perlindungan tanaman, petani serta undangan lainnya. Peserta sebanyak 1400 orang. Pada Pertemuan tersebut diserahkan penghargaan bagi Petugas Perlindungan, Petani/Kelompok Tani, dan LPHP berprestasi. c. Video Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) Untuk dapat lebih memasyarakatkan PHT melalui SLPHT kepada pemangku kepentingan/stake holder, dan masyarakat umum lainnya, telah dilaksanakan pembuatan visualisasi kegiatan SLPHT Tanaman Pangan pada Tahun Visualisasi (video) kegiatan SLPHT Tanaman Pangan diwujudkan dalam bentuk VCD, bertujuan mensosialisasikan dan mengoptimalkan penyebaran informasi kegiatan SLPHT serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya PHT dalam pembangunan pertanian berkelanjutan. Video SLPHT telah diperbanyak sebanyak 836 keping dan didistribusikan kepada Unit Pelaksana Teknis/BPTPH. 7. Rumusan Paket Teknologi Pengendalian OPT Berwawasan PHT (Kumpulan Teknologi Pengendalian OPT Berwawasan PHT) Berdasarkan hasil identifikasi dan verifikasi yang dilakukan di beberapa provinsi, teknologi pengendalian OPT berwawasan PHT yang diterapkan oleh petani di daerah dapat dikelompokkan sebagai berikut : 41

53 a. Pengendalian Hayati Pengendalian hayati adalah teknik pengelolaan OPT dengan memanfaatkan musuh alami dan sumber daya alam lainnya untuk mengendalikan populasi OPT. Musuh alami dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu predator (burung hantu dan anjing), parasitoid (Trichogramma spp) dan pathogen (Metarhizum anisopliae). b. Pengendalian dengan Pestisida Nabati Pestisida nabati merupakan pestisida dengan bahan aktif yang bersumber dari tumbuhan, mekanisme kerja pestisida nabati dalam mengendalikan OPT dapat berupa penolak, penarik, antifertilitas, pembunuh, dan lain-lain. c. Pengendalian Fisik dan Mekanik Pengendalian fisik dan mekanik adalah teknik pengendalian OPT dengan cara mematikan hama, mengganggu aktivitas fisiologis OPT serta mengubah lingkungan fisik menjadi kurang sesuai bagi kehidupan dan perkembangan OPT. Pengendalian fisik dan mekanik antara lain gropyokan, gerakan massal pengumpulan kelompok telur penggerek batang padi (PBP), memasang perangkap hama, lampu perangkap (light trap), dan eradikasi. d. Pengelolaan Agroekosistem Pengelolaan agroekosistem digunakan untuk menghambat peningkatan populasi/serangan OPT diantaranya adalah 1) penanaman serentak untuk mengendalikan hama wereng coklat, penggerek padi dan hama lainnya, 2) pemberaan lahan untuk menghilangkan sumber makanan, 3) Pergiliran tanaman, yaitu dengan memutuskan kesinambungan tersedianya makanan bagi hama pada suatu tempat dengan cara menanam jenis tanaman yang berbeda dari musim ke musim, 4) Penanaman tanaman refugia seperti kembang tahi ayam (Tagetes erecta) di pematang sawah dapat menciptakan perbaikan habitat bagi OPT dan musuh alami, 5) Metode budidaya tanaman diantaranya adalah metode HAZTON dengan menanam benih padi sekitar batang perlubang dengan umur benih yang lebih tua (25 30 HSS). Hasil produksi yang diperoleh sekitar ton/ha. 42

54 8. POPT-PHP, LPHP/LAH, Kelompok Tani Berprestasi a. Salah satu upaya untuk meningkatkan motivasi dan memberikan apresiasi terhadap prestasi kerja POPT, POPT-PHP, LPHP, dan meningkatkan peran Petani/Kelompok Tani Pengembang Agens Hayati, dilaksanakan pemberian penghargaan kepada POPT, POPT-PHP, LPHP/LAH dan Petani/Kelompok Tani Pengembang Agens Hayati Teladan Tingkat Nasional. Selain dinilai dari kuisioner, karya tulis dan profil, penilaian juga dilakukan melalui verifikasi oleh Tim Penilai Pusat. Verifikasi dilaksanakan di 16 provinsi. Sebagai acuan penilaian kegiatan tersebut telah disusun dan dicetak : Pedoman Penilaian Petani dan Kelompok Tani Pengembang AH Teladan sebanyak 135 eksemplar Pedoman Penilaian LPHP Teladan sebanyak 142 eksemplar Pedoman Penilaian POPT dan POPT-PHP Teladan sebanyak 135 eksemplar Penghargaan diberikan dalam 2 (dua) kategori yaitu Teladan Nasional dari Menteri Pertanian dan Berprestasi dari Direktur Jenderal Tanaman Pangan. Penerima Penghargaan Teladan Tingkat Nasional Tahun 2015 dari Menteri Pertanian R.I. yaitu 1 (satu) POPT, 1 (satu) POPT-PHP, 3 (tiga) unit Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP), 3 (tiga) Kelompok Tani Pengembang Agens Hayati (PAH), dan 3 (tiga) orang Petani Pengembang. Penerima Penghargaan Berprestasi Tahun 2015 dari Direktur Jenderal Tanaman Pangan diberikan kepada POPT berprestasi sebanyak 17 orang, POPT-PHP sebanyak 27 orang, Keltan PAH sebanyak 14 unit, Petani Pengembang PHT sebanyak 13 orang. b. Sertifikasi Profesi POPT 1) Sertifikasi profesi POPT yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme POPT dilaksanakan dengan mengacu pada Keputusan Menakertrans No.KEP.08/MEN/I/2011 tentang Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Sektor Pertanian Bidang Pengendalian OPT. 43

55 2) Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan/keahlian dan sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan. Sedangkan manfaat SKKNI adalah sebagai acuan baku kompetensi kerja bagi para pemangku kepentingan (stakeholders) dalam rangka mewujudkan SDM yang professional. c. Pelaksanaan Sertifikasi POPT Sertifikasi profesi adalah proses pemberian sertifikasi kepada POPT yang dilakukan secara sistematis dan obyektif melalui asesmen/uji kompetensi yaitu pembuktian kompetensi kerja, dengan mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Bidang Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) sesuai syarat keprofesian. Jumlah Asesor Kompetensi Sertifikasi POPT adalah 7 Orang yang berasal dari Ditlinbun, Ditlin.TP, BBPOPT, dan dari Badan P2SDMP. 9. Rapat Koordinasi Perlindungan Tanaman a. Rapat Koordinasi Teknis Pelaksanaan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015 Rapat Teknis Perlindungan Tanaman Pangan antara pusat dan daerah membahas kebijakan, strategi, program dan kegiatan serta langkahlangkah operasional dalam rangka mengamankan sasaran produksi tanaman pangan Tahun Tujuan dari pertemuan ini yaitu 1). Meningkatkan koordinasi dan sinergitas pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman pangan antara pusat dan daerah (Diperta Propinsi dan BPTPH) upaya peningkatan ketahanan pangan, dan 2). Mensinkronkan kegiatan perlindungan tanaman pangan Tahun 2015 untuk pusat dan daerah. Hasil Pertemuan sebagai berikut : Sasaran produksi padi Tahun 2015 ditetapkan sebesar 76,6 juta ton GKG, sedangkan sasaran produksi padi tahun 2013 sebesar 71,24 juta ton GKG. Sasaran produksi tahun ini naik 6,9% dari pencapaian produksi tahun Pencapaian sasaran tersebut dihadapkan pada beberapa tantangan, antara lain alih fungsi lahan, degradasi lahan, kelangkaan sumber daya lahan potensial, stagnasi teknologi produksi, dan perubahan iklim. Keberhasilan pengamanan produksi dari serangan OPT dan DPI perlu didukung tenaga Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan- 44

56 Pengamat Hama Penyakit (POPT-PHP) yang memadai, yaitu secara ideal dalam satu kecamatan ditempatkan satu POPT. Saat ini jumlah POPT- PHP orang dan pada tahun-tahun mendatang akan semakin berkurang. Dibandingkan dengan jumlah kecamatan pada saat ini kekurangan POPT-PHP diperkirakan sekitar orang. Untuk memenuhi kekurangan tersebut daerah perlu mengupayakan perekrutan THL POPT-PHP melalui dana APBD, mengajukan formasi POPT sesuai dengan Permentan No. 80 Tahun 2012 tentang Pedoman Formasi Jabatan Fungsional POPT, serta pemberdayaan petani pengamat untuk membantu tugas POPT-PHP. b. Pertemuan Koordinasi Komisi Perlindungan Tanaman (KPT) Komisi Perlindungan Tanaman (KPT) yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Pertanian No.449/Kpts/OT.160/7/2006 tanggal 12 Juli 2006 adalah lembaga penasihat yang mempunyai tugas memberikan saran dan masukan kepada Menteri Pertanian tentang berbagai isu, kebijakan, dan teknologi perlindungan tanaman atas dasar pertimbangan ilmiah dan profesi perlindungan tanaman. Untuk melaksanakan tugas tersebut di atas, KPT melaksanakan pertemuan dan apabila dipandang perlu melakukan kunjungan lapangan untuk menginventarisasi permasalahan yang ada. 1) Pertemuan KPT yang pertama Tahun 2015, membahas perkembangan wereng batang coklat. 2) Pertemuan KPT yang kedua membahas Tugas, Keanggotaan, dan Mekanisme Kerja KPT, serta Agens Pengendali Hayati (APH). 3) Pertemuan KPT yang ketiga membahas Regulasi dan Kebijakan Perlindungan Tanaman, Revitalisasi Perlindungan Tanaman, Swasembada Pangan, dan Kelembagaan KPT (peran dan fungsi). c. Pertemuan Pemantapan Pengamatan dan Pelaporan Perlindungan Tanaman Pangan Pedoman Pengamatan dan Pelaporan Perlindungan Tanaman Pangan merupakan acuan yang menjadi pedoman petugas POPT-PHP dalam melakukan pengamatan OPT dan mekanisme pelaporannya ke Pusat. Pertemuan bertujuan untuk merumuskan metode pengamatan dan mekanisme pelaporan dan meningkatkan pengetahuan petugas POPT- PHP dalam menerapkan metode pengamatan dan pelaporan perlindungan tanaman pangan. Berdasarkan hasil diskusi dan masukan dari narasumber dan peserta dapat disimpulkan sebagai berikut: 45

57 1) Tanaman dinyatakan sembuh apabila intensitas serangan/kepadatan populasi menurun di bawah ambang pengendalian atau tidak meningkat intensitasnya dari periode sebelumnya setelah dilakukan tindakan pengendalian dan dilaporkan pada periode berikutnya. 2) Apabila terjadi serangan OPT kompleks pada suatu lokasi pengamatan maka yang dilaporkan adalah serangan OPT yang dominan. Namun perlu dipertimbangkan kemungkinan terjadinya eksplosi OPT yang tidak dominan di lokasi tersebut. 3) Perbedaan kriteria antara terkena dan puso pada banjir dan kekeringan, meliputi: - Terkena sudah termasuk puso - Apabila terjadi perubahan status pada awal bulan maka perlu ada keterangan bahwa ada perubahan status - Kumulatif puso adalah luas tambah (LT) ditambah perubahan status - Sisa periode sebelumnya dilaporkan pada periode laporan sesudah kejadian. d. Evaluasi Perlindungan Tanaman Pangan Pertemuan Evaluasi Perlindungan Tanaman Pangan, bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun Pertemuan dihadiri oleh jajaran Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Dinas Pertanian Provinsi, dan Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) seluruh Indonesia. Beberapa rumusan penting hasil pertemuan adalah sebagai berikut: 1) Strategi pengamanan produksi diimplementasikan dengan berbagai kegiatan yang memiliki output langsung terhadap penekanan luas serangan OPT dan DPI serta dialokasikan secara proporsional sesuai dengan potensi,kebutuhan dan dukungan pendanaan dari APBN dan APBD. 2) Pada umumnya SLPHT dan SLI telah dilaksanakan secara baik, namun pada beberapa provinsi tidak dapat dilaksanakan. Hal ini disebabkan adanya pemotongan anggaran serta terjadinya kekeringan. 46

58 10. Laporan Kegiatan Perlindungan a. Forum Sekolah Lapangan Iklim (SLI) Forum SLI merupakan sarana kerjasama dan tukar-menukar informasi iklim serta teknologi budidaya antar anggota Forum SLI. Pelaksanaan Pertemuan Forum Sekolah Lapangan Iklim (SLI) bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan SLI dan mempersiapkan/merencanakan pelaksanaan kegiatan Penerapan Penanganan Dampak Perubahan Iklim (DPI) sebagai kelanjutan kegiatan Sekolah Lapangan Iklim (SLI) di lapangan dan mengevaluasi peran dari Forum Sekolah Lapangan Iklim dalam kegiatan Penerapan Penanganan Dampak Perubahan Iklim (DPI) di lapangan b. Sosialisasi Informasi Iklim dan Penanganan Dampak Perubahan Iklim bagi Pemandu Lapangan SLI Kegiatan sosialisasi Informasi Iklim dan Penanganan Dampak Perubahan Iklim untuk Pemandu Sekolah Lapangan Iklim (SLI) bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petugas dalam penerapan teknologi adaptasi dan mitigasi penanganan dampak perubahan iklim sesuai spesifik lokasi atau kearifan lokal. Dalam kegiatan tersebut mengundang narasumber yang dapat mendukung kegiatan Sekolah Lapangan Iklim antara lain: Universitas Brawijaya, Balai Penelitian Klomatologi dan Hidrologi Badan Litbang Pertanian, Community Climate Change Specialist Field Indonesia, IPPHTI dan Stasiun Klimatologi Karang Ploso Malang. Sedangkan sebagai fasilitator/pemandu adalah pemandu lapangan I (PL I) SLI yang berpengalaman dalam memandu SLI dari BPTPH DI. Yogyakarta dan BPTPH Jawa Timur. c. Pemantapan Kepemanduaan Iklim bagi Petugas Lapangan Iklim Pemantapan Kepemanduan Iklim bagi Petugas Lapangan SLI bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan para petugas lapangan SLI untuk menjadi fasilitator dalam kegiatan SLI di kelompok tani yang mengikuti SLI terutama yang wilayah kerjanya termasuk kategori daerah rawan banjir/kekeringan. Narasumber berasal dari dari BPTPH Jawa Timur, Stasiun Klimatologi Kelas II Karang Ploso Malang, Balai Agroklimat dan Hidrologi Kementerian Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya dan Departemen Agrometeorologi Institut Pertanian Bogor. Sedangkan 47

59 pemandu/fasilitator merupakan pemandu senior dari BPTPH Jawa Timur. d. Workshop Evaluasi Pemanfaatan Automatic Weather Station Kegiatan Workshop Evaluasi Pemanfaatan Automatic Weather Station (AWS) ini bertujuan untuk mengevaluasi pemanfaatan sarana prasarana berupa AWS yang sangat diperlukan untuk mendukung kelancaran kegiatan penanganan dampak perubahan iklim. Dengan adanya pengembangan sarana pengolah data tersebut, diharapkan pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan dampak perubahan iklim dapat tercapai secara optimal. Narasumber berasal dari Balai Hidrologi dan Klimatologi Badan Litbang Pertanian (Balitklimat), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. e. Laporan Pendampingan Gerakan SPOT STOP Pengendalian OPT Gerakan SPOT STOP merupakan kebijakan yang ditetapkan dalam upaya perlindungan tanaman. Gerakan SPOT STOP adalah upaya pengendalian responsif untuk menghentikan sumber serangan / gejala awal agar serangan tidak berkembang lebih lanjut. Sebelum terjadi spot dilakukan upaya preemtif yaitu melakukan budidaya tanaman sehat serta pengaturan pola tanam secara serentak, kemudian diikuti dengan pengamatan secara intensif dan melakukan pengendalian secara dini bila ditemukan adanya SPOT serangan OPT, sehingga serangan tidak meluas. f. Evaluasi Penerapan Teknologi Pengendalian OPT Spesifik Lokasi Untuk meningkatkan kualitas/mutu dari Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP) perlu mempersiapkan akreditasi laboratorium agar mampu bersaing di tingkat nasional. Akreditasi perlu dilakukan karena akreditasi adalah suatu bentuk standarisasi, dalam rekayasa teknologi dengan penggunaan standard yang sama sehingga produk (agens hayati, pestisida nabati) yang dihasilkan dari berbagai LPHP akan mempunyai efektifitas dan mutu yang sama. g. Pengembangan dan Penerapan Teknologi Pengendalian OPT Ramah Lingkungan Kegiatan ini bertujuan : a) Mengevaluasi pengembangan dan penerapan teknologi pengendalian OPT ramah lingkungan, b) Menghimpun informasi tentang teknologi pengendalian OPT ramah lingkungan yang 48

60 telah digunakan dan dimasyarakatkan, c) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petugas dalam hal pengendalian OPT, terutama teknologi pengendalian OPT yang ramah lingkungan. Teknologi pengendalian OPT ramah lingkungan yang telah dikembangkan dan diterapkan di berbagai tempat dan mampu mengendalikan OPT secara efektif perlu dimasyarakatkan, tetapi informasi mengenai hal tersebut masih relatif sedikit dan belum tersebar luas, sehingga perlu dilakukan monitoring dan evaluasi penerapannya. Hasil monitoring dan evaluasi tersebut disusun dan disebarluaskan ke petugas lapangan dan masyarakat pertanian. h. Pencanangan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Pangan Pencanangan gerakan pengendalian OPT pada tanaman padi ini bertujuan ; 1) memberdayakan dan meningkatkan kepedulian masyarakat tani akan pentingnya pengendalian OPT pada tanaman padi. 2) menggerakkan dan memotivasi masyarakat tani untuk ikut aktif dalam pengendalikan serangan OPT secara bersama-sama di daerah endemis serangan OPT di sentra produksi padi. 3) memupuk kerjasama antar kelompok tani dalam upaya pengendalian hama padi. Pencanangan gerakan pengendalian OPT pada tanaman padi dilaksanakan di 4 provinsi yaitu Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di Provinsi Jawa Barat dilaksanakan untuk pengendalian tikus dengan menggunakan predator anjing. Pada pencanangan gerakan ini mendatangkan pasukan anjing Epen dari Subang untuk memperkenalkan pengendalian dengan pemanfaatan musuh alami anjing pemburu. Di Provinsi NTT dilaksanakan di Kabupaten Manggarai Barat, yang merupakan daerah endemis penyakit tungro. Pengendalian dilakukan dengan menggunakan pestisida dan menyerahkan bantuan sarana berupa : 10 unit hand sprayer, 200 liter agens hayati Beauveria bassiana, 60 liter agens hayati EM-Mor dan 60 liter agens hayati Trichoderma. Di Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengh dilaksanakan gerakan pengendalian tikus pratanam dengan cara gropyokan, membongkar sarang tikus, menggenangi lubang tikus dengan air dan pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan bahan pengasapan. 49

61 i. Sosialisasi Pemanfaatan Musuh Alami dalan Pengendalian Hama Tikus Kegiatan ini bertujuan adalah : 1) meningkatkan kepedulian petani dan masyarakat akan pentingnya pengendalian tikus dengan musuh alami; 2) meningkatkan kerjasama kelompok tani dalam mengembangkan dan memasyarakatkan pengendalian tikus dengan musuh alami. Peserta pertemuan sebanyak 45 orang terdiri dari Petugas BPTPH/LPHP, Petani/Penangkar dan Petani Penerima Alokasi Bantuan burung hantu (Tyto Alba) yang berasal dari Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan serta narasumber. Pertemuan dibuka oleh Direktur Perlindungan Tanaman Pangan kemudian dilanjutkan pengarahan dan pemaparan materi dari para narasumber. Selain materi di kelas juga dilaksanakan kunjungan lapangan ke Desa Wisata Pengembang Burung Hantu di Desa Tlogoweru, Kecamatan Guntur, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. j. Laporan Pemantapan Pengelolaan Brigade Proteksi Tanaman Pangan Pertemuan Pemantapan Pengelolaan Brigade Proteksi Tanaman (BPT) Pangan dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kemampuan dan ketrampilan petugas Brigade Proteksi Tanaman dalam upaya pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dengan menggunakan pestisida/agens hayati secara aman dan bijaksana. Disamping penyampaian materi dikelas juga dilaksanakan praktek lapangan tentang penyemprotan yang aman dan efektif yang terdiri dari menakar, mencampur, membersihkan alat semprot dan membersihkan diri dari sisa-sisa semprotan, serta kalibrasi. Petugas BPT harus mengetahui dan memahami penyimpanan pestisida yang benar, penggunaan pestisida dengan memahami label yang ada pada kemasan, aplikasi pestisida dengan 6 tepat, pemusnahan limbah pestisida, penggunaan, pemeliharaan alat aplikasi yang benar. k. Pemantapan Pemanfaatan Sarana Pengamatan Peramalan dan Pengendalian OPT 1) Kegiatan bertujuan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petugas Koordinator Tingkat Kabupaten (Koortikab) POPT-PHT dan petugas LPHP di seluruh Indonesia dalam pemanfaatan sarana 50

62 pengamatan, peramalan, dan pengendalian OPT dan penanggulangan DPI. 2) Ringkasan materi hasil kegiatan sebagai berikut: PHT merupakan filosofi perlindungan tanaman, pendekatannya luas, lebih menekankan strategi daripada teknologi dalam mendukung pertanian berkelanjutan. Agroekosistem seharusnya dirancang ulang melalui rekayasa ekosistem yang semula hanya melibatkan hubungan antara hama target dan pengelolaan taktik tertentu, diubah menjadi jaring-jaring hubungan timbal balik antara serangga hama, musuh alami terkait dan skema diversifikasi tanaman. Untuk solusi jangka panjang tentang masalah hama hanya dapat dicapai melalui restrukturisasi dan pengelolaan agroekosistem dengan cara yang memaksimalkan kekuatan preemptif. Fungsi utama Light Trap adalah untuk monitoring yang dapat dimanfaatkan sebagai berikut : - Mengetahui datangnya hama imigran dan puncak tangkapan populasi suatu hama sebagai dasar dalam peringatan dini Early Warning System. - Merekomendasikan waktu semai atau tanam setelah puncak tangkapan. - Rekomendasi pengendalian setelah adanya penerbangan (hasil tangkapan). - Memantau perkembangan populasi serangga hama pada saat kondisi lahan sedang bera atau pengolahan tanah. - Mengkaji dinamika populasi hama, keragaman hayati dll. Berdasarkan data di lapangan saat aplikasi pestisida (bio/sintetik) bahan semprot hilang 70% s.d. 90% yang mengakibatkan pemborosan dan pencemaran lingkungan. Beberapa faktor yang mengakibatkan kehilangan bahan semprot tersebut antara lain: 1) ukuran butiran semprot; 2) volume semprot; 3) kecepatan jalan; 4) arah nozzle/bentuk nozzle; 5) suhu udara; 6) kelembaban udara, dan 7) kecepatan angin. Dalam konsep PHT, penggunaan pestisida harus berdasarkan enam tepat. 51

63 m. Pemantapan Penerapan PHT Pertemuan bertujuan untuk peningkatan kemampuan petugas LPHP dalam menentukan kualitas isolat agens hayati, mengeksplorasi, mengidentifikasi dan memperbanyak agens hayati sesuai standar laboratorium. Pada kegiatan ini peserta dibekali pengenalan mengenai agens hayati dari jenis jamur, bakteri serta mikoriza yang diikuti dengan praktikum. Materi praktikum yang dilaksanakan meliputi : - Eksplorasi Jamur dan Bakteri Agens Hayati - Eksplorasi Mikoriza - Perbanyakan Agens Hayati Kegiatan eksplorasi agens hayati lebih mudah dilakukan jika ditunjang dengan sarana yang memadai misalnya mikroskop digital (terkomputerisasi). Namun demikian kondisi dan sarana LPHP saat ini relatif terbatas. Mengingat hal tersebut, perlu upaya perbaikan dan perlengkapan sarana untuk mendukung kinerjanya. n. Pemantapan Kepemanduan SLPHT Pemantapan Kepemanduan SLPHT ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petugas POPT/POPT-PHP dalam kepemanduan SLPHT agar kegiatan SLPHT dapat dilaksanakan sesuai dengan konsep dasarnya. Setiap petugas perlindungan tanaman seyogyanya dapat memahami orientasi, tujuan utama, kombinasi cara yang dipilih, dan filosofi dalam penerapan PHT. o. Perkembangan Luas Serangan OPT Data dan informasi perlindungan tanaman pangan meliputi perkembangan pelaksanaan kegiatan-kegiatan perlindungan tanaman pangan, perkembangan serangan OPT yang diperoleh dari hasil pengamatan tetap maupun pengamatan keliling, serta berdasarkan hasil tangkapan lampu perangkap (light trap), serta data dan informasi lainnya. Data dan informasi yang telah diolah, dianalisis, dan dievaluasi, diharapkan dapat tersedia secara cepat, akurat, tepat waktu, dan berkesinambungan. Hasil analisis dan evaluasi data tersebut selanjutnya disajikan dalam bentuk laporan-laporan, bahan rapat, atau bahan informasi lain, baik yang bersifat periodik maupun insidentil, sehingga 52

64 dapat dijadikan sebagai bahan referensi atau evaluasi bagi penentu kebijakan atau pihak yang berkepentingan pada masa mendatang. Sehubungan dengan itu, agar penyusunan laporan-laporan tersebut sesuai pedoman yang telah ditetapkan namun tetap menghasilkan data dan informasi yang lengkap dan akurat, maka dipandang perlu untuk melakukan monitoring serangan OPT serta supervisi pengelolaan data luas serangan OPT maupun hasil tangkapan lampu perangkap (light trap) secara berkesinambungan. p. Laporan Tahunan dan LAKIP Perlindungan Tanaman Pangan Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan merupakan laporan pelaksanaan kegiatan dan program Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan selama satu Tahun Anggaran. Laporan berisi informasi struktur organisasi dan ketatausahaan, evaluasi pelaksanaan kegiatan pengamatan, pengelolaan database OPT/ DPI, upaya pengendalian OPT dan penanganan DPI, serta evaluasi pelaksanaan kegiatan pendukung lainnya secara komprehensif. Berdasarkan evaluasi tersebut dapat disimpulkan kendala dan permasalahan yang terjadi sehingga dapat dirumuskan upaya pemecahannya. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggung jawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi. Laporan Akuntabilitas Kinerja berisi ikhtisar pencapaian sasaran sebagaimana yang ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja dan dokumen perencanaan, yaitu menyajikan informasi tentang pencapaian tujuan dan sasaran organisasi, realisasi pencapaian indikator kinerja utama organisasi, penjelasan yang memadai atas pencapaian kinerja, dan pembandingan capaian indikator kinerja sampai dengan tahun berjalan dengan target kinerja yang direncanakan. Hasil analisis dan evaluasi kegiatan tersebut selanjutnya disajikan dalam bentuk laporan-laporan atau bahan informasi lain, baik yang bersifat periodik maupun insidentil, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi atau evaluasi bagi penentu kebijakan atau pihak yang berkepentingan pada masa mendatang. Sehubungan dengan itu, agar penyusunan Laporan Tahunan dan LAKIP tersebut menghasilkan data dan informasi yang lengkap dan akurat, maka dipandang perlu melakukan monitoring pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman pangan Tahun Anggaran

65 q. Pengembangan Jabatan Fungsional dan Sertifikasi POPT Tantangan dan kendala jajaran perlindungan tanaman semakin berat dan beragam, terutama akibat terjadinya dampak perubahan iklim (DPI) global. Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) yang bertugas mengamankan produksi dituntut lebih inovatif, kreatif, cerdas, profesional dan kompeten untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara optimal. Seiring dengan hal tersebut, kebutuhan akan tenaga kerja yang memiliki kompetensi di bidang pengendalian mendorong Pemerintah dan instansi terkait menyediakan wadah/lembaga sertifikasi untuk menguji kompetensi tenaga kerja tersebut untuk dapat memperoleh pengakuan secara legal dan mempunyai nilai jual yang tinggi. Untuk mengoptimalkan kinerja serta meningkatkan kompetensi dan profesionalisme POPT, baik di pusat maupun daerah, perlu diupayakan pengembangan jabatan fungsional dan sertifikasi POPT. Dalam rangka pengembangan jabatan fungsional dan sertifikasi POPT, upaya-upaya yang telah dilakukan antara lain bimbingan pengembangan jabatan fungsional dan sertifikasi POPT, workshop revisi petunjuk teknis, sosialisasi SKKNI dan sertifikasi profesi POPT, serta pelaksanaan dan pendampingan sertifikasi POPT. 54

66 VI. KEGIATAN LAIN A. Komisi-Komisi Sesuai dengan tugas dan fungsi Perlindungan Tanaman Pangan, Direktur Perlindungan Tanaman Pangan menjadi anggota dalam berbagai komisi/kelembagaan antara lain: 1. Anggota Komisi Pestisida Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7 Tahun 1973 tentang Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida, bahwa pestisida yang digunakan harus mendapat izin dari Menteri Pertanian. Dalam rangka pendaftaran pestisida yang telah terdaftar, pendaftaran baru maupun perpanjangan izin, perlu dilakukan evaluasi. 2. Anggota Komisi Ahli Karantina Tumbuhan Dalam rangka mendukung tugas Organisasi Perlindungan Tanaman Nasional (National Plant Protection Organization), dibentuk Komisi Ahli Karantina Tumbuhan yang mempunyai tugas memberikan saran dan solusi pemecahan terhadap permasalahan di dalam pelaksanaan tugas perlindungan tanaman dan perkarantinaan, serta melakukan kajian dan analisis terhadap perkembangan perlindungan tanaman dan perkarantinaan secara reguler atau insidentil. Anggota komisi terdiri dari perguruan tinggi, lembaga penelitian, dan praktisi perlindungan. B. Food Agriculture Organization (FAO) Proyek Strengthening and Revitalization of Integrated Pest Management Implementation and Pesticides Management System in Indonesia (TCP/INS/3403) merupakan proyek kerja sama antara Food Agriculture Organization (FAO) dengan Pemerintah Indonesia melalui Memorandum of Understanding (MoU) yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan pada Bulan Januari Proyek ini dilaksanakan selama 2 (dua) tahun, dimulai bulan Januari 2014 sampai dengan Bulan Desember 2015, di 3 (tiga) provinsi, 6 (enam) lokasi, yaitu Kabupaten Karawang dan Indramayu (Provinsi Jawa Barat), Kabupaten Banyumas dan Klaten (Provinsi Jawa Tengah), serta 55

67 Kabupaten Bojonegoro dan Banyuwangi (Provinsi Jawa Timur). Penentuan lokasi ini berdasarkan daerah endemis serangan OPT, terutama WBC selama 5 tahun terakhir. Proyek TCP/INS/3403 ini meliputi 5 (lima) bidang, yaitu Pesticide Management, Integrated Pest Management (IPM), Bio-control Agents Production and Management, Eco-toxicity, dan Pest Surveillance. Koordinator konsultan proyek atau Lead Technical Officer (LTO), yaitu Mr. Piao Yongfan, yang merupakan personil FAO-RAP Bangkok. LTO berwenang menentukan dan memberikan supervisi kepada konsultan proyek atau Technical Cooperation between Developing Countries (TCDC) Consultant. TCDC Consultant terdiri dari 3 (tiga) orang, yaitu Mr. Govindan dari India untuk Pesticide Management Consultant, Mrs. Lawan Anantiko (dari Thailand) untuk Integrated Pest Management/IPM Consultant, dan Dr. O.R. Reddy (dari India) untuk E-Pest Surveillance Consultant. TCDC Consultant bertanggungjawab menyusun serta mereview rencana kerja proyek bersama dengan National Consultant (NC) dan National Project Coordinator (NPC). National Consultant (NC) dalam proyek ini, untuk Pesticide Management yaitu Prof. Dr. Andy Trisyono, untuk Integrated Pest Management (IPM) yaitu Prof. Dr. Edhi Martono, untuk Bio-control Agents Production and Management akan ditentukan kemudian, untuk Eco-toxicity yaitu Prof. Dr. Dadang, dan untuk Pest Surveillance yaitu Dr. Riyaldi. National Project Coordinator (NPC) atau koordinator pelaksanaan proyek dari internal Pemerintah, yaitu Ir. Deddy Ruswansyah, MM. Kegiatan yang sudah mulai dilaksanakan adalah Pesticide Management, IPM dan E-Pest Surveillance. Pada bidang Pesticide Management akan disusun leaflet pengelolaan pestisida dan rencana training kepada petugas dan petani. Pada bidang IPM, beberapa kegiatan yang dilaksanakan antara lain : Pelatihan Petugas dan Petani, Penerapan PHT Skala Luas di lapangan, Pelatihan Petani Pemandu, Farmer s Field Day (FFD), dan Workshop Nasional Penerapan PHT Skala Luas. Lokasi kegiatan Penerapan PHT Skala Luas yang didanai oleh FAO ini sebagai berikut: Provinsi Jawa Barat : Desa Ujunggebang, Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu Desa Kalibuaya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang Provinsi Jawa Tengah : Desa Pliken, Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas 56

68 Desa Juwiran, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Timur : Desa Gumirih, Kecamatan Singojuruh, Kabupaten Banyuwangi Desa Bendo, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro Proyek TCP/INS/3403 ini merupakan trigger dan pelengkap kegiatan pengembangan PHT di Indonesia. Oleh karena itu berbagai kegiatan yang tercakup dalam proyek ini secara keseluruhan, pada akhirnya diharapkan dapat diadopsi maupun dilanjutkan oleh Pemerintah. Berbagai kendala yang terjadi dalam pelaksanaan proyek diinventarisasi sebagai masukan untuk lebih mengoptimalkan pelaksanaannya di masa mendatang. C. Koperasi Daya Guna Koperasi Daya Guna (KDG) dengan Badan Hukum nomor: 1087/B.H/I merupakan koperasi karyawan/karyawati Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dan Direktorat Perlindungan Hortikultura yang berfungsi memberikan pelayanan kesejahteraan kepada anggota. KDG berupaya memberikan pelayanan maksimal untuk mencapai kesejahteraan anggota, oleh karena itu manajemen Koperasi Daya Guna senantiasa berusaha menjalin hubungan yang sebaik-baiknya dengan pejabat dan pimpinan Direktorat. 1. Keanggotaan Keanggotaan Koperasi mencakup dua Direktorat, yaitu Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Perlindungan Hortikultura, Direktorat Jenderal Tanaman Hortikultura. Jumlah anggota pada Tahun 2015 sebanyak 125 orang yang terdiri dari : a. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan : 90 orang b. Direktorat Perlindungan Hortikultura : 26 orang c. Anggota luar biasa : 5 orang d. Anggota tidak aktif : 4 orang 2. Usaha Kegiatan koperasi adalah simpan pinjam, toko dan aneka usaha. 3. Pelayanan Koperasi Daya Guna secara konsisten melaksanakan fungsi sosialnya melalui berbagai kegiatan antara lain santunan-santunan (kelahiran, kematian dan lain-lain), pasar murah bersubsidi dalam rangka Idul Fitri dan sebagainya. 57

69 D. Ikawati Kepengurusan Ikatan Karyawati (Ikawati) Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan periode dengan susunan sebagai berikut: Pembina : Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Ketua : Trias Retno Wardhani Wakil Ketua : Abriani Fensionita Sekretaris : Syanti Asviatuti : Nurbayana Bendahara : Andriati Kusumawardhani Seksi Pendidikan : 1. Maunah Ambarwati 2. Hastari Kusumawardhani 3. Fitria Yulianti 4. Rhonda Hesti E. Seksi Umum : 1. Eka Widiyastuti 2. Marwanti 3. Ade Ratna Yulinar a. Seksi Usaha : 1. Yoyoh Rokayah 2. Sri Hidayanti 3. Puspitasari 4. Indah Nur Rokhmah 5. Teguh Puji Sri Lestari Selama Tahun 2015, berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan Ikawati adalah sebagai berikut : 1. Mengadakan pertemuan rutin setiap empat bulan diantaranya arisan, berbagi pengetahuan dan pengalaman serta keterampilan dari karyawati untuk karyawati. 2. Menghadiri dan mengikuti berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh Ikawati Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Dharma Wanita Sub Unit Direktorat Jenderal Tanaman Pangan serta Kementerian Pertanian 3. Melaksanakan kegiatan pengajian dan ceramah agama pada bulan Ramadhan untuk lebih meningkatkan kecerdasan spiritual karyawati. 4. Dalam rangka menghimpun dana untuk menambah modal usaha, Seksi Usaha melaksanakan kegiatan antara lain pengadaan barang dengan angsuran. 58

70 VII. PERMASALAHAN DAN UPAYA PEMECAHANNYA TAHUN 2015 Berbagai kendala baik teknis maupun non teknis dalam pelaksanaan kegiatan yang mempengaruhi target yang telah ditetapkan antara lain : 1. Kelembagaan Perlindungan Tanaman di daerah Implementasi dari PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, menyebabkan kelembagaan perlindungan tanaman di daerah cukup bervariasi sehingga peran dan fungsinya cenderung menurun. Lembaga perlindungan di daerah diantaranya LPHP/LAH sebagai pusat pengembangan teknologi perlindungan tanaman masih bervariasi, baik sarana prasarana, SDM, maupun kegiatannya.. Untuk itu, diperlukan advokasi kepada pemerintah Provinsi agar dapat ditingkatkan koordinasi dan sinergi dengan instansi terkait di daerah. 2. Pemberdayaan kelembagaan PHT di tingkat lapangan Alumni SLPHT berperan penting dalam penerapan, pengembangan, dan pemasyarakatan PHT. Diantaranya melalui pengembangan Pos Pengembang Agens Hayati (PPAH), namun aktivitasnya belum optimal karena terbatasnya dukungan sarana dan prasarana, teknologi, pendampingan, pembinaan dan dukungan dana dari daerah. Petani alumni SLPHT di beberapa daerah tidak berperan optimal dalam memperbanyak unit-unit SLPHT swadana, sehingga masih diperlukan dukungan dana melalui APBD provinsi dan APBD kabupaten/kota untuk pengembangan unit-unit SLPHT. 3. Ketergantungan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota Pada era Otonomi Daerah, pemenuhan kebutuhan SDM dan sarana prasarana perlindungan tanaman adalah tanggungjawab pemerintah daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) bukan tanggunggjawab pusat. Untuk itu, perlu dilakukan advokasi kepada Gubernur, Bupati/Walikota, dan lembaga legislatif serta pemangku kepentingan perlindungan tanaman di daerah. 4. Perubahan iklim dan faktor lingkungan yang kurang mendukung Perubahan iklim sudah dirasakan dan berpengaruh sangat nyata, antara lain curah hujan di atas rata-rata, pergeseran musim hujan dan musim kemarau, 59

71 rusaknya daerah tangkapan air, dan rusaknya sarana irigasi. Kondisi ini menyebabkan meningkatnya luas, frekuensi dan durasi DPI berupa banjir dan kekeringan serta berpengaruh terhadap dinamika populasi OPT, peningkatan patogenitas penyakit dan pola distribusi serangannya. Oleh karena itu, upaya antisipasi, mitigasi, serta penanganan OPT/DPI perlu mendapat perhatian terkait dengan kelembagaan, penelitian, pengembangan, dan penanganannya. Upaya-upaya tersebut ditingkatkan melalui peningkatan diseminasi prakiraan serangan OPT/DPI, pemanfaatan informasi prakiraan iklim di tingkat lapangan, penyebarluasan rekomendasi penyesuaian pola tanam dan kalender tanam, rehabilitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, penanganan secara spesifik lokasi, serta pemberdayaan petani melalui SLI dan SLPHT. 5. SLI tidak dapat dilaksanakan secara spesifik komoditas Sampai saat ini, SLI tidak dapat dilaksanakan secara spesifik komoditas karean lahan yang dipergunakan untuk kegiatan SLI merupakan lahan yang sudah mempunyai pola tanaman padi-palawija serta modul yang disampaikan didalamnya mencakup teknologi budidaya khususnya teknologi yang digunakan dalam menyikapi perubahan iklim di wilayah setempat. 6. Koordinasi penanganan OPT Penanganan OPT, terutama pada daerah sumber serangan dan sumber infeksi di daerah perbatasan antar provinsi/kabupaten/kota belum dilaksanakan secara optimal. Hal tersebut karena kurangnya koordinasi dan sinkronisasi antar wilaya sejak diberlakukan otonomi daerah. Sehubungan denggan hal tersebut, perlu diupayakan koordinasi dan sinkronisasi secara vertikal dan horizontal. 60

72 VIII. PENUTUP 1. Dalam rangka pencapaian produksi tanaman pangan, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan menetapkan strategi pokok perlindungan tanaman pangan meliputi: 1) Pengembangan sistem deteksi dan peringatan dini serangan OPT dan DPI dalam rangka menekan tingkat kerusakan dan kerugian/kehilangan hasil; 2) peningkatan kemampuan teknis SDM perlindungan tanaman pangan sejalan dengan perkembangan teknologi pengendalian OPT dan penanganan DPI, 3) penyediaan sarana dan prasarana pengendalian OPT dan DPI, 4) Peningkatan kemandirian petani dalam rangka mengatasi permasalahan OPT dan DPI, 5) peningkatan koordiansi hubungan kerja dalam rangka mewujudkan sinergistas antara kelembagaan perlindungan tanaman pangan di tingkat pusat dan daerah. 2. Luas banjir pada tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar) selama Tahun 2015 seluas ha (puso: ha). Apabila dibandingkan dengan tahun 2013 (terkena: ha, puso: ha) menurun seluas ha (terkena) atau 18,54% sedangkan pusonya meningkat seluas ha atau 0,49%. Selama Tahun 2015 luas banjir tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Barat (terkena: ha, puso: ha), Jawa Tengah (terkena: ha, puso: ha), dan Aceh (terkena: ha, puso: ha). Rasio luas banjir terhadap luas tanam ( ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 1,77% dan puso 0,74%. 3. Luas Kekeringan pada tanaman pangan selama Tahun 2015 seluas ha (puso: 38 ha). Apabila dibandingkan dengan tahun 2013 (terkena: ha, puso: ha) meningkat seluas ha (terkena) atau 295,39% dan pusonya seluas ha atau 831,77%. Selama Tahun 2015 luas kekeringan tertinggi terjadi di Provinsi Aceh (terkena: ha, puso: ha), Kalimantan Barat (terkena: ha, puso: ha), dan Sulawesi Tenggara (terkena: ha, puso: ha). Rasio luas kekeringan terhadap luas tanam ( ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 1,77% dan puso 0,74%. 4. Luas serangan pada tanaman pangan selama Tahun 2015 seluas ha (puso: ha). Apabila dibandingkan dengan tahun 2013 (terkena:

73 ha, puso: ha) menurun seluas ha (terkena) atau 11,67% dan pusonya seluas ha atau 44,92%. Selama Tahun 2015 luas serangan tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Tengah (terkena: ha, puso: ha), Jawa barat (terkena: ha, puso: 9 ha), dan Jawa Timur (terkena: ha, puso: 147 ha). Rasio luas serangan terhadap luas tanam ( ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 2,45% dan puso 0,01%. 5. Luas tanam pangan Tahun 2015 ( ha) menurun seluas ha atau 2,06% apabila dibandingkan dengan luas tanam Tahun 2013 ( ha). Luas tanam padi Tahun 2015 seluas ha, menurun seluas ha (2,43%) apabila dibandingkan Tahun 2013 ( ) ha; jagung seluas ha meningkat ha (0,54%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 ( ha); kedelai seluas ha meningkat ha (3,89%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 ( ha); kacang tanah seluas ha menurun ha (3,23%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 ( ha); kacang hijau seluas ha meningkat ha (15,48%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 ( ha); ubi kayu seluas ha menurun ha (9,23%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 ( ha); ubi jalar seluas ha menurun ha (24,70%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 ( ha). 6. Selama Tahun 2015, telah dilakukan upaya pengendalian OPT pada tanaman pangan seluas ha, meningkat seluas (27,50%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 ( ha). Pengendalian OPT dilakukan dengan berbagai cara, yaitu secara mekanik fisik, aplikasi pestisida, dan dengan cara lain. Pestisida yang digunakan untuk mengendalikan OPT utama Tanaman Pangan, berasal dari swadaya petani dan pemerintah (kecamatan, kabupaten/kota, propinsi), serta bantuan pengadaan pemerintah pusat maupun dari stok cadangan nasional yang dialokasikan ke propinsi. 7. Pada Tahun 2015, kegiatan SLPHT dapat direalisasikan sebanyak 910 unit (95,39%) dari 954 unit yang direncanakan hampir di seluruh provinsi, sedangkan SLI dapat direalisasikan sebanyak 95 unit (88,8%) dari 95 unit yang direncanakan dan tersebar di 29 provinsi. 8. Untuk penanganan banjir, kekeringan dan menekan luas serta intensitas serangan OPT utama, telah dilakukan berbagai kegiatan antara lain pengiriman informasi prakiraan iklim dari BMKG kepada Gubernur, 62

74 pengiriman surat kewaspadaan peningkatan serangan OPT dan langkah operasional penanganannya kepada Gubernur, konsolidasi petugas, pembentukan POSKO Pengendalian OPT (tingkat Kabupaten, Kecamatan, dan Desa), menurunkan tim pemantauan dan bimbingan teknis (Provinsi, Kabupaten, Kecamatan), dan penyediaan bantuan pestisida cadangan nasional. 9. Untuk mendukung pelaksanaan kebijakan perlindungan tanaman ke depan, diperlukan penguatan SDM dan kelembagaan perlindungan baik di pusat maupun di daerah, database yang akurat dan mekanisme pelaporan yang sistematis. 10. Agar pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman dapat diimplementasikan dengan baik, sangat diperlukan sinkronisasi dan koordinasi yang baik antara pusat dengan daerah maupun instansi terkait lintas sektor. 63

75 64

76 Lampiran 1. Struktur Organisasi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Berdasarkan Permentan No. 61/Permentan/OT.140/10/2010 DIREKTUR PERLINDUNGAN SUB BAGIAN TATA USAHA SUBDIT PENGELOLAA N DATA OPT SUBDIT DAMPAK PERUBAHAN SUBDIT TEKNOLOGI PENGENDALI SUBDIT PENGELOLAAN PHT SEKSI MONITORIN G DAN SEKSI ADAPTASI SEKSI IDENTIFIKASI SEKSI PEMASYARAKA TAN SEKSI EVALUASI DAN SEKSI MITIGASI SEKSI VERIFIKASI SEKSI KELEMBAGAAN KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL 65

77 Lampiran 2. RASIO LUAS BANJIR TERHADAP LUAS TANAM PADA TANAMAN PANGAN TAHUN 2015 DAN TAHUN 2013 (Ha) No. Provinsi Luas Tanam (Lt) 2014 Luas banjir (Lb) % Lb thdp Lt Luas Tanam Luas banjir (Lb) % Lb thdp Lt (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh ,94 5, ,95 2,50 2 Sumatera Utara ,38 0, ,51 0,52 3 Sumatera Barat ,46 0, ,67 0,09 4 R i a u ,86 1, ,23 0,95 5 J a m b i ,10 0, ,41 1,70 6 Sumatera Selatan ,43 0, ,69 0,22 7 Bengkulu , ,26 0,08 8 Lampung ,41 0, ,67 0,81 9 Kep. Bangka Belitung , Kep. Riau DKI Jakarta ,48 9, ,24 4,61 12 Jawa Barat ,88 2, ,99 0,25 13 Jawa Tengah ,35 1, ,41 0,73 14 DI Yogyakarta ,12 0, ,55 0,04 15 Jawa Timur ,80 0, ,65 0,58 16 Banten ,50 1, ,09 2,25 17 B a l i ,03 0,00 18 Nusa Tenggara Barat ,01 0, ,02 0,43 19 Nusa Tenggara Timur ,02 0, ,42 0,27 20 Kalimantan Barat ,04 0, ,13 0,07 21 Kalimantan Tengah ,71 0, ,63 0,25 22 Kalimantan Selatan ,04 0, ,77 0,00 23 Kalimantan Timur ,52 0, ,54 0,36 24 Sulawesi Utara Sulawesi Tengah ,18 0, ,06 0,01 26 Sulawesi Selatan ,50 0, ,01 0,00 27 Sulawesi Tenggara ,09 3, ,66 12,80 28 Gorontalo ,54 0, ,39 1,51 29 Sulawesi Barat , ,41 0,01 30 M a l u k u Maluku Utara , ,34 0,14 32 Papua Barat , ,48 0,24 33 Papua Jumlah ,49 1, ,94 0,63 Padi

78 Lanjutan lampiran 2. (Ha) Jagung No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Luas banjir (Lb) % Lb thdp Lt Luas Tanam Luas banjir (Lb) % Lb thdp Lt (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh ,86 0, ,97 0,38 2 Sumatera Utara ,17 0, ,24 0,04 3 Sumatera Barat ,14 0, ,50 0,19 4 R i a u ,69 0, ,77 0,15 5 J a m b i ,58 0, ,35 0,66 6 Sumatera Selatan ,59 0, ,51 0,08 7 Bengkulu ,02-8 Lampung ,01 0, ,11 0,01 9 Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah ,19 0, ,08 0,02 14 DI Yogyakarta Jawa Timur ,04 0, ,37 0,16 16 Banten B a l i Nusa Tenggara Barat ,82 0, ,38 0,10 19 Nusa Tenggara Timur ,03 0, ,55 0,48 20 Kalimantan Barat Kalimantan Tengah ,09 0,09 22 Kalimantan Selatan ,22 0, ,50-23 Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah ,07 0, ,00 0,00 26 Sulawesi Selatan ,01 0, ,01 0,00 27 Sulawesi Tenggara ,23 6, ,48 11,67 28 Gorontalo ,27 0,23 29 Sulawesi Barat ,65 0,13 30 M a l u k u Maluku Utara Papua Barat ,10 0,10 33 Papua Jumlah ,27 0, ,46 0,21 67

79 Lanjutan lampiran 2. (Ha) No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Kedelai Luas banjir (Lb) % Lb thdp Lt Luas Tanam Luas banjir (Lb) % Lb thdp Lt (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh ,45 2, ,51 0,18 2 Sumatera Utara ,88 2, ,63 6,74 3 Sumatera Barat ,38 0, R i a u ,25 1, ,06 17,30 5 J a m b i ,70 1, ,02 1,62 6 Sumatera Selatan ,29 0,29 7 Bengkulu Lampung ,05 0, Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat ,50 0,07 13 Jawa Tengah ,58 0, ,12 0,00 14 DI Yogyakarta ,26 0,07 15 Jawa Timur ,02 0, ,11 0,00 16 Banten ,31 0, B a l i Nusa Tenggara Barat ,87 0,76 19 Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah ,56 0,64 22 Kalimantan Selatan ,77 0, ,56-23 Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah , Sulawesi Selatan ,15 0, Sulawesi Tenggara ,37 2, ,89 6,14 28 Gorontalo ,22 0, ,38 0,38 29 Sulawesi Barat M a l u k u Maluku Utara Papua Barat ,31 0,31 33 Papua Jumlah ,58 0, ,87 0,30 68

80 Lanjutan lampiran 2. (Ha) Kacang tanah No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Luas banjir (Lb) % Lb thdp Lt Luas Tanam Luas banjir (Lb) % Lb thdp Lt (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh ,84 0, ,05 0,93 2 Sumatera Utara ,67 0, ,02 0,02 3 Sumatera Barat ,08 0, ,99 0,07 4 R i a u ,47 0, ,16 1,08 5 J a m b i ,65 0, ,40 0,07 6 Sumatera Selatan ,02 0, Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah ,05 0, ,09 0,01 14 DI Yogyakarta ,00 0,00 15 Jawa Timur , Banten B a l i Nusa Tenggara Barat ,02 0,02 19 Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan ,32 0,11 23 Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah ,12 0, Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara ,44-28 Gorontalo ,47 4,47 29 Sulawesi Barat ,00-30 M a l u k u Maluku Utara Papua Barat ,51 0,51 33 Papua Jumlah ,05 0, ,09 0,03 69

81 Lanjutan lampiran 2. (Ha) Kacang hijau No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Luas banjir (Lb) % Lb thdp Lt Luas Tanam Luas banjir (Lb) % Lb thdp Lt (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh , ,63 0,21 2 Sumatera Utara , ,00 3,12 3 Sumatera Barat R i a u ,35 0, ,38 0,38 5 J a m b i Sumatera Selatan ,21 0,76 7 Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah ,17-14 DI Yogyakarta Jawa Timur Banten B a l i Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur ,36 0,96 20 Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan ,74-23 Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara ,41 2, ,93 1,82 28 Gorontalo Sulawesi Barat M a l u k u Maluku Utara Papua Barat Papua Jumlah ,02 0, ,43 0,13 70

82 Lanjutan lampiran 2. (Ha) Ubi kayu No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Luas banjir (Lb) % Lb thdp Lt Luas Tanam Luas banjir (Lb) % Lb thdp Lt (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh ,72 0, ,35-2 Sumatera Utara ,04 0, ,06 0,03 3 Sumatera Barat ,02 0, ,03 0,03 4 R i a u ,42 1, ,57 0,26 5 J a m b i ,12 0, ,76 0,15 6 Sumatera Selatan ,01 0, Bengkulu Lampung ,04 0, ,00-9 Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah ,00 0, ,00-14 DI Yogyakarta Jawa Timur Banten B a l i Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur ,01 0, ,38 0,31 20 Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan , Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo ,66 2,66 29 Sulawesi Barat M a l u k u Maluku Utara Papua Barat Papua Jumlah ,03 0, ,04 0,02 71

83 Lanjutan lampiran 2. (Ha) Ubi jalar No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Luas banjir (Lb) % Lb thdp Lt Luas Tanam Luas banjir (Lb) % Lb thdp Lt (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat R i a u ,01 0, J a m b i , Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah , DI Yogyakarta Jawa Timur Banten B a l i Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan , ,73-23 Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat M a l u k u Maluku Utara Papua Barat Papua Jumlah ,10 0, ,01-72

84 Lanjutan lampiran 2. (Ha) No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Pangan Luas banjir (Lb) % Lb thdp Lt Luas Tanam Luas banjir (Lb) % Lb thdp Lt (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh ,35 4, ,28 2,07 2 Sumatera Utara ,05 0, ,93 0,42 3 Sumatera Barat ,40 0, ,63 0,11 4 R i a u ,36 1, ,80 1,09 5 J a m b i ,92 0, ,91 1,60 6 Sumatera Selatan ,21 0, ,61 0,21 7 Bengkulu , ,20 0,06 8 Lampung ,70 0, ,30 0,39 9 Kep. Bangka Belitung , Kep. Riau DKI Jakarta ,75 8, ,24 4,61 12 Jawa Barat ,08 2, ,68 0,21 13 Jawa Tengah ,23 1, ,66 0,49 14 DI Yogyakarta ,05 0, ,25 0,02 15 Jawa Timur ,44 0, ,55 0,36 16 Banten ,05 1, ,44 2,07 17 B a l i ,02 0,00 18 Nusa Tenggara Barat ,79 0, ,81 0,38 19 Nusa Tenggara Timur ,02 0, ,53 0,37 20 Kalimantan Barat ,04 0, ,78 0,06 21 Kalimantan Tengah ,67 0, ,58 0,24 22 Kalimantan Selatan ,90 0, ,60 0,00 23 Kalimantan Timur ,33 0, ,38 0,33 24 Sulawesi Utara Sulawesi Tengah ,17 0, ,04 0,01 26 Sulawesi Selatan ,36 0, ,01 0,00 27 Sulawesi Tenggara ,59 3, ,45 11,15 28 Gorontalo ,17 0, ,91 0,63 29 Sulawesi Barat , ,15 0,04 30 M a l u k u Maluku Utara , ,03 0,06 32 Papua Barat , ,31 0,18 33 Papua Jumlah ,77 0, ,13 0,49 73

85 Lampiran 3. RASIO LUAS KEKERINGAN TERHADAP LUAS TANAM PADA TANAMAN PANGAN TAHUN 2015 DAN TAHUN 2013 (Ha) No. Provinsi Luas Tanam (Lt) 2014 Luas kekeringan Luas kekeringan % Lk thdp Lt Luas Tanam % Lk thdp Lt (Lk) (Lk) (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh ,00 1, ,29 0,13 2 Sumatera Utara ,78 0, ,62-3 Sumatera Barat ,24 0, ,08 0,00 4 R i a u ,98 0, ,56 0,07 5 J a m b i ,70 0, ,09-6 Sumatera Selatan ,09 0, Bengkulu , Lampung ,44 0, ,42 0,00 9 Kep. Bangka Belitung , Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat ,66 0, ,45 0,01 13 Jawa Tengah ,75 0, ,17 0,01 14 DI Yogyakarta ,70 0, ,24 0,03 15 Jawa Timur ,40 0, ,42 0,09 16 Banten ,26 0, ,05 0,03 17 B a l i ,28 0, ,12-18 Nusa Tenggara Barat ,05 0, ,17 0,04 19 Nusa Tenggara Timur ,42 0, ,32 0,00 20 Kalimantan Barat ,42 2, ,38-21 Kalimantan Tengah ,44 0, ,42 0,01 22 Kalimantan Selatan ,49 0, ,00-23 Kalimantan Timur ,44 0, ,04-24 Sulawesi Utara Sulawesi Tengah ,05 0, ,00-26 Sulawesi Selatan ,47 0, ,02 0,01 27 Sulawesi Tenggara ,81 2, ,83 0,23 28 Gorontalo ,18 4, ,18 0,20 29 Sulawesi Barat ,32 0, ,00-30 M a l u k u ,52 0, Maluku Utara ,38 8, Papua Barat ,75 0, ,01-33 Papua , Jumlah ,59 0, ,36 0,03 Padi

86 Lanjutan lampiran 3. (Ha) No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Luas kekeringan Luas kekeringan % Lk thdp Lt Luas Tanam % Lk thdp Lt (Lk) (Lk) (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh , ,78-2 Sumatera Utara , ,96-3 Sumatera Barat ,07 0, R i a u , ,18-5 J a m b i , Sumatera Selatan , Bengkulu Lampung ,05 0, ,10-9 Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah ,36 0, ,11-14 DI Yogyakarta , ,01-15 Jawa Timur ,06 0, ,10 0,02 16 Banten B a l i ,46 0, Nusa Tenggara Barat ,80 0, ,49 0,02 19 Nusa Tenggara Timur ,80 0, ,42 0,05 20 Kalimantan Barat ,02-21 Kalimantan Tengah , Kalimantan Selatan , ,03-23 Kalimantan Timur ,30 0, Sulawesi Utara Sulawesi Tengah , ,02-26 Sulawesi Selatan ,41 0, Sulawesi Tenggara ,68 0, Gorontalo Sulawesi Barat ,33 6, M a l u k u Maluku Utara Papua Barat , ,10-33 Papua , Jagung Jumlah ,52 0, ,30 0,01 75

87 Lanjutan lampiran 3. (Ha) No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Kedelai Luas kekeringan Luas kekeringan % Lk thdp Lt Luas Tanam % Lk thdp Lt (Lk) (Lk) (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh ,64 0, ,01-2 Sumatera Utara , Sumatera Barat R i a u ,43 2, ,29-5 J a m b i ,98 0, Sumatera Selatan ,13 0, Bengkulu Lampung , Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah ,61 0, ,05 0,01 14 DI Yogyakarta ,12-15 Jawa Timur , Banten ,15 0, B a l i Nusa Tenggara Barat ,51 0, Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah ,09 3, Kalimantan Selatan ,46 0, ,10-23 Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah , Sulawesi Selatan ,16 0, Sulawesi Tenggara Gorontalo ,49 5, Sulawesi Barat M a l u k u Maluku Utara Papua Barat ,53-33 Papua Jumlah ,81 0, ,02 0,00 76

88 Lanjutan lampiran 3. (Ha) No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Kacang tanah Luas kekeringan Luas kekeringan % Lk thdp Lt % Lk thdp Lt (Lk) Luas Tanam (Lk) (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh ,35-2 Sumatera Utara , Sumatera Barat R i a u ,24-5 J a m b i Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung ,55 0, Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah , ,01-14 DI Yogyakarta ,26 0, ,06-15 Jawa Timur , Banten B a l i ,85 0, Nusa Tenggara Barat , ,07-19 Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan , ,02-23 Kalimantan Timur ,22 0, Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat M a l u k u Maluku Utara Papua Barat , ,13-33 Papua Jumlah ,07 0, ,03-77

89 Lanjutan lampiran 3. (Ha) Kacang hijau No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Luas kekeringan Luas kekeringan % Lk thdp Lt Luas Tanam % Lk thdp Lt (Lk) (Lk) (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat R i a u J a m b i Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat ,05-13 Jawa Tengah ,01-14 DI Yogyakarta , Jawa Timur , Banten B a l i Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat M a l u k u Maluku Utara Papua Barat Papua Jumlah , ,00-78

90 Lanjutan lampiran 3. (Ha) No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Ubi kayu Luas kekeringan Luas kekeringan % Lk thdp Lt % Lk thdp Lt (Lk) Luas Tanam (Lk) (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh Sumatera Utara , Sumatera Barat R i a u J a m b i Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten B a l i Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur , Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah ,03-26 Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat M a l u k u , Maluku Utara Papua Barat Papua Jumlah , ,00-79

91 Lanjutan lampiran 3. (Ha) No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Ubi jalar Luas kekeringan Luas kekeringan % Lk thdp Lt Luas Tanam % Lk thdp Lt (Lk) (Lk) (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh Sumatera Utara , Sumatera Barat , R i a u J a m b i Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten B a l i Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan ,10-23 Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat M a l u k u Maluku Utara Papua Barat Papua Jumlah , ,00-80

92 Lanjutan lampiran 3. (Ha) No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Pangan Luas banjir (Lb) % Lb thdp Lt Luas Tanam Luas banjir (Lb) % Lb thdp Lt (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh ,38 1, ,11 0,10 2 Sumatera Utara ,57 0, ,64-3 Sumatera Barat ,02 0, ,06 0,00 4 R i a u ,37 0, ,57 0,06 5 J a m b i ,28 0, ,08-6 Sumatera Selatan ,11 0, Bengkulu , Lampung ,24 0, ,23 0,00 9 Kep. Bangka Belitung ,32 0, Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat ,55 0, ,38 0,01 13 Jawa Tengah ,57 0, ,33 0,01 14 DI Yogyakarta ,36 0, ,12 0,01 15 Jawa Timur ,23 0, ,26 0,05 16 Banten ,23 0, ,05 0,03 17 B a l i ,06 0, ,09-18 Nusa Tenggara Barat ,40 0, ,82 0,03 19 Nusa Tenggara Timur ,84 0, ,31 0,02 20 Kalimantan Barat ,87 1, ,34-21 Kalimantan Tengah ,35 0, ,40 0,01 22 Kalimantan Selatan ,48 0, ,00-23 Kalimantan Timur ,40 0, ,04-24 Sulawesi Utara Sulawesi Tengah ,07 0, ,01-26 Sulawesi Selatan ,43 0, ,01 0,00 27 Sulawesi Tenggara ,02 1, ,05 0,17 28 Gorontalo ,96 1, ,34 0,06 29 Sulawesi Barat ,93 1, ,00-30 M a l u k u ,34 0, Maluku Utara ,72 4, Papua Barat ,32 0, ,05-33 Papua , Jumlah ,22 0, ,30 0,02 81

93 Lampiran 4. RASIO LUAS SERANGAN TERHADAP LUAS TANAM PADA TANAMAN PANGAN TAHUN 2015 DAN TAHUN 2013 (Ha) No. Provinsi Luas Tanam (Lt) 2014 Luas serangan (Ls) % Ls thdp Lt Luas Tanam Luas serangan (Ls) % Ls thdp Lt (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh , ,62 0,00 2 Sumatera Utara ,82 0, ,76 0,00 3 Sumatera Barat ,54 0, ,51 0,01 4 R i a u ,22 0, ,87-5 J a m b i ,44 0, ,58 0,00 6 Sumatera Selatan ,81 0, ,53 0,01 7 Bengkulu , ,02 0,01 8 Lampung ,61 0, ,15 0,00 9 Kep. Bangka Belitung ,50 0, ,18 0,00 10 Kep. Riau DKI Jakarta , ,41-12 Jawa Barat , ,15-13 Jawa Tengah ,52 0, ,05 0,05 14 DI Yogyakarta ,47 0, ,65-15 Jawa Timur ,85 0, ,52 0,15 16 Banten ,45 0, ,75 0,02 17 B a l i ,44 0, ,45-18 Nusa Tenggara Barat , ,62 0,00 19 Nusa Tenggara Timur ,06 0, ,74 0,00 20 Kalimantan Barat , ,93 0,01 21 Kalimantan Tengah ,70 0, ,05 0,00 22 Kalimantan Selatan ,75 0, ,22 0,00 23 Kalimantan Timur ,93 0, ,71 0,01 24 Sulawesi Utara , ,41 0,03 25 Sulawesi Tengah , ,01-26 Sulawesi Selatan ,23 0, ,48 0,00 27 Sulawesi Tenggara ,03 0, ,45 0,09 28 Gorontalo , ,45-29 Sulawesi Barat ,40 0, ,89 0,01 30 M a l u k u , ,21-31 Maluku Utara , ,76-32 Papua Barat ,34 0, ,10 0,03 33 Papua ,38 0, ,45 0,03 Jumlah ,28 0, ,67 0,03 Padi

94 Lanjutan lampiran 4. (Ha) No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Luas serangan (Ls) % Ls thdp Lt Luas Tanam Luas serangan (Ls) % Ls thdp Lt (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh , ,51-2 Sumatera Utara , ,39-3 Sumatera Barat , ,12 0,00 4 R i a u , ,32 0,01 5 J a m b i , ,78 0,00 6 Sumatera Selatan , ,82-7 Bengkulu , ,59-8 Lampung , ,41 0,00 9 Kep. Bangka Belitung , ,47-10 Kep. Riau , DKI Jakarta Jawa Barat , ,85-13 Jawa Tengah , ,72 0,02 14 DI Yogyakarta , ,31-15 Jawa Timur ,28 0, ,26 0,00 16 Banten B a l i , ,05-18 Nusa Tenggara Barat , ,57-19 Nusa Tenggara Timur ,68 0, ,48-20 Kalimantan Barat , ,05-21 Kalimantan Tengah ,13-22 Kalimantan Selatan ,02-23 Kalimantan Timur , ,31 0,01 24 Sulawesi Utara , ,98-25 Sulawesi Tengah , ,86-26 Sulawesi Selatan , ,91-27 Sulawesi Tenggara ,35 0, ,29-28 Gorontalo , ,36-29 Sulawesi Barat , ,89-30 M a l u k u , ,45-31 Maluku Utara ,03 0, ,55 0,00 32 Papua Barat , ,77-33 Papua , ,05 - Jumlah ,63 0, ,67 0,00 Jagung

95 Lanjutan lampiran 4. (Ha) No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Kedelai Luas serangan (Ls) % Ls thdp Lt Luas Tanam Luas serangan (Ls) % Ls thdp Lt (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh ,96 0, ,21-2 Sumatera Utara , ,09-3 Sumatera Barat , ,01-4 R i a u , ,03-5 J a m b i , ,11-6 Sumatera Selatan , ,00-7 Bengkulu , ,00-8 Lampung , ,17-9 Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat ,20 0, ,66-13 Jawa Tengah , ,51-14 DI Yogyakarta , ,27-15 Jawa Timur , ,57-16 Banten B a l i , ,02-18 Nusa Tenggara Barat ,91 0, ,47-19 Nusa Tenggara Timur , ,35-20 Kalimantan Barat , ,25-21 Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur , ,03-24 Sulawesi Utara , ,00-25 Sulawesi Tengah , ,08-26 Sulawesi Selatan , ,27-27 Sulawesi Tenggara , ,54-28 Gorontalo , ,00-29 Sulawesi Barat , ,02-30 M a l u k u ,00-31 Maluku Utara , ,11 0,00 32 Papua Barat , ,00-33 Papua , ,40 - Jumlah ,55 0, ,61 0,00 84

96 Lanjutan lampiran 4. (Ha) No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Kacang tanah Luas serangan (Ls) % Ls thdp Lt Luas Tanam Luas serangan (Ls) % Ls thdp Lt (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh , ,88-2 Sumatera Utara , ,06-3 Sumatera Barat , ,53-4 R i a u , ,53 0,09 5 J a m b i ,41 0, ,54 0,00 6 Sumatera Selatan , ,54-7 Bengkulu , ,43-8 Lampung , Kep. Bangka Belitung , ,71-10 Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat , ,83-13 Jawa Tengah , ,12-14 DI Yogyakarta , ,37-15 Jawa Timur ,50 0, ,80-16 Banten , B a l i , ,45-18 Nusa Tenggara Barat , ,74-19 Nusa Tenggara Timur , ,98-20 Kalimantan Barat ,50-21 Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur , ,60-24 Sulawesi Utara , ,55 0,01 25 Sulawesi Tengah ,12-26 Sulawesi Selatan , ,06-27 Sulawesi Tenggara , ,11-28 Gorontalo , ,72-29 Sulawesi Barat , ,50-30 M a l u k u , ,28-31 Maluku Utara , Papua Barat , ,08-33 Papua , ,41 - Jumlah ,63 0, ,73 0,00 85

97 Lanjutan lampiran 4. (Ha) No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Kacang hijau Luas serangan (Ls) % Ls thdp Lt Luas Tanam Luas serangan (Ls) % Ls thdp Lt (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh Sumatera Utara , Sumatera Barat ,16-4 R i a u , ,89-5 J a m b i , ,04-6 Sumatera Selatan , ,02-7 Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat , ,72-13 Jawa Tengah , ,40-14 DI Yogyakarta , Jawa Timur , ,12-16 Banten B a l i Nusa Tenggara Barat , ,02-19 Nusa Tenggara Timur , ,04-20 Kalimantan Barat , Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara , ,92-25 Sulawesi Tengah ,10-26 Sulawesi Selatan , ,50-27 Sulawesi Tenggara , ,33-28 Gorontalo Sulawesi Barat , ,70-30 M a l u k u , ,20-31 Maluku Utara Papua Barat , Papua Jumlah , ,54-86

98 Lanjutan lampiran 4. (Ha) No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Ubi kayu Luas serangan (Ls) % Ls thdp Lt Luas Tanam Luas serangan (Ls) % Ls thdp Lt (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh , ,45-2 Sumatera Utara , ,13-3 Sumatera Barat , ,08-4 R i a u ,64 0, ,29 0,14 5 J a m b i ,54 0, ,20 0,10 6 Sumatera Selatan ,88 0, ,58-7 Bengkulu , ,13-8 Lampung Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat , ,52-13 Jawa Tengah , ,05-14 DI Yogyakarta , ,05-15 Jawa Timur , ,11-16 Banten B a l i Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur , ,07-20 Kalimantan Barat , Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur ,86 0, ,69-24 Sulawesi Utara , ,44-25 Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan , ,16-27 Sulawesi Tenggara , ,05-28 Gorontalo Sulawesi Barat , ,52-30 M a l u k u , ,99-31 Maluku Utara Papua Barat ,51-33 Papua , Jumlah ,48 0, ,30 0,00 87

99 Lanjutan lampiran 4. No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Ubi jalar Luas serangan (Ls) % Ls thdp Lt Luas Tanam Luas serangan (Ls) % Ls thdp Lt (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh , ,83-2 Sumatera Utara , ,37-3 Sumatera Barat R i a u , ,71-5 J a m b i , ,65 0,00 6 Sumatera Selatan , ,17-7 Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat ,16-13 Jawa Tengah , DI Yogyakarta Jawa Timur , ,02-16 Banten B a l i Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur , ,26-20 Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur , ,39-24 Sulawesi Utara , ,64-25 Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara , ,75-28 Gorontalo Sulawesi Barat , ,01-30 M a l u k u , ,88-31 Maluku Utara Papua Barat , ,32-33 Papua , ,02 - Jumlah , ,34 0,00 (Ha) 88

100 Lanjutan lampiran 4. No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Luas serangan (Ls) % Ls thdp Lt Luas Tanam Luas serangan (Ls) % Ls thdp Lt (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh ,48 0, ,38 0,00 2 Sumatera Utara ,74 0, ,62 0,00 3 Sumatera Barat ,45 0, ,41 0,01 4 R i a u ,43 0, ,50 0,00 5 J a m b i ,48 0, ,54 0,00 6 Sumatera Selatan ,77 0, ,32 0,01 7 Bengkulu , ,39 0,00 8 Lampung ,42 0, ,11 0,00 9 Kep. Bangka Belitung ,53 0, ,17 0,00 10 Kep. Riau , DKI Jakarta , Jawa Barat ,45-13 Jawa Tengah ,46 0, ,58 0,04 14 DI Yogyakarta ,59 0, ,25-15 Jawa Timur ,66 0, ,68 0,08 16 Banten ,10 0, ,06 0,02 17 B a l i ,86 0, ,22-18 Nusa Tenggara Barat ,42 0, ,15 0,00 19 Nusa Tenggara Timur ,27 0, ,99 0,00 20 Kalimantan Barat , ,87 0,01 21 Kalimantan Tengah ,67 0, ,87 0,00 22 Kalimantan Selatan ,69 0, ,19 0,00 23 Kalimantan Timur ,69 0, ,30 0,01 24 Sulawesi Utara , ,50 0,01 25 Sulawesi Tengah , ,00-26 Sulawesi Selatan ,73 0, ,02 0,00 27 Sulawesi Tenggara ,21 0, ,34 0,05 28 Gorontalo , ,67-29 Sulawesi Barat ,23 0, ,78 0,00 30 M a l u k u , ,25-31 Maluku Utara ,17 0, ,80 0,00 32 Papua Barat ,29 0, ,90 0,00 33 Papua ,56 0, ,50 0,01 Pangan Jumlah ,45 0, ,62 0,02 (Ha) 89

101 Lampiran 5. RASIO LUAS SERANGAN TERHADAP LUAS TANAM PADA TANAMAN PANGAN TAHUN 2015 DAN TAHUN 2013 (Nasional) (Ha) No I Komoditas Padi Perubahan (+/-) 2012 dgn 2011 T P T P ha % ha % 1 Pgr batang padi (35.001) (24,52) ,23 2 WBC ,57 (1.746) (63,17) 3 Tikus (13.824) (9,11) (330) (23,19) 4 Blas (24.892) (39,90) (36) (48,98) 5 BLB (13.350) (16,97) ,54 6 Tungro (934) (9,11) 84 58,28 Jumlah (65.090) (12,76) (1.997) (45,17) II Jagung 1 Pgr tongkol (528) (11,91) ,67 2 Pgr batang (553) (8,91) (1) (100,00) 3 Ulat grayak (188) (7,28) 14-4 Lalat bibit (400) (20,01) Bulai ,13 (84) (76,22) 6 Tikus (416) (6,23) (16) (100,00) Jumlah (1.331) (5,06) (85) (67,25) III Kedelai 1 Ulat grayak , Pgl daun , ,00 3 Lalat kacang , Tikus , Pgr polong (1.190) (39,37) - - Ulat jengkal , Jumlah , ,00 IV Kacang Tanah 1 Ulat grayak ,30 (1) (100,00) 2 Pelipat daun ,32 (1) (100,00) 3 Bck daun coklat (1.059) (53,92) Babi (150) (43,59) 0 50,00 5 Tikus (34) (5,47) Karat , Jumlah (627) (16,81) 1 62,35 V Kacang Hijau 1 Penggerek polong (76) (16,92) Lalat kacang (0) (0,32) Ulat grayak (6) (2,35) Tikus , Jumlah (42) (4,22) - - VI Ubi Kayu 1 Babi hutan (156) (10,70) 4 45,05 2 Tungau merah , Bercak daun coklat , Tikus , Jumlah , ,47 VII Ubi Jalar 1 Babi hutan ,21 (0) (100,00) 2 Bercak daun coklat (22) (49,22) Hama boleng (12) (14,71) Tikus , Jumlah ,26 (0) (100,00) 90

102 Lampiran 6. LUAS PENGENDALIAN PADA TANAMAN PANGAN TAHUN 2015 (Ha) No. Provinsi Padi Jagung KedelaiKacang tanah Kacang hijau Ubi kayu Ubi jalar Total 1 Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat R i a u J a m b i Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia

103 Lampiran 7. REALISASI PELAKSANAAN SLPHT PADA TANAMAN PANGAN TAHUN 2015 No. Propinsi Jumlah (Unit) Padi Jagung Kedelai Total Rencana Realisasi % Rencana Realisasi % Rencana Realisasi % Rencana Realisasi % (Ha) 1 Aceh , , , ,0 2 Sumatera Utara , , , ,0 3 Sumatera Barat , , ,0 4 R i a u , ,2 5 J a m b i , ,0 6 Sumatera Selatan , , ,0 7 Bengkulu , ,0 8 Lampung , , , ,0 9 Kep. Bangka Belitung , ,0 10 Kep. Riau , ,0 11 DKI Jakarta , ,0 12 Jawa Barat , , , ,0 13 Jawa Tengah , , , ,0 14 DI. Yogyakarta , , ,0 15 Jawa Timur , , , ,0 16 B a n t e n , , , ,0 17 B a l i , , , ,0 18 Nusa Tenggara Barat , , , ,0 19 Nusa Tenggara Timur , , ,0 20 Kalimantan Barat , , ,0 21 Kalimantan Tengah , , ,0 22 Kalimantan Selatan , , , ,0 23 Kalimantan Timur , , , ,0 24 Sulawesi Utara , , ,0 25 Sulawesi Tengah , , ,0 26 Sulawesi Selatan ** , ,2 27 Sulawesi Tenggara , , , ,0 28 Gorontalo , , ,0 29 Sulawesi Barat , , , ,0 30 Maluku , , ,0 31 Maluku Utara , ,0 32 Papua , ,9 33 Papua Barat , ,0 Jumlah (Unit) , , , ,39 92

104 Lampiran 8. REALISASI PELAKSANAAN SLI (SEKOLAH LAPANG IKLIM) PADA TANAMAN PANGAN TAHUN 2015 No Propinsi Rencana Satu Tahun 2014 (unit) Realisasi s.d. Okt 2014 (unit) % Capaian Permasalahan 1 Aceh ,0 2 Sumatera Utara ,0 3 Sumatera Barat ,0 4 R i a u ,0 5 J a m b i ,0 6 Sumatera Selatan ,0 Penghematan 2 unit 7 Bengkulu ,0 Penghematan 2 unit 8 Lampung ,0 9 Kep. Bangka Belitung 0 0 0,0 10 Kep. Riau 0 0 0,0 11 DKI Jakarta 0 0 0,0 12 Jawa Barat ,0 13 Jawa Tengah ,0 14 DI. Yogyakarta ,0 15 Jawa Timur ,0 16 B a n t e n ,0 17 B a l i ,0 18 Nusa Tenggara Barat ,0 Penghematan 2 unit 19 Nusa Tenggara Timur ,0 20 Kalimantan Barat ,0 21 Kalimantan Tengah ,0 22 Kalimantan Selatan ,0 23 Kalimantan Timur ,0 3 unit tidak dilaksanakan 24 Sulawesi Utara ,0 25 Sulawesi Tengah ,0 26 Sulawesi Selatan ** ,0 Penghematan 6 unit 27 Sulawesi Tenggara ,0 Penghematan 1 unit 28 Gorontalo ,0 29 Sulawesi Barat ,0 30 Maluku ,0 31 Maluku Utara ,0 32 Papua 1 0 0,0 tdak berjalan 33 Papua Barat ,0 Indonesia ,3 93

105 Lampiran 9. PENGADAAN PERANGKAT PENGOLAH DATA DAN KOMUNIKASI TAHUN 2015 No Kegiatan I Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 1 Pengadaan sarana pendukung pengelolaan data DPI DPI 2 Sarana Pendukung Pengelolaan Data Teknologi Pengendalaian OPT POPT 3 Sarana pendukung pengelolaan ketatausahaan TU 4 Sarana Pendukung Pengolah Data Pengelolaan PHT PHT 5 Pengadaan Sarana Pendukung Pengolah Data OPT Data Penanggung Jawab 6 Pengadaan Sarana Pendukung Pengolah Data Fungsional POPT Fungsional Sarana Jumlah Laser Pointer 1 Laptop 2 Notebook 1 PC 2 Eksternal Hardisk 4 Kamera Digital 3 Printer portable 1 PC 6 Printer 3 Eksternal Hardisk 8 PC 2 Printer 1 Kamera 1 PC 1 Printer 1 Notebook 1 Eksternal Hardisk 2 94

106 Lampiran 10. PENGADAAN PERALATAN DAN FASILITAS PERKANTORAN TAHUN 2015 No II Peralatan dan Fasilitas Perkantoran Kegiatan 1 Inventaris kantor penunjang kegiatan subdit DPI DPI Penanggung Jawab Sarana Jumlah Lemari arsip sliding kaca 1 Lemari arsip 1 TV 1 2 Inventaris Kantor Tim Perencanaan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan 3 Pengadaan Inventaris Kantor subdit TPOPT POPT Perencanaan 4 Sarana prasarana dan inventaris kantor Tata Usaha 5 Inventaris kantor penunjang kegiatan subdit Data OPT Data Lemari arsip 3 TV 1 Lemari 2 pintu 7 TV 40" 1 TV 30" 1 Dispenser 1 Mesin potong rumput 1 Vacum cleaner 1 AC Spilit 6 Lemari kaca 2 pintu 5 Lemari kaca 4 pintu 2 Lemari arsip 2 95

107 Lampiran 11. DAFTAR INVENTARIS KENDARAAN RODA 2 DAN 4 DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN No Jenis /Merk No Polisi Keterangan M O B I L 1 Minibus / Ford Escape B SQO 2 Minibus / Toyota Kijang Innova B SQP 3 Minibus / Toyota Kijang B FQ 4 Minibus / Daihatsu Xenia B WQ 5 Sedan / Toyota Soluna B LQ 6 Dobel Kabin Isuzu D Max B WQ 7 Dobel Kabin Isuzu D Max B WQ M O T O R 1 Sepeda Motor / Honda GL 100 B XP 2 Sepeda Motor / Honda GL 100 B XP 3 Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport B SQK 4 Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport B SQL 5 Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport B SQL 6 Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport B SQK 7 Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport B SQL 8 Sepeda Motor / Suzuki Arashi 125 Bebek B SQM 9 Sepeda Motor / Suzuki Arashi 125 Bebek B SQK 10 Sepeda Motor / Suzuki Arashi 125 Bebek B SQK 11 Sepeda Motor / Suzuki Arashi 125 Bebek B SQK 12 Sepeda Motor / Suzuki Arashi 125 Bebek B SQK 13 Sepeda Motor / Suzuki Shogun 125 Bebek T FF Pinjam pakai BBPOPT 14 Sepeda Motor / Suzuki Shogun 125 Bebek T FF Pinjam pakai BBPOPT 15 Sepeda Motor / Suzuki Shogun 125 Bebek T FF Pinjam pakai BBPOPT 17 Sepeda Motor / Suzuki shogun 125 Bebek T FF Pinjam pakai BBPOPT 18 Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport T FF Pinjam pakai BBPOPT 19 Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport T FF Pinjam pakai BBPOPT 20 Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport T FF Pinjam pakai BBPOPT 21 Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport T FF Pinjam pakai BBPOPT 96

108 Lampiran 12. DAFTAR PEGAWAI YANG NAIK PANGKAT PADA TAHUN 2015 Kenaikan Pangkat No Nama/NIP Dari Gol. Ke Gol. 1. Abriani Fensionita, SP, M.Si III/d IV/a /04/ /04/ Andriarti Kusumawardani, SP, MP III/c III/d /04/ /04/ Dwi Astuti Yuniasih, SP III/b III/c /04/ /04/ Yunita Fauziah Rahim, SP III/b III/c /04/ /04/ Nur Rahmi Endah Utami, SP III/b III/c /04/ /04/ Siti Haryati, SP III/b III/c /04/ /04/ Triana III/a III/b /04/ /04/ Yanti Suryanti II/c II/d /04/ /04/ Sri Hidayanti II/c II/d /04/ /04/ Hendri Sutrisno, A.Md II/c III/d /04/ /04/ Badra Eka Saputra II/b II/c /04/ /04/ Acep Herdiana, SP III/a III/b /03/ /04/ Santi Dewi Sri Irmayanti, SP III/a III/b /04/ /04/ Widiya Nawir, SP III/a III/b /04/ /04/ Nurbayana, S.P. III/a III/b /10/ /10/ Eko Setiyoko, S.P. III/a III/b /10/ /10/ Ahmad Jais, S.E. II/c III/a /04/ /10/ Ma unah Ambarwati, S.P, M.P. III/c III/d /04/ /10/ Syarifah, S.P. III/a III/b /12/ /10/ Mochamad Nurhidayat, S.P. III/b III/b Ahli Pertama Ahli Muda 97

109

Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan

Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Laporan Kinerja Tahun 2014 i RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Pengamanan produksi tanaman pangan mencakup seluruh areal pertanaman. Operasional kegiatan diarahkan dalam rangka penguatan perlindungan tanaman pangan

Lebih terperinci

DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN

DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Pengamanan produksi tanaman pangan mencakup seluruh areal pertanaman. Operasional kegiatan diarahkan dalam rangka penguatan perlindungan tanaman pangan dari gangguan OPT dan DPI.

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2016

LAPORAN TAHUNAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2016 LAPORAN TAHUNAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2016 Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan 2017 KATA PENGANTAR Direktorat Perlindungan

Lebih terperinci

93% 98% 97% 98% 98% 98% 98% Laporan Tahunan 2015 ii

93% 98% 97% 98% 98% 98% 98% Laporan Tahunan 2015 ii RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Dalam rangka Rencana Strategis Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menargetkan pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan padi, jagung, dan kedelai

Lebih terperinci

NOTA DINAS banjir Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung kekeringan OPT banjir kekeringan OPT banjir

NOTA DINAS banjir Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung kekeringan OPT banjir kekeringan OPT banjir NOMOR: NOTA DINAS Yth. : Direktur Jenderal Tanaman Pangan Dari : Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Hal : Laporan Perkembangan Serangan OPT, Banjir dan Kekeringan Tanggal : April 2017 Bersama ini kami

Lebih terperinci

4. Upaya yang telah dilakukan dalam mengendalikan serangan OPT dan menangani banjir serta kekeringan adalah sebagai berikut:

4. Upaya yang telah dilakukan dalam mengendalikan serangan OPT dan menangani banjir serta kekeringan adalah sebagai berikut: NOMOR: NOTA DINAS Yth. : Direktur Jenderal Tanaman Pangan Dari : Plh. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Hal : Laporan Perkembangan Serangan OPT, Banjir dan Kekeringan Tanggal : Maret 2017 Bersama ini

Lebih terperinci

NOTA DINAS banjir OPT banjir kekeringan OPT banjir kekeringan OPT

NOTA DINAS banjir OPT banjir kekeringan OPT banjir kekeringan OPT NOMOR: NOTA DINAS Yth. : Direktur Jenderal Tanaman Pangan Dari : Plt. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Hal : Laporan Perkembangan Serangan OPT, Banjir dan Kekeringan Tanggal : Mei 2017 Bersama ini

Lebih terperinci

pengembangan PHT dan penggunaan program SIM OPT versi 2.1 yang telah disempurnakan, pemberdayaan THL Tenaga Bantu POPT-PHP, penyediaan dan

pengembangan PHT dan penggunaan program SIM OPT versi 2.1 yang telah disempurnakan, pemberdayaan THL Tenaga Bantu POPT-PHP, penyediaan dan Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 RINGKASAN ESEKUTIF 1. Dalam rangka mewujudkan sasaran produksi tanaman pangan, telah ditetapkan strategi peningkatan produksi, yaitu peningkatan

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TRIWULAN I 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PETANI PENGAMAT TAHUN 2018

PETUNJUK TEKNIS PETANI PENGAMAT TAHUN 2018 PETUNJUK TEKNIS PETANI PENGAMAT TAHUN 2018 DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2018 KATA PENGANTAR Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)

Lebih terperinci

Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan

Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Organisme Pengangganggu an (OPT) utama yang menyerang padi ada 9 jenis, yaitu : Tikus, Penggerek Batang, Wereng Batang Coklat,

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN BALAI BESAR

Lebih terperinci

5. Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan

5. Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan 5. Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Organisme Pengangganggu Tanaman (OPT) utama yang menyerang padi ada 9 jenis, yaitu : Tikus, Penggerek Batang, Wereng Batang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... I. PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... I. PENDAHULUAN... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... i ii iii iv v iv I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Kedudukan,

Lebih terperinci

Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun KATA PENGANTAR

Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dalam rangka mewujudkan luas areal tanaman pangan yang aman dari gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI), perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan peran

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 392/Kpts/OT.130/6/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 392/Kpts/OT.130/6/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 392/Kpts/OT.130/6/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN MENTERI PERTANIAN, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BALAI PROTEKSI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA ACEH

BALAI PROTEKSI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA ACEH PERAN UPTD PROTEKSI DALAM MENDUKUNG KEGIATAN UPSUS TP DAN PENINGKATAN KUALITAS DATA SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN TAHUN 2015 *) BALAI PROTEKSI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA ACEH *) Disampaikan pada : Pertemuan

Lebih terperinci

CAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2014

CAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2014 CAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2014 Bahan Rapat Koordinasi Dengan Bupati/Walikota se Provinsi Jawa Timur Terkait Rekomendasi Dewan Pertimbangan Presiden Tentang Ancaman OPT Dan Progrnosa Produksi Padi Tahun

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2015 Evaluasi Capaian Kinerja Pembangunan Tanaman

Lebih terperinci

1

1 0 1 2 3 4 5 6 7 AGROEKOSISTEM : LAHAN SAWAH KOMODITAS : PADI SAWAH REKAPITULASI KALENDER TANAM PROVINSI : DKI JAKARTA (31) No Kabupaten Indek Adm Luas Baku Sawah (ha) Potensi Tanam MT I/ MH MT II/ MK I

Lebih terperinci

PENGENDALI ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN BAB I PENDAHULUAN

PENGENDALI ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN BAB I PENDAHULUAN 5 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 80/PERMENTAN/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGENDALI ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGENDALI

Lebih terperinci

Press Release Katam Terpadu MT I 2013/2014 untuk Pencapaian Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai Jakarta, 26 September 2013

Press Release Katam Terpadu MT I 2013/2014 untuk Pencapaian Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai Jakarta, 26 September 2013 Press Release Katam Terpadu MT I 2013/2014 untuk Pencapaian Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai Jakarta, 26 September 2013 (1) Berdasarkan prakiraan BMKG dan beberapa lembaga penelitian lain mengindikasikan

Lebih terperinci

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Press Release PREDIKSI DAMPAK DINAMIKA IKLIM DAN EL-NINO 2014-2015 TERHADAP PRODUKSI PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN I. Prediksi Iklim hingga Akhir 2014/Awal 2015 1. Prediksi berbagai

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN GERAKAN PENGENDALIAN OPT KEDELAI

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN GERAKAN PENGENDALIAN OPT KEDELAI PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN GERAKAN PENGENDALIAN OPT KEDELAI KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN 2018 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN GERAKAN PENGENDALIAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2014 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) SURABAYA Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kerusakan tanaman yang disebabkan gangguan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) baik hama, penyakit maupun gulma menjadi bagian dari budidaya pertanian sejak manusia

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN OKTOBER 2017 2017 Laporan Kinerja Triwulan III DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2012

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2012 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2012 KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN Jakarta, Februari 2013 Laporan AkLrntabilitas

Lebih terperinci

L A K I P B B P O P T 2. LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan

L A K I P B B P O P T 2. LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan L A K I P LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan B B P O P T 2 0 1 2 BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN

PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 KATA PENGANTAR Kejadian El Nino Tahun 2015

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 80/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGENDALI ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 80/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGENDALI ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 80/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGENDALI ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2010 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2010

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2010 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2010 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 200 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 200 Unit Eselon I : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014 KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2014

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi PENDAHULUAN A. Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 28 Tahun 2015 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau, pada pasal 2 ayat 2 dinyatakan bahwa

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Rencana Kinerja Tahunan Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Rencana Kinerja Tahunan Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah untuk melaksanakan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Lebih terperinci

Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR

Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-nya kami dapat menyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan Tahun 2014. Laporan

Lebih terperinci

Dihasilkan : 23-Feb-2013

Dihasilkan : 23-Feb-2013 0 Dihasilkan : 23-Feb-2013 1 Dihasilkan : 23-Feb-2013 2 Dihasilkan : 23-Feb-2013 3 Dihasilkan : 23-Feb-2013 4 Dihasilkan : 23-Feb-2013 5 Dihasilkan : 23-Feb-2013 6 PROVINSI : DKI JAKARTA (31) KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DITJEN TANAMAN PANGAN 2015

LAPORAN KINERJA DITJEN TANAMAN PANGAN 2015 2015 Laporan Kinerja KATA PENGANTAR Sejalan dengan prioritas pembangunan Kabinet Kerja 2015-2019, Kementerian Pertanian menetapkan sasaran swasembada pangan dengan prioritas lima komoditas pangan utama,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN II. UJICOBA ASURANSI PERTANIAN:

PENDAHULUAN II. UJICOBA ASURANSI PERTANIAN: Isu Aktual OUTLINE I. PENDAHULUAN II. UJICOBA ASURANSI PERTANIAN: ASURANSI USAHATANI PADI (AUTP) DAN TERNAK SAPI (ATS) III. PROGRAM BANTUAN PREMI ASURANSI: UJICOBA ASURANSI USAHATANI PADI (AUTP) Fitur

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2013

Lebih terperinci

Laporan Kinerja KATA PENGANTAR

Laporan Kinerja KATA PENGANTAR 2016 Laporan Kinerja KATA PENGANTAR Sebagai bahan bentuk pertanggungjawaban kinerja dan anggaran yang telah dilaksanakan selama tahun 2016, sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014) No. 45/07/35/Th XII,1 Juli 2014 A. PADI Angka Tetap (ATAP) 2013 produksi Padi Provinsi Jawa Timur sebesar

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG :

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN AMBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Berdasarkan Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, Kementerian Pertanian merupakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 393/Kpts/OT.130/6/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGUJIAN MUTU PRODUK TANAMAN MENTERI PERTANIAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 393/Kpts/OT.130/6/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGUJIAN MUTU PRODUK TANAMAN MENTERI PERTANIAN, KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 393/Kpts/OT.130/6/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGUJIAN MUTU PRODUK TANAMAN MENTERI PERTANIAN, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan mutu produk

Lebih terperinci

Budidaya tanaman sehat. Banjir. Kekeringan. Pengamatan. Pelestarian musuh alami. Petani ahli

Budidaya tanaman sehat. Banjir. Kekeringan. Pengamatan. Pelestarian musuh alami. Petani ahli Budidaya tanaman sehat Banjir Pengamatan Kekeringan Pelestarian musuh alami Petani ahli KATA PENGANTAR Pemerintah pada Tahun 2010 telah menetapkan sasaran indikatif produksi padi sebesar 66,680 juta ton

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Dr. Ir. Maman Suherman, MM NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Dr. Ir. Maman Suherman, MM NIP 2017 Laporan Kinerja Triwulan II KATA PENGANTAR Dalam rangka memonitor capaian kinerja kegiatan Ditjen Tanaman Pangan pada triwulan II TA 2017 serta sebagai bahan penilaian aspek akuntabilitas kinerja

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017

KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017 KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017 HASIL SEMBIRING DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN JAKARTA, 31 MEI 2016 PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 31/07/12/Th.VI. 02 Juli 2012 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA TETAP 2011 DAN RAMALAN I TAHUN 2012) Dari pembahasan Angka Tetap (ATAP) tahun 2011,

Lebih terperinci

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

Buletin Pemantauan Ketahanan Pangan INDONESIA. Volume 7, Agustus 2017

Buletin Pemantauan Ketahanan Pangan INDONESIA. Volume 7, Agustus 2017 Buletin Pemantauan Ketahanan Pangan INDONESIA Volume 7, Agustus 2017 IKLIM DAN KETAHANAN PANGAN April - Juni 2017 Rendahnya kejadian kebakaran hutan Musim panen utama padi dan jagung lebih tinggi dari

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PADA DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN BANYUWANGI

Lebih terperinci

Dihasilkan : 23-Feb-2013

Dihasilkan : 23-Feb-2013 0 Dihasilkan : 23-Feb-2013 1 Dihasilkan : 23-Feb-2013 2 Dihasilkan : 23-Feb-2013 3 Dihasilkan : 23-Feb-2013 4 Dihasilkan : 23-Feb-2013 5 Dihasilkan : 23-Feb-2013 6 PROVINSI : DKI JAKART (31) KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

Keragaan Data Iklim, Organisme Pengganggu Tanaman dan Bencana Alam

Keragaan Data Iklim, Organisme Pengganggu Tanaman dan Bencana Alam Keragaan Data Iklim, Organisme Pengganggu Tanaman dan Bencana Alam PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 Keragaan Data Iklim, Organisme Pengganggu Tanaman

Lebih terperinci

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 1

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 1 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN KUPANG Bagian Pertama Dinas Pasal 1 Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan Dan Kehutanan mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam

Lebih terperinci

Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR

Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan YME, karena atas karunia-nya kami dapat menyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Perbenihan Tanaman

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011 PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditi aneka kacang (kacang tanah dan kacang hijau) memiliki peran yang cukup besar terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pakan. Peluang pengembangan aneka kacang

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2013 KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN Jakarta, Maret 2014 Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

Dihasilkan : 23-Feb

Dihasilkan : 23-Feb 0 Dihasilkan : 23-Feb-2013 1 Dihasilkan : 23-Feb-2013 2 Dihasilkan : 23-Feb-2013 3 Dihasilkan : 23-Feb-2013 4 Dihasilkan : 23-Feb-2013 5 Dihasilkan : 23-Feb-2013 6 PROVINSI : DKI JAKARTA (31) KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

Lebih terperinci

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011 PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

Lebih terperinci

a. Kepala Balai ; b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha; c. Kepala Seksi Proteksi Tanaman Pangan; d. Kepala Seksi Proteksi Hortikultura; e. Kelompok Jabatan

a. Kepala Balai ; b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha; c. Kepala Seksi Proteksi Tanaman Pangan; d. Kepala Seksi Proteksi Hortikultura; e. Kelompok Jabatan BAB XXII BALAI PROTEKSI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PADA DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI BANTEN Pasal 98 Susunan Organisasi Balai Balai Proteksi Tanaman Pangan Dan Hortikultura terdiri dari:

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor 285/Kpts/OT.210/4/2002

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor 285/Kpts/OT.210/4/2002 KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor 285/Kpts/OT.210/4/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

Keadaan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah April 2015

Keadaan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah April 2015 KATA PENGANTAR Sektor pertanian merupakan sektor yang vital dalam perekonomian Jawa Tengah. Sebagian masyarakat Jawa Tengah memiliki mata pencaharian di bidang pertanian. Peningkatan kualitas dan kuantitas

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 - 2 - Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN

INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN LAMPIRAN : PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 49/Permentan/OT.140/8/2012 TANGGAL : 15 Agustus 2012 TENTANG : INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2010-2014 INDIKATOR KINERJA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan

KATA PENGANTAR. Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan YME, karena atas karunia-nya kami dapat menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan Tahun

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TAHUN 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TAHUN 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2013 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN Jakarta, 2012 KATA PENGANTAR Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Lebih terperinci

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 59 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

29 Januari LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN /D

29 Januari LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN /D 29 Januari LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN 2003 Menimbang PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 19 TAHUN 2003 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN

Lebih terperinci

SALINAN NOMOR 5/E, 2010

SALINAN NOMOR 5/E, 2010 SALINAN NOMOR 5/E, 2010 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2010 WALIKOTA MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Subang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI TAHUN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 17 TAHUN 2003 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN TAPIN TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 28/07/11/Th.V. 01 Juli 2011 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA TETAP 2010 DAN RAMALAN II TAHUN 2011) Dari pembahasan Angka Tetap (ATAP) tahun 2010,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas tanaman pangan berupa Serealia yaitu Padi, Jagung dan Serealia lain (antara lain gandum dan sorgum) mempunyai arti strategis dalam perekonomian nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas tanaman pangan berupa Serealia yaitu Padi, Jagung dan Serealia lain (antara lain gandum dan sorgum) mempunyai arti strategis dalam perekonomian nasional,

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 130 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 130 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 130 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN RINCIAN TUGAS POKOK UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA, DAN PERKEBUNAN

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN KETAHANAN PANGAN DAN PERIKANAN KABUPATEN

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN KOTA BATU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2010 2014 (Edisi Revisi Tahun 2011), Kementerian Pertanian mencanangkan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2012 i RKT 2012 Direktorat Perlindungan Perkebunan KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahunan Direktorat Perlindungan Perkebunan disusun

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan i

KATA PENGANTAR. Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan i Laporan Tahunan 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT sehingga penyusunan Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2011 ini dapat disusun tepat pada waktunya.

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 045/11/11/Th.V. 01 November 2011 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA RAMALAN III TAHUN 2011) Sampai dengan Subrorund II (Januari-Agustus) tahun 2011,

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2014) No. 52/11/36/Th. VIII, 3 November 2014 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2014) TAHUN 2014 LUAS PANEN PADI SAWAH MENINGKAT TETAPI PRODUKTIVITAS MENURUN Berdasarkan Angka Ramalan

Lebih terperinci

RANCANGAN KEGIATAN STRATEGIS TANAMAN PANGAN TAHUN 2018

RANCANGAN KEGIATAN STRATEGIS TANAMAN PANGAN TAHUN 2018 RANCANGAN KEGIATAN STRATEGIS TANAMAN PANGAN TAHUN 2018 Disampaikan pada Rapat Koordinasi Teknis Perecanaan Pembangunan Pertanian Tahun 2018 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 1 SASARAN

Lebih terperinci

Dicetak : 19-Sep-2013

Dicetak : 19-Sep-2013 0 Dicetak : 19-Sep-2013 1 Dicetak : 19-Sep-2013 2 Dicetak : 19-Sep-2013 3 Dicetak : 19-Sep-2013 4 Dicetak: 19-Sep-2013 5 Dicetak: 19-Sep-2013 6 Dicetak : 19-Sep-2013 7 PROVINSI : DKI JAKARTA (31) KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci