BAB VI KONSEP 6.1 Konsep Umum

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI KONSEP 6.1 Konsep Umum"

Transkripsi

1 BAB VI KONSEP 6.1 Konsep Umum Perancangan taman terapi di Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah ini terutama diperuntukkan bagi anak berkebutuhan khusus. Tapak akan dikembangkan menjadi taman yang dapat memberikan fungsi terapi dimana anak berkebutuhan khusus tersebut dapat belajar, tumbuh dan berkembang, serta memperoleh kesenangan seperti semua anak-anak lain yang tidak memiliki keterbatasan. Taman terapi yang akan dikembangkan ini merupakan taman terapi yang interaktif bagi anak-anak dan berorientasi pada alam.taman terapi ini akan memotivasi anak untuk mengeksplorasi lingkungannya dan melakukan berbagai aktivitas seperti bermain dan lain-lain. Selain itu, taman terapi ini juga akan menstimulasi sensori anak baik penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perabaan, melatih kemampuan motorik, keseimbangan, kemampuan kognitif serta sosial anak. Taman terapi yang akan dikembangkan di Sekolah Alam dan Sains Al- Jannah ini terinspirasi dari proses metamorfosis yang terjadi pada kupu-kupu. Dalam biologi, metamorfosis dapat diartikan sebagai perubahan yang sangat besar dalam bentuk dari satu taraf atau tingkatan ke tingkatan selanjutnya dalam kehidupan suatu organisme. Secara filosofis proses metamorfosis ini memiliki makna bahwa setiap manusia harus mengalami perubahan dalam hidupnya ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Proses metamorfosis ini dianalogikan sebagai proses terapi anak berkebutuhan khusus dimana dalam prosesnya anak berkebutuhan khusus akan mengalami perubahan dari tidak bisa atau kurang bisa menjadi bisa atau lebih bisa. Perubahan tersebut dapat dilihat dari segi kemampuan sensorik, motorik, kognitif, dan sosial yang diperoleh melalui treatment atau terapi yang diberikan, baik berupa terapi di dalam ruang maupun di luar ruang. Filosofi konsep taman terapi tersebut dapat dilihat pada Gambar 34.

2 77 Proses Metamorfosis Telur Ulat Kepompong Kupu-Kupu Analogi Tidak/ kurang bisa TERAPI Gambar 34 Filosofi Konsep Bisa/lebih bisa Taman terapi dikembangkan berdasarkan program dan aktivitas terapi anak berkebutuhan khusus yang dilakukan. Terapi anak berkebutuhan khusus yang dikembangkan pada tapak terdiri dari terapi di dalam ruangan (indoor) dan terapi di luar ruang luar (outdoor). Anak berkebutuhan khusus akan mendapatkan terapi baik di dalam maupun di luar ruangan. Terapi-terapi dalam ruangan seperti terapi okupasi, sensori integrasi, fisioterapi, terapi okupresur, dan terapi wicara akan dilengkapi dan ditunjang dengan terapi luar ruangan. Terapi yang dilakukan di luar ruangan terdiri dari terapi sensorik, motorik, kognitif, dan sosial. Konsep terapi ruang luar yang dikembangkan pada taman terapi ini terdiri dari terapi sensorik, motorik, kognitif, dan sosial. Terapi-terapi tersebut disusun berdasarkan alur atau sekuens terapi anak berkebutuhan khusus, yaitu secara berurutan terapi sensorik, motorik, kognitif, dan sosial. Alur atau sekuens terapi anak berkebutuhan khusus yang dibuat tersebut bersifat tidak mengikat seperti yang terlihat pada Gambar 35. Anak berkebutuhan khusus dapat mengikuti alur atau skenario terapi yang dibuat ataupun dapat dengan bebas memilih dan melakukan aktivitas terapi yang dibutuhkan atau diinginkan. Hal tersebut disebabkan karena terdapat perbedaan kebutuhan terapi di antara anak berkebutuhan khusus. ABK Terapi Indoor Terapi Outdoor Sensorik Motorik Kognitif Sosial Gambar 35 Bagan Terapi Anak Berkebutuhan Khusus

3 78 Berdasarkan alur atau sekuens terapi yang dibuat terapi sensorik merupakan fase pertama terapi. Terapi sensorik merupakan terapi yang berfungsi untuk stimulasi dan integrasi indera anak yang terdiri dari indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perabaan. Sebagai tempat masuk dan diprosesnya informasi, indera tersebut sangat penting. Melalui indera-indera tersebut semua informasi yang berasal dari lingkungan masuk untuk kemudian diproses dan direspon. Fase terapi yang kedua merupakan terapi motorik dimana pada terapi ini fungsi motorik atau gerak anak berkebutuhan khusus distimulasi dan dilatih. Setelah dilakukan terapi pada fungsi sensorik dan motorik, terapi dilanjutkan pada terapi kognitif dimana pada terapi kemampuan brpikir anak akan distimulasi. Fase terapi yang terakhir merupakan terapi sosial dimana anak berkebutuhan khusus akan distimulasi dalam hal bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain. 6.2 Pengembangan Konsep Konsep Tata Ruang Berdasarkan konsep umun yang direncanakan, tapak akan dikembangkan menjadi taman yang dapat memberikan fungsi-fungsi terapi kepada anak berkebutuhan khusus, dimana anak berkebutuhan khusus tersebut dapat belajar, tumbuh dan berkembang, serta memperoleh kesenangan seperti anak normal lainnya yang tidak memiliki keterbatasan. Berdasarkan konsep tersebut, fungsifungsi terapi akan dimaksimalkan dalam tapak. Taman terapi didesain untuk mengakomodir berbagai macam kebutuhan dan aktivitas terapi ruang luar yang akan dilakukan pada taman tersebut yaitu terapi sensorik, motorik, kognitif, dan sosial. Untuk mengakomodasi aktivitas terapi sensorik, motorik, kognitif, dan sosial baik yang aktif maupun pasif, diperlukan ruang yang lebar. Tapak eksisting dengan bentuk memanjang seluas m 2 dengan lebar 6,7 m dan panjang 38 m akan dimodifikasi bentuknya. Tapak yang memanjang tersebut dimodifikasi dengan mengubah bentuk serta ukuran panjang dan lebarnya tanpa mengubah luasannya. Tapak yang telah dimodifikasi memiliki luas yang sama dengan tapak eksisting namun dengan ukuran lebar sebesar 11 m dan panjang 23,26 m. Modifikasi bentuk tapak tersebut dilakukan untuk memudahkan pengaturan ruang

4 79 dan sirkulasi sehingga pemanfaatan tapak sebagai taman terapi dapat dioptimalkan. Selain untuk mengoptimalkan fungsi terapi, perubahan bentuk tapak tersebut juga memperhatikan kondisi lingkungan sekitar tapak. Bentuk tapak setelah dimodifikasi dapat dilihat pada Gambar 36. Gambar 36 Modifikasi Tapak Konsep ruang yang akan dikembangkan adalah untuk mengakomodasi aktivitas bagi penggunanya. Berdasarkan fungsinya, ruang di dalam tapak akan dibagi menjadi dua, yakni ruang terapi dan ruang non terapi. Konsep metamorfosis sebagai konsep umum dari taman terapi diterapkan pada setiap ruang dalam bentuk aktivitas atau kegiatan terapi anak berkebutuhan khusus yang dilakukan. Melalui aktivitas terapi yang dilakukan inilah diharapkan anak berkebutuhan khusus dapat mengalami kemajuan atau perubahan ke arah yang lebih baik Ruang Terapi Ruang terapi merupakan ruang yang diperuntukkan bagi kegiatan terapi bagi anak berkebutuhan khusus. Ruang ini terbagi menjadi dua yaitu ruang terapi indoor dan ruang terapi outdoor dimana ruang terapi outdoor terbagi lagi ke

5 80 dalam empat sub ruang yang terdiri dari ruang terapi sensorik, motorik, kognitif, dan sosial. Penjabaran tiap-tiap ruang terapi tersebut adalah sebagai berikut. a. Ruang Terapi Indoor Area ini merupakan area yang diperuntukkan bagi aktivitas terapi anak berkebutuhan khusus yang dilakukan di dalam ruangan (indoor). Pada ruang terapi indoor terdapat fasilitas berupa gedung terapi dimana di dalamnya terdapat ruang-ruang terapi indoor, ruang staf, ruang konseling dan konsultasi, serta toilet. Seperti yang telah dijelaskan dalam konsep terapi, konsep metamorfosis pada setiap ruang diterapkan dalam bentuk aktivitas yang dilakukan. Begitu pula pada ruang terapi indoor ini, konsep metamorfosis diterapkan pada aktivitas terapi di dalamnya. Setelah mengikuti aktivitas b. Ruang Terapi Outdoor Area ini merupakan ruang yang diperuntukkan bagi aktivitas terapi anak berkebutuhan khusus yang dilakukan di luar ruangan (outdoor). Ruang terapi outdoor ini terbagi ke dalam empat sub ruang, yakni sebagai berikut. 1. Sub ruang terapi sensorik Sub ruang terapi sensorik merupakan ruang yang didesain untuk melakukan kegiatan terapi sensori indera anak yang meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perabaan. Indera penglihatan akan distimulasi melalui variasi bentuk, warna, dan cahaya dari elemen keras maupun elemen lunak di dalam taman. Indera pendengaran anak akan distimulasi dengan suara-suara alami seperti suara gemerisik daun, gemericik air, atau suara hewan. Indera penciuman anak akan distimulasi melalui aroma berbagai elemen yang terdapat di taman, seperti aroma bunga, rumput, dan tanah. Indera perabaan anak akan distimulasi melalui variasi tekstur elemen-elemen yang terdapat pada taman seperti tekstur rumput, semak, bunga, kayu, batu, tanah, dan air. Dengan stimulasi pada indera-indera tersebut diharapkan anak akan memperoleh pemahaman tentang konsep gelap-terang, besar-kecil, halus-kasar, dan lain-lain. Untuk memberikan fungsi-fungsi terapi tersebut, pada sub ruang terapi sensorik

6 81 ini terdapat fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung kegiatan terapi sensorik. Fasilitas-fasilitas tersebut diantaranya seperti sensory garden, texture table, jalur refleksi, arbor, dan wind chimes. 2. Sub ruang terapi motorik Sub ruang terapi motorik merupakan ruang yang didesain untuk menstimulasi kemampuan motorik kasar, keseimbangan, koordinasi, serta pergerakan anak berkebutuhan khusus. Pada ruang ini anak akan dirangsang untuk mengembangkan kemampuan geraknya dengan menyediakan fasilitas-fasilitas yang memungkinkan adanya pergerakan atau latihan fisik sekaligus menantang bagi anak untuk bereksplorasi terhadap diri dan lingkungannya. Untuk mendukung fungsi terapi tersebut, pada sub ruang motorik ini terdapat fasilitas-fasilitas seperti undulating grassy slope, stepping log, jembatan lengkung, balok keseimbangan, dan permainan anak (play equipment). 3. Sub ruang terapi kognitif Sub ruang terapi kognitif merupakan ruang yang didesain untuk menstimulasi kemampuan berpikir anak. Selain untuk menstimulasi kemampuan berpikir, anak-anak juga dapat belajar mengenai ilmu alam dan lingkungan. Fasilitas-fasilitas yang terdapat di dalam sub ruang terapi kognitif ini diantaranya seperti outdoor stage dan potting area berupa planter box. 4. Sub ruang terapi sosial Sub ruang terapi sosial merupakan ruang yang didesain untuk memfasilitasi interaksi dan sosialisasi anak dengan teman sebaya, terapis, shadow teacher, maupun orang tua. Pada ruang ini terdapat fasilitasfasilitas yang dapat menunjang kegiatan interaksi dan sosialisasi serta bermain anak yang terdiri dari plaza, pergola, dan bangku taman Ruang Non Terapi Ruang non terapi merupakan ruang yang diperuntukkan bagi kegiatan selain terapi. Pada ruang non terapi ini terdapat welcome area yang merupakan pintu masuk menuju taman terapi. Sebagai welcome area atau ruang penerimaan,

7 82 area ini terletak di bagian depan tapak. Ukuran atau proporsi runag yang direncanakan untuk ruang ini kecil karena tidak ada aktivitas khusus didalamnya selain berfungsi sebagai pintu masuk menuju taman terapi. Pada ruang ini terdapat fasilitas berupa pintu gerbang taman. Gambar 37 berikut menyajikan gambaran konsep ruang pada taman terapi tersebut. Gambar 37 Konsep Ruang Konsep Sirkulasi Sirkulasi yang direncanakan di dalam tapak merupakan sirkulasi penghubung antar ruang di dalam taman dan hanya diperuntukkan bagi manusia. Sirkulasi tersebut dibuat dengan pola organik yang menghubungkan antara ruang satu dengan ruang lainnya. Sirkulasi berupa pathway tersebut akan dibuat dari kombinasi material yang berbeda-beda, seperti misalnya perkerasan yang berupa concrete, batu kerikil, kayu, atau elemen lunak seperti rumput. Material-material dengan variasi tekstur yang berbeda tersebut memiliki nilai-nilai terapi yang dapat dimanfaatkan dan dieksplorasi oleh anak berkebutuhan khusus. Konsep sirkulasi dikembangkan berdasarkan konsep terapi yang telah dibuat. Sirkulasi dibuat berdasarkan alur atau skenario terapi, yaitu terapi sensorik, motorik, kognitif, dan sosial. Ruang terapi sensorik, motorik, kognitif, dan sosial dihubungkan melalui jalur sirkulasi. Namun berdasarkan konsep terapi bahwa anak berkebutuhan khusus dapat mengikuti atau tidak mengikuti alur terapi, maka jalur sirkulasi tersebut dibuat bercabang sehingga pengguna (ABK) dapat mencapai ruang yang diinginkan sesuai dengan terapi yang ingin dilakukan.

8 83 Berikut ini merupakan gambar konsep sirkulasi di dalam tapak yang akan disajikan dalam Gambar 38. Ruang Terapi Outdoor Sensorik Motorik Kognitif Sosial Ruang Terapi Indoor Gambar 38 Konsep Sirkulasi Dalam Tapak Konsep Vegetasi Vegetasi merupakan elemen yang penting dalam perencanaan dan perancangan tapak. Konsep vegetasi yang dikembangkan adalah vegetasi yang dapat mendukung aktivitas pengguna dan memberikan kenyamanan bagi pengguna tapak. Pada tapak, konsep vegetasi tersebut di bagi ke dalam dua jenis, yaitu vegetasi terapi dan vegetasi non terapi Vegetasi terapi Vegetasi terapi merupakan vegetasi yang dapat berfungsi atau memiliki nilai terapi. Nilai-nilai terapi dari vegetasi tersebut antara lain adalah berupa tekstur, warna, dan aroma yang bervariasi yang dapat menstimuli setiap indera pada anak. Selain untuk stimulasi indera, vegetasi yang beraneka ragam tersebut dapat merangsang kemampuan kognitif anak dalam mengenali bentuk dan jenisnya Vegetasi non terapi Vegetasi non terapi merupakan vegetasi yang tidak dimaksudkan untuk kegiatan terapi, namun vegetasi ini dapat menunjang tapak dan memberikan kenyamanan bagi pengguna tapak. Vegetasi non terapi tersebut dibagi ke dalam dua jenis, yaitu: a. Vegetasi estetis Vegetasi estetis merupakan vegetasi yang digunakan untuk memberikan nilai estetika pada tapak. Penataan vegetasi estetik ini terdapat di sekitar bangunanbangunan atau elemen-elemen taman lainnya.

9 84 b. Vegetasi penyangga Vegetasi penyangga merupakan vegetasi yang berfungsi untuk melindungi aktivitas serta fasilitas yang ada di dalam tapak dari gangguan luar. Gangguan luar yang dimaksud antara lain berupa kebisingan yang ditimbulkan oleh adanya aktivitas di luar tapak, gangguan keamanan, atau juga gangguan pemandangan yang kurang baik. Vegetasi penyangga juga digunakan untuk memberikan kenyamanan pada pengguna tapak dengan menciptakan iklim mikro yang baik. Tabel 8. Konsep Vegetasi, Fungsi,dan Kriteria Konsep Vegetasi Vegetasi Terapi Vegetasi Non Terapi Fungsi Kriteria Vegetasi Memberikan fungsi terapi berupa stimulasi indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perabaan 1. Estetika 2. Memberikan kenyamanan (mengatur iklim mikro) 3. Pembatas atau barier 1. Vegetasi memiliki variasi warna pada daun atau bunga 2. Beraroma 3. Vegetasi memiliki variasi tekstur daun atau batang 4. Tidak berduri 5. Tidak beracun atau memiliki getah 1. Memiliki penampakan visual yang menarik (bentuk/arsitektur tajuk, bunga, dan warna) 2. Berbunga 3. Tajuk lebar sehingga dapat memberikan keteduhan 1. Tanaman berbunga 2. Tanaman aromatik 3. Tanaman berdaun indah 1. Tanaman peneduh 2. Tanaman pembatas 3. Tanaman berbunga Konsep Aktivitas Konsep aktivitas yang akan dikembangkan pada tapak disesuaikan dengan konsep umum tapak sebagai taman terapi. Aktivitas yang akan dikembangkan di tapak bersifat aktif dan pasif. Aktivitas-aktivitas tersebut terdiri dari aktivitas terapi, yaitu terapi sensorik; motorik; kognitif; dan sosial; bermain, duduk-duduk, dan mengobrol atau bercakap-cakap. Aktivitas terapi yang direncanakan tersebut merupakan modifikasi dan penambahan dari terapi dalam ruangan yang telah dilakukan. Berikut ini adalah penjabaran dari setiap aktivitas yang dapat dilakukan di tapak.

10 85 1. Terapi Aktivitas terapi merupakan aktivitas utama yang dilakukan di tapak. Aktivitas terapi yang dapat dilakukan di tapak di antaranya adalah melakukan stimulasi indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perabaan melalui sensory garden, texture table, wind chimes; berjalan di jalur refleksi; melatih pergerakan dan keseimbangan dengan berjalan di atas stepping log, balok keseimbangan, dan jembatan lengkung; dan stimulasi kemampuan motorik kasar anak dengan berjalan dan mendaki bukit berumput (undulating grassy slope), belajar bersama di outdoor stage dan melakukan kegiatan hortikultur pada potting area. 2. Bermain Aktivitas bermain merupakan salah satu aktivitas yang terdapat pada tapak yang dikembangkan untuk mengakomodasi kegiatan bermain bagi anak berkebutuhan khusus. Anak-anak berkebutuhan khusus tersebut dapat bermain di area permainan dimana di dalamnya terdapat fasilitas berupa permainan anak (play equipment) yang merupakan penggabungan antara tangga horizontal, tangga, dan panjatan tali (rope). Fasilitas ini selain mengakomodasi kegiatan bermain anak juga merupakan salah satu sarana terapi untuk melatih kemampuan motorik dan ketangkasan anak. 3. Duduk-duduk Duduk-duduk merupakan salah satu aktivitas yang terdapat dalam tapak. Aktivitas duduk-duduk ini dapat dilakukan setelah melakukan kegiatan yang memerlukan pengerahan tenaga. Untuk mendukung aktivitas tersebut disediakan fasilitas berupa bangku taman yang dilengkapi dengan pergola untuk memberikan keteduhan dan kenyamanan pada pengguna. 4. Mengobrol atau bercakap-cakap Aktivitas mengobrol atau bercakap-cakap dapat dilakukan pada area sosial dimana pada area tersebut terdapat fasilitas berupa tempat duduk dan pergola. Aktivitas mengobrol atau bercakap-cakap ini dapat dilakukan antara anak berkebutuhan khusus, terapis, shadow teacher dan orang tua.

11 Konsep Fasilitas Konsep fasilitas yang dikembangkan dalam tapak mengakomodasi fungsi dan aktivitas terapi anak-anak berkebutuhan khusus. Fasilitas yang dikembangkan dalam taman terapi tersebut adalah fasilitas yang mendukung seluruh aktivitas baik yang bersifat aktif maupun pasif, seperti aktifitas terapi sensorik; motorik; kognitif; dan sosial, bermain, duduk-duduk, dan mengobrol atau bercakap-cakap. Konsep program, aktivitas, dan fasilitas terapi yang disediakan di dalam tapak akan dijelaskan dalam Tabel 9. Tabel 9. Konsep Program, Aktivitas, dan Fasilitas Terapi Ruang Ruang Terapi Sensorik Ruang Terapi Motorik Program Terapi Terapi Sensorik Terapi Motorik Aktivitas Terapi 1. Stimulasi indera penglihatan, perabaan, penciuman 2. Stimulasi perabaan (mengenali berbagai macam tekstur) 3. Berjalan di atas jalur refleksi, stimulasi perabaan, memperlancar sirkulasi darah 4. Stimulasi persepsi gelapterang 5. Stimulasi indera pendengaran 1. Melatih otot motorik kasar dengan berjalan atau mendaki bukit berumput 2. Melatih otot dan keseimbangan dengan berjalan atau meniti stepping log 3. Melatih keseimbangan dengan meniti balok keseimbangan 4. Berjalan, stimulasi persepsi terhadap posisi 5. Melatih otot motorik kasar dan ketangkasan, bermain 6. Melatih otot motorik kasar dengan menaiki atau menuruni tangga 7. Melatih kemampuan otot motorik kasar, menaiki atau menuruni ramp Fasilitas/Elemen Terapi Sensory garden Texture table Jalur refleksi Pergola Wind chime Undulating grassy slope Stepping log Balok keseimbangan Jembatan lengkung Play equipment Tangga Ramp

12 87 Ruang Terapi Kognitif Ruang Terapi Sosial Terapi Kognitif Terapi Sosial 8. Stimulasi persepsi gelapterang 1. Berkumpul atau belajar bersama di luar ruangan 2. Melakukan kegiatan hortikultur 1. Bersosialisasi dan berinteraksi dengan teman sebaya, orang tua, guru, atau terapis, mengobrol 2. Stimulasi persepsi gelapterang Arbor Outdoor stage Potting area (planter box) Bangku taman Pergola 3. Berkumpul Plaza kupu-kupu Untuk mengakomodasi aktivitas dan fasilitas terapi yang akan dikembangkan tersebut perlu diketahui kebutuhan ruang dari setiap fasilitas. Kebutuhan ruang setiap fasilitas akan dijelaskan pada Tabel 10 berikut ini. Tabel 10. Fasilitas dan Kebutuhan Ruang Lokasi Ruang Fasilitas Unit Dimensi R. Penerimaan R. Penerimaan Pintu gerbang 1 buah 1,1 m² R. Terapi Indoor R.Terapi Indoor Gedung terapi 1 buah 46 m² indoor R.Terapi Outdoor R. Terapi Sensorik Sensory garden 1 buah 15 m 2 Texture table 1 buah 1,2 m² Jalur refleksi - 8 m² Pergola 1 buah 8 m² Wind chime 2 buah - R. Terapi Motorik Undulating grassy slope - 19 m² Stepping log 1 buah 2 m 2 Balok 1 buah keseimbangan 0,2 m 2 Jembatan 1 buah lengkung 1,6 m² Play equipment 1 buah 4,5 m² Tangga 1 buah 1,7 m² Ramp 1 buah 2,5 m² Arbor 1 buah 3,8 m² R. Terapi Kognitif Outdoor stage 1 buah 8,4 m² Planter box 1 buah 2 m² R. Terapi Sosial Pergola 1 buah 9 m² Bangku taman 1 buah 2 m² Plaza kupu-kupu - 12,6 m² Menyebar Semua Ruang Jalur sirkulasi - 46,5 m²

13 Diagram Konsep Konsep tata ruang, sirkulasi, vegetasi, aktivitas, dan fasilitas yang telah dijabarkan akan digambarkan dalam bentuk diagram konsep. Diagram konsep tersebut dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 39 Diagram Konsep Ruang penerimaan terdapat di bagian tapak. Kemudian terdapat ruang terapi sensorik yang terletak dekat dengan ruang penerimaan. Pengguna dapat langsung mengakses ruang terapi sensorik ini setelah memasuki taman. Proporsi ruang terapi sensorik cukup besar. Hal ini disebabkan terapi sensori integrasi masih kurang dilakukan. Setelah ruang terapi sensorik terdapat ruang terapi motorik dengan proporsi ruang yang paling besar. Proporsi ruang terapi ini paling besar karena aktivitas terapi yang dilakukan pada ruang terapi ini meliputi aktivitas-aktivitas aktif yang berfungsi untuk menstimulasi otot dan pergerakan anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu ruang terapi ini membutuhkan ruang yang besar. Terdapat pula ruang terapi kognitif dimana di dalamnya direncanakan terdapat outdoor stage dengan proporsi ruang ini tidak terlalu besar. Ruang terapi

14 89 sosial terletak bersebelahan dengan ruang terapi kognitif dan berdekatan dengan ruang terapi indoor yang terdapat di bagian pojok tapak. Berikut ini merupakan tabel yang menjelaskan hubungan kedekatan antar ruang di taman tersebut. Tabel 11. Matriks Hubungan Kedekatan Ruang R. Penerimaan R. T. Sensorik R. T. Motorik R. T. Kognitif R. T. Sosial R. Penerimaan O O O R. T. Sensorik O O R. T. Motorik O O R. T. Kognitif O R. T. Sosial O O O R. T. Indoor O O O R. T. Indoor Keterangan : Sangat dekat O Kurang dekat

BAB VII PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VII PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VII PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 7.1 Site Plan Taman Terapi Berdasarkan konsep tata ruang yang dibuat, ruang pada tapak dibagi ke dalam dua ruang, yaitu ruang terapi dan ruang non terapi. Ruang terapi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak V. KONSEP 5.1. Konsep Dasar Perencanaan Tapak Konsep perencanaan pada tapak merupakan Konsep Wisata Sejarah Perkampungan Portugis di Kampung Tugu. Konsep ini dimaksudkan untuk membantu aktivitas interpretasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 6 Peta Lokasi Studi (Sumber: dan

BAB III METODOLOGI. Gambar 6 Peta Lokasi Studi (Sumber:  dan BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Studi Studi ini dilakukan di Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah yang terletak di jalan Jambore No.4 Pondok Ranggon, Cipayung, Jakarta Timur. Peta lokasi studi dapat

Lebih terperinci

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004) VII. RENCANA TAPAK Tahap perencanaan ini adalah pengembangan dari konsep menjadi rencana yang dapat mengakomodasi aktivitas, fungsi, dan fasilitas bagi pengguna dan juga makhluk hidup yang lain (vegetasi

Lebih terperinci

Linda Lidiawati. Studi Konsep Taman Islam pada Lanskap Mesjid A1 Hurriyah, Kampus IPB Darmaga, Bogor. (Dibawah bimbingan Andi Gunawan).

Linda Lidiawati. Studi Konsep Taman Islam pada Lanskap Mesjid A1 Hurriyah, Kampus IPB Darmaga, Bogor. (Dibawah bimbingan Andi Gunawan). Linda Lidiawati. Studi Konsep Taman Islam pada Lanskap Mesjid A1 Hurriyah, Kampus IPB Darmaga, Bogor. (Dibawah bimbingan Andi Gunawan). Pada saat ini adanya keanekaragaman taman yang sudah ada memang telah

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep 37 V. KONSEP Konsep Dasar Konsep dasar dalam perencanaan ini adalah merencanakan suatu lanskap pedestrian shopping streets yang dapat mengakomodasi segala aktivitas yang terjadi di dalamnya, khususnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: dan Googlemaps, 2009) Peta Kota Bandung Tanpa Skala.

BAB III METODOLOGI. Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian (Sumber:  dan Googlemaps, 2009) Peta Kota Bandung Tanpa Skala. 13 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Studi Penelitian ini dilakukan di Taman Cilaki Atas (TCA), Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat (Gambar 2). Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Hospital. Tapak berupa

BAB III METODOLOGI. Hospital. Tapak berupa BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan pusat kota atau Central Business District (CBD) Bandung, Jawaa Barat, tepatnya di Santosa Bandung International Hospital.

Lebih terperinci

B A B 4 A N A L I S I S

B A B 4 A N A L I S I S B A B 4 A N A L I S I S Pada bab ini saya ingin melakukan analisis terhadap data yang sudah didapat dari studi kasus berdasarkan tiga teori pada bab sebelumnya. Pertama, saya ingin melihat hubungan keempat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN

BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN 4.1 Temuan Studi Berdasarkan hasil analisis, terdapat beberapa temuan studi, yaitu: Secara normatif, terdapat kriteria-kriteria atau aspek-aspek yang

Lebih terperinci

BAB VI R E K O M E N D A S I

BAB VI R E K O M E N D A S I BAB VI R E K O M E N D A S I 6.1. Rekomendasi Umum Kerangka pemikiran rekomendasi dalam perencanaan untuk mengoptimalkan fungsi jalur hijau jalan Tol Jagorawi sebagai pereduksi polusi, peredam kebisingan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode Perancangan merupakan merupakan tahapan-tahapan kerja atau

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode Perancangan merupakan merupakan tahapan-tahapan kerja atau BAB III METODE PERANCANGAN Metode Perancangan merupakan merupakan tahapan-tahapan kerja atau perancangan yang digunakan untuk merancang suatu objek rancangan. Dalam melakukan perancangan, metode perancangan

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat perbankan dan pusat perindustrian menuntut adanya kemajuan teknologi melalui pembangunan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

BAB V. Sport Hall/Ekspresi Struktur KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB V. Sport Hall/Ekspresi Struktur KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN Sport Hall pada dasarnya merupakan sebuah tempat untuk melakukan kegiatan olahraga tertentu dalam ruangan tertutup dimana di dalamnya terdapat sarana

Lebih terperinci

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN VI.1. Konsep Desain Lanskap Tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin menitikberatkan kepada sungai sebagai pusat perhatian dan pemandangan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 konsep Dasar 5.1.1 Tata Letak Bangunan Gate entrance menuju Fasilitas Wisata Agro terletak di jalan akses masuk wisata Kawah Putih, dengan pertimbangan aksesibilitas jalan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR DIAGRAM...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR DIAGRAM... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR DIAGRAM... i ii iv v viii xiv xix xx BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN HALAMAN CATATAN PEMBIMBING... HALAMAN PERNYATAAN. PRAKATA.. LEMBAR PERSEMBAHAN ABSTRAK...

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN HALAMAN CATATAN PEMBIMBING... HALAMAN PERNYATAAN. PRAKATA.. LEMBAR PERSEMBAHAN ABSTRAK... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN HALAMAN CATATAN PEMBIMBING... HALAMAN PERNYATAAN. PRAKATA.. LEMBAR PERSEMBAHAN ABSTRAK... DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR TABLE i ii iii iv v vi vii viii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minat dan bakat anak berkembang sesuai dengan bertambahnya umur dan tingkatan kemampuan dari masing-masing anak, namun untuk meningkatkan kemampuan diperlukan juga

Lebih terperinci

VIII. RANCANGAN TAPAK

VIII. RANCANGAN TAPAK VIII. RANCANGAN TAPAK Perancangan adalah tahapan terakhir dari proses studi penelitian ini. Perancangan merupakan pengembangan dari konsep dan perencanaan dari tahapan sebelumnya. Perancangan pada tapak

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dijabarkan kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan berisi rangkuman dari hasil penelitian dan pembahasan sekaligus menjawab tujuan penelitian di bab

Lebih terperinci

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk ditunjukkan pada pengunjung sekaligus sebagai pusat produksi

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI SENI TEATER JAKARTA

SEKOLAH TINGGI SENI TEATER JAKARTA BAB V KONSEP 5.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep perancangan Sekolah Tinggi Seni Teater ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah INTERAKSI. Interaksi dapat diartikan sebuah bangunan yang dirancang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taman Kanak-kanak yang disingkat TK, merupakan jenjang pendidikan usia dini (yakni usia 3-6 tahun) dalam bentuk pendidikan formal yang merupakan tahap perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU BAB IV PENGAMATAN PERILAKU 3.1 Studi Banding Pola Perilaku Pengguna Ruang Publik Berupa Ruang Terbuka Pengamatan terhadap pola perilaku di ruang publik berupa ruang terbuka yang dianggap berhasil dan mewakili

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA 6.1. Konsep Hutan Kota Perencanaan hutan kota ini didasarkan pada konsep hutan kota yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat kota Banjarmasin terhadap ruang publik. Hal ini sejalan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, diketahui bahwa keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring dengan pergantian

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Hasil Perancangan Hasil perancangan Museum Sejarah dan Budaya di Blitar adalah penerapan konsep arsitektur candi Penataran. Konsep dasar ini dicapai dengan cara mengambil filosofi

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan

Lebih terperinci

PUSAT PENDIDIKAN DAN TERAPI AUTIS BATU MALANG. Tema: Environmental Behavior TUGAS AKHIR

PUSAT PENDIDIKAN DAN TERAPI AUTIS BATU MALANG. Tema: Environmental Behavior TUGAS AKHIR PUSAT PENDIDIKAN DAN TERAPI AUTIS BATU MALANG Tema: Environmental Behavior TUGAS AKHIR Oleh : DEVI MAMLUATUL ULUMI NIM. 06560011 JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM

Lebih terperinci

Subdivisi Arsitektur Lanskap. Redinuka Ashil Karamah. Sempervivum tectorum

Subdivisi Arsitektur Lanskap. Redinuka Ashil Karamah. Sempervivum tectorum Subdivisi Arsitektur Lanskap Redinuka Ashil Karamah Sempervivum tectorum Review: Love Your Garden Season 6 Episode 2 TUJUAN Mempelajari perancangan taman Mempelajari konsep taman dengan salah satu gaya/tema

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN 23 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Desain Lanskap kampus Fakultas Seni Rupa dan Desain menitikberatkan pada sebuah plaza dengan amphitheatre di bagian tengah kampus yang menghubungkan semua gedung

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP. Tema arsitektur biomorfik menggunakan struktur dari sistem dan anggota

BAB 5 KONSEP. Tema arsitektur biomorfik menggunakan struktur dari sistem dan anggota BAB 5 KONSEP 5.1. Konsep Dasar Tema arsitektur biomorfik menggunakan struktur dari sistem dan anggota gerak makhluk hidup sebagai ide bentuk. Dalam setiap karya arsitektur biomorfik, selalu memberikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Estetika

TINJAUAN PUSTAKA Estetika 4 TINJAUAN PUSTAKA Estetika Istilah estetika dikemukakan pertama kali oleh Alexander Blaumgarten pada tahun 1750 untuk menunjukkan studi tentang taste dalam bidang seni rupa. Ilmu estetika berkaitan dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini menunjukkan kualitas estetika pohon-pohon dengan tekstur tertentu pada lanskap jalan dan rekreasi yang bervariasi. Perhitungan berbagai nilai perlakuan

Lebih terperinci

BAB V Konsep. 5.1 Konsep Ide dasar

BAB V Konsep. 5.1 Konsep Ide dasar 5.1 Konsep Ide dasar BAB V Konsep Konsep ide dasar rancangan Pusat Rehabilitasi Tuna Daksa di Surabaya meliputi poin-poin arsitektur perilaku, nilai-nilai keislaman, dan objek rancangan sendiri. Hal ini

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi (07.00) secara keseluruhan dalam kondisi nyaman.

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan 116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Agrowisata Agrowisata pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang mengintegrasikan sistem pertanian dan sistem pariwisata sehingga membentuk objek wisata yang menarik. Menurut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 18% dari luas wilayah DIY, terbentang di antara 110 o dan 110 o 33 00

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 18% dari luas wilayah DIY, terbentang di antara 110 o dan 110 o 33 00 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Indonesia. Luas wilayah Kabupaten Sleman 7574,82 Km 2 atau 18% dari luas wilayah DIY,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode tersebut berisi tentang penjelasan atas fenomena-fenomena yang terjadi dan

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode tersebut berisi tentang penjelasan atas fenomena-fenomena yang terjadi dan BAB III METODE PERANCANGAN Sebuah Perancangan Pusat Rehabiltasi Pengguna Narkoba membutuhkan sebuah metode agar ide sebuah perancangan dapat diaplikasikan dengan baik. Berbagai sumber yang didapatkan akan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN Konsep dasar ini tidak digunakan untuk masing-masing ruang, tetapi hanya pada ruang-ruang tertentu. 1. Memperkenalkan identitas suatu tempat Karena

Lebih terperinci

dan perancangan Pasar Seni di Muntilan adalah bagaimana wujud rancangan sebagai tempat pemasaran dan wisata berdasarkan kontinuitas antar ruang

dan perancangan Pasar Seni di Muntilan adalah bagaimana wujud rancangan sebagai tempat pemasaran dan wisata berdasarkan kontinuitas antar ruang BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1. Konsep Dasar Perancangan Berdasarkan tinjauan dan proses analisis, permasalahan dalam perencanaan dan perancangan Pasar Seni di Muntilan adalah bagaimana wujud

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jalan bebas hambatan Tol Jagorawi dengan mengambil beberapa segmen jalan yang mewakili karakteristik lanskap jalan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil perancangan merupakan aplikasi dari konsep ekowisata pada pengembangan kawasan agrowisata sondokoro yang meliputi bebera aspek, diantaranya: 6.1. Dasar Pengembangan Dasar

Lebih terperinci

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan.

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan. KONSEP Konsep Dasar Street furniture berfungsi sebagai pemberi informasi tentang fasilitas kampus, rambu-rambu jalan, dan pelayanan kepada pengguna kampus. Bentuk street furniture ditampilkan memberikan

Lebih terperinci

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Tujuan Memahami makna dan manfaat hutan kota pada penerapannya untuk Lanskap Kota. Memiliki

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 KONSEP DASAR DESAIN Konsep dasar dari Area Olahraga Saparua Bandung ini adalah gedung dengan memanfaantkan bentang lebar untuk memperoleh ruang yang luas. Sesuai dengan fungsinya

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS III.1 Tema Ruang dan Sirkulasi III.1.a Latar Belakang Pemilihan Sebagian besar museum yang ada sekarang ini, tidak terlalu memperhatikan ruang dan sirkulasi. Ini bisa dilihat dari

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN 4.1. Konsep perancangan utama Konsep perancangan dari extreme sport center ini adalah memadukan beberapa fungsi aktivitas kedalam satu bangunan. Dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Kota Taman kota merupakan salah satu bentuk ruang terbuka hijau yang terletak di kota dan banyak digunakan oleh masyarakat sebagai tempat aktivitas sosial. Secara umum,

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. KONSEP MAKRO Secara makro, konsep perencanaan dan perancangan Museum Tekstil Indonesia ini merupakan sebuah alat untuk mendekatkan masyarakat Indonesia agar

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG V. KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam merancang sebuah sekolah mengengah luar biasa tunanetra ialah dengan cara membuat skenario perancangan pada desain yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditorium Universitas Diponegoro 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditorium Universitas Diponegoro 2016 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Diponegoro merupakan salah satu Universitas terkemuka di Indonesia serta termasuk ke dalam lima besar Universitas terbaik seindonesia, terletak di provinsi

Lebih terperinci

sebelum mereka memulai pendidikan primer ke jenjang berikutnya 1. Tujuan dari adanya taman kanak-kanak ini adalah sebagai tempat di mana anak-anak dap

sebelum mereka memulai pendidikan primer ke jenjang berikutnya 1. Tujuan dari adanya taman kanak-kanak ini adalah sebagai tempat di mana anak-anak dap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa awal anak-anak (early childhood) adalah tahap pekembangan yang merentang mulai dari masa bayi hingga usia enam tahun, yang di mana pada masa tersebut, otak anak

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA Perancangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik Gambar 29 Stasiun Manggarai Sumber : Google Image, diunduh 20 Februari 2015 3.1.1. Data Kawasan 1.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap merupakan suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Anak merupakan harapan bagi setiap orang tua agar kelak menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa. Setiap orang tua berharap

Lebih terperinci

V. ANALISIS DAN SINTESIS

V. ANALISIS DAN SINTESIS 41 V. ANALISIS DAN SINTESIS V.1. Analisis V.1.1. Kondisi Fisik V.1.1.1. Lokasi, Luas dan Batas Tapak Tapak berada di pusat kota dan merupakan bagian dari kawasan tepian Sungai Martapura dengan penggunaan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Tujuan Perencanaan dan Perancangan Perencanaan dan perancangan Penataan PKL Sebagai Pasar Loak di Sempadan Sungai Kali Gelis Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

2016 BANDUNG SPORTS CLUB

2016 BANDUNG SPORTS CLUB 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Bandung sebagai salah satu kota besar di Indonesia, pada perkembangannya tergolong cukup pesat. Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya populasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ruang Terbuka Ruang terbuka merupakan suatu tempat atau area yang dapat menampung aktivitas tertentu manusia, baik secara individu atau secara kelompok (Hakim,1993).

Lebih terperinci

Perancangan Pusat Komunitas Tunanetra Indonesia dengan Pendekatan Indera

Perancangan Pusat Komunitas Tunanetra Indonesia dengan Pendekatan Indera JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-174 Perancangan Pusat Komunitas Tunanetra Indonesia dengan Pendekatan Indera Yustisia Sekar Pratiwi dan Murni Rachmawati Jurusan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA. Lokasi masjid

BAB III ANALISA. Lokasi masjid BAB III ANALISA 3.1. Analisa Tapak 3.1.1. Lokasi Lokasi : Berada dalam kawasan sivitas akademika Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang KDB : 20% KLB : 0.8 GSB : 10 m Tinggi Bangunan : 3 lantai

Lebih terperinci

E, 2015 PENERAPAN TERAPI SENSORI INTEGRASI PADA ANAK TUNARUNGU DENGAN GANGGUAN KESEIMBANGAN

E, 2015 PENERAPAN TERAPI SENSORI INTEGRASI PADA ANAK TUNARUNGU DENGAN GANGGUAN KESEIMBANGAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistem vestibular merupakan salah satu dari tiga sistem yang berfungsi untuk mempertahankan posisi tubuh dan keseimbangan. Kehilangan fungsi vestibular dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Museum zoologi di Indonesia sangat dibutuhkan, mengingat Indonesia sendiri merupakan Negara kepulauan dengan berbagai ekosistem sehingga memunculkan banyak jenis flora

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lembaga dalam mata rantai sistem kesehatan nasional yang mengemban tugas

BAB 1 PENDAHULUAN. lembaga dalam mata rantai sistem kesehatan nasional yang mengemban tugas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai sarana kesehatan memiliki pengertian sebagai suatu lembaga dalam mata rantai sistem kesehatan nasional yang mengemban tugas pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam proses rancangan terdapat beberapa langkah antara lain; data, metode analisis). Langkah-langkah tersebut

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam proses rancangan terdapat beberapa langkah antara lain; data, metode analisis). Langkah-langkah tersebut BAB III METODOLOGI PERANCANGAN Dalam merancang Taman Pintar di Taman Senaputra ini menggunakan metode perancangan yang berisi penjelasan-penjelasan secara deskriptif mengenai langkah-langkah apa saja yang

Lebih terperinci

BAB VI PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PLAZA

BAB VI PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PLAZA 51 BAB VI PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PLAZA 6.1 Sirkulasi Tapak. Sirkulasi yang ada adalah sirkulasi kendaraan bermotor, sepeda dan pejalan kaki di bagian luar tapak dan sirkulasi untuk pejalan kaki dan

Lebih terperinci

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep perancangan mengacu pada karakteristik arsitektur organik, yaitu 1. Bukan meniru bentuk dari alam tapi mengembangkan prinsip yang ada di alam Mengembangkan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Museum Anak-Anak di Kota Malang ini merupakan suatu wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, serta film untuk anak-anak. Selain sebagai

Lebih terperinci

Pengantar Daftar Tabel Daftar Gambar Rancangan Kegiatan Pembelajaran

Pengantar Daftar Tabel Daftar Gambar Rancangan Kegiatan Pembelajaran DAFTAR ISI Pengantar Daftar Tabel Daftar Gambar Rancangan Kegiatan Pembelajaran i iii iv vii BAB I. PENDAHULUAN A. Kompetensi yang Akan Dicapai 1 B. Deskripsi Materi 2 C. Metode Pembelajaran 2 D. Kewajiban

Lebih terperinci

- BAB. V - RUANG DAN BENTUK KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep Perancangan Tapak Konsep Penzoningan Tapak TAMAN/ PUBLIK

- BAB. V - RUANG DAN BENTUK KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep Perancangan Tapak Konsep Penzoningan Tapak TAMAN/ PUBLIK - BAB. V - KONEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan Tapak Konsep Penzoningan Tapak TAMAN/ PUBLIK PARKIR / PUBLIK GEDUNG D/ EMIPRIVAT PERPUTAKAAN / EMIPUBLIK GEDUNG TK/ EMIPRIVAT PARKIR/ PUBLIK YAYAAN/

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga masa dewasa. Perkembangan yang dilalui tersebut merupakan suatu perubahan yang kontinu

Lebih terperinci

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Lansekap (Landscape Planning) Lansekap merupakan refleksi dari dinamika sistem alamiah dan sistem sosial masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Yang menjadi dasar dari perencanaan dan perancangan Mesjid di Kebon Jeruk adalah : Jumlah kapasitas seluruh mesjid pada wilayah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP RANCANGAN

BAB V KONSEP RANCANGAN BAB V KONSEP RANCANGAN 5.1 Ide Awal Pertimbangan awal saat hendak merancang proyek ini adalah : Bangunan ini mewadahi keegiatan/aktivitas anak yang bias merangsang sensorik dan motorik anak sehingga direpresentasikan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Metode Umum Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau tahapan-tahapan dalam merancang, yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN 112 5.1 Konsep Kawasan BAB V KONSEP PERANCANGAN Gambar 5.1: Kondisi eksisting kawasan Sumber: Google erth, 2011 Keterangan: 1: Landasan penerbangan dan pendaratan pesawat di masa mendatang 2: Tapak 3:

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1. Program Ruang Jenis ruang dan kebutuhan luasan ruang kelompok utama Pusat Informasi Budaya Baduy dapat dilihat pada tabel

Lebih terperinci

BAB III ANALISA MASALAH

BAB III ANALISA MASALAH BAB III ANALISA MASALAH 3.1 MASALAH FISIK MENYANGKUT PROGRAM FASILITAS 3.1.1 Organisasi Ruang Dan Alur Sirkulasi Sekolah Kegiatan belajar mengajar disekolah merupakan aktifitas rutin harian bagi seluruh

Lebih terperinci

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar.  Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir BAB IV : KONSEP 4.1 Konsep Dasar Table 5. Konsep Dasar Perancangan Permasalahan & Kebutuhan Konsep Selama ini banyak bangunan atau gedung kantor pemerintah dibangun dengan hanya mempertimbangkan fungsi

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa BAB 6 HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Perancangan Hasil perancangan Pusat Seni dan Kerajinan Arek di Kota Batu adalah penerapan konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi

Lebih terperinci

Perancangan Interior Gedung Singapore International School dengan Konsep Learning by Playing

Perancangan Interior Gedung Singapore International School dengan Konsep Learning by Playing Perancangan Interior Gedung Singapore International School dengan Konsep Learning by Playing ABSTRAK Desain interior merupakan bagian yang sangat penting dalam pembuatan bangunan tidak terkecuali juga

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN TEMA. 3.2 Latar belakang permasalahan Tema

BAB 3 TINJAUAN TEMA. 3.2 Latar belakang permasalahan Tema BAB 3 TINJAUAN TEMA 3.1 LATAR BELAKANG TEMA Tema yang diangkat untuk mendukung pasar modern ini adalah Ruang dan Sirkulasi adapun latar belakang tema ini didasari oleh unsur dari ruang dan sirkulasi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. layak, hal ini tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke

BAB I PENDAHULUAN. layak, hal ini tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia pada hakekatnya bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dan setiap warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak, hal ini

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

A (1fAfPP- ;LOOI 0\?'--I STUDI PERANCANGAN LANSKAP KAMPUS FAKULTAS PERTANIAN. INSTITUT PERTANIAN BOGOR DARMAGA BOGOR. Oleh: Cahyo Nugroho

A (1fAfPP- ;LOOI 0\?'--I STUDI PERANCANGAN LANSKAP KAMPUS FAKULTAS PERTANIAN. INSTITUT PERTANIAN BOGOR DARMAGA BOGOR. Oleh: Cahyo Nugroho (1fAfPP- ;LOOI 0\?'--I STUDI PERANCANGAN LANSKAP KAMPUS FAKULTAS PERTANIAN. INSTITUT PERTANIAN BOGOR DARMAGA BOGOR Oleh: Cahyo Nugroho A02495006 JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan wisata budaya dan karapan sapi Madura di sini mengintegrasikan antara tema regionalisme, karakter umum orang Madura (jujur, terbuka dan tegas) dan wawasan keislaman sebagai

Lebih terperinci