BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN"

Transkripsi

1 BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN 4.1 Temuan Studi Berdasarkan hasil analisis, terdapat beberapa temuan studi, yaitu: Secara normatif, terdapat kriteria-kriteria atau aspek-aspek yang diperhatikan (issues of concern) dalam merancang taman lingkungan, yaitu keamanan, keselamatan, kesehatan, daya tarik, kenyamanan, aksesibilitas dan keindahan. Untuk mencapai kriteria-kriteria tersebut, terdapat komponen-komponen yang harus diatur (scope of issues) yaitu vegetasi, lampu penerangan, pembatas subruang, jalur pejalan, pagar, tangga / ramp, penutup permukaan, signage, fasilitas aktifitas aktif, tempat duduk, tempat sampah, jalur masuk dan elemen air. Berdasarkan hasil penilaian terhadap kedua taman yang menjadi objek studi, secara umum taman yang ada belum memiliki kualitas yang baik. Taman Lesmana memiliki kualitas lingkungan fisik yang buruk, dan Taman Pandawa pun belum dapat dikatakan memiliki kualitas lingkungan fisik yang baik. Temuan dari hasil penilaian berdasarkan kriteria kualitas taman adalah sebagai berikut: o Taman Lesmana memiliki kelemahan pada segi keamanan taman (dinilai buruk, memiliki nilai 9 dari 18), jaminan keselamatan beraktifitas (dinilai buruk, memiliki nilai 21 dari 54), kesehatan lingkungan taman (dinilai buruk, memiliki nilai 3 dari 9), kenyamanan di dalam taman (dinilai buruk, memiliki nilai 10 dari 24), serta keindahan taman (dinilai sangat buruk, memiliki nilai 1dari 6). o Taman Lesmana memiliki kelebihan pada segi daya tarik taman sebagai tempat interaksi warga setempat (dinilai baik, memiliki nilai 6 dari 6), serta pada aksesibilitas taman (dinilai sedang, memiliki nilai 7 dari 12). o Taman Pandawa hanya memiliki kelemahan pada segi keindahan taman (dinilai buruk, memiliki nilai 1 dari 6). 111

2 112 o Taman Pandawa memiliki kelebihan pada segi keamanan taman (dinilai sedang, memiliki nilai 12 dari 18), jaminan keselamatan beraktifitas (dinilai sedang, memiliki nilai 30 dari 54), kesehatan lingkungan taman (dinilai sedang, memiliki nilai 6 dari 9), daya tarik taman sebagai media interaksi warga setempat (dinilai baik, memiliki nilai 6 dari 6), kenyamanan di dalam taman (dinilai sedang, memiliki nilai 18 dari 24), serta aksesibilitas taman (dinilai baik, memiliki nilai 12 dari 12). Karakteristik masyarakat setempat selaku pengguna potensial taman lingkungan yang ada adalah pengguna laki-laki dan perempuan pada usia dewasa (21-60 tahun), dengan golongan pendapatan menengah ke bawah. Persepsi masyarakat yang diwakili oleh reponden mengenai kualitas taman lingkungan berdasarkan kriteria perancangan taman lingkungan adalah sebagai berikut: o 91,4% responden berpendapat bahwa Taman Lesmana merupakan lingkungan taman yang aman, begitu juga pada saat malam hari (87,9%). Sedangkan Taman Pandawa dinilai bukan merupakan lingkungan taman yang aman pada saat malam hari (67,1%) walaupun jika dinilai dari segi keamanan secara umum, Taman Pandawa merupakan lingkungan taman yang aman (85,7%). o Taman Lesmana belum memiliki karakterstik lingkungan taman yang sehat (70%), begitu pula dengan Taman Pandawa (57,1%). o Taman Lesmana masih dipandang biasa saja ditinjau dari segi kemenarikan secara umum (50%), begitu pula dengan Taman Pandawa (55,7%). Terdapat hal-hal yang dipandang menarik dari kedua taman, yaitu dari segi suasana di dalam taman (Lesmana 60,9%; Pandawa 48,7%). Sedangkan hal-hal yang tidak menarik pada taman adalah fasilitasnya yang tidak terawat (Lesmana 53,8%; Pandawa 52%). o Ditinjau dari segi kenyamanan secara umum, Taman Lesmana bukan merupakan taman yang dapat memberikan kenyamanan bagi penggunanya (61,4%), sedangkan Taman Pandawa sudah

3 113 dipandang mampu memberikan kenyamanan beraktifitas bagi penggunanya (61,4%). Namun jika ditinjau dari segi kelengkapan fasilitas, kedua taman yang menjadi objek studi dinilai belum memiliki fasilitas yang memadai (Lesmana 84,5%; Pandawa 74,3%). o Secara umum masyarakat menilai taman yang ada tidak memiliki hambatan aksesibilitas fisik secara umum (Lesmana 87,9%; Pandawa 72,9%). Begitu pula dengan aksesibilitas di dalam taman, yang dinilai baik dalam hal kebebasan beraktifitas (Lesmana 84,5%; Pandawa 71,4%). o Masyarakat menilai bahwa taman lingkungan yang ada tidak memiliki lingkungan dengan nuansa keindahan (Lesmana 79%; Pandawa 60%). Preferensi masyarakat yang diwakili oleh responden berdasarkan kriteriakriteria perancangan taman lingkungan adalah sebagai berikut: o Untuk menciptakan lingkungan taman yang aman, responden menginginkan adanya vegetasi peneduh yang tidak menutupi taman (Lesmana 91,4%; Pandawa 82,9%), serta penyediaan lampu penerangan di berbagai lokasi di dalam taman (Lesmana 94,8%; Pandawa 98,6%). o Agar terjaminnya keselamatan beraktifitas di dalam taman, responden menginginkan adanya pemisahan aktifitas yang satu dengan lainnya di dalam taman (Lesmana 69%; Pandawa 61,4%), penyediaan penutup permukaan yang datar dan terawat dengan baik (Lesmana 89,7%; Pandawa 87,1%), penyediaan jalur pejalan yang terawat dengan baik (Lesmana 82,8%; Pandawa 74,3%), serta penyediaan papan informasi pada taman sebagai petunjuk keselamatan (Lesmana 72,4%; Pandawa 72,9%). o Untuk menciptakan lingkungan taman yang sehat, responden menginginkan penyediaan vegetasi peneduh untuk mengurangi polusi (Lesmana 94,8%; Pandawa 75,7%). o Agar taman yang ada memiliki daya tarik sebagai tempat berinteraksi, responden menginginkan penyediaan fasilitas

4 114 aktifitas aktif yang mudah terlihat dari luar (Lesmana 89,7%; Pandawa 90%). o Untuk menciptakan lingkungan taman yang mendukung kenyamanan beraktifitas, responden menginginkan penyediaan vegetasi peneduh (Lesmana 96,6%; Pandawa 84,3%), penyediaan tempat duduk (Lesmana 82,8%; Pandawa 80%), penyediaan tempat sampah (Lesmana 89,7%; Pandawa 91,4%), serta penyediaan fasilitas aktifitas aktif (Lesmana 84,5%; Pandawa 80%). o Untuk mendukung aksesibilitas taman, responden menginginkan adanya pemisahan antara aktifitas yang satu dengan lainnya (Lesmana 72,4%; Pandawa 58,6%), penyediaan jalur pejalan sebagai penghubung antarsub-ruang (Lesmana 75,9%; Pandawa 72,9%), penyediaan jalur masuk yang mudah terlihat (Lesmana 65,5%; Pandawa 67,1%), penyediaan jalur masuk di setiap sisi taman (Lesmana 60,3%; Pandawa 80%), serta penyediaan vegetasi yang tidak menutupi taman untuk mendukung aksesibilitas visual (Lesmana 96,6%; Pandawa 84,3%). o Responden menginginkan penyediaan vegetasi yang variatif untuk menciptakan keindahan pada taman (Lesmana 74,1%; Pandawa 78,3%). o Masyarakat yang tinggal di sekitar Taman Lesmana yang diwakiliki oleh 51,7% responden menyatakan tidak menginginkan adanya penyediaan hiasan air pada taman. o Masyarakat yang tinggal di sekitar Taman Pandawa yang diwakiliki oleh 54,3% responden menginginkan adanya penyediaan hiasan air pada taman untuk menciptakan keindahan pada taman. 4.2 Kesimpulan Dari temuan-temuan studi, dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu: Secara normatif, perancangan taman lingkungan harus memenuhi 7 kriteria perancangan taman lingkungan, yaitu keamanan, keselamatan, kesehatan, daya tarik, kenyamanan, aksesibilitas, dan keindahan. Dari

5 115 ketujuh kriteria tersebut terdapat urutan kepentingan dalam pemenuhan kriteria-kriteria tersebut dalam perancangan taman lingkungan. Kriteria keamanan, keselamatan dan kesehatan berada pada prioritas utama, kriteria daya tarik dan kenyamanan berada pada prioritas kedua, serta kriteria aksesibilitas dan keindahan berada pada prioritas ketiga. Terdapat 13 komponen yang diatur untuk mencapai kualitas taman yang sesuai dengan kriteria-kriteria tersebut, yang masing-masing komponen memiliki indikator tertentu sebagai tolak ukur pencapaian kriteria yang diwakilinya. Indikator untuk masing-masing komponen berdasarkan urutan kepentingannya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel IV.1 Komponen dan Indikator Perancangan Taman Lingkungan No 1. Komponen Vegetasi Indikator Keberadaan vegetasi tetap memungkinkan taman terlihat dari lingkungan sekitar atau sebaliknya (terbuka) Mampu menciptakan iklim mikro yang sejuk dan menyehatkan Mampu menciptakan nuansa yang nyaman bagi pengguna Memiliki variasi bentuk, pola, dan warna 2. Penerangan Tersedia di berbagai lokasi pengguna beraktifitas 3. Pembatas sub-ruang Mampu memisahkan antaraktifitas 4. Jalur pejalan Berada dalam kondisi terawat tanpa kerusakan Mampu menghubungkan antaraktifitas 5. Pagar Mampu memisahkan lingkungan taman dengan lingkungan eksternal 6. Tangga / ramp Mampu menghubungkan antarpermukaan tidak sebidang 7. Penutup permukaan Berada dalam kondisi terawat tanpa kerusakan 8. Signage Tersedianya informasi penggunaan / pemanfaatan taman 9. Fasilitas aktifitas aktif Terlihat dari lingkungan sekitar agar mampu menjadi daya tarik Mampu memenuhi keinginan pengguna beraktifitas aktif 10. Tempat duduk Terletak di berbagai lokasi pengguna beraktifitas 11. Tempat sampah Terletak di berbagai lokasi pengguna beraktifitas 12. Jalur masuk Terletak di berbagai sisi taman dan mudah terlihat 13. Elemen air Memiliki desain yang menarik dan mampu menciptakan keindahan lingkungan taman Sumber: Maslow (1943), Lang (1994), Tuscon (2007), Carr (1992), Majlis Perbandaran Seberang Perai (2007), Marcus & Francis (1980), Eriawan (2003), Hou & Lowber (2007), Vancouver (2007), Enger (2005), Rochester (2007), Bappeda Jabar, Hasil Analisis (2007)

6 116 Berdasarkan hasil penilaian terhadap kondisi eksisting kedua taman yang menjadi objek studi, Taman Pandawa memiliki nilai lebih baik dibandingkan Taman Lesmana. Taman Pandawa memiliki kualitas lingkungan fisik yang termasuk dalam kategori sedang (memiliki nilai 85 dari 120), sedangkan Taman Lesmana memiliki kualitas lingkungan fisik yang buruk (memiliki nilai 57 dari 120). Terdapat preferensi masyarakat mengenai perancangan taman lingkungan yang sejalan dengan ketentuan normatif, dan juga terdapat preferensi masyarakat yang tidak sejalan dengan ketentuan normatif: o Masyarakat yang tinggal di sekitar Taman Pandawa secara umum memiliki preferensi yang sejalan dengan ketentuan normatif perancangan taman lingkungan. o Masyarakat yang tinggal di sekitar Taman Lesmana secara umum memiliki preferensi yang sejalan dengan ketentuan normatif, kecuali pada preferensi mengenai penyediaan hiasan air pada taman. Masyarakat memilih untuk tidak disediakannya hiasan air pada taman. Hal ini tidak sejalan dengan ketentuan normatif perancangan taman lingkungan. Masyarakat yang tinggal di sekitar Taman Lesmana memilih untuk tidak disediakannya komponen elemen air pada Taman Lesmana. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi eksisting taman yang kurang mendukung, terutama dari segi luas taman yang tidak mencukupi. Hal ini mencerminkan perilaku masyarakat setempat yang rasional dengan mempertimbangkan kondisi yang ada. Hal ini juga menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kualitas kondisi eksisting taman dengan preferensi masyarakat. 4.3 Program Pengembangan Taman Lingkungan Berdasarkan temuan studi dan kesimpulan, maka disusun prinsip-prinsip perancangan sebagai acuan dalam merancang taman lingkungan. Sebelum sampai pada tahap penyusunan prinsip perancangan, maka terlebih dahulu disusun program pengembangan taman sebagai salah satu masukan dalam penyusunan prinsip perancangan taman lingkungan. Program pengembangan merupakan hasil dari analisis terhadap kondisi eksisting taman, baik dari hasil

7 117 observasi maupun persepsi masyarakat setempat. Berdasarkan hasil analisis, maka dapat dirumuskan program pengembangan bagi kedua taman, yaitu: 1. Rehabilitasi, yaitu peningkatan kualitas taman dengan tujuan mengembalikan kondisi komponen-komponen fisik taman yang mengalami degradasi. 2. Renovasi, yaitu pengubahan dan penyesuaian sebagian atau beberapa bagian taman. 4.4 Penyusunan Prinsip-Prinsip Perancangan Taman Lingkungan Prinsip perancangan merupakan pedoman atau dasar yang digunakan dalam kegiatan perancangan. Substansi prinsip perancangan taman lingkungan meliputi ketentuan perancangan taman lingkungan berdasarkan kriteria-kriteria keamanan, keselamatan, kesehatan, daya tarik, kenyamanan, aksesibilitas, dan keindahan. Prinsip-prinsip perancangan yang disusun mempertimbangkan kriteria normatif mengenai perancangan taman lingkungan, kondisi eksisting taman, serta persepsi dan preferensi masyarakat setempat. Oleh karena adanya pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka disusun aturan dalam pengambilan keputusan dalam penyusunan prinsip-prinsip perancangan, yaitu sebagai berikut: Untuk kriteria keamanan, keselamatan, dan kesehatan, yang menjadi prioritas utama sebagai pertimbangan dalam penyusunan prinsip perancangan adalah ketentuan normatif, kecuali apabila preferensi masyarakat lebih tinggi dari ketentuan normatif, maka preferensi masyarakat yang menjadi pertimbangan utama. Untuk kriteria kenyamanan dan daya tarik: o Jika preferensi masyarakat lebih rendah dari ketentuan normatif, maka preferensi masyarakat masih dapat dijadikan pertimbangan dalam penyusunan prinsip perancangan, selama tidak terlalu jauh melenceng dari ketentuan normatif. o Jika preferensi masyarakat sejalan dengan ketentuan normatif, maka preferensi masyarakat dan ketentuan normatif digunakan sebagai pertimbangan dalam penyusunan prinsip perancangan. o Jika preferensi masyarakat lebih tinggi dari ketentuan normatif, maka preferensi masyarakat yang digunakan sebagai pertimbangan dalam penyusunan prinsip perancangan.

8 118 Untuk krtieria aksesibilitas dan keindahan, yang menjadi prioritas utama sebagai pertimbangan dalam penyusunan prinsip perancangan adalah preferensi masyarakat Prinsip Perancangan Umum Prinsip perancangan umum taman lingkungan hanya didasarkan pada pertimbangan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan, yaitu keamanan, keselamatan, kesehatan, daya tarik, kenyamanan, aksesibilitas, dan keindahan. Prinsip-prinsip ini masih sangat umum sehingga diperlukan penjelasan lebih lanjut yang sifatnya lebih spesifik dalam bentuk prinsip perancangan khusus untuk kedua taman yang menjadi objek studi. Prinsip perancangan umum ini dimaksudkan untuk menjelaskan ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dalam perancangan taman lingkungan secara umum. Prinsip perancangan umum terbagi dua, yaitu pertama merupakan prinsip-prinsip penataan taman berdasarkan kriteria perancangan taman lingkungan, dan yang kedua merupakan prinsip perancangan komponen-komponen taman. Prinsip umum perancangan taman lingkungan dapat dilihat pada tabel IV.2 dan IV.3. Tabel IV.2 Prinsip-Prinsip Umum Perancangan Taman Lingkungan No Kriteria Komponen yang Prinsip Umum Perancangan Diatur 1. Keamanan Visibilitas: aktifitas di dalam taman harus dapat dilihat dengan mudah dari lingkungan sekitar (memiliki akses Vegetasi visual yang baik) untuk menghindari adanya tindak Penerangan kejahatan di dalam taman 2. Keselamatan Pagar Pembatas sub-ruang Taman harus memiliki komponen-komponen yang Jalur pejalan mampu menjamin pengguna terhindar dari bahaya Tangga / ramp kecelakaan pada saat beraktifitas Penutup permukaan Signage Taman harus mampu mengikat udara kotor (polusi) 3. Kesehatan agar iklim mikro yang dihasilkan di dalam taman adalah Vegetasi iklim yang sejuk dan menyehatkan 4. Daya Tarik Taman harus memiliki ruang yang dijadikan pusat Fasilitas aktifitas aktif

9 119 No Kriteria Perancangan Prinsip Umum aktifitas pengguna dan mudah terlihat dari lingkungan sekitar agar mampu menjadi daya tarik bagi warga setempat - Taman harus memiliki berbagai fasilitas untuk pengguna melakukan aktifitasnya, baik aktifitas 5. Kenyamanan aktif maupun aktifitas pasif - Taman memiliki lingkungan fisik yang mampu memberikan kenyamanan secara psikologis - Visibilitas: aktifitas di dalam taman harus dapat dilihat dengan mudah dari lingkungan sekitar (memiliki akses visual yang baik) - Jalur masuk ke dalam taman mudah ditemui dan harus mampu memudahkan pengguna memasuki 6. Aksesibilitas taman - Aktifitas di dalam taman dipisahkan satu sama lain berdasarkan sub-ruang yang ada untuk menghindari konflik penggunaan ruang - Harus terdapat penghubung (akses) antara subruang yang satu dengan lainnya Taman harus memiliki komponen-komponen alamiah 7. Keindahan dan buatan yang indah, beragam, menarik, serta mampu memberikan nuansa estetis pada taman Komponen yang Diatur Vegetasi Tempat duduk Tempat sampah Fasilitas aktifitas aktif Vegetasi Jalur masuk Jalur pejalan Pembatas sub-ruang Vegetasi Elemen air Sumber: Maslow (1943), Lang (1994), Tuscon (2007), Carr (1992), Majlis Perbandaran Seberang Perai (2007), Marcus & Francis (1980), Eriawan (2003), Hou & Lowber (2007), Vancouver (2007), Enger (2005), Rochester (2007), Bappeda Jabar, Hasil Analisis (2007) Berdasarkan prinsip-prinsip umum diatas, maka terdapat komponen-komponen yang diatur. Pengaturan komponen ini disebut juga dengan prinsip-prinsip umum perancangan komponen taman lingkungan. Prinsip perancangan komponen taman ini juga didasarkan pada urutan dalam merancang taman lingkungan, mulai dari penentuan akses masuk ke dalam taman, pembagian sub-ruang, pengaturan sirkulasi, penentuan penutup permukaan, dan yang terakhir adalah pengaturan komponen-komponen alamiah dan buatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.1. Prinsip-prinsip umum perancangan komponen taman lingkungan dijelaskan pada tabel IV.3 dan gambar 4.2 s.d 4.7.

10 120 Gambar 4.1 Urutan Perancangan Taman Lingkungan Penentuan akses masuk ke dalam taman Pembagian subruang di dalam taman Pengaturan sirkulasi di dalam taman Penentuan penutup permukaan Pengaturan komponen alamiah dan buatan Komponen yang diatur: 1. Jalur masuk (entrance) 2. Pagar Komponen yang diatur: 1. Pembatas sub-ruang 2. Fasilitas aktifitas aktif Komponen yang diatur: 1. Jalur pejalan 2. Tangga / ramp Komponen yang diatur: Penutup permukaan Komponen yang diatur: 1. Vegetasi 2. Penerangan 3. Tempat duduk 4. Tempat sampah 5. Signage 6. Elemen air TAHAP 1 TAHAP 2 TAHAP 3 TAHAP 4 TAHAP 5 Sumber: Hasil Analisis, 2007

11 121 No A. B. Urutan Perancangan Akses masuk taman Pembagian sub-ruang Tabel IV.3 Prinsip-Prinsip Umum Perancangan Komponen Taman Lingkungan Komponen Indikator Prinsip Perancangan Komponen Jalur masuk disediakan sebagai penanda bagi pengguna untuk memasuki taman Lebar jalur masuk didesain sedemikian rupa agar pengguna mudah Jalur masuk Terletak di berbagai sisi taman dan mudah memasuki taman, lebar memadai (entrance) terlihat Jalur masuk ditempatkan di setiap sisi taman (utara, selatan, timur dan barat) Jalur masuk diusahakan mudah terlihat dari luar taman (mudah ditemui) untuk mendukung aksesibilitas taman Penyediaan pagar hanya untuk memisahkan taman dengan lingkungan eksternal, dapat berupa hard material, soft material seperti tanaman perdu, dan juga pembedaan ketinggian Pagar Mampu memisahkan lingkungan taman Ketinggian pagar mampu secara psikologis memisahkan taman dengan dengan lingkungan eksternal lingkungan eksternal namun pandangan tetap terbuka (baik dari lingkungan sekitar maupun sebaliknya) Pagar diletakkan di sepanjang sisi taman kecuali pada jalur masuk Pemisahan sub-ruang harus memiliki bentuk dan penanda yang jelas, Pembatas Sub-ruang Mampu memisahkan antaraktifitas seperti pembedaan ketinggian atau material penutup permukaan, atau pembatas fisik seperti garis Fasilitas aktifitas aktif Terlihat dari lingkungan sekitar agar mampu Fasilitas aktifitas aktif ditempatkan di pusat taman sebagai pusat aktifitas menjadi daya tarik pengguna agar menjadi daya tarik bagi masyarakat setempat Mampu memenuhi keinginan pengguna Disediakan berbagai macam fasilitas aktifitas aktif yaitu untuk

12 122 Urutan No Komponen Indikator Prinsip Perancangan Komponen Perancangan C. D. Pengaturan sirkulasi Penentuan penutup permukaan Jalur pejalan Tangga / ramp Penutup permukaan beraktifitas aktif Berada dalam kondisi terawat tanpa kerusakan Mampu menghubungkan antaraktifitas Mampu menghubungkan antarpermukaan tidak sebidang Berada dalam kondisi terawat tanpa kerusakan berolahraga dan bermain bagi anak-anak Material penutup permukaan untuk fasilitas olahraga didesain sedemikian rupa agar mampu memberikan kenyamanan beraktifitas Material jalur pejalan dibuat sedemikian rupa agar mampu menjamin keselamatan pengguna yang berjalan di atasnya (stabil, tidak licin) Lebar jalur pejalan memadai untuk pejalan dua arah Permukaan jalur pejalan memiliki kemiringan kurang dari 5% atau sebaiknya datar Jalur pejalan disediakan menghubungkan antarsub-ruang untuk memberi kemudahan dalam mengakses setiap fasilitas yang ada seperti lapangan olahraga, tempat duduk, fasilitas bermain, dan fasilitas lainnya Lebar jalur pejalan memadai untuk pejalan dua arah Jalur pejalan disediakan menghubungkan setiap subruang dengan jalur masuk taman Tangga/ramp disediakan pada permukaan yang memiliki perbedaan ketinggian yang cukup besar Permukaan tangga/ramp dibuat sedemikian rupa agar mampu menjamin keselamatan pengguna (tidak licin, tidak berlubang, tidak bergelombang) Penutup permukaan yang disediakan dapat beragam mulai dari hard material hingga soft material Material penutup permukaan stabil tanpa kerusakan (tidak berlubang, tidak bergelombang) dan dapat menjamin keselamatan pengguna Dipilih jenis material yang dapat bertahan lama dan tidak membutuhkan

13 123 Urutan No Komponen Indikator Prinsip Perancangan Komponen Perancangan E. Pengaturan komponen Alamiah dan buatan Vegetasi Penerangan Keberadaan vegetasi tetap memungkinkan taman terlihat dari lingkungan sekitar atau sebaliknya (terbuka) Mampu menciptakan iklim mikro yang sejuk dan menyehatkan Mampu menciptakan nuansa yang nyaman bagi pengguna Memiliki variasi bentuk, pola, dan warna Tersedia di berbagai lokasi pengguna beraktifitas perawatan khusus Penempatan vegetasi pohon peneduh tetap memungkinkan taman untuk terlihat dari lingkungan sekitar (terbuka) Jarak antar pohon diatur sedemikian rupa agar pandangan dari lingkungan sekitar tetap terbuka Jenis daun yang dipilih adalah jenis daun yang agak renggang Vegetasi peneduh ditempatkan di seluruh bagian taman Disediakan jumlah vegetasi peneduh sesuai kebutuhan sebagai pengikat udara kotor Vegetasi yang disediakan pada taman mencakup pohon peneduh, pohon penghias, perdu, dan rumput yang dimaksud untuk menciptakan kenyamanan ruang Vegetasi pohon peneduh yang disediakan adalah yang bertajuk lebar (meneduhkan) namun tidak menghalangi pandangan Vegetasi ditempatkan di lokasi-lokasi pengguna beraktifitas terutama di ruang aktifitas pasif Vegetasi penghias yang disediakan adalah pohon dengan pola, warna bunga dan bentuk yang variatif dengan maksud untuk menciptakan keindahan Lampu penerangan disediakan untuk menerangi ruang pengguna beraktifitas Penempatan lampu penerangan pada bagian-bagian dimana pengguna melakukan aktifitasnya

14 124 Urutan No Komponen Indikator Prinsip Perancangan Komponen Perancangan Seluruh bagian taman harus memperoleh pencahayaan termasuk sudutsudut ruang Intensitas cahaya pada lampu taman cukup terang namun tidak menyilaukan Tempat duduk disediakan sebagai tempat pengguna beraktifitas pasif Tempat duduk Penempatan tempat duduk adalah di lokasi pengguna beraktifitas Terletak di berbagai lokasi pengguna Tempat duduk ditempatkan di lokasi yang teduh dan terang (di beraktifitas bawah penerangan untuk malam hari) Orientasi tempat duduk dibuat beragam (individu, berkelompok) Tempat sampah Terletak di berbagai lokasi pengguna Tempat sampah diletakkan di berbagai lokasi taman, yaitu di setiap beraktifitas subruang yang ada Signage ditempatkan di lokasi-lokasi pengguna melakukan aktifitasnya Dimensi signage dibuat sedemikian rupa agar mampu menyita perhatian Signage Tersedianya informasi penggunaan / Dipilih jenis material yang dapat bertahan lama dan tidak membutuhkan pemanfaatan taman perawatan khusus Informasi yang disampaikan adalah tata cara penggunaan fasilitas taman Elemen air Memiliki desain yang menarik dan mampu menciptakan keindahan lingkungan taman Didesain sedemikian rupa agar memiliki bentuk yang menarik dan indah. Sumber: Maslow (1943), Lang (1994), Tuscon (2007), Carr (1992), Majlis Perbandaran Seberang Perai (2007), Marcus & Francis (1980), Eriawan (2003), Hou & Lowber (2007), Vancouver (2007), Enger (2005), Rochester (2007), Lampiran F, Hasil Observasi (2007), Hasil Analisis (2007)

15

16

17

18

19 Prinsip Perancangan Khusus Prinsip perancangan khusus untuk kedua taman yang menjadi objek studi disusun mengingat prinsip perancangan umum hanya didasarkan pada kriteriakriteria perancangan (keamanan, keselamatan, kesehatan, daya tarik, kenyamanan, aksesibilitas, dan keindahan). Selain merupakan penjabaran lebih lanjut dari prinsip perancangan umum, prinsip perancangan khusus ini juga bersifat kontekstual karena mempertimbangkan kondisi eksisting taman yang menjadi objek studi, dan juga mempertimbangkan preferensi masyarakat setempat. Oleh karena itu, prinsip perancangan khusus Taman Lesmana dan Taman Pandawa bisa saja berbeda satu sama lain karena adanya perbedaan preferensi masyarakat dan kondisi eksisting taman tersebut. Selain mempertimbangkan kondisi eksisting taman dan preferensi masyarakat setempat, prinsip perancangan khusus kedua taman yang menjadi objek studi juga mempertimbangkan program pengembangan taman seperti yang telah ditetapkan sebelumnya. Program pengembangan taman dihasilkan dari analisis terhadap kondisi eksisting taman (observasi dan persepsi masyarakat). Berdasarkan hasil analisis, program pengembangan seperti yang telah ditetapkan sebelumnya adalah program rehabilitasi dan renovasi taman, dengan upaya-upaya yang dilakukan sebagai berikut: Mempertahankan fasilitas taman yang telah ada sebagai potensi pengembangan taman. Memperbaiki kondisi fasilitas yang telah mengalami penurunan dengan upaya perbaikan. Menyediakan fasilitas yang belum tersedia. Seperti yang telah dijabarkan sebelumnya, prinsip-prinsip perancangan khusus kedua taman yang menjadi objek studi disusun dengan mempertimbangkan ketentuan normatif, kondisi eksisting, dan preferensi masyarakat setempat, dengan aturan pengambilan keputusan sebagai berikut: Untuk kriteria keamanan, keselamatan, dan kesehatan, yang menjadi prioritas utama sebagai pertimbangan dalam penyusunan prinsip perancangan adalah ketentuan normatif, kecuali apabila preferensi masyarakat lebih tinggi dari ketentuan normatif, maka preferensi masyarakat yang menjadi pertimbangan dalam penyusunan prinsip perancangan.

20 134 Untuk kriteria kenyamanan dan daya tarik: o Jika preferensi masyarakat lebih rendah dari ketentuan normatif, maka preferensi masyarakat masih dapat dijadikan pertimbangan dalam penyusunan prinsip perancangan, selama tidak terlalu jauh melenceng dari ketentuan normatif. o Jika preferensi masyarakat sejalan dengan ketentuan normatif, maka preferensi masyarakat dan ketentuan normatif digunakan sebagai pertimbangan dalam penyusunan prinsip perancangan. o Jika preferensi masyarakat lebih tinggi dari ketentuan normatif, maka preferensi masyarakat yang digunakan sebagai pertimbangan dalam penyusunan prinsip perancangan. Untuk krtieria aksesibilitas dan keindahan, yang menjadi prioritas utama sebagai pertimbangan dalam penyusunan prinsip perancangan adalah preferensi masyarakat. Kondisi eksisting ikut dipertimbangkan dalam penyusunan prinsip perancangan sebagai kemungkinan penerapan hasil pengambilan keputusan pada ketiga poin di atas terhadap masing-masing objek studi. Berdasarkan aturan pengambilan keputusan tersebut, prinsip perancangan khusus kedua taman yang menjadi objek studi secara umum dihasilkan dari pertimbangan terhadap preferensi masyarakat dan ketentuan normatif, serta dapat diterapkan pada masing-masing taman dengan mempertimbangkan kondisi eksisting taman. Namun demikian, terdapat ketentuan normatif yang tidak dipertimbangkan dalam penyusunan prinsip perancangan, karena selain berlawanan dengan preferensi masyarakat, juga tidak dapat diterapkan jika mempertimbangkan kondisi eksisting. Prinsip perancangan yang dimaksud adalah prinsip perancangan pada pengaturan komponen elemen air (kriteria keindahan) pada Taman Lesmana. Selain karena preferensi masyarakat yang tidak sejalan dengan ketentuan normatif, kondisi eksisting taman pun tidak mendukung untuk diterapkannya ketentuan normatif perancangan elemen air. Oleh karena itu, pertimbangan dalam penyusunan prinsip perancangan komponen elemen air di Taman Lesmana hanya mempertimbangkan preferensi masyarakat dan kondisi eksisting. Prinsip perancangan khusus Taman Lesmana dan Taman Pandawa disajikan secara grafis pada gambar 4.10 s.d 4.25.

21

22

23

24

25

26

27

28

29 151 Setelah disusun prinsip-prinsip perancangan, selanjutnya dibuat pula simulasi penerapan prinsip perancangan. Simulasi penerapan prinsip perancangan ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa prinsip perancangan yang disusun dapat diterapkan secara nyata terhadap objek studi. Simulasi penerapan prinsip perancangan dapat dilihat pada Lampiran A. 4.5 Rekomendasi Rekomendasi yang dapat diberikan berdasarkan hasil studi ini terbagi dua, yaitu rekomendasi bagi perancangan taman lingkungan secara umum, serta rekomendasi bagi taman yang menjadi objek studi, yaitu Taman Lesmana dan Taman Pandawa Rekomendasi Bagi Perancangan Taman Lingkungan Secara Umum Rekomendasi yang dapat diberikan berkaitan dengan perancangan taman lingkungan secara umum adalah: Dalam perancangan taman lingkungan di lokasi lain yang tidak tercakup dalam studi ini, perlu dipertimbangkan sisi demand, yaitu preferensi masyarakat setempat yang bertempat tinggal di sekitar taman, di samping pertimbangan terhadap ketentuan normatif dan kondisi eksisting (supply). Dari ketujuh kriteria perancangan taman lingkungan (keamanan, keselamatan, kesehatan, daya tarik, kenyamanan, aksesibilitas, keindahan), tiga di antaranya (keselamatan, keamanan, dan kesehatan) merupakan kriteria yang menempati prioritas utama yang harus dipenuhi oleh taman lingkungan. Hal ini menjadikan kriteria-kriteria ini lebih mengutamakan sisi normatif dibandingkan preferensi pengguna. Oleh karena itu dapat direkomendasikan bahwa dalam perancangan taman lingkungan, preferensi masyarakat setempat dapat lebih difokuskan pada pemenuhan empat kriteria lainnya yaitu kriteria daya tarik, kenyamanan, aksesibilitas, dan keindahan pada taman. Prinsip-prinsip umum perancangan taman lingkungan yang dihasilkan dalam studi ini merupakan ketentuan umum yang harus dipenuhi dalam perancangan taman lingkungan. Oleh karena itu direkomendasikan untuk menggunakan prinsip-prinsip tersebut sebagai acuan bagi perancangan taman lingkungan di lokasi lain yang tidak tercakup dalam studi ini

30 152 maupun bagi perancangan taman lingkungan yang baru akan dikembangkan (taman-taman baru). Prinsip-prinsip umum perancangan taman lingkungan yang dihasilkan dalam studi ini didasarkan pada studi normatif mengenai perancangan taman lingkungan yang berasal dari kajian berbagai literatur, peraturan, serta studi kasus di luar negeri. Oleh karena itu, prinsip umum yang dihasilkan pun hanya berlaku bagi taman yang melayani dalam skala lingkungan permukiman / perumahan, tanpa bisa dijadikan acuan umum bagi perancangan taman dengan skala pelayanan setingkat kota atau skala pelayanan yang lebih luas lagi. Perbedaannya terdapat pada pemenuhan kriteria perancangan, yaitu pada perancangan taman kota kriteria yang lebih diutamakan adalah kriteria aksesibilitas (Eriawan: 2003) sedangkan pada perancangan taman lingkungan kriteria yang lebih diutamakan adalah kriteria keamanan, keselamatan, dan kesehatan. Dengan kata lain, prinsip umum perancangan taman lingkungan tidak sama dengan prinsip perancangan taman-taman lain (taman kota, taman wilayah, dl). Oleh karena itu, dengan adanya perbedaan tersebut dapat direkomendasikan bahwa dalam perancangan taman lingkungan, prinsip perancangan yang digunakan tetap mengacu pada prinsip umum perancangan yang dihasilkan dalam studi ini, sedangkan penggunaan prinsip perancangan taman kota hanya dapat dijadikan masukan yang diadaptasi Rekomendasi Bagi Taman Lesmana dan Taman Pandawa Rekomendasi bagi kedua taman yang menjadi objek studi terbagi dua, pertama merupakan rekomendasi bagi perancangan kedua taman, dan yang kedua merupakan rekomendasi tindak lanjut yang harus dilakukan terhadap kedua taman. Rekomendasi bagi perancangan kedua taman yang menjadi objek studi adalah sebagai berikut: 1. Taman Lesmana Berdasarkan hasil studi, Taman Lesmana hanya memiliki kelebihan pada kriteria daya tarik dan aksesibilitas. Oleh karena itu, dalam perancangan Taman Lesmana, direkomendasikan untuk mengutamakan terlebih dahulu

31 153 pemenuhan kriteria keselamatan, keamanan, kesehatan, kenyamanan, dan keindahan melalui perancangan komponen-komponennya. 2. Taman Pandawa Berdasarkan hasil studi, Taman Pandawa hanya memiliki kelemahan pada pemenuhan kriteria keindahan taman. Oleh karena itu, dalam perancangan Taman Pandawa, direkomendasikan untuk mengutamakan terlebih dahulu pemenuhan kriteria keindahan melalui perancangan komponen-komponen yang mendukung keindahan taman. Rekomendasi selanjutnya adalah rekomendasi tindak lanjut bagi kedua taman yang menjadi objek studi. Tindak lanjut terhadap kedua taman didasarkan pada hasil analisis dan juga program pengembangan yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil studi, program pengembangan pada Taman Lesmana dan Taman Pandawa adalah: Rehabilitasi, yaitu peningkatan kualitas taman dengan tujuan mengembalikan kondisi komponen-komponen fisik taman yang mengalami degradasi. Renovasi, yaitu pengubahan dan penyesuaian sebagian atau beberapa bagian taman. Upaya-upaya yang dapat dilakukan berkaitan dengan program tersebut adalah sebagai berikut: Mempertahankan fasilitas taman yang telah ada sebagai potensi pengembangan taman. Memperbaiki kondisi fasilitas yang telah mengalami penurunan dengan upaya perbaikan. Menyediakan fasilitas yang belum tersedia. Berdasarkan hal tersebut, maka rekomendasi yang dapat diberikan adalah kegiatan perbaikan taman pada masing-masing taman yang meliputi: 1. Taman Lesmana Kegiatan perbaikan taman dilakukan berdasarkan kriteria-kriteria perancangan taman lingkungan: Peningkatan keamanan di dalam taman, yaitu dilakukan melalui pengadaan lampu taman sebagai penerangan taman pada saat malam hari.

32 154 Peningkatan jaminan keselamatan beraktifitas di dalam taman, yaitu dilakukan melalui: o Perbaikan material penutup permukaan, dengan pengadaan material paving block pada jalur pejalan, vegetasi rumput pada ruang aktifitas pasif, serta beton pada lapangan voli. o Penyediaan signage yang menyediakan informasi penggunaan fasilitas taman. o Perbaikan pagar tanaman perdu sebagai pembatas taman dengan lingkungan eksternal. Peningkatan kesehatan lingkungan taman, yaitu dilakukan melalui penambahan / penanaman pohon peneduh sebagai pengikat udara kotor. Peningkatan daya tarik taman, yaitu dilakukan melalui perbaikan material lapangan voli, pengadaan fasilitas penunjang lapangan voli, agar mampu menjadi pusat aktifitas warga masyarakat dan menjadi daya tarik utama taman. Peningkatan kenyamanan di dalam taman, yaitu dilakukan melalui: o Penambahan / penanaman pohon peneduh. o Perbaikan dan penambahan tempat duduk di ruang aktifitas pasif. o Pengadaan tempat sampah di berbagai lokasi di dalam taman. o Perbaikan material lapangan voli. Peningkatan aksesibilitas taman, yaitu dilakukan melalui: o Penambahan jalur masuk taman di setiap sisi taman (utara, timur, selatan, barat). o Pengadaan jalur khusus pejalan di dalam taman, dengan material paving block. Peningkatan keindahan taman, yaitu dilakukan melalui pengadaan pohon dengan pola, bentuk, dan warna yang bervariasi. 2. Taman Pandawa Kegiatan perbaikan taman dilakukan berdasarkan kriteria-kriteria perancangan taman lingkungan:

33 155 Peningkatan keamanan di dalam taman, yaitu dilakukan melalui pengadaan dan penambahan lampu taman di berbagai lokasi di dalam taman sebagai penerangan taman pada saat malam hari. Peningkatan jaminan keselamatan beraktifitas di dalam taman, yaitu dilakukan melalui: o Perbaikan material penutup permukaan, yaitu perbaikan jalur pejalan, perbaikan lintasan lari, dan perbaikan vegetasi rumput. o Penyediaan signage yang menyediakan informasi penggunaan fasilitas taman di lokasi-lokasi pengguna beraktifitas. o Perbaikan pagar sebagai pembatas taman dengan lingkungan eksternal. o Pengadaan ramp pada akses dari jalan lingkungan ke trotoar yang mengelilingi taman. Peningkatan kesehatan lingkungan taman, yaitu dilakukan melalui penambahan / penanaman pohon peneduh sebagai pengikat udara kotor. Peningkatan daya tarik taman, yaitu dilakukan melalui pengadaan fasilitas penunjang lapangan voli agar mampu menjadi pusat aktifitas warga masyarakat dan menjadi daya tarik utama taman. Peningkatan kenyamanan di dalam taman, yaitu dilakukan melalui: o Penambahan / penanaman pohon peneduh. o Perbaikan dan penambahan tempat duduk di ruang aktifitas pasif. o Pengadaan tempat sampah di berbagai lokasi di dalam taman. Peningkatan aksesibilitas taman, yaitu dilakukan melalui: o Perbaikan material penutup permukaan pada beberapa entrance yang mengalami kerusakan penutup permukaan. Peningkatan keindahan taman, yaitu dilakukan melalui: o Pengadaan pohon dengan pola, bentuk, dan warna yang bervariasi. o Pengadaan air mancur di ruang aktifitas pasif pengguna.

34 Kelemahan Studi Beberapa hal yang menjadi kelemahan dalam studi ini adalah: Jumlah sampel responden yang diambil masih terbatas dan menjadi kendala untuk melakukan generalisasi persepsi dan preferensi masyarakat setempat. Pengambilan sampel yang tidak memperhatikan pengguna / pengunjung taman diluar kawasan permukiman yang dilayani menjadi kendala akan kemungkinan adanya persepsi dan preferensi yang lebih heterogen. Pengkajian terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat dalam mempengaruhi prinsip perancangan taman tidak dilakukan secara mendalam. 4.7 Saran Studi Lanjutan Hasil studi ini diharapkan dapat menjadi masukan awal bagi studi lanjutan lainnya yang berkaitan dengan penyusunan prinsip-prinsip perancangan taman lingkungan permukiman. Saran untuk studi lanjutan berupa: Studi serupa dengan jumlah sampel pengguna yang lebih luas agar cukup signifikan dalam melakukan generalisasi persepsi dan preferensi masyarakat setampat. Melakukan kajian dan penyusunan prinsip-prinsip perancangan untuk taman lingkungan dengan tipologi yang berbeda, misalnya taman lingkungan di permukiman golongan menengah ke atas atau di permukiman yang tidak padat penduduk. Melakukan kajian yang lebih mendalam terhadap analisis kondisi sosial dan ekonomi masyarakat dalam mempengaruhi pertimbangan penyusunan prinsip perancangan.

PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN (Kasus: Taman Lesmana dan Taman Pandawa)

PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN (Kasus: Taman Lesmana dan Taman Pandawa) PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN (Kasus: Taman Lesmana dan Taman Pandawa) TUGAS AKHIR Oleh: ADRIADI DIMASTANTO 15403057 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEKOLAH ARSITEKTUR PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Taman lingkungan merupakan ruang terbuka yang dibangun dan dikembangkan di lingkungan perumahan atau permukiman, yang diperuntukkan bagi masyarakat umum dan diatur

Lebih terperinci

REVITALISASI KAWASAN CITRA NIAGA SAMARINDA

REVITALISASI KAWASAN CITRA NIAGA SAMARINDA REVITALISASI KAWASAN CITRA NIAGA SAMARINDA Irsan Gazali Magister Arsitektur, Program Pascasarjana, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, Jl. Merdeka, No. 30, Bandung - Indonesia Email: irsangazali91@gmail.com

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Studi Elemen Preservasi Kawasan Kota dengan studi kasus Koridor Jalan Nusantara Kecamatan Karimun Kabupaten Karimun diantaranya menghasilkan beberapa kesimpulan:

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, diketahui bahwa keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring dengan pergantian

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Tujuan Perencanaan dan Perancangan Perencanaan dan perancangan Penataan PKL Sebagai Pasar Loak di Sempadan Sungai Kali Gelis Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan menguraikan kesimpulan studi yang merupakan ringkasan hasil studi yang dilakukan sesuai dengan tujuan dan sasaran dalam melakukan studi, serta saran-saran

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dijabarkan kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan berisi rangkuman dari hasil penelitian dan pembahasan sekaligus menjawab tujuan penelitian di bab

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KENYAMANAN PEJALAN KAKI DI CITY WALK JALAN SLAMET RIYADI SURAKARTA

IDENTIFIKASI KENYAMANAN PEJALAN KAKI DI CITY WALK JALAN SLAMET RIYADI SURAKARTA 33 IDENTIFIKASI KENYAMANAN PEJALAN KAKI DI CITY WALK JALAN SLAMET RIYADI SURAKARTA Kuncoro Harsono, Yayi Arsandrie, Wisnu Setiawan Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Evaluasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), yang dimaksud dengan evaluasi adalah pengumpulan dan pengamatan dari berbagai macam bukti untuk mengukur dampak dan efektivitas

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Terkait dengan pertanyaan penelitian akan kondisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi walkability menjadi acuan dalam proses menganalisa dan pembahasan,

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi (07.00) secara keseluruhan dalam kondisi nyaman.

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep 37 V. KONSEP Konsep Dasar Konsep dasar dalam perencanaan ini adalah merencanakan suatu lanskap pedestrian shopping streets yang dapat mengakomodasi segala aktivitas yang terjadi di dalamnya, khususnya

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PERBAIKAN FISIK PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG

BAB V ARAHAN PERBAIKAN FISIK PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG BAB V ARAHAN PERBAIKAN FISIK PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG Pada bab ini akan dibahas mengenai temuan studi berdasarkan analisis yang telah dilakukan. Temuan studi tersebut disusun menjadi sebuah arahan

Lebih terperinci

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Oleh M.ARIEF ARIBOWO L2D 306 016 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

ARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR

ARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR ARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR Oleh : IKHSAN FITRIAN NOOR L2D 098 440 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang Desti Rahmiati destirahmiati@gmail.com Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : Arif Rahman Hakim L2D 303 283 JURUSAN

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA 6.1. Konsep Hutan Kota Perencanaan hutan kota ini didasarkan pada konsep hutan kota yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat kota Banjarmasin terhadap ruang publik. Hal ini sejalan

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Tesis desain ini bertujuan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ruang publik di kota Jakarta, juga sekaligus dapat mendekatkan ruang publik dengan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat perbankan dan pusat perindustrian menuntut adanya kemajuan teknologi melalui pembangunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap merupakan suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA ZONIFIKASI Dasar pertimbngan Potensi site Kemungkinan pengelohan Tuntutan kegiatan UTILITAS Konsep utilitas pada kawasan perencanaan meliputi : 1. Terjadinya

Lebih terperinci

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Wilayah studi dalam penelitian ini adalah Area Taman Ayodia, Jalan Barito, Jakarta Selatan. Gambaran umum terhadap wilayah studi pada awalnya akan dipaparkan gambaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space) dengan unsur vegetasi yang dominan. Perancangan ruang hijau kota harus memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Urban Heat Island Sebagai Dampak Dari Pembangunan Perkotaan

BAB I PENDAHULUAN Urban Heat Island Sebagai Dampak Dari Pembangunan Perkotaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Urban Heat Island Sebagai Dampak Dari Pembangunan Perkotaan Pembangunan perkotaan membawa perubahan pada lingkungan fisikdan atmosfer kota. Pada lingukungan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Metode Umum Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau tahapan-tahapan dalam merancang, yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kondisi Sistem Setting dan Livabilitas Ruang Terbuka Publik di Lapangan Puputan

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kondisi Sistem Setting dan Livabilitas Ruang Terbuka Publik di Lapangan Puputan BAB V KESIMPULAN Dari hasil analisis, peneliti menjawab pertanyaan penelitian yaitu bagaimana kondisi sistem setting dan livabilitas di ruang terbuka publik di Lapangan Puputan dan bagaimana bentuk persepsi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting dan Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Jepara Jenis ruang terbuka hijau yang dikembangkan di pusat kota diarahkan untuk mengakomodasi tidak hanya fungsi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN Supriyanto Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam Kalau kita berjalan kaki di suatu kawasan atau daerah, kita mempunyai tempat untuk mengekspresikan diri ( yaitu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dari berbagai pustaka. Adapun topik yang akan dibahas adalah fasilitas pedestrian

BAB II KAJIAN TEORI. dari berbagai pustaka. Adapun topik yang akan dibahas adalah fasilitas pedestrian BAB II KAJIAN TEORI Bab ini berisi kajian teori terkait topik penelitian dengan sumber referensi dari berbagai pustaka. Adapun topik yang akan dibahas adalah fasilitas pedestrian dan self efficacy. Fasilitas

Lebih terperinci

STUDI PERSEPSI TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KENYAMANAN KAWASAN SIMPANG LIMA SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK TUGAS AKHIR

STUDI PERSEPSI TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KENYAMANAN KAWASAN SIMPANG LIMA SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK TUGAS AKHIR STUDI PERSEPSI TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KENYAMANAN KAWASAN SIMPANG LIMA SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK TUGAS AKHIR Oleh: ENI RAHAYU L2D 098 428 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah kota, sebagai untuk mengebumikan jenazah makam juga

Lebih terperinci

KUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA

KUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA LAMPIRAN-A STUDI KENYAMANAN PENGGUNA TERHADAP RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK PADA RUMAH SUSUN SUKARAMAI MEDAN DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 Tanggal: Waktu : (Pagi/

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 127 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bagian ini merupakan akhir dari seluruh tahapan studi yang telah dilakukan. Bab ini berisi temuan dan kesimpulan studi yang menjelaskan secara umum mengenai ketersediaan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik yang mengesampingkan. keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Biasanya kondisi padat

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik yang mengesampingkan. keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Biasanya kondisi padat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah perkotaan pada umumnya tidak memiliki perencanaan kawasan yang memadai. Tidak terencananya penataan kawasan tersebut ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik

Lebih terperinci

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang BAB 5 KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian secara subyektif (oleh peneliti) dan obyektif (pendapat responden) maka elemen identitas fisik yang membentuk dan memperkuat karakter (ciri

Lebih terperinci

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A34203039 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A34203039.

Lebih terperinci

BAB 6. Figure 6. 1 Denah Opened-Gallery. sumber: Analisis Penulis, 2016 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

BAB 6. Figure 6. 1 Denah Opened-Gallery. sumber: Analisis Penulis, 2016 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM BAB 6 EVALUASI RANCANGAN Berdasarkan evaluasi akhir terdapat beberapa hal yang perlu ditambahkan untuk meningkatkan kualitas pada rancangan Sriwijaya Archaeology Museum. Selain itu penambahan pada desain

Lebih terperinci

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep program dasar perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil dari pendekatan perencanaan dan perancangan, yang berupa segala sesuatu mengenai kebutuhan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan

Lebih terperinci

ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR

ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: M. TOGAR PRAKOSA LUMBANRAJA L2D 003 356 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

KAJIAN ASPEK KENYAMANAN PADA JALUR PEDESTRIAN PENGGAL JALAN PROF. SOEDHARTO, SEMARANG (NGESREP (PATUNG DIPONEGORO) - GERBANG UNDIP)

KAJIAN ASPEK KENYAMANAN PADA JALUR PEDESTRIAN PENGGAL JALAN PROF. SOEDHARTO, SEMARANG (NGESREP (PATUNG DIPONEGORO) - GERBANG UNDIP) KAJIAN ASPEK KENYAMANAN PADA JALUR PEDESTRIAN PENGGAL JALAN PROF. SOEDHARTO, SEMARANG (NGESREP (PATUNG DIPONEGORO) - GERBANG UNDIP) ABSTRAKSI Jalur pedestrian merupakan wadah atau ruang untuk kegiatan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 204 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Perumusan kesimpulan dibuat dengan tetap mengacu kepada pertanyaan penelitian yang ada untuk dapat memperoleh relefansi pembahasan secara menyeluruh,

Lebih terperinci

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan.

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan. KONSEP Konsep Dasar Street furniture berfungsi sebagai pemberi informasi tentang fasilitas kampus, rambu-rambu jalan, dan pelayanan kepada pengguna kampus. Bentuk street furniture ditampilkan memberikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 ANALISIS LOKASI TAPAK BAB IV ANALISIS PERANCANGAN Dalam perancangan arsitektur, analisis tapak merupakan tahap penilaian atau evaluasi mulai dari kondisi fisik, kondisi non fisik hingga standart peraturan

Lebih terperinci

KAJIAN POLA PERGERAKAN DAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN WISATA CANDI BOROBUDUR TUGAS AKHIR

KAJIAN POLA PERGERAKAN DAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN WISATA CANDI BOROBUDUR TUGAS AKHIR KAJIAN POLA PERGERAKAN DAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN WISATA CANDI BOROBUDUR TUGAS AKHIR Oleh: OKTAFIA RACHMAWATI L2D 004 341 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai

Lebih terperinci

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo Fungsi Ekologis Terciptanya Iklim Mikro 81% responden menyatakan telah mendapat manfaat RTH sebagai pengatur iklim mikro.

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1. Data Umum Jalur sepeda adalah jalur lalu lintas yang khusus diperuntukan bagi pengguna sepeda, dipisahkan dari lalu lintas kendaraan bermotor untuk meningkatkan keselamatan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 5.1 Lokasi Penelitian U Gambar 5.1 Lokasi Penelitian Gambar 5.2 Lokasi Penelitian 30 31 Pemilihan titik lokasi penelitian seperti pada Gambar 5.2, pemilihan lokasi ini

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Program Perencanaan Didasari oleh beberapa permasalahan yang ada pada KOTA Kudus kususnya dibidang olahraga dan kebudayaan sekarang ini, maka dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB 5 - KESIMPULAN KESIMPULAN Dalam kesimpulan ini akan berisi hasil resume dari analisa dan

BAB 5 - KESIMPULAN KESIMPULAN Dalam kesimpulan ini akan berisi hasil resume dari analisa dan BAB 5 - KESIMPULAN 5.1. KESIMPULAN Dalam kesimpulan ini akan berisi hasil resume dari analisa dan pembahasan sekaligus jawaban dari pertanyaan penelitian di bab 1. 5.1.1. Seting Fisik dan Aktivitas Pertanyaan

Lebih terperinci

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU BAB IV PENGAMATAN PERILAKU 3.1 Studi Banding Pola Perilaku Pengguna Ruang Publik Berupa Ruang Terbuka Pengamatan terhadap pola perilaku di ruang publik berupa ruang terbuka yang dianggap berhasil dan mewakili

Lebih terperinci

Konsep Penataan Massa

Konsep Penataan Massa 5.2.1. Konsep Penataan Massa Pembagian Zona dan perletakan massa Vegetasi dan dinding masif berfungsi untuk menghalangi kebisingan dari jalan raya. Mebatasi antara rumah warga dan komplek pesantren Memberikan

Lebih terperinci

BAB VI R E K O M E N D A S I

BAB VI R E K O M E N D A S I BAB VI R E K O M E N D A S I 6.1. Rekomendasi Umum Kerangka pemikiran rekomendasi dalam perencanaan untuk mengoptimalkan fungsi jalur hijau jalan Tol Jagorawi sebagai pereduksi polusi, peredam kebisingan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN

BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN Dari proses yang dilakukan mulai pengumpulan data, analisa, sintesa, appraisal yang dibantu dengan penyusunan kriteria dan dilanjutkan dengan penyusunan konsep dan arahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas dan daya tariknya kemudian berangsur-angsur akan berubah

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas dan daya tariknya kemudian berangsur-angsur akan berubah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pusat kota sebagai kawasan yang akrab dengan pejalan kaki, secara cepat telah menurunkan kualitas dan daya tariknya kemudian berangsur-angsur akan berubah menjadi lingkungan

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB VI KONSEP RANCANGAN BAB VI KONSEP RANCANGAN Lingkup perancangan: Batasan yang diambil pada kasus ini berupa perancangan arsitektur komplek Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh meliputi fasilitas terapi, rawat inap, fasilitas

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak V. KONSEP 5.1. Konsep Dasar Perencanaan Tapak Konsep perencanaan pada tapak merupakan Konsep Wisata Sejarah Perkampungan Portugis di Kampung Tugu. Konsep ini dimaksudkan untuk membantu aktivitas interpretasi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN 160 BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang di gunakan dalam perancangan ini adalah konsep yang berlandaskan pada tema sustainable building. Perancangan ini mengambil prinsip sustainable

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan kota sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh berbagai macam faktor-faktor perubahan yang menyangkut segi-segi sosial, ekonomi, politik

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Pada penelitian ini materi yang diteliti adalah kendaraan roda 4 yang menggunakan fasilitas parkir Solo Grand Mall baik itu di dalam gedung

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ BAB VI KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini merupakan hasil dari analisis dan pembahasan terhadap penilaian komponen setting fisik ruang terbuka publik dan non fisik (aktivitas) yang terjadi yang

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 4. Arsitektural Aspek arsitektural mengarah pada bagaimana RTH tersebut menarik untuk dikunjungi dan indah dipandang. RTH publik di Kota Malang sebagian besar tidak ada yang mengalami renovasi bagian dalam

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH 56 ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian dicari solusinya sebagai

Lebih terperinci

KRITERIA PERANCANGAN RUANG PUBLIK YANG AMAN BAGI ANAK-ANAK DI KAWASAN SIMPANG LIMA SEMARANG TUGAS AKHIR

KRITERIA PERANCANGAN RUANG PUBLIK YANG AMAN BAGI ANAK-ANAK DI KAWASAN SIMPANG LIMA SEMARANG TUGAS AKHIR KRITERIA PERANCANGAN RUANG PUBLIK YANG AMAN BAGI ANAK-ANAK DI KAWASAN SIMPANG LIMA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: MUHAMMAD NUR FAJRI L2D 005 382 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Penelitian terhadap hubungan desain lingkungan fisik dan aktivitas kriminal pada malam hari di Kawasan Kota Lama Semarang menghasilkan beberapa kesimpulan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang diterapkan pada perancangan pusat industri pengalengan ikan layang di Brondong lamongan adalah arsitektur hemat energi. Pada perancangan pusat

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN Tinjauan Kawasan Kebon Kacang Raya dan Kebon Kacang 30 3.1 Gambaran Kawasan Proyek Nama : Kawasan Kebon Kacang dan sekitarnya. Lokasi : Jl. Kebon Kacang Raya dan Jl.Kebon Kacang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padang Golf Sukarame (PGS) merupakan Lapangan Golf pertama dan satu-satunya di

I. PENDAHULUAN. Padang Golf Sukarame (PGS) merupakan Lapangan Golf pertama dan satu-satunya di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padang Golf Sukarame (PGS) merupakan Lapangan Golf pertama dan satu-satunya di Provinsi Lampung. Padang Golf Sukarame didirikan oleh Perkumpulan Golf Lampung (PGL).

Lebih terperinci

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar.  Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir BAB IV : KONSEP 4.1 Konsep Dasar Table 5. Konsep Dasar Perancangan Permasalahan & Kebutuhan Konsep Selama ini banyak bangunan atau gedung kantor pemerintah dibangun dengan hanya mempertimbangkan fungsi

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Agrowisata Agrowisata pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang mengintegrasikan sistem pertanian dan sistem pariwisata sehingga membentuk objek wisata yang menarik. Menurut

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Koridor jalan Seturan Raya merupakan kawasan yang memiliki resiko tindakan kejahatan yang relatif tinggi, terutama pada malam hari.catatan dalam dua tahun terakhir

Lebih terperinci

Belakang Latar. yaitu. Kota. yang. dan dekat

Belakang Latar. yaitu. Kota. yang. dan dekat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Yogyakartaa memiliki empat kelompok kawasan permukiman yaitu lingkungan permukiman di kawasan cagar budaya, permukiman di kawasan kolonial, permukiman di kawasan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 33 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Studi ini dilakukan di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Secara administrasi pemerintahan Kota Padang Panjang terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA

BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA Dalam pembahasan bab ini akan menjelaskan persepsi dan preferensi masyarakat, analisis gap dan analisis kuadran. Dari hasil

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Perencanaan pengembangan drainase di wilayah Kota Batam khususnya di Kecamatan Batam Kota sangatlah kompleks. Banyak sekali faktor yang harus dipertimbangkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. memberikan pelayanan yang optimal bagi pejalan kaki.

BAB III LANDASAN TEORI. memberikan pelayanan yang optimal bagi pejalan kaki. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Definisi Jalur Pejalan Kaki Pejalan kaki merupakan salah satu pengguna jalan yang memiliki hak dalam penggunaan jalan. Oleh sebab itu, fasilitas bagi pejalan kaki perlu disediakan

Lebih terperinci

ARAHAN PENGEMBANGAN FUNGSI RUANG LUAR KAWASAN GELORA BUNG KARNO JAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: RICKAYATUL MUSLIMAH L2D

ARAHAN PENGEMBANGAN FUNGSI RUANG LUAR KAWASAN GELORA BUNG KARNO JAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: RICKAYATUL MUSLIMAH L2D ARAHAN PENGEMBANGAN FUNGSI RUANG LUAR KAWASAN GELORA BUNG KARNO JAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: RICKAYATUL MUSLIMAH L2D 000 449 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Lansekap (Landscape Planning) Lansekap merupakan refleksi dari dinamika sistem alamiah dan sistem sosial masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis

Lebih terperinci

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN VI.1. Konsep Desain Lanskap Tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin menitikberatkan kepada sungai sebagai pusat perhatian dan pemandangan

Lebih terperinci

Aksesibilitas a. Geometri koridor jalan b. Tautan & kontinuitas akses spasial & visual

Aksesibilitas a. Geometri koridor jalan b. Tautan & kontinuitas akses spasial & visual 2. Geometri jalan lebar, terdapat trotoar yang lebar dan jalur sepeda. Kualitas penghubung akan kuat ketika jalurnya linear dan didukung enclosure serta merupakan konektor dari dua tujuan (Caliandro, 1978)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2010). Aksesibilitas adalah konsep yang luas dan fleksibel. Kevin Lynch

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2010). Aksesibilitas adalah konsep yang luas dan fleksibel. Kevin Lynch BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aksesibilitas 2.1.1. Pengertian Aksesibilitas Jhon Black mengatakan bahwa aksesibilitas merupakan suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan pencapaian lokasi dan hubungannya satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Ruas jalan Cicendo memiliki lebar jalan 12 meter dan tanpa median, ditambah lagi jalan ini berstatus jalan arteri primer yang memiliki minimal kecepatan 60 km/jam yang

Lebih terperinci

Spesifikasi fasilitas tempat bermain di ruang terbuka Iingkungan rumah susun sederhana

Spesifikasi fasilitas tempat bermain di ruang terbuka Iingkungan rumah susun sederhana Standar Nasional Indonesia Spesifikasi fasilitas tempat di ruang terbuka Iingkungan rumah susun sederhana ICS 91.090 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Kampus sebagai Generator Pertumbuhan Kawasan.

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Kampus sebagai Generator Pertumbuhan Kawasan. BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. Kampus sebagai Generator Pertumbuhan Kawasan. Ketika sebuah kampus Perguruan Tinggi berdiri pada suatu kawasan, maka dapat dipastikan akan berdatangan para

Lebih terperinci