ANALISIS DAN SINTESIS
|
|
- Harjanti Darmadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills. Oleh karena itu letak pemukian perlu direlokasikan lagi sampai jarak tertentu dari pabrik yang cukup aman dari limbah pabrik dengan membuat barier (area penyangga) antara lokasi industri dengan pemukiman. Barier yang ideal adalah dominasi vegetasi pohon karena lebih efektif dalam mengurangi pencemaran udara. Tapak PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills potensial untuk ditanami berbagai berbagai jenis tanaman yang dapat mengurangi pencemaran udara dan air. Pengembangan tata ruang kawasan industri yang tidak terkendali menyebabkan tapak di sekitar industri yang seharusnya menjadi daerah penyangga atau industri lain berubah menjadi pemukiman penduduk. Penataan ulang land use sekitar kawasan pabrik yang berupa lahan kosong yang tidak dimanfaatkan diperlukan untuk menekan pengaruh dampak negatif industri terhadap masyarakat sekitar kawasan industri. Penggunaan tanah dalam tapak dan sekitar tapak Tapak terutama digunakan untuk fisik bangunan produksi dan ruang terbuka. Ruang terbuka dalam tapak digunakan untuk jalur transportasi keluar masuk barang, karyawan, tamu, tempat parkir, keamanan kawasan dan area pabrik, serta taman untuk evakuasi. Penataan penggunaan ruang terbuka lebih ditekankan untuk kelancaran sirkulasi dan keamanan areal pabrik. Perencanaan ruang terbuka hijau perlu ditingkatkan. Penghijauan dilakukan pada daerah-daerah yang kosong dan terbuka serta pemilihan vegetasi dari segi fungsi dan estetika masih kurang diperhatikan. Daerah di sekitar tapak pabrik digunakan sebagai lahan untuk pertanian yang dimiliki seutuhnya oleh pabrik. Namun, pengelolaannya diserahkan kepada warga masyarakat sekitar pabrik. Pada hari-hari berangin, udara panas dan terpolusi akan terbawa menjauhi lokasi industri searah dengan arah angin. Jika
2 56 industri dikelilingi dengan vegetasi buffer (penyangga) maka udara terpolusi akan mengalami penurunan suhu dan penyaringan udara terpolusi saat melewati vegetasi buffer (penyangga). Pada hari-hari panas dan tidak berangin, udara panas dan terpolusi yang bertekanan tinggi terdesak naik dan jatuh ke lokasi di sekitarnya (green belt) yang bertekanan lebih rendah. Jika industri dikelilingi vegetasi buffer (penyangga) maka udara yang terpolusi akan disaring dan diturunkan suhunya sebelum melewati pemukiman di sekitarnya. Sirkulasi Jalur pejalan kaki/ pedestrian hanya terdapat di sekitar area selamat datang hingga area main office, sehingga untuk area plant/pabrik tidak terdapat pedestrian sehingga kenyamanan bagi pengguna jalan khususnya pejalan kaki terasa kurang nyaman. Tidak terdapat pemisahan jalur untuk kendaraan besar maupun kendaraan kecil sehingga kelancaran berlalu lintas menjadi sedikit terganggu. Tanah Sebagian besar tapak PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills termasuk jenis tanah latosol keuali daerah di tepi sungai Citarum. Tanah latosol mempunyai sifatsifat fisik yang baik. Tanah latosol di lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills memiliki ph sebesar 6-7. Secara umum tanah latosol ini tergolong subur dan baik untuk penanaman. Tanah aluvial terdapat di sekitar sungai Citarum. Tanah ini peka terhadap vegetasi eksisting. Tanah aluvial yang terdapat di sekitar sungai Citarum memiliki kemiringan relatif besar dan mempunyai struktur yang kompak yang terdiri dari banyak lapisan sediman yang jenuh dan tidak stabil untuk bangunan sehingga sebaiknya digunakan untuk daerah konservasi tanah dan air. Drainase dan Topografi Drainase yang baik diperlukan untuk menciptakan dan memperbaiki sistem aerasi bagi pertumbuan perakaran tanaman. Selain itu, drainase yang baik
3 57 di lokasi pabrik diperlukan untuk mengalirkan dan membuang debu yang tercuci oleh hujan. Di kawasan industri PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills tersebut, drainase yang ada masih membutuhkan perawatan yang intensif seperti melakukan pembersihan drainase dari sampah sehingga aliran airnya tidak tersumbat. Hidrologi Debit sungai Citarum yang cukup besar dapat digunakan sebagai sumber air untuk penyiraman tanaman. Area konservasi alami di tepi sungai dapat dijadikan untuk konservasi tanah dan air. Selain itu juga dapat digunakan sebagai tempat untuk menjerap lumpur yang terbawa oleh air hujan (run off) sehingga pendangkalan sungai dapat dikurangi serta pada saat musim hujan air sungai tersebut tidak akan meluap. Iklim Curah hujan yang relatif tinggi ( mm/tahun) berguna untuk menjaga ketersediaan air terutama pada musim kering sehingga penggunaan air untuk keperluan pabrik serta pemeliharaan tanaman di sekitar pabrik tetap terpenuhi. Selain itu, faktor hujan berhubungan dengan pencemaran yang terjadi pada lingkungan pabrik terutama pencemaran debu yang diakibatkan oleh asap buangan kendaraan. Hujan yang deras dan lebat dapat menjaga keberlangsungan hidup vegetasi karena dapat mencuci debu yang menempel pada daun dan batang sebaliknya hujan dengan intensitas dan frekuensi yang rendah tidak dapat mencuci debu yang menempel sehingga debu akan mengeras di permukaan daun dan batang. Akibatnya pada bulan-bulan kering, intensitas penyiraman tanaman perlu ditingkatkan karena mengerasnya debu selain dapat mengurangi efektifitas tanaman untuk menyaring debu namun dapat pula mengakibatkan kematian pada tanaman serta merusak pemandangan karena vegetasi yang kotor. Penggunaan tanaman berdaun lebar lebih baik daripada tanaman berdaun jarum karena lebih efektif untuk menyaring debu dan memungkinkan pencucian debu dari permukaan.
4 58 Suhu, kelembaban dan kecepatan rata-rata angin pada tapak relatif tinggi dan berada di luar comfort zone dan persentase penyinaran matahari yang relatif tinggi menimbulkan iklim mikro yang tidak nyaman bagi pengguna tapak. Pengurangan suhu dan radiasi matahari yang diterima tapak dapat dilakukan dengan penanaman vegetasi terutama pada tempat-tempat yang sering digunakan baik dilewati oleh pejalan kaki atau digunakan sebagai tempat istirahat buruh dan supir pada waktu istirahat. Modifikasi iklim mikro dilakukan menggunakan elemen lanskap dan penanaman green belt adalah yang terbaik (Tandy,1975). Penanaman vegetasi selain memberikan keteduhan pada bagian bawah tajuk juga menyebabkan meningkatnya kelmbaban pada tapak di bawahnya sehingga perlu dibuat koridorkoridor angin untuk mengurangi kelembaban. Angin dapat menerbangkan debu yang ada sehingga penanaman semak, perdu yang tidak terlalu masif diperlukan untuk menyaring debu dan melewatkan angin yang sudah tersaring. Masalah pencemaran dan Alternatif Pemecahannya Masalah umum dalam perencanaan lanskap kawasan industri adalah perlindungan masyarakat dari pemandangan terhadap struktur dan kegiatan industri, gangguan debu, dan kebisingan. Debu Keseluruhan area kawasan industri PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills tidak melebihi dari nilai ambang batas yang ditentukan oleh pemerintah. Namun, demikian perlu direncanakan suatu ruang terbuka hijau yang dapat mengurangi dampak dari debu tersebut. Untuk mengurangi penyebaran debu digunakan pohon-pohon yang efektif untuk menyerap debu dengan jarak tanam yang disesuaikan dengan kondisi arah angin yang terjadi di dalam dan sekitar kawasan industri. Dengan penghitungan metode gravimetri yang dilakukan maka diperoleh penanaman vegetasi di dalam maupun di luar kawasan industri sebaiknya mengelilingi seluruh kawasan industri tersebut.
5 59 Pohon-pohon dengan daun yang besar dan permukaannya kasar, berstruktur masif dan penutupan tajuk yang relatif luas dan rapat paling efektif untuk mengurangi penyebaran debu di dalam maupun di sekitar kawasan industri. Penanaman vegetasi juga dilakukan secara berstrata di seluruh kawasan industri. Untuk melindungi bagian bawah tajuk sabuk pelindung yang terbuka akibat penggunaan pohon yang tinggi maka penanaman tanaman semak dan perdu diperlukan untuk menyaring debu dan mengurangi kecepatan angin. Penanaman rumput, semak dan perdu menghasilkan pantulan (albedo) yang lebih rendah dari penggunaan perkerasan. Semak, perdu dan pohon mengurangi kecepatan angin dekat permukaan bumi dan menjaga turbulensi yang berlebihan (Tandy,1975). Kebisingan Kebisingan yang terjadi di kawasan PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills masih di bawah batas ambang normal. Tetapi kawasan yang paling banyak menyumbang kebisingan terbesar yaitu kawasan power plant batu bara. Pengurangan kebisingan dilakukan dengan membuat pagar untuk meredam kebisingan baik berupa struktur bangunan atau tanaman, modifikasi angin, suhu udara dan elevasi tapak. Pemilihan tanaman yang efektif untuk barrier kebisingan diusahakan saling melengkapi dengan tanaman yang efektif untuk menjadi filter debu.
6 60 Hasil Analisis Kapasitas Jerapan Debu Hasil analisis metode gravimetri adalah sebagai berikut: Tabel 4. Berat Debu yang Dijerap Daun Tiga Spesies Pohon Pada Tiga Kali Pengamatan. Nama Spesies (Eucalyptus sp.) Akasia (Acacia Tanjung (Mimusoph elengi) Pengamatan 1 (12 Pengamatan 2 (26 Pengamatan 3 (10 April 2010) April 2010) Mei 2010) Ulangan Berat Luas Berat Debu Luas Berat Debu Luas debu (Gram) daun (cm) (Gram) daun (cm) (Gram) daun (cm) 1 0,032 59,1 0,035 51,5 0,037 52,1 2 0,03 67,8 0, ,035 58,2 3 0,03 63,3 0,023 64,1 0,04 70,7 1 0,183 83,9 0,164 83,5 0,195 85,7 2 0,3 95 0,3 96,7 0,315 96,3 3 0, ,121 77,9 0,148 86,2 1 0, ,149 35,4 0,157 32,8 2 0, ,064 36,5 0,079 32,1 3 0,057 31,8 0,168 34,9 0, ,7 Tabel di atas merupakan tabel penghitungan berat debu dan luas daun setiap spesiesnya yang dilakukan dengan tiga kali pengamatan yaitu pengamatan 1 pada tanggal 12 april 2010, pengamatan 2 pada tanggal 26 April 2010, dan pengamatan 3 pada tanggal 10 Mei 2010, dengan tiga kali ulangan setiap spesiesnya. Dari setiap pengamatan yang dilakukan baik itu pengamatan 1, 2 dan 3 berat debu terlihat mengalami kenaikan. Hal tersebut menunjukkan terjadinya deposit debu pada permukaan daun, walaupun terjadi hujan.
7 61 Tabel 5. Kapasitas Jerapan Debu Tiga Spesies Pohon Per Hari Pada Tiga Kali Pengamatan. Nama spesies (Eucalyptus sp.) Akasia (Acacia Tanjung (Mimusoph elengi) Rata-rata (mg/cm 2 ) Pengamatan 1 (12 April 2010) (mg/cm 2 ) Pengamatan 2 (26 April 2010) (mg/cm 2 ) Pengamatan 3 (10 Mei 2010) (mg/cm 2 ) Rata-rata (mg/cm 2 ) Rata-rata per hari (mg/cm 2 ) 0,482 2,92 2,387 1,9 0,13 0,524 1,494 3,593 1,8 0,13 0,626 2,423 4,013 2,3 0,16 0,544 2,279 3,331 2,03 0,44 Tabel 5 menunjukkan kapasitas jerapan debu per hari. Dari pengamatan yang dilakukan, baik itu pengamatan 1, 2, dan 3 diperoleh hasil bahwa kapasitas jerapan debu mengalami kenaikan setiap pengamatan yang dilakukan (14 hari). Namun, pada pengamatan ketiga pada spesies kayu putih (Eucalyptus sp.) terjadi penurunan sebanyak 0,54 mg/cm 2, karena dipengaruhi oleh turunnya hujan sebelum pengambilan sampel berlangsung. Dari keseluruhan hasil pengamatan dan penghitungan kapasitas jerapan debu per hari maka diperolah hasil, bahwa spesies tanjung (Mimusoph elengi) memiliki kapasitas jerapan debu per hari paling tinggi dibandingkan dengan kedua spesies tanaman yang lain yaitu sebesar 0,16 mg/cm 2.
8 62 Tabel 6. Jerapan Debu Tiga Spesies Pohon Per Hari Sesuai Dengan Diameter Tajuk dan Luas Tajuk. Nama spesies tanaman Diameter tajuk (m) Luas tajuk (cm 2 ) Jerapan debu per pohon (mg) (Eucalyptus , ,4 sp.) Akasia (Acacia , ,67 Tanjung (Mimusoph elengi) , ,4 Tabel di atas menunjukkan jerapan debu per spesiesnya. Dengan diameter tajuk pohon yang berbeda dari ketiga spesies tanaman tersebut, maka diperoleh luas tajuk yang paling tinggi adalah spesies Akasia (Acacia Mangium), sehingga jerapan debu yang dihasilkan juga paling tinggi yaitu 34801,67 mg/hari. Tabel 7. Jumlah pohon yang ditanam di seluruh kawasan industri Nama spesies tanaman (Eucalyptus sp.) Akasia (Acacia Tanjung (Mimusoph elengi) Emisi (mg/hari) Persentase Jumlah emisi yang diambil Jumlah pohon (pohon) % % % Total Tabel di atas menunjukkan jumlah pohon yang ditanam di seluruh kawasan industri. Dengan pembagian persentase jumlah pohon yang paling banyak dipakai adalah kayu putih (Eucalyptus sp.) sebesar 40%, maka tanaman tersebut ditanam paling banyak di area green belt yaitu Hal tersebut dikarenakan visual dari tanaman kayu putih (Eucalyptus sp.) lebih estetis dari kedua tanaman yang lain, serta tanaman kayu putih (Eucalyptus sp.) lebih menunjukkan identitas dari pabrik kertas tersebut.
9 63 Tabel 8. Lokasi Penanaman Tiga Spesies Pohon Dengan Luas area dan Jarak Tanam Tertentu. Nama spesies tanaman (Eucalyptus sp.) Akasia (Acacia Akasia (Acacia (Eucalyptus sp.) (Eucalyptus sp.) (Eucalyptus sp.) Tanjung (Mimusoph elengi) Lokasi Luasan area (Ha) Jarak tanam Jumlah pohon (Pohon) Jumlah baris pohon dengan Jarak tanam 3 m x 3 m pada batas kawasan Green belt 14 3 m x 3 m Green belt 14 3 m x 3 m 4133 Area pabrik 8 3 m x 3 m Pemukiman 7 3 m x 3 m Bukit 10 3 m x 3 m Area hijau di kawasan industri Area selamat datang 81 3 m x 3 m m x 6 m Tabel di atas merupakan tabel jumlah baris pohon dengan jarak tanam 3 m x 3 m, sehingga untuk area green belt di keliling kawasan industri maka tanaman yang di tanam yaitu kayu putih (Eucalyptus sp.) yang ditanam dengan jarak tanam 3 m x 3 m dengan jumlah 4 baris. Vegetasi dan satwa Perencanaan penanaman dilakukan dengan memperhatikan fungsi dari jenis-jenis tanaman baik untuk memperbaiki iklim mikro, memperbaiki kualitas udara, estetika, konservasi tanah dan air, habitat satwa terutama burung dan sesuai dengan keinginan pengguna tapak yang lebih menginginkan tanaman hias daun dan tanaman yang produktif terutama tanaman penghasil buah-buahan. Vegetasi-vegetasi yang sudah ada seperti kayu putih (Eucalyptus sp.), akasia (Acacia, serta tanjung (Mimusoph elengi), dipertahankan karena efektif dalam meminimalisir jumlah polutan yang ada di kawasan pabrik/plant, sesuai dengan hasil analisa metode gravimetri. Untuk area bukit vegetasi yang ada dipertahankan, namun ditambahkan vegetasi yang lain untuk menjadikan area bukit sebagai area konservasi.
10 64 Fasilitas dan Jaringan Utilitas Fasilitas rambu-rambu lalu lintas masih banyak yang kurang memenuhi standar keamanan di jalan sehingga perlu ditambahkan seperti pemisahan jalur dengan fasilitas pemisah jalur, serta pengamanan tikungan. Fasilitas tempat parkir pun perlu ditambah lagi, agar dapat menampung jumlah kendaraan. Tidak hanya itu, penggunaan elemen air juga perlu ditambahkan di depan main office, untuk menambah kesan sejuk di area main office.
Peta PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills Karawang Sumber: Gambar 3. Lokasi Penelitian
25 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama 6 bulan, berlangsung dari bulan Maret 2010 sampai bulan Agustus 2010. Penelitian ini mengambil tempat di Kawasan Industri PT Pindo
Lebih terperinciPERENCANAAN Tata Hijau Penyangga Green Belt
68 PERENCANAAN Perencanaan ruang terbuka hijau di kawasan industri mencakup perencanaan tata hijau, rencana sirkulasi, dan rencana fasilitas. Perencanaan tata hijau mencakup tata hijau penyangga (green
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang ditujukan untuk kesejahteraan manusia, pada dasarnya menimbulkan suatu dampak yang positif maupun negatif. Pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan dapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada
Lebih terperinciBAB IV ANALISA TAPAK
BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah
Lebih terperinciANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH
56 ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian dicari solusinya sebagai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Kota Hutan dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi
Lebih terperinciBAB V ANALISIS SINTESIS
BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,
Lebih terperinciREKOMENDASI Peredam Kebisingan
83 REKOMENDASI Dari hasil analisis dan evaluasi berdasarkan penilaian, maka telah disimpulkan bahwa keragaman vegetasi di cluster BGH memiliki fungsi ekologis yang berbeda-beda berdasarkan keragaman kriteria
Lebih terperinci3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi
3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware
Lebih terperinciLanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.
Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Tujuan Memahami makna dan manfaat hutan kota pada penerapannya untuk Lanskap Kota. Memiliki
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
18 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Administratif Kawasan permukiman skala besar Bumi Serpong Damai (BSD City) secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Serpong
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting dan Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Jepara Jenis ruang terbuka hijau yang dikembangkan di pusat kota diarahkan untuk mengakomodasi tidak hanya fungsi
Lebih terperinciIII. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA
Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, S.P., MAgr, PhD. Tujuan Memahami bentuk-bentuk ruang dengan tanaman
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Central Business District (CBD) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 mengenai penataan ruang, pada Pasal 1 disebutkan bahwa kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang
TINJAUAN PUSTAKA Penghijauan Kota Kegiatan penghijauan dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan kota menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang asri, serasi dan sejuk dapat
Lebih terperinciKAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D
KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D 300 377 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya
9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi
BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi (07.00) secara keseluruhan dalam kondisi nyaman.
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai
Lebih terperinciBAB VI R E K O M E N D A S I
BAB VI R E K O M E N D A S I 6.1. Rekomendasi Umum Kerangka pemikiran rekomendasi dalam perencanaan untuk mengoptimalkan fungsi jalur hijau jalan Tol Jagorawi sebagai pereduksi polusi, peredam kebisingan
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN. Sentra Agrobisnis tersebut. Bangunan yang tercipta dari prinsip-prinsip Working
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Sentra Agrobisnis Anjuk Ladang menggunakan konsep Power of Climate, dengan konsep tersebut diharapkan dapat mengoptimalkan tema dari Working With Climate
Lebih terperinciKONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A
KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A34203039 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A34203039.
Lebih terperinciIV. Pemilihan Tanaman Lanskap Kota
Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) IV. Pemilihan Tanaman Lanskap Kota Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan,S.P., MAgr, PhD. Tujuan Memahami kriteria tanaman Lanskap Kota Mengetahui berbagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat perbankan dan pusat perindustrian menuntut adanya kemajuan teknologi melalui pembangunan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi Tahap inventarisasi merupakan tahap yang dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang mendukung dan dibutuhkan pada perencanaan jalur hijau jalan ini. Berdasarkan
Lebih terperinciKebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo
Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo Fungsi Ekologis Terciptanya Iklim Mikro 81% responden menyatakan telah mendapat manfaat RTH sebagai pengatur iklim mikro.
Lebih terperinciBAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi
BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Perencanaan adalah suatu alat sistematik yang digunakan untuk menentukan saat awal, keadaan yang diharapkan, dan cara terbaik untuk mencapai keadaan yang diharapkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan
TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Simonds (1983) menyatakan bahwa lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dengan karakter yang menyatu
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang kemudian disintesis. Sintesis diperoleh berdasarkan kesesuaian tema rancangan yaitu metafora
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dan pertambahan penduduk menyebabkan kebutuhan manusia semakin meningkat. Dalam lingkup lingkungan perkotaan keadaan tersebut membuat pembangunan
Lebih terperinciGambar 23. Ilustrasi Konsep (Image reference) Sumber : (1) ; (2) (3)
48 PERENCANAAN LANSKAP Konsep dan Pengembangannya Konsep dasar pada perencanaan lanskap bantaran KBT ini adalah menjadikan bantaran yang memiliki fungsi untuk : (1) upaya perlindungan fungsi kanal dan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space) dengan unsur vegetasi yang dominan. Perancangan ruang hijau kota harus memperhatikan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun Hutan Kota
23 IV. GAMBARAN UMUM A. Status Hukum Kawasan Kawasan Hutan Kota Srengseng ditetapkan berdasarkan surat keputusan Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun 1995. Hutan Kota Srengseng dalam surat keputusan
Lebih terperinciLANSKAP PERKOTAAN (URBAN LANDSCAPE)
Magister Desain Kawasan Binaan (MDKB) LANSKAP PERKOTAAN (URBAN LANDSCAPE) Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, SP., MAgr, PhD. Pendahuluan Tujuan : Memberi pemahaman tentang: - Pengertian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perencanaan Hutan Kota Arti kata perencanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fak. Ilmu Komputer UI 2008) adalah proses, perbuatan, cara merencanakan (merancangkan).
Lebih terperinciGambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan.
KONSEP Konsep Dasar Street furniture berfungsi sebagai pemberi informasi tentang fasilitas kampus, rambu-rambu jalan, dan pelayanan kepada pengguna kampus. Bentuk street furniture ditampilkan memberikan
Lebih terperinciGambar 5.1. Zoning Ruang (sumber:konsep perancangan.2012)
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Dasar Konsep dasar mengambil dari prinsip tema yang telah dipertajam sehingga mendapatkan sebuah konsep dasar yaitu save the land surface. Save the land surface mempunyai
Lebih terperinciREDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA
REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA ZONIFIKASI Dasar pertimbngan Potensi site Kemungkinan pengelohan Tuntutan kegiatan UTILITAS Konsep utilitas pada kawasan perencanaan meliputi : 1. Terjadinya
Lebih terperinciBAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa
BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Kesimpulan dari konsep ruang terbuka hijau pada kawasan pusat kota Ponorogo adalah : 1. Adanya kebutuhan masyarakat pada kawasan pusat kota Ponorogo akan ruang
Lebih terperinciPERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A
PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN Oleh: Syahroji A34204015 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SYAHROJI. Perancangan
Lebih terperincike tiga dan seterusnya kurang efektif dalam mereduksi konsentrasi partikel timbal di udara. Halangan yang berupa vegetasi akan semakin efektif
PEMBAHASAN UMUM Dalam studi ini salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji hubungan antara konsentrasi partikel Pb yang berasal dari emisi kendaraan bermotor dengan besarnya penurunan konsentrasi
Lebih terperinciBAB V STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENGENDALIAN KAWASAN WISATA HUTAN KOTA BUNGKIRIT
BAB V STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENGENDALIAN KAWASAN WISATA HUTAN KOTA BUNGKIRIT 5.1 Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Hutan Kota Bungkirit Berdasarkan hasil analisis didapat hasil perhitungan proyeksi
Lebih terperinciHOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG
KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam perancangaan Hotel Resort ini saya menggunakan kosep dasar adalah Arsitektur Hijau dimana bangunan ini hemat energi, minim menimbulkan dampak negatif
Lebih terperinciBAB IV PEMAHAMAN DAN ANALISIS LAHAN
BAB IV PEMAHAMAN DAN ANALISIS LAHAN (Analisis Contur)... 15 4.1 PENDAHULUAN... 15 4.1.1 Deskripsi Singkat... 15 4.1.2 Manfaat... 15 4.1.3 Learning Outcomes... 15 4.2 URAIAN MATERI... 15 4.2.1 Peta Kontur...
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Lanskap Simonds (1983) menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu proses penyusunan kebijaksanaan atau merumuskan apa yang harus dilakukan, untuk memperbaiki keadaan
Lebih terperinciPERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT
PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya,
BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifatsifatnya dan hubungan
Lebih terperinciVI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET
42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi
IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga
Lebih terperinciPENDAHULUAN. didirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat. Pada
PENDAHULUAN Latar Belakang Kota adalah suatu pusat pemukiman penduduk yang besar dan luas.dalam kota terdapat berbagai ragam kegiatan ekonomi dan budaya. Adakalanya kota didirikan sebagai tempat kedudukan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA TAPAK
BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Pengertian Tapak 4.1.1 Tapak Tapak adalah suatu wilayah atau lahan atau tempat dimana suatu fungsi atau fasilitas atau bangunan akan ditempatkan atau didirikan. Data Tapak Nama
Lebih terperinciRENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL
RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL Rencana Lanskap Berdasarkan hasil analisis data spasial mengenai karakteristik lanskap pemukiman Kampung Kuin, yang meliputi pola permukiman, arsitektur bangunan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian
16 III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Studi mengenai Perencanaan Jalur Hijau Jalan sebagai Identitas Kota Banjarnegara dilakukan di jalan utama Kota Banjarnegara yang terdiri dari empat segmen,
Lebih terperinciBAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG
PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Kata Pengantar... 1 Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Tujuan... 5
1 DAFTAR ISI Kata Pengantar... 1 Daftar Isi... 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Permasalahan... 4 1.3 Tujuan... 5 BAB II PEMBAHASAN/ISI 2.1 Hakikat Penghijauan Lingkungan... 6 2.2 Peran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka hijau adalah area memanjang baik berupa jalur maupun mengelompok yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, sebagai tempat tumbuhnya vegetasi-vegetasi,
Lebih terperinciGambar 27. Ilustrasi Pengembangan Konsep Ruang Pada Tapak
81 Aktivitas yang diakomodasikan pada zona ini adalah jenis aktivitas pasif seperti pemeliharaan sungai, penelitian, pengenalan nama-nama tanaman dan dudukduduk serta belajar. Zona rehabilitasi semi intensif,
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
112 5.1 Konsep Kawasan BAB V KONSEP PERANCANGAN Gambar 5.1: Kondisi eksisting kawasan Sumber: Google erth, 2011 Keterangan: 1: Landasan penerbangan dan pendaratan pesawat di masa mendatang 2: Tapak 3:
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan
118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran
29 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran 1. Tata Guna Lahan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum
Lebih terperincimampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan
Latar Belakang Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang utama memegang posisi penting dalam kelestarian lingkungan. Kemerosotan kemampuan tanah yang ditunjukkan dengan meningkatnya laju erosi dari
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Dasar Perancangan Perancangan Rumah sakit Sulianti Saroso ini menggunakan tema Arsitektur sirkulasi. Hal ini ditekankan pada : 1. Pemisahan akses dari dan ke instalasi
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN SINTESIS
BAB V ANALISIS DAN SINTESIS 5.1 Aspek Fisik 5.1.1 Luas, Letak, dan Aksessibilitas Tapak Penelitian Kawasan Gedongjetis berada di kawasan pedesaan yang sejuk dan sedikit tercemar polusi dari kendaraan bermotor.
Lebih terperinciPERENCANAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN INDUSTRI PT PINDO DELI PULP AND PAPER MILLS KARAWANG JAWA BARAT. Nining Irianti A
PERENCANAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN INDUSTRI PT PINDO DELI PULP AND PAPER MILLS KARAWANG JAWA BARAT Nining Irianti A44060217 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciANALISIS SINTESIS Aspek Fisik Letak, Luas dan Batas-batas Tapak Aksesibilitas dan Sistem Transportasi
ANALISIS SINTESIS Aspek Fisik Letak, Luas dan Batas-batas Tapak Tapak merupakan jalan lingkar kampus di mana area tersebut adalah sebuah area pendidikan yang dilengkapi berbagai fasilitas pendukungnya.
Lebih terperinciBAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS
BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS Langkah kami setelah mencari tahu dan segala informasi tentang Pulau Nias adalah survey langsung ke lokasi site untuk Tugas Akhir ini. Alangkah
Lebih terperinciTUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN
TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN Penanggulangan Kerusakan Lahan Akibat Erosi Tanah OLEH: RESTI AMELIA SUSANTI 0810480202 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut (Triatmodjo, 2008:1).Hidrologi merupakan ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya. Penerapan ilmu hidrologi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan menguraikan kesimpulan studi yang merupakan ringkasan hasil studi yang dilakukan sesuai dengan tujuan dan sasaran dalam melakukan studi, serta saran-saran
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. bagi warga kota. Selain sebagai sarana tersebut, kehadiran lapangan golf
9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lapangan golf merupakan salah satu fasilitas umum kota yang dapat digunakan sebagai sarana olah raga dan rekreasi melalui permainan golf yang
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan.
BAB III METODE PERANCANGAN Pada perancangan hotel resort dalam seminar ini merupakan kajian berupa penjelasan dari proses perancangan yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang didapat dari studi
Lebih terperinciPENGANTAR VEGETASI LANDSCAPE PENGELOMPOKAN VEGETASI BERDASAR PEMBENTU DAN ORNAMENTAL SPACE
2011 PENGANTAR VEGETASI LANDSCAPE PENGELOMPOKAN VEGETASI BERDASAR PEMBENTU DAN ORNAMENTAL SPACE JURUSAN ARSITEKTUR ITATS Ririn Dina Mutfianti, ST.,MT 10/30/2011 Materi 1 Pengelompokan Berdasarkan Pembentuk
Lebih terperinciVII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)
VII. RENCANA TAPAK Tahap perencanaan ini adalah pengembangan dari konsep menjadi rencana yang dapat mengakomodasi aktivitas, fungsi, dan fasilitas bagi pengguna dan juga makhluk hidup yang lain (vegetasi
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang diterapkan pada perancangan pusat industri pengalengan ikan layang di Brondong lamongan adalah arsitektur hemat energi. Pada perancangan pusat
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilakukan pada tanggal 1 Juli 2010 hingga tanggal 20 Agustus 2010. Lokasi penelitian terletak di Padang Golf Sukarame. JL. H. Endro Suratmin
Lebih terperinciV. ANALISIS DAN SINTESIS
41 V. ANALISIS DAN SINTESIS V.1. Analisis V.1.1. Kondisi Fisik V.1.1.1. Lokasi, Luas dan Batas Tapak Tapak berada di pusat kota dan merupakan bagian dari kawasan tepian Sungai Martapura dengan penggunaan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian
BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jalan bebas hambatan Tol Jagorawi dengan mengambil beberapa segmen jalan yang mewakili karakteristik lanskap jalan
Lebih terperinciBAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar
BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT lingkungan yang mampu menyembuhkan SUASANA Menghubungkan ruang luar dengan ruang dalam terutama pada area yang difokuskan untuk kesembuhan pasien.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERANCANGAN
4.1 ANALISIS LOKASI TAPAK BAB IV ANALISIS PERANCANGAN Dalam perancangan arsitektur, analisis tapak merupakan tahap penilaian atau evaluasi mulai dari kondisi fisik, kondisi non fisik hingga standart peraturan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas, yang berada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan ekosistem buatan yang terjadi karena campur tangan manusia dengan merubah struktur di dalam ekosistem alam sesuai dengan yang dikehendaki (Rohaini, 1990).
Lebih terperinciIV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota
IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan
Lebih terperinciBAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Tujuan Perencanaan dan Perancangan Perencanaan dan perancangan Penataan PKL Sebagai Pasar Loak di Sempadan Sungai Kali Gelis Kabupaten Kudus
Lebih terperinciINVENTARISASI Aspek Fisik Sejarah P.T. Pindo Deli Pulp and Paper Mills Karawang Produk yang dihasilkan PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills
39 INVENTARISASI Aspek Fisik Sejarah P.T. Pindo Deli Pulp and Paper Mills Karawang PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mill adalah anak perusashaan dari Sinar Mas Group yang merupakan salah satu perusahaan kertas
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. terstruktur. Begitu pula dengan perencanaan lansekap (landscape planning)
10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Lansekap (Landscape Planning) Perencanaan adalah kegiatan yang dilakukan secara bertahap, sistematis, dan terstruktur. Begitu pula dengan perencanaan lansekap (landscape
Lebih terperinciManfaat hutan kota diantaranya adalah sebagai berikut :
BENTUK DAN FUNGSI HUTAN KOTA 1. Bentuk Hutan Kota Pembangunan hutan kota dan pengembangannya ditentukan berdasarkan pada objek yang dilindungi, hasil yang dicapai dan letak dari hutan kota tersebut. Berdasarkan
Lebih terperinciKONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik
KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik Latar Belakang: Penghutan kembali atau reboisasi telah banyak dilakukan oleh multipihak untuk menyukseskan
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 TEMA PENGEMBANGAN DESAIN Proses merancang bangunan untuk mengurangi dampak lingkungan yang kurang baik, meningkatkan kenyamanan manusia dengan peningkatan efisiensi, mengurangi
Lebih terperinciREKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU
85 REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU Penanaman lanskap harus dapat memberikan fungsi yang dapat mendukung keberlanjutan aktivitas yang ada dalam lanskap tersebut. Fungsi arsitektural penting dalam penataan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota
TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota Karakter merupakan sifat dan ciri khas yang dimiliki oleh suatu kelompok, baik orang maupun benda. Karakter lanskap merupakan suatu area yang mempunyai keharmonisan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik
19 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Desa Ancaran memiliki iklim yang dipengaruhi oleh iklim tropis dan angin muson, dengan temperatur bulanan berkisar antara 18 C dan 32 C serta curah hujan berkisar
Lebih terperinciBAB V KONSEP. marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum
BAB V KONSEP 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan sentra industri batu marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum dalam Three Dimension Sustainability:
Lebih terperinciBAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN
BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN 4.1 Temuan Studi Berdasarkan hasil analisis, terdapat beberapa temuan studi, yaitu: Secara normatif, terdapat kriteria-kriteria atau aspek-aspek yang
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk
Lebih terperinci