VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk"

Transkripsi

1 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk ditunjukkan pada pengunjung sekaligus sebagai pusat produksi yang menyediakan kegiatan wisata agro sebagai alternatif wisata dengan dilengkapi fasilitas pelayanan wisata yang membuat pengunjung nyaman dan bertambah pengalaman, dihubungkan dengan tata sirkulasi mencakup keseluruhan tapak, dan dihiasi dengan tata hijau yang menarik dan tidak menghalangi adanya fungsi tata hijau sebagai produksi. Agrowisata yang ditawarkan adalah mengembangkan komoditas tanaman pertanian buah, sayur, tanaman hias dengan kombinasi bidang peternakan dan perikanan hasil varietas unggulan IPB. Tanaman budidaya tidak seluruhnya ditampilkan melainkan yang ingin ditonjolkan pada pengunjung khususnya dan masyarakat luas Konsep Pengembangan Melalui konsep dasar kemudian diaplikasikan dalam beberapa jenis konsep teknis pengembangan. Pengembangan konsep dasar adalah dengan pembagian ruang-ruang utama yang membentuk hierarki ruang, jalur sirkulasi berdasarkan fungsi dan akses terhadap ruang dan tata hijau dengan lokasi sesuai kebutuhan ruang dan fungsi pelayanan wisata. Konsep tersebut adalah konsep tata ruang, konsep sirkulasi, konsep fasilitas dan aktivitas, dan konsep tata hijau Konsep Ruang Ruang merupakan area yang mengakomodasi aktifitas, fasilitas, dan program ruang yang memberikan manfaat sebesar-besarnya pada tapak itu sendiri tanpa mengesampingkan kelestarian tapak sehingga dan mampu hidup secara berkelajutan. Pembagian ruang didasarkan pada sumberdaya biofisik dan teknik serta kesesuaiannya pada aktifitas yang diinginkan. Oleh karena itu, terdapat dua ruang utama yang dikembangkan yaitu ruang obyek wisata dan pelayanan dan ruang konservasi. Dua ruang utama tersebut dibagi berdasarkan fungsi dan proporsi terhadap kegiatan wisata walaupun keduanya merupakan area wisata dengan kebutuhan wisata yang berbeda.

2 83 a. Ruang Obyek Wisata dan Pelayanan Ruang obyek wisata dan pelayanan merupakan area yang terbentuk oleh adanya kesesuaian aspek sumberdaya terhadap aktifitas yang diharapkan pada konsep dasar. Luas ruang obyek wisata dan pelayanan sekitar m 2 lokasi yang terpilih merupakan area-area yang relatif datar, memiliki pusat-pusat aktifitas pada kondisi awalnya sehingga diharapkan potensi untuk pengembangan berbagai aktifitas rekreasi. Ruang obyek wisata dan pelayanan dibagi menjadi tiga sub ruang yaitu ruang pelayanan (6.804 m²), ruang penerimaan (4.596 m²), dan ruang wisata( m²). Sub ruang pelayanan dan penerimaan merupakan aplikasi dari adanya fungsi pelayanan pada pengunjung. Aktifitas yang berada pada kedua ruang ini termasuk bersifat komersil dimana terdapat fasilitas-fasilitas pelengkap suatu kawasan wisata yang berorientasi pada pengunjung. Kantor pusat, kantor informasi, souvenir shop, nursery/kios penjualan, toilet, dan area makan merupakan beberapa fasilitas yang akan ditempatkan pada ruang ini. Sub ruang wisata masih dibagi kedalam dua ruang teknis yaitu: 1. Ruang wisata umum, yaitu ruang untuk melakukan wisata baik aktif maupun pasif yang memiliki luasan masing-masing sebesar m² dan m². 2. Ruang wisata pertanian. Ruang teknis ini merupakan area wisata yang berbasis pada kegiatan pertanian baik bidang agronomi, perikanan, dan peternakan sebesar m² Aktifitas yang dapat dilakukan pada ruang obyek wisata dan pelayanan antara lain adalah piknik, pelatihan pertanian, berjalan-jalan, bermain, duduk-duduk, photo hunting, melihat pemandangan, memanen, dan memberi makan ternak dan ikan. Berdasarkan aktifitas tersebut maka fasilitas yang dapat ditempatkan adalah tempat duduk, shelter, area serba guna, pedestrian yang nyaman, kios penjualan pakan, area bermain anak, area piknik, dan masjid.

3 84 b. Ruang Konservasi Ruang konservasi merupakan area yang terbatas pada aktifitas wisata dan tidak banyak kegiatan yang dapat dilakukan seperti pada ruang wisata. Ruang ini memiliki luas sekitar m². Ruang konservasi masih terbagi ke dalam dua sub ruang konservasi air (5.393 m²) dan sub ruang konservasi tanah (3.973 m²). Sub ruang konservasi air merupakan area untuk melindungi area yang menjadi aliran air utama dan menjadi sumber air bagi masyarakat sekitar. Selain itu ruang konservasi berperan sebagai area penyangga kawasan sebagai filter segala produk negatif dari tapak. Gambar 28. berikut ini adalah gambar hierarki ruang yang diterapkan pada kebun agrowisata University Farm Sindang Barang: Kebun Agrowisata R. obyek wisata & pelayanan R. Konservasi R. Penerimaan R. Pelayanan R. obyek Wisata R. Konservasi air R.Konservasi Tanah R. Wisata Pertanian R. Wisata Umum R. Wisata Pertanian (tanaman budidaya) R. Wisata Pertanian (Peternakan dan perikanan) R.Wisata Umum aktif R. Wisata Umum pasif - Tan. pangan - Tan.Prkebunan - Tan. Hias - Tan. obat - Tan. Buah - Sayuran - Kandang - Kolam ikan pancing - kolam ikan budidaya - Outbound - Area kemah - Permainan anak - Plaza - Lapangan rumput -area piknik Gambar 28. Hirarki Ruang Kebun Agrowisata

4 Konsep Rekreasi Konsep rekreasi yang akan dikembangkan pada kebun agrowisata Sindang Barang yaitu rekreasi edukasi pertanian secara luas yang dapat diakses oleh segala kalangan baik masyarakat umum maupun masyarakat akademik. Fasilitas yang disediakan juga mengakomodasi baik oleh pengunjung kelompok ataupun keluarga. Rekreasi yang dikembangkan terbagi menjadi rekreasi umum dan rekreasi pertanian. Rekreasi umum terpisah antara aktifitas aktif dengan pasif. Rekreasi aktif untuk mengakomodasi anak-anak untuk bermain dan kegiatan pelatihan praktis sesuai dengan konsep dasar perencanaan kebun agrowisata University Farm sebagai kawasan yang bermanfaat secara ilmiah dan alamiah. Sedangkan rekreasi pasif dapat digunakan oleh keluarga dan pengunjung yang ingin bersantai dan duduk-duduk. Fasilitas dan jenis aktifitas yang terpisah ini agar tidak mengganggu aktifitas yang berbeda satu sama lain Konsep Sirkulasi Konsep sirkulasi pada kebun akan dibuat aman, nyaman, dan menyenangkan dengan membuat jalur singkat, mencapai seluruh kebun, pengadaan fasilitas alat angkut serta memperhatikan kemiringan lahan. Sirkulasi berperan penting menghubungkan antar ruang pada tapak. Hal ini memudahkan aksesibilitas pengunjung mencapai fasilitas dan melakukan kegiatan.. Konsep sirkulasi berkembang menjadi ruang jalur yang berupa jalur-jalur aksesibilitas dalam tapak dan menghubungkan menjadi suatu kesatuan program ruang. Akses menuju kebun dikembangkan satu arah agar saling terintegrasi dan tidak mengganggu pemukiman di sekitar warga. Akses ini juga akan menggunakan sistem sirkulasi loop dalam ruang agar pengunjung dapat mengetahui informasi kebun secara menyeluruh. Jalur masuk dan keluar dibedakan untuk memperlancar sirkulasi dalam dan luar kebun sehingga tidak terjadi penumpukan aktifitas pada satu titik. Jalur untuk alat-alat pertanian direncanakan menyatu dengan jalur pejalan kaki pada tapak (jalur sekunder). Hal ini untuk memanfaatkan luasan kebun agrowisata yang tidak terlalu besar dan agar pengunjung merasa menyatu dengan suasana pertanian.

5 86 Sistem sirkulasi yang dikembangkan untuk memudahkan aktifitas dan program ruang antara lain: 1. Jalur sirkulasi primer. Jalur sirkulasi ini merupakan jalur utama tapak namun berada pada batas kebun. Jalur ini terintegrasi dengan jalan penduduk dan dapat dilalui oleh kendaraan roda empat. Akan tetapi jalur ini hanya akan terbatas sampai area parkir. Jalur ini menggunakan jalur yang telah ada sebelumnya dengan penambahan jalur yang dirasa perlu untuk memperlancar sirkulasi di luar tapak. 2. Jalur sirkulasi sekunder Jalur sirkulasi ini hanya akan dilalui oleh pejalan kaki. Jalur ini berupa jalan setapak yang dapat dilalui oleh beberapa orang dalam satu waktu. Bentukan sirkulasi ini akan melalui kebun sehingga pengunjung dapat menikmati suasana kebun. Kendaraan hanya akan sampai pada lapangan parkir sehingga tidak dapat melalui jalur ini kecuali angkutan produksi. 3. Jalur interpretasi Jalur interpretasi ini adalah untuk memfasilitasi pengunjung agar lebih mengetahui lebih banyak informasi tentang kebun. Hal ini dapat memberikan pengalaman secara umum tentang tapak. 4. Jalur farmroad Jalur ini merupakan jalur pengelolaan dan pemeliharaan kebun baik berupa lintasan alat-alat pertanian maupun untuk pengangkutan hasil Konsep Tata Hijau Pengembangan tata hijau diarahkan sealami mungkin dan memperhatikan tanaman eksisiting pada tapak sehingga akan mengurangi penggunaan tanaman introduksi yang akan membuat perawatan menjadi lebih sulit. Konsep tata hijau ini dibagi menjadi empat berdasarkan fungsi tanaman, yaitu sebagai berikut: a. Tanaman Produksi Penggunaan tanaman produksi dikembangkan di lahan pertanian dan area yang sebelumnya menjadi semak untuk dimanfaatkan menjadi lahan pertanian. Pemilihan jenis tanaman produksi menyesuaikan dengan kondisi tanah yang ada dan tanaman baru yang disesuaikan lingkungan hidupnya. Tanaman-tanaman

6 87 yang lebih diutamakan antara lain jenis tanaman yang tidak dipengaruhi musim, tanaman yang cepat produksi, dan tanaman hias dan bunga yang berasal dari dataran rendah. Selain itu juga ditampilkan tanaman-tanaman hasil dari penelitian IPB dari berbagai varietas. Hasil produksi yang dihasilkan akan dijual misalnya sebagai tanaman produksi dan dapat sebagai buah tangan dari kebun. b. Tanaman Arsitektural Tanaman arsitektural dapat menjadi tanaman pengarah, peneduh, dan pembatas. Dengan fungsi-fungsi tersebut maka jenis tanaman ini akan menyebar mengikuti kebutuhan ruang. Umumnya pemilihan tanaman dengan fungsi ini lebih memperhatikan kepada bentuk tanaman, jenis kanopi pohon, dan kerapatan daun tertentu. sebaiknya tanaman ini juga dipilih yang tidak menggugurkan daun pada musim tertentu sehingga fungsinya dapat terpenuhi. c. Tata Hijau Estetik Penggunaan tata hijau estetik difungsikan untuk memperindah dan melembutkan suasana. Tata hijau ini akan ditempatkan pada area pelayanan dan penerimaan. Fasilitas-fasilitas yang perlu untuk diberi tanaman estetik antara lain adalah kantor farm manager, kantor informasi, sekitar bangunan istirahat pengunjung, di sekitar area rekreasi dan pada kolam-kolam hias. d. Tata Hijau Konservasi Tata hijau ini bertujuan untuk melindungi aliran air (pengikat air tanah), erosi tanah dan area habitat satwa pada kebun. Tata hijau ini dikembangkan pada ruang konservasi baik sub ruang konservasi air maupun sub ruang konservasi tanah sekitar aliran anak sungai Cisindang Barang. Tanaman yang ditempatkan adalah jenis yang memiliki perakaran kuat mengikat tanah dan mampu menyimpan air Konsep Fasilitas dan Utilitas Konsep fasilitas yang dikembangkan merupakan fasilitas penunjang dan berdasarkan kebutuhan fungsi pada tiap ruang. Kriteria fasilitas yang ditempatkan juga akan memperhatikan penggunaan material yang ramah lingkungan, tahan lama, dan tahan terhadap kendala lingkungan baik kondisi tanah dan cuaca. Untuk mengakomodasi kebutuhan pengunjung maka penempatan tiap-tiap fasilitas sebaiknya pada jarak yang mudah dicapai pengunjung, disesuaikan dengan

7 88 kondisi kemiringan lahan, dan menyatu dengan tapak sehingga akan menimbulkan kesan unity. Pengembangan konsep fasilitas terbagi dalam tiga kelompok fasilitas berdasarkan fungsi dan keterkaitan dengan program ruang. Tiga kelompok fasilitas tersebut adalah: 1. Fasilitas pelayanan menjadi sarana yang berorientasi pada pengunjung. Penempatan dan penggunaan material dipilih sebaik mungkin agar kepuasan dan kenyamanan pengunjung dapat optimal. Fasilitas pelayananan dalam tapak diantaranya adalah pintu gerbang keluar masuk kebun, pos keamanan, toilet, loket penjualan karcis, tempat ibadah, tempat makan, dan kantor informasi. Semua fasilitas tersebut juga didukung oleh adanya fasilitas kebersihan, sumber penerangan yang cukup, dan fasilitas aksesibilitas. 2. Fasilitas produksi merupakan sarana yang berorientasi pada lingkungan. Hal ini sangat memperhatikan pada kebutuhan tanaman komoditas pertanian beserta kegiatan pertanian dari menanam, proses penelitian hingga distribusi produk. Jenis fasilitas ini antara lain adalah instalasi drainase dan irigasi yang mencakup seluruh kebun, nethouse, mesin pengolahan hasil kebun, kios penjualan produk atau bibit/nursery, gudang peralatan, dan perlengkapan pertanian serta keperluan training. 3. Fasilitas rekreasi meliputi ruang terbuka hijau, saung atau gazebo, bangku taman, lampu penerangan, jembatan, pagar pembatas, kios penjualan cinderamata (souvenir shop), dan kios penjualan pakan ternak dan ikan, outbound serta fasilitas plaza. Fasilitas ini ditempatkan pada ruang rekreasi dan beberapa fasilitas ini disebar pada ruang lain berdasarkan kebutuhan. 4. Utilitas yang dapat ditingkatkan adalah berkaitan dengan jaringan listrikdan jaringan komunikasi. Jaringan listrik dapat berasal dari PLN dan ditempatkan pada titik tertentu untuk kebutuhan keamanan ketika malam. Jaringan komunikasi diperlukan dalam tapak untuk berkomunikasi guna kelancaran penelolaan kebun sehingga jika ada suatu gangguan dapat terkoordinasi dengan cepat.

8 Konsep Pengelolaan Pengelolaan sangat dibutuhkan agar semua yang direncanakan dapat bertahan lama dan lestari sehingga tujuan perencanaan dapat tercapai. Kebun agrowisata ini terbuka untuk umum baik kalangan akademisi ataupun masyarakat umum. Pengunjung yang datang dapat berkelompok, individu ataupun bersama keluarga. Untuk memasuki kebun akan dikenakan biaya yang akan digunakan untuk pengembaangan kebun selanjutnya. Waktu kunjungan dibatasi dan disesuaikan dengan program-program yang ditawarkan oleh pihak pengelola. Kebun dilengkapi dengan jalur farmroad sangat memudahkan dalam pengelolaan dan pemeliharaan dalam proses pertanian selanjutnya. Konsep kebun sebagai kebun produksi yang menampilkan produk unggulan IPB membutuhkan biaya pemeliharaan yang tidak sedikit. Akan tetapi daya tarik produk IPB inilah yang menjadi faktor utama yang dapat menjamin keberadaan pengunjung pada kebun dan sebagai area utama IPB untuk semakin meningkatkan penelitian tanaman dengan teknologi terkini.

9

10

11

12

13

14 Tabel 12. Program Ruang, Aktifitas dan Fasilitas Pendukung Ruang Sub Ruang Fungsi Aktifitas Fasilitas Obyek wisata dan pelayanan Penerimaan Penerimaan Keluar masuk kebun, membayar tiket, dan memarkir kendaraan Pintu gerbang, loket tiket, area parkir, pos keamanan, jalan aspal dan papan nama. Pelayanan Pelayanan Pengelolaan kebun, memarkir kendaraan, beribadah, makan, mendapat informasi kebun, Kantor informasi, area parkir, masjid, kios penjualan dan penyewaan peralatan, kios berbelanja, menyewa peralatan, dan istirahat pembibitan, souvenir shop, kantor pengelolaan kebun, dan toilet Rekreasi pertanian (tanaman budidaya, perikanan dan peternakan) Wisata Edukasi Melihat pemandangan, melihat atraksi pertanian, berjalan-jalan mengelilingi kebun, memberi pakan ikan dan ternak, memanen, memancing, dan photohunting. Area produksi, shelter, pedestrian, bangku taman, saung memancing, kolam pancing, kolam ikan, kandang ternak, rumah plastik, dan jalur interpretasi Rekreasi umum Rekreasi Melihat pemandangan, duduk-duduk, Menara pandang, bangku taman, area (Pasif) bersantai, melukis, piknik dan berfoto. terbuka, best view spot, gazebo, dan Amphitheatre Rekreasi umum (aktif) Rekreasi Outbound, berkemah (skala kecil), dan bermain. Area permainan, shelter, pedestrian dan fasilitas outbound. Konservasi Konservasi Konservasi Penanaman vegetasi, melihat tanaman, dan bermain air Sign board dan lampu taman. 95

15 KONSEP PENGEMBANGAN RUANG DAN SIRKULASI Konsep pengembangan ruang dan sirkulasi merupakan konsep gabungan dari konsep yang telah dibuat. Dalam konsep pengembangan ini akan ditentukan satu dari beberapa alternatif terbaik block plan yang dapat diaplikasikan ke dalam bentuk rencana lanskap (landscape plan). Alternatif 1 Sesuai dengan pembagian ruang yang telah ditentukan maka pada alternatif 1, jalur masuk dipindahkan menjadi lebih ke arah selatan untuk memperlancar sirkulasi. Sirkulasi utama dalam tapak adalah sebuah jalur yang mengelilingi seluruh ruang dalam kebun. Hal ini dimaksudkan agar pengunjung dapat mencari pengetahuan dan pengalaman lebih banyak dengan menjelajah lebih dalam. Bentuk sirkulasi antar ruang juga mengikuti pola batas kebun sehingga tercipta unity dan didominasi oleh pola geometrik yang mencerminkan unsur edukasi. Sirkulasi keseluruhan mampu mengalirkan kegiatan pengunjung karena titik pertemuan dari arus berputarnya pengunjung lebih panjang dan lebih dekat dengan jalur keluar masuk pengunjung. Bentukan sirkulasi dan seluruh ruang sangat mendukung fungsi produksi sehingga pemanfaatan lahan menjadi efektif dilihat dari luasan area yang digunakan sebagai area produksi. akan tetapi sirkulasi menuju gerbang keluar terkesan mengambil lahan yang dapat dimanfaatkan sebagai lahan produksi. Area kandang sebagai area dengan hasil sampingan yang kurang baik diamankan dengan adanya tanaman konservasi dari jenis tanaman aromatik sehingga bau akan tereduksi. Area outbound memanfaatkan area dekat sungai agar dapat sekaligus menjadi wahana permainan. Area untuk kolam ikan juga menggunakan kolam yang telah ada dengan bentukan yang relatif sama. Dilihat dari area penyebaran konsentrasi pengunjung, hanya terdapat 2 area pusat kegiatan yaitu pada area interpretasi awal dan plaza. Hal ini dapat mnyebabkan penumpukan pengunjung karena tidak tersebar merata pada kebun.

16 97 Gambar 34.. Alternatif 1 Konsep Pengembangan Paripurna Gambar 35. Alternatif 2 Konsep Pengembangan Paripurna

17 98 Aternatif 2 Pada alternatif 2, pembagian ruang juga mengikuti konsep pembagian ruang yang telah ada. Sirkulasi menjadi lebih terkesan dinamis dengan pola organic untuk menghhubungkan antar ruang yang ada. Jalurnya pun menjadi lebih menyeluruh karena terdapat pembagianjalan antara jalan masuk dan keluar sehingga akan terus mengalirkan akses dan menghindari penumpukan konsentrasi pengunjung pada satu pintu. Area penempatan konsentrasi massa menjadi tiga area yaitu area interpretasi awal, plaza, dan area lapangan rumput sehingga pengunjung banyak memiliki alternatif untuk berekreasi dalam kebun. Pebedaan dengan alternatif 1 yaitu pada jalur keluar kebun yang masuk dalam satu area dan tidak memutar seperti pada alternatif 1. Hal ini dapat mempersingkat jalur bagi para pengendara dan dapat lebih memanafaatkan ruang sebagai area rekreasi pertanian. Area untuk produksi pun tidak berbentuk kaku dan geometrik namun mengikuti jalur sirkulasi yang organik. Kolam ikan menjadi lebih estetik tanpa sekat yang kaku. Bentukan bulat mengikuti pola konsentrasi pengunjung seperti pada area interpretasi awal, plaza dan lapangan rumput sehingga terdapat unity pada bentukan konsep ruang. Dari kedua alternatif konsep pengembangan tersebut maka dipilih alternatif konsep 2 yang akan dilanjutkan menjadi rencana lanskap (Landscape plan). Alternatif 2 dipilih karena bentuk dan jalur sirkulasi yang panjang, dapat mencakup keseluruhan tapak dan akses menuju masing-masing ruang dapat terhubung dengan baik. Hal ini juga menyebabkan bertambahnya pengalaman dan pengetahuan bagi pengunjung jika dibanding dengan jalur yang ditempuh oleh alternatif 1 walaupun dengan area pemusatan kegiatan dan bentukan yang lebih pada fungsi produksi. Alternatif 2 juga dapat mengalirkan pengunjung dengan lebih luas sehingga penumpukkan massa pengunjung pada saat padat dapat terhindari. titik jalur kembalinya pengunjung setelah mengelilingi kebun dekat dengan jalur keluar masuk gerbang sehingga tidak ada penumpukkan. Alternatif 2 akan memberikan kesan rekreasi yang lengkap, bukan hanya menikmati obyek dan atraksi rekreasi yang ditawarkan tetapi juga dapat melakukan perjalanan wisata dengan menikmati pemandangan indah dan alami dari kebun.

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan 116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak V. KONSEP 5.1. Konsep Dasar Perencanaan Tapak Konsep perencanaan pada tapak merupakan Konsep Wisata Sejarah Perkampungan Portugis di Kampung Tugu. Konsep ini dimaksudkan untuk membantu aktivitas interpretasi

Lebih terperinci

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN VI.1. Konsep Desain Lanskap Tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin menitikberatkan kepada sungai sebagai pusat perhatian dan pemandangan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Perancangan Wisata Bahari Di Pantai Boom Tuban ini merupakan sebuah rancangan arsitektur yang didasarkan oleh tema Extending Tradition khususnya yaitu dari

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN SINTESIS

BAB V ANALISIS DAN SINTESIS BAB V ANALISIS DAN SINTESIS 5.1 Aspek Fisik 5.1.1 Luas, Letak, dan Aksessibilitas Tapak Penelitian Kawasan Gedongjetis berada di kawasan pedesaan yang sejuk dan sedikit tercemar polusi dari kendaraan bermotor.

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep 37 V. KONSEP Konsep Dasar Konsep dasar dalam perencanaan ini adalah merencanakan suatu lanskap pedestrian shopping streets yang dapat mengakomodasi segala aktivitas yang terjadi di dalamnya, khususnya

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA 6.1. Konsep Hutan Kota Perencanaan hutan kota ini didasarkan pada konsep hutan kota yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat kota Banjarmasin terhadap ruang publik. Hal ini sejalan

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP DAN PERENCANAAN

BAB VI KONSEP DAN PERENCANAAN BAB VI KONSEP DAN PERENCANAAN 6.1 Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan lanskap di desa Gedongjetis adalah menjadikan kawasan sebagai tempat wisata pertanian dengan obyek wisata utamanya kebun rambutan,

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP Rencana Ruang dan Aktivitas Ruang Utama Agrowisata Area Tanaman Hias

PERENCANAAN LANSKAP Rencana Ruang dan Aktivitas Ruang Utama Agrowisata Area Tanaman Hias PERENCANAAN LANSKAP Perencanaan lanskap (landscape plan) merupakan penataan berbasis lahan guna mendapatkan model bentang alam yang fungsional, estetik dan lestari yang mendukung berbagai kebutuhan dan

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Agrowisata Agrowisata pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang mengintegrasikan sistem pertanian dan sistem pariwisata sehingga membentuk objek wisata yang menarik. Menurut

Lebih terperinci

Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara

Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara Kuisioner Responden yang terhormat, Agrowisata Salatiga merupakan salah satu agrowisata yang banyak diminati oleh pengunjung. Welcome area yang ada di agrowisata

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP UNIVERSITY FARM IPB SINDANG BARANG KOTA BOGOR SEBAGAI KEBUN AGROWISATA NUR YULYANINGSIH

PERENCANAAN LANSKAP UNIVERSITY FARM IPB SINDANG BARANG KOTA BOGOR SEBAGAI KEBUN AGROWISATA NUR YULYANINGSIH PERENCANAAN LANSKAP UNIVERSITY FARM IPB SINDANG BARANG KOTA BOGOR SEBAGAI KEBUN AGROWISATA NUR YULYANINGSIH DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN NUR

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan di Kabupaten Bandung tepatnyadi Desa Malakasari, Kecamatan Baleendah. Objek wisata ini berdiri

Lebih terperinci

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004) VII. RENCANA TAPAK Tahap perencanaan ini adalah pengembangan dari konsep menjadi rencana yang dapat mengakomodasi aktivitas, fungsi, dan fasilitas bagi pengguna dan juga makhluk hidup yang lain (vegetasi

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A

PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A34204040 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 konsep Dasar 5.1.1 Tata Letak Bangunan Gate entrance menuju Fasilitas Wisata Agro terletak di jalan akses masuk wisata Kawah Putih, dengan pertimbangan aksesibilitas jalan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP. Tata Ruang Wisata Budaya

PERENCANAAN LANSKAP. Tata Ruang Wisata Budaya 87 PERENCANAAN LANSKAP Konsep Dasar Pengembangan Kawasan Konsep dasar pengembangan Candi Muara Takus sebagai situs arkeologis adalah menjaga kelestariannya melalui pengembangannya sebagai kawasan wisata

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP. Sub Ruang Fungsi Aktivitas Fasiltas Luas (m 2 ) Membeli tiket Memperoleh informasi

PERENCANAAN LANSKAP. Sub Ruang Fungsi Aktivitas Fasiltas Luas (m 2 ) Membeli tiket Memperoleh informasi 72 PERENCANAAN LANSKAP Perencananaan lanskap merupakan pengembangan dari konsep menjadi rencana di dalam tapak. Pada tahap ini, konsep yang telah ditetapkan kemudian dikembangkan dalam bentuk perencanaan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Hasil Rancangan Kawasan Perancangan Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di Kabupaten Tuban ini memakai konsep Sequence (pergerakan dari satu tempat ketempat lain sepanjang

Lebih terperinci

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Gambar simulasi rancangan 5.30 : Area makan lantai satu bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan 5.6.3 Jalur Pedestrian Jalur

Lebih terperinci

V. KONSEP PENGEMBANGAN

V. KONSEP PENGEMBANGAN 84 V. KONSEP PENGEMBANGAN 5.1. Pengembangan Wisata Sebagaimana telah tercantum dalam Perda Provinsi DI Yogyakarta No 11 tahun 2005 tentang pengelolaan Kawasan Cagar Budaya (KCB) dan Benda Cagar Budaya

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga 19 BAB IV KONDISI UMUM 4.1. Letak, Batas, dan Luas Tapak TPU Tanah Kusir merupakan pemakaman umum yang dikelola oleh Suku Dinas Pemakaman Jakarta Selatan di bawah Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta.

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK

BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK 26 BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK 5.1 Konsep Pengembangan Ancol Ecopark Hingga saat ini Ancol Ecopark masih terus mengalami pengembangan dalam proses pembangunannya. Dalam pembentukan konsep awal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan 6.1.1 Bentuk Tata Massa Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo pada uraian bab sebelumnya didasarkan pada sebuah

Lebih terperinci

V. ANALISIS DAN SINTESIS

V. ANALISIS DAN SINTESIS 41 V. ANALISIS DAN SINTESIS V.1. Analisis V.1.1. Kondisi Fisik V.1.1.1. Lokasi, Luas dan Batas Tapak Tapak berada di pusat kota dan merupakan bagian dari kawasan tepian Sungai Martapura dengan penggunaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. semua aktifitas dari pengguna Wisata Bahari ini. Dengan demikian sangat

BAB IV ANALISIS. semua aktifitas dari pengguna Wisata Bahari ini. Dengan demikian sangat BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Ruang Wisata Bahari Berbasis Budidaya Ikan Kerapu merupakan kawasan perancangan yang memiliki kebutuhan yang sangat lengkap untuk mewadahi semua aktifitas dari pengguna Wisata

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah kota, sebagai untuk mengebumikan jenazah makam juga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Dasar Pendekatan Metode pendekatan ditujukan sebagai acuan dalam penyusunan landasan perencanaan dan perancangan arsitektur. Dengan metode pendekatan diharapkan

Lebih terperinci

BAB II FIRST IMPRESSION. perancang melakukan survey lokasi ke Istana Maimun, kesan pertama ketika perancang

BAB II FIRST IMPRESSION. perancang melakukan survey lokasi ke Istana Maimun, kesan pertama ketika perancang BAB II FIRST IMPRESSION Berdasarkan pengetahuan perancang tentang kondisi dan potensi yang mendasari perencanaan untuk penambahan fasilitas pada lokasi Istana Maimun. Selanjutnya, perancang melakukan survey

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP DASAR Konsep dasar dalam perancangan hotel ini adalah menghadirkan suasana alam ke dalam bangunan sehingga tercipta suasana alami dan nyaman, selain itu juga menciptakan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. KEL. KEGIATAN FASILITAS KONSEP PERANCANGAN Wisata Bahari Dermaga

BAB V KONSEP PERANCANGAN. KEL. KEGIATAN FASILITAS KONSEP PERANCANGAN Wisata Bahari Dermaga BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. ZONING. KEL. KEGIATAN FASILITAS KONSEP PERANCANGAN Wisata Bahari Dermaga Letaknya harus dekat dengan perairan. Restaurant terapung ini akan Restaurant Terapung Club bahari

Lebih terperinci

6.1 Peruntukkan Kawasan

6.1 Peruntukkan Kawasan 6.1 Peruntukkan Kawasan BAB VI RBAN DESIGN GIDELINES Peruntukan kawasan di Sempadan Sungai Jajar ditentukan dengan dasar : 1. Hasil analisis zoning 2. Karakteristik penggunaan lahan Peruntukkan kawasan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A 34202006 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Dalam perancangan desain Transportasi Antarmoda ini saya menggunakan konsep dimana bangunan ini memfokuskan pada kemudahan bagi penderita cacat. Bangunan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner untuk pengunjung KHDTK Cikampek

Lampiran 1 Kuesioner untuk pengunjung KHDTK Cikampek 68 Lampiran 1 Kuesioner untuk pengunjung KHDTK Cikampek KUESIONER UNTUK PENGUNJUNG Peneliti : Mega Haditia/E34080046 Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB Selamat

Lebih terperinci

RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA DI KORIDOR SUNGAI CILIWUNG, JAKARTA

RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA DI KORIDOR SUNGAI CILIWUNG, JAKARTA RENANA PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA DI KORIDOR SUNGAI ILIWUNG, JAKARTA Konsep Rencana Pengembangan Lanskap Ekowisata Dalam mengembangkan suatu kawasan menjadi kawasan ekowisata diperlukan konsep sebagai

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan

Lebih terperinci

DI MAWASAN PEMUKIW PERENCANAAN HUTAN REKREASI ALAM PT CALTEX PACIFIC INDONESIA,DURI, RIAU. Oleh NURRAYATI AMIR JURUSAN BUD1 DAYA PERTANLAN

DI MAWASAN PEMUKIW PERENCANAAN HUTAN REKREASI ALAM PT CALTEX PACIFIC INDONESIA,DURI, RIAU. Oleh NURRAYATI AMIR JURUSAN BUD1 DAYA PERTANLAN PERENCANAAN HUTAN REKREASI ALAM DI MAWASAN PEMUKIW PT CALTEX PACIFIC INDONESIA,DURI, RIAU Oleh NURRAYATI AMIR A 27.0992 JURUSAN BUD1 DAYA PERTANLAN - sm9e:m- KNSTITUT PERTAMAN BOGOR 1995 NURHAYATI AMIR.

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Metode Umum Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau tahapan-tahapan dalam merancang, yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang

Lebih terperinci

LEISURE AND CULTURE PARK DI TASIKMALAYA BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN REKREASI DAN BUDAYA (LEISURE AND CULTURE PARK)

LEISURE AND CULTURE PARK DI TASIKMALAYA BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN REKREASI DAN BUDAYA (LEISURE AND CULTURE PARK) BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN REKREASI DAN BUDAYA (LEISURE AND CULTURE PARK) 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Program Ruang Berikut adalah table pendekatan kapasitas ruang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Terbuka Hijau atau RTH merupakan salah satu komponen penting perkotaan. Secara umum ruang terbuka publik (open spaces) di perkotaan terdiri dari ruang terbuka

Lebih terperinci

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A34203039 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A34203039.

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT Oleh: GIN GIN GINANJAR A34201029 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rusa timor (Rusa timorensis Blainville 1822) merupakan salah satu jenis satwa liar yang hidup tersebar pada beberapa wilayah di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa sampai

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH 56 ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian dicari solusinya sebagai

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. konsep dasar yang digunakan dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di

BAB V KONSEP PERANCANGAN. konsep dasar yang digunakan dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Dasar konsep dasar yang digunakan dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di Kabupaten Tuban ini adalah Sequence (pergerakan dari satu tempat ketempat lain sepanjang

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata 6 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Pariwisata merupakan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Tujuan Perencanaan dan Perancangan Perencanaan dan perancangan Penataan PKL Sebagai Pasar Loak di Sempadan Sungai Kali Gelis Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Sejarah Perusahaan Taman Wisata Mekarsari pada awal berdirinya bernama Taman Buah Mekarsari, dimana areal lahannya merupakan lahan perkebunan karet milik PTP IX yang sudah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. seperti pencapaian lokasi hingga lingkungan yang memadai.

BAB IV ANALISA. seperti pencapaian lokasi hingga lingkungan yang memadai. BAB IV ANALISA IV.1. ANALISA ASPEK LINGKUNGAN IV.1.1. Analisis Pemilihan Tapak Penentuan tapak dilakukan melalui perbandingan 2 tapak yang dipilih sebagai alternatif dalam memperoleh tapak dengan kriteria-kriteria

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil perancangan merupakan aplikasi dari konsep ekowisata pada pengembangan kawasan agrowisata sondokoro yang meliputi bebera aspek, diantaranya: 6.1. Dasar Pengembangan Dasar

Lebih terperinci

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS Oleh : Pengendali EkosistemHutan TAMAN NASIONAL BALURAN 2004 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Taman Nasional Baluran

Lebih terperinci

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 17.270 kunjungan, sehingga dari hasil tersebut didapat nilai ekonomi TWA Gunung Pancar sebesar Rp 5.142.622.222,00. Nilai surplus konsumen yang besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang

Lebih terperinci

Dari pertimbangan diatas dibuat konsep tata ruang

Dari pertimbangan diatas dibuat konsep tata ruang 81 memanfaatkan unsur-unsur alam yang ada sebagai faktor perancangan. Dari pertimbangan tersebut diatas maka dibuat konsep : - Dengan bentuk site daerah pegunungan yang masih alamiah maka bentuk pengolahan

Lebih terperinci

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG 4.1 Sejarah Kawasan Kambang Iwak Palembang Menurut Ir. Ari Siswanto, MCRP, pengamat perkotaan dari Program Studi Teknik Arsitektur Universitas Sriwijaya,

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Museum Anak-Anak di Kota Malang ini merupakan suatu wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, serta film untuk anak-anak. Selain sebagai

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU BAB IV PENGAMATAN PERILAKU 3.1 Studi Banding Pola Perilaku Pengguna Ruang Publik Berupa Ruang Terbuka Pengamatan terhadap pola perilaku di ruang publik berupa ruang terbuka yang dianggap berhasil dan mewakili

Lebih terperinci

Lampiran 1. Besaran tarif retribusi Tabel 1. Besaran tarif retribusi tempat rekreasi Kebun Buah Mangunan

Lampiran 1. Besaran tarif retribusi Tabel 1. Besaran tarif retribusi tempat rekreasi Kebun Buah Mangunan 81 Lampiran 1. Besaran tarif retribusi Tabel 1. Besaran tarif retribusi tempat rekreasi Kebun Buah Mangunan N Besarnya Tarif Obyek Retribusi Satuan Tarif o Retribusi A 1 B 1 2 3 4 Tempat Rekreasi Kebun

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 41 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis 5.1.1 Aspek fisik 5.1.1.1 Lokasi dan aksesibilitas tapak Terdapat dua akses utama yang dapat digunakan sebagai akses menuju kawasan DMHB. Hal tersebut sering menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM

BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM Tirta Ujung merupakan mata air alami di Desa Ujung yang dibendung menjadi kolam, yang kemudian digunakan warga setempat untuk melakukan ritual

Lebih terperinci

DESA WISATA DI KAWASAN RAWA PENING DENGAN PENEKANAN DESAIN EKOWISATA

DESA WISATA DI KAWASAN RAWA PENING DENGAN PENEKANAN DESAIN EKOWISATA DESA WISATA DI KAWASAN RAWA PENING DENGAN PENEKANAN DESAIN EKOWISATA Oleh : Ayu Agung Hastuti, Titien Woro Murtini, R. Siti Rukayah Rawapening yang menjadi salah satu sektor pariwisata terbesar di Jawa

Lebih terperinci

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Lansekap (Landscape Planning) Lansekap merupakan refleksi dari dinamika sistem alamiah dan sistem sosial masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN BAB 4 KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Makro Perancangan pasar tradisional bantul menerapkan pendekatan analogi shopping mall. Yang dimaksud dengan pendekatan analogi shopping mall disini adalah dengan mengambil

Lebih terperinci

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( DP3A ) AGROWISATA EKOLOGIS PETERNAKAN SAPI PERAH DI KABUPATEN BOYOLALI

TUGAS AKHIR DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( DP3A ) AGROWISATA EKOLOGIS PETERNAKAN SAPI PERAH DI KABUPATEN BOYOLALI TUGAS AKHIR DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( DP3A ) AGROWISATA EKOLOGIS PETERNAKAN SAPI PERAH DI KABUPATEN BOYOLALI Diajukan sebagai Pelengkap dan Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagai pemilik kewenangan terhadap lahan kawasan Situ Bagendit di bawah pengelolaan Dinas PSDA cukup kesulitan menjalankan fungsi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dengan memahami pandangan hidup lebih ditekankan pada kepercayaan, pola berfikir (pengetahuan), etika sosial dan estetika ini, maka dapat di ketahui cara hidup mereka

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dijabarkan kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan berisi rangkuman dari hasil penelitian dan pembahasan sekaligus menjawab tujuan penelitian di bab

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Secara spesifik lansekap adalah suatu areal lahan atau daratan yang memiliki kualitas

TINJAUAN PUSTAKA. Secara spesifik lansekap adalah suatu areal lahan atau daratan yang memiliki kualitas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lansekap Secara spesifik lansekap adalah suatu areal lahan atau daratan yang memiliki kualitas visual bentukan lahan, formasi batuan, elemen air, dan pola tanaman yang berbeda

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Jalur pedestrian di Jalan Sudirman Kota Pekanbaru dinilai dari aktivitas pemanfaatan ruang dan Pedestrian Level of Service. Jalur pedestrian di Jalan Sudirman

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. 3. Pembangunan sebagai proses 2. Memanfaatkan pengalaman

BAB VI HASIL PERANCANGAN. 3. Pembangunan sebagai proses 2. Memanfaatkan pengalaman BAB VI HASIL PERANCANGAN 1.1 Dasar Perancangan Hasil perancangan Eduwisata Kakao di Glenmore Banyuwangi mempunyai dasar tema Arsitektur Ekologis dengan mengacu pada ayat Al-quran. Tema Arsitektur Ekologis

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KUISIONER PENELITIAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Nomor Kode : Hari/Tanggal wawancara : Nama Responden : Jenis Kelamin : Tempat tinggal (Kabupaten/Kota)

Lebih terperinci

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Kegiatan Penerima Ruang Kapasitas Indoor & tertutup (m 2 terbuka (m 2 ) ) Plaza 800 org

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 55 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakter Ekologis Kawasan Gambut Karakter ekologis kawasan gambut Baning yang diperhatikan adalah kondisi fisik dan vegetasi dalam kawasan. Karakter ekologis terdiri dari ketebalan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep yang terdapat

BAB VI HASIL RANCANGAN. Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep yang terdapat BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep yang terdapat pada Bab V yaitu, konsep from nature to nature yang sesuai dengan prinsip prinsip green

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Lanskap Simonds (1983) menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu proses penyusunan kebijaksanaan atau merumuskan apa yang harus dilakukan, untuk memperbaiki keadaan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1. HasilPerancanganTapak 6.1.1 Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak Pada PerancanganPusat Industri Jajanan di Sanan Kota Malang ini mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota adalah sebuah sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomis yang heterogen

Lebih terperinci

Lampiran 1 Proses Tender

Lampiran 1 Proses Tender LAMPIRAN 104 105 Lampiran 1 Proses Tender Tahap proses lelang untuk proyek pemerintah dijelaskan sebagai berikut: a. Tahap awal penetapan proyek Judul proyek yang telah ditetapkan dalam DIPA (Daftar Isian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini menunjukkan kualitas estetika pohon-pohon dengan tekstur tertentu pada lanskap jalan dan rekreasi yang bervariasi. Perhitungan berbagai nilai perlakuan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 Analisis Tapak Analisis tapak merupakan kegiatan analisa terhadap kondisi lingkungan sekitar objek rancangan. 4.1.1 Pemilihan Tapak Perancangan Arboretum Tanaman Hias berada

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN a Konsep Ruang

BAB VII PERENCANAAN a Konsep Ruang 62 BAB VII PERENCANAAN 7.1 KONSEP PERENCANAAN 7.1.1 Konsep Dasar Perencanaan Penelitian mengenai perencanaan lanskap pasca bencana Situ Gintung ini didasarkan pada tujuan mengembalikan fungsi situ mendekati

Lebih terperinci

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Wilayah studi dalam penelitian ini adalah Area Taman Ayodia, Jalan Barito, Jakarta Selatan. Gambaran umum terhadap wilayah studi pada awalnya akan dipaparkan gambaran

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

L2

L2 L1 L2 L3 L4 L5 DRAFT PERTANYAAN WAWANCARA KEPADA ATLET Nama / No. Responden : Usia : Cabang Olahraga : Asal : 1. Kegiatan apa saja yang Anda lakukan sehari hari? Bagaimana jadwalnya (waktu berlangsung)?

Lebih terperinci