VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan"

Transkripsi

1 116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan sebagai tempat wisata pertanian bagi masyarakat umum dan tempat pelatihan pertanian bagi peminat dan kelompokkelompok tani, dengan memanfaatkan unit-unit pertanian sebagai objek wisata dan penambahan beberapa fasilitas pelayanan wisata dalam tapak. Sekaligus sebagai tempat wisata rohani sesuai dengan suasana pesantren yang erat dengan kesan agamisnya. Nuansa yang masih alami mendominasi tapak, hal ini sesuai dengan konsep agrowisata yang kembali ke alam sehingga pemilihan material dan fasilitas tidak bertentangan dengan konsep alami tersebut. Pengembangan kawasan wisata ini diusahakan menunjang kepentingan pengguna tapak dengan tidak mengorbankan kepentingan ekologis Konsep Pengembangan Konsep pengembangan dikembangkan berdasarkan konsep dasar yang telah ditetapkan. Konsep ini dilihat dari aktivitas, tujuan pengembangan tapak dan fungsi awal tapak. Oleh karena itu dalam konsep perencanaan tapak dikembangkan beberapa fungsi yaitu fungsi pendidikan, fungsi budidaya, fungsi rekreasi, fungsi konservasi, fungsi ekonomi. Fungsi Pendidikan Fungsi awal dari perencanaan ini adalah sebagai laboratorium lapang bagi santri untuk melaksanakan praktikum. Kemudian dikembangkan menjadi tempat wisata pertanian dan pelatihan pertanian dengan memanfaatkan ruang yang ada untuk menambah pengetahuan tentang obyek wisata pertanian seperti pengenalan jenis komoditas, pengenalan aktivitas budidaya yang bersifat teknis, teori dan pengalaman.

2 117 Fungsi Budidaya Fungsi budidaya untuk tujuan produksi yang sudah ada di tapak sebelum perencanaan, dikembangkan sebagai salah satu obyek dan atraksi wisata pertanian. Fungsi Rekreasi Fungsi rekreasi di tapak bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rekreasi yang dituangkan dalam bentuk rekreasi umum dan rekreasi khusus dengan berbagai aktivitas dan fasilitas penunjangnya. Fungsi Konservasi Fungsi ini bertujuan untuk konservasi tanah dan air yang ada pada tapak akibat pengembangan ruang yang ada, sehingga dapat melestarikan lingkungan serta mempertahankan daerah resapan air. Fungsi Ekonomi Fungsi ini berhubungan dengan fungsi lainnya untuk menghasilkan keuntungan ekonomi, sehingga keberlanjutan aktivitas budidaya dan rekreasi tetap berjalan. Selain itu juga dapat menjadi pemasukan bagi pesantren. Selain sebagai tempat budidaya pertanian, tempat ini juga dikembangkan sebagai tempat transaksi hasil panen maupun olahan yang dapat mendatangkan keuntungan tersendiri. Dari konsep dasar kemudian diaplikasikan dalam beberapa jenis konsep teknis pengembangan yang akan digunakan sebagai acuan untuk perencanaan tapak. Konsep pengembangan tersebut adalah konsep ruang, konsep wisata, konsep sirkulasi, konsep tata hijau, konsep fasilitas dan utilitas Konsep Ruang Pembagian ruang yang diterapkan di tapak berdasarkan kesesuaian aspek biofisik, sosial dan teknik sehingga konsep ruang yang dikembangkan berupa ruang pemanfaatan dan konservasi. Serta berdasarkan hasil pemilihan alternatif ruang yang dihasilkan dari analisis dan sintesis. Gambar hierarki ruang yang akan diterapkan dapat dilihat pada gambar 41 dan gambar perencanaan blok dapat dilihat pada gambar 42.

3 118

4

5 Konsep Wisata Konsep Wisata pada tapak adalah tempat praktikum santri yang akan dikembangkan sebagai wisata pertanian. Konsep wisata ini dapat menjadi sarana wisata yang edukatif sehingga dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman yang baru bagi wisatawan dengan bentuk kegiatan yang dapat menarik minat dari semua jangkauan usia. Selain wisata pertanian, aktivitas dan fasilitas pertanian yang ada di tapak ini dapat digunakan sebagai pelatihan bagi peminat dan kelompok tani untuk meningkatkan keterampilan sehingga dapat dipraktekkan sendiri di kehidupannya. Selain wisata pertanian yang diterapkan di tapak, juga direncanakan rekreasi umum dalam bentuk rekreasi outbond dan rekreasi khusus dalam bentuk wisata rohani yang dapat dilakukan di tapak. Aktivitas rekreasi di tapak direncanakan untuk dapat menampung kebutuhan rekreasi pengunjung dari segala usia dan golongan ekonomi. Wisata rohani akan dikembangkan sebagai pendukung wisata pertanian di tapak karena wisata ini sesuai dengan suasana lingkungan pesantren yang agamis dan masih berkesan alami dengan cara memberikan fasilitas yang dapat digunakan untuk beribadah maupun kontemplasi. Dan juga sesuai dengan konsep agrowisata yang mengoptimalkan fenomena alam pedesaan yang masih erat dengan suasana agamisnya. Berikut ini model konsep aktivitas wisata yang akan dikembangkan di tapak terdapat pada gambar 43. Pendidikan Rekreasi Keterangan: Aktivitas Wisata Aktivitas Wisata Pertanian Aktivitas Rekreasi Fungsi Aktivitas Gambar 44. Model Konsep Aktivitas Wisata

6 Konsep Sirkulasi Konsep sirkulasi yang dikembangkan di tapak berfungsi untuk menghubungkan antara satu ruang dengan ruang yang lain, serta berguna untuk aktivitas wisata dan aktivitas pendidikan. Pola sirkulasi yang diterapkan ada tiga yaitu jalur sirkulasi primer yang ditujukan untuk kendaraan. Kemudian jalur sirkulasi sekunder yang ditujukan untuk pejalan kaki baik pengunjung maupun pengelola berupa jalan setapak dan dapat dilalui oleh lebih dari satu orang pejalan kaki sekaligus. Jalur sirkulasi ini juga dilalui oleh traktor yang berguna untuk pengolahan tanah yang digunakan pada ruang wisata pertanian. Selain itu traktor juga digunakan untuk penanaman, untuk pemeliharan tanaman, untuk memutar pompa irigasi, untuk pemanen (dengan memasang pisau reaper), serta untuk pengangkutan, mulai dari bibit, pupuk, peralatan, sampai hasil pertanian. Dan yang terakhir yaitu jalur sirkulasi interpretasi untuk memfasilitasi pengunjung agar lebih mengetahui tentang tanaman di dalam petak tanaman. Ketiga pola jalur sirkulasi ini harus mempertimbangkan kelestarian tapak dan karakteristik lahannya agar memudahkan pengguna tapak untuk mencapai blok kegiatan yang diinginkan. Jalur sirkulasi pada konsep sirkulasi ini dibuat mengarahkan pengguna tapak mulai dari pintu masuk menuju area parkir, kemudian pengunjung diarahkan menuju ruang interpretasi utama, setelah itu pengunjung bisa memilih tiga alternatif jalur pilihan, yang pertama pengunjung diarahkan ke area tanaman obat, lalu masuk ke area tanaman aromatik kemudian ke area tanaman buah, jika ingin melanjutkan perjalanan di area tanaman buah ini bisa memilih jalur ke area tanaman buah, namun jika ingin ke area lain maka dapat memilih jalur ke area tanaman hias, setelah itu masuk ke stoping area jika ingin beristirahat, setelah itu melanjutkan perjalanan ke laboratorim kultur jaringan dan memasuki area pembibitan. Setelah dari area pembibitan ini jika ingin melihat pemandangan lain di luar tapak dapat mengikuti jalur sepanjang sempadan sungai dan akan berhenti di stoping area dengan pemandangan muara sungai Darul Fallah. Setelah itu dapat melanjutkan perjalanan mengikuti jalur sirkulasi menuju area rekreasi outbond atau pun ke area rekreasi religi. Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju area tanaman buah, kemudian mengikuti jalur sirkulasi menuju area tanaman

7 122 perkebunan kemudian ke area tanaman buah lalu menuju area kehutanan. Di area kehutanan ini dapat memilih jalur menuju menara pandang yang terletak di puncak bukit ataupun memilih jalur menuju hutan bambu. Setelah itu pengunjung dapat memilih jalur menuju area tanaman aromatik atau jalur menuju lahan pakan hijauan ternak. Kedua jalur ini akan menuju ke area peternakan. Setelah itu pengunjung dapat membeli cinderamata hasil produk Darul Fallah di kios cinderamata. Jalur alternatif yang kedua yaitu setelah pengunjung melalukan aktivitas di area interpretasi utama maka pengunjung diarahkan ke area peternakan, setelah itu pengunjung dapat mengikuti jalur ke area area tanaman aromatik lalu menuju area tanaman buah kemudian menuju area kehutanan lalu turun menuju area tanaman buah menuju ke area perkebunan, setelah itu menuju area rekreasi religi atau ke area rekreasi outbond. Kemudian melanjutkan perjalanan mengikuti jalur sirkulasi ke stoping area di luar tapak. Setelah itu menuju area pembibitan lalu menuju laboratorium kultur jaringan. Setelah itu menuju stoping area berupa plaza lalu menuju area tanaman hias, kemudian menuju area tanaman buah, lalu menuju ke area tanaman aromatik setelah itu menuju ke area tanaman obat. Lalu diarahkan menuju kios cinderamata untuk membeli hasil produk Darul Fallah. Jalur alternatif yang ketiga yaitu setelah pengunjung melalukan aktivitas di area interpretasi utama maka pengunjung diarahkan ke area tanaman buah yang berada di selatan, setelah itu pengunjung diarahkan ke area tanaman sayuran, lalu menuju jalur sirkulasi di sepanjang sempadan Sungai Cinangneng hingga menuju stoping area di luar tapak. Setelah pengunjung selesai melakukan aktivitas di stoping area ini maka pengunjung diarahkan ke area rekreasi outbond, setelah itu pengunjung dapat menuju area rekreasi religi, jika tidak maka pengunjung diarahkan ke area tanaman buah kemudian menuju area pembibitan, setelah itu pengunjung diarahkan ke laboratorium kultur jaringan, lalu masuk ke area tanaman hias. Setelah itu pengunjung menuju area tanaman buah kemudian menuju area tanaman aromatik kemudian menuju area kehutanan. Setelah itu pengunjung diarahkan menuju area pakan hijauan ternak, kemudian menuju area peternakan. Setelah itu pengunjung diarahkan menuju kios cinderamata untuk membeli hasil produk Darul Fallah.

8 123 Pengunjung dapat langsung pulang setelah membeli cinderamata di kios cinderamata Darul Fallah, namun bila pengunjung masih ingin berwisata maka pengunjung diarahkan ke area tanaman buah yang berada di selatan tapak menuju area perkebunan, kemudian menuju area tanaman sayuran, lalu menuju ke lahan percobaan berupa sawah serta kolam ikan di area perikanan. Apabila pengunjung lapar maka dapat menikmati makanan di rumah makan di sekitar lahan percobaan sambil menikmati pemandangan. Setelah selesai berwisata maka pengunjung yang menggunakan kendaraan dapat kembali ke area parkir sedangkan pengunjung yang tidak menggunakan kendaraan dapat kembali ke area interpretasi utama untuk meminta bantuan kepada pengelola untuk menghubungi ojek maupun kendaraan umum lain. Selain sirkulasi wisata, di tapak juga terdapat sirkulasi pendidikan yang ditujukan untuk kepentingan praktikum santri. Gambar konsep sirkulasi dapat dilihat pada gambar 44.

9

10 Konsep Tata Hijau Pengembangan tata hijau di tapak diarahkan kepada konsep agrowisata itu sendiri yaitu alami dengan memperhatikan komposisi vegetasi untuk meningkatkan kualitas lingkungan agar bernilai indah dan fungsional. Tanaman yang digunakan di tapak lebih mengutamakan tanaman eksisting dan tanaman introduksi sesuai dengan tujuan perencanaan, fungsi tanaman dan ruang yang akan dikembangkan. Konsep tata hijau yang diterapkan di tapak memiliki fungsi antara lain: Fungsi Produksi Penggunaan tanaman produksi dikembangkan pada lahan pertanian hortikultura, lahan tanaman herbal, lahan perkebunan, lahan hijauan pakan ternak dan lahan kehutanan. Vegetasi pada tata hijau produksi mengembangkan beberapa varietas yang dikembangkan oleh PT. DaFa Teknoagro Mandiri sebagai pihak pengelola Laboratorium Kultur Jaringan yang ada di tapak diantaranya tanaman buah-buahan dan tanaman obat. Kemudian tanaman yang telah ada di tapak sebelumnya sehingga perlu penataan seperti lahan hijauan pakan ternak, tanaman kehutanan dan tanaman perkebunan. Dan tanaman introduksi untuk menambah keanekaragaman tanaman pertanian seperti tanaman sayur, tanaman hias dan tanaman aromatik. Pemilihan jenis tanaman produksi yang digunakan ditempatkan sesuai ruang yang ada, diantaranya sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias pada lahan pertanian hortikultura, tanaman aromatik dan tanaman obat pada lahan tanaman herbal, tanaman perkebunan pada lahan perkebunan, serta rumput-rumput yang ditanam untuk pakan hijauan ternak. Hasil produksi tanaman ini dapat berperan sebagai komoditi produksi yang memiliki nilai jual tersendiri. Tanaman yang akan dibudidayakan di tapak sebagian dikembangkan dengan pola pertanian organik seperti pada tanaman sayuran agar dapat menyosialisasikan manfaatnya bagi pengunjung serta bersifat ramah lingkungan.

11 126 Fungsi Estetik Penggunaan tanaman yang dapat menimbulkan kesan indah dan melembutkan suasana, sangat diperlukan di tapak terutama pada spot-spot yang ditujukan untuk menarik perhatian wisatawan agar kesan monoton dapat diminimalisir. Pemilihan vegetasi pada tata hijau estetik ini bisa didapat dari pola perbedaan warna tanaman dan pola perbedaan ketinggian, bentuk atau pun kerapatan tanaman sesuai dengan kesan yang akan ditimbulkan pada ruang tersebut. Penanaman tanaman yang mempunyai fungsi estetika ini akan ditanam pada area penerimaan yang merupakan area pertama yang akan dilihat wisatawan sehingga memerlukan kesan indah. Kemudian tanaman estetika ditanam pada area pelayanan, karena di area ini terdapat fasilitas yang melayani kebutuhan pengguna tapak dan tidak mempunyai tema khusus sehingga tanaman yang dipilih adalah yang menimbulkan kesan estetik. Penggunaan tanaman estetika ini juga ditanam di ruang rekreasi religi karena aktivitas pada ruang ini membutuhkan kesan tenang dan private sehingga ruang ini dapat dibentuk dari komposisi tanaman lanskapnya yang menimbulkan kesan indah. Penempatan vegetasi pada tata hijau estetik juga dilakukan di ruang rekreasi outbond yang berada di dekat fasilitas pelayanan. Fungsi Arsitektural Fungsi arsitektural pada tapak dibagi menjadi empat, yaitu: - Tata hijau Pengarah Penggunaan tanaman pengarah di tapak berguna untuk mengarahkan sirkulasi kendaraan dan sirkulasi pejalan kaki. Pemilihan jenis tanamannya pun disesuaikan dengan ketinggian, bentuk dan kerapatan tertentu sesuai dengan kesan yang ingin diciptakan. Tanaman pengarah ini akan ditanam di sepanjang jalur sirkulasi, baik sirkulasi primer maupun sirkulasi sekunder. Untuk sirkulasi primer maka pemilihan tanaman pengarah juga memiliki fungsi untuk mereduksi bising yang disebabkan dari suara kendaraan bermotor.

12 127 - Tata hijau Pembatas Penggunaan tanaman pembatas di tapak perencanaan ini berfungsi untuk membatasi antara ruang yang satu dengan ruang yang lain. Selain dibatasi dengan hard material, pemilihan tanaman sebagai pembatas dapat memberikan kesan lembut dan alami. Pemilihan jenis tanamannya pun disesuaikan dengan ketinggian, bentuk dan kerapatan tertentu sesuai dengan kesan yang ingin diciptakan. Peletakkan tanaman pembatas ini berada di antara ruang yang satu dengan ruang yang lain sesuai dengan fungsinya untuk membatasi ruang. Dan juga terletak di perbatasan antara tapak dengan lingkungan luar sehingga keamanan dapat lebih terjaga. - Tata hijau Peneduh Penggunaan tanaman peneduh pada tapak berguna untuk memberi keteduhan dari sinar matahari yang menyengat sehingga aktifitas di outdoor akan lebih nyaman dilakukan. Pemilihan jenis tanamannya pun disesuaikan dengan pola percabangan dan ketinggian tertentu untuk menciptakan kesan yang diinginkan. Tanaman peneduh ini akan ditanam di beberapa titik di jalur sirkulasi sekunder serta di ruang penerimaan seperti tempat parkir, ruang penerimaan utama, ruang wisata tanaman hortikultura untuk tanaman hias, kemudian ruang rekreasi outbond dan ruang rekreasi religi. - Tata hijau Pereduksi bau Pada area peternakan, bau dari kotoran sapi dan kambing sangat menyengat maka perlu penanaman vegetasi perduksi bau untuk melokalisasi bau tak sedap tersebut. Pemilihan jenis tanaman aromatik dipilih untuk mereduksi bau sekaligus bau busuk dapat diserap tanaman dan dapat diganti dengan bau harum (Dahlan, 2004). Fungsi Konservasi Penanaman tanaman konservasi berguna untuk mengkonservasi tanah dan air. Dalam tapak, tata hijau konservasi ini dikembangkan di area kehutanan serta sempadan sungai dan selokan.

13 128 Peta penyebaran vegetasi yang sesuai dengan konsep tata hijau dapat dilihat pada gambar Konsep Fasilitas dan Utilitas Adanya fasilitas dan utilitas wisata di tapak mutlak diperlukan untuk mendukung fungsi ruang dan sebagai salah satu faktor penentu terciptanya keamanan dan kenyamanan di tapak. Sehingga dalam menentukan peletakkan fasilitas dan utilitas harus didasarkan pada fungsi ruang aktifitas pengguna tapak serta kondisi lingkungan tapak agar terpakai oleh pengguna tapak. Konsep fasilitas yang akan dikembangkan di tapak adalah fasilitas yang dapat menunjang segala bentuk aktifitas yang direncanakan di tapak. Hal ini diterapkan dalam pembagian ruang yang ada pada tapak, yaitu fasilitas pelayanan wisata, objek wisata pertanian dan fasilitas wisata umum. Fasilitas pelayanan wisata adalah fasilitas yang memenuhi kebutuhan dasar wisatawan dalam melakukan kegiatan wisata seperti pelayanan informasi dan pelayanan istirahat. Fasilitas ini akan ditempatkan di dalam tapak dengan memperhatikan keterkaitan ruang. Objek wisata pertanian adalah objek yang berhubungan dengan kegiatan pertanian yang ada di tapak, merupakan kebutuhan bagi keberlanjutan atraksi pertanian yang ada di tapak. Di antaranya adalah blok-blok tanaman, instalasi penyedia air bagi tanaman, rumah kaca, kandang ternak, saung, kios penjualan produk, gudang peralatan dan perlengkapan pertanian. Objek ini akan ditempatkan sesuai dengan kebutuhan ruang yang ada di tapak. Fasilitas wisata umum yang ada di tapak berfungsi untuk pemenuhan kebutuhan rekreasi bagi wisatawan di tapak yaitu berupa fasilitas yang menunjang kegiatan outbond, dan ruang terbuka hijau yang dapat dimanfaatkan pengunjung. Penempatan fasilitas wisata umum ini berada di ruang rekreasi baik dalam bentuk rekreasi outbond maupun rekreasi religi. Utilitas yang ada di tapak adalah jaringan listrik, penangkal petir, pengolahan limbah, jaringan komunikasi dan air irigasi untuk area pengelolaan serta air bersih untuk menunjang aktivitas wisata di tapak. Jaringan listrik sudah masuk tapak sejak tahun 1982, begitu juga dengan jaringan komunikasi yang telah ada pada tapak. Jaringan listrik berkaitan dengan ketersediaan sarana penerangan

14

15 130 dan dapat membantu kerjanya alat-alat yang membutuhkan tenaga listrik pada siang dan malam hari. Ketersediaan tiang, kabel listrik dan juga lampu pada spotspot tertentu dengan memperhatikan intensitas penggunanya sangat diperlukan untuk pengembangan tapak sebagai obyek wisata. Jaringan komunikasi diperlukan dalam tapak untuk berkomunikasi guna kelancaran pengelolaan kebun sehingga jika ada suatu gangguan dapat terkoordinasi dengan cepat. Pengolahan limbah pada tapak dapat dimanfaatkan dari kotoran ternak yang diolah menjadi pupuk kandang bagi tanaman di area pengelolaan. Penangkal petir diperlukan untuk menangkal petir di dalam tapak dan penempatannya di atas bangunan Konsep Pengelolaan Laboratorium lapang ini terbuka untuk umum baik dari kalangan akademisi maupun masyarakat umum. Pengunjung yang datang ke tapak dapat berkelompok maupun individu. Dengan bantuan pemandu wisata yang akan memandu aktivitas wisata pengunjung di tapak sesuai dengan program wisata yang dikembangkan pengelola serta ada pembatasan waktu kunjungan sesuai dengan program wisata tersebut. Untuk memasuki tapak pengunjung akan dikenakan biaya masuk yang akan digunakan untuk keberlanjutan aktivitas wisata.

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk ditunjukkan pada pengunjung sekaligus sebagai pusat produksi

Lebih terperinci

VII. PERENCANAAN LANSKAP

VII. PERENCANAAN LANSKAP VII. PERENCANAAN LANSKAP Konsep yang telah dikembangkan kemudian menjadi perencanaan lanskap yang telah mencakup seluruh fungsi, aktivitas dan fasilitas yang direncanakan dalam tapak. Rencana lanskap ini

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak V. KONSEP 5.1. Konsep Dasar Perencanaan Tapak Konsep perencanaan pada tapak merupakan Konsep Wisata Sejarah Perkampungan Portugis di Kampung Tugu. Konsep ini dimaksudkan untuk membantu aktivitas interpretasi

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Dasar Pendekatan Metode pendekatan ditujukan sebagai acuan dalam penyusunan landasan perencanaan dan perancangan arsitektur. Dengan metode pendekatan diharapkan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan Pusat Studi dan Budidaya Tanaman Hidroponik ini adalah Arsitektur Ekologis. Adapun beberapa nilai-nilai Arsitektur Ekologis

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Tujuan Perencanaan dan Perancangan Perencanaan dan perancangan Penataan PKL Sebagai Pasar Loak di Sempadan Sungai Kali Gelis Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP Rencana Ruang dan Aktivitas Ruang Utama Agrowisata Area Tanaman Hias

PERENCANAAN LANSKAP Rencana Ruang dan Aktivitas Ruang Utama Agrowisata Area Tanaman Hias PERENCANAAN LANSKAP Perencanaan lanskap (landscape plan) merupakan penataan berbasis lahan guna mendapatkan model bentang alam yang fungsional, estetik dan lestari yang mendukung berbagai kebutuhan dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep 37 V. KONSEP Konsep Dasar Konsep dasar dalam perencanaan ini adalah merencanakan suatu lanskap pedestrian shopping streets yang dapat mengakomodasi segala aktivitas yang terjadi di dalamnya, khususnya

Lebih terperinci

BAGIAN 4 DISKRIPSI HASIL RANCANGAN

BAGIAN 4 DISKRIPSI HASIL RANCANGAN BAGIAN 4 DISKRIPSI HASIL RANCANGAN 1.1 Property size, KDB, KLB A. KDB koefisien dasar bangunan (KDB) menengah (20% - 50%) 50% x 9850m 2 = 4925 m 2, sedangkan luas bangunan yang adalah 4356,3 m 2 B. KLB

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ BAB VI KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini merupakan hasil dari analisis dan pembahasan terhadap penilaian komponen setting fisik ruang terbuka publik dan non fisik (aktivitas) yang terjadi yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam proses perancangan Hotel Resort Batu ini secara umum, diuraikan dalam beberapa tahap antara lain: 3.1 Pencarian Ide/Gagasan Tahapan kajian

Lebih terperinci

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah Di Sidoarjo dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin menurun.

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PERANCANGAN. Dalam Perancangan Hotel Resort Wisata Organik ini terdapat kerangka

BAB III METODELOGI PERANCANGAN. Dalam Perancangan Hotel Resort Wisata Organik ini terdapat kerangka BAB III METODELOGI PERANCANGAN Dalam Perancangan Hotel Resort Wisata Organik ini terdapat kerangka kajian yang diuraikan dalam beberapa tahap, antara lain: 3.1 Pencarian Ide / Gagasan Tahapan kajian yang

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Lebih terperinci

V. KONSEP PENGEMBANGAN

V. KONSEP PENGEMBANGAN 84 V. KONSEP PENGEMBANGAN 5.1. Pengembangan Wisata Sebagaimana telah tercantum dalam Perda Provinsi DI Yogyakarta No 11 tahun 2005 tentang pengelolaan Kawasan Cagar Budaya (KCB) dan Benda Cagar Budaya

Lebih terperinci

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE Pemograman merupakan bagian awal dari perencanaan yang terdiri dari kegiatan analisis dalam kaitan upaya pemecahan masalah desain. Pemograman dimulai

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 konsep Dasar 5.1.1 Tata Letak Bangunan Gate entrance menuju Fasilitas Wisata Agro terletak di jalan akses masuk wisata Kawah Putih, dengan pertimbangan aksesibilitas jalan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Umum Dalam melakukan perancangan membutuhkan metode untuk mempermudah dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi survey obyek komparasi,

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN BAB 4 KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Makro Perancangan pasar tradisional bantul menerapkan pendekatan analogi shopping mall. Yang dimaksud dengan pendekatan analogi shopping mall disini adalah dengan mengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Terbuka Hijau atau RTH merupakan salah satu komponen penting perkotaan. Secara umum ruang terbuka publik (open spaces) di perkotaan terdiri dari ruang terbuka

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pertanian terpadu (Integrated Farming System) merupakan integrasi antara tanaman dan ternak yaitu dengan perpaduan dari kegiatan peternakan dan pertanian. Dengan

Lebih terperinci

RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA DI KORIDOR SUNGAI CILIWUNG, JAKARTA

RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA DI KORIDOR SUNGAI CILIWUNG, JAKARTA RENANA PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA DI KORIDOR SUNGAI ILIWUNG, JAKARTA Konsep Rencana Pengembangan Lanskap Ekowisata Dalam mengembangkan suatu kawasan menjadi kawasan ekowisata diperlukan konsep sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP LABORATORIUM LAPANG PESANTREN PERTANIAN DARUL FALLAH, CIAMPEA, BOGOR SEBAGAI TEMPAT WISATA PERTANIAN CINDY ALIFFIA A

PERENCANAAN LANSKAP LABORATORIUM LAPANG PESANTREN PERTANIAN DARUL FALLAH, CIAMPEA, BOGOR SEBAGAI TEMPAT WISATA PERTANIAN CINDY ALIFFIA A PERENCANAAN LANSKAP LABORATORIUM LAPANG PESANTREN PERTANIAN DARUL FALLAH, CIAMPEA, BOGOR SEBAGAI TEMPAT WISATA PERTANIAN CINDY ALIFFIA A44050319 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah kota, sebagai untuk mengebumikan jenazah makam juga

Lebih terperinci

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara

Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara Kuisioner Responden yang terhormat, Agrowisata Salatiga merupakan salah satu agrowisata yang banyak diminati oleh pengunjung. Welcome area yang ada di agrowisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sektor pariwisata telah berkembang pesat seiring perubahan pola pikir, bentuk dan sifat kegiatan yang ditawarkan. Perkembangan ini menuntut agar industri

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN SINTESIS

BAB V ANALISIS DAN SINTESIS BAB V ANALISIS DAN SINTESIS 5.1 Aspek Fisik 5.1.1 Luas, Letak, dan Aksessibilitas Tapak Penelitian Kawasan Gedongjetis berada di kawasan pedesaan yang sejuk dan sedikit tercemar polusi dari kendaraan bermotor.

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA 6.1. Konsep Hutan Kota Perencanaan hutan kota ini didasarkan pada konsep hutan kota yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat kota Banjarmasin terhadap ruang publik. Hal ini sejalan

Lebih terperinci

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN VI.1. Konsep Desain Lanskap Tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin menitikberatkan kepada sungai sebagai pusat perhatian dan pemandangan

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP DAN PERENCANAAN

BAB VI KONSEP DAN PERENCANAAN BAB VI KONSEP DAN PERENCANAAN 6.1 Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan lanskap di desa Gedongjetis adalah menjadikan kawasan sebagai tempat wisata pertanian dengan obyek wisata utamanya kebun rambutan,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK

BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK 26 BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK 5.1 Konsep Pengembangan Ancol Ecopark Hingga saat ini Ancol Ecopark masih terus mengalami pengembangan dalam proses pembangunannya. Dalam pembentukan konsep awal,

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar Perancangan Pusat Pemasaran Mebel di Kota Pasuruan ini adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian konsep perancangan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( DP3A ) AGROWISATA EKOLOGIS PETERNAKAN SAPI PERAH DI KABUPATEN BOYOLALI

TUGAS AKHIR DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( DP3A ) AGROWISATA EKOLOGIS PETERNAKAN SAPI PERAH DI KABUPATEN BOYOLALI TUGAS AKHIR DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( DP3A ) AGROWISATA EKOLOGIS PETERNAKAN SAPI PERAH DI KABUPATEN BOYOLALI Diajukan sebagai Pelengkap dan Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 Konsep Tapak dan Ruang Luar BAB V KONSEP PERANCANGAN mengaplikasikan konsep rumah panggung pada bangunan pengembangan, agar bagian bawah bangunan dapat dimanfaatkan untuk aktifitas mahasiswa, selain

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan.

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan. BAB III METODE PERANCANGAN Pada perancangan hotel resort dalam seminar ini merupakan kajian berupa penjelasan dari proses perancangan yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang didapat dari studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. untuk mencapai tujuan penelitian dilaksanakan untuk menemukan,

BAB III METODE PERANCANGAN. untuk mencapai tujuan penelitian dilaksanakan untuk menemukan, BAB III METODE PERANCANGAN Metode pada dasarnya diartikan suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan. Penelitian adalah suatu penyelidikan dengan prosedur ilmiah untuk mengetahui dan mendalami suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara/wilayah baik alam maupun budaya ini, kini semakin berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. negara/wilayah baik alam maupun budaya ini, kini semakin berkembang pesat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan suatu industri yang diandalkan oleh banyak negara di dunia. Mereka menggunakan pariwisata sebagai penyokong perekonomian dan sumber devisa negara.

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. teori-teori dan data-data yang di dapat dari studi literatur maupun studi lapangan, sehingga dari

BAB III METODE PERANCANGAN. teori-teori dan data-data yang di dapat dari studi literatur maupun studi lapangan, sehingga dari BAB III METODE PERANCANGAN Kajian perancangan ini adalah berupa penjelasan dari proses merancang, yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang di dapat dari studi literatur maupun studi lapangan,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber penghasil devisa potensial selain sektor migas. Indonesia sebagai suatu negara kepulauan memiliki potensi alam dan budaya

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP. Tata Ruang Wisata Budaya

PERENCANAAN LANSKAP. Tata Ruang Wisata Budaya 87 PERENCANAAN LANSKAP Konsep Dasar Pengembangan Kawasan Konsep dasar pengembangan Candi Muara Takus sebagai situs arkeologis adalah menjaga kelestariannya melalui pengembangannya sebagai kawasan wisata

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi studi

Gambar 2 Peta lokasi studi 15 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah,

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Umum Kajian perancangan dalam seminar ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau uraian secara sistematis

Lebih terperinci

TAMAN HERBAL SEBAGAI WAHANA PENDIDIKAN DAN REKREASI EKOLOGI DI KARANGANYAR JAWA TENGAH

TAMAN HERBAL SEBAGAI WAHANA PENDIDIKAN DAN REKREASI EKOLOGI DI KARANGANYAR JAWA TENGAH KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN HERBAL SEBAGAI WAHANA PENDIDIKAN DAN REKREASI EKOLOGI DI KARANGANYAR JAWA TENGAH TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan

BAB III METODE PERANCANGAN. proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Umum Metode perancangan dalam seminar ini yaitu berupa penjelasan dari awal proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan obyek perancangan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Museum Anak-Anak di Kota Malang ini merupakan suatu wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, serta film untuk anak-anak. Selain sebagai

Lebih terperinci

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 46 VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 7.1. Perencanaan Alokasi Ruang Konsep ruang diterjemahkan ke tapak dalam ruang-ruang yang lebih sempit (Tabel 3). Kemudian, ruang-ruang tersebut dialokasikan ke dalam

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan 6.1.1 Bentuk Tata Massa Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo pada uraian bab sebelumnya didasarkan pada sebuah

Lebih terperinci

BAB VI DATA DAN ANALISIS

BAB VI DATA DAN ANALISIS BAB VI DATA DAN ANALISIS 4.1 Analisa Kawasan Pemilihan tapak dikawasan Cicadas tidak lepas dari fakta bahwa Kawasan Cicadas termasuk kedalam salah satu kawasan terpadat didunia dimana jumlah penduduk mencapai

Lebih terperinci

V. ANALISIS DAN SINTESIS

V. ANALISIS DAN SINTESIS V. ANALISIS DAN SINTESIS Data inventarisasi yang diperoleh selanjutnya dianalisis dan disintesis untuk mengetahui potensi dan kendala yang ada pada tapak serta berbagai tindakan untuk mengoptimalkan potensi

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Gambar... vi Daftar Tabel... ix Daftar Diagram... x

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Gambar... vi Daftar Tabel... ix Daftar Diagram... x Daftar Isi Kata Pengantar... i Daftar Isi..... iii Daftar Gambar... vi Daftar Tabel..... ix Daftar Diagram... x BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 3 1.3. Tujuan...... 3

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode perancangan Metode merupakan sebuah strategi atau cara yang dapat mempermudah dalam mencapai tujuan yang diinginkan, sehingga dalam proses perancangan membutuhkan

Lebih terperinci

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004) VII. RENCANA TAPAK Tahap perencanaan ini adalah pengembangan dari konsep menjadi rencana yang dapat mengakomodasi aktivitas, fungsi, dan fasilitas bagi pengguna dan juga makhluk hidup yang lain (vegetasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. di Kota Malang dibutuhkan suatu metode yang merupakan penjelas tentang

BAB III METODE PERANCANGAN. di Kota Malang dibutuhkan suatu metode yang merupakan penjelas tentang BAB III METODE PERANCANGAN Dalam perancangan Pusat Pengembangan Musik Tradisional Jawa Timur di Kota Malang dibutuhkan suatu metode yang merupakan penjelas tentang langkah-langkah yang dilakukan dalam

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam mempertahankan kelangsungan bisnisnya, untuk berkembang dan mendapatkan laba.

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP DASAR Konsep dasar dalam perancangan hotel ini adalah menghadirkan suasana alam ke dalam bangunan sehingga tercipta suasana alami dan nyaman, selain itu juga menciptakan

Lebih terperinci

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam Untuk penentuan prioritas kriteria dilakukan dengan memberikan penilaian atau bobot

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tersebut diperoleh dari alternatif-alternatif terbaik yang sudah sesuai dengan objek

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tersebut diperoleh dari alternatif-alternatif terbaik yang sudah sesuai dengan objek BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan merupakan proses pengambilan keputusan desain dalam Perancangan Kembali Kawasan Wisata Pantai Watu Ulo di Kabupaten Jember Jawa Timur berdasarkan analisis perancangan.

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

Gambar 5.1. Zoning Ruang (sumber:konsep perancangan.2012)

Gambar 5.1. Zoning Ruang (sumber:konsep perancangan.2012) BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Dasar Konsep dasar mengambil dari prinsip tema yang telah dipertajam sehingga mendapatkan sebuah konsep dasar yaitu save the land surface. Save the land surface mempunyai

Lebih terperinci

Lampiran 1. Besaran tarif retribusi Tabel 1. Besaran tarif retribusi tempat rekreasi Kebun Buah Mangunan

Lampiran 1. Besaran tarif retribusi Tabel 1. Besaran tarif retribusi tempat rekreasi Kebun Buah Mangunan 81 Lampiran 1. Besaran tarif retribusi Tabel 1. Besaran tarif retribusi tempat rekreasi Kebun Buah Mangunan N Besarnya Tarif Obyek Retribusi Satuan Tarif o Retribusi A 1 B 1 2 3 4 Tempat Rekreasi Kebun

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode yang digunakan dalam

BAB III METODE PERANCANGAN. perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode yang digunakan dalam BAB III METODE PERANCANGAN Suatu proses perancangan membutuhkan suatu metode yang memudahkan bagi perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode yang digunakan dalam Perancangan Pusat Dokumentasi

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep perancangan Rumah Susun Sederhana Sewa ini adalah hasil analisis pada bab sebelumnya yang kemudian disimpulkan. Konsep ini merupakan konsep turunan dari

Lebih terperinci

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Fungsi Dalam merancang sebuah bangunan, hal yang utama yang harus diketahui adalah fungsi bangunan yang akan dirancang, sehingga terciptalah bangunan dengan desain

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perancangan Pasar Astana Anyar ini merupakan konsep yang menjadi acuan dalam mengembangkan konsep-konsep pada setiap elemen perancangan arsitektur

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil perancangan merupakan aplikasi dari konsep ekowisata pada pengembangan kawasan agrowisata sondokoro yang meliputi bebera aspek, diantaranya: 6.1. Dasar Pengembangan Dasar

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI Bab ini memberikan arahan dan rekomendasi berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada kawasan studi, dengan membawa visi peningkatan citra Kawasan Tugu Khatulistiwa

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Hasil Rancangan Kawasan Perancangan Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di Kabupaten Tuban ini memakai konsep Sequence (pergerakan dari satu tempat ketempat lain sepanjang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut : BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan Untuk mendukung tema maka konsep dasar perancangan yang digunakan pada Pasar Modern adalah mengutamakan konsep ruang dan sirkulasi dalam bangunannya,

Lebih terperinci

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN AGROBISNIS, KABUPATEN SEMARANG

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN AGROBISNIS, KABUPATEN SEMARANG BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN AGROBISNIS, KABUPATEN SEMARANG 5.. Program Dasar Perencanaan Konsep program perencanaan dan perancangan merupakan hasil dari pendekatan

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. data-data sesuai dengan yang sebenarnya kemudian data-data tersebut disusun,

BAB III METODE PERANCANGAN. data-data sesuai dengan yang sebenarnya kemudian data-data tersebut disusun, BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Perancangan Perancangan adalah adalah aktivitas kreatif menuju sesuatu yang baru dan berguna yang tidak ada sebelumnya (http://ocw.gunadarma.ac.id). Terdapat bermacam-macam

Lebih terperinci

BAB V I KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dari permasalahan Keberadaan buaya di Indonesia semakin hari semakin

BAB V I KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dari permasalahan Keberadaan buaya di Indonesia semakin hari semakin BAB V I KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat pembudidayaan dan wisata penangkaran buaya dirancang berangkat dari permasalahan Keberadaan buaya di Indonesia semakin hari semakin menurun. Hal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata dan Rekreasi Undang- Undang No.9 Tahun 1990 mendefinisikan wisata sebagai perjalanan atau sebagian dari kegiatan yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Studi Elemen Preservasi Kawasan Kota dengan studi kasus Koridor Jalan Nusantara Kecamatan Karimun Kabupaten Karimun diantaranya menghasilkan beberapa kesimpulan:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi geografis kota Magelang berada pada jalur transportasi kota

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi geografis kota Magelang berada pada jalur transportasi kota BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi geografis kota Magelang berada pada jalur transportasi kota Yogyakarta dan kota Semarang Di Kabupaten Magelang, terdapat objek wisata Kalibening yang ikut dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode Perancangan merupakan merupakan tahapan-tahapan kerja atau

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode Perancangan merupakan merupakan tahapan-tahapan kerja atau BAB III METODE PERANCANGAN Metode Perancangan merupakan merupakan tahapan-tahapan kerja atau perancangan yang digunakan untuk merancang suatu objek rancangan. Dalam melakukan perancangan, metode perancangan

Lebih terperinci

Dari pertimbangan diatas dibuat konsep tata ruang

Dari pertimbangan diatas dibuat konsep tata ruang 81 memanfaatkan unsur-unsur alam yang ada sebagai faktor perancangan. Dari pertimbangan tersebut diatas maka dibuat konsep : - Dengan bentuk site daerah pegunungan yang masih alamiah maka bentuk pengolahan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Tujuan Perencanaan dan Perancangan a. Merancang bangunan Showroom dan Service Station Vespa di Semarang yang mengakomodasi segala

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota adalah sebuah sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomis yang heterogen

Lebih terperinci

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Lansekap (Landscape Planning) Lansekap merupakan refleksi dari dinamika sistem alamiah dan sistem sosial masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008.

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008. METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian berlokasi di Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia (YAPIPI) yang secara administratif berlokasi di Kp. Bojongsari RT 03 RW 05 Kecamatan

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR DIAGRAM... vii DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... ix BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

GEDUNG PAMER DAN LAYANAN PURNA JUAL

GEDUNG PAMER DAN LAYANAN PURNA JUAL BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vespa adalah sebuah kendaraan yang memiliki daya tarik tersendiri dari bentuknya yang khas. Vespa juga memiliki salah satu inspirasi bagi perkembangan teknologi transportasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Jadwal rencana penelitian. Februari Maret April Mei Juni. Kegiatan. 1. Penyusunan Proposal. 2. Persiapan. 3. Inventarisasi Data

LAMPIRAN. Lampiran 1. Jadwal rencana penelitian. Februari Maret April Mei Juni. Kegiatan. 1. Penyusunan Proposal. 2. Persiapan. 3. Inventarisasi Data LAMPIRAN 0 1 0 Lampiran 1. Jadwal rencana penelitian LAMPIRAN No Kegiatan Februari Maret April Mei Juni 1 3 4 1 3 4 1 3 3 1 3 4 1 3 4 1. Penyusunan Proposal. Persiapan 3. Inventarisasi Data 4. Analisis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Estetika

TINJAUAN PUSTAKA Estetika 4 TINJAUAN PUSTAKA Estetika Istilah estetika dikemukakan pertama kali oleh Alexander Blaumgarten pada tahun 1750 untuk menunjukkan studi tentang taste dalam bidang seni rupa. Ilmu estetika berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Metode Umum Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau tahapan-tahapan dalam merancang, yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang

Lebih terperinci