BAB V ANALISIS SINTESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V ANALISIS SINTESIS"

Transkripsi

1 BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang, dan area pertanian (kebun tanaman obat). Letak tapak yang berdekatan dengan bangunan kolam renang dan area pertanian merupakan suatu potensi karena area-area tersebut merupakan salah satu pusat konsentrasi aktivitas pengguna Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah. Selain itu, pihak sekolah memiliki rencana untuk memindahkan dan membangun Unit Inklusi pada tapak tersebut sehingga taman terapi yang akan dibuat nantinya dapat menyatu dengan fasilitas terapi dalam ruang (Unit Inklusi). Letak tapak yang tepat bersebelahan dengan pintu keluar kompleks sekolah merupakan suatu kendala yang memerlukan pemikiran dan pertimbangan dalam desain. Letak tapak yang dekat dengan pintu keluar tersebut memiliki intensitas sirkulasi kendaraan bermotor yang cukup tinggi pada jam pulang sekolah sehingga mungkin akan dapat membahayakan pengguna. Hal tersebut perlu diperhatikan karena pada tapak akan dibuat taman terapi bagi anak berkebutuhan khusus dimana keamanan merupakan hal yang penting. Tapak yang akan dirancang memiliki bentuk yang memanjang dengan luas area m 2. Berdasarkan tinjauan literatur arsitektur lanskap (Cooper dan Marcus, 2002) dan ilmu kesehatan atau keperawatan (Lau, 2002 dalam Said, 2006) menyatakan bahwa tidak ada studi empiris yang menguji ukuran standar ruang luar bagi setiap anak. Dijelaskan secara lebih lanjut dalam Said, 2006 bahwa dalam masa perkembangan anak-anak disarankan ukuran ruang luar sebesar 9,3 m 2 atau 100 ft 2 setiap anak (Greenham, 1988; Striniste dan Moore, 1989) dan 7,4-9,3 m 2 atau ft 2 setiap anak (Frost, 1985). Diungkapkan pula dalam Said, 2006 bahwa Moore mengevaluasi lima taman terapi anak untuk menentukan kriteria desain yang dapat memberikan manfaat penyembuhan dengan ukuran taman berkisar antara 143 m 2 hingga 739 m 2 dengan pengguna yang bervariasi seperti pasien, orang tua dan saudara, serta staf.

2 64 Berdasarkan hal tersebut, luas tapak yang akan dirancang tidak terlalu besar, namun cukup untuk dapat dikembangkan sebagai taman terapi bagi anak berkebutuhan khusus. Pengembangan tapak menjadi taman terapi dioptimalkan semaksimal mungkin sehingga fungsi-fungsi terapi yang diinginkan dapat tercapai. Bentuk tapak yang memanjang dengan ukuran 38 m x 6,7 m membuat tapak terasa sempit. Hal tersebut cukup menyulitkan karena tapak akan dikembangkan untuk taman terapi yang dapat mengakomodasi kegiatan aktif dan pasif sehingga membutuhkan ruang yang lebih luas. Modifikasi bentuk tapak dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut Aksesibilitas dan Sirkulasi Tapak terletak di bagian depan ujung kompleks Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah dan dapat diakses langsung dengan mudah dari pintu masuk (entrance). Jalan tersebut memiliki kondisi yang baik dan lebar yang memadai. Selain itu, tapak juga dapat diakses melalui jalan setapak yang terdapat di antara lapangan dan area pertanian. Kemudahan untuk mengakses tapak tersebut merupakan potensi yang perlu dipertahankan dan dimanfaatkan dalam pengembangan tapak. Sirkulasi menuju tapak tersebut dibagi menjadi sirkulasi kendaraan bermotor dan sirkulasi pejalan kaki dimana tidak terdapat pemisahan kedua jenis sirkulasi tersebut. Sirkulasi di dalam tapak sendiri akan direncanakan khusus bagi pengguna taman terapi dimana tidak terdapat sirkulasi untuk kendaraan bermotor di dalamnya. Selain itu, pemilihan material pedestrian path di dalam tapak perlu disesuaikan dari segi desain maupun fungsi untuk terapi, kenyamanan, dan keamanan pengguna tapak Iklim Lokasi memiliki iklim panas dengan suhu rata-rata berkisar antara 27 hingga 35 derajat Celcius. Menurut Laurie (1984), kisaran suhu yang nyaman bagi manusia adalah antara 10 hingga 26,6 derajat Celcius. Berdasarkan hal tersebut, secara umum suhu di lokasi termasuk ke dalam kategori tidak nyaman bagi manusia. Kondisi iklim mikro di tapak sendiri terasa panas. Hal tersebut disebabkan oleh tidak adanya vegetasi pada tapak sehingga tidak tercipta naungan

3 65 dan membuat tapak terasa panas. Selain itu, ekspos sinar matahari pada tapak dengan intensitas yang tinggi membuat suhu di tapak tinggi. Hal tersebut tentunya akan menimbulkan ketidaknyamanan dan mengganggu aktivitas pengguna tapak. Oleh karena itu perlu diciptakan suasana teduh yang dapat dicapai baik dengan peneduh alami berupa vegetasi atau peneduh buatan seperti pergola dan lain-lain. Curah hujan pada lokasi tidak terlalu tinggi, yaitu sebesar 163,70 mm/tahun. Curah hujan yang tidak terlalu tinggi tersebut bukan merupakan suatu masalah karena sistem drainase pada tapak berfungsi dengan baik. Selain itu, untuk memaksimalkan penyerapan air hujan ke dalam tanah dapat digunakan kombinasi antara vegetasi dan perkerasan yang mampu menyerapkan air ke dalam tanah, contohnya paving block. Perkerasan dengan tekstur yang kasar dapat digunakan untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan pengguna agar tidak licin ketika hujan. Lokasi memiliki kelembaban sebesar 75,40 %. Menurut Laurie (1984), kelembaban yang nyaman bagi manusia adalah antara 40 hingga 75 %. Persentase kelembaban tersebut berada di atas kisaran kelembaban yang nyaman bagi manusia. Hal tersebut dapat diatasi dengan pengaturan sirkulasi udara, yaitu pengaturan massa vegetasi, tata letak bangunan, dan menciptakan koridor-koridor serta menyediakan ruang-ruang terbuka di dalam tapak. Pengaturan masuknya sinar matahari juga dapat dilakukan untuk mengatur kelembaban tapak. Kenyamanan tapak dapat dihitung dengan menggunakan perhitungan THI atau Thermal Humidity Index, dimana THI dihitung dengan rumus: THI = 0,8T + (RH x T)/500 Dengan suhu rata-rata sebesar 31 derajat Celcius dan kelembaban udara sebesar 75,40 %, maka akan didapat nilai THI sebesar 29,47. Nilai THI tersebut berada di atas kisaran nyaman yaitu sebesar 27, sehingga dapat disimpulkan bahwa tapak tidak atau kurang nyaman. Penambahan dan pengaturan vegetasi dapat dilakukan untuk menambah kenyamanan tapak.

4 Tanah Tapak memiliki jenis tanah latosol cokelat kemerahan yang memiliki tekstur halus dan drainase baik. Tanah tersebut memiliki konsistensi gembur, permeabilitas tinggi, mudah meresapkan air menjadi air tanah, dan dapat menahan air dengan cukup baik. Tanah latosol cokelat kemerahan tersebut cocok atau sesuai untuk pertumbuhan tanaman, baik tanaman pertanian ataupun perkebunan. Hal tersebut merupakan suatu potensi yang dapat dikembangkan dimana pada tapak tersebut dapat ditanami dengan vegetasi yang sesuai, baik dilihat dari lingkungan tumbuhnya maupun fungsi yang ingin dicapai dalam tapak Topografi Tapak memiliki topografi atau bentukan lahan yang datar seperti yang terlihat pada Gambar 31. Hal tersebut bukanlah suatu kendala dalam pengembangan tapak. Bentukan tapaknya yang datar merupakan potensi karena akan memudahkan dalam perencanaan dan perancangan tapak. Tapak dapat digunakan untuk berbagai aktivitas mulai dari pasif hingga aktif. Gambar 31 Peta Analisis Topografi

5 67 Namun, bentukan tapak yang datar dapat menyebabkan kemonotonan sehingga perlu diciptakan keragaman ruang untuk memecah kemonotonan tersebut. Keragaman ruang tersebut dapat diciptakan melalui penataan bentuk lahan dan berbagai elemen tapak sehingga akan memiliki kualitas visual yang lebih menarik dan fungsi yang lebih tinggi. Penataan bentuk lahan tersebut dapat dilakukan dengan membuat area-area dengan variasi level ketinggian. Contohnya antara lain seperti membuat bukit kecil, ramp atau slide yang selain memecah kemonotonan juga berfungsi untuk terapi. Selain melalui penataaan bentukan lahan dan elemen tapak, keragaman ruang juga dapat tercipta dari aktivitas yang beragam di dalam tapak Hidrologi dan Drainase Sistem drainase pada tapak terbagi menjadi sistem drainase tertutup dan terbuka. Sistem drainase tertutup pada tapak berupa saluran drainase tertutup yang terletak di sebelah Selatan tapak. Saluran drainase tersebut dalam kondisi baik dan dapat menampung serta mengalirkan air menuju saluran pembuangan utama yang terletak di bagian belakang atau Barat kompleks Sekolah Alam dan Sains Al- Jannah. Selain melalui saluran drainase tertutup, air dapat mengalir dan meresap ke dalam tanah tanpa melalui saluran khusus (drainase terbuka). Hal tersebut dikarenakan kondisi tapak eksisting masih berupa tanah sehingga penyerapan air ke dalam tanah relatif baik. Dalam perencanaan dan perancangan tapak tersebut sebagai taman terapi, diperlukan variasi dan kombinasi penutup tanah baik dari hard material maupun soft material yang dapat meresapkan air ke dalam tanah. Kombinasi tersebut akan memberikan kesempatan terjadinya penyerapan air ke dalam tanah selain berfungsi terapi yang dapat diperoleh dari keragaman tekstur penutup tanah tersebut Vegetasi dan Satwa Vegetasi yang terdapat pada tapak hanya berupa rumput-rumput liar. Penanaman vegetasi pada tapak perlu dilakukan. Selain untuk memperbaiki kondisi iklim mikro, vegetasi yang ditanam akan disesuaikan dengan fungsi yang ingin dicapai di dalam tapak. Pemilihan dan peletakan vegetasi tersebut

6 68 didasarkan pada fungsi-fungsi seperti vegetasi peneduh, pembatas, maupun vegetasi yang dapat menunjang proses terapi. Selain didasarkan pada fungsinya, pemilihan dan peletakan vegetasi juga tetap mempertimbangkan nilai-nilai estetika. Pada tapak tidak terdapat satwa-satwa liar maupun satwa budidaya yang dapat mengganggu dan membahayakan pengguna. Satwa yang ada di dalam tapak hanya berupa serangga-serangga kecil seperti semut dan lain-lain yang tidak membahayakan. Satwa dapat digunakan untuk menunjang proses terapi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menghadirkan satwa pada tapak seperti misalnya dengan membuat kolam yang berisi ikan, membuat sarang burung, dan lain-lain. Selain itu, ruang-ruang terbuka di sekitar tapak dapat berpotensi sebagai sumber satwa. Ruang-ruang terbuka tersebut dapat dilihat pada Gambar 32. Gambar 32 Peta Analisis Vegetasi dan Satwa

7 Fasilitas dan Utilitas Tapak merupakan lahan kosong dimana di dalamnya tidak terdapat fasilitas-fasilitas tertentu. Pada tapak terdapat utilitas berupa jaringan listrik. Dalam pengembangannya sebagai taman terapi, tapak tersebut perlu ditambah fasilitas untuk menunjang kegiatan dan proses terapi Elemen Visual dan Akustik Pada tapak terlihat beberapa pemandangan yang mengarah ke sekitar tapak. Pemandangan tersebut diantaranya berupa area pertanian (kebun tanaman obat), jalan, kompleks bangunan kolam renang, dan kombinasi antara vegetasi dan bangunan. Gambar 33 Peta Analisis Visual dan Akustik Selain itu, akustik atau bunyi-bunyian yang terdapat di dalam tapak dihasilkan dari aktivitas di sekitar tapak, seperti suara orang bercakap-cakap, suara langkah kaki orang yang sedang berjalan atau berlari, dan suara kendaran bermotor yang melintas. Bunyi-bunyian tersebut dinilai masih dapat ditoleransi dan tidak mengganggu. Namun walaupun demikian, lokasi tapak terletak tepat di

8 70 sebelah jalan menuju pintu keluar yang ramai oleh lalu lalang kendaraan bermotor pada jam-jam tertentu. Hal tersebut dapat diatasi dengan meletakkan penghalang (barrier) untuk meredam suara kendaraan bermotor. Selain untuk meredam suara kendaraan bermotor pada jam-jam tertentu, vegetasi tersebut juga berfungsi sebagai penghalang (barrier) pandangan terhadap lalu lalangnya kendaraan bermotor. Peta analisis visual dan akustik dapat dilihat pada Gambar Aspek Sosial Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap pihak sekolah, Unit Inklusi, dan terapis, diketahui bahwa pengetahuan tentang taman terapi atau terapi ruang luar masih minim. Terapi anak berkebutuhan khusus dilakukan di dalam ruangan, seperti terapi okupasi dan sensori integrasi, terapi wicara, terapi okupresure, dan fisioterapi. Terapi yang dilakukan di luar ruangan adalah terapi air atau hydrotherapy. Terapi tersebut dilakukan di kolam renang. Anak berkebutuhan khusus tersebut melakukan kegiatan terapi selama 30 menit dalam satu kali terapi. Diluar waktu terapi, anak berkebutuhan khusus tersebut melakukan kegiatan belajar baik di kelas maupun di luar kelas bersama anak-anak lainnya. Kegiatan belajar yang dilakukan di luar kelas contohnya seperti kegiatan outbond. Dapat dilihat bahwa waktu anak-anak tersebut untuk melakukan kegiatan terapi sangat terbatas. Dengan adanya taman terapi diharapkan akan dapat menunjang kegiatan dan proses terapi yang telah dilakukan di dalam ruangan. Selain itu, taman terapi dapat digunakan juga sebagai sarana anak untuk bermain sambil melakukan kegiatan terapi sehingga anak tidak merasa jenuh dan bosan. 5.3 Aspek Terapi Unit Inklusi merupakan suatu lembaga pusat pelayanan terapi dan edukasi bagi anak-anak berkebutuhan khusus di Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah. Unit Inklusi ini terletak di area bangunan Sekolah Dasar (SD) dimana di dalamnya terdapat fasilitas-fasilitas yang mendukung program terapi dan edukasi bagi anak berkebutuhan khusus, yaitu ruang terapi okupasi dan sensori integrasi, ruang fisioterapi, ruang terapi wicara, ruang PPI (Program Pendidikan Individu), ruang

9 71 konseling, ruang konsultasi, dan toilet. Aktivitas terapi seperti terapi okupasi, fisioterapi, terapi wicara, terapi okupresure dilakukan di ruang-ruang terapi tersebut. Namun berdasarkan wawancara dari terapis, terapi sensori integrasi masih minim dilakukan. Terapi sensori integrasi ini merupakan terapi yang berfungsi untuk menstimulasi, mengintegrasi, dan mengembangkan semua indera yang terdiri dari indera penglihatan (visual), pendengaran (auditory), perabaan (tactile), penciuman, dan keseimbangan (vestibular). Hal tersebut dapat diatasi dengan menyediakan sarana untuk terapi sensori integrasi pada taman terapi yang akan dibuat. Selain itu, terapi-terapi yang telah ada dan dilakukan dapat ditambahkan atau dimodifikasi sehingga dapat diterapkan di taman atau ruang luar. 5.4 Sintesis Aspek Fisik dan Biofisik, Sosial, dan Terapi Sintesis dilakukan pada potensi dan kendala pada setiap asepek yang diamati. Potensi yang ada dimanfaatkan atau dikembangkan sedangkan kendala yang ada dicari pemecahannya. Analisis dan sintesis aspek fisik dan biofisik, sosial, dan terapi secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Analisis Sintesis Aspek Fisik dan Biofisik, Sosial, dan Terapi No Aspek Aspek Fisik dan Biofisik 1 Letak, Luas, Batas Letak tapak dekat pusat konsentrasi aktivitas pengguna Sekolah Alam dan Sains Al- Jannah. Unit Inklusi akan dipindahkan ke tapak sehingga taman terapi akan menyatu dengan Unit Inklusi. Tapak cukup luas untuk dikembangkan taman terapi. Analisis Sintesis Potensi Kendala Pemanfaatan Pemecahan Letak tapak tepat bersebelahan dengan pintu keluar kompleks sekolah yang memiliki intensitas tinggi pada jam pulang sekolah yang dapat membahayakan pengguna tapak. Tapak dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk dikembangkan sebagai taman terapi bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Diperlukan pemikiran dan pertimbangan dlam desain, seperti misalnya dengan membuat pembatas yang membatasi antara tapak dengan jalan dll.

10 72 Tabel 6. (lanjutan) No Aspek. 2 Aksesibilitas, Sirkulasi 3 Iklim Curah hujan tidak terlalu tinggi, yaitu sebesar 163,70 mm/tahun 4 Tanah Tekstur tanah halus dan berdrainase baik. Konsistensi tanah gembur, permeabilitas tinggi, mudah meresapkan air menjadi air tanah dan menahannya. Sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Analisis Sintesis Potensi Kendala Pemanfaatan Pemecahan Tapak mudah Jalur sirkulasi Kemudahan Dilakukan diakses, jalan kendaraan mengakses pemisahan dalam kondisi bermotor dan tapak jalur sirkulasi baik dan sirkulasi pejalan dipertahankan antara memadai. kaki menuju dan kendaraan tapak tidak dimanfaatkan bermotor dan dipisah. dalam pejalan kaki. pengembangan Suhu pada tapak terasa panas karena tidak ada vegetasi dan ekspos sinar matahari yang tinggi, kelembaban dan THI berada di atas kisaran nyaman bagi manusia. tapak Curah hujan yang tidak terlalu tinggi bukanlah suatu masalah apabila drainase tapak berfungsi dengan baik. Oleh karena itu kondisi drainase harus dipertahankan. Kombinasi perkerasan dan vegetasi dapat digunakan untuk memaksimalka n penyerapan air ke dalam tanah. - Tanah dapat ditanami dengan vegetasi yang sesuai baik dilihat dari lingkungan tumbuhnya maupun fungsi yang ingin dicapai dalam tapak. Kondisi iklim yang tidak nyaman diatasi dengan penambahan vegetasi pada tapak. Kelembaban diatur melalui pengaturan sirkulasi udara dan pengaturan masuknya sinar matahari. Penggunaan elemen taman seperti pergola dan gazebo dapat menciptakan nuansa teduh. -

11 73 Tabel 6. (lanjutan) No Analisis Sintesis Aspek. Potensi Kendala Pemanfaatan Pemecahan 5 Topografi Topografi atau bentukan lahan yang datar. Topografi datar menyebabkan kemonotonan Memudahkan dalam perencanaan dan perancangan tapak. Dapat digunakan untuk berbagai aktivitas dari pasif hingga aktif. Menciptakan keragaman ruang melalui penataan bentuk lahan dan berbagai elemen tapak serta aktivitas pada tapak. 6 Hidrologi, Drainase 7 Vegetasi, Satwa 8 Fasilitas, Utilitas Saluran drainase tertutup pada tapak dalam kondisi baik, air dapat meresap ke dalam tanah dengan baik. - Tidak terdapat vegetasi dan satwa dalam tapak. - Tidak terdapat fasilitas pada tapak. Utilitas yang terdapat pada tapak berupa jaringan listrik. - Saluran drainase dipertahankan dan dipelihara agar sistem drainase tidak terganggu. Menggunakan penutup tanah dengan kombinasi vegetasi dan perkerasan agar penyerapan air tidak terganggu. - Penanaman vegetasi perlu dilakukan. Vegetasi yang ditanam didasarkan pada fungsinya. - Perlu dilakukan pembangunan fasilitas dan utilitas yang dapat menunjang kegiatan dan proses terapi. -

12 74 Tabel 6. (lanjutan) No Aspek. 9 Visual, Akustik Analisis Sintesis Potensi Kendala Pemanfaatan Pemecahan - Viewke sebelah - Penanaman Timur kurang vegetasi bagus (tembok penghalang pembatas dan (barier) untuk bagian belakang menghalangi bangunan). pandangan Pada jam-jam terhadap lalu tertentu seperti lalang jam pulang kendaraan sekolah terlihat bermotor dan lalu lalang meredam suara kendaraan kendaraan bermotor. bermotor. Aspek Sosial - Pengetahuan tentang taman terapi atau terapi ruang luar yang masih terbilang minim. Waktu kegiatan terapi terbatas. Aspek Terapi Aktifitas terapi meliputi terapi okupasi, fisioterapi, terapi wicara, terapi okupresure, dan terapi PPI. Terapi sensori integrasi masih minim dilakukan. - Dengan adanya taman terapi diharapkan akan dapat menunjang kegiatan dan proses terapi yang dilakukan di dalam ruang. Selain itu, sebagai sarana terapi sambil bermain anak. Aktifitas terapi tersebut dipertahankan dan dioptimalkan. Taman terapi sebagai sarana terapi ruang luar mengakomodas i aktivitas terapi sensori integrasi. 5.5 Program Ruang Program ruang merupakan rencana-rencana ruang yang akan diterapkan pada tapak yang mengakomodasi fungsi, aktivitas, dan fasilitas yang akan dikembangkan. Program ruang ini dibuat berdasarkan analisis dan sintesis yang telah dilakukan sebelumnya. Adapun fungsi-fungsi yang akan dikembangkan pada tapak adalah sebagai berikut: 1. Fungsi Terapi Fungsi terapi merupakan fungsi utama yang akan dikembangkan dalam tapak dimana tapak akan mengakomodasi kegiatan terapi anak berkebutuhan khusus. Anak-anak tersebut dapat melakukan kegiatan terapi atau

13 75 memperolah manfaat terapi sambil bermain. Fungsi terapi yang akan dikembangkan diimplementasikan dalam elemen-elemen yang terdapat di taman terapi tersebut. 2. Fungsi Penerimaan Fungsi penerimaan merupakan fungsi pendukung yang berkaitan dalam menunjang aktivitas yang dilakukan di taman. Fungsi penerimaan ini diterapkan dalam ruang penerimaan (welcome area). Fungsi-fungsi yang telah disebutkan di atas disesuaikan dengan kebutuhan ruang dan fasilitas yang akan diakomodasi dan kapasitas tapaknya. Ruang-ruang yang akan dibentuk pada tapak terdiri atas ruang terapi dan ruang non terapi. Ruang terapi merupakan ruang yang mengakomodasi semua fungsi dan kegiatan terapi anak-anak berkebutuhan khusus. Ruang terapi ini terbagi menjadi ruang terapi dalam ruang (indoor) dan ruang terapi luar ruang (outdoor) dimana di dalamnya terdapat fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung aktivitas terapi dan bermain anak-anak berkebutuhan khusus. Sedangkan ruang non terapi merupakan ruang yang mengakomodasi fungsi selain terapi. Ruang non terapi ini berfungsi sebagai ruang penerimaan (welcome area) yang diwujudkan dalam pintu gerbang taman. Hubungan antara fungsi, ruang, dan aktivitas yang terbentuk pada tapak akan dijelaskan pada Tabel 7. Berdasarkan fungsi dan ruang-ruang tersebut, terdapat beberapa aktivitas yang dapat berlangsung dalam tapak. Aktivitasaktivitas tersebut adalah terapi, bermain, duduk-duduk, dan bercakap-cakap atau bersosialisasi. Tabel 7. Matriks Hubungan Fungsi, Ruang, dan Aktivitas Ruang dan Aktivitas Fungsi Ruang Sub Ruang Aktivitas Terapi Penerimaan Ruang Terapi Ruang terapi dalam ruang (indoor) Terapi Ruang Non Terapi Keterangan : Ruang terapi luar ruang (outdoor) Ruang Penerimaan Sangat dekat Sedang atau cukup dekat Tidak ada hubungan Terapi, bermain, dudukduduk, bercakap-cakap Masuk ke dalam taman terapi

BAB VI KONSEP 6.1 Konsep Umum

BAB VI KONSEP 6.1 Konsep Umum BAB VI KONSEP 6.1 Konsep Umum Perancangan taman terapi di Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah ini terutama diperuntukkan bagi anak berkebutuhan khusus. Tapak akan dikembangkan menjadi taman yang dapat memberikan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: dan Googlemaps, 2009) Peta Kota Bandung Tanpa Skala.

BAB III METODOLOGI. Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian (Sumber:  dan Googlemaps, 2009) Peta Kota Bandung Tanpa Skala. 13 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Studi Penelitian ini dilakukan di Taman Cilaki Atas (TCA), Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat (Gambar 2). Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada Agustus Oktober 2010, mencakup pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan 116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap merupakan suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Hospital. Tapak berupa

BAB III METODOLOGI. Hospital. Tapak berupa BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan pusat kota atau Central Business District (CBD) Bandung, Jawaa Barat, tepatnya di Santosa Bandung International Hospital.

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi studi

Gambar 2 Peta lokasi studi 15 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 6 Peta Lokasi Studi (Sumber: dan

BAB III METODOLOGI. Gambar 6 Peta Lokasi Studi (Sumber:  dan BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Studi Studi ini dilakukan di Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah yang terletak di jalan Jambore No.4 Pondok Ranggon, Cipayung, Jakarta Timur. Peta lokasi studi dapat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian 16 III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Studi mengenai Perencanaan Jalur Hijau Jalan sebagai Identitas Kota Banjarnegara dilakukan di jalan utama Kota Banjarnegara yang terdiri dari empat segmen,

Lebih terperinci

BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN

BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN 4.1 Temuan Studi Berdasarkan hasil analisis, terdapat beberapa temuan studi, yaitu: Secara normatif, terdapat kriteria-kriteria atau aspek-aspek yang

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008.

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008. METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian berlokasi di Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia (YAPIPI) yang secara administratif berlokasi di Kp. Bojongsari RT 03 RW 05 Kecamatan

Lebih terperinci

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS Langkah kami setelah mencari tahu dan segala informasi tentang Pulau Nias adalah survey langsung ke lokasi site untuk Tugas Akhir ini. Alangkah

Lebih terperinci

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004) VII. RENCANA TAPAK Tahap perencanaan ini adalah pengembangan dari konsep menjadi rencana yang dapat mengakomodasi aktivitas, fungsi, dan fasilitas bagi pengguna dan juga makhluk hidup yang lain (vegetasi

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA ZONIFIKASI Dasar pertimbngan Potensi site Kemungkinan pengelohan Tuntutan kegiatan UTILITAS Konsep utilitas pada kawasan perencanaan meliputi : 1. Terjadinya

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur, BAB V KONSEP 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah sebagai tempat menerima pendidikan dan mengasah keterampilan yaitu mengambil

Lebih terperinci

V. ANALISIS DAN SINTESIS

V. ANALISIS DAN SINTESIS 41 V. ANALISIS DAN SINTESIS V.1. Analisis V.1.1. Kondisi Fisik V.1.1.1. Lokasi, Luas dan Batas Tapak Tapak berada di pusat kota dan merupakan bagian dari kawasan tepian Sungai Martapura dengan penggunaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat perbankan dan pusat perindustrian menuntut adanya kemajuan teknologi melalui pembangunan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Metode Umum Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau tahapan-tahapan dalam merancang, yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB VI KONSEP RANCANGAN BAB VI KONSEP RANCANGAN Lingkup perancangan: Batasan yang diambil pada kasus ini berupa perancangan arsitektur komplek Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh meliputi fasilitas terapi, rawat inap, fasilitas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR DIAGRAM...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR DIAGRAM... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR DIAGRAM... i ii iv v viii xiv xix xx BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN SINTESIS

BAB V ANALISIS DAN SINTESIS BAB V ANALISIS DAN SINTESIS 5.1 Aspek Fisik 5.1.1 Luas, Letak, dan Aksessibilitas Tapak Penelitian Kawasan Gedongjetis berada di kawasan pedesaan yang sejuk dan sedikit tercemar polusi dari kendaraan bermotor.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak 12 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi ini dilaksanakan pada wilayah pemakaman Tanah Kusir di jalan Bintaro Raya Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Tapak yang berada di sebelah timur Kali Pesanggrahan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN 1 BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Site Plan Akses masuk ke site ini melalui jalan utama. Jalan utama tersebut berasal dari arah Cicaheum Bandung. Jalur mobil/ kendaraan di dalam bangunan dibuat satu arah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN 112 5.1 Konsep Kawasan BAB V KONSEP PERANCANGAN Gambar 5.1: Kondisi eksisting kawasan Sumber: Google erth, 2011 Keterangan: 1: Landasan penerbangan dan pendaratan pesawat di masa mendatang 2: Tapak 3:

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Tujuan Perencanaan dan Perancangan Perencanaan dan perancangan Penataan PKL Sebagai Pasar Loak di Sempadan Sungai Kali Gelis Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode tersebut berisi tentang penjelasan atas fenomena-fenomena yang terjadi dan

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode tersebut berisi tentang penjelasan atas fenomena-fenomena yang terjadi dan BAB III METODE PERANCANGAN Sebuah Perancangan Pusat Rehabiltasi Pengguna Narkoba membutuhkan sebuah metode agar ide sebuah perancangan dapat diaplikasikan dengan baik. Berbagai sumber yang didapatkan akan

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk ditunjukkan pada pengunjung sekaligus sebagai pusat produksi

Lebih terperinci

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai

Lebih terperinci

METODOLOGI Waktu dan Tempat

METODOLOGI Waktu dan Tempat 41 METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian dilaksanakan di base camp Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat (Gambar 15). Kegiatan ini dilaksanakan dari bulan Mei 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Lansekap (Landscape Planning) Lansekap merupakan refleksi dari dinamika sistem alamiah dan sistem sosial masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tersebut diperoleh dari alternatif-alternatif terbaik yang sudah sesuai dengan objek

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tersebut diperoleh dari alternatif-alternatif terbaik yang sudah sesuai dengan objek BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan merupakan proses pengambilan keputusan desain dalam Perancangan Kembali Kawasan Wisata Pantai Watu Ulo di Kabupaten Jember Jawa Timur berdasarkan analisis perancangan.

Lebih terperinci

Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara

Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara Kuisioner Responden yang terhormat, Agrowisata Salatiga merupakan salah satu agrowisata yang banyak diminati oleh pengunjung. Welcome area yang ada di agrowisata

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 PROGRAM DASAR PERENCANAAN 6.1.1 Program Ruang Rekapitulasi Ruang Dalam No Jenis Ruang Luas 1 Kelompok Ruang Fasilitas Utama 2996 m2 2 Kelompok Ruang Fasilitas

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH 56 ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian dicari solusinya sebagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, diketahui bahwa keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring dengan pergantian

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. daksa yang dapat menerima segala umur dan kelas sosial, memudahkan

BAB III METODE PERANCANGAN. daksa yang dapat menerima segala umur dan kelas sosial, memudahkan BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Ide Perancangan Ide rancangan pada Pusat Rehabilitasi Tuna Daksa di Surabaya berawal dari fakta di lapangan, yaitu fasilitas-fasilitas umum yang kurang memberikan kemudahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan.

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan. BAB III METODE PERANCANGAN Pada perancangan hotel resort dalam seminar ini merupakan kajian berupa penjelasan dari proses perancangan yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang didapat dari studi

Lebih terperinci

A (1fAfPP- ;LOOI 0\?'--I STUDI PERANCANGAN LANSKAP KAMPUS FAKULTAS PERTANIAN. INSTITUT PERTANIAN BOGOR DARMAGA BOGOR. Oleh: Cahyo Nugroho

A (1fAfPP- ;LOOI 0\?'--I STUDI PERANCANGAN LANSKAP KAMPUS FAKULTAS PERTANIAN. INSTITUT PERTANIAN BOGOR DARMAGA BOGOR. Oleh: Cahyo Nugroho (1fAfPP- ;LOOI 0\?'--I STUDI PERANCANGAN LANSKAP KAMPUS FAKULTAS PERTANIAN. INSTITUT PERTANIAN BOGOR DARMAGA BOGOR Oleh: Cahyo Nugroho A02495006 JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan Pusat Studi dan Budidaya Tanaman Hidroponik ini adalah Arsitektur Ekologis. Adapun beberapa nilai-nilai Arsitektur Ekologis

Lebih terperinci

Gambar 5.1. Zoning Ruang (sumber:konsep perancangan.2012)

Gambar 5.1. Zoning Ruang (sumber:konsep perancangan.2012) BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Dasar Konsep dasar mengambil dari prinsip tema yang telah dipertajam sehingga mendapatkan sebuah konsep dasar yaitu save the land surface. Save the land surface mempunyai

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA 14 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inii dilakukan di Sentul City yang terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

Pengembangan RS Harum

Pengembangan RS Harum BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. KONSEP DASAR PENINGKATAN DENGAN GREEN ARCHITECTURE Dari penjabaran prinsi prinsip green architecture beserta langkahlangkah mendesain green building menurut: Brenda dan Robert

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 12 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III BAHAN DAN METODE Penelitian di lapang berlangsung dari April 2011 sampai Juni 2011. Kegiatan penelitian ini berlokasi di Kawasan Industri Karawang International

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep 37 V. KONSEP Konsep Dasar Konsep dasar dalam perencanaan ini adalah merencanakan suatu lanskap pedestrian shopping streets yang dapat mengakomodasi segala aktivitas yang terjadi di dalamnya, khususnya

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 konsep Dasar 5.1.1 Tata Letak Bangunan Gate entrance menuju Fasilitas Wisata Agro terletak di jalan akses masuk wisata Kawah Putih, dengan pertimbangan aksesibilitas jalan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Jakarta Timur, Kota Jakarta, Propinsi DKI Jakarta dengan sampel tujuh Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dan lokasi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN PRINSIP TEMA Keindahan Keselarasan Hablumminal alam QS. Al-Hijr [15]: 19-20 ISLAM BLEND WITH NATURE RESORT HOTEL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP DASAR KONSEP TAPAK KONSEP RUANG KONSEP BENTUK KONSEP STRUKTUR

Lebih terperinci

BAB III ANALISA. Lokasi masjid

BAB III ANALISA. Lokasi masjid BAB III ANALISA 3.1. Analisa Tapak 3.1.1. Lokasi Lokasi : Berada dalam kawasan sivitas akademika Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang KDB : 20% KLB : 0.8 GSB : 10 m Tinggi Bangunan : 3 lantai

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan 6.1.1 Bentuk Tata Massa Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo pada uraian bab sebelumnya didasarkan pada sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian dan pembangunan di Indonesia yang didukung kegiatan di sektor industri sebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan yang struktur dan infrastrukturnya

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum

BAB V KONSEP. marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum BAB V KONSEP 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan sentra industri batu marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum dalam Three Dimension Sustainability:

Lebih terperinci

Konsep Penataan Massa

Konsep Penataan Massa 5.2.1. Konsep Penataan Massa Pembagian Zona dan perletakan massa Vegetasi dan dinding masif berfungsi untuk menghalangi kebisingan dari jalan raya. Mebatasi antara rumah warga dan komplek pesantren Memberikan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang diterapkan pada perancangan pusat industri pengalengan ikan layang di Brondong lamongan adalah arsitektur hemat energi. Pada perancangan pusat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang

PENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang diperuntukan sebagai lahan untuk tempat tinggal yaitu seluas 45964,88 Ha, dengan keterbatasan lahan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Program Dasar Perencanaan Konsep dasar pada perencanaan Pangkalan Pendaratan Ikan Tambak Mulyo Semarang ini didasari dengan pembenahan fasilitas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Gambar 5.1 Lokasi Proyek Luas total perancangan Luas bangunan : 26976 m 2 Luas tapak : 7700 m 2 KDB 60% : 4620 m 2

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil perancangan merupakan aplikasi dari konsep ekowisata pada pengembangan kawasan agrowisata sondokoro yang meliputi bebera aspek, diantaranya: 6.1. Dasar Pengembangan Dasar

Lebih terperinci

BAB 1. Langkah Awal. Cuaca panas kota Medan di siang hari merupakan tantangan besar untuk

BAB 1. Langkah Awal. Cuaca panas kota Medan di siang hari merupakan tantangan besar untuk BAB 1 Langkah Awal Cuaca panas kota Medan di siang hari merupakan tantangan besar untuk penduduknya, bagaimana tidak dengan rata-rata suhu bisa mencapai 32 derajat celcius 5 dapat dibayangkan seberapa

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA 6.1. Konsep Hutan Kota Perencanaan hutan kota ini didasarkan pada konsep hutan kota yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat kota Banjarmasin terhadap ruang publik. Hal ini sejalan

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

ANALISIS SINTESIS Aspek Fisik Letak, Luas dan Batas-batas Tapak Aksesibilitas dan Sistem Transportasi

ANALISIS SINTESIS Aspek Fisik Letak, Luas dan Batas-batas Tapak Aksesibilitas dan Sistem Transportasi ANALISIS SINTESIS Aspek Fisik Letak, Luas dan Batas-batas Tapak Tapak merupakan jalan lingkar kampus di mana area tersebut adalah sebuah area pendidikan yang dilengkapi berbagai fasilitas pendukungnya.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Perencanaan adalah suatu alat sistematik yang digunakan untuk menentukan saat awal, keadaan yang diharapkan, dan cara terbaik untuk mencapai keadaan yang diharapkan

Lebih terperinci

RINGKASAN. mendukung keberadaan Taman Laut Banda dengan mempertimbangkan aspek

RINGKASAN. mendukung keberadaan Taman Laut Banda dengan mempertimbangkan aspek RINGKASAN MAISNUN ALBAAR. A 3 1.0655. PERENCANAAN LANSKAP PULAU KECIL. BANDA NAIRA - MALUKU SEBAGAI KAWASAN WISATA. (Di bawah bimbiugan Bapak Bambang Sulistyantara). Studi hi bertujuan membuat rencana

Lebih terperinci

BAB V KONSEP RANCANGAN

BAB V KONSEP RANCANGAN BAB V KONSEP RANCANGAN 5.1 Ide Awal Pertimbangan awal saat hendak merancang proyek ini adalah : Bangunan ini mewadahi keegiatan/aktivitas anak yang bias merangsang sensorik dan motorik anak sehingga direpresentasikan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Gedung pusat kebugaran ini direncanakan untuk menjadi suatu sarana yang mewadahi kegiatan olahraga, kebugaran, dan relaksasi. Dimana kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang kemudian disintesis. Sintesis diperoleh berdasarkan kesesuaian tema rancangan yaitu metafora

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Dalam perancangan desain Transportasi Antarmoda ini saya menggunakan konsep dimana bangunan ini memfokuskan pada kemudahan bagi penderita cacat. Bangunan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Dasar Perancangan Perancangan Rumah sakit Sulianti Saroso ini menggunakan tema Arsitektur sirkulasi. Hal ini ditekankan pada : 1. Pemisahan akses dari dan ke instalasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. metode penelitian ini akan menguraikan secara terperinci bagaimana proses

BAB III METODE PERANCANGAN. metode penelitian ini akan menguraikan secara terperinci bagaimana proses BAB III METODE PERANCANGAN Hasil desain atau rancangan Arboretum Tanaman Hias Batu tentunya melalui sejumlah runtutan proses yang panjang mulai dari perlunya bangunan dirancang, pengumpulan data literatur,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN HALAMAN CATATAN PEMBIMBING... HALAMAN PERNYATAAN. PRAKATA.. LEMBAR PERSEMBAHAN ABSTRAK...

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN HALAMAN CATATAN PEMBIMBING... HALAMAN PERNYATAAN. PRAKATA.. LEMBAR PERSEMBAHAN ABSTRAK... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN HALAMAN CATATAN PEMBIMBING... HALAMAN PERNYATAAN. PRAKATA.. LEMBAR PERSEMBAHAN ABSTRAK... DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR TABLE i ii iii iv v vi vii viii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan dan pertumbuhan jumlah penduduk, industri dan perdagangan merupakan unsur utama dalam perkembangan kota Pematangsiantar. Keadaan ini juga

Lebih terperinci

BAB V. Sport Hall/Ekspresi Struktur KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB V. Sport Hall/Ekspresi Struktur KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN Sport Hall pada dasarnya merupakan sebuah tempat untuk melakukan kegiatan olahraga tertentu dalam ruangan tertutup dimana di dalamnya terdapat sarana

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Umum Dalam melakukan perancangan membutuhkan metode untuk mempermudah dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi survey obyek komparasi,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. konsep dasar yang digunakan dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di

BAB V KONSEP PERANCANGAN. konsep dasar yang digunakan dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Dasar konsep dasar yang digunakan dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di Kabupaten Tuban ini adalah Sequence (pergerakan dari satu tempat ketempat lain sepanjang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3. 1 Tempat dan Waktu 3. 2 Alat dan Bahan 3. 3 Metode dan Pendekatan Perancangan 3. 4 Proses Perancangan

BAB III METODOLOGI 3. 1 Tempat dan Waktu 3. 2 Alat dan Bahan 3. 3 Metode dan Pendekatan Perancangan 3. 4 Proses Perancangan BAB III METODOLOGI 3. 1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di areal kompleks perguruan tinggi ISI Yogyakarta, Panggungharjo, Sewon, Bantul. Pelaksanaan penelitian dimulai bulan Januari 2008.

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM TAPAK

IV KONDISI UMUM TAPAK IV KONDISI UMUM TAPAK 4.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Secara geografis kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea terletak pada 16 32 BT 16 35 46 BT dan 6 36 LS 6 55 46 LS. Secara administratif terletak di

Lebih terperinci

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN BAB V HASIL RANCANGAN 5.1 Perancangan Tapak 5.1.1 Pemintakatan Secara umum bangunan dibagi menjadi beberapa area, yaitu : Area Pertunjukkan, merupakan area dapat diakses oleh penonton, artis, maupun pegawai.

Lebih terperinci

METODOLOGI. Tempat dan Waktu

METODOLOGI. Tempat dan Waktu METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor. Tempat penelitian adalah di sepanjang koridor Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor (Gambar 2). Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT lingkungan yang mampu menyembuhkan SUASANA Menghubungkan ruang luar dengan ruang dalam terutama pada area yang difokuskan untuk kesembuhan pasien.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam proses perancangan Hotel Resort Batu ini secara umum, diuraikan dalam beberapa tahap antara lain: 3.1 Pencarian Ide/Gagasan Tahapan kajian

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Sentra Agrobisnis tersebut. Bangunan yang tercipta dari prinsip-prinsip Working

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Sentra Agrobisnis tersebut. Bangunan yang tercipta dari prinsip-prinsip Working BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Sentra Agrobisnis Anjuk Ladang menggunakan konsep Power of Climate, dengan konsep tersebut diharapkan dapat mengoptimalkan tema dari Working With Climate

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar 20 METODOLOGI dan Waktu Studi dilakukan di kawasan Jalan Lingkar Luar Kota Bogor, Jawa Barat dengan mengambil tapak di kawasan lanskap Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar. Kegiatan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting dan Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Jepara Jenis ruang terbuka hijau yang dikembangkan di pusat kota diarahkan untuk mengakomodasi tidak hanya fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo)

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo) BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Ruang terbuka merupakan ruang publik yang digunakan masyarakat untuk berinteraksi, berolahraga, dan sebagai sarana rekreatif. Keberadaan ruang terbuka juga bermanfaat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Kota Taman kota merupakan salah satu bentuk ruang terbuka hijau yang terletak di kota dan banyak digunakan oleh masyarakat sebagai tempat aktivitas sosial. Secara umum,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Desa Ancaran memiliki iklim yang dipengaruhi oleh iklim tropis dan angin muson, dengan temperatur bulanan berkisar antara 18 C dan 32 C serta curah hujan berkisar

Lebih terperinci